Anda di halaman 1dari 34

MODUL

GEOSTRUKTUR UNTUK GEOTEKNIK


(Edisi 2)

PRAKTEK LAPANGAN

Disusun Oleh:
Dr. Ir. Masagus Ahmad Azizi, MT. (NIK. 2507/USAKTI)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN & ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
DESEMBER 2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas selesainya revisi penyusunan
modul “Geostruktur Untuk Geoteknik” Edisi ke 2, yang akan digunakan sebagai pedoman
bagi mahasiswa Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi,
Universitas Trisakti dalam melaksanakan Praktek Lapangan di Karasambung.

Latar belakang diusulkannya materi Geostruktur Untuk Geoteknik (GUG) dalam kuliah
praktek lapangan adalah bahwa dalam bidang geoteknik, karakteristik massa batuan
memegang peranan penting dalam memastikan kestabilan lereng penambangan dan/atau
lubang bukaan bawah tanah, sehingga mahasiwa perlu diberikan suatu bekal yang
mencukupi dalam pengambilan data lapangan untuk kebutuhan aplikasi geoteknik
tersebut.

Modul ini berisikan materi umum mengenai deskripsi bidang diskontinyu pada massa
batuan secara kuantitatif. Materi diambil dari beberapa buku geoteknik dan metode yang
disarankan (suggested method) oleh International Society for Rock Mechanics (ISRM).
Untuk materi bagian 4 sebagian besar diperoleh dari kontribusi materi dan diskusi dengan
Bapak Dr.Ir. Bani Nugroho, MT.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih tak berhingga kepada Prodi
Teknik Pertambangan, Koordinator Praktek Lapangan, rekan-rekan sejawat yang telah
memfasilitasi dan membantu dalam penyelesaian modul ini.

Akhir kata semoga modul ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Prodi Teknik
Pertambangan FTKE USAKTI.

Jakarta, 05 Desember 2018

Penulis

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 ii


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN MUKA i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB 1. PENDAHULUAN 1

2. PRAKTEK PENGUKURAN BIDANG DISKONTINUITAS 3

3. PENGGUNAAN DATA PENGUKURAN 13

4. PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANGAN & PENILAIAN 25

PUSTAKA 31

LAMPIRAN

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Praktek Lapangan merupakan suatu kegiatan akademik yang diperuntukkan bagi


mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Kebumian &
Energi (FTKE), Universitas Trisakti (USAKTI) berupa praktek langsung ke lapangan
(Karang Sambung) mengenai geologi, eksplorasi, geostruktur (untuk geoteknik), survey
(pemetaan), pengetahuan tambang, serta ekskursi (analisa mineral).

Praktek Lapangan Geostruktur untuk Geoteknik (GUG) ditujukan untuk bekal


mahasiswa Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI dalam memahami dan melakukan
proses deskripsi bidang diskontinyu pada massa batuan di lapangan secara kuantitatif,
yang nantinya dapat menggunakan hasil pengukuran tersebut untuk diterapkan untuk
mengidentifikasi potensi longsoran suatu lereng massa batuan dan menilai bobot dari
suatu massa batuan.

Sebelum melakukan praktek lapangan mahasiswa dibekali dengan teori mengenai


pengukuran bidang diskontinuitas massa batuan.

1.2. TUJUAN KEGIATAN

Kegiatan Praktek Lapangan Geostruktur untuk Geoteknik mempunyai tujuan


untuk:

❑ Mahasiswa mengetahui prinsip-prinsip pengukuran bidang diskontinuitas


massa batuan.
❑ Mahasiwa mampu melakukan pengukuran bidang diskontinuitas berkaitan
dengan penggunaannya.
❑ Mahasiswa mampu memberikan hipotesis untuk jenis longsoran lereng
pengukuran.

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 1


1.3. MANFAAT KEGIATAN

Praktek Lapangan Geostruktur untuk Geoteknik diharapkan dapat memberikan


manfaat, yakni:

❑ Mahasiswa memiliki bekal untuk pengukuran struktur massa batuan untuk


dapat digunakan pada bidang geoteknik.

1.4. METODA PELAKSANAAN

Secara garis besar, metode yang digunakan dalam Praktek Lapangan Geostruktur
untuk Geoteknik meliputi :

❑ Pembekalan materi di kampus


Penyampaian materi teori pengukuran bidang diskontinuitas di lapangan baik
untuk asisten dan mahasiswa.

❑ Praktek Lapangan
Mahasiswa melakukan Praktek pengukuran struktur massa batuan di
lapangan (Karang Sambung), dibantu oleh asisten dan dosen pembimbing.

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 2


BAB II
PRAKTEK PENGUKURAN BIDANG DISKONTINUITAS

2.1 PERALATAN PENGUKURAN

Beberapa peralatan (Gambar 2.1) utama yang dibutuhkan untuk pengukuran


bidang diskontinuitas terkait aplikasi bidang geoteknik sebagai berikut:

❑ Kompas
❑ Palu geologi
❑ Pita ukur (5 dan 5 meter)
❑ Clipboard
❑ Formulir Pengisian data pengukuran
❑ Pena/Pinsil
❑ Schmidt hammer (opsi bila ada)

Gambar 2.1. Peralatan untuk pengukuran orientasi kekar di massa batuan

Sedangkan peralatan pendukung lainnya sebagai berikut:

❑ Pisau Lipat
❑ Kamera
❑ Standar kekasaran permukaan batuan (ISRM)

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 3


2.2 PENGUKURAN BIDANG DISKONTINUITAS

2.2.1 Pengamatan Area Pengukuran

Sebelum melakukan pemetaan bidang diskontinuitas atau kekar secara detil


dilakukan terlebih dahulu pengamatan massa batuan yang hendak dipetakan dari jarak
dekat dan jauh beberapa kali sehingga diperoleh gambaran untuk menentukan cakupan
daerah pemetaan dan pengukuran secara detil. Selain itu, cara ini ditujukan juga untuk
memastikan pada area pengukuran tidak ada batu yang menggantung yang dapat
membahayakan mahasiswa peserta.

