APLIKASI GEOTEKNIK
DOSEN :
Dr. Insan Kamil ST, MT, MSc
DISUSUN OLEH :KELOMPOK 4
JURUSAN TEKNIK
SIPILPROGRAM STUDI
D4 REKAYASA JALAN DAN JEMBATAN 2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu Dosen yang telah
membantu kami dalam mengerjakan karya tulis ini. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman yang telah berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam pembuatan karya tulis ini.
Karya tulis ini membahas tentang Piled Embankment. Tanah lunak merupakan salah
satu permasalahan yang dialami pada berbagai konstruksi seperti bangunan, timbunan, dan
lain sebagainya. Tanah lunak ini dapat menyebabkan kegagalan pada saat konstruksi, juga
dapat menyebabkan penurunan yang sangat besar. Dalam penanganannya, dapat dilakukan
dua perlakuan terhadap tanah lunak yaitu perbaikan dan perkuatan tanah lunak. Perbaikan
dapat dilakukan dengan mengeluarkan air pada rongga tanah lalu dipadatkan agar tanah
memadat. Perkerasan dapat dilakukan dengan memberikan perkerasan tiang, geosintetik, dan
lain sebagainya. Piled embankment merupakan salah satu meted perkerasan tanah lunak
dengan menggunakan tiang pancang/bor. Setelah melakukan pemancangan terhadap tiang,
agar transfer beban dapat dipindahkan dengan baik, maka diberikan pile cap untuk seluruh
tiang.
Kami sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada karya tulis ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran kami harapkan demi kesepurnaan karya kami. Semoga karya
tulis ini dapat memberikan pemahaman serta pengetahuan bagi kita semua.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................
1.1 Latar belakang.........................................................................................................................
1.1.1 Deskripsi Proyek............................................................................................................
1.1.2 Lokasi Proyek................................................................................................................
2
2.4.5.1 Metode Poulos dan Davis...................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsultan perencana PT. Amertha Group melalui Dinas Cipta Karya dan Tata Kota
Samarinda dipercayakan untuk melaksankaan pekerjaan timbunan tanah lunak yang
berlokasi di Jl. Jembatan Mahulu sampai Jl. Nusyirwan Ismail sepanjang 7,3 km.
Pengembangan dan pembangunan jalan di Kawasan jembatan Mahulu hingga
Kawasan ring road di jalan Nusyrwan Ismail, Kota Samarinda, Kalimantan Timur.
Panjang jalan sepanjang 7.3 Km. Salah satu langkah yang harus dilakukan yaitu
pemancangan tanah lunak menggunakan micropile (Bamboo-pile) dikarenakan di
Kawasan tersebut, banyak terdapat rawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis
tanah, perhitungan micropile, geotextile, dan perhitungan menggunakan metode pile
embankment, serta mencari daya dukung tanah pada Kawasan tersebut. menentukan
pondasi yang sesuai dengan kondisi tanah, dan memberikan rekomendasi rekayasa teknik
untuk menambah daya dukung tanah pada lokasi penelitian. Estimasi pengerjaan
dilakukan selama 3 bulan proyek dengan metode yang digunakan dalam penelitian.
Penelitian dimulai dengan pemasangan pancang di daerah tanah lunak. Hal ini
dilakukan untuk melaksanakan. Metode piled embankment merupakan gabungan dari
beberapa tiang yang digunakan untuk menahan timbunan dan beban diatasnya, yang pada
umumnya penggunaan piled embankment ini menggunakan pelat beton sebagai pile cap
tiang kelompok. Untuk perhitungan daya dukung tanah, digunakan alat DCP untuk
memperoleh data yang akan dioleh menggunakan metode Meyerhof 1956. Teori daya
dukung Meyerhof (1974) mirip dengan Terzaghi, yaitu menghitung tegangan geser dari
tanah yang terletak di bawah telapak pondasi. Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan
Theodolit. Dan dengan data theodolite, dapat ditentukan data elevasi dan kontur dari
daerah yang telah diteliti.
1.1.1 Deskripsi Proyek
- Nama Kegiatan : Pekerjaan Timbunan Tanah Lunak
- Nomor Kontrak :
- Tanggal Kontrak : 13 Februari 2022
- Panjang Proyek : 7,3 km
- Nilai Kontrak :-
- Tahun Anggaran : 2022
- Paket Pekerjaan : Pekerjaan Timbunan Tanah Lunak
- Lokasi : Kec. Sungai Kunjang
- Sumber Dana : APBD Kota Samarinda
- Nama Perusahaan : PT. Amertha Group
- Alamat : Jl. Bung Tomo No.11 Sungai Keledang, Kalimantan Timur
4
Lokasi Pekerjaan Timbunan Tanah Lunak
- Desa/Kelurahan : Loa Buah
- Kecamatan : Sungai Kunjang
- Kotamadya : Samarinda
- Provinsi : Kalimantan Timur
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menghitung jumlah tiang dan menghitung kapasitas daya dukung
ultimit?
2. Berapa hasil penurunan tiang pada pile embankment?
1. Pengukuran
- Pengukuran untuk mencari luas tanah
Ini biasanya dilakukan saat kita mau mengurus bukti kepemilikan tanah atau
sertifikat di kantor Badan Pertanahan Nasional. Petugas dari BPN akan mengukur
tanah yang akan diterbitkan dan dijadikan acuan biaya pembuatannya. Selain itu
informasi valid tentang luas tanah sangat diperlukan untuk pajak, dan untuk
perencanaan pengembangan daerah, rencana jalan, rencana pengairan dan rencana
transmigrasi
3. Pekerjaan Theodolite
Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situs yang akan dipetakan
luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila situs tersebut memiliki relief
atau perbedaan ketinggian yang besar. Dengan menggunakan alat ini, keseluruhan
kenampakan atau gejala akan dapat dipetakan dengan cepat dan efisien (Farrington
1997). Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah,
theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi,
maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti
Pesawat Penyipat Datar bila sudut verticalnya dibuat 90º. Dengan adanya teropong
pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan
bangunan gedung, theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada
perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur
ketinggian suatu bangunan bertingkat.
4. CBR Segmen
Dengan memperhatikan nilai CBR yang diperoleh, keadaan lingkungan, kondisi
tanah dasar di sepanjang jalan, maka CBR tanah dasar dapat ditentukan. Dari nilai
CBR yang diperoleh dapat ditentukan nilai Daya Dukung Tanah (DDT) dengan
mempergunakan nomogram. CBR ( California Bearing Ratio ) yang menyatakan
kualitas tanah dasar dibandingkan dengan bahan standar berupa batu pecah yang
mempunyai nilai CBR sebesar 100 % dalam memikul beban lalu lintas.
