Anda di halaman 1dari 76

RENCANA KEBUTUHAN ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT

PADA TAMBANG ANDESIT DI PLAMPANG III, DESA


KALIREJO, KECAMATAN KOKAP, KABUPATEN
KULONPROGO, YOGYAKARTA

SKRIPSI

Oleh :
YUDHA CHRISMAN MENDROFA
NPM : 112130090

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
RENCANA KEBUTUHAN ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT
PADA TAMBANG ANDESIT DI PLAMPANG III, DESA
KALIREJO, KECAMATAN KOKAP, KABUPATEN
KULONPROGO, YOGYAKARTA

SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Oleh :
YUDHA CHRISMAN MENDROFA
NPM : 112130090

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
RENCANA KEBUTUHAN ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT
PADA TAMBANG ANDESIT DI PLAMPANG III, DESA
KALIREJO, KECAMATAN KOKAP, KABUPATEN
KULONPROGO, YOGYAKARTA

Oleh :
YUDHA CHRISMAN MENDROFA
NPM : 112130090

Disetujui untuk
Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Tanggal : ……………………………

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Hasywir Thaib Siri, M.Sc Ir. Wawong Dwi Ratminah, MT


19590313 198303 1 003 19620919 199009 2 001
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
Kedua orangtua saya dan semua pihak yang telah membantu
RINGKASAN

IUP Suseno merupakan usaha yang bergerak dibidang pertambangan


batu andesit yang terletak di Desa Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon
Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Masalah yang dihadapi yaitu
menentukan berapa kebutuhan alat muat dan alat angkut yang harus digunakan
agar target produksi tercapai. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menentukan
kemampuan produksi dari alat muat dan alat angkut yang digunakan serta
menilai keserasian kerja antara alat muat dengan alat angkut.
IUP Suseno memiliki target produksi sebesar 54.000 LCM/bulan. Untuk
mencapai target produksi, penambangan di IUP Suseno menggunakan alat muat
Excavator Backhoe Komatsu PC 200 dan alat angkut Dump Truck UD PK 260
H. Dari data yang ada didapatkan cycle time alat muat sebesar 19 detik dan cycle
time alat angkut sebesar 647,6 detik. Dari rencana kalender kerja didapatkan
faktor koreksi MA (Mechanical Availability) 83%, PA (Physical Availability)
85%, UA (Used Availability) 88%, EU (Effective Utilization) 75%. Sedangkan
untuk swell factor didapatkan dari perbandingan antara densitas loose dengan
densitas insitu dimana kedua data tersebut diambil dari hasil uji laboratorium
yaitu sebesar 0,8, dan untuk bucket fill factor diambil dari spesifikasi alat muat
yaitu sebesar 0,8.
Hasil perhitungan didapatkan produksi alat muat Excavator Backhoe
Komatsu PC 200 sebesar 27.483,3 LCM/bulan dan alat angkut Dump Truck UD
PK 260 H sebesar 9.325,94 LCM/bulan. Dengan demikian, untuk memenuhi
target produksi 54.000 LCM/bulan dibutuhkan alat muat Excavator Backhoe
Komatsu PC 200 sebanyak 2 unit dan alat angkut Dump Truck UD PK 260 H
sebanyak 6 unit dengan cadangan alat muat 1 unit dan alat angkut 2 unit. Nilai
keserasian (match factor)yang didapat dari kedua alat tersebut adalah sebesar
0,81.

v
ABSTRACT

IUP Suseno is a company engaged in the andesite mining industry which is


located in Kalirejo village, Kokap Sub-district, Kulon Progo Regency, Special
Province of Yogyakarta. The problems faced is in determining the number of
loaders and haulers needed to achieve target production. This can be done by
setting the production capability of the loaders and haulers used and assessing the
work harmony between loaders and haulers.
Suseno IUP has a production target of approximately 54.000 LCM/month.
To achieve the target production, mining at IUP Suseno is done using the loader
Komatsu Backhoe Excavator PC 200 and the hauler Dump Truck UD PK 260 H.
According to the data obtained, the cycle time for loaders is 19 seconds and
647,6 seconds for haulers. From the work calendar plan, the correction factor for
MA (Mechanical Availability) is 83%, PA (Physical Availability) 85%, UA (Used
Availability) 88%, EU (Effective Utilization) 75%. Whereas the swell factors
obtained from a comparison between loose density and internal density where both
data are taken from the results of laboratory tests which are equal to 0.8, and for
the bucket fill factor taken from the specification of the loading device is equal to
0.8.
According to the calculation, the production of the loader Komatsu Backhoe
Excavator PC 200 amounted to 27.483,3 LCM/month and the hauler Dump Truck
UD PK 260 H 11.085,36 LCM/month. Thus, to fulfil a 54.000 LCM/month
production target, 2 units of Komatsu Backhoe Excavator PC200 loader is needed
and 5 units of Dump Truck UD PK 260 H with 1 unit as back up and 2 units as
haulers. The match factor from both tools is 0,81.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayahNya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Rencana Kebutuhan Alat
Muat dan Alat Angkut Pada Tambang Andesit di IUP Suseno Plampang III, Desa
Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta” ini dapat
diselesaikan. Penelitian dilaksanakan mulai dari 20 Juli 2018 sampai 20 Agustus
2018. Skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Atas selesainya penyusunan skripsi ini, diucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Mohammad Irhas Effendi, M.S., Rektor UPN “Veteran” Yogyakarta
2. Bapak Dr. Ir. H. Suharsono, M.T, Dekan Fakultas Teknologi Mineral UPN
“Veteran” Yogyakarta
3. Bapak Dr. Edy Nursanto, S.T, M.T, Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
4. Ibu Ir. Wawong Dwi R., M.T, Koordinator Program Studi Sarjana Teknik
Pertambangan dan Dosen Pembimbing II
5. Bapak Ir. Hasywir Thaib Siri, M.Sc, Dosen Pembimbing I
6. Ibu Lasinah, ST, Pembimbing Lapangan
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini
Akhirnya, semoga Skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pada
umumnya, dan khususnya ilmu pertambangan.

Yogyakarta, Februari 2019 Penulis,

(Yudha Chrisman Mendrofa)

vii
DAFTAR ISI

Halaman
RINGKASAN .................................................................................................... v
ABSTRACT ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
1.3. Tujuan Penelitian............................................................................. 2
1.4. Batasan Masalah .............................................................................. 2
1.5. Metode Penelitian ............................................................................ 2
1.6. Manfaat Penelitian........................................................................... 3
II. TINJAUAN UMUM
2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah ...................................................... 6
2.2. Kondisi Geologi .............................................................................. 8
2.3. Rencana Penambangan .................................................................... 13
III. DASAR TEORI
3.1. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat Mekanis ......... 14
3.2. Produksi Alat Mekanis .................................................................... 28
3.3. Jumlah Kebutuhan Alat dan Cadangan Alat Mekanis .................... 29
3.4. Keserasian Kerja Alat Muat dan Alat Angkut (Match Factor) ...... 29
IV. HASIL PENELITIAN
4.1. Kondisi Tempat Kerja ..................................................................... 32
4.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat Mekanis ........ 32
4.3. Produksi Alat Muat dan Alat Angkut .............................................. 36
4.4. Kebutuhan Alat Muat dan Alat Angkut .......................................... 36
4.5. Keserasian Kerja (Match Factor) ................................................... 37

viii
Halaman
V. PEMBAHASAN
5.1. Menghitung Jumlah Kebutuhan Alat Gali Muat serta Alat Angkut
untuk Mencapai Target Produksi 54.000 LCM/bulan ..................... 38
5.2. Menilai Keserasian Kerja antara Alat Gali Muat dengan Alat
Angkut ............................................................................................. 42
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan.................................................................................... 43
6.2. Saran .............................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 44
LAMPIRAN ..................................................................................................... 45

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1.1. Diagram Alir Penelitian....................................................................................5
2.1. Peta Kesampaian Daerah IUP Suseno..............................................................7
2.2. Peta Pembagian Zona Pulau Jawa....................................................................8
2.3. Stratigrafi Daerah Kulon Progo......................................................................12
3.1. Pola Pemuatan Top Loading...........................................................................15
3.2. Pola Pemuatan Bottom Loading......................................................................15
3.3. Pola Gali Muat Single Back Up dan Double Back Up....................................16
3.4. Pola Gali Muat Triple Back Up.......................................................................16
3.5. Pola Pemuatan Frontal Cut.............................................................................17
3.6. Pola Pemuatan Parallel Cut............................................................................17
3.7. Pola Pemuatan Drive by Cut...........................................................................18
3.8. Lebar Jalan Angkut Dua Jalur.........................................................................24
3.9. Lebar Jalan Angkut untuk Dua Jalur pada Tikungan......................................25
3.10. Kemiringan Jalan Angkut..............................................................................27
3.11. Grafik Match Factor......................................................................................29
4.1. Grafik Match Factor........................................................................................37

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1. Klasifikasi Material Menurut Bobot Isi dan Swell Factor ........................ 22
3.2. Angka Superelevasi yang Direkomendasikan ........................................... 26
4.1. Geometri Jalan Angkut ............................................................................. 33
4.2. Cycle Time Excavator Backhoe Komatsu (dalam detik)........................... 34
4.3. Rencana Kalender Kerja IUP Suseno ....................................................... 35
4.4. Ketersediaan Alat ...................................................................................... 35
4.5. Bucket Fill Factor ..................................................................................... 36
4.6. Produksi per Unit Alat Mekanis ................................................................ 36
4.7. Produksi dari Jumlah Alat yang Dibutuhkan ............................................ 37
5.1. Klasifikasi Material Menurut Bobot Isi dan Swell Factor ........................ 40

xi
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman
A. PETA EKSPLORASI IUP SUSENO........................................................ 45
B. SPESIFIKASI ALAT MEKANIS ............................................................. 46
C. PERHITUNGAN FAKTOR PENGEMBANGAN (SWELL FACTOR)
BATUAN ANDESIT................................................................................. 49
D. GEOMETRI JALAN ANGKUT ............................................................... 50
E. WAKTU EDAR (CYCLE TIME) .............................................................. 56
F. RENCANA KALENDER KERJA DAN KETERSEDIAAN ALAT ....... 58
G. FAKTOR PENGISIAN MANGKUK (BUCKET FILL FACTOR) ........... 60
H. PRODUKSI ALAT MEKANIS ................................................................ 61
I. PERHITUNGAN KEBUTUHAN ALAT MEKANIS .............................. 63
J. MATCH FACTOR...................................................................................... 64

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


IUP Suseno merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
pertambangan batu andesit yang terletak di wilayah Desa Kalirejo, Kecamatan
Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.
Pada saat ini, lokasi penelitian baru mendapatkan Izin Usaha
Pertambangan (IUP) Eksplorasi dan akan mengajukan IUP Operasi Produksi.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 bahwa salah satu syarat
untuk mendapatkan IUP Operasi Produksi harus membuat laporan studi
kelayakan pertambangan terlebih dahulu. Di dalam laporan studi kelayakan
pertambangan harus mencantumkan rencana kegiatan pertambangan dan lokasi
penambangan yang disertai dengan alat mekanis yang akan digunakan.
Penambangan batu andesit pada lokasi penelitian akan dilakukan dengan
sistem tambang terbuka dengan metode quarry. Alat gali muat yang digunakan
yaitu Excavator Backhoe Komatsu PC 200 kemudian hasil penggalian yang di
dapat akan diangkut menggunakan Dump Truck UD PK 260 H. Target produksi
perusahaan sebesar 54.000 LCM/bulan dan umur tambang diperkirakan selama
5 tahun dengan luas IUP sebesar 34 Ha.
Masalah yang dihadapi perusahaan yaitu menentukan berapa kebutuhan
alat muat dan alat angkut yang harus digunakan agar target produksi tercapai.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan menentukan kemampuan produksi dari alat
muat dan alat angkut yang digunakan serta menilai keserasian kerja antara alat
muat dengan alat angkut.

1.2. Rumusan Masalah


Masalah yang dihadapi yaitu menentukan berapa kebutuhan alat gali muat
dan alat angkut yang harus digunakan agar target produksi perusahaan tercapai. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan menentukan kemampuan produksi dari alat gali

1
muat dan alat angkut yang digunakan serta menilai keserasian kerja antara alat gali
muat dengan alat angkut.

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Menghitung jumlah kebutuhan alat gali muat serta alat angkut untuk
mencapai target produksi 54.000 LCM/bulan.
2. Menilai keserasian kerja antara alat gali muat dengan alat angkut.

1.4. Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini yaitu :
1. Penelitian hanya menghitung produktivitas sesuai dengan alat gali muat dan
alat angkut yang sudah ada yaitu Excavator Backhoe Komatsu PC 200 dan
Dump Truck Hino UD PK 260 H.
2. Penelitian yang dilakukan tidak menghitung segi ekonomi atau biaya yang
dikeluarkan dalam mencapai target produksi.
3. Penelitian hanya memperhitungkan pembongkaran andesit tanpa
memperhitungkan pengupasan overburden.

1.5. Metode Penelitian


Metode kegiatan penelitian ini dilakukan sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Penelitian dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang
seperti :
a. Buku tentang pemindahan tanah mekanis, spesifikasi alat mekanis dari
komatsu maupun hino jumbo dan buku tentang bahan galian andesit.
b. Buku dan laporan dari IUP SUSENO yang berkaitan dengan perusahaan.
c. Data curah hujan dari Dinas Pertanian di lokasi penelitian.
2. Pengamatan Lapangan
Pengamatan lapangan dilakukan dengan pengamatan secara langsung di
lapangan.
Penelitian lapangan dilakukan dengan beberapa tahapan kegiatan yaitu :
a. Melakukan pengamatan terhadap lokasi rencana penambangan andesit.

