Anda di halaman 1dari 72

VALIDASI METODE UJI PENENTUAN KADAR Sn DALAM

BIJIH TIMAH DENGAN METODE VOLUMETRI DI PT.


TIMAH (PERSERO) TBK PANGKAL PINANG

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan


Matakuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Disusun oleh :
YULAN
No. Mhs : 14612184

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


2017
ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillaahi robbil’alamiin, penulis hanturkan kepada Allah SWT

yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan di PT. Timah (Persero) Tbk.

Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Akhiirul anbiyaa’ Nabiyallah

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat daan seluruh pengikutnya hingga

akhir zaman.

Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan judul “Validasi Metode

Uji Penentuan Kadar Sn dalam Bijih Timah PT. Timah (Persero) Tbk” ini

disusun sebagai salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi untuk

menyelesaikan mata kuliah praktik kerja lapangan bagi mahasiswa semester VI

pada Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Keberhasilan penyusunan laporan kerja praktik ini sangat dipengaruhi

oleh berbagai pihak. Pada kesempatan ini, Penulis menyampaikan terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi positif dalam

pembuatan laporan ini, dengan penuh rasa syukur penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Allah SWT karena berkatnya penyusun diberi kemudahan untuk

menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu.

2. Orang tua serta keluarga yang telah membantu dan memberikan

dukunganya dalam mengerjakan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini.

iii
3. Drs. Allwar, M.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia.

4. Ibu Dr. Is Fatimah selaku ketua Program Studi Kimia, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia.

5. Bapak Dr. Dwiarso Rubiyanto S.Si., M.Si. selaku dosen pembimbing

akademik, yang banyak memberikan saran hingga laporan ini dapat

tersusun dengan baik.

6. Ibu Dr. Noor Fitri, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan selama proses penyusunan Laporan Praktik

Kerja Lapangan.

7. Bapak Eko Purwantara selaku Kepala Sumber Daya Manusia PT. Timah

(Persero) Tbk.

8. Bapak Nono Budi Priyono selaku Kepala Bidang Rekayasa

Penambangan dan Pengolahan PT. Timah (Persero) Tbk.

9. Ibu Zahara Elfira Jayathu selaku pembimbing Instansi di Laboratorium

Kimia PT. Timah (Persero) Tbk.

10. Teman-teman satu kelompok PKL (Greef Ros Aulia dan Dea Alvina)

serta teman- teman angkatan 2014 yang selalu mensuport dan

mendoakan.

11. Seluruh staff Laboratorium kimia PT. Timah (Persero) Tbk yang telah

banyak memberikan ilmu dan pengalaman selama penulis melakukan

Praktek Kerja Lapangan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan praktik kerja lapangan ini masih jauh

iv
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun untuk

perbaikan laporan ini sangat penulis harapkan dari semua pihak. Semoga laporan

ini dapat memberikan manfaat bagi diri penulis dan bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 26 Februari 2017

Penulis

v
VALIDASI METODE UJI PENENTUAN KADAR Sn DALAM
BIJIH TIMAH DENGAN METODE VOLUMETRI DI PT.
TIMAH (PERSERO) TBK
Yulan

NIM 14612184

INTISARI

Praktik Kerja Lapangan di laboratorium Kimia PT Timah (Persero) Tbk


dilakukan pengujian validasi metode uji penentuan kadar Sn dalam bijih timah
dengan metode volumetri. Validasi metode ini bertujuan untuk menentukan Kadar
Sn dalam sampel bijih timah dan mengetahui keakuratan metode rutin yang
digunakan menggunakan metode volumetri. Parameter untuk validasi ini meliputi
parameter presisi dan akurasi. Analisis Presisi dilihat dari %RSD dan %CV
Horwitz dari hasil penentuan kadar Sn sedangkan analisis akurasi ditentukan
dengan melihat hasil penentuan kadar Sn bandingkan dengan nilai CRM Sn.
Kadar Sn pada sampel bijih timah UB.1.01616 didapatkan sebesar 73,09% dan
kadar Sn sampel bijih timah UB.2.0616 sebesar 48,98%. Hasil validasi metode
didapatkan nilai persen (%RSD) untuk sampel UB.1.0616 sebesar 0,0713% dan
sampel UB.2.0616 sebesar 0,1499%. Nilai %CV Horwitz untuk sampel
UB.1.0616 sebesar 8,3866% sedangkan sampel UB.2.0616 sebesar 8,9075%.
Syarat keberterimaan presisi adalah nilai %RSD < 2% dan nilai %RSD lebih kecil
dari nilai %CV horwitznya, sehingga dari syarat keberterimaan tersebut
menunjukkan metode volumetri yang digunakan pada penentuan kadar Sn dalam
bijih timah ini memiliki presisi yang baik. Nilai persen akurasi yang didapatkan
sebesar 62,50 % sesuai dengan standar CRM 62,49% ± 0,12.
Kata kunci: Sn Timah, volumetri,validasi, akurasi dan presisi.

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL….…………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN…….……………………………………………... ii
KATA PENGANTAR………………...………………………………………… iii
INTISARI………………………………………………………………………... vi
DAFTAR ISI……………………………...……………………………………... vii
DAFTAR GAMBAR………………………...………………………………….. ix
DAFTAR TABEL………………………………...……………………………... x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………...………………………... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………..………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………..………………….. 3
1.3 Tujuan……………………………………………………………….. 4
1.4 Manfaat……………………………………………………………… 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PT. Timah (Persero) Tbk……………………………………………. 5
2.1.1 Sejarah…………………………………………………………. 5
2.1.2 Visi dan Misi…………………………………………………... 9
2.2 Timah………………………………………………………………... 10
2.2.1 Pengertian Timah……………………………………………... 10
2.2.2 Sifat Timah…………………………………………………….. 12
2.2.3 Senyawaan Timah…………………………………………....... 13
2.2.4 Keberadaan Timah di Alam…………………………………… 17
2.3 Volumetri……………………………………………………………. 20
2.4 Validasi……………………………………………………………… 22
2.4.1 Definisi………………………………………………………… 22
2.4.2 Parameter Validasi…………………………………………….. 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat………………………………………………………………….. 27
3.2 Bahan……………………………………………………………….. 28

vii
3.3 Prosedur Kerja………………………………………………………. 28
3.3.1 Preparasi Sampel Bijih Timah………………………………... 28
3.3.2 Pembuatan Sulfur Karbonat…………………………………... 29
3.3.3 Pembuatan Larutan Standar KI-KIO3………………………… 29
3.3.4 penentuan Kadar Sn …………………….................................. 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Kadar Sn...........…………………………………………. 31
4.2 Penentuan Presisi…………………………………………………… 36
4.3 Penentuan Akurasi………………………………………………….. 39
4.4 Hasil Validasi……………………………………………………….. 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………. 41
5.2 Saran………………………………………………………………… 42
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 43
LAMPIRAN……………………………………………………………………... 45

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logam Timah (Sn)…………………………………………………. 11

Gambar 2.2 Timah Hitam……………………………………………………….. 20

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pembacaan ml titrasi larutan KI-KIO3 Sampel UB.1.0616…………... 33


Tabel 4.2 Pembacaan ml titrasi larutan KI-KIO3 Sampel UB.2.0616…...…….... 34
Tabel 4.3 Kandungan Sn dalam sampel bijih timah.………................................ 35
Tabel 4.4 Penentuan %RSD dan %CV Horwitz sampel bijih timah
UB.1.0616................................................................................................................ 37
Tabel 4.5 Penentuan %RSD dan %CV Horwitz sampel bijih timah
UB.2.0616……………............................................................................................ 38
Tabel 4.6 Penentuan Akurasi …………….............................................................. 39
Tabel 4.7 Hasil validasi metode ............................................................................ 40

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Alat dan Bahan …………………………...................... 45

Lampiran 2 Hasil pembacaan ml titrasi larutan KI-KIO3 Sampel UB.1.0616....... 50

Lampiran 3 Hasil pembacaan ml titrasi larutan KI-KIO3 Sampel UB.2.0616..... 51

Lampiran 4 Perhitungan Persen kadar Sn dalam Bijih Timah ………................... 52

Lampiran 5 Perhitungan Persen Relatif Standar Deviasi (%RSD) dan %CV

Horwitz ………………………………………………………................................ 57

Lampiran 6 Perhitungan (%Recovery) Akurasi ………………………................. 59

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penambangan timah di Indonesia sudah berlangsung lebih dari 200 tahun,

yaitu di Bangka mulai tahun 1711, di Singkep tahun 1812 dan di Belitung sejak

tahun 1852. Dengan kekayaan cadangan yang melimpah, Indonesia merupakan

salah satu negara produsen timah terbesar di dunia. Indonesia merupakan salah

satu negara yang mempunyai kekayaan sumber daya alam yang melimpah

termasuk sumber daya mineral logamnya. Banyaknya sumber daya mineral logam

ini mendorong bangsa Indonesia untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam

tersebut secara efisien. Pemanfaatan sumber daya alam tersebut haruslah

memerlukan berbagai metode dan teknologi yang tepat sehingga dapat diperoleh

hasil yang optimal dengan menghasilkan keuntungan yang besar dan ramah

lingkungan.

Salah satu mineral logam yang memiliki manfaat yang besar bagi

kehidupan manusia adalah logam timah. Sehingga pengolahan timah menjadi

sesuatu yang lebih bermanfaat bagi kehidupan manusia sangat diperlukan. Peran

reaksi kimia fisika sangat penting dalam pengolahan mineral logam timah

tersebut.

Indonesia adalah produsen timah terbesar di dunia yang merupakan ”The

Indonesian Tin Belt” yang tersebar di wilayah Pulau Karimun, Kundur, Singkep

dan sebagian di daratan Sumatera, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau

sampai Sebelah Barat Kalimantan (PT. Timah Tbk, 2011). Pertambangan timah di

1
2

Indonesia dimulai sejak abad ke-18 yang berada di bawah kontrol negara yang

berbeda. Pada awal penambangan di bawah kontrol Sultan Palembang yang

kemudian membuat kontrak dengan VOC pada tahun 1722 – 1799. Pada tahun

1812-1816 beralih ke tangan Inggris dan kemudian kembali diambil alih oleh

Belanda pada tahun 1816 – 1942. Setelah Indonesia merdeka, tambang timah

dinasionalisasikan menjadi PN. Timah (1945-1965) dan kemudian pada masa orde

baru (1966-1998) berubah namanya menjadi PT. Timah Bangka Tbk (Erman,

2010).

