Anda di halaman 1dari 42

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK KUALITAS BATUBARA PADA


PT.KALTIM PRIMA COAL DAERAH SANGATA KUTAI TIMUR,
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROPOSAL KERJA PRAKTIK

OLEH :
INDRI ANGGRENI
D061191044

MAKASSAR
2022

i
PERMOHONAN MAGANG INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

NAMA : INDRI ANGGRENI

NIM : D061 19 1044

USULAN JUDUL : Geologi dan Karakteristik Kualitas Batubara Pada


PT.Kaltim Prima Coal Daerah Sangata Kutai Timur, Provinsi Kalimantan
Timur, atau disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

USULAN WAKTU : Februari 2023 – Maret

2023 DITUJUKAN : PT. Kaltim Prima Coal

Makassar, 15 September 2022


Pemohon,

Indri Anggreni
D061 19 1044

ii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK KUALITAS BATUBARA PADA PT.


KALTIM PRIMA COAL DAERAH SANGATA KUTAI TIMUR, PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR

PROPOSAL KERJA PRAKTIK

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknik (ST) pada
Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

OLEH :
INDRI ANGGRENI
D061191044

MAKASSAR
2022

iii
GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK KUALITAS BATUBARA PADA PT.
KALTIM PRIMA COAL DAERAH SANGATA KUTAI TIMUR,
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROPOSAL KERJA PRAKTIK

Makassar, 15 September 2022

Dosetujui Oleh :

Penasehat Akademik Mahasiswa yang bersangkutan,

Ir. Jamal Rauf Husain, MT Indri Anggreni


Nip. 19580316 198810 1 001 Nim. D061191044

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat izin, rahmat serta
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir yang berjudul
“Geologi dan Karakteristik Kualitas Batubara Pada PT.Kaltim Prima Coal
Daerah Sangata Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur” ini dengan baik.
Pembuatan proposal ini merupakan salah satu tahap dalam Tugas Akhir yang
dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada Departemen
Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih


kepada semua pihak yang telah membimbing, mengarahkan dan membantu
penulis baik berupa bantuan moril maupun materil dalam penyusunan, khususnya
kepada:

1. Bapak Dr. Eng.Hendra Pachri, S. T., M. Eng. selaku Ketua Departemen


Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
2. Bapak Ir. Jamal, MT. Selaku Penasehat Akademik yang telah yang telah
meluangkan waktunya serta memberikan bimbingan dalam penyusunan
proposal ini.
3. Kedua Orang Tua penulis, yang tiada henti-hentinya memberikan penulis
segala bentuk dukungan, baik berupa dukungan moril ataupun material.
4. Bapak dan Ibu Dosen pada Departemen Teknik Geologi Universitas
Hasanuddin atas segala bimbingan dan nasehatnya.
5. Staf Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin, atas bantuannya
dalam pengurusan administrasi penelitian.
6. Teman- teman mahasiswa, dan pihak-pihak yang lain yang membantu
dalam penyusunan proposal usulan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, sehingga segala saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
diperlukan dalam penyempurnaan proposal ini.

v
Akhir kata penulis mohon maaf kepada semua pihak apabila terdapat
kesalahan kata dalam proposal ini dan semoga proposal ini dapat berguna bagi
semua pihak yang menggunakannya. Aamiin

Makassar, 15 September 2022

Penulis

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERMOHONAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................v
DAFTAR ISI...............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................ix
DAFTAR TABEL.........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..............................................................................2
1.3 Maksud dan Tujuan...........................................................................2
1.4 Waktu dan lokasi penelitian..............................................................3
1.5 Peserta Kegiatan................................................................................3
1.6 Pembimbing......................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................5
2.1 Geologi Regional................................................................................5
2.1.1 Fisiografi Regional.................................................................5
2.1.2 Geologi Regional Cekungan Kutai........................................6
2.1.3 Geologi Regional Daerah Sangatta......................................12
2.2 Teori Dasar.......................................................................................14
2.2.1 Batubara...............................................................................14
2.2.2 Pembentukan Batubara.........................................................14
2.2.3 Karakteristik Batubara..........................................................17
2.2.4 Analisis Proksimat................................................................20
2.2.5 Klasifikasi Batubara ASTM.................................................21
BAB III METODE DAN TAHAPAN PENELITIAN.............................23
3.1 Metode Penelitian............................................................................23
3.1.1 Matode Pemetaan Tidak Langsung......................................23
3.1.2 Metode Pemetaan Lapangan................................................23
3.2 Tahapan Penelitian..........................................................................23
3.2.1 Tahapan Persiapan.............................................................23

vi
i
3.2.2 Tahap Pengambilan Data...................................................25
3.2.3 Tahap Preparasi Sampel.....................................................26
3.2.4 Tahap Pengolahan data dan analsisi data...........................26
3.2.5 Tahap Penyusunan Tugas Akhir........................................27
3.3 Diagram Alir...................................................................................28
BAB IV PERENCANAAN WAKTU........................................................29
4.1 Perencanaan Waktu.........................................................................29

BAB V PENUTUP......................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................31

vi
ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Fisiografi Cekungan Kutai (Biantoro, 1992)......................5

Gambar 2.2 Peta Geologi Lembar Sangatta, Kalimantan Timur Skala 1 :


250.000 (Sukardi dkk, 1995).................................................7

Gambar 2.3 Struktur Geologi Cekungan Kutai (Allen & Chambers,


1998; op. cit, Sukmayana, 2009).........................................12

Gambar 2.4 Model Pembentukan Struktur Diapirik Massa Lempung di


Sangatta (Biantoro dkk., 1992)...........................................13

Gambar 2.5 Skema Pembentukan Batubara (Wolf, (1984) dalam


Anggayana (2002)...............................................................15

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian.....................................................28

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kolom Stratigrafi Daerah Kutai Timur, Cekungan Kutai bagian
utara (Supriatna & Rustandi, 1995; po. cit, Resmawan, 2007...9

Tabel 4.1 Waktu Penelitian.......................................................................29

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Achmad Prijono, dkk. (1992) batubara adalah bahan bakar hydro-karbon

padat yang terbentuk dari tumbuhan-tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen

dan terkena pengaruh temperature serta tekanan yang berlangsung sangat lama.

