Anda di halaman 1dari 22

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Operasi penggerusan merupakan tahap akhir dari operasi pengecilan ukuran


bijih atau kominusi. Pada tahap ini bijih dikecilkan ukurannya sampai pada ukuran
pemisahan. Mekanisme pengecilannya melibatkan gaya-gaya seperti impact,
kompresi, attrition/abrasi dan shear.
Bijih mempunyai ukuran optimum yang ekonomis agar dapat dipisahkan
secara mekanik dengan memanfaatkan sifat-sifat fisiknya. Ukuran optimumnya
tergnatung pada ukuran liberasi dari mineral berharga atau gangue dan ukuran
pemisahan yang diperlukan pada proses berikutnya.
Bijih yang kurang tergerus, akan menghasilkan bijih berukuran kasar dan
mineral berharga tidak terbebaskan dari ikatannya dengan gangue. Hasil konsentrasi
tidak optimum, yang direpresentasikan oleh recovery yang rendah atau kadar yang
rendah. Kurang tergerusnya bijih dapat dilihat dari pemakaian energi yang rendah
pula.
Sebaliknya bilah bijih tergerus berlebih, maka penggerusan akan
menghasilkan kuran bijih yang terlalu halus. Hal ini dapat menghasilkan bijih dengan
liberasi yang tinggi. Hasil pemisahan dapat meningkatkan kadar mineral beberapa
dalam konsentrat, namum ukuran yang terlalu halus dapat menurunkan recovery.
Bijih yang tergerus berlebih menyebabkan pemakaian energi yang besar. Operasi
penggerusan, grinding dapat dilakukan secara kiring atau basah. Beberapa kriteria
yang digunkan untuk penentuan grinding dilakukan secara kering dan basah terlihat
dari umpan yang akan dimasukkan dan hasil yang lebih maksimal.
Pengolahan bijih adalah menecilkan ukuran bijih dengan peremukan dan
penggerusan yang lebih dikenal dengan sebutan kominusi. Tujuannya disamping
mempersiapkan ukuran yang tepat untuk proses konsentrasi juga sekaligus
membebaskan mineral berharga dari pengotornya (gangue mineral) dan
memperbesar luas permukaan, sehingga kecepatan reaksi pelarutan dapat
berlangsung dengan lebih baik. Tujuan dari percobaan ini adalah memahami
mekanisme penggerusan dan cara kerja alat.

SARWAN SALENG.TB REZKY ANUGRAHWATI


09320160168 09320170166
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud

Maksud dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengenal, mengetahui dan
menguasai ilmu tentang pengolahan bahan galian yang menjadi salah satu aplikasi
dasar dalam dunia pertambangan.
1.2.2 Tujuan
Tujuan kami mengikuti praktikum ini yaitu :
1. Memahami mekanisme penggerusan dan cara kerja alat;
2. Mempelajari pengaruh waktu grinding terhadap halusan hasil gerus.

1.3 Alat dan Bahan

I.3.1 Alat
1. Alat Tulis Menulis;
2. Kalkulator;
3. Neraca Analitic;
4. Ball Mill;
5. Kaos Tangan;
6. Air Plug;
7. Masker;
8. Safety Glass.
1.3.2 Bahan
1. Kertas A4;
2. Problem Set,
3. Batubara.

SARWAN SALENG.TB REZKY ANUGRAHWATI


09320160168 09320170166
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Grinding (Penggerusan)

