Disusun oleh :
YULAN
No. Mhs : 14612184
Assalamualaikum Wr. Wb
akhir zaman.
Uji Penentuan Kadar Sn dalam Bijih Timah PT. Timah (Persero) Tbk” ini
disusun sebagai salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi untuk
pada Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
oleh berbagai pihak. Pada kesempatan ini, Penulis menyampaikan terima kasih
pembuatan laporan ini, dengan penuh rasa syukur penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
iii
3. Drs. Allwar, M.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
6. Ibu Dr. Noor Fitri, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
Kerja Lapangan.
7. Bapak Eko Purwantara selaku Kepala Sumber Daya Manusia PT. Timah
(Persero) Tbk.
10. Teman-teman satu kelompok PKL (Greef Ros Aulia dan Dea Alvina)
mendoakan.
11. Seluruh staff Laboratorium kimia PT. Timah (Persero) Tbk yang telah
Penulis menyadari bahwa laporan praktik kerja lapangan ini masih jauh
iv
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan laporan ini sangat penulis harapkan dari semua pihak. Semoga laporan
ini dapat memberikan manfaat bagi diri penulis dan bagi para pembaca.
Penulis
v
VALIDASI METODE UJI PENENTUAN KADAR Sn DALAM
BIJIH TIMAH DENGAN METODE VOLUMETRI DI PT.
TIMAH (PERSERO) TBK
Yulan
NIM 14612184
INTISARI
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL….…………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN…….……………………………………………... ii
KATA PENGANTAR………………...………………………………………… iii
INTISARI………………………………………………………………………... vi
DAFTAR ISI……………………………...……………………………………... vii
DAFTAR GAMBAR………………………...………………………………….. ix
DAFTAR TABEL………………………………...……………………………... x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………...………………………... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………..………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………..………………….. 3
1.3 Tujuan……………………………………………………………….. 4
1.4 Manfaat……………………………………………………………… 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PT. Timah (Persero) Tbk……………………………………………. 5
2.1.1 Sejarah…………………………………………………………. 5
2.1.2 Visi dan Misi…………………………………………………... 9
2.2 Timah………………………………………………………………... 10
2.2.1 Pengertian Timah……………………………………………... 10
2.2.2 Sifat Timah…………………………………………………….. 12
2.2.3 Senyawaan Timah…………………………………………....... 13
2.2.4 Keberadaan Timah di Alam…………………………………… 17
2.3 Volumetri……………………………………………………………. 20
2.4 Validasi……………………………………………………………… 22
2.4.1 Definisi………………………………………………………… 22
2.4.2 Parameter Validasi…………………………………………….. 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat………………………………………………………………….. 27
3.2 Bahan……………………………………………………………….. 28
vii
3.3 Prosedur Kerja………………………………………………………. 28
3.3.1 Preparasi Sampel Bijih Timah………………………………... 28
3.3.2 Pembuatan Sulfur Karbonat…………………………………... 29
3.3.3 Pembuatan Larutan Standar KI-KIO3………………………… 29
3.3.4 penentuan Kadar Sn …………………….................................. 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Kadar Sn...........…………………………………………. 31
4.2 Penentuan Presisi…………………………………………………… 36
4.3 Penentuan Akurasi………………………………………………….. 39
4.4 Hasil Validasi……………………………………………………….. 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………. 41
5.2 Saran………………………………………………………………… 42
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 43
LAMPIRAN……………………………………………………………………... 45
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
Horwitz ………………………………………………………................................ 57
xi
BAB I
PENDAHULUAN
yaitu di Bangka mulai tahun 1711, di Singkep tahun 1812 dan di Belitung sejak
salah satu negara produsen timah terbesar di dunia. Indonesia merupakan salah
satu negara yang mempunyai kekayaan sumber daya alam yang melimpah
termasuk sumber daya mineral logamnya. Banyaknya sumber daya mineral logam
ini mendorong bangsa Indonesia untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam
memerlukan berbagai metode dan teknologi yang tepat sehingga dapat diperoleh
hasil yang optimal dengan menghasilkan keuntungan yang besar dan ramah
lingkungan.
Salah satu mineral logam yang memiliki manfaat yang besar bagi
sesuatu yang lebih bermanfaat bagi kehidupan manusia sangat diperlukan. Peran
reaksi kimia fisika sangat penting dalam pengolahan mineral logam timah
tersebut.
