Anda di halaman 1dari 20

EVALUASI KINERJA JIG

DALAM PENCAPAIAN MENINGKATKAN NILAI KONSENTRAT BIJIH TIMAH


PADA INSTALASI PENCUCIAN KAPAL ISAP PRODUKSI (KIP)
DI PT TIMAH Tbk, BANGKA BELITUNG

I. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan produsen timah terbesar kedua di dunia setelah china, yaitu

sebesar 26% dari jumlah produksi dunia (Anonim, 2008). Untuk menghasilkan konsentrat

timah yang siap dilebur, perlu melalui tahapan penambangan dan pencucian. Proses

pencucian merupakan bagian terpenting dan merupakan proses akhir dari kegiatan

pertambangan, karena besar kecilnya perolehan sangat ditentukan oleh kegiatan tersebut.

Posisi instalasi proses pencucian yang kurang baik, akan mengakibatkan kehilangan

mineral timah dan mineral-mineral berharga lainnya yang terkandung di dalam tanah

hasil penggalian.

Proses pencucian pada PT TIMAH (Persero) Tbk menggunakan metode

gravity concentration dengan alat jig. Metode gravity concentration bertujuan untuk

memisahkan antara mineral utama dan mineral pengotornya dengan memanfaatkan

perbedaan berat jenis mineral. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, diperlukan

kinerja jig yang baik dengan melakukan penyetelan yang paling ideal. Terdapat

variabel tetap pada jig, yakni volume bijih timah yang masuk jig dan volume air yang

dipakai.

Prinsip kerja jig adalah gerakan tekanan (pulsion) dan isapan (suction) pada

proses jigging terjadi akibat gerakan naik turun membran. Apabila terjadi pulsion

maka bed akan terdorong naik , sehingga batuan pada lapisan bed akan merenggang

karena adanya tekanan. Kesempatan ini akan dimanfaatkan oleh mineral berat untuk

menerobos bed masuk ke tangki sebagai konsentrat sedangkan mineral ringan akan
terbawa oleh aliran horizontal diatas permukaan bed dan akan terbuang sebagai

tailing.

Proses pencucian bijih timah menggunakan jig bertujuan untuk meningkatkan

kadar dengan recovery yang tinggi sehingga losses dapat ditekan sekecil-kecilnya.

Adapun variable-variabel yang mempengaruhi proses jigging antara lain, yaitu

kecepatan laju aliran air, panjang pukulan, jumlah pukulan , tebal bed, dan lebar

spigot. Panjang pukulan adalah jarak yang ditempuh oleh torak atau membran dari

awal dorongan (pulsion) hingga akhir hisapan (suction). Kecepatan aliran horizontal

adalah kecepatan air yang mengalir di atas lapisan bed. Fungsi aliran horizontal

adalah untuk membawa material ringan, baik yang berukuran besar maupun kecil.

Bed adalah bahan padat yang terdiri dari lapisan batuan yang digunakan sebagai

pemisah mineral berat pada jig. Lubang spigot adalah suatu lubang yang berfungsi

sebagai tempat keluarnya konsentrat hasil pemisahan. Besarnya ukuran lubang spigot

ini akan mempengaruhi volume air yang terdapat dalam tangki jig.

Dari semua variabel tersebut perlu dilakukan evaluasi agar sesuai dengan

volume bijih timah yang masuk ke jig dan volume air yang dipakai. Hal ini bertujuan

untuk meningkatkan kadar konsentrat timah agar sesuai dengan standart yang

ditetapkan PT Timah (Persero) Tbk dengan kadar konsentrat timah yang siap untuk

dilebur, yakni berkisar 68-70% Sn. Variabel-variabel yang dapat di lakukan

pengaturan kembali adalah kecepatan laju aliran air,panjang pukulan , jumlah

pukulan, dan ukuran lubang spigot, sedangkan pengaturan variable pada jig yang

tidak dapat diubah adalah tebal bed . Apabila telah dilakukan pengaturan yang ideal

pada setting jig, maka akan didapatkan hasil yang optimal.


I. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang ditetapkan pada penelitian ini adalah :

1. Berapa kapasitas jig tiap unit dan jumlah produk undersize dari saring putar?

2. Bagaimana pengaruh setting variabel jig terhadap perolehan dan kadar

konsentrat?

3. Bagaimana setting variabel jig yang ideal untuk meningkatkan recovery?

II. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kapasitas jig per unit dan jumlah produk undersize pada saring
putar.

2. Menganalisis pengaruh setting variabel jig terhadap perolehan dan kadar

konsentrat.

