net/publication/359546292
CITATIONS READS
0 3,872
1 author:
Tri Mulyono
Jakarta State University
66 PUBLICATIONS 68 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Tri Mulyono on 29 March 2022.
Tri Mulyono
Staft Pengajar Program Studi D3 Transportasi. FT UNJ
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka Jakarta 13220
Kontak Penulis: trimulyono@unj.ac.id
i
Sifat dan Karakteristik Tanah
Modul#2: Mekanika Tanah dan Pondasi
Tri Mulyono
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka Jakarta 13220
Kontak Penulis: trimulyono@unj.ac.id
Hak Cipta© 2017 pada Penulis Hak Cipta dilindungi Undang-undang. Dilarang
memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk
apapun, baik secara elektronik maupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam
atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa ijin tertulis dari Penerbit atau Penulis
Allhamdulillah, atas berkat rahmat dan ridho ALLAH juahlah maka penulis dapat
menyelesaikan modul ini yang berisi materi untuk matakuliah Mekanika Tanah Dan
Pondasi di Program Studi D3 Teknik Sipil FT UNJ@2017. Modul ini merupakan
rangkaian materi yang terdiri dari:
5 | Klasifikasi tanah
Penulis
Tri Mulyono
A. TUJUAN
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan
tentang sifat dan karakteristik tanah.
Alokasi
Substansi Kajian
Indikator keberhasilan Waktu
(Materi)
(Menit)
2.1 Siklus batuan 2.1.1 Mahasiswa mampu menjelaskan silkus 30’
dan asal tanah batuan dan tanah asal
2.1.2 Mahasiswa mampu menjelaskan batuan beku
2.1.3 Mahasiswa mampu menjelaskan batuan
sedimen
2.1.4 Mahasiswa mampu menjelaskan batuan
malihan
C. KEGIATAN (STRATEGI/METODE)
Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara (1) Menjelaskan dalam kelas
tentang materi kajian; Membuka sesi diskusi; dan Memberikan tugas individu dan
kelompok
D. TUGAS
Mahasiswa setelah mempelajari materi ini diharapkan membuat tugas
ringkasan sebagai tugas mandiri dengan lama tugas 3 x 24 Jam dan tugas kelompok
dengan waktu 7 x 24 jam.
G. RANGKUMAN MATERI
Batu dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori dasar: (a) beku, (b) sedimen,
dan (c) metamorf.
Tanah terbentuk oleh pelapukan batuan melalui bahan kimia dan mekanik.
Berdasarkan ukuran partikel, tanah dapat diklasifikasikan sebagai kerikil, pasir, lanau,
dan tanah liat. Menurut Sistem Klasifikasi USDA, yang sekarang dapat diterima secara
universal, batas kerikil pasir, pasir, dan lana pasir (lanau dan tanah liat) adalah sebagai
berikut: (1) Kerikil 76,2 mm - 4,75 mm; (2) Pasir 4,75 mm - 0,075 mm ; dan (3) Butiran
halus (llempung dan lanan) < 0,075 mm
Analisis ayakan adalah proses penentuan ukuran butir partikel yang ada dalam
massa tanah. Ini terdiri dari dua analisis saringan (analisis partikel-partikel> 0,075 m)
dan analisis hidrometer (untuk partikel< 0,075 mm). Analisis saringan dinyatakan
dalam prosen lolos atau persen lebih halus dari ukuran partikel tertentu (D) dapat
ditentukan dengan menggunakan pembacaan hidrometer (L) pada waktu tertentu
untuk analisis hidrometer.
H. MATERI PEMBELAJARAN
Secara umum, tanah terbentuk oleh pelapukan batuan. Sifat fisik tanah terjadi
dan terbentuk terutama oleh mineral yang membentuk partikel tanah dan oleh
karenanya, batuan yang terbentuk sesuai dengan material pembentuknya. Topik ini
kita akan membahas hal-hal berikut: Pembentukan berbagai jenis batuan yang asal
mulanya adalah pemadatan magma cair kerak bumi; Pembentukan tanah dan batuan
dengan pelapukan mekanik dan kimia; Penentuan distribusi ukuran partikel dalam
massa tanah termasuk komposisi mineral tanah liat, yang mencakup sifat plastik dari
massa tanah serta bentuk berbagai partikel dalam massa tanah.
Gambar 2.1 menunjukkan diagram siklus pembentukan berbagai jenis batuan dan
proses yang terkait dengannya. Ini disebut siklus batu.
Jenis batuan beku yang terbentuk oleh Deret reaksi Bowen: Serangkaian urutan
pembentukan mineral yang terbentuk dari
pendinginan magma bergantung pada faktor- hasil pendinginan magma dan perbedaan
faktor seperti komposisi magma dan laju kandungan magma, dengan asumsi dasar
bahwa semua magma berasal dari magma
pendinginan yang terkait dengannya. Setelah induk yang bersifat basa.
melakukan beberapa uji laboratorium, Bowen Mineral yang terbentuk dengan kecepatan
pendinginan yang lambat akan memiliki
(1922) mampu menjelaskan hubungan laju bentuk dan ukuran kristal yang lebih besar.
pendinginan magma terhadap pembentukan
berbagai jenis batuan. Penjelasan ini-yang dikenal sebagai prinsip reaksi Bowen
menggambarkan urutan mineral baru yang terbentuk saat magma mendingin.
Kristal mineral tumbuh lebih besar dan beberapa di antaranya memadat (settle).
Kristal yang tetap tersuspensi dalam cairan dan bereaksi dengan sisa lelehan untuk
membentuk mineral baru pada suhu yang lebih rendah. Proses ini berlanjut sampai
seluruhnya mencair dan memadat .