Besarnya manfaat logam timah bagi kehidupan manusia sehingga

pengolahan logam timah sangatlah penting, apalagi logam timah tidak ditemukan

dalam bentuk murni secara langsung melainkan tercampur dengan mineral lain.

Salah satu tempat pengolahan logam timah adalah PT. Timah (Persero) Tbk. Salah

satu unit operasional di PT Timah (Persero) Tbk adalah Laboratorium kimia. Unit

ini bergerak di bidang analisis bijih timah. Dalam proses analisisnya mengacu

pada persyaratan ISO/IEC 17025 : 2008. Proses analisis pada laboratorium

tersebut terdiri dari dua bagian utama yang terpisah, yaitu proses analisis kadar

timah (Sn) dalam bijih timah dan analisis kadar unsur pengotor dalam bijih timah

di Laboratorium Kimia. Unsur pengotornya dalam bijih timah berupa timbal (Pb),

tembaga (Cu), antimony (Sb), bismuth (Bi), nikel (Ni), seng (Zn), arsen (As),

cobalt (Co) dan besi (Fe) yang merupakan unsur pengotor utama dalam bijih

timah.

Analisis kadar (Sn) timah dalam bijih timah dimaksudkan untuk

mengetahui kualitas bijih timah dari berbagai daerah di bangka belitung. Kadar
3

(Sn) akan mempengaruhi harga jual dan proses peleburan bijih timah sehingga

analisis kadar (Sn) timah dalam bijih timah sangat diperlukan. Dalam analisis

kadar (Sn) dalam bijih timah dilakukan dengan metode volumetri.

Berdasarkan uraian di atas, untuk mendapatkan validitas data hasil analisis

kadar Sn yang akurat maka diperlukan penggunaan metode yang valid. Sehingga

validasi metode uji perlu dilakukan ditambah lagi metode volumetri yang

digunakan merupakan metode rutin yang dilakukan dalam analisis kadar Sn di

Laboratorium kimia PT. Timah (persero) Tbk. Penggunaan metode yang valid

dapat diketahui dari tingkat akurasi dan presisi suatu data hasil pengujian. Dengan

validasi metode, maka dapat diketahui tingkat kepercayaan hasil analisis kadar Sn

yang dihasilkan dengan menggunakan metode volumetri, juga untuk

membuktikan bahwa metode tersebut dapat digunakan rutin di Laboratorium

Kimia PT. Timah (persero) Tbk

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada maka dapat disusun rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana cara analisis kadar timah (Sn) dalam bijih timah dengan

metode volumetri?

2. Bagaimana hasil analisis kadar timah (Sn) dalam bijih timah dengan

metode volumetri?

3. Bagaimana nilai dari presisi dan akurasi pada validasi metode penentuan

kadar timah (Sn) dalam bijih timah?


4

4. Bagaimana hasil validasi metode penentuan kadar timah (Sn) dalam bijih

timah?

1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, penentuan

kadar timah (Sn) dalam bijih timah dengan metode volumetri bertujuan untuk:

1. Mengetahui cara analisis kadar timah (Sn) dalam bijih timah dengan

metode volumetri.

2. Mengetahui kadar timah (Sn) dalam bijih timah dengan metode volumetri.

3. Mengetahui nilai dari presisi dan akurasi pada validasi metode penentuan

kadar timah (Sn) dalam bijih timah.

4. Mengetahui hasil validasi metode penentuan kadar timah (Sn) dalam bijih

timah.

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil praktik kerja lapangan yang telah

dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang validasi metode suatu

pengujian.

2. Dapat digunakan sebagai referensi dalam melakukan kajian terhadap

analisis bijih timah.

3. Dapat mengetahui apakah metode yang digunakan untuk penentuan kadar

timah (Sn) dalam bijih timah dengan metode volumetri dapat digunakan

secara rutin di laboratorium dan dengan sampel bijih timah yang berbeda.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PT. Timah (Persero) Tbk

2.1.1 Sejarah

PT. Timah berkedudukan di Pangkal Pinang dengan alamat Jalan Jendral

Sudirman no 51. Pada mulanya terdiri dari tiga perusahaan pertambangan Belanda

yaitu Bangkatinwinning, di Pulau Bangka (selanjutnya disebut “BTW”),

Gemmenschappplijke Mijnjow Maatschappij Billiton di Pulau Belitung

(selanjutnya disebut “GMB”) dan NV Sinkep Explotatie Tin Maatschappij, di

pulau Sinkep (selanjutya disebut “NV Sitem”). BTW merupakan perusahaan

negara milik Hindia Belanda, sedangkan GMB dan NV Sitem merupakan

perusahaan swasta yang didirikan menurut hukum Belanda (PT.Timah, 2014).

Setelah Kemerdekaan Indonesia tahun 1945, industri pertambangan timah

di seluruh Indonesia secara bertahap diambil alih oleh Pemerintahan Republik

Indonesia. Pada tahun 1961, BTW, GMB dan NV Sitem dijadikan perusahaan

milik Negara Republik Indonesia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.87

tanggal 17 April 1961, Pemerintah Republik Indonesia membentuk Badan

Pimpinan Umum Perusahaan-Perusahaan Tambang Timah Negara (BPU Timah)

yang ditugaskan mengadakan kerjasama dan kesatuan tindakan dalam mengurus

PN Tambang Timah Belitung, PN Tambang Timah Bangka dan PN Tambang

Timah Singkep. Kemudian dengan Peraturan Pemerintah No.21 tanggal 1968

ditetapkan bahwa segala hak dan kewajiban, perlengkapan, kekayaan termasuk

5
6

cadangan-cadangan serta usaha-usaha lainnya dari BPU Timah, PN Tambang

Timah Belitung, PN Tambang Timah Bangka, PN Tambang Timah Sinkep dan

Proyek Peleburan Timah Mentok dialihkan Berdasarkan Peraturan Pemerintah

No.3 tanggal 24 Januari 1976 kepada PN Tambang Timah menjadi Perusahaan

Peseroan (Persero) (PT.Timah, 2014).

PT. Timah sebagai perusahaan Perseroan didirikan tanggal 02 Agustus

1976, dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak

dibidang pertambangan timah dan telah terdaftar di bursa efek Indonesia sejak

tahun 1995. PT. Timah merupakan produsen dan eksportir logam timah, dan

memiliki segmen usaha penambangan timah serintergrasi mulai dari kegiatan

eksplorasi, penambangan, pengolahan hingga pemasaran.

Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi juga di bidang pertambangan,

perindustrian, perdagangan, pengangkutan dan jasa. Kegiatan utama perusahaan

adalah sebagai perusahaan induk yang melakukan kegiatan operasi penambahan

timah dan melakukan jasa pemasaran kepada kelompok usaha mereka.

PT. Timah (Persero) Tbk mewarisi sejarah panjang usaha pertambangan

timah di Indonesia yang sudah berlangsung lebih dari 200 tahun, sumber daya

mineral timah di Indonesia ditemukan tersebar di daratan dan perairan sekitar

pulau-pulau Bangka Belitung ,Singkep ,Karimun dan Kundur. Dengan

diberlakukannya undang-undang no.9 tahun 1969 dan peraturan pemerintah no.19

tahun 1969, pada tahun 1976 status PN tambang timah dan proyek peleburan

timah mentok diubah menjadi bentuk perusahaan perseroan (Persero) yang

seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan namanya diubah
7

menjadi PT. Tmbang Timah (Persero). Untuk memfasilitasi strategi pertumbuhan

melalui divertifikasi usaha, pada tahun 1998 PT Timah (Persero) Tbk melakukan

reorganisasi kelompok usaha dengan memisahkan operasi perusahaan kedalam 3

(tiga) anak perusahaan yang secara praktis menempatkan PT Timah (Persero) Tbk

menjadi induk perusahaan dan memperluas cakupan usahanya kebidang

pertambangan, industry, keteknikan, dan perdagangan (Rahmi, 2015)

 Masa Kolonial

o Bangka Tin Winning Bedrijft (BTW)

o Gemeenschaappelijke Mijnbouw Maatschaappij Billiton (GMB)

o Singkep TIN Exploitatie Maatschappij (SITEM)

 1953 – 1958 : Ketiga perusahaan Belanda tersebut dilebur menjadi tiga

perusahaan Negara terpisah yaitu:

o BTW menjadi PN Tambang Timah Bangka

o GMB menjadi PN Tambang Timah Belitung

o SITEM menjadi PN Tambang Timah Singkep

 1961 : Dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Negara Tambang-

tambang Timah (BPU PN Tambang Timah) untuk mengkoordinasikan ketiga

perusahaan tersebut .

 1968 : Ketiga perusahaan Negara dan BPU tersebut dilebur menjadi

Perusahaan Negara (PN) Tambang Timah.

 1976 : PN Tambang Timah diubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero)

dengan nama PT Tambang Timah (Persero) yang seluruh sahamnya dimiliki

oleh Negara Republik Indonesia


8

 1991 – 1995 : PT Tambang Timah (Persero) merestrukturisasi perusahaan

yang antara lain adalah relokasi kantor pusat dari Jakarta ke Pangkalpinang,

penglepasan asset yang tidak berkaitan dengan usaha pokok perusahaan &

melakukan ekspor perdana logam timah dengan kadar timbal yang rendah

dengan merek Bangka Low Lead ke Jepang.

 1995 : PT Tambang Timah (Persero) melakukan penawaran saham umum

perdana dan sejak saat itu 35 % saham perusahaan dimiliki oleh publik dan 65

% sahamnya masih dimiliki oleh Negara Republik Indonesia.

