Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS DERAJAT KEPADATAN LAPANGAN

CEMENT TREATED RECYCLING BASE METHODE SAND CONE


(STUDI KASUS PENINGKATAN JALAN LINGKAR LUAR MUARA TEWEH)

Bambang Raharmadi

Pegawai Negeri Sipil


Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII
Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

ABSTRAK

Cement Treated Recycling Base (CTRB) adalah stabilisasi dengan sistem daur ulang pada perkerasan jalan
lama yang kondisinya telah mengalami penurunan nilai konstruksi (rusak) ditambah bahan semen yang berfungsi
sebagai lapisan perkerasan pondasi jalan. CTRB mempunyai peranan yang sangat penting untuk mendukung
struktur jalan dimana fungsinya sebagai meneruskan beban struktur maupun non struktur dari atas. Untuk mencapai
lapis pondasi perkerasan jalan yang kuat dan stabil diperlukan hasil pemadatan yang memenuhi persyarat
spesifikasi teknik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkerasan jalan lama/existing yang distabilisasi dengan
semen 7% (CTRB) agar dapat digunakan sebagai lapis pondasi perkerasan jalan dan untuk mengetahui derajat
kepadatan lapangan yang sesuai dengan syarat teknik.
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mencampur bahan material jalan lama/existing dengan
kadar semen 7% terhadap berat kering untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan mekanik dengan melakukan penguji
gradasi butiran, batas-batas Atterberg, pemadatan modified di laboratorium dan percobaan pemadatan lapangan
serta pengujian kepadatan lapangan dengan Sand Cone pada sta. 0+250 s/d sta. 0+270, sta. 0+270 s/d sta. 0+290 dan
sta. 0+290 s/d sta. 0+310.
Hasil uji material Cement Treated Recycling Base (CTRB) terhadapi uji gradasi ukuran butir menunjukkan
kesesuaian terhadap syarat yang diijinkan yaitu : agregat kasar 57,84%, agregat sedang 26,08%, agregat halus
16,09% dengan yang tertahan # no. 200 = 11,93% dan lolos # no. 200 = 4,16%, termasuk kelompok CL-ML yaitu
lanau tak organik, lempung kepasiran dengan plastisitas rendah berdasarkan klasifikasi tanah sistem USCS
sedangkan menurut klasifikasi tanah sistem AASHTO termasuk pada kelompok A-4 yaitu tanah lempung lanau
dengan plastisitas rendah dengan batas-batas Atterberg yaitu : batas cair 17,20 %, batas plastis 10,91 % dan indek
plastisitas 6,29% ≤ 10% syarat yang ditentukan. Kepadatan CTRB laboratorium dengan berat volume kering
maksimum (dmax) CTRB 1,995 t/m3, dengan kadar semen 7 % dan kadar air optimum (Wopt) 9,50 % .
Dari hasil test pit dan kepadatan CTRB di lapangan menggunakan pengujian pemadatan metode sand cone
didapat hasil sebagai berikut :
1. Segmen I dengan jumlah 11 kali lintasan didapat tebal padat 30,7 cm dan berat isi kering maksimun (γd maks)
sebesar 1,963 t/m3 dengan derajat kepadatan 98,38% > 95% maksimum kepadatan kering yang disyaratkan.
2. Segmen II dengan jumlah 12 kali lintasan didapat tebal padat 30,3 cm dan berat isi kering maksimun (γd maks)
sebesar 2,002 t/m3 dengan derajat kepadatan 100,35% > 95% maksimum kepadatan kering yang disyaratkan
3. Segmen III dengan jumlah 13 kali lintasan didapat tebal padat 29,2 cm dan berat isi kering maksimum (γd
maks) sebesar 2,048 t/m3 dengan derajat kepadatan 102,65% > 95% maksimum kepadatan kering yang
disyaratkan.

Kata Kunci : Derajat Kepadatan, CTRB, Sand Cone

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 4, Nomor 2, Juni 2016 67


PENDAHULUAN telah rusak ditambah bahan semen sehingga dapat
dipergunakan kembali sebagai pondasi perkerasan
Latar Belakang
jalan dengan nilai struktur yang lebih tinggi.
Jalan Lingkar Luar Muara Teweh merupakan
Lapisan perkerasan pondasi jalan sangat
jalur lingkar luar kota yang mempunyai peranan
penting peranannya dalam mendukung struktur jalan
sangat strategis dan ekonomis yang bertujuan untuk
yang berfungsi sebagai meneruskan beban dari atas
mengoptimalkan fungsi ruas jalan yang sudah
dan harus benar-benar kuat dan stabil terhadap beban
terkoneksi dengan jalan kabupaten maupaun jalan
struktur maupun non struktur. Untuk mencapai lapis
nasional dari pusat produksi ke luar daerah dalam
pondasi perkerasan jalan yang kuat dan stabil
rangka pemasaran hasil-hasil perkebunan maupun
diperlukan hasil pemadatan yang memenuhi persyarat
tambang batu yang dikelola oleh masyarakat
spesifikasi teknik.
setempat.
Pemadatan adalah peristiwa
Kondisi Lapis perkerasan permukaan jalan
bertambahnya berat volume kering oleh beban
lama beraspal HRS WC dan Lapen yang sudah
dinamis. P er t a mb a h a n b er a t v o l u m e k er i n g
mencapai akhir umur rencana, banyak terdapat
s eb a ga i a k i b a t mer a p a t n y a p a r t i k e l t a na h
kerusakan-kerusakan seperti alur (rutting), retak-
y a n g diikuti dengan berkurangnya volume udara
retak, gelombang dan pelepasan butir (ravelling)
pada volume air tetap. Pemadatan tersebut berfungsi
dikarenakan lapis pondasi jalan diperkirakan sudah
untuk meningkatkan kekuatan tanah, sehingga dengan
mengalami penurunan kekuatan struktur sehingga
demikian meningkatkan daya dukung pondasi di
memerlukan peningkatan/ penanganan. Selama ini
atasnya.
perbaikan atau peningkatan jalan hanya dilakukan
Karena itu, jika kepadatan lapis pondasi jalan
dengan pelapisan ulang pada perkerasan lama
raya seperti Lapis Pondasi Atas tidak mencapai
(overlay) sehingga menambah elevasi jalan dan
tingkat kepadatan yang dipersyaratan akan berpotensi
apabila dilakukan terus menerus akan menambah
lebih cepat mengalami kerusakan. Bahkan akibat
ketebalan lapis pekerasan yang berakibat
kerusakan dapat mempengaruhi Lapis Permukaan.
terganggunya sistim drainase, ketinggian bahu jalan,
Menurut Spesifikasi Khusus CTRB dan CTRSB,
dan median/kerb jalan.
kepadatan CTRB dan CTRSB setelah pemadatan harus
Salah satu upaya alternatif untuk memperbaiki
mencapai kepadatan kering lebih dari 95%
kerusakan perkerasan jalan lama adalah dengan
maksimum kepadatan kering sebagai ditentukan pada
memanfaatkan teknologi recycling atau daur ulang
SNI 03-688-2002. Dimana, kepadatan lapangan
yang akan mengurangi pemakaian material baru,
merupakan berat isi kering CTRB yang diperoleh dari
perlindungan sumber daya alam, penghematan
pengujian kerucut pasir (sand cone) sedangkan
sumber daya dan penghematan biaya konstruksi.
kepadatan laboratorium adalah berat isi kering CTRB
Cement Treated Recycling Base (CTRB) adalah
yang didapatkan dari hasil pengujian pemadatan.
teknologi stabilisasi pondasi jalan dengan sistem daur
Kepadatan CTRB berpengaruh besar pada kuat
ulang campuran pada perkerasan jalan lama yang
geser atau kapasitas dukungnya dan ini ditentukan