Deret Reaksi Bowen ditunjukan di Gambar 2.2. Komposisi kimia dari mineral
diberikan pada Tabel 2.1. Mikrograf elektron scanning dari permukaan rekaman kuarsa
yang menunjukkan fraktur seperti kaca tanpa pembelahan planar diskret seperti
Gambar 2.3 dan Gambar 2.4 adalah mikrograf elektron scanning yang menunjukkan
pembelahan basal biji mika individu. Jadi, tergantung pada proporsi mineral yang ada,
berbagai jenis batuan beku terbentuk. Granit, gabro, dan basalt adalah beberapa jenis
batuan beku yang umum ditemui di lapangan. Tabel 2.2 menunjukkan komposisi
umum beberapa batuan beku.
Gambar 2.3: Scanning electron micrograph of fractured surface of quartz showing glass-like fractures
with no discrete planar surface (Courtesy of David J. White, Iowa State University, Ames, Iowa) (Das &
Sobhan, 2014)
Tabel 2.2: Komposisi umum batuan beku (Das & Sobhan, 2014)
Beberapa contoh erosi mekanis akibat gelombang laut dan angin di Bryce
Canyon, Utah dan Benagil Cave, Portugal. Tindakan pembekuan dan pencairan air di
permukaan membuat batuan retak dan menciptakan retakan besar dan pola drainase
di batuan (Gambar 2.5.a). Selama periode waktu, batuan yang tidak melapuk diubah
menjadi batu-batu besar (Gambar 2.5.b).
(a) (b)
Gambar 2.5: contoh spektakuler dari efek erosi (a) Bryce Canyon, Utah, (b) Benagil Cave, Portugal
(Wikibooks, 2017)
Peristiwa ini biasanya terjadi pada air yang kaya karbon dioksida, yang pada
gilirannya terutama diakibatkan oleh dekomposisi tanaman. Sebagai contoh yang
paling umum adalah peristiwa pelapukan yang terjadi di gua – gua kapur (Gambar 2.6)
.
Gambar 2.6: Pelapukan Kimia (McNeely & Loua, 2017; BBC, 2017)
Batuan sedimen dan metamorf juga memiliki pelapukan yang serupa. Dengan
demikian, dari pembahasan singkat sebelumnya, kita dapat melihat bagaimana proses
pelapukan mengubah massa batuan padat menjadi fragmen yang lebih kecil dengan
berbagai ukuran yang dapat berkisar dari batu-batu besar hingga partikel tanah liat
yang sangat kecil. Pemisahaan agregat dari biji-bijian kecil ini dalam berbagai proporsi
membentuk berbagai jenis tanah. Mineral tanah liat, yang merupakan produk
pelapukan kimia feldspar, feromagnias, dan mika, memberi sifat dan karakteristik
plastik itu pada tanah. Ada tiga mineral lempung penting: (1) kaolinit, (2) ilit, dan (3)
montmorilonit.
c. Pelapukan Biologi
Pelapukan biologis disebabkan oleh Proses Pelapukan Biologi atau Pelapukan
Organik adalah pelapukan yang disebabkan
makhluk hidup yang memecah batu baik oleh makhluk hidup. Penyebabnya adalah
secara fisik maupun kimia. Makhluk hidup proses organisme yaitu hewan, tumbuhan dan
manusia, yaitu : Hewan yang dapat melakukan
penyebab pelapukan ini mencakup berbagai pelapukan antara lain cacing tanah, serangga.
macam organisme dari bakteri hingga
tanaman dan hewan. Misalnya, lumut memainkan peran penting dalam pelapukan
karena mereka kaya akan agen chelating, yang menangkap unsur-unsur logam dari
batuan yang lapuk. Beberapa lumut hidup di permukaan batu (epilithic), beberapa aktif
hingga menembus permukaan batuan / dalam batuan (endolithic) dan yang lain hidup
di cekungan dan retakan di batu (chasmolithic) seperti Gambar 2.7.
Sedimen kimiawi di endapkan dari suatu larutan. Evaporit oleh penguapan (gips,
garam) Kapur oleh pengendapan, selain itu terjadi juga endapan secara kimiawi dari
amorfa SiO2 (jasper), senyawa besi, fosfat. Endapan organik. Reef (urat biji)
merupakan sumber utama untuk kapur (bioherm). gambut, batubara, dan sapropel
adalah sedimen dengan banyak zat organik yang membentuk minyak bumi.
Hasil pelapukan yang berupa kerikil, pasir, lanau dan lempung dapat menjadi
padat karena adanya tekanan lapisan tanah di atasnya dan adanya proses sementasi
antar butiran oleh unsur-unsur sementasi seperti besi, kalsit, dolomite dan quartz.
Unsur-unsur sementasi tersebut biasanya terbawa dalam larutan air tanah. Unsur-
unsur tersebut mengisi ruang-ruang di antara butiran dan kemudian membentuk
batuan sediment. Batuan yang terbentuk dengan cara ini disebut batuan sediment
detrital. Contoh dari tipe/jenis batuan sedimen detrital adalah : conglomerate, breccia
mudstone, shale (claystone). Batuan sedimen ada juga yang dibentuk oleh reaksi
kimia, misalnya : limestone, chalk, dolomite, gypsum, dan sebagainya.
Gambar 2.8: Perlapisan batuan sedimen di Sukabumi, Jawa Barat (Wikipedia, 2017)
Penamaan batuan sedimen biasanya Breksi: batuan sedimen dengan ukuran butir
berdasarkan besar butir penyusun batuan lebih besar dari 2 mm dengan bentuk butitan
yang bersudut.
tersebut. Penamaan tersebut adalah: breksi, Konglomerat adalah batuan sedimen dengan
konglomerat, batupasir, batulanau, batu ukuran butir lebih besar dari 2 mm dengan
bentuk butiran yang membudar
lempung. Batu pasir: batuan sedimen dengan ukuran
butir antara 2 mm sampai 1/16 mm
Komposisi kimia batuan sedimen Batu lanau adalah batuan sedimen dengan
tergantung dari unsur batuan pembentuknya ukuran butir antara 1/16 mm sampai
1/256 mm
(batuan asal), seperti misalnya batu kapur. Batu lempung: batuan sedimen dengan ukuran
Batu kapur sebagian besar dibentuk dari butir lebih kecil dari 1/256 mm
kalsium karbonat yang disimpan baik oleh organisme atau oleh proses anorganik.