Proses pembentukan batubara dapat melalui proses sedimentasi dan skala waktu

geologi. Pada proses sedimentasi, batubara terbentuk dari material tumbuh-

tumbuhan, yang terendapkan di dalam suatu cekungan pada kondisi tertentu.

Pengendapan material pembentuk batubara di dalam cekungan pengendapan akan

mengalami proses biokimia dan termodinamika yang akan mengubah serta

meningkatkan derajat pembatubaraan yang bermula dari gambut yang akan

berubah menjadi antrasit. Proses pembatubaraan ini akan menghasilkan

karakteristik kualitas batubara yang berbeda-beda dari suatu daerah dengan daerah

lainnya.

Perbedaan kualitas batubara dipengaruhi oleh pembentukan batubara yang

kompleks, salah satunya yaitu proses geologi yang berlangsung bersamaan dengan

pembentukan batubara. Untuk mengetahui kualitas dari batubara tersebut dapat

dilakukan dengan analisa proksimat untuk mengatahui nilai ash, total moisture,

volatile matter, fixed carbon serta uji kalori. Kandungan komponen–komponen

tersebut sangat penting dalam mengetahui kualitas batubara. Sehingga setiap

daerah penghasil batubara memiliki karakteristik kualitasnya masing-masing yang

dingaruhi oleh kontrol geologi di daerah tersebut.

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara di dunia. Salah


1
satu daerah penghasil batubara terbesar di Indonesia terletak di Kalimantan,

khususnya Provinsi Kalimantan Timur di daerah Sangatta yang dikerjakan oleh

PT. Kaltim Prima Coal. PT. Kaltim Prima Coal merupakan salah satu perusahaan

yang terletak di Kecamatan Sangatta Utara Kabupaten Kutai Timur yang

memproduksi batubara, dengan kualitas batubara yang termasuk kedalam

golongan kualitas melawan hingga prima. Kualitas batubara merupakan hal yang

sangat penting karena menentukan nilai suatu batubara. Oleh karena itu, studi ini

dilakukan untuk mengetahui “Geologi dan Karakteristik Kualitas Batubara Pada

PT.Kaltim Prima Coal Daerah Sangata Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur”

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini antara lain yaitu :

1. Bagaimana kondisi geologi di daerah penelitian?

2. Bagaimana karakteristik kualitas batubara di daerah penelitian?

3. Bagaimana kelas/rank batubara pada daerah penelitian berdasarkan

kualitas batubara?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dilakukan penelitian ini adalah untuk mengaplikasikan dan

mengembangkan ilmu geologi serta memperluas pengalaman dan pemahaman

mengenai kondisi geologi dan karakteristik kualitas batubara pada daerah

penelitian.

2
Tujuan dari penelitian ini antara lain yaitu :

1. Mengetahui kondisi geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi dan sejarah

geologi daerah penelitian.

2. Mengetahui karakteristik kualitas batubara pada daerah penelitian.

3. Mengetahui kelas/rank batubara pada daerah penelitian berdasarkan

kualitas batubara

1.4 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan diadakan seiring dengan diadakannya Kerja Praktik

pada PT. Kaltim Prima Coal, pada tanggal 01 Februari 2023 – 31 Maret 2023

(Disesuaikan lagi dengan kebijakan perusahaan). Secara administratif terletak di

daerah Sangatta, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi

Kalimantan Timur.

1.5 Peserta Kegiatan

Peserta kegiatan penelitian tugas akhir pada PT. Kaltim Prima Coal yaitu

mahasiswa Program Studi Teknik Geologi, Departemen Teknik Geologi, Fakultas

Teknik, Universitas Hasanuddin, yaitu :

Nama : Indri Anggreni

NIM : D061 19 1044

1.6 Pembimbing

Pada pelaksanaan penelitian tugas akhir ini, kami akan dibimbing oleh 2

pembimbing, yaitu:

1. Pihak Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanudin,

3
dalam hal ini Dosen.

2. Pihak perusahaan tempat pelaksanaan kegiatan Kerja Praktik yaitu PT.

Kaltim Prima Coal.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Regional

Daerah penelitian secara geologi regional merupakan bagian dari

Cekungan Kutai, yang termasuk dalam Peta Geologi Lembar Sangatta (Sukardi

dkk., 1995).

2.1.1 Fisiografi Regional

Gambar 2.1 Fisiografi Cekungan Kutai (Biantoro, 1992)

Fisiografi Cekungan Kutai seperti terlihat pada Gambar 2.1. Cekungan

Kutai merupakan salah satu cekungan Tersier yang terbesar di Indonesia, luasnya

165.000 km2 dan kedalamannya kurang lebih mencapai 14.000 m. Di bagian

utara, Cekungan Kutai dibatasi oleh Sesar Sangkulirang dan Sesar Bengalon,

5
sedangkan

6
dibagian selatan dibatasi oleh Sesar Adang (Biantoro dkk., 1992).

Secara tektonik, Cekungan Kutai dipisahkan dari Cekungan Tarakan di

utara oleh Punggungan Mangkalihat dan dipisahkan dari Cekungan Barito di

selatan oleh Adang flexure. Bagian barat Cekungan Kutai dibatasi Tinggian

Kuching yang tersusun oleh batuan metasedimen berumur Kapur dan sedimen

berumur Paleosen, sedangkan bagian timur Cekungan Kutai terbuka ke Selat

Makassar dengan kedalaman air laut mencapai lebih dari 2000 meter (Allen &

Chambers, 1998; op.cit. Resmawan, 2007).

