Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Grinding adalah istilah pemecahan dan penghalusan atau

penghancuran (size reduction) meliputi semua metode yang digunakan

untuk mengolah zat padat menjadi ukuran yang lebih kecil. Di dalam

industri pengolahan, zat padat diperkecil dengan berbagai cara sesuai

dengan tujuan yang berbeda-beda. Bongkah-bongkah biji mentah

dihancurkan menjadi ukuran yang mudah ditangani, bahan kimia

sintesis digiling menjadi tepung, lembaran-lembaran plastik dipotong-

potong menjadi kubus atau ketupat-ketupat kecil.

Produk-produk komersial biasanya harus memenuhi

spesifikasi yang sangat ketat dalam hal ukuran maupun bentuk

partikel-partikelnya yang menyebabkan reaktifitas zat padat itu

meningkat. Pemecahan itu juga memungkinkan pemisahan komponen

yang tak dikehendaki dengan cara-cara mekanik, system ini juga dapat

digunakan memperkecil bahan-bahan berserat guna memudahkan

proses penanganannya.

1
B. Tujuan Grinding

Tujuan utama dari proses grinding adalah :

1. Meningkatkan luas permukaan partikel bahan terhadap sistem

pencernaan sehingga meningkatkan daya cerna bahan

2. Memperbaiki cara penanganan terhadap bahan baku

3. Memperbaiki karakteristik mixing dari setiap bahan baku sehingga

bisa diperoleh hasil mixing yang lebih homogen.

4. Meningkatkan efisiensi pelleting dan kualitas pellet karena

persentase tepung bisa dikurangi dan mengurangi pekerjaan ulang

dari proses pelleting akibat banyaknya tepung yang kembali ke

sistem pellet.

5. Memuaskan selera konsumen dalam hal ini peternak karena

tampilan pakan menjadi lebih baik.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Grinding

Grinding adalah proses pengurangan ukuran partikel bahan

olahan dari bentuk besar atau kasar di ubah menjadi ukuran yang lebih

kecil. Untuk itu yang namanya grinding adalah proses pemecahan atau

penggilingan.

Proses grinding banyak digunakan dalam industri diantaranya

proses penghancuran batu-batuan, bijih, pembuatan tepung,

pembuatan obat-obatan dll.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses grinding yaitu:

1. Pemecah atau penggiling yang ideal harus mempunyai kapasitas

besar.

2. Memerlukan masukan daya yang kecil persatuan hasil.

3. Menghasilkan hasil dengan satu ukuran tertentu atau dengan

distribusi ukuran tertentu dengan yang dikehendaki.

4. Hasilnya dapat dikeluarkan secepat mungkin setelah partikel

mencapai ukuran yang dikehendaki.

5. Bahan-bahan yang tidak dapat pecah tidak dimasukkan kedalam

mesin.

6. Dalam pemecah dan penghalusan bahan-bahan mempunyai titik

beku rendah dan memiliki kepekaan terhadap kalor.

3
B. Operasi Penggerusan

Operasi penggerusan merupakan tahap akhir dari operasi

pengecilan ukuran bijih, atau kominusi. Pada tahap ini bijih dikecilkan

ukurannya sampai pada ukuran pemisahan. Mekanisme

pengecilannya melibatkan gaya-gaya seperti impact, kompresi,

attrition/abrasi dan shear.

Bijih mempunyai ukuran optimum yang ekonomis agar dapat

dipisah secara mekanik dengan memanfaatkan sifat-sifat fisiknya.

Ukuran optimumnya tergantung pada ukuran liberasi dari mineral

berharga atau gangue dan ukuran pemisahan yang diperlukan pada

proses berikutnya.

