Anda di halaman 1dari 42

JURNAL

PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

Diajukan Untuk Mememenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengolahan Bahan Galian
Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2017 / 2018

Disusun Oleh :
Nama : Fadly Ridho Abdan
NPM : 10070116104
Kelas :B

PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1439 H / 2018 M
KOMINUSI (REDUKSI)

Kominusi merupakan suatu proses yang ditujukan untuk mengubah ukuran suatu
bahan galian agar berukuran lebih kecil dari sebelumnya, hal ini bertujuan untuk
memisahkan atau melepaskan bahan galian tersebut dari mineral pengotor yang melekat.
Crushing.
Crushing adalah suatu proses yang bertujuan untuk meliberalisasi mineral yang
diinginkan agar terpisah dengan mineral pengotor yang ada. Beberapa alat yang digunakan
:
1. Primary Crusher
a. Jaw Crusher

Sumber: Akbar, 2010


Gambar 1.1
Jaw Crusher
Crusher jenis ini terdiri dari 2 buah jaw, di mana satu batang bergerak
(moving jaw) ke arah jaw kedua (fixed jaw). Alat ini merupakan contoh paling
umum dari mesin peremukan tingkat 1. Untuk melakukan permukaan, sampel
dijepit di antara 2 buah rahang yang terdiri dari fixed jaw dan swing jaw, lalu
dihancurkan dengan gaya tekan remuk. Alat ini mempunyai 2 tipe bergantung
kepada titik tumpunya, bila titik tumpuannya di atas disebut titik blake, bila
titik tumpuannya di bawah disebut dodge.
b. Impact Crusher
Prinsip kerja mesin ini yaitu impact (benturan) sebagai mekanisme
peremukannya. Terbagi dalam berbagai macam tipe. Mesin ini banyak
digunakan karena dapat menghasilkan produk yang relative ideal atau sesuai
dengan keinginan, sehingga memudahkan pengangkutan dan pemakaian.
Selain itu alat ini juga ringkas dan mempunyai rasio yang cukup besar yaitu :
7 : 1 hingga 10 : 1.

Sumber: Ridwan, 2013


Foto 1.1
Impact Crusher

c. Gyratory crusher
Mesin ini memiliki rahang bundar (circular jaw). Sebuah crushing
head yang berbentuk kerucut berputar di dalam sebuah funnel shaped casing
yang membuka ke atas. Crushing head tersebut berfungsi memcahkan umpan
yang masuk.
Alat ini mempunyai kapasitas yang lebih besar dibandingkan dengan
jaw crusher. Gerakan alat ini adalah kontinyu karena crushing head dari alat
ini bergerak dan bergoyang. Alat ini tidak sesuai dengan material yang lengket
seperti lempung karena kurang menguntungkan disebabkan biaya lebih besar
dibandingkan dengan jaw.
Faktor yang mempengaruhi Gyratory Crusher :
1. Ukuran butir
2. Kandungan air dari feed
3. Kecepatan putaran
4. Gape
2. Secondary Crusher
Adalah tahap penghancuran yang merupakan kelanjutan dari primary
crusher,produk yang dihasilkan mempunyai ukuran 1,5“ – 2,5”.
Alat yan digunakan :
2.1 Cone Crusher
2.2 Disk crusher
2.3 Spring Roll Crusher
3. Fine Crushing
Merupakan tahap penghalusan bijih, produk yang dihasilkan bisa mencapai -
325 mesh. Alat yang digunakan : ball mill, chute mill, rod mill.
4. Special Cruhser
Merupakan tahap penghancuran bijih tertentu menurut sifat dari bijih tersebut
(contoh :batubara). Alat yang digunakan : Toothad mill, hammer mill
Grinding
Merupakan tahap pengurangan ukuran dalam batas ukuran halus yang diinginkan.
Tujuan Grinding :
1. Mengadakan liberalisasi mineral berharga
2. Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan industri
3. Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan proses selanjutnya
Alat yang digunakan :
1. Ball Mill
Mill ini merupakan sebuah silinder horizontal dengan diameter sama dengan
panjangnya,yang dilapisi dengan suatu plat. Alat ini memiliki suatu silinder yang
terisi dengan bola baja. Mekanisme kerja alat ini yaitu dengan diputar, sehingga
material yang dimasukkan hancur oleh bola-bola baja. Biasanya diameter ball mill
sama dengan panjang ball mill.

Sumber: David, 2014


Gambar 1.2
Ball Mill
2. Rod Mill
Media grinding ini alat ini berupa batang-batang besi/baja yang panjangnya
sama dengan panjang mill. Cara kerjanya dengan diputar. Sehingga batang baja
terangkat llu jatuh dan menjatuhi material yang ada dalam rod mill sehingga
hancur.
3. Hammer mill
Penggiling ini memiliki sebuah rotor yang berputar dengan kecepatan tinggi
dalam sebuah casing berbentuk silinder. Umpan masuk dari bagian puncak casing
dan dihancurkan, selanjutnya dikeluarkan melalui bukaan pada dasar casing.
Umpan dipecahkan oleh seperangkat palu ayun yang berada pada piring rotor.
Kemudian pecahan ini terlempar pada anvil plate di dalam sebuah casing sehingga
dipecahkan lagi menjadi bagian yang lebih kecil.Lalu digosok menjadi serbuk.
Akhirnya didorong oleh palu ke luar bukaan.

Sumber: Ahmad, 2013


Foto 1.2
Hammer Mill
4. Impactor
Impactor menyerupai hammer mill tetapi tidak dilengkapi dengan
ayakan.Impactor merupakan mesin pemecah primer untuk batuan dan biji, dengan
kemampuan mengolah sampai 600 ton/jam. Partikel yang dihasilkan hampir
seragam menyerupai kubus. Pada impactor hanya terjadi aksi pukulan.
GRAIN COUNTING

Mineral adalah suatu padatan senyawa kimia homogen, anorganik, yang memiliki
bentuk teratur (sistem kristal) dan terbentuk secara alami. Istilah mineral termasuk tidak
hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam
komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan
ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Ilmu yang
mempelajari mineral disebut mineralogi.
Sifat Fisik Mineral
Setiap mineral-mineral memiliki sifat fisik yang beraneka ragam dan dapat terlihat
dan diamati secara kasat mata atau megaskropis yang diantaranya sebagai berikut `
1. Warna
Setiap mineral memiliki warna khas nya masing-masing. Dari warna-warna khas
tersebut kita mengetahui bahwa adaa mineral yang berwarna putih, hitam, kelabu, coklat,
merah, jingga, dan lainnya serta terdapat juga mineral yang tidak memiliki warna.
2. Kilap
Jika diarahkan cahaya pada permukaann suatu mineral, kita akan melihat
permukaan itu buram atau mengkilap. Bila permukaan mengkilap,dapat dibedakan apakah
kilapnya kuat atau kurang kuat. Macam kilap mineral juga berbeda-beda contohnya kita
dapat membedakan kilap intan, kilap kaca, kilap lemak dan kilap mutiara.
3. Bentuk
Hampir setiap minreral mempunyai sifat dalam pembentukannya untuk mengambil
bentuk tubuh yang dibatasi bidang-bidang datar berdasarkan hukum pembentukannya.
4. Bidang belah
Setiap mineral memiliki bagian-bagian yang terbelah yang menjurus pada jurusan
tertentu yang akhirnya membentuk suatu ciri dari suatu mineral, dan bagian tersebut
biasanya menjadi titik yang mudah dibelah pada suatu mineral. Contohnya ada beberapa
mineral yang mudah dibelah seperti kalsit dan gypsum. Bidang belahan itu sering
dianggaap sebagai bidang sisi Kristal. Kebanyakan belahan sangat kuat dalam satu arah,
dala arti kata menurut bidang yang sejajar dan mempunyai letak kedudukan tertentu
terhadap poros kristal
5. Kekerasan
Daya tahan mineral jika digores dengan benda tajam dan memmiliki skala
kekerasan berupa skala Mohs, yang paling rendah adalah talk dan yang tertinggi yaitu intan.
Berdasarkan dari peranan mineral, mineral dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai
berikut :
1. Mineral Primer, yaitu mineral yang merupakan standar baku dalam penamaan
batuan tapi tidak perlu terdapat dalam jumlah yang banyak. Contoh : felspar, kuarsa
dan plagioklas
2. Mineral sekunder adalah mineral yang terbentuk dari hasil pelapukan atau hasil
metamorfosis mineral primer. Contoh : Klorit
3. Mineral tambahan yaitu mineral yang terbentuk olrh kristalisasi magma. Contoh
zirkon.
Kasiterit merupakan sumber utama bijih timah. Mineral kasiterit mpi komposisi
kimia SnO2 yg memiliki kandungan Sn sebanyak 78.77% dan Oksigen sebanyak 21.23%.
Kasiterit bisa ditemui berwarna kuning keperangan, perang kecoklatan hingga hitam dan
mempamerkan kilauan bergemelapan hingga sublogam. Hablurnya bersistem tetragon dan
sering ditemui berbentuk prisma yg runcing di kedua - dua hujungnya (dwipiramid).
kadang kala mineral ini ditemui masif, Ciri penting Kasiterit ialah sifatnya yg sangat tumpat
(SG 6.8-7.1) dan keras (6-7 Mohs).
Dari segi geologi, mineral kasiterit terbentuk pada fasa akhir penghabluran batuan
igneus. Kasiterit yg tertabur di dalam igneus masif ini dikenali sebagai longgokan bijih
timah primer. Ia terbentuk persekitaran suhu dan tekanan tinggi. Bijih timah primer
menyumbang kira-kira 20% dari pengeluaran bijih timah dunia. Longgokan jenis ini
berasosiasi dengan pegmatit kaya timah (staniferous pegmatites), telerang kuarza (quartz-
cassiterite) dan longgokan sulfida (sulfide-cassiterite).
Batuan pegmatit merupakan sejenis batuan igneus kaya silika yg terbentuk
daripada leburan baki di akhir fasa penghabluran magma. Komposisi mineralnya hampir
sama dengan granit tetapi mempunyai mineral yg sangat kasar, diantaranya melebihi 3 cm.
Leburan kandungan silika yg tinggi, bahan meruap (kebanyakan air) dan ion-ion logam
termasuk Sn. Apabila leburan ini menyejuk, ion Sn akan bergabung dengan silika (SiO2)
lalu membentuk mineral kasiterit (SnO2). Proses ini berlaku jauh di dalam perut bumi dan
dikenali sbg longgokan hipoterma. Kasiterit jenis ini sebagai hablur dwipiramid hitam yg
tertabur secara rawak di dlm jasad pegmatit.
Kasiterit juga boleh terbentuk di dalam batuan igneus yang kaya mika dan
terbentuk dari uap panas. Longgokan ini dikenali greisen dan terbentuk di akhir fasa
penghabluran magma. Dlm proses ini, Sn diangkut dlm bentuk fluorida (SnF4) sebelum ia
bertindakbalas dgn air utk menghasilkan kasiterit (Sno2).