Grinding adalah metode dalam menghaluskan suatu partikel kasar dan besar
menjadi partikel-partikel lebih halus. Operasi grinding sangat luas penggunaannya
pada proses bijih tambang dan industri semen. Sebagai contoh bijih tembaga, nikel,
kobal dan besi biasanya dilakukan proses grinding sebelum mengalami proses kimia.
Limestone, marble, gypsum, dan dolomite dihancurkan untuk penggunaan sebagai
pengisi kertas, cat dan kertas. Bahan baku untuk industri semen seperti lime, alumina
dan silika digiling dalam skala besar atau dalam jumlah besar.
Sizing (pengayakan) merupakan salah satu metode pemisahan partikel
sesuai dengan ukuran tertentu. Ukuran yang lolos melalui saringan biasanya disebut
sebagai undersize dan partikel yang tertahan disebut oversize. Tujuan proses sizing
adalah :
1. Menguliti bagian kasar dari produk yang akan masih dikenai perlakuan
selanjutnya, biasanya untuk proses reduksi selanjutnya.
2. Memisahkan hasil dari umpan penghancuran sehingga dapat menghemat
tenaga dan mencegah penghancuran berlebihan.
3. Membagi produk-produk yang bernilai komersil.
4. Salah satu langkah dalam proses pengkonsentrasian.
Pengayakan (screening) adalah suatu metode untuk memisahkan partikel
menurut ukuran semata-mata. Partikel yang dibawah ukuran atau yang kecil
(undersize), atau halusan (fines), lulus melewati bukaan ayak, sedang yang diatas
ukuran atau yang besar (oversize), atau buntut (tails) tidak lulus. Satu ayak tunggal
hanya dapat memisahkan menjadi dua fraksi saja setiap kali pemisahan. Kedua fraksi
disebut fraksi yang belum berukuran (unsized fraction), karena baik ukuran terbesar
maupun yang terkecil daripada yang terkandung tidak diketahui. Bahan yang lulus
melalui sederet ayak dengan bermacam-macam ukuran akan terpisah menjadi
beberapa fraksi berukuran (sized fraction), yaitu fraksi-fraksi yang ukuran partikel
maksimum dan minimumnya diketahui. Pengayakan itu kadang-kadang dilakukan
dalam keadaan basah, tetapi lebih lazim lagi dalam keadaan kering.

SARWAN SALENG.TB REZKY ANUGRAHWATI


09320160168 09320170166
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

Ayak yang digunakan di industri biasanya terbuat dari anyaman kawat, sutra
atau plastik, batangan-batangan logam atau plat logam yang berlubang-lubang atau
bercelah-celah atau kawat-kawat yang penampangnya berbentuk baji. Logam yang
digunakan pun bermacam-macam, tetapi yang paling lazim ialah baja atau baja tahan
karat. Ayak-ayak standar mempunyai ukuran mesh yang berkisar antara 4 inci
sampai 400 mesh, sedang ayak yang terbuat dari logam yang digunakan secara
komersial ada yang mempunyai lubang sehalus 1 mm. Ayak yang lebih halus dari
150 mesh jarang dipakai, karena untuk partikel yang sangat halus cara pemisahan
lain mungkin lebih ekonomis. Pemisahan partikel yang ukurannya antara 4 mesh dan
48 mesh disebut ”pengayakan halus” (fine screening), sedang untuk yang lebih halus
lagi dinamakan “ultra halus” (ultra fine).
Ada berbagai macam ayak yang digunakan untuk berbagai tujuan tertentu.
Pada kebanyakan ayak, partikel jatuh melalui bukaan-bukaan dengan gaya gravitasi;
dalam beberapa rancang tertentu partikel itu didorong melalui ayak itu dengan sikat
atau dengan gaya sentrifugal. Partikel-partikel kasar jatuh dengan mudah melalui
bukaan besar permukaan stasioner, tetapi partikel-partikel halus dikocok dengan
sesuatu cara, dengan menggoncang, girasi (ayun-lingkar), atau vibrasi (getaran)
secara mekanik atau dengan listrik.

2.2 Kominusi
Kominusi merupakan salah satu tahapan pada pengolahan bijih, mineral atau
bahan galian. Pada kominusi, bijih atau mineral dari tambang yang berukuran besar
lebih daripada 1 meter dapat dikecilkan menjadi bijih berukuran kurang daripada 100
mikron. Pada umumnya bijih, mineral atau bahan galian dari tambang masih
berukuran cukup besar. Sehingga sangat tidak mungkin dapat secara langsung
digunakan atau diolah lebih lanjut. Bijih atau mineral dalam ukuran besar biasanya
berkadar sangat rendah dan terikat dengan mineral pengotornya. Liberasi mineral
berharga masih rendah pada ukuran bijih yang besar. Sehingga untuk dapat diolah
dan untuk dapat meningkatkan kadar mineral tertentu harus melalui operasi
pengecilan ukuran terlebih dahulu. Operasi pengecilan ukuran bijih umumnya dibagi
dalam dua tahapan yaitu: operasai peremukan atau crushing dan operasi penggerusan

SARWAN SALENG.TB REZKY ANUGRAHWATI


09320160168 09320170166
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

atau grinding. Pada prinsipnya tujuan operasi pengecilan ukuran bijih, mineral atau
bahan galian adalah:
1. Membebaskan ikatan mineral berharga dari gangue-nya.
2. Menyiapkan ukuran umpan sesuai dengan ukuran operasi konsentrasi atau
ukuran pemisahan.
3. Mengekspos permukaan mineral berharga, Untuk proses hyrometalurgi tidak
perlu benar-benar bebas dari gangue.
4. Memenuhi keinginan konsumen atau tahapan berikutnya.

