REFERAT
Disusun oleh:
RAMA TRI SAKSONO
13/348472/TK/40931
Dosen Pembimbing:
AGUS HENDRATNO, S.T., M.T.
197009201998031001
YOGYAKARTA
JUNI
2016
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
i
KATA PENGANTAR
Rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan karya referat ini yang
berjudul Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya. Selain itu,
penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian karya ini, yaitu kepada:
1. Bapak Agus Hendratno, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan bagi penulis dalam penyelesaian karya ini.
2. Ayahanda tercinta dr. Sindu Saksono, Sp.B., Sp.BA beserta keluarga yang
telah memberikan dukungan, baik moril maupun materiil bagi penulis.
3. Teman-teman Teknik Geologi UGM angkatan 2013 yang namanya tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu memberi saran
dan motivasi hingga karya ini dapat selesai.
Penulis sadar bahwa dalam penyusunan karya referat ini masih banyak
melakukan kesalahan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan segala kritik
dan saran dari pembaca agar di masa depan penulis bisa membuat karya yang
lebih baik lagi. Penulis juga berharap agar karya ini dapat berguna untuk
menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vii
SARI viii
BAB I PENDAHULUAN 1
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Maksud dan Tujuan 1
I.3 Batasan Masalah 2
I.4 Manfaat Penelitian 3
I.5 Peneliti Pendahulu 3
iii
II.3.5 Schmidt Hammer Value (SHV) 19
II.3.6 Point Load Strength Index 20
II.3.7 Uniaxial Compressive Stress (UCS) 21
II.3.8 Kuat Tarik 21
II.3.9 Modulus Elastisitas 22
II.3.10 Kecepatan Gelombang-P 22
BAB IV KESIMPULAN 49
DAFTAR PUSTAKA 50
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Klasifikasi sistematik IUGS untuk batuan beku plutonik (Le Bas &
Streckeisen, 1991) 12
Gambar 4. Peta lokasi pengambilan sampel batuan granitik di Turki (Tugrul &
Zarif, 1998) 28
Gambar 7. Hubungan antara rasio kuarsa feldspar dengan (a) UCS, dan (b)
kuat tarik. (Tugrul & Zarif, 1998) 36
Gambar 10. Nilai UCS berbanding dengan ukuran butir rata-rata: (a) kuarsa, (b)
plagioklas, (c) K-feldspar (Tugrul & Zarif, 1998) 38
Gambar 11. Hubungan antara: (a) porositas total dan dry unit weight; (b)
porositas total dan kecepatan gelombang-P (Tugrul & Zarif, 1998)
39
v
Gambar 12. Hubungan antara rasio kuarsa-feldspar dengan: (a) indeks point
load, (b) UCS, dan (c) kuat tarik (Yusof & Zabidi, 2015) 46
Gambar 14. Diagram batang yang menunjukkan hubungan antara ukuran butir
maksimal terhadap UCS. (Yusof & Zabidi, 2015) 47
Gambar 15. Peta geologi Kohistan Island Arc (KIA) yang menunjukkan area
studi (Arif et al., 2015) 49
Gambar 16. Komposisi modal batuan granitik Kumrat yang diplot pada sistem
klasifikasi IUGS (Le Maitre, 2002) 51
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3. Komposisi mineral dari sampel batuan (Tugrul & Zarif, 1998)
31
Tabel 4. Ukuran butir kristal dari sampel batuan granitik (Tugrul & Zarif,
1998) 32
Tabel 5. Nilai berat jenis, dry unit weight, dan saturated unit weight dari
sampel batuan granitik (Tugrul & Zarif, 1998) 32
Tabel 6. Nilai absorpsi air, porositas efektif, dan porositas total dari sampel
batuan granitik (Tugrul & Zarif, 1998) 33
Tabel 7. Nilai kecepatan gelombang-P, SHV, dan indeks point load dari
sampel batuan granitik (Tugrul & Zarif, 1998) 34
Tabel 8. Nilai UCS, kuat tarik, dan modulus elastistisitas dari sampel batuan
granitik (Tugrul & Zarif, 1998) 34
Tabel 10. Komposisi mineralogi sampel batuan granitik Langat (Yusof &
Zabidi, 2015) 43
Tabel 11. Ukuran butir kristal sampel batuan granitik Langat (Yusof & Zabidi,
2015) 43
Tabel 12. Hasil pengukuran indeks point load, UCS, dan kuat tarik sampel
batuan granitik (Yusof & Zabidi, 2015) 44
vii
Tabel 13. Komposisi modal sampel granit Kumrat (Arif et al., 2015) 54
Tabel 14. UCS, UTS dan kuat geser sampel granit Kumrat (Arif et al., 2015)
54
Tabel 15. Absorpsi air(%), berat jenis, porositas, serta hubungannya dengan
UCS pada sampel granit Kumrat (Arif et al., 2015) 54
viii
SARI
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Petrografi adalah salah satu bidang ilmu yang krusial untuk mengetahui
sifat-sifat keteknikan dari batuan. Studi dari sifat-sifat mekanik dari batuan dan
kapabilitas batuan terhadap keruntuhan (Tugrul & Zarif, 1999). Sifat keteknikan
terowongan bawah tanah, batuan sebagai rockfill atau embankment, dll.) atau
dalam usaha mitigasi bencana alam (landslide, rockfall, rock slide, dll.).