3. Mengevalusi pengaturan variabel jig tertentu agar didapatkan pengaturan yang

ideal untuk meningkatkan recovery.

III. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penilitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan suatu informasi dan rekomendasi

mengenai analisis pada jig pada kapal isap produksi

2. Hasil penelitian ini merupakan suatu masukan bagi peneliti lain yang meneliti

masalah yang serupa.


IV. METODE PENELITIAN

Dalam pelaksanaan penelitian, penulis menggabungkan antara teori dengan

data di lapangan/laboratorium sehingga di dapat pendekatan penyelesaian

masalah. Dan metodologi penelitian yang dilakukan adalah :

1. Studi Pustaka

Mencari berbagai referensi dari perpustakaan dan dari perusahaan (data

kantor) sebagai bahan tambahan dan dasar teori untuk memecahkan masalah

yang ada dilapangan.

2. Observasi Lapangan

Pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan

secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini,

peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi

lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang

ada di lapangan.

3. Tahap Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data yang diambil harus akurat dan relevan dengan masalah yang ada.

Cara pengambilan data dapat dilakukan dengan pengamatan secara langsung

di lapangan dan pengambilan data dari literature yang berkaitan dengan

permasalahan. Untuk menyelesaikan masalah yang ada, dibutuhkan data

sebagai berikut :

a. Data Primer :

 Kecepatan laju aliran air pada jig

 Ukuran lubang spigot

 Panjang pukulan

 Jumlah Pukulan
b. Data Sekunder :

 Jenis material

 Peta topografi

 Peta kesampaian daerah

 Peta curah hujan

 Data produksi

 P nroduktivitas bijih timah

 Ketebalan bed

4. Tahap Pengolahan Data

Tahap ini dilakukan setelah data dari lapangan terkumpul lengkap

kemudian dilakukan perhitungan dan pembahasan terhadap data yang

diperoleh (diolah) menggunakan perhitungan, sesuai dengan ruang lingkup

pembahasan, sampai akhirnya didapatkan solusi dari hasil pembahasan

tersebut.

5. Analisis Data

Menganalisis data dari hasil pengolahan data yang didapat, untuk

mendapatkan suatu analisis yang dapat disimpulkan sebagai hasil dari

penelitian.

6. Kesimpulan dan Saran

Tahap ini adalah tahap menyimpulkan suatu analisis data yang dapat

dirujuk sebagai hasil dari suatu penelitian, sehingga dapat dibuat suatu saran

sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan yang menjadi objek penelitian.


Studi Pustaka

Observasi Lapangan dan Pengambilan Data

Data Primer : Data Sekunder :

 Kecepatan aliran air pada jig  Jenis material


 Ukuran lubang spigot  Peta topografi
 Panjang pukulan  Peta kesampaian daerah
 Jumlah Pukulan  Peta curah hujan
 Data produksi
 Produktivitas bijih timah
 Ketebalan Bed

Pengolahan Data

Analisis Data

Kesimpulan

Saran

Gambar 5.1
Bagan Metodologi Penelitian
V. LOKASI PENELITIAN

Lokasi Tugas Akhir adalah PT Timah (Persero) TBK, Pangkalpinang, Bangka


Belitung.

Gambar 6.1
Lokasi PT Timah (Persero) tbk

VI. WAKTU PENELITIAN

Penelitian akan dilaksanakan selama 1 bulan, dimulai sejak minggu terakhir

bulan Januari 2018 – minggu terakhir bulan Februari 2018 akan tetapi untuk

waktu penelitian ini dapat disesuaikan dengan kebijakan perusahaan( lihat Tabel

7.1)

TABEL 7.1
Waktu penelitian
Minggu Ke-
No Jenis Kegiatan November Desember Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Pustaka
Presentasi
2 Proposal
Orientasi
3 Lapangan
Pengumpulan
4 Data
Pengolahan
5 Data
Pembuatan
6 Laporan
VII. TINJAUAN PUSTAKA

PT Timah sebagai Perusahaan Perseroan didirikan tanggal 02 Agustus 1976,

dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang

pertambangan timah dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1995.

PT Timah merupakan produsen dan eksportir logam timah, dan memiliki segmen

usaha penambangan timah terintegrasi mulai dari kegiatan eksplorasi,

penambangan, pengolahan hingga pemasaran.

Ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi juga bidang pertambangan,

perindustrian, perdagangan, pengangkutan dan jasa. Kegiatan utama perusahaan

adalah sebagai perusahaan induk yang melakukan kegiatan operasi penambangan

timah dan melakukan jasa pemasaran kepada kelompok usaha mereka.

