Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lereng merupakan struktur geoteknik yang dapat terjadi oleh alam
maupun buatan manusia. Lereng merupakan struktur yang terbuat dari material
geoteknik berupa tanah dan batuan. Dalam analisis kestabilannya lereng harus
mengikuti ketentuan-ketentuan yang didasarkan pada rekayasa geoteknik yang
umum-nya dipelajari dalam bidang mekanika tanah dan batuan. Namun
demikian, mengingat material geoteknik pada umumnya lebih mempunyai
tahapan yang lemah terhadap gesernya, maka penerapan ilmu mekanika tanah
lebih banyak dalam melakukan analisis dan rekayasa lereng.
Lereng yang mengalami keruntuhan, secara teknis dikatakan telah
kehilangan kestabilannya. Sebelum mengalami keruntuhan, lereng tersebut
dapat dipastikan mempunyai nilai keamanan yang rendah. Sedangkan lereng
yang dalam kondisi stabil dianggap tidak mengalami pergerakan baik kearah
bawah ataupun ke atas lereng. Namun lereng yang stabil juga dapat mempunyai
nilai keamanan yang kecil sehingga pada siatu saat akan dapat mengalami
keruntuhan.
Menurut Irving S Dunn et al (1990) Faktor-factor yang menyebabkan
ketidakstabilan dapat secara umum diklasifikasikan sebagai factor-faktor yang
menyebabkan naiknya tegangan dan factor-faktor yang menyebabkan turunnya
kekuatan. Factor-faktor yang menyebabkan naiknya tegangan meliputi naiknya
berat unit tanah akibat pembasahan, adanya tambahan beban eksternal seperti
bangunan, bertambahnya kecuraman lereng karena erosi alami atau karena
penggalian, dan bekerjanya beban goncangan. Sedangkan kehilangan kekuatan
dapat terjadi dengan adanya adsorpsi air, kenaikan tekanan pori, beban
goncangan atau beban berulang, pengaruh pembekuan dan pencairan, hilangnya
sementasi material, hilangnya kekuatan karena regangan yang berlebihan pada
lempung sensitif. Hadirnya air adalah factor dari kebanyakan keruntuhan
lereng, karena hadirnya air menyebabkan naiknya tegangan maupun turunnya
kekuatan.
Lereng-lereng yang dapat dianalisis adalah lereng-lereng alam, lereng-
lereng yang dibentuk oleh galian bahan tambang, dan embankmen-embankmen
batuan.
Metode yang paling umum dari analisis stabilitas lereng didasarkan atas
batas keseimbangan. Pada analisis jenis ini factor aman mengenai stabilitas dari
lereng diestimasikan dengan menguji kondisi keseimbangan pada saat terhitung
keruntuhan tepat mulai terjadi panjang suatu bidang runtuh yang semula
ditetapkan, dan kemudian memperbandingkan antara kekuatan yang diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kekuatan dari tanah.
Dalam pratikum kali ini yang akan dibahas yaitu perhitungan factor
keamanan suatu lereng homogeny tidak berlapis, perhitungan factor keamanan
suatu lereng homogeny berlapis dan perhitungan factor keamanan suatu lereng
homogeny, berlapis dan isotop menggunakan software Slide 6.0.
B. Tujuan
1. Untuk menghitung factor keamanan (FK) lereng dengan menggunakan
software Slide 6.0.
2. Untuk merencanakan lereng yang stabil dan tidak terjadi longsor.
BAB II
TEORI DASAR

