Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Internasional GEOMATE, dalam pers, pp.001-007 Geotec., Const. Tikar.

&
Env., DOI:https://doi.org/10.21660/Year.Issue.PaperID
ISSN: 2186-2982 (Cetak), 2186-2990 (Online), Jepang

ANALISIS EROSI MENGGUNAKAN HYDROSEEDING PADA POST COAL


SITUS PERTAMBANGAN INMELAK

* Waterman Sulistyana Bargawa, Arisdiansyah Putra, M. Nurcholis

Fakultas Teknologi Mineral, UPN Veteran Yogyakarta, Indonesia

* KorespondenPenulis: Arisdiansyah Putra, Diterima: 01 Okt 2018, Revisi: 10 Nov 2018,


Diterima: 24 Mei 2019

ABSTRAK: Setelah proses penambangan, penambangan batubara Melak melakukan reklamasi. Salah satu kendalanya
adalah kemiringan lereng yang curam akibat proses eksploitasi batubara. Lereng sulit untuk ditanami kembali dan tanah
mudah terkikis oleh air hujan. Hidroseeding dikombinasikan dengan metode jute net telah diterapkan di daerah ini, tetapi
efektivitas dan keberhasilan penggunaan metode tersebut belum diukur secara akurat. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji secara eksplisit efektivitas hydroseeding yang dikombinasikan dengan metode jute net terhadap
besarnya erosi di lokasi Tambang Batubara Melak ini terutama pada lereng pembuangan dan low wall in pit. Pengamatan
dilakukan dengan membuat dua model luas persegi di lokasi terpisah, yang menggunakan goni net dan tanpa goni yang
dikombinasikan dengan teknik hydroseeding. Benih yang digunakan adalah Centrosema Pubescens, Pueraria Javanica, dan
Calopogonium Mucunoides. Selanjutnya, erosi aktual dibandingkan dengan prediksi erosi menggunakan USLE. Hasil rata-
rata erosi aktual adalah: pada pembuangan jaring goni 471,59 ton/hektar dan pada pembuangan jaring non goni
510,19 ton/hektar; dan pada jaring goni di pit 896,23 ton/hektar dan pada jaring non goni di pit 974,43 ton/ha. Hasil perhitungan
metode USLE adalah: pada pembuangan bersih goni 944,56 ton/hektar dan pada pembuangan bersih bukan goni 1016,81 ton/
hektar; dan pada jaring goni pada pit 1805,31 ton/hektar dan pada jaring non goni pada pit 1917,10 ton/ha. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa metode tersebut mampu mengurangi sekitar 89,57% akumulasi sedimen di pembuangan dan sekitar 96,62% di
lowwall.