2
b. Melakukan pengamatan terhadap jalan atau jalur pengangkutan lokasi
penelitian.
c. Melakukan pengamatan terhadap kondisi geologi dan topografi daerah.
3. Pengambilan data
Pengambilan data terbagi menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder.
Pengambilan data yang dilakukan sebagai berikut :
a. Data primer yaitu data yang diperoleh dari pengamatan langsung
dilapangan, data yang didapatkan berupa data lebar jalan, dll.
b. Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan berdasarkan literatur dan
hasil penelitian perusahaan yang sudah ada seperti pemetaan topografi,
kondisi geologi, hasil perhitungan sumber daya dan curah hujan.
4. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul baik itu data primer
maupun sekunder, dilakukan perhitungan secara sistematis seperti
pengolahan data produksi dari alat gali muat dan alat angkut.
5. Analisis data
Analisis data bertujuan untuk menghasilkan kesimpulan dari sebuah
penelitian. Analisis yang dilakukan yaitu menilai keserasian kerja dari alat
gali muat dan alat angkut dalam mencapai target produksi dan upaya-upaya
yang dilakukan agar tercapai target produksi dengan alat yang sudah ada
yaitu Excavator Backhoe Komatsu PC 200 dan Dump Truck UD PK 260 H.
6. Kesimpulan
Hasil analisis didapatkan sebuah kesimpulan bahwa layak atau tidak
layaknya penambangan dilakukan berdasarkan upaya-upaya yang dilakukan
dalam mencapai target produksi dengan alat yang sudah ada yaitu Excavator
Backhoe Komatsu PC 200 dan Dump Truck UD PK 260 H.

1.6. Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh perusahaan
sebagai referensi dalam penentuan jumlah alat gali muat dan alat angkut yang akan
digunakan untuk memenuhi target produksi yang diinginkan.

3
RENCANA KEBUTUHAN ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA TAMBANG
ANDESIT DI IUP SUSENO PLAMPANG III, DESA KALIREJO, KECAMATAN KOKAP,
KABUPATEN KULONPROGO, YOGYAKARTA

Masalah yang dihadapi yaitu menentukan berapa kebutuhan alat gali muat dan alat angkut
yang harus digunakan agar target produksi perusahaan tercapai. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan menentukan kemampuan produksi dari alat gali muat dan alat angkut
yang digunakan serta menilai keserasian kerja antara alat gali muat dengan alat angkut.

Tujuan dari penelitian ini yaitu :


1. Menentukan kemampuan produksi dan kebutuhan alat gali muat serta alat angkut untuk
mencapai target produksi 54.000 LCM/bulan.
2. Menilai keserasian kerja antara alat gali muat dengan alat angkut.

`
Menghitung kemampuan produksi alat gali muat per bulan >54.000 LCM

Parameter untuk menentukan produksi alat gali muat >54.000 LCM per bulan :
 Fill factor  Faktor pengisian mangkok
 Swell factor  Physical availability
 Cycle time  Use of availability
 Kapasitas mangkuk alat gali muat  Jumlah alat gali muat

Dapat memenuhi kebutuhan target produksi TIDAK


perusahaan sebesar >54.000 LCM per bulan

YA
Menghitung kemampuan produksi alat angkut per bulan

Parameter untuk menentukan produksi alat angkut >54.000 LCM per bulan :
 Kapasitas bak alat angkut  Jumlah isian/curah
 Cycle time alat angkut  Jarak tempuh
 Physical availability  Jumlah alat
 Use of availability

Dapat memenuhi kebutuhan target produksi TIDAK


perusahaan sebesar >54.000 LCM per bulan

YA

4
A

Menghitung Nilai Match Factor

Parameter untuk menentukan nilai match factor :


 Produksi alat muat  Waktu edar alat muat
 Produksi alat angkut  Waktu edar alat angkut
 Jumlah alat muat  Jumlah curah/isian alat muat
 Jumlah alat angkut

Mendapatkan nilai keserasian alat gali TIDAK


muat dan alat angkut (Match Factor)
sebesar 0,8-1,2
YA

Target produksi perusahaan terpenuhi

Selesai

Gambar 1.1
Diagram Alir Penelitian

5
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah


Lokasi survey IUP Suseno berada di Dusun Plampang III, Kelurahan
Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, DIY.
Kesampaian daerah survey dapat dilalui oleh kendaraan roda empat maupun
roda dua, dengan jarak tempuh ± 50 km dari kota Yogyakarta dan ± 20 km dari
pusat Kota Wates. Daerah IUP dengan batas daerah :
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Girimulyo
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pengasih
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Temon
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo
Secara astronomis terletak pada 70 47'48,70" – 70 47'45,80" Lintang Selatan
dan 1100 04'29,50" – 1100 04'43,90" Bujur Timur (lihat Gambar 2.1). Lokasi
penambangan dapat ditempuhi melalui perjalanan darat berupa jalan aspal dengan
menggunakan kendaraan bermotor baik sepeda motor maupun mobil melalui
beberapa jalan alternatif :
1. Dari arah Yogyakarta ditempuh kurang lebih 60 menit, ke arah barat melalui
jalan Yogja-Wates ke arah utara menuju kecamatan Pengasih untuk sampai
ke arah kecamatan Kokap dan melewati jalan desa Hargomulyo berupa jalan
cor untuk menuju ke lokasi penelitian.
2. Dari arah Sleman ke arah selatan melalui jalan kabupaten kemudian ke arah
Barat jalan Yogja-Wates 45 menit.
3. Dari Kabupaten Bantul ke arah barat melalui jalan raya Brosot ditempuh
lebih kurang 40 menit kemudian ke arah utara menuju kecamatan Kokap
untuk menuju ke desa Hargomulyo.

6
110°00’ 110°05’ 110°10’ 110°15’

07°35’
:

07°40’
LOKASI
PENELITIAN

07°45’
07°50’
07°55’

LEGENDA :
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
DINAS PEKERJAAN UMUM PERUMAHAN
: Kecamatan lokasi penelitian
DAN ENERGI SUMBER DAYA MINERAL
Jln. Bumiijo No. 6,Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Telp: 0274 589091, 55231 : Kabupaten di Yogyakarta
PETA ADMINISTRASI
KABUPATEN KULON PROGO
: Batas Administrasi
: Lokasi Penelitian

PETA INDEKS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA


YOGYAKARTA
Skala :

0 1800 3600 5400 m

Sumber: Bappeda Kabupaten Kulon Progo, 2016


Gambar 2.1.
Peta Kesampaian Daerah IUP Suseno

7
2.2. Kondisi Geologi
Survey geologi dilakukan untuk mendapatkan gambaran di permukaan
variasi litologi yang berada di lokasi survey, survey singkapan batu andesit
dipermukaan lebih di fokuskan untuk mengetahui penyebarannya dan cadangan
yang berada pada IUP Suseno.
2.2.1. Fisiografi
Menurut penelitian Van Bammelen (1948), secara fisiografis Jawa Tengah
dibagi menjadi 3 zona (lihat Gambar 2.2), yaitu :
1. Zona Jawa Tengah bagian utara yang merupakan Zona Lipatan
2. Zona Jawa Tengah bagian tengah yang merupakan Zona Depresi
3. Zona Jawa Tengah bagian selatan yang merupakan Zona Plato

Sumber : Van Bemellen, 1948 (modifikasi)


Gambar 2.2.
Peta Pembagian Zona Pulau Jawa
Berdasarkan letaknya, Kulon Progo merupakan bagian dari zona Jawa
Tengah bagian Selatan, maka daerah Kulon Progo merupakan salah satu plato yang
sangat luas yang terkenal dengan nama Plato Jonggrangan (Van Bemellen, 1948).
Daerah ini merupakan daerah uplift (pengangkatan) yang membentuk dome yang
luas. Dome tersebut relatif berbentuk persegi panjang dengan panjang sekitar 32 km
yang melintang dari arah Utara - Selatan, sedangkan lebarnya sekitar 20 km pada
arah Barat - Timur. Oleh Van Bemellen Dome tersebut diberi nama Oblong Dome.

8
Batasan zona Jawa Tengah antara lain : Bagian utara dan timur dibatasi oleh dataran
pantai Samudera Indonesia dan bagian Barat Laut berhubungan dengan
pegunungan Serayu Selatan.
2.2.1.1. Topografi
Topografi dilakukan untuk mengetahui secara detail bentukan morfologi
sebenarnya pada lokasi survey. Topografi dilakukan dengan menggunakan GPS
Garmin (akurasi 3 – 5 meter), setiap titik pengukuran mempunyai jarak atau spasi
yang bervariatif tergantung kondisi medan berkisar ± 10 meter sampai 50 meter
tersebar di lokasi survey.
2.2.1.2. Geomorfologi
Berdasarkan relief dan genesanya, wilayah Kabupaten Kulon Progo dibagi
menjadi beberapa satuan geomorfologi antara lain, yaitu :
1. Satuan Pegunungan Kulon Progo
Satuan pegunungan Kulon Progo mempunyai ketinggian berkisar antara
100 – 1200mdpl dengan kemiringan lereng sebesar 15o – 16o. Satuan Pegunungan
Kulon Progo penyebarannya memanjang dari Utara ke Selatan dan menempati
bagian Barat wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, meliputi Kecamatan Kokap,
Girimulyo dan Samigaluh. Daerah pegunungan Kulon Progo ini sebagian besar
digunakan sebagai kebun campuran, permukiman, sawah dan tegalan.
2. Satuan Perbukitan Sentolo
Satuan Perbukitan Sentolo ini mempunyai penyebaran yang sempit dan
terpotong oleh kali Progo yang memisahkan wilayah Kabupaten Kulon Progo dan
Kabupaten Bantul. Ketinggiannya berkisar antara 50 – 150 meter diatas permukaan
air laut dengan besar kelerengan rata – rata 15o. Di wilayah ini, satuan perbukitan
Sentolo meliputi daerah Kecamatan Pengasih dan Sentolo.
3. Satuan Teras Progo
Satuan teras Progo terletak disebelah utara satuan perbukitan Sentolo dan
disebelah Timur satuan Pegunungan Kulon Progo, meliputi Kecamatan Nanggulan
dan Kali Bawang, terutama di wilayah tepi Kulon Progo.
4. Satuan Dataran Alluvial
Satuan dataran alluvial penyebarannya memanjang dari barat ke timur,
daerahnya meliputi kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur dan sebagian

9
Lendah. Daerahnya relatif landai sehingga sebagian besar diperuntukkan untuk
pemukiman dan lahan persawahan.
5. Satuan Dataran Pantai
Satuan dataran pantai ini dibagi menjadi dua subsatuan, antara lain :
A. Subsatuan Gumuk Pasir
Subsatuan gumuk pasir ini memiliki penyebaran di sepanjang pantai Selatan
Yogyakarta, yaitu pantai Glagah dan Congot. Sungai yang bermuara di pantai
Selatan ini adalah kali Serang dan kali Progo yang membawa material berukuran
besar dari hulu. Akibat dari proses pengangkutan dan pengikisan, batuan tersebut
menjadi batuan berukuran pasir. Akibat dari gelombang laut dan aktivitas angin,
material tersebut diendapkan di dataran pantai dan membentuk gumuk pasir.
B. Subsatuan Dataran Alluvial Pantai
Subsatuan dataran alluvial pantai terletak di sebelah utara subsatuan gumuk
pasir yang tersusun oleh material berukuran pasir halus yang berasal dari subsatuan
gumuk pasir oleh kegiatan angin. Pada subsatuan ini tidak dijumpai gumuk-gumuk
pasir sehingga digunakan untuk persawahan dan pemukiman penduduk.
2.2.2. Stratigrafi
Menurut Sujanto dan Ruskamil (1975) daerah Kulon Progo merupakan
tinggian yang dibatasi oleh tinggian dan rendahan Kebumen di bagian barat dan
Yogyakarta di bagian timur, yang didasarkan pada pembagian tektofisiografi
wilayah Jawa Tengah bagian selatan. Yang mencirikan tinggian Kulon Progo yaitu
banyaknya gunung api purba yang timbul dan tumbuh di atas batuan paleogen, dan
ditutupi oleh batuan karbonat dan napal yang berumur neogen.
Dalam stratigrafi regional mengenai umur batuan berdasarkan batuan
penyusunnya, antara lain :
1. Sistem Eosen
Batuan yang menyusun sistem ini adalah batu pasir, lempung, napal, napal
pasiran, batu gamping, serta banyak kandungan fosil foraminifera maupun
moluska. Sistem eosen ini disebut “Nanggulan Group”. Tipe dari sistem ini
misalnya di desa Kalisongo, Nanggulan Kulon Progo, yang secara keseluruhannya
tebalnya mencapai 300 m. Tipe ini dibagi lagi menjadi empat yaitu “Yogyakarta
beds”, “Discoclyina”, “Axiena Beds” dan Napal Globirena, yang masing-masing

10
sistem ini tersusun oleh batu pasir, napal, napal pasiran, lignit dan lempung. Di
sebelah timur ”Nanggulan Group” ini berkembang facies gamping yang kemudian
dikenal sebagai gamping eosen yang mengandung fosil foraminifera, colenterata,
dan moluska
2. Sistem Oligosen – Miosen
Sistem oligosen – miosen terjadi ketika kegiatan vulkanisme yang
memuncak dari Gunung Menoreh, Gunung Gadjah, dan Gunung Ijo yang berupa
letusan dan dikeluarkannya material-material piroklastik dari kecil sampai blok
yang berdiameter lebih dari 2 meter. Kemudian material ini disebut formasi andesit
tua (Old Andesite Formation / OAF), karena material vulkanik tersebut bersifat
andesitik dan terbentuk sebagai lava andesit dan tuff andesit. Sedang pada sistem
eosen, diendapkan pada lingkungan laut dekat pantai yang kemudian mengalami
pengangkatan dan perlipatan yang dilanjutkan dengan penyusutan air laut. Bila dari
hal tersebut, maka sistem oligosen – miosen dengan formasi andesit tuanya tidak
selaras dengan sistem eosen yang ada dibawahnya. Diperkirakan ketebalan sistem
ini 600 m. Formasi andesit tua ini membentuk daerah perbukitan dengan puncak-
puncak miring.
3. Sistem Miosen
Setelah pengendapan formasi andesit tua daerah ini mengalami
penggenangan air laut, sehingga formasi ini ditutupi oleh formasi yang lebih muda
secara tidak selaras. Fase pengendapan ini berkembang dengan batuan
penyusunnya terdiri dari batu gamping reef, napal, tuff breksi, batu pasir, batu
gamping globirena dan lignit yang kemudian disebut formasi jonggrangan, selain
itu juga berkembang formasi sentolo yang formasinya terdiri dari batu gamping,
napal dan batu gamping konglomeratan. Formasi Sentolo sering dijumpai
kedudukannya diatas formasi Jonggrangan. Formasi Jonggrangan dan formasi
Sentolo sama-sama banyak mengandung fosil foraminifera yang beumur
burdigalian – miosen.
2.2.3. Struktur Geologi
Struktur ini dapat dikenali dengan adanya kenampakan pegunungan yang
dikelilingi oleh dataran alluvial.