 1998 : PT Tambang Timah (Persero) Tbk merubah anggaran dasar perseroan

dan berubah menjadi PT Timah (Persero) Tbk dan juga melakukan

diversifikasi usaha dengan membentuk sejumlah anak perusahaan yaitu PT

Tambang Timah, PT Timah Industri, PT Timah Investasi Mineral, PT Timah

Eksplomin, PT Dok & Perkapalan Air Kantung (DAK), dan Indometal

London Ltd.

 2003 : Kerjasama Operasi (KSO) antara PT Timah & PT Sarana Karya

(SAKA) dalam pengolahan aspal di Pulau Buton.

 2006 : Anak perusahaan PT Timah Tbk, PT Timah Industri mendivestasikan

275.000 sahamnya di Plimsoll Corporation, Pte, Ltd, Singapore kepada Sky

Alliance Global Holding, Ltd.

Penghentian pencatatan (listing cancellation) atas Global Depositary Receipts

(GDR) di London Stock Exchange (LSE) dan sejak itu saham perseroan

hanya tercatat di Bursa Efek di Indonesia.


9

 2008 : PT Timah (Persero) Tbk meresmikan tanur 9 & perluasan pabrik

Electrolytic Refining (ER) yang merupakan proses metamorphosis dr

perkembangan industri dan perkembangan timah dunia yang cukup drastis

dari tahun 2003 – 2004.

 2009 : 17 Januari 2009, Peletakan batu pertama pembangunan pabrik Tin

Chemical sebagai salah satu usaha Perseroan dalam pengembangan produk

hilir.

 2012 : 1 Februari 2012, terbentuknya INATIN dimana PT Timah dan Anak

Perusahaan menjadi anggotanya.

2.1.2 Visi dan Misi

Visi Perusahaan :

Menjadi Perusahaan pertambangan terkemuka di dunia yang ramah lingkungan

Misi Perusahaan :

1. Membangun sumber daya manusia yang tangguh, unggul dan bermartabat.

2. Melaksanakan Tata Kelola Penambangan yang baik dan benar.

3. Mengoptimalkan nilai perusahaan dan kontribusi terhadap Pemegang Saham

serta tanggung jawab sosial (Rahmi, 2015).


10

2.2 Timah

2.2.1 Pengertian Timah

Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki

simbol Sn (stannum) dengan nomor ataom 50. Unsur ini merupakan logam

miskin keperakan, dapat ditempa ("malleable"), tidak mudah teroksidasi dalam

udara sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak paduan , dan digunakan

untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. Timah diperoleh terutama

dari cassiterite (SnO2) yang terbentuk sebagai oksida yang kemudian dilebur

untuk membentuk Sn murni (Cotton and Wilkinson, 1989).

Untuk memisahkan timah dari pengotor – pengotornya maka bijih timah

harus dilebur dan ditambahkan senyawa – senyawa lain seperti antrasite, dan

limestone. Peleburan dilakukan didalam burning chamber (tanur) hingga suhu

1350 0C selama 8-12 jam sehingga dapat memisahkan timah dengan pengotor –

pengotornya seperti : Pb, As, Sb, Cu,Fe, Ni

Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada

daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan

turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya

terdiri dari endapan alluvium, elluvial, dan koluvium.

Timah tidak ditemukan dalam unsur bebas di bumi akan tetapi diperoleh

dari senyawanya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral Cassiterite atau

tinstone. Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah SnO2, dengan

kandungan timah berkisar 78%. Contoh lain sumber biji timah yang lain dan

kurang mendapat perhatian dari pada cassiterite adalah kompleks mineral sulfide
11

yaitu stanite (Cu2FeSnS4) merupakan mineral komplek antara besi-tembaga-

timah- belerang dan Cylindrite (PbSn4FeSb2S4) merupakan mineral kompleks.

Timah adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang

rendah, berat jenis 7,3 g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan

listrik yang tinggi. Dalam keadaan normal (13 – 1600C), logam ini bersifat

mengkilap dan mudah dibentuk.

Gambar 2.1 Logam Timah (Sn)

Timah putih (sn) adalah unsur kimia dengan simbol Sn (Latin : stannum)

dan nomor atom 50, adalah logam golongan utama di kelompok 14 dari tabel

periodik. Timah menunjukkan kemiripan kimia untuk kedua kelompok 14 elemen

tetangga, germanium dan memimpin dan memiliki dua kemungkinan oksidasi, +2

dan sedikit lebih stabil 4. Timah adalah unsur paling melimpah ke-49 dan

memiliki, dengan 10 isotop stabil, jumlah terbesar yang stabil isotop dalam tabel

periodik. Tin diperoleh terutama dari mineral kasiterit , di mana itu terjadi sebagai

timah dioksida (Purnomo, 2008).


12

2.2.2. Sifat Timah

1. Timah termasuk golongan IV B dan mempunyai bilangan oksidasi +2 dan

+4.

2. Timah merupakan logam lunak, fleksibel, dan warnanya abu-abu metalik.

3. Timah tidak mudah dioksidasi dan tahan terhadap korosi disebabkan

terbentuknya lapisan oksida timah yang menghambat proses oksidasi lebih

jauh. Timah tahan terhadap korosi air distilasi dan air laut, akan tetapi

dapat diserang oleh asam kuat, basa, dan garam asam. Proses oksidasi

dipercepat dengan meningkatnya kandungan oksigen dalam larutan.

4. Jika timah dipanaskan dengan adanya udara maka akan terbentuk SnO 2.

5. Timah ada dalam dua alotrop yaitu timah alfa dan beta. Timah alfa biasa

disebut timah abu-abu dan stabil dibawah suhu 13,2 C dengan struktur

ikatan kovalen seperti diamond. Sedangkan timah beta berwarna putih dan

bersifat logam, stabil pada suhu tinggi, dan bersifat sebagai konduktor.

6. Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4, dan beberapa pelarut organic

seperti asam asetat asam oksalat dan asam sitrat. Timah juga larut dalam

basa kuat seperti NaOH dan KOH.

7. Timah umumnya memiliki bilangan oksidasi +2 dan +4. Timah(II)

cenderung memiliki sifat logam dan mudah diperoleh dari pelarutan Sn

dalam HCl pekat panas.

8. Timah bereaksi dengan klorin secara langsung membentuk Sn(IV) klorida.

9. Hidrida timah yang stabil hanya SnH4.


13

2.2.3 Senyawaan Timah (Sn)

Senyawaan timah yang penting adalah organotin, SnO 2, Stanat, timah

klorida, timah hidrida, dan timah sulfide.

1. Senyawaan Organotin

Seperti yang telah dijelaskan diatas senyawa organotin adalah senyawa

yang dibangun dari timah dan substituen hidrokarbon sehingga terdapat ikatan C-

Sn. Contoh beberapa senyawa organotin ini adalah:

 Tetrabutiltimah, dipakai sebagai material dasar untuk sintesis senyawaan

di- dan tributil.

 Dialkil atau monoalkil-timah, dipakai sebagai stabilisator panas dalam

pembuatan PVC.

 Tributil-Timah oksida, dipakai untuk pengawetan kayu.

 Trifenil-Timah asetat, merupakan kristal putih yang dipakai untuk

insektisida dan fungisida.

 Trifenil-timah klorida dipakai sebagai biosida

 Trimetil-timah klorida, dipakai sebagai biosida dan sintesis senyawa

organic.

 Trifenil-timah hidroksida, untuk fungisida dan engontrol serangga.

 dll
14

Senyawa organotin dibuat dari reagen Grignard dengan timahtetraklorida.

Metode yang lain adalah dengan menggunakan reaksi Wurtz seperti senyawaan

alkil natrium dengan tmah halide ataupun dengan menggunakan reaksi pertukaran

antara timah halide dengan senyawaan organo-aluminium.

2. Timah Oksida

Merupakan senyawa anorganik dengan rumus kimia SnO2. Oksida timah

ini merupakan oksida timah yang paling penting dalam pebuatan logam timah.

SnO2 memiliki struktur kristal rutile dimana setiap 1 atom Sn berkoordinasi

dengan 6 atom oksigen. SnO2 tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam asam

dan basa kuat. SnO2 larut dalam asam halide membentuk heksahalostanat seperti:

SnO2 + 6HI -> H2SnI6 + 2 H2O

Atau jika dilarutkan dalam asam maka:

SnO2 + 6 H2SO4 -> Sn(SO4)2 + 2 H2O

SnO2 larut dalam basa membentuk stanat dengan rumus umum Na 2SnO3. SnO2

digunakan bersama dengan vanadium oksida sebagai katalis untuk oksidasi

senyawa aromatic, dipakai sebagai pelapis, ataupun sebagai bahan pembuatan

organotin.

3. Timah(II) Klorida

SnCl2 berupa padatan kristal berwarna putih, dapat membentuk dihidrat

yang stabil. SnCl2 dipakai sebagai reduktor dalam larutan asam, dan juga dalam
15

cairan electroplating. SnCl2 dibuat dengan cara reaksi gas HCl kering dengan

logam Sn.

Sn + 2HCl -> SnCl2 + H2

SnCl2 memiliki satu pasangan electron bebas. Dalam bentuk fasa gas maka

molekul SnCl2 berbentuk bengkok, sedangkan pada bentuk padatan SnCl 2

membentuk rantai yang saling terhubung dengan jembatan klorida. Selain dipakai

sebagai reduktor SnCl2 juga dipakai sebagai katalis, reagen analisis untuk raksa,

dan juga dipakai sebagai aditif makanan untuk mempertahankan warna dan

sebagai antioksidan.

4. Timah(IV) Klorida

Disebut juga stani klorida atau timah tetraklorida merupakan senyawaan

kimia dengan rumus SnCl4. Pada suhu kamar SnCl4 ini merupakan cairan yang

tidak berwarna dan akan membentuk kabut jika terjadi kontak dengan udara.

SnCl4 dipergunakan sebagai senjata kimia dalam perang dunia ke-1, dipakai untuk

memperkuat gelas, dan sebagai bahan dasar pembuatan organotin.

5. Timah Sulfida

Senyawaan timah dengan belerang terdapat sebagai SnS yaitu

timah(II)sulfide dan ada dialam sebagai mineral herzenbergite. Pebuatan SnS

adalah dibuat dengan mereaksikan belerang, SnCl 2 dan H2S.