6
TIME SCHEDULE
7
12/30 01/19 02/08 02/28 03/20 04/09 04/29 05/19
Data tanah
Data material
Menentukan dimensi
Beban lalulintas
Beban timbunan
Beban jalan
Metode Meyerhoff
Koefisien Arching
kuat tarik
menentukan profile
penulisan laporan
8
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Teori Material Tanah Timbunan dan Pembebanan
Tanah timbunan adalah suatu jenis pekerjaan yang bertujuan untuk memindahkan
tanah (padas, merah, atau semi padas) dari satu tempat lokasi (sumber pengambilan
tanah) ke tempat lokasi lain yang di inginkan sebanyak yang dibutuhkan agar tercapai
bentuk dan ketinggian tanah yang diinginkan, antara lain sektor pertanian (sawah, ladang
dan perkebunan), infrastruktur pembangunan (pondasi bangunan) dan kerajinan
(gerabah, tembikar, pot, genteng dan batu bata). Dengan memakai acuan perhitungan
ritase atau pun m³.
Faktor-faktor utama yang harus diperhitungkan dalam desain timbunan adalah :
a. stabilitas timbunan
b. daya dukung timbunan
c. penurunan (settlement) timbunan
d. kemampuan melayani lalu-lintas (trafficability)
e. faktor lain, terutama permeabilitas.
KEMIRINGAN
JENIS TANAH
(V:H)
Batuan keras (hard rock
1,5:1 – 1:1
fill)
Batuan lunak (weak rock
1:2 – 1:1,25
fill)
Kerikil 1:2 – 1:1,5
Pasir 1:2,5 – 1:1,5
Lempung 1:2,5 – 1:1,5
(Sumber: Horner, 1988)
Sifat-sifat tanah timbunan akan berubah dari waktu ke waktu; misal, akibat
konsolidasi atau peningkatan kadar air. Pada saat menetapkan daya dukung, hal
tersebut perlu di perhatikan. Pada desain jalan raya, jalan kereta api dan lapang
terbang, daya dukung atau kekuatan timbunan biasanya dinyatakan dengan CBR
(California bearing ratio) atau modulus reaksi tanah, sedangkan pada disain pondasi,
9
daya dukung timbunan sering dinyatakan dengan hasil pengujian pelat beban (plate
bearing test) atau triaksial Penurunan (settlement) pada timbunan dapat diakibatkan
oleh penurunan, baik pada timbunan sendiri atau pada tanah asli. Apabila timbunan
terdiri atas tanah permeable, konsolidasi akan terjadi selama pelaksanaan dan dapat
dipercepat dengan menambah timbunan. Namun demikian, konsolidasi tanah
timbunan yang mempunyai permeabilitas rendah dapat berlangsung beberapa
minggu atau beberapa tahun setelah pembangunan, kecuali apabila dilakukan
percepatan, disamping dapat memperbaiki stabilitas.Perbedaan penurunan sering
terjadi pada timbunan disekitar bangunan, karena urugan dekat bangunan umumnya
tidak menurun secara bersamaan dengan urugan dibagian lain, disamping urugan
dekat bangunan lebih sulit didapatkan. Perbedaan tersebut dapat dikurangi melalui
penggunaan tanah urugan husus misal, kerikil persoalan yang sama dapat dijumpai
apabila timbunan mempunyai ketinggian yang sangat berbeda
Usaha-usaha tersebut mencakup salah satu atau gabungan beberapa teknik sebagai
berikut :
a. Memperkecil sudut kemiringan lereng (memperlebar dasar timbunan).
b. Membangun beban kontra (berm)di depan tumit lereng.
c. Menggunakan tanah urugan berkekuatan tinggi.
d. Meningkatkan kekuatan, baik dengan pemadatan dan pengeringan atau stabilitas
tanah urugan (dengan kapur atau semen).
e. Membuat lapisan drainase, untuk menurunkan tegangan air pori.
f. Memasang geotextile.
g. Membangun konstruksi penahan, baik sebagian atau seluruhnya.
h. Membuang atau mendorong (displacement) tanah yang lunak, baik sebagian maupun
seluruhnya, dan menggantinya dengan tanah yang lebih baik.
i. Membuat parit yang lebar dan dalam serta mengisinya dengan tanah berbutir.
j. Memperbaiki tanah dengan cara pra-pembebanan (preloading), konsolidasi dinamis
atau vibrofloatation.
k. Mengendalikan kecepatan pelaksanaan, agar tanah mempunyai waktu yang cukup
untuk konsolidasi dan meningkatkan kekuatan.
l. Menggunakan beban ringan (misal abu terbang), agar timbunan menjadi lebih
ringan.
m. Membuat drainase vertikal dan/atau lapisan drainase horizontal, agar dapat
mempercepat pelepasan tegangan air pori, penurunan dan peningkatan kekuatan.
Bila suatu konstruksi dibangun diatas tanah lunak, maka kerusakan kerusakan yang
dapat terjadi antara lain retakan (cracking) pada perkerasan jalan ataupun jembatan,
terangkatnya struktur plat, kerusakan jaringan pipa, jembulan tanah (soil heaving),
longsoran, dan sebagainya. Sehingga dalam hal ini perlu untuk mengetahui sifat-sifat
dasar tanah, kemampuan mengalirkan air, sifat pemampatan bila dibebani
(compressibility), kekuatan geser, kapasitas daya dukung tanah terhadap beban dan lain-
lain.
11
4. Tanah lunak memiliki sifat kompresibilitas yang sangat tinggi. Salah satu faktor
yang menyebabkan tingginya tingkat kompresibilitas pada tanah lunak adalah
karena tanah jenis ini memiliki angka pori yang tinggi; dan
5. Memiliki kadar air yang tinggi sehingga menyebabkan tanah lunak memiliki
daya dukung yang sangat rendah dan memiliki masalah penurunan yang besar
selama dan setelah kosntruksi dibangun. Kadar air tanah lunak bervariasi
tergantung pada kenaikan dari tingkat plastisitas dan struktur tanah tersebut.
tanah lunak dipengaruhi oleh presentase kadar air (Holtz, 1956).
