Anda di halaman 1dari 73

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA


FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

REFERAT

APLIKASI PETROGRAFI: KORELASI ANTARA KARAKTERISTIK


TEKSTURAL DAN MINERALOGIS BATUAN BEKU GRANITIK
DENGAN SIFAT-SIFAT KETEKNIKANNYA

Disusun oleh:
RAMA TRI SAKSONO
13/348472/TK/40931

Dosen Pembimbing:
AGUS HENDRATNO, S.T., M.T.
197009201998031001

YOGYAKARTA
JUNI
2016
LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT

APLIKASI PETROGRAFI: KORELASI ANTARA


KARAKTERISTIK TEKSTURAL DAN MINERALOGIS
BATUAN BEKU GRANITIK DENGAN SIFAT-SIFAT
KETEKNIKANNYA

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


Kurikulum Program Strata 1
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta

Dosen Pembimbing Penyusun

Agus Hendratno, S.T., M.T. Rama Tri Saksono


NIP: 197009201998031001 NIM: 13/348472/TK/40931

i
KATA PENGANTAR

Rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan karya referat ini yang
berjudul Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya. Selain itu,
penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian karya ini, yaitu kepada:

1. Bapak Agus Hendratno, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan bagi penulis dalam penyelesaian karya ini.
2. Ayahanda tercinta dr. Sindu Saksono, Sp.B., Sp.BA beserta keluarga yang
telah memberikan dukungan, baik moril maupun materiil bagi penulis.
3. Teman-teman Teknik Geologi UGM angkatan 2013 yang namanya tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu memberi saran
dan motivasi hingga karya ini dapat selesai.

Penulis sadar bahwa dalam penyusunan karya referat ini masih banyak
melakukan kesalahan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan segala kritik
dan saran dari pembaca agar di masa depan penulis bisa membuat karya yang
lebih baik lagi. Penulis juga berharap agar karya ini dapat berguna untuk
menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.

Yogyakarta, Juni 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vii
SARI viii

BAB I PENDAHULUAN 1
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Maksud dan Tujuan 1
I.3 Batasan Masalah 2
I.4 Manfaat Penelitian 3
I.5 Peneliti Pendahulu 3

BAB II DASAR TEORI 6


II.1 Batuan Granitik 6
II.1.1 Pengertian Batuan Granitik 6
II.1.2 Klasifikasi Petrografis Batuan Granitik 8
II.2 Karateristik Petrografi Batuan Beku 10
II.2.1 Derajat Kristalinitas 11
II.2.2 Ukuran Kristal dan Granularitas 11
II.2.3 Bentuk dan Hubungan Antar Kristal 13
II.2.4 Tekstur Khusus 13
II.2.5 Komposisi Mineralogi 15
II.3 Sifat Keteknikan Batuan 16
II.3.1 Berat Jenis 16
II.3.2 Dry & Saturated Unit Weight 17
II.3.3 Tingkat Absorpsi Air 18
II.3.4 Porositas 18

iii
II.3.5 Schmidt Hammer Value (SHV) 19
II.3.6 Point Load Strength Index 20
II.3.7 Uniaxial Compressive Stress (UCS) 21
II.3.8 Kuat Tarik 21
II.3.9 Modulus Elastisitas 22
II.3.10 Kecepatan Gelombang-P 22

BAB III STUDI KASUS 23


III.1 Korelasi Karakteristik Mineralogi dan Tekstural dengan Sifat-
Sifat Keteknikan dari Beberapa Batuan Granitik Turki 23
III.1.1 Lokasi dan Objek Penelitian 23
III.1.2 Karakteristik Petrografi Sampel 24
III.1.3 Karakteristik Keteknikan 27
III.1.4 Hasil Penelitian 30
III.2 Korelasi Karakteristik Mineralogi dan Tekstural dengan Sifat-
Sifat Keteknikan dari Batuan Granitik Hulu Langat, Selangor 35
III.2.1 Lokasi dan Objek Penelitian 35
III.2.2 Karakteristik Petrografi Sampel 35
III.2.3 Karakteristik Keteknikan 37
III.2.4 Hasil Penelitian 38
III.3 Sifat-Sifat Petrografi dan Fisikomekanik Batuan Granitik dari
Lembah Kumrat, Batholith Kohistan, Pakistan Baratlaut 41
III.3.1 Lokasi dan Objek Penelitian 41
III.3.2 Karakteristik Petrografi Sampel 43
III.3.3 Karakteristik Keteknikan 46
III.3.4 Hasil Penelitian 47

BAB IV KESIMPULAN 49

DAFTAR PUSTAKA 50

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Klasifikasi sistematik IUGS untuk batuan beku plutonik (Le Bas &
Streckeisen, 1991) 12

Gambar 2. Estimasi kekuatan batuan dengan menggunakan uji Schmidt


rebound hammer (Deere & Miller, 1966) 24

Gambar 3. Hubungan antara Is dengan UCS (Bieniawski, 1974) 26

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan sampel batuan granitik di Turki (Tugrul &
Zarif, 1998) 28

Gambar 5. Fotomikrograf dari sampel batuan granitik perbesaran 25x. (a)


Quartz monzodiorite, (b) Granite, (c) Quartz monzonite, (d)
Granodiorite. (Tugrul & Zarif, 1998) 31

Gambar 6. Hubungan antara rasio kuarsa-feldspar dengan dry unit weight


(Tugrul & Zarif, 1998) 35

Gambar 7. Hubungan antara rasio kuarsa feldspar dengan (a) UCS, dan (b)
kuat tarik. (Tugrul & Zarif, 1998) 36

Gambar 8. Diagram batang yang menunjukkan hubungan antara kandungan


mineral dengan UCS. (Tugrul & Zarif, 1998) 37

Gambar 9. Diagram batang yang menunjukkan hubungan antara ukuran butir


maksimum dengan UCS. (Tugrul & Zarif, 1998) 38

Gambar 10. Nilai UCS berbanding dengan ukuran butir rata-rata: (a) kuarsa, (b)
plagioklas, (c) K-feldspar (Tugrul & Zarif, 1998) 38

Gambar 11. Hubungan antara: (a) porositas total dan dry unit weight; (b)
porositas total dan kecepatan gelombang-P (Tugrul & Zarif, 1998)
39

v
Gambar 12. Hubungan antara rasio kuarsa-feldspar dengan: (a) indeks point
load, (b) UCS, dan (c) kuat tarik (Yusof & Zabidi, 2015) 46

Gambar 13. Diagram batang yang menunjukkan hubungan antara persentase


kuarsa dan feldspar terhadap UCS. (Yusof & Zabidi, 2015)
47

Gambar 14. Diagram batang yang menunjukkan hubungan antara ukuran butir
maksimal terhadap UCS. (Yusof & Zabidi, 2015) 47

Gambar 15. Peta geologi Kohistan Island Arc (KIA) yang menunjukkan area
studi (Arif et al., 2015) 49

Gambar 16. Komposisi modal batuan granitik Kumrat yang diplot pada sistem
klasifikasi IUGS (Le Maitre, 2002) 51

Gambar 17. Fotomikrograf yang menunjukkan kenampakan petrografis sampel


granit Kumrat. (Arif et al., 2015) 52

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rangkuman beberapa penulis pendahulu 5

Tabel 2. Rangkuman deskripsi petrografi sampel batuan granitik Turki (Tugrul


& Zarif, 1998) 29

Tabel 3. Komposisi mineral dari sampel batuan (Tugrul & Zarif, 1998)
31

Tabel 4. Ukuran butir kristal dari sampel batuan granitik (Tugrul & Zarif,
1998) 32

Tabel 5. Nilai berat jenis, dry unit weight, dan saturated unit weight dari
sampel batuan granitik (Tugrul & Zarif, 1998) 32

Tabel 6. Nilai absorpsi air, porositas efektif, dan porositas total dari sampel
batuan granitik (Tugrul & Zarif, 1998) 33

Tabel 7. Nilai kecepatan gelombang-P, SHV, dan indeks point load dari
sampel batuan granitik (Tugrul & Zarif, 1998) 34

Tabel 8. Nilai UCS, kuat tarik, dan modulus elastistisitas dari sampel batuan
granitik (Tugrul & Zarif, 1998) 34

Tabel 9. Rangkuman deskripsi petrografi sampel batuan granitik Langat (Yusof


& Zabidi, 2015) 42

Tabel 10. Komposisi mineralogi sampel batuan granitik Langat (Yusof &
Zabidi, 2015) 43

Tabel 11. Ukuran butir kristal sampel batuan granitik Langat (Yusof & Zabidi,
2015) 43

Tabel 12. Hasil pengukuran indeks point load, UCS, dan kuat tarik sampel
batuan granitik (Yusof & Zabidi, 2015) 44

vii
Tabel 13. Komposisi modal sampel granit Kumrat (Arif et al., 2015) 54

Tabel 14. UCS, UTS dan kuat geser sampel granit Kumrat (Arif et al., 2015)
54

Tabel 15. Absorpsi air(%), berat jenis, porositas, serta hubungannya dengan
UCS pada sampel granit Kumrat (Arif et al., 2015) 54

viii
SARI

Sifat keteknikan dan kekuatan batuan penting diketahui untuk aplikasinya


dalam pekerjaan keteknikan ataupun dalam usaha mitigasi bencana geologi.
Referat ini dibuat untuk memberikan pemahaman umum mengenai pengaruh
karakteristik petrografis dari batuan granitik terhadap sifat-sifat keteknikan yang
dimilikinya. Batuan granitik diamati untuk mengetahui karakteristik
petrografinya. Karakteristik petrografi yang dimiliki batuan beku secara umum
adalah tekstur (ukuran butir, bentuk butir, kemas, tekstur khusus), granularitas,
dan komposisi mineralogi. Karakteristik keteknikan yang diuji dan diukur pada
batuan granitik antara lain berat jenis, dry & saturated unit weight, absorpsi air,
porositas, Schmidt Hammer Value (SHV), indeks point load, uniaxial compressive
strength (UCS), kuat tarik, modulus elastisitas, dan kecepatan gelombang P.
Parameter-parameter ini umumnya diukur dan diuji menggunakan metode yang
sesuai dengan spesifikasi ISRM (1981) dan ASTM (2005). Hubungan antara
parameter petrografi dengan keteknikan ini kemudian dikorelasi dengan metode
statistik analisis regresi.
Studi kasus yang didapatkan dari beberapa pustaka yang meneliti batuan
granitik dari beberapa belahan dunia menghasilkan kesimpulan bahwa
karakteristik petrografi batuan granitik berkorelasi kuat dengan sifat-sifat
keteknikan yang dimilikinya. Karakteristik petrografi yang memiliki pengaruh
besar terhadap sifat keteknikan batuan granitik adalah tekstur, komposisi
mineralogi, dan tingkat alterasi & pelapukan.

Kata kunci: Petrografi, Sifat Keteknikan, Kekuatan Batuan, Batuan Granitik,


Analisis Regresi

ix
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Petrografi adalah salah satu bidang ilmu yang krusial untuk mengetahui

sifat-sifat keteknikan dari batuan. Studi dari sifat-sifat mekanik dari batuan dan

karakteristik mineraloginya penting dalam menentukan kekuatan batuan dan

kapabilitas batuan terhadap keruntuhan (Tugrul & Zarif, 1999). Sifat keteknikan

batuan ini sendiri perlu diketahui dalam aplikasinya terhadap pekerjaan

keteknikan yang melibatkan batuan (pembangunan pondasi bangunan berat,

terowongan bawah tanah, batuan sebagai rockfill atau embankment, dll.) atau

dalam usaha mitigasi bencana alam (landslide, rockfall, rock slide, dll.).

Batuan granitik menunjukkan variasi sifat-sifat keteknikan yang dapat

mempengaruhi bermacam pekerjaan keteknikan, seperti yang telah disebutkan

pada paragraf diatas. Variasi ini disebabkan utamanya karena keberagaman dari

karakteristik tekstur dan mineralogis batuan granitik itu sendiri. Petrogenesa serta

proses-proses geologi yang mempengaruhi pembentukan batuan akan

menghasilkan batuan granitik dengan tekstur dan mineralogi yang unik satu sama

lain, sehingga kemudian mempengaruhi variasi dari sifat keteknikannya.

