Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

SAMPLING DAN PREPARASI BATUBARA


DI PT. CARSURIN PALEMBANG

Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti Ujian Kompetensi Kejuruan

Serta Sebagai Syarat Kelulusan

Pada Program Studi Geolohi Pertambangan

Disusun oleh :

Bagas Tri Sarfa (0030899359)

M Derry Effendi (0014498924)

Achamad Paidhol Barokah (0032870273)

SMK TEKNOLOGI NASIONAL PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

Laporan ini disampaikan untuk memenuhi persyaratan

Penyelesaian Praktek Kerja Industri SMK Teknologi Nasional Palembang

Tahun Pelajaran 2021/2022

Laporan yang berjudul : Sampling dan Preparasi di

PT.CARSURIN PALEMBANG

Oleh : Bagas Tri Sarfa (0030899359)

M.Derry Effendi (0014498924)

Achmad Paidhol Barokah (0032870273)

Disahkan dan Disetujui oleh:

Kepala Cabang Pembimbing Instansi

Sumardi S.T Adiarto Andri S.T


LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

Laporan ini disampaikan untuk memenuhi persyaratan

Penyelesaian Praktek Kerja Industri SMK Teknologi Nasional Palembang

Tahun Pelajaran 2021/2022

Laporan yang berjudul : Sampling dan Preparasi di

PT.CARSURIN PALEMBANG

Oleh : Bagas Tri Sarfa (0030899359)

M.Derry Effendi (0014498924)

Achmad Paidhol Barokah (0032870273)

Disahkan dan Disetujui oleh:

Ketua Program Kompentensi Keahlian Guru Pembimbing

Sabili Fahmi S.T Hj.Apriliana, ST,MT.

NIP. NIP.

MENGETAHUI

Kepala Sekolah

Elvita,ST.MT
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia-nya sehingga penulis dappat menyelesaikan laporan kerja
prajtik yang berjudul “Sampling dan Preparasi” di PT. Carsurin Palembang telah
selesai dibuat.

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan


pendidikan tingkat SMK, Program Studi Teknik Geologi Pertambangan, SMK
Teknologi Nasional Palembang, Laporan Kerja Praktek ini dapat diselesaikan
berkat bimbingan, saran dan bantuan dari berbagai pihak.

Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Sumardi S.T Selaku Kepala Cabang PT.Carsurin Palembang


2. Bapak Adiarto Andri S.T Selaku Supervisor
3. Ibu Elvita,ST.MT. Selaku Kepala Sekolah SMK Teknologi Nasional
Palembang.
4. Bapak S Fahmi S.T Selaku Kepala Kompetensi Keahlian Geologi
Pertmbangan.
5. Ibu Apriliana ST,MT. Selaku Guru Pembimbing Kerja Praktek Yang
Telah Mebimbing Dan Memberi Arahan Serta Ilmu Seputar
Penyusunan Laporan Kerja Praktek Ini.
6. Semua anggota Preparasi yang telah membantu selama pelaksanaan
Kerja Praktek berlangsung
7. Semua karyawan PT.Carsurin Palembang
8. Semua pihak yang telah memberi dorongan,dukungan dan bimbingan
dalam pelaksanaan Kerja Praktek ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat kekurangan


dan kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi
memaksimalkan pemanfaatan laporan ini pada masa yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan Kerja Praktek ini bermanfaat bagi
orang lain dan dapat di pergunakan dengan sebaik-baiknya.

Palembang,14 November 2021

Penulis

1. Bagas Tri Sarfa (0030899359)

2. M.Derry Effendi (0014498924)

3. Achmad Paidhol Barokah (0032870273)


DAFTAR ISI

HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN .... Error! Bookmark not defined.


LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH ............ Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ........................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ...................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB 1 PENDAHULUAN................................... Error! Bookmark not defined.
1.1.Latar Belakang ............................................... Error! Bookmark not defined.
1.2 Batasan Kegiatan Kerja Praktik ...................... Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Industri ..... Error! Bookmark not defined.
BAB II PROFIL PERUSAHAAN ......................... Error! Bookmark not defined.
2.1 Sejarah Carsurin ............................................. Error! Bookmark not defined.

2.2 Ruang Lingkup Usaha PT. Carsurin ............... Error! Bookmark not defined.

2.3 Visi, Misi dan Motto Carsurin ........................ Error! Bookmark not defined.

2.4 Jadwal Kegiatan Prakerin ............................... Error! Bookmark not defined.

2.5 Ruang Lingkup Perusahaan ............................ Error! Bookmark not defined.

2.6 Struktur Organisasi Laboratorium Batubara PT. Carsurin Palembang .... Error!
Bookmark not defined.

BAB III DASAR TEORI ................................... Error! Bookmark not defined.

3.1 .Definisi Batubara .......................................... Error! Bookmark not defined.

3.2Proses Pembentukan Batubara ......................... Error! Bookmark not defined.

3.2.1 Pembentukan gambut .................................. Error! Bookmark not defined.

3.2.2 Pembentukan Lignit .................................... Error! Bookmark not defined.

3.2.3 Pembentukan Batubara Subbitumen ............ Error! Bookmark not defined.

3.2.4 Pembentukan Batubara Bitumen .................. Error! Bookmark not defined.

3.2.5 Pembentukan Antrasit ................................. Error! Bookmark not defined.


3.3Reaksi Pembentukan Batubara ........................ Error! Bookmark not defined.

3.4Klasifikasi Batubara ........................................ Error! Bookmark not defined.

3.5 Pemanfaatan Batubara .................................... Error! Bookmark not defined.

3.6 Dampak dari Pemanfaatan Batubara ............... Error! Bookmark not defined.

3.7 Bahan Baku Produk dan Pemasaran Produk ... Error! Bookmark not defined.

3.8 Bahan Baku Produk dan Pemasaran Produk ... Error! Bookmark not defined.

3.9 Sampling ........................................................ Error! Bookmark not defined.

3.10 Preparasi Sampel .......................................... Error! Bookmark not defined.

3.10.1 Proses preparasi sample ............................. Error! Bookmark not defined.

3.10.2 Peralatan Preparasi .................................... Error! Bookmark not defined.

BAB IV PEMBAHASAN ................................... Error! Bookmark not defined.

4.1 Preparasi Sampel............................................ Error! Bookmark not defined.


4.1.1 Pengurangan ukuran .................................... Error! Bookmark not defined.
4.1.2 Pembagian Sample dan Pengurangan Jumlah ............ Error! Bookmark not
defined.
4.1.3 Pengurangan Kadar Air ............................... Error! Bookmark not defined.
4.1.4 Pengurangan Ukuran Milling....................... Error! Bookmark not defined.
4.2 HARDGROVE GRINDABILITY INDEX ..... Error! Bookmark not defined.

4.3 SIZING .......................................................... Error! Bookmark not defined.

4.4 Pembahasan Praktikum .................................. Error! Bookmark not defined.

BAB V PENUTUP ............................................. Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN ....................................................... Error! Bookmark not defined.


DAFTAR PUSTAKA ............................................. Error! Bookmark not defined.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dalam era global sekarang ini, tidak dapat dipungkiri bahwa persaingan di
dunia kerja semakin ketat. Dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan
memiliki produktifitas yang tinggi dalam bekerja. Patut disadari bahwa dinamika
di dunia kerja demikian tingginya sehingga teknologi di dunia kerja berkembang
pesat daripada teknologi yang ada di sekolah. Disamping itu, suasana dan
lingkungan kerja sesungguhnya tidak dapat dirasakan oleh siswa ketika mereka
belajar di sekolah.

