SUMA PURWOKERTO
Penerbit ANDI Yogyakarta
-
Teknologi Belon
Oleh: Ir. Tri Mulyono, M.T
, \ J '
JI. Beo 38~ 0, Telp. (0274) 561881 (Hunting), Fax. (0274) 588282 Yogyakarta
5528 1 _.r~ (
. \
Perpusta~aan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT)
.,,.
Teknologi Seton/ Tri Mulyono;
I. Judul
1. Teknologi Seton
DDC'21 : 693.5
Kupersembahkan untuk Istri dan anakku,
Surya11a Utami
M. Farha11 Husain Kliadafi
'
Kata Pengantar
Pembantu Rektor I - Bidang Akade mik
Universitas Negeri Jakarta
fj
PRAKATA
Buku ini ditulis agar dapat dimengerti oleh setiap orang yang akan
mempelajari prinsip dasar teknologi pembuatan beton yang sesuai dengan
standar yang berlaku. Pembahasan teknologi beton dalam buku ini
meliputi pembahasan tentang bahan-bahan penyusun beton, metode
perancangan, pekerjaan dan pengujian beton serta cara evaluasi pekerjaan
sesuai dengan kriteria standar nasional Indonesia.
Materi buku ini berasal dari beberapa referensi mengenai beton yang
banyak dipakai di Indonesia. Sebagian materi diambil dari materi kuliah
yang penulis dapatkan sewaktu penulis mengikuti kuliah Teknologi
Beton pada Program Studi Teknik Sipil S 1-UGM dan S2-Universitas
Indonesia. Materi buku ini juga berasal dari pengalaman penulis sewaktu
bekerja di bidang konstruksi sipil, terutama pada Proyek Optimalisasi II -
PT. Semen Baturaja (Persero) untuk paket pekerjaan beton dan pondasi
pada konstruksi Clinker Storage, Silo Cement and Coal Storage (1997-
1998) dan juga pengalaman penulis sewaktu bekerja di PT.Pamapersada
Nusantara - PT. United Tractor dan sebagai Joint Operation, untuk
pekerjaan Mine Service Facility - Package C-320 (1990-1994), Mining
Project, PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero).
Buku yang telah disusun sejak tahun 1998 dan direvisi sesuai dengan
kebutuhan ini merupakan gabungan dari Buku Seri-1: Bahan-bahan
Penyusun Beton dan Buku Seri-2: Rencana Campuran dan Pengolahan
Beton, yang digunakan sebagai buku pegangan kuli~.h Teknologi Beton
pada program Sarjana (Sl) dan kuliah Rekayasa Beton pada Program
Diploma III Teknik Sipil di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Jakarta.
Bab pertama dari buku ini berisi pendahuluan yang me!1jclaskan
riwayat perkembangan beton, deskripsi, kelebihan dan kekmangan
penggunaan beton, kinerja beton, sifat dan karakteristik betor: .3erta
aktivitas pekerjaan beton. Bab 2 sampai Bab 5 akan menjelaskan sifat dan
karakteristik bahan-bahan penyusun beton, kriteria pemilihan bahan,
syarat mutu sesuai dengan stand~ yang berlaku di Indonesia. Bahan
penyusun beton yang meliputi semen (Bab 2), air (Bab 3), agregat (Bab
Prakata - vii
.1~ ~ ~~:
bahan tambah (Bab 5) juga dibahas dalam buku ini. Bab 6 akan
membahas tem1inologi beton, faktor yang mempengaruhi kekuatan beton,
serta sifat dan karakteristik beton. Kebutuhan penyelidikan yang meliputi
proses, prosedur dan pertimbangan pengambilan sampel akan dibahas
pada Bab 7. Beberapa altematif metode perancangan beton yang sering
digunakan dalam pekerjaan konstruksi di Indonesia akan disajikan dan
dibahas pada Bab 8. Pada bah ini juga disajikan kriteria perencanaan,
lengkap dengan bagan alir perancangan serta contoh hitungan
perancangan.