2.3 Tahapan Kominusi


A. Crushing
Crushing biasanya digunakan untuk pengecilan ukuran sampai ukuran bijih
kurang lebih 20 mm, sedangkan penggerusan, grinding digunakan untuk pengecilan
ukuran mulai dari 20 mm sampai halus.
Umumnya pengecilan ukuran bijih dilakukan secara bertahap yaitu:
a. Peremukan tahap pertama, primary crushing, mengecilkan ukuran bijih sampai
ukuran 20 cm.
b. Peremukan tahap kedua, secondary crushing, mengecilkan ukuran bijih dari
sekitar 20 cm sampai 5 cm.
c. Peremukan tahap ketiga, tertiary crushing, mengecilkan ukuran bijih dari 5 cm
menjadi sekitar 1 cm
d. Penggerusan kasar, grinding, mengecilkan ukuran bijih mulai dari sekitar 1 cm
menjadi selkitar 1 mm.
e. Penggerusan halus fine grinding, mengecilkan ukuran bijih mulai dari 1 mm
menjadi halus, biasanya ukuran bijih menjadi kurang dari 0,075 mm.

2.4 Mekanisme Peremukan Aksi Kominusi

Prinsip peremukan adalah adanya gaya luar yang bekerja atau diterapkan
pada bijih dan gaya tersebut harus lebih besar dari kekuatan bijih yang akan diremuk.
Mekanisme peremukannya tergantung pada sifat bijihnya dan bagaimana gaya
diterapkan pada bijih tersebut. Setidaknya ada empat gaya yang dapat digunakan
untuk meremuk atau mengecilkan ukuran bijih.

SARWAN SALENG.TB REZKY ANUGRAHWATI


09320160168 09320170166
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

1. Compression, gaya tekan.


Peremukan dilakukan dengan memberi gaya tekan pada bijih. Peremukannya
dilakukan diantara dua permukaan plat. Gaya diberikan oleh satu atau kedua
permukaan plat. Pada Kompresi, energi yang digunakan hanya pada sebagian lokasi,
bekerja pada sebagian tempat, energi yang digunakan hanya cukup untuk membebani
daerah yang kecil dan menimbulkan titik awal peremukan. Alat yang dapat
menerapkan gaya compression ini adalah: jaw crusher, gyratory crusher, dan roll
crusher.
2. Impact, gaya banting.
Peremukan terjadi akibat adanya gaya impak yang bekerja pada bijih. Gaya
impak adalah gaya compression yang bekerja dengan kecepatan sangat tinggi.
Dengan gaya impak, energi yang digunakan berlebih, bekerja pada seluruh bagian.
Banyak daerah yang menerima beban berlebih. Alat yang mampu memberikan gaya
impak pada bijih adalah impactor, hummer mill.
3. Attrition atau abrasion.
Peremukan atau pengecilan ukuran akibat adanya gaya abrasi atau kikisan.
Peremukan dengan abrasi, gaya hanya bekerja pada daerah yang sempit (di
permukaan) atau terlokalisasi. Terjadi ketika energi yang digunakan cukup kecil,
tidak cukup untuk memecah/meremuk bijih. Alat yang dapat memberikan gaya
abrasi terhadap bijih adalah ballmill, rod mill.
4. Shear, potong.
Pengecilan ukuran dengan cara pemotongan, seperti dengan gergaji. Cara ini
jarang dilakukan untuk bijih
Distribusi ukuran bijih hasil operasi pengecilan, kominusi ditentukan oleh jenis
gaya dan metoda yang digunakan. Pengecilan ukuran bijih yang memanfaatkan gaya
impak, akan menghasilkan ukuran dengan rentang atau distribusi yang lebar.
Sedangkan kominusi yang memanfaatkan gaya abrasi akan menghasilkan dua
kelompok distribusi ukuran yang sempit
A. Grinding
Grinding merupakan proses akhir dari kominusi atau reduksi ukuran. Pada
tahap ini partikel dikecilkan ukurannya dengan kombinasi impact dan abrasi
(attrition dan shear). Proses grinding dilakukan dalam sebuah silinder dari baja yang