Indonesian Tin Belt” yang tersebar di wilayah Pulau Karimun, Kundur, Singkep
sampai Sebelah Barat Kalimantan (PT. Timah Tbk, 2011). Pertambangan timah di
1
2
Indonesia dimulai sejak abad ke-18 yang berada di bawah kontrol negara yang
kemudian membuat kontrak dengan VOC pada tahun 1722 – 1799. Pada tahun
1812-1816 beralih ke tangan Inggris dan kemudian kembali diambil alih oleh
Belanda pada tahun 1816 – 1942. Setelah Indonesia merdeka, tambang timah
dinasionalisasikan menjadi PN. Timah (1945-1965) dan kemudian pada masa orde
baru (1966-1998) berubah namanya menjadi PT. Timah Bangka Tbk (Erman,
2010).
pengolahan logam timah sangatlah penting, apalagi logam timah tidak ditemukan
dalam bentuk murni secara langsung melainkan tercampur dengan mineral lain.
Salah satu tempat pengolahan logam timah adalah PT. Timah (Persero) Tbk. Salah
satu unit operasional di PT Timah (Persero) Tbk adalah Laboratorium kimia. Unit
ini bergerak di bidang analisis bijih timah. Dalam proses analisisnya mengacu
tersebut terdiri dari dua bagian utama yang terpisah, yaitu proses analisis kadar
timah (Sn) dalam bijih timah dan analisis kadar unsur pengotor dalam bijih timah
di Laboratorium Kimia. Unsur pengotornya dalam bijih timah berupa timbal (Pb),
tembaga (Cu), antimony (Sb), bismuth (Bi), nikel (Ni), seng (Zn), arsen (As),
cobalt (Co) dan besi (Fe) yang merupakan unsur pengotor utama dalam bijih
timah.
mengetahui kualitas bijih timah dari berbagai daerah di bangka belitung. Kadar
3
(Sn) akan mempengaruhi harga jual dan proses peleburan bijih timah sehingga
analisis kadar (Sn) timah dalam bijih timah sangat diperlukan. Dalam analisis
kadar Sn yang akurat maka diperlukan penggunaan metode yang valid. Sehingga
validasi metode uji perlu dilakukan ditambah lagi metode volumetri yang
Laboratorium kimia PT. Timah (persero) Tbk. Penggunaan metode yang valid
dapat diketahui dari tingkat akurasi dan presisi suatu data hasil pengujian. Dengan
validasi metode, maka dapat diketahui tingkat kepercayaan hasil analisis kadar Sn
Berdasarkan latar belakang yang ada maka dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana cara analisis kadar timah (Sn) dalam bijih timah dengan
metode volumetri?
2. Bagaimana hasil analisis kadar timah (Sn) dalam bijih timah dengan
metode volumetri?
3. Bagaimana nilai dari presisi dan akurasi pada validasi metode penentuan
4. Bagaimana hasil validasi metode penentuan kadar timah (Sn) dalam bijih
timah?
1.3 Tujuan
kadar timah (Sn) dalam bijih timah dengan metode volumetri bertujuan untuk:
1. Mengetahui cara analisis kadar timah (Sn) dalam bijih timah dengan
metode volumetri.
2. Mengetahui kadar timah (Sn) dalam bijih timah dengan metode volumetri.
3. Mengetahui nilai dari presisi dan akurasi pada validasi metode penentuan
4. Mengetahui hasil validasi metode penentuan kadar timah (Sn) dalam bijih
timah.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil praktik kerja lapangan yang telah
pengujian.
timah (Sn) dalam bijih timah dengan metode volumetri dapat digunakan
secara rutin di laboratorium dan dengan sampel bijih timah yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Sejarah
Sudirman no 51. Pada mulanya terdiri dari tiga perusahaan pertambangan Belanda
Indonesia. Pada tahun 1961, BTW, GMB dan NV Sitem dijadikan perusahaan
5
6
1976, dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak
dibidang pertambangan timah dan telah terdaftar di bursa efek Indonesia sejak
tahun 1995. PT. Timah merupakan produsen dan eksportir logam timah, dan
timah di Indonesia yang sudah berlangsung lebih dari 200 tahun, sumber daya
tahun 1969, pada tahun 1976 status PN tambang timah dan proyek peleburan
seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan namanya diubah
7
melalui divertifikasi usaha, pada tahun 1998 PT Timah (Persero) Tbk melakukan
(tiga) anak perusahaan yang secara praktis menempatkan PT Timah (Persero) Tbk
Masa Kolonial
perusahaan tersebut .
yang antara lain adalah relokasi kantor pusat dari Jakarta ke Pangkalpinang,
penglepasan asset yang tidak berkaitan dengan usaha pokok perusahaan &
melakukan ekspor perdana logam timah dengan kadar timbal yang rendah
perdana dan sejak saat itu 35 % saham perusahaan dimiliki oleh publik dan 65
London Ltd.
(GDR) di London Stock Exchange (LSE) dan sejak itu saham perseroan
hilir.