2.2.2 Pengukuran Orientasi dan Keluarga Kekar

Pemetaan orientasi bidang kekar dilakukan pada suatu singkapan massa batuan
dengan cara mengukur orientasi dalam bentuk kemiringan (dip) dan arah kemiringan (dip
direction) sepanjang suatu garis bentangan tertentu atau scanline (Gambar 2.2).

Prosedur pengukuran arah kemiringan bidang kekar diukur dalam derajat yang
dihitung dari arah utara searah jarum jam, dan dituliskan sebagai angka tiga desimal,
contoh 0100 atau 1050 (0000 – 3600), sedangkan prosedur pengukuran kemiringan bidang
kekar diukur dengan iklinometer yang merupakan bagian kompas, yang dituliskan sebagai
angka dua desimal, contoh 050 atau 550 (000 - 900).

Gambar 2.2. Pengukuran orientasi bidang kekar

Data hasil pengukuran orientasi kekar digunakan untuk menggambar proyeksi


stereografis (stereonet), yang dapat digunakan untuk memperoleh gambaran potensi
keruntuhan akibat kehadiran bidang diskontinuitas.

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 4


2.2.3 Pengukuran Spasi Kekar

Spasi kekar (J) adalah jarak tegak lurus antara 2 kekar yang berurutan (antar satu
keluarga kekar) sepanjang suatu garis bentangan tertentu. Pengukuran spasi harus
dilakukan di sepanjang garis bentangan (scanline) pada singkapan massa batuan.

Panjang garis bentangan minimum untuk pengukuran jarak kekar sekitar 50 kali
jarak rata-rata kekar yang hendak diukur. Menurut ISRM (1981), panjang ini sekitar 10 kali
tergantung pada tujuan pengukuran.

Sebelum dilakukan pengukuran spasi kekar, perlu diidentifikasi terlebih dahulu


jumlah kelompok (keluarga) kekar sehingga pengukuran spasi kekar dilakukan pada
kelompok yang sama. Gambar 2.3 menunjukkan contoh permukaan lereng batuan yang
memiliki 3 kekar utama, yakni J1, J2, dan J3.

Gambar 2.3. Penentuan Spasi Kekar (ISRM, 1981)

Pengukuran jarak kekar dimulai dengan membentangkan tali sepanjang


permukaan bidang massa batuan yang akan diukur dengan arah kemiringan atau dip
direction (s) dan kemiringan (s) tertentu. Selanjutnya dengan pita ukur ditentukan posisi
kekar-kekar yang berpotongan dengan garis bentangan tanpa memperhatikan orientasi
setiap kekar. Jarak yang diukur ini disebut jarak semu kekar (J), yang menjadi jarak duga
atau sebenarnya (d) bila semua kekar yang ditemukan berpotongan dengan garis
bentangan secara tegak lurus. Untuk menentukan jarak sebenarnya (d) dapat
menggunakan formulasi berikut:

di = Ji sin α

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 5


Bila menggunakan klasifikasi Rock Mass Rating (RMR) dari Bieniawski (1989),
maka pembobotan terhadap spasi kekar dapat ditentukan menggunakan Gambar 2.4.
Sebagai contoh bila hasil pengukuran lapangan terhadap spasi kekar sebesar 1600 mm,
maka bobot yang diperoleh sebesar 18.

20
18
16
14
Pembobotan

12
10
8
6
4
2
0
0 400 800 1200 1600 2000
Spasi Kekar (mm)

Gambar 2.4. Pembobotan Spasi Kekar (Bieniawski, 1989)

Berikut adalah prosedur untuk mempermudah pengukuran dan menghitung spasi


bidang kekar:

❑ Pastikan wilayah atau daerah singkapan, jenjang atau lereng yang akan
diobservasi aman dari peluang jatuhan batuan atau longsor atau kegiatan
operasional penambangan.
❑ Membuat garis bentangan (scanline),
✓ Garis mempunyai kemiringan (dip)
✓ Garis bentangan mempunyai ketinggian setinggi mata peneliti
✓ Panjang minimum adalah 10 kali jarak rata-rata kekar
❑ Mengukur variasi orientasi keluarga kekar
✓ Mempunyai kerataan permukaan singkapan massa batuan
✓ Ketersediaan muka singkapan massa batuan yang saling tegak lurus
✓ Pengukuran dilakukan minimum dua kali, maju dan mundur
❑ Mengetahui variasi jenis batuan.

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 6


2.2.4 Kondisi Bidang Diskontinuitas

Kondisi bidang diskontinuitas yang digunakan dalam sistem RMR mencakup


persistensi (kemenerusan), pemisahan bukaan (aperture), kekasaran permukaan, isian
(filling), dan pelapukan (weathering).

2.2.4.1. Kondisi Persistensi (Kemenerusan Kekar)


Persistensi merupakan sifat kemenerusan dari bidang-bidang kekar atau panjang
dari bidang diskontinuitas pada suatu massa batuan, yang ditentukan dengan mengamati
dan mengukur panjang bidang kekar pada suatu massa batuan. Makin besar persistensi
suatu massa batuan, maka nilai bobot massa batuan tersebut semakin kecil; dan
begitupun sebaliknya (Tabel 2.1). Sebagai contoh hasil pengukuran panjang kekar di
lapangan memberikan nilai 5 meter, maka tingkat persistensi dan bobot massa batuan
berdasarkan klasifikasi RMR adalah masing-masing menengah dan 2.

