Anda di halaman 1dari 12

PAPER I

MENGANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN


METODE GRAFIS HOEK AND BRAY

Disusun Oleh:

Nama : Khofifah Rizqi Kusuma Ningrum


NIM : 11190980000001
Kelompok :4

Program Studi Teknik Pertambangan


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2022M / 1443H
PENDAHULUAN
Industri Pertambangan merupakan salah satu industri yang berkontribusi
dalam pembangunan infrastuktur seperti pembangunan kantor, jembatan, jalan
dan tempat-tempat wisata yang menjadi salah satu hal yang mempengaruhi
perkembangan perekonomian di Indonesia

Kestabilan lereng atau disebut juga kemantapan lereng perlu diketahui


oleh para pekerja lapangan dalam kegiatan pertambangan. Kestabilan lereng perlu
diperhatikan untuk menjaga keberlangsungan suatu kegiatan tambang yang
sedang berlangsung. Hal ini sangat penting karena dapat mempengaruhi kegiatan
penambangan secara keseluruhan maupun sebagian kegiatan penambangan.
Lereng tambang merupakan bagian yang penting dari suatu
kegiatan penambangan. Lereng tambang dapat menimbulkan masalah
kestabilan lereng berupa longsor dan menggangu operasional kegiatan
penambangan.

Kestabilan lereng bila tidak diketahui terlebih dahulu akan berakibat


terjadinya longsoran yang nantinya akan berdampak pada cadangan yang sedang
dikerjakan secara tiba-tiba menjadi tidak ekonomis karena harus menanggung
kecelakan tersebut. Longsoran sendiri dapat diartikan Suatu proses perpindahan
massa tanah / batuan dengan arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukannya
semula karena pengaruh gravitasi, arus air atau beban luar longsoran

kecelakaan akibat longsoran di tambang, yaitu longsoran tanah pada saat


kegiatan tambang berlangsung akan mengakibatkan para pekerja dan alat tambang
tertimbun dengan kerugiannya tidak langsung. Maka dari itu diperlukan analisis
awal terlebih dahulu, di dalam paper ini kestabilan lereng akan dianalisi
menggunakan Metode Grafis Hoek and Bray.
ISI

Dalam perencanaan tambang perlu identifikasi jenis kelongsoran yang


akan terjadi serta lokasinya. Data untuk mengidentifikasi jenis dan lokasi
kelongsoran didapat setelah tambang dibuka dan lereng dibuat. Identifikasi jenis
dan lokasi kelongsoran ini dibuat berdasarkan pemetaan bidang lemah, dimana
hasilnya dianalisa secara stereografis. Selain itu tanda-tanda gangguan alam yang
dapat mempengaruhi ketidakstabilan harus di identifikasi. Identifikasi
kemungkinan kelongsoran ini akan membantu perencana dan operasional tambang
untuk menghindari pemotongan/penggalian yang dapat menyebabkan
kelongsoran, ataupun jika harus dilakukan maka antisipasi yang tepat dapat
dilakukan. Maka perlu analisa kestabilan lereng terlebih dahulu.

Kestabilan lereng, baik lereng alami maupun lereng buatan (buatan


manusia) serta lereng timbunan, dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
dinyatakan secara sederhana sebagai gaya-gaya penahan dan gaya-gaya penggerak
yang bertanggung jawab terhadap kestabilan lereng tersebut. Pada kondisi gaya
penahan (terhadap longsoran) lebih besar dari gaya penggerak, lereng tersebut
akan berada dalam kondisi yang stabil (aman). Namun, apabila gaya penahan
menjadi lebih kecil dari gaya penggeraknya, lereng tersebut menjadi tidak stabil
dan akan terjadi longsoran.

Longsoran (landslide) dengan gerakan tanah (mass movement)


mempunyai kesamaan. Untuk memberikan definisi longsoran perlu penjelasan
keduanya. Gerakan tanah ialah perpindahan massa tanah/batu pada arah tegak,
mendatar atau miring dari kedudukan semula. Gerakan tanah mencakup gerak
rayapan dan aliran maupun longsoran.1