Kata kunci: Erosi, Revegetasi, Hydroseeding, Jute net, USLE

1. PERKENALAN dan tembok rendah pada lubang bekas tambang.


Area pengamatan adalah 2 x 2 m2 menyesuaikan
Proses pascatambang akan menyebabkan
dengan medan terjal lahan bekas penambangan. Dari
permukaan lereng terjal yang cenderung tererosi atau
limpasan tersebut, baik air hujan, maupun sedimen
yang paling parah adalah longsor. Teknik revegetasi dan
yang akan dianalisis, ditampung dalam ember-ember
jenis tanaman yang tepat diperlukan untuk
di bawah setiap desain petak. Pertumbuhan tutupan
menyelesaikan proses reklamasi pada lereng yang curam.
tanaman juga dianalisis untuk mengetahui pengaruh
Diketahui bahwa hydroseeding memberikan hasil terbaik,
teknik tersebut dalam upaya mengatasi masalah erosi
tetapi juga dikenal sebagai teknik yang kurang ekonomis
tanah. Diharapkan proses erosi dan sedimentasi dari
[1]. Karena pentingnya mengetahui metode yang paling
tepat dan ekonomis, maka penelitian ini dilakukan untuk
limpasan pada lereng curam pasca penambangan
menguji penggunaan teknik hydroseeding yang
dapat dikurangi [4].
Metode unik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dikombinasikan dengan bahan jaring goni [2].
pengamatan yang dilakukan pada kondisi alam/aktual
Faktor utama keberhasilan proses reklamasi adalah
(kondisi tanah, cuaca, dan curah hujan). Jangka waktu
kesuburan tanah. Jenis tanaman penutup tanah yang
penelitian adalah dalam waktu 3 bulan dimana puncak curah
digunakan adalah Leguminosae. Leguminosae diyakini
hujan terjadi selama satu tahun. Metode dalam penelitian ini
mampu meningkatkan kesuburan tanah beserta sifat
belum disediakan oleh peneliti lain. Sebagian besar
kimianya. Leguminosae dapat membangun hubungan
eksperimen menggunakan metode simulasi [4], [14], [15]. Hal
simbiosis dengan bakteri Rhizobium dan memfiksasi
tersebut yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
nitrogen di dalam air. Selain itu, bila dikombinasikan
sebelumnya.
dengan pupuk kandang, Leguminosae mampu
Hidroseeding dikombinasikan dengan metode jute
mengakumulasi nitrogen di dalam tanah dan
net telah diterapkan di daerah ini, tetapi efektivitas dan
mengubahnya menjadi pupuk alami tanah.
[3]. keberhasilan penggunaan metode tersebut belum diukur
Percobaan dilakukan di areal bekas tambang secara akurat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
Tambang Batubara Melak yang terletak di Kutai Barat, untuk mengkaji secara eksplisit efektivitas hydroseeding
Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian ini dilakukan dengan yang dikombinasikan dengan metode jute net terhadap
menggunakan hydroseeding yang dikombinasikan dengan besarnya erosi di lokasi Tambang Batubara Melak ini.
bahan jaring goni dari sabut kelapa atau sabut kelapa Penelitian ini mampu memberikan hasil secara kuantitatif
yang didirikan di lokasi pembuangan untuk menghitung efektivitas.

1
Jurnal Internasional GEOMATE, Bulan, Tahun, Vol (Terbitan), hal. 000-
000

2. METODE PENELITIAN Metode observasi dan pengukuran dilakukan


untuk menganalisis efektivitas hydroseeding yang
dikombinasikan dengan bahan jaring goni.
Analisis Erosi
Pengukuran erosi dan limpasan dilakukan dengan
Persiapan
- Lokasi membuat plot desain distribusi erosi sebagai berikut :
- Bahan Hydroseeding (benih & pupuk)
- Jutenet a) Petak erosi dibuat dengan menggunakan bujur sangkar

kavling dengan ukuran 2 x 2 m2 (disesuaikan


Desain Model Eksperimen:
- Instalasi peralatan percobaan (seng,
talang, kotak pengamatan sedimen, jaring dengan kondisi lokasi). Plot erosi adalah
goni)
- Jadwal pengamatan didirikan dalam 2 kondisi, dengan jaring goni dan
jaring non goni.
b) Setiap kotak dibagi menjadi 3 kolom dengan
Mengumpulkan data

