BAB III
TEORI DASAR
organik dan sedimen yang relatif lepas yang terdapat diatas suatu batuan dasar
Bieniawski (1973), Tanah adalah material bentukan alam yang memunyai kuat
rapuh, dan letaknya dekat dengan permukaan bumi. Sedangkan batuan, menurut
para ahli geoteknik adalah suatu bahan yang keras dan koheren yang terkonsolidas
dan tidak dapat digali dengan cara biasa, misalnya dengan cangkul atau belincong
batuan sebagai material yang membentuk kulit bumi termasuk fluida yang berada
didalamnya ( air, minyak dan lain – lain ). Sedangkan menurut ASTM Batuan
adalah suatu bahan yang terdiri dari mineral padat (solid) berupa massa yang
berukuran besar ataupun berupa fragmen – fragmen. Dari defenisi diatas dapat
disimpulkan bahwa batuan tidak sama dengan tanah. Tanah dikenal sebagai
material yang “mobile”, rapuh dan letaknya dekat dengan permukaan bumi.
19
20
tertentu dengan bidang horisontal. Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena
proses geologi atau karena dibuat oleh manusia. Lereng yang terbentuk secara
alamiah contohnya seperti lereng bukit ataupun lereng pada tebing sungai yang
buatan manusia antara lain yaitu galian dan timbunan tanah untuk membuat suatu
kegiatan seperti jalan raya dan jalan kereta api, bendungan, tanggul sungai
ataupun lereng pada tambang,yang dalam hal ini adalah tambang terbuka.
kondisi material bawah permukaan, kondisi air tanah dan pembebanan yang
mungkin bekerja pada lereng. Tanpa sebuah model geologi yang memadai,
faktor antara lain : geometri lereng, struktur geologi, kondisi air tanah, sifat fisik
a. Geometri Lereng
Semakin besar kemiringan dan tinggi suatu lereng, maka kemantapan lerengnya
21
b. Struktur Batuan
Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kemantapan lereng adalah : bobot isi
(density), porositas dan kandungan air. Kuat tekan, kuat tarik, kuat geser,
kohesi dan sudut geser dalam merupakan sifat mekanik batuan yang juga
Bobot Isi
Bobot isi batuan akan mempengaruhi besarnya beban pada permukaan bidang
longsor. Sehingga semakin besar bobot isi batuan, maka gaya penggerak
Porositas
Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air. Dengan
kemantapan lereng.
Kandungan Air
Semakin besar kandungan air dalam batuan, maka tekanan air pori
menjadi besar juga. Dengan demikian nilai kuat geser batuannya akan
22
Kekuatan batuan biasanya dinyatakan dengan kuat tekan (confined & unfined
compressive strength), kuat tarik (tensile strength) dan kuat geser (shear
Semakin besar kohesi dan sudut geser dalam, maka kekuatan geser batuan
Pengaruh Gaya
antara lain : getaran alat-alat berat yang bekerja pada atau sekitar lereng,
empat, yaitu
1. Longsoran Busur
busur disebut longsoran busur. Longsoran busur paling umum terjadi di alam,
terutama pada batuan yang lunak (tanah). Pada batuan yang keras longsoran busur
hanya dapat terjadi jika batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan
23
mempunyai bidang – bidang lemah (rekahan) yang sangat rapat dan tidak dapat
dikenal lagi kedudukannya. Longsoran busur akan terjadi jika partikel individu
pada suatu tanah atau massa batuan sangat kecil dan tidak saling mengikat. Oleh
karena itu batuan yang telah lapuk cendrung mempunyai sifat seperti tanah. Tanda
pertama suatu longsoran busur biasanya berupa suatu rekahan tarik permukaan
atas atau muka lereng, kadang – kadang disertai dengan menurunnya sebagian
menandakan adanya gerakan lereng yang pada akhirnya akan terjadi kelongsoran
lereng, hanya dapat dilakukan apabila belum terjadi gerakan lereng tersebut.