Kestabilan lereng dapat analisis dari Keadaan Geologi, Stratigrafi, dan


Geomorfologi
A. Keadaan Geologi
Pada awal lingkungan pengendapan di daerah penelitian merupakan
dataran atau laut dangkal. Kemudian terjadi kegiatan magmatik yang
menghasilkan endapan gunung api yang tersusun oleh andesit, basalt dan
breksi vulkanik.
B. Stratigafi
Secara regional daerah penelitian termasuk kedalam stratigrafi
Pegunungan
C. Morfologi
Secara umum keadaan morfologi daerah dapat beruba dataran tinggi yang
merupakan daerah pegunungan, kemiringan lereng, satuan perbukitan
struktural bergelombang sedang hingga kuat, dan structural berkaitan
dengan kekar dan patahan2

Klasifikasi Longsoran Berdasarkan proses longsornya, longsoran batuan


dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

 Longsoran Bidang (plane failure) Longsoran bidang merupakan


suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur yang
dianggap rata.
 Longsoran Baji (Wedge Failure) Longsoran baji dapat terjadi pada
suatu batuan jika terdapat lebih dari satu bidang lemah yang bebas
dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah
tersebut harus lebih besar dari sudut geser dalam batuannya
 Longsoran Busur (Circular Failure) Longsoran busur hanya terjadi
pada tanah atau material yang bersifat seperti tanah. Antara partikel
tanah tidak terikat satu sama lain. Dengan demikian, longsoran
busur juga dapat terjadi pada batuan yang sangat lapuk serta
banyak mengandung bidang lemah maupun tumpukan (timbunan)
batuan hancur.
 Longsoran Guling (topling) Longsoran guling terjadi apabila
bidang-bidang lemah yang hadir di lereng mempunyai kemiringan
yang berlawanan dengan kemiringan lereng dimana struktur bidang
lemahnya berbentuk kolom. Keadaan tersebut dapat digambarkan
dengan balok-balok yang diletakkan diatas sebuah bidang miring.3

Faktor faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng

Kestabilan lereng pada lereng batuan selalu dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain: Geometri lereng, struktur geologi, kondisi air tanah, sifat fisik dan
mekanik batuan serta gaya-gaya yang bekerja pada lereng, iklim dan cuaca, dan
nilai Faktor Keamanan (FK) lereng.

a. Geometri lereng
Mencakup tinggi lereng (H) dan sudut kemiringan lereng. Perubahan
tinggi akan mengakibatkan perubahan kestabilan dari lereng yang
bersangkutan karena berat material lereng yang harus ditahan oleh kuat
geser batuan atau tanah semakin besar. Sudut kemiringan lereng yang
besar akan memberikan volume material yang besar juga sehingga beban
material pada lereng juga akan semakin besar.

b. Struktur batuan
Struktur batuan yang sangat mempengaruhi kemantapan lereng adalah
bidang-bidang sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur batuan tersebut
merupakan bidang-bidang lemah dan sekaligus sebagai tempat
merembesnya air, sehingga batuan lebih mudah longsor.

c. Sifat fisik dan mekanik batuan


Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kemantapan lereng adalah : bobot
isi (density), porositas dan kandungan air. Kuat tekan, kuat tarik, kuat
geser, kohesi dan sudut geser dalam merupakan sifat mekanik batuan yang
juga mempengaruhi kemantapan lereng.
 Bobot isi, Bobot isi batuan akan mempengaruhi besarnya beban
pada permukaan bidang longsor. Sehingga semakin besar bobot isi
batuan, maka gaya penggerak yang memyebabkan lereng longsor
akan semakin besar. Dengan demikian, kemantapan lereng tersebut
semakin berkurang.
 Porositas, batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak
menyerap air. dengan demikian bobot isinya menjadi lebih besar,
sehingga akan memperkecil kemantapan lereng.
 Kandungan air, semakin besar kandungan air dalam batuan, maka
tekanan air pori menjadi besar juga. DEngan demikian kuat geser
batuanya akan menjadi semakin kecil, sehingga kemantapanya pun
berkuran.

d. Iklim dan Curah Hujan


Iklim berpengaruh terhadap kemantapan lereng karena iklim
mempengaruhi perubahan temperatu. Untuk masalah curah hujan diman
air mempunyai fungsi sebagai pelarut dan sebagai media transportasi
material pengisi celah rekahan dimana akibat adanya kehadiran air tersebut
dapat menimbulkan tegangan air yang akan mengurangi tegangan normal
sehingga akan memperkecil kekuatan geser.4