Data utama :
- Erosi Sedimen
- Cakupan Vegetasi
- Sifat fisik & kimia tanah berukuran 2 x 0,6 m2 untuk mendapatkan data pengulangan.
Data sekunder:
- Data curah hujan
c) Di dasar lereng, dibuat selokan dan ember penampung
Memproses Data & Menghitung Erosi Aktual VS USLE untuk setiap petak. Ember ini berfungsi untuk
mengumpulkan tanah yang terkikis dan limpasan.
Iya Jika nilai erosi sebesar
Gunakan USLE
metode
USLE (=) atau (error +1%)
d) Tanah terkikis dan limpasan yang dikumpulkan dalam
Tidak
ember digradasi untuk mendapatkan dan kemudian
Gunakan Perhitungan Aktual
diamati volume dan sedimen yang diinduksi erosi.
Menganalisis Efektivitas Hydroseeding dan Jutenet e) Sedimen bergradasi dari ember dimasukkan ke
dalam oven, kemudian diukur berat kering tanah
gunakan cara lain Tidak Jika nilai erosi H+jute
yang tererosi per satuan luas per hari hujan.
net < H non jute net
Sampel sedimen dan air hujan diambil setiap hari
Iya
hujan menggunakan botol sampel 200 ml.
Melanjutkan Hydroseeding + Metode Jaring Rami
Sampel erosi kemudian dikeringkan dalam oven
Gambar 1 Diagram Alir Metodologi Penelitian kemudian ditimbang untuk mengukur besarnya
erosi per petak erosi.
Penelitian ini dilakukan di areal konsesi PT. TCM, Selanjutnya, data dikumpulkan ke dalam plastik
PIT. 3000 B03. Secara administratif, lokasi penelitian ini sampel dan diberi label berdasarkan tanggal dan zona
termasuk dalam wilayah Kecamatan Muara Lawa, kode. Setelah itu dilakukan pengukuran sampel yang
Bentian Besar, dan Damai, Kabupaten Kutai Barat, sebenarnya.
Kalimantan Timur.
Secara geografis terletak di E 115°38ʼ40.41” dan S 2.2 Prediksi Erosi dengan Metode USLE
0°41'50.06”. Pemilihan lokasi dilakukan secara Perkiraan jumlah erosi tanah dilakukan dengan
purposive dengan pertimbangan sebagai berikut: menggunakan Rugi Tanah Universal berikut:
1. Lokasi penelitian memiliki fungsi penting sebagai Formulasi Persamaan (USLE) [5]:
daerah revegetasi, penyangga lereng, dan
resapan air agar tidak terjadi longsor pada R xK xLSxCx P (1)
lahan bekas galian pada saat musim hujan. Hasil analisis menggunakan rumus USLE
2. Kondisi ekologi di lokasi tersebut telah digunakan sebagai pembanding dari hasil setiap
mengalami degradasi hingga titik kritis akibat data kejadian hari hujan per hari di lokasi
erosi pada musim hujan. Gambar 1 pengamatan.
menunjukkan kondisi lereng terjal di lokasi
penelitian setelah terjadi longsor. 2.2.1 Faktor Erosivitas Curah Hujan (R)
Erosivitas didefinisikan sebagai energi kinetik curah hujan
untuk menyebabkan erosi tanah. Semakin besar erosivitas maka
semakin besar pula jumlah tanah yang tererosi (berbanding lurus).
Indeks erosivitas curah hujan dihitung untuk setiap plot seperti
yang disebutkan di atas. Data curah hujan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data rata-rata dari tahun 2015 sampai dengan
tahun 2018. Data erosivitas hujan dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut [6]:

R 0.548257 x P -59,9 (2)

dimana P = curah hujan tahunan (mm)


2.2.2 Faktor Erodibilitas Tanah (K)
Gambar 2 Kondisi lereng curam di lokasi
Erosibilitas tanah berkaitan dengan sifat fisik
2.1 Erosi Aktual dengan Metode Plot Kecil tanah, meliputi tekstur, persentase bahan organik,
dan permeabilitas. Umumnya tanah dengan
erodibilitas rendah memiliki proporsi lumpur dan debu dimana PAC = persentase perubahan luas, TA = luas
yang rendah, proporsi kandungan bahan organik yang total, A = luas perubahan.
tinggi, struktur yang halus, dan permeabilitas yang tinggi. Alat untuk mengukur tutupan tanaman dari setiap
Erodibilitas tanah dihitung dengan menggunakan formulasi zona yang diamati adalah bingkai kayu berukuran 0,6
sebagai berikut [7]: mX 0,6 m yang dibagi dengan benang dengan ukuran
2.173x(2.1xM1,14x(10 4)x(12 - a) 3,25x(b - 2) 2.5x(C -3)) (3) 0,1 m untuk setiap bujur sangkar. Untuk
K
100 mengumpulkan nilai statistik untuk data pengamatan,
setiap kolom dibagi menjadi 3 zona pengamatan (zona
dimana K = Faktor erodibilitas tanah (ton.ha.thn), M
A, B, C). Pengamatan dilakukan seminggu sekali
= (% debu+ % lanau) x (100 - % liat), a = persentase
kemudian dicatat dalam tabel pengamatan.
kandungan organik (% C x1.724), b = klasifikasi
Pengukuran tutupan tanaman dilakukan setiap
struktur tanah, C = klasifikasi permeabilitas tanah
minggu mulai dari minggu pertama, proses penanaman,
2.2.3 Faktor Topografi (LS) hingga minggu terakhir pengamatan untuk melihat
efektifitas tanaman penutup tanah dalam mengurangi
LS adalah perbandingan antara besarnya erosi
kemungkinan terjadinya erosi.
pada sebidang tanah dengan panjang lereng dan
kecuraman tertentu, terhadap laju erosi pada lereng 2.5 Tingkat Potensi Erosi
yang memiliki panjang (λ) dan kecuraman (°). Nilai
Erosi tahunan rata-rata dipertimbangkan untuk
LS dihitung dari persamaan di bawah ini [8]:
menentukan tingkat potensi erosi yang terjadi untuk
saya (65.41 Sdi2 4.56 Sdi 0,065) (4) setiap satuan petak lahan di lokasi pengamatan
LS ( )
22.13 [11]:

