Diajukan Untuk Mememenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengolahan Bahan Galian
Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2017 / 2018
Disusun Oleh :
Nama : Fadly Ridho Abdan
NPM : 10070116104
Kelas :B
Kominusi merupakan suatu proses yang ditujukan untuk mengubah ukuran suatu
bahan galian agar berukuran lebih kecil dari sebelumnya, hal ini bertujuan untuk
memisahkan atau melepaskan bahan galian tersebut dari mineral pengotor yang melekat.
Crushing.
Crushing adalah suatu proses yang bertujuan untuk meliberalisasi mineral yang
diinginkan agar terpisah dengan mineral pengotor yang ada. Beberapa alat yang digunakan
:
1. Primary Crusher
a. Jaw Crusher
c. Gyratory crusher
Mesin ini memiliki rahang bundar (circular jaw). Sebuah crushing
head yang berbentuk kerucut berputar di dalam sebuah funnel shaped casing
yang membuka ke atas. Crushing head tersebut berfungsi memcahkan umpan
yang masuk.
Alat ini mempunyai kapasitas yang lebih besar dibandingkan dengan
jaw crusher. Gerakan alat ini adalah kontinyu karena crushing head dari alat
ini bergerak dan bergoyang. Alat ini tidak sesuai dengan material yang lengket
seperti lempung karena kurang menguntungkan disebabkan biaya lebih besar
dibandingkan dengan jaw.
Faktor yang mempengaruhi Gyratory Crusher :
1. Ukuran butir
2. Kandungan air dari feed
3. Kecepatan putaran
4. Gape
2. Secondary Crusher
Adalah tahap penghancuran yang merupakan kelanjutan dari primary
crusher,produk yang dihasilkan mempunyai ukuran 1,5“ – 2,5”.
Alat yan digunakan :
2.1 Cone Crusher
2.2 Disk crusher
2.3 Spring Roll Crusher
3. Fine Crushing
Merupakan tahap penghalusan bijih, produk yang dihasilkan bisa mencapai -
325 mesh. Alat yang digunakan : ball mill, chute mill, rod mill.
4. Special Cruhser
Merupakan tahap penghancuran bijih tertentu menurut sifat dari bijih tersebut
(contoh :batubara). Alat yang digunakan : Toothad mill, hammer mill
Grinding
Merupakan tahap pengurangan ukuran dalam batas ukuran halus yang diinginkan.
Tujuan Grinding :
1. Mengadakan liberalisasi mineral berharga
2. Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan industri
3. Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan proses selanjutnya
Alat yang digunakan :
1. Ball Mill
Mill ini merupakan sebuah silinder horizontal dengan diameter sama dengan
panjangnya,yang dilapisi dengan suatu plat. Alat ini memiliki suatu silinder yang
terisi dengan bola baja. Mekanisme kerja alat ini yaitu dengan diputar, sehingga
material yang dimasukkan hancur oleh bola-bola baja. Biasanya diameter ball mill
sama dengan panjang ball mill.
Mineral adalah suatu padatan senyawa kimia homogen, anorganik, yang memiliki
bentuk teratur (sistem kristal) dan terbentuk secara alami. Istilah mineral termasuk tidak
hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam
komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan
ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Ilmu yang
mempelajari mineral disebut mineralogi.
Sifat Fisik Mineral
Setiap mineral-mineral memiliki sifat fisik yang beraneka ragam dan dapat terlihat
dan diamati secara kasat mata atau megaskropis yang diantaranya sebagai berikut `
1. Warna
Setiap mineral memiliki warna khas nya masing-masing. Dari warna-warna khas
tersebut kita mengetahui bahwa adaa mineral yang berwarna putih, hitam, kelabu, coklat,
merah, jingga, dan lainnya serta terdapat juga mineral yang tidak memiliki warna.
2. Kilap
Jika diarahkan cahaya pada permukaann suatu mineral, kita akan melihat
permukaan itu buram atau mengkilap. Bila permukaan mengkilap,dapat dibedakan apakah
kilapnya kuat atau kurang kuat. Macam kilap mineral juga berbeda-beda contohnya kita
dapat membedakan kilap intan, kilap kaca, kilap lemak dan kilap mutiara.
3. Bentuk
Hampir setiap minreral mempunyai sifat dalam pembentukannya untuk mengambil
bentuk tubuh yang dibatasi bidang-bidang datar berdasarkan hukum pembentukannya.
4. Bidang belah
Setiap mineral memiliki bagian-bagian yang terbelah yang menjurus pada jurusan
tertentu yang akhirnya membentuk suatu ciri dari suatu mineral, dan bagian tersebut
biasanya menjadi titik yang mudah dibelah pada suatu mineral. Contohnya ada beberapa
mineral yang mudah dibelah seperti kalsit dan gypsum. Bidang belahan itu sering
dianggaap sebagai bidang sisi Kristal. Kebanyakan belahan sangat kuat dalam satu arah,
dala arti kata menurut bidang yang sejajar dan mempunyai letak kedudukan tertentu
terhadap poros kristal
5. Kekerasan
Daya tahan mineral jika digores dengan benda tajam dan memmiliki skala
kekerasan berupa skala Mohs, yang paling rendah adalah talk dan yang tertinggi yaitu intan.