Keunikan dari batuan granitik melatarbelakangi alasan penulis untuk

mengangkat topik yang menghubungkan karakteristik petrografi jenis batuan ini

dengan sifat keteknikannya. Penulis merasa perlu untuk menggali lebih dalam

mengenai pengaruh petrografi dalam bidang keteknikan, dengan objeknya


Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 1
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
dikhususkan pada batuan beku berupa batuan granitik. Peninjauan pustaka-

pustaka terkait dan pengulasannya dalam karya referat ini diharapkan dapat

meningkatkan pemahaman serta wawasan penulis dan pembaca mengenai

karakteristik petrografi batuan granitik serta pengaruhnya dalam bidang

keteknikan.

I.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pembuatan referat ini adalah untuk memberikan pemahaman

secara umum mengenai pengaruh karakteristik petrografis dari batuan granitik

terhadap sifat-sifat keteknikan yang dimilikinya.

Adapun tujuan pembuatan referat ini adalah untuk:

a) Menyelidiki karakteristik petrografi batuan granitik yang mempengaruhi

sifat keteknikannya.

b) Mengetahui pentingnya studi petrografis dalam penentuan sifat

keteknikan.

c) Memprediksi sifat keteknikan batuan granitik berdasarkan ciri

petrografisnya.

I.3 Batasan Masalah

Referat ini dibatasi seputar pengaruh karakteristik petrografi batuan

granitik terhadap sifat keteknikan batuan tersebut. Karakteristik petrografi adalah

segala ciri dan kenampakan yang dapat diamati dan dideskripsi pada sayatan tipis

batuan melalui pengamatan mikroskop polarisasi. Karakteristik petrografi yang

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 2


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
umumnya dideskripsi dan ditentukan pada sayatan tipis batuan beku antara lain;

tekstur (derajat kristalinitas, ukuran kristal, bentuk dan hubungan antar kristal,

tekstur umum, tekstur khusus), komposisi mineralogi, dan penamaan batuan

berdasarkan klasifikasi tertentu. Karakteristik petrografi tersebut kemudian

dikorelasikan dengan sifat keteknikan yang diukur dan diuji dengan metode-

metode tertentu. Sifat-sifat keteknikan ini antara lain; berat jenis, dry &

unsaturated unit weight, tingkat absorpsi air, porositas total & efektif, indeks

Schmidt, point load strength index, Uniaxial Compressive Strength (UCS), kuat

tarik, modulus elastisitas, dan kecepatan gelombang P. Sifat-sifat ini ditentukan

dengan pengujian yang umumnya sudah sesuai dengan prosedur standar yang

tertera dalam ASTM (2005) dan ISRM (1981).

Analisis yang dilakukan setelah penentuan karakteristik petrografi dan

sifat-sifat keteknikan batuan granitik adalah mencari hubungan antara keduanya.

Korelasi keduanya umumnya dilakukan dengan metode statistik berupa analisis

regresi. Analisis regresi adalah metode statistik yang digunakan untuk mencari

hubungan 2 variabel yang telah diketahui nilainya. Analisis ini kemudian

menghasilkan suatu garis tren yang menunjukkan hubungan kedua variabel

tersebut, dalam hal ini karateristik petrografi dan sifat keteknikan batuan.

I.4 Manfaat Penelitian

Penelitian karya referat ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa

pemahaman dan penjelasan yang konklusif mengenai hubungan karakteristik

batuan beku granitik dengan sifat keteknikan yang dimilikinya berdasarkan dasar-

dasar teori yang telah dikumpulkan serta peninjauan beberapa pustaka. Selain itu,
Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 3
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
referat ini juga diharapkan dapat berguna untuk memahami prediksi sifat

keteknikan batuan granitik lain di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, yang

didasarkan dari studi petrografisnya.

I.5 Peneliti Pendahulu

Penulis sudah meninjau dan mengulas beberapa pustaka yang telah

meneliti topik yang berkaitan dengan hubungan petrografis batuan granitik dengan

sifat keteknikan yang dimilikinya. Lokasi tempat pengambilan sampel batuan

granitik ini berasal dari berbagai belahan dunia, namun sayangnya penulis belum

dapat menemukan pustaka yang mengulas secara gamblang mengenai hubungan

kedua parameter tersebut pada batuan granitik di Indonesia. Sudah cukup banyak

publikasi yang mengulas petrografis batuan granitik Indonesia, namun sangat

sedikit yang mengaitkannya dengan parameter-parameter keteknikan. Menurut

penulis, keterdapatannya yang relatif jarang dan kompleksitas dari batuan granitik

adalah faktor yang menyebabkan belum banyaknya publikasi yang membahas

mengenai hubungan petrografi dan sifat keteknikan batuan granitik di Indonesia.

Kebanyakan pustaka yang membahas tentang batuan granitik di Indonesia

menitikberatkan hasilnya kepada penentuan interpretasi petrogenesa, penentuan

umur, setting tektonik, rekonstruksi model pembentukan, dan/atau usaha

eksplorasi sumber daya mineral.

Setiap pustaka dengan peneliti dan sampel batuan granitik yang berbeda

akan memfokuskan penelitiannya pada parameter petrografis maupun parameter

keteknikan yang berbeda. Penulis telah merangkum perbedaan parameter

petrografi dan sifat keteknikan beserta hasil yang didapat dari beberapa peneliti
Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 4
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
terdahulu yang sudah melakukan penelitian mengenai hubungan parameter

petrografi dengan parameter keteknikan pada batuan granitik (lihat Tabel 1).

Tabel 1. Rangkuman beberapa penulis pendahulu


PARAMETER YANG DIAMATI
PENULIS/
NO. LOKASI SIFAT HASIL
TAHUN PETROGRAFI
KETEKNIKAN
1 N.Q.A.M. Hulu Komposisi Point load Kekuatan batuan
Yusof, H. Langat, mineralogi; strength index dipengaruhi oleh ukuran
Zabidi Selangor, Tekstur batuan (Is); UCS (kuat butir, kandungan mineral
(2015) Malaysia tekan); Kuat (kuarsa, feldspar, mika),
tarik dan tingkat pelapukan

2 T. Keikha, Tambang Komposisi Point load Kekuatan batuan


H.A. Bouk dan mineralogi; strength index dipengaruhi kandungan
Keykha Luchan di Ukuran butir (Is); UCS (kuat kuarsa, plagioklas,
(2013) timur Iran rata-rata; Rasio tekan); Kuat ortoklas, ukuran butir;
mineral kuat- tarik Terdapat hubungan kuat
mineral lemah antara UCS, Is dan kuat
tarik

3 A. Tugrul, Berbagai Ukuran butir Berat jenis; Dry Kekuatan batuan


I.H. Zarif daerah di rata-rata; & Saturated dipengaruhi ukuran butir,
(1998) Turki Bentuk butir; Unit Weight; kandungan kuarsa,
Jenis kontak Tingkat feldspar (mineral mudah
butir; absorpsi air; terbelah); Parameter
Komposisi Porositas total petrografi & mekanik
mineralogi; & efektif; lebih saling berhubungan
Karakeristik Kecepatan dibandingkan petrografi
mineralogi gelombang-P; & sifat fisik; Korelasi
Nilai Schmidt kuat antara UCS & Is,
Hammer & , kuat tarik & UCS,
(SHV); Point modulus elastisitas &
load strength UCS
index (Is); UCS
(kuat tekan);
Kuat tarik;
Modulus
elastisitas

4 M. Arif, Mansehra, Tekstur Compressive Nilai kuat tekan batuan


A. Mulk, Hazara, batuan; strength (Cs); (Cs) tergolong sangat
M.T. Pakistan Komposisi Kuat tarik (Ts); rendah dibandingan
Mehmood, mineralogi; Berat jenis; dengan batuan granitik
S.M.H. Karakeristik Tingkat lain di utara Pakistan,
Shah mineralogi absorpsi air disebabkan karena
(1999) umurnya lebih tua,
tekstur kasar,
ketidaseragaman ukuran
butir, pelapukan,
deformasi/metamorfisme;
Batuan area studi sudah

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 5


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
cukup layak sebagai
material konstruksi skala
kecil

5 M. Arif, I. Lembah Tekstur UCS (kuat Kekuatan batuan lebih


Islam, M. Kumrat, batuan; tekan); UTS tinggi pada granit yang
Rizwan Batholit Komposisi (kuat tarik); berbutir lebih halus;
(2015) Kohistan, mineralogi; Tingkat Kekuatan batuan
Pakistan Karakeristik absorpsi air; dipengaruhi bentuk
barat laut mineralogi; Porositas mineral (beraturan atau
Kemas tidak); Batuan layak
sebagai material
konstruksi

6 M. Sajid, Utla, Tekstur UCS (kuat Kekuatan batuan


M. Arif Pakistan batuan; tekan); UTS dipengaruhi oleh
(2014) barat laut Komposisi (kuat tarik); kandungan mineralogi,
mineralogi; Tingkat bentuk dan ukuran
Karakteristik absorpsi air; mineral, orientasi butir
mineralogi; Porositas; Berat mineral, dan volume
Alterasi jenis ruang terbuka (pori).

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 6


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
BAB II

DASAR TEORI

II.1 Batuan Granitik

II.1.1 Pengertian Batuan Granitik

Batuan granitik atau batuan granitoid merupakan batuan beku yang

memiliki banyak sekali aspek yang membingungkan banyak ahli ahli yang telah

lama menekuni bidang dari batuan granitik. Istilah dari batuan granitik dapat

ditelaah kembali ke definisi mengenai granit yang didefinisikan oleh Kayser

(1912 dalam Marmo, 1971) yang menyatakan bahwa granit adalah suatu jenis dari

batuan beku yang memiliki tekstur kasar hingga halus dengan komposisi berupa

kuarsa, feldspar, dan mika. Namun definisi ini menjadi rancu dikarenakan

penggunaan istilah bagi batuan bertekstur halus untuk tetap disebutkan sebagai

granit dalam dunia sains. Hal ini tentunya akan menjadi bertentangan karena

menyebabkan kelompok batuan menjadi terlalu luas dan akan membuat banyak

ahli menjadi bingung untuk mengelompokkan batuan yang dianggap sebagai

batuan dari kelompok granit pada dunia nyata yaitu di lapangan.

Selain itu penggunaan istilah yang menyebabkan arti ambigu bagi

pemahaman di dalam dunia sains dapat menyebabkan salah identifikasi terutama

bagi ahli ahli geologi pemula yang tidak memiliki banyak pengalaman untuk

berurusan dengan granit. Johannsen (1941 dalam Marmo, 1971) juga mencoba

untuk mendefinisikan granit menurut pemahaman yang ia miliki. Ia

mendefinisikan istilah granit sebagai batuan beku yang didominasi oleh


Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 7
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
kandungan kuarsa yang mencapai konsentrasi 5 50% dengan syarat

perbandingan mineral quarfeloid (mineral menyerupai kuarsa) tidak mendominasi,

mineral feldspar utama yang dapat ditemui merupakan mineral K feldspar dan

kandungan mineral feldspar plagioklas berasal dari jenis Ca Na dengan

kandungan mineral mafik berkisar 5 50% dari keseluruhan massa batuan.

Penjelasan dari Johannsen (1941 dalam Marmo, 1971) merupakan suatu

penjelasan yang sangat normatif dan menggunakan pendekatan geokimia dalam

suatu penamaan granit. Namun hal ini akan menyebabkan banyak ahli kesulitan

dalam penggunaannya pada aspek praktis, terutama jika digunakan dalam tata

nama penamaan batuan di lapangan.