Berdasarkan uji lapangan, tanah lunak secara fisik dapat diremas dengan mudah
oleh jari-jari tangan. Braja M. Das (1995) menyatakan bahwa nilai hasil pengujian di
lapangan dan di laboratorium akan menunjukkan bahwa tanah tersebut lunak
apabila: koefisien rembesan (k) sangat rendah ≤ 0,0000001 cm/detik, batas cair (LL)
≥ 50%, angka pori E antara 2,5 – 3,2, kadar air dalam keadaan jenuh antara 90% –
120% dan berat spesifik (Gs) berkisar antara 2,6 – 2,9. Kriteria tanah lunak dapat
juga digambarkan seperti pada Tabel 2.6 berikut
Dimana c adalah kohesi tanah dari pengujian tekan tidak terkekang, qc adalah nilai
tahanan ujung dari pengujian sondir dan N-SPT adalah nilai N dari pengujian SPT.
Gambar .2 : Model Lengkung untuk pembuatan lengkung parsial dan Penuh, Bagian C
diabaikan dalam BS 8006.
2.3.2 Tanah
Ketika tanggul perlu dibangun di atas tanah lunak, deformasi tanah yang besar
akan terjadi jika tidak ada tindakan yang diambil. Sebuah timbunan timbunan dapat
diterapkan sebagai perbaikan tanah ketika kondisi tanah di lokasi konstruksi adalah
tanah liat lunak. Tanah liat lunak biasanya sangat kompresibel dan memiliki
kekuatan yang rendah. Sebagai contoh, di Asia Tenggara, kekuatan geser tak
terdrainase dari lempung lunak bisa sekitar 10 kPa. Ketebalan lempung lunak bisa
mencapai sekitar 50 m di bawah permukaan tanah.
2.3.3 Tumpukan
13
Tanah lunak tidak dapat menahan beban luar dari lalu lintas dan timbunan tanpa
mengalami deformasi yang besar. Oleh karena itu, pada timbunan tiang, beban
dipindahkan ke tiang yang jauh lebih kaku. Tiang pancang yang digunakan untuk
tujuan ini umumnya adalah tiang pancang (didorong) atau dicor di tempat
pemindahan tiang (jacked in atau screwed piles). Tiang pancang biasanya berupa
tiang pancang beton atau kayu dengan diameter berkisar antara 10 sampai 30 cm.
Namun, tiang pancang dengan diameter lebih besar sampai dengan diameter 60 cm
juga telah digunakan. Tiang pancang sebaiknya ditanam pada lapisan yang
kompeten (tiang pancang bantalan ujung). Namun, bila lapisan lempung lunak tebal,
seringkali tiang pancang tidak dapat mencapai lapisan yang sesuai. Ini disebut
tumpukan mengambang. Sebagai contoh di Asia Tenggara, tiang pancang kayu
Bakau dengan panjang maksimum 4,5 sampai 6 m sering digunakan. Untuk
meningkatkan transfer beban ke tiang pancang digunakan pile cap. Ukuran pile cap
biasanya ditentukan sebagai rasio luas tutupan, yaitu luas relatif yang ditutupi oleh
cap terhadap total luas tanggul
2.3.3.1 Ujung Bantalan dan Tumpukan Mengambang
Tiang pancang yang menopang timbunan seperti terlihat pada Gambar 2.1
lebih disukai ditanam pada lapisan yang kompeten (tiang penyangga ujung)
seperti tanah keras atau batuan dasar. Namun, bila lapisan lempung lunak tebal,
seringkali tiang pancang tidak dapat mencapai lapisan yang sesuai. Ini disebut
tumpukan mengambang. Sebagai contoh di Asia Tenggara, tiang pancang kayu
Bakau dengan panjang maksimum 4,5 sampai 6 m sering digunakan sebagai
tiang pancang
2.3.3.2 Tumpukan Pengendapan Kepala dan Non Pengendapan Kepala
Dalam kaitannya dengan desain timbunan dan kekuatan tarik geosintetik,
pertimbangan tiang yang mengalami pengendapan (head-settling) dan non-
pengendapan (non-head-settling) lebih relevan. Tiang yang mengendap di
kepala akan mengendap, karena penurunan dasar tiang pada lapisan tumpuan
dan beberapa pemendekan tiang. Hal ini menyebabkan penurunan diferensial
yang lebih kecil dari lapisan geosintetik seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.2. Tiang penyangga ujung tiang dapat berupa tiang penurun kepala atau tiang
non pengendapan tergantung pada kekakuan tiang dan kekuatan lapisan
bantalan. Demikian pula, tiang pancang terapung juga dapat berperilaku
seperti tiang settling atau non-head-settling tergantung pada kedalaman
penetrasi tiang dan kekakuan tiang. Dalam prakteknya, tampaknya tiang
penyangga ujung tidak akan mengendap banyak dan dapat dianggap sebagai
tiang non-head-settling pile sedangkan tiang-tiang pancang terapung dapat
berupa tiang-tiang yang bersifat head-settling atau non-head-settling. Dalam
laporan ini, literatur akan dibedakan antara timbunan pada bantalan ujung dan
tiang pancang apung. Hal ini dikarenakan istilah-istilah tersebut lebih umum
dan lebih mudah untuk membedakan kajian-kajian tersebut.
14
Gambar 2.2: Tiang yang tidak mengendap vs. tiang yang mengendap (a)
dengan lapisan dukung ujung yang kokoh (b) tanpa lapisan dukung ujung yang
kokoh (tiang terapung)
2.4 Teori Micropile/Cerucuk
Pemakaian Cerucuk Pada Tanah
Dalam kaitannya perkuatan tanah dengan pemakaian tiang untuk mendistribusikan
beban secara vertikal (lewat tahanan lekat) di dalam lapisan atau dengan mentransfer
beban menjadi material yang buruk sampai didukung tanah yang cukup kuat (tahanan
ujung). Dalam hal ini mungkin dapat dipergunakan Friction Pile yaitu tiang yang
tertahan oleh pelekatan antara tiang dengan tanah. Tiang semacam ini disebut juga tiang
terapung (Floating Piles). Istilah floating pile dipakai untuk pondasi di atas 20 tanah
yang lembek dimana berat bangunan diatur supaya kurang lebih sama dengan berat
tanah yang digali.