e. Faktor Keamanan ( FK) Lereng


Dapat dihitung dengan berbagai metode. Longsoran dengan bidang
gelincir (slip surface), F dapat dihitung dengan metoda sayatan (slice
method) menurut Fellenius atau Bishop. Untuk suatu lereng dengan
penampang yang sama, cara Fellenius dapat dibandingkan nilai faktor
keamanannya dengan cara Bishop. Dalam mengantisipasi lereng longsor,
sebaiknya nilai F yang diambil adalah nilai F yang terkecil, dengan
demikian antisipasi akan diupayakan maksimal. Data yang diperlukan
dalam suatu perhitungan sederhana ntuk mencari nilai F (faktor keamanan
lereng) adalah sebagai berikut :
a. Data lereng (terutama diperlukan untuk membuat penampang
lereng) meliputi: sudut lereng, tinggi lereng, atau panjang lereng
dari kaki lereng ke puncak lereng.

b. Data mekanika tanah

• sudut geser dalam (φ; derajat)


• bobot satuan isi tanah basah (γwet; g/cm3 atau kN/m3 atau
ton/m3)
• kohesi (c; kg/cm2 atau kN/m2 atau ton/m2 )
• kadar air tanah (ω;%)

Data mekanika tanah yang diambil sebaiknya dari sampel tanah tak
terganggu. Kadar air tanah (ω) diperlukan terutama dalam perhitungan
yang menggunakan komputer (terutama bila memerlukan data γdry atau bobot
satuan isi tanah kering, yaitu : γdry = γ wet / ( 1 + ω ). Pada lereng yang
dipengaruhi oleh muka air tanah nilai F (dengan metoda sayatan,
Fellenius) adalah sbb.:

Sedangkan, Pada lereng yang tidak dipengaruhi oleh muka air tanah, nilai
F adalah sbb.:
Secara sistematis faktor keamanan (FK) suatu lereng dapat ditulis sebagai
berikut menurut Bowles (1989)5

Kestabilan lereng dari suatu tanah atau batuan dapat dianalisa dengan Metode
Grafis Hoek and Bray. Metode grafis didefinisikan sebagai metode yang
digunakan untuk menentukan arah dan jenis longsoran yang mungkin terjadi
berdasarkan data geologi yang ada. Dalam penganalisaan batuan ditinjau
mempunyai bidang-bidang discontinue. Selanjutnya Metode Grafis Hoek and
Bray dapat digunakan untuk menganalisis keempat macam longsoran, namun
lebih cocok untuk longsoran busur. Untuk menganalisis lonsoran busur
menggunakan metode ini dapat dituangkan dalam bentuk diagram, cara ini
digunakan karena sangat mudah, cepat, dan hasilnya masih dapat dipertanggung
jawabkan. Asumsi yang dapat digunakan, antara lain:

 Jenis tanah atau batuan, dalam hal ini tanah atau batuan dianggap homegen
dan kontinu
 Kekuatan geser material yang dicirikan dengan nilai kohesi dan sudut
geser dalam
 Longsoran yang terjadi menghasilkan bidang luncur berupa busur
lingkaran
 Tinggi permukaan air tanah pada lereng :
1. Kondisi air tanah nomor 1 yaitu kering
2. Kondisi air tanah nomor 2 yaitu air permukaan 8 kali dari
ketinggian lereng dibelakang toe dari slope.
3. Kondisi air tanah nomor 3 yaitu air permukaan 4 kali dari
ketinggian lereng dibelakang toe dari slope.
4. Kondisi air tanah nomor 4 yaitu air permukaan 2 kali dari
ketinggian lereng dibelakang toe dari slope.
5. Kondisi air tanah nomor 5 yaitu jenuh.

Dalam Metode Grafis Hoek and Bray, analisis kestabilan lereng yang
dilakukan secara grafis, metode ini dapat dilakukan lebih cepat karena
menggunakan bantuan diagram (chart). Hoek & Bray membuat 5 buah diagram
untuk tiap-tiap kondisi air tanah tertentu, mulai dari sangat kering hingga jenuh 3.
Cara perhitungannya adalah sebagai berikut :

 Langkah 1: Tentukan kondisi air tanah yang ada dan sesuaikan dengan
gambar 1 untuk memilih diagram yangakan digunakan. Pilih
yang tepat atau paling mendekati.
 Langkah 2: Hitung angka (c / (γH Tan ɸ)), kemudian cocokkan angka
tersebut pada lingkaran terluar dari diagram (chart) yang
dipilih.
 Langkah 3: Ikuti jari-jari mulai dari angka yang diperoleh pada langkah 2
sampai memotong kurva yang menunjukkan kemiringan
lereng.
 Langkah 4: Dari titik langkah 3, kemudian ditarik ke kiri untuk mencari
angka (Tan ɸ / FS) dan ditarik ke bawah untuk mencari angka
(c / (γ.H.FS))
 Langkah 5: Hitung faktor keamanan (FS) dari kedua angka yang
diperoleh dari langkah 4 dan pilih yang paling tepat.
Keuntungan & Kerugian Metode Grafis Hoek and Bray