Aspek penamaan yang tidak praktis dalam definisi Johannsen (1941 dalam

Marmo, 1971) menyebabkan pemahaman terhadap definisi granit terus

mengalami perkembangan yang besar dan pesat guna memberikan pemahaman

yang baik mengenai apa yang dimaksud dengan batuan granit dan apa yang

membedakan mereka dengan jenis jenis batuan yang ada terutama dari jenis

batuan beku ini sendiri, apa yang mencirikan suatu granit dan yang paling

penting adalah bagaimana suatu standar baku yang dapat digunakan bagi suatu

batuan agar dapat disebut sebagai granit. Perkembangan ilmu dalam

pemahaman istilah granit terus berlanjut terutama diakibatkan oleh rasa ingin

tahu yang cukup besar di dalam memahami misteri misteri yang menyelubungi

keberadaan suatu granit.

Pemahaman secara mendalam mengenai granit kemudian diteliti oleh

Winter (2001) di dalam karyanya sebagai suatu istilah yang cukup luas. Ubahan

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 8


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
suatu istilah granit menjadi diperlukan untuk memberikan kesan arti yang luas

bagi satu suku kata, kata granitik kemudian diperkenalkan sebagai suatu

kelompok besar batuan batuan beku yang ada di alam yang menunjukkan suatu

tekstur kasar atau faneritik, memiliki struktur pada umumnya masif dan

menunjukkan suatu pola instrusif (menerobos) dalam bentuk dyke atau batolit atau

dalam bentuk pola tubuh intrusi lainnya, yang komposisinya didominasi oleh

mineral kuarsa, K Feldspar, Na Plagioklas, mineral mika, serta hornblende.

Ciri khas lainnya dari batuan granitik adalah harus memiliki kandungan silika

yang cukup tinggi melebihi 65% namun terkadang dalam suatu kondisi khusus

bisa jadi batuan granitik masih bisa terbentuk dalam kondisi kekurangan silika

(Winter, 2001).

Perkembangan ilmu pengetahuan mengenai batuan granitik itu sendiri

akhirnya merujuk pada suatu kebutuhan akan standar yang dapat dijadikan

patokan bersama bagi suatu batuan agar dapat di kategorikan ke dalam batuan

granitik. Pengklasifikasian batuan granitik itu sendiri hampir memiliki sejarah

yang sama panjangnya terhadap pemahaman terhadap batuan granitik itu sendiri.

Hal ini menjadi logis mengingat tidak adanya suatu standar baku dalam

pemahaman batuan granitik, sehingga memunculkan suatu rasa ingin tahu dalam

benak peneliti untuk membuat suatu klasifikasi yang diharapkan dapat disetujui

bersama dan dapat dijadikan suatu kesepakatan dalam memahami batuan granitik.

II.1.2 Klasifikasi Petrografis Batuan Granitik

Banyak peneliti yang sudah berusaha untuk mendefinisi batuan granitik

secara komprehensif dan mengklasifikasikannya dalam suatu kelompok batuan


Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 9
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
yang jelas. Setiap klasifikasi yang dihasilkan oleh peneliti yang berbeda akan

mendasarkan klasifikasinya pada parameter-parameter yang berbeda. Satu

klasifikasi akan lebih unggul pada aplikasinya untuk bidang tertentu dibanding

klasifikasi lain. Perlu diketahui bahwa pemilihan klasifikasi yang tepat akan

sangat penting dalam suatu usaha penelitian/penyelidikan ilmiah. Jenis klasifikasi

yang digunakan hendaknya sesuai dengan jenis pengamatan yang dilakukan.

Sebagai contoh, klasifikasi yang diperuntukkan bagi pengamatan geokimia tentu

tidak tepat jika digunakan dalam pengamatan megaskopis.

Klasifikasi batuan secara umum harus ditentukan secara sistematis agar

penamaan suatu batuan yang diidentifikasi oleh seorang geologist dapat dengan

mudah dipahami oleh geologist lain dengan meminimalisir unsur ambigu. Le Bas

& Streckeisen (1978) menjelaskan bahwa klasifikasi batuan beku harus mematuhi

10 prinsip utama, yaitu:

1. Penamaan batuan beku harus didasarkan pada kenampakan

deskriptif

2. Klasifikasi harus bergantung pada kenampakan sebenarnya dan

bukan berdasarkan karakteristik interpretatif

3. Nama dasar yang diberikan pada suatu batuan harus sesuai untuk

digunakan bagi semua geologist

4. Istilah yang digunakan pada klasifikasi manapun harus mengikuti

sejauh mungkin klasifikasi yang saat telah diterima dan digunakan

secara umum

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 10


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
5. Klasifikasi harus terdiri dari kelas-kelas yang dipisahkan oleh

kondisi-kondisi pembatas

6. Klasifikasi harus sederhana dan dirancang dengan baik

7. Klasifikasi batuan beku manapun harus mengikuti prinsip dasar

geologi yang saling berhubungan

8. Klasifikasi harus didasarkan pada mineralogi dominan

9. Kandungan mineralogi dominan dari batuan beku tidak dapat

ditentukan secara pasti, sehingga parameter analitik kimia harus

digunakan setelahnya jika memungkinkan

10. Seluruh terminologi yang digunakan harus dapat diterima secara

internasional

Referat ini mendasari pengamatan batuan beku granitik pada pengamatan

karakteristik petrografi sayatan tipis batuan. Salah satu klasifikasi yang dinilai

paling tepat untuk mengamati batuan granitik pada pengamatan petrografi adalah

klasifikasi sistematis IUGS yang dibuat oleh Le Bas & Streckeisen (1991), seperti

yang dapat terlihat pada Gambar 1. Klasifikasi ini direpresentasikan dalam bentuk

suatu diagram QAPF. Diagram QAPF adalah sebuah diagram segitiga ganda yang

mendasarkan klasifikasi batuan beku dari kandungan mineralogi utamanya, yaitu

Q (kuarsa), A (alkali feldspar), dan P (plagioklas) atau A (alkali feldspar), P

(plagioklas), dan F (feldspatoid). Diagram segitiga QAP berada pada bagian atas

diagram QAPF, sementara bagian bawahnya berupa diagram segitiga APF.

Mineral-mineral ini merupakan mineral utama yang umumnya terkandung dalam

batuan beku, namun perlu diingat bahwa tidak menutup kemungkinan akan

adanya kehadiran mineral-mineral lain dalam batuan tersebut. Mineral QAP dan
Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 11
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
APF ini jumlahnya dihitung dengan cara normalisasi, dimana jumlah kumulatif

dari ketiga mineral dianggap berjumlah 100%, sehingga persentase tiap mineral

pada diagram akan dinormalisasi terhadap jumlah ini. Klasifikasi ini digunakan

untuk batuan beku plutonik yang memiliki kandungan volumetrik mineral felsik

>10% dan mineral mafik <90%. Batuan granitik adalah batuan beku plutonik yang

memenuhi syarat ini, maka dirasa sangat sesuai jika klasifikasi yang digunakan

adalah klasifikasi tersebut.

Gambar 1. Klasifikasi sistematik IUGS untuk batuan beku plutonik (Le Bas &
Streckeisen, 1991)
Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 12
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
II.2 Karateristik Petrografi Batuan Beku

Pengamatan petrografi batuan adalah langkah lanjutan dari pengamatan

batuan secara langsung di lapangan. Pengamatan petrografi menyediakan sarana

bagi geologist untuk dapat mengamati batuan dari skala mikroskopis. Pengamatan

ini diharapkan dapat mengidentifikasi fitur-fitur yang tidak dapat teramati pada

pengamatan contoh setangan di lapangan. Pada batuan beku, pengamatan

petrografi sangat penting untuk dilakukan, karena kenampakan deskriptif di

lapangan yang didukung oleh pengamatan petrografi akan seringkali

menghasilkan kerangka interpretasi yang lebih logis dan detil. Oleh karena itu,

sangat penting jika pengamatan petrografi yang dilakukan seorang geologist harus

memiliki nilai ketepatan yang tinggi berdasarkan parameter-parameter

pengamatan yang akan dijelaskan di bawah ini.

II.2.1 Derajat Kristalinitas

Derajat kristalinitas atau derajat kristalisasi adalah istilah yang digunakan

pada batuan beku untuk menjelaskan proporsi relatif dari material batuan beku

yang terkristalisasi dibandingkan dengan yang gelasan (glassy). Semua derajat

kristalinitas telah diketahui kehadirannya, mulai dari batuan beku yang

keseluruhan gelasan, gelasan dengan proporsi lebih banyak atau sedikit dibanding

kristal, hingga batuan yang kristalin seluruhnya. Ukuran kristal tidak terlibat

dalam kristalinitas, tetapi merupakan faktor dalam granularitas.

Menurut Cross dkk. (1906), terdapat beberapa istilah yang dapat

digunakan untuk menjelaskan tingkat kristalisasi batuan beku:

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 13


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Holokristalin : batuan seluruhnya tersusun atas kristal

Hipokristalin : batuan tersusun sebagian atas kristal

Holohialin : batuan seluruhnya tersusun atas material gelasan

Hipohialin : batuan tersusun sebagian atas material gelasan

II.2.2 Ukuran Kristal dan Granularitas

Ukuran kristal secara langsung menunjukkan seberapa besar ukuran

kristal-kristal mineral yang terdapat pada batuan. Beberapa klasifikasi sudah

dibuat oleh beberapa penulis untuk mengekspresikan ukuran kristal dalam istilah

deskriptif. Klasifikasi ukuran kristal yang paling umum dapat didasarkan pada

klasifikasi yang dibuat oleh Cox, Price, dan Harte (1967). Klasifikasi ini dapat

digunakan pada batuan beku fanerokristalin, dimana kristal-kristal mineral dappat

terlihat jelas dengan mata telanjang. Pembagian klasifikasinya yaitu sebagai

berikut:

Halus : kristal berukuran <1 mm

Sedang : kristal berukuran 1-5 mm

Kasar : kristal berukuran >5 mm

Sementara itu, Zirkel (c. 1876) menjelaskan bahwa ukuran kristal pada batuan

dapat dideskripsi dengan melihat ukuran kristal secara umum pada batuan; batuan

berbutir halus memiliki kristal berukuran <1 mm, batuan berbutir sedang memiliki

kristal berukuran 1-5 mm, dan batuan berbutir kasar memiliki kristal berukuran >5

mm.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 14


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Granularitas dapat dijelaskan sebagai besar ukuran butir kristal pada

batuan . Umumnya, penentuan granularitas didasarkan pada bisa tidaknya kristal

mineral diamati secara langsung dengan pengamatan megaskopis dan hubungan

ukuran kristal-kristal tersebut secara relatif. Cox, Price dan Harte (1967)

menjelaskan bahwa granularitas batuan beku dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

Equigranular adalah batuan yang memiliki ukuran kristal mineral relatif

sama, dapat dibagi menjadi 2, yaitu faneritik dan afanitik.

o Faneritik menjelaskan bahwa seluruh kristal mineral penyusun

batuan cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang

atau secara megaskopis.

o Afanitik menjelaskan bahwa kristal mineral penyusun batuan

terlalu kecil untuk dapat terlihat dengan mata telanjang.

Inequigranular adalah batuan yang memiliki ukuran kristal tidak seragam,

dimana dapat terlihat fenokris dan massa dasar pada batuan. Tipe

granularitas ini terbagi 2, yaitu faneroporfirik dan porfiroafanitik.

o Faneroporfiritik adalah batuan yang fenokris maupun massa

dasarnya dapat dilihat secara megaskopis.

o Porfiroafanitik adalah batuan yang fenokrisnya dapat diamati

secara megaskopis, namun sulit atau tidak bisa untuk mengamati

massa dasarnya secara megaskopis.

II.2.3 Bentuk dan Hubungan Antar Kristal

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 15


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Parameter bentuk dan hubungan antar kristal digunakan untuk

menjelaskan bagaimana bentuk kristal mineral yang ada dalam suatu batuan

beku serta hubungan mineral tersebut dengan kristal-kristal mineral lain yang

ada di sekitarnya. Parameter ini khususnya sangat ideal untuk diamati pada

pengamatan petrografi, dikarenakan bentuk dan hubungan antar kristal

umunya terlihat sangat baik pada sayatan tipis batuan. Menurut Cox, Price,

dan Harte (1967), bentuk dan hubungan antar kristal dapat diklasifikasi

sebagai berikut:

Euhedral; kristal mineral memiliki bentuk yang hampir sempurna dan

dibatasi dengan kristal lain oleh bidang batas yang tegas dan jelas. Batuan

yang didominasi kristal euhedral dapat disebut memiliki tekstur

idiomorfik.

