Jurna
JurnallT eore
tisdan
Teoretis d
an Terapan
Terapan Bidang
Bidang RekayasaS
Rekayasa ipil
Sipil
Abstrak
Artikel ini memaparkan kajian analisis-balik penurunan tanah pada pekerjaan reklamasi di Makassar
menggunakan program berbasis Metode Elemen Hingga (MEH). Perhitungan dilakukan dengan menggunakan
pendekatan dua dimensi (2D) dan jenis model regangan bidang. Adapun tahapan penimbunan disimulasikan sesuai
dengan tinggi dan waktu konstruksi di lapangan. Tujuan dari analisis-balik ini adalah untuk mendapatkan
parameter tanah aktual berupa modulus elastisitas, permeabilitas, dan kuat geser tanah dasar laut berupa tanah
lunak serta memprediksi penurunan final. Dengan menerapkan metode coba-coba pada input parameter, hasil
perhitungan telah menunjukkan kurva penurunan yang mirip dengan data terukur di lapangan. Selain itu, untuk
memprediksi penurunan akhir, dilakukan juga interpretasi hasil monitoring settlement menggunakan metode
Asaoka (1978) dan metode ekstrapolasi hiperbola. Interpretasi dengan metode Asaoka (1978) dilakukan dengan
beberapa interval waktu untuk memeriksa pengaruhnya terhadap prediksi nilai penurunan final. Adapun metode
ekstrapolasi hiperbola dilakukan dengan menggunakan data penurunan saat tinggi timbunan mencapai elevasi
final. Derajat konsolidasi pun dihitung setelah penurunan final diperolej. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
ketiga metode tersebut, maka diperoleh derajat konsolidasi pada area studi adalah berkisar 94.7-97.5%.
Kata-kata Kunci: Analisis-balik, derajat konsolidasi, metode elemen hingga, reklamasi, tanah lunak
Abstract
This paper presents a back-analysis of the time-settlement curve from reclamation at Makassar using a finite
element method (FEM) program. The calculation was performed using a 2D plane strain model. Moreover, the
backfill sequence was also simulated as the same as the sequence in the field. Back-analysis aims to obtain actual
soil parameters, namely modulus of elasticity, permeability, and undrained shear strength of soft soil seabed, and to
predict final settlement. After trial and error of input parameters, the result shows that the obtained settlement
curve was close to the measured settlement data. Additionally, interpretation of monitoring data using the Asaoka
(1978) method and hyperbolic extrapolation method was also carried out to predict the final settlement. Predictions
with Asaoka's method were performed using several time intervals to investigate its effect on the anticipated final
settlement value. As for the hyperbolic extrapolation method, only settlement data after the backfill reached the
final elevation were used for interpretation. Then, final settlement values can be predicted, and the degree of
consolidation can be calculated. It was obtained by the three methods that the degree of consolidation in the study
area was about 94.7- 97.5%.
Keywords: Back-analysis, degree of consolidation, finite element method, reclamation, soft soil
* Penulis Korespondensi
sangat menantang, sehingga memerlukan atensi khususnya tahapan penimbunan, disimulasikan sesuai
khusus baik dalam perencanaan maupun dengan waktu pekerjaan di lapangan. Selain itu, efek
pelaksanaannya. gaya apung (buoyancy) pada material reklamasi akibat
kompresi tanah lunak juga dipertimbangkan dalam
Salah satu tantangan tersulit yang kerap dihadapi oleh perhitungan. Dengan pengaturan yang sedekat
para praktisi geoteknik dalam perencanaan reklamasi mungkin dengan kondisi lapangan tersebut, back-
adalah mengestimasi besarnya penurunan final dan analysis kemudian dilakukan dengan cara mengiterasi
derajat konsolidasi. Pada tahap perencanaan, data hasil parameter tanah lunak hingga menghasilkan kurva
uji laboratorium untuk menentukan parameter desain penurunan yang mendekati data terukur.
seringkali menunjukkan rentang nilai yang lebar
maupun anomali. Hal ini tidak terlepas karena sulitnya Adapun metode observasi untuk mengestimasi
memperoleh sampel tanah lunak yang berkualitas penurunan final berdasarkan data terukur dilakukan
tinggi atau memiliki tingkat ketergangguan menggunakan metode Asaoka (1978) dan metode
(disturbance) yang rendah. Di sisi lain, korelasi ekstrapolasi hiperbola. Setelah penurunan final
empiris untuk menentukan parameter tanah lunak juga diperoleh, derajat konsolidasi kemudian dihitung.