Tabel 2.1. Pembobotan Persistensi (Bieniawski, 1989)

Panjang Kekar
No Tingkat Persistensi Bobot
(m)
1 Sangat rendah <1 6
2 Rendah 1-3 4
3 Menengah 3-10 2
4 Tinggi 10-20 1
5 Sangat Tinggi >20 0

2.2.4.2. Kondisi Bukaan Kekar (Aperture)


Kondisi bukaan (aperture) merupakan besarnya bukaan dari suatu bidang
diskontinuitas yang bervariasi dari bukaan sangat rapat hingga sangat lebar.
Menurut Barton & Choubey (1977), kondisi bukaan kekar dapat dikelompokkan
menjadi 3 kondisi (Tabel 2.2), yakni: rekahan tertutup (<0,1mm hingga 0,5mm), rekahan
celah (0,5mm-10mm), dan rekahan terbuka (>10mm).
Berdasarkan klasifikasi RMR, kondisi bukaan kekar dan bobotnya terdiri atas:
❑ Tidak ada bukaan memiliki bobot 6
❑ Rekahan terkunci sangat rapat (<0,1 mm) memiliki bobot 5
❑ Rekahan terkunci rapat (0,1-1 mm) memiliki bobot 4
❑ Rekahan terbuka (1-5 mm) memiliki bobot 1
❑ Rekahan terbuka lebar (>5 mm) memiliki bobot 0

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 7


Tabel 2.2. Klasifikasi Deskripsi Kondisi Bukaan Kekar (Barton & Choubey, 1977)

Bukaan
Deskripsi
(mm)
<0,1 Terkunci sangat rapat
0,1 – 0,25 Terkunci rapat Rekahan Tertutup
0,25 – 0,50 Sebagian terbuka
0,50 – 2,50 Terbuka
Rekahan Celah
2,50 – 10 Terbuka Lebar
10-100 Sangat Lebar sekali
100 – 1000 Sangat Lebar sekali Rekahan Terbuka
> 1000 Celah Besar

2.2.4.3. Kondisi Kekasaran Kekar (Joint Roughness)


Kekasaran dinding bidang kekar merupakan parameter penting dari kekuatan
geser, khususnya dalam kasus kekar yang tidak terisi. Ada beberapa tujuan mengetahui
kekasaran kekar, yakni untuk memperkirakan atau menghitung kekuatan geser dan
dilatasi, serta melakukan pembobotan kualitas massa batuan. Penentuan kekasaran pada
penelitian ini menggunakan pembanding (komparator) antara profil kekasaran yang sudah
ada (Barton Roughness) dengan gambaran bentuk permukaan kekasaran kekar batuan.
Angka skala kekasaran Barton akan diterapkan untuk menilai kekasaran bidang kekar.

Gambar 2.5. Profil Kekasaran Muka Bidang Kekar (ISRM, 1981)


Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 8
Dalam melakukan pembobotan terhadap kondisi kekasaran permukaan kekar
menggunakan sistem RMR dapat merujuk pada profil standar kekasaran permukaan
kekar ISRM (Gambar 2.5) yang selanjutnya direduksi menjadi 5 kategori tingkat
kekasaran, yakni:
❑ Sangat kasar yang memiliki bobot 6
❑ Kasar yang memiliki bobot 5
❑ Agak kasar yang memiliki bobot 3
❑ Halus yang memiliki bobot 1
❑ Sangat halus memiliki bobot 0

2.2.4.4. Kondisi Isian Kekar


Material pengisi didefinisikan sebagai isian celah antar permukaan bidang kekar
yang umumnya terdiri dari pasir, kalsit, lempung, lanau, breksi, kuarsa dan pirit (Gambar
2.6).
Keberadaan material pengisi secara fisik akan berperan mempengaruhi kekuatan
jangka pendek dan jangka panjang massa batuan. Faktor-faktor yang berpengaruh
kekuatan material pengisi yaitu sifat material pengisi (mineralogi), ukuran partikel, kadar
air dan permeabilitas, kekasaran dinding, dan lebar antar dinding batuan.

Gambar 2.6 Material pengisi di celah bidang kekar

Dalam melakukan pembobotan terhadap kondisi isian kekar menggunakan sistem


RMR hanya perlu memperhatikan ketersediaan dan kekuatan material pengisi tersebut.
Bila di dalam kekar tersebut tidak tersedia material pengisi, maka bobotnya menjadi
paling tinggi, sebaliknya bila di dalam kekar terdapat material pengisi, maka perlu diuji
lebih lanjut kekuatan material pengisi tersebut.
Untuk menguji kekuatan material pengisi tersebut ada beberapa cara praktis dan
standar yang dapat digunakan, yakni menggunakan pisau lipat dan palu geologi (Tabel
2.3) dan metode yang disarankan ISRM (Tabel 2.4).

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 9


Tabel 2.3. Indeks Manual Untuk Menilai Kekuatan Batuan (ISRM, 1981)

UCS Identifikasi Lapangan


Deskripsi Batuan
(MPa) Pisau Lipat Palu Geologi
Hanya serpihan setelah
Sangat Kuat sekali 250 Tidak terkelupas
pukulan
Banyak pukulan untuk
Sangat kuat 100-250 Tidak terkelupas
memecah
Beberapa pukulan untuk
Kuat 50-100 Tidak Terkelupas
memecah
Sekali pukulan untuk
Agak Kuat 25-50 Tidak Terkelupas
memecah
Lemah 5-25 Sulit dikelupas Dapat ditusuk
Sangat Lemah 1-5 Mudah dikelupas Dapat pecah sendiri