Selanjutnya pemakaian cerucuk bertujuan untuk :
1. Meningkatkan daya dukung tanah
2. Mengurangi terjadinya penurunan pondasi
3. Menghindari terjadinya gelinciran, karena cerucuk dapat menahan gaya geser lebih
besar daripada tanah, selain itu cerucuk merupakan suatu tulangan penguat sehingga
akan mampu menahan gerakan-gerakan tersebut
2.4.1 Pengertian Tiang Bambu Sebagai Micro Pile
Bambu adalah tumbuhan yang memiliki banyak fungsi dan manfaat yang besar
bagi alam, lingkungan dan penggunaannya oeh manusia. Oleh karenanya bambu
dapat dikatakan sebagai material berkelanjutan (sustainable) karena berbagai
kelebihannya. Kecepatannya untuk tumbuh dan populasinya yang banyak di
Indonesia, hendaknya menjadi sumber daya yang dapat dimanfaatkan seoptimal
mungkin tanpa mengganggu ekosistem untuk menjadi material konstruksi yang
mudah didapat dan diharapkan menjadi murah. Tiang bambu sebagai pemodelan
micro pile merupakan salah satu jenis tiang pancang yang merupakan bagian dari
konstruksi yang dapat memperkuat struktur tanah seperti tanah liquefication. Fungsi
bambu sabagai tiang pancang ini untuk mentransfer beban-beban dari atas kelapisan
tanah. Bentuk distribusi beban dapat berbentuk beban vertikal melalui dinding tiang.
Beberapa kelebihan bambu jika dipergunakan untuk komponen bangunan:
1. Merupakan bahan yang dapat diperbarui (3-5 tahun sudah dapat ditebang),
2. Murah harganya serta mudah pengerjaannya karena tidak memerlukan tenaga
terdidik, cukup dengan peralatan sederhana pada kegiatan pembangunan.
15
3. Mempunyai kekuatan tarik yang tinggi (beberapa jenis bambu melampaui
kuat tarik baja mutu sedang), ringan, berbentuk pipa beruas sehingga cukup
lentur untuk dimanfaatkan sebagai komponen bangunan rangka,
4. Rumah dari bambu cukup nyaman ditempati,
5. Masa konstruksi cukup singkat sehingga biaya konstruksi menjadi murah.
Bambu memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan material lain yang tercantum
pada tabel perbandingan kuat mekanik beberapa bahan material konstruksi.
Penelitian oleh Morisco (1994-1999) yang membandingkan kuat tarik bambu Ori dan
Petung dengan baja struktur bertegangan leleh 2400 kg/cm2 mewakili baja beton yang
banyak terdapat dipasaran, dilaporkan kuat tarik bambu Petung mencapai 3100 kg/cm2
Micropile, juga dikenal sebagai minipiles yaitu elemen tiang yang berkekuatan
tinggi diggunakan dalam bangunan-bangunan yang ada. Micro pile biasanya
berdiameter kecil, sehingga kapasitas daya dukung bervariasi tergantung pada ukuran
micropile dan profil permukaan tanah. Kapasitas micropile yang diijinkan lebih dari
1.000 ton. Bambu mempunyai kekuatan tarik dua kali lebih besar dibandingkan dengan
kayu, sedangkan kuat tekannya 10 % lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tekan
kayu. Apabila dibandingkan dengan baja yang mempunyai berat jenis antara 6.0 – 8.0
(sementara BJ bambu = 0.6 – 0.8), kuat tarik (tensile strength) baja hanya sebesar 2.3 -
3.0 lebih kecil dibandingkan dengan kekuatan tarik bambu, karena tiang bambu
mempunyai kekuatan tarik per unit berat jenisnya sebesar 3–4 kali lebih besar
dibandingkan dengan baja.
16
2.4.2.1 Metode Meyerhof 1956
Korelasi daya dukung tiang dengan hasil uji SPT yang diusulkan oleh
Meyerhof berdasarkan penyelidikan yang dilakukan pada pondasi tiang pancang
yang tertanam pada tanah lempung berpasir halus.
Qu = m . Np . Ap + n . Ñ .
As Meyerhof menganjurkan nilai m = 40 untuk koefisien perlawanan ujung
tiang dan nilai n = 0,2 untuk koefisien perlawanan gesek tiang pada tanah
lempung kepasiran sedangkan
n = 0,5 pada tanah kelanauan. Sehingga daya dukung ujung menjadi :
Qp = 40 . Np . Ap
Ñp = (N1+N2)/2
Dan daya dukung selimut tiang menjadi :
Qs = 0,2 . Ñ . As
Dimana,
M = koefisien perlawanan ujung tiang
N1 = nilai NSPT pada ujung tiang yaitu nilai NSPT rata-rata 1D dibawah
dasar tiang
N2 = nilai rata-rata NSPT sepanjang 4D diatas dasar tiang.
Ap = luas penampang pada dasar tiang
N = koefisien perlawanan gesek tiang
Ñ = nilai rata-rata NSPT sepanjang tiang
As = luas selimut tiang
2.4.2.2 Metode Luciano Decourt
Perhitungan Untuk Daya Dukung Tiang Pondasi tiang bor tunggal
berdasarkan hasil SPT dengan menggunakan metode Decourt. Pada metode
Decourt dibutuhkan faktor korelasi yang tergantung dari jenis tanah yang akan
dipakai, Daya dukung pondasi tiang bor tunggal merupakan hasil dari tahanan
ujung, tahanan geser selimut tiang dan berat sendiri tiang. Persamaanya adalah
:
Qu = Qp + Qs – Wp
Wp = (1/4 𝜋d 2L) x γb x L
Daya dukung ijin pada pondasi bored pile adalah sebagai berikut :
Qall = Qu . FK
dimana :
Qu = Daya dukung tiang ultimit (t)
Qp = Tahanan ujung (t) Q
17
s = Tahanan geser selimut tiang (t)
Qall = Daya dukung ijin (t)
Wp = Berat sendiri tiang
(t) FK = Faktor keamanan
π = 3,14
d = Diameter tiang (m)
L = Panjang tiang (m)
γb = Berat jenis beton (t/m2 )
dimana :
18
qs = tahanan selimut persatuan luas (t/m2 ).
Ns = nilai rata-rata SPT selimut tiang tertanam.