2.1.2 Geologi Regional Cekungan Kutai

2.1.2.1 Kerangka Tektonik

Kerangka tektonik Kalimantan Timur selain dipengaruhi oleh

perkembangan tektonik regional yang melibatkan interaksi Lempeng Pasifik,

Hindia-Australia dan Eurasia, juga dipengaruhi oleh tektonik regional di bagian

Asia Tenggara. Cekungan Kutai di Kalimantan merupakan cekungan busur

belakang atau back arc di bagian barat yang terbentuk akibat tumbukan antara

lempeng benua dan lempeng samudera. Peregangan di Selat Makassar sangat

mempengaruhi pola pengendapan terutama pada bagian timur cekungan (Ibrahim,

2005).

Pada Tersier Awal, Cekungan Kutai dan Cekungan Barito merupakan satu

cekungan besar berarah utara timurlaut–selatan baratdaya. Kedua cekungan

tersebut mulai terpisah setelah pengangkatan Blok Meratus, dicirikan oleh

kelurusan zona patenosfer yang dikontrol oleh Sesar Adang atau disebut South

Kutai Boundary Fault. Pemisahan ini diduga terjadi selama Miosen Tengah,

7
berdasarkan fasies yang berbeda pada lapisan sedimen antara kedua cekungan dari

Miosen Akhir sampai Resen (Biantoro dkk., 1992).

Cekungan Kutai terbentuk karena proses pemekaran pada Kala Eosen

Tengah yang diikuti oleh fase pelenturan dasar cekungan yang berakhir pada

Oligosen Akhir. Peningkatan tekanan karena tumbukan lempeng mengakibatkan

pengangkatan dasar cekungan ke arah baratlaut yang menghasilkan siklus regresif

utama sedimentasi klastik di Cekungan Kutai dan tidak terganggu sejak Oligosen

Akhir hingga sekarang (Ferguson & McClay, 1997; op.cit. Resmawan, 2007).

Pada Kala Miosen Tengah pengangkatan dasar cekungan dimulai dari bagian

barat Cekungan Kutai yang bergerak secara progresif ke arah timur sepanjang

waktu dan bertindak sebagai pusat pengendapan. Selain itu juga terjadi susut laut

yang berlangsung terus-menerus sampai Miosen Akhir.

Gambar 2.2 Peta Geologi Lembar Sangatta, Kalimantan Timur Skala 1:250.000
(Sukardi dkk., 1995).

8
2.1.2.2 Stratigrafi Regional

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Sangatta (Sukardi dkk., 1995) (Gambar

2.2 dan 2.3), membagi satuan lithostratigrafi daerah Kutai Timur menjadi 6

(enam) formasi dengan urutan dari tua ke yang muda adalah sebagai berikut:

Formasi Pamaluan (Tmp) : Batulempung dengan sisipan tipis napal,

batupasir dan batubara. Bagian atas terdiri dari batulempung pasiran yang

mengandung sisa tumbuhan dan beberapa lapisan tipis batubara. Secara umum

bagian bawah lebih gampingan dan mengandung lebih banyak foraminifera

plankton dibanding dengan bagian atasnya. Fosil penunjuk terdiri dari

Globigerinoides primordius, Globigerinoides trilobus, Globigerinita sp. yang

berumur N.4-N.5 atau Te5 Bawah (Miosen Awal). Lingkungan pengendapan

berkisar dari neritik dalam sampai neritik dangkal.

Formasi Bebuluh (Tmbe) : Batugamping dengan sisipan batulempung,

batulanau, batupasir dan sedikit napal. Batugamping mengandung koral dan

foraminifera besar. Batugamping dari formasi ini adalah terumbu dan tebaran

batugamping terumbu. Berumur Miosen Awal, dengan tebal diperkirakan 2000

meter, formasi ini ditutupi selaras oleh Formasi Pulau Balang.

Formasi Pulau Balang (Tmpb) : Perselingan batupasir dengan

batulempung dan batulanau, setempat bersisipan tipis lignit, batugamping atau

batupasir gampingan. Berumur Miosen Awal – Miosen Tengah. Sedimentasinya

diperkirakan terjadi di daerah pro-delta, dengan tebaran terumbu di beberapa

tempat.

Formasi Balikpapan (Tmbp) : Batupasir, batulempung, lanau, tuf dan

9
batubara. Pada perselingan batupasir kuarsa, batulempung dan batulanau

memperlihatkan struktur silang siur. Setempat mengandung sisipan batubara

dengan ketebalan antara 20-40 cm. Batulempung berwarna kelabu, getas,

mengandung muskovit, bitumen dan oksida besi. Tebal formasi ±2000 meter,

dengan lingkungan pengendapan muka daratan-delta. Umur formasi ini Miosen

Tengah - Miosen Akhir. Formasi ini tertindih selaras oleh Formasi Kampungbaru.

Formasi Kampungbaru (Tmpk) : Batulempung pasiran, batupasir dengan

sisipan batubara dan tuf, setempat mengandung lapisan tipis oksida besi dan bintal

limonit. Berumur Miosen Akhir hingga Plio-Plistosen, dengan lingkungan

pengendapan delta sampai laut dangkal dengan tebal formasi antara 500-800

meter. Endapan Aluvial (Qal) : Material lepas berupa lempung dan lanau, pasir,

lumpur, dan kerikil, merupakan endapan pantai, rawa, dan sungai.

Tabel 2.1 Kolom Stratigrafi daerah Kutai Timur, Cekungan Kutai bagian
utara (Supriatna & Rustandi, 1995; op.cit. Resmawan, 2007).