Sumber: Anonim, 2010.


Foto 2.1
Mineral Kasiterit

Dalam menentukan kadar suatu mineral dapat digunakan beberapa metode, salah
satu metode paling sederhana untuk menentukan salah satu kadar adalah grain counting
yang dimana pada prosesnya menggunakan bantuan alat sejenis kertas ukur seperti
milimeter blok berukuran 10 X 10 cm² atau lebih yang terbagi dalam beberapa bagian
dengan ukuran 1 X 1 cm² atau 0,5 X 0,5 cm², kegiatan ini dilakukan untuk mengadakan
pemisahan terhadap mineral yang berbeda dalam sifat fisiknya dengan tujuan untuk
menentukan kadar suatu mineral. Perhitungan untuk menentukan kadar mineral berharga
dari hasil grain counting dapat digunakan rumus : (bila bahan yang digunakan berupa
kasiterit atau kuarsa)

𝑛𝑆𝑛𝑂2 × 𝜌𝑆𝑛𝑂2
𝐾𝑆𝑛𝑂2 =
(𝑛𝑆𝑛𝑂2 × 𝜌𝑆𝑛𝑂2 ) + (𝑛𝑆𝑖𝑂2 × 𝜌𝑠𝑖𝑂2 )

Keterangan :
𝐾𝑆𝑛𝑂2 : Kadar kasiterit pada tiap kotak (%)
𝑛𝑆𝑛𝑂2 : Jumlah butir kasiterit per kotak
𝜌𝑆𝑛𝑂2 : Density kasiterit (7 ton/m³)
𝑛𝑆𝑖𝑂2 : Jumlah butir kuarsa per kotak
𝜌𝑆𝑖𝑂2 : Density kuarsa (2,65 ton/m³)
Sumber: Nelson, 2011.
Foto 2.2
Penentuan Kadar
DERAJAT LIBERASI

Proses pengolahan bahan galian merupakan jembatan antara penambang dengan


ekstaksi logam (metallurgy extaction). Karena pengolohan bahan galian mendasarkan atas
asifat fisik mineral, maka informasi mengenai mineral yang terkandung dalam bahan galian
sangat diperlukan misalnya seperti macam dan komposisi mineral dalam bahan galian,
kadar masing-masing mineral, besar kecilnya ukuran (distribusi ukuran), derajar liberasi
(kebebasan).
Pengolahan bahan galian atau biasa disebut dengan mineral dressing ialah suatu
isitillah umum yang biasa digunakan dalam proses pengolahan semua jenis bahan galian
maupun mineral yang berasal dari endapan-endapan alam yang ada pada kulit bumi, untuk
dapat dipisahkan menjadi produk-produk berupa satu macam ataupun lebih dari mineral
berharga dan sisanya dianggap sebagai mineral yang kurang berharga atau pengotor yang
terdapat bersama-sama dengan alam.
Pengolahan bahan galian terdiri dari beberapa jenis, diantaranya:
1. Mineral dressing, merupakan suatu proses pengolahan bahan galian anorganik
yang dilakukan sacara mekanis tanpa mengubah sifat kimianya dan sifat fisiknya
dari mineral-mineral tersebut atau dapat dikatakan bahwa perubahan hanya
sebagian dari sifat fisiknya saja.
2. Extractive metalurgy, ialah salah satu proses poengolahan bahan galian anorganik
sama dengan mineral dressing, akan tetapi dalam prosesnya mineral-mineral ini
mengalami perubahan seluruhnya baik dari sifat fisik mauppun sifat kimianya.
3. Fuel technology, merupakan suatu proses pengolahan bahan galian organik dimana
dalam prosesnya mengalami perubahan secara menyeluruh baik sifat fisik maupun
kimianya.
Secara umum mineral dressing merupakan suatu proses pengolahan bahan galian
atau mineral hasil proses penambangan dengan tujuan untuk memisahkan mineral berharga
dari pengotornya yang kurang berharga yang keterdapatannya berada pada suatu massa
batuan. Proses pengolahan mineral dressing berlangsung secara mekanis tanpa merubah
sifat kimia dan sifat fisiknya meskipun sifat fisiknya sebagian ada yang terubahkan. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Memperkecil uykuran bahan galian atau mineral, sehingga terjadi liberasi secara
sempurna dari partikel yang tidak sejenis antara batu dengan yang lainnya.
2. Memisahkan partikel yang memiliki kandungan kimia yang berbeda serta sifat
fisik yang berbeda.
Pemisahan bahan galian ini harus dilakukan sesuai dengan prosedur, dengna kata
lain harus menggunakan suatu alat pemisah yang sesuai dengan kondisi fisik maupun kimia
dari bahan galian tersebut. Hal ini bertujuan agar konsentrat yang ingin dipisahkan dari
pengotor suatu bahan galian dapat terpisah secara sempurna dan bisa lebih optimal dalam
proses pemisahannya. Oleh karena itu dilakukan sebuah proses percobaan terhadap bahan
galian maupun alat-alat yang akan digunakan pada proses pemisahannya agar dapat lebih
mengenal tentang proses pengolahan bahan galian dan dapat lebih mudah mengoperasikan
alat-alat dalam pengolahan bahan galian kedepannya.
Dengan kata lain, derajat liberasi merupakan tingkat kebabasan butiran mineral
tertentu dalam satu fraksi ukuran. Sedangkan liberasi adalah suatu proses yang bertujuan
untuk melepaskan mineral berharga dari pengotornya atau mineral ikutan (gangue
minerals) yang terdapat bersamaan dalam suatu massa batuan, sehingga dapat terpisahkan
satu sama lain atau biasa sering disebut sebagai pembebasan mineral berharga dari mineral
ikutannya.
Dari pengertian tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa, derajat liberasi
merupakan suatu perbandingan antara jumlah berat butir bebas dengan jumlah berat butir
bebas sempurna ditambah jumlah butir yang terikatdalam mineral tertentu dalam suatu
fraksi ukuran tertentu dan dinyatakan dalam persen (%). Drajat liberasi dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:

V.butir SiO2 bebas


DL SiO2= ×100%
V.butir SiO2 bebas+V.butir SiO2 terikat

Untuk mengetahui besar nilai derajat liberasis suatu mineral ini harus dilakukan
dengan menganalisakan hasil dari kegiatan grain couning berdasarkan ukuran butirnya.
Sehingga dari data yang diperoleh kita dapat mengetahui nilai derajat liberasi serta kadar
yang terkandung didalam suatu bahan galian tersebut. Sifat fisik mineral sebagai berikut:
1. Hardness (kekerasan)
2. Structure and Fracture, diperlukan dalam menentukan alat penghancur
3. Ikatan mineral dan besar kecilnya kristal
4. Warna dan kilap
5. Spesific Gravity (SG)
6. Magnetic Suceptibility
7. Electro Conducivity
8. Sifat peremukan
Dalam pengolahan bahan galian memiliki 2 tahap untuk melakukan proses
pengolahan yaitu dengan preparasi dan kominusi, dimana preparasi mempersiapkan sampel
yang akan diuji atau dilakukan untuk diproses kepengolahan dimana bertujuan agar
mempermudah untuk melakukan proses selanjutnya, dan kominusi merupakan proses
pengecilan ukuran dengan menggunakan alat mekanis yang bertujuan agar dapat
memisahkan mineral berharga dari pengotornya. Dari melakukan pengolahan bahan galian
ini dapat memperoleh keuntungan yang merupakan, mengurangi ongkos angkut,
mengurangi biaya peleburan, menghasilkan konsentrat dengan kadar yang relatiuf tinggi,
kemungkinan konsentratnya mengandung lebih dari satu mineral.
Proses konsentrasi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa alat, diantaranya :

DULANG
Dulang adalah salah satu alat yang digunakan dalam kegiatan pengolahan bahan
galian tradisional yang memanfaatkan berat jenis suatu material yang berprinsip pada
massa jenisnya (density) dari bahan galian. Dulang pada umumnya dapat digunakan untuk
mendulang bahan galian berupa mineral berat seperti emas (Au), timah (SnO2), dan logam
lainya.