pada paragraf diatas. Variasi ini disebabkan utamanya karena keberagaman dari
karakteristik tekstur dan mineralogis batuan granitik itu sendiri. Petrogenesa serta
menghasilkan batuan granitik dengan tekstur dan mineralogi yang unik satu sama
dengan sifat keteknikannya. Penulis merasa perlu untuk menggali lebih dalam
pustaka terkait dan pengulasannya dalam karya referat ini diharapkan dapat
keteknikan.
sifat keteknikannya.
keteknikan.
petrografisnya.
segala ciri dan kenampakan yang dapat diamati dan dideskripsi pada sayatan tipis
tekstur (derajat kristalinitas, ukuran kristal, bentuk dan hubungan antar kristal,
dikorelasikan dengan sifat keteknikan yang diukur dan diuji dengan metode-
metode tertentu. Sifat-sifat keteknikan ini antara lain; berat jenis, dry &
unsaturated unit weight, tingkat absorpsi air, porositas total & efektif, indeks
Schmidt, point load strength index, Uniaxial Compressive Strength (UCS), kuat
dengan pengujian yang umumnya sudah sesuai dengan prosedur standar yang
regresi. Analisis regresi adalah metode statistik yang digunakan untuk mencari
tersebut, dalam hal ini karateristik petrografi dan sifat keteknikan batuan.
batuan beku granitik dengan sifat keteknikan yang dimilikinya berdasarkan dasar-
dasar teori yang telah dikumpulkan serta peninjauan beberapa pustaka. Selain itu,
Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 3
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
referat ini juga diharapkan dapat berguna untuk memahami prediksi sifat
meneliti topik yang berkaitan dengan hubungan petrografis batuan granitik dengan
granitik ini berasal dari berbagai belahan dunia, namun sayangnya penulis belum
kedua parameter tersebut pada batuan granitik di Indonesia. Sudah cukup banyak
penulis, keterdapatannya yang relatif jarang dan kompleksitas dari batuan granitik
Setiap pustaka dengan peneliti dan sampel batuan granitik yang berbeda
petrografi dan sifat keteknikan beserta hasil yang didapat dari beberapa peneliti
Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 4
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
terdahulu yang sudah melakukan penelitian mengenai hubungan parameter
petrografi dengan parameter keteknikan pada batuan granitik (lihat Tabel 1).
DASAR TEORI
memiliki banyak sekali aspek yang membingungkan banyak ahli ahli yang telah
lama menekuni bidang dari batuan granitik. Istilah dari batuan granitik dapat
(1912 dalam Marmo, 1971) yang menyatakan bahwa granit adalah suatu jenis dari
batuan beku yang memiliki tekstur kasar hingga halus dengan komposisi berupa
kuarsa, feldspar, dan mika. Namun definisi ini menjadi rancu dikarenakan
penggunaan istilah bagi batuan bertekstur halus untuk tetap disebutkan sebagai
granit dalam dunia sains. Hal ini tentunya akan menjadi bertentangan karena
menyebabkan kelompok batuan menjadi terlalu luas dan akan membuat banyak
bagi ahli ahli geologi pemula yang tidak memiliki banyak pengalaman untuk
berurusan dengan granit. Johannsen (1941 dalam Marmo, 1971) juga mencoba
mineral feldspar utama yang dapat ditemui merupakan mineral K feldspar dan
suatu penamaan granit. Namun hal ini akan menyebabkan banyak ahli kesulitan
dalam penggunaannya pada aspek praktis, terutama jika digunakan dalam tata
Aspek penamaan yang tidak praktis dalam definisi Johannsen (1941 dalam
yang baik mengenai apa yang dimaksud dengan batuan granit dan apa yang
membedakan mereka dengan jenis jenis batuan yang ada terutama dari jenis
batuan beku ini sendiri, apa yang mencirikan suatu granit dan yang paling
penting adalah bagaimana suatu standar baku yang dapat digunakan bagi suatu
pemahaman istilah granit terus berlanjut terutama diakibatkan oleh rasa ingin
tahu yang cukup besar di dalam memahami misteri misteri yang menyelubungi
Winter (2001) di dalam karyanya sebagai suatu istilah yang cukup luas. Ubahan
bagi satu suku kata, kata granitik kemudian diperkenalkan sebagai suatu
kelompok besar batuan batuan beku yang ada di alam yang menunjukkan suatu
tekstur kasar atau faneritik, memiliki struktur pada umumnya masif dan
menunjukkan suatu pola instrusif (menerobos) dalam bentuk dyke atau batolit atau
dalam bentuk pola tubuh intrusi lainnya, yang komposisinya didominasi oleh
Ciri khas lainnya dari batuan granitik adalah harus memiliki kandungan silika
yang cukup tinggi melebihi 65% namun terkadang dalam suatu kondisi khusus
bisa jadi batuan granitik masih bisa terbentuk dalam kondisi kekurangan silika
(Winter, 2001).
akhirnya merujuk pada suatu kebutuhan akan standar yang dapat dijadikan
patokan bersama bagi suatu batuan agar dapat di kategorikan ke dalam batuan
yang sama panjangnya terhadap pemahaman terhadap batuan granitik itu sendiri.