Sn + S -> SnS
16

SnCl2 + H2S -> SnS + 2HCl

Sedangkan timah(IV) sulfide memiliki rumus SnS2 dan terdapat dialam sebagai

mineral berndtite. Senyawa ini mengendap sebagai padatan berwarna coklat

dengan penambahan H2S pada larutan senyawa timah(IV) dan banyak dipakai

sebagai ornament dekoratif karena warnanya mirip emas.

6. Timah Hidrida

Hidrida dari timah disebut sebagai stannan dan rumus formulanya adalah

SnH4. Hidrida timah ini dapat dibuat dengan cara mereaksikan antara SnCl 4

dengan LiAlH4. Stannan terdekomposisi secara lambat menghasilkan loga timah

dan gas hydrogen. Hidrida timah ini sangat analog dengan gas metana CH4.

7. Stanat

Dalam ilmu kimia stanat berkorporasi dengan senyawaan: Ortostanat yang

memiliki rumus kimia SnO44- contoh senyawaannya adalah K4SnO4 atau

Mg2SnO4.

Metastanat yaitu MSnO3 atau M2SnO3 yaitu campuran oksida atau

polimerik anoinPerlu dicatat bahwa asam stanit yang merupakan precursor stanat

sebenarnya tidak terdapat dialam dan ini sebenarnya merupakan hidrat dari SnO 2.

Istilah stanat juga dipakai untuk sufiks penamaan senyawa misalnya SnCl62-

hesaklorostanat.
17

2.2.4 Keberadaan Timah di Alam

Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi

diperoleh dari senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral

cassiterite atau tinstone. Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah SnO2,

dengan kandungan timah berkisar 78%. Contoh lain sumber biji timah yang lain

dan kurang mendapat perhatian daripada cassiterite adalah kompleks mineral

sulfide yaitu stanite (Cu2FeSnS4) merupakan mineral kompleks antara tembaga-

besi-timah-belerang dan cylindrite (PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks

dari timbale-timah-besi-antimon-belerang dua contoh mineral ini biasanya

ditemukan bergandengan dengan mineral logam yang lain seperti perak. Timah

merupakan unsur ke-49 yang paling banyak terdapat di kerak bumi dimana timah

memiliki kandungan 2 ppm jika dibandingkan dengan seng 75 ppm, tembaga 50

ppm, dan 14 ppm untuk timbal. Cassiterite banyak ditemukan dalam deposit

alluvial/alluvium yaitu tanah atau sediment yang tidak berkonsolidasi membentuk

bongkahan batu dimana dapat dapat mengendap di dasar laut, sungai, atau danau.

Alluvium terdiri dari berbagai macam mineral seperti pasir, tanah liat, dan batu-

batuan kecil. Hampir 80% produksi timah diperoleh dari alluvial/alluvium atau

istilahnya deposit sekunder. Diperkirakan untuk mendapatkan 1 Kg Cassiterite

maka sekitar 7 samapi 8 ton biji timah/alluvial harus ditambang disebabkan

konsentrasi cassiterite sangat rendah. Dibumi timah tersebar tidak merata akan

tetapi terdapat dalam satu daerah geografi dimana sumber penting terdapat di Asia

tenggara termasuk china, Myanmar, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Hasil


18

yang tidak sebegitu banyak diperoleh dari Peru, Afrika Selatan, UK, dan

Zimbabwe.

Sumber timah yang terbesar yaitu sebesar 80% berasal dari endapan timah

sekunder (alluvial) yang terdapat di alur-alur sungai, di darat (termasuk pulau-

pulau timah), dan di lepas pantai. Endapan timah sekunder berasal dari endapan

timah primer yang mengalami pelapukan yang kemudian terangkut oleh aliran air,

dan akhirnya terkonsentrasi secara selektif berdasarkan perbedaan berat jenis

dengan bahan lainnya. Endapan alluvial yang berasal dari batuan granit lapuk dan

terangkut oleh air pada umumnya terbentuk lapisan pasir atau kerikil. Mineral

utama yang terkandung pada bijih timah adalah cassiterite (SnO2). Batuan

pembawa mineral ini adalah batuan granit yang berhubungan dengan magma

asam dan menembus lapisan sedimen (intrusi granit). Pada tahap akhir kegiatan

intrusi, terjadi peningkatan konsentrasi elemen di bagian atas, baik dalam bentuk

gas maupun cair, yang akan bergerak melalui pori-pori atau retakan. Karena

tekanan dan temperatur berubah, maka terjadilah proses kristalisasi yang akan

membentuk deposit dan batuan samping (Carlin, 2008).

Mineral ekonomis penghasil timah putih adalah kasiterit (SnO 2), meskipun

sebagian kecil dihasilkan juga dari sulfida seperti stanit, silindrit, frankeit,

kanfieldit dan tealit (Carlin, 2008). Mula jadi timah di daerah jalur timah yang

membentang dari Pulau Kundur sampai Pulau Belitung dan sekitarnya diawali

dengan adanya intrusi granit yang berumur ± 222 juta tahun pada Trias Atas.

Magma bersifat asam mengandung gas SnF4, melalui proses pneumatolitik

hidrotermal menerobos dan mengisi celah retakan, dimana terbentuk reaksi: SnF4
19

+ H2O → SnO2 + HF2 (Pamungkas, 2006). Cebakan bijih timah merupakan

asosiasi mineralisasi Cu, W, Mo, U, Nb, Ag, Pb, Zn, dan Sn. Busur metalogenik

terbentuknya timah 100 - 1000 km. Terdapat tiga tipe kelompok asosiasi

mineralisasi timah putih, yaitu stanniferous pegmatites, kuarsa-kasiterit dan

sulfida-kasiterit (Taylor, 1979). Urat kuarsa-kasiterit, stockworks dan greisen

terbentuk pada batuan beku granitik plutonik, secara gradual terbentuk

stanniferous pegmatites yang ke arah dangkal terbentuk urat kuarsa-kasiterit dan

greisen (Taylor, 1979). Urat berbentuk tabular atau tubuh bijih berbentuk

lembaran mengisi rekahan atau celah (Strong, 1990). Tipe kuarsa-kasiterit dan

greisen merupakan tipe mineralisasi utama yang membentuk sumber daya timah

putih pada jalur timah yang menempati Kepulauan Riau hingga Bangka-Belitung.

Jalur ini dapat dikorelasikan dengan “Central Belt” di Malaysia dan Thailand

(Mitchel, 1979).

Timah hitam (Pb) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan

atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5°C dan titik didih 1.740°C

pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil

merupakan senyawa yang penting karena banyak digunakan sebagai zat aditif

pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka oktan secara ekonomi.

PB-tetraetil dan Pb tetrametil berbentuk larutan dengan titik didih masing-masing

110°C dan 200°C. Karena daya penguapan kedua senyawa tersebut lebih rendah

dibandingkan dengan daya penguapan unsur-unsur lain dalam bensin, maka

penguapan bensin akan cenderung memekatkan kadar P-tetraetil dan Pb-

tetrametil. Kedua senyawa ini akan terdekomposisi pada titik didihnya dengan
20

adanya sinar matahari dan senyawa kimia lain diudara seperti senyawa holegen

asam atau oksidator (Mitchel, 1979).

Gambar 2.2 Timah Hitam

2.3 Volumetri

Volumetri merupakan suatu metode analisa kuantitatif yang dilakukan

dengan cara mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah diketahui

dengan teliti, lalu mereaksikannya larutan yang akan ditentukan konsentrsainya

(Irfan, 2000). Analisa volumetri merupakan salah satu metode dari analisa

kuantitatif yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu zat dalam volume

tertentu. Analisa kuantitatif merupakan suatu upaya untuk menguraikan atau

memisahkan suatu kesatuan bahan menjadi komponen-komponen pembentukan

sehingga data yang diperoleh ditinjau lebih lanjut (Haryadi, 1990). Pada

umumnya metode volumetri disebut metode titrasi dan pereaksinya disebut

pentitrasi. Pereaksi harus bereaksi stoikiometri dengan analit dan kadar zat

dihitung dari volume pereaksi yang bereaksi ekivalen dengan analit (Satiadarma,

K., 2004).
21

Analisis volumetri untuk dapat dilakukan harus memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Harus ada suatu reaksi yang sederhana, yang dapat dinyatakan dengan suatu

persamaan kimia, zat yang akan ditetapkan harus bereaksi lengkap dengan

reagensia dalam proporsi yang stokiometri atau ekivalen

2. Reaksi harus praktis dan berjalan sangat cepat, dalam beberapa keadaan

penambahan katalis akan menaikan kecepatan reaksi.

3. Harus tersedia indikator yang dapat digunakan untuk menentukan titik akhir

titrasi.

Berdasarkan reaksi kimianya, volumetri dapat dikelompokan atas :

1. Reaksi penentralan (asidimetri dan alkalimetri)

Penetapan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan prinsip netralisasi,

bila sebagai titran digunakan larutan baku asam, maka penetapan tersebut

dinamakan asidimetri, sebaliknya bila larutan baku basa sebagai titran, maka

penetapan itu disebut alkalimetri.

2. Reaksi pembentukan kompleks

Merupakan reaksi yang menghasilkan suatu kompleks atau ion komplek

yang dapat larut tetapi sedikit terdisosiasi, misalnya reaksi ion perak dengan ion

sianida untuk membentuk kompleks Ag(CN)2- yang sangat stabil.

3. Reaksi oksidasi reduksi (Redoks)

Reaksi-reaksi kimia yang menyangkut oksidasi-reduksi secara luas

digunakan dalam analisa volumetri.

contoh: 2FeCl3 + SnCl2 →2FeCl2 + SnCl4.

4. Pengendapan (Day and Underwood, 1980).


22

Proses yang kita gunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu

larutan dikenal dengan standarisasi dengan menggunakan standar primer, dengan

syarat sebagai berikut:

1. Mudah didapat dalam bentuk murni atau dalam keadaaan kemurnian yang

diketahui dengan harga yang wajar. Pada umumnya jumlah pengotoran

harus tidak melebihi 0.01 sampai 0.02% dan harus mungkin diuji

kemurnianya dengan uji-uji yang diketahui kepekaanya.

