Bambang Raharmadi
ABSTRAK
Cement Treated Recycling Base (CTRB) adalah stabilisasi dengan sistem daur ulang pada perkerasan jalan
lama yang kondisinya telah mengalami penurunan nilai konstruksi (rusak) ditambah bahan semen yang berfungsi
sebagai lapisan perkerasan pondasi jalan. CTRB mempunyai peranan yang sangat penting untuk mendukung
struktur jalan dimana fungsinya sebagai meneruskan beban struktur maupun non struktur dari atas. Untuk mencapai
lapis pondasi perkerasan jalan yang kuat dan stabil diperlukan hasil pemadatan yang memenuhi persyarat
spesifikasi teknik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkerasan jalan lama/existing yang distabilisasi dengan
semen 7% (CTRB) agar dapat digunakan sebagai lapis pondasi perkerasan jalan dan untuk mengetahui derajat
kepadatan lapangan yang sesuai dengan syarat teknik.
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mencampur bahan material jalan lama/existing dengan
kadar semen 7% terhadap berat kering untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan mekanik dengan melakukan penguji
gradasi butiran, batas-batas Atterberg, pemadatan modified di laboratorium dan percobaan pemadatan lapangan
serta pengujian kepadatan lapangan dengan Sand Cone pada sta. 0+250 s/d sta. 0+270, sta. 0+270 s/d sta. 0+290 dan
sta. 0+290 s/d sta. 0+310.
Hasil uji material Cement Treated Recycling Base (CTRB) terhadapi uji gradasi ukuran butir menunjukkan
kesesuaian terhadap syarat yang diijinkan yaitu : agregat kasar 57,84%, agregat sedang 26,08%, agregat halus
16,09% dengan yang tertahan # no. 200 = 11,93% dan lolos # no. 200 = 4,16%, termasuk kelompok CL-ML yaitu
lanau tak organik, lempung kepasiran dengan plastisitas rendah berdasarkan klasifikasi tanah sistem USCS
sedangkan menurut klasifikasi tanah sistem AASHTO termasuk pada kelompok A-4 yaitu tanah lempung lanau
dengan plastisitas rendah dengan batas-batas Atterberg yaitu : batas cair 17,20 %, batas plastis 10,91 % dan indek
plastisitas 6,29% ≤ 10% syarat yang ditentukan. Kepadatan CTRB laboratorium dengan berat volume kering
maksimum (dmax) CTRB 1,995 t/m3, dengan kadar semen 7 % dan kadar air optimum (Wopt) 9,50 % .
Dari hasil test pit dan kepadatan CTRB di lapangan menggunakan pengujian pemadatan metode sand cone
didapat hasil sebagai berikut :
1. Segmen I dengan jumlah 11 kali lintasan didapat tebal padat 30,7 cm dan berat isi kering maksimun (γd maks)
sebesar 1,963 t/m3 dengan derajat kepadatan 98,38% > 95% maksimum kepadatan kering yang disyaratkan.
2. Segmen II dengan jumlah 12 kali lintasan didapat tebal padat 30,3 cm dan berat isi kering maksimun (γd maks)
sebesar 2,002 t/m3 dengan derajat kepadatan 100,35% > 95% maksimum kepadatan kering yang disyaratkan
3. Segmen III dengan jumlah 13 kali lintasan didapat tebal padat 29,2 cm dan berat isi kering maksimum (γd
maks) sebesar 2,048 t/m3 dengan derajat kepadatan 102,65% > 95% maksimum kepadatan kering yang
disyaratkan.
Cara menentukan klasifikasi tanah berdasarkan Unified Soil Classification System seperti pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Tanah Sistem USCS
Menurut Hicks (2002), distribusi ukuran butir penilaian macam stabilisasi yang akan digunakan,
dan batas-batas Atterberg digunakan sebagai dasar seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.3 berikut:
Petunjuk dari Tabel 2.3 hanya sebagai Distribusi ukuran butir adalah pengelompokan
pertimbangan awal, dan dapat digunakan untuk besar butir analisa agregat kasar dan agregat halus
maksud modifikasi tanah, seperti: stabilisasi dengan menjadi komposisi gabungan yang ditinjau
kapur untuk membuat material lebih kering dan berdasarkan saringan.