Visi Perusahaan :
Misi Perusahaan :
2.2 Timah
Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
simbol Sn (stannum) dengan nomor ataom 50. Unsur ini merupakan logam
udara sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak paduan , dan digunakan
untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. Timah diperoleh terutama
dari cassiterite (SnO2) yang terbentuk sebagai oksida yang kemudian dilebur
harus dilebur dan ditambahkan senyawa – senyawa lain seperti antrasite, dan
1350 0C selama 8-12 jam sehingga dapat memisahkan timah dengan pengotor –
Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada
turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya
Timah tidak ditemukan dalam unsur bebas di bumi akan tetapi diperoleh
dari senyawanya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral Cassiterite atau
kandungan timah berkisar 78%. Contoh lain sumber biji timah yang lain dan
kurang mendapat perhatian dari pada cassiterite adalah kompleks mineral sulfide
11
rendah, berat jenis 7,3 g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan
listrik yang tinggi. Dalam keadaan normal (13 – 1600C), logam ini bersifat
Timah putih (sn) adalah unsur kimia dengan simbol Sn (Latin : stannum)
dan nomor atom 50, adalah logam golongan utama di kelompok 14 dari tabel
dan sedikit lebih stabil 4. Timah adalah unsur paling melimpah ke-49 dan
memiliki, dengan 10 isotop stabil, jumlah terbesar yang stabil isotop dalam tabel
periodik. Tin diperoleh terutama dari mineral kasiterit , di mana itu terjadi sebagai
+4.
jauh. Timah tahan terhadap korosi air distilasi dan air laut, akan tetapi
dapat diserang oleh asam kuat, basa, dan garam asam. Proses oksidasi
4. Jika timah dipanaskan dengan adanya udara maka akan terbentuk SnO 2.
5. Timah ada dalam dua alotrop yaitu timah alfa dan beta. Timah alfa biasa
disebut timah abu-abu dan stabil dibawah suhu 13,2 C dengan struktur
ikatan kovalen seperti diamond. Sedangkan timah beta berwarna putih dan
bersifat logam, stabil pada suhu tinggi, dan bersifat sebagai konduktor.
6. Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4, dan beberapa pelarut organic
seperti asam asetat asam oksalat dan asam sitrat. Timah juga larut dalam
1. Senyawaan Organotin
yang dibangun dari timah dan substituen hidrokarbon sehingga terdapat ikatan C-
pembuatan PVC.
organic.
dll
14
Metode yang lain adalah dengan menggunakan reaksi Wurtz seperti senyawaan
alkil natrium dengan tmah halide ataupun dengan menggunakan reaksi pertukaran
2. Timah Oksida
ini merupakan oksida timah yang paling penting dalam pebuatan logam timah.
dengan 6 atom oksigen. SnO2 tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam asam
dan basa kuat. SnO2 larut dalam asam halide membentuk heksahalostanat seperti:
SnO2 larut dalam basa membentuk stanat dengan rumus umum Na 2SnO3. SnO2
organotin.
3. Timah(II) Klorida
yang stabil. SnCl2 dipakai sebagai reduktor dalam larutan asam, dan juga dalam
15
cairan electroplating. SnCl2 dibuat dengan cara reaksi gas HCl kering dengan
logam Sn.
SnCl2 memiliki satu pasangan electron bebas. Dalam bentuk fasa gas maka
membentuk rantai yang saling terhubung dengan jembatan klorida. Selain dipakai
sebagai reduktor SnCl2 juga dipakai sebagai katalis, reagen analisis untuk raksa,
dan juga dipakai sebagai aditif makanan untuk mempertahankan warna dan
sebagai antioksidan.
4. Timah(IV) Klorida
kimia dengan rumus SnCl4. Pada suhu kamar SnCl4 ini merupakan cairan yang
tidak berwarna dan akan membentuk kabut jika terjadi kontak dengan udara.
SnCl4 dipergunakan sebagai senjata kimia dalam perang dunia ke-1, dipakai untuk
5. Timah Sulfida
Sn + S -> SnS
16
Sedangkan timah(IV) sulfide memiliki rumus SnS2 dan terdapat dialam sebagai
dengan penambahan H2S pada larutan senyawa timah(IV) dan banyak dipakai
6. Timah Hidrida
Hidrida dari timah disebut sebagai stannan dan rumus formulanya adalah
SnH4. Hidrida timah ini dapat dibuat dengan cara mereaksikan antara SnCl 4
dan gas hydrogen. Hidrida timah ini sangat analog dengan gas metana CH4.
