LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB IV
HAND SAMPLING
4.1.1. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah mempelajari salah
satu teknik sampling dan reduksi jumlahnya serta menentukan kadar
konsentrat
4.1.2. Dasar Teori
Sampling (pemercontohan) adalah operasi pengambilan
sebagian, yang banyaknya cukup untuk dianalisis atau uji fisik dari
suatu yang besar jumlahnya sedemikian rupa sehingga perbandingan
dan distribusi kualitas adalah sama pada keduanya.
Sampling (pemercontohan) merupakan tahap awal dari suatu
analisis. Oleh karena itu hendaknya pengambilan contoh dipilih yang
paling efektif, cukup seperlunya saja tapi representative. Keberhasilan
suatu analisis bahan galian banyak ditentukan oleh berhasil tidaknya
sampling yang dilakukan. Selain itu dengan cara melakukan sampling
yang baik dan benar, sangat besar manfaatnya dalam proses
selanjutnya karena contoh yang cukup sedikit itu dapat mewakili
material yang begitu banyak dan dapat dipakai sebagai patokan untuk
mengontrol apakah proses pengolahan tersebut berjalan dengan baik
atau sebaliknya. Dan tentunya hasil sampling ini harus disertai dengan
analisis dengan menggunakan mikroskop (Sukamto, 2001).
Salah satu fungsi dari kegiatan sampling adalah mengambil
sampel dari suatu populasi dimana sampel dalam jumlah kecil itu
mampu mewakili yang lainnya atau bisa disebut sampel
representative untuk kemudian dianalisa di laboratorium. Pengertian
populasi adalah keseluruhan atau himpunan obyek dengan ciri yang
sama.
Alasan perlunya pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
a. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.
b. Lebih cepat dan lebih mudah.
c. Memberi informasi yang lebih banyak dan dalam.
d. Dapat ditangani lebih teliti.
(Nasution, 2003)
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 4.1.1
Kegiatan Sampling
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 4.1.2
Riffle Sampler
2) Vezin Sampler
Alat ini dilengkapi dengan revolving cutter yaitu
pemotong yang dapat berputar pada porosnya sehingga akan
membentuk arca bundar yang dapat memotong seluruh alur
bijih.
Gambar 4.1.3
Vezin Sampler
b. Hand Sampling
Hand sampling merupakan cara pengambilan contoh atau
sampel yang dilakukan dengan tangan. Cara ini sangat
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber: www.bukalapak.com
Gambar 4.1.4
Sekop
2) Shovel Sampling
Merupakan cara pengambilan sampel contoh dengan
menggunakan alat shovel. Dengan cara ini mempunyai
keuntungan antara lain adalah lebih murah, waktu yang
dibutuhkan sedikit dan memerlukan tempat yang tidak begitu
luas.
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber: www.rei.com
Gambar 4.1.5
Shovel
3) Stream Sampling
Merupakan cara pengambilan contoh dengan
memakai alat yang disebut hand sample cutter. Sampel yang
diambil harus berupa pulp basah dan diambil serah aliran
yang ada pada stream tersebut
*Sumber: www.kijiji.ca
Gambar 4.1.6
Hand Sample Cutter
4) Pipe Sampling
Merupakan cara pengambilan contoh dengan
menggunakan pipa atau tabung yang berdiameter 0,5 inchi, 1
inchi dan 1,5 inchi. Bentuk dari alat ini berupa pipa dengan
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber: perpuskam.blogspot.com
Gambar 4.1.7
Sampling Batuan
b. Sampling Tanah
Sampling tanah akan menguntungkan untuk beberapa
area dimana jarang ditemukan singkapan. Lubang untuk
sampling tersebut dapat digali secara manual ataupun mekanis.
Setelah contoh tanah diambil, terus diayak sampai 80 mesh
dan 20 50 gram fraksi halus dikumpulkan untuk dianalisis.