A. Pengertian Umum Kestabilan Lereng


Kestabilan dari suatu lereng pada kegiatan penambangan dipengaruhi
oleh kondisi geologi daerah setempat, bentuk keseluruhan lereng pada
lokasi tersebut, kondisi air tanah setempat, faktor luar seperti getaran akibat
peledakan ataupun alat mekanis yang beroperasi dan juga dari teknik
penggalian yang digunakan dalam pembuatan lereng. Faktor pengontrol ini
jelas sangat berbeda untuk situasi penambangan yang berbeda dan sangat
penting untuk memberikan aturan yang umum untuk menentukan seberapa
tinggi atau seberapa landai suatu lereng untuk memastikan lereng itu akan
tetap stabil.
Apabila kestabilan dari suatu lereng dalam operasi penambangan
meragukan, maka analisa terhadap kestabilannya harus dinilai berdasarkan
dari struktur geologi, kondisi air tanah dan faktor pengontrol lainnya yang
terdapat pada suatu lereng.
Kestabilan lereng penambangan dipengaruhi oleh geometri lereng,
struktur batuan, sifat fisik dan mekanik batuan serta gaya luar yang bekerja
pada lereng tersebut. Suatu cara yang umum untuk menyatakan kestabilan
suatu lereng penambangan adalah dengan faktor keamanan. Faktor ini
merupakan perbandingan antara gaya penahan yang membuat lereng tetap
stabil, dengan gaya penggerak yang menyebabkan terjadinya longsor.
B. Faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisa kestabilan
lereng penambangan adalah sebagai berikut :
1. Kuat Geser Tanah atau Batuan
Kekuatan yang sangat berperan dalam analisa kestabilan lereng
terdiri dari sifat fisik dan sifat mekanik dari batuan tersebut. Sifat fisik
batuan yang digunakan dalam menganalisa kemantapan lereng adalah
bobot isi tanah (), sedangkan sifat mekaniknya adalah kuat geser
batuan yang dinyatakan dengan parameter kohesi (c) dan sudut geser
dalam ( ). Kekuatan geser batuan ini adalah kekuatan yang berfungsi
sebagai gaya untuk melawan atau menahan gaya penyebab kelongsoran.
a. Bobot isi tanah atau batuan
Nilai bobot isi tanah atau batuan akan menentukan besarnya
beban yang diterima pada permukaan bidang longsor, dinyatakan
dalam satuan berat per volume. Bobot isi batuan juga dipengaruhi
oleh jumlah kandungan air dalam batuan tersebut. Semakin besar
bobot isi pada suatu lereng tambang maka gaya geser penyebab
kelongsoran akan semakin besar. Bobot isi diketahui dari pengujian
laboratorium. Nilai bobot isi batuan untuk analisa kestabilan lereng
terdiri dari 3 parameter yaitu nilai Bobot isi batuan pada kondisi asli
(n ), kondisi kering ( d ) dan Bobot isi pada kondisi basah ( w).
b. Kohesi
Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel dalam batuan,
dinyatakan dalam satuan berat per satuan luas. Kohesi batuan akan
semakin besar jika kekuatan gesernya makin besar. Nilai kohesi (c)
diperoleh dari pengujian laboratorium yaitu pengujian kuat geser
langsung (direct shear strength test) dan pengujian triaxial (triaxial
test).
c. Sudut geser dalam ()
Sudut geser dalam merupakan sudut yang dibentuk dari
hubungan antara tegangan normal dan tegangan geser di dalam
material tanah atau batuan. Sudut geser dalam adalah sudut rekahan
yang dibentuk jika suatu material dikenai tegangan atau gaya
terhadapnya yang melebihi tegangan gesernya. Semakin besar sudut
geser dalam suatu material maka material tersebut akan lebih tahan
menerima tegangan luar yang dikenakan terhadapnya.
Untuk mengetahui nilai kohesi dan sudut geser dalam,
dinyatakan dalam persamaan berikut :
τnt = σn tan  + c
Dimana :
τnt = tegangan geser
σn = tegangan normal
 = sudut geser dalam
C = kohesi
2. Struktur Geologi
Keadaan struktur geologi yang harus diperhatikan pada analisa
kestabilan lereng penambangan adalah bidang-bidang lemah dalam hal ini
bidang ketidakselarasan (discontinuity).
Ada dua macam bidang ketidakselarasan yaitu :
a. Mayor discontinuity, seperti kekar dan patahan.
b. Minor discontinuity, seperti kekar dan bidang-bidang perlapisan.
