Anda di halaman 1dari 23

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM GEOLOGI TEKNIK


ACARA VII : ANALISIS KESTABILAN LERENG

LAPORAN

OLEH :
SYAHRUL RAMADHAN
D061191058

GOWA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lereng merupakan suatu kondisi topografi yang banyak dijumpai pada

berbagai pekerjaan konstruksi sipil. Lereng dapat terjadi secara alami maupun

sengaja dibuat oleh manusia dengan tujuan tertentu, tidak stabil sangatlah

berbahaya terhadap lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu analisis stabilitas lereng

sangat diperlukan. Ukuran kestabilan lereng diketahui dengan menghitung

besarnya faktor keamanan. Permukaan tanah tidak selalu membentuk bidang datar

atau mempunyai perbedaan elevasi antara tempat yang satu dengan yang lain

sehingga membentuk suatu lereng (slope).

Kestabilan lereng sangat berhubungan dengan keselamatan manusia,

keamanan peralatan dan kelancaran produksi suatu perencanaan. Kondisi lereng

yang tidak stabil akan mengancam keselamatan pekerja, mengakibatkan

kerusakan peralatan, mengurangi intensitas produksi serta menimbulkan dampak

negatif pada lingkungan baik pada saat dilakukannya perencanaan maupun setelah

pelaksanaan perencanaan.

Oleh karena itu diadakannya praktikum analisis kestabilan lereng agar

praktikan mengetahui cara analisis kestabilan lereng dan mengetahui nilai batas

dari kestabilan lereng tersebut.


1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari praktikum ini yaitu agar praktikan dapat mengetahui

cara analisis kestabilan lereng. Adapun tujuan dari praktikum ini, antara lain:

1) Praktikan mampu mengetahui parameter kestabilan lereng

2) Praktikan mengetahui nilai batas kestabilan lereng

1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum ini dilakukan ialah agar praktikan setelah

melakukan praktikum dapat menganalisis kestabilan lereng sebagai dasar seorang

geologist dan mengetahui karakter daerah yang tepat dalam kegiatan rekayasa

melalui nilai faktor keamanan kestabilan lereng.

1.4 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan selama praktikum yaitu antara lain:

1) Problem Set
Gambar 1.1 Problem set

2) GeoStudio 2018 R2

Gambar 1.2 Software GeoSlope

3) Laptop

Gambar 1.3 Laptop


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Longsor

Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi

yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan

jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian

longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu.

Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material

sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya

material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang

memengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya

yang turut berpengaruh:

1) Erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-sungai

atau gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam

2) Lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang

diakibatkan hujan lebat

3) Gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral

dan bidang lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan

longsornya lereng-lereng tersebut

4) Gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan

aliran debu-debu

5) Getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan


bahkan petir

berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju

Suatu daerah dinyatakan memiliki potensi longsor apabila memenuhi tiga syarat,

yaitu: 1) lereng cukup curam, 2) memiliki bidang luncur berupa lapisan di bawah

permukaan tanah yang semi permeabel dan lunak, 3) terdapat cukup air untuk

membuat tanah diatas bidang gelincir menjadi jenuh (Anderson,1987).

Adapun jenis-jenis longsor yaitu :

Runtuhan (Fall),Jenis longsor ini terjadi dengan sangat cepat. Longsor ini

terjadi karen adanya sejumlah batu, runtuhan atau tanah yang jatuh ke arah bawah

berasal dari atas lereng. Faktor penyebab terjadinya longsor jenis ini adalah erosi,

tekanan air dalam diskontinyuitas dan tegangan dari retakan (tension cracks) serta

goncangan seismik (Anderson, 1987).

Robohan (Topple), Robohan biasa terjadi pada lereng batuan yang sangat

terjal hingga tegak yang mempunyai bidang-bidang diskontinyuitas yang relatif

vertikal Tipe gerakannya hampir sama dengan runtuhan, hanya saja pada robohan

gerakan batuan longsor adalah mengguling hingga roboh, yang mengakibatkan

batuan lepas dari permukaan lerengnya. Faktor utama yang menyebabkan robohan

salah satunya adalah air yang mengisi retakan.

Translasi (Translational Slide), Longsor translasi didefinisikan sebagai

pergerakan material di sepanjang permukaan geser dimana permukaannya

berbentuk rata atau menggelombang landai. Pada tanah lempung, translasi terjadi

pada sepanjang lapisan pasir atau lanau. Longsor translasi pada lereng dengan
tanah lempung yang mengandung pasir atau lanau dapat disebabkan oleh

tingginya tekanan pori dalam pasir ataupun lanau tersebut (Anderson,1987).

