Anda di halaman 1dari 10

2

JUDUL PENELITIAN

“ANALISIS BALIK KESTABILAN LERENG DALAM PENANGANAN LONGSORAN


PADA LERENG”

I. LATAR BELAKANG MASALAH

Longsor merupakan pergerakan massa batuan atau tanah yang menggelincir


karena pengaruh secara langsung dari gaya gravitasi. Longsoran dapat terjadi karena
ketidakseimbangan gaya yang bekerja pada lereng atau gaya didaerah lereng lebih
besar daripada gaya penahan yang ada di lereng tersebut. Faktor-faktor penyebab
terjadinya longsor dapat berupa faktor internal yang meliputi geometri lereng, struktur
geologi, kondisi air tanah, serta faktor eksternal berupa beban luar dan atau getaran
seperti gempa bumi atau akibat suatu peledakan. Longsor merupakan gejala geologi
yang umum terjadi dan mesti akan terjadi dalam rangka mencari keseimbangan alam.
Saat memasuki musim hujan secara umum di Indonesia mengalami peningkatan
peristiwa longsor, salah satunya di Jalan Poros Maros-Bone Desa Samangki Kecamatan
Simbang Kabupaten Maros.
Lereng pada daerah tersebut memiliki kemiringan >70° yang memiliki litologi
batuan beku dan metamorf yang rawan akan terjadinya longsoran susulan. Runtuhan
dari longsoran tersebut jatuh ke ruas jalan yang mengakibatkan akses jalan pada area
tersebut terhambat. Oleh karena itu, untuk menghindari adanya longsoran susulan dan
juga mengantisipasi adanya kecelakaan dikarenakan lereng tersebut berada di pinggir
jalan yang ramai pengguna lalu lintas, sangat diperlukan penanganan yang tepat untuk
menanggulangi longsoran susulan pada lokasi tersebut. Penanggulangan longsoran
perlu dilakukan penyelidikan geoteknik terlebih dahulu agar penanggulangan yang
dipilih menjadi pilihan yang tepat sehingga longsoran susulan dapat teratasi secara
maksimal. Penyelidikan yang ada meliputi penyelidikan lapangan dan uji laboratorium.
Keberhasilan penanggulangan longsoran sangat ditentukan oleh ketelitian
penyelidikan, ketepatan perencanaan dan pemilihan metode, serta kecepatan
pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya.

3
II. PERUMUSAN MASALAH

Longsoran dapat menutupi ruas jalan yang mengakibatkan akses jalan pada
area longsoran terhambat dan juga terdapat bidang diskontinu yang mengakibatkan
pergerakan batuan.

III. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui penyebab terjadinya kelongsoran pada lereng.
2. Menganalisis kestabilan lereng yang terjadi pada lereng pasca longsoran.
3. Memberikan rekomendasi pada lereng yang mengalami longsoran.

IV. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan rekomendasi pada lereng yang
mengalami longsoran serta lereng di sekitarnya sehingga dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya longsoran susulan.

V. TINJAUAN PUSTAKA

VI.1 Kelongsoran Lereng

Longsor merupakan pergerakan massa batuan atau tanah yang menggelincir


karena pengaruh secara langsung dari gaya gravitasi (West, 1995). Jadi, longsor
terjadi akibat terganggunya kestabilan lereng tersebut sehingga mengalami pergerakan
untuk mencapai kesetimbangan. Hoek and Bray (1981) menyebutkan bahwa kestabilan
lereng akan tercapai jika gaya penahan longsor lebih besar daripada gaya penggerak
longsor.
Ada beberapa jenis longsoran yang umum dijumpai pada massa batuan (Hoek
& Bray, 1981) yaitu:
a. Longsoran Bidang (Plane Failure)
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi
sepanjang biang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat
berupa sesar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan batuan.
b. Longsoran Baji (Wedge Failure)

4
Longsoran ini hanya dapat terjadi pada batuan yang mempunyai lebih dari
satu bidang lemah yang saling berpotongan membentuk baji. Dalam kondisi
yang sangat sederhana longsoran baji terjadi pada sepanjang garis potong
kedua bidang lemah tersebut.
c. Longsoran Guling (Toppling Failure)
Longsoran guling terjadi pada lereng terjal untuk batuan yang keras dengan
bidang - bidang lemah tegak atau hamper tegak dan arahnya berlawanan
dengan arah kemiringan lereng.
d. Longsoran Busur (Circular Failure)
Longsoran busur merupakan longsoran yang paling umum terjadi di alam,
terutama pada tanah dan batuan yang telah mengalami pelapukan
sehingga hamper menyerupai tanah. Pada batuan yang keras, longsoran
busur hanya dapat terjadi jika batuan tersebut sudah mengalami pelapukan
dan mempunyai bidang-bidang lemah (rekahan) dengan jarak yang sangat
rapat kedudukannya. Pada tanah pola strukturnya tidak menentu sehingga
bidang gelincir bebas terbentuk dengan mencari posisi yang paling kecil
hambatannya.
Pada berbagai kejadian longsoran selama ini, menurut Dwikorita Karnawati
(2001) dapat teridentifikasi 3 tipologi lereng yang rentan untuk bergerak atau longsor,
yaitu (1) lereng yang tersusun oleh tumpukan tanah gembur dialasi oleh batuan atau
tanah yang lebih kompak, (2) lereng yang tersusun oleh perlapisan batuan yang miring
searah kemiringan lereng, dan (3) lereng yang tersusun oleh blok-blok batuan.