Hal ini menjadi logis mengingat tidak adanya suatu standar baku dalam
pemahaman batuan granitik, sehingga memunculkan suatu rasa ingin tahu dalam
benak peneliti untuk membuat suatu klasifikasi yang diharapkan dapat disetujui
bersama dan dapat dijadikan suatu kesepakatan dalam memahami batuan granitik.
klasifikasi akan lebih unggul pada aplikasinya untuk bidang tertentu dibanding
klasifikasi lain. Perlu diketahui bahwa pemilihan klasifikasi yang tepat akan
penamaan suatu batuan yang diidentifikasi oleh seorang geologist dapat dengan
mudah dipahami oleh geologist lain dengan meminimalisir unsur ambigu. Le Bas
& Streckeisen (1978) menjelaskan bahwa klasifikasi batuan beku harus mematuhi
deskriptif
3. Nama dasar yang diberikan pada suatu batuan harus sesuai untuk
secara umum
kondisi-kondisi pembatas
internasional
karakteristik petrografi sayatan tipis batuan. Salah satu klasifikasi yang dinilai
paling tepat untuk mengamati batuan granitik pada pengamatan petrografi adalah
klasifikasi sistematis IUGS yang dibuat oleh Le Bas & Streckeisen (1991), seperti
yang dapat terlihat pada Gambar 1. Klasifikasi ini direpresentasikan dalam bentuk
suatu diagram QAPF. Diagram QAPF adalah sebuah diagram segitiga ganda yang
(plagioklas), dan F (feldspatoid). Diagram segitiga QAP berada pada bagian atas
batuan beku, namun perlu diingat bahwa tidak menutup kemungkinan akan
adanya kehadiran mineral-mineral lain dalam batuan tersebut. Mineral QAP dan
Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 11
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
APF ini jumlahnya dihitung dengan cara normalisasi, dimana jumlah kumulatif
dari ketiga mineral dianggap berjumlah 100%, sehingga persentase tiap mineral
pada diagram akan dinormalisasi terhadap jumlah ini. Klasifikasi ini digunakan
untuk batuan beku plutonik yang memiliki kandungan volumetrik mineral felsik
>10% dan mineral mafik <90%. Batuan granitik adalah batuan beku plutonik yang
memenuhi syarat ini, maka dirasa sangat sesuai jika klasifikasi yang digunakan
Gambar 1. Klasifikasi sistematik IUGS untuk batuan beku plutonik (Le Bas &
Streckeisen, 1991)
Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 12
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
II.2 Karateristik Petrografi Batuan Beku
bagi geologist untuk dapat mengamati batuan dari skala mikroskopis. Pengamatan
ini diharapkan dapat mengidentifikasi fitur-fitur yang tidak dapat teramati pada
menghasilkan kerangka interpretasi yang lebih logis dan detil. Oleh karena itu,
sangat penting jika pengamatan petrografi yang dilakukan seorang geologist harus
pada batuan beku untuk menjelaskan proporsi relatif dari material batuan beku
keseluruhan gelasan, gelasan dengan proporsi lebih banyak atau sedikit dibanding
kristal, hingga batuan yang kristalin seluruhnya. Ukuran kristal tidak terlibat
dibuat oleh beberapa penulis untuk mengekspresikan ukuran kristal dalam istilah
deskriptif. Klasifikasi ukuran kristal yang paling umum dapat didasarkan pada
klasifikasi yang dibuat oleh Cox, Price, dan Harte (1967). Klasifikasi ini dapat
berikut:
Sementara itu, Zirkel (c. 1876) menjelaskan bahwa ukuran kristal pada batuan
dapat dideskripsi dengan melihat ukuran kristal secara umum pada batuan; batuan
berbutir halus memiliki kristal berukuran <1 mm, batuan berbutir sedang memiliki
kristal berukuran 1-5 mm, dan batuan berbutir kasar memiliki kristal berukuran >5
mm.
ukuran kristal-kristal tersebut secara relatif. Cox, Price dan Harte (1967)
berikut:
dimana dapat terlihat fenokris dan massa dasar pada batuan. Tipe
menjelaskan bagaimana bentuk kristal mineral yang ada dalam suatu batuan
beku serta hubungan mineral tersebut dengan kristal-kristal mineral lain yang
ada di sekitarnya. Parameter ini khususnya sangat ideal untuk diamati pada
umunya terlihat sangat baik pada sayatan tipis batuan. Menurut Cox, Price,
dan Harte (1967), bentuk dan hubungan antar kristal dapat diklasifikasi
sebagai berikut:
dibatasi dengan kristal lain oleh bidang batas yang tegas dan jelas. Batuan
idiomorfik.
sebagian sisi batas mineralnya dipotong oleh batas kristal lain. Batuan
hipidiomorfik.
Anhedral; kristal mineral memiliki bentuk yang tidak baik dimana batas
kristal mineral tersebut seluruhnya dipotong oleh batas kristal lain. Batuan
allotriomorfik.
dideskripsi untuk memperjelas karakter tekstur yang tidak bisa dideskripsi pada
Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 16
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
pengamatan tekstur lain. Seringkali tekstur khusus hanya dapat diamati pada
pengamatan petrografis. Suatu sampel batuan biasanya memiliki salah satu atau
beberapa tekstur khusus agar deskripsi batuan dapat dihasilkan secara lebih
spesifik.
seragam.