Struktur geologi ini merupakan hal yang penting di dalam analisa
kemantapan lereng karena struktur geologi merupakan bidang lemah di
dalam suatu masa batuan dan dapat menurunkan atau memperkecil
kestabilan lereng.
3. Geometri Lereng
Geometri lereng yang dapat mempengaruhi kestabilan lereng
meliputi tinggi lereng, kemiringan lereng dan lebar berm (b), baik itu
lereng tunggal (Single slope) maupun lereng keseluruhan (overall
slope). Suatu lereng disebut lereng tunggal (Single slope) jika dibentuk
oleh satu jenjang saja dan disebut keseluruhan (overall slope) jika
dibentuk oleh beberapa jenjang.
Lereng yang terlalu tinggi akan cenderung untuk lebih mudah
longsor dibanding dengan lereng yang tidak terlalu tinggi dan dengan
jenis batuan penyusun yang sama atau homogen. Demikian pula dengan
sudut lereng, semakin besar sudut kemiringan lereng, maka lereng
tersebut akan semakin tidak stabil. Sedangkan semakin besar lebar berm
maka lereng tersebut akan semakin stabil.
4. Tinggi Muka Air Tanah
Muka air tanah yang dangkal menjadikan lereng sebagian besar
basah dan batuannya mempunyai kandungan air yang tinggi, kondisi ini
menjadikan kekuatan batuan menjadi rendah dan batuan juga akan
menerima tambahan beban air yang dikandung, sehingga menjadikan
lereng lebih mudah longsor.
5. Iklim
Iklim berpengaruh terhadap kestabilan lereng karena iklim
mempengaruhi perubahan temperatur. Temperatur yang cepat sekali
berubah dalam waktu yang singkat akan mempercepat proses pelapukan
batuan. Untuk daerah tropis pelapukan lebih cepat dibandingkan
dengan daerah dingin, oleh karena itu singkapan batuan pada lereng di
daerah tropis akan lebih cepat lapuk dan ini akan mengakibatkan lereng
mudah tererosi dan terjadi kelongsoran.
6. Gaya Luar
Gaya luar yang mempengaruhi kestabilan lereng penambangan
adalah beban alat mekanis yang beroperasi diatas lereng, getaran yang
diakibatkan oleh kegiatan peledakan, dll.
C. Klasifikasi Kelongsoran
Jenis atau bentuk longsoran tergantung pada jenis material penyusun
dari suatu lereng dan juga struktur geologi yang berkembang di daerah
tersebut. Karena batuan mempunyai sifat yang berbeda, maka jenis
longsorannya pun akan berbeda pula.
Longsoran pada kegiatan pertambangan secara umum diklasifikasikan
menjadi empat bagian, yaitu : longsoran bidang (plane failure), longsoran
baji (wedge failure), longsoran guling (toppling failure) dan longsoran
busur (circular failure).
1. Longsoran Bidang (plane failure)
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi
disepanjang bidangluncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut
dapat berupa rekahan, sesar maupun bidang perlapisan batuan.
Syarat-syarat terjadinya longsoran bidang adalah berikut :
a. Bidang luncur mempunyai arah yang tidak berbentuk lingkaran.
b. Jejak bagian bawah bidang lemah yang menjadi bidang luncur dapat
dilihat di muka lereng, dengan kata lain kemiringan bidang gelincir
lebih kecil dari kemiringan lereng.
c. Kemiringan bidang luncur lebih besar dari pada sudut geser
dalamnya.
d. Terdapat bidang bebas pada kedua sisi longsoran.
2. Longsoran Baji (wedge failure)
Sama halnya dengan longsoran bidang, longsoran baji juga
diakibatkan oleh adanya struktur geologi yang berkembang.
Perbedaannya adalah adanya dua struktur geologi (dapat sama jenis
atau berbeda jenis) yang berkembang dan saling berpotongan.
Syarat terjadinya longsoran baji adalah sebagai berikut :
a. Longsoran baji ini terjadi bila dua buah jurus bidang diskontinyu
saling berpotongan pada muka lereng.
b. Sudut garis potong kedua bidang tersebut terhadap horizontal ( i )
lebih besar dari pada sudut geser dalam ( ) dan lebih kecil dari pada
sudut kemiringan lereng ( i ).
c. Longsoran terjadi menurut garis potong kedua bidang tersebut.
3. Longsoran Guling (toppling failure)
Longsoran guling terjadi pada lereng terjal untuk batuan yang