Kebanyakan batu gamping/kapur memiliki tekstur klastik; Namun, tekstur non-lastik
Reaksi kimia dan mineral-mineral baru Batuan metamorf (atau batuan malihan)
pun terbentuk, yang berada dalam keadaan adalah salah satu kelompok utama
batuan yang merupakan hasil
stabil di bawah kondisi tekanan dan transformasi atau ubahan dari suatu tipe
temperatur sewaktu berlangsungnya batuan yang telah ada sebelumnya,
protolith, oleh suatu proses yang disebut
metamorfosi di dalam batuan berlangsung. metamorfisme, yang berarti "perubahan
Pada umunya jika terjadi peningkatan bentuk".
temperatur dan tekanan maka besar butiran yang terbentukpun akan terus meningkat.
Peristiwa metamorf adalah proses perubahan komposisi dan tekstur dari batuan
akibat panas dan tekanan tanpa pernah menjadi cair. Dalam peristiwa metamorf,
mineral-mineral baru terbentuk dan butir-butir mineralnya terkena geseran yang
kemudian membentuk tekstur batu metamorf yang berlapis-lapis. Granit, diorite dan
gabbro berubah menjadi slates dan phyllites pada peristiwa metamorf tingkat rendah.
Batuan asal atau protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150°Celsius)
dan tekanan ekstrem (1500 bar), akan mengalami perubahan fisika dan/atau kimia
yang besar. Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan
metamorf lain yang lebih tua. Contoh batuan malihan adalah Schist, marmer, dan
kuarsa.
Schist (Gambar 2.9) adalah sejenis batuan metamorf yang mempunyai tekstur
berlapis-lapis dan dapat dilihat pula pada teksturnya ada bentuk-bentuk kepingan atau
lempengan-lempengan dari mineral mika.
16 Mulyono,T (2017).,Modul 2: Sifat dam Karakteristik Tanah, Jakarta: FT-UNJ
Batu pualam atau marmer (Gambar 2.10) terbentuk dari batuan calcite dan
dolomite yang mengalami proses kristalisasi ulang. Butiran mineral pada marmer
umumnya lebih besar dari pada yang terdapat pada batuan induknya.
Quartzite (Gambar 2.11) adalah sejenis batuan metamorf yang terbentuk dari
sandstone yang kaya akan mineral quatz. Bahan silika kemudian memasuki pori-pori
batuan dan ruang-ruang diantara butiran pasir dan quartz, dan menjadi unsur-unsur
sementasi antar butiran. Quartzite merupakan salah satu dari batuan yang sangat
keras. Pada tekanan dan panas yang besar sekali, batuan metamorf mungkin mencair
menjadi magma dan siklus batuan berulang kembali..
Gambar 2.10: Batuan Marmer (Lestari, 2013) Gambar 2.11: Batuan Kuarsa (Geology.com, 2017)
Reret reaksi Bowen berisi tentang urutan pembentukan mineral yang terbentuk
dari hasil pendinginan magma dan perbedaan kandungan magma, dengan asumsi
dasar bahwa semua magma berasal dari magma induk yang bersifat basa. Mineral
yang terbentuk dengan kecepatan pendinginan yang lambat akan memiliki bentuk dan
ukuran kristal yang lebih besar (Wikiwand, 2017).
Batuan- batuan beku yang telah terbentuk tadi lama- kelamaan akan mengalami
proses pelapukan. Batuan yang mengalami proses pelapukan paling cepat terutama
adalah batuan yang membeku di permukaan bumi (batuan ekstrusif). Batuan ini lebih
cepat mengalami proses pelapukan karena terpapar secara langsung oleh cuaca di
bumi dan juga atmosfer bumi, sehingga pelapukannya lebih cepat daripada yang
berada di bawah permukaan bumi. Proses yang selanjutnya adalah erosi dan yang
paling banyak berperan adalah air. Air yang mengalir misalnya dari sungai merupakan
salah satu hal yang paling sepat menyebabkan proses erosi ini terjadi. Arus dari air ini
pula yang akan mengangkut material- baterial pelapukan batu menuju ke tempat lain.
Selain air, ada pula yang mengangkut meterial- material lainnya yakni angin ataupun
gletser.
Batuan beku intrusif juga berada di bawah permukaan bumi. Ketika batu yang
berada di di bawah permukaan bumi ini tidak tersingkap ke atas permukaan bumi
ketika proses pengangkatan, maka batuan tersebut akan terkubur lebih dalam lagi.
Semakin dalam terkubur, maka akan semakin besar kemungkinan untuk terpapar suhu
dan juga tekanan tinggi yang dihasilkan oleh kompresi tektonik dan energi panas yang
berasal dari dalam bumi, yang pada akhirnya dapat mengubah batuan tersebut.
Batuan yang telah berubah di bawah permukaan bumi akibat paparan suhu, tekanan,
dan juga kontak magma ini disebut dengan batuan metamorf atau malihan. Setelah
batuan menjadi batuan malihan atau metamorf, lama kelamaan batuan metamorf atau
malihan ini akan berubah menjadi magma kemballi. Dan dari magma inilah proses
terjadinya batu bisa terjadi kembali.
Tanah yang terbentuk dari proses penghancuran dan pelapukan batuan dasar
dan masih berada ditempat asalnya (Gambar 2.13). Di daerah tropis, ketebalan tanah
residual yang terbentuk dari batuan beku dapat mencapai ketebalan lebih dari 20 m.
Tekstur tanah residual tergantung kepada kondisi lingkungan dimana tanah tersebut
terbentuk dan kepada tipe batuan induknya. Granit : salah satu jenis batuan beku yang
Granite menghasilkan lanau kepasiran dan memiliki warna cerah, butirannya kasar,
tersusun dari mineral kuarsa dan feldspar.
pasir kelanauan dengan komposisi mineral Basalt: batuan beku yang ekstrusif, terbentuk
mica dan lempung kaolin yang bervariasi dari solidifikasi magma yang terjadi di
permukaan bumi. Biasanya berwarna abu-abu
Basalt menghasilkan lempung dengan kadar atau hitam, karena pembekuannya cepat di
montmorillonite yang tinggi dan bersifat permukaan bumi.
plastis.
