Anda di halaman 1dari 9

BAB I

ANALISIS KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN SLIDE


6.0

1.1 Dasar Teori


Software geoteknik Rocscience slide berfokus pada perhitungan
kestabilan lereng. Rocscience slide mirip dengan swedge, roclab, phase2,
rocplane, dan rocdata pada dasarnya. Secara umum, proses analisis
kestabilan lereng dengan Rocscience slide terdiri dari pemodelan, identifikasi
metode dan parameter perhitungan, identifikasi material, penentuan bidang
gelincir, running/kalkulasi, dan interpretasi nilai FoS dengan slide interpret,
software komplemen slide.
Analisis kestabilan lereng memiliki banyak variabel dan sangat
kompleks. Selain itu, keakuratan parameter yang berkaitan dengan kondisi
aktual sangat memengaruhi keakuratan kestabilan lereng. Parameter
probabilitas menunjukkan jumlah perhitungan detail dan elemen
ketidakpastiannya yang sangat besar. Oleh karena itu, melakukan perhitungan
secara manual akan memakan waktu yang cukup lama dan tidak akurat.
Akibatnya, analisis kestabilan lereng semakin banyak digunakan. di dunia
industry maupun pendidikan. Tetapi yang menjadi syarat utama seseorang
sebelum menggunakan software adalah pemahaman terhadap konsep
perhitungan tersebut.
Rocscience slide banyak digunakan di industry khususnya
pertambangan dan kontruksi khususnya tunggul, bendungan, dan lereng pada
sisi jalan.

1.1.1 Kestabilan Lereng


Lereng adalah suatu permukaan tanah atau batuan yang
mempunyai permukaan miring dan membentuk sudut tertentu
terhadap bidang horizontal dan tidak terlindungi (Braja M. Das, 1985).

1
2

Dilihat dari material penyusunnya, terdapat dua macam lereng, yaitu


lereng tanah dan lereng batuan, walaupun kenyataan yang dijumpai
pada lereng tambang selalu merupakan gabungan dari material tanah
dan batuan. Dalam analisis dan penentuan jenis tindakan
pengamananya, lereng tanah tidak dapat disamakan dengan lereng
batuan karena parameter material dan jenis penyebab longsor kedua
material pembentk lereng tersebut sangat jauh berbeda (Romana,
1993). Sedangkan kestabilan lereng merupakan suatu kondisi atau
keadaan yang mantap/stabil terhadap suatu bentuk dan dimensi lereng.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kemantapan
lereng diantaranya:
1. Geometri Lereng
2. Sifat Fisik dan Mekanik Material
3. Struktur Geologi
4. Hidrogeologi
5. Cuaca/Iklim
6. Gaya Dari Luar
Kestabilan dari suatu jenjang individual dikontrol oleh kondisi
geologi daerah setempat, bentuk keseluruhan lereng pada daerah
tersebut, kondisi air tanah setempat, dan juga oleh teknik penggalian
yang digunakan dalam pembuatan lereng. Faktor pengontrol ini jelas
sangat berbeda untuk situasi penambangan yang berbeda, dan sangat
penting untuk memberikan aturan yang umum, untuk menentukan
seberapa tinggi atau seberapa landai suatu lereng untuk memastikan
lereng itu akan stabil. Apabila kestabilan dari suatu jenjang dalam
operasi penambangan meragukan, maka kestabilannya harus dinilai
berdasarkan dari struktur geologi, kondisi air tanah dan faktor
pengontrol lainnya yang terjadi pada suatu lereng. Suatu cara yang
umum untuk menyatakan kestabilan suatu lereng batuan adalah
dengan faktor keamanan. Faktor ini merupakan perbandingan antara
gaya penahan yang membuat lereng tetap stabil, dengan gaya
penggerak yang menyebabkan terjadinya longsor.
3