Sekolah Menengah Kejuruan Teknologi Nasional adalah salah satu sekolah yang
salah satu program keahliannya/kejuruannya adalah Geologi Pertambangan dan
Minyak Gas dengan masa pendidikan selama 4 tahun untuk Geologi
Pertambangan dan 3 tahun Minyak Dan Gas. Program pada pendidikan Sekolah
Menengah Kejuruan Teknologi Nasional lebih diprioritaskan pada praktik, yang
mana pada semester tujuh, siswa diberi kesempatan untuk melaksanakan praktik
kerja industri (prakerin) pada berbagai perusahaan, pemerintah dan swasta.
Adapun pengertian dari praktik kerja industri adalah suatu bentuk sistem,
penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara
sistematik dan serasi antara program pendidikan dari sekolah dengan program
penguasaan keahlian yang diperoleh langsung dari dunia industri untuk mencapai
suatu tingkat keahlian tertentu. Dalam hal ini, penulis memilih untuk
melaksanakan praktik kerja industri pada PT. CARSURIN cabang Palembang,
Sumatera Selatan. Dalam penulisan laporan ini, penulis mengangkat judul studi
khusus “Preparasi dan Sampling”.Pada laporan ini,akan dibahas mengenai
preparasi dan sampling di PT.CARSURIN,setelah sampel selesai dari sampling
dengan menggunakan alat hammer mill metode ASTM
1.2 Batasan Kegiatan Kerja Praktik

Adapun batasan masalah dalam kegiatan kerja praktik ini adalah saat
melakukan kegiatan survey lapangan di PT.MAS,Setelah melakukan
survey,pengambilan sampel dibawa ke PT.CARSURIN untuk dilakukan preparasi
pada tanggal 15 Oktober 2021.

1.3 Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Industri

Pelaksanaan praktik kerja industri bagi siswa SMK Teknologi Nasional


merupakan program tahapan akhir yang mempunyai tujuan :

1. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, yaitu


tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, dan etos
kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.
2. Memperkokoh kerja sama antara sekolah dan dunia kerja/industri.
3. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang
berkualitas profesional.
4. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai
bagian dari proses pendidikan.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Carsurin

Berawal pada tahun 1968, terdapat kelompok para mantan nahkoda kapal
pelayaran besar dan mantan ahli mesin kapal menjajaki peluang bisnis yang masih
ada kaitannya dengan kelautan. Melalui liku-liku bermitra dengan rekan sesama
mantan nahkoda (salah satunya Capt. H. C. Tiwan) dan ahli mesin kapal (AMK),
didirikanlah PT. Indolog yang berkantor dijalan Veteran, Jakarta. Kegiatan PT.
Indolog terhenti karena hilangnya kapal motor dilepas Pantai Kalimantan.

Selepas dari PT. Indolog, Capt. H. C. Tiwan meluaskan usaha bidang jasa
konsultan. Diajaklah Capt. D. Hamzah dan Capt. A. E. Hardjodipuro untuk
bergabung. Nama Carsurin yang merupakan akronim dari Cargo survey of
Indonesia. Nama ini juga atas konsultasi dari Mr.Hasuda, Mr. Tabata dan Mr.
Kondo. PT. Carsurin resmi berdiri Tanggal 14 Desember 1968 berdasarkan Akta
Notaris Tan Tong Kie, SH No. 15 Tanggal 14 Desember 1968, Pengesahan
Menteri Kehakiman No. JA 5/5/14 Tanggal 14 Januari 1970, dan Pengumuman
dalam lembar Negara No.19 tanggal 6 Maret 1970 (Tambahan berita Negara RI
No. 79).

2.2 Ruang Lingkup Usaha PT. Carsurin

 Batubara dan Mineral


 Geologi
 Kelautan
 Marine Offshore (pengeboran lepas pantai)
 Laboratorium
 Minyak & Gas
 Petroleum (minyak bumi)
2.3 Visi, Misi dan Motto Carsurin

 Visi

Menjadi perusahaan profesional yang memberikan layanan terbaik sesuai


dengan satandar internasional untuk meminimalkan risiko dengan kualitas
dan integritas.

 Misi

Menyediakan kualitas inspeksi dan jasa sertifikasi tertinggi untuk berbagai


industri melalui kombinasi dari keahlian, staf yang berkualitas dan
berdedikasi, komitmen, pengalaman, dengan kualitas maksimal dan
integritas.

 Motto

Quality With Integrity

2.4 Jadwal Kegiatan Prakerin

September

No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Bagas S S S O O S O O S S O O S O O
2 Paidhol S S S O O S S O S O O O S S O
3 Derry S S S O O S O S S O O O S O S

No Nama 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 Bagas S S O O S O O S S O O S O O S
2 Paidhol S O O O S S O S O O O S S O S
3 Derry S O O O S O S S O O O S O S S

NOTE:

S SIANG O OFF
M MALAM W WFH

2.5 Ruang Lingkup Perusahaan

Ruang lingkup praktek kerja lapangan yang dilaksanakan di PT. Carsurin


Samarinda meliputi tahapan sampel (preparation) dan tahap penganalisaan
(analysis) batubara di Coal Laboratory dengan menggunakan basis parameter
analisa batubara yang diterapkan di PT. Carsurin.

2.6 Struktur Organisasi Laboratorium Batubara PT. Carsurin Palembang

DIREKTUR UTAMA

DIREKTUR BATUBARA & MINERAL

MANAJER PUNCAK

MANAJER CABANG PALEMBANG MANAJER BATUBARA


& MINERAL
DEPUTI MANAJER PUNCAK

INTERAL AUDITOR MANAJER MUTU

MANAJER MANAJER TEKNISI MANAJER


ADMINISTRASI SURVEY
MANAJER LABORATORIUM

STAF ADMINISTRASI, PENYELIA/DEPUTI MANAJER TEKNIS


LOGISTIK DAN TEKNISI
LABORATARIUM DEPUTI MANAJER LABORATORIUM

KOORDINATOR KOORDINATOR KOORDINATOR


ANALISIS KIMIA SAMPLER PREPARASI

ANALISA KIMIA SAMPLER PREPARASI


BAB III

DASAR TEORI

3.1 .Definisi Batubara

Batubara adalah suatu batuan sedimen tersusun atas unsur karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen, dan sulfur. Dalam proses pembentukannya, batubara diselipi
batuan yang mengandung mineral. Mineral ini merupakan pengotor batubara
sehingga dalam pemanfaatannya, kandungan kedua materi ini sangat berpengaruh.
Dari ketiga jenis pemanfaatan batubara, yaitu sebagai pembuat kokas, bahan
bakar, dan batubara konversi, pengotor ini harus diperhitungkan karena semakin
tinggi kandungan pengotor, maka semakin rendah kandungan karbon, sehingga
semakin rendah pula nilai panas batubara tersebut.

Batubara Indonesia berada pada perbatasan antara batubara subbitumen dan


batubara bitumen, tetapi hampir 59% adalah lignit. Menurut hasil eksplorasi pada
tahun 1999 akhir, sumber daya batubara Indonesia jumlahnya sekitar 38,8 miliar
ton, dan sampai tahun 2003 sekitar 57,85 miliar ton.

Kemajuan pesat teknologi industri khususnya sejak akhir tahun 1950-an membuat
konsumsi energi meningkat sangat pesat. Hal ini membuat pemakaian bahan bakar
fosil (minyak bumi, gas alam dan batubara) secara besar-besaran tidak
terhindarkan. Bahan bakar fosil yang mudah di eksplorasi dan dapat diperoleh
dalam jumlah besar adalah batubara dengan biaya yang tidak terlalu tinggi
menjadi sumber energi utama dunia selama berpuluh-pulu tahun.Tetapi pemakain
bahan bakar batubara secara besar-besaran juga membawa dampak yang sangat
serius terhadap lingkungan terutama isu global warming dan hujan asam.