SARWAN SALENG.TB REZKY ANUGRAHWATI


09320160168 09320170166
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

berisi media gerus, material yang akan digerus dapat dalam kondisi kering ataupun
basah. Menurut geraknya, grinding mill dibedakan menjadi tumbling mill dan stirrer
mill. Tumbling mill umum digunakan dalam industri pengolahan, ciri khas dari
tumbling mill adalah dinding mill berputar yang memberikan pengaruh terhadap
bergeraknya media gerus dan material. Sedangkan pada stirrer mill, gerakan media
gerus dan material disebabkan oleh pengaduk yang berputar di dalam mill.
Media gerus yang dapat digunakan dalam tumbling mill di antaranya adalah
bola-bola baja atau keramik, batang-batang baja, tanpa media (autogenous) dan semi
autogenous. Berdasarkan media gerusnya, tumbling mill dapat dikelompokkan
menjadi:
a. Ball mill, media gerus berupa bola-bola baja
b. Rod mill, media gerus berupa batang-batang baja berbentuk silinder
c. Pebble mill, media gerus berupa kerikil yang sangat keras
d. Autogenous mill, tanpa media (bijih yang digerus berfungsi sebagai media
gerus)
e. SAG (semi autogenous) mill, media gerus berupa campuran bijih ditambah
bola-bola baja.
Salah satu besaran yang penting dalam operasi kominusi adalah rasio ukuran
bijih awal terhadap ukuran bijih hasil atau produk, atau biasa disebut dengan
reduction ratio atau rasio reduksi. Nilai Reduction ratio akan berpengaruh terhadap
kapasitas produksi dan juga berpengaruh terhadap energi produksi. Pada operasi
crushing, rediction ratio biasanya berkisar antara 2-9. Untuk pengecilan ukuran yang
menggunakan Jaw crusher atau cone crusher akan lebih efisien jika menerapkan
reduction ratio sekitar 7. Pada operasi grinding atau penggerusan reduction rasio
bisa mencapai lebih daripada 200. Artinya ukuran umpan 200 kali lebih besar dari
pada ukuran produk.

2.5 Alat Yang Digunakan Dalam Grinding


Peralatan penggerusan yang dipergunakan adalah :
1. Ball mill dengan media penggerus berupa bola-bola baja atau
keramik.

SARWAN SALENG.TB REZKY ANUGRAHWATI


09320160168 09320170166
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

Ball mill merupakan alat industri yang paling sangat dibutuhkan untuk hasil
yang maksimal dalam kategori penghancuran tingkat halus karena mesin grinding
ball mill ini menggunakan teknologi Balls ( bola – bola ) yang di rancang sehingga
memiliki luas permukaan unit lebih dari rod untuk menghasilkan bahan baku
material yang lebih halus. Prinsip kerja Ball mill adalah memutarkan tabung berisi
dengan peluru besi seperti bola – bola yang sudah diisikan di dalam mesin grinding
tersebut terbuat dari baja. Jika kecepatan putaran terlalu cepat maka bola – bola yang
ada di dalam mesin grinding akan menempel pada tabung dan hasil yang dihasilkan
tidak akan bagus jadi pengaturan harus disesuaikan untuk hasil yang maksimum.

Gambar 2.1 Ball Mill

SARWAN SALENG.TB REZKY ANUGRAHWATI


09320160168 09320170166
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

Gambar 2.2 Bagian – Bagian Ball Mill


2. Rod mill dengan media penggerus berupa batang-batang baja.
Media grinding ini alat ini berupa batang-batang besi/baja yang panjangnyya sama
dengan panjang mill. Cara kerjanya dengan diputar.sehingga batang baja terangkat
llu jatuh dan menjatuhi material yang ada dalam rod mill sehingga hancur.

Gambar 2.3 Rod mill

SARWAN SALENG.TB REZKY ANUGRAHWATI


09320160168 09320170166
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

Gambar 2.4 Bagian - bagian Rod mill

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

Dalam melakukan praktikum pada mata acara grinding mempunyai beberapa


langkah sebagai berikut :
Pertama-tama menyiapkan sampel atau bahan yang akan diperlukan seperti
batubara sebanyak 2 kg.

SARWAN SALENG.TB REZKY ANUGRAHWATI


09320160168 09320170166
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

Gambar 3.1 Persiapan Sampel Batubara Sebanyak 2 Kg

SARWAN SALENG.TB REZKY ANUGRAHWATI


09320160168 09320170166
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

Setelah itu membagi sampel menjadi 2 bagian untuk diuji pada ball mill 15
menit dan 7,5 menit.