Sumber: Pabwi Syardila, 2014.


Gambar 4.1
Pendulangan
Pendulangan adalah salah satu cara yang dapat digunakan unutk memisahkan
partikel yang dicari dari partikel pengotornya. Cara kerja dari proses pendulangan
memanfaatkan gaya gravitasi dimana partikel yang berat akan mengendap dan pertikel
yang ringan akan dibuang bersama pengotornya. Penggunaan cara kerja seperti ini lebih
dominan di daerah yang endapannya terdapat di area aliran air. Alasan mengapa dekat
dengan air karena berkaitan dengan proses kerjanya. Selain untuk mengetahui jumlah
mineral dan edarannya proses pendulangan dapat juga di manfaatkan uantuk mengetahui
lokasi bahan galian berada.
Sumber: Pabwi Syardila, 2014.
Gambar 4.2
Pendulangan
Dalam pendulangan alat yang digunakan sederhana yaitu dulang terbuat dari kayu
atau dari injuk. Seiring perkembangan zaman alat mendulangan semakin maju ada yang
terbuat dari barang elektronik bekas dan ada juga yang terbuat dari bahan plastik yang
tentunya dapat menghasilkan bahan galian lebih banyak dibanding dengan alat dulang yang
terdahulu.

Sumber: Anonim, 2014.


Gambar 4.3
Gold Pan
Dalam kegiatan mendulang ada teknik tersendiri agar mineral berharga yang
didapat lebih banyak, tidak hanya asal goyang saja akan tetapi butuh perhitungan
penggoyangan dalam melakukannya.
Kegiatan dulang banyak dilakukan di daerah yang ada aliran airnya (DAS) seperti
disungai karena memang kegiatan pendulangan sangat bergantung pada media air.
Biasanya pendulangan dilakukan untuk mencari bahan galian emas dan timah atau juga
logam lainnya.
Pendulangan juga dilakukan dalam tahap awal eksplorasi yaitu untuk menentukan
macam jenis bahan gallian dalam suatu tempat atau wilayah eksplorasi. Biasanya
pendulangan dilakukan hanya untuk mendapatkan jenis bahan galian sebagai sampel yang
selanjutnya akan diteliti lebih lanjut di laboratorium.
Dalam pendulangan, alat yang digunakan harus digoyangkan atau diputar agar
terjadi arus turbulensi yang menyebabkan bahan galian yang berada dialat mengendap
dibawah sedangkan pengotor-pengotornya terbawa keatas lalu terbuang.
Alat yang digunakan dalam pendulangan biasanya mempunyai diameter 50cm dan
tinggi 30cm merupakan alat yang cukup besar untuk digunakan secara manual, hal tersebut
dimaksudkan agar bahan galian dan air dapat langsung tertampung banyak dalam alat
dulang tersebut maka dari itu dapat mempersingkat waktu pengerjaan juga.

Sumber: Anonim, 2013.


Gambar 4.4
Alat dulang tradisional
Karena pedulangan dilakukan secara manual, banyak juga mineral berharga lolos
tidak terbawa atau tidak tersangkut dalam alat oleh karena itu dibutuhkan sesuatu untuk
mengikat mineral berharga tersebut yaitu dengan meneteskan cairan merkuri untuk
mengikat mineral berharga tersebut agar tidak lolos dengan pengotornya.
Sumber: Anonim, 2013.
Gambar 4.5
Pembersihan merkuri pada alat dulang
Selain gaya gravitasi yang berhubungan dengan massa jenisnya, gaya-gaya lain yang
berhubungan dengan pendulangan diantaranya adalah:
1. Gaya berat (gravity)
2. Gaya tahanan medium
Dari gaya-gaya tersebutlah yang salah satunya mengakibatkan proses pemisahan
dengan proses pergerakan partikelnya.

SLUICE BOX
Sluice box merupakan suatu alat pengolahan bahan galian yang sering digunakan
pada tambang rakyat ataupun pada PT. Timah. Sluice box biasa disebut dengan nama
palong karena alat ini merupakan alat pengolahan yang berupa talang atau saluran yang
dimana system pengolahannya berdasarkan berat jenisdari sampel.

Sumber: Zihan, 2007


Gambar 5.1
Sluice Box
Sluice box merupakan alat yang berfungsi memisahkan antara konsentrat dengan
tailing berdasarkan prinsip perbedaan berat jenis dengan menggunaka aliran horizontal.
Dimana dalam proses kerjanya, material yang berat jenisnya lebih tinggi akan tertahan pada
riffle yang ada di sluice box sedangkan material yang berat jenisnya rendahakan larut
bersama aliran air.
Sluice box dapat dibuat dari kayu, aluminium, plastik atau baja. Pembuatan kotak–
kotak saluran berfungsi untuk menangkap emas melalui air mengalir yang memindahkan
bahan–bahan ringan seperti tanah liat, pasir dan kerikil keluar dari pintu air. Dengan cara
tersendiri, konsentrasi grafitas ini merupakan suatu proses pemisahan material-material
yang berharga dan pengotornya dalam suatu bahan galian akibat gaya–gaya dalam fluida
tergantung pada perbedaan density bentuk dan ukuran (Sukamto, 2011).
Prinsip sluice box yaitu memisahkan antara mineral berharga dengan yang tak
berharga dengan mendasarkan atas gaya beratnya. Alat ini berbentuk box atau kotak yang
bagian dalamnya dilengkapi dengan riffle, yang gunanya untuk menahan material yang
mempunyai berat jenis relatif besar dibandingkan dengan material lain sehingga mampu
mengimbangi gaya dorong dari aliran air.
Diharapkan dalam proses ini mineral mempunyai berat jenis tinggi akan
mengendap yang nantinya akan diambil sebagai konsentrat sedang mineral yang ringan
akan ikut terbawa aliran air sebagai tailling. Alat sluice box berupa lounder dengan ukuran
panjang biasanya 8–12 meter, lebar berkisar antara 1–1,5 meter.

Sumber: Yulianus, 2011


Gambar 5.2
Sluice Box Bertingkat
Mekanisme pemisahan yang terjadi di dalam alat sluice box sebagai berikut, feed
yang sudah terliberasi sempurna seperti emas, timah, pasir besi dimasukkan kedalam sluice
box bila pada ujung alat sudah terdapat mineral berat berarti alat sudah jenuh maka pada
alat lounder tersebut dibersihkan dengan mengalirkan air pembersih (wash water) dan akan
terjadi pemisahan antara partikel berat dari partikel ringan. Partikel berat akan tertinggal
pada bagian belakang bawah riffle atau akan menempel pada karpet sebagai konsentrat.

Sumber: Gina, 2015


Gambar 5.3
Penampang Melintang Riffler pada Sluice Box
Sluice box biasa digunakan pada tambang semprot untuk lapisan alluvial yang
dimana lapisan alluvial ini disemprot dengan air bertekanan tinggi menggunakan pompa
sederhana untuk melepaskan butiran material berharga dengan fragmen alluvial.
Selanjutnya aliran lumpur alluvial ini disemprotkan kedalam sluice box tersebut untuk
dilakuan proses pemisahan alat. Material berharga yang dicari dengan menggunakan
metode ini umumnya adalah bijih hemas dan timah. Didalam sluice box lumpur hasil
penyedotan konsentrat yang mengandung emas yang terdapat di dalam aliran lumpur dapat
ditangkap dan terendapkan karena berat jenisnya tinggi dengan bantuan dasar sluice box
yang dilapisi karpet. Setelah itu karpet dasaran dari sluice box ini kemudian dicuci dalam
drum tertutup, agar butiran material berharga terlepas dan terkumpul di dalamnya.
Kosentrat yang berisi campuran mineral berat selanjutnya di dulang untuk mendapatkan
butiran emasnya.

Sumber: Tarmizi, 2014


Foto 5.1
Penambangan Menggunakan Sluice Box
Pada saat proses ini biasanya masih banyak material berharga yang ikut terbawa
bersama tailing. Untuk menghindari proses tersebut, pada saat pendulangan campuran
konsentratnya di campurkan dengan air raksa. Hal ini memanfaatkan sifat emas yang hanya
mau bersenyawa dengan unsure air raksa tersebut. Proses tersebut disebut proses
amalgamisasi. Kemudian campuran air raksa dan emas lalu tersebut disaring menggunakan
kain saring untuk mendapatkan konsentrat murni dari emasnya, konsentrat ini biasanya
disebut bulion. Bulion ini kemudian dibakar untuk memisahkan kembali campuran antara
air raksa dan unsure emasnya.
Ada beberapa gaya yang mempengaruhi kegiatan pada alat sluice box, yaitu :
1. Gaya dorong air, merupakan gaya yang dihasilkan akibat fungsi kecepatan relatif
aliran air dan partikel. Dalam prosesnya, partikel bergerak dengan kecepatan yang
dipengaruhi oleh kedalaman airnya.
2. Gaya gesek, ini terjadi antara material dengan dasar papan sluice box (alas alat)
sehingga terjadi pergesekan.
3. Gaya grafitasi,merupakan gaya yang mengakibatkan material jatuh kebawah, gaya
ini terjadi karena berat jenis dari material.