Batubara memiliki keunggulan dibandingkan bahan bakar fosil lainnya, yaitu:

1. Jumlah batubara yang economically exploitable lebih banyak.


2. Distribusi batubara di seluruh dunia lebih merata.
3. Batubara jug memiliki kelemahan, antara lain:Karena komposisi coal
adalah CHONS + Ash, coal identik dengan bahan bakar yang kotor dan
tidak ramah lingkungan.
4. Dibanding bahan bakar fosil lainnya, jumlah kandugan C per mol dari
batubara jauh lebih besar.
Hal ini menyebabkan pengeluaran CO2 dari batubara juga jauh lebih banyak.
Demikian juga dengan kandungan sulfur (S) dn nitrogen (N) nya yang bila keluar
ke udara bebas bisa menjadi H2SO4 dan HNO3 yang merupakan penyebab hujan
asam.

3.2Proses Pembentukan Batubara

3.2.1Pembentukan gambut
Iklim bumi selama zaman batubara adalah tropis dan berjenis-jenis
tumbuh-tumbuhan subur di daerah rawa membentuk suatu hutan tropis. Setelah
banyak tumbuhan yang mati dan menumpuk di atas tanah, tumpukan itu semakin
lama semakin tebal menyebabkan bagian dasar dari rawa turun secara perlahan-
lahan dan material tetumbuhan tersebut diuraikan oleh bakteri dan jamur.
Tahap ini merupakn tahap awal dari rangkaian pembentukan batubara
yang ditandai oleh reaksi biokimia yang luas. Selama proses penguraian tersebut,
protein, kanji, dan selulosa mengalami penguraian lebih cepat bila dibandingkan
dengan penguraian material kayu (lignin) dan bagian tetumbuhan yang berlilin
(kulit ari daun, dinding spora, dan tepung sari). Karena itulah dalam batubara yang
muda masih terdapat ranting, daun, spora, bijih, dan resin, sebagai sisa tumbuhan.
Bagian-bagian tumbuhan itu terurai di bawah kondisi aerob menjadi karbon
dioksida, air dan amoniak, serta dipengaruhi oleh iklim. Proses ini disebut proses
pembentukan humus dan sebagai hasilnya adalah gambut.
3.2.2 Pembentukan Lignit
Proses terbentuknya gambut berlangsung tanpa menutupi endapan gambut
tersebut. Di bawah kondisi yang asam, dengan di bebaskannya H2O, CH4, dan
sedikit CO2. Terbentuklah material dengan rumus C65H4O30 yang pada keadaan
kering akan mengandung karbon 61,7%, hidrogen 0,3% dan oksigen 38%.
Dengan berubahnya topograpi daerah di sekelilingnya, gambut menjadi
tertimbun di bawah lapisan lanau (silt) dan pasir yang diendapkan oleh sungai dan
rawa. Semakin dalam, semakin bertambah timbunan sedimen yang
menghimpitnya. Sehingga tekanan pada lapisan gambut bertambah serta suhu naik
dengan jelas. Tahap ini merupakan tahap kedua dari proses penbentukan batubara
atau yang disebut Tahap metamorfik.
Penutupan rawa gambut memberikan kesempatan pada bakteri untuk aktif
dan penguraian dalam kondisi basa menyebabkan dibebaskannya CO 2, sehingga
kandungan hidrogen dan karbon bertambah. Tahap kedua dari proses
pembentukan batubara ini adalah tahap pembentukan lignit, yaitu batubara rank
rendah yang mempunyai rumus perkiraan C79H5,5O14,1. dalam keadaan kering,
lignit mengandung karbon 80,4%, hidrogen 0,5%, dan oksigen 19,1%.
3.2.3 Pembentukan Batubara Subbitumen
Tahap selanjutnya dari proses pembentukan batubara ialah pengubahan
batubara bitumen rank rendah menjadi batubara bitumen rank pertengahan dan
rank tinggi. Selama tahap ketiga, kandungan hidrogen akan tetap konstan dan
oksigen turun. Tahap ini merupakan tahap pembentukan batubara subbitumen
(sub-bituminous coal).
3.2.4 Pembentukan Batubara Bitumen
Dalam tahap keempat atau tahap pembentukan batubara bitumen
(bituminous coal), kandungan hidrogen turun dengan menurunnya jumlah oksigen
secara perlahan-lahan, tidak secepat tahap-tahap sebelumnya. Produk sampingan
dari tahap ketiga dan keempat ialah CH4, CO2, dan mungkin H2O.
3.2.5 Pembentukan Antrasit
Tahap kelima adalah antrasitisasi. Dalam tahap ini, oksigen hampir
konstan, sedangkan hidrogen turun lebih cepat dibandingkan tahap-tahap
sebelumnya. Proses pembentukan batubara terlihat merupakan serangkaian reaksi
kimia. Kecepatan reaksi kimia ini dapat diatur oleh suhu dan atau tekanan.
3.3Reaksi Pembentukan Batubara
Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati, komposisi
utama terdiri dari selulosa. Proses pembentukan batubara dikenal sebagai proses
pembatubaraan (coalification). Factor fisika dan kimia yang ada di alam akan
mengubah selulosa menjadi lignit, subbitumina, bitumina atau antrasit. Reaksi
pembentukan batubara adalah sebagai berikut :
5C6H10O5 C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO

Selulosa Lignit gas metan


Keterangan:
Selulosa (senyawa organic), merupakan senyawa pembentuk batubara.
Unsur C pada lignit jumlahnya relative lebih sedikit dibandingkan jumlah unsur C
pada bitumina, semakin baik kualitasnya.
Unsur H pada lignit jumlahnya relative banyak dibandingkan jumlah unsur H
pada bitumina, semakin banyak unsur H pada lignit semakin rendah kualitasnya.
Senyawa gas metan (CH4) pada lignit jumlahnya relative lebih sedikit
dibandingkan dengan bitumina, semakin banyak (CH4) lignit semakin baik
kualitasnya.
Masing-masing batubara mempunyai jumlah karbon, volatile
matter, calorivic value dan moisture yang berbeda-beda, ini bisa dilihat pada tabel
1.

Jenis Batu Karbon Volatile Calorivic Moisture


Bara Matter Value
Gambut 60% > 53% 16,8 MJ/kg > 75% insitu
Lignit 60-71% 53-49% 23,0 MJ/kg 35% insitu
Subbitumen 71-77% 49-42% 29,3 MJ/kg 25-10% insitu
Bitumen 77-87% 42-29% 36,3 MJ/kg 8% insitu

Tabel 1. Susunan unsur di berbagai jenis batubara.


3.4Klasifikasi Batubara
Klasifikasi batubara merupakan suatu cara untuk mengelompokkan
batubara menurut jenisnya. Klasifikasinya dimaksudkan untuk memenuhi
keinginan dari produsen, konsumen serta ahli – ahli teknologi yang menggunakan
batubara.