sangat banyak dan sering kali unik untuk tanah Akhirnya, hasil penurunan final serta nilai derajat
tertentu (contoh: Bangkok clay, Boston blue clay, konsolidasi dari ketiga metode tersebut dibandingkan
Bandung lacustrine clay). Dengan kondisi dan dibahas.
ketidakpastian tersebut, maka desain yang telah dibuat
wajib diverifikasi dengan data monitoring (umumnya Makalah ini secara khusus bermanfaat untuk
berupa pengukuran penurunan dan tekanan air pori) mendapatkan parameter geoteknik tanah lunak yang
pelaksanaan di lapangan. representatif di lapangan melalui proses back-analysis
menggunakan pemodelan elemen hingga. Pemodelan
Berbagai usaha dan metode untuk memprediksi numerik yang dilakukan juga sekaligus memberikan
settlement final telah diusulkan para praktisi pemahaman mengenai parameter yang paling signifikan
geoteknik, mulai dari metode observasi yang mempengaruhi bentuk kurva dan besar penurunan
sederhana (misal: Asaoka (1978)) hingga metode final. Selain itu, derajat konsolidasi dari pemodelan
numerik yang lebih kompleks (misal: Arulrajah dan numerik juga dapat dievaluasi dan dibandingkan
Bo (2010)). Kedua metode ini tidak saling dengan derajat konsolidasi dari metode observasi.
bertentangan, melainkan lebih bersifat saling
melengkapi satu sama lain. Makalah ini bertujuan 2. Kondisi Tanah dan Lokasi Monitoring
untuk mendemonstrasikan pemanfaataan kedua Settlement
metode tersebut, yaitu dengan melakukan pemodelan
elemen hingga untuk menganalisis balik (back- Lokasi studi berada di Kota Makassar, yaitu
analysis) parameter geoteknik berdasarkan data
penurunan terukur di lapangan. tepatnya di Pantai Losari di Provinsi Sulawesi
Selatan. Secara umum kondisi tanah dasar laut
Pada penelitian ini, pemodelan numerik menggunakan teridentifikasi sebagai tanah lempung lunak, dan di
metode elemen hingga dilakukan dengan pendekatan bawahnya merupakan lapisan keras berupa
model dua-dimensi (2D). Tahapan konstruksi, yaitu batulempung (claystone) yang bersifat kedap. Material
*Keterangan: Nomor pada core box menandakan kedalaman sampel (dalam meter)
Gambar 1. Tipikal kondisi pelapisan tanah berdasarkan hasil pengeboran di lokasi studi
Diterima 9 Agustus 2021, Direvisi 30 Juli 2022, Diterima untuk dipublikasikan 11 Agustus 2022
Copyright 2022 Diterbitkan oleh Jurnal Teknik Sipil ITB, ISSN 0853-2982, DOI: 10.5614/jts.2022.29.2.6
Arafianto, dkk.
Tabel 1. Parameter tanah yang diperoleh dari hasil back jaring-jaring elemen (mesh) yang berbentuk segitiga
analysis (dengan 15 nodes) dan lokasi settlement beacon
No Tahapan konstruksi
Waktu Waktu kumulatif ditunjukkan pada Gambar 5.
[hari] [hari]
1 Fill 1,6 m 7 7 Analisis penurunan tanah di dasar laut akibat reklamasi
2 Fill 3 m 7 14 perlu memperhitungkan efek buoyancy / gaya apung.
3 Fill 5 m 47 61 Pada saat timbunan sudah mencapai elevasi final, tanah
4 Fill 6,6 m 28 89 dasar laut akan terkompresi sehingga material
5 Fill 7,7 m 33 122 timbunan yang semula berada di atas elevasi muka air
6 Fill 9,9 m 20 142 laut akan berada di bawah muka air laut. Dengan
7 Fill 10,5 m 186 328
kondisi tersebut, berat efektif tanah akan berubah dan
8 Fill 11 m 464 792
menyebabkan reduksi pada tegangan vertikal efektif
9 Minimum pore pressure 82,4* 874,4
tanah (overburden) akibat adanya efek buoyancy. Efek
ini kemudian disimulasikan pada program PLAXIS
2D, yaitu dengan mengaktifkan opsi Updated mesh dan
Updated water pressures.