JIG
Salah satu proses pemisahan mineral yaitu jigging, jigging merupakan suatu proses
pemisahan bijih dalam suatu media cair berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral
yang mengakibatkan kesanggupan dari partikel tadi mengatur dirinya dan mengambil
kedudukan atau stratifikasi dalam beberapa lapisan sesuai dengan berat jenisnya dan
kemudian dilanjutkan dengan pengeluaran.
Dalam jigging digunakan daya hidrolis, yaitu bergantian aliran air ke atas dan alira
air ke bawah. Pulsion membuat butiran-butiran mineral terdorong ke atas, dimana butiran
ringan terangkat keatas lebih jauh dari mineral butiran berat. Sedangkan suction, terjadi
pada saat saringan terangkat ke atas, air akan disedot ke bawah sehingga butiran-butiran
turun kembali ke atas saringan.
Differentional Initial Acceleration merupakan tekanan air yang pada saat pulsion
arahnya keatas melalui saringan, membuat butiran-butiran yang diatas saringan sebagai
suatu masa terangkat dan meregang.
Hindered Setling merupakan ketika pulsion, partikel akan terangkat dan karena
campuran solid liquid sangat kental maka partikel tersebut mengatur dirinya menurut
hidered setling.
Consolidation Trickling, pada akhir suction, butiran-butiran besar akan mulai
merapat satu sama lain, butiran-butiran kecil bebas bergerak keatas dan kebawah
menerobos masuk lewat celah-celah butiran besar karena gaya beratnya (gravitasi).
Jigging dilakukan pada alat yang disebut dengan jig, secara garis besar jig terdiri
dari satu tangki yang terbuka dan berisi fluida yang biasanya air. Dibagian atas tangki
dipasang ayakan dimana air dapat dengan leluasa untuk melewatinya. Pada bagian bawah
atau bagian samping dari tangki dipasang alat tertentu yang disebut dengan “Energizing
Unit”. Energizing Unit tersebut adalah alat yang akan menimbulkan gerakan bolak-balik
dari fluida yang ada dibawah ayakan jig. Gerakan fluida keatas disebut dengan “Pulsion”
dan gerakan kebawah disebut dengan “Suction” (hisap).
Umpan berupa slurry dengan 25% - 45% padatan masuk pada salah satu ujung jig
mengalir membentuk arus horizontal dipermukaan jig. Partikel-partikel terutama yang
berbutir halus terbawa arus dan keluar pada ujung yang lainnya. Pengendapan partikel pada
arus horizontal ini mengikuti mekanisme pengendapan seperti pada palong.
Partikel-partikel yang mengendap dari arus horizontal masuk kedaerah dimana
jigging bekerja yaitu daerah antara arus horizontal dan ayakan. Mekanisme jigging seperti
percepatan differensial hindered settling dan trickling bekerja didaerah tersebut yang dapat
dibedakan antara daerah roughing sebelah atas dan daaerah separating dibawahnya.
Partikel-partikel didaerah roughing terutama terdiri dari partikel middling dan partikel
mineral ringan yang berusaha masuk kedaerah separating. Mineral ringan didorong keatas
memasuki daerah tertransportasi dan terbawa arus horizontal. Middling memiliki peluang
masuk kedaerah separating, daerah separating dengan mudah menerima mineral berat dan
berusaha mendorong keatas middling. Consolidation trickling terjadi didaerah ini, mineral
berat dan besar dengan cepat mencapai permukaan ayakan diikuti mineral berat kecil
melalui daerah roughing dan separating, dan dengan mekanisme consolidation trickling
melewati mineral berat besar.
Jig alat pemroses mineral secara luas digunakan dalam konsentrasi gravitasi timah,
tungsten, emas placer, hematit bijih, mangan, titanium, antimon, timah, tantalum, niobium
dan mineral lainnya.
\
Sumber : Rahmat, 2012.
Foto 6.1
Contoh Alat Jig
Dalam hal ini bagian-bagian dari jig dapat dinyatakan sebagai berikut :
1. Plunger
Merupakan suatu batang yang dihubungkan dengan penggerak maupun pengumpil
yang dapat digerakkan dengan eksentrik, plunger berfungsi untuk menimbulkan pulsion
dan suction.
2. Screen
Suatu saringan dari kawat baja yang berfungsi untuk :
a. Pemisahan partikel kasar dan halus.
b. Tempat lewatnya air akibat pulsion dan suction.
c. Sebagai batas bawah dari jig bed.
3. Jig bed/Ragging
Merupakan lapisan dasar yang terdiri dari material yang biasanya mempunyai SG
diantara mineral berat dan mineral ringan atau mempunyai kecepatan jatuh antara mineral
berat dan mineral ringan. Selain berupa material dan berupa bola-bola baja, fungsi jig bed
adalah :
1. Agar gaya pulsion yang mengenai material merata.
2. Memisahkan mineral berat dengan mineral ringan.
3. Mengatur dilasi (membuka dan menutup jig bed).
4. Tank/hutch
Merupakan suatu tabung yang berbentuk trapesium yang biasanya terdiri dari dua
kompartemen yaitu :
a. Plunger kompartemen.
b. Screen dan bed kompartemen.
5. Under Water
Under water berfungsi untuk mengimbangi supaya tidak terlalu banyak A-flow
mengalir kebawah sehingga dapat terjadi apa yang dinamakan gerak pulsasi (gerak keatas
dan hisapan kebawah) disamping adanya perbedaan berat jenis dari material, proses
terjadinya pemisahan pada jig juga karena adanya perbedaan kecepatan air
kebawah.Idealnya kecepatan air keatas besarnya 4x kecepatan air kebawah.
Untuk mendapatkan perbandingan yang ideal tersebut, maka diperlukan under
water. Namun demikian, semakin besar tekanan under water keatas akan semakin kecil
hisapan kebawah. Hal ini mengakibatkan mineral yang berat tidak akan mempunyai
kesempatan untuk turun kebawah menjadi konsentrat, sebaliknya semakin kecil tekanan
under water keatas akan semakin semakin besar hisapan kebawah. Hal ini akan
mengakibatkan mineral ringan akan ikut menjadi konsentrat. Cross flow adalah aliran air
diatas permukaan jig yang mengalir hingga keujung tailing, A-flow adalah aliran air diatas
jig yang menuju kebawah atau dasar jig.
6. Spigot
Adalah sumbatan pada pengeluaran konsentrat yang terbuat dari karet dan
mempunyai lubang ditengah. Fungsi spigot adalah untuk mengatur keluarnya konsentrat
dan agar konsentrat yang keluar tidak banyak mengandung air.
7. Motor
Sebagai penggerak roda eksentrik pada plunger.