7. Stanat
Mg2SnO4.
polimerik anoinPerlu dicatat bahwa asam stanit yang merupakan precursor stanat
sebenarnya tidak terdapat dialam dan ini sebenarnya merupakan hidrat dari SnO 2.
Istilah stanat juga dipakai untuk sufiks penamaan senyawa misalnya SnCl62-
hesaklorostanat.
17
diperoleh dari senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral
cassiterite atau tinstone. Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah SnO2,
dengan kandungan timah berkisar 78%. Contoh lain sumber biji timah yang lain
ditemukan bergandengan dengan mineral logam yang lain seperti perak. Timah
merupakan unsur ke-49 yang paling banyak terdapat di kerak bumi dimana timah
ppm, dan 14 ppm untuk timbal. Cassiterite banyak ditemukan dalam deposit
bongkahan batu dimana dapat dapat mengendap di dasar laut, sungai, atau danau.
Alluvium terdiri dari berbagai macam mineral seperti pasir, tanah liat, dan batu-
batuan kecil. Hampir 80% produksi timah diperoleh dari alluvial/alluvium atau
konsentrasi cassiterite sangat rendah. Dibumi timah tersebar tidak merata akan
tetapi terdapat dalam satu daerah geografi dimana sumber penting terdapat di Asia
yang tidak sebegitu banyak diperoleh dari Peru, Afrika Selatan, UK, dan
Zimbabwe.
Sumber timah yang terbesar yaitu sebesar 80% berasal dari endapan timah
pulau timah), dan di lepas pantai. Endapan timah sekunder berasal dari endapan
timah primer yang mengalami pelapukan yang kemudian terangkut oleh aliran air,
dengan bahan lainnya. Endapan alluvial yang berasal dari batuan granit lapuk dan
terangkut oleh air pada umumnya terbentuk lapisan pasir atau kerikil. Mineral
utama yang terkandung pada bijih timah adalah cassiterite (SnO2). Batuan
pembawa mineral ini adalah batuan granit yang berhubungan dengan magma
asam dan menembus lapisan sedimen (intrusi granit). Pada tahap akhir kegiatan
intrusi, terjadi peningkatan konsentrasi elemen di bagian atas, baik dalam bentuk
gas maupun cair, yang akan bergerak melalui pori-pori atau retakan. Karena
tekanan dan temperatur berubah, maka terjadilah proses kristalisasi yang akan
Mineral ekonomis penghasil timah putih adalah kasiterit (SnO 2), meskipun
sebagian kecil dihasilkan juga dari sulfida seperti stanit, silindrit, frankeit,
kanfieldit dan tealit (Carlin, 2008). Mula jadi timah di daerah jalur timah yang
membentang dari Pulau Kundur sampai Pulau Belitung dan sekitarnya diawali
dengan adanya intrusi granit yang berumur ± 222 juta tahun pada Trias Atas.
hidrotermal menerobos dan mengisi celah retakan, dimana terbentuk reaksi: SnF4
19
asosiasi mineralisasi Cu, W, Mo, U, Nb, Ag, Pb, Zn, dan Sn. Busur metalogenik
terbentuknya timah 100 - 1000 km. Terdapat tiga tipe kelompok asosiasi
greisen (Taylor, 1979). Urat berbentuk tabular atau tubuh bijih berbentuk
lembaran mengisi rekahan atau celah (Strong, 1990). Tipe kuarsa-kasiterit dan
greisen merupakan tipe mineralisasi utama yang membentuk sumber daya timah
putih pada jalur timah yang menempati Kepulauan Riau hingga Bangka-Belitung.
Jalur ini dapat dikorelasikan dengan “Central Belt” di Malaysia dan Thailand
(Mitchel, 1979).
atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5°C dan titik didih 1.740°C
merupakan senyawa yang penting karena banyak digunakan sebagai zat aditif
pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka oktan secara ekonomi.
110°C dan 200°C. Karena daya penguapan kedua senyawa tersebut lebih rendah
tetrametil. Kedua senyawa ini akan terdekomposisi pada titik didihnya dengan
20
adanya sinar matahari dan senyawa kimia lain diudara seperti senyawa holegen
2.3 Volumetri
(Irfan, 2000). Analisa volumetri merupakan salah satu metode dari analisa
kuantitatif yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu zat dalam volume
sehingga data yang diperoleh ditinjau lebih lanjut (Haryadi, 1990). Pada
pentitrasi. Pereaksi harus bereaksi stoikiometri dengan analit dan kadar zat
dihitung dari volume pereaksi yang bereaksi ekivalen dengan analit (Satiadarma,
K., 2004).