Gambar 2.14: Endapan tanah Aluvial l di daerah Amazon Basin, Brazil ( (Thadani, 2011)
Gumuk Pasir atau Sand Dune Barchan: sand dunes gundukan pasir yang
merupakan sebuah bentukan alam karena berbentuk seperti bulan sabit. Jadi bentuknya
melengkung dengan bagian punggung tinggi.
proses angin disebut sebagai bentang alam Whate back paus: gundukan pasir yang
eolean (eolean morphology). Angin yang berbentuk seperti punggung dari ikan paus
yang memanjang. Bentuk ini kalau kita lihat di
membawa pasir akan membentuk bermacam- daerah pasir mirip dengan ikan paus yang
macam bentuk dan tipe gumuk pasir, Partikel- tengkurap dengan punggung di atas.
Gambar 2.15: Endapan oleh angin (a) tanah (Earle, 2017) , (b) Pasir (McDonald, 2015)
Gambar 2.17: Permukaan Glacial till di jalan yang Longsor, Eastern Sierra Nevada Mountains, U.S.
Daniel Mayer (The Editors of Encyclopædia Britannica, 2017)
Quick clay, adalah merupakan lempung yang sangat peka (high sensitivity)
terhadap gangguan. Kekuatan geser tanah ini akan berkurang drastis ketika
mengalami gangguan. Semua quick clay merupakan lempung marina dengan kadar
kepekaan lebih besar dari 15. Kadar kepekaan adalah perbandingan antara kuat geser
tanah asli dengan kuat geser tanah terganggu.
Warna batuan berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka
tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur
merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum,dan sesudah kristalisasi.
Tekstur batuan itu dapat kita ketahui hanya dengan memperhatikan sampel
batuan dalam lingkup kecil contohnya jika ada sebuah hand speciment batuan maka,
1) Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat
seragam.
2) Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
3) Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah
poligonal seperti batang pensil.
4) Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal.
Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
5) Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan
beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
6) Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain
seperti kalsit, kuarsa atau zeolit
7) Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran
mineral pada arah tertentu akibat aliran
Konkordan adalah tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan
disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :
1) Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan
batuan disekitarnya.
2) Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana
perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat
Diskordan adalah tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan
disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:
Granit adalah jenis batuan intrusif, felsik, igneus yang umum dan banyak
ditemukan. Granit kebanyakan besar, keras dan kuat, dan oleh karena itu banyak
digunakan sebagai batuan untuk konstruksi. Kepadatan rata-rata granit adalah 2,75
gr/cm³ dengan jangkauan antara 1,74 dan 2,80.
Diorit adalah salah satu jenis batuan beku dalam (Batuan Plutonis), bertekstur
feneris, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, warnanya agak gelap. Batuan diorit
mengandung feldspar plagioklas calsiksodik dalam jumlah yang besar dengan tipe
sodik yang banyak.
Gambar 2.19: Komposisi kimia, warna dan tipikal umum batuan beku (Thompson & Turk, 1997)
Peridotit adalah batuan beku padat, berbutir kasar, dan sebagian besar terdiri
dari mineral olivin dan piroksen. Peridotit adalah batuan ultramafik, karena
mengandung kurang dari 45% silika. Peridotit tinggi akan magnesium, dengan proporsi
olivin yang tinggi dengan besi yang cukup.
(b)
(a)
(c)
(d)
Gambar 2.20: Batuan beku (a) Granite; (b) Gabbro; (c) Diorite; (d) Peridotit (Geology.com, 2017)
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme, seperti molusca, cacing atau
binatang lainnya. Antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan adalah struktur
sedimen organik.
Struktur batuan sedimen yang penting antara lain struktur perlapisan dimana
struktur ini merupakan sifat utama dari batuan sedimen klastik yang menghasilkan
bidang-bidang sejajar sebagai hasil proses pengendapan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi adanya struktur perlapisan adalah: Adanya perbedaan dan perubahan
warna; ukuran butir; struktur; komposisi mineral; dan kepadatannya.
Gambar 2.22: Soil-separate-size limits by various systems (Das & Sobhan, 2014)
Tiap unit tetrahedron terdiri dari 4 atom oksigen mengelilingi sebuah atom
silicon. Kombinasi beberapa unit tetrahedron membentuk lembar silica (silica sheet),
tiga atom oksigen yang di dasar dipakai bersama oleh tetrahedron yang berdekatan.
Tiap unit octahedron terdiri dari 6 hidroxil yang mengelilingi satu atom aluminium.
Kombinasi beberapa unit octahedron aluminium hidroxil membentuk lembar
octahedron yang disebut gibbsite, kadang-kadang atom-atom magnesium mengganti
aluminium, hal ini disebut lembar brucite. (Gambar 2.23),
2.4.2 Illite
Selembar illite terdiri dari sebuah lembar gibbsite yang menyatu dan diapit oleh
2 lembar silica. Kadang-kadang disebut mica lempung (clay mica), tebal 1 lembar 10
Å, lembar satu dengan yang lainnya diikat oleh ion potasium (natrium). Ada substitusi
aluminium untuk silicon pada lembar tetrahedral. Substitusi elemen tanpa mengubah
34 Mulyono,T (2017).,Modul 2: Sifat dam Karakteristik Tanah, Jakarta: FT-UNJ
bentuk kristal disebut substitusi isomorphous. Lembar-lembar illite menyatu
menyerupai lembar yang mempunyai dimensi lateral 1000 – 5000 Å dan tebal 50 – 500
Å. Specific surface = 80 m2/gr.
