STABILITAS LERENG
Oleh :
NAMA : IN MUNTADHIMAH
NIM : 193010501018
FAKULTAS TEKNIK
2020
A. PENGERTIAN STABILITAS LERENG/LONGSOR
Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu dengan bidang
horizontal Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena proses geologi ataukarena dibuat oleh
manusia. Lereng yang terbentuk secara alamiah misalnya lereng bukit dan tebing sungai, sedangkan
lereng buatan manusia antara lain yaitu galian dan timbunanuntuk membuat jalan raya dan jalan
kereta api, bendungan, tanggul sungai dan kanal sertatambang terbuka.Suatu longsoran adalah
keruntuhan dari massa tanah yang terletak pada sebuahlereng sehingga terjadi pergerakan massa tanah
ke bawah dan ke luar. Longsoran dapatterjadi dengan berbagai cara, secara perlahan-lahan atau
mendadak serta denganataupun tanpa tanda-tanda yang terlihat.Setelah gempa bumi, longsoran
merupakan bencana alam yang paling banyak mengakibatkan kerugian materi maupun kematian.
Kerugian dapat ditimbulkan oleh suatulongsoran antara lain yaitu rusaknya lahan pertanian, rumah,
bangunan, jalu rtransportsi serta sarana komunikasi.Analisis kestabilan lereng harus berdasarkan
model yang akurat mengenai kondisimaterial bawah permukaan, kondisi air tanah dan pembebanan
yang mungkin bekerja padalereng. Tanpa sebuah model geologi yang memadai, analisis hanya dapat
dilakukandengan menggunakan pendekatan yang kasar sehingga kegunaan dari hasil analisis
dapatdipertanyakan.Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan metode-
metode seperti : metode Taylor, metode janbu, metode Fenellius, metode Bishop, dll
Dalam menentukan kestabilan atau kemantapan lereng dikenal istilah faktor keamanan (safety factor)
yang merupakan perbandingan antara gaya-gaya yang menahan gerakan terhadap gaya-gaya yang
menggerakkan tanah tersebut dianggap stabil, bila dirumuskan sebagai berikut :
Jadi dalam menganalisis kemantapan lereng akan selalu berkaitan dengan perhitungan untuk
mengetahui angka faktor keamanan dari lereng tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kemantapan lereng, antara lain :
• Penyebaran batuan
Penyebaran dan keragaman jenis batuan sangat berkaitan dengan kemantapan lereng, ini karena
kekuatan, sifat fisik dan teknis suatu jenis batuan berbeda dengan batuan lainnya. Penyamarataan jenis
batuan akan mengakibatkan kesalahan hasil analisis. Misalnya :
kemiringan lereng yang terdiri dari pasir tentu akan berbeda dengan lereng yang terdiri dari lempung
atau campurannya.
• Struktur geologi
Struktur geologi yang mempengaruhi kemantapan lereng dan perlu diperhatikan dalam analisis adalah
struktur regional dan lokal. Struktur ini mencakup sesar, kekar, bidang perlapisan, sinklin dan
antiklin, ketidakselarasan, liniasi, dll. Struktur ini sangat mempengaruhi kekuatan batuan karena
umumnya merupakan bidang lemah pada batuan tersebut, dan merupakan tempat rembesan air yang
mempercepat proses pelapukan.
• Morfologi
Keadaan morfologi suatu daerah akan sangat mempengaruhi kemantapan lereng didaerah tersebut.
Morfologi yang terdiri dari keadaan fisik, karakteristik dan bentuk permukaan bumi, sangat
menentukan laju erosi dan pengendapan yang terjadi, menent ukan arah aliran air permukaan maupun
air tanah dan proses pelapukan batuan.
• Iklim
Iklim mempengaruhi temperatur dan jumlah hujan, sehingga berpengaruh pula pada proses pelapukan.
Daerah tropis yang panas, lembab dengan curah hujan tinggi akan menyebabkan proses pelapukan
batuan jauh lebih cepat daripada daerah sub-tropis. Karena itu ketebalan tanah di daerah tropis lebih
tebal dan kekuatannya lebih rendah dari batuan segarnya.
• Tingkat pelapukan
Tingkat pelapukan mempengaruhi sifat-sifat asli dari batuan, misalnya angka kohesi, besarnya sudut
geser dalam, bobot isi, dll. Semakin tinggi tingkat pelapukan, maka kekuatan batuan akan menurun.
Selain faktor alamiah, manusia juga memberikan andil yang tidak kecil. Misalnya, suatu lereng yang
awalnya mantap, karena manusia menebangi pohon pelindung, pengolahan tanah yang tidak baik,
saluran air yang tidak baik, penggalian / tambang, dan lainnya menyebabkan lereng tersebut menjadi
tidak mantap, sehingga erosi dan longsoran mudah terjadi.
Pada dasarnya longsoran akan terjadi karena dua sebab, yaitu naiknya tegangan geser (she ar st ree s)
dan menurunnya kekuatan geser (shear strenght). Adapun faktor yang dapat menaikkan tegangan
geser adalah :
• Pengurangan penyanggaan lateral, antara lain karena erosi, longsoran terdahulu yang menghasilkan
lereng baru dan kegiatan manusia.
• Pertambahan tegangan, antara lain karena penambahan beban, tekanan air rembesan, dan
penumpukan.
• Gaya dinamik, yang disebabkan oleh gempa dan getaran lainnya.
• Pengangkatan atau penurunan regional, yang disebabkan oleh gerakan pembentukan pegunungan
dan perubahan sudut kemiringan lereng.
• Pemindahan penyangga, yang disebabkan oleh pemotongan tebing oleh sungai, pelapukan dan erosi
di bawah permukaan, kegiatan pertambangan dan terowongan, berkurangnya/hancurnya material
dibagian dasar.
• Tegangan lateral, yang ditimbulkan oleh adanya air di rekahan serta pembekuan air,
penggembungan lapisan lempung dan perpindahan sisa tegangan.
• Keadaan atau rona awal, memang sudah rendah dari awal disebabkan oleh komposisi, tekstur,
struktur dan geometri lereng.
• Perubahan karena pelapukan dan reaksi kimia fisik, yang menyebabkan lempung berposi menjadi
lunak, disinteggrasi batuan granular, turunnya kohesi, pengggembungan lapisan lempung, pelarutan
material penyemen batuan
• Perubahan gaya antara butiran karena pengaruh kandungan air dan tekanan air pori.
• Perubahan struktur, seperti terbentuknya rekahan pada lempung yang terdapat di tebing / lereng.
SF =
Keterangan :
2) Tanah berkohesi
Garis OB: tanah tidak dalam keadaan kritis dan lereng stabil
Garis OF:garis ini memotong garis kekuatan menahan (garis DA) di titik F.
1. Keruntuhan lereng
2. Keruntuhan dasar
3. Keruntuhan ujung kaki (pada ujung bawah lereng )