As = Keliling penampang tiang bor (m)
dimana N60 nilai SPT rata-rata pada 4D di bawah dan 10D di atas ujung tiang - Unit
tahanan selimut tiang dapat dihitung dengan
dimana :
qt = unit tahanan ujung (kN/m2 )
fs = unit tahanan selimut (kN/m2 )
N60 = nilai SPT rata-rata pada 4D di bawah dan 10D di atas ujung tiang
= harga N-SPT rata-rata tahanan selimut
Pa = tekanan atmosfer (100kN/m2 )
2.4.5 Penurunan Micropile
Tiang pancang mikro biasanya dipasang dalam urutan pengeboran tanah,
penyisipan batang baja, grouting, dan pembersihan kepala (menentukan apakah
akan memasang casing sesuai dengan kondisi tanah atau
tidak). Mempertimbangkan metode pemasangan micropile ini, FHWA (2005) telah
menyarankan beban kompresi yang diijinkan dari struktur micropile, P c (min) )
sebagai berikut.
Di sini, f c(g) dan f y(s) mengacu pada baja tekan uniaksial dan kekuatan luluh
grout dan batang baja. A g , As , dan A c adalah luas penampang grout, batang baja,
dan casing.
Selain itu, kekakuan aksial struktur micropile (EPAP ) diusulkan sebagai berikut.
19
Selain itu, dengan mempertimbangkan karakteristik gesekan tanah dan nat, daya
dukung eksternal (P e(mic) ) dari micropile diusulkan sebagai berikut.
20
3.5.1 Tanggul PILED Dengan Perkuatan Geosintetik
Untuk desain timbunan tiang konvensional, biasanya diasumsikan bahwa
semua beban timbunan akan dipindahkan melalui tiang ke lapisan yang kokoh.
Akibatnya, tanah pondasi lunak itu sendiri tidak lagi memiliki relevansi langsung
dengan kinerja timbunan, dan karakteristik tanah harus dipertimbangkan hanya
berkenaan dengan jenis tiang yang digunakan.
Untuk mentransfer beban timbunan total ke tiang, digunakan penutup tiang
berukuran besar untuk memungkinkan jarak tiang dijaga tetap maksimum.
Lengkungan tanah di antara tepi-tepi tiang pancang digunakan untuk
memindahkan beban timbunan ke tiang pancang. Tiang pancang biasanya
dipasang di tepi timbunan untuk melawan gaya dorong lateral timbunan
timbunan.
Dalam mendukung timbunan timbunan di antara tiang, geosintetik bertindak
sebagai membran tegangan yang mentransfer beban vertikal timbunan langsung
ke tiang. Hal ini memungkinkan ukuran pile cap dikurangi atau bahkan
dihilangkan. Karena geosintetik juga melawan gaya dorong horizontal di sisi
timbunan, tidak diperlukan tiang pancang. Semua gaya dorong lateral ditanggung
oleh tahanan tarik dari geosintetik
3.5.2 Tanggul Timur Dengan Perkuatan Geosintetik
2.5.3.1 Pemindahan Tegangan Timbunan Vertikal
Untuk tujuan desain, diasumsikan bahwa beban total timbunan akan dipikul
sendiri oleh tiang, dengan tanah pondasi tidak memberikan kontribusi
kemampuan memikul beban sama sekali. Jadi, dengan asumsi tiang diletakkan
dalam kotak persegi, jarak maksimum tiang yang diperbolehkan dapat
ditentukan sebagai berikut:
Jarak tiang maksimum,
di mana:
Qpall = kapasitas tiang pancang yang diijinkan
ɣe = (gfill+q/H) adalah berat satuan efektif timbunan timbunan.
memperhitungkan efek beban biaya tambahan di atas tanggul
serta berat unit aktual dari timbunan.
H = tinggi timbunan timbunan
21
disebabkan oleh lengkungan timbunan timbunan antara tiang yang
berdekatan (atau pile cap).
Derajat lengkungan tanah yang terjadi (dan akibatnya, tingkat
redistribusi tegangan) adalah fungsi dari jarak antara tiang yang berdekatan,
tinggi timbunan, sifat bahan pengisi (pada tingkat yang lebih kecil), dan
kekakuan dari tiang dalam kaitannya dengan tanah pondasi sekitarnya.
Rasio tegangan vertikal pada tiang (atau pile cap) terhadap tegangan efektif
vertikal pada timbunan adalah;
di mana:
Pc’ = tegangan vertikal pada tiang (atau pile cap)
σv’ =tegangan efektif vertikal pada dasar timbunan
d = lebar atau diameter tiang (atau pile cap)
ac = koefisien ditentukan tergantung pada tinggi timbunan, lebar
tiang dan kekakuan tiang
untuk tiang baja atau beton yang didirikan di atas lapisan yang tidak
dapat dimampatkan:
untuk tiang pancang gesekan baja atau beton, dan tiang pancang kayu:
untuk kolom batu, kolom batu injeksi nat, tumpukan kapur & pemadatan
pasir:
Di mana :
Prp = beban tarik yang dikembangkan dalam geosintetik per satuan lebar
(misalnya dalam kN/m)
22
d = defleksi maksimum tulangan geosintetik,
e = perpanjangan awal maksimum pada tulangan geosintetik,
notasi
lainnya tetap seperti semula
Gaya tarik Prp pada tulangan geosintetik ditransmisikan baik melintasi lebar
maupun sepanjang timbunan.
Sementara besarnya perpanjangan tarik awal dari tulangan geosintetik tidak
kritis, batas atas praktis harus diterapkan untuk memastikan semua beban
timbunan dipindahkan ke tiang, tanpa ada komponen yang terlepas ke tanah
pondasi di bawah geosintetik. Batas perpanjangan geosintetik atas sekitar 6%
harus cukup untuk tujuan ini.
Pembatasan perpanjangan jangka panjang (creep) dari tulangan geosintetik
sangat penting. Meskipun besarnya perpanjangan awal tidak kritis karena
geosintetik mengalami tarik dan defleksi selama konstruksi timbunan,
perpanjangan jangka panjang harus dijaga seminimal mungkin, sehingga
memastikan deformasi lokal jangka panjang tidak terjadi di permukaan
timbunan. Perpanjangan rangkak maksimum yang diizinkan sebesar 1%
selama umur rencana tulangan geosintetik akan tampak diperlukan.
2.5.3.2 Ketahanan terhadap Dorongan Luar Horisontal
Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi satu persamaan yang
menghubungkan gaya tarik Prp dengan ekstensi e,Tulangan geosintetik juga
harus memiliki ketahanan yang memadai terhadap gaya dorong horizontal
keluar timbunan. Dorongan horizontal ke luar ini maksimum pada bahu
tanggul. Gaya dorong luar horizontal, Pfill ditahan oleh gaya tarik pada
tulangan geosintetik, Prl.