Rotasi (Rotational Slide), Jenis longsor ini merupakan kebalikan dari

longsor translasi, longsor rotasi ini adalah gerakan material sepanjang permukaan

geser dimana permukaannya berbentuk cekung/lengkung. Longsor rotasi murni

atau lebih dikenal dengan slump biasanya terjadi pada material yang mempunyai

kecenderungan homogen seperti timbunan batuan. Longsor jenis translasi dan

rotasi inilah jenis longsor yang kerap terjadi di wilayah Indonesia.

Aliran (Flow), Jenis longsor ini merupakan perpindahan material berupa

tanah atau lumpur, runtuhan ataupun bongkahan batu yang biasanya disertai

dengan kadar air yang tinggi, dikarenakan tingginya kadar air tersebut material

bersifat fluida, mengalami deformasi secara terus menerus. Dalam jenis ini, air

merupakan faktor utama terjadinya longsor, karena air menurunkan kuat kohesi

dalam tanah (Anderson 1987).

Menyebar lateral (Lateral Spreading), Longsor jenis ini adalah

bergeraknya lempengan batu dengan sangat lambat dan dalam kemiringan yang

rendah yang disebabkan oleh hilangnya tegangan pada lapisan bawah material

yang juga menjalar atau merusak bawah lempengan batuan

Kompleks (Complex), Longsor jenis ini merupakan longsor yang

dalam pergerakannya mengalami perubahan dari keadaan awal bergerak, hal ini

disebabkan adanya perubahan kohesi di dalam perjalanan alirannya

(Suryanti,2020).
Gambar 2.2 Jenis-jenis longsor

Adapun penyebab terjadinya longsor yaitu :

Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng

lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh

kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi

oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan. Adapun

faktor-faktor penyebab tanah longsor yaitu:

1. Hujan, ancaman tanah longsor biasanya dikarenakan meningkatnya

intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan

terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu

mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi

retakan dan merekahnya tanah permukaan.

2. Lereng terjal, lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya

pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai,


mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan

longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang

longsorannya mendatar.

3. Tanah yang kurang padat dan tebal, jenis tanah yang kurang padat adalah

tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut

lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya

tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan

terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah

ketika hawa terlalu panas.

4. Batuan yang kurang kuat, Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen

berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung

umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila

mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor

bila terdapat pada lereng yang terjal.

5. Jenis tata lahan, Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan

persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal.

Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah

dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah

terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah

karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang

dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.


2.2 Stabilitas Lereng

Lereng adalah suatu bidang di permukaan tanah yang menghubungkan

permukaan tanah yang lebih tinggi dengan permukaan tanah yang lebih rendah.

Lereng dapat terbentuk secara alami dan dapat juga dibuat oleh manusia. Jika

suatu tempat terdapat dua permukaan tanah yang berbeda ketinggiannya, maka

akan ada gaya-gaya yang bekerja mendorong sehingga tanah yang lebih tinggi

kedudukannya cenderung bergerak ke arah bawah. Gaya yang mendorong tersebut

berupa gaya berat dan gaya tiris/muatan dimana gaya-gaya inilah yang

menyebabkan kelongsoran. Selain itu, terdapat pula gaya-gaya dalam tanah yang

bekerja menahan/melawan sehingga kedudukan tanah tersebut tetap stabil. Gaya

penahan ini berupa gaya gesekan/geseran, lekatan (dari kohesi) dan kekuatan

geser tanah. Curah hujan yang turun akan mempengaruhi kondisi air tanah. Tanah

yang kandungan airnya meningkat akan meningkatkan massanya dan mengurangi

kepadatan dan kekompakannya (Erizal,2019).

Secara kuantitatif menilai stabilitas lereng, dicari parameter FoS yang

dikenal sebagai Factor of Safety yaitu merupakan rasio antara gaya penahan

dengan gaya pendorongnya. Gaya penahan adalah kekuatan pada material yang

menghambat terjadinya longsor. Gaya penahan ini terkait dengan karakteristik

fisis dari batuan dan tanah yaitu kohesi dan koefisien gesek. Sedangkan pada gaya

pendorong yang paling besar berpengaruh adalah gaya gravitasi, yaitu gravitasi

yang searah dengan lereng dan mengarah keluar dari lereng.


Berdasarkan teori, jika nilai FoS > 1 menunjukkan stabilitas, sedangkan

FoS <1 menyiratkan ketidakstabilan. Dengan demikian, transisi antara stabilitas

ke keruntuhan dapat dipertimbangkan secara matematis (Erizal,2019).