 Keuntungan
1. Perhitungan yang cepat dan sederhana untuk lereng tunggal
2. Cukup akurat untuk lereng tunggal dengan material lunak
3. Data yang dibutuhkan tidak terlalu banyak
 Kerugian
1. Sering terjadi salah perhitungan karena keterbatasan mata manusia
2. Kurang akurat untuk lereng tunggal dengan material keras
3. Diperlukan pendekatan tertentu sehingga diperoleh geometri dan
material yang kompleks agar menjadi material homogen.

Analisis Stabilitas Lereng Tunggal (Single Slope) merupakan salah satu bentuk
dari permodelan geoteknik yang bertujuan untuk mengetahui faktor keamanan
dari lereng tunggal yang bersifat deterministik, yang berdasarkan tinggi jenjang
dan besar sudut lereng yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil karakterisasi
terhadap parameter masukan yang mencakup nilai relatif minimum dan relatif
maksimum, standar devisiasi dan jenis fungsi distribusi masukan dalam analisis
kestabilan lereng tunggal. Berdasarkan ambang batas nilai FK dan PK lereng
tambang terbuka (SRK,2010) untuk jenis lereng tunggal (single slope) FK (min)
ialah 1.1 dan PK (max) 25-50%.2
Kesimpulan

1. Kestabilan lereng, baik lereng alami maupun lereng buatan (buatan manusia)
serta lereng timbunan, dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dinyatakan
secara sederhana sebagai gaya-gaya penahan dan gaya-gaya penggerak yang
bertanggung jawab terhadap kestabilan lereng tersebut.
2. Longsoran (landslide) dengan gerakan tanah (mass movement) mempunyai
kesamaan. Untuk memberikan definisi longsoran perlu penjelasan keduanya.
Gerakan tanah ialah perpindahan massa tanah/batu pada arah tegak, mendatar
atau miring dari kedudukan semula. Gerakan tanah mencakup gerak rayapan
dan aliran maupun longsoran.
3. Faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng, antara lain :
 Geometri lereng
 Struktur batuan
 Sifat fisik dan mekanik batuan
 Iklim dan Curah Hujan
 Faktor Keamanan ( FK) Lereng
4. Metode Hoek and Bray adalah salah satu metode grafik yang menggambarkan
5 buah pola aliran tanah dari kondisi kering sampai kondisi jenuh.
5. Keuntungan dan kerugian Metode Grafis Hoek and Bray
a. Keuntungan:
1. Perhitungan yang cepat dan sederhana untuk lereng tunggal
2. Cukup akurat untuk lereng tunggal dengan material lunak
3. Data yang dibutuhkan tidak terlalu banyak
b. Kerugian:
1. Sering terjadi salah perhitungan karena keterbatasan mata manusia
2. Kurang akurat untuk lereng tunggal dengan material keras
3. Diperlukan pendekatan tertentu sehingga diperoleh geometri dan
material yang kompleks agar menjadi material homogen.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sampaga Z. Laboratorium Geologi Teknik Universitas Padjadjaran.

2. Fadel ], Santosa HP, Dwi Y, et al. ANALISA KESTABILAN LERENG


BERDASARKAN PROBABILITAS KELONGSORAN PADA TAMBANG
PIROFILIT DI PT GUNUNG BALE, KABUPATEN MALANG, PROVINSI
JAWA TIMUR.

3. Metriani R, Anaperta YM, Saldy TG. Analisis Balik Kestabilan Lereng


Dengan Menggunakan Metode Bishop yang disederhanakan Pada Front II
Existing Tambang Quarry PT. Semen Padang, Sumatera Barat. J Bina
Tambang. 4(4).

4. 112577-52366-1-PB.

5. Fikri MA, Heriyadi B, Prabowo H, Pertambangan JT. ANALISIS


STABILITAS LERENG PADA PIT TAMBANG AIR LAYA BARAT
SECTION C-C’ PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK., SUMATERA
SELATAN.

Anda mungkin juga menyukai