mengurangi plastisitasnya sedangkan menurut Menurut Pedoman Konstruksi dan Bangunan
Spesifikasi Khusus CTRB dan CTRSB (2010) nilai Pelaksanaan Daur Ulang Perkerasan Jalan dengan
plastisitas indek (PI) maksimum sebesar 10%. Semen Dicampur Di tempat (2010), gradasi
campuran ukuran butir yang disyaratkan, seperti
c. Pengujian Distribusi Ukuran Butir
yang ditunjukkan pada Tabel 2.4 berikut:
Pemadatan adalah suatu proses memadatnya pengujian berat (modified), yang disebut dengan
partikel tanah sehingga terjadi pengurangan uji Proctor, dengan cara suatu palu dijatuhkan dari
volume udara dan volume air dengan memakai ketinggian tertentu beberapa lapisan tanah di
cara mekanis. Kepadatan tanah tergantung dalam sebuah mold. Dengan dilakukannya
banyaknya kadar air, jika kadar air tanah sedikit pengujian pemadatan tanah ini, maka akan
maka tanah akan keras begitu pula sebaliknya bila terdapat hubungan antara kadar air dengan berat
kadar air banyak maka tanah akan menjadi lunak volume. Derajat kepadatan tanah diukur dari berat
atau cair. Pemadatan yang dilakukan pada saat volume keringnya, hubungan berat volume kering
kadar air lebih tinggi daripada kadar air (d), berat volume basah (b) dan kadar air (w)
optimumnya akan memberikan pengaruh terhadap dinyatakan dengan Persamaan 2.3 dan Gambar 2.3
sifat tanah. Tujuan pemadatan tanah adalah berikut :
memadatkan tanah pada kadar air optimum dan b
d = ................................................. (2.3)
memperbaiki karakteristik mekanisme tanah.
1+w
Maksud pemadatan tanah (Hardiyatmo, 1996)
Berat volume
adalah sebagai berikut:
a. Mempertinggi kuat geser tanah. d maks.
b. Mengurangi sifat mudah mampat
(kompresibilitas).
c. Mengurangi permeabilitas.
d. Mengurangi perubahan volume sebagai akibat
w opt. Kadar air
perubahan kadar air.
Pemadatan tanah dapat dilaksanakan di
Sumber : Hardiyatmo (1996)
lapangan maupun di laboratorium. Dilapangan
Gambar 2.3 Hubungan Antara Kadar Air dan Berat
biasanya tanah akan digilas dengan mesin Volume Tanah(d maks)
penggilas yang didalamnya terdapat alat
Untuk mengetahui kadar air yang optimum pada
penggetar, getaran akan menggetarkan tanah
tanah, maka dilakukan pengujian pemadatan,
sehingga terjadi pemadatan.
d maks. d lapangan
R = x 100%..................... (2.5)
d lab.
w opt. Kadar air (w) Dimana, γd lapangan adalah berat isi kering
.
Sumber : Hardiyatmo (1996) lapangan dan γd lab adalah berat isi kering
Gambar 2.4 Hubungan Antara Kadar Air dan Berat dilaboratorium dan R adalah derajat kepadatan
Volume Tanah(kadar air optimum) minimal mencapai 95%.
No. 100
No. 80
No. 60
No. 50
No. 40 0,420
No. 30 0,590
No. 20 0,840
No. 16 1,190
No. 12 1,80
No. 10 2,00
No. 8 2,38
No. 4 4,76
1 1/2' 38,10
2 1/2' 63,50
3/8' 9,52
1/2' 12,70
3/4' 19,10
1' 25,40
2' 50,20
3' 76,20
mm
0,149
0,177
0,250
0,297
8,35
83,91
100
0
10
90
20
80
30
70
Jumlah Persen Lolos (%)
Jumlah tertahan (%)
40
60
50
50
57,84
60
40
GRADASI CTRB
70
30
80
20
83,91
90
10
95,84
100
0
0,002
0,006
0,01
0,02
0,06
0,1
0,2
0,6
10
20
60
100
% %
30
60
20
40
OMC = 17,20 %
15
A - 7 -6
30
10 20
A-6 A-7-5
5 10
A-4 A-5
- 0-
0 10 20 30 40 50
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
NUMBER OF BLOWS Batas Cair (LL) %
Gambar 4.2 Hasil Pengujian Batas Cair CTRB Sumber : Hardiyatmo (1996)
Menurut batas-batas Atterberg CTRB ini Gambar 4.4 Nilai-nilai Batas Atterberg untuk Sub
kelompok A-4, A-5,A-6 dan A-7
termasuk golongan plastisitas rendah karena
c. Pemadatan
Plasticity Index (PI) 6,29% ≤ 10% syarat yang
Hasil analisis uji pemadatan dengan metode
ditentukan (Hicks 2002 dan Spesifikasi Khusus
pemadatan berat seperti pada Gambar 4.5 berikut:
CTRB dan CTRSB).