J
terima kasih yang sebesar-besamya kepada Proyek Peningkatan
Penelitian Pendidikan Tinggi (P4T), Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional yang telah memberikan hibah
(award) penulisan buku teks tahun 2003 , dan kepada pendamping
penulisan buku ini, Prof. Ir. Mohamad Sahari Besari, MSc., Phd, yang
banyak memberikan saran untuk upaya perbaikan. Secara khusus penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, Ayahanda H.
Sutomo WR (alm) dan Ibunda Hj. Ribudiyati yang telah memberikan
pendidikan dan ilmu yang berrnanfaat. Kepada istri Suryana Utami dan
anakku M. Farhan Husain Khadafi yang menemani dan memberikan
semangat dan motivasi, terima kasih atas cinta kasihnya.
Jakarta, Oktober 2003
Tri Mulyono
Prakata - ix
- ,.
..J
DAFTAR lSI
Kata Pengantar V
Prakata vii
Daftar Isi xi
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Riwayat Perkembangan Beton 2
1.2 Deskripsi Beton 3
1.3 Kelebihan dan Kekurangan Beton 4
1.3 .1 Kelebihan 4
1.3 .2 Kekurangan 4
1.4 Kinerj a Beton 6
1.5 Sifat dan Karakteristik yang Dibutuhkan Dalam
Perancangan Beton 9
1.5.1 Kuat Tekan Beton 9
1.5.2 Kemudahan Pengerjaan 11
1.5.3 Rangkak dan Susut 11
1.6 Aktivitas Pengerjaan Beton 13
Daftar Pustaka Bab 1 17
2. SEMEN 19
2.1 Sejarah Semen 19
2.2 Jenis Semen 20
2.2.1 Semen Non-Hidrolik 20
2.2.2 Semen Hidrolik 22
2.2.2.1 Kapur hidrolik 22
2.2.2.2 Semen Pozollan 25
2.2.2.3 Semen Terak 25
2.2.2.4 Semen Alam 26
2.2.2.5 Semen Portland 27
2.2.2.6 Semen Portland Pozoilan 46
2.2.2.7 Semen Putih 47
2.2.2.8 Semen Alumina 47
2.3 Penyimpanan Semen 47
Daftar Pustaka Bab 2 49
l.Jaftar lsi - xi
3. AIR 51
3.1 Sumber-Sumber Air 51
3.1.1 Air yang Terdapat di Udara 52
3.1.2 Air Hujan 52
3.1.3 Air Tanah 52
3.1.4 Air Pennukaan 52
3.1.5 Air Laut 52
3.2 Syarat Umum Air 53
3.3 Pemilihan Pemakaian Air 56
3.4 Syarat Mutu Air Menurut British Standard (BS.3148-80) 57
3.4.1 Garam-garam Anorganik 57
3.4.2 NaCl dan Sulfat 57
3.4.3 Air Asam 58
3.4.4 Air Basa 58
3.4.5 Air Gula 58
3.4.6 Minyak 58
3.4.7 RumputLaut 58
3.4.8 Zat-Zat Organik, Lanau dan Bahan-bahan
Terapung 59
3.4.9 Pencemaran Limbah Industri atau Air Limbah 59
3.5 Penilaian Waktu Pengikatan (Setting Time) dan Uji Kuat
Tekan 59
3.6 Analisis Kimia 60
3.6. l Sulfat (SO4) 60
3.6.2 Magnesium (Mg++) 60
3.6.3 Amonium CNHi) 60
3.6.4 Magnesium (Cr) 60
3.6.5 pH 61
3.6.6 Karbondioksida (CO2) 61
3.6.7 Minyak dan Lemak 61
3.6.8 Zat-zat yang Menyusut .
Daftar Pustaka. Bab 3 62
4. AGREGAT 65
4.1 Batuan 65
4.1.1 Batuan Beku (Magma) 66
4.1.2 Batuan Sedimen 66
4.1.3 Batuan Metamorf 67
4.2 · Agregat di Indonesia 68
Daftar lsi - xv
- I
7. KEBUTUHANPENYELIDIKAN 149
7.1 Proses Penyelidikan 149
7.1.1 Pengambilan sampel 149
7.1.2 Perencanaan sampel 150