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 4, Nomor 2, Juni 2016 68


oleh kadar air, bila kadar air semakin tinggi, maka Lingkar Luar Kota Muara Teweh sebagai
kapasitas dukung CTRB semakin rendah. Sebailiknya bahan pertimbangan pekerjaan selanjutnya.
bila CTRB semakin padat, maka akan semakin kuat 2. Hasil penyusunan makalah ini diharapkan
atau kapasitas dukung tinggi. bermanfaat sebagai bahan pertimbangan
pekerjaan di daerah lain.
Perumusan Masalah
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian ini lebih di fokuskan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh pemadatan di
Landasan Teori
lapangan terhadap perkerasan jalan lama/existing
Cement Treated Recycling Base (CTRB) adalah
yang sudah distabilisasi dengan semen 7% (CTRB)
teknologi stabilisasi pondasi jalan dengan sistem daur
agar dapat digunakan sebagai lapis pondasi atas
ulang pada perkerasan jalan lama yang telah rusak
perkerasan jalan yang memenuhi syarat teknis.
ditambah bahan semen sehingga dapat dipergunakan
Tujuan kembali sebagai pondasi perkerasan jalan dengan
nilai struktur yang lebih tinggi.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
Menurut Hardiyatmo (2010), Stabilisasi
1 Untuk mengetahui perkerasan jalan lama/existing
dengan menggunakan bahan tambah atau sering juga
yang distabilisasi dengan semen 7% (CTRB)
disebut stabilisasi kimiawi bertujuan untuk
dapat digunakan sebagai lapis pondasi atas
memperbaiki sifat-sifat teknis tanah, dengan cara
perkerasan jalan yang memenuhi syarat teknis.
mencampur tanah dengan menggunakan bahan
2 Mengetahui derajat kepadatan lapangan yang
tambah dengan perbandingan tertentu.
sesuai dengan syarat teknis.
a. Sistem klasifikasi tanah yang sering digunakan
Manfaat
dalam bidang teknik sipil adalah sebagai berikut :
Dengan melakukan penyusunan makalah ini 1) Sistem Klasifikasi Tanah Berdasarkan Unified
diharapkan dapat bermanfaat dan berguna, baik Soil Classification System (USCS).
secara teoritis maupun praktis, yaitu : Sistem ini diperkenalkan oleh Cassagrande
a. Secara teoritis tahun 1942 yang selanjutnya disempurnakan
oleh Unites States Bureau Of Reclamation
1. Menambah pengetahuan tentang CTRB di
(USBR) tahun 1952. Sistem ini
Paket Peningkatan Jalan Lingkar Luar Kota
mengelompokkan tanah dalam dua kelompok
Muara Teweh.
besar, yaitu:
2. Menambah bahan rujukan yang dapat dijadikan
a. Tanah Berbutir Kasar (coarse-grained-soil),
penyusunan makalah lebih lanjut.
yaitu: tanah kerikil dan pasir dimana kurang
b. Secara praktis
dari 50% berat total contoh tanah lolos
1. Hasil penyusunan makalah ini diharapkan
saringan nomer 200. Simbol kelompok ini
dapat bermanfaat di Paket Peningkatan Jalan
adalah :