2. Zat itu harus tetap, harus mudah dikeringkan dan harus tidak higroskopik,

tidak berkurang beratnya sewaktu terkena udara.

3. Mempunyai berat ekivalen yang tinggi sehingga kesalahan penimbangan

akan menjadi lebih kecil dan mudah larut serta reaksi cepat dan

stokiometri (Basset,J., dkk. 1994)

Suatu analisis kimia terdiri dari empat tahapan yaitu :

1) Pengambilan atau pencuplikan smaple,

2) Mengubah analit menjadi suatu bentuk yang sesuai untuk pengukuran,

3) Pengukuran,

4) Perhitungan dan penafsiran pengukuran (Day and Underwood, 1980).

2.4 Validasi

2.4.1 Definisi

Validasi metode analisis merupakan suatu tindakan penelitian terhadap

parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan

bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita,

2004). Proses validasi harus dilakukan secara matematis yang meliputi


23

perkembangan metode, studi pra validasi, dan terakhir adalah proses validasi itu

sendiri. Validasi adalah hal terakhir yang dapat menentukan suatu penyimpangan

analisis dapat diterima atau tidak, serta menentukan kelayakan suatu analisis yang

memenuhi kriteria-kriteria yang dapat diterima (Bliesner, 2006).

2.4.2 Parameter Validasi

Parameter validasi metode meliputi 10 parameter, yaitu linieritas, batas

deteksi (Limit of Detection, LOD), batas kuantitasi (Limit of Quantitation, LOQ),

akurasi, presisi, selektivitas atau spesifisitas, sensitivitas, uji ketangguhan

(ruggedness), uji ketegaran (robustness), dan ketidakpastian (uncertainty)

(Sumardi, 2002). Validasi metode penentuan kadar (Sn) dalam bijih timah ini,

hanya akan diambil dua parameter, yaitu akurasi, dan presisi.

1. Presisi (Precision)

Presisi atau precision adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian

antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-

rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil

dari campuran yang homogen (Riyanto, 2014).

Simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi) diukur dan

dinyatakan sebagai presisi. Menurut Riyanto (2014), presisi dapat dinyatakan

sebagai repeatability (keterulangan) atau reproducibility (ketertiruan).

Repeatability adalah keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh analis

yang sama pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek.

Repeatability dinilai melalui pelaksanaan penetapan terpisah lengkap terhadap


24

sampel-sampel identik yang terpisah dari batch yang sama, jadi memberikan

ukuran keseksamaan pada kondisi yang normal (Riyanto, 2014).

Reproducibility adalah keseksamaan metode jika dikerjakan pada kondisi

yang berbeda. Biasanya analisis dilakukan dalam laboratorium-laboratorium yang

berbeda menggunakan peralatan, pereaksi, pelarutan, dan analis yang berbeda

pula. Analisis dilakukan terhadap sampel-sampel yang diduga identik yang

dicuplik dari batch yang sama. Ketertiruan dapat juga dilakukan dalam

laboratorium yang sama tetapi dengan menggunakan peralatan, pereaksi, dan

analis yang berbeda (Harmita, 2004).

Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan simpangan baku

relatif (Relative Standard Deviation, RSD) atau koefisien variasi (KV) 2% atau

kurang (Riyanto, 2014). Penentuan presisi dapat ditentukan dengan menganalisis

contoh berulang-ulang (minimal 6 kali pengulangan), dan menghitung nilai

simpangan baku (SD) dan dari nilai simpangan baku tersebut dapat dihitung nilai

koefisien variasi (CV) atau simpangan baku relatif (RSD), dengan rumus:

𝑛 (𝑋𝑖 − 𝑋)2
𝑆𝐷 = √∑
𝑖=1 𝑛 − 1

𝑆𝐷
KV(%) = × 100%
𝑋

Keterangan:

SD : standar deviasi

KV : koefisien variasi (RSD, simpangan baku relatif)

Xi : nilai dari masing-masing pengukuran


25

̅X : rata-rata pengukuran

n : jumlah pengukuran (pengulangan)

Berdasarkan nilai KV yang diperoleh kemudian dibandingan dengan KV

Horwitz yaitu suatu kurva berbentuk terompet yang menghubungkan

reproducibilitas (presisi yang dinyatakan sebagai %KV) dengan konsentrasi analit.

Presisi metode analisis diekspresikan sabagai fungsi dari konsentrasi melalui

persamaan:

KV Horwitz (%) = 21−0,5 log 𝐶

C merupakan fraksi konsentrasi dan dinyatakan sebagai pangkat dari 10. Presisi

suatu metode akan memenuhi syarat apabila KV yang diperoleh dari percobaan

lebih kecil dari KV Horwitz (Riyanto, 2014).

2. Akurasi (Accuracy)

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis

dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen

perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan (Riyanto, 2014). Akurasi

dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu metode simulasi (spiked-placebo

recovery) atau metode penambahan baku (standard addition method) (Riyanto,

2014). Kedua metode tersebut, recovery dinyatakan sebagai rasio antara hasil

yang diperoleh dengan hasil yang sebenarnya. Perhitungan perolehan kembali

dapat ditetapkan dengan rumus sebagai berikut:

(𝐶1−𝐶2)
% Perolehan kembali (recovery) = × 100%
𝐶3
26

Keterangan:

C1 : konsentrasi dari analit dalam campuran contoh + sejumlah tertentu analit

C2 : konsentrasi dari analit dalam contoh

C3 : konsentrasi dari analit yang ditambahkan kedalam contoh

Metode analisis yang mungkin digunakan untuk menetapkan akurasi yaitu

metode menggunakan CRM (Certified Refference Material)dan adisi standar.

CRM mempunyai nilai tertelusur ke SI dan dapat dijadikan sebagai nilai acuan

(refference value) untuk nilai yang sebenarnya. Syarat CRM yang digunakan

matriksnya cocok dengan contoh uji (mempunyai komposisi matriks yang mirip

matriks contoh uji) (Riyanto, 2014).

CRM selalu disertai dengan sertifikat CRM tersebut. Pada sertifikat tertulis,

konsentrasi analit = CCRM (ppm) ± (ppm)

± adalah nilai ketidakpastian konsentrasi. Untuk percobaan recovery, diambil

sejumlah tertentu CRM, analisis menggunakan metode yang akan divalidasi. Jika

hasil analisisnya adalah : Canalisis (ppm). Ulangi percobaan diatas minimal 8 kali.

Hitung nilai rata-rata Canalisis (ppm).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat

Peralatan yang digunakan adalah:

1. Dry oven 250

2. Analitical Balance

3. Fume Hod

4. Burner Bunsen

5. Burette

6. Crucible Zircon + Cover 55 ml

7. Beaker 4000 ml

8. Beaker glass 600 ml

9. Beaker glass 250 ml

10. Flask Erlenmeyer 500 ml graduated

11. Volumetric flask 5000 ml

12. Rubber stopper with tubing

13. Hote plate 500°C

14. Cylinder Graduated 100 ml

15. Cylinder Graduated 5 ml

16. Bottle washing, PTE, cap. 500 ml

17. Bottle dropping cap.125 ml

18. Sample divider PT.100 (splitter)

27
28

19. Granding Male

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah:

1. Sodium Hydroxide, GR

2. Sodium Carbonate, Anhidrous, GR

3. Sulfur sublimat, GR

4. Hydrochloric acid, GR min. 37% HCL

5. Potassium Hydroxide, GR

6. Potassium Iodate, GR

7. Perhydrol 3%, GR

8. Marble Granular, GR

9. Al sheet 0,8 mm thick

10. Akuades

11. Tin Ore Standar

12. Amylum, GR. 0.5

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Preparasi Sampel Bijih Timah

Sampel bijih timah dimasukkan ke dalam alat splitter. Sampel akan terbagi

menjadi tiga secara merata kuantitasnya. Sampel bijih timah yang telah dibagi

dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105°C selama 1 jam untuk menghilangkan

kadar airnya. Sampel bijih timah yang telah dioven dimasukkan ke dalam

penggilingan selama 10-15 detik. Sampel yang telah halus dimasukkan ke dalam
29

plastik sampel dan diberi kode sebagai tanda waktu datang dan daerah sampel

berasal.

3.3.2 Pembuatan Sulfur Karbonat

Ditimbang sebanyak 5 kg Na2CO3 p.a. Ditimbang 167 gram sulfur

sublimat. Sulfur sublimat dihaluskan dengan mortar grinder. Sulfur yang telah

dihaluskan dibagi menjadi lima bagian. Dicampur sampai rata setiap 1 kg Na 2CO3

dengan satu bagian sulfur. Diulangi hal yang sama dengan 4 kg Na 2CO3 dan

empat bagian sulfur yang tersisa. Dicampur dan dijadikan satu setiap bagian

campuran Na2CO3 dan sulfur.

3.3.3 Pembuatan Larutan Standar KI-KIO3

Ditimbang sebanyak 11 gram kristal KIO3, 40 gram KI dan 4 gram KOH.

Kemudian dimasukkan ke dalam beaker 4000 ml. Campuran bahan dilarutkan

dalam 200 ml akuades. Diaduk campuran sampai larut. Larutan dipindahkan ke

dalam labu 5 liter dan diencerkan sampai tanda batas. Dikosok larutan dan

disimpan selama 2 malam untuk mendapatkan larutan yang stabil. Larutan ini

mempunyai konsentrasi ± 2% untuk penimbangan 200 mg sampel..

3.3.4 Penentuan kadar Sn dalam Sampel Bijih Timah

Sebanyak 0.2000 gram sampel bijih timah dimasukkan ke dalam cawan

zirkon 55 ml. Ditambahkan 3 gram Na 2CO3-S dan 3 gram NaOH. Ditutup cawan

zirkon dan dilebur dalam api bunsen selama ± 6 menit hingga lebur sempurna.