Tabel 2.4. Indeks Manual Untuk Menilai Kekuatan Batuan (ISRM, 2007)
Perkiraan
Grade Deskripsi Identifikasi Lapangan UCS
(MPa)
Tanah Kohesif
Lempung sangat Dengan mudah dihancurkan dgn
S1 0,025
lunak genggaman tangan
Dengan mudah ditembus dengan
S2 Lempung Lunak 0,025-0,05
jempol
Dengan mudah ditembus dengan
S3 Firm clay 0,05-0,10
jempol dng sedikit tekanan
Dapat ditembus dengan jempol dgn
S4 Lempung kaku 0,10-0,25
tekanan yang besar
S5 Lempung sangat kaku Dapat dilekukkan dengan jempol 0,25-0,50
S6 Lempung Keras Sulit dilekukkan dengan jempol >0,50
Batuan
R0 Batuan Sangat Lemah Dapat dilekukkan dengan jempol 0,25-1,0
Hancur dengan pukulan ujung palu
R1 Batuan Lemah geologi, dapat dikikis dengan pisau 1,0-5,0
lipat
Dapat dikikis dengan pisau lipat
dengan kesulitan, Lekukkan dangkal
R2 Batuan Lemah 5,0-25
dapat dilakukan dengan ujung palu
geologi
Tidak dapat dikikis dengan pisau
lipat, spesimen dapat dihancurkan
R3 Batuan Kuat-Sedang 25-50
dengan satu kali pukulan palu
geologi
Spesimen membutuhkan lebih dari
R4 Batuan Kuat satu kali pukulan untuk 50-100
menghancurkannya
Spesimen membutuhkan banyak
R5 Batuan Sangat Kuat pukulan palu geologi untuk 10-250
menghancurkannya
Batuan Luar Biasa Spesimen hanya dapat dicuil dengan
R6 >250
Kuat palu geologi
Catatan:
Grade S1-S6 digunakan untuk tanah kohesif seperti lempung, lempung serpihan dan
kombinasi serpih dan lempung dengan pasir.

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 10


2.2.4.5. Kondisi Pelapukan/Kekuatan Dinding Bidang Diskontinuitas
Kondisi pelapukan dinding kekar dapat dilihat secara fisik dengan melakukan
observasi secara komprehensi terhadap dinding bidang diskontinuitas yang diukur.
Kondisi pelapukan dinding massa batuan terdiri atas beberapa kelas (Tabel 2.5),
yang selanjutnya dapat dikelompokkan atas 3 kategori utama, yakni kondisi segar,
terlapukkan, dan terubah.
Pembobotan terhadap kondisi pelapukan ini dapat disesuaikan dengan
pengamatan secara visual terhadap massa batuan yang diukur. Semakin segar massa
batuant tersebut, maka bobotnya semakin tinggi; serta sebaliknya.

Tabel 2.5. Klasifikasi Untuk Pelapukan Dinding (ISRM, 1981)


Batuan
Kelas Terminologi Terdekomposisi Deskripsi
(%)
Ia Segar - Tak tampak pelapukan
Terjadi sedikit perubahan warna
Ib Segar -
pada dinding
II Agak terlapukkan <10 Terjadi sedikit perubahan warna
Sebagian batu terdekomposisi.
III Terlapukkan sedang 10-50
Batuan segar tampak menerus
Dekomposisi umum batuan
IV Sangat terlapukkan 50-90 terjadi. Beberapa batuan segar
masih tampak
Semua batuan terdekomposisi .
V Terlapukkan sempurna >90
Struktur asli tertinggal
Semua batuan berubah menjadi
VI Tanah sisa 100
tanah. Struktur asli rusak

2.2.4.6. Kondisi Luahan Kekar


Kondisi luahan pada kekar adalah tingkat kelembaban dan/atau aliran air baik
pada suatu bidang diskontinuitas yang memiliki material pengisi maupun tanpa pengisi
(Gambar 2.6 dan Tabel 2,6). Tingkatan kondisi tersebut mencakup: kering, lembab,
basah, ada tetesan air, dan ada aliran air.

Gambar 2.6. Kondisi luahan air yang terdapat di bidang kekar massa batuan

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 11


Tabel 2.6. Kondisi Luahan Air (ISRM, 1981)

Diskontinuitas Tak Terisi Isian Diskontinuitas

Bobot Bobot
Deskripsi Deskripsi
Luahan Luahan
Material pengisi sangat terkonsolidasi &
Diskontinuitas sangat rapat &
I I kering, tampak aliran signifikan, tak seperti
kering, air tak mungkin mengalir
karena permeabilitas rendah
Diskontinuitas kering & tak Material pengisi lembab, tapi tak ada air
II II
tampak aliran air bebas
Diskontinuitas kering tapi tampak
Material pengisi basah, terkadang ada
III bukti aliran air, seperti karat, III
tetesan air
kekuning-kuningan
Material pengisi menunjukkan adanya
Diskontinuitas lembab tapi tak
IV IV outwash, aliran menerus & dapat
ada air bebas
menduga l/menit
Material pengisi tercuci habis di beberapa
Diskontinuitas menunjukkan
tempat, dianggap ada aliran air sepanjang
V luahan, terkadang ada tetesan V
celah yang tercuci, dapat diduga l/menit &
air, tapi aliran tak menerus
tekanan rendah, sedang & tinggi
Diskontinuitas menunjukkan Material pengisi tercuci habis, tekanan air
aliran air menerus, bisa diukur sangat tinggi pernah terjadi, khususnya
VI VI
l/menit dan tekanan; rendah, saat pertama dapat diduga l/menit &
sedang & tinggi tekanan

Menurut klasifikasi RMR, makin kering kondisi bidang diskontinuitas, maka semakin tinggi
bobot kualitas massa batuan tersebut.

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 12


BAB III
PENGGUNAAN DATA PENGUKURAN GEOSTRUKTUR
LAPANGAN

Data pengukuran geostruktur lapangan dapat digunakan untuk 2 hal, yakni


prediksi potensi jenis longsor (busur, bidang, baji, toppling) dengan menggunakan
proyeksi stereonet, dan klasifikasi massa batuan (dalam hal ini menggunakan klasifikasi
Rock Mass Rating–RMR dan/atau Geological Strength Index-GSI).