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 4, Nomor 2, Juni 2016 69


G = untuk tanah berkerikil (Gravel) distribusi butiran dengan menghitung Cu da
S = untuk tanah berpasir (sand) Cc. Jika termasuk bergradasi baik, maka
W = untuk tanah bergradasi baik (well klasifikasikan sebagai GW (bila kerikil) atau
graded) SW (bila pasir). Jika termasuk bergradasi
P = untuk tanah bergradasi buruk (poorly buruk, klasifikasikan sebagai GP (bila kerikil)
graded) atau SP (bila pasir). Jika persentase butiran
b. Tanah Berbutir Halus (fine-grained-soil), tanah yang lolos saringan no. 200 diantara 5
yaitu tanah dimana lebih dari 50% berat sampai 12%, tanah akan mempunyai simbol
total contoh tanah lolos saringan nomor dobel dan mempunyai sifat keplastisan (GW-
200. Simbol kelompok ini adalah : GM, SW-SM, dan sebagainya).
M = untuk lanau (silt) anorganik d. Jika persentase butiran yang lolos saringan no.
C = untuk lempung (clay) anorganik 200 lebih besar 12%, harus dilakukan batas-
O = untuk lanau-organik dan lempung- batas Atterberg dengan menyingkirkan butiran
organik tanah yang tinggal dalam saringan no.40.
L = plastisitas rendah (LL < 50) (low Kemudian, dengan menggunakan diagram
plasticity) plastisitas, ditentukan klasifikasinya (GM, GC,
H = plastisitas tinggi (LL > 50) (high SM, GM-GC atau SM- SC).
plasticity)
3. Jika tanah berbutir halus :
Prosedur untuk menentukan klasifikasi tanah a. Kerjakan uji batas-batas Atterberg dengan
Sistem Unified (Hardiyatmo, 2006) adalah sebagai menyingkirkan butiran tanah yang tinggal
berikut: dalam saringan no. 40. Jika batas cair lebih dari
50%, klasifikasikan sebagai H (plastisitas
1. Tentukan apakah tanah berupa butiran halus atau
tinggi) dan jika kurang dari 50%, klasifikasikan
butiran kasar secara visual atau dengan cara
sebagai L (plastisitas rendah).
menyaringnya dengan saringan nomor 200.
b. Untuk H (plastisitas tinggi), jika plot batas-
2. Jika tanah berupa butiran kasar :
batas Atterberg pada grafik plastisitas dibawah
a. Saring tanah tersebut dan gambarkan grafik
garis A, tentukan apakah tanah organik (OH)
distribusi butiran.
atau anorganik (MH). Jika plotnya jatuh diatas
b. Tentukan persen butiran lolos saringan no.4.
garis A, klasifikasikan sebagai CH.
Bila persentase butiran yang lolos kurang dari
c. Untuk L (plastisitas rendah), jika plot batas-
50%, klasifikasikan tanah tersebut sebagai
batas Atterberg pada grafik plastisitas dibawah
kerikil. Bila persen butiran yang lolos lebih
garis A dan area yang diarsir, tentukan
dari 50%, klasifikasikan sebagai pasir.
klasifikasi tanah tersebut sebagai organik (OL)
c. Tentukan jumlah butiran yang lolos saringan
atau anorganik (ML) berdasar warna, bau, atau
no.200. Jika persentase butiran yang lolos
perubahan batas cair dan batas plastisnya
kurang dari 5%, pertimbangkan bentuk grafik

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 4, Nomor 2, Juni 2016 70


dengan mengeringkannya didalam oven. plastisitas jatuh pada area yang diarsir, dekat
d. Jika plot batas-batas Atterberg pada grafik dengan garis A atau nilai LL sekitar 50,
gunakan simbol dobel.

Cara menentukan klasifikasi tanah berdasarkan Unified Soil Classification System seperti pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Tanah Sistem USCS

Sumber: Hendarsin (2000)

2) Sistem Klasifikasi Tanah American Indeks kelompok dihitung dengan Persamaan


Association of State Highway and 2.1 berikut :
Transportation Official (AASHTO) GI = (F – 3 5)(0,2 + 0,005(LL – 40)
Sistem klasifikasi AASHTO membagi tanah + 0,01(F – 15)(PI -10).............. (2.1)
kedalam 8 kelompok, A-1 sampai A-8 Dengan:
termaksud sub-sub kelompok. Tanah-tanah GI = indeks kelompok (group index)
dalam tiap kelompoknya dievaluasi terhadap F = persen material lolos saringan no. 200
indeks kelompoknya yang dihitung dengan LL = batas cair
rumus-rumus empiris. Pengujian yang PI = indeks plastisitas
digunakan hanya analisis saringan dan batas- Bila nilai indeks kelompok (GI) semakin
batas Atterberg. tinggi, makin berkurang ketepatan penggunaan
tanahnya. Tanah granular diklasifikasikan ke

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 4, Nomor 2, Juni 2016 71


dalam klasifikasi A-1 sampai A-3. tanah A-1 Cara untuk menggambarkan batas-batas
granular yang bergradasi baik, sedang A-3 konsistensi dari tanah berbutir halus dengan
adalah pasir bersih yang bergradasi buruk. mempertimbangklan kandungan kadar airnya.
Tanah A-2 termasuk tanah granular (kurang Batas-batas tersebut yaitu :
dari 35% lewat saringan no. 200), tetapi masih
a. Batas Cair (Liquid Limit)
terdiri atas lanau dan lempung. Tanah berbutir
halus diklasifikasikan dari A-4 sampai A-7, Batas cair (LL), didefinisikan sebagai kadar air
yaitu tanah lempung-lanau. Perbedaan tanah pada batas antara keadaan cair dan
keduanya berdasarkan pada batas-batas keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah
Atterberg seperti pada Gambar 2.1 berikut: plastis. Porsentase kadar air dibutuhkan untuk
` menutup celah sepanjang 12,7 mm pada dasar
cawan, sesudah 25 kali pukulan didefinisikan
sebagai batas cair tanah tersebut (Hardiyatmo,
1996).

b. Batas Plastis (Plastic Limit).

Batas plastis (PL), didefinisikan sebagai kadar


air pada kedudukan antara daerah plastis dan
Sumber : Hardiyatmo (1996)
semi padat, yaitu persentase kadar air di mana
Gambar 2.1 Nilai-nilai Batas-batas Atterberg
Untuk Sub kelompok A-4, A-5, A-6, tanah dengan diameter silinder 3,2 mm mulai
dan A-7 retak-retak ketika digulung (Hardiyatmo,
b. Batas – batas Konsentensi 1996).
Batas konsintensi adalah kedudukan fisik tanah
berbutir halus pada kadar air tertentu. Konsintensi c. Indeks Plastisitas (Plasticity Index)
tergantung pada gaya tarik antara partikel mineral
Indeks plastisitas (PI) adalah selisih batas cair
lempung. Kedudukan batas-batas konsintensi
dan batas plastis (Hardiyatmo, 1996) dengan
untuk tanah kohesif ditunjukan dalam Gambar 2.2
Persamaan 2.2 berikut :
berikut:
batas batas batas cair PI = LL – PL .........................................(2.2)
susut plastis

Indeks plastisitas merupakan interval kadar


padat semi padat plasti cair Penambahan air dimana tanah masih bersifat plastis. Batasan
s kadar air
mengenai indeks plastis, sifat, macam tanah dan
Sumber : Hardiyatmo (1996) kohesif oleh Atterberg terdapat dalam Tabel 2.2
Gambar 2.2 Keadaan-keadaan Konsistensi Tanah berikut:

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 4, Nomor 2, Juni 2016 72


Tabel 2.2 Nilai indeks plastisitas dan macam tanah

PI Sifat Macam Tanah Kohesi


0 Non Plastis Pasir Non kohesif
<7 Plastisitas rendah Lanau Kohesif sebagian
7 – 17 Plastisitas rendah Lempung berlanau Kohesif
>17 Plastisitas tinggi Lempung Kohesif
Sumber: Hardiyatmo (1996)

Menurut Hicks (2002), distribusi ukuran butir penilaian macam stabilisasi yang akan digunakan,
dan batas-batas Atterberg digunakan sebagai dasar seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3 Petunjuk Awal Untuk Pemilihan Metode Stabilisasi.