Survei tanah umumnya dibuat pada suatu pola lintasan dengan
jarak lokasi antar titik contoh 300 1500 m pada pengamatan
awal dan 15 60 m pada survei selanjutnya.
*Sumber: perpuskam.blogspot.com
Gambar 4.1.8
Sampling Tanah
c. Sampling Sedimen
Sampling sedimen sungai merupakan komposit alami dari
material di bagian atas (hulu) sampai lokasi sampling. Sampling
tersebut efektif pada pekerjaan pengamatan awal dimana lokasi
contoh tunggal mungkin menunjukkan area tangkapan
(catchment area yang sangat luas. Dalam survei yang detail,
contoh dapat diambil setiap 50 100 m sepanjang aliran,
masingmasing sebanyak 50 gram dengan ukuran butir nomor
80 mesh untuk keperluan analisis).
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber: geoyogi.wordpress.com
Gambar 4.1.9
Sampling Sedimen
d. Sampling Air
Sampling air merupakan salah satu metode geokimia
yang paling lama. Metode tersebut mudah dilakukan, tetapi
contoh air tidak stabil untuk waktu yang singkat. Faktor faktor
yang mengontrol kandungan logam dalam air permukaam seperti
dilusi, pH, temperatur, komplek organik sulit untuk dievaluasi, dan
kandungan logam biasanya relatif rendah.
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber: www.irwantoshut.net
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 4.1.11
Sampling Vegetasi
f. Sampling Uap
Sampling uap air raksa yang digunakan sebagai petunjuk
badan bijih sulfida sejak sekitar tahun 1950-an yang diambil dari
tanah, udara maupun air. Sprektrometer portabel sering
digunakan untuk memompa gas dari lubang bor berdiameter kecil
ke dalam tanah. Contoh yang paling efektif diambil dari tanah
dimana konsentarasi gas lebih ribuan kali lebih banyak daripada
di udara. Radon (Rd) dan Helium (He) dikumpulan dari contoh air
permukaan dan air tanah yang terbukti efektif sebagai petunjuk
mineralisasi Uranium.
Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu,
sampel acak atau random sampling / probability sampling, dan sampel
tidak acak atau nonrandom samping/nonprobability sampling. Random
sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan
kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi.
Jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel
adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan
25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Nonrandom sampling atau
nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai
kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen
populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah
peneliti, sedangkan yang lainnya, karena jauh, tidak dipilih artinya
kemungkinannya 0 (nol).
Coning quartering merupakan salah satu teknik sampling yang
paling sederhana. Coning dan quartening pengertiannya dalam
analisa kimia adalah suatu kegiatan pengurangan ukuran sampel
bubuk atau butiran dengan membentuk tumpukan berbentuk kerucut
yang tersebar dalam suatu bidang datar. Bentuk kerucut seperti kue
berbentuk radial dibagi menjadi empat buah bagian kerucut yang
sama rata dan saling berlawanan dimana ada jeda jarak di antara
keempatnya. Tiga dari empat bagian kerucut tadi dibuang dan sisanya
dilakukan proses pengerucutan kembali.
Proses ini diulang sebanyak diperlukan untuk memperoleh
sampel sesuai dengan kuantitas yang dikehendaki (misalnya untuk uji
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
laboratorium atau sampel untuk uji sampel) dan cukup untuk mewakili
ke pengujian selanjutnya. Jika proses dilakukan hanya sekali, coning
dan quartering tidak lebih efisien daripada mengambil alternatif
discarding dari bagian yang lain.
(Nasution, 2003)
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 4.1.15
Neraca Analitik
2) Penggaris
Untuk memisahkan material dan membagi material pada saat
proses coning quartering.
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 4.1.16
Penggaris
3) Peralatan Safety
Digunakan sebagai peralatan pelindung diri.
Gambar 4.1.17
Peralatan Safety
4) Alat Tulis
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini,
adalah sebagai berikut :
1) Kasiterit
Material yang akan diuji dan dihitung jumlah butirnya.