Subhedral; kristal mineral memiliki bentuk yang kurang baik dan

sebagian sisi batas mineralnya dipotong oleh batas kristal lain. Batuan

yang didominasi kristal subhedral dapat disebut memiliki tekstur

hipidiomorfik.

Anhedral; kristal mineral memiliki bentuk yang tidak baik dimana batas

kristal mineral tersebut seluruhnya dipotong oleh batas kristal lain. Batuan

yang didominasi kristal anhedral dapat disebut memiliki tekstur

allotriomorfik.

II.2.4 Tekstur Khusus

Tekstur khusus (specific texture) pada pengamatan petrografis perlu

dideskripsi untuk memperjelas karakter tekstur yang tidak bisa dideskripsi pada
Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 16
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
pengamatan tekstur lain. Seringkali tekstur khusus hanya dapat diamati pada

pengamatan petrografis. Suatu sampel batuan biasanya memiliki salah satu atau

beberapa tekstur khusus agar deskripsi batuan dapat dihasilkan secara lebih

spesifik.

Williams, Turner, dan Gilbert (1982) telah menjelaskan beberapa tekstur

khusus yang dapat diidentifikasi pada batuan beku, yaitu:

Granular atau equigranular adalah tekstur yang sebagian besar mineralnya

pada batuan holokristalin kurang lebih memiliki ukuran yang relatif

seragam.

o Tekstur granitik dapat digunakan jika kristal mineralnya terdiri dari

kristal euhedral, subhedral, dan sisanya anhedral.

o Tekstur aplitik dapat digunakan untuk batuan yang hampir seluruh

kristalnya berbentuk anhedral.

Porfiritik digunakan pada batuan beku yang memiliki fenokris dan massa

dasar.

o Mikroporfiritik digunakan jika fenokris hanya dapat diamati pada

skala mikroskopis.

o Glomeroporfiritik digunakan jika fenokris-fenokrisnya saling

berkumpul pada gugusan-gugusan tertentu.

o Vitrofirik digunakan jika fenokris dilingkupi oleh massa dasar

berupa gelasan.

o Afirik atau nonporfiritik digunakan jika batuan gelasan sama sekali

tidak memiliki fenokris.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 17


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Tekstur graphic dicirikan oleh kuarsa yang umumnya berbentuk runcing

yang mengalami intergrowth dengan alkali feldspar.

Tekstur myrmekitic dicirikan oleh tubuh-tubuh kristal kuarsa menjari atau

seperti cacing yang dikelilingi oleh kristal sodic plagioclase, umumnya

oligoklas.

Tekstur ophitic dicirikan oleh kristal plagioklas euhedral dikelilingi

hampir seluruhnya atau seluruhnya oleh kristal piroksen. Jika panjang

kristal plagiolas melebihi panjang kristal piroksen, teksturnya disebut

subophitic.

Tekstur poikilitic dicirikan oleh mineral-mineral yang berorientasi acak

yang terlingkupi seluruhnya di dalam kristal mineral lain yang berukuran

besar dan kontinyu.

Tekstur intergranular dicirikan oleh kenampakan sela-menyela antar kristal

feldspar yang ditutupi oleh mineral mafik(umumnya olivin, piroksen, dan

oksida besi-titanium) yang berorientasi acak. Jika sela-menyela ini terisi

oleh gelas, material kriptokristalin, atau mineral sekunder, maka

teksturnya disebut intersertal.

Tekstur trachytic atau pilotaxitic dicirikan oleh pensejajaran kristal-kristal

plagioklas yang disebabkan oleh pengaliran. Celah antara kristal-kristal ini

terisi oleh gelas atau material kriptokristalin.

Tekstur drusy cavities dicirikan oleh vesikel-vesikel yang terisi oleh

mineral sekunder, seperti opal, kalsedon, klorit, kalsit, dan zeolit untuk

membentuk amygdules.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 18


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Tekstur variolitik dicirikan oleh tubuh radial mineral berupa variola yang

umumnya terdapat pada batuan beku basa.

Tekstur klastik dicirikan oleh mineral-mineralnya yang mengalami retakan

dan memiliki banyak tekstur. Salah satu tekstur ini adalah piroklastik yang

merupakan tipikal dari produk fragmental gunungapi.

Tekstur kataklastik dicirikan oleh penghancuran dan fragmentasi dari

kristal-kristal yang dihasilkan dari pergerakan pasca konsolidasi. Jika

granulasi dan shearing dari kristal-kristalnya cenderung ekstrim,

teksturnya dapat disebut milonitik.

Tekstur cumulate berkembang dari crystal settling dan akumulasi mineral

mafik yang berada pada bagian bawah tubuh intrusi basa.

II.2.5 Komposisi Mineralogi

Kandungan mineral yang terdapat pada batuan beku selayaknya diamati

sebaik dan seakurat mungkin pada pengamatan sayatan tipis. Setidaknya beberapa

medan pandang harus diamati pada pengamatan petrografis batuan beku untuk

mendapatkan komposisi mineralogi yang dapat mewakili sampel petrografi, atau

bahkan keseluruhan sampel setangan. Kandungan mineral pada pengamatan

sayatan tipis dilakukan dengan menghitung luas area yang ditempati oleh mineral

pada setiap medan pandang. Komposisi mineralogi penting untuk dilakukan

secermat mungkin, karena perbedaan persentase kelimpahan sedikit saja sudah

bisa mengubah nama batuan. Oleh karena itu, geologist yang mengamati sampel

petrografi diharapkan menerapkan konsistensi dan kecermatannya dalam setiap

pengukuran yang dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan ini.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 19


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
II.3 Sifat Keteknikan Batuan

II.3.1 Berat Jenis

Secara sederhana, berat jenis (specific gravity) batuan dapat diartikan

sebagai rasio perbandingan massa jenis batuan tersebut dengan massa jenis air.

Hal yang harus diperhatikan pada pengukuran massa jenis batuan adalah bahwa di

dalam batuan tersebut terdapat pori-pori yang dapat terisi fluida dan dapat

mempengaruhi nilai massa total batuan tersebut. Pada pengukuran berat jenis,

massa jenis batuan yang digunakan adalah massa jenis padatan (s), sehingga

untuk mengukur massa padatan (Ms) tanpa mengikutsertakan massa kandungan

pori dibutuhkan proses penumbukan sampel batuan hingga cukup halus. Setelah

itu, barulah dapat dihitung berat jenis batuan secara akurat. Cara menghitung berat

jenis batuan dapat dirangkum pada rumus berikut.

Keterangan:

o s = massa jenis padatan (Mg/m3)

o Ms = massa padatan (Mg)

o Vs = volume padatan (m3)

o w = massa jenis air (pada 4oC bernilai 1.0 Mg/m3)

o Mw = massa air (Mg)

o Vw = volume air (m3)

o Gs = berat jenis
Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 20
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
II.3.2 Dry & Saturated Unit Weight

Dry unit weight adalah berat jenis batuan ketika seluruh void atau pori-pori

dalam batuan terisi seluruhnya oleh udara, tanpa air. Rumus menghitung dry unit

weight adalah sebagai berikut:

Keterangan:

= berat jenis lembab dari batuan

= dry unit weight batuan

= berat jenis air

w = kandungan kelembaban dalam batuan

Gs = berat jenis dari padatan

e = rasio pori

Saturated unit weight adalah berat jenis batuan ketika seluruh pori terisi

oleh air, tanpa kehadiran udara. Rumus untuk menghitung saturated unit weight

adalah sebagai berikut:

Keterangan:

= saturated unit weight dari batuan

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 21


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
= berat jenis air

w = kandungan kelembabab dalam batuan

Gs = berat jenis dari padatan

e = rasio pori

II.3.3 Tingkat Absorpsi Air

Tingkat absorpsi air pada batuan menunjukkan seberapa besar air yang

dapat diserap oleh pori-pori batuan dalam kondisi tertentu. Nilai ini digunakan

untuk menghitung perubahan berat dari suatu agregat akibat air yang terserap ke

dalam pori di antara partikel pokok dibandingkan dengan pada saat kondisi

kering, ketika agregat tersebut dianggap telah cukup lama kontak dengan air

sehingga air telah terserap penuh. Standar laboratorium untuk penyerapan akan

diperoleh setelah merendam agregat yang kering ke dalam air selama (244 jam).

Agregat atau batuan dapat dikatakan kering ketika telah dijaga pada suatu

temperatur (1105)oC dalam rentang waktu yang cukup untuk menghilangkan

kandungan air yang ada.

II.3.4 Porositas

Porositas adalah nilai yang menunjukkan rasio perbandingan antara total

volume pori dalam suatu batuan dengan volume total dari batuan tersebut.

Porositas berbanding lurus dengan densitas dan kekuatan batuan, di sisi lain

berbanding terbalik dengan deformabilitas batuan. Nilai porositas dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 22


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Keterangan:

n = porositas

Vv = volume void atau pori-pori

Vt = volume total batuan

II.3.5 Schmidt Hammer Value (SHV)

Berdasarkan Stagg & Zienkiewicz (1978), beberapa studi telah

menunjukkan bahwa tingkat kekerasan batuan sebagaimana yang terukur oleh

Schmidt rebound hammer berkorelasi dengan uniaxial compressive strength

(UCS) dan modulus elastisitas pada berbagai jenis batuan. Gambar 2

menunjukkan hubungan antara UCS, Schmidt hardness, dan berat jenis batuan.

Uji nilai Schmidt adalah salah satu jenis uji in-situ batuan yang dapat dilakukan di

lapangan. Keunggulan dari uji ini adalah biayanya yang murah, metodenya yang

praktis, dan dapat dilakukan tanpa perlu menghancurkan sampel batuan. Pegas

pada palu Schmidt akan memantul karena tumbukan dengan batuan. Semakin

keras permukaan batuan yang diuji, semakin jauh jarak pantulan pegas. Terdapat 2

jenis Schmidt rebound hammer, yaitu tipe L dan N. Tipe L memiliki energi

tumbukan 0,735 N , sementara Tipe N memiliki energi tumbukan 3 kali lipat

energi tumbukan tipe L.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 23


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Gambar 2..Estimasi kekuatan batuan dengan menggunakan uji Schmidt rebound
hammer (Deere & Miller, 1966)

II.3.6 Point Load Strength Index

Parameter kekuatan batuan salah satunya adalah indeks point load (Is)

yang dapat dihasilkan dengan melakukan uji point load di laboratorium. Uji point

load dapat dilakukan pada sampel batuan yang berupa core berbentuk silinder atau

blok batuan yang bentuknya tidak beraturan. Sampel ini kemudian dikenakan

tekanan melalui penampang berbentuk kerucut hingga sampel tersebut hancur.

Indeks point load dapat dihitung dengan persamaansebagai berikut.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 24


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Keterangan:

Is = indeks point load (N/m2)

P = beban saat batuan hancur (N)

De = diameter ekuivalen dari core (m)

Sementara itu, untuk menggunakan contoh batuan berupa balok, bongkahan atau

core yang dibebani secara aksial:

Keterangan:

A = luas permukaan minimum sampel (m2)

Nilai Is distandarisasi berdasarkan standar kekuatan batuan dengan D=0,05 m

menjadi:

Bieniawski (1974) telah menunjukkan hubungan antara indeks pont load dan

UCS, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 25


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Gambar 3. Hubungan antara Is dengan UCS (Bieniawski, 1974)

II.3.7 Uniaxial Compressive Strength (UCS)

UCS bersama dengan kuat tarik adalah dua parameter yang paling sering

digunakan untuk menunjukkan kekuatan batuan terhadap tekanan. Semakin tinggi

nilai UCS, semakin kuat pula batuan tersebut. Untuk mendapat nilai UCS, dapat

dilakukan uji uniaxial compression dimana sampel yang akan diukut dibentuk

menjadi core silinder dengan rasio panjang terhadap diameter (L/D) berkisar

antara 2-2,5.