Proses perolehan mineral kasiterit tidak terlepas dari proses pencucian bijih

timah dengan menggunakan alat pemisahan gravity concentration yang berupa jig.

Gerakan partikel didalam fluida tidak hanya tergantung dari berat jenis tetapi juga

dipengaruhi oleh ukuran materialnya, material dengan ukuran yang besar memilki

pengaruh yang lebih besar dari pada material yang lebih kecil. Secara umum

penggunaan metode dari gravitasi untuk pemisahan mineral, lebih dititik beratkan

pada proses gerak jatuh dari mineral di dalam suatu medium dengan adanya

pengaruh gaya gravitasi. Semakin besar nilai specific gravity dari suatu mineral,

maka semakin cepat nilai pengendapan mineral di dalam medium.

Gravity Concentration merupakan suatu proses pemisahan dari kumpulan

suatu mineral-mineral yang memiliki bentuk, ukuran serta berat jenis yang

berbeda-beda menjadi mineral-mineral yang saling terpisah antara satu mineral


dengan mineral lainya oleh pengaruh gaya gravitasi atau gaya sentripugal. Dalam

proses pemisahaannya perbedaan berat jenis dari mineral merupakan faktor utama

keberhasilan proses pemisahan mineral. Alat-alat pemisahan mineral dengan

prinsip gravity Concentration disebut gravity separation. Jenis gravity

concentration yang dapat digunakan untuk pemisahan mineral dapat ditentukan

berdasarkan Kriteria Konsentrasi (KK) :

𝐷ℎ−𝐷𝑓
KK =
𝐷𝑙−𝐷𝑓

Keterangan :

Dh : berat jenis mineral berat.

Dl : berat jenis mineral ringan.

Df : berat jenis fluida.

Apabila nilai kriteria konsentrasi yang dihasilkan ≥ 2,5, maka

pemisahan mudah untuk dilakukan. Pemisahan sulit untuk dilakukan apabila

nilai kriteria konsentrasi kurang dari 2,5. Secara umum penggunaan metode

dari gravitasi untuk pemisahan mineral, lebih dititik beratkan pada proses

gerak jatuh dari mineral di dalam suatu medium dengan adanya pengaruh gaya

gravitasi. Semakin besar nilai specific gravity dari suatu mineral, maka

semakin cepat nilai pengendapan mineral di dalam medium.

Adapun kriteria untuk menentukan alat konsentrasi yang sesuai untuk

proses pemisahan adalah berdasarkan batasan ukuran partikel untuk proses


konsentrasi. Berikut ini klasifikasi pemisahan mineral berdasarkan ukuran

partikel.

Sumber : chaterjee,1998

Gambar 8.1
Klasifikasi pemisahan mineral berdasarkan ukuran partikel

Berdasarkan klasifikasi pemisahan mineral pada Gambar 8.1, maka

untuk mineral cassiterite dengan ukuran rata-rata berdasarkan skala wentworth

(1922) (1/2 mm – 4 mm) yaitu pasir kasar kerikil, maka alat konsentrasi yang

sesuai untuk digunakan adalah jig yaitu mampu melakukan pemisahan mineral

dari ukuran 0,1 mm sampai dengan 10 mm.

Jig merupakan alat pemisah mineral berharga dari pengotornya (gangue

mineral) berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral dengan menggunakan

media berupa air. Secara umum jig merupakan suatu konstruksi baja berupa

tangki terbuka di atas yang berisi air dengan partikel berat ukuran kasar

(ragging) yang diletakkan di atas saringan horizontal. Adanya sebuah

pendorong mekanik mengakibatkan terjadinya proses jigging, sehingga

konsentrat akan dikeluarkan di bagian bawah unit. Recovery (perolehan) yaitu

jumlah berat logam (mineral) yang terambil dalam suatu proses


(pengolahan/penambangan) dibandingkan dengan jumlah logam (mineral)

keseluruhan yang ada dalam feed/umpan, dinyatakan dalam % (persen).

K
R  100%
F

K .k
 100%
F. f

𝑘(𝑓−𝑡)
= 𝑥 100%
𝑓(𝑘−𝑡)

Dimana :

R = Recovery (%)

F = Berat umpan (feed), ton

K = Berat konsentrat, ton

T = Berat tailing, ton

f = kadar (berat logam) dalam umpan (%).

k = kadar (berat logam) dalam konsentrat (%).

t = kadar (berat logam) dalam tailing (%).