Berdasarkan dari peranan mineral, mineral dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai
berikut :
1. Mineral Primer, yaitu mineral yang merupakan standar baku dalam penamaan
batuan tapi tidak perlu terdapat dalam jumlah yang banyak. Contoh : felspar, kuarsa
dan plagioklas
2. Mineral sekunder adalah mineral yang terbentuk dari hasil pelapukan atau hasil
metamorfosis mineral primer. Contoh : Klorit
3. Mineral tambahan yaitu mineral yang terbentuk olrh kristalisasi magma. Contoh
zirkon.
Kasiterit merupakan sumber utama bijih timah. Mineral kasiterit mpi komposisi
kimia SnO2 yg memiliki kandungan Sn sebanyak 78.77% dan Oksigen sebanyak 21.23%.
Kasiterit bisa ditemui berwarna kuning keperangan, perang kecoklatan hingga hitam dan
mempamerkan kilauan bergemelapan hingga sublogam. Hablurnya bersistem tetragon dan
sering ditemui berbentuk prisma yg runcing di kedua - dua hujungnya (dwipiramid).
kadang kala mineral ini ditemui masif, Ciri penting Kasiterit ialah sifatnya yg sangat tumpat
(SG 6.8-7.1) dan keras (6-7 Mohs).
Dari segi geologi, mineral kasiterit terbentuk pada fasa akhir penghabluran batuan
igneus. Kasiterit yg tertabur di dalam igneus masif ini dikenali sebagai longgokan bijih
timah primer. Ia terbentuk persekitaran suhu dan tekanan tinggi. Bijih timah primer
menyumbang kira-kira 20% dari pengeluaran bijih timah dunia. Longgokan jenis ini
berasosiasi dengan pegmatit kaya timah (staniferous pegmatites), telerang kuarza (quartz-
cassiterite) dan longgokan sulfida (sulfide-cassiterite).
Batuan pegmatit merupakan sejenis batuan igneus kaya silika yg terbentuk
daripada leburan baki di akhir fasa penghabluran magma. Komposisi mineralnya hampir
sama dengan granit tetapi mempunyai mineral yg sangat kasar, diantaranya melebihi 3 cm.
Leburan kandungan silika yg tinggi, bahan meruap (kebanyakan air) dan ion-ion logam
termasuk Sn. Apabila leburan ini menyejuk, ion Sn akan bergabung dengan silika (SiO2)
lalu membentuk mineral kasiterit (SnO2). Proses ini berlaku jauh di dalam perut bumi dan
dikenali sbg longgokan hipoterma. Kasiterit jenis ini sebagai hablur dwipiramid hitam yg
tertabur secara rawak di dlm jasad pegmatit.
Kasiterit juga boleh terbentuk di dalam batuan igneus yang kaya mika dan
terbentuk dari uap panas. Longgokan ini dikenali greisen dan terbentuk di akhir fasa
penghabluran magma. Dlm proses ini, Sn diangkut dlm bentuk fluorida (SnF4) sebelum ia
bertindakbalas dgn air utk menghasilkan kasiterit (Sno2).
Dalam menentukan kadar suatu mineral dapat digunakan beberapa metode, salah
satu metode paling sederhana untuk menentukan salah satu kadar adalah grain counting
yang dimana pada prosesnya menggunakan bantuan alat sejenis kertas ukur seperti
milimeter blok berukuran 10 X 10 cm² atau lebih yang terbagi dalam beberapa bagian
dengan ukuran 1 X 1 cm² atau 0,5 X 0,5 cm², kegiatan ini dilakukan untuk mengadakan
pemisahan terhadap mineral yang berbeda dalam sifat fisiknya dengan tujuan untuk
menentukan kadar suatu mineral. Perhitungan untuk menentukan kadar mineral berharga
dari hasil grain counting dapat digunakan rumus : (bila bahan yang digunakan berupa
kasiterit atau kuarsa)
𝑛𝑆𝑛𝑂2 × 𝜌𝑆𝑛𝑂2
𝐾𝑆𝑛𝑂2 =
(𝑛𝑆𝑛𝑂2 × 𝜌𝑆𝑛𝑂2 ) + (𝑛𝑆𝑖𝑂2 × 𝜌𝑠𝑖𝑂2 )
Keterangan :
𝐾𝑆𝑛𝑂2 : Kadar kasiterit pada tiap kotak (%)
𝑛𝑆𝑛𝑂2 : Jumlah butir kasiterit per kotak
𝜌𝑆𝑛𝑂2 : Density kasiterit (7 ton/m³)
𝑛𝑆𝑖𝑂2 : Jumlah butir kuarsa per kotak
𝜌𝑆𝑖𝑂2 : Density kuarsa (2,65 ton/m³)
Sumber: Nelson, 2011.
Foto 2.2
Penentuan Kadar
DERAJAT LIBERASI
Untuk mengetahui besar nilai derajat liberasis suatu mineral ini harus dilakukan
dengan menganalisakan hasil dari kegiatan grain couning berdasarkan ukuran butirnya.