A.Klasifikasi Batubara Berdasarkan Tingkat Pembatubaraan


1.Batubara Lignit
Disebut juga batubara muda. Merupakan tingkat terendah dari batubara,
berupa batubara yang sangat lunak dan mengandung air 70% dari beratnya.
Batubara ini berwarna hitam, sangat rapuh, nilai kalor rendah dengan kandungan
karbon yang sangat sedikit, kandungan abu dan sulfur yang banyak. Batubara
jenis ini dijual secara eksklusif sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU).
2.Batubara Sub Bituminous
Sub-bituminous coal mengandung sedikit carbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang tidak efisien. Batubara Sub Bituminous
merupakan transisi anatara Lignit dan Bituminous, berwarna hitam gelap dengan
nilai kalor rendah yaitu 4,444 Cal/g – 6,111 Cal/g.
3.Batubara Bituminous
Batu bara yang tebal, biasanya berwarna hitam mengkilat, terkadang
cokelat tua. Bituminous coal mengandung 86% karbon dari beratnya dengan
kandungan abu dan sulfur yang sedikit. Umumnya dipakai untuk PLTU, tapi
dalam jumlah besar juga dipakai untuk pemanas dan aplikasi sumber tenaga dalam
industri dengan membentuknya menjadi kokas-residu karbon berbentuk padat.
4.Batubara Antrasit
Peringkat teratas batubara, biasanya dipakai untuk bahan pemanas ruangan
di rumah dan perkantoran. Anthracite coal berbentuk padat (dense), batu-keras
dengan warna jet-black berkilauan (luster) metallic, mengandung antara 86% –
98% karbon dari beratnya, terbakar lambat, dengan batasan nyala api biru (pale
blue flame) dengan sedikit sekali asap
.
B.Klasifikasi Batubara Berdasarkan Metodenya
1.ISO – British Standar
a.Hard Coal
Mengandung moisture, nilai kalori lebih dari 5700 Kkal/kg (10,260 Btu/lb) dalam
ash free basis. Batubara ini digolongkan dalam volatile matter (Dry, Ash free),
nilai kalori (Moisture, Ash free) dan sifat – sifat coking.
b.Brown Coal and Lignit
Mengandung moisture, nilai kalori dibawah dari 5700 Kkal/kg (10,260 Btu/lb)
dalam ash free basis. Batubara ini digolongkan berdasarkan Total Moisture (Ash
free) dan nilai suhu yang rendah.

2.ASTM – Standar
Sistem klasifikasi ini berdasarkan tingkatan yang digunakan secara luas di
Amerika Serikat dan berdasarkan pada fixed carbon serta nilai caloric value pada
mineral matter free basis (mmfb). Nilai kalori mengacu pada batubara yang
mengandung moisture yang ada
Tabel 2. Klasifikasi batu bara menurut ASTM
Fixed Volatile Calory
Agglomerating
No Carbon Matter Value Limit
Class Grup character
. Limit (%) (%) (%)
≥ < > ≤ ≥ <
1 Anthacite Meta anthrac. 98 - - 2 - - Non
Athrac 92 98 2 8 - - Agglomerating
semi antrac. 86 92 8 14 - -
2. Bituminous 78 86 1 22 - -
Low.Vol.Bit.Coal 4
Med.Vol.bit.coal 69 78 2 31 - -
2
High Vol.A - 69 3 - 140 - Commonly
bit.coal 1 00
High Vol.B - - - - 130 1400 agglomerating
bit.coal 00 0
High Vol.C - - - - 110 1300 Agglomerating
bit.coal 00 0
3. SubBit 1. Subbit. A - - - - 105 1150 Non agglomerating
Coal 00 0
2. Subbit B coal - - - - 950 1050
0 0
3. Subbit C coal - - - - 830 9500
0
4 Lignite 1. Lignite A - - - - 630 1130
0 0
2. Lignite B - - - - - 6300
3.5 Pemanfaatan Batubara
Kegunaan batubara secara langsung dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok
yaitu:

A.Sebagai bahan bakar langsung


Batu bara dapat digunakan secara langsung dalam bentuk padatan tanpa melalui
pengolahan, misalnya digunakan sebagai bahan bakar pada ketel uap, pabrik
semen dan pada industri-industri kecil.

B.Sebagai bahan bakar tak langsung


Sebelum digunakan sebagai sumber energi, batu bara terlebih dahulu
diproses menjadi bentuk lain. Proses tersebut antara lain :
 Pencairan
Proses pencairan ini menghasilkan bahan bakar minyak.
 Gasifikasi
Proses ini menghasilkan bahan bakar gas.
 Karbonisasi
Hasil utama dari proses ini berupa kokas atau semi kokas yang digunakan
dalam bentuk bongkahan/briket yang digunakan sebagai bahan bakar industri dan
rumah tangga.
 Suspensi
Pada proses ini diperoleh Coal Water Fuel yang mempunyai sifat mirip
dengan bahan bakar minyak.
C. Bukan sebagai bahan bakar
Pemenfaatan batubara pada berbagai jenis industri yang penggunaanya
bukan sebagai bahan bakar, misalnya: Bahan bakar industri petrokimia, reduktor,
karbon aktif, elektroda dan lain-lain.
3.6 Dampak dari Pemanfaatan Batubara
Sebagai bahan bakar adalah adanyan pencemaran yang disebabkan karena
diemisikan gas – gas campuran nitrogen oksida, campuran gas – gas sulfur oksida
dan hasil sampingan dari pembakaran batubara (fly ash) yang ditampung ddialam
suatu kolom pengendapan ash. Dampak emisi tersebut dapat dikurangi dengan
cara mendesain boiler sedemikianrupa, sehingga pencemaraan dapat dihilangkan
atau sekurang – kurangnya diperkecil sampai mencapai batas konsentrasi yang
diijinkan oleh pemerintah.
Supaya fly ash tidak keluar dari cerobong bersama gas – gas buangan yang
lainnya sehingga tidak mengotori lingkungan sekitar PLTU, maka sebelum gas
yang membawa fly ash tersebut memasuki cerobong dialirkan dulu melalui
pengendap listrik statis atau kedalam karung – karung penyaring yang berjumlah
ribuan. Ash yang tertangkap dijatuhkan jedalam selokan dibawah tadah jatuh yang
kemudian akan dibawa oleh aliran air kedalam kolom pengendap ash. Fly ash
pembakaran tersebut mempunyai sifat – sifat tanah podzolan sehingga dapat
dipakai sebagai pengganti semen Portland dan telah dimanfaatkan untuk
pembuatan beton gedung, jalan raya, bendungan dan sebagianya
Abu yang terjadi pada pembakaran batubara akan membentuk oksida,
oksida ini akan bercampur (secara padatan) dengan klinker (pada semen) dapat
mempengaruhi kualitas semen. Salah satu masalah terburuk yang berkaitan erat
dengan pembakaran batubara adalah hujan asam. Gas yang tak terpakai
membumbung ke udara. Beberapa kilometer jaraknya dari tempat tersebut lalu
berubah dan jatuh sebagai hujan asam yang dapat merusak tanaman dan hutan.

3.7 Bahan Baku Produk dan Pemasaran Produk


Bahan baku produk yg diperlukan adalah batu bara. Baik batu bara yang berasal
dari tambang maupun batu bara yang telah loading atau bisa disebut dengan
pengapalan. Perusahaan ini bergerak di bidang jasa, dimana mulai dari proses
survey tempat, pengambilan sampel (sampling), preparasi, hingga analisa kualitas
batu bara di lakukan oleh PT.Carsurin. Hasil akhir dari semua kegiatan
dipublikasikan dalam sertifikat agar bisa dilampirkan pada saat pengiriman batu
bara melalui kapal. Setelah sertifikat diterbitkan, kemudian dilaporkan ke shipper
(pemilik batu bara) agar dapat dijual ke buyer (pembeli batu bara).