10
2.2.1.1 Struktur Geologi Regional

Pembentukan struktur geologi di Cekungan Kutai sangat dipengaruhi oleh

adanya spreading di sepanjang Selat Makassar yang menimbulkan sesar-sesar

mendatar dengan arah pergerakan baratlaut-tenggara serta memisahkan Pulau

Kalimantan dan Pulau Sulawesi. Pola struktur Cekungan Kutai dipengaruhi oleh

pengangkatan Tinggian Kuching yang tegasannya berasal dari arah baratlaut.

Pengangkatan ini terus berlangsung hingga mengakibatkan berkurangnya

kestabilan. Akibat ketidakstabilan ini maka terjadi pelengseran batuan ke arah

timur. Gambar 2.4 menunjukkan gambaran struktur geologi regional yang

mempengaruhi pembentukan Cekungan Kutai, struktur yang ada adalah

Antiklinorium Samarinda yang berarah baratlaut-tenggara, Sesar Bengalon, Sesar

Sangkulirang dan Sesar Adang.

Struktur geologi yang berkembang di dalam Cekungan Kutai adalah

lipatan dan sesar. Batuan tua seperti Formasi Pamaluan, Formasi Bebuluh dan

Formasi Pulau Balang umumnya terlipat kuat dengan kemiringan sekitar 400 ,

tetapi ada juga yang mencapai 750 , sedangkan batuan yang berumur lebih muda

seperti Formasi Balikpapan dan Formasi Kampungbaru pada umumnya terlipat

lemah, namun di beberapa tempat dekat zona sesar ada yang terlipat kuat. Di

daerah ini terdapat 3 (tiga) jenis sesar, yaitu sesar naik, sesar normal dan sesar

mendatar. Sesar naik diduga terjadi pada Miosen Akhir yang kemudian dipotong

oleh sesar mendatar yang terjadi kemudian, sedangkan sesar turun terjadi pada

Kala Pliosen (Supriatna dan Rustandi, 1995; op.cit. Resmawan, 2007).

11
Proses pembentukan lipatan di Cekungan Kutai terdapat dua pendapat,

yaitu:

1. Menurut Ott, 1987; op.cit. Resmawan, 2007, menyatakan bahwa pola

struktur pada Cekungan Kutai disebabkan oleh adanya proses gelinciran

akibat gaya gravitasi (gravity sliding) pada batuan dasar yang mempunyai

plastisitas tinggi akibat adanya pengangkatan Tinggian Kuching selama

Zaman Tersier.

2. Menurut McClay dkk., 2000; op.cit. Resmawan, 2007, menyatakan bahwa

struktur di daerah dataran Cekungan Kutai merupakan hasil dari tektonik

delta, yaitu gabungan dari sedimentasi yang cepat dan gaya tektonik.

Akibat penumpukan terjadi pelengseran lateral yang mengakibatkan

pelengseran lateral yang mengakibatkan lipatan dan sesarsesar turun,

kemudian mengalami reaktivasi menjadi sesar naik akibat gaya kompresi.

12
Gambar 2.3 Struktur Geologi Cekungan Kutai (Allen & Chambers, 1998; op.cit.
Sukmayana, 2009).

2.1.3 Geologi Regional Daerah sangatta

Daerah Sangatta terletak di antara Delta Mahakam dan Tinggian

Mangkalihat yang merupakan Cekungan Kutai bagian utara. Berdasarkan hasil

analisis dari Formasi Balikpapan di daerah Sangatta, dapat disimpulkan bahwa

sistem delta di Sangatta merupakan perkembangan delta tersendiri, yang

berkembang di bagian utara Cekungan Kutai dan terpisah dari sitem Delta

Mahakam purba di bagian selatan (Snedden dkk., 1996; op.cit. Setiadi, 2008). Di

sebelah barat cekungan terjadi pengangkatan yang disertai erosi yang

menyebabkan di daerah timurlaut (sekitar Sangatta) terjadi sedimentasi,

sebaliknya jika pengangkatan di sebelah barat berkurang intensitasnya maka

terjadi transgresi dari timurlaut berlangsung ke arah barat.

13
Di kawasan Sangatta pengendapan delta yang cepat pada Miosen Tengah

mulai membebani endapan lempung tebal berumur Tersier dan mengakibatkan

masa lempung yang belum mampat (kompak) itu menjadi labil. Akibatnya masa

lempung mencuat, berdiapirik menerobos sedimen regresif di atasnya, sehingga di

kawasan ini ditemui suatu struktur antiklin yang sempit, memanjang dan sejajar

dengan garis pantai. Struktur antiklin sempit ini dipisahkan oleh sinklin-sinklin

yang lebar. Proses pembentukan struktur ini berlangsung setahap demi setahap,

beruntun bersamaan dengan progradasi pengendapan delta (Samuel, 1976; op.cit.

Setiadi, 2008) (Gambar 2.5).

Gambar 2.4 Model Pembentukan Struktur Diapirik Massa Lempung di Sangatta


(Biantoro dkk., 1992).

Sistem delta Sangatta ini terbentuk bersamaan dengan Proto-delta

Mahakam dan diperkirakan mulai berlangsung sejak Miosen Awal (Duval dkk.,

1992; op.cit.
14
Setiadi, 2008). Penurunan dasar cekungan selama Kala Eosen hingga Oligosen

Awal menyebabkan terjadinya transgresi regional yang berlangsung dari timurlaut

ke barat-baratdaya (Setiadi, 2008).

2.2 Dasar Teori

2.2.1 Batubara

Batubara adalah batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar, terbentuk

dari sisa tumbuhan purba, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak

pengendapannya mengalami proses fisika dan kimia yang mengakibatkan

pengayaan pada kandungan karbon. Wolf, (1984) dalam Anggayana (2002).