23
industri-industri minyak bumi, serat-serat sintetis, kain, baja dan lain lain. Dalam
perkembangan selanjutnya geosintetik adalah bahan sintetis berupa serat-serat sintetis
yang dianyam, tanpa anyam atau bentuk lainnya yang digunakan dalam pekerjaan
pekerjaan tanah.
Geosintetik secara umum dibedakan berdasar sifat permeabilitasnya yaitu bahan
lolos air (permeable) dikenal sebagai geotekstil dan bahan bersifat kedap air
(impermeable) dikenal sebagai geomembran. Bentuk bahan geotekstil berupa lembaran
dengan anyaman, tanpa anyaman dari kumpulan benang-benang sintetis. Sesuai dengan
kebutuhan di lapangan, bentuk geosintetik semakin bervariasi, misalnya bentuk grid, dan
bentuk komposit Macam-macam bentuk geosintetik seperti terlihat pada Gambar 2.1.
Tanggul pada tiang pancang sering diperkuat dengan geosintetik. Keuntungan
penggunaan lapisan geosintetik seperti mengurangi kebutuhan pile cap yang besar dan
kebutuhan raking pile telah ditunjukkan oleh Reid dan Buchanan (1984). Berdasarkan
pengalaman praktis, jenis geosintetik yang digunakan bervariasi. Geosintetik dapat
memiliki tegangan uni- atau biaksial dengan kekuatan tarik bervariasi antara 20 sampai
1100 kN/m. Seringkali hingga 3 lapisan geosintetik diterapkan
Fungsi geosintetik salah satunya adalah untuk perkuatan tanah lunak. Akan tetapi
pada perkembangan selanjutnya geosintetik juga digunakan untuk perkuatan lapisan
campuran aspal terutama pada pekerjaan overlay diatas perkerasan lama yang mengalami
retak
2.6.1 Teori Geogrid
Geogrid merupakan salah satu produk geosynthetics yang terbuat dari bahan
polimer yang memiliki fungsi utama untuk memperkuat tanah, dinding penahan,
lereng, dll. Penggunaan produk geosynthetics dalam perkuatan tanah merupakan
salah satu metode inovasi teknologi yang ditemukan. Geogrid menjadi faktor
penting dalam suatu struktur perkerasan, karena tanah dasar yang lunak akan
menerima tekanan atau gaya tekan dari beban yang ada diatasnya, jadi diperlukan
bahan penguat yang tepat yaitu geogrid.
Di pasaran terdapat berbagai jenis geogrid yang ada, namun pada umumnya
ada tiga jenis Geogrid yang biasa dipakai yaitu: Geogrid Biaxial PP, Geogrid
Uniaxial PP, dan Polyester Geogrid. Pada proyek ini kami menggunakan Geogrid
Unaxial HDPE.
Geogrid Uniaxial
24
Geogrid uniaxial merupakan geogrid yang berbentuk garis memanjang yang
dibuat secara integral, yang dirancang khusus untuk membantu menangani beban
Tarik yang tinggi (high tensile loads). Geogrid Uniaxial bisa terbuat dari tiga bahan
polimer yang berbeda yaitu: Polypropylene (PP), High Density Polyethylene
(HDPE), dan Polyester (PET) berkualitas tinggi yang dihasilkan melalui proses
extruding, punching, heating, longitudinal stretching dan transverse stretching.
Geogrid Uniaxial bekerja dengan mengandalkan kekuatan Tarik yang tinggi dan
tingkat kemuluran yang rendah, cara pakainya geogrid ditempatkan pada lapisan
tanah yang kemudian ditimbun dan dipadatkan lapis demi lapis yang berfungsi
untuk menjaga dan menstabilkan tanah. Pada umummnya Geogrid jenis ini
memiliki banyak ukuran yang dibedakan dari kekuatannya, yaitu mulai dari 40 kN,
100 kN, 150 kN, 150/30 kN, dl
2.7 Teori Arching
Metode terzaghi
Efek melengkung telah dijelaskan oleh Terzaghi (1943). Dia menjelaskan efek
melengkung berdasarkan eksperimennya pada efek pintu perangkap. Seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.2, berdasarkan kesetimbangan vertikal elemen tanah,
seseorang dapat menulis:
(σz + dσz )⋅s − σz ⋅s + 2τxz dz − dG = 0 (3.1)
di mana: σz adalah tegangan efektif vertikal
τxz =adalah tegangan geser pada bidang XZ dari elemen tanah
s = lebar pintu perangkap
G =adalah berat tanah
dapat disederhanakan sebagai
dσz ⋅s = γ⋅sdz − 2τxz dz, dengan γ adalah satuan berat tanah
Menurut kriteria kegagalan Mohr-Coulomb, tegangan geser pada kegagalan dapat
dinyatakan sebagai
τxz = c′ + σx ⋅ tanϕ′
dengan c’dan ϕ’ adalah kohesi efektif dan sudut gesekan tanah. Tegangan horizontal
yang efektif sebagai fungsi dari tegangan efektif vertikal adalah σx = σz ⋅K. Oleh karena
itu persamaan 3.2 dapat ditulis sebagai berikut:
25
z
dG
4
Terzaghi’s method
6 Geostatic
8
m
10
Gambar 3.3: distribusi tegangan vertikal tipikal pengisian tanggul antara pintu jebakan
dengan metode Terzaghi
dσz ⋅s = γ⋅sdz − 2(c′ + σz ⋅K ⋅tanϕ′)dz
Membagi kedua sisi persamaan 3.4 dengan σz dan s kita mendapatkan persamaan
diferensial seperti di bawah ini
26
BAB III
METEODOLOGI PENELITIAN
27
3.1 Jenis Penelitian
28
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Jalan di Kawasan Jembatan Mahulu Hingga Kawasan Ring
Road Di Jalan Nusyrwan Ismail, Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Waktu Penelitian
dan pengolahan data ini dilaksanakan kurang lebih selama 2 bulan dari februari 2022
sampai dengan April 2022.