Porfiritik digunakan pada batuan beku yang memiliki fenokris dan massa
dasar.
skala mikroskopis.
berupa gelasan.
oligoklas.
subophitic.
mineral sekunder, seperti opal, kalsedon, klorit, kalsit, dan zeolit untuk
membentuk amygdules.
dan memiliki banyak tekstur. Salah satu tekstur ini adalah piroklastik yang
sebaik dan seakurat mungkin pada pengamatan sayatan tipis. Setidaknya beberapa
medan pandang harus diamati pada pengamatan petrografis batuan beku untuk
sayatan tipis dilakukan dengan menghitung luas area yang ditempati oleh mineral
bisa mengubah nama batuan. Oleh karena itu, geologist yang mengamati sampel
sebagai rasio perbandingan massa jenis batuan tersebut dengan massa jenis air.
Hal yang harus diperhatikan pada pengukuran massa jenis batuan adalah bahwa di
dalam batuan tersebut terdapat pori-pori yang dapat terisi fluida dan dapat
mempengaruhi nilai massa total batuan tersebut. Pada pengukuran berat jenis,
massa jenis batuan yang digunakan adalah massa jenis padatan (s), sehingga
pori dibutuhkan proses penumbukan sampel batuan hingga cukup halus. Setelah
itu, barulah dapat dihitung berat jenis batuan secara akurat. Cara menghitung berat
Keterangan:
o Gs = berat jenis
Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 20
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
II.3.2 Dry & Saturated Unit Weight
Dry unit weight adalah berat jenis batuan ketika seluruh void atau pori-pori
dalam batuan terisi seluruhnya oleh udara, tanpa air. Rumus menghitung dry unit
Keterangan:
e = rasio pori
Saturated unit weight adalah berat jenis batuan ketika seluruh pori terisi
oleh air, tanpa kehadiran udara. Rumus untuk menghitung saturated unit weight
Keterangan:
e = rasio pori
Tingkat absorpsi air pada batuan menunjukkan seberapa besar air yang
dapat diserap oleh pori-pori batuan dalam kondisi tertentu. Nilai ini digunakan
untuk menghitung perubahan berat dari suatu agregat akibat air yang terserap ke
dalam pori di antara partikel pokok dibandingkan dengan pada saat kondisi
kering, ketika agregat tersebut dianggap telah cukup lama kontak dengan air
sehingga air telah terserap penuh. Standar laboratorium untuk penyerapan akan
diperoleh setelah merendam agregat yang kering ke dalam air selama (244 jam).
Agregat atau batuan dapat dikatakan kering ketika telah dijaga pada suatu
II.3.4 Porositas
volume pori dalam suatu batuan dengan volume total dari batuan tersebut.
Porositas berbanding lurus dengan densitas dan kekuatan batuan, di sisi lain
n = porositas
menunjukkan hubungan antara UCS, Schmidt hardness, dan berat jenis batuan.
Uji nilai Schmidt adalah salah satu jenis uji in-situ batuan yang dapat dilakukan di
lapangan. Keunggulan dari uji ini adalah biayanya yang murah, metodenya yang
praktis, dan dapat dilakukan tanpa perlu menghancurkan sampel batuan. Pegas
pada palu Schmidt akan memantul karena tumbukan dengan batuan. Semakin
keras permukaan batuan yang diuji, semakin jauh jarak pantulan pegas. Terdapat 2
jenis Schmidt rebound hammer, yaitu tipe L dan N. Tipe L memiliki energi
Parameter kekuatan batuan salah satunya adalah indeks point load (Is)
yang dapat dihasilkan dengan melakukan uji point load di laboratorium. Uji point
load dapat dilakukan pada sampel batuan yang berupa core berbentuk silinder atau
blok batuan yang bentuknya tidak beraturan. Sampel ini kemudian dikenakan
Sementara itu, untuk menggunakan contoh batuan berupa balok, bongkahan atau
Keterangan:
menjadi:
Bieniawski (1974) telah menunjukkan hubungan antara indeks pont load dan
UCS bersama dengan kuat tarik adalah dua parameter yang paling sering
nilai UCS, semakin kuat pula batuan tersebut. Untuk mendapat nilai UCS, dapat
dilakukan uji uniaxial compression dimana sampel yang akan diukut dibentuk
menjadi core silinder dengan rasio panjang terhadap diameter (L/D) berkisar
antara 2-2,5.
Kuat tarik (tensile strength) batuan tidak umum dilakukan karena sulit
untuk dilakukan dan batuan tidak runtuh secara direct tension pada kondisi in-situ.