Gambar 2.23: (a) Silica tetrahedron; (b) silica sheet; (c) alumina octahedron; (d) octahedral (gibbsite)
sheet; (e) elemental silica-gibbsite sheet (Das & Sobhan, 2014)
Pengujian berat jenis tanah menggunakan benda uji basah dengan kadar air
alamiah dan pada akhir pengujian dikeringkan dalam oven dengan temperatur 110o ±
5oC sampai beratnya tetap untuk menentukan berat keringnya, dengan jumlah paling
sedikit 25 gram menggunakan botol ukur, dan sedikitnya 10 gram apabila
menggunakan botol yang dilengkapi dengan penutupnya.
Contoh tanah lempung yang mengandung kadar air alamiah harus diuraikan di
dalam air suling sebelum dimasukkan dalam botol ukur 500 ml, menggunakan alat
pengurai.
Piknometer atau botol ukur di cuci dengan air suling, kemudian dikeringkan dan
di timbang didapatkan berat picnometer kosong, 𝑊1 (gram). Benda uji kering oven
dimasukan ke dalam piknometer dan timbang, didapatkan berat picnometer + benda
uji, 𝑊2 (gram). Lalu tambahkan air suling 2/3 volume ke dalam piknometer yang berisi
benda uji. Khusus tanah yang mengandung lempung maka didiamkan selama 24 jam
atau lebih agar benda uji terendam sempurna. Selanjutnya piknometer yang berisi
rendaman benda uji dipanaskan dengan hati - hati selama 10 menit atau lebih untuk
menghilangkan udara dalam benda uji ke luar seluruhnya. Untuk mempercepat proses
pengeluaran udara, piknometer dapat dimiringkan sekali – kali. Cara lainnya
menghilangkan udara yang terjebak dengan pompa hampa udara, pada tekanan 13,33
kPa (100 mm Hg). Setelah dipanaskan piknometer direndam dalam bak air sampai
temperaturnya tetap. Tambahkan air suling secukupnya sampai penuh. Keringkan
bagian luarnya, lalu di timbang 𝑊3 (gram) dan ukur temperatur isi piknometer untuk
mendapatkan faktor koreksi (K). Tentukan berat piknometer yang di isi air suling pada
temparatur yang sama, kemudian keringkan dan timbang 𝑊4 (gram).
𝑊2 − 𝑊1 (2.1)
𝐺𝑆 = 𝐾
(𝑊2 − 𝑊1 ) + (𝑊4 − 𝑊3 )
Tabel 2.5: Hubungan antara kerapatan relatif air dan faktor konversi K dalam temperatur
(SNI 1964:2008 Cara uji berat jenis tanah, 2008)
Temperatur, (oCelcius) kerapatan relatif ait Faktor koreksi (K)
18 0,9986244 1,0004
19 0,9984347 1,0002
20 0,9982343 1,0000
21 0,9980233 0,9998
22 0,9978019 0,9996
23 0,9975702 0,9993
24 0,9973286 0,9991
25 0,9970770 0,9989
26 0,9968156 0,9986
27 0,9965451 0,9983
28 0,9962652 0,9980
29 0,9939761 0,9977
30 0,9956780 0,9974
Berat jenis tanah yang dihasilkan dari dua benda uji yang tertahan saringan No.4
(4,75 mm) dan lolos saringan No.4 (4,75 mm), maka berat jenis rata – rata dapat
dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.2 berikut,
1 (2.2)
𝐺𝑆 (𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎) =
𝑅 𝑃1
(100𝐺1 +
𝑆(1) 100𝐺𝑆(2) )
Dimana:
𝐺𝑆 (𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎) = Berat jenis rata – rata tanah yang mengandung ukuran butir lebih besar
dan lebih kecil dari saringan 4,75 mm (No. 4)
𝑅1 = prosentase tertahan (retained) saringan 4,75 mm (No. 4)
𝑃1 = prosentase lolos (passing) saringan 4,75 mm (No. 4)
𝐺𝑆(1) = berat jenis tanah tertahan (retained) saringan 4,75 mm (No. 4)
𝐺𝑆(2) = berat jenis tanah lolos (passing) saringan 4,75 mm (No. 4)
Pengujian berat jenis tanah pada temperatur air 22oC menggunakan picnometer
seberat 45,752 gram setelah dimasukan tanah kering oven yang lolos saringan No.4
(4,75 mm) beratnya menjadi 64,125 gram. Menggunakan pemanasan untuk
menghilangkan udara dalam picnometer setelah diisi sekitar 2/3 air dari volume
picnometer dan setelah didinginkan dan ditambahkan air sampai batas volume
picnometer didapatkan berat picnometer + tanah + air sebesar 161,465 gram. Saat
hanya diisi dengan air suling beratnya sebesar 150,281 gram. Hitung berat jenis tanah
tersebut.
Penyelesaian:
𝑊2 − 𝑊1 (64,125 − 45,752)
𝐺𝑆 = 𝐾= (0,9996)
(𝑊2 − 𝑊1 ) + (𝑊4 − 𝑊3 ) (64,125 − 45,752) + (150,281 − 161,465)
= 2,55571 ≅ 2,56
Contoh C2.2:
Hasil uji berat jenis menggunakan benda uji tanah yang tertahan saringan No.4 (4,75
mm) sebesar 2,78% adalah 2,51 dan yang lolos saringan No.4 (4,75 mm) memberikan
berat jenis 2,56. Hitung berat jenis rata-rata hasil uji.
Penyelesaian:
Prosentase tertahan (retained) saringan 4,75 mm (No. 4), 𝑅1 = 2,78% dan 𝐺𝑆(1) = 2,51
Prosentase lolos (passing) saringan 4,75 mm (No. 4), 𝑃1 = 100% − 2,78% = 97,22% dan
𝐺𝑆(2) = 2,56
Prosedur penyiapan contoh uji dalam keadaan kering oven (ASTM D 421
Practice for Dry Preparation of Soil Samples for Particle-Size Analysis and
Determination of Soil Constants, 1998). Peralatan yang digunakan sesuai dengan
ASTM E 11 “Specification for Wire-Cloth Sieves for Testing Purposes”, seperti Gambar
2.26.
