Anda di halaman 1dari 28

TUGAS

GEOTEKNIK
TAMBANG
Disusun oleh :
Dewy Kumala Tehuayo
09320170020/ C4
Kel III
(Metode Bishop Yang Disederhanakan)
METODE BISHOP YANG DISEDERHANAKAN
Materi yang Mencangkup

1. Analisis 3. Metode Bishop


2. Mekanisme Disederhanakan
Kestabilan
Dasar Terjadinya
Lereng
Longsoran

Geoteknik Tambang_ 2
PENDAHULUAN

Jika komponen gravitasi lebih besar untuk


menggerakan lereng yang melampaui
perlawanan terhadap pergeseran yang
dikerahkan tanah pada bidang longsornya maka
akan terjadi kelongsoran tanah.
Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil
hitungan stabilitas lereng ;
• Kondisi tanah yang berlapis
• Kuat geser tanah yang isontropis
• Aliran rembesan air dalam tanah.

Geoteknik Tambang _ 3
1. ANALISIS KESTABILAN LERENG

Lereng merupakan bagian dari permukaan bumi


yang memiliki sudut kemiringan tertentu dengan bidang
datar (horizontal). Lereng dapat terjadi secara alami
ataupun karena buatan manusia dengan tujuan
tertentu.
Gaya-gaya yang bekerja pada lereng dapat
menyebabkan stabilitas tanah terganggu. Apabila
tahanan geser tanah lebih kecil dari tegangan geser
yang terjadi, maka akan terjadi longsoran tanah.

Geoteknik Tambang_ 4
Kestabilan lereng dalam suatu pekerjaan yang
diakibatkan oleh kegiatan penggalian maupun kegiatan
penimbunan merupakan masalah yang harus
diperhatikan. Maksud analisis stabilitas lereng adalah
untuk menentukan faktor aman dari bidang longsor.
Faktor aman (FK) didefinisikan sebagai nilai banding
antara gaya yang menahan dan gaya yang
menggerakan.

Geoteknik Tambang_ 5
Umumnya material di alam dalam keadaan stabil
dengan distribusi tegangan dalam keadaan setimbang
(equilibrium). Adanya penggalian untuk penambangan
menyebabkan terjadinya distribusi tegangan baru.
Hilangnya overburden juga akan menyebabkan
berkurangnya tegangan vertikal, munculnya rekahan
akibat penghilangan tegangan, dan terbukanya
kekarkekar sehingga nilai kohesi dan sudut gesek
dalam tanah dan batuan menurun.

Geoteknik Tambang_ 6
Air tanah juga dapat dengan mudah melewati
rekahan-rekahan yang ada dan menyebabkan
turunnya tegangan normal efektif pada bidang-
Analisis Kestabilan
Lereng bidang yang berpotensi runtuh. Semakin dalam
tambang digali, zona tanpa tegangan ini akan
semakin besar sehingga runtuhan dapat menjadi
lebih buruk.

Geoteknik Tambang_7
2. MEKANISME DASAR TERJADINYA
LONGSORAN

Tanah longsor (longsoran) adalah pergerakan


massa tanah atau batuan ke arah miring, mendatar,
atau vertikal pada salah satu lereng. Longsor terjadi
karena terganggunya keseimbangan lereng akibat
pengaruh gaya-gaya yang berasal dari dalam lereng
seperti gaya gravitasi bumi, tekanan air pori dalam
tanah atau lereng, dan gaya dari luar lereng seperti
getaran kendaraan dan pembebanan kendaraan.

Geoteknik Tambang_ 8
dalam keadaan setimbang, artinya
keadaan distribusi tegangan pada tanah
atau batuan tersebut dalam keadaan
tidak terganggu. Apabila pada tanah atau
batuan tersebut ada kegiatan penggalian,
penimbunan, penurunan, pengangkutan,
erosi atau aktifitas lain, sehingga
menyebabkan keseimbangan terganggu,
maka tanah atau batuan itu akan
berusaha untuk mencapai keseimbangan
baru secara alamiah dengan cara
pengurangan beban, terutama dalam
bentuk longsoran.

Geoteknik Tambang _ 9
Mekanisme Dasar Dalam menganalisis stabilitas
Terjadinya Longsoran lereng, sistem tegangan yang bekerja
pada tanah atau batuan serta sifat fisik
dan mekaniknya perlu diketahui terlebih
dahulu. Pengujian sifat fisik meliputi
kadar air, bobot isi dan berat jenis,
sedangkan pengujian sifat mekanik
antara lain uji geser langsung dan uji
kuat tekan uniaksial. Sifat fisik dan
mekanik tanah atau batuan secara
langsung dapat mempengaruhi stabilitas
dari suatu lereng.