3.3.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2011;18) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas,
obyek/subjek yang mempunyai kuantitas & karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah perencanaan pile embankment dengan metode
yang telah ditentukan.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur
tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Besarnya sampel dalam penelitian ini
ditetapkan dengan metode Mayerhoff dan metode Luciano Decourt
-Untuk menghitung fb
-Untuk menghitung Qb
29
-Untuk menghitung Qb
-untuk menghitung fs
30
3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
General Data :
H= 3,5 m
h= 6m
L= 20 m
Fill Data :
ɣ fill = 18 kN/m3
o
ɸ= 35
C' = 5 kPa
Load Data :
Working platform = 1m
Type of pile = Timber Pile
Pile Data :
Allowable Stress = 3 N/mm2
SF = 2,5
Diameter = 0,15 m
Depth Pile = 6 m
Berat Tiang Pancang = 42,4115 kg
Pembebanan :
Beban Lalu Lintas : q1 = 15 kN/m2
Beban Timbunan : q2 = 63 kN/m2
Beban Jalan : q3 = 4,8 kN/m2
qTotal = 82,8 kN/m2
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk menghitung kapasitas daya dukung ultimit tiang pancang ini menggunakan
data SPT dilakukan perlapisan tanah menggunakan metode :
32
1. Meyerhof Method
Menghitung N60’
Tabung sampler
(Cs) Tabung sampler standar 1.00
Tabung sampler tanpa
liner 1.2
(tidak di rekomendasikan)
1
N 60= ×0,45 ×1 ×1 ×0,75
0,6
N 60=0,56 N
Koreksi N60’ akibat Tekanan Overburden (Liao & Whitman Method)
' ' ' ' 2
Po 1 =γ 1× Z 1Po 1 =13× 3Po 1 =39 kN /m
Po 2 =( γ 1 × Z 1 ) + ( γ 2× Z 2 ) Po 1 =( 13× 3 ) + ( 14 ×1 ) Po 1 =53 kN /m
' ' ' ' ' 2
Po 4 =( γ 1 × Z 1 ) + ( γ 2× Z 2 ) + ( γ 3 × Z 3 ) + ( γ 4 × Z 4 )
' ' ' ' '
N60 N60
Kedalama = =
N po' Cn N60' N60'
n (m) 0.56 0.56
N N
0 1 0,56 0 39 3,26 0,00 0
33
3 1 0,56 0 39 3,26 0,00 0
4 3 1,69 1 53,00 2,71 1.34 1.00
6 5 2,81 2 85,00 1,96 2.12 2
8 50 28,13 28 119,00 1,57 25.12 25
d = 0,15 m
(6 - 1,2) = 4,8 8d = 8 x 0,15 m = 1,2 m
4d = 4 x 0,15 m = 0,6 m
6
(6 + 0,6) = 6,6
Menghitung Nilai fb
34
6
f b=0,4 × 4,1 × × 100≤ 3 × 4,1× 100
0,15
f b=6560 kN /m2 ≥ 1230 kN /m2
Nilai fb yang diambil adalah 1230 kN/m2
Menghitung Nilai Ab
1
Ab= × π ×d 2
4
1 22 2
Ab= × × 0,15
4 7
2
Ab=0,02 m
Menghitung Nilai Qb
Qb=fb× Ab
2 2
Ab=1230 kN /m ×0,02 m
Ab=21,74 kN
Menghitung Nilai fs
Nilai N60 yang dipakai pada rumus ini adalah nilai rata-rata dari N60 =
0,56N pada kedalaman 4m – 8m
1,4+ 2+ 8,9
N 60= =4,1 ≈ 4
3
35
Menghitung Nilai As
As=π ×diameter ×depth pile
Ab=3,14 × 0,15 m×6 m
Ab=2,83 m2
Menghitung Nilai Qs
Qs=fs × As
Ab=8,2 k N /m2 × 2,83 m2
Ab=23,18 kN
Menghitung Nilai Wp
℘=depth pile ×berat tiang pancang
Ab=6 m ×0,071 kN
Ab=0,42 kN
Menghitung Nilai Qu
Menghitung Nilai Qa
Qultimit
Qa=
SF
44,50 kN
Qa=
1,3
Qa=34,23 kN
36
2. Luciano de Court Method
Menghitung Nilai Nb
Kedalaman Pile = 6m
Diameter pile x 4 = 0,15 x 4 = 0,6
37
Menentukan Nilai K
Tabel 2 nilai K (koefisien karakteristik tanah)
Nilai K
Jenis Tanah
t/m² kPa
Lempung 12 117.7
Lanau
20 196
Berlempung
Lanau Berpasir 25 245
Pasir 40 392
Menghitung Ab
1 2
Ab= × π ×d
4
1 22 2
Ab= × × 0,15
4 7
2
Ab=0,02 m
Menghitung Nilai Qb
Qb=Nb × K × Ab
2 2
Ab=9,30 ×12 t /m ×0,02 m
Ab=1,97 ton
Ab=19,72 kN
Menghitung Nilai Ns
Kedalama
N
n (m)
0 1
3 1
4 3
6 5
8 50
Nilai Ns diambil dari nilai rata-rata N pada kedalaman 3m – 6m
1+3+5
Ns= =3
3
Menghitung Nilai As
As=π ×diameter ×depth pile
Ab=3,14 × 0,15 m×6 m
2
Ab=2,83 m
38
Menghitung Nilai Qs
Qs=
Ns
3(( ) )
+ 1 × As
Menghitung Nilai Wp
Menghitung Nilai Qu
Qultimit =( 19,72+ 56,55 )−0.04
Ab=76,23 kN
Menghitung Nilai Qa
Qb Qs
Qa= + −℘
4 1,3
1,97 5,65
Ab= + −0,04
4 1,3
Ab=4,80ton
Ab=48,01kN
39
4.2 Piled Embankment with Geosynthetics Reinforcement
Menghitung nilai
40
2
2 82,8 kN /m 3
γe=18 kN /m + γe=41,657 kN /m
3,5 m
S (jarak as to as) =
√ 34,23
(41,657 × 3,5)
= 0,48 diambil jaraknya 0,40
Soil Arching
koefisien lengkung dan bergantung pada tinggi timbunan, lebar tiang,
dan kekakuan tiang ; nilainya, ditentukan sebagai berikut :
a c =1,7 × ( 0,15
3,5
)−0,12
a c =39,55
41
= 40000 kN/m2
Io = 0,051 (Faktor Penurunan Io (Poulos dan Davis,
1980))
Rk = 1,25 (Koreksi kompresi,Rk (Poulos dan Davis,
1980))
Rb = 0,84 (Koreksi kedalaman,Rb (Poulos dan Davis,
1980))
Rµ = 0,95 (K. Angka Poisson,Rµ (Poulos dan Davis,
1980))
I = Io x Rk x Rb x Rµ
= 0,051 x 1,25 x 0,84 x 0,95
= 0,051
Q×I
S=
Es × d
22856× 0,051
¿
4000× 0,15
= 0,0246 m 24,57 mm
Control :
24,6 mm < 90 mm …… (OK)
Untuk penurunan tiang masih memenuhi syarat dari “allowable long tern
settment” yang dimana maksimum penurunannya adalah 90 mm.