SHAKING TABLE
Salah satu alat yang biasa digunakan dalam pengolahan bahan galian yang
memanfaatan sifat fisik bahan galian berupa berat jenis adalah Shaking table. Shaking table
ini merupakan alat yang dibentuk dari suatu meja yang berbentuk persegi ataupun persegi
panjang dan memiliki slop atau sudut kemiringan. Cara penggunaan alat ini biasanya
menggunakan bantuan air yang akan mendorong feed agar masuk kedalam penampungan
sesuai berat jenisnya.
Alat ini memanfaatkan perbedaan berat jenis dari feed dengan melakukan
pergerakan-pergerakan yang dapat memisahkan antara mineral yang memiliki berat jenis
kecil dan mineral yang memiliki berat jenis yang besar dengan pergerakan yang bergetar
atau bergoyang. Alat ini memiliki prinsip kerja yaitu dengan bantuan air akan memisahkan
feed dengan menggunankan aliran air yang tipis (flowing film concentration).
Sumber : Rizki, 2014,
Gambar 7.1
Shaking Table
Partikel ataupun material yang bergerak pada alat shaking table dipengaruhi oleh
gaya-gaya sebagai berikut :
1. Gaya dorong air, gaya ini adalah gaya yang dapat menentukan terhadpa
pemisahan antara feed yang dilakukan pada shaking table. Gaya dorong air
ini adalah gaya yang akan memengaruhi prinsip kerja dari alat shaking
table yaitu dengan menggunakan aliran air yang tipis, karena gaya dorong
air inilah yang akan mengontrol pergerakan dari partikel yang ingin
dipisahkan karena kecepatan dari feed akan mengikuti gaya dorong dari air.
2. Gaya gravitasi, gaya ini merupakan salah satu gaya yang sangat bermanfaat
pada saat proses pemisahan antara mineral berharga dengan mineral
pengotor. Karena adanya perbedaan berat jenis antara material berharga
dan material pengotornya maka akan terjadi pemisahan antara kedua
material tersebut. Pada alat shaking table material yang mempunyai berat
jenis yang besar akan tertahan pada rifle dan jatuh pada bagian
penampungan tyang lebih dekat, sedangkan material yang memiliki berat
jenis yang lebih berat akan terlempar ke tempat penampungan feed yang
paling luar.
3. Gaya gesek antara air dengan permukaan shaking table, gaya ini
merupakan salah satu gaya yang dapat memengaruhi proses pemisahan
mineral pada alat shaking table dikarenakan gaya ini akan menghambat
pergerakan dari mineral sehinga akan membuat mineral-mineral tersebut
dapat terendapkan dan jatuh pada tempat penampungan feed yang sesuai.
Dalam pergerakan aliran air pada alat shaking table ada beberapa faktor yang dapat
memngaruhi hal tersebutt diantaranya adalah:
1. Slope Deck
Slope desk atau yang biasa dikenal dengan kemiringan alat adalah factor yang
pertama yang dapat memengaruhi pergerakan dari aliran air pada alat. Karena semakin
besar nilai slope desk maka kecepatan aliran air akan semakin cepat dan sebaliknya
semakin kecil nila slope desk maka semakin lambat kecepatan aliran air yang dapat
mengalir pada alat.
2. Tebal atau Kecepatan Air
Kedua hal ini yaitu tebal dan kecepatan aliran air sangat berpengaruh terhadap
kecepatan aliran air pada alat ini, apabila semakin besar nilai dari kedua hal ini maka air
yang mengalir pada alat akan semakin besar dan juga proses pemisahan feed akan semakin
optimal, dan juga akan berpengaruh terhadap banyak dan waktu material yang dapat
terpisahkan.
3. Viskositas Fluida
Dalam alat shaking table karena menggunakan air atau fluida sebagai media yang
membantu dalam proses pemisahan feednya maka factor unu menjadi salah satu hal yang
dapat memengaruhi kecepatan aliran pada alat.
4. Bentuk Partikel
Bentuk partikel merupakan salah satu hal yang sangat berpengaruh pada proses
pemisahan material, karena bentuk partikel juga merupakan salah satu factor dalam
besarnya gaya gesekan antara material dengan permukaan alat, apabila partikel berbentuk
meruncing atau irregular maka partikel tersebut akan lebih mudah tertahan pada alat karena
gaya gesek yang terjadi akan besar, sedangkan apabila bentuk partikel membulat maka
partikel akan lebih mudah untuk terbawa air dan memiliki gaya gesek yang kecil.
5. Kekasaran Deck
Kekasaran deck merupakan factor yang dapat memengaruhi gaya gesek yang dapat
ditimbulkan antara feed dan permukaan dari alat, apabila semakin kasar deck maka feed
akan semakin mudah tertahan pada alat, sedangkan semakin halus deck maka feed akan
semakin mudah untuk keluar dari alat.
6. Koefesien Gesekan Partikel
Koefisien gesekan partikel merupakan salah satu nilai yang dimiliki oleh tiap-tiap
material, karena dimiliki oleh tiap material maka nilai dari koefisien gesek ini berbeda-
beda sesuai dengan karakteristik dari masing-masing mineral. Karena nilai ini merupakan
nilai yang sangat erat kaitannya dengan gesekan antara feed dan permukaan alat, koefisien
gesekan partikel sangat berpengaruh pada proses pemisahan pada alat shaking table.
Dalam prinsip kerja alat shaking table material akan bergerak melalui gaya
dorongan air, pada pergerakan material ini ada beberapa hal yang dapat menjadi factor yang
dapat memngaruhi distribusi material ini yaitu :
1. Sifat Riffle
Riffle ini berfungsi untuk menahan gerakan dari feed dan juga riffle ini memiliki
dimensi yang berbeda-beda dan juga bahan yang berbeda-beda dan sangat berpengaruh
pada pergerakan material dalam alat. Pada bagian atas alat riffle memiliki ukuran yang
lebih panjang ketimbang bagian bawah alat.
2. Warter Supply dan Permukaan Desk
Banyaknya air yang diberikan sangat bepengaruh pada pergerakan dan distribusi
dari partikel yang diolah dikarenakan partikel tersebut bergerak berdasarkan dari gaya
dorong air, selain banyaknya air, permukaan dari desk juga sangat berpengaruh pada
distribusi partikel pada alat shaking table ini.
3. Perbedaan Berat Jenis Partikel
Perbedaan berat jenis merupakan hal yang dimanfaatlan untuk melakukan
pemisahan antara mineral berharga dan mineral pengotor menggunakan alat shaking table,
karena hal itu maka perbedaan dari berat jenis partikel dapat berpengaruh pada distribusi
dari partikel pada alat ini.

HYDROCYCLONE
Hidrocyclone merupakan salah satu alat pada proses pengolahan bahan galian yang
berfungsi untuk memisahkan mineral berharga dengan mineral pengotornya. Dasar kata
dari alat ini yaitu hydro yang artinya adalah air dan cyclone yang apabila diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia maka akan berarti pusaran. Jadi berdasarkan pengertian tersebut
didapatkan bahwa hydrocyclone merupakan salah satu alat pengolahan bahan galian dala
tahapan konsentrasi yang menggunakan bantuan dari air dan pusaran air untuk dapat
memisahkan antara mineral berharga dengan mineral pengotornya.
Dalam alat hidrocyclone, dapat dipisahkan berbagai macam wujud mineral
diantaranya adalah misalkan memisahkan material atau partikel yang memiliki wujud
berupa padatan dan cairan maupun juga dapat berupa cairan dan cairan. Hidrocyclone
sendiri memiliki beberapa bagian yang penting diantaranya adalah :
1. Bagian silinder, yang merupakan salah satu bagian yang terbuka dari alat tersebut
dan juga akan dihubungkan dengan bagian dari alat tersebut yang memiliki bentuk
kerucut
2. Bagian atas silinder, bagian ini merupakan bagian yang berada dibagian atas dari
silinder dan bagian ini merupakan bagian yang tertutup oleh plat yang dimana pada
plat tersebut terdapat jalur keluranya overflow dikarenakan plat tersebut telah
tersembung dengan pipa
3. Fortex finder merupakan bagian lanjutan dari tempat keluarnya over flow.yang
terletak pada cylinder.

Sumber : CMK. 2011


Gambar 8.1
Bagian-bagian Hydrocyclone
Pada alat hydrocyclone ini digunakan slurry yang menjadi feed dalam alat tersebut.
Slurry merupakan pencampuran antara bahan-bahan yang ingin dipisahkan material atau
partikel-partikelnya dengan air sehingga bentuk dari slurry tersebut berupa cairan yang
kental. Pada penggunaan alat ini mula-mula slurry dimasukkan kedalam tempat
dimasukkannya feed pada alat ini, setelah itu proses selanjutnya adalah proses pemberian
tekanan yang mana tekanan tersebut merupakan tekanan yang telah dikontrol dan
pengotontrolan tersebut berada pada bagian atas alat ini. Jika diberi tekanan yang telah
dikontrol maka feed yang berupa sluury tersebut akan bergerak dengan kecepatan yang
tinggi dan juga akan menghasilkan gerakan yang berputar mengikut bentuk dari alat
tersebut.
Hydrocyclone ini merupakan alat yang hampira sama dengan humprey spiral yakni
memanfaatkan gaya sentrifugal yang dapat dibuat oleh pergerakan dari slurry tadi yang
diberikan tekanan yang terkontrol dan material tersebut kemudian masuk kedalam mesin
hydrocyclone yang bentuknya berbentuk spiral sehingga akan terbentuk arah berupa arah
tangensial. Akibat adanya pergerakan dari material tersebut yang memiliki arah tangensial,
maka akan terbentuk gaya sentrifugal yang dapat menyebabkan material-material yang ada
pada alat hydrocyclone terlempar kebagian luar dan partikel-partikel tersebut akan
menabrak dinding dan jatuh kedasar alat hydrocyclone. Pada saat bersamaan air yang
berada didaerah alat hydrocyclone akan bergerak kembali keatas sehingga akan membawa
mineral yang memilii massa jenis yang ringan keatas alt tersebut kemudain keluar,
sedangkan mineral atau partikel yang memiliki massa jenis yang lebih berat akan terus
jatuh kedasar alat hydrocyclone.

Sumber : Denny, 2014.


Gambar 8.2
Mekanisme Hydrocyclone
Pada alat hydrocyclone terdapat beberapa factor-faktor yang dapat memengaruhi
kerja dari alat tersebut, diantaranya adalah :
1. Kapasitas dari alat tersebut
2. Kecepatan atau debit air yang diberikan pada alat tersebut
3. Arah dan kecepatan tangensial yang terjadi
4. Gaya sentrifugal yang terjadi pada material yang terdapat pada alat tersebut

Sumber : Ahmad, 2014.


Foto 8.1
Hydrocyclone
Pada alat hydrocyclone ini digunakan slurry yang menjadi feed dalam alat tersebut.
Slurry merupakan pencampuran antara bahan-bahan yang ingin dipisahkan material atau
partikel-partikelnya dengan air sehingga bentuk dari slurry tersebut berupa cairan yang
kental. Pada penggunaan alat ini mula-mula slurry dimasukkan kedalam tempat
dimasukkannya feed pada alat ini, setelah itu proses selanjutnya adalah proses pemberian
tekanan yang mana tekanan tersebut merupakan tekanan yang telah dikontrol dan
pengotontrolan tersebut berada pada bagian atas alat ini. Jika diberi tekanan yang telah
dikontrol maka feed yang berupa sluury tersebut akan bergerak dengan kecepatan yang
tinggi dan juga akan menghasilkan gerakan yang berputar mengikut bentuk dari alat
tersebut.