Geoteknik Tambang_ 10
Longsoran yang terjadi pada tanah dan
pasir pada umumnya adalah longsoran busur,
sedangkan untuk batuan yang sifatnya lebih
keras dengan kuat tekan >10 Mpa, dan tidak
mempunyai banyak bidang rekah terjadi
longsoran lain yaitu longsoran baji, longsoran
bidang dan longsoran guling.
Pada Gambar disamping memperlihatkan
suatu kriteria keruntuhan berdasarkan kriteria
Mohr-Coulomb. Kekuatan gesek material
menurut morh-coulomb terdiri dari dua
komponen yaitu kohesi dan sudut gesek dalam.

Geoteknik Tambang_ 11
Jenis-jenis Longsoran

Secara umum longsoran terdiri dari 4 jenis.


Adapun 4 jenis longsoran tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Longsoran Busur (Sircular Failure)
b. Longsoran Bidang (Plane Failure)
c. Longsoran Baji (Wedge Failure)
d. Longsoran Guling (Toppling Failure)

Geoteknik Tambang_12
. Longsoran Busur (Sircular Failure)

Jenis longsoran ini adalah yang


paling umum terjadi di alam (tipikal
longsoran tanah/soil). Pada batuan
yang keras, jenis longsoran ini hanya
dapat terjadi jika batuan tersebut
sudah lapuk dan mempunyai bidang-
bidang diskontinu yang rapat (heavily
jointed)

Geoteknik Tambang_ 13
b. Longsoran Bidang

Longsoran jenis ini terjadi pada batuan yang mempunyai


bidang luncur bebas (day light) yang mengarah ke lereng dan
bidang luncurnya pada bidang diskontinu seperti: sesar, kekar,
liniasi atau bidang perlapisan. Fenomena lainnya yang memicu
longsoran jenis ini yaitu bila sudut lereng lebih besar dari sudut
bidang luncur serta sudut geser dalam lebih kecil dari sudut
bidang luncurnya.

Geoteknik Tambang_ 14
c. Longsoran Baji

Model longsoran ini hanya bisa terjadi pada batuan yang


mempunyai lebih dari satu bidang lemah atau bidang diskontinu
yang bebas, dengan sudut antara kedua bidang tersebut
membentuk sudut yang lebih besar dari sudut geser dalamnya.
Fenomena yang paling sering terjadi adalah garis perpotongan
dua bidang kekar mempunyai kemiringan ke arah kemiringan
lereng.

Geoteknik Tambang_ 15
d. Longsoran Guling

Longsoran topling akan terjadi pada lereng yang terjal


pada batuan keras dengan bidang- bidang diskontinu yang
hampir tegak atau tegak, dan longsoran dapat berbentuk blok
atau bertingkat. Bila longsoran terjadi pada massa batuan yang
kuat dengan fenomena kekar yang relatif tegak, maka rekahan
tariknya akan melendut terus dan miring ke arah kemiringn
lereng

Geoteknik Tambang_ 16
3. METOD BISHOP DISEDERHANAKAN

Pada tahun 1955 Bishop memperkenalkan suatu


penyelesaian yang lebih teliti dari pada metode irisan
yang sederhana (Fellenius). Dalam metode ini,
pengaruh gaya ‐ gaya pada sisi tepi tiap irisan
diperhitungkan. Metode ini pada dasarnya sama
dengan metode swedia, tetapi dengan
memperhitungkan gaya - gaya antar irisan yang ada.
Metode Bishop mengasumsikan bidang longsor
berbentuk busur lingkaran Pertama yang harus
diketahui adalah geometri dari lereng dan juga titik
pusat busurlingkaran bidang luncur, serta letak rekahan

Geoteknik Tambang_ 17
Dengan menganalisis gaya ‐gaya yang
bekerja pada masing ‐masing pias/irisan,
maka akan didapatkan persamaan angka
keamanan menurut Bishop yang
disesuaikan sebagai berikut :

Dimana :
Fs = angka keamanan Metode
Bishop
C = kohesi tanah
bn = lebar pias ke-n
Wn = berat pias ke-n
= sudut geser tanah