11
Sumber : Laporan Feasibility Study IUP Suseno
Gambar 2.3.
Stratigrafi Daerah Kulon Progo
Secara umum struktur geologi yang bekerja adalah sebagai berikut :
1. Struktur Dome
Menurut Van Bemellen (1948), pegunungan Kulon Progo secara
keseluruhan merupakan kubah lonjong yang mempunyai diameter 32 km mengarah
NE – SW dan 20 km mengarah SE – NW. Puncak kubah lonjong ini berupa satu
dataran yang luas disebut jonggrangan plateu. Kubah ini memanjang dari utara ke
selatan dan terpotong dibagian utaranya oleh sesar yang berarah tenggara – barat
laut dan tertimbun oleh dataran Magelang, sehingga sering disebut oblong dome.
Pemotongan ini menandai karakter tektonik dari zona Selatan Jawa menuju zona
Tengah Jawa. Bentuk kubah tersebut adalah akibat selama pleistosen, di daerah
mempunyai puncak yang relatif datar dan sayap-sayap yang miring dan terjal.
Dalam kompleks pegunungan Kulon Progo khususnya pada lower burdigalian
terjadi penurunan cekungan sampai di bawah permukaan laut yang menyebabkan

12
terbentuknya sinklin pada kaki Selatan pegunungan Menoreh dan sesar dengan arah
Timur – Barat yang memisahkan gunung Menoreh dengan vulkan gunung Gadjah.
Pada akhir miosen, daerah Kulon Progo merupakan dataran rendah dan pada
puncak Menoreh membentang pegunungan sisa dengan ketinggian sekitar 400 m.
Secara keseluruhan kompleks pegunungan Kulon Progo terkubahkan selama
pleistosen yang menyebabkan terbentuknya sesar radial yang memotong breksi
Gunung Ijo dan Formasi Sentolo, serta sesar yang memotong batu gamping
Jonggrangan. Pada bagian Tenggara kubah terbentuk graben rendah.
2. Unconformity
Daerah Kulon Progo terdapat kenampakan ketidakselarasan (disconformity)
antar formasi penyusun Kulon Progo. Kenampakan telah dijelaskan dalam
stratigrafi regional berupa formasi andesit tua yang diendapkan tidak selaras di atas
formasi Nanggulan, formasi Jonggrangan diendapkan secara tidak selaras diatas
formasi Andesit Tua, dan formasi Sentolo yang diendapkan secara tidak selaras
diatas formasi Jonggrangan.

2.3. Rencana Penambangan


Rencana penambangan yang akan dilakukan di lokasi penelitian dengan
target produksi sebesar 54.000 LCM/bulan dengan sistem tambang terbuka dengan
metode quarry, diawali proses pembersihan lahan (land clearing). Setelah kegiatan
land clearing selesai dikerjakan, selanjutnya yang dilakukan adalah pengupasan
lapisan penutup yang terdiri dari tanah dan batuan. Penanganan lapisan penutup
berupa top soil berbeda dengan penanganan lapisan penutup yang terdiri dari
batupasir. Top soil mengandung unsur hara (humus) dan tebalnya sekitar 10-30cm.
Land clearing dikerjakan oleh bulldozer dan dipindahkan ke tempat tertentu yang
akan digunakan kembali untuk reklamasi bekas tambang.
Kegiatan pembongkaran lapisan penutup dapat dilakukan dengan metode
free digging (gali bebas) dan kegiatan pemberaian batuan andesit dilakukan dengan
metode peledakan. Selanjutnya, dilakukan proses pemuatan menggunakan
Excavator Backhoe Komatsu PC 200 yang kemudian dimuatkan ke Dump Truck
UD PK 260 H, setelah itu dilakukan pengangkutan menuju stockpile.

13
BAB III
DASAR TEORI

Didalam mencapai target produksi yang diharapkan, maka harus


mengetahui produksi dari masing-masing alat mekanis baik itu dari alat gali muat
maupun alat angkut. Kemampuan produksi alat dapat digunakan untuk menilai
kinerja dari alat gali muat dan alat angkut. Semakin baik tingkat penggunaan alat
maka semakin besar produksi yang dihasilkan alat tersebut.

3.1. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat Mekanis


Kondisi lapangan dimana operasi penambangan dilakukan sangat
mempengaruhi kemampuan produksi dari alat mekanis. Suatu alat mekanis yang
digunakan sesuai dengan lapangan operasinya kemungkinan besar kemampuan
produksi alat tersebut semakin baik.
Produksi alat-alat mekanis dapat dilihat dari kemampuan alat tersebut dalam
penggunaannya di lapangan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
alat mekanis adalah seperti di bawah ini.

3.1.1. Pola Penggalian dan Pemuatan


Untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan sasaran produksi maka pola
pemuatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi waktu edar alat. Pola
pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan serta alat mekanis
yang digunakan dengan asumsi bahwa setiap alat angkut yang datang, mangkuk
(bucket) alat gali-muat sudah terisi penuh dan siap ditumpahkan. Setelah alat angkut
terisi penuh segera keluar dan dilanjutkan dengan alat angkut lainnya sehingga tidak
terjadi waktu tunggu pada alat angkut maupun alat gali-muatnya.
Pola pemuatan dapat dilihat dari beberapa keadaan yang ditunjukkan alat
gali-muat dan alat angkut, yaitu :
1. Pola pemuatan yang didasarkan pada keadaan alat gali-muat yang berada di
atas atau di bawah jenjang.

14
a. Top Loading, yaitu alat gali-muat melakukan penggalian dengan
menempatkan dirinya di atas jenjang atau alat angkut berada di bawah alat
gali-muat (Gambar 3.1).
b. Bottom Loading, yaitu alat gali-muat melakukan penggalian dengan
menempatkan dirinya di jenjang yang sama dengan posisi alat angkut
(Gambar 3.2)

Sumber: Nichols L Helbert dalam Yanto, 2014

Gambar 3.1
Pola Pemuatan Top Loading

Sumber: Nichols L Helbert dalam Yanto, 2014

Gambar 3.2
Pola Pemuatan Bottom Loading

2. Pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan posisi alat angkut untuk


dimuati terhadap posisi alat gali-muat.
a. Single Back Up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada
satu tempat sedangkan alat angkut berikutnya menunggu alat angkut

15
pertama dimuati sampai penuh, setelah alat angkut pertama berangkat alat
angkut kedua memposisikan diri untuk dimuati (Gambar 3.3).
b. Double Back Up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada
dua tempat, kemudian alat gali-muat mengisi salah satu alat angkut sampai
penuh setelah itu mengisi alat angkut kedua yang sudah memposisikan diri
di sisi lain sementara alat angkut kedua diisi, alat angkut ketiga
memposisikan diri di tempat yang sama dengan alat angkut pertama dan
seterusnya.
c. Triple Back Up, yaitu 3 truk memposisikan diri diantara satu alat gali muat
melayani dua truk yang berada diatas jenjang yang satu level dengan alat
gali muat dan melayani 1 truk yang berada di bawah jenjang. Pemuatan
dilakukan bergantian (Gambar 3.4).

Sumber: Nichols, 1995


Gambar 3.3
Pola Gali Muat Single Back Up dan Double Back Up

Sumber: Nichols, 1995


Gambar 3.4
Pola Gali Muat Triple Back Up

16
3. Pola Pemuatan Berdasarkan cara manuvernya dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Frontal Cut
Backhoe berhadapan dengan muka jenjang atau front penggalian. Pada pola
ini alat gali muat memuat pertama kali pada truk sebelah kiri sampai penuh,
kemuadian dilanjutkan pemuatan pada truk sebelah kanan. Sudut putar
backhoe antara 10 – 110 derajat (Gambar 3.5).

Sumber : Hustrulid, W. & Kuchta, M., (2013)

Gambar 3.5
Pola Pemuatan Frontal Cut
b. Parallel Cut With Drive By
Backhoe bergerak melintang dan sejajar dengan front penggalian. Pola ini
diterapkan apabila lokasi pemuatan memiliki 2 (dua) akses dan berdekatan
dengan lokasi penimbunan. Memiliki efisiensi tinggi untuk alat gali muat
dan angkutnya walaupun rata-rata sudut putar alat gali muat lebih besar
dibandingkan frontal cut (Gambar 3.6).

Sumber : Hustrulid, W. & Kuchta, M., (2013)

Gambar 3.6
Pola Pemuatan Parallel Cut

17
c. Drive by cut
Yaitu alat muat bergerak menggali dan sejajar muka penggalian. Untuk
metode ini, jalan dari hauler harus tersedia dua arah. Cara ini lebih efisien
untuk alat muat dan alat angkut, walaupun Swing angle-nya lebih besar dari
frontal cut, karena alat angkut dimuati oleh alat muat dan tidak memerlukan
ruang gerak terlalu besar dari alat muat (Gambar 3.7).

Sumber : Hustrulid, W. & Kuchta, M., (2013)


Gambar 3.7
Pola Pemuatan Drive by Cut
3.1.2. Waktu Edar (Cycle time)
Waktu edar merupakan waktu yang diperlukan oleh alat untuk melakukan
serangkaian kegiatan. Semakin kecil waktu edar suatu alat, maka produksinya
semakin tinggi.
1. Waktu Edar Alat gali muat
Waktu edar alat gali muat merupakan total waktu pada alat gali muat,
yang dimulai dari pengisian bucket menumpahkan muatan ke dalam alat angkut dan
kembali kosong.
Rumus :
Ctm = Tm1 + Tm2 + Tm3 + Tm4......................................................................(3.1)

18
Keterangan :
Ctm = Total waktu edar alat gali muat (detik)
Tm1 = Waktu untuk mengisi mangkuk (detik)
Tm2 = Waktu mengangkat mangkuk bermuatan (detik)
Tm3 = Waktu untuk menumpahkan material yang dimuat (detik)
Tm4 = Waktu memutar dengan mangkuk kosong (detik)

Waktu edar (Cycle time) dari alat gali muat yaitu :


1) Waktu untuk mengisi mangkuk yaitu waktu yang dibutuhkan untuk
menggali material hasil pembongkaran dengan peledakan yang sudah
ditumpukkan terlebih dahulu.
2) Waktu mengangkat mangkuk bermuatan yaitu waktu yang dibutuhkan
untuk memuat material yang digali dari tumpukan material hasil
pembongkaran dengan peledakan.
3) Waktu menumpahkan material yang dimuat yaitu waktu yang dibutuhkan
untuk menumpahkan material yang dimuat ke dalam dump truck.
4) Waktu memutar dengan mangkuk kosong yaitu waktu kembali mangkuk
dalam keadaan kosong setelah material di tumpahkan ke dalam dump truck.

2. Waktu Edar Alat Angkut


Waktu edar alat angkut pada umumnya terdiri dari waktu mengambil posisi
siap dimuati, waktu pengisian, waktu bermuatan, waktu penumpahan, waktu
kembali kosong, dan waktu antri.
Waktu edar alat angkut dapat dirumuskan sebagai berikut :
Cta = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5+ Ta6.............................................................(3.2)

Dimana :
Cta = Waktu edar alat angkut, detik
Ta1 = Waktu mengangkut muatan dari stockyard ke stockpile, detik
Ta2 = Waktu mengangkut tanpa muatan dari stockpile ke stockyard, detik
Ta3 = Waktu mengambil posisi untuk dimuati, detik
Ta4 = Waktu diisi muatan (loading), detik
Ta5 = Waktu mengambil posisi untuk penumpahan, detik
Ta6 = Waktu pengosongan muatan (dumping), detik

19
3.1.3. Faktor Pengisian Mangkuk (Bucket Fill Factor)
Faktor pengisian mangkuk adalah perbandingan antara volume material
yang dapat ditampung oleh mangkuk terhadap volume mangkuk secara teoritis.
Semakin besar faktor pengisian maka semakin besar pula kemampuan nyata dari
alat tersebut. Faktor pengisian mangkuk disebut juga sebagai bucket fill factor.
Untuk menghitung faktor pengisian digunakan persamaan sebagai berikut :
Vn
Bff = x
Vb
100%....................................................................................................(3.3)

Keterangan :
Bff = Faktor pengisian
Vn = Volume nyata alat gali muat, m3
Vb = Volume spesifikasi alat gali muat, m3

3.1.4. Ketersediaan dan Penggunaan Alat


Salah satu hal yang mempengaruhi produksi dari kebutuhan alat gali-muat
dan alat angkut adalah masalah ketersediaan (availability) alat. Ketersediaan alat
merupakan faktor yang menunjukkan kondisi alat-alat mekanis yang digunakan
dalam melakukan pekerjaan dengan memperhatikan kehilangan waktu selama
waktu kerja dari alat yang tersedia.
1. Ketersediaan Mekanis (Mechanical Avaibility)
Faktor yang menunjukkan kesediaan alat dalam melakukan pekerjaan
dengan memperhatikan kehilangan waktu yang digunakan untuk memperbaiki
mesin, perawatan dan alas an mekanis lainnya. Jika kesediaan mekanis kecil maka
kondisi mekanis alat kurang baik, jam perbaikan tinggi sehingga hanya digunakan
sebagai cadangan.
W
MA = x 100%............................................................................................(3.4)
W+R
Keterangan :
W= Working hours atau jumlah jam kerja
Waktu yang dibebankan kepada seorang operator suatu alat yang dalam
kondisi dapat dioperasikan artinya tidak rusak, meliputi setiap
keterlambatan yaitu pulang kelokasi kerja, pindah tempat, pelumasan dan
pengisian bahan bakar serta keadaan cuaca.