3.8 Bahan Baku Produk dan Pemasaran Produk


Bahan baku produk yg diperlukan adalah batu bara. Baik batu bara yang
berasal dari tambang maupun batu bara yang telah loading atau bisa disebut
dengan pengapalan. Perusahaan ini bergerak di bidang jasa, dimana mulai dari
proses survey tempat, pengambilan sampel (sampling), preparasi, hingga analisa
kualitas batu bara di lakukan oleh PT.Carsurin. Hasil akhir dari semua kegiatan
dipublikasikan dalam sertifikat agar bisa dilampirkan pada saat pengiriman batu
bara melalui kapal. Setelah sertifikat diterbitkan, kemudian dilaporkan ke shipper
(pemilik batu bara) agar dapat dijual ke buyer (pembeli batu bara).

3.9 Sampling
Tujuan utama dari pengambilan sampel ialah untuk mengambil sebagian
kecil material yang akan mewakili sifat-sifat keseluruhan material tersebut. Syarat
utama adalah sampel itu harus mewakili (respresentatif) bahan yang di
sampling.Pengambilan sample batubara harus dilakukan menurut standar yang
telah ditentukan. Karena banyaknya standar batu bara yang ada, pemilihan akan
bergantung pada persetujuan antara pembeli dan penjual.

3.10 Preparasi Sampel


Ada dua istilah yang hampir sama bunyinya tetapi artinya berlawanan:
coal preparation dan sample preparation. Coal preparation adalah istilah yang
digunakan untuk pencucian batu bara di pusat pencucian, sedangkan sample
preparation bertujuan untuk menyediakan suatu sample yang jumlahnya sedikit
yang mewakili sample asal. Sample ini dapat dikirim ke laboratorium untuk
dianalisis yang umumnya disebut sebagai analytical sample atau sample analitik.
Sample analitik ini terdiri atasbatu bara yang sudah dilumatkan atau digerus halus
samapi top size (yakni ukuran partikel yang 95% lolos ayakan) tidak lebih dari 0,2
mm atau -0,2 mm (-200µm). Berat sample analitik akan bergantung pada
parameter apa yang akan ditentukan dalam sample tersebut.
Untuk mempreparasi 40-150 g sample analitik sesuai dengan berat seperti
yang tercantum pada Tabel 3. Ada beberapa pengujian yang tidak cocok dengan
sample berukuran -0,2 mm. jika parameter ini perlu diuji, maka harus dipreparasi
secara khusus berapa ukuran butirnya dan berapa berat yang diperlukan.
Parameter khusus ini dengan berat yang diperlukan dapat dilihat pada table 2 yang
dikutip dari AS 4264.1 “Higher rank coal – Sampling procedures”.
3.10.1 Proses preparasi sample
1.Pengeringan
Pengeringan udara atau air driying kadang-kadang diperlukan dalam
tahapan kerja preparasi sample. Factor yang menentukan diperlukan atau tidaknya
pengeringan udara adalah apakah batubara akan melalui peralatan pembagi
sample atau melalui penggerus. Jika sample langsung akan dibagi melalui
peralatan pembagi, maka sample tersebut tidak perlu dikeringkan dulu.
Pengeringan sampai berat yang konstan serta suhu yang terus di tinggikan
itu tidak perlu untuk General Analysis, karena hal ini dapat berakibat terjadinya
oksidasi pada batu bara rank rendah. Pengeringan dapat dilakukan di dalam oven
atau Drying Set suhu 10°C di atas suhu kamar. Aturan pengeringan dalam
standard ISO, ASTM, British Standard, dan AS.
Tabel 3. Lamanya waktu pengeringan menurut ASTM, ISO, BS, dan AS
Waktu pengeringan

Suhu °C ISO1988 ASTM D2013 BS 1017; part 1 AS 2646.6

15° < 24 jam 24 jam

25°C

30°C 6 jam 6 jam ≤ 24 jam

40°C ≤ 6 jam

45°C 3 jam 3 jam ≤ 3 jam

105°C 1 Jam

10°C- 15°C
diatas suhu
ruangan, tapi
tidak > 40°C, Sampai konstant
kecuali suhu
ruangan >
40°C

2. Pengecilan ukuran butir


Memperkecil ukuran partikel, dengan cara milling ( crushing dan grinding
) yang disebut sebagai reduction.
Dalam ISO R-1213 diberikan definisi beberapa cara memperkecil ukuran partikel
ini:
 to mill ; memparkecil ukuran partikel dengan cara crushing, grinding, atau
pulverizing.
 to crush (meremukkan) ; memperkecil ukuran partikel sample sampai
ukuran partikel kasar (>3 mm).
 to grind, to pulverized (menggerus, melumatkan) ; memperkecil ukuran
partikel sample sampai ukuran partikel halus (<1.5 mm).
Beberapa aturan dalam cara memperkecil ukuran partikel antara lain:
1. Permukaan harus dilakukan secara mekanis
2. Tidak diperbolehkan mengayak material yang tertahan ayakan (oversize).
Misalnya jika akan meremukkan material sampai melalui 10 mm maka
tidak boleh hanya mengayak yang -10mm-nya saja dan kemudian hanya
meremukkan material +10 mm-nya saja dan kemudian hanya meremukkan
material yang +10 mm-nya saja. Alasannya, karena antara batu bara halus
dan kasar ada perbedaan sifat petrografi, fisika, dan kimia, serta dalam
langkah pencampuran yang perlu menghomogenkan kembali sample akan
sukar untuk dilakukan.
3. Semua penggerus dalam preparasi sample tidak boleh menghasilkan
material yang tertahan ayakan lebih dari 1%. Penggerus-penggerus itu,
termasuk Raymond mill, harus dicek secara teratur pada waktu-waktu
tertentu untuk meyakinkan bahwa 99% hasil gerusan melalui ayakan.
4. Semua penggerus harus selalu bersih. Misalnya pada pemakaian hammer
mill yang selalu menahan batu bara setelah penggerusan, sehingga pada
penggerusan selanjutnya dapat mengotori sampel yang akan digerus.
5. Memperkecil ukuran dengan tangan tidak diperbolehkan, kecuali untuk
batu bara lempengan.
Peralatan untuk memperkecil ukuran dalam standar ISO harus yang bekerja secara
mekanis, mesin demikian disebut mill. Yang lebih disukai adalah high speed mill.
Peralatan tersebut bermacam-macam jenisnya, mulai dari jaw crusher
sampai roll crusher dan dari mill sampai high speed impact pulveriser yang
khusus diperuntukkan menggerus sample sampai berukuran -0,2 mm.

3. Mixing atau Pencampuran


Mixing adalah proses pengadukan sampel agar diperoleh sampel yang
homogen. Pencampuran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode
manual menggunakan riffle atau dengan membaentuk timbunan berbentuk kerucut
dengan metode mekanis menggunakan alat Rotary Sampler Divider.

4. Pembagian atau Dividing


Bila preparasi sample dimulai dengan memperkecil ukuran menjadi
ukuran pertengahan dan pada langkah kedua diperkecil lagi menjadi ukuran akhir,
yakni -200µm, maka cara ini disebut two-stage preparation. Ukuran pertengahan
umumnya 10 mm atau 3 mm. Setiap pembagian dalam two-stage preparation
harus mempunyai berat minimal:
Apabila ukuran asal dari batubara adalah 120 mm atau lebih besar lagi, maka cara
preparasinya adalah theree-stage preparation yang mempunyai dua ukuran
pertengahan. Dalam cara ini berat minimal untuk pembagian tersebut adalah:

3.10.2 Peralatan Preparasi


1) Pengering
Untuk mengeringkan sample batu bara dapat dipakai lantai pengering-
udara (air-drying floor) atau oven pengering (air-drying oven).