21
1. Harus ada suatu reaksi yang sederhana, yang dapat dinyatakan dengan suatu
persamaan kimia, zat yang akan ditetapkan harus bereaksi lengkap dengan
2. Reaksi harus praktis dan berjalan sangat cepat, dalam beberapa keadaan
3. Harus tersedia indikator yang dapat digunakan untuk menentukan titik akhir
titrasi.
Penetapan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan prinsip netralisasi,
bila sebagai titran digunakan larutan baku asam, maka penetapan tersebut
dinamakan asidimetri, sebaliknya bila larutan baku basa sebagai titran, maka
yang dapat larut tetapi sedikit terdisosiasi, misalnya reaksi ion perak dengan ion
Proses yang kita gunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu
1. Mudah didapat dalam bentuk murni atau dalam keadaaan kemurnian yang
harus tidak melebihi 0.01 sampai 0.02% dan harus mungkin diuji
2. Zat itu harus tetap, harus mudah dikeringkan dan harus tidak higroskopik,
akan menjadi lebih kecil dan mudah larut serta reaksi cepat dan
3) Pengukuran,
2.4 Validasi
2.4.1 Definisi
perkembangan metode, studi pra validasi, dan terakhir adalah proses validasi itu
sendiri. Validasi adalah hal terakhir yang dapat menentukan suatu penyimpangan
analisis dapat diterima atau tidak, serta menentukan kelayakan suatu analisis yang
(Sumardi, 2002). Validasi metode penentuan kadar (Sn) dalam bijih timah ini,
1. Presisi (Precision)
antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-
rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil
Simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi) diukur dan
Repeatability adalah keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh analis
yang sama pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek.
sampel-sampel identik yang terpisah dari batch yang sama, jadi memberikan
dicuplik dari batch yang sama. Ketertiruan dapat juga dilakukan dalam
relatif (Relative Standard Deviation, RSD) atau koefisien variasi (KV) 2% atau
simpangan baku (SD) dan dari nilai simpangan baku tersebut dapat dihitung nilai
koefisien variasi (CV) atau simpangan baku relatif (RSD), dengan rumus:
𝑛 (𝑋𝑖 − 𝑋)2
𝑆𝐷 = √∑
𝑖=1 𝑛 − 1
𝑆𝐷
KV(%) = × 100%
𝑋
Keterangan:
SD : standar deviasi
̅X : rata-rata pengukuran
persamaan:
C merupakan fraksi konsentrasi dan dinyatakan sebagai pangkat dari 10. Presisi
suatu metode akan memenuhi syarat apabila KV yang diperoleh dari percobaan
2. Akurasi (Accuracy)
2014). Kedua metode tersebut, recovery dinyatakan sebagai rasio antara hasil
(𝐶1−𝐶2)
% Perolehan kembali (recovery) = × 100%
𝐶3
26
Keterangan:
CRM mempunyai nilai tertelusur ke SI dan dapat dijadikan sebagai nilai acuan
(refference value) untuk nilai yang sebenarnya. Syarat CRM yang digunakan
matriksnya cocok dengan contoh uji (mempunyai komposisi matriks yang mirip
CRM selalu disertai dengan sertifikat CRM tersebut. Pada sertifikat tertulis,
sejumlah tertentu CRM, analisis menggunakan metode yang akan divalidasi. Jika
hasil analisisnya adalah : Canalisis (ppm). Ulangi percobaan diatas minimal 8 kali.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat
2. Analitical Balance
3. Fume Hod
4. Burner Bunsen
5. Burette
7. Beaker 4000 ml
27
28
3.2 Bahan
1. Sodium Hydroxide, GR
3. Sulfur sublimat, GR
5. Potassium Hydroxide, GR
6. Potassium Iodate, GR
7. Perhydrol 3%, GR
8. Marble Granular, GR
10. Akuades
Sampel bijih timah dimasukkan ke dalam alat splitter. Sampel akan terbagi
menjadi tiga secara merata kuantitasnya. Sampel bijih timah yang telah dibagi
dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105°C selama 1 jam untuk menghilangkan
kadar airnya. Sampel bijih timah yang telah dioven dimasukkan ke dalam
penggilingan selama 10-15 detik. Sampel yang telah halus dimasukkan ke dalam
29
plastik sampel dan diberi kode sebagai tanda waktu datang dan daerah sampel
berasal.
sublimat. Sulfur sublimat dihaluskan dengan mortar grinder. Sulfur yang telah
dihaluskan dibagi menjadi lima bagian. Dicampur sampai rata setiap 1 kg Na 2CO3
dengan satu bagian sulfur. Diulangi hal yang sama dengan 4 kg Na 2CO3 dan
empat bagian sulfur yang tersisa. Dicampur dan dijadikan satu setiap bagian
dalam labu 5 liter dan diencerkan sampai tanda batas. Dikosok larutan dan
disimpan selama 2 malam untuk mendapatkan larutan yang stabil. Larutan ini
zirkon 55 ml. Ditambahkan 3 gram Na 2CO3-S dan 3 gram NaOH. Ditutup cawan
zirkon dan dilebur dalam api bunsen selama ± 6 menit hingga lebur sempurna.