Gambar 4.1.19
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
. Kasiterit
2) Silika
Material yang akan diuji dan dihitung jumlah butirnya.
Gambar 4.1.20
Silika
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 4.2.1
Contoh Grain Counting Method
dihitung jumlah butiran yang terdapat dalam kotak (bebas) dan butiran
yang terdapat di garis kotak (terikat), agar lebih teliti menggunakan kaca
pembesar (lup).
Gambar 4.2.2
Proses Grain Counting
Dari jumlah butiran yang didapat dapat dihitung kadar dan derajat
liberasinya, yaitu perbandingan antara jumlah mineral yang terliberasi
sempurna dengan jumlah mineral keseluruhannya. Dan dinyatakan
dengan rumus sebagai berikut :
Sedangkan,
% Berat SnO 2
SnO2 x .SnO2 x100%
( SnO2 x .SnO2 ) ( SiO2 x .SiO2 )
Dalam perhitungan jumlah butir atau grain counting ada
semacam acuan tingkat perkiraan terjadinya kesalahan yang dapat
terjadi dalam suatu perhitungan jumlah butiran. Parameter tersebut
dapat dilihat dari tabel berikut :
PARTICLE SIZE = 2 mm
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber: (http://psycnet.apa.org/journal/rev/103/1/images/rev_103_1_56_fig19a.gif)
Gambar 4.2.3
Parameter Approximate Error of Grain Counting Method
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 4.2.4
Kertas Milimeterblok
2) Lup
Untuk memudahkan dalam menghitung jumlah butir material.
Gambar 4.2.5
Lup
3) Alat Tulis
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 4.2.6
Alat Tulis
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini,
adalah sebagai berikut :
1) Kasiterit
Material yang akan diuji dan dihitung jumlah butirnya.
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 4.2.7
Kasiterit
2) Silika
Material yang akan diuji dan dihitung jumlah butirnya.
Gambar 4.2.8
Silika
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
27
12
21
P
T
12
H
Jumlah
2
4.2.6. Perhitungan
178
192
141
P
Dari data hasil pengamatan dilakukan
115
perhitungan sebagai berikut :
52
42
Tabel 4.2.1. Data Hasil Pengamatan
- 41
Diketahui :
H P H P H P H P H P H P H P
-
T
5 1
-
Berat jenis pasir besi (Fe2O3) = 4,331
IX
6
B
gr/cm3
3
-
7 1 4
-
-
Berat jenis silika (SiO2) = 2,65
T
Adapun data yang diperoleh dari hasil percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut
5 1
-
VIII
3
gr/cm
2
B
4
-
Ditanya :
2 4 5
4 - -
T
5 -
VII
= 4,26 gram
= 4,44 gram
= 4,13 gram
B
1) % berat Fe2O3
1
2) 3 Derajat Liberasi
7
2
-
T
3) Rata-rata contoh
VI
19
P
3
B
4) Varians
13
H
3
-
T
6) Selang rata-rata
H
-
V
20 42
38
P
B
H P H P H P H
1) % berat SiO2
3
-
T
2) Derajat liberasi
8 1
4 13 12 3 1
6 32 1
IV
Penyelesaian
B
1
T
78
P
percobaan 1
B
1 22
H P H
4
1
3
T
2
-
-
II
9 10 19
- 22 34
33
P
B
P H
9
4
T
Terikat
Bebas
Hitam