Kuat tarik batuan umumnya diukur dengan metode tidak langsung, seperti
silinder dengan tinggi setengah dari diameternya (t= 0,5 D). Sampel ini kemudian
dibebani secara lateral dengan gaya kompresif (P). Kuat tarik (T ) didapat dengan
Selain nilai UCS, modulus elastisitas adalah parameter penting yang perlu
diukur pada tingkat tekanan setengah dari kekuatan puncak dari batuan.
yang sesuai dengan cara uji yang ditunjukkan oleh ASTM (1980). Kecepatan
gelombang-P dalam sampel dihitung dari waktu tempuh gelombang dari sumber
STUDI KASUS
from Turkey dan ditulis oleh A. Tugrul dan I.H. Zarif pada tahun 1998 dan
dimuat dalam buku Engineering Geology edisi 51 yang diterbitkan oleh Elsevier
Paper ini meneliti sampel berupa batuan beku granitik yang berasal dari
banyak lokasi yang tersebar di Turki. Lokasi pengambilan sampel yang diamati
Gambar 4. Peta lokasi pengambilan sampel batuan granitik di Turki (Tugrul &
Zarif, 1998)
Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 28
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Peneliti mengambil sampel pada banyak titik lokasi yang tersebar di Turki
dengan maksud untuk dapat menarik kesimpulan yang dapat mewakili semua
batuan granitik yang berada di daerah lain selain dari daerah yang sampelnya
segar atau agak lapuk (slightly weathered) untuk memaksimalkan validitas data
yang dihasilkan.
deskripsi dari tiap jenis batuan telah diberikan pada Tabel 2. Seluruh sampel yang
diamati memiliki tekstur hipidiomorfik granular. Hal ini berarti kristal mineral
anhedral. Seperti yang dapat terlihat pada Gambar 5, mineral utama yang dapat
diamati pada semua sampel adalah kuarsa, plagioklas, dan K-feldspar. Mineral
mafik yang ditemukan cukup melimpah adalah biotit dan amfibol, sementara
zirkon dan apatit ditemukan pada beberapa sampel sebagai mineral aksesoris.
Tabel 2. Rangkuman deskripsi petrografi sampel batuan granitik Turki (Tugrul &
Zarif, 1998)
Nama batuan
No. Lokasi (klasifikasi
Deskripsi petrografi
sampel sampel Streckeisen,
1976)
Gr 1 Harsit, Quartz K-feldspar besar, poikilitic, tidak beraturan; plagioklas tabular,
Giresun monzonite - subhedral - anhedral; kuarsa anhedral; biotit euhedral - subhedral.
monzonite Biotit sedikit terkloritisasi.
Gr 2 Topcam Quartz Plagioklas berbentuk tabular hingga bilah subhedral; kuarsa
Ordu monzodiorite anhedral; ortoklas besar, subhedral; biotit lembaran, subhedral;
titanite euhedral. Ortoklas sebagian teralterasi.
Gr 3 Savcilioba Quartz Plagioklas euhedral - subhedral; ortoklas besar, subhedral; kuarsa
Kirsehir monzonite subhedral; biotit subhedral; hornblende memiliki belahan. Ortoklas
Tabel 3. Komposisi mineral dari sampel batuan (Tugrul & Zarif, 1998)
ditentukan dengan menggunakan 200 titik yang dipilih secara acak pada sayatan
dicantumkan pada Tabel 3. Ukuran mineral juga sudah ditentukan dan tersaji
dalam Tabel 4.
Tabel 4. Ukuran butir kristal dari sampel batuan granitik (Tugrul & Zarif, 1998)
Tabel 5. Nilai berat jenis, dry unit weight, dan saturated unit weight dari sampel
batuan granitik (Tugrul & Zarif, 1998)
Sifat-sifat keteknikan dari batuan granitik ditentukan dari beragam jenis uji
prosedur yang telah diberikan dalam ISRM (1981). Blok-blok batuan diambil
dalam bentuk core untuk menghasilkan sampel uji yang berbentuk silinder. Sifat-
sifat fisik yang diuji adalah berat jenis, dry unit weight & saturated unit weight,
tingkat absorpsi air, porositas total dan efektif, serta kecepatan gelombang-P.
metode saturasi dan kaliper. Tingkat absorpsi air adalah sifat penting yang
(Shakoor & Bonelli, 1991). Berat jenis, dry and saturated unit weight, dan
Tabel 8. Nilai UCS, kuat tarik, dan modulus elastistisitas dari sampel batuan
granitik (Tugrul & Zarif, 1998)
dari pengukuran kaliper dan volume pori didapatkan dari saturasi air berdasarkan
spesifikasi ISRM (1981) pada sampel core yang telah disiapkan. Porositas total
diukur dengan menghancurkan batuan hingga bubuk halus dan mengukur volume
spesifikasi ISRM (1981). Lebih dari satu uji dilakukan untuk parameter untuk
nilai rata-rata. Porositas efektif dan porositas total dari batuan yang diuji telah
pulsa-pulsa gelombang kompresi ultrasonik pada sampel yang sesuai dengan cara
uji yang ditunjukkan oleh ASTM (1980). Kecepatan gelombang dalam sampel
dihitung dari waktu tempuh gelombang dari sumber pulsa hingga mencapai