keras dengan bidang-bidang lemah tegak atau hampir tegak dan arahnya
berlawanan dengan arah kemiringan lereng. Kondisi untuk
menggelincir atau mengguling ditentukan oleh sudut geser dalam dan
kemiringan sudut bidang gelincirnya. Kelongsoran guling pada suatu
lereng diasumsikan sebagai berikut, suatu balok dengan tinggi h dan
lebar dasar balok b terletak pada bidang miring dengan sudut
kemiringan sebesar  yang gambarkan dibawah ini.
4. Longsoran Busur (circular failure)
Longsoran busur merupakan longsoran yang paling umum terjadi
di alam, terutama pada tanah dan batuan yang telah mengalami
pelapukan sehingga hampir menyerupai tanah. Pada batuan yang keras
longsoran busur hanya dapat terjadi jika batuan tersebut sudah
mengalami pelapukan dan mempunyai bidan-bidang lemah (rekahan)
dengan jarak yang sangat rapat kedudukannya.
Dengan demikian longsoran busur juga terjadi pada batuan yang
rapuh atau lunak serta banyak mengandung bidang lemah, maupun pada
tumpukan batuan yang hancur.
D. Faktor Keamanan (FK) Lereng Minimum
Kelongsoran suatu lereng penambangan umumnya terjadi melalui
suatu bidang tertentu yang disebut dengan bidang gelincir (slip surface).
kestabilan lereng tergantung pada gaya penggerak dan gaya penahan
yang bekerja pada bidang gelincir tersebut. Gaya penahan (resisting force)
adalah gaya yang menahan agar tidak terjadi kelongsoran, sedangkan gaya
penggerak (driving force) adalah gaya yang menyebabkan terjadinya
kelongsoran. Perbandingan antara gaya-gaya penahan terhadap gaya-gaya
yang menggerakkan tanah inilah yang disebut dengan faktor keamanan
(FK) lereng penambangan.
Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi tingkat kestabilan
lereng penambangan maka hasil analisa dengan FK = 1.00 belum dapat
menjamin bahwa lereng tersebut dalam keadaan stabil. Hal ini disebabkan
karena ada beberapa faktor yang perlu diperhitungkan dalam analisa faktor
keamanan lereng penambangan, seperti kekurangan dalam pengujian conto
di laboratorium serta conto batuan yang diambil belum mewakili keadaan
sebenarnya di lapangan, tinggi muka air tanah pada lereng tersebut, getaran
akibat kegiatan peledakan di lokasi penambangan, beban alat mekanis yang
beroperasi, dll.
Dengan demikian, diperlukan suatu nilai faktor keamanan minimum
dengan suatu nilai tertentu yang disarankan sebagai batas faktor keamanan
terendah yang masih aman sehingga lereng dapat dinyatakan stabil atau
tidak. Sehingga pada penelitian ini, faktor keamanan minimum yang
digunakan adalah FK ≥ (sama dengan atau lebih besar) dari 1.25, sesuai
prosedur dari Joseph E. Bowles (2000), Dengan ketentuan :
FK ≥ 1,25 : Lereng dalam kondisi Aman.
FK < 1,07 : Lereng dalam kondisi Tidak Aman.
FK > 1,07 ; <1,25 : Lereng dalam kondisi kritis.
E. Faktor yang Mempengaruhi Ketidakstabilan Lereng
Faktor-faktor penyebab lereng rawan longsor meliputi faktor
internal(dari tubuh lereng sendiri) maupun faktor eksternal (dari luar
lereng), antara lain: kegempaan, iklim (curah hujan), vegetasi, morfologi,
batuan/tanah maupun situasi setempat (Anwar dan Kesumadharma, 1991;
Hirnawan, 1994), tingkat klembaban tanah (moisture), adanya rembesan,
dan aktifitas geologi seperti patahan (terutama yang masih aktif), rekahan
dan liniasi (Sukandar, 1991). Proses eksternal penyebab longsor yang
dikelompokkan oleh Brunsden (1993, dalam Dikau et.al., 1996)
diantaranya adalah :
1. Pelapukan (fisika, kimia dan biologi)
2. Erosi
3. Penurunan tanah (ground subsidence)
4. Deposisi (fluvial, glasial dan gerakan tanah)
5. Getaran dan aktivitas seismic
6. Jatuhan tepra
7. Perubahan rejim air
Pelapukan dan erosi sangat dipengaruhi oleh iklim yang diwakili
olehkehadiran hujan di daerah setempat, curah hujan kadar air (water
content; %) dan kejenuhan air (saturation; Sr, %). Pada beberapa kasus
longsor, hujan sering sebagai pemicu karena hujan meningkatkan kadar air