dimana = panjang lereng, m= konstanta tergantung pada


Tabel 1. Tingkat rata-rata kehilangan tanah tahunan dari
kecuraman lereng (m = 0,2 untuk <1%, m = 0,3 untuk = 1–
erosi
3%, m = 0,4 untuk = 3,5–4,5%, dan m = 0,5 untuk > 5 %),
= sudut kemiringan.
Laju kehilangan tanah (ton/ha/th) Tingkat erosi
2.2.4 Pengelolaan Faktor (C),
Memotong
Faktor Pengelolaan Konservasi (P) 10 Rendah

Faktor koefisien tanam/tanaman (C) dan


10-50 Moderat
pengelolaan lahan (P) mengacu pada hasil
karakteristik satuan lahan di lokasi penelitian. 50-200 Tinggi

200 Sangat tinggi


2.3 Kualitas Sifat Tanah

Pengambilan sampel tanah dilakukan untuk 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


mengetahui sifat kimia dan fisika tanah dengan cara
stratified purpose sampling berdasarkan satuan lahannya. 3.1 Pengukuran Erosi Sedimentasi
Pengambilan sampel tanah dilakukan dari 2 lokasi
Tabel 2 dan 3 menunjukkan hasil sedimentasi yang
dengan 2 kondisi yang berbeda untuk setiap lokasi.
diperoleh dengan dan tanpa jaring goni di dinding rendah
Sampel tanah diambil pada kedalaman 5 cm
di pit dan daerah pembuangan. Hasil pengukuran erosi
menggunakan sampel cincin, sebanyak 16 sampel [9].
sedimentasi dan limpasan di lokasi pembuangan
Sampel tanah dari lokasi penelitian dianalisis di
didasarkan pada setiap kejadian curah hujan dari bulan
laboratorium untuk mendapatkan indeks sifat kimia
Desember 2017 sampai Maret 2018. Data erosi tanah
dan fisika yang tepat. Sampel yang diambil ada
yang terjadi diperoleh dari pengukuran botol sampel
dua, yaitu sebelum dan sesudah penanaman
yang dikumpulkan yang telah diberi kode sesuai dengan
tanaman penutup tanah. Hal ini dilakukan untuk
lokasi dan tanggal pengumpulan data.
mengkaji perubahan sifat-sifat tanah di lokasi
Dari hasil Tabel 2, di lokasi pembuangan goni net
penelitian.
rata-rata sedimen tertinggi adalah 166,44 gr/m2 dan
2.4 Cakupan Tanaman Penutup rata-rata terendah diketahui sebanyak 2,02 gr/m2.
Sedimentasi rata-rata tertinggi di lokasi pembuangan
Parameter yang diukur adalah persentase tutupan
jaring bukan goni sebesar 417,66 gr/m2 dan rata-rata
tanaman penutup tanah. Pengukuran luas tutupan
terendah adalah 2,81 gr/m2. Data pada Tabel 2
terhadap tebing dilakukan dengan membandingkan
dijelaskan pada Gambar 4.a dan Gambar 4.b.
luas yang dicapai dari perbanyakan tanaman,
Dari hasil Tabel 3, pada goni di lokasi pit diketahui
kemudian dibagi dengan luas jaring goni. Persentase
rata-rata sedimen tertinggi adalah 65,88 gr/m2 dan
cakupan dihitung sesuai dengan formulasi sebagai:
rata-rata terendah adalah 1,23 gr/m2. Rata-rata
berikut [10]:
SEBUAH
(5) sedimen tertinggi pada jaring non-jute di lokasi pit
PAC x 100
TA adalah 823,73 gr/m2 dan rata-rata terendah adalah
0,71 gr/m2. Data pada Tabel 2 adalah
dijelaskan pada Gambar 4.c dan Gambar 4.d. menurun seiring dengan penurunan curah hujan. Setelah 14 Januarit,
Pada periode awal pengamatan, hydroseeding Tahun 2018 sedimen mengalami penurunan meskipun curah
yang dikombinasikan dengan metode jute net hujan meningkat. Kecenderungan ini terjadi pada low wall di
menghasilkan erosi sedimen yang lebih sedikit pit dan area pembuangan, dengan atau tanpa jaring goni.
dibandingkan tanpa goni net. Saat curah hujan Fenomena penurunan sedimen meskipun curah hujan
meningkat, erosi sedimen meningkat. Puncak
meningkat berkaitan dengan tutupan tanaman penutup
jumlah sedimen terjadi pada puncak curah hujan
tanah dan akan dijelaskan pada subbab 3.2.
yang terjadi. Pada 11 Januarit, 2018, sedimen