H2O2 3% sambil dipanaskan sampai H2O2 habis lalu didinginkan. Larutan yang
lempengan alumunium (Al sheet) lalu ditutup erlenmeyer dengan tutup karet yang
larutan Na2CO3 jenuh. Dipanaskan di atas hot plate dan dibiarkan sampai Al larut.
Didihkan terus ± ¼ jam. Dinginkan larutan dalam bak pendingin dan selama
proses pendinginan selang karet tetap dicelupkan pada larutan karbonat jenuh.
Setelah larutan dingin, tutup erlenmeyer diganti dengan stopper no 7 no hole dan
dibawa ke meja titrasi. Dimasukkan ± 4 gram marmer dan beberapa tetes larutan
amilum 0.5%. Larutan dititrasi dengan larutan KI-KIO3 hingga larutan berwarna
kali pada sampel yang sama. Ditentukan nilai presisi dan nilai akurasi.
BAB IV
diperoleh dari senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral
cassiterite atau tinstone. Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah SnO2,
dengan kandungan timah berkisar 78%. Pengolahan timah menjadi sesuatu yang
lebih bermanfaat tidak lepas dari peran reaksi kimia fisika. Dalam penelitian ini
atau volume suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya yang diperlukan
Preparasi sampel bijih timah harus dilakukan dengan cermat dan teliti.
Sampel bijih timah dimasukan ke dalam alat splitter (Rotary Sample Divider
PT.100). Alat splitter ini berfungsi untuk membagi sampel secara mekanis.
Sehingga sampel akan terbagi menjadi tiga bagian secara merata kuantitasnya.
31
32
bijih timah yang telah dibagi dimasukan ke dalam oven untuk menghilangkan
kadar air pada suhu 105°C selama 1 jam. Sampel bijih timah yang telah dioven
bertujuan untuk homogenitas sampel agar proses peleburan sampel bijih timah
lebih mudah sehingga waktu yang dibutuhkan untuk peleburan lebih cepat.
Ukuran standar penghalusan sampel sebesar ± 150 mesh. Sampel yang telah halus
dimasukan ke dalam plastik sampel dan diberi kode UB.1.0616 sebagai tanda
waktu datang dan daerah sampel berasal. Sampel yang telah dihaluskan kemudian
Proses peleburan (fusion) ilmenite dapat mengubah struktur pada ilmenite. Proses
ilmenite dapat terjadi karena adanya interaksi antara atmosfer dan perlakuaan
agen pencampuran logam dalam baja yang bersifat sebagai penahan panas. Hasil
menggunakan asam kuat yaitu asam sulfat maupun asam klorida. Proses leaching
logam dari bijinya menggunakan pelarut kimia untuk melarutkan partikel tertentu.
33
konsentrasi asam yang lebih rendah dalam upaya yang dapat meningkatkan
sampel bijih timah ditentukan dengan titrasi larutan KI-KIO3 yang telah
distandarisasi.
masing-masing sampel bijih timah ditunjukkan dalam Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑆𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐾𝐼 − 𝐾𝐼𝑂3 = = 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑙 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟−𝑚𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
X 73,09% 48,98%
8 kali pengulangan dan hasil rata-rata kadar Sn dari kedua sampel tersebut
banding kadar timah (Sn) tinggi sedangkan UB.10616 adalah sampel bijih timah
sebagai uji banding kadar timah (Sn) rendah. Dari analisis kadar yang dilakukan
didapatkan kadar rata-rata timah (Sn) pada sampel bijih timah UB.1.01616 adalah
73,09% dan kadar rata-rata timah (Sn) pada sampel bijih timah UB.2.0616 adalah
48,98%. Hasil kadar tersebut tidak mencapai 100%, menunjukan bahwa adanya
kadar timah (Sn) dalam bijih timah. Hasil tersebut dapat mempengaruhi harga
Nilai presisi yang tinggi dapat dilihat dari semakin dekatnya nilai-nilai
dengan nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran. Presisi adalah ukuran yang
penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang
pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen (Riyanto, 2014).
simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi). Koefisien variasi
atau persen relatif standar deviasi (%RSD) diperoleh dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
(Xi−X)2
𝑆𝐷 = √∑𝑛𝑖=1 𝑛−1
𝑆𝐷
KV(%) = × 100%
𝑋
𝑆𝐷
RSD(%) =
𝑋
× 100%
Horwitznya, jika nilai koefisien variasinya lebih kecil dari KV Horwitz maka
Hasil dari penentuan presisi pada analisis Kadar Sn yang dilakukan terhadap
sampel bijih timah dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5
Tabel 4.4 Penentuan %RSD dan %CV Horwitz sampel bijih timah UB.1.0616
%CV
Kode Sampel Kadar (%) Xi-X (Xi-X)2 SD %RSD
Horwitz
X 73,0863 0,019023438
Berdasarkan hasil penetapan presisi sampel UB.1.0616 diperoleh nilai %RSD atau
(%KV) sebesar 0,0713%. Karena nilai %RSD kurang dari 2%, maka metode uji
tersebut dapat dikatakan mempunyai presisi yang baik. Selain itu dapat dilihat
juga, bahwa nilai %RSD lebih kecil dari nilai %CV horwitznya (8,3866%)
sehingga dapat dikatakan bahwa reprocibility dari pengukuran sampel bijih timah
UB.1.0616 diterima.
.
38
Tabel 4.5 Penentuan %RSD dan %CV Horwitz sampel bijih timah UB.2.0616
Kadar %CV
Kode Sampel Xi-X (Xi-X)2 SD %RSD
(%) Horwitz
UB.2.0616 1 48,75 -0,225 0,050625
X 48,975 0,037775
Berdasarkan hasil penetapan presisi sampel UB.2.0616 diperoleh nilai %RSD atau
(%KV) sebesar 0,1499%. Karena nilai %RSD kurang dari 2%, maka metode uji
tersebut dapat dikatakan mempunyai presisi yang baik. Selain itu dapat dilihat
juga, bahwa nilai %RSD lebih kecil dari nilai %CV horwitznya (8,9075%)
sehingga dapat dikatakan bahwa repitabilitas dari pengukuran sampel bijih timah
UB.2.0616 diterima.
bahwa presisi metode pengujian kadar Sn dalam Bijih Timah masih sesuai dengan
persyaratan.
39
kesesuaian antara hasil suatu pengukuran dan nilai benar dari kuantitas yang
diukur atau suatu pengukuran posisi yaitu seberapa dekat pengukuran terhadap
mL titrasi (sampel)
No Kadar Sn (%)
larutan KI-KIO3
1 34,58 62,57
2 34,52 62,46
3 34,54 62,50
4 34,52 62,46
5 34,55 62,52
6 34,51 62,44
7 34,57 62,55
8 34,55 62,52
Berdasarkan hasil rata-rata kadar Sn pada sampel U.B bijih timah diperoleh
hasil kadar Sn sebesar 62,50%, sedangkan nilai CRM sebesar 62,49% ± 0,12%.
Sn adalah 62,49% ± 0,12%, sehingga dapat diketahui bahwa hasil analisis kadar
Nilai
Parameter UB.1.0616 UB.2.0616
Presisi
%RSD 0,0713% 0,1499%
%CV Horwitz 8,3866% 8,9075%
Akurasi 62,50%
dalam bijih timah secara volumetri dapat dikatakan valid. Hal ini dapat diketahui
dari hasil yang didapatkan yaitu nilai presisi dari sampel UB.1.0616 dan
UB.2.0616 memiliki nilai %RSD yang lebih kecil dari nilai CV Horwitz-nya. Dan
dari Sampel UB dalam uji akurasi didapatkan nilai akurasi yang sesuai dengan
diperoleh, metode penentuan kadar timah (Sn) dalam bijih timah dengan
5.1 Kesimpulan
Validasi Metode Uji Penentuan Kadar Sn dalam Bijih Timah dengan Metode
1. Analisis kadar timah (Sn) dalam bijih timah dapat dilakukan dengan
48,98%.
a. Nilai persen relative standar deviasi (%RSD) atau (%CV) untuk sampel
untuk nilai %RSD < 2% dan nilai %RSD lebih kecil dari nilai %CV
yang baik.
b. Nilai persen akurasi yang didapat sebesar 62,50%, sedangkan nilai CRM
41
42
4. Hasil validasi metode penentuan kadar timah (Sn) dalam bijih timah
dalam sampel bijih timah ini dapat menggunakan metode volumetri karena
5.2 Saran
Validasi Metode Uji Penentuan Kadar Sn dalam Bijih Timah dengan Metode
Volumetri di Laboratorium Kimia PT. Timah (Persero) Tbk, maka saran penulis
1. Metode rutin untuk menentukan kadar timah (Sn) dalam bijih timah dapat
validasi.
analis selalu menggunakan safety lab yang lengkap seperti sarung tangan,
Tbk dapat menambah wawasan baru dan menguji keterampilan analis dalam
Basset, J., R. C. Denney, G.H Jeffrey, J. Mendhom. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia
Analisa Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC.