Bijih yang kurang tergerus, akan menghasilkan bijih berukuran

kasar dan mineral berharga tidak terbebaskan dari ikatannya dengan

gangue. Hasil konsentrasi tidak optimum, yang direpresentasikan oleh

recovery yang rendah atau kadar yang rendah. Kurang tergerusnya

bijih dapat dilihat dari pemakaian energi yang rendah. Sebaliknya bila

bijih tergerus berlebihan, maka penggerusan akan menghasilkan

ukuran bijih yang terlalu halus. Hal ini dapat menghasilkan bijih dengan

liberasi yang tinggi. Hasil pemisahan dapat meningkatkan kadar

mineral berharga dalam konsentrat, namun ukuran yang terlalu halus

dapat menurunkan recovery. Bijih yang tergerus berlebihan

menyebabkan pemakaian energi yang besar.

4
Operasi penggerusan, grinding dapat dilakukan secara kering atau

basah. Beberapa kriteria yang digunakan untuk penentuan grinding

dilakukan secara kering atau basah adalah:

1. Pengolahan berikutnya dilakukan secara basah atau kering.

Pengolahan mineral/bijih pada umumnya dilakukan secara basah.

Pada umumnya operasi konsentrasi atau pemisahan mineral

dilakukan dengan cara basah. Namun penggerusan klingker untuk

menghasilkan semen selalu cara kering.

2. Penggerusan cara basah memerlukan energi lebih kecil dibanding

cara kering.

3. Klasifikasi/sizing lebih mudah dan memerlukan ruang yang lebih

kecil dibandingkan cara kering.

4. Lingkungan pada penggerusan cara basah relative lebih bersih dan

tidak memerlukan peralatan untuk menangkap debu.

5. Penggerusan cara kering mensyaratkan bijih yang betul-betul

kering. Sehingga memerlukan operasi pengeringan terlebih dahulu.

6. Pada penggerusan cara basah, konsumsi media gerus dan bahan

pelapis relative lebih banyak, karena terjadi korosi.

Penggerusan dilakukan dalam alat yang disebut penggerus

atau Tumbling Mill berbentuk tabung silinder yang berputar pada

sumbu harisontalnya. Didalam tabung selinder terdapat media gerus,

atau grinding media, bijih yang akan digerus dan air, untuk operasi

cara basah. Penggerusan cara basah menggunakan air sebagai

5
campuran bijih, membentuk persen solid tertentu. Persen solid

menyatakan perbandingan dalam berat antara berat padatan, atau bijih

terhadap berat pulp, atau slurry, atau campuran padatan dan air.

C. Pemeriksaan Bahan Olahan

Bentuk penanganan bahan olahan yaitu pengecilan ukuran

bahan olahan yang dapat dilakukan dengan proses basah dan kering.

Macam Karakteristik Bahan Olahan :

1. Tingkat kekerasan bahan olahan (tekstur bahan), dalam hal ini

yang digunakan istilah: tekstur lembut, tekstur sedang dan tekstur

keras.

2. Tingkat frioble bahan (tingkat kemudahan pecah) dari bahan

olahan.

Kondisi bahan dilihat dari stuktur pembentuk (stuktur kristal) bahan.

1. Tingkat kandungan serat dan golongan serat dalam bahan, kondisi

ini ditunjukan dengan golongan serat dalam bahan misalnya

seratnya mudah sobek, seratnya mudah patah/putus atau seratnya

kenyal.

2. Kadar cairan bahan

Proses pemecahan/penggilingan ada 4 cara yaitu:

1. Potongan ( cutting ), bahan olahan di grinding dengan

menggunakan benda tajam.

2. Pukulan ( impact ), bahan olahan di grinding dengan menggunakan

benda tumpul.

6
3. Tekanan ( compression ), bahan olahan di grinding dengan di tekan

arah tegak lurus dari landasan.

4. Gesekan ( attrition ), bahan olahan di grinding dengan di gesek

arah sejajar dari landasan.

Alat grinding atau grinder dalam proses pemecahan atau

penggilingan bisa dilakukan lebih dari satu cara.