20
R= Repair hours atau jumlah jam perbaikan
Waktu untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena menunggu saat
perbaikan termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang serta waktu
untuk perawatan preventif.
2. Ketersediaan Fisik (Phisical Avaibility)
Faktor yang menunjukan kesediaan alat untuk melakukan kerja dengan
memperhitungkan waktu yang hilang karena rusaknya jalan, faktor cuaca dan lain-
lain. Kesediaan fisik selalu lebih besar dari kesediaan mekanis, berarti bahwa alat
belum digunakan sesuai dengan kemampuannya.
W+S
PA = x 100%......................................................................................(3.5)
W + S +R
Keterangan :
S = Standby hours atau jumlah jam kerja suatu alat yang tidak dapat
dipergunakan padahal alat tersebut tidak rusak dan dalam keadaan siap
operasi.
W+S+R = Scheduled hours atau jumlah seluruh jam kerja dimana alat dijadwalkan
untuk beroperasi.
3. Ketersediaaan Pemakaian (Use of Avaibility)
Faktor yang menunjukkan efisiensi kerja alat selama waktu kerja yang
tersedia dimana kondisi alat tidak rusak. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
berapa efektif alat yang tidak rusak dimanfaatkan dan menjadi ukuran seberapa baik
pengelolaan peralatan yang digunakan. Persentase rendah menunjukkan bahwa
pengoperasian alat tidak maksimal.
W
UA = x 100%...........................................................................................(3.6)
W+S
Keterangan :
W = Working hours atau jumlah jam kerja
S = Standby hours atau jam kerja suatu alat yang tidak dapat dipergunakan padahal
alat tersebut tidak rusak dan dalam keadaan siap operasi
4. Penggunaan Efektif (Efective Utilition)
Faktor yang menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang
tersedia dapat dimanfaatkan untuk bekerja atau persen waktu yang dimanfaatkan
oleh alat untuk bekerja dari sejumlah waktu kerja yang tersedia.

21
W
EU = x 100%......................................................................................(3.7)
W+S+R

Keterangan :
W = Working hours atau jumlah jam kerja
W+S+R = Scheduled hours atau jumlah seluruh jam kerja dimana alat dijadwalkan
untuk beroperasi
3.1.5. Sifat Fisik Material
1. Bobot Isi (Density)
Bobot isi (density) adalah berat per unit volume dari suatu material. Material
mempunyai bobot isi yang berbeda karena dipengaruhi sifat-sifat fisiknya, antara
lain : ukuran partikel, kandungan air, pori -pori dan kondisi fisik lainnya.
Bobot isi material tentunya akan berubah akibat adanya penggalian yaitu
dari kondisi bank ke loose. Pada kondisi loose, bobot isi material akan berkurang
dibandingkan bobot isi pada kondisi bank karena adanya pori-pori udara. Untuk
mencari bobot isi suatu material dengan rumus sebagai berikut :
Berat Material
Bobot Isi (Density)= ............................................................(3.8)
Volume Material
2. Faktor Pengembangan (Swell Factor)
Swell factor adalah pengembangan volume material setelah mengalami
proses penggalian dari tempat aslinya. Pengembangan volume suatu material perlu
diketahui karena yang diperhitungan pada penggalian selalu didasarkan pada
material insitu, sedangkan material yang ditangani (dimuat untuk diangkut)
adalah material yang telah mengalami pengembangan volume (loose). Menurut
Partanto Prodjosumarto, bahwa angka-angka faktor pengembangan (swell factor)
setiap klasifikasi tanah atau material berbeda sesuai dengan jenis tanahnya seperti
pada Tabel 3.1 dibawah ini.
Tabel 3.1
Klasifikasi Material Menurut Bobot Isi dan Swell Factor (Partanto, 2005)
Bobot isi
Macam Material Faktor Pengembangan
(Ton/BCM)
Tanah Liat Kering 1,50 0,85
Tanah Liat Basah 1,80 – 2 0,82 – 0,80
Tanah Biasa Kering 1,80 0,85
Tanah Biasa Basah 2,20 0,85

22
Lanjutan dari Tabel 3.1
Bobot isi
Macam Material Faktor Pengembangan
(Ton/BCM)
Tanah Biasa Bercampur 2,03 0,9
Pasir dan Kerikil
Kerikil Kering 2,10 0,89
Kerikil Basah 2,40 0,88
Batuan Hasil Peledakan 2,7 0,63
Lumpur 1,40 – 1,90 0,83
Pasir Kering 1,40 – 2,10 0,89
Pasir Basah 2,10 – 2,40 0,88

Rumus untuk menghitung swell factor (SF) dan % swell ada 2 yaitu :
1). Rumus SF dan % swell – berdasarkan volume (pada berat yang tetap) :
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒−𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑎𝑛𝑘
% swell= x100%............................................(3.9)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑎𝑛𝑘
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑎𝑛𝑘
Swell factor = x100%...............................................................(3.10)
volume loose
2). Rumus SF dan % swell– berdasarkan bobot isi (pada volume yang tetap) :
bobot isi bank−bobot isi loose
% swell = x100%......................................(3.11)
bobot isi loose
bobot isi loose
Swell factor = x100%............................................................(3.12)
bobot isi bank
3. Faktor Pengisian Mangkuk (Bucket Fill Factor)
Faktor pengisian mangkuk (bucket fill factor) adalah perbandingan antara
kapasitas nyata muat dengan kapasitas baku alat gali muat yang dinyatakan dalam
persen. Semakin besar faktor pengisian mangkuk maka semakin besar pula
kemampuan nyata dari alat tersebut. Untuk menghitung faktor pengisian mangkuk
digunakan persamaan sebagai berikut :
𝑉𝑏
Bff = x100%................................................................................................(3.13)
V𝑑
Keterangan :
Bff = Faktor pengisian mangkuk (bucket fill factor)
Vb = Kapasitas nyata alat gali muat, m3
Vd = Kapasitas spesifikasi alat gali muat, m3
Beberapa faktor yang mempengaruhi faktor pengisian suatu alat yaitu :
a. Ukuran material

23
Ukuran material yang lebih besar menyebabkan banyak ruangan di dalam
bucket yang tidak terisi material sehingga faktor pengisian menjadi lebih kecil.
b. Kandungan air
Makin besar kandungan air dari suatu material, maka faktor pengisiannya
makin kecil. Sebab dengan adanya air mengakibatkan ruang yang seharusnya terisi
oleh material diisi oleh air.
c. Kelengketan material
Jika material yang lengket banyak menempel pada bucket baik di sisi dalam
maupun luarnya, maka akan mengurangi faktor pengisian alat karena volume
bucket menjadi lebih kecil.
d. Keterampilan dan pengalaman operator
Jika operator semakin terampil dan berpengalaman, maka pengisian bucket
semakin banyak, sehingga dapat memperbesar angka faktor pengisian.
3.1.6. Geometri Jalan Angkut
Jalan angkut pada lokasi tambang sangat mempengaruhi kelancaran operasi
penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Beberapa geometri yang
perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan gangguan/hambatan yang dapat
mempengaruhi keberhasilan kegiatan pengangkutan. Perhitungan lebar jalan
angkut didasarkan lebar kendaraan terbesar yang dioperasikan. Semakin lebar jalan
angkut yang digunakan maka operasi pangangkutan akan semakin aman dan lancar.
a. Lebar Jalan Angkut pada Jalan Lurus
Lebar jalan angkut minimum yang dipakai untuk jalur ganda atau lebih
(lihat Gambar 3.8) adalah :

Sumber :Awang Suwandi, 2004


Gambar 3.8
Lebar Jalan Angkut Dua Jalur

24
L = n. Wt + (n + 1) (0,5. Wt) ..............................................................................(3.14)

Keterangan :
L = Lebar jalan angkut minimum, meter
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar truk jungkit, meter

b. Lebar Jalan Angkut Minimum Pada Tikungan


Lebar jalan angkut minimum pada tikungan selalu lebih besar daripada
jalan angkut pada jalan lurus. Rumus yang digunakan untuk menghitung lebar
jalan angkut minimum pada belokan (Gambar 3.9) adalah :

Sumber :Kaufman W. Walter, 1979

Gambar 3.9
Lebar Jalan Angkut untuk Dua Jalur pada Tikungan
W = n (U + Fa + Fb + Z) + C.........................................................................(3.15)
1
C = Z= (U + Fa + Fb...................................................................................(3.16)
2
Fa = Ad x Sin α................................................................................................(3.17)
Fb = Ab x Sin α................................................................................................(3.18)
Keterangan :
W = Lebar jalan angkut pada tikungan, (meter)
n = Jumlah jalur
Ad = Lebar juntai depan, meter. (Jarak as roda depan truk dengan bagian depan
truk)
Ab = Lebar juntai belakang, (meter). (Jarak as roda belakang truk dengan bagian
belakang truk)

25
U = Jarak jejak roda kendaraan, (meter)
Fa = Lebar juntai depan, (meter)
Fb = Lebar juntai belakang, (meter)
α = Sudut penyimpangan roda depan
Z = Jarak sisi luar dump truck ke tepi jalan, (meter)
C = Jarak antara dua dump truck yang akan bersimpangan, (meter)

c. Superelevasi
Superelevasi merupakan kemiringan jalan pada tikungan yang terbentuk
oleh batas antara tepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam karena perbedaan
ketinggian. Bagian tikungan jalan diberi superelevasi dengan cara meninggikan
jalan pada sisi luar tikungan. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari dan
mencegah kendaraan agar tidak tergelincir keluar jalan atau terguling. Selain itu,
kendaraan dapat mempertahankan kecepatan saat melewati tikungan.
Besarnya angka superelevasi untuk beberapa jari-jari tikungan dengan
berbagai variasi kecepatan alat alat angkut dapat bermacam-macam, untuk
penentuan superelevasi selain dengan menggunakan rusmus dapat juga dilakukan
dengan penggunaan tabel seperti ditunjukkan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Angka Superelevasi yang Direkomendasikan (m/m)
Jari-jari Kecepatan (km/jam)
Tikungan (m) 24 32 40 25 30
15 0,04
30 0,04 0,04
45 0,04 0,04 0.04
75 0,04 0,04 0,04 0,06
90 0,04 0,04 0,04 0,05 0,06
180 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05
300 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04
Sumber : Kaufman W. Walter, 1979
Superelevasi dibuat dengan membuat kemiringan kearah titik pusat jari-jari
tikungan dimana kemiringan tersebut berfungsi untuk menjaga agar alat angkut
tidak terguling saat melewati tikungan pada kecepatan tertentu dan untuk
mengalirkan air agar tidak menggenangi jalan angkut pada saat hujan.
𝑉2
e+f= x 100%....................................................................................(3.19)
127 x 𝑅

26
Keterangan :
e = superelevasi
v = kecepatan kendaraan (km/jam)
R = radius/jari-jari tikungan, meter
f = koefisien gesekan melintang

d. Kemiringan Jalan
Kemiringan atau Grade jalan angkut merupakan salah satu faktor penting
yang harus diamati secara detil dalam suatu kajian terhadap kondisi jalan tambang
karena akan mempengaruhi kinerja alat angkut yang melaluinya. Kemiringan jalan
angkut (Gambar 3.10) biasanya dinyatakan dalam persen (%). Kemiringan 1%
berarti jalan tersebut naik atau turun 1 meter pada jarak mendatar sejauh 100 meter.
Kemiringan (Grade) dapat dihitung menggunakan rumus :

∆h
Grade (α) = x 100%....................................................................................(3.20)
∆x

Keterangan :
∆h = Beda tinggi antara dua titik yang diukur (m)
∆x = Jarak datar antara dua titik yang diukur (m)

Sumber : Waterman Sulistyana, 2015


Gambar 3.10
Kemiringan Jalan Angkut

Kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh alat
angkut besarnya berkisar antara 10% - 18%, tetapi untuk jalan naik maupun turun
pada bukit lebih aman kemiringan jalan maksimum sebesar 8% atau 4,5o.