Analisa kestabilan lereng dilakukan untuk menilai tingkat


kestabilan suatu lereng. Istilah kestabilan lereng dapat didefinisikan
sebagai ketahanan blok di atas suatu permukaan miring (diukur dari
garis horizontal) terhadap runtuhan (collapsing) dan gelinciran
(sliding.) Umumnya material di alam dalam keadaan stabil dengan
distribusi tegangan dalam keadaan setimbang (equilibrium). Adanya
penggalian untuk penambangan menyebabkan terjadinya distribusi
tegangan baru. Hilangnya overburden juga akan menyebabkan
berkurangnya tegangan vertikal, munculnya rekahan akibat
penghilangan tegangan, dan terbukanya kekar-kekar sehingga nilai
kohesi dan sudut gesek dalam tanah dan batuan menurun. Air tanah
juga dapat dengan mudah melewati rekahan-rekahan yang ada dan
menyebabkan turunnya tegangan normal efektif pada bidang-bidang
yang berpotensi runtuh. Semakin dalam tambang digali, zona tanpa
tegangan ini akan semakin besar sehingga runtuhan dapat menjadi
lebih buruk.
Kestabilan lereng biasa dinyatakan dalam bentuk faktor
keamanan (FK) yang didefinisikan sebagai berikut.
1. FK > 1,0 : lereng dianggap stabil
2. FK = 1,0 : lereng dalam keadaan seimbang dan siap untuk bergerak
apabila ada sedikit gangguan
3. FK < 1,0 : lereng dianggap tidak stabil
4. FK > 1,3 : lereng dianggap stabil
Apabila nilai FK untuk suatu lereng > 1,3 (gaya penahan > gaya
penggerak), lereng tersebut berada dalam kondisi stabil. Namun,
apabila harga FK < 1,0 (gaya penahan < gaya penggerak), lereng
tersebut berada dalam kondisi tidak stabil dan mungkin akan terjadi
longsoran pada lereng tersebut. Kondisi seperti diatas FK = 1,0 tidak
dikehendaki, kerena apabila terjadi pengurangan gaya penahan atau
penambahan gaya penggerak sekecil apapun lereng akan menjadi
tidak mantap dan longsoran segera terjadi. Karena itu harga FK selalu
dibuat lebih dari 1,0 (untuk lereng sementara/front penambangan FK =
4

1,3, untuk lereng permanen FK = 1,5, dan untuk bendungan FK ≥ 2,0).


Apabila FK lereng > 1,3 yang berarti gaya penahan lebih besar
daripada gaya penggerak, maka lereng dalam keadaan stabil. Begitu
sebaliknya bila nilai FK < 1,3 maka lereng tidak stabil dan rawan
terjadi longsor. Jika nilai kestabilan lerengnya 1,07 < FK < 1,3 dimana
FK yang mempunyai nilai antara 1.07 dan 1.25 maka lereng tersebut
berada dalam keadaan kritis.
Faktor Keamanan (F) lereng tanah dapat dihitung dengan
berbagai metode. Longsoran dengan bidang gelincir (slip surface), F
dapat dihitung dengan metode sayatan (slice method) menurut
Fellenius atau Bishop (Zakaria, 2009). Untuk suatu lereng dengan
penampang yang sama, cara Fellenius dapat dibandingkan nilai faktor
keamanannya dengan cara Bishop. Dalam mengantisipasi lereng
longsor, sebaiknya nilai F yang diambil adalah nilai F yang terkecil,
dengan demikian antisipasi akan diupayakan maksimal. Data yang
diperlukan dalam suatu perhitungan sederhana untuk mencari nilai F
(faktor keamanan lereng) adalah sebagai berikut :
a. Data lereng (terutama diperlukan untuk membuat penampang
lereng) meliputi: sudut lereng, tinggi lereng, atau panjang lereng
dari kaki lereng ke puncak lereng.
b. Data mekanika tanah
1. sudut geser dalam (ϕ, derajat)
2. bobot satuan isi tanah basah (γwet, g/cm3 atau kN/m3 atau
ton/m3)
3. kohesi (c, kg/cm2 atau kN/m2 atau ton/m2)
4. kadar air tanah (ω, %)
c. Faktor Luar
1. Getaran akibat kegiatan peledakan,
2. Beban alat mekanis yang beroperasi, dll.
5