3.1.3. Analisis Potensi Kelongsoran Massa Batuan

Metode analisis dengan proyeksi stereografi (stereonet) merupakan salah satu


cara analisis kemantapan lereng batuan yang paling praktis dan sederhana. Cara ini
hanya dipakai untuk batuan yang mempunyai bidang lemah atau diskontinuitas seperti
perlapisan, sesar, kekar dan bidang lemah lainnya.

Jika dari hasil pengeplotan bidang-bidang diskontinuitas tidak menunjukkan


adanya konsentrasi kutub (Gambar 3.10a), maka dapat ditafsirkan bahwa massa batuan
tersebut sudah hancur atau sudah lapuk atau bahkan merupakan tanah, sehingga
kemungkinan longsoran yang terjadi adalah longsoran busur (circular).

Tetapi bila hasil pengeplotan menunjukkan adanya konsentrasi kutub yang


arahnya searah dengan kemiringan lereng (Gambar 3.10b), maka kemungkinan
longsoran yang terjadi adalah longsoran bidang (planar).

Bila hasil pengeplotan menunjukkan 2 konsentrasi kutubnya saling berpotongan


(Gambar 3.10c) dan arahnya searah dengan kemiringan lereng, maka jenis longsoran
yang mungkin terjadi adalah longsoran baji (wedge).

Bila terdapat konsentrasi kutub yang menunjukkan bahwa di tubuh batuan tersebut
terdapat bidang diskontinuitas tegak/hampir tegak (Gambar 3.10d) dan mempunyai arah
berlawanan dengan kemiringan lereng, maka kemungkinan longsoran yang terjadi adalah
robohan (toppling).

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 13


Gambar 3.10a. Longsoran Busur (Circular)

Gambar 3.10b. Longsoran Bidang (Planar)

Gambar 3.10c. Longsoran Baji (Wedge)

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 14


Gambar 3.10d. Longsoran Robohan (Toppling)

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 15


BAB IV
PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANGAN & PENILAIAN

4.1. PELAKSANA PRAKTEK LAPANGAN

4.1.1. Dosen Mata Kuliah

a. Menyusun modul/panduan praktek lapangan Geostruktur untuk Geoteknik


b. Merancang pelaksanaan praktek lapangan, dan mengatur pembagian tugas
terhadap dosen pembimbing lapangan, asisten, dan mahasiswa.
c. Memberikan pembekalan materi Praktek lapangan Geostruktur untuk Geoteknik.
d. Menyiapkan soal quis/test bagi mahasiswa
e. Memberikan penilaian hasil praktek lapangan dan kuis.
f. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan

4.1.2. Dosen Pembimbing Lapangan

a. Kampus
Mengikuti penjelasan/kuliah yang diberikan oleh dosen penanggungjawab acara,
agar menyepakati persepsi yang sama, pengertian dan pemahaman terhadap
kegiatan ini sejak dari mulai persiapan, pelaksanaan hingga pembuatan laporan.

b. Lapangan
Mengawasi pelaksanaan kerja mahasiswa, serta memberikan bimbingan secara
akademis (cara penggunaan alat, pengamatan singkapan dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan Praktek Lapangan Geostruktur untuk Geoteknik).

c. Memberikan saran dan masukan dalam upaya perbaikan untuk pelaksanaan


kegiatan praktek lapangan berikutnya.

4.1.3. Asisten Mahasiswa

4.1.3.1. Kewajiban

a. Membantu dosen untuk memperlancar setiap acara di lapangan


b. Membantu mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan
semua acara di praktek lapangan.
c. Membantu dan berperan aktif dalam menjaga peraturan, ketertiban dan
kelancaran semua acara praktek lapangan.

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 16


d. Mengatur mahasiswa peserta mulai dari awal kegiatan lapangan sampai selesai.
e. Mengatur pembagian kelompok baik kelompok tugas harian, piket maupun
kelompok dalam pelaksanaan setiap acara di lapangan.
f. Mengkoordinir acara olahraga pagi dan menentukan pimpinan olahraga dari
semua mahasiswa peserta.
g. Memeriksa pelaksanaan tugas yang diberikan kepada kelompok mahasiswa
peserta.
h. Memberikan bantuan bimbingan kepada mahasiswa peserta dalam pelaksanaan
setiap acara baik di lapangan maupun dalam penyusunan laporan.
i. Menyiapkan segala peralatan, sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
pelaksanaan praktek lapangan maupun penyusunan laporan.
j. Mengumpulkan semua tugas/laporan dari hasil pekerjaan mahasiswa kepada
dosen mata kuliah atau penanggung jawab acara.
k. Membantu dosen mata kuliah atau penanggung jawab acara untuk koreksi test
atau kuis yang diberikan kepada setiap acara.
l. Bekerjasama dengan tenaga administrasi untuk menyelesaikan tugas-tugas dan
urusan administrasi yang berhubungan dengan praktek lapangan.
m. Menjaga nama baik Unviersitas Trisakti maupun pribadi (dosen, tenaga
administrasi, diri sendiri, sesama asisten dan para mahasiswa).
n. Menjaga ketertiban sehingga tidak ada masalah yang bersifat SARA.
o. Berlaku sopan dan santun baik dalam bertutur kata dan dalam berperilaku, tidak
bertindak sewenang-wenang, sehingga dapat menjadi contoh bagi mahasiswa
peserta dan lingkungannya.
p. Tidak bersifat arogan dan kasar kepada seluruh mahasiswa peserta praktek
lapangan.
q. Bersikap adil dan sportif serta berfikir secara komprehensif sebagai calon
intelektual yang bermartabat.

4.1.3.2. Hak

a. Memberikan saran, usul, pendapat kepada dosen maupun tenaga administrasi


lainnya untuk kesempurnaan dan kelancaran kerja.
b. Mendapat kewenangan untuk mengatur mahasiswa peserta, baik dalam
akademik, administratif maupun non akademik, sesuai dengan peraturan yang
ada.