7.2 Prosedur Standar 150
7.2. 1 Standar Nasional Indonesia 150
7.2.2 Standar Lainnya (ASTM) 151
7.3 Pertimbangan Pengambilan Sampel 151
7.4 Kualitas Pengujian 153
7.5 Hirarki Penyelidikan Beton 153
Daftar Pustaka Bab 7 155
xx - Teknologi Beton
15.5.2.1 Komposisi serat ny lon 317
15.5.2.2 Kuat Gesr beton 318
15.5.2.3 Pengadukan 319
15 .5 .2.4 Perawatan dan penguj ian 319
15.5.2.5Hasil penelitian 319
15 .5 .3 Beton Siklop 321
15.5.4 Beton Hampa (Vacuum Concrete) 321
Daftar Pustaka Bab 15 321
Lampiran 325
Pendalwluan - 1
perhatian penting para perencana struktur ketika merc ncanakan struktur
yang menggunakan beton ada dua : kekuatan teka n dan Kern~...l ...1ian
pengerjaan. Penelitian yang dila~7.lkan oleh penel iti be ton terdahulu
menghasilkan suatu kontradiksi. Untuk menghasilkan b e ton dengan
kelrnatan tekan tinggi, penggunaan air atau faktor air terhadap semen
haruslah kecil. Sayangnya, ha) tersebut akan menyebabkan kesulitan
dalam pengerjaan. Dengan semakin majunya teknologi, hal ini tidak lagi
menjadi masalah telah ditemukan bahan tambah untuk beton.
2 - Teknologi Beton
di Boston, Marina Tower, Lake Poi nt Tower di Chicago, dan Keong Mas
di Taman Mini Indonesia.
Pendahu/uan - 3
11
melebihi 0.15% dalam beton yang diekspos dan 1% bagi bcton yang tidak
diekspos (Nawy, 1985:24)
Disamping kuulitas bahan penyusunnya. kualitas pelaksanaan pun
menjadi penting dalam pembuatan beton. Kualitas pekerjaan suatu
konstruksi sangat dipengaruhi oleh pelaksana peke1jaan beton langsung,
seperti disebutkan oleh N. Jackson: "The quality of the concrete in the
structure depe11ds 011 the workmanship 011 site" (Jackson, 1977: 146) serta
L.J. Murdock dan K.M. Brock yang mengatakan "Kecakapan tenaga
kerja adalah salah satu faktor pe11ti11g dalam produksi suatu bangu11a11
yang bermutu, da11 kzmci keberhasilan untuk mendapatkan tenaga ke1ja
yang cakap adalah pe11getahua11 dan daya tarik pada peke,jaan yang
sedang dikerjaka11" (Murdock, 1991 :6).
1.3.1 Kelebihan
1
a. Dapat dengan mudah dibentuk sesua1 dengan kebutuhan
konstruksi
b. Mampu memikul beban yang berat
c. Tahan terhadap temperatur yang tinggi
d. Biaya pemeliharaan yang kecil.
1.3.2 Kekurangan
a. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah
b. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi
4 - Teknologi Beton
c. Berat
d . Daya pantul suara yang bcsar.
Sebagian besar bahan pembuat beton adalah bahan lokal (kecuali
semen portland atau bahan tambah kimia), sehingga sangat meng-
untungkan secara ekonomi . Namun, pembuatan beton akan menjadi
mahal j ika perencana tidak memahami karakteristik bahan-bahan
a
penyusun beton yang harus disesuaikan dengan perilaku struktur yang
akan dibuat.