D. Macam-macam penggiling ( Grinder )

Ada berbagai macam penggiling, yaitu :

1. Penggiling Raymond

2. Penggiling Peluru

3. Penggiling Buhrstone

4. Penggiling Ultra

5. Penggiling Putar

1. Penggiling Raymond

Pada penggiling Raymond terdapat tiga sampai enam buah

sumbu yang digantungkan berengsel pada tangan-tangan. Pada

ujung-ujung sumbu itu dipasang roda-roda penggiling. Bila poros

utama berputar, maka tangan akam membawa tanga-tangan yang

menggantung itu akan berputar berkeliling. Roda-roda penggiling akan

menekan pada cincin penggiling atau lintasan giling hingga bahan

giling akan digilas sampai halus.

Pemasukan bahan giling diatur dengan menggunakan sebuah

roda sudu yang berputar dengan kecepatan yang tetap.

7
Dibagian bawah roda penggiling dipasang sudu-sudu atau

kipas-kipas angin yang turut berputar bila sumbu utama berputar.

Sudu-sudu ini akan menghembus keatas hingga bahan giling yang

sudah halus akan tertiup dan ditangkap, kemudian dipisahkan oleh

sebuah pemisah zat yang disebut pesawat topan.

Sebagai pengganti sudu-sudu atau kipas angin, kadang-

kadang dipakai juga sebuah baling-baling. Penggunaan baling-baling

ini selain untuk meniup bahan giling yang sudah halus, juga untuk

menjaga bilamana ada bahan giling yang jatuh ke bawah ruang giling.

Oleh sebab itu bahan giling itu akan kembali diantara roda penggiling

dan lintasan giling.

Penggiling Raymond sering dipakai untuk menggiling fosfat,

batu kapur, arang bubuk, dan sebagainya pada mesin dengan ukuran

sedang, kapasitas giling sampai kira-kira 5000 kg arang batu tiap jam

dengan ukuran butir yang dihasilkan kira-kira 0,07 mm.

Gambar 2.1 Penggiling Raymond

8
2. Penggiling Peluru

Penggiling peluru terdiri dari sebuah tromol yang pada bagian

dalamnya diisi peluru-peluru yang dibuat dari baja atau batu. Peluru-

peluru itu berada diatas tembereng-tembereng yang disusun pada

keliling dagian dalam teromol. Tembereng-tembereng ini mempunyai

lubang-lubang sedangkan diluar dari keliling tembereng ini dipasang

pula sebuah teromol yang merupakan ayakan.

Cara kerja dari penggiling peluru ini adalah sebagai berikut.

Bila teromol penggiling berputar, dan ayakannya akan ikut berputar

bersama-sama menurut sumbu mendatar. Bahan giling dimasukkan

dari bagian atas sehingga bercampur dengan peluru-peluru. Bahan

giling yang sudah halus akan keluar dari lubang yang pengeluaran

setelah melewati tembereng-tembereng dan ayakan yang berbentuk

teromol.

Bentuk hasil giling dari penggiling peluru ini tidak pernah

bersudut tapi berbentuk bola, yang kadang-kadang sangat penting bagi

suatu industri. Penggilingan peluru ini dapat berjalan terus-menerus.

Pada mesin sedang bekerja, peluru-peluru ini tidak boleh jatuh

diatas ayakan, karena dapat mengakibatkan ayakan menjadi cepat

rusak.

Kadang-kadang pengeluaran hasil giling yang sudah halus pada mesin ini

bersama-sama dengan air yang diisikan kedalam teromol penggiling.

Pengerjaan secara demikian ini disebut penggilingan basah.

9
Sebuah peluru penggiling yang teromolnya sangat panjang (kalau

dibandingkan dengan garis tengahnya) disebut pipa penggiling. Karena

bahan giling yang dimasukkan atau dikerjakan dalam sebuah pipa

penggiling harus menjalani seluruh panjang dari teromol itu, maka hasil

giling akan sangat halus karena lebih lam menjalani proses penggilingan

bila dibandingkan dengan hasil dari penggiling peluru biasa (yang

teromolnya lebih pendek). Sebuah pipa penggiling dapat dipakai untuk

penggilingan kering ataupun penggilingan basah.