2.3 Geostudio Slope/W 2018

GeoStudio Office adalah sebuah paket aplikasi untuk pemodelan

geoteknik dan geo-lingkungan. Software ini melingkupi SLOPE/W, SEEP/W,

SIGMA/W, QUAKE/W, TEMP/W, dan CTRAN/W yang sifatnya terintegrasi

sehingga memungkinkan untuk menggunakan hasil dari satu produk ke produk

yang lain (Pradana 2012). Fitur ini cukup unik dan memberikan fleksibilitas untuk

digunakan baik dikalangan akademisi maupun profesional dalam menyelesaikan

berbagai macam permasalahan geoteknik dan geo-lingkungan seperti tanah

longsor, pembangunan bendungan, penambangan dan lain-lainnya. SLOPE/W

merupakan produk perangkat lunak untuk menghitung faktor keamanan tanah dan

kemiringan batuan. SLOPE/W dapat dilakukan analisis masalah baik secara

sederhana maupun kompleks dengan menggunakan salah satu dari delapan

metode kesetimbangan batas untuk berbagai permukaan yang miring, kondisi

tekan pori air, sifat tanah dan beban terkonsentrasi. Selain itu dapat juga
digunakan elemen tekan pori air yang terbatas, tegangan statis atau tegangan

dinamik pada analisis kestabilan lereng serta dapat juga dikombinasikan dengan

analisis probabilistik (Hidayah dan Gratia 2012). Software GeoStudio SLOPE/W

2018 sudah banyak diaplikasikan pada penelitian dan analisis kestabilan lereng,

khususnya dengan menggunakan Slope/W dan Seep/W. Adapun parameter tanah

yang harus diinput pada software GeoStudio adalah kohesi, berat volume tanah,

dan sudut geser tanah. Pada SLOPE/W terdapat sub-program yaitu Input, Solving

dan Viewing the results (Erizal,2019).

5 Kunci Komponen Slope/W ialah :

1) Geometri – deskripsi stratigrafi dan bentuk potensi slip surface.

2) Kekuatan Material/Soil – parameter yang digunakan untuk

menggambarkan kekuatan (material) tanah.

3) Tekanan air pori – menentukan kondisi tekanan air pori.

4) Penguatan atau interaksi struktur tanah – fabric, nails, anchors, pile, walls,

dan lain sebagainya.

5) Pembebanan yang di kenakan – beban tambahan atau beban gempa

dinamis.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Metode Praktikum

Metode yang digunakan dalam praktikum laboratorium geologi teknik

ialah membuat kestabilan lereng dengan software geostudio slope/W 2018

menggunakan data (problem set )yang diberikan saat praktikum. Adapun tahapan-

tahapan yang dilalui terbagi menjadi tahapan persiapan, tahapan praktikum, dan

tahapan pengolahan data yang mana praktikum dilaksanakan pada tanggal 30 Mei

2022.

3.2 Tahapan Praktikum

Adapun kegiatan penelitian dilaksanakan melalui beberapa tahapan

penelitian. Secara sistematis terdiri atas tahap persiapan praktikum, tahap

praktikum, tahap pengolahan data, dan serta penyusunan laporan

3.2.1 Tahapan Persiapan

Tahapan ini meliputi pengerjaan tugas pendahuluan, mencari studi literatur

untuk praktikum, dan asistensi acara serta membawa alat bahan.

Tugas pendahuluan mencakupi soal dari materi-materi yang terkait pada

asistensi acara yang akan dipraktikumkan.

Melakukan studi pustaka untuk mencari literatur yang dipraktikumkan.

Begitu pula pemberian materi oleh asisten yang dilaksanakan di asistensi acara

sebagai persiapan praktikan untuk mengikuti praktikum. Praktikan juga harus

membawa alat dan bahan untuk melakukan praktikum.


3.2.2 Tahapan Praktikum

Tahapan ini meliputi respon dan praktikum. Pelaksanaan respon dilakukan

tepat sebelum praktikum dimulai. Dengan pemberian soal-soal singkat yang

terkait dengan acara yang akan dipraktikumkan dengan batas waktu yang

bertujuan untuk menguji kembali pemahaman praktikan. Lalu pelaksanaan

praktikum melalui beberapa tahapan. Tahapan- tahapan tersebut meliputi :

1. Buka GeoStudio 2018.

2. Pilih Slope/W Analysis lalu Limit Equilibrium dan close.

Gambar 3.1 Slope/W Analysis

3. Dalam Windows KeyIn Analyses, beri nama dan deskripsi, lalu pilih

analysis type ‘Morgensternt – Price’, dalam settings Pilih Side Function

‘Half-sine Function’, atur pilihan PWP Condition ke “piezometric line”.

Gambar 3.2 Windows Define Analysis dan Settings.


4. Klik Slip Surface untuk atur Direction of Movement ke “Left to Right”,

pilih Slip Surface “Entry and Exit”, pilih Tension Crack “No Tension

Crack” lalu close.

Gambar 3.3 Windows Slip Surface.

5. Klik Sketch Axes, lalu masukkan nilai Max dari X-Axis (Distance) dan Y-

Axis (Elevation) dan atur Auto Increment Size sesuai kebutuhan lalu close.