Material lolos > 25% lolos saringan < 25% lolos saringan
Saringan no.200 No. 200 (0,075 mm) No. 200 (0,075 mm)
 6 (PI x
Indeks Plastisitas 10 – persen lolos
 10  20  10  10
PI (%) 20 saringan
no.200  6)
Bentuk stabilisasi :
Semen dan Tidak
Cocok Ragu Cocok Cocok Cocok
campuran pengikat cocok
Tidak
Kapur Ragu Cocok Cocok Ragu Cocok
cocok
Tidak
Aspal (bitumen) Cocok Ragu Cocok Cocok Ragu
cocok
Aspal/semen Tidak
Cocok Ragu Cocok Cocok Ragu
dicampur cocok
Tidak Tidak Tidak
Granular Cocok Cocok Ragu
Cocok cocok cocok
Tidak Tidak
Lain-lain campuran Cocok Cocok Ragu Cocok
cocok cocok
Sumber: Hardiyatmo ( 2010)

Petunjuk dari Tabel 2.3 hanya sebagai Distribusi ukuran butir adalah pengelompokan
pertimbangan awal, dan dapat digunakan untuk besar butir analisa agregat kasar dan agregat halus
maksud modifikasi tanah, seperti: stabilisasi dengan menjadi komposisi gabungan yang ditinjau
kapur untuk membuat material lebih kering dan berdasarkan saringan.
mengurangi plastisitasnya sedangkan menurut Menurut Pedoman Konstruksi dan Bangunan
Spesifikasi Khusus CTRB dan CTRSB (2010) nilai Pelaksanaan Daur Ulang Perkerasan Jalan dengan
plastisitas indek (PI) maksimum sebesar 10%. Semen Dicampur Di tempat (2010), gradasi
campuran ukuran butir yang disyaratkan, seperti
c. Pengujian Distribusi Ukuran Butir
yang ditunjukkan pada Tabel 2.4 berikut:

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 4, Nomor 2, Juni 2016 73


Tabel 2.4 Gradasi Campuran Daur Ulang + Semen Untuk CTRB dan CTRSB
Persen Berat Yang Lolos Saringan
Ukuran Saringan
Lapis Pondasi (CTRB) Lapis Pondasi Bawah (CTRSB)
2” (50,00 mm) 100
1 ½” (37,50 mm) 100 88 – 95
1” (25,00 mm) 79 – 85 70 – 85
3/8” (9,500 mm) 44 – 58 30 – 65
No. 4 (4,750 mm) 29 – 44 25 – 55
No. 10 (2,000 mm) 17 – 30 15 – 40
No. 40 (0,425 mm) 7 – 17 8 – 20
No. 200 (0,075 mm) 2–8 2–8
Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum ( 2010)
d. Pengujian Pemadatan di Laboratorium Sedangkan dilaboratorium menggunakan

Pemadatan adalah suatu proses memadatnya pengujian berat (modified), yang disebut dengan

partikel tanah sehingga terjadi pengurangan uji Proctor, dengan cara suatu palu dijatuhkan dari

volume udara dan volume air dengan memakai ketinggian tertentu beberapa lapisan tanah di

cara mekanis. Kepadatan tanah tergantung dalam sebuah mold. Dengan dilakukannya

banyaknya kadar air, jika kadar air tanah sedikit pengujian pemadatan tanah ini, maka akan

maka tanah akan keras begitu pula sebaliknya bila terdapat hubungan antara kadar air dengan berat

kadar air banyak maka tanah akan menjadi lunak volume. Derajat kepadatan tanah diukur dari berat

atau cair. Pemadatan yang dilakukan pada saat volume keringnya, hubungan berat volume kering

kadar air lebih tinggi daripada kadar air (d), berat volume basah (b) dan kadar air (w)
optimumnya akan memberikan pengaruh terhadap dinyatakan dengan Persamaan 2.3 dan Gambar 2.3
sifat tanah. Tujuan pemadatan tanah adalah berikut :
memadatkan tanah pada kadar air optimum dan b
d =  ................................................. (2.3)
memperbaiki karakteristik mekanisme tanah.
1+w
Maksud pemadatan tanah (Hardiyatmo, 1996)
Berat volume
adalah sebagai berikut:
a. Mempertinggi kuat geser tanah. d maks.
b. Mengurangi sifat mudah mampat
(kompresibilitas).
c. Mengurangi permeabilitas.
d. Mengurangi perubahan volume sebagai akibat
w opt. Kadar air
perubahan kadar air.
Pemadatan tanah dapat dilaksanakan di
Sumber : Hardiyatmo (1996)
lapangan maupun di laboratorium. Dilapangan
Gambar 2.3 Hubungan Antara Kadar Air dan Berat
biasanya tanah akan digilas dengan mesin Volume Tanah(d maks)
penggilas yang didalamnya terdapat alat
Untuk mengetahui kadar air yang optimum pada
penggetar, getaran akan menggetarkan tanah
tanah, maka dilakukan pengujian pemadatan,
sehingga terjadi pemadatan.