27
3.2. Produksi Alat Mekanis
Kemampuan produksi alat dapat digunakan untuk menilai kinerja dari alat
gali muat dan alat angkut. Semakin baik tingkat penggunaan alat maka semakin
besar produksi yang dihasilkan alat tersebut.
3.2.1. Produksi Alat Gali Muat
Produksi alat gali muat dalam hal ini backhoe dipengaruhi oleh kapasitas
mangkok, factor pengisian, waktu edar, efisiensi kerja alat dan faktor
pengembangan. Untuk mengetahui produksi Backhoe dapat menggunakan
persamaan :
3.600
Qtm = x Kb x Bff x PA x UA..................................................................(3.21)
𝐶𝑡𝑚
Keterangan :
Qtm = Produksi alat gali muat (LCM/jam)
Ctm = Waktu edar alat gali muat (detik)
Kb = Kapasitas bucket (m3)
Bff = Bucket fill factor (%)
PA = Physical availability
UA = Use of availability
3.2.2. Produksi Alat Angkut
Produksi alat angkut dalam hal ini truk dipengaruhi oleh banyaknya trip atau
lintasan yang dapat dicapai oleh alat angkut tersebut persatuan waktu. Banyaknya
trip dipengaruhi oleh waktu edar dan efisiensi kerja alat. Untuk menghitung
produksi truk dapat menggunakan persamaan :
3600
Qta = x n x Kb x PA x UA.......................................................................(3.22)
𝐶𝑡𝑎

Keterangan :
Qa = Produksi Alat Angkut (LCM/jam)
Cta = Waktu edar Alat Angkut (detik)
Kb = Kapasitas bucket (m3)
n = Banyaknya pengisian mangkuk ke dalam bak Alat Angkut
PA = Physical availability
UA = Use of availability

28
3.3. Jumlah Kebutuhan Alat dan Cadangan Alat Mekanis
Untuk mencari jumlah kebutuhan alat mekanis yang diperlukan dalam
operasi penambangan digunakan persamaan sebagai berikut :
𝑇𝑃
n= ...............................................................................................................(3.23)
𝑃

Keterangan:
n = Jumlah Kebutuhan Alat (unit)
TP = Target Produksi (LCM/bulan)
P = Produksi Alat Mekanis (LCM/bulan)

Untuk mencari cadangan alat mekanis yang diperlukan dalam operasi


penambangan digunakan persamaan sebagai berikut :
𝑛 𝑈𝑛𝑖𝑡
n=( ) - n .................................................................................................(3.24)
𝑀𝐴

Keterangan:
n = Jumlah Kebutuhan Alat (unit)
MA = Mechanical Avaibility

3.4. Keserasian Alat Gali Muat dan Alat Angkut (Match Factor)
Faktor keserasian kerja merupakan suatu persamaan sistematis yang
digunakan utnuk menghitung tingkat keselarasan kerja antara alat muat dan alat
angkut untuk setiap kondisi kegiatan pemuatan dan pengangkutan.
Untuk mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat muat dan alat
angkut, maka produksi alat muat harus sesuai dengan produksi alat angkut. Faktor
keserasian alat muat dan alat angkut didasarkan pada produksi alat muat dan
produksi alat angkut yang dinyatakan dalam match factor (MF). Hal ini dapat
dicapai dengan penilaian terhadap cara kerja, jenis alat, kapasitas dan kemampuan
suatu alat baik untuk alat muat maupun alat angkut.
Operasi kerja yang serasi antara alat muat dan alat angkut akan
memperlancar kegiatan pemuatan dan pengangkutan sehingga produksi yang
dihasilkan akan lebih optimum. Faktor keserasian dijabarkan sebagai perbandingan
antara produksi alat angkut dibagi dengan produksi alat muat. Apabila produksi alat
angkut sama dengan produksi alat muat, maka dapat diartikan bahwa kedua alat
tersebut sudah serasi atau match. Penyesuaian berdasarkan spesifikasi teknis alat,

29
terutama saat merencanakan pemilihan alat. Grafik match factor bisa dilihat pada
Gambar 3.11 dibawah ini.

Sumber: Indonesianto,2007
Gambar 3.11
Grafik Match Factor
Untuk menilai keserasian alat muat dan alat angkut dapat digunakan rumus
match factor adalah sebagai berikut :
(𝑁𝑎 𝑥 𝑛 𝑥 𝐶𝑡𝑚)
MF = .....................................................................................(3.23)
(Nm x Cta)
Keterangan :
MF = Match Factor
Na = Jumlah alat angkut
n = Banyak pengisian
Ctm = Waktu edar satu kali pemuatan, (detik)
Nm = Jumlah alat gali muat
Cta = Waktu edar alat angkut, (detik)
Bila hasil perhitungan diperoleh :
1. MF < 1
a. Produksi alat angkut lebih kecil dari produksi alat gali muat
b. Waktu tunggu alat angkut (Wta) = 0
c. Waktu tunggu alat gali muat (Wtm) Wtm = ((Cta × Nm) / Na) – Ctm
d. Faktor kerja alat angkut (Fka) = 100 %
e. Faktor kerja alat gali muat (Fkm) = MF × 100 %

2. MF > 1
a. Produksi alat angkut lebih besar dari produksi alat gali muat

30
b. Waktu tunggu alat gali muat (Wtm) = 0
c. Waktu tungu alat angkut (Wta) Wta = ((Ctm × Na) / Nm) – Cta
d. Faktor kerja alat gali muat (Fkm) = 100 %
e. Faktor kerja alat angkut (Fka) = (1 / MF) × 100 %

3. MF = 1
a. Produksi alat angkut sama dengan produksi alat gali muat
b. Waktu tunggu alat gali muat (Wtm) = 0
c. Waktu tunggu alat angkut (Wta) = 0
d. Faktor kerja alat gali muat sama dengan faktor kerja alat angkut (Fkm = Fka)
Keserasian kerja antara alat gali muat dan alat angkut berpengaruh terhadap
faktor kerja dimana hubungan yang tidak serasi tersebut akan menurunkan faktor
kerja itu sendiri. Adapun cara untuk menyimpulkan tingkat keserasian kerja sebagai
berikut :
1. MF < 1, artinya keadaan ini menunjukkan faktor kerja alat angkut 100 %
sedangkan faktor kerja alat gali muat < 100 %.
2. MF > 1, artinya keadaan ini menunjukkan faktor kerja alat gali muat 100 %
sedangkan faktor alat angkut < 100 %.
3. MF = 1, artinya keserasian kerja sempurna, faktor kerja dari alat gali muat
dan alat angkut 100 %.

31
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan di IUP Suseno yang berada di Kabupaten Kulon Progo,


Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan untuk merencanakan
kebutuhan alat gali muat dan alat angkut guna memenuhi target produksi sebesar
54.000 LCM per bulan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menentukan kebutuhan alat mekanis yaitu seperti dibawah ini.

4.1. Kondisi Tempat Kerja


Kegiatan penambangan batuan andesit yang dilakukan IUP Suseno berada
di atas batuan andesit itu sendiri. Kondisi lapangan seperti keadaan jalan angkut,
metode pemuatan serta sistem kerja alat gali muat dan alat angkut berpengaruh
terhadap daur kerja atau waktu edar alat gali muat dan alat angkut. Pada waktu
musim kemarau permukaan jalan angkut ini berdebu, namun tidak mengganggu
pandangan operator sehingga tidak diperlukan tiap beberapa jam untuk permukaan
jalan angkut disiram dengan air menggunakan selang atau mobil tangki. Sedangkan
pada musim penghujan tanah akan lebih padat namun proses penambangan tetap
dapat dilakukan saat hujan. (lihat Lampiran A)

4.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat Mekanis


Kondisi lapangan dimana operasi penambangan dilakukan sangat
mempengaruhi kemampuan produksi dari alat mekanis. Suatu alat mekanis yang
digunakan sesuai dengan lapangan operasinya kemungkinan besar kemampuan
produksi alat tersebut semakin baik. Produksi alat-alat mekanis dapat dilihat dari
kemampuan alat tersebut dalam penggunaannya di lapangan. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi alat mekanis adalah seperti di bawah ini.
1. Jenis Peralatan yang Digunakan
IUP Suseno telah merencanakan peralatan yang akan digunakan dalam
proses penambangan. Dalam hal ini yang diteliti adalah kegiatan pemuatan dan
pengangkutan material andesit. Kegiatan pemuatan di lokasi penambangan IUP

32
Suseno menggunakan alat gali muat Excavator Backhoe Komatsu PC 200 dengan
ukuran bucket 1,2 m3. Kegiatan pengangkutan menggunakan alat angkut Dump
Truck UD PK 260 H dengan ukuran bak 10 m3 (lihat di Lampiran B).
2. Pola Pemuatan yang Direncanakan
Pola pemuatan yang direncanakan untuk pemuatan material batu andesit di
IUP Suseno menggunakan pola pemuatan bottom loading. Pola pemuatan bottom
loading yaitu dimana posisi backhoe dan truck pada satu level (sama sama diatas
jenjang). Untuk pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan posisi alat angkut,
maka IUP Suseno menggunakan pola pemuatan double back up. Pola pemuatan
double back up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada dua tempat,
kemudian alat gali-muat mengisi salah satu alat angkut sampai penuh setelah itu
mengisi alat angkut kedua yang sudah memposisikan diri di sisi lain sementara alat
angkut kedua diisi, alat angkut ketiga memposisikan diri di tempat yang sama
dengan alat angkut pertama dan seterusnya.
3. Sifat Fisik Material
Berdasarkan pada data hasil tes pengujian sifat fisik material didapatkan
bobot isi insitu batu andesit adalah 2,4 ton/m3 dan bobot isi loose batu andesit
adalah 1,9 ton/m3, sehingga hasil perbandingan dari bobot isi loose dengan bobot
isi insitu didapatkan swell factor sebesar 0,8 (lihat di Lampiran C).
4. Geometri Jalan Angkut
Jalan angkut di IUP Suseno termasuk juga dalam sumberdaya karena semua
material yang masuk kedalam kriteria sumberdaya akan ditambang/digali. Material
hasil penggalian tersebut diangkut oleh IUP Suseno menuju stockpile yang sudah
ada. Berdasarkan perhitungan geometri jalan angkut (lihat di Lampiran D) dan peta
rencana penambangan, maka didapatkan geometri jalan angkut seperti pada
Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1
Geometri Jalan Angkut
Panjang Lebar Jalan Lebar Tikungan Superelevasi
Segmen Kemiringan
Jalan (m) Lurus (m) (m) (m)
1-2 126 9 11,9%
2-3 39 9 0%
3-4 126 9 11,9%
4-5 12 0,38
5-6 126 9 11,9%
6-7 12 0,38

33
Lanjutan dari Tabel 4.1
Panjang Lebar Jalan Lebar Tikungan Superelevasi
Segmen Kemiringan
Jalan (m) Lurus (m) (m) (m)
7-8 126 9 11,9%
8-9 12 0,38
9-10 126 9 11,9%
10-11 12 0,38
11-12 126 9 11,9%
12-13 42 9 0%
13-14 12 0,38
14-15 35 9 0%
15-16 55 9 0%
16-17 95 9 15,7%
17-18 12 0,38
18-19 40 9 0%
19-20 182 9 0%
Jumlah 1244

5. Waktu Edar (Cycle time)


Pengamatan waktu edar dilakukan untuk menentukan kemampuan produksi
alat. Tentunya waktu edar dari setiap alat mekanis akan berbeda-beda. Semakin
kecil waktu edar dari suatu alat maka semakin besar produksi dari alat tersebut dan
sebaliknya. Waktu edar alat gali muat Exavator Backhoe Komatsu PC 200
didapatkan dari spesifikasi yang tersedia yaitu sebesar 19 detik seperti pada
Tabel 4.2. Sedangkan untuk alat angkut Dump Truck UD PK 260 H dengan
kecapatan alat angkut maksimal 34 km/jam dengan jarak tempuh 1.244 meter, maka
diperoleh dari hasil perhitungan waktu edar alat angkut Dump Truck UD PK 260 H
sebesar 647,6 detik (lihat di Lampiran E).
Tabel 4.2.
Cycle Time Excavator Backhoe Komatsu (dalam detik)

6. Rencana Kalender Kerja


Menentukan produksi alat gali-muat dan alat angkut, perlu memperhatikan
kalender kerja dalam satu bulan, target produksi, faktor koreksi (availability), dan

34
cycle time alat. IUP Suseno telah menentukan rencana kalender kerja (lihat
Tabel 4.3) guna menunjang kegiatan penambangan. Jumlah hari kerja per bulan
yaitu 26 hari dengan jumlah shift per hari yaitu 1 shift dengan umur tambang 5 tahun
(lihat di Lampiran F).
Tabel 4.3
Rencana Kalender Kerja IUP Suseno
Rencana Kalender Kerja
JUMLAH HARI/BULAN SATUAN JUMLAH
Jumlah Hari Kerja/Bulan Hari/Bulan 26
Shift/Hari 1
Jam Shift/Hari Jam/Hari 10
TOTAL JAM KERJA/BULAN Jam/Bulan 260
KEHILANGAN JAM KERJA DIRENCANAKAN
Istirahat Jam/Shift 1
Persiapan Kerja Jam/Shift 1
Sholat Jumat Jam/Bulan 6
TOTAL KEHILANGAN JAM Jam/Bulan 58
TOTAL JAM YANG DIRENCANAKAN/BULAN Jam/Bulan 202
TOTAL JAM KERJA YANG DIRENCANAKAN/HARI Jam/Hari 7,769

7. Ketersediaan Alat
Salah satu hal yang mempengaruhi produksi dari kebutuhan alat gali-muat
dan alat angkut adalah masalah kesediaan (availability) alat. Ketersediaan alat
merupakan faktor yang menunjukkan kondisi alat-alat mekanis yang digunakan
dalam melakukan pekerjaan dengan memperhatikan kehilangan waktu selama
waktu kerja dari alat yang tersedia.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan ketersediaan
alat yaitu, MA (Mechanical Availability) kesediaan alat dilihat dari sisi mekanis,
PA (Physical Availability) kesediaan alat dilihat dari sisi fisik, UA (Used
Availability) waktu bekerja alat dari jadwal kerja alat yang tersedia, EU (Effective
Utilization) waktu efektif penggunaan alat. Faktor koreksi yang diperoleh dari hasil
perhitungan (lihat di Lampiran F) digunakan untuk menghitung produksi alat
mekanis. Dari hasil perhitungan diperoleh faktor koreksi seperti pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Ketersediaan Alat

MA PA UA EU

83% 85% 88% 75%

35
8. Faktor Pengisian Mangkuk (Bucket Fill Factor)
Bucket Fill Factor (BFF) adalah perbandingan kapasitas nyata alat muat
dengan kapasitas baku alat gali muat. Hal – hal yang mempengaruhi BFF adalah :
1. Ukuran material, semakin besar ukuran material, maka semakin kecil faktor
pengisian karena semakin banyak ruang-ruang kosong antar material.
2. Kandungan air, makin besar kandungan air dari suatu material, maka faktor
pengisiannya makin kecil.
3. Kelengketan material, dimana semakin lengket material, maka semakin
besar angka faktor pengisian.
4. Keterampilan dan pengalaman operator, memperbesar faktor pengisian.
Data bucket fill factor yang diperoleh dari spesifikasi alat gali muat yang
digunakan (lihat Tabel 4.5), nilai bucket fill factor sebesar 0,8. (Lampiran G)
Tabel 4.5
Bucket Fill Factor

4.3. Produksi Alat Gali Muat dan Alat Angkut


Berdasarkan perhitungan produksi alat gali muat dan alat angkut (lihat di
Lampiran H) didapatkan produksi perunit dari alat mekanis baik alat gali muat
maupun alat angkut dalam mencapai target produksi 54.000 LCM/bulan yaitu
seperti pada Tabel 4.6 di bawah ini.
Tabel 4.6
Produksi per Unit Alat Mekanis

Unit Merk Tipe Produksi (LCM/bulan)

Alat Gali Muat Komatsu PC 200 27.483,3

Alat Angkut UD PK UD PK 260 H 10.080,2

4.4. Kebutuhan Alat Gali Muat dan Alat Angkut


Kebutuhan alat gali muat dan alat angkut didapatkan dari perhitungan
produksi perunit alat gali muat dan alat angkut di dalam mencapai target produksi

36
54.000 LCM/bulan. Produksi alat gali muat dan alat angkut dari jumlah alat yang
dibutuhkan seperti pada Tabel 4.7 di bawah ini.
Tabel 4.7
Produksi dari Jumlah Alat yang Dibutuhkan
Produksi Cadangan Alat
Unit Merk Tipe Jumlah Alat
(LCM/bulan) (Unit)
Alat Gali Muat Komatsu PC 200 2 27.483,3 1
Alat Angkut UD PK UD PK260 H 6 10.080,2 2

4.5. Keserasian Kerja (Match Factor)


Keserasian kerja (match factor) dari alat gali muat dan alat angkut
didapatkan dari produksi alat gali muat dan produksi alat angkut dan jumlah alat
yang dibutuhkan di dalam mencapai target produksi, sehingga didapatkan match
factor sebesar 0,88.