II
Nilai kuat tekan beton dengan kuat tariknya tidak berbanding Iurus.
Setiap usaha perbaikan mutu kekuatan tekan hanya disertai oleh
peningkatan yang kecil dari kuat tariknya. Menurut perkiraan kasar, nilai
kuat tarik berkisar antara 9%-1 5% kuat tekannya. Nilai pastinya sulit
diukur. Pendekatan hitungan biasanya dilakukan dengan menggunakan
modulus of rapture, yaitu tegangan tarik beton yang muncul pada saat
pengujian tekan beton normal (normal concrete). Kecilnya kuat tarik
ill
beton ini merupakan salah satu kelemahan dari beton biasa. Untuk
m
mengatasinya, beton dikombinasikan dengan tulangan beton dimana baja
1U
biasa digunakan sebagai tulangannya. Alasan penggunaan baja sebagai
tuJa·n gan beton adalah koefisien baja hampir sama dengan koefisien
beton. Beton tersebut didefinisikan sebagai beton yang ditulangi dengan
luas dan jumlah yang tidak kurang dari jumlah minimum yang disyarat-
kan dalam pedoman perencanaan, dengan atau tanpa pratekan; dan
direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja sama
vi•
dalam menahan gaya yang bekerja (SKBI.1.4.53 1989:4).
Beton dapat j uga dicampur dengan bahan lain seperti composite a tau
bahan lain sesuai dengan perilaku yang akan diberikan terhadap beton
tersebut, misalnya beton pra-tekan atau beton pra-tegang (pre-stressing),
beton pra-cetak (pre-cast). Beton juga dapat digunakan untuk struktur
yang memerlukan bahan struktur yang ringan, misalnya beton ringan
struktural (SKBI. 1.4.53, 1989:5) yaitu beton yang mengandung agregat
ringan dan mempunyai massa kering udara yang sesuai dengan syarat
seperti yang ditentukan oleh "Testing Method for Unit Weight of
Structural Lightweight Concrete" (ASTM C-567). Beratnya tidak lebih
dari 1900 kg/m3 •
Pendahuluan - 5
1.4 Kinerja Beton
Sampai saat ini beton masih menjadi pilihan utama dalam pem-
buatan struktur. Selain karena kemudahan dalam mendapatkan material
penyusunnya, hal itu juga disebabkan oleh penggunaan tenaga yang
cukup besar sehingga dapat mengurangi masalah penyediaan lapangan
kerja. Selain dua kinerja utama yang telah disebutkan diatas, yaitu
kekuatan tekan yang tinggi dan kemudahan pengerjaannya, kelangsungan
proses pengadaan beton pada proses produksinya juga menjadi salah satu
hal yang dipertimbangkan.
Sifat-sifat dan karakteristik material penyusun beton akan mem-
pengaruhi kinerja dari beton yang dibuat. Kinerja beton ini harus
disesuaikan dengan katagori bangunan yang dibuat. ASTM membagi
bangunan menjadi tiga kategori yaitu: rumah tinggal, p erumahan, dan
struktur yang menggunakan beton mutu tinggi.
Menurut SNI T.15-1990-03 beton yang digunakan pada rumah
tinggal atau untuk penggunaan beton dengan kekuatan tekan tidak
melebihi 10 MPa boleh menggunakan campuran 1 semen: 2 pasir: 3
batupecah dengan slump untuk mengukur kemudahan pengerjaannya
tidak lebih dari 100 mm. Pengerjaan beton dengan kekuatan tekan hingga
20 MPa boleh menggunakan penakaran volume, tetapi pengerjaan beton
dengan kekuatan tekan lebih besar dari 20 MPa hams menggunakan
campuran berat.