Gambar 3.2 Sampel Untuk Ball Mill 15 Menit

Gambar 3.3 Sampel Untuk Ball Mill 7,5 Menit

SARWAN SALENG.TB REZKY ANUGRAHWATI


09320160168 09320170166
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

Sampel yang telah dibagi kemudian dimemasukkan kedalam ball mill lalu
masukkan sejumlah bola baja.

Gambar 3.4 Sampel Batubara yang Dimasukkan Dalam Ball Mill

Gambar 3.5 Bola Baja yang Dimasukkan Dalam Ball Mill

SARWAN SALENG.TB REZKY ANUGRAHWATI


09320160168 09320170166
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

Setelah memasukkan sampel batubara dan bola baja kedalam ball mill
selanjutnya menyalakan alat sesuai waktu yang telah ditentukan (15 menit dan 7,5
menit).

Gambar 3.6 Menyalakan Alat

Setelah mencapai waktu yang ditetapkan alat dimatikan dan kemudian


mengeluarkan material beserta bola baja yang digunakan dari tabung.

Gambar 3.7 Mengeluarkan Material dari Dalam Ball Mill

SARWAN SALENG.TB REZKY ANUGRAHWATI


09320160168 09320170166
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

Material kemudian dikeluarkan dari dalam ball mill dan memasukkan


material yang terlah di grinding ke dalam peralatan ayakan

Gambar 3.8 Mengisi Material Dalam Ayakan

Selanjutnya menghidupkan sieve shaker selama 5 menit.

Gambar 3.9 Sieve Shaker

SARWAN SALENG.TB REZKY ANUGRAHWATI


09320160168 09320170166
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

Setelah 5 menit kemudian material dipindahkan dari tiap ayakan yang


berbeda ukurannya ke dalam kantung sampel yang berbeda dan ditimbang dengan
menggunakan neraca analitic.

Gambar 3.10 Menimbang Material Hasil Ayakan Menggunakan Neraca Analitic

Langkah terakhir yang dilakukan yaitu menimbang berat akhir dari sampel
yang digunakan agar dapat mengetahui berapa banyak sampel yang hilang saat
melakukan grinding.

Gambar 3.11 Menimbang Berat Akhir Sampel

SARWAN SALENG.TB REZKY ANUGRAHWATI


09320160168 09320170166
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Data pengamatan 1


Tabel 4.1 Pengamatan Ball Mill

Ukuran Berat (gr)


(mesh)
5 menit 10 menit
65 256 479

80 2797 3144

100 578 518

150 3594 1800

200 677 873

-200 1911 1760

Total 9813 8574

4.2.2 Data Pengamatan 2


Tabel 4.1 Data Ball Mill 30 Menit

%Berat
Ukura Fraksi Berat % %Berat lolos
tertahan
n (mm) Tertahan Fraksi kumulatif
kumulatif
65 0.210 256 2,60 2,60 97,4
80 0.177 2797 28,50 31,1 68,9
100 0.149 578 5,89 33,99 63,01
150 0.105 3594 36,62 73,61 26,39
200 0.074 677 6,89 80,5 19,5
-200 - 1911 19,47 100 0
Total - 8574 99,97 - -

SARWAN SALENG.TB REZKY ANUGRAHWATI


09320160168 09320170166
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

120

100
f(x) = 19.19 x − 21.32
80 R² = 0.97
60
Linear ()
40 Linear ()
20

0
1 2 3 4 5 6

Grafik 4.1 Grinding 30 Menit


4.2.3 Data Pengamatan 3
Tabel 4. 2 Data Ball Mill 60 Menit

%Berat
Ukura Fraksi Berat % %Berat lolos
tertahan
n (mm) Tertahan Fraksi kumulatif
kumulatif
65 0.210 479 5,58 5,58 94,42
80 0.177 3144 36,66 42,24 57,76
100 0.149 518 6,04 48,28 51,72
150 0.105 1800 20,99 69,27 30,73
200 0.074 873 10,18 74,49 20,51
-200 0 1760 20,52 100 0
Total 8574 99,97

100
90
80 f(x) = 17.28 x − 17.96
70 R² = 0.96
60
50
40 Linear ()
30 Linear ()
20
10
0
1 2 3 4 5 6