Penggiling peluru biasanya dipakai untuk menggiling tanah liat,

tepung Thomas, tulang, arang kayu, bahan cat, pelapis kaca, email,

kwarsa, dan sebagainya. Ukuran butir bahan giling diantara 20-50 mm,

dan ukuran butir hasil giling kira-kira 0,25 mm.

Table 2.1 Ketentuan penggilingan basah untuk penggiling peluru.

Garis tengah Panjang Kecepatan Kapasitas menggiling

teromol (cm) teromol (cm) (putar/menit) (ton/jam)

250500 200250 2525 3060

Gambar 2.2 Gilingan Peluru

10
3. Penggiling Buhrstone

Penggiling buhrstone terdiri dari dua buah penggiling yang

tersusun bertingkat. Pada waktu mesin bekerja, salah satu dari batu

tersebut berputar atau yang disebut dengan batu jalan, sedangkan

batu yang tidak berputar disebut batu baring.

Batu giling yang berputar bisa batu bagian atas, dengan batu

giling bawah yang diam atau bisa juga sebaliknya. letak dari dua batu

giling tersebut tidak saling menekan, melainkan mempunyai jarak yang

mudah diatur sesuai dengan kebutuhan.

Batu giling bagian atas bisa dinaik-turunkan dengan cara

mengatur bautnya, sedangkan batu giling bagian bawah dapat diturun-

naikkan dengan cara pengaturan roda tangan.

Batu giling bagian atas dan bagian bawah mempunyai alur-

alur yang berlawanan, sehingga bila batu giling berhadapan akan

membentuk sudut lancip yang berupa tepi alur tajam yang membantu

memotong bahan giling dan menggeser bahan kearah keliling bidang

giling.

Gambar 2.3. Penggiling Buhrstone

11
a. Cara kerja : Bahan giling dimasukkan dari bagian atas kedalam

ruang tengah. Bahan giling tidak terus jatuh keruang tengah

melainkan berhenti dibidang atas penggiling, batu giling atas

diputar dengan roda gigi kronis dan batu giling akan menggiling

bahan hingga halus.

b. Fungsi : Menggiling pigmen, rempah-rempah, dan bahan serupa.

c. Bagian – Bagian :

1) Baut pengatur

2) Roda tangan

3) Roda sabuk mesin

4) Batu giling

4. Penggiling Ultra

Bahan olahan, masuk dari atas ke dalam ruang penggilingan,

ini dicapai dengan menggunakan udara terkompresi, ditiup dalam

melalui titik injeksi berpusat. Proses penggilingan dicapai dengan

dampak dan penggilingan partikel satu sama lain. Pengelompokan

terpadu memilih partikel dari ukuran yang dibutuhkan dan

mengembalikan ukuran partikel yang tidak diinginkan kembali ke

proses penggilingan sampai ukuran yang dibutuhkan tercapai.

12
Gambar 2.4 Penggiling ultra

5. Penggiling putar

Cara pengerjaan pemecahan pada penggiling putar

berdasarkan tekanan dan gesekan. Bahan olahan dilewatkan diantara

dua buah roda yang berputar dengan arah yang berlawanan.

Biasanya pemasangan salah satu dari kedua roda itu tetap,

sedangkan yang satunya lagi dapat bergerak maju mundur karena

ditahan oleh pegas sekerup baja.

Bila kecepatan putar kedua roda itu sama, maka bahan olahan

hanya dilinyak atau dipecahkan. Sedangkan bila kecepatan putar

kedua roda itu tidak sama, bahan olahan selain dipecahkan juga

dipuntir. Penggunaan pegas ulir ialah untuk menjaga supaya roda

putar dapat kembali, bilamana sewaktu-waktu mundur atau

merenggang dari roda putar yg lain. Hal ini dapat terjadi bilamana ada

bahan olahan yang keras dan tidak dapat dipecahkan masuk diantara

kedua roda putar. Sehingga tidak terjadi kerusakan pada bagian-

bagian mesin pemecah tersebut.