Diterima 9 Agustus 2021, Direvisi 30 Juli 2022, Diterima untuk dipublikasikan 11 Agustus 2022
Copyright 2022 Diterbitkan oleh Jurnal Teknik Sipil ITB, ISSN 0853-2982, DOI: 10.5614/jts.2022.29.2.6
Arafianto, dkk.
4. Hasil Analisis
4.1 Analisis-balik kurva penurunan dengan metode
elemen hingga
rendah prediksi nilai penurunan akhirnya. Temuan menunjukkan prediksi settlement akhir dengan metode
yang serupa juga telah disampaikan oleh Bo dkk. ekstrapolasi hiperbola. Grafik sebelah kiri merupakan
(1999). Konsekuensinya, maka derajat konsolidasi pun kurva transformasi untuk memperoleh konstanta fungsi
akan semakin tinggi, sebagaimana ditunjukkan pada hiperbola, sedangkan kurva sebelah kanan merupakan
Tabel 3. perbandingan persamaan hiperbola dengan data
terukur.
4.3 Prediksi settlement akhir dengan metode
ekstrapolasi hiperbola Dari kurva transformasi hiperbola (t/S versus t) di atas,
diperoleh nilai β dan α berturut-turut sebesar 0,034 dan
Pada penelitian ini, pembentukkan kurva hiperbola 7. Dengan demikian, memanfaatkan Persamaan (4),
dilakukan hanya berdasarkan data penurunan setelah maka diperoleh asimtot sebesar 29,4 cm. Nilai
hari ke-384. Hal yang mendasari ini adalah karena settlement final kemudian diperoleh dengan
pada hari ke-384 tersebut merupakan lokasi menjumlahkan nilai asimtot tersebut dengan nilai
perpotongan antara dua lengkung. Gambar 10 settlement pada hari ke-384 sebesar 157 cm, sehingga
diperoleh settlement akhir (Sf) sebesar 186,4 cm.
Gambar 8. Perbandingan kurva settlement aktual dengan Gambar 9. Prediksi penurunan akhir metode Asaoka
prediksi menggunakan model elemen hingga dengan interval waktu 14, 40, 50, dan 60 hari
Tabel 3. Prediksi settlement akhir dan derajat konsolidasi dengan metode Asaoka (1978) menggunakan beberapa interval waktu
Interval Waktu [hari] Settlement terukur, St [cm] Settlement akhir, Sf [cm] Derajat konsolidasi, U [%]
14 182.51 96.76
40 181.84 97.12
176.6
50 181.46 97.32
60 181.44 97.33
Diterima 9 Agustus 2021, Direvisi 30 Juli 2022, Diterima untuk dipublikasikan 11 Agustus 2022
Copyright 2022 Diterbitkan oleh Jurnal Teknik Sipil ITB, ISSN 0853-2982, DOI: 10.5614/jts.2022.29.2.6
Arafianto, dkk.
Hingga (MEH), hasil monitoring settlement beacon yaitu modulus elastisitas (E’) = 780 kN/m2, kuat
dengan metode Asaoka (1978) serta metode ekstrapolasi geser tak teralir (cu) = 12,5 kN/m2, dan permeabilitas
hiperbola disajikan pada Tabel 4. Sebagaimana nilai (k) = 0,0095 m/hari. Nilai parameter tersebut berada
yang tertulis pada tabel tersebut, settlement akhir yang pada rentang nilai untuk tanah lunak (marine clay).
diperoleh dari MEH bernilai lebih rendah dari prediksi
2. Interpretasi data monitoring penurunan
penurunan berdasarkan metode Asaoka dan ekstrapolasi
menggunakan metode Asaoka (1978) dengan
hiperbola. Dampaknya, derajat konsolidasi berdasarkan
beberapa interval waktu memberikan prediksi nilai
pemodelan elemen hingga lebih tinggi dibandingkan
penurunan final yang berbeda. Semakin besar
dengan kedua metode observasi.
interval waktu yang digunakan, maka semakin
rendah prediksi penurunan finalnya. Adapun dari
5. Diskusi hasil penelitian ini juga diperoleh interval waktu cut-
off; interval waktu dimana nilai penurunan final
Perbandingan kurva penurunan dari pemodelan elemen tidak lagi berubah, yaitu interval waktu 50 hari.
hingga dan data terukur pada Gambar 8 menunjukkan
sedikit deviasi, tepatnya pada rentang hari ke-200 hingga 3. Estimasi penurunan final dengan metode
ke-600. Secara lebih spesifik, dapat dilihat bahwa kurva ekstrapolasi hiperbola memberikan prediksi
penurunan dari simulasi model elemen hingga penurunan final yang terbesar dari ketiga metode.