Grafik 4.2 Grinding 60 Menit

SARWAN SALENG.TB REZKY ANUGRAHWATI


09320160168 09320170166
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

120

100

80 f(x) = 17.28 x − 17.96


R² = 0.96
60

40 Linear ()
Linear ()
20

0
1 2 3 4 5 6

Grafik 4.3 Perbandingan Grinding 30 dan 60

4.2 Pembahasan

4.2.1 Menghitung P80 jaw crusher, roll crusher 1,25 dan 1,75 cm
1). P80 Ball Mill 5 Menit
y=19,195 X x−21,315
P 80=19,195 X x−21,315
80+21,315 101,315
x= = =5,27 mm
19,195 19,195
2) P80 Ball Mill 10 Menit
y=17,281 x−17,961
P 80=17,281 x−17,961
80+17,961
x= =5,66 mm
17,281

4.2.2 Menghitung Persentase berat hilang ( % Berat Hilang )


1) % Berat Hilang pada Ball Mill 15 Menit
Berat Awal−Berat Akhir
= ×100 %
Berat Awal

10.000−9813
= ×100 %
10.000

= 0,0187 %

2) % Berat Hilang pada Ball Mill 7,5 Menit


Berat Awal−Berat Akhir
= ×100 %
Berat Awal

SARWAN SALENG.TB REZKY ANUGRAHWATI


09320160168 09320170166
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

10.000−8574
= ×100 %
10.000

= 0,1426 %

4.2 Pembahasan

Pada praktikum pengolahan bahan galian mata acara grinding telah kita
lakukan kegiatan grinding dengan sampel batubara seberat 10 Kg. proses grinding ini
dibagi menjadi 2 sesi. Sesi yang pertama selama 30 menit dan sesi yang kedua
selama 60 menit. Pada percobaan ini didapatkan hasil P80 dari grinding selama 30
menit yaitu 5,27 mm dengan berat hilang sebanyak 0,0187 % sedangkan P80 dari
grinding selama 60 menit yaitu 5,66 mm dengan berat hilang sebanyak 0,1426 %.
dapat diketahui bahwa makin makin lama proses grinding dari suatu material maka
akan semakin halus material hasil pengolahannya.

SARWAN SALENG.TB REZKY ANUGRAHWATI


09320160168 09320170166
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum pengolahan bahan galian ini kita melakukan tahap grinding
dimana pada tahap ini material yang dihasilkan akan semakin kecil dari hasil jaw
crusher dan roll crusher. Pada tahap grinding alat yang digunakan adalah ball mill.
Pada saat tahapan grinding kita membandingkan hasil produk dari grinding selama
30 menit dan 60 menit.
Setelah material melalui tahap grinding, selanjutnya material masuk kedalam
tahap screening atau pengayakan. Pengayakan dilakukan untuk mengetahui berat
tertahan dan berat lolos dari hasil grinding. Ukuran ayakan yang digunakan adalah
ukuran 65, 80, 100, 150, 200 dan -200 mesh.
Dapat disimpulkan bahwa semakin lama durasi dari proses grinding maka
akan semakin halus material yang dihasilkan begitupun sebaliknya apabila makin
singkat durasi dari proses grinding maka material yang dihasilkan akan kasar.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk laboratorium


Saran untuk laboratorium agar kiranya melengkapi alat-alat praktikum
timbangan, cawan dan kantong sampel
5.2.2 Saran untuk asisten
Saran untuk asisten agar selalu membantu praktikan dalam pengerjaan
perhitungan dan penyusunan laporan

SARWAN SALENG.TB REZKY ANUGRAHWATI


09320160168 09320170166
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GRINDING

DAFTAR PUSTAKA

Affandi Kosim,dkk.2002.Penentuan Kondisi Optimal Penggerusan Bijih Rirang


Dengan Ball Mill pada Bijih Uranium Rirang.Pusat Pemgembangan Bahan
Galian dan Geologi Nuklir.Batan
Harahap Ali Ihsyn. Iskandar Hartini, Arief Taufik,2016. Kajian Kominusi Limestone
pada area Penambangan PT. Semen Padang (Persero) Tbk. Bukit Karang
Putih Indarung Sumatera Barat.Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung. Bandung
http://www.scribd.com/doc/256586591/Modul-1-Kominusi-Crushing-Dan-Grinding

SARWAN SALENG.TB REZKY ANUGRAHWATI


09320160168 09320170166

Anda mungkin juga menyukai