II.3.8 Kuat Tarik

Kuat tarik (tensile strength) batuan tidak umum dilakukan karena sulit

untuk dilakukan dan batuan tidak runtuh secara direct tension pada kondisi in-situ.

Kuat tarik batuan umumnya diukur dengan metode tidak langsung, seperti

Brazilian tension test, dimana gaya tarik dihasilkan melalui pembebanan

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 26


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
kompresif. Pada uji Brazilian tension, sampel batuan yang diuji berupa core

silinder dengan tinggi setengah dari diameternya (t= 0,5 D). Sampel ini kemudian

dibebani secara lateral dengan gaya kompresif (P). Kuat tarik (T ) didapat dengan

membagi P dengan A (luas sampel).

II.3.9 Modulus Elastisitas

Selain nilai UCS, modulus elastisitas adalah parameter penting yang perlu

diketahui untuk mengklasifikasi kekuatan batuan. Stagg & Zienkiewicz (1978)

menyebutkan bahwa modulus yang digunakan adalah modulus tangent yang

diukur pada tingkat tekanan setengah dari kekuatan puncak dari batuan.

II.3.10 Kecepatan Gelombang-P

Kecepatan Gelombang- P pada batuan didapatkan dengan cara

menghantarkan pulsa-pulsa gelombang kompresi ultrasonik pada sampel batuan

yang sesuai dengan cara uji yang ditunjukkan oleh ASTM (1980). Kecepatan

gelombang-P dalam sampel dihitung dari waktu tempuh gelombang dari sumber

pulsa hingga mencapai penerima gelombang di ujung yang lain.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 27


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
BAB III

STUDI KASUS

III.1 Korelasi Karakteristik Mineralogi dan Tekstural dengan Sifat-Sifat

Keteknikan dari Beberapa Batuan Granitik Turki

Publikasi ini memiliki judul asli Correlation of Mineralogical and

Textural Characteristics with Engineering Properties of Selected Granitic Rocks

from Turkey dan ditulis oleh A. Tugrul dan I.H. Zarif pada tahun 1998 dan

dimuat dalam buku Engineering Geology edisi 51 yang diterbitkan oleh Elsevier

pada tahun 1999.

III.1.1 Lokasi dan Objek Penelitian

Paper ini meneliti sampel berupa batuan beku granitik yang berasal dari

banyak lokasi yang tersebar di Turki. Lokasi pengambilan sampel yang diamati

dan diuji dapat terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan sampel batuan granitik di Turki (Tugrul &
Zarif, 1998)
Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 28
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Peneliti mengambil sampel pada banyak titik lokasi yang tersebar di Turki

dengan maksud untuk dapat menarik kesimpulan yang dapat mewakili semua

batuan granitik yang berada di daerah lain selain dari daerah yang sampelnya

diambil dan diamati. Peneliti mengambil setidaknya 19 sampel dalam kondisi

segar atau agak lapuk (slightly weathered) untuk memaksimalkan validitas data

yang dihasilkan.

III.1.2 Karakteristik Petrografi Sampel

Karakteristik mineralogi dan tekstural dari sampel diamati dengan

menggunakan mikroskop optis. Sementara itu, sayatan tipis sampel batuan

diperiksa di bawah mikroskop petrografi (mikroskop polarisasi). Lokasi dan

deskripsi dari tiap jenis batuan telah diberikan pada Tabel 2. Seluruh sampel yang

diamati memiliki tekstur hipidiomorfik granular. Hal ini berarti kristal mineral

yang menyusun sampel memiliki bentuk subhedral, euhedral, dan sisanya

anhedral. Seperti yang dapat terlihat pada Gambar 5, mineral utama yang dapat

diamati pada semua sampel adalah kuarsa, plagioklas, dan K-feldspar. Mineral

mafik yang ditemukan cukup melimpah adalah biotit dan amfibol, sementara

zirkon dan apatit ditemukan pada beberapa sampel sebagai mineral aksesoris.

Tabel 2. Rangkuman deskripsi petrografi sampel batuan granitik Turki (Tugrul &
Zarif, 1998)
Nama batuan
No. Lokasi (klasifikasi
Deskripsi petrografi
sampel sampel Streckeisen,
1976)
Gr 1 Harsit, Quartz K-feldspar besar, poikilitic, tidak beraturan; plagioklas tabular,
Giresun monzonite - subhedral - anhedral; kuarsa anhedral; biotit euhedral - subhedral.
monzonite Biotit sedikit terkloritisasi.
Gr 2 Topcam Quartz Plagioklas berbentuk tabular hingga bilah subhedral; kuarsa
Ordu monzodiorite anhedral; ortoklas besar, subhedral; biotit lembaran, subhedral;
titanite euhedral. Ortoklas sebagian teralterasi.
Gr 3 Savcilioba Quartz Plagioklas euhedral - subhedral; ortoklas besar, subhedral; kuarsa
Kirsehir monzonite subhedral; biotit subhedral; hornblende memiliki belahan. Ortoklas

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 29


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
sebagian teralterasi menjadi mineral lempung; biotit sebagian
teralterasi.
Gr 4 Omerhacili Quartz Banyak feldspar poikilitic; K-feldspar besar dominan; kuarsa dan
Kirsehir syenite amfibol anhedral. Amfibol sebagian terkloritisasi.
Gr 5 Cavusbasi, Quartz diorite Plagioklas tabular & subhedral intergranular dengan mineral
Beykoz mafik, K-feldspar, kuarsa anhedral, amfibol, biotit lembaran
subhedral, dan apatit. Biotit agak terkloritisasi.
Gr 6 Cavusbasi, Quartz Plagioklas tabular & subhedral; K-feldspar dan kuarsa besar; biotit
Beykoz monzodiorite dan zirkon. Biotit lembaran subhedral sedikit teralterasi.
Gr 7 Catalca Granite Plagiolas tabular-bilah subhedral; K-feldspar subhedral besar;
kuarsa; biotit subhedral; hornblende dan zirkon euhedral. Biotit
sedikit terkloritisasi.
Gr 8 Kapidag Granite Plagioklas subhedral-euhedral berukuran seragam; K-feldspar
Peninsula poikilitic; kuarsa anhedral; biotit; amfibol; dan zirkon. Mineral
mafik sedikit terkloritisasi dan terepidotisasi.
Gr 9 Kapidag Monzogranite K-feldspar subhedral; plagioklas subhedral; kuarsa anhedral;
Peninsula amfibol dan biotit subhedral. Epidotisasi pada beberapa bagian
batuan.
Gr 10 Kapidag Granite Ortoklas dan plagioklas euhedral-subhedral berukuran seragam;
Peninsula monzogranite kuarsa anhedral; biotit lembaran subhedral; amfibol anhedral.
Biotit mengalami kloritisasi.
Gr 11 Kapidag Granite K-feldspar berukuran seragam poikilitic subhedral; plagioklas
Peninsula subhedral-anhedral; kuarsa dan biotit anhedral. Biotit sebagian
terkloritisasi.
Gr 12 Kayacik, Quartz Ortoklas, plagioklas, dan kuarsa euhedral-subhedral; amfibol besar
Canakkale monzonite subhedral; amfibol; biotit; titanite; mineral opak. Amfibol sedikit
teralterasi.
Gr 13 Alemsah, Quartz Butiran relatif berukuran seragam, poligonal, bertepi kasar. K-
Canakkale monzonite feldspar dan plagioklas subhedral; kuarsa subhedral; hornblende,
biotit, dan apatit lembaran; titanite euhedral-subhedral. Biotit
sebagian teralterasi.
Gr 14 Alemsah, Granodiorite K-feldspar besar; plagioklas euhedral; kuarsa anhedral; hornblende
Canakkale terbelah; titanite euhedral-subhedral.
Gr 15 Demirkoy, Granite Butiran berukuran seragam dan poligonal. Plagioklas, K-feldspar,
Kirklareli kuarsa, biotit, amfibol, zirkon, dan apatit subhedral. Plagioklas
sedikit terseritisasi; biotit dan amfibol terkloritisasi.
Gr 16 Gornen, Tonalite Plagioklas besar subhedral agak terseritisasi; K-feldspar subhedral;
Balikesir kuarsa besar anhedral; hornblende dan biotit anhedral. K-feldspar
agak terubah menjadi mineral lempung. Hornblende dan biotit
terkloritisasi.
Gr 17 Gornen, Granodiorite Plagioklas dan K-feldspar subhedral-anhedral; kuarsa, biotit, dan
Balikesir amfibol subhedral. Plagioklas sedikit terseritisasi dan terkloritisasi.
Biotit terkloritisasi dan kuarsa sedikit bernoda. Amfibol dan biotit
sedikit terkloritisasi. Piroksen terubah menjadi amfibol.
Gr 18 Gornen, Granodiorite Plagioklas dan ortoklas subhedral berukuran seragam; kuarsa,
Balikesir amfibol dan biotit anhedral. Plagioklas segar. Mineral mafik
terubah menjadi mineral lempung.
Gr 19 Gornen, Granodiorite Pagioklas subhedral berukuran sedang; K-feldspar subhedral;
Balikesir kuarsa anhedral; amfibol dan biotit anhedral. Mineral mafik
sebagian teralterasi.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 30


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Gambar 5. Fotomikrograf dari sampel batuan granitik perbesaran 25x. (a) Quartz
monzodiorite, (b) Granite, (c) Quartz monzonite, (d) Granodiorite. (Tugrul &
Zarif, 1998)

Tabel 3. Komposisi mineral dari sampel batuan (Tugrul & Zarif, 1998)

Batuan-batuan yang diamati diklasifikasikan berdasarkan komposisi

mineralnya menggunakan sistem klasifikasi Streckeisen (1976). Komposisi modal

ditentukan dengan menggunakan 200 titik yang dipilih secara acak pada sayatan

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 31


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
tipis dengan mengacu pada metode point-count yang telah dijelaskan oleh

Hutchison (1974). Komposisi mineralogi yang dihasilkan dari analisis petrografi

dicantumkan pada Tabel 3. Ukuran mineral juga sudah ditentukan dan tersaji

dalam Tabel 4.

Tabel 4. Ukuran butir kristal dari sampel batuan granitik (Tugrul & Zarif, 1998)

Tabel 5. Nilai berat jenis, dry unit weight, dan saturated unit weight dari sampel
batuan granitik (Tugrul & Zarif, 1998)

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 32


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Tabel 6. Nilai absorpsi air, porositas efektif, dan porositas total dari sampel
batuan granitik (Tugrul & Zarif, 1998)

III.1.3 Karakteristik Keteknikan

Sifat-sifat keteknikan dari batuan granitik ditentukan dari beragam jenis uji

laboratorium. Sampel-sampel dipreparasi dan diuji umumnya sesuai dengan

prosedur yang telah diberikan dalam ISRM (1981). Blok-blok batuan diambil

dalam bentuk core untuk menghasilkan sampel uji yang berbentuk silinder. Sifat-

sifat fisik yang diuji adalah berat jenis, dry unit weight & saturated unit weight,

tingkat absorpsi air, porositas total dan efektif, serta kecepatan gelombang-P.

Berat jenis dan tingkat absorpsi air ditentukan dengan menggunakan

metode saturasi dan kaliper. Tingkat absorpsi air adalah sifat penting yang

berguna dalam evaluasi ketahanan dari batuan sebagai material bangunan

(Shakoor & Bonelli, 1991). Berat jenis, dry and saturated unit weight, dan

absorpsi air dari sampel diberikan dalam Tabel 5 dan 6.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 33


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Tabel 7. Nilai kecepatan gelombang-P, SHV, dan indeks point load dari sampel
batuan granitik (Tugrul & Zarif, 1998)

Tabel 8. Nilai UCS, kuat tarik, dan modulus elastistisitas dari sampel batuan
granitik (Tugrul & Zarif, 1998)

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 34


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Gambar 6. Hubungan antara rasio kuarsa-feldspar dengan dry unit weight (Tugrul
& Zarif, 1998)

Porositas efektif ditentukan dengan metode saturasi. Volume total didapat

dari pengukuran kaliper dan volume pori didapatkan dari saturasi air berdasarkan

spesifikasi ISRM (1981) pada sampel core yang telah disiapkan. Porositas total

diukur dengan menghancurkan batuan hingga bubuk halus dan mengukur volume

bubuk tersebut dengan perpindahan fluida di dalam piknometer sesuai dengan

spesifikasi ISRM (1981). Lebih dari satu uji dilakukan untuk parameter untuk

nilai rata-rata. Porositas efektif dan porositas total dari batuan yang diuji telah

tersaji dalam Tabel 7.