Setelah lebur sempurna, dilakukaan pendinginan. Cawan zirkon yang berisi

leburan dimasukkan ke dalam gelas beker 600 ml dan ditambahkan 75 ml akuades

dan 75 ml HCL. Kemudian dipanaskan di atas hot plate dan ditambahkan 5 ml


30

H2O2 3% sambil dipanaskan sampai H2O2 habis lalu didinginkan. Larutan yang

telah dingin dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml. Ditambahkan ± 2 gram

lempengan alumunium (Al sheet) lalu ditutup erlenmeyer dengan tutup karet yang

mempunyai selang karet penghubung dan dicelupkan selang karet ke dalam

larutan Na2CO3 jenuh. Dipanaskan di atas hot plate dan dibiarkan sampai Al larut.

Didihkan terus ± ¼ jam. Dinginkan larutan dalam bak pendingin dan selama

proses pendinginan selang karet tetap dicelupkan pada larutan karbonat jenuh.

Setelah larutan dingin, tutup erlenmeyer diganti dengan stopper no 7 no hole dan

dibawa ke meja titrasi. Dimasukkan ± 4 gram marmer dan beberapa tetes larutan

amilum 0.5%. Larutan dititrasi dengan larutan KI-KIO3 hingga larutan berwarna

biru tipis. Dicatat ml titrasi yang dilakukan. Dilakukan pengulangan sebanyak 8

kali pada sampel yang sama. Ditentukan nilai presisi dan nilai akurasi.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Kadar Sn

Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi

diperoleh dari senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral

cassiterite atau tinstone. Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah SnO2,

dengan kandungan timah berkisar 78%. Pengolahan timah menjadi sesuatu yang

lebih bermanfaat tidak lepas dari peran reaksi kimia fisika. Dalam penelitian ini

dilakukan penentuan kadar Sn dalam sampel bijih timah menggunakan metode

volumetri dan kemudian dilakukan validasi metode yang digunakan. Metode

Volumetri merupakan metode analisis kuantitatif yang didasarkan pada jumlah

atau volume suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya yang diperlukan

untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah komponen larutan yang belum

diketahui konsentrasinya. Pada umumnya metode volumetri disebut metode titrasi

dan pereaksinya disebut pentitrasi. Metode ini bertujuan untuk menentukan

banyaknya suatu zat dalam volume tertentu.

Preparasi sampel bijih timah harus dilakukan dengan cermat dan teliti.

Sampel bijih timah dimasukan ke dalam alat splitter (Rotary Sample Divider

PT.100). Alat splitter ini berfungsi untuk membagi sampel secara mekanis.

Sehingga sampel akan terbagi menjadi tiga bagian secara merata kuantitasnya.

Sampel pertama dan kedua disimpan sebagai persediaan jika dilakukan

pengulangan analisis. Sedangkan sampel ketiga dilakukan proses analisis. Sampel

31
32

bijih timah yang telah dibagi dimasukan ke dalam oven untuk menghilangkan

kadar air pada suhu 105°C selama 1 jam. Sampel bijih timah yang telah dioven

dihaluskan dalam penggilingan (Granding Male) selama 10-15 detik yang

bertujuan untuk homogenitas sampel agar proses peleburan sampel bijih timah

lebih mudah sehingga waktu yang dibutuhkan untuk peleburan lebih cepat.

Ukuran standar penghalusan sampel sebesar ± 150 mesh. Sampel yang telah halus

dimasukan ke dalam plastik sampel dan diberi kode UB.1.0616 sebagai tanda

waktu datang dan daerah sampel berasal. Sampel yang telah dihaluskan kemudian

dilakukan proses penentuan kadar Sn.

Penentuan kadar Sn dalam sampel bijih timah dilakukan dengan cara

sampel bijih timah dilebur dengan campuran Na 2CO3-S dijadikan natriumtiostanat

yang dapat membantu meningkatkan dekomposisi dari ilmenite. Penambahan

NaOH berfungsi untuk menurunkan titik lebur dan kesempurnaan pelarutan.

Proses peleburan (fusion) ilmenite dapat mengubah struktur pada ilmenite. Proses

ini dilakukan untuk mendekomposisi ilmenite secara termal. Modifikasi struktur

ilmenite dapat terjadi karena adanya interaksi antara atmosfer dan perlakuaan

peleburan. Cawan zirkon (Crucible zircon) digunakan sebagai wadah peleburan

agen pencampuran logam dalam baja yang bersifat sebagai penahan panas. Hasil

dari peleburan kemudian dilarutkan dalam larutan HCL sebagai stanichlorida.

Proses pelarutan (Leaching) merupakan suatu proses pencucian material dengan

menggunakan asam kuat yaitu asam sulfat maupun asam klorida. Proses leaching

ilmenite dilakukan dengan metode hydrometallurgy yaitu metode pengolahan

logam dari bijinya menggunakan pelarut kimia untuk melarutkan partikel tertentu.
33

Proses pelarutan dengan menggunakan HCL dilakukan karena dapat dengan

mudah melarutkan zat dalam ilmenite. Beberapa peneliti telah menggunakan

konsentrasi asam yang lebih rendah dalam upaya yang dapat meningkatkan

penggunaan kembali limbah asam. Stanichlorida yang terbentuk direduksi dengan

lempengan Alumunium (Al) menjadi stannochlorida. Kemudian kadar Sn dalam

sampel bijih timah ditentukan dengan titrasi larutan KI-KIO3 yang telah

distandarisasi.

Hasil dari mL titrasi larutan KI-KIO3 standarisasi yang didapatkan untuk

masing-masing sampel bijih timah ditunjukkan dalam Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

Tabel 4.1 Pembacaan mL titrasi larutan KI-KIO3 Sampel UB.1.0616

Kode Sampel mL titrasi (sampel) Faktor


larutan KI-KIO3

UB.1.0616 1 40,70 1,7935

UB.1.0616 2 40,82 1,7935

UB.1.0616 3 40,85 1,7935

UB.1.0616 4 40,82 1,7935

UB.1.0616 5 40,29 1,8178

UB.1.0616 6 40,33 1,8178

UB.1.0616 7 40,44 1,8178

UB.1.0616 8 40,37 1,8178


34

Tabel 4.2 Pembacaan mL titrasi larutan KI-KIO3 Sampel UB.2.0616

Kode Sampel mL titrasi (sampel) Faktor


larutan KI-KIO3
UB.2.0616 1 26,92 1,8178

UB.2.0616 2 27,03 1,8178

UB.2.0616 3 27,05 1,8178

UB.2.0616 4 27,28 1,8178

UB.2.0616 5 27,12 1,8178

UB.2.0616 6 26,99 1,8178

UB.2.0616 7 26,98 1,8178

UB.2.0616 8 26,97 1,8178

Hasil titrasi yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk menentukan kadar Sn

dalam masing-masing sampel bijih timah.

Penentuan kadar Sn dalam sampel bijih timah dengan metode volumetri

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑆𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐾𝐼 − 𝐾𝐼𝑂3 = = 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑙 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟−𝑚𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) X Faktor

Kandungan Sn yang terdapat dalam masing-masing sampel bijih timah

setelah dilakukan perhitungan ditunjukkan dalam Tabel 4.3


35

Tabel 4.3 Kandungan Sn dalam Bijih Timah

NO Kode Sampel Kode Sampel


UB.1.0616 UB.2.0616
1 72,82% 48,75%
2 73,03% 48,95%
3 73,09% 48,99%
4 73,03% 49,41%
5 73,06% 49,12%
6 73,13% 48,88%
7 73,33% 48,86%
8 73,20% 48,84%

X 73,09% 48,98%

Sampel UB.1.0616 dan sampel UB.2.0616 dilakukian analisis kadar Sn sebanyak

8 kali pengulangan dan hasil rata-rata kadar Sn dari kedua sampel tersebut

dibandingkan. Sampel UB.1.0616 merupakan sampel bijih timah sebagai uji

banding kadar timah (Sn) tinggi sedangkan UB.10616 adalah sampel bijih timah

sebagai uji banding kadar timah (Sn) rendah. Dari analisis kadar yang dilakukan

didapatkan kadar rata-rata timah (Sn) pada sampel bijih timah UB.1.01616 adalah

73,09% dan kadar rata-rata timah (Sn) pada sampel bijih timah UB.2.0616 adalah

48,98%. Hasil kadar tersebut tidak mencapai 100%, menunjukan bahwa adanya

pengaruh kadar pengotor (impurities) dalam bijih timah sehingga mempengaruhi

kadar timah (Sn) dalam bijih timah. Hasil tersebut dapat mempengaruhi harga

pemasaran logam timah dan proses peleburan bijih timah.


36

4.2 Penentuan Presisi

Nilai presisi yang tinggi dapat dilihat dari semakin dekatnya nilai-nilai

hasil pengulangan pengukuran. Presisi merupakan kedekatan hasil yang diterima

dengan nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran. Presisi adalah ukuran yang

menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui

penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang

pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen (Riyanto, 2014).

Menurut Riyanto (2014), presisi dapat dinyatakan sebagai repeatability

(keterulangan) atau reproducibility (ketertiruan). Nilai presisi diukur sebagai

simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi). Koefisien variasi

atau persen relatif standar deviasi (%RSD) diperoleh dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

(Xi−X)2
𝑆𝐷 = √∑𝑛𝑖=1 𝑛−1

𝑆𝐷
KV(%) = × 100%
𝑋

𝑆𝐷
RSD(%) =
𝑋
× 100%

SD adalah standar deviasi, Xi adalah konsentrasi sampel, X adalah konsentrasi

rata-rata sampel, dan n adalah jumlah pengukuran (pengulangan). Nilai dari

koefisien variasi (KV) yang diperoleh kemudian dibandingan dengan nilai KV

Horwitznya, jika nilai koefisien variasinya lebih kecil dari KV Horwitz maka

presisi dikatakan baik. Nilai KV Horwitz diperoleh dengan menggunakan rumus:

KV Horwitz (%) = 21−0,5 log 𝐶


37

Hasil dari penentuan presisi pada analisis Kadar Sn yang dilakukan terhadap

sampel bijih timah dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5

Tabel 4.4 Penentuan %RSD dan %CV Horwitz sampel bijih timah UB.1.0616

%CV
Kode Sampel Kadar (%) Xi-X (Xi-X)2 SD %RSD
Horwitz

UB.1.0616 1 72,82 -0,26625 0,070889063

UB.1.0616 2 73,03 -0,05625 0,003164063

UB.1.0616 3 73,09 0,00375 0,000014063

UB.1.0616 4 73,03 -0,05625 0,003164063


0,0521 0,0713 8,3866
UB.1.0616 5 73,06 -0,02625 0,000689063

UB.1.0616 6 73,13 0,04375 0,001914062

UB.1.0616 7 73,33 0,24375 0,059414062

UB.1.0616 8 73,20 0,11375 0,012939062

X 73,0863 0,019023438

Syarat keberterimaan untuk nilai %RSD < 2%

Berdasarkan hasil penetapan presisi sampel UB.1.0616 diperoleh nilai %RSD atau

(%KV) sebesar 0,0713%. Karena nilai %RSD kurang dari 2%, maka metode uji

tersebut dapat dikatakan mempunyai presisi yang baik. Selain itu dapat dilihat

juga, bahwa nilai %RSD lebih kecil dari nilai %CV horwitznya (8,3866%)

sehingga dapat dikatakan bahwa reprocibility dari pengukuran sampel bijih timah

UB.1.0616 diterima.