Tabel 2. Pengamatan erosi sedimen di lokasi pembuangan


Jaring Rami PembuanganSedimen (gr) Sedimen Pembuangan Bersih Non-Jute (gr)
Curah hujan
Tanggal
(mm) Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Berarti Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Berarti
17-12-25 13.00 28.69 68.65 154.3 83,88 97,99 79,52 44.51 74.01
17-12-26 76.00 40.07 79,46 291.8 137.11 413,44 292,56 25.14 243,71
17-12-28 81.00 71,79 204.01 223.53 166,44 712 308.35 232.63 417.66
18-01-11 27.00 23.74 6.66 7.1 12.50 11.48 12.04 34.86 19.46
18-01-14 3.00 2.04 1.87 2.14 2.02 1.48 5.07 4.6 3.72
18-01-18 9.00 7.47 6.77 6.33 6.86 18.05 23.83 14.12 18.67
18-03-2015.50 1.99 3.54 2.46 2.66 3.48 3.15 1.8 2.81

Tabel 3. Pengamatan erosi sedimen pada low wall di lokasi pit


Jute Net In pit Sediment (gr) Sedimen In pit Non-Jute Net (gr)
Curah hujan
Tanggal
(mm) Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Berarti Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Berarti

17-12-25 13.00 18.69 8.19 1.61 9.50 52.19 71,29 39.73 54.40
17-12-26 76.00 76,67 64.54 56.43 65.88 822.5 823.6 825.1 823,73
17-12-28 81.00 24.9 13.48 20.18 19.52 335.94 978,93 826.96 713,94
18-01-11 27.00 2.43 2.52 9.95 4.97 3.47 3.21 5.64 4.11
18-01-14 3.00 1.17 2.91 1.06 1.71 1.3 1.09 2 1.46
18-01-18 9.00 3.28 2.72 4.09 3.36 3.57 3.04 4,53 3.71
18-03-2015.50 1.9 0.82 0,96 1.23 1.13 0.11 0.9 0,71

Faktor-faktor alam yang mempengaruhi proses


erosi dapat ditentukan dari efek yang berkontribusi
terhadap proses erosi dan sedimentasi. Beberapa
faktor yang mempengaruhi besarnya erosi adalah
curah hujan, sifat-sifat tanah, kecuraman lereng,
vegetasi, dan penggunaan lahan [5].
Intensitas curah hujan yang tinggi akan
meningkatkan laju erosi yang terjadi di permukaan
tanah. Benjolan tanah yang hancur akibat energi
kinetik curah hujan akan mengangkut butir-butir
tanah dari permukaan tanah.

Gambar 3 Kurva Curah Hujan Rata-Rata di PIT 3000 B.03


Sebagai Lokasi Pengamatan
(Sebuah) (b)

(c) (d)

Gambar 4 (a) Kurva erosi pada lokasi pembuangan jaring goni, (b) Kurva erosi lokasi pembuangan jaring bukan goni, (c)
Kurva erosi pada dinding bawah jaring goni dalam lubang, (d) Kurva erosi pada dinding bawah jaring non-jute dalam lubang