Keterangan :
Putih
I
20 120
24
P
B
B =
=
H =
P =
No
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
1) % berat Fe2O3 =
Fe O2 3 .Fe 2O3
100%
( Fe 2O3 .Fe 2O3 ) ( SiO 2 .SiO 2 )
21 x 4,331
= 100%
(21 x 4,331) (129 x 2,65)
= 21,01 %
Jadi % berat Fe2O3 pada percobaan 1 adalah 21,01 %
Fe 2O3bebas .Fe 2O3
2) Derajat Liberasi = 100%
Fe 2O3 .Fe 2O3
20 x 4,331
= x100%
21 x 4,331
= 94,23 %
Jadi derajat liberasi Fe2O3 pada percobaan 1 adalah 95,23 %
Fe O2 3 .Fe 2O3
x100%
( Fe 2O3 .Fe 2O3 ) ( SiO 2 .SiO 2 )
7 4,331
= 100%
(7 4,331) (6 2,65)
= 65.59 %
Jadi % berat Fe2O3 pada percobaan 2 adalah 29,60 %
Fe 2O3bebas .Fe 2O3
2) Derajat Liberasi = 100%
Fe2O3 .Fe 2O3
8 x 4,331
= 100%
9 x 4,331
= 88,89 %
Jadi derajat liberasi Fe2O3 pada percobaan 2 adalah 88,89 %
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
1) %berat Fe2O3 =
Fe O 2 3 .Fe 2O3
100%
( Fe 2O3 .Fe 2O3 ) ( SiO 2 .SiO 2 )
4 4,331
= 100%
( 4 4,331) ( 28 2,65)
= 18.92 %
Jadi % berat Fe2O3 pada percobaan3 adalah 62,04 %
Fe 2O3bebas .Fe 2O3
2) Derajat Liberasi = 100%
Fe 2O3 .Fe2O3
4 x 4,331
= 100%
4 x 4,331
= 100 %
Jadi derajat liberasi Fe2O3 pada percobaan 3 adalah 89,58 %
Tabel 4.2.2.
Perhitungan % Berat Fe2O3
% Berat Fe2O3
Jumlah
No I II III IV V VI VII VIII IX
1 21.01 44.96 62.03 35.26 62.03 73.14 29 39.53 49.51 416.47
2 65.59 52.84 38.59 87.62 43.18 44.96 65.13 83.05 59.22 540.18
3 18.92 29 62.03 24.63 21.81 56.66 49.51 42.62 9.44 314.62
Rata-
35.17 42.26 54.21 49.17 42.34 58.25 47.88 55.06 39.39 423.75
rata
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tabel 4.2.3.
Perhitungan Derajat Liberasi Fe2O3
Derajat Liberasi Fe2O3
No Jumlah
I II III IV V VI VII VIII IX
1 95.23 100 80 66.67 100 100 100 100 66.67 748.57
2 88.89 91.67 84.61 92.3 100 100 100 100 100 857.47
3 100 100 100 85.71 100 100 80 100 100 865.71
Rata-
94.70 97.22 88.20 81.56 100 100 93.33 100 88.89 823.91
rata
Tabel 4.2.4.
Perhitungan Rata-rata Contoh, Varians dan Standar Deviasi Material Fe2O3
Percobaan 1
3) Rata-rata contoh
x = x 1
n
416.47
=
9
= 46.27
Jadi nilai rata-rata contoh adalah 46.27
4) Varians (S2)
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
x 2
2 x
S = 1
n 1
2333.93
=
9 1
2333.93
=
8
= 291.74
Jadi nilai varians adalah 291.74
5) Standar Deviasi (S)
x 2
x
S = 1
n 1
2333.93
=
8
= 17.08
Jadi nilai standar deviasinya adalah 17.08
3) Selang rata-rata pada 95% confidence interval
S S
x -z . < < x + z .
2 n 2 n
x = 46.27
= (1 0,95) = 0,05
0,05
z =z
2 2
= z (0,025) = 1,96 (nilai z untuk 0,025 dari tabel)
S = 17.08
n =9
S S
x -z . < < x + z .
2 n 2 n
17.08 17.08
46.27 -1,96 < < 46.27 + 1,96
9 9
35.11 < < 57.42
Jadi selang rata-rata pada 95% confidence interval nya adalah
35.11 < < 57.42
Tabel 4.2.5.