tanah yang menyebabkan kondisi fisik/mekanik material tubuh lereng
berubah. Kenaikan kadar air akan memperlemah sifat fisik-mekanik tanah
dan menurunkan Faktor Kemanan lereng.
Penambahan beban di tubuh lereng bagian atas (pembuatan/peletaka
bangunan, misalnya dengan membuat perumahan atau villa di tepi lereng
atau di puncak bukit) merupakan tindakan beresiko mengakibatkan
longsor. Demikian juga pemotongan lereng pada pekerjaan cut &fill, jika
tanpa perencanaan dapat menyebabkan perubahan keseimbangan tekanan
pada lereng.
Penyebab lain dari kejadian longsor adalah gangguan-
gangguaninternal, yaitu yang datang dari dalam tubuh lereng sendiri
terutama karena ikutsertanya peranan air dalam tubuh lereng; Kondisi ini
tak lepas dari pengaruh luar, yaitu iklim yang diwakili oleh curah hujan.
Jumlah air yang meningkat dicirikan oleh peningkatankadar airtanah,
derajat kejenuhan, atau muka airtanah.Kenaikan air tanah akan
menurunkan sifat fisik dan mekanik tanah dan meningkatkan tekanan pori
(m) yang berarti memperkecil ketahananan geser dari massa lereng (lihat
rumus Faktor Keamanan). Debit air tanah juga membesar dan erosi di
bawah permukaan (piping atau subaqueous erosion) meningkat. Akibatnya
lebih banyak fraksi halus (lanau) dari masa tanah yang dihanyutkan, lebih
jauh ketahanan massa tanah akan menurun.
F. Software Slide 6.0
Rocscience slide adalah salah satu software geoteknik yang mempunyai
spesialisasi sebagai software perhitungan kestabilan lereng. Pada dasarnya
Rocscience slide adalah swedge, roclab, phase2, rocplane, dan rocdata. Secara
umum langkahan analisis kestabilan lereng dengan Rocscience slide adalah
pemodelan, identifikasi metode dan parameter perhitungan, identifikasi
material, penentuan bidang gelincir, running/kalkulasi, dan interpretasi nilai
FoS dengan software komplemen slide bernama slide interpret.
Analisis kestabilan lereng mempunyai tingkat kerumitan yang cukup
tinggi dan mempunyai banyak variabel. Selain itu akurasi kestabilan lereng juga
sangat dipengaruhi oleh akurasi parameter yang dimasukkan terkait kondisi
sebenarnya. Perhitungan detail dan unsure ketidakpastian nya cukup besar
(diwakili oleh parameter probality) sehingga jika perhitungan dilakukan
manual akan memakan waktu yang cukup lama dan akurasi nya tidak maksimal.
Oleh Karena itu analisis kestabilan lereng semakin banyak digunakan di dunia
industry maupun pendidikan.Tetapi yang menjadi syarat utama seseorang
sebelum menggunakan.
Software adalah pemahaman terhadap konsep perhitungan tersebut.
Rocscience slide banyak digunakan di industry khususnya pertambangan dan
kontruksi khusus nya tunggul, bendungan, dan lereng pada sisi jalan.
1. Pemodelan
Pemodelan geometri yang akan dianalisis biasa dilakukan langsung
Rocscience slide. Tetapi untuk memenuhi geometri sesuai denah kondisi
asli cara ini kurang teliti. Untuk itu pemodelan dilakukan dengan software
lain seperti AutoCAD. Selanjutnya section tersebut dimodifikasi dengan
AutoCAD sesuai dengan geometri desain yang diinginkan. Section yang
akan disajikan ke Rocscience slide juga bias di persempit hanya pada bagian
yang akan dianalisis.
Setelah geometri siap selanjutnya adalah memasukkan geometri
tersebut ke Rocscience slide. Setelah aplikasi Rocscience slide dibuka
langkah pertama adalah membuat nama file baru, kemudian mengambil
gambar dalam format DXF melalui langkah file-import-import DXF.
2. Identifikasi Metode dan Parameter Perhitungan
Pada anallisis kestabilan lereng terdapat beragam metode dengan
parameter yang berbeda. Metode dengan parameter perhitungan tersebut
harus di identifikasikan dengan tepat. Langkah pertama untuk menentukan
metode perhitungan adalah klik menu analysis-project settings.
Project setting terdiri dari beberapa bagian yaitu general, methods,
groundwater, statistics, dan random numbers. General adalah pengaturan