1.1.2 Klasifikasi Longsoran


Brook dkk. (1991) mengatakan bahwa tanah longsor adalah
selah satu bentuk dari gerak massa tanah, batuan, dan runtuhan
batuan/tanah yang terjadi seketika yang bergerak menuju lereng
bawah yang dikendalikan oleh gaya gravitasi dan meluncur dari atas
suatu lapisan kedap yang jenuh air (bidang luncur). Oleh Karena itu
tanah longsor dapat juga dikatakan sebagai bentuk erosi.
Secara umum longsoran terdiri dari 4 jenis. Adapun 4 jenis
longsoran tersebut adalah sebagai berikut
a. Longsoran Busur (Sircular Failure)
Jenis longsoran ini adalah yang paling umum terjadi di alam
(tipikal longsoran tanah/soil). Pada batuan yang keras, jenis
longsoran ini hanya dapat terjadi jika batuan tersebut sudah lapuk
dan mempunyai bidang-bidang diskontinu yang rapat (heavily
jointed), atau menerus sepanjang sebagian lereng sehingga
menyebabkan longsoran geser dipermukaan. Yang lebih sering
terjadi adalah gabungan antara longsoran bidang dan longsoran
busur, terutama lereng-lereng buatan.
b. Longsoran Bidang (Plane Failure)
Longsoran jenis ini terjadi pada batuan yang mempunyai
bidang luncur bebas (day light) yang mengarah ke lereng dan
bidang luncurnya pada bidang diskontinu seperti: sesar, kekar,
liniasi atau bidang perlapisan. Fenomena lainnya yang memicu
longsoran jenis ini yaitu bila sudut lereng lebih besar dari sudut
bidang luncur serta sudut geser dalam lebih kecil dari sudut bidang
luncurnya. Biasanya terjadi pada permukaan lereng yang cembung
dengan kemiringan bidang kekar rata-rata hampir atau searah
dengan kemiringan lereng.
c. Longsoran Baji (Wedge Failure)
Model longsoran ini hanya bisa terjadi pada batuan yang
mempunyai lebih dari satu bidang lemah atau bidang diskontinu
yang bebas, dengan sudut antara kedua bidang tersebut membentuk
6

sudut yang lebih besar dari sudut geser dalamnya. Fenomena yang
paling sering terjadi adalah garis perpotongan dua bidang kekar
mempunyai kemiringan ke arah kemiringan lereng.
d. Longsoran Guling (Toppling Failure)
Longsoran topling akan terjadi pada lereng yang terjal pada
batuan keras dengan bidang - bidang diskontinu yang hampir tegak
atau tegak, dan longsoran dapat berbentuk blok atau bertingkat.
Bila longsoran terjadi pada massa batuan yang kuat dengan
fenomena kekar yang relatif tegak, maka rekahan tariknya akan
melendut terus dan miring ke arah kemiringn lereng.

1.1.3 Permodelan dan Analisis


Pada analisa stabilitas lereng yang dilakukan menggunakan 2
kondisi yaitu kondisi jenuh dan kondisi tidak jenuh, dimana:
a. Kondisi jenuh
Kondisi jenuh pada lereng merupakan kondisi di mana tanah
di dalam lereng telah mencapai kejenuhan penuh dengan air. Ini
berarti bahwa semua pori-pori di dalam tanah terisi penuh dengan
air, sehingga tidak ada ruang untuk udara. Kondisi lereng jenuh
sering terjadi setelah hujan berat atau banjir, ketika air telah
meresap sepenuhnya ke dalam tanah. Lereng jenuh dapat menjadi
rentan terhadap longsor atau erosi karena kekuatan geser tanahnya
dapat berkurang akibat peningkatan tekanan air dalam tanah.
b. Kondisi tidak jenuh
Sedangkan kondisi tidak jenuh pada lereng merupakan
kondisi di mana tanah di dalam lereng tidak mencapai kejenuhan
penuh dengan air. Ini berarti bahwa ada ruang di antara partikel
tanah diisi sebagian dengan air dan sebagian dengan udara. Kondisi
ini sering terjadi pada lereng yang lebih kering atau saat musim
kemarau ketika tanah tidak sepenuhnya lembab. Lereng tak jenuh
umumnya lebih stabil daripada lereng jenuh karena adanya udara di
dalam tanah meningkatkan kekuatan geser dan stabilitasnya.
7

Pemodelan geometri lereng yang akan dianalisis bisa dilakukan


langsung di rocscience slide. Tetapi untuk memenuhi geometri sesuai
denahkondisi asli cara ini kurang teliti. Untuk itu pemodelan
dilakukan dengan software lain seperti autocad. Selanjutnya section
tersebut dimodifikasi dengan autocad sesuai dengan geometri desain
yang diinginkan. Section yang akan disajikan ke rocscience slide juga
bisa dipersempit hanya pada bagian yang akan dianilisis. Setelah
geometri siap selanjutnya adalah memasukkan geometri tersebut ke
rocscience slide. Setelah aplikasi rocscience slide dibuka langkah
pertama adalah membuat nama file baru, kemudian mengambil
gambar dalam format DXF melalui langkah file – import - import
DXF.