13
Roda putar biasanya dibuat dari besi tuang yang dikeraskan

atau keliling dari roda itu dilapisi dengan ban baja yang dikeraskan.

Bila ini sudah tipis atau rusak ban dapat ditukar atau diganti.

Sebuah penggiling putar yang hanya terdiri dari dua roda

putar. Biasanya pemecahan dari mesin semacam ini tidak dapat

mencapai hasil yang diinginkan bila penggilingan hanya satu kali,

sehingga pemecahan dikerjakan berkali-kali.

Untuk memudahkan dan mempercepat pekerjaan

penggilingan atau pemecahan, mesin pemecah ini kemudian dibuat

mesin pemecah putar yang bertingkat. Yaitu terdiri dari beberapa roda

putar dan jarak antara roda-roda putar itu tidak sama (makin kecil)

sehingga hasil akhir dari pemecah semacam ini dapat mencapai besar

butir yang diinginkan. Pemecahan putar semacam ini sering kali

dipakai untuk memecah hasil dari pemecah kasar.

Gambar 2.5 penggiling putar

a. Cara kerja : Batu jalan berputar berkeliling dan menekan bahan

giling dengan seluruh beratnya.

14
b. Fungsi :

1) Menghaluskan berbagai zat yang lunak dan setengah keras,

Seperti : Tanah liat, Kapur, Pasir cetak, Tulang-tulang,

Selulose

2) Untuk industri kertas.

c. Bagian-bagian :

1) Roda gigi kronis

2) Batu jalan

E. Media Penggiling

Berdasarkan pada media gerusnya, grinding media, alat

penggerus dapat dibedakan:

1. Ball Mill, menggunakan media gerus berbentuk bola yang terbuat

dari baja. Diameter media gerus bervariasi mulai dari 25 sampai

150 centimeter. Panjang mill, L dan diameternya , D, relative sama,

L = D. Berdasarkan cara pengeluaran produknya, atau discharge,

ball mill dibedakan menjadi overflow mill dan grate discharge mill.

a. Pada overflow mill, produk hasil penggerusan keluar dengan

sendirinya pada ujung satunya, ujung pengeluaran.

b. Pada grate discharge mill, produk keluar melalui saringan yang

dipasang pada ujung pengeluaran. Produk dapat keluar dengan

bebas, permukaan dalam mill rendah, lebih rendah dari overflow.

Hal ini dapat menghindari terjadinya overgrinding.

15
Gambar 2.6 Skematika Ball Mill

Air yang digunakan pada ball mill akan membentuk

kekentalan tertentu, sehingga pulp dapat melekat dan meyelimuti

bola dan liner. Pulp harus relative encer agar pulp dapat bergerak

dengan leluasa di dalam mill. Ball mill biasanya beroperasi dengan

70 – 80 persen solid, padatan.

2. Rod Mill, menggunakan media gerus berbentuk batang selindern yang

panjangnya hampir sama dengan panjang mill. Media gerus biasanya

terbuat dari baja dan disusun sejajar dalam mill. Dimensi Panjang, L

jauh lebih besar daripada diameter, D, L > D, biasanya panjang mill 1,5

sampai 2,5 kali diameternya. Rod mill diklasifikasikan berdasarkan

cara mengeluarkan produknya.

a. Overflow mill, umpan masuk dari salah satu ujung mill, dan keluar

dari ujung lainnya secara overflow. Overflow mill paling banyak

digunakan pada penggerusan cara basah.

Gambar 2.7 Skematika Rod Mill, Overflow Mill

16
b. Centre peripheral discharge mill, umpan masuk pada kedua

ujung mill, dan produk keluar dari bagian tengan shell.

Penggerusan dapat dengan cara basah maupun cara kering. Mill ini

menghasilkan produk yang relative kasar.

Gambar 2.8 Skematika Rod Mill, Centre Peripheral Discharge Mill

c. End peripheral discharge mill, umpan masuk pada salah satu

ujung mill, dan produk keluar dari ujung yang lainnya melalui shell.