menghasilkan penurunan yang lebih besar. Hal ini Hal ini dikarenakan nilai asimtot fungsi hiperbola
mungkin disebabkan reduksi permeabilitas tanah lunak diasumsikan sebagai penurunan final. Dengan
akibat perubahan angka pori, mengingat kompresi yang demikian, derajat konsolidasi yang dihasilkan
terjadi cukup besar hampir mencapai 1.9 m. Selain itu, memberikan nilai terkecil.
pelandaian kurva penurunan juga mungkin diakibatkan 4. Penurunan final dan derajat konsolidasi yang
kompresi sekunder di lapangan, dimana hal ini tidak ditentukan dari pemodelan elemen hingga, metode
dimodelkan dalam analisis elemen hingga. Asaoka, dan metode ekstrapolasi hiperbola telah
dibandingkan. Hasil perbandingan menunjukkan
Berkenaan dengan estimasi penurunan final dengan bahwa penurunan final dari simulasi model elemen
metode Asaoka, hasil penelitian ini menunjukkan dengan hingga memberikan nilai yang terrendah dari ketiga
jelas bahwa terdapat interval waktu (Δt) cut-off yaitu 50 metode. Konsekuensinya, derajat konsolidasi dari
hari. Pada Δt = 50 hari dan Δt = 60 hari, dapat dilihat analisis elemen hingga memberikan derajat
bahwa settlement final hampir tidak berubah yaitu konsolidasi terbesar.
berkisar 181.4 cm. Interval cut-off ini tentu nilainya bisa
berbeda bergantung dari bentuk kurva penurunan serta 5. Derajat konsolidasi pada area studi adalah berkisar
banyaknya data pengukuran. 94,7% hingga 97,5%, yaitu bergantung pada metode
analisis yang digunakan. Namun demikian dalam
Perkiraan penurunan final menggunakan metode praktek di Indonesia, apabila derajat konsolidasi
ekstrapolasi hiperbola, sebagaimana dituliskan pada bab telah mencapai lebih dari 90%, maka penurunan
sebelumnya, menunjukkan penurunan final tertinggi. Hal telah memenuhi kriteria perancangan pada SNI
ini dikarenakan penurunan final diasumsikan sebagai 8460:2017.
asimtot dari fungsi hiperbola. Asimtot ini amat
dipengaruhi oleh koefisien determinasi (R2) pada kurva Daftar Pustaka
transformasi (t/S versus t). Selain itu, faktanya, kurva
penurunan tidak selalu atau murni mengikuti persamaan Ameratunga, J., Sivakugan, N., Das, B. M. (2016).
hiperbola. Namun demikian, metode ini masih populer Correlations of Soil and Rock Properties in
digunakan karena aspek konservatifnya. Geotechnical Engineering. New Delhi: Springer.
drains. Geotextiles and Geomembranes 22(5): Tamsir, P. C., Arafianto, A., & Rahardjo, P. P. (2020).
415–437. Study on the performance of coastal
reclamation and qc/N correlation of calcareous
Asaoka, A. (1978). Observational procedure of sands in Makassar. Geotechnics for Sustainable
settlement prediction, Soil and Foundations, Infrastructure Development.
Journal of the Japanese Society of Soil
Mechanics and Foundation Engineering, Vol. Tan, S. B. (1971). Empirical method for estimating
18, No. 4, pp. 87-101. secondary and total settlement. In Proceedings
of 4th Asian Regional Conference on Soil
ASTM. (2020). Standard test method for electronic Mechanics and Foundation Engineering, (2):
friction cone and piezocone penetration testing 147-151. Bangkok.
of soils. ASTM D5778-20. West Conshohocken,
PA: ASTM. U.S. Army. (1994). Settlement analysis, Technical
Engineering and Design Guides, ASCE.
Bo, M.W., Chu, J., & Choa, V. (1999). Factors
affecting the assessment of degree of
consolidation. Proceedings of the Field
Measurements in Geomechanics. Rotterdam:
Balkema.
Diterima 9 Agustus 2021, Direvisi 30 Juli 2022, Diterima untuk dipublikasikan 11 Agustus 2022
Copyright 2022 Diterbitkan oleh Jurnal Teknik Sipil ITB, ISSN 0853-2982, DOI: 10.5614/jts.2022.29.2.6