1) Tentukan berat tertahan pada setiap saringan atau ayakan misalnya W1, W2
dan seterusnya
2) Tentukan berat total tanah yang tertahan, yaitu W1+ W2 + W3 + .....+ Wn = W
3) Tentukan berat kumulatif tertahan untuk setiap ayakan
4) Tentukan berat lolos pada setiap saringan W – (W1+ W2 + W3 + .....+ Wn )
5) Prosentase lolos untuk setiap saringan dinyatakan dengan Persamaan 2.3,
Hasil analisa ayak menghasilkan data seperti Tabel C2.1 sebagai berikut:
Penyelesaian:
Kolom (1) dan (2) merupakan data; Kolom (3) didapatkan dari berat pada setiap
ayakan di bagi berat total, dan kolom (4) adalah pengurangan secara kumulatif untuk
setiap ayakan.
𝜌𝑠 − 𝜌𝑤 2 (2.4)
𝜈= 𝐷
18𝜂
(2.5)
18𝜂𝜈
𝐷=√
𝜌𝑠 − 𝜌𝑤
Dimana 𝜈 merupakan kecepatan; 𝜌𝑠 adalah berat isi tanah dan 𝜌𝑤 berat isi air, 𝜂
adalah visikositas air serta 𝐷 adalah diameter partikel tanah.
Jika
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐿 (2.6)
𝜈= =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡
𝜌𝑠 = 𝐺𝑠 𝜌𝑊 (2.7)
Maka kombinasi Persamaannya 2.5; 2.6 dan 2.7 akan menjadi Persamaan 2.8
Jika satuan 𝜂 adalah (𝑔. 𝑑𝑡)/𝑐𝑚2 , 𝜌𝑤 dalam 𝑔/𝑐𝑚3 dan 𝐿 dalam cm serta 𝐷
dalam mm, maka:
(2.9)
30𝜂 𝐿
𝐷=√ √
(𝐺𝑠 − 1)𝜌𝑤 𝑡
(2.10)
𝐿
𝐷 = 𝐾√
𝑡
Dengan
(2.11)
30𝜂
𝐾=√
(𝐺𝑠 − 1)
Persamaan 2.11 dengan nilai 𝐾 merupakan fungsi dari 𝐺𝑠 dan 𝜂 yang tergantung
dari suhu. Jika visikositas air(𝜂) diketahui maka nilai 𝐾 dapat dihitung. Nilai visikositas
air(𝜂) untuk suhu tertentu seperti Tabel 2.7.
Tutup gelas isi supensi dengan tutup karet (atau dengan telapak tangan). Kocok
suspensi dengan membolak-balik gelas ke atas dan ke bawah selama 1 menit,
sehingga butir-butir tanah melayang merata dalam air. Gerakan membolak-balik gelas
ini harus sekitar 60 kali. Langsung letakkan silinder berdiri di atas meja dan bersamaan
dengan berdirinya silinder, jalankan stop watch dan merupakan waktu permulaan
pengendapan 𝑡 = 0.
Kemudian dinginkan dan timbang serta catat berat tanah kering yang diperoleh
= 𝑊1 gram sebagai kontrol dimana seharusnya 𝑊𝑆 = 𝑊1 . Saringlah tanah ini dengan
menggunakan sejumlah saringan kemudian timbang dan catat berat bagian tanah
yang tertinggal di atas tiap saringan. Periksalah bahwa seharusnya jumlah berat dari
masing-masing bagian sama atau dekat dengan berat sebelum disaring.
1 𝑉𝐵 (2.12)
𝐿 = 𝐿1 + (𝐿2 + )
2 𝐴
Sumber: (Tabel 2 AASHTO T88-00 dan Tabel 2 ASTM D 22-63 (Reapproped 1998)
Tabel 2.11: Harga kedalaman efektif 𝐿 untuk Faktor Koreksi 𝑅 yang berbeda-beda
sesuai ASTM D 422 untuk 152H Hydrometer
Pembacaan Pembacaan Pembacaan
Hidrometer, L (cm) Hidrometer, L (cm) Hidrometer, L (cm)
R R R
0 16,3
1 16,1 21 12,9 41 9,6
2 16,0 22 12,7 42 9,4
3 15,8 23 12,5 43 9,2
4 15,6 24 12,4 44 9,1
5 15,5 25 12,2 45 8,9
6 15,3 26 12,0 46 8,8
7 15,2 27 11,9 47 8,6
8 15,0 28 11,7 48 8,4
9 14,8 29 11,5 49 8,3
10 14,7 30 11,4 50 8,1
11 14,5 31 11,2 51 7,9
12 14,3 32 11,1 52 7,8
13 14,2 33 10,9 53 7,6
14 14,0 34 10,7 54 7,4
15 13,8 35 10,6 55 7,3
16 13,7 36 10,4 56 7,1
17 13,5 37 10,2 57 7,0
18 13,3 38 10,1 58 6,8
19 13,2 39 9,9 59 6,6
20 13,0 40 9,7 60 6,5
Sumber: (Tabel 2 AASHTO T88-00 dan Tabel 2 ASTM D 22-63 (Reapproped 1998)
Penyelesaian :
10,25 − 2,45
𝐿1 = 10,25 − ( ) 𝑅 = 10,25 − 0,156𝑅
50
Menggunakan Persamaan
1 𝑉𝐵
𝐿 = 𝐿1 + (𝐿2 + )
2 𝐴
1 67
𝐿 = (10,25 − 0,156𝑅) + (14 + ) = (10,25 − 0,156𝑅) + 5,79 = 4,46 + 0,156𝑅
2 27.8
Dimana 𝑅 adalah nilai koreksi meniscus atau faktor kalibrasi dari alat di simbolkan
sebagai 𝑅𝑎 .
𝑅𝑡 − 𝑅𝑎 (2.13)
𝑁=( )𝛼
𝑊𝑆
Persamaan 2.13 dengan nilai 𝑁 merupakan prosentase lolos dan 𝑅𝑡 pembacaan
nilai 𝑅 pada menit 𝑡 dan 𝑅𝑎 faktor kalibrasi dari alat serta nilai berat jenis di koreksi
menggunakan nilai 𝛼. Prosentase aktual (𝑁𝑎 ) didapatkan dengan Persamaan 2.14
dimana 𝑊𝑆 adalah prosentase lolos saringan No.200.