Gambar 1 Jenis longsoran, (a) longsoran bidang, (b) longsoran


baji, (c) longsoran guling, (d) longsoran busur

Longsor dapat digambarkan dalam gambaran sederhana sebagai gerak benda


pada bidang miring seperti pada gambar 2. Berat massa benda dan sudut kemiringan

5
merupakan faktor utama yang mengontrol. Pada lereng alam benda ini berupa tanah
dan atau batuan, sehingga sifat fisik kimia dan biologi tanah atau batuan merupakan
faktor yang sangat berpengaruh terhadap stabilitasnya di lereng karena sifat ini akan
mempengaruhi ada tidaknya dan banyak sedikitnya air yang mampu disimpan atau
mampu dialirkannya. Air ini sangat berperan terhadap stabilitas massa tanah atau
batuan yang ada di lereng karena air akan menambah berat, akan menyebabkan
kohesi tanah menurun, akan menyebabkan peningkatan proses kimia dan air akan
memisahkan atau memindahkan unsur kimia pengikat tanah menuju ke bawah ( leach
out). Bila air mengalir dalam massa tanah atau batuan akan menyebabkan terjadinya
perpindahan titik berat, akan terjadi perpindahan komponen kimia pengikat tanah dan
lain sebagainya.

Gambar 2 Mekanisme gerak benda pada bidang miring

Banyak faktor yang mempengaruhi stabilitas lereng seperti geologi dan


hidrologi, topografi, iklim perubahan cuaca. Namun selain itu, kelongsoran juga terjadi
akibat (Hardiyatmo, 2007):
a. Penambahan beban pada lereng. Tambahan beban pada lereng berupa
bangunan baru, tambahan beban pada lereng oleh air yang masuk
kedalam pori-pori tanah maupun yang menggenang dipermukaan lereng.
b. Penggalian atau pemotongan tanah pada kaki lereng
c. Perubahan posisi muka air secara cepat ( rapid drawdown) pada
bendungan, sungai, dan lain-lain.
d. Getaran atau gempa bumi
e. Jenis tanah
f. Kondisi geometrik lereng

6
VI.2 Kestabilan Lereng

Kemantapan atau kestabilan suatu lereng tergantung pada besarnya gaya


penahan dan gaya penggerak yang terdapat pada bidang gelincirnya. Gaya penahan
adalah gaya yang menahan terjadinya suatu longsoran sedangkan gaya penggerak
merupakan gaya yang menyebabkan terjadinya longsoran. Kestabilan suatu lereng
dapat dinyatakan dengan nilai faktor keamanan (FK) yang merupakan perbandingan
antara gaya penahan dengan gaya penggerak (Bagus Wiyono, 2006).
Dalam menentukan kemantapan atau kestabilan lereng dikenal istilah faktor
keamanan (safety factor) yang merupakan perbandingan antara gaya yang menahan
gerakan terhadap gaya yang menggerakkan tanah hingga dianggap stabil, bila
dirumuskan sebagai berikut:
gaya penahan
FK = ……………………………… (6.1)
gaya penggerak

VI.3 Analisis Balik

Analisis balik dilakukan pada suatu longsoran untuk mengetahui parameter


kekuatan batuan penyusun lereng yaitu kohesi (c) dan sudut geser dalam (ϕ), saat
lereng dalam keadaan setimbang atau sesaat sebelum longsor (Hoek & Bray, 1981).
Analisis balik bertujuan untuk mencari prediksi nilai c dan ϕ terendah yang dapat
mengakibatkan kelongsoran. Analisis balik dilakukan pada longsoran yang telah terjadi
dengan mengunakan geometri lereng sebelum longsor terjadi. Lebih lanjut, analisis
balik juga menggunakan bidang gelincir yang disesuaikan dengan kondisi bidang
gelincir lereng yang telah mengalami longsor. Nilai c dan ϕ bidang gelincir diperkirakan
hingga diperoleh nilai faktor keamanan lereng (FK) =1 atau mendekati 1 (Suryadi &
Heriyadi, 2018).