HUMPREY SPIRAL
Humprey Spiral adalah salah satu bagian dari Gravity Concentration yang prinsip
kerjanya merupakan menggunakan Water Impulse, Water Impulse mempunyai komponen
yang terdiri dari Spiralcurved Bottom Launder dengan diameter spiral yang prinsipnya
sama mengelilingi suatu sumbu vertikal.
Alat dari Humprey Spiral masih berupa launder yang melingkar membentuk spiral,
dengan demikian semakin panjang launder maka akan berbanding lurus dengan konsentrat
yang dihasilkan akan semakin memiliki nilai tinggi kadarnya. Terjadinya pemisahan di
dalam Humprey Spiral yakni feed dimasukkan ke dalam feed tank, melalui pompa feed
dihiisap masuk ke dalam cyclone. Di dalam cyclone cairan dengan yang kental dipisahkan,
selanjutnya cairan yang encer tadi dialirkan ke atas ke dalam lounder sebagai wash water,
sedangkan pulp yang kental melalaui lounder dialirkan ke atas menuju feed box sebagai
umpan.
Launder yang ada berbentuk seperti spiral tersebut dibentuk atau terbuat dari
material berupa besi cor yang dibuat dalam bagian-bagian yang bagian-bagian tersebut
dapat disambung-sambung. Jumlah dari putaran pada alat humpry spiral ini banyaknya
putaran dapat dilihaat dari material yang bekerja pada mesin tersebut, biasanya putaran
yang digunakan pada alat ini mencapai kisaran antara 3 sampai 6 putaran. Tetapi pada
material batu bara yang dikerjakan oleh alat humprey spiral putaran yang digunakan
biasanya yakni 6 putaran dan menggunakan dasar saluran yang lebih landai. Humprey
spiral biasanya dipakai untuk mengolahan mineral-mineral yang memiliki massa jenis
yang besar seperti timah, zircon, monasit, rutil dan tungsen.
Pada proses pemisahan menggunakan alat humpey spiral, feed yang dimasukkan
berupa slurry, slurry merupakan campuran mineral yang akan dipisahkan dengan mineral
berharganya yang telah tercampur dengan air. Pada proses pemisahannya slurry tersebut
akan dimasukkan kedalam humprey spiral pada bagian feed box nya yang terletak pada
bagian atas alat. Pemisahan pada alat humprey spiral dibantu dengan bantuan air yang
fungsinya sebagai pemberi daya dorong kepada partikel mineral yang dimasukkan kedalam
alat tersebut sehingga partikel mineral tersebut akan ikut terbawa oleh arus air tersebut dan
akan bergerak mengikuti bentuk dari alat humprey spiral yaitu berbentuk saluran spiral.
Pada alat humprey spiral terdapat beberapa gaya-gaya yang bekerja dalam membantu
proses pemisahan mineral tersebut diantaranya adalah :
a. Gaya Berat
b. Dorongan air
c. Gesekan partikel dengan spiral

Sumber : erickal, 2010


Gambar 9.1
Contoh Alat Humprey Spiral
Karena bentuk lounder ini melingkar seperti spiral dari atas ke bawah, maka terjadi
gerak arus sentrifugal, sehingga material yang ringan sebagai tailing akan terletak dibagian
luar sedangkan yang berat ada di dalam sebagai konsentrat. Mineral-mineral berat akan
mengalir terus dan masuk ke dalam port.
Pemisahan mineral-mineral dengan menggunakan humprey spiral prinsip dasar
utama mesin tersebut bekerja adalah aliran fluida yang horizontal. Gaya-gaya yang
berpengaruh dalam proses penggunaan alat humprey spiral ini adalah gaya dorong air, gaya
gesek, gaya gravitasi, gaya sentrifugal. Gaya tadi merupakan gaya yang diakibatkan dari
mesin yang bekerja atau merupakan prinsip kerja dari alat humpray spiral tersebut.
Sumber : Jefri Siahaan, 2010.
Foto 9.1
Alat Humprey Spiral
Proses pemisahan antara material yang ringan dan yang berat dapat dilihat pada
gambar. Dari gambar terlihat bahwa mineral yang ringan terletak di bagian luar dari
lounder, di mana mineral ringan ini akan terus terbawa oleh aliran air sebagai tailing.
Sedangakan mineral yang berat berada di bagian dalam dari lounder, di mana mineral berat
ini akan terus di alirkan dan masuk di dalam port sebagai konsentrat. Kadar konsentrat
yang dapat dihasilkan pada proses humpery spiral ini bisa mencapai 80% konsentrat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan diamati dalam mekanisme kerja humprey
spiral ini adalah diameter bukaan luonder, kemiringan dari lounder, tinggi/panjang
lounder, keseragaman ukuran butiran material, kecepatan aliran air sebagai wash water,
fluida yang digunakan sebagai media pemisahan mineral.
Dari kelebihan yang dapat pada pemisahan mineral dengan menggunakan alat
humprey spiral adalah ongkos instalasi dan ongkos perawatan rendah, ongkos operasi
rendah, dapat memisahkan mineral berharga dengan mineral tidak berharga dalam jumlah
yang besar, kadar konsentrat yang diperoleh dari alat humprey spiral bisa mencapai 80%.
Kekurangan yang terdapat pada pemisahan mineral dengan menggunakan alat
humprey spiral ini adalah ukuran dari feed yang perbolehkan terbatas, biasanya ukuran feed
antara 14 dan 400 mesh, tetapi pemisahan mineral bijih besi bisa di atas 10 sampai 10 mesh
dan diperlukan suplay air yang cukup atau sirkulasi air dan pengolahannya yang digunakan
pada proses pemisahan mineral sebagai medium wash water.
SPIRAL CLASSIFIER
Dalam tahapan kegiatan pertambangan salah terdapat salah satu tahapan yaitu
tahapan pengolahan bahan galian. Pada tahapan ini terdapat porses pemisahan dimana
proses pemisahan ini dilakukan untuk memisahkan antara mineral berharga dengan mineral
pengotornya, dan biasanya proses tersebut disebut sebagai proses konsentrasi. Terdapat
berbagi metode yang dapat digunakan untuk memisahkan mineral berharga dari mineral
pengotornya contohnya adalah dengan memanfaatkan sifat fisik dari mineral-mineral yang
berbeda-beda. Salah satu sifat fisik yang dapat dimanfaatkan yaitu sifat dari ukuran butir
mineral, dengan memanfaatkan ukuran butir dari mineral yang berbeda-beda, dapat
dilakukan pemisahan antara ukuran butir mineral berharga dengan mineral pengotornya.
Dalam pemisahan mineral berdasarkan ukuran butir ini terdapat salah satu jenis
alat dalam bahan galian yang memanfaatkan metode ini yaitu spiral classifier. Berdasarkan
nama dari Spiral classifier dapat diketahui bahwa alat ini berbentuk spiral dan spiral
tersebut sangat berperan penting untuk memisahkan mineral berdasarkan ukuran butirnya.
Dan dengan menggunakan alat ini kegiatan yang dilakukan oleh alat ini dapat digolongkan
kedalam mechanical classifier (pengklasifikasian mineral secara mekanis). Karena ada
beberapa jenis alat dalam pengolahan bahan galian yang bentuknya juga spiral maka
tentunya terdapat perbedaan dari tiap alat tersebut sesuai dengan prinsip yang digunakan
oleh alat tersebut, perbedaan alat ini dengan alat yang lain adalah spiral dari alat ini
diletakkan pada tempat yang menyerupai bathub yang memiliki kemiringan tertentu dan
karena memiliki kemiringan maka alat pada alat ini terdapat dua bagia, yaitu bagian yang
tinggi dan ada juga bagian yang rendah. Pada alat ini digunakan mesin berupa motor yang
berfungsi untuk sebagai penggerak dari spiral agar dapat bergerak atau berputar dan karean
terjadi perputaran pada spiral maka akan terjadi proses pemisahan mineral atau batuan.

Sumber: Xingbang, 2017


Gambar 10.1
Bagian-bagian Spiral Classifier
Berdasarkan bentuk dari alat spiral classifier di atas, dapat diketahui bahwa pada
alat ini terdapat beberapa hal yang dapat memengaruhi kerja alat ini yaitu :
1. Kemiringan alat
Kemiringan dari alat ini dapat diatur berdasarkan pada kekasaran mineral yang
akan kita pisahkan menggunakan alat ini, apabila minearal yang ingin dipisahkan
memiliki sifat yang kasar maka kemiringan yang dianjurkan untuk alat ini yaitu
sebesar 2,5 – 3,5 inchi per feet, sedangkan apabila mineral yang ingin dipisahkan
memiliki sifat yang halus maka kemiringan yang dianjurkan 1,5 -2,5 inchi per feet.
2. Feed Rate
Dalam pengolahan bahan galian menggunakan alat ini dikenal istilah yaitu
overflow dan underflow. Overflow merupakan istilah untuk mineral yang memiliki
sifat yang halus dan biasanya menjadi mineral konsentrat yang diambil dari proses
pemisahan menggunakan alat spiral classifier sedangkan istilah underflow
merupakan istilah yang digunakan untuk menamai mineral yang menjadi mineral
pengotor dari proses pengolahan bahan galian menggunakan alat spiral classifier
dan biasanya berbentuk besar-besar dan kasar. Feed rate merupakan bagian alat
yang berfungsi sebagai penyaring untuk bentuk dan besar feed yang akan keluara
menjadi overflow.
Selain kedua hal diatas, terdapat beberapa variable atau factor yang dapat
memengaruhi kerja alat spiral classifier yaitu pada faktir persedn solid dari feed, kecepatan
memasukkan umpan, ukuran dari umpan dan lainnya, persen solid yang dianjurkan untuk
digunakan pada alat ini yaitu sebesar 60%.
Alat Spiral Classifier menggunakan prinsip kerja yang berdasarkan dari zona-zona
pengendapan yang akan terjadi pada alat ini dan dapat dibedakan menjadi sebagai berikut
:
1. Horizontal overflow zone
2. Hindered settling zone
3. Dead bed zone
4. Sand cleaning and removal area
Sumber: Iqbal, 2013
Gambar 10.2
Zona-zona Pengendapan Classifier
Pengelompokkan zona pengendapan pada alat ini didasarkan pada proses
pemisahan mineral yang berlangsing selama proses kerja alat ini yaitu apabila mineral-
mineral yang memiliki sifat yang lebih halus dan merupakan overflow akan tepisah dari
mineral yang merupakan mineral underflow yang akan mengendap.