Kecepatan Gelombang P dari batuan granitik didapatkan melalui aplikasi

pulsa-pulsa gelombang kompresi ultrasonik pada sampel yang sesuai dengan cara

uji yang ditunjukkan oleh ASTM (1980). Kecepatan gelombang dalam sampel

dihitung dari waktu tempuh gelombang dari sumber pulsa hingga mencapai

penerima gelombang di ujung yang lain. Hasilnya ditunjukkan dalam Tabel 8.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 35


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Schmidt hardness ditentukan berdasarkan pengukuran pada blok-blok

sampel. Sifat-sifat mekanik yang ditentukan pada sampel core diantaranya: indeks

point load, UCS, kuat tarik, dan modulus elastisitas.

Gambar 7. Hubungan antara rasio kuarsa feldspar dengan (a) UCS, dan (b) kuat
tarik. (Tugrul & Zarif, 1998)

Alat uji berupa Schmidt Hammer Tipe L-9 digunakan dalam laboratorium

pada blok-blok batuan yang dibatasi oleh kekar untuk memperkirakan kekuatan

dari batuan granitik. Sebanyak 5-6 titik pada tiap permukaan blok diukur dan nilai

rata-ratanya dihitung. Alat uji portabel untuk point load digunakan untuk menguji

sampel core silinder, sesuai dengan spesifikasi ISRM (1981). Hasilnya

ditunjukkan dalam Tabel 7.

Nilai UCS (uniaxial compressive strength) dari sampel batuan ditentukan

dengan menggunakan mesin uji uniaxial compression yang sesuai dengan

spesifikasi ISRM (1981). Penentuan nilai kuat tarik dilakukan dengan uji

Brazilian tension yang sesuai dengan spesifikasi ISRM (1981). Modulus

elastisitas dari batuan granitik utuh diturunkan dari kurva tegangan-regangan.

Tabel 8 menyajikan hasil eksperimen dari sifat-sifat mekanik.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 36


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
III.1.4 Hasil Penelitian

Hasil-hasil yang telah didapatkan kemudian dianalisa secara statistik untuk

menentukan range, mean, standar deviasi, dan variance dari tiap parameter yang

diuji. Parameter-parameter petrografi, fisik, dan mekanik dari tiap sampel diplot

satu sama lain untuk memprediksi dan memperkirakan satu parameter dari

parameter lainnya. Korelasi koefisien dan kurva yang paling cocok kemudian

dikalkulasi menggunakan metode least square curves fit. Beberapa hasil yang

penting dan menonjol lalu diilustrasi dan dibahas. Nilai koefisien korelasi > 8

dinilai signifikan secara statistik dengan tingkat keyakinan pada 95% dan

memiliki 17 derajat kebebasan (Johnson, 1984).

Gambar 8. Diagram batang yang menunjukkan hubungan antara kandungan


mineral dengan UCS. (Tugrul & Zarif, 1998)

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 37


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Gambar 9. Diagram batang yang menunjukkan hubungan antara ukuran butir
maksimum dengan UCS. (Tugrul & Zarif, 1998)

Untuk menentukan pengaruh karakteristik petrografis terhadap sifat-sifat

keteknikan, rasio kuarsa terhadap feldspar (plagioklas dan K-feldspar) dan ukuran

butir dikorelasi dengan sifat-sifat keteknikan menggunakan analisis regresi.

Gambar 10. Nilai UCS berbanding dengan ukuran butir rata-rata: (a) kuarsa, (b)
plagioklas, (c) K-feldspar (Tugrul & Zarif, 1998)
Porositas menjelaskan proporsi relatif padatan dan pori-pori; sementara

berat jenis menambah informasi mengenai kandungan mineralogi (Goodman,

1989). Kandungan kuarsa memiliki pengaruh terhadap dry unit weight dan

porositas total, karena butiran kristal kuarsa anhedral mengisi ruang antar butir

kristal yang lain. Dry unit weight bertambah seiring dengan peningkatan rasio
Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 38
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
kuarsa-feldspar (Gambar 6). Porositas total berkurang seiring peningkatan dry

unit weight, yang menjelaskan hubungan keterbalikan antara porositas total dan

kandungan kuarsa. Goodman (1989) mengindikasikan bahwa pada batuan

granitik, sejumlah besar dari ruang pori tersusun atas rekahan planar yang disebut

fissure. Seperti yang dapat terlihat pada Gambar 6, microfissure umumnya

terdapat dalam feldspar sebagai rekahan intrakristalin dan pada batas kristal.

Proporsi microfissure meningkat seiring dengan pelapukan, sehingga

mempengaruhi kekuatan batuan.

Gambar 11. Hubungan antara: (a) porositas total dan dry unit weight; (b)
porositas total dan kecepatan gelombang-P (Tugrul & Zarif, 1998)
Untuk menentukan hubungan antara komposisi mineralogi dan UCS, analisis

regresi sederhana telah dilakukan. Hubungan dan koefisien korelasinya

ditunjukkan dalam Gambar 7a. Menurut gambar ini, terdapat hubungan linier

antara rasio kuarsa-feldspar dan UCS. Terdapat pula hubungan serupa antara rasio

kuarsa-feldspar dengan kuat tarik (Gambar 7b). Seperti yang terlihat pada gambar

ini, hubungan ini tidak berada pada tingkat keyakinan 95% karena derajat alterasi

feldspar mempengaruhi rasio ini. Kuat tarik dikontrol oleh faktor yang sama

dengan UCS, yitu komposisi mineralogi, tekstur, dan ukuran butir. Hubungan

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 39


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
antara persentase mineral utama (kuarsa, plagioklas, K-feldspar, biotit, dan

amfibol) dan UCS ditunjukkan pada Gambar 8. Seperti yang dapat terlihat pada

gambar ini, pada banyak sampel feldspar berperan untuk mereduksi kekuatan

batuan. Kehadiran belahan mineral dan microfissure di feldspar dalam sampel

utuh juga mengurangi kuat tarik sebagaimana pengaruhnya untuk mengurangi

UCS (Onodera dan Asoka Kumara, 1980).

Kekuatan batuan sebagian dipengaruhi oleh kompetensi dari kemas batuan

untuk mengikat komponennya bersama (Goodman, 1989). Hubungan antara UCS

dengan ukuran butir maksimum mineral utama telah disajikan dalam Gambar 10.

Grafik ini menunjukkan bahwa ukuran butir adalah faktor utama yang

mempengaruhi kekuatan pada batuan granitik. Korelasi antara UCS dan ukuran K-

feldspar pada batuan granitik (Gambar 9) lebih signifikan (r = 0,91) dibandingkan

mineral penyusun yang lain.

Beberapa poin penting yang bisa disimpulkan dari hasil penelitian paper

ini antara lain:

Ukuran rata-rata mineral memiliki pengaruh terhadap kekuatan batuan.

Kekuatan batuan bertambah seiring pengurangan ukuran butir.

Komposisi mineralogi sangat mempengaruhi kekuatan batuan. Sebagai

salah satu faktor utama, rasio kuarsa-feldspar adalah parameter yang

paling berpengaruh terhadap besarnya kekuatan batuan. Semakin tinggi

rasio kuarsa-feldspar, semakin tinggi pula kekuatan batuan.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 40


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Kenaikan kandungan kuarsa dapat meningkatkan kekuatan batuan karena

kristal kuarsa anhedral dapat mengisi celah dan ruang antara kristal-kristal

lain sehingga meningkatkan kompetensi batuan granitik.

Karakteristik petrografi batuan granitik memiliki pengaruh lebih besar

terhadap sifat mekanik dibandingkan dengan sifat fisik.

III.2 Korelasi Karakteristik Mineralogi dan Tekstural dengan Sifat-Sifat

Keteknikan dari Batuan Granitik Hulu Langat, Selangor

Publikasi ini memiliki judul asli Correlation of Mineralogical and

Textural Characteristics with Engineering Properties of Granitic Rock from Hulu

Langat, Selangor dan ditulis oleh N.Q.A.M. Yusof dan H. Zabidi pada tahun

2015.

III.2.1 Lokasi dan Objek Penelitian

Peneliti paper ini mengambil sampel batuan granitik sebanyak 10 sampel

yang berada pada suatu terowongan di Hulu Langat, Selangor, Malaysia dengan

interval jarak acak antara satu sampel dengan sampel lain.

III.2.2 Karakteristik Petrografi Sampel

Sayatan tipis tiap sampel batuan granitik telah dipreparasi untuk

mempelajari komposisi mineralogi dan tekstur dari batuan tersebut. Sayatan tipis

diperiksa di bawah mikroskop petrografi (mikroskop polarisasi) untuk

menentukan ukuran butir rata-rata dan bentuk butir kristal. Rangkuman deskripsi

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 41


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
petrografi tiap sampel batuan granitik yang diambil dari area penelitian

ditunjukkan pada Tabel 9. Tekstur umum dari granit Langat dapat diwakilkan oleh

4 jenis tekstur, yaitu equigranular, porfiritik, faneritik, dan non-porfiritik. Kuarsa,

feldspar, dan mika adalah mineral utama yang ditemukan pada semua sampel.

Feldspar dapat dibagi menjadi plagioklas dan K-feldspar, dimana keduanya

umumnya hadir dalam sampel. Untuk grup mika, mineral yang paling umum

hadir adalah muskovit dan biotit. Mineral lain yang hadir adalah klorit dan pirit

dalam jumlah yang sangat minor. Rangkuman dari analisis petrografi diberikan

pada Tabel 10. Ukuran butir mineral juga telah ditentukan dan ditunjukkan pada

Tabel 11.

Tabel 9. Rangkuman deskripsi petrografi sampel batuan granitik Langat (Yusof &

Zabidi, 2015)

Jarak Tunnel Deskripsi petrografi


TD 2046,2 Kuarsa anhedral; feldspar subhedral besar; biotit euhedral-subhedral.
Biotit dan muskovit terkloritisasi.
TD 2053,7 Kuarsa anhedral, feldspar dan biotit euhedral-subhedral. Feldspar sedikit
terlaterasi; biotit terkloritisasi.
TD 2058,7 Kuarsa anhedral; feldspar tabular subhedral-anhedral dominan; biotit
subhedral. Biotit dan muskovit terkloritisasi; feldspar sedikit teralterasi.
TD 2061,2 Kuarsa anhedral sangat sedikit; feldspar subhedral besar dominan; biotit
subhedral-euhedral berukuran besar. Biotit terkloritisasi; feldspar sedikit
teralterasi.
TD 2068,7 Kuarsa anhedral; feldspar euhedral-subhedral; biotit lembaran subhedral.
Biotit dan muskovit sedikit terkloritisasi; feldspar teralterasi.
TD 2071,2 Kuarsa anhedral berukuran sedang; feldspar euhedral-subhedral. Feldspar
sedikit teralterasi.
TD 2073,7 Kuarsa anhedral; biotit subhedral; plagioklas tabular subhedral. Plagioklas
terserisitasi. Biotit terkloritisasi.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 42


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
TD 2075,2 Kuarsa anhedral berjumlah sedikit; feldspar subhedral besar; biotit
euhedral-subhedral. Feldspar sedikit teralterasi; biotit terkloritisasi.
TD 2081,2 Kuarsa anhedral; feldspar subhedral besar; Biotit subhedral-euhedral
besar. Biotit sedikit terkloritisasi; feldspar teralterasi menjadi mineral
lempung.
TD 2086,2 Kuarsa anhedral; biotit dan feldspar subhedral. Biotit dan muskovit
sedikit terkloritisasi.