Dalam operasinya Jig hanya digunakan oleh Tambang Besar (TB) dan

mampu menghasilkan peningkatan kadar konsentrat timah dengan kandungan

antara 20%-30% Sn, Pada TB Pemali PT Timah (Persero) Tbk. jenis jig

digunakan adalah Fixed Sieve Jig (Jig dengan Saringan yang Tetap) , Jig

dengan jenis saringan tetap, pergerakan pulsion dan suction dilakukan oleh air.

Jig yang termasuk ke dalam jig dengan saringan tetap ini adalah fixed sieve

diaphragm jig. Salah satu contoh jenis jig ini adalah Pan American. Gerakan

pulsion dan suction dihasilkan oleh diapragma yang digerakkan oleh torak
yang naik turun karena dihubungkan dengan eksentrik. Jig tipe Pan American

ditampilkan pada (Gambar 8.2).

Sumber : PT Timah Persero Tbk,

Gambar 8.2
Sketsa jig tipe Pan American

Jig tipe lain yang juga hampir sama dengan jig tipe Pan American

adalah Yuba jig. Pada jig yuba, membran diapragma digerakkan oleh pulsator

yang mengubah gerakan berputar oleh gear box menjadi gerakan maju

mundur. Sketsa Yuba jig ditampilkan pada (Gambar 8.3).

Sumber : PT Timah Persero Tbk,

Gambar 8.3
Sketsa jig tipe Yuba
Adapun variable – variable pada jig yang dapat mempengaruhi krinerja

kerja alat jig Antara lain :

1. kecepatan aliran air

Kecepatan aliran air adalah kecepatan air yang mengalir di atas

lapisan bed . Fungsi kecepatan aliran air adalah untuk membawa

material ringan, baik yang berukuran besar ataupun kecil. Kecepatan

aliran horizontal ini sangat berpengaruh terhadap pengendapan

mineral. Berikut merupakan rumus cara mencari kepecatan aliran air :

𝑣
𝑄=
𝑡

Keterangan :

Q = Kecepatan aliran air (m/s)

V = volume air (m³)

t = waktu (detik)

2. Panjang Pukulan (amplitude membrane ) & Jumlah Pukulan (Frekuensi

stroke)

Panjang pukulan adalah jarak yang ditempuh oleh torak atau

membran dari awal dorongan (pulsion) hingga akhir hisapan (suction),

sedangkan frekuensi stroke merupakan banyaknya dorongan per menit.

Bila jumlah (rpm) pukulan besar, maka panjang langkahnya

(amplitudo) lebih pendek demikian sebaliknya.


Amplitudo membrane dan frekuensi stroke ini akan

berpengaruh kepada kecepatan aliran vertical ke atas dimana

kecepatannya tidak boleh lebih besar dari pada kecepatan jatuh

partikel. Apabila hal ini terjadi maka akan menyebabkan kehilangan

mineral berharga yang mempunyai ukuran butir lebih kecil. Oleh sebab

itu amplitude membrane dan frekuensi stroke yang digunakan harus

disesuaikan dengan ukuran butir partikel mineral berharga yang ada di

lapangan.

Sumber : PT Timah Persero Tbk,

Gambar 8.4
Diafragma Pada saat pulision & suction

3. Lubang spigot

Lubang spigot adalah suatu lubang yang berfungsi sebagai

tempat keluarnya konsentrat hasil pemisahan. Besarnya ukuran

lubang spigot ini akan mempengaruhi volume air yang terdapat dalam

tangki jig. Apabila ukuran lubang spigot terlalu besar, maka volume air

yang keluar melalui lubang spigot akan menjadi besar. Hal ini akan
mengakibatkan tangki jig menjadi kosong, dan jig akan mengalami

kekurangan air. Untuk menjaga keseimbangan air didalam jig, maka

ukuran lubang spigot diusahakan sekecil mungkin. Hali ini bertujuan

agar pada proses pemisahan berikutnya tidak terjadi kelebihan air dan

pemakaian air tambahan dapat terjaga.

Sumber : PT Timah Persero Tbk

Gambar 8.5
Lubang Spigot

Prinsip kerja dari pada jigging digunakan untuk memisahkan mineral

bijih berdasarkan perbedaan berat jenisnya menggunakan media berupa air.

Pemisahan pada jig terjadi akibat adanya gaya tekan (pulsion) atau isapan

(suction), pada suatu media cair yang dilengkapi saringan dan media

penghambat yang semi stationary (bed) berupa batuan hematit. Mekanisme

umum dalam pemisahan mineral pada jig dipengaruhi tiga factor, yaitu antara

lain:

1. Differential Acceleration

Differential acceleration merupakan faktor perbedaan

kecepatan jatuh partikel mineral ke bed, karena adanya gerakan yang


terjadi pada alat jig. Hal ini akan menyebabkan partikel mineral yang

memiliki berat jenis besar akan memiliki kecepatan jatuh yang lebih

besar. Berikut sketsa dari proses Differential acceleration.