Cotton and Wilkinson, 1989, Kimia Anorganik Dasar Cetakan Pertama, Jakarta :
UI-Press.
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 1980. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Keempat. Jakarta : Erlangga.
Erman, 2010, Prosedur Operasi Standar Peleburan Departemen Metalurgi PT.
Koba Tin, Koba, Bangka Tengah, Indonesia. Koba : PT. Koba Tin
Haryadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.
Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungan,
Majalah Ilmu Kefarmasian. Jakarta : Departemen Farmasi.
Hendarto, 1999, Kelimpahan Timah Putih dan Timah Hitam di Indonesia.
Pangkal Pinang : PT. Timah (Persero) Tbk.
Ikhwan. 2007. Reabilitas dan Validitas Penelitian. Bogor: IPB.
Mitchel., J. K, 1979. Fundamental of Soil Behavior, John Wiley and Sons, Inc,
New York.
Nindemona, 2006, Handbook Ekstrative Metallurgy Volume I; The Metal Industry
(Ferrous Metal), Wiley Canada.
43
44
LAMPIRAN
Alat Penggilingan
46
Oven
Na2CO3
Tungku Pemanas
48
Neraca Analitik
Cawan Zirkon
49
Tempat Pendingin
50
a. Sampel UB.1.0616.1
Sn (%) = 72,82%
b. Sampel UB.1.0616.2
Sn (%) = 73,03%
53
c. Sampel UB.1.0616.3
Sn (%) = 73,09 %
d. Sampel UB.1.0616.4
Sn (%) = 73,03%
e. Sampel UB.1.0616.5
Sn (%) = 73,06%
f. Sampel UB.1.0616.6
Sn (%) = 73,13%
g. Sampel UB.1.0616.7
Sn (%) = 73,33%
h. Sampel UB.1.0616.8
Sn (%) = 73,30%
a. Sampel UB.2.0616.1
Sn (%) = 48,75%
55
b. Sampel UB.2.0616.2
Sn (%) = 48,95%
c. Sampel UB.2.0616.3
Sn (%) = 48,99%
d. Sampel UB.2.0616.4
Sn (%) = 49,41%
e. Sampel UB.2.0616.5
Sn (%) = 49,12%
f. Sampel UB.1.0616.6
Sn (%) = 48,88%
g. Sampel UB.1.0616.7
Sn (%) = 48,86%
h. Sampel UB.1.0616.8
Sn (%) = 48,84%
57
Horwitz
1. Sampel UB.1.0616
%CV
2
Kode Sampel Kadar (%) Xi-X (Xi-X) SD %RSD
Horwitz
X 73,0863 0,019023438
(𝑋𝑖−𝑋)2
𝑆𝐷 = √∑𝑛𝑖=1 𝑛−1
0,019023438
𝑆𝐷 = √ = 0,052130931
8−1
𝑆𝐷
RSD(%) = × 100%
𝑋
0,052130931
RSD(%) = × 100% = 0,0713279%
73,0863
−6 )
CV Horwitz (%) = 21−0,5 log(73,0863×10 = 8,386576536%
Kadar %CV
2
Kode Sampel Xi-X (Xi-X) SD %RSD
(%) Horwitz
X 48,975 0,037775
(𝑋𝑖−𝑋)2
𝑆𝐷 = √∑𝑛𝑖=1 𝑛−1
0,037775
𝑆𝐷 = √ = 0,0734
8−1
𝑆𝐷
RSD(%) = × 100%
𝑋
0,073460
RSD(%) = × 100% = 0,149996%
48,975
−6 )
CV Horwitz (%) = 21−0,5 log(48,975×10 = 8,907451837%
59
1. Sampel UB
ml titrasi (sampel)
No Kadar Sn (%)
larutan KI-KIO3
1 34,58 62,57
2 34,52 62,46
3 34,54 62,50
4 34,52 62,46
5 34,55 62,52
6 34,51 62,44
7 34,57 62,55
8 34,55 62,52
62,5025
Recovery(%) = × 100%
62,49
Recovery(%) = 100,02%
60
a. Sampel UB. 1
Sn (%) = 62,57%
b. Sampel UB. 2
Sn (%) = 62,46%
c. Sampel UB. 3
Sn (%) = 62,50%
d. Sampel UB. 4
Sn (%) = 62,46%
e. Sampel UB. 5
Sn (%) = 62,52%
f. Sampel UB. 6
Sn (%) = 62,44%
g. Sampel UB. 7
Sn (%) = 62,55%
h. Sampel UB. 8
Sn (%) = 62,52%