Sumber: Indonesianto,2007
Gambar 4.1
Grafik Match Factor

37
BAB V
PEMBAHASAN

Kegiatan pemuatan dan pengangkutan andesit di IUP Suseno mempunyai


target produksi 54.000 LCM/bulan. Untuk mencapai target produksi tersebut, maka
diperlukan adanya penilaian terhadap kemampuan produksi alat mekanis,
kebutuhan alat gali muat dan alat angkut, serta keserasian antara keduanya.
Penilaian tersebut dilakukan dengan cara pengamatan dan penelitian terhadap
keadaan di lapangan dan faktor yang mempengaruhi kemampuan alat tersebut.

5.1. Menghitung Jumlah Kebutuhan Alat Gali Muat serta Alat Angkut
untuk Mencapai Target Produksi 54.000 LCM/bulan
Untuk mendapatkan jumlah kebutuhan alat gali muat dan alat angkut untuk
mencapai target produksi 54.000 LCM/bulan, hal yang perlu diperhitungkan yaitu
kemampuan produksi dan kebutuhan alat Excavator Backhoe Komatsu PC 200 dan
Dump Truck UD PK 260 H yang digunakan. Target produksi yang telah ditentukaan
oleh perusahaan yaitu sebesar 54.000 LCM/bulan dan dari data yang diperoleh,
produksi dari alat gali muat dan alat angkut belum tercapai dikarenakan jumlah alat
gali muat dan alat angkut yang belum memenuhi target produksi maka diperlukan
perbaikan pada jumlah alat gali muat dan alat angkut.
Oleh karena itu pada perhitungan yang akan direkomendasikan pada
perusahaan nantinya menggunakan data yang di dapat dari perusahaan dan data dari
spesifikasi alat yang tersedia. Produksi alat gali muat dalam hal ini Excavator
Backhoe Komatsu PC 200 dipengaruhi oleh kapasitas mangkok, faktor pengisian,
waktu edar, efisiensi kerja alat dan faktor pengembangan. Dari perhitungan yang
diperoleh, kemampuan produksi dari Excavator Backhoe Komatsu PC 200 adalah
sebesar 27.483,3 LCM/bulan. Produksi alat angkut Dump Truck UD PK 260 H
dipengaruhi oleh banyaknya trip atau lintasan yang dapat dicapai oleh alat angkut
tersebut persatuan waktu. Banyaknya trip dipengaruhi oleh waktu edar dan efisiensi

38
kerja alat. Produksi dari Dump Truck UD PK 260 H adalah sebesar
10.080,2 LCM/bulan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan produksi dan kebutuhan alat
mekanis adalah :
1. Kondisi Front Kerja
IUP Suseno memiliki kondisi front kerja yang relatif luas. Front kerja IUP
Suseno merupakan sebuah lereng perbukitan yang relatif landai. Kondisi seperti ini
berdampak pada alat angkut yang dapat bermanuver dengan baik karena memiliki
jalan angkut yang relatif landai. Hal seperti ini dapat memperlancar kegiatan
penambangan, karena waktu edar alat angkut menjadi lebih cepat. Kondisi lapangan
seperti keadaan jalan angkut, metode pemuatan serta sistem kerja alat gali muat dan
alat angkut berpengaruh terhadap daur kerja atau waktu edar alat gali muat dan alat
angkut. Pada waktu musim kemarau permukaan jalan angkut ini berdebu, namun
tidak mengganggu pandangan operator sehingga tidak diperlukan tiap beberapa jam
untuk permukaan jalan angkut disiram dengan air menggunakan selang atau mobil
tangki. Sedangkan pada musim penghujan tanah akan lebih padat namun proses
penambangan tetap dapat dilakukan saat hujan.
2. Pola Pemuatan
Produksi dipengaruhi oleh pola pemuatan yang digunakan. Pola pemuatan
yang direncanakan untuk proses pemuatan menggunakan double back up dan
bottom loading. Pola pemuatan double back up dipilih karena front kerja yang
relatif luas. Pola pemuatan bottom loading dipilih karena memang kondisi lapangan
yang memungkinkan untuk dilakukannya pola tersebut.
3. Faktor Pengisian Mangkuk (Bucket Fill Factor)
Faktor pengisian mangkuk (bucket fill factor) mempengaruhi produksi dari
bucket alat gali muat yaitu untuk menentukan seberapa besar material yang mampu
dimuat dibandingkan dengan kemampuan bucket itu sendiri. Faktor pengisian
mangkuk adalah 0,8.
4. Faktor Pengembangan Material (Swell Factor)
Swell Factor adalah pengembangan volume material setelah mengalami
proses penggalian dari tempat aslinya. Pengembangan volume suatu material perlu
diketahui karena yang diperhitungan pada penggalian selalu didasarkan pada

39
material insitu, sedangkan material yang ditangani (dimuat untuk diangkut) adalah
material yang telah mengalami pengembangan volume (loose). Dari hasil
perhitungan diperoleh swell factor sebesar 0,8.
5. Kondisi Jalan Angkut
Kondisi jalan angkut yang baik adalah jalan yang rata dan halus. Dengan
jalan angkut yang rata dan halus, maka resiko alat angkut terjadi selip menjadi kecil
dan alat angkut dapat meningkatkan kecepatan dalam batas yang aman, serta waktu
pengangkutan (hauling) dari alat angkut menjadi cepat. Karena jalan angkut yang
dilalui alat angkut merupakan material tanah biasa bercampur pasir yang memiliki
daya dukung tanah relatif tinggi sehingga tidak perlu dilakukan pemadatan terhadap
jalan angkut karena alat angkut dapat bermanuver dengan baik.
6. Geometri Jalan Angkut
Geometri jalan angkut mempengaruhi kinerja alat angkut. Apabila geometri
jalan angkut disesuaikan dengan kemampuan alat angkut yang akan digunakan
dalam penambangan, maka alat angkut dapat bekerja secara optimal. Dengan
demikian, produksi yang didapatkan juga maksimal. Dalam penentuan geometri
jalan angkut terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti dibawah ini.
a. Lebar Jalan Angkut
Jalan angkut yang ada di lokasi penambangan merupakan jalan angkut dua
jalur yang menghubungkan area pemuatan ke stockpile. Lebar jalan angkut yang
direkomendasikan untuk proses penambangan IUP Suseno yaitu untuk jalur lurus
sebesar 9 meter, dimana lebar alat angkut adalah 2,450 meter. Lebar jalan angkut
pada jalur lurus ini sudah sesuai dengan teori untuk lebar jalan angkut minimum.
Sedangkan untuk lebar jalan saat tikungan sebesar 12 meter. Diharapkan dengan
rekomendasi perhitungan tersebut dapat menunjang kerja alat angkut sehingga
target produksi yang diinginkan IUP Suseno dapat terpenuhi.
b. Jari-Jari Tikungan
Radius putar yang dimiliki oleh alat Dump Truck UD PK 260 H sebesar
8,8 meter. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, nilai jari-jari tikungan pada
jalan angkut yang menuju stockpile adalah 12 meter. Dengan jari-jari tikungan yang
lebih besar daripada radius putar truk, maka alat angkut dapat melewati tikungan
dengan satu kali putaran.

40
c. Superelevasi
Secara teoritis perlu adanya superelevasi untuk menghindari dan mencegah
truck agar tidak tergelincir atau terguling saat melintasi tikungan dengan kecepatan
tertentu. Oleh sebab itu, IUP Suseno merencanakan akan membuat superelevasi
setinggi 0,38 meter.
d. Kemiringan Jalan (Grade)
Berdasarkan spesifikasi alat angkut Dump Truck UD PK 260 H yang
digunakan, tanjakan maksimum truck agar dapat beroperasi secara optimal adalah
22% dengan muatan maksimal 18,945 ton. Menurut hasil perhitungan dan
pengamatan di lapangan, jalan angkut yang ada saat ini memiliki Grade jalan paling
besar adalah 15,7%. Grade jalan 15,7% dapat dilewati oleh Dump Truck UD PK
260 H, sehingga dengan kondisi seperti saat ini alat angkut masih bisa melakukan
tanjakan dengan baik.
7. Waktu Edar (Cycle time)
Pengambilan waktu edar (cycle time) dari alat gali muat diperoleh dari
spesifikasi alat yang tersedia pada alat gali muat Excavator Backhoe Komatsu
PC200 karena IUP Suseno belum melakukan kegiatan penambangan. Waktu edar
diambil waktu yang paling besar untuk mengantisipasi bila terjadi waktu tunggu
ataupun hambatan lain yang dapat mempengaruhi produksi alat gali muat.
Sedangkan waktu edar untuk alat angkut Dump Truck UD PK 260 H diperoleh dari
hasil perhitungan 647,6 detik.
Adapun waktu edar dari alat gali muat dan alat angkut dipengaruhi oleh
keahlian operator. Semakin ahli operator dalam mengoperasikan alat gali muat
maupun alat angkut, maka semakin cepat waktu edarnya. Selain itu, pola pemuatan
dan kondisi jalan angkut bisa mempengaruhi waktu edar. Dengan pola pemuatan
yang disesuaikan dengan kondisi front kerja dan alat gali muat yang digunakan,
maka dapat mempercepat waktu edar dari alat gali muat. Untuk kondisi jalan angkut
yang baik dapat mempercepat waktu edar dari alat angkut pada saat mengangkut
muatan dan kembali kosong.
8. Ketersediaan Alat
Salah satu hal yang mempengaruhi produksi dari kebutuhan alat gali-muat
dan alat angkut adalah masalah kesediaan (availability) alat. Ketersediaan alat

41
merupakan faktor yang menunjukkan kondisi alat-alat mekanis yang digunakan
dalam melakukan pekerjaan dengan memperhatikan kehilangan waktu selama
waktu kerja dari alat. Terdapat beberapa faktor koreksi yaitu MA (Mechanical
Availability) kesediaan alat dilihat dari sisi mekanis sebesar 83%, PA (Physical
Availability) kesediaan alat dilihat dari sisi fisik sebesar 85%, UA (Used of
Availability) waktu bekerja alat dari jadwal kerja alat yang tersedia sebesar 88%,
dan EU (Effective Utilization) waktu efektif penggunaan alat sebesar 75%.
Menentukan faktor koreksi perlu memperhatikan rencana kalender kerja yang
direncanakan oleh IUP Suseno.
Berdasarkan perhitungan yang didapat (lihat Lampiran I), kemampuan
produksi alat gali muat Excavator Backhoe Komatsu PC 200, maka dibutuhkan 2
unit alat gali muat Excavator Backhoe Komatsu PC 200 dan 1 unit cadangan. Untuk
jumlah alat angkut Dump Truck UD PK 260 H diperlukan 6 unit Dump Truck UD
PK 260 H dan 2 unit cadangan.

5.2. Menilai Keserasian Kerja antara Alat Gali Muat dengan Alat Angkut
Keserasian kerja (match factor) merupakan faktor penting yang digunakan
dalam penentuan jumlah alat gali muat maupun jumlah alat angkut. Apabila
digunakan alat gali muat Excavator Backhoe Komatsu PC 200 dan alat angkut
Dump Truck UD PK 260 dalam proses produksi, maka didapatkan nilai match
factor sebesar 0,88 (lihat Lampiran J), artinya keadaan ini menunjukkan faktor kerja
alat angkut 100 % sedangkan faktor kerja alat gali muat < 100 %.

42
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :


6.1. Kesimpulan
1. Kemampuan produksi alat gali muat Excavator Backhoe Komatsu PC 200
adalah sebesar 27.483,3 LCM/bulan. Dengan kemampuan produksi
tersebut, maka untuk mencapai target produksi sebesar 54.000 LCM/bulan
dibutuhkan 2 alat gali muat Excavator Backhoe Komatsu PC 200,
sedangkan kemampuan produksi dari alat angkut Dump Truck UD PK 260
H sebesar 10.080,2 LCM/bulan. Hasil perhitungan geometri jalan untuk dua
jalur sebagai berikut :
a. Lebar jalan angkut pada jalan lurus minimal 9 m
b. Lebar jalan angkut pada saat tikungan minimal 12 m
c. Superelevasi sebesar 0,38 m
Berdasarkan kemampuan produksi tersebut, maka dibutuhkan 2 alat gali
muat Excavator Backhoe Komatsu PC 200 dengan cadangan alat sebanyak
1 unit dan 6 alat angkut Dump Truck UD PK 260 H dengan cadangan alat
sejumlah 2 unit.
2. Dalam mencapai target produksi 54.000 LCM/bulan, diperoleh keserasian
kerja (match factor) alat gali muat Excavator Backhoe Komatsu PC 200
dengan alat angkut Dump Truck UD PK 260 H sebesar 0,88.