umum tentang judul, satuan, arah longsoran, dan beberapa data penunjang.
a. Methods adalah pengaturan metode perhitungan yang digunakan. Pada
umumnya metode yang digunakan adalah bishop simplifield dan
ordinary/fellenius.
b. Groundwater adalah pengaturan tentang pengaruh air di dalam
kestabilan lereng. Setiap groundwater method akan meminta parameter
yang berbeda.
c. Dua kolom terakhir pada bagian kanan adalah statistic dan random
numbers. Menu ini tidak harus pilih (biasa dikosongkan). Statistic berisi
pilihan tentang metode sampling yang digunakan dan parameter yang
menyertainya harus dimasukkan pada random numbers.
3. Identifikasi Material
Material pembentuk lereng yang akan dianalisis harus dimasukkan ke
dalam data Rocscience slide. Langkah untuk mengatur material adalah klik
menu properties-define material.
a. Setiap material biasa di atur warna dan warnanya untuk memudahkan
dalam penyajian.
b. Karakteristik pertama yang harus dimasukkan adalah bobot isi/unit
weight.
c. Setelah itu pilih jenis analisis kekuatan.
d. Setiap jenis akan meminta parameter yang berbeda.
e. Misalkan jika digunakan mohr-coulumb maka parameter yang harus
dilengkapi adalah kohesi dan sudut geser dalam.
f. Sedangkan water parameters berupa nilai Ru hanya akan muncul jika
dalam groundwater method digunakan Ru coefficient.
g. Langkah selanjutnya adalah menempatkan material pada gambar
berdasarkan material boundary dengan karakteristik yang telah dibuat.
h. Tampilkan lereng akan berubah dengan warna sesui materialnya.
i. Penentuan bidang gelincir kemungkinan bidang gelincir yang akan
terjadi pada lereng yang dianalisis dapat dipilih dengan klik menu
surface – surface options kemudian akan muncul top up.
j. Setelah surface type dipilih curcular selanjutnya adalah mengatur
metode pencarian kemungkinan bidang gelincir.
k. Radius increment menunjukan jumlah interval antara radius terbesar dan
terkecil pada setiap titik pusat gelincir.
l. Sedangkan composite surface adalah bidang gelincir berbentuk busur
lingkaran yang melewati lebih dari satu jenis material.
m. Sedangkan tension crack dipilih karena kemungkinan bidang gelincir
pada failure hanya akan melewati failed material.
n. Selanjutnya klik auto grid untuk membuat grid yang memuat
kemungkinan pusat gelincir. Jika dipilih auto grid maka Rocscience
slide akan membuat sebuah kotak dengan kemungkinan bidang
longsoran.
o. Metode ini adalah metode paling lengkap dan efektif. Sebenarnya ada
metode lain yang konvesional yaitu dengan menggambar sendiri
kemungkinan busur lingkarannya. Jumlah kemungkinan pusat gelincir
pada kota tersebut biar di atur dengan memilih grid spacing.
4. Running/Kalkulasi
Langkah terakhir dalam Rocscience slide adalah memulai perintah
running. Caranya adalah menekan toolbar kemudian Rocscience slide akan
melakukan perhitungan. Proses perhitungan tersebut memerlukan waktu
beberapa menit (tergantung kecepatan bekerja computer).
a. Top up menu slope stability compute akan otomatis tertutup setelah
proses perhitungan mencapai 100%.
b. Selanjutnya adalah melakukan interpretasi nilai FoS dengan Rocscience
slide interpret.
5. Interpretasi Nilai Fos
Rocscience slide interpret adalah software komplemen slide yang
berfungsi untuk melakukan interpretasi nilai fos hasil kalkulasi dengan
rocscience slide.
Ketika pertama kali dibiak dari file Rocscience slide yang sedang
dikerjakan skala Rocscience slide interpretakan menunjukan nilai FoS
terkecil.
a. Pada gambar terlihat di dalam kotak di atas lereng terdapat warna. Setiap
warna menunjukkan nilai skala FoS tertentu sesuai dengan petunjuk di
bagian kiri.
b. Nilai FoS pada semua kemungkinan pusat gelincir yang terdapat pada
skala warna tersebut dapat diketahui.
c. Pada gambar diatas juga terlihat pada failed material terdapat bentuk
busur lingkaran. Busur tersebut akan berubah jika dipilih pusat gelincir
yang berbeda.
BAB III
SOAL