Sumber: Iqbal, 2013


Gambar 10.3
Prinsip Kerja Spiral Classifier (Perputaran Spiral)
Material-material yang menjadi umpan pada alat ini sebelumnya telah mengalami
proses crushing dan grinding. Sehingga pada alat ini terjadi proses pemisahan berdasarkan
perbedaan ukuran butir dan juga ukuran produkta yang dianjurkan untuk dipisahkan
menggunakan alat ini yaitu sebesar 20# - 300# dan dapat memudahkan pada tahapan
screening.
Dalam pemisahan mineral berdasarkan ukuran butir ini terdapat salah satu jenis
alat dalam bahan galian yang memanfaatkan metode ini yaitu spiral classifier. Dalam
tahapan kegiatan pertambangan salah terdapat salah satu tahapan yaitu tahapan pengolahan
bahan galian. Pada tahapan ini terdapat porses pemisahan dimana proses pemisahan ini
dilakukan untuk memisahkan antara mineral berharga dengan mineral pengotornya, dan
biasanya proses tersebut disebut sebagai proses konsentrasi. Terdapat berbagi metode yang
dapat digunakan untuk memisahkan mineral berharga dari mineral pengotornya contohnya
adalah dengan memanfaatkan sifat fisik dari mineral-mineral yang berbeda-beda. Salah
satu sifat fisik yang dapat dimanfaatkan yaitu sifat dari ukuran butir mineral, dengan
memanfaatkan ukuran butir dari mineral yang berbeda-beda, dapat dilakukan pemisahan
antara ukuran butir mineral berharga dengan mineral pengotornya.

FLOTASI
Flotasi merupakan salah satu metode pengolahan bahan galian yann berasal dari
kata float yang memiliki arti yaitu mengapung. Karena berasal dari kata dasar mengapung
maka flotasi merupakan salah satu metode pemisahan bahan galian antara mineral yang
berharga dan mineral pengotornya. Flotasi memanfaatkan sifat dari mineral yaitu dengan
menggunakan perbedaan fase mineral yang memiliki batasan antara fase padat dari mineral,
fase cair dari air dan juga fase gas dari udara. Flotasi dapat diartikan sebagai pemisahan
mineral yang dilakukan melalui cara pengapungan. Cara yang digunakan dalam metode
flotasi ini yaitu dilakukan pemisahan melalui penentuan kontak antara tiga fasa yaitu padat,
cair dan gas. Pada fasa padat partikel yang akan dipisahkan akan mengalami pengapungan,
dan pada fasa cair menggunakan larutan aqua elektrolit dan pada fase gas dipakai udara.
Zat anorganik yang ada di alam pada umumnya merupakan zat yang dapat dibasahi oleh
fasa cair (aqua). Karena hal inilah maka dalam melakukan pengolahan bahan galian
mengguakan metode flotasi hal yang paling awal dilakukan yaitu melakukan penggantuian
pada fasa fasa padat-cair menjadi fasa antara padat
Butiran mineral memiliki sebuah sifat yang disebut sebagai daya apung. Daya
apung ini dapat diartikan sebagai kemampuan butiran mineral untuk dapat mengapung dan
kemampuan ini tergantung dari adanya tendensi atau hasrat dari butiran mineral tersebut
untuk mengikatkan butirannya pada gelembung-gelembung udara yang ada dan juga
ukuran dari gelembung udara tersebut biasanya raltif lebih besar dari pada butiran mineral
tersebut dan karena butiran mineral tersebut terikat maka akan mengikuti gerakan
gelembung udara yang akan mengapung dan naik ke permukaan pulp. Kemampuan apung
suatu butiran mineral ini dapat tergantung dari bagaimana sifat fisik butiran mineral tersebu
, seperti bagaimana sifat permuakaan dari butiran mineral tersebut. Namun sifat permukaan
pada butiran mineral tersebut dapat dikontrol menggunakan reagen kimia yang berbeda-
beda sehingga dalam proses flotasi dapat diatur bagaimana daya apung dari butiran mineral
yang diinginkan
Sumber : Ardra, 2014.
Gambar 11.1
Ilustrasi Proses Flotasi
Pada proses pengolahan bahan galian menggunakan metode flotasi, mineral-
mineral dapat dikelompokkan kedalam beberapa kelompok diantaranya adalah :
1. Mineral takut air (Hidrophobik)
Mineral ini merupakan mineral yang memiliki sifat mudah untuk mengikatkan diri
kepada gelembung udara sehingga mineral-mineral yang digolongkan kedalam
kelompok ini merupakan mineral-mineral yang dikehendaki pada proses flotasi ini.
Tetapi sifat ini bertolak belakang dengan permukaan minera yang sukar dibasahi
oleh air dikarenakan butiran mineral ini memiliki lapisan polar.
2. Mineral senang air (Hidrophilik)
Mineral ini merupakan mineral yang memiliki sifat sukar untuk mengikatkan diri
kepada gelembung udara sehingga mineral-mineral yang digolongkan kedalam
kelompok ini merupakan mineral-mineral yang tidak dikehendaki pada proses
flotasi ini. Tetapi sifat ini bertolak belakang dengan permukaan minera yang mudah
dibasahi oleh air dikarenakan butiran mineral ini memiliki lapisan non-polar.
Pada proses flotasi terdapat beberapa prinsip sebagai berikut :
1. Butiran mineral harus menempel pada gelembung
2. Gelembung udara dan butiran mineral harus stabil.
3. Terdapat sifat float dan sink.
Dalam melakukan proses flotasi syarat-syarat yang harus dipenuhi antara lain :
1. Terdapat gelembung udara pada cairan flotasi ( 0,5” – 1”)
2. Harus memiliki ukuran biji yang antara 100 - 200 ( 48 – 50 mesh)
3. Harus memiliki derajat liberasi yang tinggi
4. Feed yang berbentuk pulp (lumpur)
Terdapat sudut kontak yang baik, sudut kontak merupakan sudut yang dibuat
karena adanya pertemuan gelembung udara dan mineral pada suatu titik singgung.
Sudut kontak yang baik yaitu sekitar 60° – 90°. Jika sudut kontaknya segini maka
adhesi yang dihasilkan akan besar sehingga mineral dapat mengapung.
5. Memiliki pH larutan yang kritis.
Selain proses flotasi yang memiliki syarat-syarat, alat flotasi juga harus memenuhi
beberapa syarat beritkut :
1. Mempunya penerima feed yang bentuknya pulp dan juga penampung
konsentrat
2. Dalam alat tersebut haruslah terdapat udara yang dapat masuk kedala alat
tersebut atau bisa juga alat tersebut harus dapat menghasilkan aliran udara.
3. Feed yang digunakan haruslah dalam bentuk pulp.
Karena terdapat perbedaan sifat permukaan dari butiran mineral dalam proses
flotasi, maka harus ada suatu zat kimia yang dapat menanggulangi perbedaan sifat tersebut
yaitu zat reagen kimia, reagen kimi berfungsi untuk melakukan pengubahan terhadap sifat
permukaan dari butiran mineral. Reagen kimia yang biasanya dipergunakan dalam proses
flotasi antara lain :
1. Kolektor (Collector) merupakan salah satu reagen kimia yang fungsinya adalah untuk
mengubah sifat permukaan dari butrian mineral berupa merubah sifat dari butrian
mineral yang pada awalnya mineral tidak suka air menjadi mineral yang suka air,
tergantung dari keadaan yang dikehendaki. Contohnya : Solar, sabun.
2. Modifier adalah suatu bahan kimia yang dapat berfungsi untuk mengubah dan
memengaruhi kerja dari reagen kolektor.
3. Frother (Pembusa) merupakan suatu zat yang berfungsi untuk menstabilkan
gelembung-gelembung udara yang terjadi pada saat proses flotasi berlangsung.
Contohnya : Diterjen.
Cara yang digunakan dalam metode flotasi ini yaitu dilakukan pemisahan melalui
penentuan kontak antara tiga fasa yaitu padat, cair dan gas. Pada fasa padat partikel yang
akan dipisahkan akan mengalami pengapungan, dan pada fasa cair menggunakan larutan
aqua elektrolit dan pada fase gas dipakai udara. Zat anorganik yang ada di alam pada
umumnya merupakan zat yang dapat dibasahi oleh fasa cair (aqua).
MAGNETIC SEPARATOR
Perbedaan sifat fisik dari mineral dalam hal sifat magnetic dapat berguna dalam
pengolahan bahan galian. Dalam pengolahan bahan galian pemanfaatan sifat magnetic dari
suatu mineral ataupun partikel dapat digunakan untuk melakukan pemisahan antara mineral
yang berharga dan mineral pengotornya. Perilaku suatu mineral terhadap magner dapat
ditentukan oleh sifat kemagnetan yang dimiliki mineral tersebut. Perilaku mineral tersebut
dalam suatu medan magnet biasanya disebut sebagai magnetic susceptibility. Dalam sifat
magnet suatu mineral, apabila mineral tersebut memiliki sifat kemagnetan yang tinggi
maka mineral tarsebut akan lebih mudah unutk terpengaruh oleh suatu medan magnet,
berbeda apabila mineral tersebut tidak memiliki sifat kemagnetan. Apabila mineral tersebut
tidak memiliki sifat kemagnetan maka mineral tersebut tidak akan dipengaruhi oleh suatu
medan magnet. Mineral yang memiliki sifat kemagnetan yang tinggi akan tertarik oleh
medan magnet dan mineral tersebut biasanya disebut sebagai mineral magnetic. Proses
pengolahan bahan galia dengan memanfaatkan perbedaan sifat kemagnetan ini disebut
magnetic separation.
Prinsip dari pemisahan mineral menggunakan perbedaan sifat kemagnetan ini
adalah pada perbedaan magnet suscepbility, karena adanya hal tersebut maka akan
menimbulkan suatu perbedaan pada sifat kemagnetan atau pada gaya magnet antara
partikel yang satu dengan partikel yang lainnya melalui suatu medan magnet. Karena
adanya perbedaan gaya magnet ini maka dengan dibantu oleh gaya gravitasi maupun gaya
gesekan akan mengakibatkan suatu penyimpangan antara satu partikel dengan partikel
yang lainnya apabila melalui suatu medan magnet. Sehingga karena adanya perbedaan
tersebut partikel tersebut dapat dipisahkan mana yang konsentrat, middling dan juga tailing.
Dalam alat magnetic separator, mekanisme nya yaitu butiran-butiran dari suatu
mineral akan dialirkan menuju ke medan magnet dengan waktu yang singkat, waktu
tersebut biasanya hanya beberapa detik saja. Dalam waktu yang singkat ini harus dilakukan
pengontrolan terhadap gaya magnet atau kemagnetan dari mineral yang kita pisahkan
melalui alat magnetic separator ini. Selain mengontrol sifat kemagnetannya kita juga harus
melihat factor lain yang berpengaruh pada proses pemisahannya yaitu berat jenis,
kecepatan dan juga volumenya.
Sumber : Ardra, 2015
Gambar 12.1
Prinsip Kerja Magnetic Separator
Mineral dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan pada magnetic
susceptibility yaitu :
1. Diamagnetic
Merupakan mineral yang memilii sifat yang tidak menarik magnet atau ditolak
oleh magnet pada semua garis gaya magnet jika mineral tersebut dalam medan
magnet. Sifat ini ada dikarenakan sifat dari mineral itu sendiri yang sukar
untuk menyesuaikan keadaannya dengan keadaan magnet disekitarnya.
Contoh mineral diamagnetik antara lain garnet, pirit, kuarsa, kalsit dan
kasiterit (non magnetic).
2. Paramagnetic
Berbeda dengan diamagnetic, paramagnetic merupakan mineral yang memilii
sifat yang menarik magnet atau ditarik oleh magnet pada semua garis gaya
magnet jika mineral tersebut dalam medan magnet. Sifat ini ada dikarenakan
sifat dari mineral itu sendiri yang mudah untuk menyesuaikan keadaannya
dengan keadaan magnet disekitarnya.. Contoh mineral bijih dari
paramagnetic antara lain siderit, hematit, pirhotit, limonit (weakly
magnetic).
3. Ferromagnetic
Ferromagnetic merupakan kelompok yang hampir sama dengan paramagnetic,
hanya saja pada ferromagnetic sifat dari kemagnetannya lebih kuat apabila
dibandingkan dengan paramagnetic. Contoh mineral bijihnya antara lain
magnetit, ilmenit, franklinite (strongly magnetic).