VI.4 Analisis Kestabilan Lereng Metode Deterministik

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis kestabilan suatu
lereng yaitu metode berbasis numerik yang dapat digunakan pada kasus-kasus rumit
dan dapat menghasilkan hasil yang baik. Adapun beberapa keuntungan dari
penggunaan metode numerik untuk analisis stabilitas lereng, yaitu dapat digunakan
untuk analisis lereng dengan longsoran yang kompleks, dapat memasukkan kondisi
regangan tegangan yang ada pada lereng dalam perhitungan kestabilan lereng, dapat

7
menggunakan berbagai macam kriteria keruntuhan, dan dapat dengan mudah
memasukkan efek perkuatan pada lereng.
Metode Deterministik merupakan salah satu metode numerik yang sering
digunakan saat ini. Metode ini berasumsi bahwa penyebab kelongsoran adalah
perubahan nilai properti massa batuan/tanah nya, yaitu c dan ϕ dimana penurunan
nilai parameter hanya berfokus pada satu parameter saja, antara nilai c atau ϕ.

VI. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang akan digunakan pada analisis balik kestabilan lereng
dalam penanganan kelongsoran menggunakan beberapa metode, antara lain:
1. Pengambilan Data Lapangan
Pengambilan data lapangan adalah suatu cara untuk mendapatkan data
parameter pada kondisi faktual. Adapun data yang dapat kita ambil di lapangan
yaitu kemiringan lereng, jenis litologi batuan, conto batuan, dan lain-lain.
2. Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Teknik sampling yaitu cara
untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang
akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan
penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif
3. Pengujian Sifat Fisik Batuan
Pengujian sifat fisik batuan dilakukan sebagai data pendukung dari batuan yang
akan diuji. Uji sifat fisik batuan digunakan sebagai indikasi keseragaman
kekuatan batuan.
4. Pengujian Kuat Tekan Uniaxial
Pengujian kuat tekan uniaxial dilakukan dengan menggunakan sampel batuan
untuk mendapatkan nilai kuat tekan batuan, Modulus Young, dan Nisbah
Poisson. Pengujian hanya dilakukan satu kali untuk setiap sampel karena
sampel yang sudah diuji rusak dan tidak bisa digunakan lagi.
5. Analisis Balik
Analisis balik dilakukan untuk mengetahui parameter geoteknik (kohesi dan
sudut geser dalam) pada saat longsor yaitu pada FK <1.
6. Analisis Kestabilan Lereng

8
Analisis kestabilan lereng dilakukan untuk meniilai tingkat kestabilan suatu
lereng dengan menggunakan metode elemen hingga dan juga memberikan
rekomendasi dalam penanggulangan longsoran.

Gambar 7.1 Diagram alir penelitian

9
VII. JADWAL KEGIATAN

2022
NO KEGIATAN Septembe
Mei Juni Juli Agustus
r
1 Studi Literatur
2 Sampling
3 Uji Sifat Fisik
4 Uji Kuat Geser
Uji Kuat Tekan
4
Uniaksial
5 Pengolahan Data
Penyusunan
6
Laporan
7 Seminar

10
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anwar, H., Rai, M. A. & Wattimena, R. K., 2018. Pengaruh Bidang Diskontinu Terhadap
Kestabilan Lereng Tambang. Jurnal Geomine, Volume 6.

Arief, S., 2008. Metode-Metode dalam Analisis Kestabilan Lereng. Sorowako: s.n.

Arif, I., 2016. Geoteknik Tambang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Bagus Wiyono, d., 2006. Pengaruh Tinggi Muka Air Tanah Terhadap Kestabilan
Jenjang pada Dinding Akhir Penambangan. Jakarta, PERHAPI.

Bieniawski, Z. T., 1989. Engineering Rock Mass Classification. Canada: John Wiley and
Sons.

Cosar, S., 2004. Application of Rock Mass Classification Systems for Future Support
Design of The Dim Tunnel ner Alanya. s.l.:Middle East Technical University.

Galih, Y. D. & Khanifa, A., 2019. Pengaruh Struktur Kekar Terhadap Kestabilan Lereng
di PT Energi Batubara Lestari Kalimantan Selatan. Promine Journal, VII(1), pp.
34-40.

Hardiyatmo, H., 2007. Mekanika Tanah 2. Yogyakarta: UGM Press.

Hoek, E. & Bray, J., 1981. Rock Slope Engineering. London: The Institution Of Mining
and Metallurgy.

Rangga, E., Kusnaryo & Kurnia, K., 2019. Analisis Efek Skala Pada Pengujian Kuat
Tekan Uniaksial Terhadap Batu Dolomit Pada PT. Polowijo Gosari, Gresik Jawa
Timur. Prosiding Nasional Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi XIII
Tahun 2019 (ReTII), pp. 130-133.

Rosari, A. A., Muris & Arsyad, M., 2017. Analysis of Physical and Mechanical Properties
Maros Karst Rock. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPF).

Suryadi, P. & Heriyadi, B., 2018. Analisis Balik Kestabilan Lereng Penampang A dan
Penampang B Area Longwall Tambang Batubara pada Pit X PT. Kideco Jaya
Agung Kecamatan Batu Sopang Kabupaten Paser Provinsi Kaliimantan Timur .
Jurnal Bina Tambang, Volume 4 No 1.

West, R. T., 1995. Geology applied to Engineering. USA: Waveland Press Inc.

11

Anda mungkin juga menyukai