.
38

Tabel 4.5 Penentuan %RSD dan %CV Horwitz sampel bijih timah UB.2.0616
Kadar %CV
Kode Sampel Xi-X (Xi-X)2 SD %RSD
(%) Horwitz
UB.2.0616 1 48,75 -0,225 0,050625

UB.2.0616 2 48,95 -0,025 0,000625

UB.2.0616 3 48,99 0,015 0,000225

UB.2.0616 4 49,41 0,435 0,189225


0,0735 0,1499 8,9075
UB.2.0616 5 49,12 0,145 0,021025

UB.2.0616 6 48,88 -0,095 0,009025

UB.2.0616 7 48,86 -0,115 0,013225

UB.2.0616 8 48,84 -0,135 0,018225

X 48,975 0,037775

Syarat keberterimaan untuk nilai %RSD < 2%

Berdasarkan hasil penetapan presisi sampel UB.2.0616 diperoleh nilai %RSD atau

(%KV) sebesar 0,1499%. Karena nilai %RSD kurang dari 2%, maka metode uji

tersebut dapat dikatakan mempunyai presisi yang baik. Selain itu dapat dilihat

juga, bahwa nilai %RSD lebih kecil dari nilai %CV horwitznya (8,9075%)

sehingga dapat dikatakan bahwa repitabilitas dari pengukuran sampel bijih timah

UB.2.0616 diterima.

Berdasarkan hasil dari penentuan presisi pada analisis Kadar Sn yang

dilakukan terhadap sampel bijih timah UB.1.0616 dan UB.2.0616 menunjukkan

bahwa presisi metode pengujian kadar Sn dalam Bijih Timah masih sesuai dengan

persyaratan.
39

4.3 Penentuan Akurasi

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis

dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi menunjukkan suatu kedekatan

kesesuaian antara hasil suatu pengukuran dan nilai benar dari kuantitas yang

diukur atau suatu pengukuran posisi yaitu seberapa dekat pengukuran terhadap

nilai benar yang diperkirakan (AOAC, 1993).

Tabel 4.6 Penentuan Akurasi

mL titrasi (sampel)
No Kadar Sn (%)
larutan KI-KIO3

1 34,58 62,57

2 34,52 62,46

3 34,54 62,50

4 34,52 62,46

5 34,55 62,52

6 34,51 62,44

7 34,57 62,55

8 34,55 62,52

Rata2 34,54 62,50

Berdasarkan hasil rata-rata kadar Sn pada sampel U.B bijih timah diperoleh

hasil kadar Sn sebesar 62,50%, sedangkan nilai CRM sebesar 62,49% ± 0,12%.

Berdasarkan sertifikat CRM, batas keberterimaan pengujian CRM no 355 untuk


40

Sn adalah 62,49% ± 0,12%, sehingga dapat diketahui bahwa hasil analisis kadar

Sn dalam bijih timah dengan menggunakan metode volumetri yang dilakukan

dapat dikatakan memiliki akurasi yang baik.

4.4 Hasil Validasi

Hasil percobaan mengenai validasi metode penentuan Sn dalam sampel bijih

timah secara volumetri dapat dilihat pada Tabel 4.7

Tabel 4.7 Hasil validasi metode

Nilai
Parameter UB.1.0616 UB.2.0616
Presisi
%RSD 0,0713% 0,1499%
%CV Horwitz 8,3866% 8,9075%
Akurasi 62,50%

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa hasil validasi dari metode penentuan Sn

dalam bijih timah secara volumetri dapat dikatakan valid. Hal ini dapat diketahui

dari hasil yang didapatkan yaitu nilai presisi dari sampel UB.1.0616 dan

UB.2.0616 memiliki nilai %RSD yang lebih kecil dari nilai CV Horwitz-nya. Dan

dari Sampel UB dalam uji akurasi didapatkan nilai akurasi yang sesuai dengan

nilai CRM Sn sebesar 62,49% ± 0,12%. Berdasarkan hasil validasi yang

diperoleh, metode penentuan kadar timah (Sn) dalam bijih timah dengan

menggunakan metode volumetri layak digunakan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil Praktik Kerja Lapangan yang telah dilakukan tentang

Validasi Metode Uji Penentuan Kadar Sn dalam Bijih Timah dengan Metode

Volumetri di Laboratorium Kimia PT. Timah (Persero) Tbk, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Analisis kadar timah (Sn) dalam bijih timah dapat dilakukan dengan

menggunakan metode volumetri.

2. Kadar Sn dalam sampel bijih timah kadar Sn tinggi UB.1.01616 sebesar

73,09% dan sampel bijih timah kadar Sn rendah UB.2.0616 sebesar

48,98%.

3. Hasil presisi dan akurasi pada validasi metode diperoleh:

a. Nilai persen relative standar deviasi (%RSD) atau (%CV) untuk sampel

UB.1.0616 sebesar 0,0713% dan sampel UB.2.0616 sebesar 0,1499%.

Nilai %CV Horwitz untuk sampel UB.1.0616 sebesar 8,3866%

sedangkan sampel UB.2.0616 sebesar 8,9075%. Syarat keberterimaan

untuk nilai %RSD < 2% dan nilai %RSD lebih kecil dari nilai %CV

horwitznya sehingga metode volumetri yang digunakan memiliki presisi

yang baik.

b. Nilai persen akurasi yang didapat sebesar 62,50%, sedangkan nilai CRM

Sn sebesar 62,49% ± 0,12%. Berdasarkan sertifikat CRM, batas

41
42

keberterimaan pengujian CRM untuk Sn adalah 62,49% ± 0,12%

sehingga nilai persen akurasi sesuai standar.

4. Hasil validasi metode penentuan kadar timah (Sn) dalam bijih timah

menununjukkan bahwa metode rutin yang digunakan pada penentuan Sn

dalam sampel bijih timah ini dapat menggunakan metode volumetri karena

memiliki akurasi dan presisi yang baik (metode tervalidasi).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil Praktik Kerja Lapangan yang telah dilakukan tentang

Validasi Metode Uji Penentuan Kadar Sn dalam Bijih Timah dengan Metode

Volumetri di Laboratorium Kimia PT. Timah (Persero) Tbk, maka saran penulis

yang semoga dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Metode rutin untuk menentukan kadar timah (Sn) dalam bijih timah dapat

digunakan dengan menggunakan metode volumetri karena telah dilakukan

validasi.

2. Dalam proses analisis diperlukan ketelitian dan kesabaran.

3. Saat di laboratorium selain menggunakan jas laboratorium, sebaiknya semua

analis selalu menggunakan safety lab yang lengkap seperti sarung tangan,

masker, kacamata google dan sepatu.

4. PKL (Praktik Kerja Lapangan) di Laboratorium Kimia PT. Timah (Persero)

Tbk dapat menambah wawasan baru dan menguji keterampilan analis dalam

melakukan analisis di laboratorium.


DAFTAR PUSTAKA

AOAC, 1993, AOAC Peer – Verified Methods Progam, Arlington: Association of


Official Analytical Chemists (AOAC) International.

Bliesner, D. M., 2006, Overview of Methodes Validation, Validating


Chromatographic Methods A Practical Guide. New Jersey: John Wiley and
Son, Inc Publication.

Basset, J., R. C. Denney, G.H Jeffrey, J. Mendhom. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia
Analisa Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC.

Carlin, Benson, 2008, Desaign dan Implementasi Sistem Embeded


Mikrokontroler, Jakarta.
Chan, C.C., Lee Y.C., Lam, H., and Zhang X.M. (ed), 2004, Analytical Method
Validation and Instrument Performance Verification, New Jersey : John
Wiley & Sons, Inc Publication.
Chatterjee, 2007, General Metallurgy, Peace Publishers, Moscow.

Cotton and Wilkinson, 1989, Kimia Anorganik Dasar Cetakan Pertama, Jakarta :
UI-Press.
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 1980. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Keempat. Jakarta : Erlangga.
Erman, 2010, Prosedur Operasi Standar Peleburan Departemen Metalurgi PT.
Koba Tin, Koba, Bangka Tengah, Indonesia. Koba : PT. Koba Tin
Haryadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.
Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungan,
Majalah Ilmu Kefarmasian. Jakarta : Departemen Farmasi.
Hendarto, 1999, Kelimpahan Timah Putih dan Timah Hitam di Indonesia.
Pangkal Pinang : PT. Timah (Persero) Tbk.
Ikhwan. 2007. Reabilitas dan Validitas Penelitian. Bogor: IPB.

Irfan, Anshory. 2000. Ilmu Kimia. Jakarta : Erlangga

Mitchel., J. K, 1979. Fundamental of Soil Behavior, John Wiley and Sons, Inc,
New York.
Nindemona, 2006, Handbook Ekstrative Metallurgy Volume I; The Metal Industry
(Ferrous Metal), Wiley Canada.