Sehingga dari data yang diperoleh kita dapat mengetahui nilai derajat liberasi serta kadar
yang terkandung didalam suatu bahan galian tersebut. Sifat fisik mineral sebagai berikut:
1. Hardness (kekerasan)
2. Structure and Fracture, diperlukan dalam menentukan alat penghancur
3. Ikatan mineral dan besar kecilnya kristal
4. Warna dan kilap
5. Spesific Gravity (SG)
6. Magnetic Suceptibility
7. Electro Conducivity
8. Sifat peremukan
Dalam pengolahan bahan galian memiliki 2 tahap untuk melakukan proses
pengolahan yaitu dengan preparasi dan kominusi, dimana preparasi mempersiapkan sampel
yang akan diuji atau dilakukan untuk diproses kepengolahan dimana bertujuan agar
mempermudah untuk melakukan proses selanjutnya, dan kominusi merupakan proses
pengecilan ukuran dengan menggunakan alat mekanis yang bertujuan agar dapat
memisahkan mineral berharga dari pengotornya. Dari melakukan pengolahan bahan galian
ini dapat memperoleh keuntungan yang merupakan, mengurangi ongkos angkut,
mengurangi biaya peleburan, menghasilkan konsentrat dengan kadar yang relatiuf tinggi,
kemungkinan konsentratnya mengandung lebih dari satu mineral.
Proses konsentrasi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa alat, diantaranya :
DULANG
Dulang adalah salah satu alat yang digunakan dalam kegiatan pengolahan bahan
galian tradisional yang memanfaatkan berat jenis suatu material yang berprinsip pada
massa jenisnya (density) dari bahan galian. Dulang pada umumnya dapat digunakan untuk
mendulang bahan galian berupa mineral berat seperti emas (Au), timah (SnO2), dan logam
lainya.
SLUICE BOX
Sluice box merupakan suatu alat pengolahan bahan galian yang sering digunakan
pada tambang rakyat ataupun pada PT. Timah. Sluice box biasa disebut dengan nama
palong karena alat ini merupakan alat pengolahan yang berupa talang atau saluran yang
dimana system pengolahannya berdasarkan berat jenisdari sampel.
JIG
Salah satu proses pemisahan mineral yaitu jigging, jigging merupakan suatu proses
pemisahan bijih dalam suatu media cair berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral
yang mengakibatkan kesanggupan dari partikel tadi mengatur dirinya dan mengambil
kedudukan atau stratifikasi dalam beberapa lapisan sesuai dengan berat jenisnya dan
kemudian dilanjutkan dengan pengeluaran.
Dalam jigging digunakan daya hidrolis, yaitu bergantian aliran air ke atas dan alira
air ke bawah. Pulsion membuat butiran-butiran mineral terdorong ke atas, dimana butiran
ringan terangkat keatas lebih jauh dari mineral butiran berat. Sedangkan suction, terjadi
pada saat saringan terangkat ke atas, air akan disedot ke bawah sehingga butiran-butiran
turun kembali ke atas saringan.
Differentional Initial Acceleration merupakan tekanan air yang pada saat pulsion
arahnya keatas melalui saringan, membuat butiran-butiran yang diatas saringan sebagai
suatu masa terangkat dan meregang.
Hindered Setling merupakan ketika pulsion, partikel akan terangkat dan karena
campuran solid liquid sangat kental maka partikel tersebut mengatur dirinya menurut
hidered setling.
Consolidation Trickling, pada akhir suction, butiran-butiran besar akan mulai
merapat satu sama lain, butiran-butiran kecil bebas bergerak keatas dan kebawah
menerobos masuk lewat celah-celah butiran besar karena gaya beratnya (gravitasi).
Jigging dilakukan pada alat yang disebut dengan jig, secara garis besar jig terdiri
dari satu tangki yang terbuka dan berisi fluida yang biasanya air. Dibagian atas tangki
dipasang ayakan dimana air dapat dengan leluasa untuk melewatinya. Pada bagian bawah
atau bagian samping dari tangki dipasang alat tertentu yang disebut dengan “Energizing
Unit”. Energizing Unit tersebut adalah alat yang akan menimbulkan gerakan bolak-balik
dari fluida yang ada dibawah ayakan jig. Gerakan fluida keatas disebut dengan “Pulsion”
dan gerakan kebawah disebut dengan “Suction” (hisap).
Umpan berupa slurry dengan 25% - 45% padatan masuk pada salah satu ujung jig
mengalir membentuk arus horizontal dipermukaan jig. Partikel-partikel terutama yang
berbutir halus terbawa arus dan keluar pada ujung yang lainnya. Pengendapan partikel pada
arus horizontal ini mengikuti mekanisme pengendapan seperti pada palong.
Partikel-partikel yang mengendap dari arus horizontal masuk kedaerah dimana
jigging bekerja yaitu daerah antara arus horizontal dan ayakan. Mekanisme jigging seperti
percepatan differensial hindered settling dan trickling bekerja didaerah tersebut yang dapat
dibedakan antara daerah roughing sebelah atas dan daaerah separating dibawahnya.