𝑊 (2.14)
𝑁𝑎 = 𝑁 ( )
100
Contoh C2.5:
Hasil uji analisis hidrometer untuk tanah dengan berat jenis 2,67 dengan butir
lolos untuk ayakan No.200 didapatkan dari Contoh C2.1, nilai koreksi meniscus atau
faktor kalibrasi dari alat 𝑅𝑎 = −1, Temperatur saat pengujian 𝑇 = 28𝑜 𝐶. Berat tanah
yang diuji sebanyak 𝑊 = 50 𝑔𝑟, menghasilkan data seperti Tabel C2.3 dimana
prosentase tertahan sebesar 3,47%. Tentukan prosentase lolos saringan sesuai
dengan diameternya dan gambarkan kurva distribusinya.
Penyelesaian:
Diketahui nilai koreksi meniscus atau faktor kalibrasi dari alat 𝑅𝑎 = −1, sehingga
dilakukan koreksi pembacaan untuk setiap waktu pada Temperatur 28oC, 𝑡𝑖 , contoh
penghitungan koreksi untuk waktu 𝑡0,25 , pembacaan 𝑅0,25 = 48, maka menjadi 𝑅 =
𝑅0,25 − 𝑅𝑎 = 48 − (−1) = 49.
𝐺𝑆 = 2,65 → 𝛼 = 1,00
𝐺𝑆 = 2,70 → 𝛼 = 0,99
1,00 − 0,99
𝛼=( ) (2,67 − 2,65) + 1 = 0,996
2,65 − 2,70
𝑅𝑡 − 𝑅𝑎 49
𝑁=( ) 𝛼 = ( ) 0,996 = 97,608%
𝑊𝑆 50
𝐺𝑆 = 2,70 → 𝐾 = 0,012254
0,012438 − 0,012254
𝐾=( ) (2,67 − 2,65) + 0,012438 = 0,012364
2,65 − 2,70
𝐿 8,3
𝐷 = 𝐾√ = 0,012364 √ = 0,0712 𝑚𝑚
𝑡 0,25
Prosentase aktual (𝑁𝑎 ) didapatkan dengan Persamaan 2.12 dengan lolos untuk
ayakan No.200 yang didapatkan dari Tabel C2.2 dengan prosentase tertahan sebesar
3,47 %, maka 𝑊 = (100 − 3,47)% = 96,53%.
𝑊 96,53
𝑁𝑎 = 𝑁 ( ) = 97,608 ( ) = 94,221%
100 100
Jadi untuk Ukuran 𝐷 (𝑚𝑚) = 0,0712 𝑚𝑚, prosentase lolos sebesar 95,314%.
Gambar 2.29: Definisi dari D10, D25, D30, D60, dan D75
𝐷60 (2.15)
𝐶𝑢 =
𝐷10
2
𝐷30 (2.16)
𝐶𝑐 =
𝐷60 𝑥𝐷10
(2.17)
𝐷75
𝑆0 = √
𝐷25
Persentase partikel kerikil, pasir, lanau, dan tanah liat yang ada di dalam tanah
dapat diperoleh dari kurva distribusi ukuran partikel. Sebagai contoh, kita akan
menggunakan kurva distribusi ukuran partikel yang ditunjukkan pada Gambar 2.29
untuk menentukan partikel ukuran kerikil, pasir, lanau, dan tanah liat didapatkan data
sebagai berikut:
Contoh C2.6:
Penyelesaian:
2
𝐷30 0,312
𝐶𝑐 = = = 0,89
𝐷60 𝑥𝐷10 (0,90)(0,12)
Contoh C2.7:
Penyelesaian:
MIT System
Menggunakan cara yang sama didapatkan untuk USDA (Gambar C2.4) dan
AASHTO (Gambar C2.5) dari Tabel 2.3.
USDA System
> 2 mm Gravel (Kerikil) (100-100)% = 0%
0,05 < x < 2 mm Sand (Pasir) (100-66)% = 34%
0,002 < x < 0,05 mm Silt (Lempung) (66-8)% = 64%
< 0,002 mm Clay (Lanau) (8-0)% = 8%
Gambar C2.5: Kurva distribusi partikel butir tanah Contoh C2.4 untuk AASHTO System
1) Bulky (besar)
2) Flaky (serpihan)
3) Needle shaped (berbentuk Jarum)
Gambar 30: Bentuk Bulky partikel tanah (Das & Sobhan, 2014)
I. SOAL
SOAL PILIHAN GANDA
2.1 Proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah pada dan/atau dekat
permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia dan biologi
dinamakan:
a. Pelapukan c. Fermentasi
b. Sedimentasi d. Fluktuasi
2.2 Berdasarkan batuan induknya, batuan dapat dibagi menjadi tiga tipe dasar yaitu
batuan beku, sedimen, dan peralihan. Pembentukan berbagai jenis batuan dan
proses yang terkait dengannya. Ini disebut...