43
44

PT. Timah (Persero) Tbk, 2014, Tentang Kami Sejarah,


www.timah.com/v3/ina/tentang-kami-sejarah/, Diakses pada tanggal 26
Februari 2017.
Purnomo, B. B, 2008, Dasar-Dasar Urologi, Edisi 3.123-128. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Rahmi., Annisa, 2015, Makalah Proses Pengolahan Timah dan Alumunium,
Bandung : Universitas Widyatama.
Riyanto, 2014, Validasi & Verifikasi Metode Uji: Sesuai dengan ISO/IEC 17025
Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi, Edisi 1, Yogyakarta : Deepublish.
Satiadarma, K., 2004, Asas Pengembangan Prosedur Analisis, Cetakan Pertama,
Surabaya : Airlangga Universitry Press.
Strong., C. F, 1990, Handbook Ekstrative Metallurgy, Volume I, The Metal
Industry (Ferrous Metal), Wiley Canada.
Sumardi, 2002, Validasi Metode Pengujian. Disampaikan dalam Pelatihan Asesor
Laboratorium Pengujian Cipayung 11 s/d 14 Juni 2002, Bogor.
Taylor., C.E and Lamberti., F, 1979, Root Knot Nematodes Biology and Control,
Academic Press, London, pp 173-374.
Walton. W., C, 1970, Groundwater Resource Evaluation, International Student
Edition, McGraw-Hill, Kogagusa, LTD.
45

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Alat dan Bahan

Sampel bijih timah sebelum digiling

Sampel bijih timah sebelum digiling dengan kode kedatangan sampel

Alat Penggilingan
46

Oven

Splitter (Granding Male) (Rotary Sample Divider PT.100)

Sampel Bijih Timah Hasil Preparas


47

Na2CO3

Tungku Pemanas
48

Neraca Analitik

Cawan Zirkon
49

Tempat Pendingin
50

Lampiran 2. Hasil pembacaan mL titrasi larutan KI-KIO3 Sampel UB.1.0616

Kode Sampel dan mL titrasi (sampel) Faktor

Pengulangan larutan KI-KIO3

UB.1.0616 1 40,70 1,7935

UB.1.0616 2 40,82 1,7935

UB.1.0616 3 40,85 1,7935

UB.1.0616 4 40,82 1,7935

UB.1.0616 5 40,29 1,8178

UB.1.0616 6 40,33 1,8178

UB.1.0616 7 40,44 1,8178

UB.1.0616 8 40,37 1,8178


51

Lampiran 3. Hasil pembacaan mL titrasi larutan KI-KIO3 Sampel UB.2.0616

Kode Sampel dan mL titrasi (sampel) Faktor

Pengulangan larutan KI-KIO3

UB.2.0616 1 26,92 1,8178

UB.2.0616 2 27,03 1,8178

UB.2.0616 3 27,05 1,8178

UB.2.0616 4 27,28 1,8178

UB.2.0616 5 27,12 1,8178

UB.2.0616 6 26,99 1,8178

UB.2.0616 7 26,98 1,8178

UB.2.0616 8 26,97 1,8178


52

Lampiran 4. Perhitungan Persen kadar Sn dalam Bijih Timah

1. Sampel bijih timah UB.1.0616

pengulangan mL titrasi KI-KIO3 Faktor mL blanko kadar Sn (%)

1 40,70 1,7935 0,1 72,82

2 40,82 1,7935 0,1 73,03

3 40,85 1,7935 0,1 73,09

4 40,82 1,7935 0,1 73,03

5 40,29 1,8178 0,1 73,06

6 40,33 1,8178 0,1 73,13

7 40,44 1,8178 0,1 73,33

8 40,37 1,8178 0,1 73,20

Rata2 40,58 73,09

a. Sampel UB.1.0616.1

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (40,70-0,1) × 1,7935

Sn (%) = 72,82%

b. Sampel UB.1.0616.2

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (40,82-0,1) × 1,7935

Sn (%) = 73,03%
53

c. Sampel UB.1.0616.3

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (40,85-0,1) × 1,7935

Sn (%) = 73,09 %

d. Sampel UB.1.0616.4

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (40,82-0,1) × 1,7935

Sn (%) = 73,03%

e. Sampel UB.1.0616.5

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (40,29-0,1) × 1,8178

Sn (%) = 73,06%

f. Sampel UB.1.0616.6

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (40,33-0,1) × 1,8178

Sn (%) = 73,13%

g. Sampel UB.1.0616.7

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (40,44-0,1) × 1,8178


54

Sn (%) = 73,33%

h. Sampel UB.1.0616.8

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (40,37-0,1) × 1,8178

Sn (%) = 73,30%

2. Sampel bijih timah UB.2.0616

pengulangan mL titrasi KI-KIO3 Faktor mL blank kadar Sn (%)

1 26,92 1,8178 0,1 48,75

2 27,03 1,8178 0,1 48,95

3 27,05 1,8178 0,1 48,99

4 27,28 1,8178 0,1 49,41

5 27,12 1,8178 0,1 49,12

6 26,99 1,8178 0,1 48,88

7 26,98 1,8178 0,1 48,86

8 26,97 1,8178 0,1 48,84

Rata2 27,04 48,98

a. Sampel UB.2.0616.1

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (26,92-0,1) × 1,8178

Sn (%) = 48,75%
55

b. Sampel UB.2.0616.2

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (27,03-0,1) × 1,8178

Sn (%) = 48,95%

c. Sampel UB.2.0616.3

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (27,05-0,1) × 1,81,78

Sn (%) = 48,99%

d. Sampel UB.2.0616.4

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (27,28-0,1) × 1,71,78

Sn (%) = 49,41%

e. Sampel UB.2.0616.5

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (27,12-0,1) × 1,8178

Sn (%) = 49,12%

f. Sampel UB.1.0616.6

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (26,99-0,1) × 1,8178


56

Sn (%) = 48,88%

g. Sampel UB.1.0616.7

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (26,98-0,1) × 1,8178

Sn (%) = 48,86%

h. Sampel UB.1.0616.8

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (26,97-0,1) × 1,8178

Sn (%) = 48,84%
57

Lampiran 5. Perhitungan Persen Relatif Standar Deviasi (%RSD) dan %CV

Horwitz

1. Sampel UB.1.0616

%CV
2
Kode Sampel Kadar (%) Xi-X (Xi-X) SD %RSD
Horwitz

UB.1.0616 1 72,82 -0,26625 0,070889063

UB.1.0616 2 73,03 -0,05625 0,003164063

UB.1.0616 3 73,09 0,00375 0,000014063

UB.1.0616 4 73,03 -0,05625 0,003164063


0,0521 0,0713 8,3866
UB.1.0616 5 73,06 -0,02625 0,000689063

UB.1.0616 6 73,13 0,04375 0,001914062

UB.1.0616 7 73,33 0,24375 0,059414062

UB.1.0616 8 73,20 0,11375 0,012939062

X 73,0863 0,019023438

(𝑋𝑖−𝑋)2
𝑆𝐷 = √∑𝑛𝑖=1 𝑛−1

0,019023438
𝑆𝐷 = √ = 0,052130931
8−1

𝑆𝐷
RSD(%) = × 100%
𝑋

0,052130931
RSD(%) = × 100% = 0,0713279%
73,0863

CV Horwitz (%) = 21−0,5 log 𝐶


58

−6 )
CV Horwitz (%) = 21−0,5 log(73,0863×10 = 8,386576536%

2. Sampel UB. 2.0616

Kadar %CV
2
Kode Sampel Xi-X (Xi-X) SD %RSD
(%) Horwitz

UB.2.0616 1 48,75 -0,225 0,050625

UB.2.0616 2 48,95 -0,025 0,000625

UB.2.0616 3 48,99 0,015 0,000225

UB.2.0616 4 49,41 0,435 0,189225


0,0735 0,1499 8,9075
UB.2.0616 5 49,12 0,145 0,021025

UB.2.0616 6 48,88 -0,095 0,009025

UB.2.0616 7 48,86 -0,115 0,013225

UB.2.0616 8 48,84 -0,135 0,018225

X 48,975 0,037775

(𝑋𝑖−𝑋)2
𝑆𝐷 = √∑𝑛𝑖=1 𝑛−1

0,037775
𝑆𝐷 = √ = 0,0734
8−1

𝑆𝐷
RSD(%) = × 100%
𝑋

0,073460
RSD(%) = × 100% = 0,149996%
48,975

CV Horwitz (%) = 21−0,5 log 𝐶

−6 )
CV Horwitz (%) = 21−0,5 log(48,975×10 = 8,907451837%
59

Lampiran 6. Perhitungan (%Recovery) Akurasi

1. Sampel UB

ml titrasi (sampel)
No Kadar Sn (%)
larutan KI-KIO3

1 34,58 62,57

2 34,52 62,46

3 34,54 62,50

4 34,52 62,46

5 34,55 62,52

6 34,51 62,44

7 34,57 62,55

8 34,55 62,52

Rata2 34,5425 62,50

Batas keberterimaan pengujian CRM no 355 untuk Sn adalah 62,49% ± 0,12%

Perhitungan recovery menggunakan SRM

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑆𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟


Recovery(%) = × 100%
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑆𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐶𝑅𝑀

62,5025
Recovery(%) = × 100%
62,49

Recovery(%) = 100,02%
60

a. Sampel UB. 1

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (34,58-0,1) × 1,8147

Sn (%) = 62,57%

b. Sampel UB. 2

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (34,52-0,1) × 1,8147

Sn (%) = 62,46%

c. Sampel UB. 3

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (34,54-0,1) × 1,8147

Sn (%) = 62,50%

d. Sampel UB. 4

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (34,52-0,1) × 1,8147

Sn (%) = 62,46%

e. Sampel UB. 5

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (34,55-0,1) × 1,8147


61

Sn (%) = 62,52%

f. Sampel UB. 6

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (34,51-0,1) × 1,8147

Sn (%) = 62,44%

g. Sampel UB. 7

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (34,57-0,1) × 1,8147

Sn (%) = 62,55%

h. Sampel UB. 8

Kadar Sn (%) = (mL titrasi sampel – mL blanko) × Faktor

Sn (%) = (34,55-0,1) × 1,8147

Sn (%) = 62,52%

Anda mungkin juga menyukai