sampel. Sifat-sifat mekanik yang ditentukan pada sampel core diantaranya: indeks
Gambar 7. Hubungan antara rasio kuarsa feldspar dengan (a) UCS, dan (b) kuat
tarik. (Tugrul & Zarif, 1998)
Alat uji berupa Schmidt Hammer Tipe L-9 digunakan dalam laboratorium
pada blok-blok batuan yang dibatasi oleh kekar untuk memperkirakan kekuatan
dari batuan granitik. Sebanyak 5-6 titik pada tiap permukaan blok diukur dan nilai
rata-ratanya dihitung. Alat uji portabel untuk point load digunakan untuk menguji
spesifikasi ISRM (1981). Penentuan nilai kuat tarik dilakukan dengan uji
menentukan range, mean, standar deviasi, dan variance dari tiap parameter yang
diuji. Parameter-parameter petrografi, fisik, dan mekanik dari tiap sampel diplot
satu sama lain untuk memprediksi dan memperkirakan satu parameter dari
parameter lainnya. Korelasi koefisien dan kurva yang paling cocok kemudian
dikalkulasi menggunakan metode least square curves fit. Beberapa hasil yang
penting dan menonjol lalu diilustrasi dan dibahas. Nilai koefisien korelasi > 8
dinilai signifikan secara statistik dengan tingkat keyakinan pada 95% dan
keteknikan, rasio kuarsa terhadap feldspar (plagioklas dan K-feldspar) dan ukuran
Gambar 10. Nilai UCS berbanding dengan ukuran butir rata-rata: (a) kuarsa, (b)
plagioklas, (c) K-feldspar (Tugrul & Zarif, 1998)
Porositas menjelaskan proporsi relatif padatan dan pori-pori; sementara
1989). Kandungan kuarsa memiliki pengaruh terhadap dry unit weight dan
porositas total, karena butiran kristal kuarsa anhedral mengisi ruang antar butir
kristal yang lain. Dry unit weight bertambah seiring dengan peningkatan rasio
Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 38
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
kuarsa-feldspar (Gambar 6). Porositas total berkurang seiring peningkatan dry
unit weight, yang menjelaskan hubungan keterbalikan antara porositas total dan
granitik, sejumlah besar dari ruang pori tersusun atas rekahan planar yang disebut
terdapat dalam feldspar sebagai rekahan intrakristalin dan pada batas kristal.
Gambar 11. Hubungan antara: (a) porositas total dan dry unit weight; (b)
porositas total dan kecepatan gelombang-P (Tugrul & Zarif, 1998)
Untuk menentukan hubungan antara komposisi mineralogi dan UCS, analisis
ditunjukkan dalam Gambar 7a. Menurut gambar ini, terdapat hubungan linier
antara rasio kuarsa-feldspar dan UCS. Terdapat pula hubungan serupa antara rasio
kuarsa-feldspar dengan kuat tarik (Gambar 7b). Seperti yang terlihat pada gambar
ini, hubungan ini tidak berada pada tingkat keyakinan 95% karena derajat alterasi
feldspar mempengaruhi rasio ini. Kuat tarik dikontrol oleh faktor yang sama
dengan UCS, yitu komposisi mineralogi, tekstur, dan ukuran butir. Hubungan
amfibol) dan UCS ditunjukkan pada Gambar 8. Seperti yang dapat terlihat pada
gambar ini, pada banyak sampel feldspar berperan untuk mereduksi kekuatan
dengan ukuran butir maksimum mineral utama telah disajikan dalam Gambar 10.
Grafik ini menunjukkan bahwa ukuran butir adalah faktor utama yang
mempengaruhi kekuatan pada batuan granitik. Korelasi antara UCS dan ukuran K-
Beberapa poin penting yang bisa disimpulkan dari hasil penelitian paper
kristal kuarsa anhedral dapat mengisi celah dan ruang antara kristal-kristal
Langat, Selangor dan ditulis oleh N.Q.A.M. Yusof dan H. Zabidi pada tahun
2015.
yang berada pada suatu terowongan di Hulu Langat, Selangor, Malaysia dengan
mempelajari komposisi mineralogi dan tekstur dari batuan tersebut. Sayatan tipis
menentukan ukuran butir rata-rata dan bentuk butir kristal. Rangkuman deskripsi
ditunjukkan pada Tabel 9. Tekstur umum dari granit Langat dapat diwakilkan oleh
feldspar, dan mika adalah mineral utama yang ditemukan pada semua sampel.
umumnya hadir dalam sampel. Untuk grup mika, mineral yang paling umum
hadir adalah muskovit dan biotit. Mineral lain yang hadir adalah klorit dan pirit
dalam jumlah yang sangat minor. Rangkuman dari analisis petrografi diberikan
pada Tabel 10. Ukuran butir mineral juga telah ditentukan dan ditunjukkan pada
Tabel 11.
Tabel 9. Rangkuman deskripsi petrografi sampel batuan granitik Langat (Yusof &
Zabidi, 2015)
Tabel 10. Komposisi mineralogi sampel batuan granitik Langat (Yusof & Zabidi,
2015)
Tabel 11. Ukuran butir kristal sampel batuan granitik Langat (Yusof & Zabidi,
2015)
yang sesuai dengan prosedur yang tertera dalam ISRM (1981) dan ASTM (2005).