Mill ini biasanya digunakan untuk penggerusan cara kering.

Gambar 2.9 Skematika Rod Mill, End Peripheral Discharge Mill

Pada cara basah air berfungsi sebagai alat transportasi

untuk membawa bijih yang sudah berukuran halus ke tempat yang

sesuai dengan ukurannya. Bijih yang sudah halus akan terdorong

air ke arah pengeluaran. Rod mill umumnya beroperasi dengan 30

– 35 persen solid, padatan.

17
3. Pebble Mill, media gerus menggunakan batuan yang sangat keras.

Mill ini memiliki Dimensi panjang mill, L relative sama dengan diameter

mill, L = D

4. Autogeneous Mill, media gerus menggunakan bijih itu sendiri.

Dimensi panjang mill, L relative lebih kecil daripada diameter mill-nya,

L < D. Pada mill ini bijih akan menggerus bijih. Penggerusan dilakukan

terhadap bijih yang datang dari tambang atau bisa dari keluaran

operasi peremukan tahap pertama. Penggerusan dapat dengan cara

basah atau kering, dan mekanisme penggerusannya sama dengan ball

mill.

Autogeneous Mill, dapat dilakukan dengan atau dalam ball

mill, cascade mill atau aerofall mill. Cascade mill berupa mill yang

memiliki diameter 3 sampai empat kali panjang mill. Sedangkan

aerofall seperti cascade, namun pada liner dipasang sekat yang dapat

membawa bijih ke tempat yang lebih tinggi.

a. Autogeneous seluruhnya, bijih dari tambang dapat masuk langsung

ke dalam mill. Seluruh muatan mill adalah bijih dari tambang dan

saling gerus.

b. Autogeneous sebagian, muatan mill berupa bongkah-bongkah

besar bijih dicampur dengan bijih yang telah diremuk dengan alat

lain. Pada mill ini bongkah-bongkah besar bertindak sebagai media

gerus.

18
c. Semi Autogeneous, bijih dari tambang dicampur dengan media

gerus, bola baja pejal. Jadi isi mill adalah bijih dari tambang

langsung masuk mill dan tercampur dengan media gerus yang

sudah ada dalam mill.

5. Tube Mill, media gerus menggunakan bola baja. Dimensi panjang mill,

L biasanya jauh lebih besar dari diameternya, L > D. Mill terbagi dalam

beberapa kompartemen. Bisa dua, tiga atau bahkan bisa empat

kompartemen.

19
DAFTAR PUSTAKA

Austin, GT, 1984, Shreve’s Chemical Process Industries 4th edition,


McGrawHill Book Co.

Cobe Mc and Smith, 1956. Unit Operation of Chemical Engineering, Inc.


Toronto, London, New York.

Cristie J. Geankoplis, (1997), “Transport Process and Unit Operation”, 3rd


Ed., Prentice-Hall Of India

Darsam 1970, Pembuatan tahu rakyat di daerah Banyumas, Skripsi


Tk.vSarjana Fak. Pertanian Unsoed, Purwokereto.

Erwan S.,Wisnuwati, 2010, Bahan Ajar Mengoperasikan Peralatan


Absorbsi dan Adsorbsi, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependiodikan Pertanian, Dirjen PMPTK.

Kelly, E.,G., 1982, “Introduction to Mineral Processing”, John Wiley &


Son, New York

Stanley M. Walas, (1988), “ Chemical Process Equipment “, 10th


Butterworth Publisher USA

Warren L, Mc Cabe, Julian C. Smith, dan Peter harriot, (1999), ”Operasi


Teknik Kimia”, Jilid 1, Cetakan ke-4, PT. Erlangga

Wills, B., A., 1988, “Mineral Processing Technology”, Pergamon Press,


Oxford

Wisnuwati, Sahirman, dkk, 2011, Bahan ajar Bidang Kimia Industri, Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan tenaga
Kependidikan Pertanian, Dirjen PMPTK

20

Anda mungkin juga menyukai