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 4, Nomor 2, Juni 2016 74


pengujian tersebut dilakukan dengan pemadatan e. Pengujian Pemadatan di Lapangan
sampel tanah basah (pada kadar air terkontrol) Uji sandcone dislakukan untuk menentukan
dalam suatu cetakan dengan jumlah lapisan kepadatan tanah di lapangan (γd) dan derajat
tertentu. Setiap lapisan dipadatkan dengan kepadatan tanah dari tanah yang telah dipadatkan
sejumlah tumbukan yang ditentukan dengan sebagai evaluasi hasil pekerjaan pemadatan. Nilai
penumbuk dengan massa dan tinggi jatuh tertentu. berat isi tanah kering yang diperoleh dari
Apabila diketahui berat tanah basah didalam percobaan ini biasanya digunakan untuk
cetakan yang volumenya diketahui, maka berat isi mengevaluasi hasil perkerjaan pemadatan di
basah dapat langsung dihitung dengan Persamaan lapangan (degree of compaction) yaitu
2.4 berikut : perbandingan antara γd (kerucut pasir) dengan
γdmax hasil percobaan pemadatan di laboratorium.
Ww + Ws
Untuk mengetahui kepadatan di lapangan diukur
b =  ......................................... (2.4)
dari derajat kepadatannya yang merupakan hasil
V
perbandingan kepadatan di lapangan dan
γbasah adalah perbandingan berat tanah basah
kepadatan di laboratorium minimal mencapai 95%
dalam cetakan dengan volume cetakan, kadar air
(Spesifikasi Khusus CTRB dan CTRSB, 2010).
diperoleh dari tanah yang dipadatkan. Untuk tanah
Pemadatan CTRB dan CTRSB harus telah dimulai
berbutir halus dalam mendapatkan kadar air
dilaksanakan paling lambat 60 menit semenjak
optimum digunakan batas plastisnya. Buat kurva
pencampuran material dengan air atau harus telah
hubungan antara kadar air (w) sebagai absis dan
selesai dalam waktu 120 menit semenjak semen
berat volume tanah kering sebagai ordinat, puncak
di campur air dan campuran yang telah dihampar
kurva sebagai nilai d (maksimun), kurva yang
tidak boleh dibiarkan tanpa dipadatkan dari 30
digunakan adalah kurva dari uji pemadatan tanah
menit. Kadar air pada waktu pemadatan minimal
(Proctor). Dari titik puncak dit ditarik garis
sama dengan kadar air optimum dan maksimal
vertikal memotong absis, pada titik ini adalah
sama dengan kadar air optimum + 2%
kadar air optimum seperti pada Gambar 2.4
(Spesifikasi Khusus CTRB dan CTRSB).
berikut :
Untuk menghitung derajat kepadatan akan
Berat volume kering dihitung dengan persamaan 2.5 berikut :

d maks. d lapangan
R =  x 100%..................... (2.5)
d lab.
w opt. Kadar air (w) Dimana, γd lapangan adalah berat isi kering
.
Sumber : Hardiyatmo (1996) lapangan dan γd lab adalah berat isi kering

Gambar 2.4 Hubungan Antara Kadar Air dan Berat dilaboratorium dan R adalah derajat kepadatan
Volume Tanah(kadar air optimum) minimal mencapai 95%.

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 4, Nomor 2, Juni 2016 75


2.1 Studi Pustaka hasil pengujian di lapangan dengan menggunakan
sand cone didapat nilai kepadatan pada lengan kiri
Penelitian-penelitian tentang derajat
rata-rata 92%. Sedangkan untuk lengan kanan
kepadatan lapis pondasi telah banyak dilakukan
rata-rata tiap titik dari STA 00+150 yaitu 92%.
sebelumnya lainya, seperti yang dilakukan oleh :
Dari hasil pengujian sand cone lengan kanan dan
a. Uralia Hustim (2002) melakukan penelitian Tesis lengan kiri di dapat nilai yang sama yaitu 92%,
dengan judul “Pengaruh Variasi Gradasi dan artinya timbunan base lengan kiri dan kanan
Tingkat Kepadatan Terhadap Nilai Koefisien memiliki kepadatan yang sama.
Drainase dan Koefisien Kekuatan Relatif dari Kemudian pada pengujian berat isi kering
Lapis Agregat”. maksimum γd maks diperoleh untuk jalan lengan
Jenis lapis perkerasan yang menjadi obyek studi kanan yaitu sebesar 2,125gr/cm3dengan nilai OMC
adalah campuran lapis pondasi atas (LPA) dan (Optimum Moisture Content) adalah 8,73%. Untuk
material batu pecah dan Lapis Pondasi Bawah pengujian jalan lengan kiri, berat isi kering
(LPB) dan material sirtu. maksimum γd maks adalah 2,142 dan OMC adalah
Hasil pengujian pemadatan memperlihatkan 8,18%.
bahwa nilai berat isi kering maksimum (γd maks)
tertinggi terjadi pada gradasi batas tengah dengan METODE PENELITIAN
nilai γd maks = 2,108 gr/cc untuk LPA dan 2,038
Pengujian dilakukan terhadap material jalan lama
gr/cc untuk LPB. Demikian juga pada pengujian
(existing) dalam kondisi terganggu (disturbed)
CBR, dengan CBR = 93,70% untuk LPA dan
distabilisasi dengan semen 7%. Tahapan penelitian
76,50% untuk LPB.
terhadap pengujian dilaksanakan sesuai dengan bagan
b. Denny M, M. Idham dan Hendra S (2012)
alir seperti pada Gambar 3.1 berikut:
melakukan penelitian dengan judul “Analisa
Mulai
Derajat Kepadatan Timbunan Lapis Pondasi dan
Propertis Agregat (Studi Kasus Jalan Sultanah
Agung Latifah-Bunga Raya)” Menyiapkan material :
Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa jalan yang Material Jalan Lama (Existing),
ada pada daerah Sultanah Agung Latifah-Bunga semen 7 % dan Air
Raya merupakan rintisan baru yang dibangun oleh
Pemerintah Kabupaten Siak, karena dengan Pengujian Campuran CTRB
adanya jalan tersebut dapat membantu masyarakat di Laboratorium
dalam bertransportasi. Sifat-sifat fisik
Dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap - Gradasi Butiran
- Batas Atterberg
kepadatan timbunan dan properties Lapis Pondasi Sifat-sifat mekanik
Agregat pada jalan Sultanah Agung Latifah-Bunga - Pemadatan
Raya adalah derajat kepadatan yang diperoleh dari