3.2 Cakupan Vegetasi semakin baik perlindungan yang diberikan terhadap erosi
tanah. Selain dapat mengendalikan erosi akibat curah hujan,
Tanaman penutup tanah dalam penelitian ini berfungsi
crop cover juga dapat mengendalikan erosi yang
sebagai penutup lereng untuk mengurangi kerusakan
disebabkan oleh angin dengan cara menahan angin.
permukaan tanah oleh air hujan. Metode hydroseeding
Tutupan vegetasi secara tidak langsung telah
dilakukan dengan cara mencampurkan semua benih yang
menahan proses erosi di lokasi pengamatan. Selain
disemprotkan secara merata di seluruh lereng lokasi
itu, pengukuran pertumbuhan tanaman penutup
penelitian. Tanaman penutup tanah membutuhkan waktu
pada dinding rendah di lokasi pit, dengan atau tanpa
tiga bulan untuk menutupi permukaan tanah secara merata.
jaring goni, setelah 3 bulan mencapai akresi 100%.
Proses reklamasi dengan tanaman penutup tanah ini
Faktor vegetasi berperan sangat penting dalam
diharapkan dapat menutup permukaan lereng terjal pasca
terjadinya erosi, vegetasi dapat mencegah air hujan jatuh
penambangan secepat mungkin sehingga kemungkinan erosi
langsung ke tanah. Vegetasi yang efektif untuk
oleh limpasan hujan dapat dikurangi.
mengendalikan erosi adalah hutan yang dikelola dengan
Efektivitas tanaman penutup tanah dalam mengendalikan
baik. Selain hutan, vegetasi yang efektif mengendalikan
erosi dipengaruhi oleh karakteristik jenis tanaman penutup tanah.
erosi adalah rerumputan. Dengan demikian, pengelolaan
Jumlah sedimen dari erosi menurun secara eksponensial dengan
hutan dan padang rumput sangat penting dalam
cakupan tutupan tanaman yang lebih luas. Semakin banyak lereng
menjaga stabilitas tanah [13].
yang tertutup oleh tanaman penutup tanah,
Rata-rata kondisi erosi aktual di lokasi 3.3 Perbandingan antara Perhitungan USLE dan
pembuangan goni net sekitar 471,59 ton/hektar Pengukuran Aktual
dan di lokasi pembuangan non goni net sekitar
510,19 ton/hektar. Selanjutnya pada jaring goni di Pada metode USLE, data curah hujan
lokasi pit, rata-rata erosi aktual yang diperoleh menggunakan perhitungan erosivitas, dan sifat-
sekitar 896,23 ton/hektar dan pada jaring non goni sifat tanah menggunakan perhitungan erodibilitas.
di lokasi pit sekitar Parameter tersebut sangat mempengaruhi hasil
974,43 ton/hektar.
perhitungan erosi pada metode USLE.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kombinasi
Sedangkan dengan metode perhitungan USLE,
metode hydroseeding dengan pembuangan goni
besarnya erosi tanah di lokasi pembuangan goni
mampu mereduksi sedimen kumulatif sebesar 89,57%
net sekitar 809,06 ton/hektar dan di lokasi
dan low wall in pit sebesar
pembuangan non goni sekitar 870,95 ton/hektar.
96,62%.
Pada goni jaring di lokasi pit, erosi tanah sekitar
Erosi aktual yang diperoleh pada lokasi pembuangan goni
net sebesar 471,59 ton/hektar, pada lokasi pembuangan non
1546,34 ton/hektar, dan pada jaring non goni di
goni net sebesar 510,19 ton/ha. Erosi aktual yang didapat
lokasi pit sekitar 1642,09 ton/hektar.
pada jaring goni di lokasi pit sebesar 896,23 ton/hektar, dan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa erosi
pada jaring non goni di lokasi pit sebesar
dengan menggunakan metode perhitungan USLE
974,43 ton/hektar. Melalui USLE metode
lebih besar dari erosi yang sebenarnya. Hasil
Berdasarkan perhitungan, erosi yang terjadi pada lokasi
perhitungan USLE sangat dipengaruhi oleh data
pembuangan goni net sebesar 944,56 ton/hektar, pada lokasi
curah hujan tahunan beserta indeks sifat fisik
pembuangan non goni net sebesar 1016,81 ton/hektar. Pada
tanah. Hasil dari kedua metode tersebut termasuk
jaring goni di lokasi pit terjadi erosi sebesar 1805,31 ton/
dalam erosi tingkat sangat tinggi sesuai dengan
hektar, dan pada jaring non goni di lokasi pit sebesar
klasifikasi tingkat erosi
1917,10 ton/hektar.
Hasil perhitungan erosi dengan metode USLE
lebih besar 47,8% dari perhitungan erosi
sebenarnya. Perbedaan ini dapat digunakan
sebagai patokan dalam perhitungan yang
sebenarnya di lapangan karena perbedaan ini
sama dalam setiap perhitungan (Tabel 4).