Partikel-partikel didaerah roughing terutama terdiri dari partikel middling dan partikel
mineral ringan yang berusaha masuk kedaerah separating. Mineral ringan didorong keatas
memasuki daerah tertransportasi dan terbawa arus horizontal. Middling memiliki peluang
masuk kedaerah separating, daerah separating dengan mudah menerima mineral berat dan
berusaha mendorong keatas middling. Consolidation trickling terjadi didaerah ini, mineral
berat dan besar dengan cepat mencapai permukaan ayakan diikuti mineral berat kecil
melalui daerah roughing dan separating, dan dengan mekanisme consolidation trickling
melewati mineral berat besar.
Jig alat pemroses mineral secara luas digunakan dalam konsentrasi gravitasi timah,
tungsten, emas placer, hematit bijih, mangan, titanium, antimon, timah, tantalum, niobium
dan mineral lainnya.
\
Sumber : Rahmat, 2012.
Foto 6.1
Contoh Alat Jig
Dalam hal ini bagian-bagian dari jig dapat dinyatakan sebagai berikut :
1. Plunger
Merupakan suatu batang yang dihubungkan dengan penggerak maupun pengumpil
yang dapat digerakkan dengan eksentrik, plunger berfungsi untuk menimbulkan pulsion
dan suction.
2. Screen
Suatu saringan dari kawat baja yang berfungsi untuk :
a. Pemisahan partikel kasar dan halus.
b. Tempat lewatnya air akibat pulsion dan suction.
c. Sebagai batas bawah dari jig bed.
3. Jig bed/Ragging
Merupakan lapisan dasar yang terdiri dari material yang biasanya mempunyai SG
diantara mineral berat dan mineral ringan atau mempunyai kecepatan jatuh antara mineral
berat dan mineral ringan. Selain berupa material dan berupa bola-bola baja, fungsi jig bed
adalah :
1. Agar gaya pulsion yang mengenai material merata.
2. Memisahkan mineral berat dengan mineral ringan.
3. Mengatur dilasi (membuka dan menutup jig bed).
4. Tank/hutch
Merupakan suatu tabung yang berbentuk trapesium yang biasanya terdiri dari dua
kompartemen yaitu :
a. Plunger kompartemen.
b. Screen dan bed kompartemen.
5. Under Water
Under water berfungsi untuk mengimbangi supaya tidak terlalu banyak A-flow
mengalir kebawah sehingga dapat terjadi apa yang dinamakan gerak pulsasi (gerak keatas
dan hisapan kebawah) disamping adanya perbedaan berat jenis dari material, proses
terjadinya pemisahan pada jig juga karena adanya perbedaan kecepatan air
kebawah.Idealnya kecepatan air keatas besarnya 4x kecepatan air kebawah.
Untuk mendapatkan perbandingan yang ideal tersebut, maka diperlukan under
water. Namun demikian, semakin besar tekanan under water keatas akan semakin kecil
hisapan kebawah. Hal ini mengakibatkan mineral yang berat tidak akan mempunyai
kesempatan untuk turun kebawah menjadi konsentrat, sebaliknya semakin kecil tekanan
under water keatas akan semakin semakin besar hisapan kebawah. Hal ini akan
mengakibatkan mineral ringan akan ikut menjadi konsentrat. Cross flow adalah aliran air
diatas permukaan jig yang mengalir hingga keujung tailing, A-flow adalah aliran air diatas
jig yang menuju kebawah atau dasar jig.
6. Spigot
Adalah sumbatan pada pengeluaran konsentrat yang terbuat dari karet dan
mempunyai lubang ditengah. Fungsi spigot adalah untuk mengatur keluarnya konsentrat
dan agar konsentrat yang keluar tidak banyak mengandung air.
7. Motor
Sebagai penggerak roda eksentrik pada plunger.
SHAKING TABLE
Salah satu alat yang biasa digunakan dalam pengolahan bahan galian yang
memanfaatan sifat fisik bahan galian berupa berat jenis adalah Shaking table. Shaking table
ini merupakan alat yang dibentuk dari suatu meja yang berbentuk persegi ataupun persegi
panjang dan memiliki slop atau sudut kemiringan. Cara penggunaan alat ini biasanya
menggunakan bantuan air yang akan mendorong feed agar masuk kedalam penampungan
sesuai berat jenisnya.
Alat ini memanfaatkan perbedaan berat jenis dari feed dengan melakukan
pergerakan-pergerakan yang dapat memisahkan antara mineral yang memiliki berat jenis
kecil dan mineral yang memiliki berat jenis yang besar dengan pergerakan yang bergetar
atau bergoyang. Alat ini memiliki prinsip kerja yaitu dengan bantuan air akan memisahkan
feed dengan menggunankan aliran air yang tipis (flowing film concentration).
Sumber : Rizki, 2014,
Gambar 7.1
Shaking Table
Partikel ataupun material yang bergerak pada alat shaking table dipengaruhi oleh
gaya-gaya sebagai berikut :
1. Gaya dorong air, gaya ini adalah gaya yang dapat menentukan terhadpa
pemisahan antara feed yang dilakukan pada shaking table. Gaya dorong air
ini adalah gaya yang akan memengaruhi prinsip kerja dari alat shaking
table yaitu dengan menggunakan aliran air yang tipis, karena gaya dorong
air inilah yang akan mengontrol pergerakan dari partikel yang ingin
dipisahkan karena kecepatan dari feed akan mengikuti gaya dorong dari air.