a. Siklus pembekuan c. Siklus Sedimentasi
b. Siklus batuan d. Siklus metamorph (peralihan)
2.3 Proses pembekuan magma yang terdapat di dalam lapisan bumi yang dalam
atau dari hasil pembekuan magma yang keluar akibat letusan gunung berapi
akan menghasilkan batuan:
a. Batuan beku c. Batuan malihan
b. Batuan sedimen d. Tanah endapan
2.5 Mineral yang terbentuk dengan kecepatan pendinginan yang lambat akan
memiliki bentuk dan ukuran kristal:
a. Sama dengan batuan induk c. lebih kecil
b. lebih besar d. sedikit lebih kecil
2.6 Pelapukan yang disebabkan oleh ekspansi dan kontraksi batuan dari kelebihan
atau kehilangan panas yang terus berlanjut, yang mengakibatkan disintegrasi
utama, adalah
a. Pelapukan organis c. Pelapukan mekanis
b. Pelapukan kimia d. Pelapukan karena transportasi
2.7 Pelapukan yang terjadi ketika batuan asli dan tanah teruraikan menjadi mineral
baru melalui suatu reaksi adalah
a. Pelapukan organis c. Pelapukan mekanis
b. Pelapukan kimia d. Pelapukan karena transportasi
2.8 Pelapukan yang disebabkan oleh makhluk hidup yang memecah batu baik
secara fisik maupun kimia adalah
a. Pelapukan organis c. Pelapukan mekanis
b. Pelapukan kimia d. Pelapukan karena transportasi
2.9 Batuan yang terbentuk di permukaan bumi pada kondisi temperatur dan
tekanan yang rendah. Batuan ini berasal dari batuan yang lebih dahulu
terbentuk, yang mengalami pelapukan, erosi, dan kemudian lapukannya
diangkut oleh air, udara, atau es, adalah:
a. Batuan beku c. Batuan malihan
b. Batuan sedimen d. Tanah endapan
2.11 Perubahan bentuk dalam skala besar yang di alami batuan di dalam kulit bumi
yang lebih dalam, sebagai akibat dari terbentuknya pegunungan (vulkanik)
adalah
a. Metamorfosis lokal c. Metamorfosis general
b. Metamorfosis regional d. Metamorfosis kontak
2.12 perubahan bentuk yang di alami batuan sebagai akibat dari instruksi benda
magma panas di sekitarnya (misalnya granit), adalah:
a. Metamorfosis lokal c. Metamorfosis general
b. Metamorfosis regional d. Metamorfosis kontak
2.13 Tanah yang terbentuk ketika danau berfungsi sebagai tempat pengendapan
dari partikel-partikel tanah yang terbawa oleh air sungai yang bermuara di
danau tersebut dinamakan
a. Tanah alluvial c. Tanah lacustrine
b. Tanah residusial d. Tanah pasir
2.14 Pergerakan angin melalui daerah bertanah pasir atau lanau yang luas akan
membawa partikel-partikel berukuran pasir dan lanau. Partikel-partikel yang
lebih besar dari 0,05 mm (pasir) akan berguling atau terangkat ke udara untuk
jarak yang relative pendek dan akan tertumpuk membentuk bukit-bukit pasir
gundukan pasir yang berbentuk seperti bulan sabit, adalah:
a. Sand Dune c. Whate back paus
b. Barchan d. loose condition
2.18 Butiran-butiran mineral yang membentuk bagian padat dari tanah merupakan
hasil pelapukan dari batuan. Ukuran setiap butiran padat tersebut bervariasi dan
sifat-sifat fisik dari tanah banyak tergantung dari faktor-faktor ukuran, bentuk
dan komposisi kimia dari butiran. Tanah umumnya dapat disebut sebagai kerikil
(gravel), pasir (sand), lanau (silt) atau lempung (clay), tergantung pada ukuran
partikel yang paling dominan pada tanah tersebut. Tanah termasuk lanau
Massachusetts Institute of Technology (MIT) jika ukurannya:
a. Kurang dari 0,002 mm c. 0,060 – 2,000 mm
b. 0,002 – 0,060 mm d. Lebih besar dari 2,000 mm
2.19 Perbandingan antara berat butir tanah dan berat air suling dengan isi yang sama
pada suhu tertentu, adalah
2.20 Menentukan gradasi atau pembagian ukuran butir tanah (grain size distribution)
dari suatu sample tanah dengan menggunakan suatu saringan, batasan
penggunaan analisis saringan untuk tanah berbutir kasar (mekanikal) dan tanah
berbutir halus (hidrometer) adalah dengan ukuran bukaan saringan ...
a. 2,800 mm c. 1,400 mm
b. 2.000 mm d. 0,425 mm
2.22 Hasil uji saringan butir tanah menghasilkan data seperti Tabel P.2.2 sebagai
berikut:
Tabel P.2.2: Hasil uji ayakan
Berat Tertahan pada setiap
Ayakan No.
Ayakan (g)
4 0
10 40
20 60
40 95
60 155
80 215
100 90
200 65
Pan 10
Total 730
2.24 Hasil analisis sampel agregat tanah untuk pengujian laboratorium analisis
saringan menghasilkan data untuk tiga sampel seperti Tabel P.2.4,
dilambangkan dengan Tanah A, Tanah B, dan Tanah C,
J. REFERENSI
AASHTO D. : T88-00, Standard method of test for particle size analysis of soils . (t.thn.).
ASTM D 421 Practice for Dry Preparation of Soil Samples for Particle-Size Analysis and
Determination of Soil Constants. (1998). West Conshohocken, PA 19428-2959,
United States: American Society for Testing and Materials.
ASTM D 422 Standard Test Method for Particle-Size Analysis of Soils. (1998). West
Conshohocken, PA 19428-2959, United States: American Society for Testing and
Materials.
BBC. (2017). Chemical weathering. Diambil kembali dari BBC:
http://www.bbc.co.uk/education/guides/zwd2mp3/revision/2
Das, B. M., & Sobhan, K. (2014). Principles of Geotechnical Engineering. Stamford, CT
06902 USA: Cengage Learning.
Dharmawansyah, D. (2015, 8 9). Mekanika Tanah_2 : Tanah. Diambil kembali dari
blogspot.co.id: https://2.bp.blogspot.com/-mRn_LO-
qodY/VCb8E4LV9qI/AAAAAAAAATU/i-4JeukW7Us/s1600/cut_in_residual_soil.jpg
Earle, S. (2017). 5.4 Weathering and the Formation of Soil. Diambil kembali dari Physical
Geology: http://opentextbc.ca/geology/wp-
content/uploads/sites/110/2015/07/image053.jpg
Geology.com. (2017). Diorite. Diambil kembali dari Geology: Rocks and Mineral:
https://flexiblelearning.auckland.ac.nz/rocks_minerals/rocks/images/diorite.jpg