Perhitungan Rata-rata Contoh, Varians dan Standar Deviasi Material Fe2O3
Percobaan 2
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3) Rata-rata contoh
x = x 1
n
540.18
=
9
= 60.02
Jadi nilai rata-rata contoh adalah 60.02
4) Varians (S2)
x 2
2 x
S = 1
n 1
2371.10
=
9 1
2371.10
=
8
= 296.38
Jadi nilai varians adalah 296.38
5) Standar Deviasi (S)
x 2
x
S = 1
n 1
2371.10
=
8
= 17.21
Jadi nilai standar deviasinya adalah 17.21
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
S S
x -z . < < x + z .
2 n 2 n
x = 60.02
= (1 0,95) = 0,05
0,05
z =z
2 2
= z (0,025) = 1,96 (nilai z untuk 0,025 dari tabel)
S = 17.21
n =9
S S
x -z . < < x + z .
2 n 2 n
17.21 17.21
60.02 -1,96 < < 60.02 + 1,96
9 9
48.77 < < 71.26
Jadi selang rata-rata pada 95% confidence interval nya adalah
48.77 < < 71.26
Tabel 4.2.6.
Perhitungan Rata-rata Contoh, Varians dan Standar Deviasi Material Fe2O3
Percobaan 3
3) Rata-rata contoh
x = x 1
n
316.62
=
9
= 34.95
Jadi nilai rata-rata contoh adalah 42,61
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3) Varians (S2)
x 2
2 x
S = 1
n 1
2697.75
=
9 1
2697.75
=
8
= 337.21
Jadi nilai varians adalah 377.21
4) Standar Deviasi (S)
x 2
x
S = 1
n 1
2697.75
=
8
= 18.36
Jadi nilai standar deviasinya adalah 18.36
4) Selang rata-rata pada 95% confidence interval
S S
x -z . < < x + z .
2 n 2 n
x = 34.95
= (1 0,95) = 0,05
0,05
z =z
2 2
= z (0,025) = 1,96 (nilai z untuk 0,025 dari tabel)
S = 18.36
n =9
S S
x -z . < < x + z .
2 n 2 n
18.36 18.36
34.95 -1,96 < < 34.95 + 1,96
9 9
22.95 < < 46.94
Jadi selang rata-rata pada 95% confidence intervalnya adalah
22.95 < < 46.94
b. Persen berat SiO2
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
SiO 2 .SiO 2
100%
( SiO 2 .SiO 2 ) ( Fe 2O3 .Fe 2O3 )
129 x 2,65
= 100%
(129 x 2,65) (21 x 4,331)
= 78.98 %
Jadi % berat SiO2 pada percobaan 1 adalah 78.89 %
SiO 2 bebas .SiO 2
2) Derajat Liberasi = 100%
SiO2 .SiO2
120 x 2,65
= x100%
129x 2,65
= 93.02 %
Jadi derajat liberasi SiO2 pada percobaan 1 adalah 93.02 %
Contoh perhitungan % berat Fe2O3 percobaan 2
1) %berat SiO2 =
SiO 2 .SiO 2
x100%
( SiO 2 .SiO 2 ) ( Fe 2O3 .Fe 2O3 )
6 2.65
= 100%
(6 2.65) (9 4.331)
= 28.97 %
Jadi % berat SiO2 pada percobaan 2 adalah 28.97 %
SiO 2 bebas .SiO 2
2) Derajat Liberasi = 100%
SiO2 .SiO2
6 x 2,65
= 100%
6 x 2,65
= 100 %
Jadi derajat liberasi SiO2 pada percobaan 2 adalah 100 %
Contoh perhitungan % berat SiO2 percobaan 3
1) %berat SiO2 =
SiO 2 .SiO 2
100%
( SiO 2 .SiO 2 ) ( Fe 2 O3 .Fe 2 O3 )
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
28 2,65
= 100%
( 28 2,65) ( 4 4,331)
= 81.07 %
Jadi % berat SiO2 pada percobaan3 adalah 81.07 %
SiO 2 bebas .SiO 2
2) Derajat Liberasi = 100%
SiO 2 .SiO 2
24 x 4,331
= 100%
28 x 4,331
= 85.71 %
Jadi derajat liberasi SiO2 pada percobaan 3 adalah 85.71 %
Tabel 4.2.7.