2,200
ZAV
MDD = 1,995 t/m3
2,000
OMC = 9,5 %
1,900
80
50
Berat volume kering maksimum (dmax) dari
40
BATAS ATAS CH
CTRB 1,995 t/m3, dengan kadar semen 7% dan kadar
30 air optimum (Wopt) 9,50% .
CL
20 OH-MH
CL-ML
4.2 Analisis Karakteristik CTRB di Lapangan
10
ML-OL
0- a. Percobaan Pemadatan
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Batas Cair (LL) %
3. III 35 cm 29,2 cm
2.050 2.048
13 LINTASAN
Gambar 4.8 Hubungan Tebal Padat Terhadap Gambar 4.9 Hubungan Jumlah Lintasan
Derajat Kepadatan Lapangan CTRB Pemadatan Terhadap Derajat
Kepadatan Lapangan CTRB
Dari Gambar 4.8 dapat disimpulkan bahwa
Dari Gambar 4.9 dapat disimpulkan bahwa
hasil pengujian derajat kepadatan lapangan untuk
makin banyak jumlah lintasan pemadatan, maka
ketiga segmen percobaan yaitu 98,4%, 100,4% dan
semakin besar derajat kepadatan lapangan yang
102,6% > 95% maksimum kepadatan kering yang
dihasilkan berdasarkan perbandingan antara γd (Sand
disyaratkan (memenuhi persyaratan Spesifikasi
Cone) dengan γdmax hasil percobaan pemadatan di
Khusus CTRB dan CTRSB), karena makin besar
laboratorium.
selisih tebal gembur terhadap tebal padat hasil
pemadatan, maka makin besar juga nilai derajat PENUTUP
kepadatan CTRB yang dihasilkan.
Kesimpulan
Hasil percobaan jumlah lintasan dan test
Berdasarkan hasil analisis penelitian ini,
kepadatan dengan menggunakan alat Sand Cone
maka dapat diberi kesimpulan antara lain:
untuk derajat kepadatan lapangan CTRB ketiga
1. Uji distribusi ukuran butir menunjukkan
segmen didapat hasil seperti pada Tabel 4.8 sebagai
kesesuaian terhadap syarat yang diijinkan yaitu :
berikut:
agregat kasar 57,84 %, agregat sedang 26,08 %,
agregat halus 16,09 % dengan yang tertahan # no.
Tabel 4.8 Hasil Test Jumlah Lintasan dan
Kepadatan Lapangan CTRB 200 = 11,93 % dan lolos # no. 200 = 4,16 %.
2. Pengujian Batas Atterberg CTRB didapat hasil
Jumlah Berat Isi
Segmen
Lintasan Kering yaitu : batas cair 17,20 %, batas plastis 10,91 %
dan indek plastisitas 6,29 % ≤ 10% syarat yang
1. I 11 kali 98,38 % ditentukan (Hicks 2002 dan Spesifikasi Khusus
2. II 12 kali 100, 35 %
3. III 13 kali 102,65 % CTRB dan CTRSB).
3. Berdasarkan klasifikasi tanah sistem USCS
Hasil percobaan jumlah lintasan dan test termasuk pada kelompok CL-ML yaitu lanau tak
kepadatan lapangan untuk derajat kepadatan CTRB organik, lempung kepasiran dengan plastisitas