Menghitung rasio tegangan vertikal pada tiang terhadap tegangan efektif
vertikal pada timbunan
42
'
pc = ( 29,63 ×0,2 2
3,5 )
×145,8
'
p c =417,969
Maka, rasio tegangan vertikal pada tiang terhadap tegangan efektif vertikal
pada timbunan adalah :
417,969
Stress ratio= =2,866
145,8
w t=
0,40 × 41,657 ×3,5
2
0,35 −0,15
2 [
× 0,402 −0,152
418,82
145,8 ]
w t=40,45
3. Persamaan yang mengatur beban tarik dan perpanjangan pada segmen geosintetik
yang tidak ditumpu ketika dikenai beban vertikal terdistribusi ditentukan sebagai
berikut:
Dimana : Prp = beban tarik yang dikembangkan dalam geosintetik per satuan lebar
ᵟ = defleksi maksimum tulangan geosintetik,
Ꜫ = perpanjang awal maksimum pada tulangan geosintetik
√
6 % × ( 3×( 0,40−0,15)2 )
δ=
8
δ=3,75 %
Persamaan rumus diatas dapat disederhanakan menjadi satu persamaan yang
menghubungkan gaya tarik Prp dengan ekstensi e :
√
2
56,62 × ( 0,40−0,15 ) ( 0,40−0,15 )
prp= × 1+ ¿
2 ×0,15 16 ׿ ¿
43
Persamaan diatas adalah tak tentu karena tidak diketahuinya Prp dan e. Untuk
menyelesaikan persamaan tersebut, harus dikombinasikan dengan hubungan yang
menggambarkan sifat perpanjangan beban dari tulangan geosintetik
65,52 kN /m
E=
6%
E=1091,94 kN/m
( (
Ka= tan 2
3,14 35
4
−
2 ))
Ka=0,27
TEST
PROPERTIES UNIT
METHOD PGU-120 PGU-160
PHYSICAL
Polymer - - High Density Polyethylene (HDPE)
Minimum Carbon ASTM D
%
Black Content 4218
5. Persyaratan Tarik Keseluruhan untuk Tanggul Tiang
MECHANICAL
ASTM D
kN/m 120 160
6637
Tensile Strength
ASTM D
% 10
6637
Tensile Strength ASTM D
kN/m 35 47
at 2% Elongation 6637
44
Tensile Strength ASTM D
kN/m 65 85
at 5% Elongation 6637
Creep Limit ASTM D
kN/m 46 60
Strength 6637
Geosintetik yang digunakan adalah Geogrid Uniaxial HDPEjenis/item PGU -
160, dengan kekuatan tarik CD (anyaman melintang mesin) 160 dan MD (anyaman
sarah mesin) 160
Geosintetik harus mentransfer tegangan vertikal timbunan ke tiang serta untuk
memberikan ketahanan terhadap gaya dorong horizontal ke luar timbunan. Dengan
demikian, persyaratan kekuatan Tarik keseluruhan dapat diringkas sebagai berikut :
MD prp
160 ˃ 65,52
OK
prp +
CD
prl
160 ˃ 134,66
OK
45
Analisa stabilitas lereng menggunakan bantuan aplikasi Geo5. Analisa dilakukan dengan cara
sebagai berikut
1. Menginput parameter tanah dasar dari timbunan
46
Setelah di dapat hasil Safety factor maka digunakan metode Bishop dengan hasil,
SF = 1,3
Circle Center X = 9,9 m
Circle Center Y = 5,47 m
Radius = 7,11 m
Mreisting = 1692,77 kN/m
MD = 1716,28 kN/m
47
3. Analisa stabilitas lereng dengan menggunakan perkuatan micropile
menginput data micropile dalam alikasi Geo5 kemudian dianalisis dengan metode
Bioshop
Data Tiang :
Kapasitas Daya Dukung Tiang (Qa) = 34,23
Allowable Stress = 3 N/mm²
SF = 1,3
Diameter = 0,15 m
Kedalaman Tiang =6m
Berat Tiang Pancang = 7,07 kg/m
Jarak Tiang (s) = 0,40 m
Gradien (Ka) = 0,27
48
Dari analisa stabilitas lereng diperkuat dengan micropile didapat
SF = 1,3
Circle Center X = 10,52 m
Circle Center Y = 5,78 m
Radius = 6,54 m
Mreisting = 1332,55 KN/m
Md = 6966,72 KN/m
49
TEST
PROPERTIES UNIT
METHOD PGU-120 PGU-160
PHYSICAL
Polymer - - High Density Polyethylene (HDPE)
Minimum Carbon ASTM D
%
Black Content 4218
MECHANICAL
ASTM D
kN/m 120 160
6637
Tensile Strength
ASTM D
% 10
6637
Tensile Strength ASTM D
kN/m 35 47
at 2% Elongation 6637
Tensile Strength ASTM D
kN/m 65 85
at 5% Elongation 6637
Creep Limit ASTM D
kN/m 46 60
Strength 6637
50
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari parameter tanah dasar dan tanah timbunan yang ada, dengan beban
diatasnya sebesar 82,8 kN/m2, di analisis menggunakan aplikasi GEO5 dengan
Metode Bishop, didapat nilai SF sebesar 1,01 yang belum memenuhi syarat yaitu SF >
1,5, sehingga tanah timbunan tersebut memerlukan perkuatan micropile dengan
diameter 0,15m maka didapat nilai SF sebesar 5,23 artinya memenuhi syarat
kestabilan lereng yaitu SF > 1,5, kapasitas daya dukung tiang 34,23 kN (di gunakan
metode Meyerhoff), dan penurunan tiang sebesar 24,6 mm dan di perkuat dengan
geotekstil Geogrid Uniaxial HDPE jenis/item PGU - 160, sebanyak 2 lapisan dimana
disetiap lapis terdiri dari 1 lembar geotekstil sepanjang 4,0 m tiap lapisannya dilereng
sebelah kanan dan kiri, maka didapat nilai SF sebesar 6.03 dengan metode Bishop
yang artinya memenuhi syarat kestabilan lereng.
51