4. KESIMPULAN
1. Hasil dari metode USLE adalah sekitar
47,8% lebih tinggi dari pengukuran sebenarnya. Oleh
karena itu tidak dapat digunakan sebagai metode
pendekatan untuk kasus ini.
2. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kombinasi
Gambar 5 Persentase tutupan vegetasi hydroseeding dengan metode jute net mampu
mengurangi akumulasi sedimen sebesar
Tabel 4. Perbandingan nilai erosi tahunan 89,57% di lokasi pembuangan dan sebanyak
antara metode aktual dan USLE 96,62% pada dinding rendah di pit. Artinya cara
perhitungan ini terbukti efektif dalam mengurangi erosi di
PT. Area pascatambang TCM. Metode ini
Erosi menggunakan
Sebenarnya
disarankan untuk dilanjutkan.
Kode Erosi metode USLE 3. Pertumbuhan tanaman penutup tanah setiap minggu
ton/ha/thn ton/ha/thn sangat berpengaruh terhadap pengurangan
pembuangan JN k1 516,47 768.31 kemungkinan erosi sedimentasi di lokasi penelitian.
pembuangan JN k2 564,81 838.22 Penerapan teknik dengan atau tanpa jaring goni tidak
pembuangan JN k3 555.4 820,65 signifikan, terlihat dari persentase keberhasilan
Pembuangan N-JN k1 597,95 877.72 setelah pertumbuhan tiga bulan, yaitu
Pembuangan N-JN k2 586,87 867.16 99,7%. Selain itu, ada kemungkinan untuk
Pembuangan N-JN k3 584,65 867.96 melakukan penelitian ini di lokasi yang sama.
JN Di pit k1 1053,72 1570.1
JN Di lubang k2 1035.51 1543.31 5. UCAPAN TERIMA KASIH
JN Di lubang k3 1023.63 1525.6 Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen
N-JN Di pit k1 1147.22 1697.24 Pembimbing Akademik Fakultas Teknologi Mineral UPN
N-JN Di lubang k2 1136.33 1635.04 Veteran Yogyakarta, Indonesia, atas ilmu yang diberikan
N-JN Di pit k3 1090.17 1593,98 hingga terselesaikannya penelitian ini.
Terima kasih untuk istri tercinta yang telah [8] S.Dutta (2016) Erosi tanah, hasil sedimen dan
memberikan dukungan moril dan doa kepada kami. sedimentasi waduk. Model. Sistem Bumi.
Lingkungan 2:123., DOI 10.1007/s40808-016-
6. REFERENSI 0182-y
[9] Irene Garcia-Gonzaleza, Chiquinquirá
[1] Aza l ia D. , Re tnaningdyah C. , Endang
Hontoria, Jose Luis Gabriel, Maria Alonso-
Arisoesilaningsih (2016) Perkecambahan benih
beberapa spesies tanaman pionir lokal di berbagai Ayuso, Miguel Quemada (2018) Tanaman penutup tanah
mulsa hydroseeding untuk revegetasi tanah pasca untuk mengurangi degradasi tanah dan meningkatkan
tambang batubara. Jurnal Pengelolaan Lahan fungsi tanah di lahan irigasi, Geoderma 322:81-88, https://
Terdegradasi Dan Pertambangan ISSN: 2339-076X doi.org/10.1016/j.geoderma.
(p); 2502-2458 (e), Vol.3, No.4, hlm. 609-615. 2018. 02. 024
doi : 10 . 15 243 / j dmlm. 2 016 . 034 . 609 [10] Muhammad Sabiu Suleiman, Oliver
[2] Sanyal T. (2017) Pengendalian Erosi Tanah Vivian Wasonga, Judith Syombua Mbau dan
Akibat Hujan dan Angin dengan Geotekstil Yazan Ahmed Elhadi (2017) Analisis spasial dan