2. Gaya gravitasi, gaya ini merupakan salah satu gaya yang sangat bermanfaat
pada saat proses pemisahan antara mineral berharga dengan mineral
pengotor. Karena adanya perbedaan berat jenis antara material berharga
dan material pengotornya maka akan terjadi pemisahan antara kedua
material tersebut. Pada alat shaking table material yang mempunyai berat
jenis yang besar akan tertahan pada rifle dan jatuh pada bagian
penampungan tyang lebih dekat, sedangkan material yang memiliki berat
jenis yang lebih berat akan terlempar ke tempat penampungan feed yang
paling luar.
3. Gaya gesek antara air dengan permukaan shaking table, gaya ini
merupakan salah satu gaya yang dapat memengaruhi proses pemisahan
mineral pada alat shaking table dikarenakan gaya ini akan menghambat
pergerakan dari mineral sehinga akan membuat mineral-mineral tersebut
dapat terendapkan dan jatuh pada tempat penampungan feed yang sesuai.
Dalam pergerakan aliran air pada alat shaking table ada beberapa faktor yang dapat
memngaruhi hal tersebutt diantaranya adalah:
1. Slope Deck
Slope desk atau yang biasa dikenal dengan kemiringan alat adalah factor yang
pertama yang dapat memengaruhi pergerakan dari aliran air pada alat. Karena semakin
besar nilai slope desk maka kecepatan aliran air akan semakin cepat dan sebaliknya
semakin kecil nila slope desk maka semakin lambat kecepatan aliran air yang dapat
mengalir pada alat.
2. Tebal atau Kecepatan Air
Kedua hal ini yaitu tebal dan kecepatan aliran air sangat berpengaruh terhadap
kecepatan aliran air pada alat ini, apabila semakin besar nilai dari kedua hal ini maka air
yang mengalir pada alat akan semakin besar dan juga proses pemisahan feed akan semakin
optimal, dan juga akan berpengaruh terhadap banyak dan waktu material yang dapat
terpisahkan.
3. Viskositas Fluida
Dalam alat shaking table karena menggunakan air atau fluida sebagai media yang
membantu dalam proses pemisahan feednya maka factor unu menjadi salah satu hal yang
dapat memengaruhi kecepatan aliran pada alat.
4. Bentuk Partikel
Bentuk partikel merupakan salah satu hal yang sangat berpengaruh pada proses
pemisahan material, karena bentuk partikel juga merupakan salah satu factor dalam
besarnya gaya gesekan antara material dengan permukaan alat, apabila partikel berbentuk
meruncing atau irregular maka partikel tersebut akan lebih mudah tertahan pada alat karena
gaya gesek yang terjadi akan besar, sedangkan apabila bentuk partikel membulat maka
partikel akan lebih mudah untuk terbawa air dan memiliki gaya gesek yang kecil.
5. Kekasaran Deck
Kekasaran deck merupakan factor yang dapat memengaruhi gaya gesek yang dapat
ditimbulkan antara feed dan permukaan dari alat, apabila semakin kasar deck maka feed
akan semakin mudah tertahan pada alat, sedangkan semakin halus deck maka feed akan
semakin mudah untuk keluar dari alat.
6. Koefesien Gesekan Partikel
Koefisien gesekan partikel merupakan salah satu nilai yang dimiliki oleh tiap-tiap
material, karena dimiliki oleh tiap material maka nilai dari koefisien gesek ini berbeda-
beda sesuai dengan karakteristik dari masing-masing mineral. Karena nilai ini merupakan
nilai yang sangat erat kaitannya dengan gesekan antara feed dan permukaan alat, koefisien
gesekan partikel sangat berpengaruh pada proses pemisahan pada alat shaking table.
Dalam prinsip kerja alat shaking table material akan bergerak melalui gaya
dorongan air, pada pergerakan material ini ada beberapa hal yang dapat menjadi factor yang
dapat memngaruhi distribusi material ini yaitu :
1. Sifat Riffle
Riffle ini berfungsi untuk menahan gerakan dari feed dan juga riffle ini memiliki
dimensi yang berbeda-beda dan juga bahan yang berbeda-beda dan sangat berpengaruh
pada pergerakan material dalam alat. Pada bagian atas alat riffle memiliki ukuran yang
lebih panjang ketimbang bagian bawah alat.
2. Warter Supply dan Permukaan Desk
Banyaknya air yang diberikan sangat bepengaruh pada pergerakan dan distribusi
dari partikel yang diolah dikarenakan partikel tersebut bergerak berdasarkan dari gaya
dorong air, selain banyaknya air, permukaan dari desk juga sangat berpengaruh pada
distribusi partikel pada alat shaking table ini.
3. Perbedaan Berat Jenis Partikel
Perbedaan berat jenis merupakan hal yang dimanfaatlan untuk melakukan
pemisahan antara mineral berharga dan mineral pengotor menggunakan alat shaking table,
karena hal itu maka perbedaan dari berat jenis partikel dapat berpengaruh pada distribusi
dari partikel pada alat ini.