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 17


c. Memberikan sanksi kepada mahasiswa peserta, jika melanggar peraturan maupun
tata tertib dalam praktek lapangan. Jenis dan macam sanksi yang diberikan,
tergantung pada tingkat kesalahan mahasiswa peserta.
d. Dalam hal pelanggaran berat dan bersifat akademis, pemberian sanksi harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dosen mata kuliah/penanggung jawab
acara dan koordinator praktek lapangan.
e. Mendapatkan uang saku lapangan, yang besarnya ditetapkan berdasarkan
peraturan yang ada dan berlaku di Universitas Trisakti.
f. Mendapat prioritas dan perlakuan yang berbeda dibandingkan mahasiswa lainnya.

4.1.3.3. Teknis Pelaksanaan

4.1.3.3.1. Tahap Persiapan (Kampus)

a. Berkoordinasi dengan koordinator praktek lapangan, dosen mata kuliah, dosen


pembimbing lapangan, dan tenaga administrasi.
b. Mempersiapkan semua perlengkapan yang diperlukan di lapangan.
c. Membuat inventarisasi peralatan yang diperlukan di lapangan.
d. Menyusun daftar peserta praktek lapangan.
e. Mempersiapkan tata tertib dan peraturan yang dibuat oleh Prodi Teknik
Pertambangan untuk di lapangan.
f. Membuat kelompok untuk memudahkan absensi dan mengontrol keberadaan
mahasiswa peserta

4.1.3.3.2. Tahap Perjalanan

Stasiun Gambir

a. Melakukan checking kehadiran kelompok yang menjadi tanggung jawabnya.


b. Mengatur keberadaan dan ketertiban peserta selama di stasiun, masuk kereta api
dan selama dalam perjalanan.

Perjalanan Kereta Api

a. Melakukan koordinasi untuk ketertiban


b. Bebas, santai, tertib dan sopan

Stasiun Kebumen

a. Mengatur agar peserta turun dengan tertib dan teratur


b. Cek ulang setiap anggota kelompok
c. Mengatur mahasiswa peserta untuk masuk ke kendaraan penjemput.

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 18


4.1.3.3.3. Tahap Pelaksanaan

Base Camp Karang Sambung

Berkoordinasi dengan koordinator praktek lapangan serta staf administrasi, dalam


hal:

a. Mengatur pembagian kamar untuk peserta mahasiswa


b. Membuat dan mengatur pembagian regu piket.
c. Penjelasan tentang peraturan dan tata tertib selama praktek lapangan

Praktek Lapangan

a. Membuat kelompok kerja untuk setiap acara kegiatan di lapangan


b. Setiap asisten bertanggung jawab terhadap kelompok kerja, baik dalam pekerjaan
lapangan maupun dalam proses pembuatan laporan.
c. Mengawasi mahasiswa dan membantu dosen.
d. Berkoordinasi dengan koordinator praktek lapangan, dosen mata kuliah, dan
dosen pembimbing lapangan.

4.1.4. Mahasiswa

Kampus

a. Mempelajari dan memahami teori/modul Geostruktur untuk Geoteknik


b. Memastikan peralatan yang akan digunakan tersedia
c. Merapikan catatan lapangan
d. Membuat laporan hasil pekerjaan lapangan

Lapangan

a. Berlatih untuk menguasai dan memperlancar penggunaan alat


b. Melakukan pengukuran bidang diskontinuitas pada suatu lereng singkapan massa
batuan.
c. Memberikan hipotesis mengenai potensi longsoran pada lereng singkapan massa
batuan.

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 19


4.2. TEKNIS PELAKSANAAN & PENILAIAN

4.2.1. Pembagian Kelompok Mahasiswa

❑ Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri atas 10-
15 orang, yang pembagiannya diatur sedemikian rupa sehingga setiap acara
kegiatan anggota kelompok selalu berubah juga.
❑ Pembagian kelompok ini dilakukan oleh asisten mahasiswa dengan persetujuan
dosen mata kuliah atau penanggung jawab acara.
❑ Setiap asisten mempunyai tanggung jawab 1-2 kelompok, sehingga jika
terdapat masalah atau kendala, mahasiswa dapat bertanya kepada asisten.
Jika asisten memperoleh masalah atau kendala, maka dapat berkonsultasi
dengan dosen pembimbing lapangan dan/atau dosen mata kuliah.
❑ Perubahan kelompok pada setiap acara lapangan dimaksudkan untuk melatih
mahasiswa agar dapat bekerja sama dengan semua temannya, tanpa harus
memilih-milih teman. Selain itu melatih mahasiswa untuk dapat mengatur
kelompk masing-masing dalam menyelesaikan tugas pekerjaannya.
❑ Dasar pembagian kelompok dapat bersifat teknis maupun non teknis, antara
lain dari kemampuan masing-masing pribadi mahasiswa, prinsip kesetaraan
gender dan sebagainya sehingga akhir dari acara praktek lapangan ini akan
membuat mahasiswa menjadi semakin kompak dan dapat saling pengertian
serta meningkatkan kerjasama antar sesama.
❑ Lokasi yang dijadikan obyek penelitian akan ditentukan terlebih dahulu dan
dibagi menjadi beberapa lokasi pengamatan. Agar pelaksanaannya menjadi
lebih efektif dan efisien, maka proses pengamatan ini tidak dilakukan secara
bersamaan pada suatu lokasi yang sama oleh semua mahasiswa. Kelompok
mahasiswa disebar ke semua lokasi dan dalam waktu yang sudah ditentukan
untuk setiap lokasi, dilakukan rotasi secara bergantian sehingga semua
kelompok akan mendapatkan lokasi pengamatan yang sama.
❑ Asisten mahasiswa masing-masing bertanggungjawab terhadap beberapa
kelompok mahasiswa, membimbing pelaksanaan kerja dari kelompoknya.
Selain itu membantu secara teknis pelaksanaan kerja acara ini sehingga
keseluruhan acara dapat berjalan dengan lancar dan tertib.
❑ Dosen pembimbing lapangan bertugas untuk melakukan pembimbingan yang
lebih bersifat akademis, ilmiah dan filosofis, sehingga mahasiswa mempunyai
pengertian dan memahami praktek lapangan, serta manfaat acara untuk bekal
pengetahuan.