1.1.4 Identifikasi Metode dan Parameter Perhitungan


Pada analisis kestabilan lereng terdapat beragam metode dengan
parameter yang berbeda. Metode dan parameter perhitungan tersebut
harus diidentifikasikan dengan tepat. Langkah pertama untuk
menentukan metode perhitungan adalah klik menu analysis - project
settings. Project setting terdiri dari beberapa bagian yaitu general,
methods, groundwater, statistics dan random numbers. general adalah
pengaturan umum tentang judul, satuan,arah longsoran, dan beberapa
data penunjang.
1. Methods adalah pengaturan metode perhitungan yang digunakan.
Pada umumnya metode yang digunakan adalah bishop simplified
dan ordinary/fellenius.
2. Groundwater adalah pengaturan tentang pengaruh air di dalam
kestabilan lereng. Setiap groundwater method akan meminta
parameter yang berbeda.
3. Dua kolom terakhir pada bagian kanan adalah statistic dan
random numbers. Menu ini tidak harus dipilih (bisa dikosongkan).
Statistics berisi pilihan tentang metode sampling yang digunakan
8

dan parameter yang menyertainya yang harus dimasukkan pada


random numbers.

1.1.5 Identifikasi Material


Material pembentuk lereng yang akan dianalisis harus
dimasukkan ke dalam data rocscience slide. Langkah untuk mengatur
material adalah klik menu properties - define materials.
1. Setiap material bisa diatur nama dan warnanya untuk
memudahkan dalam penyajian.
2. Karekteristik pertama yang harus dimasukkan adalah bobot
isi/unit weight.
3. Setelah itu pilih jenisanalisis kekuatan.
4. Setiap jenis akan meminta parameter yang berbeda. 30
5. Misalnya jika digunakan Mohr-Coulomb maka parameter yang
harus dilengkapi adalah kohesi dan sudut geser dalam.
6. Sedangkan water parameters berupa nilai Ru hanya akan muncul
jika dalam groundwater method digunakan Ru coefficient.
7. Langkah selanjutnya adalah menempatkan material pada gambar
berdasarkan material boundary dengan karakteristik yang telah
dibuat.
8. Tampilan lereng akan berubah dengan warna sesuai materialnya.
9. Penentuan bidang gelincir Kemungkinan bidang gelincir yang
akan terjadi pada lereng yang dianalisis dapat dipilih dengan klik
menu surfaces – Surface options kemudian akan muncul top up
menu.
10. Setelah Surface Type dipilih circular selanjutnya adalah mengatur
mentode pencarian kemungkinan bidang gelincir.
11. Radius increment menunjukkan jumlah interval antara radius
terbesar dan terkecil pada setiap titik pusat gelincir.
12. Sedangkan composite surfaces adalah bidang gelincir berbentuk
busur lingkaran yang melewati lebih dari satu jenis material.
13. Sedangkan tension crack dipilih karena kemungkinan bidang
gelincir pada failure hanya akan melewati failed material.
9

14. Selanjutnya klik autogrid untuk membuat grid yang memuat


kemungkinan pusat gelincir. Jika dipilih autogrid maka rocscience
slide akan membuat sebuah kotak dengan kemungkinan bidang
longsoran.
15. Metode ini adalah metode paling lengkap dan efektif. Sebenarnya
ada metode lain yang konvensional yaitu dengan menggambar
sendiri kemungkinan busur lingkarannya. Jumlah kemungkinan
pusat gelincirpada kotak tersebut bisa diatur dengan memilih grid
spacing.

1.1.6 Running/Kalkulasi
Langkah terakhir dalam rocscience adalah memulai perintah
running. Caranya adalah menekan toolbar seperti pada gambar
kemudian rocscience slide akan melakukan perhitungan. Proses
perhitungan tersebut memerlukan waktu beberapa menit (tergantung
kecepatan bekerja komputer). Top up menu slope stability compute
akan otomatis tertutup setelah proses perhitungan mencapai 100%.
Selanjutnya adalah melakukan interpretasi nilai FoS dengan
rocscience slide interpret.

1.1.7 Interpretasi Nilai FoS


Rocscience slide interpret adalah software komplemen slide
yang berfungsi untuk melakukan interpretasi nilai FoS hasil kalkulasi
dengan rocscience slide. Ketika pertama kali dibuka dari file
rocscience slide yang sedang dikerjakan maka rocscience slide
interpret akan menunjukkan nilai FoS terkecil.

Anda mungkin juga menyukai