Tabel 10. Komposisi mineralogi sampel batuan granitik Langat (Yusof & Zabidi,
2015)

Tabel 11. Ukuran butir kristal sampel batuan granitik Langat (Yusof & Zabidi,
2015)

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 43


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
III.2.3 Karakteristik Keteknikan

Sifat keteknikan sampel batuan ditentukan dari berbagai uji laboratorium

yang sesuai dengan prosedur yang tertera dalam ISRM (1981) dan ASTM (2005).

Penentuan indeks point load dilakukan dengan uji point load yang sesuai dengan

prosedur yang direkomendasi dalam ASTM D 5731. Mesin uji uniaxial

compression digunakan untuk menguji sampel core sesuai dengan spesifikasi

ISRM (1981). Kuat tarik dari batuan granitik ditentukan menggunakan mesin uji

Brazilian tension yang sesuai dengan spesifikasi ASTM (2005). Hasilnya dapat

dilihat dalam Tabel 12.

Tabel 12. Hasil pengukuran indeks point load, UCS, dan kuat tarik sampel batuan
granitik (Yusof & Zabidi, 2015)

III.2.4 Hasil Penelitian

Hasil pengujian yang tersaji pada tabel diatas kemudian dianalisis

menggunakan metode regresi kuadrat terkecil. Sifat-sifat petrografis dan mekanik

dari batuan granitik diplot satu sama lain untuk memprediksi dan memperkirakan

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 44


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
satu sifat dari sifat lain. Persamaan garis yang paling cocok dan koefisien korelasi

ditentukan untuk tiap regresi. Hasilnya kemudian diilustrasi dan dibahas.

Untuk menentukan pengaruh dari karakteristik petrografi terhadap sifat-

sifat keteknikan yang dimiliki batuan, rasio kuarsa-feldspar (plagioklas dan K-

feldspar) dan ukuran butir dikorelasi dengan sifat-sifat keteknikan menggunakan

analisis regresi. Hubungannya ditunjukkan pada Gambar 12. Menurut gambar ini,

hubungan antara rasio kuarsa-feldspar dan indeks point load serta UCS bersifat

linier, tapi korelasinya tidak signfikan karena derajat alterasi mempengaruhi rasio

ini. Korelasi antara kuat tarik dan rasio kuarsa-feldspar juga tidak signifikan. Hal

ini dapat terjadi arena beberapa sampel telah mengalami retakan dan tidak bersifat

utuh. Retakan terbentuk selama proses preparasi sampel. Pelapukan juga

memberikan pengaruh tinggi terhadap kekuatan batuan karena pelapukan

mengubah beberapa mineral, seperti feldspar menjadi mineral lempung. Hal ini

membentuk pori-pori dalam batuan, sehingga mengurangi kekuatannya.

Berdasarkan Goodman (1989), proporsi besar dari ruang pori tersusun atas retakan

planar yang disebut fissure. Fissure ini terbentuk umumnya dalam kristal feldspar

dan bertambah seiring pelapukan. Hilangnya kekuatan batuan bertambah seiring

peningkatan derajat pelapukan (Gupta & Rao, 2000).

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 45


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Quartz to feldspar ratio, QFR
Tensile strength, MPa Quartz to feldspar ratio, QFR

Quartz to feldspar ratio, QFR

Gambar 12. Hubungan antara rasio kuarsa-feldspar dengan: (a) indeks point load,
(b) UCS, dan (c) kuat tarik (Yusof & Zabidi, 2015)
Berdasarkan Gambar 12, kuarsa dan feldspar memberikan kontrol dan

pengaruh besar terhadap kekutan batuan granitik. Seiring dengan peningkatan

persentase kuarsa, kekuatan batuan mengalami pertambahan. Hal ini paling dapat

dilihat pada sampel TD 2081,2 dan TD 2086,2. Sampel ini memiliki persentasi

kuarsa terbesar diantara sampel lain (35%) dan memiliki nilai UCS tertinggi.

Kontras dengan TD 2073,7 , batuan ini memiliki nilai UCS terendah karena

rendahnya kandungan kuarsa. Tetapi, pada beberapa sampel yang kaya kuarsa

nilai UCS-nya rendah. Hal ini disebabkan karena tekstur dari batuan tersebut.

Intergrowth dari butiran mineral akan menghasilkan nilai kekuatan yang terendah.

Feldspar memiliki karakter yang sangat berpengaruh terhadap reduksi kekuatan

batuan. Kehadiran belahan mineral dan retakan-retakan kecil dalam feldspar akan

mengurangi nilai kekuatan batuan, yaitu UCS dan kuat tarik.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 46


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Percentage of mineral, %

Uniaxial compressive
strength, MPa

Gambar 13. Diagram batang yang menunjukkan hubungan antara persentase


kuarsa dan feldspar terhadap UCS. (Yusof & Zabidi, 2015)
Maximum grain size, mm

Uniaxial compressive
strength, MPa

Gambar 14. Diagram batang yang menunjukkan hubungan antara ukuran butir
maksimal terhadap UCS. (Yusof & Zabidi, 2015)
Hubungan antara UCS dan ukuran butir maksimum ditunjukkan dalam

Gambar 14. Berdasarkan gambar ini, hubungan antara UCS secara tidak langsung

proporsional dengan ukuran butir. UCS berkurang seiring peningkatan ukuran

butir. Kekuatan batuan berkurang secara signifikan seiring pertambahan ukuran

butir kristal pada batuan beku (Onodera dan Kumara, 1980). Ketika ukuran butir

bertambah, terdapat sejumlah ruang pori yang hadir diantara butiran mineral. Pori-

pori ini dapat mengurangi kekuatan batuan. Kekuatan yang lebih besar pada

batuan granitik dapat dihubungkan dengan derajat interlocking mineral. Kekuatan

batuan dapat berkurang karena kehadiran butiran anhedral-subhedral. Butiran

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 47


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
euhedral dapat meningkatkan kekuatan batuan karena bentuk bidang kristalnya

yang baik dengan sisi-sisinya yang tajam. Terdapat pula beberapa sampel yang

menunjukkan nilai kekuatan tinggi meskipun ukuran butirnya sedang kasar. Hal

ini dapat terjadi karena efek dari komposisi mineralogi yang hadir dalam sampel.

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijabarkan pada paragraf-

paragraf sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari

paper ini:

Ukuran butir rata-rata mempengaruhi kekuatan batuan, dimana kekuatan

batuan bertambah seiring pengurangan ukuran butir.

Komposisi mineral mendominasi faktor yang mengontrol kekuatan batuan.

Kandungan kuarsa yang tinggi menghasilkan kekuatan batuan yang tinggi,

sementara kandungan kuarsa yang tinggi menghasilkan kekuatan batuan

yang rendah.

Alterasi yang terjadi pada feldspar mengurangi kekuatan batuan granitik.

Kekuatan batuan dapat dipengaruhi kehadiran mineral mika. Semakin

tinggi mika yang dikandung oleh batuan granitik, kekuatan batuannya

relatif berkurang.

Pelapukan dapat mengurangi kekuatan batuan meskipun ukuran butirnya

kecil.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 48


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
III.3 Sifat-Sifat Petrografi dan Fisikomekanik Batuan Granitik dari Lembah

Kumrat, Batholith Kohistan, Pakistan Baratlaut

Paper ini memiliki judul asli Petrography and Physico-mechanical

Properties of the Granitic Rocks from Kumrat Valley, Kohistan Batholith, NW

Pakistan dan ditulis oleh M. Arif, I. Islam, dan M. Rizwan pada tahun 2015.

III.3.1 Lokasi dan Objek Penelitian

Gambar 15. Peta geologi Kohistan Island Arc (KIA) yang menunjukkan area
studi (Arif et al., 2015)

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 49


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Area studi berada pada koordinat 35 31' 41.03" N, 72 14' 06.47" E yang

termasuk pada Lembah Kumrat, Pakistan baratlaut. Lembah ini diduga merupakan

bagian dari Batholit Kohistan (Sullivan dkk., 1993). Batuan granitik banyak

tersebar di Pakistan barat laut, baik dalam bentuk batholit besar maupun intrusi-

intrusi kecil (Tahirkheli dan Jan, 1979). Sebanyak 3 sekuen volkano-sedimenter

yang berbeda tersingkap dalam Kohistan Island Arc (KIA). Dari selatan ke utara,

sekuen ini terdiri dari amfibolit Kamila, grup Jaglot, dan grup vulkanik Chalt

(Bignold et al., 2006) (lihat Gambar 15).

Untuk mengetahui karakteristik petrografi dan sifat keteknikannya,

sebanyak 2 kelompok sampel batuan granitik segar telah diambil dari area studi,

yaitu kelompok batuan granitik berbutir kasar dan berbutir sedang. Sampel-

sampel ini kemudian diproses dan digunakan untuk penyelidikan rinci mengenai

karakteristik petrografinya dan penentuan sifat-sifat ketenikannya. Sejumlah 6

sampel core telah dihasilkan dari 2 kelompok sampel ini untuk mempelajari sifat

mekanik dari batuan granitik.

III.3.2 Karakteristik Petrografi Sampel

Berdasarkan tekstur yang dapat diamati di bawah mikroskop polarisasi,

granit Kumrat menunjukkan tekstur berdasarkan hubungan antar kristal sub-

equigranular hingga inequigranular, tekstur berdasarkan bentuk kristal

hipidiomorfik, dan tidak menunjukkan orientasi pensejajaran. Komposisi

mineralogi sampel dapat dilihat pada Tabel 13. Mineral utamanya termasuk

ortoklas, plagioklas, kuarsa, biotit, dan muskovit. Mineral aksesorisnya adalah

apatit dan beberapa mineral opak. Mineral sekundernya berupa klorit dan serisit.
Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 50
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Kelimpahan dari masing-masing mineral utama diplot pada diagram klasifikasi

IUGS (Le Maitre, 2002) untuk mengetahui nama batuan. Sampel-sampel yang

diamati terletak pada area yang diklasifikasi sebagai granit (lihat Gambar 16).

Gambar 16. Komposisi modal batuan granitik Kumrat yang diplot pada sistem
klasifikasi IUGS (Le Maitre, 2002)

Kelimpahan modal dari ortoklas berkisar dari 42% - 51% (Tabel 13).

Beberapa ortoklas menunjukan tekstur myrmekitic (Gambar 17a). Sebagian besar

butiran ortoklas berbentuk subhedral euhedral. Beberapa butiran kristal

mengandung inklusi mineral lain yang melimpah (contohnya biotit dan mineral

opak), sehingga menghasilkan tekstur piokilitic (Gambar 17b). Kuarsa adalah

mineral berikutnya yang paling melimpah dalam granit Kumrat (19-35%). Kuarsa

hadir sebagai butiran anhedral berukuran sedang yang umumnya menunjukkan

gelapan berundulasi kuat (Gambar 17c).

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 51


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Gambar 17. Fotomikrograf yang menunjukkan kenampakan petrografis sampel
granit Kumrat. (Arif et al., 2015)

Kelimpahan modal plagioklas berkisar dari 5-20% (Tabel 13). Plagioklas

yang hadir umumnya berbentuk euhedral-subhedral (Gambar 17d dan e) yang

menunjukkan tingkat alterasi hingga serisit. Sebagian besar kristal plagioklas

menunjukkan zonasi, beberapa diantaranya menunjukkan kembaran polisintetik

Carlsbad-albite (Gambar 17e dan 17f).