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 4, Nomor 2, Juni 2016 76


Pengujian Pemadatan Campuran laboratorium dan percobaan pemadatan untuk
CTRB di Lapangan mengetahui derajat kepadatan di lapangan dengan
-
- Percobaan Pemadatan Methode Sand Cone.
- Derajat Kepadatan
4.1 Analisis Karakteristik CTRB di Laboratorium
a. Analisa Saringan
Hasil Pengujian
Gradasi ukuran butir material CTRB sangat penting
dan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadapat
Selesai kekuatan dan kepadatan. Berdasarkan hasil analisis
Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Pengujian uji distribusi ukuran butir menunjukkan kesesuaian
terhadap syarat yang diijinkan (Menurut Pedoman
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konstruksi dan Bangunan Pelaksanaan Daur Ulang
Dalam makalah ini meneliti terhadap Perkerasan Jalan dengan Semen Dicampur Di tempat,
material jalan lama (existing) dalam kondisi Kementerian Pekerjaan Umum). Hasil plot dalam
terganggu (disturbed) distabilisasi dengan semen satu grafik logaritmik terlihat tren persentasi dari
7%. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini ukuran butir material yang seperti pada Gambar 4.1
dibagi menjadi 2 (dua) kelompok utama yaitu uji berikut:
sifat fisik dan sifat mekanis material CTRB di

US. STANDARD SIEVE


No. Saringan Ukuran (in)
HYDROMETER
No. 200 0,074

No. 100
No. 80
No. 60
No. 50
No. 40 0,420

No. 30 0,590

No. 20 0,840
No. 16 1,190
No. 12 1,80
No. 10 2,00
No. 8 2,38

No. 4 4,76

1 1/2' 38,10

2 1/2' 63,50
3/8' 9,52
1/2' 12,70

3/4' 19,10
1' 25,40

2' 50,20

3' 76,20
mm

0,149
0,177
0,250
0,297

8,35

83,91

100
0
10

90
20

80
30

70
Jumlah Persen Lolos (%)
Jumlah tertahan (%)

40

60
50

50
57,84
60

40

GRADASI CTRB
70

30
80

20

83,91
90

10

95,84
100

0
0,002

0,006

0,01

0,02

0,06

0,1

0,2

0,6

10

20

60

100

LEMPUNG HALUS SEDANG KASAR


LANAU (SILT) KERIKIL (GRAVEL)
(CLAY) PASIR (SAND)

% %

Gambar 4.1 Hasil Uji Distribusi Ukuran Butir CTRB

Didapat komposisi butiran adalah : Lolos # 200 = 4,16 %


- Agregat Kasar = 57,84 % b. Batas-Batas Atterberg
- Agregat Sedang = 26,08 % Dari analisis pengujian Batas Atterberg CTRB
- Agregat Halus = 16,09 % didapat hasil sebagai berikut :
Tertahan # 200 = 11,93 % - Batas Cair (LL) = 17,20 %

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 4, Nomor 2, Juni 2016 77


- Batas Plastis (PL) = 10,91 % indek plastisitas (PI), yang diplotkan dengan
- Indek Plastisitas (PI) = 6,29 % diagram plastisitas, termasuk pada kelompok A-4
Hasil dari pengujian Batas Cair diplot dalam yaitu lempung lanau dengan plastisitas rendah dapat
grafik didapat hasil seperti Gambar 4.2 sebagai dilihat pada Gambar 4.4 berikut :
berikut :
70

30
60

Indek Plastisitas (PI) %


25
] 50
MOISTURE CONTENT ( % )

20
40
OMC = 17,20 %

15
A - 7 -6
30

10 20

A-6 A-7-5
5 10

A-4 A-5
- 0-
0 10 20 30 40 50
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
NUMBER OF BLOWS Batas Cair (LL) %

Gambar 4.2 Hasil Pengujian Batas Cair CTRB Sumber : Hardiyatmo (1996)
Menurut batas-batas Atterberg CTRB ini Gambar 4.4 Nilai-nilai Batas Atterberg untuk Sub
kelompok A-4, A-5,A-6 dan A-7
termasuk golongan plastisitas rendah karena
c. Pemadatan
Plasticity Index (PI) 6,29% ≤ 10% syarat yang
Hasil analisis uji pemadatan dengan metode
ditentukan (Hicks 2002 dan Spesifikasi Khusus
pemadatan berat seperti pada Gambar 4.5 berikut:
CTRB dan CTRSB).
2,200

Klasifikasi Tanah Sistem USCS berdasarkan


2,100

hasil batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI), yang


Berat isi kering (t/m3)

ZAV
MDD = 1,995 t/m3
2,000

diplotkan dengan diagram plastisitas, termasuk pada

OMC = 9,5 %
1,900

kelompok CL-ML yaitu lanau tak organik, lempung


1,800
kepasiran dengan plastisitas rendah dapat dilihat
1,700
pada Gambar 4.3 berikut : 2 4 6 8 10 12 14 16
Kadar air (%)

80

70 Gambar 4.5 Hasil Pengujian Pemadatan


60
Indek Plastisitas (PI) %

50
Berat volume kering maksimum (dmax) dari
40
BATAS ATAS CH
CTRB 1,995 t/m3, dengan kadar semen 7% dan kadar
30 air optimum (Wopt) 9,50% .
CL
20 OH-MH
CL-ML
4.2 Analisis Karakteristik CTRB di Lapangan
10
ML-OL
0- a. Percobaan Pemadatan
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Batas Cair (LL) %

Pemadatan di lapangan adalah usaha berapa


Sumber : Hendarsin (2000)
jumlah lintasan yang dibutuhkan untuk memadatkan
Gambar 4.3 Diagram Plastisitas Tanah Berbutir
Halus Sistem USCS suatu material dengan alat pemadat tertentu agar
dapat diperoleh derajat kepadatan yang disyaratkan
Berdasarkan Klasifikasi Tanah Sistem
spesifikasi teknis.
AASHTO dan hasil pengujian batas cair (LL) serta

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 4, Nomor 2, Juni 2016 78


Pemadatan CTRB dan CTRSB harus telah dihampar tidak boleh dibiarkan tanpa dipadatkan dari
dimulai dilaksanakan paling lambat 60 menit 30 menit (Spesifikasi Khusus CTRB dan CTRSB).
semenjak pencampuran material dengan air atau Pada percobaan pemadatan (Trial
harus telah selesai dalam waktu 120 menit semenjak Compaction) ini dibagi 3 (tiga) segmen jumlah
semen di campur air dan campuran yang telah variasi lintasan dapat di lihat seperti Tabel 4.1, 4.2,
4.3 dan 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.1 Segmen Percobaan Pemadatan