6.2. Saran
1. IUP Suseno perlu melakukan perhitungan yang berhubungan dengan aspek
ekonomis karena dalam penelitian ini hanya mempertimbangkan aspek
teknis.
2. Sebaiknya dilakukan perawatan alat gali muat dan alat angkut secara
intensif karena jam kerja dari kedua alat tersebut terbilang relatif lama,
sehingga dapat memperpanjang umur alat.

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Bemmelen, Van R.W., 1949,”The Geologi Of Indonesia”, Volume 1A,


General Geology Of Indonesia and Adjacent Archipelagoes, Goverment
Printing Office, The Houge.

2. Hartman, H. L. dan Mutmansky, J. M, 1987, Introductory Mining


Engineering, A Wiley Interscience Publication, New York.

3. Herbert L. Nichols, 2010,”Moving The Earth, The Workbook of


Excavation”,Sixth Edition, Galgotia Publishing House, New Delhi.

4. Partanto Prodjosumarto, 1995, Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan


Teknik Pertambangan, ITB.

5. Peurifoy, L. B. 1988. Perencanaan, Peralatan, dan Metode Konstruksi,


Edisi 4, Erlangga, Jakarta.

6. Rochmanhadi, 1982, Alat – Alat Berat dan Penggunaannya. Badan Penerbit


Pekerjaan Umum, Jakarta.

7. Suwandi. Awang, 2004,“Perencanaan Jalan Tambang”, Universitas Islam


Bandung.

8. Sujanto, F. X., dan Ruskamil, 1975. The Geologyand Hydrocarbon Aspect


of the South Central Java. IAGI. Bandung

9. Walter W, Kaufman and James C. Ault, (1977), “Design of Surface Mine


Haulage Roads – A Manual”, United States Department of The Interior,
Bureau of Mines, USA.

10. W. Hustrulid, M. Kuchta and R. Martin, 2013,”Open Pit Mine Planning &
Design”, 3rd Edition, Taylor & Francis plc., London, UK.

11. Waterman Sulistyana, 2015, Perencanaan Tambang, Program Studi Teknik


Pertambangan, UPN “Veteran” Yogyakarta.

12. ____. 2013. Komatsu Specifications and Application Handbook Edition 31.
Tokyo: Komatsu.

13. ____. 2015.“Laporan Feasibility Study IUP Suseno”. Kabupaten


Kulonprogo. Yogyakarta.

44
LAMPIRAN A
PETA EKSPLORASI IUP SUSENO

45
LAMPIRAN B
SPESIFIKASI ALAT MEKANIS

B.1. SPESIFIKASI EXCAVATOR BACKHOE KOMATSU PC 200


Spesifikasi umum :
1. Model : PC 200
2. Operating weight : 19.400 – 20.010 kg
3. Bucket capacity range : 0,48 m3 – 1,53 m3 (heaped)
4. Bucket capacity : 1,2 m3
5. Ground pressure : 64 kPa (0,65 kgf/cm2)
6. Maximun torge : 1080 Nm (110 kgfm)
7. Travel speeds : High : 0 – 5,5 km/hr
Law : 0 – 3 km/hr
8. Fuel tank refill capacity : 400 L
9. Maximum drawbar pull : 178 kN (18200 kg)
Mesin :
1. Engine model : KOMATSU SAA6D102E-2
2. Rate engine RPM : 1.950
3. Number of cylinder :6
4. Bore : 102 mm
5. Stroke : 120 mm
6. Piston displacement : 5,88 L
7. Engine rated power : 106,6 kW (143 HP)
Hydrolic system :
1. Main pumps : 428 L/min
2. Relief valve setting
- Implement circuits : 37,3 Mpa
- Travel circuits : 37,3 Mpa
- Swing circuits : 28,9 Mpa

46
B.2. SPESIFIKASI DUMP TRUCK UD PK 260 H
Spesifikasi umum :
1. Model : UD PK 260 H
2. Kecepatan maksimum : 80 km/jam
3. Radius putar minimum : 8,8 m
4. Kapasitas tangki solar : 200 L
5. Ukuran ban : 10,00-20-16PR
6. Jumlah ban : 10
7. Kapasitas bak : 10 m3
8. Kemampuan tanjakan : 22%
9. Berat Kosong Chassis dan Kabin : 3,855 ton
10. Berat Bruto Kendaraan : 22,800 ton
11. Kapasitas Bak (Tonase) : 18,945 ton
Mesin :
1. Model : J08E-UF
2. Tenaga Maksimum : 260 PS / 2.500 rpm
3. Momen putar maksimum : 76 kgm / 1.500 rpm
4. Jumlah silinder :6
5. Diameter x langkah piston : 112 mm x 130 mm
Dimensi :
1. Jarak sumbu roda : 4.130 mm
2. Total panjang : 8.480 mm
3. Total lebar : 2.450 mm
4. Total tinggi : 2.700 mm
5. Lebar jejak depan : 1.930 mm
6. Lebar jejak belakang : 1.855 mm
7. Juntai depan : 1.255 mm
8. Juntai belakang : 1.795 mm

47
Gambar B.1.
Excavator Backhoe Komatsu PC 200

Gambar B.2
Dump Truck UD PK 260 H

48
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN FAKTOR PENGEMBANGAN BATUAN ANDESIT

Swell factor adalah faktor pengembangan volume suatu material setelah


digali dari tempatnya. Faktor pengembangan andesit adalah perbandingan antara
volume andesit dalam keadaan alamiah (insitu) dengan volume andesit dalam
keadaan lepas (loose). Perhitungan faktor pengembangan adalah sebagai berikut :
𝐼𝑛𝑠𝑖𝑡𝑢 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦− 𝐿𝑜𝑜𝑠𝑒 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦
% swell = [ ] x 100%
𝐿𝑜𝑜𝑠𝑒 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦
2,4− 1,9
% swell = [ ] x 100%
1,9

% swell = 26,3%
 Bobot isi insitu andesit = 2,4 ton/m3
 Bobot isi loose andesit = 1,9 ton/m3
Faktor Pengembangan andesit adalah:
𝐿𝑜𝑜𝑠𝑒 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦
Sf = [𝐼𝑛𝑠𝑖𝑡𝑢 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦]
1,9
Sf = [2,4]

Sf = 0,8

49
LAMPIRAN D
GEOMETRI JALAN ANGKUT

D.1. Lebar Jalan Angkut pada Jalan Lurus


Diketahui :
Lebar truck = 2.450 mm = 2,450 m
Jalur (n) = 2
Rumus : L = n × wt + (n+1) (0,5 × wt)
= 2 × 2,450 m + (2+1) (0,5 × 2,450 m)
= 8,575 m ≈ 9 m.
D.2. Lebar Jalan Angkut pada Saat Tikungan
Rumus lebar jalan angkut pada saat tikungan :
W = n ( U + Fa + Fb + Z) + C
1
C =Z= (U + Fa + Fb)
2
Fa = Ad sin α
Fb = Ab sin α
Sin α = Wb/R
Diketahui :
Lebar juntai depan (Ad) = 1.255 mm = 1,255 m
Lebar juntai belakang (Ab) = 1.795 mm = 1,795 m
Jarak sumbu roda (Wb) = 4.130 mm = 4,130 m
Lebar jejak roda depan (U) = 1.930 mm = 1,930 m
Radius tikungan (R) = 8,8 m , n = 2 jalur
Jawaban :
Sin α = Wb/R = 4,130 m / 8,8 m = 0,47
α = arc sin 0,47 = 28
Fa = Ad sin α = 1,255 m sin 28 = 0,59 m
Fb = Ab sin α = 1,795 m sin 28 = 0,843 m

50
1
C =Z= (1,930 + 0,59 + 0,843) m = 1,6815 m
2
W = 2 (1,930+0,59+0,843+1,6815) m+1,6815 m = 11,7775 m ≈ 12 m

D.3. Superelevasi
Superelevasi merupakan kemiringan jalan pada tikungan yang terbentuk
oleh batas antara tepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam karena perbedaan
ketinggian. Besarnya angka superelevasi dapat dihitung dengan rumus berikut :
𝑉2
e+f=
127 𝑥 𝑅
Keterangan :
e = Superelevasi
V = Kecepatan kendaraan (km/jam)
R = Radius tikungan (m)
f = Koefisien gesekan melintang, untuk kecepatan < 80 km/jam nilai
f = - 0,00065 × V + 0,192
Untuk kecepatan rencana antara 80km/jam - 112km/jam nilai
f = - 0,00125 × V + 0,24
Diketahui :
Kecepatan dump truck (V) = 25 km/jam
Radius tikungan (R) = 8,8 m
Koefisien gesekan (f) = - 0,00065 × V + 0,192
= - 0,00065 × 25 + 0,192
= 0,17575
Jawaban :
𝑉2
e+f=
127 𝑥 𝑅
2
25 𝐾𝑚⁄𝐽𝑎𝑚
e+f=
127 𝑥 8,8 𝑚
2
25 𝐾𝑚⁄𝐽𝑎𝑚
e= – 0,17575
127 𝑥 8,8 𝑚

e = 0,56 - 0,17575
= 0,38 m/m
Dengan besar superelevasi 0,38 m atau 38 cm, artinya beda tinggi sisi luar
tikungan dengan sisi dalam tikungan adalah sebesar 38 cm.

51
D.4. Kemiringan Jalan Angkut
Kemiringan atau Grade jalan angkut berhubungan langsung dengan
kemampuan alat angkut, baik dari pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan.
Kemiringan (Grade) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
∆ℎ
Grade (%) = x 100% ; atau
∆𝑥
∆ℎ
Grade (α)c = Arc Tg
∆𝑥
Keterangan :
h = beda tinggi antara dua titik yang diukur, meter.
x = jarak datar antara dua titik yang diukur, meter.
Berdasarkan peta rencana penambangan maka didapatkan kemiringan jalan
angkut sebagai berikut :
1. Kemiringan jalan angkut pada segmen 1-2 yaitu :
Diketahui :
Beda tinggi (∆h) = 15 m
Jarak datar (∆x) = 126 m
Maka, didapatkan :
∆ℎ 15 𝑚
Grade (%) = x 100% = x 100% = 11,9%
∆𝑥 126 𝑚
∆ℎ 15 𝑚
Grade (α)o = Arc Tg = Arc Tg = 6,7o
∆𝑥 126 𝑚
2. Kemiringan jalan angkut pada segmen 3-4 yaitu :
Diketahui :
Beda tinggi (∆h) = 15 m
Jarak datar (∆x) = 126 m
Maka, didapatkan :
∆ℎ 15 𝑚
Grade (%) = x 100% = x 100% = 11,9%
∆𝑥 126 𝑚
∆ℎ 10 𝑚
Grade (α)o = Arc Tg = Arc Tg = 6,7o
∆𝑥 115 𝑚
3. Kemiringan jalan angkut pada segmen 5-6 yaitu :
Diketahui :
Beda tinggi (∆h) = 15 m
Jarak datar (∆x) = 126 m

52
Maka, didapatkan :
∆ℎ 15 𝑚
Grade (%) = x 100% = x 100% = 11,9%
∆𝑥 126 𝑚
∆ℎ 15 𝑚
Grade (α)o = Arc Tg = Arc Tg = 6,7o
∆𝑥 126 𝑚
4. Kemiringan jalan angkut pada segmen 7-8 yaitu :
Diketahui :
Beda tinggi (∆h) = 15 m
Jarak datar (∆x) = 126 m
Maka, didapatkan :
∆ℎ 15 𝑚
Grade (%) = x 100% = x 100% = 11,9%
∆𝑥 126 𝑚
∆ℎ 15 𝑚
Grade (α)o = Arc Tg = Arc Tg = 6,7o
∆𝑥 126 𝑚
5. Kemiringan jalan angkut pada segmen 9-10 yaitu :
Diketahui :
Beda tinggi (∆h) = 20 m
Jarak datar (∆x) = 190 m
Maka, didapatkan :
∆ℎ 15 𝑚
Grade (%) = x 100% = x 100% = 11,9%
∆𝑥 126 𝑚
∆ℎ 15 𝑚
Grade (α)o = Arc Tg = Arc Tg = 6,7o
∆𝑥 126 𝑚
6. Kemiringan jalan angkut pada segmen 11-12 yaitu :
Diketahui :
Beda tinggi (∆h) = 15 m
Jarak datar (∆x) = 126 m
Maka, didapatkan :
∆ℎ 15 𝑚
Grade (%) = x 100% = x 100% = 11,9%
∆𝑥 126 𝑚
∆ℎ 15 𝑚
Grade (α)o = Arc Tg = Arc Tg = 6,7o
∆𝑥 126 𝑚
7. Kemiringan jalan angkut pada segmen 16-17 yaitu :
Diketahui :
Beda tinggi (∆h) = 15 m
Jarak datar (∆x) = 95 m

53
Maka, didapatkan :
∆ℎ 15 𝑚
Grade (%) = x 100% = x 100% = 15,7%
∆𝑥 95 𝑚
∆ℎ 15 𝑚
Grade (α)o = Arc Tg = Arc Tg = 9,4o
∆𝑥 95 𝑚

54
LAMPIRAN E
WAKTU EDAR (CYCLE TIME)

Perhitungan waktu edar (cycle time) dinyatakan dengan cara memperhatikan


pola gerak dari alat-alat mekanis pada saat alat-alat tersebut melakukan
aktivitasnya.
E.1. Alat Muat
Waktu edar (cycle time) alat muat dapat dirumuskan sebagai berikut :
CTm = Tm1 + Tm2 + Tm3 + Tm4
Dimana :
CTm = Total waktu edar alat muat (detik).
Tm1 = Waktu untuk mengisi muatan (detik).
Tm2 = Waktu ayunan bermuatan (detik).
Tm3 = Waktu untuk menumpahkan muatan (detik).
Tm4 = Waktu ayunan kosong (detik).
Untuk cycle time alat mual Excavator Backhoe Komatsu PC200 di ambil
dari spesifikasi alat yang tersedia yaitu sebesar 19 detik.
Tabel E.1
Cycle time Excavator Backhoe Komatsu