HYDROCYCLONE
Hidrocyclone merupakan salah satu alat pada proses pengolahan bahan galian yang
berfungsi untuk memisahkan mineral berharga dengan mineral pengotornya. Dasar kata
dari alat ini yaitu hydro yang artinya adalah air dan cyclone yang apabila diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia maka akan berarti pusaran. Jadi berdasarkan pengertian tersebut
didapatkan bahwa hydrocyclone merupakan salah satu alat pengolahan bahan galian dala
tahapan konsentrasi yang menggunakan bantuan dari air dan pusaran air untuk dapat
memisahkan antara mineral berharga dengan mineral pengotornya.
Dalam alat hidrocyclone, dapat dipisahkan berbagai macam wujud mineral
diantaranya adalah misalkan memisahkan material atau partikel yang memiliki wujud
berupa padatan dan cairan maupun juga dapat berupa cairan dan cairan. Hidrocyclone
sendiri memiliki beberapa bagian yang penting diantaranya adalah :
1. Bagian silinder, yang merupakan salah satu bagian yang terbuka dari alat tersebut
dan juga akan dihubungkan dengan bagian dari alat tersebut yang memiliki bentuk
kerucut
2. Bagian atas silinder, bagian ini merupakan bagian yang berada dibagian atas dari
silinder dan bagian ini merupakan bagian yang tertutup oleh plat yang dimana pada
plat tersebut terdapat jalur keluranya overflow dikarenakan plat tersebut telah
tersembung dengan pipa
3. Fortex finder merupakan bagian lanjutan dari tempat keluarnya over flow.yang
terletak pada cylinder.
HUMPREY SPIRAL
Humprey Spiral adalah salah satu bagian dari Gravity Concentration yang prinsip
kerjanya merupakan menggunakan Water Impulse, Water Impulse mempunyai komponen
yang terdiri dari Spiralcurved Bottom Launder dengan diameter spiral yang prinsipnya
sama mengelilingi suatu sumbu vertikal.
Alat dari Humprey Spiral masih berupa launder yang melingkar membentuk spiral,
dengan demikian semakin panjang launder maka akan berbanding lurus dengan konsentrat
yang dihasilkan akan semakin memiliki nilai tinggi kadarnya. Terjadinya pemisahan di
dalam Humprey Spiral yakni feed dimasukkan ke dalam feed tank, melalui pompa feed
dihiisap masuk ke dalam cyclone. Di dalam cyclone cairan dengan yang kental dipisahkan,
selanjutnya cairan yang encer tadi dialirkan ke atas ke dalam lounder sebagai wash water,
sedangkan pulp yang kental melalaui lounder dialirkan ke atas menuju feed box sebagai
umpan.
Launder yang ada berbentuk seperti spiral tersebut dibentuk atau terbuat dari
material berupa besi cor yang dibuat dalam bagian-bagian yang bagian-bagian tersebut
dapat disambung-sambung. Jumlah dari putaran pada alat humpry spiral ini banyaknya
putaran dapat dilihaat dari material yang bekerja pada mesin tersebut, biasanya putaran
yang digunakan pada alat ini mencapai kisaran antara 3 sampai 6 putaran. Tetapi pada
material batu bara yang dikerjakan oleh alat humprey spiral putaran yang digunakan
biasanya yakni 6 putaran dan menggunakan dasar saluran yang lebih landai. Humprey
spiral biasanya dipakai untuk mengolahan mineral-mineral yang memiliki massa jenis
yang besar seperti timah, zircon, monasit, rutil dan tungsen.
Pada proses pemisahan menggunakan alat humpey spiral, feed yang dimasukkan
berupa slurry, slurry merupakan campuran mineral yang akan dipisahkan dengan mineral
berharganya yang telah tercampur dengan air. Pada proses pemisahannya slurry tersebut
akan dimasukkan kedalam humprey spiral pada bagian feed box nya yang terletak pada
bagian atas alat. Pemisahan pada alat humprey spiral dibantu dengan bantuan air yang
fungsinya sebagai pemberi daya dorong kepada partikel mineral yang dimasukkan kedalam
alat tersebut sehingga partikel mineral tersebut akan ikut terbawa oleh arus air tersebut dan
akan bergerak mengikuti bentuk dari alat humprey spiral yaitu berbentuk saluran spiral.
Pada alat humprey spiral terdapat beberapa gaya-gaya yang bekerja dalam membantu
proses pemisahan mineral tersebut diantaranya adalah :
a. Gaya Berat
b. Dorongan air
c. Gesekan partikel dengan spiral
FLOTASI
Flotasi merupakan salah satu metode pengolahan bahan galian yann berasal dari
kata float yang memiliki arti yaitu mengapung. Karena berasal dari kata dasar mengapung
maka flotasi merupakan salah satu metode pemisahan bahan galian antara mineral yang
berharga dan mineral pengotornya. Flotasi memanfaatkan sifat dari mineral yaitu dengan
menggunakan perbedaan fase mineral yang memiliki batasan antara fase padat dari mineral,
fase cair dari air dan juga fase gas dari udara. Flotasi dapat diartikan sebagai pemisahan
mineral yang dilakukan melalui cara pengapungan. Cara yang digunakan dalam metode
flotasi ini yaitu dilakukan pemisahan melalui penentuan kontak antara tiga fasa yaitu padat,
cair dan gas. Pada fasa padat partikel yang akan dipisahkan akan mengalami pengapungan,
dan pada fasa cair menggunakan larutan aqua elektrolit dan pada fase gas dipakai udara.