Sumber : witteven, 1995

Gambar 8.6
Differential acceleration

2. Hindered Settling

Hindered settling merupakan formasi jatuh atau pengendapan dari

material yang berat jenisnya besar dengan ukuran kecil akan sama dengan

material yang berat jenisnya kecil tapi ukuranya besar. Berikut sketsa dari

proses hindered settling.

Sumber : witteven, 1995

Gambar 8.7
Hindered settling

3. Interstitial Trickling

Interstitial trickling adalah faktor atau cara pengaliran campuran

partikel mineral pada waktu akhir jatuh, dimana berlaku setelah lapisan
bed menutup pada saat akhir dorongan (pulsion). Partikel mineral ringan

berukuran besar tidak sanggup berpindah ke kompartemen berikutnya

karena pengaruh kecepatan yang terjadi pada partikel mineral tersebut.

Sedangkan mineral berat dengan ukuran kecil mempunyai kesempatan

untuk menerobos celah-celah lapisan bed, karena partikel tersebut cukup

kecil bila dibandingkan dengan rongga bed. Berikut sketsa dari proses

Interstitial trickling.

Sumber : witteven, 1995

Gambar 8.8
Interstitial trickling

Berdasarkan ketiga faktor pemisahan mineral dalam jig di atas,

maka terjadilah proses pemisahan mineral yang berbeda berat jenisnya,

dalam hal ini mineral berharga seperti cassiterite, xenotime, monazite,

ilmenite, zircon, timbale dan biji besi dengan mineral tailing yang berupa

kuarsa dan clay. Mineral-mineral yang berat jenisnya lebih besar baik

yang berukuran kecil maupun besar berada di bawah saringan, kemudian

masuk ke dalam tangki dan keluar melalui spigot sebagai konsentrat.

Sedangkan mineral pengotor atau mineral ringan baik yang berukuran

kecil ataupun besar akan terdorong oleh desakan dari feed berikutnya dan

arus horizontal di atas permukaan bed dan terbuang sebagai tailing.


Apabila ketiga faktor tersebut disatukan maka proses tersebut dinamakan

proses ideal jigging seperti sketsa berikut ini.

Sumber : witteven, 1995


Gambar 8.9
Proses ideal jigging

Pengoperasian pada proses pencucian dari alat pemisah ini

berhubungan dengan nilai variabel-variabel dari kinerja jig. Adapun nilai

variabel-variabel dari kinerja jig yaitu: kecepatan aliran, panjang pukulan,

jumlah pukulan, kebutuhan underwater dan tebal bed.


VIII. PENUTUP
Demikianlah proposal permohonan Penelitian Tugas Akhir yang direncanakan
dilakukan di PT. Timah (Persero) Tbk. Besar harapan saya untuk dapat melakukan
Penelitian Tugas Akhir dan mendapat sambutan yang baik dari pihak PT. Timah
(Persero) Tbk. Melihat keterbatasan dan kekurangan yang saya miliki, maka saya
sangat mengharapkan bantuan dan dukungan baik moril maupun materil dari pihak
perusahaan untuk kelancaran Penelitian Tugas Akhir ini , Atas perhatiannya saya
ucapkan Terimakasih.

Jakarta, 1 November 2017

Ivetta
(073001300056)
delima_ivetta@yahoo.com
085894235262
IX. DAFTAR PUSTAKA

1. Chaterjee, A. 1998. Role of Particle Size in Mineral Processing at Tata Steel, India,
International Journal of Mineral Processing, Vol.52, pp 1-14
2. Pryor, E. J. 1965. Mineral Processing. 3rd Edition. Newyork : Elsevier.
3. Pratiwi, D. N. (2015). Perencanaan Penambangan Timah Darat Satuan Unit Kerja
Perencanaan Operasi Produksi Bidang Perencanaan Tambang PT Timah (Persero)
Tbk
4. Sinclair, J. (1969). Quarrying,Opencast and Alluvial Mining. England:
American Elsevier Publishing Company INC.
5. Tobing, S. L. 2005. Prinsip Dasar Pengolahan Bahan Galian. Bandung :Bandung
6. Witteveen, H, J, (1995), “The Response of a Uniform Jig Bed in Terms of the
Porosity Distribution”, Delft University, Holland.

Anda mungkin juga menyukai