2.2.2 Pembentukan Batubara

Skema pembentukan batubara diperlihatkan pada Gambar.7 pembentukan

batubara ini sangat menentukan kualitas batubara, sebab proses yang berlangsung

selain melibatkan metamorfosis dari sisa tumbuhan, juga tergantung pada keadaan

pada waktu geologi dan kondisi lokal seperti iklim dan tekanan. Dalam suatu

cebakan yang sama, sifat-sifat analitik yang ditemukan dapat berbeda, selain

karena tumbuhan asalnya yang mungkin berbeda, juga karena banyaknya reaksi

kimia yang mempengaruhi kualitas suatu batubara.

15
Gambar 2.5 Skema Pembentukan Batubara (Wolf, (1984) dalam Anggayana (2002).

Penggambutan ( Peatification) Gambut adalah sedimen organik yang

dapat terbakar, berasal dari tumpukan hancuran atau bagian dari tumbuhan yang

terhumifikasi dan dalam kondisi tertutup udara (di bawah air), tidak padat,

memiliki kandungan air lebih dari 75% berat dan kandungan karbon lebih kecil

dari 60% dalam kondisi kering (Anggayana, 2002). Proses penggambutan ini

merupakan tahap paling awal dari proses pembentukan batubara, yang meliputi

proses mikrobial dan perubahan kimia (biokimia). Faktor yang sangat penting

dalam proses ini adalah keberadaan air dan mikroorganisme (bakteri).

Pembatubaraan (Coalification) Pada tahap selanjutnya, proses

penggambutan akan diikuti oleh proses pembatubaraan. Meliputi proses geologi

dan perubahan kimia (geochemical coalification), pada tahap ini bakteri tidak ikut

berperan lagi. Proses pembatubaraan adalah perkembangan gambut (peat) menjadi

lignit (brown coal), sub-bituminous, bituminous, dan anthracite. Proses

16
pembatubaraan ini terutama dikontrol oleh temperatur, tekanan dan waktu cepat.

Faktor peningkatan temperatur memegang peranan yang sangat penting pada

tahapan ini. Terdapat dua teori yang menjelaskan proses terjadinya batubara yaitu:

1. Teori In-situ Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal

dari hutan di tempat dimana batubara tersebut. Batubara yang terbentuk

biasanya terjadi di hutan basah dan berawa, sehingga pohon-pohon di

hutan tersebut pada saat mati dan roboh, langsung tenggelam ke dalam

rawa tersebut dan sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami pembusukan

secara sempurna dan akhirnya menjadi fosil tumbuhan yang membentuk

sedimen organik.

2. Teori Drift Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari

hutan yang bukan ditempat dimana batubara tersebut. Batubara yang

terbentuk biasanya terjadi di delta mempunyai ciri-ciri lapisannya yaitu

tipis, tidak menerus (splitting), banyak lapisannya (multiple seam), banyak

pengotor (kandungan abu cenderung tinggi).(Sukandarrumidi. 1995)

Klasifikasi Batubara Pengklasifikasian batubara di dasarkan pada derajat

dan kualitas dari batubara tersebut, yaitu : Menurut Sari (2009) berdasarkan

tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu,

batubara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, subbituminus,

lignit dan gambut.

1. Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan

(luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan

kadar air kurang dari 8%.

17
2. Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-

10% dari beratnya. Kelas batubara yang paling banyak ditambang di

Australia.

3. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh

karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan

dengan bituminus.

4. Lignit atau batubara coklat adalah batubara yang sangat lunak yang

mengandung air 35-75% dari beratnya.

5. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang

paling rendahBatubara adalah bahan tambang non logam yang sifatnya

seperti arang kayu, tetapi panas yang dihasilkan lebih besar. Batubara

adalah fosil dari tumbuhtumbuhan yang mengalami perubahan kimia

akibat tekanan dan suhu yang tinggi dalam kurun waktu lama. Komposisi

penyusun batu bara terdiri dari campuran hidrokarbon dengan komponen

utama karbon. Di samping itu juga mengandung senyawa dari oksigen,

nitrogen, dan belerang. Batu bara diklasifikasikan menurut kadar

kandungan karbon yang ada di dalamnya, yaitu berturut-turut makin besar

kadarnya lignite, bitumen, dan antrasit.

2.2.3 Karakteristik Batubara

Setiap batubara mempunyai karakteristik (ciri khusus) masing-masing

tergantung peringkatnya. Karakteristik yang paling mudah dikenali adalah sifat

fisiknya. Gambar 9 menunjukkan perubahan sifat fisik dari gambut menjadi

batubara peringkat terendah (lignit) sampai peringkat tertinggi (antrasit).

1. Batubara Peringkat Rendah ( Low Rank Coal )


18
Sifat fisik batubara peringkat rendah yang umum adalah sebagai berikut:

a. Warnanya cokelat kusam, disebut juga batubara cokelat (brown coal)

kalau, dipegang mengotori tangan.

b. Kekerasannya rendah (lunak) rapuh, disebut juga batubara lunak (soft

coal) mudah digerus dan HGI tinggi, kecuali kalau kadar abunya tinggi

dan mengandung mineral terutama silika.

c. Ketahanan terhadap cuaca (Weathering index) rendah, mudah hancur jika

terkena perubahan cuaca (panas dan hujan). Tingkat segregasi semakin

tinggi dengan semakin rendahnya peringkat batubara.

d. Mudah hancur dan membentuk partikel halus dan debu, ketika dipindahkan.

Porositasnya tinggi, mudah menyerap air sehingga selama musim hujan

kadar air akan tinggi.

e. Reaktivitasnya tinggi dan mudah terbakar, titik nyala rendah. - Dalam

stockpile (penyimpanan) mudah terjadi swabakar.

f. Titik leleh abu rendah, sering menyebabkan fouling dan slagging.

g. Tidak mempunyai sifat coking (FSI = 0) sehingga tidak cocok untuk

pembuatan kokas; umumnya untuk bahan bakar (steam coal)

h. Reflektan vitrinit (Rv) kurang dari 0.5%.

i. Bersifat hidrophilik.