Perhitungan % Berat SiO2
% Berat SiO2
Jumlah
No I II III IV V VI VII VIII IX
1 78.89 55.03 37.96 64.73 37.96 26.85 70.99 60.46 50.48 483.35
2 28.97 47.15 68.16 12.42 56.92 55.14 34.97 17 40.88 361.06
3 81.07 71.08 38.06 75.45 78.26 43.45 50.60 57.48 90.59 586.04
Rata-
62.97 57.75 48.06 50.85 57.67 41.77 52.15 44.96 60.61 478.81
rata
Tabel 4.2.8.
Perhitungan Derajat Liberasi SiO2
Tabel 4.2.9.
Hasil Pengolahan Data
Derajat Liberasi Derajat Liberasi % Berat % Berat
No Hitam Putih
Fe2O3 (%) SiO2 (%) Fe2O3 SiO2
I 34 163 94.7 90.47 35.17 62.97
II 43 91 97.22 95.31 42.26 57.75
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
4.2.7. Pembahasan
Sampling yaitu operasi pengambilan sebagian sample atau
contoh yang cukup untuk dianalisa atau uji fisik yang jumlahnya
besar sehingga perbandingannya dan distribusi kualitas sama
pada keduanya. Sesuatu yang jumlahnya besar tersebut
dinamakan lot atau populasi.
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
adalah 41.77 %, pada kotak VII adalah 52.15 %, pada kotak VIII
adalah 44.96 % dan pada kotak IX adalah 60.61 %. Nilai dari %
berat SiO2 merupakan nilai kadar yang menunjukkan persentase
dari jumlah material pasir silika yang terkandung dalam material.
Nilai kadar pasir silika (SiO 2) yang paling besar terdapat pada
kotak I, yaitu 62,97 % dan nilai kadar pasir silika (SiO 2) yang
paling sedikit terdapat pada kotak VI, yaitu 41.77 %.
Dari hasil percobaan ini diketahui nilai rata-rata dari derajat
liberasi Fe2O3 secara keseluruhan adalah 93.76 % dan nilai rata-
rata dari derajat liberasi SiO 2 adalah 86.04 %. Perbedaan nilai
tinggi atau rendahnya derajat liberasi pada kedua dari material
disebabkan karena material lebih banyak ditemukan dalam
keadaan bebas daripada dalam keadaan terikat.
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan diperoleh rata-
rata jumlah pasir besi (Fe2O3) yaitu 26 buah dan rata-rata jumlah
silika (SiO2) yaitu 69.33. Dari hasil tersebut diketahui bahwa
jumlah silika lebih banyak daripada pasir besi sehingga hasil
yang didapat nilai kadar berat pasir silika yang terkandung pun
lebih banyak dibandingkan pasir besi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai dari jumlah maupun
kadar material adalah dari pengadukan material yang tidak
merata sehingga material pasir besi dan material pasir silika tidak
seutuhnya tercampur. Kemudian ukuran butirnya tidak homogen,
ada yang berukuran kecil dan ada yang berukuran sedang. Jadi
ukuran butir yang kecil akan terbawa angin pada saat ditabur ke
milimeter blok. Kurang telitinya dalam menghitung butir karena
pengaruh cahaya sehingga sulit membedakan warna dari butiran
silika dan pasir besi. Kemudian material tidak tersebar merata.
4.2.8. Penutup
a. Kesimpulan
Adapun dari percobaan kali ini dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1) Coning quartering merupakan teknik sampling secara
manual dan sederhana dengan cara membentuk sampel
menjadi kerucut kemudian membaginya menjadi empat
Rahmanudin
H1C112226
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Rahmanudin
H1C112226