MODUL 1
Perhitungan faktor keamanan suatu lereng homogeny dan tidak berlapis

Suatu lereng dengan geometri seperti dibawah merupakan lereng batu lempung
yang homogeny dan tidak berlapis.
Geometri lereng :
 Tinggi lereng (H) : 40 meter
 Kemiringan lereng (α) : 60o
 Lereng bersifat kering
Karakteristik fisik dan mekanik material pembentuk lereng didapat dari data
laboratorium sebagai berikut:

Batau Lempung
No. Karakteristik
Minimum Maksimum
1. Kohesi (C) 70,47 kPa, 150,21 kPa
2. Sudut geser dalam (φ) 13,80o 16,50o
3. Bobot isi () 21,34 kN/m3 22,88 kN/m3

Hitung Faktor Keamanan (FK) untuk:


a. Sifat fisik dan mekanik sesuai dangan table diatas
b. Sifat fisik dan mekanik bila
Minimum, maksimum, dan nilai tengah
i. Nilai  dalam table diatas dikurangi 25%
ii. Nilai  dalam table diatas dikurangi 50%
iii. Nilai  dalam table diatas ditambah 25%
iv. Nilai  dalam table diatas ditambah 50%
v. Nilai C dalam table diatas dikurangi 25%
vi. Nilai C dalam table diatas dikurangi 50%
vii. Nilai C dalam table diatas ditambah 25%
viii. Nilai C dalam table diatas ditambah 50%
ix. Nilai φ dalam table diatas dikurangi 25%
x. Nilai φ dalam table diatas dikurangi 50%
xi. Nilai φ dalam table diatas ditambah 25%
xii. Nilai φ dalam table diatas ditambah 50%
MODUL 2
Perhitungan factor keamanan suatu lereng homogen dan berlapis