Sumber : Ardra, 2015


Gambar 12.2
Respon Mineral Terhadap Magnet
Dalam alat magnetic separato ada beberapa factor yang dapat memengaruhi kerja
alat, diantaranya adalah :
1. Sifat Magnet
Sifat magnet merupakan sifat yang dimanfaatkan dalam pemisahan material
pada alat magnetic separator, karena hal itu maka sifat magnet merupakan
salah satu factor yang memengaruhi kerja alat ini. Dalam penggunaan
sifat magnet ini juga harus digunakan dengan seperlunya saja dikarenakan jika
berlebih maka partikel dengan kekuatan magnet yang kecil akan sulit untuk
terpisah.
2. Derajat Liberasi
Semakin besar derajat liberasi maka akan semakin mudah melakukan
pemisahan.
3. Laju alir air
Dalam alat apabila semakin cepat laju air maka proses pemisahan akan semakin
jelek dikarenakan material tidak terpisahkan secara maksimal.
Ada beberapa macam mekanisme pemisahan dengan mengunakan magnetic
separator, yaitu :
1. Horizontal
2. Vertikal
3. Drum Magnetic
4. Roll Induksi
ELECTROSTATIC SEPARATOR
Electrostatic Separator atau High Tension Separator, merupakan alat dalam
pengolahan bahan galian yang digunakan untuk melakukan pemisahan antara material yang
memiliki sifat kelistrikan atau konduktor dengan ,ineral yang tidak memiliki sifat
kelistrikan atau non konduktor. Pada alat ini dimanfaatkan sifat dari mineral yaitu sifat
electrical conductivity dari mineral tersebut atau biasa disebut dengan sifat kelistrikannya.
Pada keterdapatan mineral dialam banyak mineral yang memiliki sifat kelistrikan yang
tinggi dan ada juga mineral yang tidak memiliki sifat kelistrikan. Mineral yang memilki
sifat kelistrikan atau mineral konduktor merupakan mineral yang mudah menerima ion
negative dan juga mudah melepaskannya, sedangkan mineral yang tidak memilki sifat
kelistrikan atau non konduktor sukar untuk menangkap ataupun menerima ion negative.
Alat Electrostatic Separator ini terdiri dari beberapa bagian, diantaranya :
1. Hopper, dalam alat electrostatic separator hopper ini adalah penampung feednya.
Selain untuk menampung feed hopper ini juga berfungsi untuk memanaskan feed
agar feed tersebut selalu dalam keadaan yang kering dan tidak basah dikarenakan
apabila keadaannnya basahmaka proses pemisahan akan menjadi tidak efektif.
2. Feeder (pengatur feed), merupakan alat yang menjadi bagian dari hopper. Alat ini
berguna agar feed yang masuk ke rotor hanya satu lapis, apabila hanya satu lapis
maka akan mm=embuat proses pemisahan jadi lebih efektif dan jadi lebih baik.
3. Rotor, merupakan alat yang bentuknya silinder yang kan bergerak berputar pada
porosnya. Dihubungkan dengan suber tegangan sehingga bermuatan positif (+).
4. Electrode, merupakan sumber ion bombardement.
5. Splitter, adalah bagian alat yang berfungsi untuk memisahkan hasi dari proses
pemisahan yang telah dilakukan dan bentuknya seperti sekat yang membagi
produk (mideral konduktor, middling dan non kinduktor).
6. Brush (sikat), merupakan alat yang berfungsi untuk menyikat produk yang
sebnarnya tidak harus ikut berputar bersama rotor
7. Rectifier, berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan tegangan.
Sumber : Ardra, 2015
Gambar 13.1
Electrostatic Separator
Mineral konduktor adalah kelompok mineral yang dapat menghantarkan listrik.
Mineral-mineral konduktor memiliki sifat konduktivitas yang tinggi sehingga mineral-
mineral konduktor akan dengan mudah melepaskan atau menerima muatan. Mineral ini
juga akan dengan mudah menyesuaikan diri denagn cara menyesuaikan muatan yang
dimilkinya dengan muatan yang dimiliki oleh lingkungannya atau tempat dimana muatan
tersebut dilepaskan.
Sementara mineral non konduktor merupakan mineral yang tidak dapat
mengahantarkan listrik. Mineral ini berbanding terbalik dengan mineral konduktor karena
mineral ini sukar untuk melepaskan ataupun menerima muatan yang dimilikinya maupun
dari lingkungan. Mineral ini tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga
muatan yang dimiliki mineral kelompo ini akan berlawanan dengan muatan daerah
permukaan tempat dimana mineral itu berada.
Apabila dilakukan pengujian pada kedua kelompok mineral ini dengan
dilakukannya pemberian muatan, sehingga kedua mineral memiliki muatan yang sama
dengan persenan sebesar 100%. Dan setelah dllakukan pemberian muatan pengaruh dari
medan listrik dihilangkan dan setelah itu dapat terlihat perbedaan perilaku yang berbeda
dari kedua mineral tersebut yang disebabkan karena sifat konduktifitasnya.
Pada saat melewati medan korona, mineral konduktor akan tarik menarik dengan
roll putar yang muatannya yaitu positif, hal ini dikarenakan adanya muatan negative yang
berllebihan sehingga kedua nya akan saling tarik menarik dan juga selain itu dikarenakan
sifat dari mineral konduktor yang mudah untuk menerima maupun melepaskan muatan
sehingga muatan negatifnya akan dihantarkan melalui roll putar menuju bumi. Apabila
mineral konduktor mengandung ion positif maka akan terjadi gaya tolak menolak antara
mineral dengan roll putar.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pemisahan dengan electrostatic
separator ini adalah :
1. Kuat tegangan.
2. Kecepatan putar rotor.
3. feed rate (laju umpan).
4. Splitter (posisi pembagi).
5. kelembaban.
6. Keadaan material.

Sumber :Ardra, 2015


Gambar 13.2
Mekanisme Electrostatic Separator
Mineral konduktor adalah kelompok mineral yang dapat menghantarkan listrik.
Mineral-mineral konduktor memiliki sifat konduktivitas yang tinggi sehingga mineral-
mineral konduktor akan dengan mudah melepaskan atau menerima muatan. Mineral ini
juga akan dengan mudah menyesuaikan diri denagn cara menyesuaikan muatan yang
dimilkinya dengan muatan yang dimiliki oleh lingkungannya atau tempat dimana muatan
tersebut dilepaskan.

Anda mungkin juga menyukai