2. Batubara Peringkat Menengah (Medium Rank Coal) Sifat fisik batubara

peringkat menengah yang umum adalah sebagai berikut:

a. Warnanya hitam mengkilat, kalau dipegang tidak mengotori tangan

disebut juga black coal.

19
b. Kekerasannya lebih tinggi mempunyai HGI lebih rendah, disebut juga

batubara keras (hard coal ).

c. Ketahanan terhadap cuaca (weathering index) rendah, tidak mudah hancur

jika terkena perubahan cuaca (panas dan hujan).

d. Tidak mudah hancur dan sedikit membentuk partikel halus dan debu,

dalam proses transportasi.

e. Porositasnya rendah, tidak mudah menyerap air selama musim hujan.

f. Reaktivitasnya lebih rendah dari batubara peringkat rendah.

g. Dalam stockpile (penyimpanan) tidak mudah terjadi swabakar.

h. Titik leleh abu lebih tinggi, tidak menyebabkan fouling dan slagging

kecuali jika mengandung pengotor alkali (sodium dan kalium). Bersifat

coking, bahkan FSI bisa lebih dari 6 dan cocok untuk pembuatan kokas

terutama batubara peringkat medium volatile bituminous dan low volatile

bituminous.

i. Reflektan vitrinit (Rv) antara 0.5 – 2.0 %.

j. Bersifat hidrophobik.

3. Batubara Peringkat Tinggi (High Rank Coal) Sifat fisik batubara peringkat

tinggi yang umum adalah sebagai berikut:

a. Warnanya hitam mengkilat sampai keperakan, termasuk batubara black

coal, kalau dipegang tidak mengotori tangan.

b. Kekerasannya tinggi kecuali proses pembatubaraannya karena intrusi,

termasuk juga batubara keras (hard coal ), HGI-nya rendah.

20
c. Ketahanan terhadap cuaca (weathering index) paling tinggi, tidak

mudahhancur jika terkena perubahan cuaca (panas dan hujan).

d. Tidak mudah hancur dan tidak membentuk partikel halus dan debu dalam

proses transportasi.

e. Porositasnya sangat rendah, hampir tidak menyerap air selama musim

hujan.

f. Reaktivitasnya sangat rendah dan tidak mudah terbakar, titik nyala tinggi

sehingga tidak cocok untuk bahan bakar (steam coal), biasanya untuk

bahan reduktor.

g. Dalam stockpile (penyimpanan) tidak akan terjadi swabakar.

h. Titik leleh abu tinggi, kecuali jika mengandung alkali (sodium dan kalium).

Tidak mempunyai sifat coking (FSI = 0) sehingga tidak cocok untuk

pembuatan kokas.

i. Reflektan vitrinit (Rv) antara 2.0 – 6.0%.

j. Bersifat hidrophobik.

2.2.4 Analisis Proksimat

Analisis proksimat digunakan untuk menentukan kelas (rank) batubara,

analisis ini terdiri atas empat parameter utama, yaitu kandungan lengas (moisture),

kadar abu (ash), zat terbang (volatile matter) dan karbon tertambat (fixed carbon).

Moisture ialah kandungan air yang terdapat dalam batubara, sedangkan

abu (ash) merupakan kandungan residu non-combustible yang umumnya terdiri

dari senyawa-senyawa silica oksida (SiO2), kalsium dioksida (CaO), Karbonat,

dan mineral-mineral lainnya.

21
Volatile matters adalah kandungan batubara yang terbebaskan pada

temperature tinggi tanpa keadaan oksigen (misalknya CxHy, H2, Sox, dan

sebagainya).

Fixed carbon ialah kadar karbon tetap yang terdapat dalam batubara

setelah voatile matters dipisahkan dari batubara. Kadar fixed carbon ini berada

dengan kadar karbon (C) hasil analisis ultimat karena sebagian karbon berikatan

membentuk senyawa hidrokarbon volatile.

2.2.5 Klasifikasi Batubara ASTM

Klasifikasi ini dikembangkan di Amerika oleh Bureau of Mines yang

akhirnya dikenal dengan Klasifikasi menurut ASTM (America Society for Testing

and Material). Klasifikasi ini berdasarkan rank dari batubara atau berdasarkan

derajat metamorphism nya atau perubahan selama proses coalifikasi (mulai dari

lignite hingga antrasit). Untuk menentukan rank batubara diperlukan data fixed

carbon (dmmf), volatile matter (dmmf) dan nilai kalor dalam Btu/lb dengan basis

mmmf (moist, mmf). Cara pengklasifikasian :

Untuk batubara dengan kandungan VM lebih kecil dari 31% maka

klasifikasi didasarkan atas FC nya, untuk ini dibagi menjadi 5 group, yaitu:

1. FC lebih besar dari 98% disebut meta antrasit

2. FC antara 92-98% disebut antrasit

3. FC antara 86-92% disebut semiantrasit

4. FC antara 78-86% disebut low volatile

5. FC antara 69-78% disebut medium volatile

22
Untuk batubara dengan kandungan VM lebih besar dari 31%, maka

klasifikasi didasarkan atas nilai kalornya dengan basis mmmf. 3 group bituminous

coal yang mempunyai moist nilai kalor antara 14.000 - 13.000 Btu/lb yaitu :

1. High Volatile A Bituminuos coal (>14.000)

2. High Volatile B Bituminuos coal (13.000-14.000)

3. High Volatile C Bituminuos coal (<13.000)

Untuk group Sub-Bituminous coal yang mempunyai moist nilai kalor antara

13.000 – 8.300 Btu/lb yaitu :

1. Sub-Bituminuos A coal (11.000-13.000)

2. Sub-Bituminuos B coal (9.000-11.000)

3. Sub-Bituminuos C coal (8.300-9.500)

Untuk batubara jenis lignit, 2 group Lignite coal dengan moist nilai kalor

di bawah 8.300 Btu/lb yaitu:

1. Lignit A (8.300-6300)

2. Lignit B (6300)

23
BAB III
METODE DAN TAHAPAN PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan terdiri atas metode pemetaan tidak

langsung dan metode pemetaan lapangan:

3.1.1 Metode Pemetaan Tidak Langsung

Pemetaan tidak langsung dilakukan dengan pengamatan dari interpretasi

melalui foto udara ataupun citra satelit. Interpretasi ini juga dilakukan untuk

mengetahui pola pengaliran, dan membuat peta geomorfologi serta peta geologi

daerah penelitian.