Gambar 3.4 Windows Sketch Axes.

6. Klik Sketch lalu pilih lines, gambar bidang geometri lereng sesuai intruksi

asisten dan problem set.


Gambar 3.5 Windows Sketch Lines.

7. Klik point per point mengikuti gambar sketch sampai regions tertutup, lalu

masukkan data material lereng dengan klik “add” isi sesuai intruksi asisten

saat praktikum lalu pilih material model ‘Mohr-Coulomb’, lalu pada tab

basic masukkan nilai Unit Weight, Cohesion & Phi (sudut geser dalam).

Gambar 3.6 Pembuatan Bidang Geometri.

Gambar 3.7 Pembuatan Draw Regions.


Gambar 3.8 Pembuatan Draw Materials.

8. Setelah itu klik “Define Window” pilih “Pore Water Pressure” klik “add”

lalu masukkan koordinat titik Piezometric line atau copy paste data

koordinat dari excel, klik close jika sudah selesai.

Gambar 3.9 Pengisian Define Piezometric Line.

9. Setelah itu klik “Draw Window” pilih ”Slip Surface” klik “Entry and

Exit” lalu tentukan bidang gelincir dengan cara klik “Draw” tahan dibatas

region mahkota/kepala lereng untuk input ‘Entry’ dan tahan dibatas region

kaki untuk input ‘Exit’ sesuai keinginan kita, kemudian klik close.
Gambar 3.10 Pembuatan Slip Surface.

3.2.2 Tahapan Pengolahan Data

Tahapan ini meliputi pengolahan data dari hasil praktikum yaitu

menentukan parameter kestabilan lereng dan nilai Fk, kemudian akan

diasistensikan bersama asisten masing-masing dan akan diolah dalam bentuk

laporan.

3.2.3 Penyusunan Laporan

Tahap ini merupakan tahap akhir dari kegiatan praktikum yang memuat

semua data saat praktikum, dan hasil pengolahan data secara sistematik. Selama

penyusunan laporan dilakukan pengoreksian dan pengecekan ulang terhadap

semua data kemudian dituangkan


Tabel 3.1 Flowchart Metode Penelitian

Mulai

Tahapan Persiapan

Asistensi Acara Tugas Pendahuluan Studi Literatur

Praktikum

Analisis Kestabilan
Responsi Tertulis
Lereng

Pengolahan Data

Laporan

Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan,

didasarkan dari data yang telah diamati, dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1 Parameter kestabilan lereng


Parameter Kestabilan Lereng
Material Unit Weight Kohesi Sudut Geser Dalam
c φ
Kn/m3 kPa deg
Upper 16.6 7 20
Lower 17.4 11 25

Gambar 4.1 Geometri lereng


4.3 Pembahasan

Hasil analisis kestabilan lereng didapatkan Fk = 1.315 sehingga

berdasarkan konsep keseimbangan menurut Wesley,1977 termasuk Fk > 1 yaitu

dimana lereng akan bergerak stabil jika gaya penahan gerakan lebih besar dari

pada gaya yang melongsorkan.

FK (Faktor Keamanan), didapatkan dari hasil analisis kestabilan lereng

sehingga didapatkan FK dari bidang longsor yang potensial. Nilai factor

keamanan akan mengapresiasikan tingkat kestabilan suatu lereng.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum analisis kestabilan lereng yaitu :

1) Parameter kestabilan lereng yaitu unit weight, kohesi dan sudut geser

dalam.

2) Nilai Fk yang didapatkan yaitu 1.315 sehingga apabila Fk>1 maka

termasuk kategori stabil yaitu dimana lereng akan bergerak stabil jika gaya

penahan gerakan lebih besar dari pada gaya yang melongsorkan.

5.2 Saran

Adapun saran untuk praktikum acara analisis kestabilan lereng yaitu :

1) Sebaiknya semua asisten selalu ada dalam lab geologi teknik, agar

memudahkan praktikan bertanya.

2) Tetap menjaga kebersihan setelah laboratorium digunakan

3) Menjaga protokol kesehatan


DAFTAR PUSTAKA

Anderson, M.G., Richard K.S., 1987. Slope Stability, Geotechnical Engineering


and Geomorphology, John Wiley and Sons.

Anonim 2018. Gerakan Tanah. https:// www. esdm. go.id/ assets/ media/ content/
Pengenalan_Gerakan_Tanah.pdf diakses pada 4 Juni 2022

Erizal. 2019. Geoslope. http://web.ipb.ac.id/~erizal/mektan/Tutorial%20Geo-


Slope.pdf diakses pada 4 Juni 2022

Suryanti. 2020. Longsor. http://pkukmweb.ukm.my, diakses pada tanggal 4 Juni


2022

Anda mungkin juga menyukai