2. Longsoran Bidang
disepanjang bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat
Bidang luncur mempunyai arah sejajar atau hampir sejajar (maksimum 200)
Jejak bagian bawah bidang lemah yang menjadi bidang luncur harus muncul
di muka lereng, dengan kata lain kemiringan bidang gelincir lebih kecil dari
kemiringan lereng.
Kemiringan bidang luncur lebih besar dari pada sudut geser dalamnya
Gambar 3.3
Longsoran Bidang
25
3. Longsoran baji
Longsoran Baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari satu
bidang lemah yang saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah
tersebut harus lebih besar dari sudut geser dalam batuannya tetapi lebih kecil dari
kemiringan lereng.
Gambar 3.4
Longsoran Baji
Longsoran guling biasanya terjadi pada suatu lereng yang terjal dengan
batuan yang keras dan arah kemiringannya berlawanan dengan kemiringan bidang
Gambar 3.5
Longsoran Guling
(Equilibrium Limmit), metode elemen hingga ( Finnite Element) dan metode beda
metode elemen hinga adalah metode yang faktor keamanan lereng dihitung
numerik, dengan menggunakan deret taylor yang diputus pada orde tertentu sesuai
kebutuhan yang ada. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode
gaya penggerak yang terdapat pada bidang gelincir tersebut. Gaya penahan
Kemantapan suatu lereng dapat dinyatakan dengan suatu nilai faktor keamanan
(FK) yang merupakan perbandingan antara gaya penahan dengan gaya penggerak.
sebagai berikut :
Untuk pedoman lereng dalam keadaan mantap untuk lereng tunggal adalah
FK ≥ 1,20 dan untuk lereng keseluruhan FK ≥ 1,30. Ketentuan dan pedoman ini
Untuk Saat sekarang pada metode kesetimbangan batas telah dibantu dengan
program Slide v6.0. Teori ini yang kemudian menjadi dasar perhitungan dalam
Tabel 3.2
Faktor Keamanan Minimum (Canmet, 1979)
Pendekatan I* II*
Parametereter kuat geser puncak** 1.5 1.3
Parametereter kuat geser sisa** 1.3 1.2
Masukan faktor gempa bumi 1.2 1.1
Keterangan:
(**) 1. Kuat geser puncak digunakan bila massa tanah atau batuan yang
2. Kuat geser sisa digunakan bila massa tanah atau batuan yang
diskontinuitas).
menganalisis dengan mudah kasus stabilitas baik yang sederhana maupun yang
dan juga titik pusat bususr lingkaran bidang luncur. Metode ini memiliki
Sama halnya seperti metode Bishop simplified, metode ini telah mengalami
c. Metode Felenius
Metode Fellenius memenuhi kondisi saat ekuilibrium, gaya normal dan geser
antar irisan adalah gaya normal dan bidang longsor berupa busur lingkaran.
d. Metode Spencer
asumsi dari gaya-gaya yang bekerja di sekitar bidang irisan adalah paralel
timbangan batas, maka di pilih metode Spencer untuk analisis kestabilan lereng
dari gaya – gaya yang bekerja disekitar bidang irisan yang adalah paralel sehingga
………………………………………………………………….3.3
disekitar bidang irisan terhadap horizontal. Metode ini menjumlahkan setiap gaya
yang tegak lurus memperoleh gaya normal yang bekerja pada bidang irisan.
( ) ( )
P= ............................................................3.4
( )
dihasilkan 2 jenis faktor keamanan , yaitu Ff dan Fm. Faktor keamanan momen
(Fm) yang berpusat pada satu titik menghasilkan persamaan faktor keamanan.
( ( ) )
Fm = ...........................................................................................3.5
menggunakan asumsi dari spencer maka nilai dari faktor keamanan didapat dari
persamaan :
31
( ( ) )
Ff = ( ( ))
....................................................................................3.6
Keterangan :
P = Gaya Normal
a = Sudut antara titik tengah bidang irisan dengan titik pusat busur bidang
longsor
Dalam analisa perhitungan ini dilakukan dengan cara trial and error
kesetimbangan batas yang tetap yaitu dimana suatu gaya pendorong yang bekerja