 Lantai pengering-udara. Suatu lantai yang rata dan halus serta bersih yang
terletak di dalam ruangan bebas kontaminasi debu atau material lainnya.
Ruangan tersebut mempunyai sirkulasi udara yang baik tanpa panas yang
berlebihan atau aliran udara yang berlebihan. Kondisi lantai pengeringan-
udara sedapat mungkin harus mendekati kondisi yang di syaratkan untuk
oven pengering-udara.
 Oven pengeruing udara. Suatu alat yang digunakan untuk mengalirkan
udara yang yang sedikit panas pada sample. Oven harus dapat menjaga
suhunya antara 10ºC-15ºC di atas suhu kamar. Suhu maksimal oven adalah
40 ºC. Untuk batu bara yang mudah sekali teroksidasi, suhu oven tidak
boleh melebihi 10ºC diatas suhu kamar.

2) Penggerus
Alat- lat penggerus antara lain :
 Crusher. Ada dua jenis crusher yaitu; hummer mill yang fungsinya untuk
memcahkan sample secara pukulan atau benturan, jaw crusher yang
fungsinya untuk memcahakan sample secara menekan, contohnya roll
crusher dan jaw crusher.
 Hummer mill. Memiliki keuntungan :reduction ratio tinggin, dapat
memperkecil batu bara lempengan (150 mm) dan mempunyai hasil
penggerusan tinggi, harganya murah, serta tidak terlalu makan banyak
ruang. Kerugiannya adalah mempunyai angin yang deras sehingga dapat
berpengaruh terhadap sample Moisture, menghasilkan fines yang banyak
dan tidak dapat dipakai pada batu bara basah.
 Jaw Crusher. Alat ini cocok untuk meremukkan batubara keras dan
kering. Untuk memperoleh hasil yang halus susah sekali. Kerugian
utamanya adalah kapasitas rendah (kecuali lempengannya besar) dan tidak
dapat mengerjakan batu bara basah.
 Roll Crusher. Keuntungan dari double roll crusher antara lain tidak
menimbulkan panas dan angin, tidak menghasilkan fines yang berlebihan
dan mudah menangani batu bara basah.

3) Pencampur
Ada beberapa jenis alat yang memadai yaitu paddle mixer, drum mixer, dan
double cone mixer (untuk batubara berukuran 1.0-0.2 mm). Yang dioperasikan
secara manual adalah riffle.

4) Pembagi
Pembagian sample dapat dilakukan baik secara manual maupun mekanis.
Jika pembagian akan dilakukan secara manual tetapi tidak menggunakan riffle,
dapat dilakukan dengan cara yang disebut sebagai cara coning and quartering.
Prinsipnya ialah batu bara dibentuk seperti gunung (timbunan mirip kerucut
pendek), ditekann sampai rata dan kemudian dibagi menjadi 4 bagian yang sama.
Dua bagian yang berlawanan disatukan untuk kemudian dibagi empat lagi, begitu
seterusnya sampai diperoleh berat yang diinginkan. Dua bagian lainnya dibuang.
Umumnya cara ini dipakai untuk membagi sample apabila tidak tersedia riffle di
lapangan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Preparasi Sampel
Sampel adalah sebagian kecil yang diambil secara random atau sistematik
menurut interval tertentu dari sejumlah partai barang dengan mengacu pada
metoda standard yang digunakan. Dimana bagian kecil yang terambil tersebut,
terkumpul dalam suatu gross sampel, mewakili dari sejumlah partai barang
tersebut untuk di uji sifat fisik dan kimianya. Gross sampel adalah gabungan dari
beberapa increment yang diambil dengan interval tertentu secara regular terhadap
keseluruhan lot atau unit sampling. Increment adalah kegiatan setiap satu
pengambilan material contoh. Lot atau unit sampling adalah suatu satuan material
setiap satu kali pengiriman, satuan tersebut bisa quantity, bisa waktu, bisa media
angkut.
Preparasi sampel adalah pengurangan berat serta ukuran dari gross sampel
sampai pada berat serta ukuran yang cocok untuk analisa di laboratorium.
Preparasi sampel untuk penentuan moisture dan general analysis biasanya
mencakup pembagian dan pengurangan. Hal ini juga mencakup mixing,
pengeringan udara, dan equalize.
Preparasi contoh adalah rangkaian tahapan pengurangan berat dan ukuran
dari gross sample secara sistematis sampai pada berat dan ukuran yang sesuai
untuk analisa dan laboratorium.
4.1.1 Pengurangan ukuran
Dalam proses ini batubara hasil sampling ukurannya bervariasi sehingga
perlu adanya pengurangan ukuran agar dapat di proses. Pengurangan ukuran ini
menggunakan alat crusher
 Jaw crusher
Jaw crusher adalah alat atau contoh paling umum mesin peremuk dengan
bentuk dan mekanisme yang sederhana untuk melakukan peremukan batuan yang
mengandung mineral dengan cara menjepit diantara dua buah plat (rahang tetap
dan rahang ayun) atau swing jaw, lalu dihancurkan dengan gaya tekan remuk.
Kegunaannya untuk menyeragamkan ukuran butir batubara mentah, untuk
meremukkan batu buangan sebelum dibuang dengan belt conveyor.
Alat tersebut ada 2 tipe :
a. Type blake, bila titik tumpuan ada diatas.
b. Type dodge, bila titik tumpuan ada dibawah.
Prinsip Kerja jaw crusher, sudut yang dibentuk oleh dua buah rahang
disebut nip angle dan besarnya antara 28-30 j. bila sudut ini terlalu besar batubara
mentah yang baik, akan selalu terpental atau lari ke atas, perbandingan antara
ukuran partikel sebelum dan sesudah peremukan disebut juga rasio peremukan
(rasio pengerusan),
Rasio peremukan atau pengerusan pada jaw crusher sekitar 4:1 hingga 6:1
sedangkan untuk menyatakan kapasitas pengolahan bijih dinyatakan dengan
(m3/t) atau (t/jam). Pada jaw crusher type dodge titik tumpuh rahang-rahangnya
ada dibagian bawah sehingga pada saat pengoprasionalnya pun misalnya
discharge (dutlate) tetap. Type ini mempunyai kelebihan dalam hal keseragaman
ukuran produk (hasil pengerusan) namun sebaliknya kekurangannya pada mulut
discharge karena mudah tersumbat. Karena posisi mulut discharge jauh dari titik
tumpu gaya maka alat ini harus melakukan peremukan bongkahan besar dengan
tenaga yang relative lemah untuk itu type dodge biasanya dipakai untuk peemukan
sedang, dan kapasitas pengolahan yang tidak terlalu besar.
4.1.2 Pembagian Sample dan Pengurangan Jumlah
Setelah ukuran dikurangi maka selanjutya sample akan di kurangi
jumlahnya. Dalam pengurangan jumlah sample ini tidak sembarangan begitu saja
tapi ada beberapa cara yang bisa di gunakan yaitu Rifling, Fraktional soveling,
strip mixing and spiling, increment division dan mekanik, dengan cara tersebut
bisa di tentunkan bagian mana yang di ambil dan bagian mana yang akan di
buang.
 Pembagian Sample dan Pengurangan Jumlah
Setelah ukuran dikurangi maka selanjutya sample akan di kurangi
jumlahnya. Dalam pengurangan jumlah sample ini tidak sembarangan begitu saja
tapi ada beberapa cara yang bisa di gunakan yaitu Rifling, Fraktional soveling,
strip mixing and spiling, increment division dan mekanik, dengan cara tersebut
bisa di tentunkan bagian mana yang di ambil dan bagian mana yang akan di
buang.
1. Increment Division
a) Aduk sample yang akan di bagi dan atau dikurangi tebarkan secara merata
dengan ketebalan 2.5 kali ukuran particlenya.
b) Buat Garis matrik dengan dimensi 4x5 setelah terbentuk matriknya
c) ambil secara random setiap bagian-bagian yang sudah terpisah dengan
garis-garis menggunakan shovel.
2. Riffling
Adalah alat untuk membagi sample menjadi 2 bagian. satu bagian untuk di
buang satu bagian lagi akan di gunakan.
3. Fraktional soveling
Yaitu dengan cara mengaduk sample yang akan dibagi kemudian
bentuklah menjadi sebuah kerucut.
setelah itu ambil dari sample batubara yang kerucut itu sama rata menjadi
beberapa bagian.
misalkan dari 1 kerucut tumpukan batubara akan dibagi jadi 5 bagian.
maka setiap tunpukan yang lebih kecil mendapatkan jatah yang sama dari kerucut
batubara yang besar.
dalam pengambilan bagian-bagiannya gunakanlah shovel. Setelah
terbentuk kerucut-kerucut kecil pilih secara acak bagian mana yang di buang
bagian mana yang di ambil.
4. strip mixing and spiling
Cara ini hampir mirip dengan Fraktional soveling hanya saja batubara
dibentuk strip atau garis. caranya jatuhkan secara merata batubara dengan
menggunakan shovel sepanjang garis yang dibuat. lakukan sampai batubara habis.
Ambil bagian batubara dengan terlebih dahulu sekat batubara dengan
menggunakan 2 penyekat sehingga batubara yang berada di tengah sekat kita
ambil dengan shovel sampai bagian terkecil. ambil 20 increment untuk satu
bagian pemisahan.