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 20


4.2.2. Alokasi Waktu

4.2.2.1. Kampus
Kuliah pembekalan Geostruktur untuk Geoteknik yang diselenggarakan di Kampus
A Universitas Trisakti, Gedung D, Lantai 3, Jl. Kyai Tapa No.1, Grogol, Jakarta Barat.

4.2.2.2. Lapangan (1 hari)

a. Kuliah materi Geostruktur untuk Geoteknik yang dilaksanakan malam hari


sebelum hari pelaksanaan.
b. Setelah makan pagi, dilakukan persiapan dan dilanjutkan dengan pelaksanaan
kerja di lapangan.
c. Mahasiswa disebar ke berbagai lokasi pengamatan yang ditentukan, dan
kemudian dilakukan rotasi/perpindahan lokasi pengamatan.
d. Lama waktu pengamatan untuk setiap lokasi sama, yaitu sekitar 1 (satu) jam.
e. Setelah makan malam, diadakan test/quis untuk acara ini, dan dilanjutkan dengan
kuliah untuk acara selanjutnya.

4.2.3. Penilaian

a. Naskah laporan (substansi materi, kerapihan, kelengkapan)


b. Buku catatan lapangan
c. Kuis/test
d. Pembuatan stereonet dan klasifikasi massa batuan
e. Penggunaan data klasifikasi massa batuan untuk penentuan kestabilan lereng
f. Kekompakan dan kerjasama kelompok

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 21


PUSTAKA

1. Bieniawski, Z.T., 1989, Engineering Rock Mass Classifications, John Wiley & Sons.
2. ISRM Turkish National Group, 2007, The Complet ISRM Suggested Methods for Rock
Characterization, Testing & Monitoring:1974-2006, Turkey.
3. Made Astawa Rai, S. Kramadibrata, R. Wattimena, 2011, TA 3111 Mekanika Batuan
(Catatan Kuliah), Penerbit ITB, Bandung.
4. Sugiyanto, 2000, Penggunaan Stereonet untuk Analisis Kemantapan Lereng Batuan,
Buletin Geologi Tata Lingkungan, Vol.11 No.4, Maret 2000, 167-172.
5. Wyllie, D.C., Mah C.W., 2005, Rock Slope Engineering (Civil & Mining), 4th edition,
Based on 3rd edition by E Hoek and J Bray, Spon Press (Taylor & Francis Group).

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 22


LAMPIRAN A
FORMULIR PENGUKURAN STRUKTUR MASSA BATUAN

Berikut tabel data pengisian hasil pengukuran struktur massa batuan:


Nama Lokasi : ........................... Dimensi Lereng Scanline
Jenis batuan
Nama Lokasi : ...........................
: ........................... Arah
Dimensi kemiringan (DD)
Lereng : N ..... E Scanline Arah kemiringan (DD)
Jenis
Blok /batuan
elevasi : ...........................
: ........................... Arah kemiringan
Kemiringan (DD)
(D) : N ..... E: ........o Arah kemiringan (DD) : ...........º
Kemiringan (D)
Diukur
Blok oleh
/ elevasi : ...........................
: ........................... Tinggi(D)
Kemiringan lereng tunggal (H): ........o : .... m KemiringanPanjang
(D) (L): ...........º
Diukur
Tanggal oleh : ...........................
: ......./01/2015 Tinggi lerengJstunggal (H)antar: ....
: Jarak kekarm (m) Panjang (L) : .........m
Tanggal
Cuaca : ......./01/2015
: ........................... Js : Jarak
R :antar kekarhammer
Schimdt (m) rebound
Cuaca : ........................... R : Schimdt hammer rebound
Jam : ...........................
Jam : ...........................
Kelompok Kekar

Kondisi kekar
Kemenerusan
No kekar

Kekasaran
JS (m)

Kekuatan

Bukaan
bidang

Laluan
DD

Isian
D

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 23


Keterangan Kondisi Kekar

Kekasaran Bukaan
sk : sangat kasar cd : Bidang diskontinyu tertutup
ks : kasar fd : Bidang diskontinyu terisi
ss : stepped slickensided od : Bidang diskontinyu terbuka
pr : planar rough
ps : planar smooth Isian
pss : planar slickensided geo : width, wall strength
ur : undulating rough Fillty : weathering grade
us : undulating smooth Fillsth : filling strength manual index
uss : undulating slickensided Seepage : water content

Kekuatan Bidang Laluan


f : segar un1 : discontinuity is very tight and dry.
sw : Terlapukkan sedikit un2 : discontinuity is dry with no evidence of water flow.
: discontinuity is dry but shows evidence of
mw : Terlapukkan sedang un3
water flow.
hw : Terlapukkan tinggi un4 : discontinuity is damp but no free water is present.
un5 : discontinuity shows seepage, occasional drops of
cw : Terlapukkan sempurna
water.
: discontinuity shows a continuous flow water.
un6 Bidang diskontinyu menunjukkan suatu aliran air
rs : tanah
yang kontinyu

: dry walls and roof, no


rm1 f1 : filling materials are heavily consolidated and dry.
detectable seepage.
: minor seepage, specify : filling materials are damps, but no free water is
rm2 f2
dripping. present.
rm3 : medium inflow. f3 : filling materials are wet, occasional drops of water.
rm4 : major inflow. f4 : filling materials show signs of outwash.
rm5 : high flow. f5 : filling materials are washed out locally.
f6 : filling materials are washed out completely.