Segmen I Segmen II Segmen II

Sta. 0+250 Sta. 0+270 Sta. 0+290


s/d s/d s/d
Sta. 0+270 Sta. 0+290 Sta. 0+310

Tabel 4.2 Segmen I dan Jumlah Lintasan


Jumlah Tebal
Alat Pemadat
Lintasan Gembur

1. Padfoot Compaction (Pemadatan Awal) 7 35 cm


2. Smoothing Drum (Pemadatan Akhir) 4

Tabel 4.3 Segmen II dan Jumlah Lintasan


Jumlah Tebal
Alat Pemadat
Lintasan Gembur

1. Padfoot Compaction (Pemadatan Awal) 8 35 cm


2. Smoothing Drum (Pemadatan Akhir) 4

Tabel 4.4 Segmen III dan Jumlah Lintasan


Jumlah Tebal
Alat Pemadat
Lintasan Gembur

1. Padfoot Compaction (Pemadatan Awal) 9 35 cm


2. Smoothing Drum (Pemadatan Akhir) 4

a. Pengujian Derajat Kepadatan


dan hasil test pit untuk mengetahui tebal sebelum
Dari hasil percobaan pemadatan di lapangan
pemadatan maupun sesudah pemadatan dapat dilihat
di tiga segmen dengan jumlah lintasan yang berbeda
pada Tabel 4.5 sebagai berikut :

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 4, Nomor 2, Juni 2016 79


Tabel 4.5 Hasil Test Pit CTRB Hasil percobaan jumlah lintasan dan test
Tebal kepadatan untuk berat isi kering CTRB dapat diplot
Segmen Tebal Padat
Gembur
seperti pada seperti gambar 4.7 berikut :

HUBUNGAN JUMLAH LINTASAN PEMADATAN DAN


1. I 35 cm 30,7 cm BERAT ISI KERING
2. II 35 cm 30,3 cm 2.070

3. III 35 cm 29,2 cm
2.050 2.048

Berat isi kering (t/m3)


2.030

Dari hasil Test Pit bisa diketahui berapa 2.010


2.002
besar pengaruh pemadatan dari ketiga segmen 1.990

percobaan terhadap tebal gembur dan tebal padat 1.970


1.963

CTRB dapat dilihat pada Gambar 4.6 sebagai berikut: 1.950


10.0 10.5 11.0 11.5 12.0 12.5 13.0 13.5 14.0
36 Jumlah Lintasan
35 35 35
35

34 Gambar 4.7 Hubungan Jumlah Lintasan


33 Pemadatan Terhadap Berat Isi Kering
32 CTRB
Tebal CTRB (cm)

31 30.7 TEBAL GEMBUR CTRB


30.3
30
29.2
TEBAL PADAT CTRB Dari Gambar 4.7 dapat disimpulkan makin
29
12 LINTASAN
11 LINTASAN

13 LINTASAN

banyak jumlah lintasan pemadatan, maka semakin


28

27 besar juga nilai berat isi kering lapanagan CTRB.


26
Segmen
1 I Segmen
2 II Segmen
3 III Hasil test pit dan kepadatan lapangan dengan
Gambar 4.6 Pengaruh Pemadatan Lapangan CTRB menggunakan alat Sand Cone untuk mendapatkan
Dari Gambar 4.6 dilihat jumlah lintasan hasil derajat kepadatan ketiga segmen didapat hasil
pemadatan terhadap nilai kepadatan, makin banyak seperti pada Tabel 4.7 sebagai berikut:
jumlah lintasan, makin besar pula selisih tebal
Tabel 4.7 Hasil Test Pit dan Test Kepadatan
gembur terhadap tebal padat yang berarti kepadatan
Lapangan CTRB
yang dihasilkan makin baik.
Derajat
Hasil percobaan jumlah lintasan dan test Segmen Tebal Padat
Kepadatan
kepadatan lapangan menggunakan alat Sand Cone
pada ketiga segmen didapat hasil seperti pada Tabel 1. I 30,7 cm 98,38 %
4.6 sebagai berikut : 2. II 30,3 cm 100, 35 %
3. III 29,2 cm 102,65 %
Tabel 4.6 Hasil Percobaan Jumlah Lintasan dan Test
Kepadatan CTRB
Hasil test pit tebal padat dan kepadatan
Jumlah Berat Isi
Segmen lapangan untuk derajat kepadatan CTRB dapat diplot
Lintasan Kering
seperti pada seperti gambar 4.8 berikut:
1. I 11 kali 1,963 t/m3
2. II 12 kali 2,002 t/m3
3. III 13 kali 2,048 t/m3

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 4, Nomor 2, Juni 2016 80


HUBUNGAN TEBAL PADAT DAN HUBUNGAN JUMLAH LINTASAN DAN
DERAJAT KEPADATAN
DERAJAT KEPADATAN
104.00
104.00
103.00
102.65 103.00
102.00
102.65
Derajat Kepadatan (%)

Derajat Kepadatan (%)


102.00
101.00
101.00
100.35
100.00 100.35
100.00
99.00
99.00
98.38
98.00 98.38
98.00
97.00
97.00
96.00
28.5 29.0 29.5 30.0 30.5 31.0 31.5
96.00
10.0 10.5 11.0 11.5 12.0 12.5 13.0 13.5 14.0
Tebal Padat Jumlah Lintasan