Penentuan indeks point load dilakukan dengan uji point load yang sesuai dengan
ISRM (1981). Kuat tarik dari batuan granitik ditentukan menggunakan mesin uji
Brazilian tension yang sesuai dengan spesifikasi ASTM (2005). Hasilnya dapat
Tabel 12. Hasil pengukuran indeks point load, UCS, dan kuat tarik sampel batuan
granitik (Yusof & Zabidi, 2015)
dari batuan granitik diplot satu sama lain untuk memprediksi dan memperkirakan
analisis regresi. Hubungannya ditunjukkan pada Gambar 12. Menurut gambar ini,
hubungan antara rasio kuarsa-feldspar dan indeks point load serta UCS bersifat
linier, tapi korelasinya tidak signfikan karena derajat alterasi mempengaruhi rasio
ini. Korelasi antara kuat tarik dan rasio kuarsa-feldspar juga tidak signifikan. Hal
ini dapat terjadi arena beberapa sampel telah mengalami retakan dan tidak bersifat
mengubah beberapa mineral, seperti feldspar menjadi mineral lempung. Hal ini
Berdasarkan Goodman (1989), proporsi besar dari ruang pori tersusun atas retakan
planar yang disebut fissure. Fissure ini terbentuk umumnya dalam kristal feldspar
Gambar 12. Hubungan antara rasio kuarsa-feldspar dengan: (a) indeks point load,
(b) UCS, dan (c) kuat tarik (Yusof & Zabidi, 2015)
Berdasarkan Gambar 12, kuarsa dan feldspar memberikan kontrol dan
persentase kuarsa, kekuatan batuan mengalami pertambahan. Hal ini paling dapat
dilihat pada sampel TD 2081,2 dan TD 2086,2. Sampel ini memiliki persentasi
kuarsa terbesar diantara sampel lain (35%) dan memiliki nilai UCS tertinggi.
Kontras dengan TD 2073,7 , batuan ini memiliki nilai UCS terendah karena
rendahnya kandungan kuarsa. Tetapi, pada beberapa sampel yang kaya kuarsa
nilai UCS-nya rendah. Hal ini disebabkan karena tekstur dari batuan tersebut.
Intergrowth dari butiran mineral akan menghasilkan nilai kekuatan yang terendah.
batuan. Kehadiran belahan mineral dan retakan-retakan kecil dalam feldspar akan
Uniaxial compressive
strength, MPa
Uniaxial compressive
strength, MPa
Gambar 14. Diagram batang yang menunjukkan hubungan antara ukuran butir
maksimal terhadap UCS. (Yusof & Zabidi, 2015)
Hubungan antara UCS dan ukuran butir maksimum ditunjukkan dalam
Gambar 14. Berdasarkan gambar ini, hubungan antara UCS secara tidak langsung
butir kristal pada batuan beku (Onodera dan Kumara, 1980). Ketika ukuran butir
bertambah, terdapat sejumlah ruang pori yang hadir diantara butiran mineral. Pori-
pori ini dapat mengurangi kekuatan batuan. Kekuatan yang lebih besar pada
yang baik dengan sisi-sisinya yang tajam. Terdapat pula beberapa sampel yang
menunjukkan nilai kekuatan tinggi meskipun ukuran butirnya sedang kasar. Hal
ini dapat terjadi karena efek dari komposisi mineralogi yang hadir dalam sampel.
paper ini:
yang rendah.
relatif berkurang.
kecil.
Pakistan dan ditulis oleh M. Arif, I. Islam, dan M. Rizwan pada tahun 2015.
Gambar 15. Peta geologi Kohistan Island Arc (KIA) yang menunjukkan area
studi (Arif et al., 2015)
termasuk pada Lembah Kumrat, Pakistan baratlaut. Lembah ini diduga merupakan
bagian dari Batholit Kohistan (Sullivan dkk., 1993). Batuan granitik banyak
tersebar di Pakistan barat laut, baik dalam bentuk batholit besar maupun intrusi-
yang berbeda tersingkap dalam Kohistan Island Arc (KIA). Dari selatan ke utara,
sekuen ini terdiri dari amfibolit Kamila, grup Jaglot, dan grup vulkanik Chalt
sebanyak 2 kelompok sampel batuan granitik segar telah diambil dari area studi,
yaitu kelompok batuan granitik berbutir kasar dan berbutir sedang. Sampel-
sampel ini kemudian diproses dan digunakan untuk penyelidikan rinci mengenai
sampel core telah dihasilkan dari 2 kelompok sampel ini untuk mempelajari sifat
mineralogi sampel dapat dilihat pada Tabel 13. Mineral utamanya termasuk
apatit dan beberapa mineral opak. Mineral sekundernya berupa klorit dan serisit.
Aplikasi Petrografi: Korelasi Antara Karakteristik Tekstural dan 50
Mineralogis Batuan Beku Granitik dengan Sifat-Sifat Keteknikannya
Kelimpahan dari masing-masing mineral utama diplot pada diagram klasifikasi
IUGS (Le Maitre, 2002) untuk mengetahui nama batuan. Sampel-sampel yang
diamati terletak pada area yang diklasifikasi sebagai granit (lihat Gambar 16).