3.1.2 Metode Pemetaan Lapangan

Pemetaan lapangan atau yang disebut juga dengan pemetaan geologi.

Pemetaan geologi yaitu kegiatan pemrosesan data survei keadaan kondisi geologi

sampai menyajikan menjadi geoinformasi. Hal ini dilakukan dengan pengamatan

geomorfologi, pengukuran struktur geologi, observasi litologi, pengukuran

penampang stratigrafi, dan pengukuran profil singkapan batuan.

3.2 Tahapan Penelitian

Kegiatan penelitian ini terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu,

3.2.1 Tahapan Persiapan

Tahap persiapan adalah tahapan awal yang dilakukan sebelum

pengambilan data lapangan secara langsung, Tahap persiapan ini dibagi kedalam

beberapa sub

24
tahapan, antara lain :

3.2.1.1 Studi Literatur

Mengumpulkan data-data sekunder yang di jadikan refrensi khususnya

yang berhubungan dengan kondisi Geologi daerah penelitian, untuk mendapatkan

gambaran umum tentang metode penelitian yang akan digunakan serta gambaran

umum tentang daerah penelitian. Data-data sekunder ini diperoleh dari peneliti-

peneliti terdahulu berupa geologi regional daerah penelitian meliputi fisiografi

regional, stratigrafi regional dan struktur geologi regional. Dan memahami aspek

teori yang ada mengenai analisis kualitas batubara dan kondisi geologi daerah

penelitian.

3.2.1.2 Perumusan Masalah

Perumusan Masalah yang dimaksudkan adalah untuk mengetahui masalah

apa yang akan diangkat dalam penulisan tugas akhir dalam hal ini perumusan

masalah yang akan membantu dalam kegiatan pengambilan data di lapangan

maupun di laboratorium.

3.2.1.3 Pengurusan Administrasi

Pengurusan Administrasi merupakan perumusan segala bentuk perizinan

kegiatan penelitian kepada pihak – pihak terkait, antara lain :

1. Departemen Teknik Geologi Universitas Hasanuddin

2. Human Resource Development (HRD) PT. Kaltim Prima Coal

3. Geology and Development Department PT. Kaltim Prima Coal

25
3.2.1.4 Persiapan Lapangan

Tahapan persiapan lapangan dapat berupa, pembuatan peta dasar yaitu

peta topografi daerah penelitian dan peralatan lapangan yaitu mempersiapkan alat

untuk penelitian dilapangan.

3.2.2 Tahapan Pengambilan Data

Pada tahapan ini metode yang digunakan yaitu pengamatan geomorfologi,

pengukuran struktur geologi dan pengamatan sampel.

3.2.2.1 Pengamatan Geomorfologi

Yaitu melakukan pengamatan morfologi dilihat bentuk bentuk bentang

alam dan pengambilan foto yang diperlukan dalam analisa morfologi, serta

melihat bentang lahan yang terbentuk pada lokasi penelitian.

3.2.2.2 Pengukuran Struktur Geologi

Yaitu meliputi kekar dan patahan yang terbentuk pada batuan. Pengukuran

kedudukan struktur geologi dengan menggunakan alat bantu kompas geologi, dan

selanjutnya pengambilan foto yang diperlukan dalam analisa struktur geologi.

3.2.2.3 Pengamatan sampel/Sampling batubara

Melakukan pengamatan singkapan batuan yang ditemukan di lapangan,

pengambilan sampel batuan dan mendeskripsikan singkapan baik dari secara

megaskopis. Melakukan pengukuran arah kedudukan batuan dan profil batuan,

kemudian pengambilan foto singkapan.

Sampling merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan secara

26
terkendali sejumlah material yang mewakili secara keseluruhan material tersebut.

Pengambilan sampel batubara yang dilakukan minimal 3 sampel untuk setiap

seam, dimana setiap pit dilakukan pengambilan sample minimal 3 seam.

3.2.3 Tahap Preparasi Sampel

Dalam tahap preparasi sampel yang di lakukan yaitu mengumpulkan dan

memilih sampel batuan yang akan di gunakan dalam analisis petrografi. Pada

analisis petrografi yang di gunakan yaitu sampel batuan segar.

3.2.4 Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Tahap ini merupakan tahapan untuk mendapatkan hasil yang lebih

lengkap, dalam tahap ini di bagi menjadi 2 yaitu analisa data di lapangan dan

analis laboratorium.

3.2.4.1 Analisa Data di Lapangan

Mengunakan beberapa analisis, diantaranya yaitu analisis geomorfologi,

analisis struktur dan analisis stratigrafi. Dalam pengamatan morfologi dilakukan

juga analisa bentuk morfologi dan penentuan satuan morfologi berdasarkan

bentuk asal, serta analisa sungai seperti pola pengaliran sungai. Analisis Struktur

berfungsi untuk mengetahui pengaruh struktur di daerah penelitian. Kemudian

analisis Stratigrafi bertujuan untuk mengetahui jenis batuan dan sebaran batuan

yang terdapat di lokasi penelitian. Sedangkan untuk mengetahui umur batuan

dapat dilihat dari referensi geologi regional.