Suatu lereng penambangan batubara dengan geometri seperti dibawah merupakan


lereng homogen yang dibentuk oleh 3 lapisan (berurutan dari atas ke bawah) yaitu
sandstone, mudstone dan batubara.
Geometri lereng :
 Tinggi lereng (H) : 40 meter
 Kemiringan lereng (α) : 50o
 Lereng bersifat kering
Karakteristik fisik dan mekanik material pembentuk lereng didapat dari data
laboratorium sebagai berikut:

No. Karakteristik Sandstone Mudstone Batubara


1. Kohesi (C) 95,7 kPa 121,0 kPa 30,5 kPa
2. Sudut geser dalam (φ) 30,5o 27,8o 23,72o
3. Bobot isi () 22,45 kN/m3 20,5 kN/m3 14,5 kN/m3

Hitung Faktor Keamanan (FK) untuk:


a. Sifat fisik dan mekanik sesuai dangan table diatas
b. Sudut lereng tetap dan tinggi lereng berubah menjadi 25m, 35m, 45m, 55 m
c. Tinggi lereng tetap dan sudut lereng berubah menjadi 35o, 45o, 55o, dan 65o
MODUL 3
Perhitungan factor keamanan suatu lereng homogen, berlapis dan isotrop

Suatu lereng penambangan batubara dengan geometri seperti dibawah merupakan


lereng homogen yang dibentuk oleh 3 lapisan (berurutan dari atas ke bawah) yaitu
sandstone, mudstone dan batubara.
Geometri lereng :
 Tinggi lereng (H) : 40 meter
 Kemiringan lereng (α) : 35o
 Lereng bersifat kering
Karakteristik fisik dan mekanik material pembentuk lereng didapat dari data
laboratorium sebagai berikut:
No. Karakteristik Sandstone Mudstone Batubara
1. Kohesi (C) 95,7 kPa 121,0 kPa 30,5 kPa
2. Sudut geser dalam (φ) 30,5o 27,8o 23,72o
3. Bobot isi () 22,45 kN/m3 20,5 kN/m3 14,5 kN/m3

Hitung Faktor Keamanan (FK) untuk:


a. Sifat fisik dan mekanik sesuai dangan table diatas
b. Lereng bersifat jenuh
c. Lereng mengalami mendapatkan gangguan gempa sebesar 0,05 g dan
bersifat jenuh
Tugas Praktikum:

1. Simulasikan empat modul diatas menggunakan program Slide ver 5.0


2. Analisis hasil FK dari tiap modul yang didapat mengenai pengaruh
kemantapan lereng terhadap:
- Variasi nilai karakteristik material
- Kondisi air tanah
- Pengaruh gempa
- Ketinggian dan besar sudut lereng
3. Analisis pengaruh bentuk geometri lereng antar kelompok yang ada
terhadap FK. (ambil dari tiga hasil modul simulasi kelompok lain yang
memiliki geometri lereng berbeda, sebagai bahan analisis)
4. Buat laporan dari hasil pengerjaan modul dengan susunan laporan sebagai
berikut:
a. Cover
b. Bab 1 – Pendahuluan
c. Bab 2 – Teori Dasar (Teori yang berkaiatan dengan metode
kesetimbangan batas, prinsip program slide,dll)
d. Bab 3 – Soal
e. Bab 4 – Pengerjaan Modul dan Analisis (urutan pemakaian program
dan analisis hasil sesuai tugas tiap modul)
f. Bab 5 – Kesimpulan (secara keseluruhan)
g. Daftar Pustaka
h. Lampiran
Nb:
- Tiap anggota kelompok harus bisa menjalankan program slide.
- Absensi untuk praktikum diberikan setelah tiap kelompok menunjukan
pengerjaan sebagian modul pada asisten pada jadwal yang akan diberikan
- Pengerjaan 3 modul praktikum dihitung dua kali absen

Anda mungkin juga menyukai