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 52


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Gambar 17. (lanjutan)

Kelimpahan modal biotit berkisar dar 3-15% (Tabel 13). Biotit

menunjukkan pleokroisme kuat dari cokelat muda ke cokelat tua dan hadir dalam

bentuk kepingan-kepingan berukuran sedang (Gambar 17g). Biotit umumnya

berasosiasi dengan klorit, mineral opak dan pada beberapa kasus, dengan

muskovit (Gambar 17g). Kelimpahan modal klorit berkisar dari 1-4%. Klorit

menunjukkan pleokroisme hijau muda ke hijau tua. Asosiasinya yang kuat dengan

biotit menunjukkan bahwa klorit merupakan hasil alterasi dari biotit. Beberapa

butiran biotit bahkan terubah seluruhnya menjadi klorit (Gambar 17h). Sementara

biotit lain teralterasi sebagian (Gambar 17i). Alterasi biotit menjadi klorit

ditambah dengan serisitasi dari plagioklas mengindikasi adanya alterasi

hidrotermal derajat rendah dari sampel batuan granitik.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 53


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Tabel 13. Komposisi modal sampel granit Kumrat (Arif et al., 2015)

Kelimpahan modal muskovit pada sampel berkisar hingga 2%. Muskovit

hadir dalam bentuk kristal tabular dan kepingan (Gambar 17g). Butiran dari suatu

mineral opak juga teramati pada sampel yang umumnya berasosiasi dengan biotit.

III.3.3 Karakteristik Keteknikan

Kekuatan batuan

Nilai UCS dan kuat tarik (UTS) dari sampel-sampel granit Kumrat

ditentukan berdasarkan uji laboratorium. Selain itu, nilai kuat geser juga diukur.

Pengukuran UCS dan UTS dilakukan secara langsung dengan mesin penguji

kekuatan batuan, sementara kohesi dan sudut gesek dalam (keduanya menentukan

nilai kuat geser) diturunkan dari nilai UCS dan UTS.

Tabel 14. UCS, UTS dan kuat geser sampel granit Kumrat (Arif et al., 2015)

Tabel 15. Absorpsi air(%), berat jenis, porositas, serta hubungannya dengan UCS
pada sampel granit Kumrat (Arif et al., 2015)

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 54


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Sebanyak 3 sampel core batuan granitik tiap kelompok sampel digunakan

untuk menentukan UCS dan UTS. Nilai UCS terendah, baik dari kelompok

sampel berbutir kasar maupun berbutir sedang, memiliki hasil yang cukup tinggi

untuk mengelompokkannya dalam kategori moderately strong strong (Anon,

1977, 1979, 1981) (lihat Tabel 14). Rasio UCS dan UTS dari hampir seluruh

sampel yang diukur berada pada kisaran ini.

Absorpsi air

Penentuan absorpsi air merupakan suatu faktor penting untu mengetahui

efek hidrasi dan dehidrasi dalam mekanika batuan yang berada dekat dengan

kontak air untuk memungkinkan akses air yang dapat meningkatkan derajat

pelapukan (Bell, 2007). Hasil pengukurannya tersaji dalam Tabel 15.

Porositas

Penentuan porositas merupakan faktor penting yang mempengaruhi sifat

fisik batuan yang menentukan sebarapa banyak pori yang tersedia dalam batuan

dan jumlah air yang dapat ditampung oleh sampel yang dapat mempercepat prose

pelapukan. Dengan menggunakan metode dan kalkulasi yang dipakai oleh

Harrison (1993), porositas dari sampel ditunjukkan pada Tabel 15.

Berat jenis

Berat jenis dari sampel granitik ditentukan dalam laboratorium

menggunakan peralatan dan rumus yang sebelumnya telah digunakan oleh Sajid et

al. (2009). Nilainya ditunjukkan dalam Tabel 15.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 55


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
III.3.4 Hasil Penelitian

Sifat-sifat fisik dan geoteknik dari batuan granitik Kumrat dipengaruhi

oleh komposisi mineralogi, tekstur (bentuk dan ukuran butir), kemas (penyusunan

mineral dan pori) serta derajat pelapukan (Irfan, 1996). Batuan yang mengandung

mineral yang kuat akan menghasilkan kekuatan yang tinggi. Batuan dengan

ukuran butir yang lebih kecil juga lebih kuat dibanding batuan yang berbutir kasar

(Bell, 2007). Pada penelitian yang dilakuan, granit berukuran butir sedang lebih

kuat dibanding granit berukuran butir kasar.

Batuan yang mineral penyusunnya berbentuk tak teratur akan

menunjukkan kekuatan yang lebih tinggi daripada batuan yang mineralnya

berbentuk teratur (euhedral). Batas kontak antara butiran euhedral dapat bertindak

sebagai diskontinuitas dimana retakan dapat terbentuk (Lindqvist, Akesson, dan

Malaga, 2007).

Kekuatan batuan juga sangat dipengaruhi oleh proses alterasi dan pelapukan.

Kekuatan batuan mengalami pelemahan yang cukup besar karena pelapukan (Bell,

2007). Umumnya, produk alterasi batuan plutonik memiliki kandungan lempung

yang tinggi. Kenampakan alterasi ini dapat teramati pada sampel yang diperiksa,

namun karena sangat jarang, maka pengaruhnya terhadap sifat keteknikan dapat

diabaikan.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 56


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
BAB V

KESIMPULAN

Berikut ada lah beberapa hal yang dapat disimpulkan dari pembahasan

beberapa studi kasus mengenai korelasi karakteritik petrografi batuan granitik

dengan sifat-sifat keteknikannya:

1. Karakteristik petrografis batuan granitik memiliki korelasi yang kuat

dengan sifat-sifat keteknikan batuan tersebut, sehingga dapat digunakan

untuk memprediksi kekuatan batuan granitik secara umum.

2. Tekstur batuan beku granitik sangat mempengaruhi sifat keteknikan yang

dimiliki batuan tersebut, dimana tren pengaruhnya adalah sebagai berikut:

Semakin besar ukuran butir, semakin lemah kekuatan batuan, dan

sebaliknya.

Semakin teratur bentuk kristal, semakin tinggi kekuatan batuan, dan

sebaliknya.

Semakin kompak material yang menyusun batuan, semakin tinggi

kekuatan batuan, dan sebaliknya

3. Komposisi mineralogi utama batuan beku granitik yang umumnya

tersusun atas kuarsa dan feldspar (plagioklas & K-feldspar) sangat

mempengaruhi kekuatan batuan. Semakin besar rasio kuarsa terhadap

feldspar, maka kekuatan batuan granitik yang dihasilkan akan semakin

tinggi.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 57


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
4. Tingkat alterasi dan pelapukan dapat dipengaruhi oleh porositas batuan

granitik, sehingga secara tidak langsung porositas batuan mempengaruhi

kekuatan batuan.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 58


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
DAFTAR PUSTAKA

Anon. 1977a. The Description of Rock Masses for Engineering Purposes.

Engineering Group Working Party Report. J. Eng. Geol.10:43-52.

Anon. 1979. Classification of Rocks and Soil for Engineering Geological

Mapping, part-I rock and soil materials. Bull. Int. Assoc. Eng. Geol. 364-

371.

Anon. 1981. Basic Geotechnical Description of Rock Masses. International

society of rock mechanics commission on the classification of rocks and

rock masses. J. Rock Mech. Min. Series Geomech. Abstracts 18:85-110.

Arif, M., et al. 1999. Petrography and Mechanical Properties of the Mansehra

Granite, Hazara, Pakistan.

Arif, M., Islam, I., dan Rizwan, M. 2015. Petrography and Physico-mechanical

Properties of the Granitic Rocks from Kumrat Valley, Kohistan Batholith,

NW Pakistan. AshEse Journal of Physical Science vol. 1.

ASTM. 1994. Annual Book of ASTM Standards-Construction: Soil and Rocks.

West Conshohocken: ASTM Publication.

Bell, F.G. 2008. Engineering Geology. Oxford: Elsevier.

Bieniawski, Z.T. 1989. Engineering Rock Mass Classification. New York: John

Wiley & Sons.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 59


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Bignold, S.M., Treloar, J.P., dan Petford, N. 2006. Changing Sources of Magma

Generation Beneath Intra-Oceanic Island Arcs: An Inside From the

Juvenile Kohistan Island Arc, Pakistan Himalaya. Chem. Geol. 233:46-74.

Cox, K.G., Price, N.B., dan Harte, B. 1967. An Introduction to the Practical Study

of Crystals, Minerals, and Rocks. London: McGraw Hill.

Cross, W., dkk. 1906. Texture of Igneous Rocks. Chicago: The University of

Chicago Press.

Deere, D.U., dan Miller, R.P. 1966. Engineering Classification and Index

Properties for Intact Rock, Technical Report No. AFNL-TR-65-116. New

Mexico: Air Force Weapon Laboratory.

Finnemore, J. E. 2002. Fluid Mechanics with Engineering Applications. New

York: McGraw-Hill.

Goodman,R.E. 1989. Introduction to Rock Mechanics. New York: John Wiley &

Sons.

Gupta, A.S., dan Rao, S.K. 2000. Weathering Effects on the Strength and

Deformational Behaviour of Crystalline Rocks Under Uniaxial

Compression State. International Journal of Engineering Geology.

Hutchison, C.D. 1974. Laboratory Handbook of Petrographic Techniques. New

York: John Wiley & Sons.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 60


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Irfan, T.Y.J. 1996. Mineralogy Fabric Properties and Classification of Weathered

Granites in Hong Kong. -.

ISRM. 1981. Rock Characterization, Testing on Monitoring, dalam: E. T. Brown,

Ed., ISRM Suggested Methods. Oxford : Pergamon Press

Johnson, R. 1984. Elementary Statistics. Boston: Duxbury Press.

Keikha, T., dan Keykha, H.A. 2013. Correlation between Mineralogical

Characteristics and Engineering Properties of Granitic Rocks. Iran:

EJGE.

Le Bas, M.J., dan Streckeisen, A.L. 1991. The IUGS Systematics of Igneous

Rocks. London: Journal of the Geological Society.

Lindqvist, J.E., Akesson, U., dan Malaga, K. 2007. Microstructure and

Functional Properties of Rock Materials. Material Characterization, 58.

Marmo, V. 1971. Granite Petrology and the Granite Problem. Amsterdam:

Elsevier.

Onodera, T.F., dan Asoka Kumara, H.M. 1980. Relation Between Texture and

Mechanical Properties of Crystalline Rocks. Bull. Int. Assoc. Eng. Geol.

22.

Shakoor, A., Bonelli, R.E. 1991. Relationship Between Petrophysical

Characteristics, Engineering Index Properties and Mechanical Properties

of Selected Sandstones. Bull Assoc Eng Geol.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 61


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Stagg, K.G., dan Zienkewicz, O.C. 1978. Rock Mechanics in Engineering

Practice. London: John Wiley & Sons.

Sullivan, M.A., Windley, B.F., Saunders, A.D., Haynes, J.R., dan Rex, D.C. 1993.

A Paleographic Reconstruction of The Dir Group Evidence For Magmatic

Arc Migration Within Kohistan, N-Pakistan. Himalayan Tectonics, Special

Publication 74:139-160.

Tahirkheli, R.A.K., dan Jan, M.Q. 1979. The Geology of Kohistan, Karakoram

Himalaya North Pakistan. Geol. Bull. Univ. Peshawar 11.

Trisna, M.D. 2015. Karakteristik dan Petrogenesa Batuan Granitoid Bukit Batu,

Kecamatan Pangkalampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi

Sumatera Selatan. Yogyakarta: Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik

UGM.

Tugrul, A., dan Zarif, I.H. 1998. Correlation of Mineralogical and Textural

Characteristics with Engineering Properties of Granitic Rocks from

Turkey. Turki: Elsevier.

Williams, W., Turner, F.J, dan Gilbert, C.M. 1982. Petrography: An Introduction

to the Study of Rocks in Thin Sections. New York: W.H. Freeman and

Company.

Yusof, N.Q.A.M., dan Zabidi.H. 2015. Correlation of Mineralogical and Textural

Characteristics with Engineering Properties of Granitic Rock from Hulu

Langat, Selangor. Malaysia: Elsevier.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 62


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Zirkel,F., dan King, C. 1876. Report of the Geological Exploration of the Fortieth

Parallel Vol. VI: Professional Papers of the "Engineer Department, U.S.

Army No. 18 Microscopical Petrography. Washington D.C.: Government

Printing Office.

Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 63


Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya

Anda mungkin juga menyukai