4.1.3 Pengurangan Kadar Air


Pengurangan kadar air disini agar saat analisa hilangnya air pada batubara
terkontrol.
Alat yang biasa di gunakan berupa oven cukup besar biasanya di sebut
ruang pengeringan (Draying Shed)
4.1.4 Pengurangan Ukuran Milling
Yaitu menghaluskan ke ukuran yang lebih kecil agar bisa di analisa di
laboratorium.
Jenis alat yang bisa digunakan dalam proses milling adalah :
Berdasarkan pada media gerusnya, grinding media, alat penggerus dapat
dibedakan:
1. Ball Mill,
menggunakan media gerus berbentuk bola yang terbuat dari baja.
Diameter media gerus bervariasi mulai dari 25 sampai 150 centimeter. Panjang
mill, L dan diameternya , D, relative sama, L = D. Berdasarkan cara pengeluaran
produknya, atau discharge, ball mill dibedakan menjadi overflow mill dan grate
discharge mill.
Pada overflow mill, produk hasil penggerusan keluar dengan sendirinya
pada ujung satunya, ujung pengeluaran.
Sedangkan pada grate discharge mill, produk keluar melalui saringan yang
dipasang pada ujung pengeluaran. Produk dapat keluar dengan bebas, permukaan
dalam mill rendah, lebih rendah dari overflow. Hal ini dapat menghindari
terjadinya overgrinding.
Air yang digunakan pada ball mill akan membentuk kekentalan tertentu,
sehingga pulp dapat melekat dan meyelimuti bola dan liner. Pulp harus relative
encer agar pulp dapat bergerak dengan leluasa di dalam mill. Ball mill biasanya
beroperasi dengan 70 – 80 persen solid, padatan.
2. Rod Mill
menggunakan media gerus berbentuk batang selindern yang panjangnya
hampir sama dengan panjang mill. Media gerus biasanya terbuat dari baja dan
disusun sejajar dalam mill. Dimensi Panjang, L jauh lebih besar daripada
diameter, D, L > D, biasanya panjang mill 1,5 sampai 2,5 kali diameternya.
Rod mill diklasifikasikan berdasarkan cara mengeluarkan produknya.
Overflow mill, umpan masuk dari salah satu ujung mill, dan keluar dari ujung
lainnya secara overflow. Overflow mill paling banyak digunakan pada
penggerusan cara basah.
Centre peripheral discharge mill, umpan masuk pada kedua ujung mill,
dan produk keluar dari bagian tengan shell. Penggerusan dapat dengan cara basah
maupun cara kering. Mill ini menghasilkan produk yang relative kasar.
End peripheral discharge mill, umpan masuk pada salah satu ujung mill,
dan produk keluar dari ujung yang lainnya melalui shell. Mill ini biasanya
digunakan untuk penggerusan cara kering.
Pada cara basah air berfungsi sebagai alat transportasi untuk membawa
bijih yang sudah berukuran halus ke tempat yang sesuai dengan ukurannya. Bijih
yang sudah halus akan terdorong air ke arah pengeluaran. Rod mill umumnya
beroperasi dengan 30 – 35 persen solid, padatan.
3. Pebble Mill,
media gerus menggunakan batuan yang sangat keras. Mill ini memiliki
Dimensi panjang mill, L relative sama dengan diameter mill, L = D
4. Autogeneous Mill,
media gerus menggunakan bijih itu sendiri. Dimensi panjang mill, L
relative lebih kecil daripada diameter mill-nya, L < D. Pada mill ini bijih akan
menggerus bijih. Penggerusan dilakukan terhadap bijih yang datang dari tambang
atau bisa dari keluaran operasi peremukan tahap pertama. Penggerusan dapat
dengan cara basah atau kering, dan mekanisme penggerusannya sama dengan ball
mill.
Autogeneous Mill, dapat dilakukan dengan atau dalam ball mill, cascade
mill atau aerofall mill. Cascade mill berupa mill yang memiliki diameter 3 sampai
empat kali panjang mill. Sedangkan aerofall seperti cascade, namun pada liner
dipasang sekat yang dapat membawa bijih ke tempat yang lebih tinggi.
Autogeneous seluruhnya, bijih dari tambang dapat masuk langsung ke dalam mill.
Seluruh muatan mill adalah bijih dari tambang dan saling gerus.
Autogeneous sebagian, muatan mill berupa bongkah-bongkah besar bijih
dicampur dengan bijih yang telah diremuk dengan alat lain. Pada mill ini
bongkah-bongkah besar bertindak sebagai media gerus.
Semi Autogeneous, bijih dari tambang dicampur dengan media gerus, bola baja
pejal. Jadi isi mill adalah bijih dari tambang langsung masuk mill dan tercampur
dengan media gerus yang sudah ada dalam mill.
5. Tube Mill,
media gerus menggunakan bola baja. Dimensi panjang mill, L biasanya
jauh lebih besar dari diameternya, L > D. Mill terbagi dalam beberapa
kompartemen. Bisa dua, tiga atau bahkan bisa empat kompartemen.
Tahapan Preparasi
Sebelum sampel masuk ke laboratorium sampel harus di preparasi terlebih
dahulu tahapan nya adalah:
 Pada saat sampel datang setelah dari sampling kode sampel harus di catat
 Setelahnya berat karung/sampel harus di timbang
 Kemudian di hancurkan menggunakan alat hummer mill(ASTM) dan
ukuran nya (4,75mm) atau jaw cruser (ISO) dan ukuran nya (10mm)
 Apabila sudah melakukan penghancuran,sampel dai masukkan ke alat
RSD selama 3x
 Ketika sudah RSD selama 3x sampel di masukkan ke kantong buat
sample store dan berat sampel store mencapai 5kg.
 Bawa sampel ke ruang drying shed(pengeringan) untuk TM GA berat
sampel 1kg untuk ASTM max 18 jam pengeringan dan selisih adl 0.3 dan
untuk ISO sampel GA hanya sampai 4 jam pengeringan dan TM max 18
jam dan selisih adl 0.2
 Ketika sampel sudah mencapai 18 jam atau selisih 0.3 sampel di grinding
lalu di raymond untuk ASTM TM&GA di raymond mill dengan ukuran
0.250mm dan untuk ISO GA di grinding dan di raymond pake yang buat
ISO dengan ukuran 0.212mm dan TM hanya di grinding dengan ukuran
2.36mm
 Masukkan sampel yang di sudah di raymond bertuliskan RM & GA dan
kode sampel dan masuk ke laboratorium
4.2 HARDGROVE GRINDABILITY INDEX
Hardgroove Grindability Index (HGI) merupakan parameter yang
menyatakan tingkat kemudahan batubara untuk digerus. Semakin tinggi nilai HGI,
maka akan semakin mudah batubara tersebut untuk digerus. Parameter HGI ini
dapat juga dipakai untuk menyatakan tingkat kekerasan batubara. Semakin rendah
nilai HGI maka akan semakin keras batubara tersebut.