Rami., Geotekstil Rami dan Aplikasinya dalam temporal perubahan tutupan hutan di Falgore
Game Reserve di Kano, Nigeria.
Teknik Sipil. Perkembangan Teknik Geoteknik.
Ekologis Proses 6:11., DOI
Springer, Singapura, hal 41-63
10.1186/s13717-017-0078-4
[3] Antoine Le Quéré, Nisha Tak, Hukam Singh
[11]David Hernando, Manuel G. Romana, (2015)
Gehlot, Celine Lavire, Thibault Meyer, David
Pengembangan Sistem Klasifikasi Erosi Tanah
Chapulliot, Sonam Rathi, Ilham Sakrouhi,
untuk Lereng Potong dan Isi. terjemahan
Guadalupe Rocha, Marine Rohmer, Dany
infrastruktur. Geotek 2: 155-166., DOI
Severac, Abdelkarim Filali-Maltouf dan Jose-
10.1007/s40515-015-0024-9
Antonio Munif (2017) Genom
[12]Lei lei Wen, Fenli Zheng, Haiou Shen, Feng
karakterisasi Ensifer aridi, usulan spesies baru
Bian, Yiliang Jiang (2015) Intensitas curah
rhizobium pengikat nitrogen yang ditemukan
hujan dan efek laju aliran pada erosi tanah
dari gurun Asia, Afrika, dan Amerika., Doi:
lereng bukit di wilayah Mol lisol di Cina Timur
10.1186/s12864-016-3447-y
Laut. Nat Hazards 79 : 381-385., doi . org/
[4] Kalibová, J., Petrů, J. & Jačka, L. Environ Earth Sci
10.1007/ s11069 -015-1847-y
(2017) hlm. 76-429.doi.org/10.1007/
[13]Vibhash Ranjan, Phalguni Sen, Dheeraj Kumar,
s12665017-6746-y
Arjun Sarsawat (2015) Tinjauan tentang stabilisasi
[5] Aafaf El Jazouli, Ahmed Barakat, Abdessamad
lereng timbunan dengan revegetasi dengan
Ghafiri, Saida El Moutaki, Abderrahim Ettaqy,
mengacu pada tanaman asli. Proses Ekologis
Rida Khellouk, (2017) Erosi tanah dimodelkan
4:14., doi 10.1186/s13717-015-0041-1
dengan USLE, GIS, dan penginderaan jauh:
[14]Mervin M. Cereno, Fibor J. Tan dan Francis
studi kasus DAS Ikkour di Atlas Tengah
Aldrine A. Uy (2015) Gabungan
(Maroko) Geosci. Lett., doi 10.1186/
Hydroseeding dan Perkuatan Coconet untuk
s40562017-0091-6
Pengendalian Erosi Tanah., Institut Teknologi
[6] Tung gia pham, Jan Degener, Martin kappas
Mapua Filipina., 11 Maret 2015
(2018) Integrasi persamaan kehilangan tanah
[15]Moreno-Ramon, H., Quizembe, SJ, dan Ibanez-
universal (USLE) dan Sistem Informasi
Asensio, S. (2014) Mulsa sekam kopi pada erosi
Geografis (GIS) untuk estimasi erosi tanah di
dan limpasan tanah, pengalaman dalam
A Sap Basin: Vietnam Tengah. ISWCR, Vol.6 :
percobaan simulasi curah hujan, Solid Earth, 5,
99-110., doi. org/ 10.1016/ j.iswcr. 2018. 01. 001
851–862, doi: 10.5194/se-5-851-2014.
[7] Asma Belasri, Abdellah Lakhouili (2016)
Estimasi Risiko Erosi Tanah Menggunakan
Universal Soil Loss Equation (USLE) dan
Teknologi GeoInformation di DAS Oued El
Makhazine, Maroko. Jurnal Geografis Hak Cipta © Int. J. dari GEOMATE. Semua hak dilindungi
Informasi Sistem, Vol.08, 98-107., undang-undang, termasuk pembuatan salinan kecuali
doi 10.4236/ jgis. 2016. 81010 izin diperoleh dari pemilik hak cipta.

Anda mungkin juga menyukai