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 24


LAMPIRAN B
TABEL HASIL PEMBOBOTAN MASSA BATUAN RMR

Berikut tabel rekapitulasi hasil pembobotan massa batuan menggunakan sistem


RMR:

A. Parameter Klasifikasi dan Pembobotan


Lokasi
No Parameter Pucangan Pucangan Gunung Gunung
1 2 Parang 1 Parang 2
Kekuatan PLI (MPa)
1 Batuan Utuh UCS (MPa) - - - -
Bobot
RQD %
2
Bobot
Jarak Kekar m
3
Bobot
Kondisi Kekar
4
Bobot
Debit aliran
per 10 m
panjang
terowongan
Rasio
Tekanan
Air Tanah
5 air pd
kekar thd
tegangan
utama
Kondisi
Umum
Bobot
B. Koreksi Bobot dari orientasi Kekar (Lihat F)
Jurus & Orientasi Kemiringan
Kekar
Bobot
C. Kelas Massa Batuan Berdasarkan Bobot Total
Bobot
No Kelas
Deskripsi Klas Batuan

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 25


LAMPIRAN C
TABEL PEMBOBOTAN MASSA BATUAN MENGGUNAKAN GSI

Berikut tabel rekapitulasi hasil pembobotan massa batuan menggunakan sistem


GSI:

A. Parameter Klasifikasi dan Pembobotan


Lokasi
No Parameter
1.1 1.2 2.1 2.2
Kekuatan PLI (MPa)
1 Batuan Utuh UCS (MPa) - - - -
Bobot
RQD %
2
Bobot
Jarak Kekar m
3
Bobot
Kondisi Kekar
4
Bobot
B. Kelas Massa Batuan Berdasarkan Bobot Total
Bobot
No Kelas
Deskripsi Klas Batuan

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 26


LAMPIRAN D
FORMAT KERANGKA LAPORAN

Berikut kerangka penyusunan laporan praktek lapangan Geostruktur untuk


Geoteknik:

Halaman Depan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
Bab 1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud & Tujuan Kegiatan
1.3. Manfaat Kegiatan

Bab 2 Kondisi Umum


2.1. Kesampaian Lokasi
2.2. Iklim dan Cuaca
2.3. Geologi Lokasi

Bab 3 Dasar Teori


3.1. Proyeksi Stereografis
3.2. Klasifikasi Massa Batuan

Bab 4 Praktek Pengukuran Lapangan


5.1. Tim Pelaksana
5.2. Peralatan Pengukuran
5.3. Tahapan Pengukuran
5.4. Data Hasil Pengukuran

Bab 5 Analisis Data


5.1. Proyeksi Stereografis
5.2. Analisisi potensi Jenis Longsoran
5.3. Pembobotan Massa Batuan (RMR)
5.4. Pembobotan Massa Batuan (GSI)

Bab 6 Kesimpulan & Saran


1.1. Kesimpulan
1.2. Saran

Pustaka
Lampiran

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 27


Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 28
LAMPIRAN A
FORMULIR PENGUKURAN STRUKTUR MASSA BATUAN

Berikut tabel data pengisian hasil pengukuran struktur massa batuan:

Nama Lokasi : ........................... Dimensi Lereng Scanline


Jenis batuan : ........................... Arah kemiringan (DD) : N ..... E Arah kemiringan (DD)
Blok / elevasi : ........................... Kemiringan (D) : ........o Kemiringan (D)
Diukur oleh : ........................... Tinggi lereng tunggal (H) : .... m Panjang (L)
Tanggal : ......./01/2015 Js : Jarak antar kekar (m)
Cuaca : ........................... R : Schimdt hammer rebound
Jam : ...........................

Kondisi kekar
Kelompok Kekar

Kemenerusan (m)
DD (N......0 E)

Dip (Derajat)

Bukaan (mm)
No kekar

Kekasaran

Pelapukan
JS (m)

Isian
R

Luahan
mm Deskr
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 31


Keterangan Kondisi Kekar & Luahan:

Deskripsi Kekasaran Deskrpisi Pelapukan


Sk : Sangat kasar Sg: Segar
Ks : Kasar Al : Agak lapuk
Ss : Agak kasar Stl : Setengah lapuk
Hl : Halus Sl : Sangat lapuk
Sh : Sangat Halus Tr : terubah

Deskrpisi Luahan Deskripsi Isian


Kr : Kering Kr : Keras
Lm : Lembab Lm : Lemah
Bs : Basah
Mn : Menetes

Me : Mengalir

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 32


LAMPIRAN B
FORMAT KERANGKA LAPORAN

Berikut kerangka penyusunan laporan praktek lapangan Geostruktur untuk


Geoteknik:

Halaman Depan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
Bab 1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud & Tujuan Kegiatan
1.3. Manfaat Kegiatan

Bab 2 Kondisi Umum


2.1. Kesampaian Lokasi
2.2. Iklim dan Cuaca
2.3. Geologi Lokasi

Bab 3 Dasar Teori


3.1. Proyeksi Stereografis
3.2. Klasifikasi Massa Batuan

Bab 4 Praktek Pengukuran Lapangan


1.1. Tim Pelaksana
1.2. Peralatan Pengukuran
1.3. Tahapan Pengukuran
1.4. Data Hasil Pengukuran

Bab 5 Analisis Data


5.1. Proyeksi Stereografis
5.2. Analisisi potensi Jenis Longsoran
5.3. Pembobotan Massa Batuan (RMR)
5.4. Pembobotan Massa Batuan (GSI)

Bab 6 Kesimpulan & Saran


1.1. Kesimpulan
1.2. Saran

Pustaka
Lampiran

Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI | Modul Geostruktur Untuk Geoteknik Ed.2 33

Anda mungkin juga menyukai