Gambar 16. Komposisi modal batuan granitik Kumrat yang diplot pada sistem
klasifikasi IUGS (Le Maitre, 2002)
Kelimpahan modal dari ortoklas berkisar dari 42% - 51% (Tabel 13).
mengandung inklusi mineral lain yang melimpah (contohnya biotit dan mineral
mineral berikutnya yang paling melimpah dalam granit Kumrat (19-35%). Kuarsa
menunjukkan pleokroisme kuat dari cokelat muda ke cokelat tua dan hadir dalam
berasosiasi dengan klorit, mineral opak dan pada beberapa kasus, dengan
muskovit (Gambar 17g). Kelimpahan modal klorit berkisar dari 1-4%. Klorit
menunjukkan pleokroisme hijau muda ke hijau tua. Asosiasinya yang kuat dengan
biotit menunjukkan bahwa klorit merupakan hasil alterasi dari biotit. Beberapa
butiran biotit bahkan terubah seluruhnya menjadi klorit (Gambar 17h). Sementara
biotit lain teralterasi sebagian (Gambar 17i). Alterasi biotit menjadi klorit
hadir dalam bentuk kristal tabular dan kepingan (Gambar 17g). Butiran dari suatu
mineral opak juga teramati pada sampel yang umumnya berasosiasi dengan biotit.
Kekuatan batuan
Nilai UCS dan kuat tarik (UTS) dari sampel-sampel granit Kumrat
ditentukan berdasarkan uji laboratorium. Selain itu, nilai kuat geser juga diukur.
Pengukuran UCS dan UTS dilakukan secara langsung dengan mesin penguji
kekuatan batuan, sementara kohesi dan sudut gesek dalam (keduanya menentukan
Tabel 14. UCS, UTS dan kuat geser sampel granit Kumrat (Arif et al., 2015)
Tabel 15. Absorpsi air(%), berat jenis, porositas, serta hubungannya dengan UCS
pada sampel granit Kumrat (Arif et al., 2015)
untuk menentukan UCS dan UTS. Nilai UCS terendah, baik dari kelompok
sampel berbutir kasar maupun berbutir sedang, memiliki hasil yang cukup tinggi
1977, 1979, 1981) (lihat Tabel 14). Rasio UCS dan UTS dari hampir seluruh
Absorpsi air
efek hidrasi dan dehidrasi dalam mekanika batuan yang berada dekat dengan
kontak air untuk memungkinkan akses air yang dapat meningkatkan derajat
Porositas
fisik batuan yang menentukan sebarapa banyak pori yang tersedia dalam batuan
dan jumlah air yang dapat ditampung oleh sampel yang dapat mempercepat prose
Berat jenis
menggunakan peralatan dan rumus yang sebelumnya telah digunakan oleh Sajid et
oleh komposisi mineralogi, tekstur (bentuk dan ukuran butir), kemas (penyusunan
mineral dan pori) serta derajat pelapukan (Irfan, 1996). Batuan yang mengandung
mineral yang kuat akan menghasilkan kekuatan yang tinggi. Batuan dengan
ukuran butir yang lebih kecil juga lebih kuat dibanding batuan yang berbutir kasar
(Bell, 2007). Pada penelitian yang dilakuan, granit berukuran butir sedang lebih
berbentuk teratur (euhedral). Batas kontak antara butiran euhedral dapat bertindak
Malaga, 2007).
Kekuatan batuan juga sangat dipengaruhi oleh proses alterasi dan pelapukan.
Kekuatan batuan mengalami pelemahan yang cukup besar karena pelapukan (Bell,
yang tinggi. Kenampakan alterasi ini dapat teramati pada sampel yang diperiksa,
namun karena sangat jarang, maka pengaruhnya terhadap sifat keteknikan dapat
diabaikan.
KESIMPULAN
Berikut ada lah beberapa hal yang dapat disimpulkan dari pembahasan
sebaliknya.
sebaliknya.
tinggi.
kekuatan batuan.
Mapping, part-I rock and soil materials. Bull. Int. Assoc. Eng. Geol. 364-
371.
Arif, M., et al. 1999. Petrography and Mechanical Properties of the Mansehra
Arif, M., Islam, I., dan Rizwan, M. 2015. Petrography and Physico-mechanical
Bieniawski, Z.T. 1989. Engineering Rock Mass Classification. New York: John
Cox, K.G., Price, N.B., dan Harte, B. 1967. An Introduction to the Practical Study
Cross, W., dkk. 1906. Texture of Igneous Rocks. Chicago: The University of
Chicago Press.
Deere, D.U., dan Miller, R.P. 1966. Engineering Classification and Index
York: McGraw-Hill.
Goodman,R.E. 1989. Introduction to Rock Mechanics. New York: John Wiley &
Sons.
Gupta, A.S., dan Rao, S.K. 2000. Weathering Effects on the Strength and
EJGE.
Le Bas, M.J., dan Streckeisen, A.L. 1991. The IUGS Systematics of Igneous
Elsevier.
Onodera, T.F., dan Asoka Kumara, H.M. 1980. Relation Between Texture and
22.
Sullivan, M.A., Windley, B.F., Saunders, A.D., Haynes, J.R., dan Rex, D.C. 1993.
Publication 74:139-160.
Tahirkheli, R.A.K., dan Jan, M.Q. 1979. The Geology of Kohistan, Karakoram
Trisna, M.D. 2015. Karakteristik dan Petrogenesa Batuan Granitoid Bukit Batu,
UGM.
Tugrul, A., dan Zarif, I.H. 1998. Correlation of Mineralogical and Textural
Williams, W., Turner, F.J, dan Gilbert, C.M. 1982. Petrography: An Introduction
to the Study of Rocks in Thin Sections. New York: W.H. Freeman and
Company.
Printing Office.