27
3.2.4.2 Tahap Analisis Laboratorium

Analisis laboratorium yang digunakan adalah analisis petrografi dan

analisis Proksimat. Analisis petrografi dilakukan menggunakan mikroskop

polarisasi dengan metode nikol silang dan nikol sejajar untuk mengamati sayatan

tipis pada batuan untuk melihat komposisi mineral, kelimpahan mineral, dan

hubungan tekstur antar mineral pada batuan. Sedangkan Analisa Proksimat

Batubara digunakan untuk mengetahui kualitas batubara yang di lihat dari jumlah

relatif air lembab (moisture content), zat terbang (VM), abu (ash), dan karbon

tertambat (FC) serta besar kalori yang terkandung didalam batubara.

3.2.5 Tahap Penyusunan Tugas Akhir

Tahap ini merupakan tahap akhir dari kegiatan penelitian yang memuat

semua data yang meliputi hasil pengumpulan data berupa, hasil interpretasi,

analisis dan pengolahan data secara sistematik, lokasi pengamatan, peta pola

pengaliran, peta geomorfologi daerah penelitian, peta geologi daerah penelitian,

hasil-hasil tersebut di diskusikan dengan pembimbing dan dituangkan kembali

kedalam laporan tugas akhir. Selama penyusunan tugas akhir dilakukan

pengoreksian dan pengecekan ulang terhadap semua data dan hasil analisa yang

kemudian dituangkan menjadi suatu laporan ilmiah.

28
3.3 Diagram Alir

Tahap Persiapan

1. Studi Literatur
2. Perumusan Masalah
3. Administrasi
4. Persiapan Lapangan

Tahap Pengambilan Data

Pengamatan Geomorfologi Pengukuran Struktur Geologi Pengamatan Sampel

Sesar Sampling Batubara


Bentuk lahan
Kekar Deskripsi Megaskopis
Stadia Sungai
Lipatan Pengukuran Kedudukan

Pengambilan Foto

Tahap
Pengumpulan Sampel Preparasi Pemilihan Sampel
Sampel
Tahap Analisis

Analisis Data Lapangan Analisis Laboratorium

Analisis Morfologi Analisis Struktur Analisis Stratigrafi Analisis Petrografi Analisis Proksimat
Satuan Bentuk Lahan Jenis Batuan
Pola Pengaliran Sebaran Komposisi IM, FC, VM, CV
Struktur Geologi Mineral
Umur dan Lingkungan
Pengendapan

Tahap Penyunusan Laporan

Hasil Interpretasi, Analisis dan


Pengolahan Data
Peta Pola Aliran Sungai
Peta Geomorfologi

Draf Laporan TA

Geologi dan Karakteristik Kualitas Batubara


Pada PT.Kaltim Prima Coal Daerah Sangata Kutai Timur,
Provinsi Kalimantan Timur

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian


29
BAB IV
PERENCANAAN WAKTU

4.1 Perencanaan Waktu

Adapun tahapan penelitian yang akan saya lakukan menyesuaikan

dengan jadwal kegiatan akademik, adapun waktu kerja praktik yaitu 2 Bulan,

dalam kurun waktu bulan 21 Februari 2023 – 31 Maret 2023 atau waktu

kegiatan yang diserahkan dan disesuaikan dengan kebijakan perusahaan.

Gambar 4.1 Waktu Penelitian


2023
No Kegiatan Februari Maret
3 4 1 2 3 4
1. Penelitian di Lapangan
2. Analisis Laboratorium
3. Pengolahan dan Analisis Data
4. Penyusunan Laporan

30
BAB V

PENUTUP

Demikian proposal ini disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan Tugas

Akhir pada perusahaan PT. Kaltim Prima Coal. Proposal ini diajukan sebagai

bahan pertimbangan dan semoga mendapat perhatian dan dukungan dari

berbagai pihak.

Kesempatan yang diberikan pada mahasiswa dalam melakukan penelitian

Tugas Akhir ini, akan dapat membuka wawasan mahasiswa pada bidang

teknologi geologi yang dimanfaatkan dalam dunia pertambangan. Kesempatan

yang diberikan oleh pihak perusahaan akan kami manfaatkan dengan sebaik-

baiknya.

Demikian usulan proposal Tugas Akhir ini kami ajukan. Atas perhatian

bapak/ibu, kami ucapkan terimakasih.

31
DAFTAR PUSTAKA

Anggayana, K. 2002. Genesa Batubara. Departemen Teknik Pertambangan.


FIKTM. Institut Teknologi Bandung.

A. Razak .K, Sri. W, and Anshariah. 2016. Analisis Proksimat Terhadap Kualitas
Batubara Di Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser Provinsi
Kalimantan Timur. Jurnal Geomine, Vol 4, No. 3.

Bachtiar, A. 2006. Geologi Pulau Kalimantan. Bandung: Prodi Teknik


Geologi, FIKTM-ITB.

Biantoro, E, Muritno, B.P., Mamuaya, J.M.B. (1992), Innversion Faults as


The Major Structural Control in the Northern Part of The Kutai Basin
East Kalimantan, Proceedings Indonesia Petroleum Association, 21 st
Annual Convention and Exhibition, October 1992, p.45-46.

D. H. Amijaya. 2007. Pengantar Geologi Batu bara. Jurusan Teknik Geologi,


Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sukarandarrumidi. 1995. Batubara dan Gambut. Universitas Gajah Mada.


Yogyakarta

Sukandarrumidi. 1995. Batubara dan Pemanfaatanya, Pengantar Teknologi


Batubara Menuju Lingkungan Bersih. Yogyakarta: UGM.

Supriatna dan Rustandi E, 1981, Peta Geologi Lembar Samarinda Kalimantan


Timur, Kalimantan Timur.

32

Anda mungkin juga menyukai