Zat anorganik yang ada di alam pada umumnya merupakan zat yang dapat dibasahi oleh
fasa cair (aqua). Karena hal inilah maka dalam melakukan pengolahan bahan galian
mengguakan metode flotasi hal yang paling awal dilakukan yaitu melakukan penggantuian
pada fasa fasa padat-cair menjadi fasa antara padat
Butiran mineral memiliki sebuah sifat yang disebut sebagai daya apung. Daya
apung ini dapat diartikan sebagai kemampuan butiran mineral untuk dapat mengapung dan
kemampuan ini tergantung dari adanya tendensi atau hasrat dari butiran mineral tersebut
untuk mengikatkan butirannya pada gelembung-gelembung udara yang ada dan juga
ukuran dari gelembung udara tersebut biasanya raltif lebih besar dari pada butiran mineral
tersebut dan karena butiran mineral tersebut terikat maka akan mengikuti gerakan
gelembung udara yang akan mengapung dan naik ke permukaan pulp. Kemampuan apung
suatu butiran mineral ini dapat tergantung dari bagaimana sifat fisik butiran mineral tersebu
, seperti bagaimana sifat permuakaan dari butiran mineral tersebut. Namun sifat permukaan
pada butiran mineral tersebut dapat dikontrol menggunakan reagen kimia yang berbeda-
beda sehingga dalam proses flotasi dapat diatur bagaimana daya apung dari butiran mineral
yang diinginkan
Sumber : Ardra, 2014.
Gambar 11.1
Ilustrasi Proses Flotasi
Pada proses pengolahan bahan galian menggunakan metode flotasi, mineral-
mineral dapat dikelompokkan kedalam beberapa kelompok diantaranya adalah :
1. Mineral takut air (Hidrophobik)
Mineral ini merupakan mineral yang memiliki sifat mudah untuk mengikatkan diri
kepada gelembung udara sehingga mineral-mineral yang digolongkan kedalam
kelompok ini merupakan mineral-mineral yang dikehendaki pada proses flotasi ini.
Tetapi sifat ini bertolak belakang dengan permukaan minera yang sukar dibasahi
oleh air dikarenakan butiran mineral ini memiliki lapisan polar.
2. Mineral senang air (Hidrophilik)
Mineral ini merupakan mineral yang memiliki sifat sukar untuk mengikatkan diri
kepada gelembung udara sehingga mineral-mineral yang digolongkan kedalam
kelompok ini merupakan mineral-mineral yang tidak dikehendaki pada proses
flotasi ini. Tetapi sifat ini bertolak belakang dengan permukaan minera yang mudah
dibasahi oleh air dikarenakan butiran mineral ini memiliki lapisan non-polar.
Pada proses flotasi terdapat beberapa prinsip sebagai berikut :
1. Butiran mineral harus menempel pada gelembung
2. Gelembung udara dan butiran mineral harus stabil.
3. Terdapat sifat float dan sink.
Dalam melakukan proses flotasi syarat-syarat yang harus dipenuhi antara lain :
1. Terdapat gelembung udara pada cairan flotasi ( 0,5” – 1”)
2. Harus memiliki ukuran biji yang antara 100 - 200 ( 48 – 50 mesh)
3. Harus memiliki derajat liberasi yang tinggi
4. Feed yang berbentuk pulp (lumpur)
Terdapat sudut kontak yang baik, sudut kontak merupakan sudut yang dibuat
karena adanya pertemuan gelembung udara dan mineral pada suatu titik singgung.
Sudut kontak yang baik yaitu sekitar 60° – 90°. Jika sudut kontaknya segini maka
adhesi yang dihasilkan akan besar sehingga mineral dapat mengapung.
5. Memiliki pH larutan yang kritis.
Selain proses flotasi yang memiliki syarat-syarat, alat flotasi juga harus memenuhi
beberapa syarat beritkut :
1. Mempunya penerima feed yang bentuknya pulp dan juga penampung
konsentrat
2. Dalam alat tersebut haruslah terdapat udara yang dapat masuk kedala alat
tersebut atau bisa juga alat tersebut harus dapat menghasilkan aliran udara.
3. Feed yang digunakan haruslah dalam bentuk pulp.
Karena terdapat perbedaan sifat permukaan dari butiran mineral dalam proses
flotasi, maka harus ada suatu zat kimia yang dapat menanggulangi perbedaan sifat tersebut
yaitu zat reagen kimia, reagen kimi berfungsi untuk melakukan pengubahan terhadap sifat
permukaan dari butiran mineral. Reagen kimia yang biasanya dipergunakan dalam proses
flotasi antara lain :
1. Kolektor (Collector) merupakan salah satu reagen kimia yang fungsinya adalah untuk
mengubah sifat permukaan dari butrian mineral berupa merubah sifat dari butrian
mineral yang pada awalnya mineral tidak suka air menjadi mineral yang suka air,
tergantung dari keadaan yang dikehendaki. Contohnya : Solar, sabun.