Gambar 4.8 Hubungan Tebal Padat Terhadap Gambar 4.9 Hubungan Jumlah Lintasan
Derajat Kepadatan Lapangan CTRB Pemadatan Terhadap Derajat
Kepadatan Lapangan CTRB
Dari Gambar 4.8 dapat disimpulkan bahwa
Dari Gambar 4.9 dapat disimpulkan bahwa
hasil pengujian derajat kepadatan lapangan untuk
makin banyak jumlah lintasan pemadatan, maka
ketiga segmen percobaan yaitu 98,4%, 100,4% dan
semakin besar derajat kepadatan lapangan yang
102,6% > 95% maksimum kepadatan kering yang
dihasilkan berdasarkan perbandingan antara γd (Sand
disyaratkan (memenuhi persyaratan Spesifikasi
Cone) dengan γdmax hasil percobaan pemadatan di
Khusus CTRB dan CTRSB), karena makin besar
laboratorium.
selisih tebal gembur terhadap tebal padat hasil
pemadatan, maka makin besar juga nilai derajat PENUTUP
kepadatan CTRB yang dihasilkan.
Kesimpulan
Hasil percobaan jumlah lintasan dan test
Berdasarkan hasil analisis penelitian ini,
kepadatan dengan menggunakan alat Sand Cone
maka dapat diberi kesimpulan antara lain:
untuk derajat kepadatan lapangan CTRB ketiga
1. Uji distribusi ukuran butir menunjukkan
segmen didapat hasil seperti pada Tabel 4.8 sebagai
kesesuaian terhadap syarat yang diijinkan yaitu :
berikut:
agregat kasar 57,84 %, agregat sedang 26,08 %,
agregat halus 16,09 % dengan yang tertahan # no.
Tabel 4.8 Hasil Test Jumlah Lintasan dan
Kepadatan Lapangan CTRB 200 = 11,93 % dan lolos # no. 200 = 4,16 %.
2. Pengujian Batas Atterberg CTRB didapat hasil
Jumlah Berat Isi
Segmen
Lintasan Kering yaitu : batas cair 17,20 %, batas plastis 10,91 %
dan indek plastisitas 6,29 % ≤ 10% syarat yang
1. I 11 kali 98,38 % ditentukan (Hicks 2002 dan Spesifikasi Khusus
2. II 12 kali 100, 35 %
3. III 13 kali 102,65 % CTRB dan CTRSB).
3. Berdasarkan klasifikasi tanah sistem USCS

Hasil percobaan jumlah lintasan dan test termasuk pada kelompok CL-ML yaitu lanau tak

kepadatan lapangan untuk derajat kepadatan CTRB organik, lempung kepasiran dengan plastisitas

dapat diplot seperti pada seperti gambar 4.9 berikut:

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 4, Nomor 2, Juni 2016 81


rendah dan AASHTO termasuk pada kelompok A- 1. Dalam pelaksanaan pemadatan sangat
4 yaitu lempung lanau dengan plastisitas rendah. diperhatikan kadar air CTRB tidak boleh lebih 2%
4. Kepadatan CTRB di laboratorium berat volume dari kadar air optimum pemadatan di
kering maksimum (dmax) dari CTRB 1,995 t/m3, laboratorium.
dengan kadar semen 7 % dan kadar air optimum 2. Selama pemadatan perlu diperhatikan masa setting
(Wopt) 9,50 % . time proses pengerasan semen.
5. Test pit dan kepadatan CTRB di lapangan
DAFTAR PUSTAKA
menggunakan pengujian pemadatan metode sand
cone yaitu :
Denny M. M. Idham dan Hendra S, 2012,
a. Segmen I dengan jumlah 11 kali lintasan Analisa Derajat Kepadatan Timbunan Lapis Pondasi
didapat tebal padat 30,7 cm dan berat isi dan Propertis Agregat (Studi Kasus Jalan Sultanah
Agung Latifah-Bunga Raya). Jurusan Teknik Sipil
kering maksimun (γd maks) sebesar 1,963 Polikteknik Negeri Bengkali.
t/m3 dengan derajat kepadatan 98,38 % > 95
% maksimum kepadatan kering yang Hardiyatmo. H.C, 2010, Stabilisasi Tanah
Untuk Perkerasan Jalan, Gajah Mada University
disyaratkan (memenuhi persyaratan Press, Yogyakarta.
Spesifikasi Khusus CTRB dan CTRSB).
b. Segmen II dengan jumlah 12 kali lintasan Hardiyatmo. HC, 2006, Mekanika Tanah 1
Edisi Keempat, Gajah Mada University Press,
didapat tebal padat 30,3 cm dan berat isi Yogyakarta.
kering maksimun (γd maks) sebesar 2,002
Muralia Hustim, 2002, Pengaruh Variasi
t/m3 dengan derajat kepadatan 100,35 % > 95
Gradasi dan Tingkat Kepadatan Terhadap Nilai
% maksimum kepadatan kering yang Koefisien Drainase dan Koefisien Kekuatan Relatif
dari Lapis Agregat. Rekayasa Transportasi Program
disyaratkan (memenuhi persyaratan
Studi Teknik Sipil Program Pascasarjana. Institut
Spesifikasi Khusus CTRB dan CTRSB). Teknologi Bandung.
c. Segmen III dengan jumlah 13 kali lintasan
Saodang H, 2005, Konstruksi Jalan Raya,
didapat tebal padat 29,2 cm dan berat isi Nova, Bandung.
kering maksimun (γd maks) sebesar 2,048
t/m3 dengan derajat kepadatan 102,65 % > 95 SNI 03-1743-1989, Metode Pengujian
Kepadatan Berat.
% maksimum kepadatan kering yang
disyaratkan (memenuhi persyaratan SNI 03-1965.1-2000 (PDM 08-2000-03), Air
Spesifikasi Khusus CTRB dan CTRSB). Tanah Dengan Alat Speedy.

Saran SNI 03-2828-1992, Metode Pengujian


Kepadatan Lapangan Dengan Alat Konus Pasir.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan pemadatan agar dicapai hasil yang SNI 1965:2008, Cara Uji Penentuan Kadar
optimal adalah sebagai berikut: Air Untuk Tanah dan Batuan di Laboratorium.

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 4, Nomor 2, Juni 2016 82


Badan Standar Nasional, 2008, Cara Uji
Penentuan Batas Cair Tanah (SNI 1967-2008,
Jakarta.

Badan Standar Nasional, 2008, Cara Uji


Penentuan Batas Plastisitas dan Indeks Plastisitas
Tanah (SNI 1966-2008), Jakarta.

Badan Standar Nasional, 2008, Cara Uji


Analisis Butir Tanah (SNI 3423-2008), Jakarta.

Hendarsin, 2000, Perencanaan Teknik Jalan


Raya, Penerbit Politeknik Negeri Bandung.

Pusat Litbang Prasarana Transportasi Badan


Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan
Umum, 2010, Spesifikasi Khusus CTRB dan CTRSB,
Jakarta.

Pusat Litbang Prasarana Transportasi Badan


Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan
Umum, 2010, Pedoman Konstruksi dan Bangunan
Pelaksanaan Daur Ulang Perkerasan Jalan dengan
Semen Dicampur Di tempat, Jakarta.

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 4, Nomor 2, Juni 2016 83

Anda mungkin juga menyukai