Geoteknik Tambang_ 18
Bila ada pengaruh tegangan air pori,
menjadi

Geoteknik Tambang_ 19
Metode Bishop Disederhanakan

Metode ini mengabaikan gaya gesek antar


irisan dan kemudian mengasumsikan bahwa
gaya normal cukup untuk mendefinisikan gaya-
gaya antar irisan. (Bishop, 1955). Gaya normal di
dasar dan tiap irisan ditentukan dengan
menjumlahkan gaya- gaya dalam arah vertikal.
Dimana W adalah berat irisan dan x adalah
jarak mendatar irisan ke pusat radius lingkaran.
Momen penggerak (Md) keseluruhan dari lereng
adalah jumlah dari seluruh irisan, yaitu :

Geoteknik Tambang_ 20
Pengaruh air dalam batuan atau tanah adalah
timbulnya gaya angkat air karena tekanan air pori
yang berakibat berkurangnya gaya normal pada dasar
irisan, sehingga analisa kestabilan lereng dilakukan
dalam kondisi tegangan efektifnya.Untuk
menyelesaikan perhitungan s diganti dengan c+ :

Srhingga persamaan FK mrnjadi :

Geoteknik Tambang_ 21
1. Pada metode ini keruntuhan diasumsikan
akibat gerakan rotasi dari tanah tersebut
yang mana keruntuhan tersebut berbentuk
lingkaran. Metode ini tidak bisa digunakan
untuk menghitung faktor keamanan dari
sebuah keruntuhan yang tidak memiliki
Pada Metode Ini bidang keruntuhan berbentuk lingkaran.
berlaku asumsi : 2. Nilai dari gaya horisontal pada kedua sisi
dapat diabaikan karena tidak diketahui
nilainya dan sulit untuk dihitung.
3. Gaya normal yang bekerja diasumsikan
bekerja ditengah bidang irisan dan diperoleh
dengan menjumlahkan gaya-gaya dalam
arah vertikal.

Geoteknik Tambang_ 22
Dengan metode irisan, massa tanah yang longsor
dipecah – pecah menjadi beberapa irisan vertical.
Kemudian, keseimbangan dari tiap – tiap irisan
diperhatikan. Gambar 8 memperlihatkan satu irisan
dengan gaya – gaya yang bekerja padanya. Gaya – gaya
ini terdiri dari gaya geser (Xr dan X1) dan gaya normal
efektif (Er dan E1) di sepanjang sisi irisannya, dan juga
resultan gaya geser efektif (Ti) dan resultan gaya normal
efektif (Ni) yang bekerja di sepanjang dasar irisannya

Geoteknik Tambang_ 23
Persamaan kuat geser dalam
tinjauan tegangan efektif yang dapat
dikerahkan tanah, hingga tercapainya
kondisi keseimbangan batas dengan
memperhatikan faktor aman, adalah:
Persamaan Kuat
Geser

dengan σ adalah tegangan normal


total pada bidang longsor dan u
adalah tekanan air pori.

Geoteknik Tambang_ 24
Untuk irisan ke i, nilai Ti = τ ai, yaitu gaya geser
yang dikerahkan tanah pada bidang longsor
untuk keseimbangan batas. Karena itu:

Persamaan Gaya
Geser untuk irisan i

Geoteknik Tambang_ 25
KESIMPULAN

Faktor yang mempengaruhi suatu


kelongsoran biasanya disebabkan oleh
bertambahnya tekanan air pori dalam
lapisan tanah, dan oleh pengaruh dari
guncangan, misalnya gempa yang dapat
mengurangi kepadatan tanah di bawah
lereng. Kondisi muka air tanah baik pada
saat lereng kondisi submerged, jenuh
sebagian, ataupun jenuh penuh sangat
mempengaruhi besaran nilai faktor aman
lereng.
Metode Bishop mengasumsikan
bidang longsor berbentuk busur lingkaran
Pertama yang harus diketahui adalah
Geoteknik Tambang_ 26 geometri dari lereng dan juga titik pusat
Arrozi. 2015. Analisis Stabilitas Lereng Berdasarkan Pengaruh
Hujan Bulanan Maksimum Di DAS Tirtomoyo Wonogiri
Menggunakan Metode Bishop Disederhanakan. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta. 542-547.

Das, Braja M. 1995. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa


Geoteknis). Penerbit Erlangga. Jakarta. 283 hal.
DAFTAR PUSTAKA
H., Feriyansyah. 2013. Analisis Stabilitas Lereng (Studi Kasus di
Kelurahan Sumur Batu Bandar Lampng). Universitas Lampung.
Bandar Lampung.

Hardiyatmo, H.C. 2003. Mekanika Tanah II. Universitas Gadjah


Mada, Bandung. 400 hal.

Anda mungkin juga menyukai