2. Modifier adalah suatu bahan kimia yang dapat berfungsi untuk mengubah dan
memengaruhi kerja dari reagen kolektor.
3. Frother (Pembusa) merupakan suatu zat yang berfungsi untuk menstabilkan
gelembung-gelembung udara yang terjadi pada saat proses flotasi berlangsung.
Contohnya : Diterjen.
Cara yang digunakan dalam metode flotasi ini yaitu dilakukan pemisahan melalui
penentuan kontak antara tiga fasa yaitu padat, cair dan gas. Pada fasa padat partikel yang
akan dipisahkan akan mengalami pengapungan, dan pada fasa cair menggunakan larutan
aqua elektrolit dan pada fase gas dipakai udara. Zat anorganik yang ada di alam pada
umumnya merupakan zat yang dapat dibasahi oleh fasa cair (aqua).
MAGNETIC SEPARATOR
Perbedaan sifat fisik dari mineral dalam hal sifat magnetic dapat berguna dalam
pengolahan bahan galian. Dalam pengolahan bahan galian pemanfaatan sifat magnetic dari
suatu mineral ataupun partikel dapat digunakan untuk melakukan pemisahan antara mineral
yang berharga dan mineral pengotornya. Perilaku suatu mineral terhadap magner dapat
ditentukan oleh sifat kemagnetan yang dimiliki mineral tersebut. Perilaku mineral tersebut
dalam suatu medan magnet biasanya disebut sebagai magnetic susceptibility. Dalam sifat
magnet suatu mineral, apabila mineral tersebut memiliki sifat kemagnetan yang tinggi
maka mineral tarsebut akan lebih mudah unutk terpengaruh oleh suatu medan magnet,
berbeda apabila mineral tersebut tidak memiliki sifat kemagnetan. Apabila mineral tersebut
tidak memiliki sifat kemagnetan maka mineral tersebut tidak akan dipengaruhi oleh suatu
medan magnet. Mineral yang memiliki sifat kemagnetan yang tinggi akan tertarik oleh
medan magnet dan mineral tersebut biasanya disebut sebagai mineral magnetic. Proses
pengolahan bahan galia dengan memanfaatkan perbedaan sifat kemagnetan ini disebut
magnetic separation.
Prinsip dari pemisahan mineral menggunakan perbedaan sifat kemagnetan ini
adalah pada perbedaan magnet suscepbility, karena adanya hal tersebut maka akan
menimbulkan suatu perbedaan pada sifat kemagnetan atau pada gaya magnet antara
partikel yang satu dengan partikel yang lainnya melalui suatu medan magnet. Karena
adanya perbedaan gaya magnet ini maka dengan dibantu oleh gaya gravitasi maupun gaya
gesekan akan mengakibatkan suatu penyimpangan antara satu partikel dengan partikel
yang lainnya apabila melalui suatu medan magnet. Sehingga karena adanya perbedaan
tersebut partikel tersebut dapat dipisahkan mana yang konsentrat, middling dan juga tailing.
Dalam alat magnetic separator, mekanisme nya yaitu butiran-butiran dari suatu
mineral akan dialirkan menuju ke medan magnet dengan waktu yang singkat, waktu
tersebut biasanya hanya beberapa detik saja. Dalam waktu yang singkat ini harus dilakukan
pengontrolan terhadap gaya magnet atau kemagnetan dari mineral yang kita pisahkan
melalui alat magnetic separator ini. Selain mengontrol sifat kemagnetannya kita juga harus
melihat factor lain yang berpengaruh pada proses pemisahannya yaitu berat jenis,
kecepatan dan juga volumenya.
Sumber : Ardra, 2015
Gambar 12.1
Prinsip Kerja Magnetic Separator
Mineral dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan pada magnetic
susceptibility yaitu :
1. Diamagnetic
Merupakan mineral yang memilii sifat yang tidak menarik magnet atau ditolak
oleh magnet pada semua garis gaya magnet jika mineral tersebut dalam medan
magnet. Sifat ini ada dikarenakan sifat dari mineral itu sendiri yang sukar
untuk menyesuaikan keadaannya dengan keadaan magnet disekitarnya.
Contoh mineral diamagnetik antara lain garnet, pirit, kuarsa, kalsit dan
kasiterit (non magnetic).
2. Paramagnetic
Berbeda dengan diamagnetic, paramagnetic merupakan mineral yang memilii
sifat yang menarik magnet atau ditarik oleh magnet pada semua garis gaya
magnet jika mineral tersebut dalam medan magnet. Sifat ini ada dikarenakan
sifat dari mineral itu sendiri yang mudah untuk menyesuaikan keadaannya
dengan keadaan magnet disekitarnya.. Contoh mineral bijih dari
paramagnetic antara lain siderit, hematit, pirhotit, limonit (weakly
magnetic).
3. Ferromagnetic
Ferromagnetic merupakan kelompok yang hampir sama dengan paramagnetic,
hanya saja pada ferromagnetic sifat dari kemagnetannya lebih kuat apabila
dibandingkan dengan paramagnetic. Contoh mineral bijihnya antara lain
magnetit, ilmenit, franklinite (strongly magnetic).