55
E.2. Alat Angkut
Waktu edar alat angkut dapat dirumuskan sebagai berikut :
Cta = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5 + Ta6
Dimana :
Cta = Waktu edar alat angkut, detik
Ta1 = Waktu mengangkut muatan dari stockyard ke stockpile, detik
Ta2 = Waktu mengangkut tanpa muatan dari stockpile ke stockyard, detik
Ta3 = Waktu mengambil posisi untuk dimuati, detik
Ta4 = Waktu diisi muatan (loading), detik
Ta5 = Waktu mengambil posisi untuk penumpahan, detik
Ta6 = Waktu pengosongan muatan (dumping), detik
Untuk perkiraan waktu edar dump truck UD PK 260 H yang akan dilayani
Excavator Backhoe Komatsu PC 200 adalah :
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ (𝑚)
Waktu mengangkut muatan (Ta1) = 𝑚
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 ( )
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

1244 𝑚
=
25 𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚
1244 𝑚
= 6,9 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

= 180,29 detik
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ (𝑚)
Waktu mengangkut tanpa muatan (Ta2) = 𝑚
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 ( )
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

1244 𝑚
= 34 𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚
1244 𝑚
= 9,4 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

= 132,34 detik
Waktu posisiuntuk dimuati (Ta3) =38,67 detik
Waktu diisi muatan (loading) (Ta4) = 209 detik. (ct. exca x Jumlah curah)
Waktu posisi penumpahan (Ta5) = 41,18 detik
Waktu dumping (Ta6) = 46,15 detik

Perhitungan waktu edar :


Cta = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5 + Ta6
Cta = (180,29 + 132,34 + 38,67 + 209 + 41,18 + 46,15) detik
Cta = 647,6 detik

56
LAMPIRAN F
RENCANA KALENDER KERJA DAN KETERSEDIAAN ALAT

Menentukan produksi alat gali-muat dan alat angkut, perlu memperhatikan


kalender kerja dalam satu bulan, target produksi, faktor koreksi (availability), dan
cycle time alat.
Tabel F.1.
Rencana Kalender Kerja IUP SUSENO

Rencana Kalender Kerja


JUMLAH HARI/BULAN SATUAN JUMLAH
Jumlah Hari Kerja/Bulan Hari/Bulan 26
Shift/Hari 1
Jam Shift/Hari Jam/Hari 10
TOTAL JAM KERJA/BULAN Jam/Bulan 260
KEHILANGAN JAM KERJA DIRENCANAKAN
Istirahat Jam/Shift 1
Persiapan Kerja Jam/Shift 1
Sholat Jumat Jam/Bulan 6
TOTAL KEHILANGAN JAM Jam/Bulan 58
TOTAL JAM YANG DIRENCANAKAN/BULAN Jam/Bulan 202
TOTAL JAM KERJA YANG DIRENCANAKAN/HARI Jam/Hari 7,769

Perhitungan Umur Tambang


Untuk menghitung umur tambang, maka digunakan rumus:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑎𝑑𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
Umur Tambang (Tahun) =
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖/𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
𝟕.𝟐𝟒𝟑.𝟕𝟓𝟎
Umur Tambang (Tahun) = 𝐿𝐶𝑀
(54.000 )𝑥 12 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑥 2,4
𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
𝟕.𝟐𝟒𝟑.𝟕𝟓𝟎
Umur Tambang (Tahun) = 1.555.200

Umur Tambang (Tahun) = 4,8 tahun ≈ 5 tahun


Faktor Koreksi
MA (Mechanical Availability) kesediaan alat dilihat dari sisi mekanis.
𝑊
MA = ( )
𝑊+ 𝑅

57
PA (Physical Availability) kesediaan alat dilihat dari sisi fisik.
𝑊+𝑆
PA = ( )
𝑊+𝑅+𝑆
UA (Used of Availability) waktu bekerja alat dari jadwal kerja alat yang tersedia.
𝑊
UA = ( )
𝑊+𝑆
EU (Effective Utilization) waktu efektif penggunaan alat.
𝑊
EU = ( )
𝑊+𝑅+𝑆
Keterangan :
W = Waktu Kerja
R = Waktu Perbaikan Alat
S = Waktu Persiapan Alat (standby time)
Diketahui jam kerja dalam 1 hari = 1 shift = 10 jam.
Dari data yang diperoleh dari perusahaan didapatkan :
W = 7,5 jam
R = 1,5 jam
S = 1 jam
Sehingga faktor koreksi pada bulan pertama dapat dihitung :
Jumlah kerja tiap bulan adalah 26 hari.
𝑊
1. MA= ( ) x 100 %
𝑊+ 𝑅
195
=( ) x 100%
195 + 39
= 83 %
𝑊+𝑆
2. PA = ( ) x 100 %
𝑊+𝑅+𝑆
195 + 26
=( ) x 100%
195 + 39 + 26
= 85 %
𝑊
3. UA = ( ) x 100 %
𝑊+𝑆
195
=( ) x 100%
195 + 26
= 88 %
𝑊
4. EU = ( ) x 100 %
𝑊+𝑅+𝑆

58
195
=( ) x 100%
195 + 39 + 26
= 75 %
Tabel F.2
Faktor Koreksi
W R S MA PA UA EU
𝑊 𝑊+𝑆 𝑊 𝑊
(jam) (jam) (jam) ( ) ( ) ( ) ( )
𝑊+ 𝑅 𝑊+𝑅+𝑆 𝑊+𝑆 𝑊+𝑅+𝑆

7,5 1,5 1 83% 85% 88% 75%

59
LAMPIRAN G
FAKTOR PENGISIAN MANGKUK (BUCKET FILL FACTOR)

G.1 Faktor Pengisian Mangkuk (Bucket Fill Factor) Alat Muat


Bucket Fill Factor adalah perbandingan kapasitas nyata muat dengan
kapasitas baku alat muat. Hal – hal yang mempengaruhi faktor pengisian adalah :
1. Ukuran material, semakin besar ukuran material, maka semakin kecil faktor
pengisian karena semakin banyak ruang-ruang kosong antar material.
2. Kandungan air, makin besar kandungan air dari suatu material, maka faktor
pengisiannya makin kecil.
3. Kelengketan material, dimana semakin lengket material, maka semakin
besar angka faktor pengisian.
4. Keterampilan dan pengalaman operator, yang akan dapat memperbesar
angka faktor pengisian.
Berdasarkan buku spesifikasi alat gali-muat Excavator Backhoe Komatsu
PC 200 dengan Tabel G.1 sebagai berikut :
Tabel G.1
Bucket Fill Factor

Sumber : Komatsu Spesification Hand Book


Data bucket fill factor diperolah dari spesifikasi alat muat yang digunakan
yaitu seperti pada Tabel G.1 dengan nilai bucket fill factor sebesar 0,8.

60
LAMPIRAN H
PRODUKSI ALAT MEKANIS

Produksi alat adalah besarnya material yang dapat dihasilkan oleh alat
tersebut dalam satuan periode tertentu. Untuk mengetahui kemampuan produksi
alat mekanis pada operasi penambangan andesit, maka dilakukan perhitungan
produksi dari alat muat dan alat angkut.
H.1. Produksi Alat Muat Excavator Komatsu PC 200
Produksi alat gali muat andesit pada tahun pertama :
Kapasitas bucket = 1,2 m3
Faktor pengisian mangkuk = 0,8
Physical availability = 85%
Use of availability = 88%
CT = 19 detik
𝑃𝑟𝑜𝑑. 𝐸𝑥𝑐𝑎⁄ 3600⁄ x BFF x PA x UA
𝐽𝑎𝑚= Bucket size x 𝑐𝑡
3600
= 1,2 x x 0,8 x 85 % x 88 %
19
= 136,06 LCM/jam
𝑃𝑟𝑜𝑑. 𝐸𝑥𝑐𝑎⁄ 𝑃𝑟𝑜𝑑. 𝐸𝑥𝑐𝑎⁄ 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓⁄
𝐻𝑎𝑟𝑖= 𝐽𝑎𝑚 x 𝐻𝑎𝑟𝑖
= 136,06 LCM/jam x 7,769 jam/hari
= 1057,05 LCM/hari
𝑃𝑟𝑜𝑑. 𝐸𝑥𝑐𝑎⁄ 𝑃𝑟𝑜𝑑. 𝐸𝑥𝑐𝑎⁄ 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓⁄
𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛= 𝐻𝑎𝑟𝑖 x 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛
= 1057,05 LCM/hari x 26 hari/bulan
= 27483,3 LCM/bulan

H.2. Produksi Alat Angkut UD PK 260 H


Produksi alat angkut, diketahui :
Kapasitas Bak = 10 m3
CT = 647,6 detik

61
UA = 88 %
PA = 85 %
Kap.bucket exca = 1,2 m3
Kap. pengisian mangkok = 0,8
Perhitungan produksi alat angkut adalah sebagai berikut :
𝐽𝑚𝑙. 𝐶𝑢𝑟𝑎ℎ⁄ 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑘 𝐷𝑢𝑚𝑝 𝑇𝑟𝑢𝑐𝑘
𝐼𝑠𝑖𝑎𝑛 = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐵𝑢𝑐𝑘𝑒𝑡 𝐸𝑥𝑐𝑎 𝑥 𝐵𝑢𝑐𝑘𝑒𝑡 𝐹𝑖𝑙𝑙 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟
10 𝑚3
=
1,2 𝑚3 𝑥 0,8

= 10,41 curah/isian ≈ 10 curah/isian


𝑃𝑟𝑜𝑑. 𝐴𝑙𝑎𝑡 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑢𝑟𝑎ℎ 3.600
⁄𝐽𝑎𝑚 = x kap. bucket exca x
𝐼𝑠𝑖𝑎𝑛 𝐶𝑇 𝐷𝑇
x PA x UA
3.600
= 10 x 1,2 m3 x x 85% x 88%
647,6

= 49,9 LCM/jam
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐴𝑙𝑎𝑡 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐴𝑙𝑎𝑡 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
= x
𝐻𝑎𝑟𝑖 𝐽𝑎𝑚 𝐻𝑎𝑟𝑖

= 49,9 LCM/jam x 7,769 jam/hari


= 387,7 LCM/hari
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐴𝑙𝑎𝑡 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐴𝑙𝑎𝑡 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
= x
𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛
= 387,7 LCM/hari x 26 hari/bulan
= 10.080,2 LCM/bulan

62
LAMPIRAN I
PERHITUNGAN KEBUTUHAN ALAT MEKANIS

I.1. Alat Gali Muat


Sasaran produksi andesit IUP SUSENO adalah sebesar 54.000 LCM/bulan.
Perhitungan kebutuhan alat mekanis diperoleh dengan pendekatan antara target
produksi dengan perhitungan produksi alat gali muat.
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖/𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛
Kebutuhan Excavator =
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐴𝑙𝑎𝑡 𝑀𝑢𝑎𝑡/𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛
54.000 LCM/bulan
=
27.483,3 LCM/bulan
= 1,96 unit ≈ 2 unit (dibulatkan).
n Unit
Cadangan Excavator = ( )–n
MA
2 Unit
=( )–2
83 %
= ( 2,4 unit ≈ 3 unit (dibulatkan)) – 2
= 1 unit cadangan
I.2. Alat Angkut
Sasaran produksi andesit IUP Suseno adalah sebesar 54.000 LCM/bulan.
Perhitungan kebutuhan alat setiap tahun diperoleh dengan pendekatan antara target
produksi dengan perhitungan produksi alat angkut.
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖/𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛
Kebutuhan Dump Truck =
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐴𝑙𝑎𝑡/𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛
54.000 LCM/bulan
=
10.080,2 LCM/bulan
= 5,35 unit ≈ 6 unit (dibulatkan).
n Unit
Cadangan Dump Truck = ( )–n
MA
6
=( )–6
83%
= ( 7,23 unit ≈ 8 unit (dibulatkan)) – 6
= 2 unit cadangan

63
LAMPIRAN J
MATCH FACTOR

Match Factor (MF) yaitu faktor keserasian kerja untuk menghitung tingkat
keselarasan kerja antara alat muat dan alat angkut untuk setiap kondisi kegiatan
pemuatan dan pengangkutan.
J.1. Perhitungan Match Factor
Perhitungan Match Factor (MF) didapatkan dari perhitungan produksi dan
kebutuhan alat mekanis baik produksi alat muat maupun alat angkut untuk
mencapai target produksi 54.000 LCM/bulan seperti pada Lampiran H, sehingga
didapatkan produksi perbulan dari masing-masing alat mekanis baik alat muat
maupun alat angkut sebagai berikut :
Produksi alat muat (Prod.muat) = 27483,3 LCM/bulan
Produksi alat angkut (Prod.angkut) = 10.080,2 LCM/bulan
Jumlah alat muat (Nm) = 2 unit
Jumlah alat angkut (Na) = 6 unit
Waktu edar alat muat (Ctm) = 19 detik
Waktu eadar alat angkut (Cta) = 647,6 detik
Jumlah curah alat muat (N) = 10 kali
Maka Match Factor (MF) dari kedua alat didapatkan yaitu :
𝑁𝑎 𝑥 𝑁 𝑥 𝐶𝑡𝑚 6 𝑥 10 𝑥 19
MF = = = 0,88
𝑁𝑚 𝑥 𝐶𝑡𝑎 2 𝑥 647,6

Dikarenakan match factor = 0,88 , maka match factor < 1, oleh karena itu
produksi alat muat lebih besar daripada produksi alat angkut dan terdapat waktu
tunggu dari alat muat.

64

Anda mungkin juga menyukai