Langkah Langkah HGI


1) Sampel yang telah dinyatakan konstan dan sudah dilakukan Grinding di
ayak dengan ayakan ukuran 1,18 MM dan 600 Mic.
2) Kemudian di ayak menggunakan alat Shieve Sheker sebanyak 3
kali,masing masing 5 menit
3) Setelah dilakukan pengayakan dengan Shieve Sheker,timbang berat 1,18
MM dengan 600 Mic dan lost nya.
4) Kemudian ambil sampel yang tertahan di ayakan ukuran 600 mic sebanyak
50 gram untuk percobaan ke 1
5) Masukkan sampel 50 gram di mesin HGI pastikan mesin HGI dalam
keadaan bersih dari sampel lain,sampel akan digerus selama 60 detik atau
60 kali putaran dengan alat HGI
6) Setelah proses penggerusan sampel di ayak dengan menggunakan ayakan
75 mic dengan alat shieve shaker sebanyak 3 kali masing masing selama 5
menit
7) Setelah proses penggayakan sampel ditimbang kembali baik 75 mic
maupun lost
8) Untuk mencari nilai HGI di hitung menggunakan rumus 6.0669 + 16.137
9) Ulangi langkah untuk mencari nilai Duplo

4.3 SIZING
Sizing adalah salah satu metode pemisahan partikel sesuai dengan ukuran
yang di kehendaki.
Ukuran yang biasa digunakan:
Untuk ISO biasanya mengunakkan ukuran:
+50 +10
+40 +6.3
+31.5 +4.75
+25 +2.00
+20 -2.00
+12.5
Untuk ASTM biasanya menggunakkan ukuran:
+50 +9.5
+39 +6.3
+31.5 +4.75
+25 +2.00
+19 -2.00
+12.5
4.4 Pembahasan Praktikum
Pada praktikum kali ini kami membahas tentang preparasi batubara namun
pada praktikum ini proses sampling telah dilakukan sebelumnya yaitu dengan
mengambil sample batubara yang berbeda-beda dari stockpile perusahaan yang
berbeda-beda pula.
Dalam praktikum ini kami langsung melakukan proses milling yaitu
proses untuk menggerus batubara menjadi ukuran yang lebih halus, agar dapat
diproses lebih lanjut dalam laboratorium
Proses milling yang kami lakukan yaitu dengan menggunakan mesin
miller skala kecil yang menghasilkan ukuran butir batubara yang cukup halus
Dalam proses preparasi ini juga kami melakukan proses pengambilan sample
dengan ukuran butir batubara tertentu yakni dengan ukuran butir skala mesh
Alat yang kami gunakan dalam pengambilan sample ini adalah shapeshaker yang
mengaduk-aduk serta mengocok batubara dan langsung memilah ukuran batubara
dalam satuan mesh, adapun satuan mesh yang tersedia di shapeshaker adalah
ukuran ½ mesh sampai dengan 200 mesh.
Kemudian setelah proses milling dilakukan sample batubara tersebut kami
simpan dan akan dilanjutkan proses selanjutnya di laboratorium pada praktikum
selanjutnya.
BAB V
PENUTUP
Atas berkat ramhat Allah Yang Maha Esa, serta kerjasama dan kerja keras
kami, selesailah penyusunan laporan Prakerin yang menjadi tugas wajib dalam
kegiatan ini.
Dalam penyusunan laporan Prakerin, kami mendapatkan pengarahan dari
pembimbing, bapak dan ibu guru, serta sekan-rekan SMK Teknologi Nasional
Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya.

A. Kesimpulan
Sampel adalah sebagian kecil yang diambil secara random atau sistematik
menurut interval tertentu dari sejumlah partai barang dengan mengacu pada
metoda standard yang digunakan. Increment adalah kegiatan setiap satu
pengambilan material contoh. Lot atau unit sampling adalah suatu satuan material
setiap satu kali pengiriman, satuan tersebut bisa quantity, bisa waktu, bisa media
angkut.
Preparasi sampel untuk penentuan moisture dan general analysis biasanya
mencakup pembagian dan pengurangan. Hal ini juga mencakup
mixing, pengeringan udara, dan equalize

B. Saran
Karena di tempat prakerin kita akan berhubungan langsung dengan
pekerjaan, maka alangkah baiknya kita mempersiapkan secara matang materi-
materi yang diajarkan di sekolah. Hal ini bertujuan agar kita tidak bingung kalau
disuruh melakukan sesuatu.
Untuk adik kelas yang akan melaksanakan prakerin, usahakan tetap
menjaga nama baik sekolah. Karena jika nama sekolah sudah jelek, maka akan
susah untuk bekerjasama dengan perusahaan tersebut dalam menerima siswa
prakerin.

Lampiran
-Drying Sheed
(alat pengering sampel sesudah di preparasi)

-Store Sampel
(Penyimpanan Sampel Dalam Jangka Waktu 3 bulan)
-Rotation devide sampel
(Mencampur Sampel Batubara Yang Sudah Di Preparasi Biar Merata)

-Hammer Mill
(Alat Preparasi Metode ASTM)

-Grinding
(Alat Untuk Memperkecil Ukuran Batubara Apabila Sesudah Konstan Dari
Drying Sheed (Pengeringan)
-Hardgrove Grindability Index
(Alat Penggerus Batubara Dan Mengetahui Kekerasan Batubara)

-Raymond Mill
(Untuk Memperhalus Ukuran Batubara Menjadi 0.250mm )
-Shieve Shaker
(Alat Yang Guna Memisahkan Batubara Yang Sudah Di Gerus Demi Mengetahui
Sampel Yang Tertahan Di Ayakan

DAFTAR PUSTAKA
 http://www.coe.its.ac.id/index.php/servicelist/44-analisis-batubara

 http://www.fyoya.blogspot.com/2012/10/analisa
-proksimat- batubara.html?m=1

 http://www.ierjeck.blogspot.com/2013/06/analisis-
proksimat-dan-total- sulfur.html?m=1

 http://www.rismayantianalisabatubara.blogspot.com/2012/
02/laporan- analisa-batubara-di-ptjembayan.html?m=1

 Panduan Mutu PT.CARSURIN

 www.carsurin.com/branches.html

 www.carsurin.com/services.html
 Yakub, arbie. 2006. Buku Pegangan Tentang Kualitas Batubara. Bandung

Anda mungkin juga menyukai