Tiga kinerja yang dibutuhkan dalam pembuatan beton adalah (STP
169C, Concrete and concrete-making materials): 1). memenuhi kriteria
konstruksi yaitu dapat dengan mudah dikerj akan dan dibentuk serta
mempunyai nilai ekonomis. 2). kekuatan tekan dan 3). durabilitas atau
keawetan.
6 - Teknologi Beton
J
SPESIFIK ASI
OAN
PERENCANAAN (f\MPURAN
l
MATERIAL PENYUSUN 8ETON
EVALUASI (Semen. Agrcgal. Air. 0ahan
C"
(Sampcl. Pcngujian, Pelaporan ) Tarnbah Mineral.
Bahan Tambah kima)
'-
l
PROSES PENGADAAN
(Balchini;. Mixing. Transportasi.
Peni;ecoran. Finishing. Pcrawatan)
l
SIFAT DAN KARAKTER SETON
EVALUASI
(Sampel. Pengujian. Pelaporan) C" . (Rheological, Mekanikal. Kimiawi.
Elekronikal. dll J
'
l
~
KINERJA SETON
(Konstruktibiliti. Kekuatan.
Durabilitas)
Pendahuluan - 1
perumahan dan beton mutu tinggi, dampak pengaruh bahan terhadap
kinerja beton yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 1.3.
Cement =-iiiiiJ
F,ne Agg
Coarse Agg
Fly Ash
Air-Entraining Admix
Ligh~ht Agg
Stag
smca Fume
~
Water
3 5 7 9
Avg. Rang king ( 1=Most and 1O= Least Important
Gambar 1.2 Persepsi Dampak Pe11ggu11aa11 Material dalam Membentuk Ki11e1ja Beto11
(Sumber: STP 169C, Concrete and Concrete-Making Materials, p.32)
8 - Teknologi Beton
Cerrent
FineAgg
- El Res idential
■ Low- Rise ConTT"ercial
Coarse Agg
□ High Tec h., Higt-Strength
Fly Ash
Air-Entraining Ad rrix ..
Lightw eight A gg
Slag . ,
.,, ¥,,,__ _ ,.,. _,,,
Silica Furre .. . .
. .
Water . . , ..
2 3 4 5 6 7 8 9 1)
Pendahuluan - 9
Tnbrl 1.1 Rasio K11at Tcka11 Sili11da-f,:11h11s
Kuat Trknn 7.00 15.20 20.00 24.10 26.20 34.50 Jo.so 40.70 44. 10 50.30
ltl\1p.a)
-
Kuat R9S10 0-:'t, 0.7i 0.81 0.87 0.<>1 0.94 0.87 0.92 0.91 0.%
S1h1ili 1'.ut-u:-
10 - Teknologi Beton
1.5.2 KemucJahan Pengerjaan
Tclah dijclaskan diatas bahwa kemudahan pengerjaan beton
mcrupakan salah satu kinerja utama yang dibutuhkan. Walaupun suatu
struktur bcton dirancang agar mempunyai kuat tekan yang tmggi. tetapi
jika rancangan tcrscbut tidak dapat diimplementasikan di lapangan karena
sulit untuk dikcrjakan maka rancangan tersebut menjad1 percuma.
Kcmajuan tcknologi mcmbawa dampak yang nyata untuk meng.atas1 ha]
ini , yai tu dcngan pcnggunaan bahan tambah untuk memperba1k1 kmerya
Hal terscbut akan dibahas lebih jelas akan dibahas dibagian benkutnya.
Pendahuluan - 11
dianggap berlaku sehingga regangan total adalah regangan elastis
ditambah rangkak dan susut.
ta.)
l
Ser (rangkak)
ee (regangan elastis)
Waktu, t
12 - Teknologi Beton
agregat. Scperti halnya susut, rangkak akan scmakin besar dengan
meningkatnya raktor Air Semen dan kandungan semen. Demikian pula.
semakin banyak agregat yang digunakan semakin sedikit sus ut yang
te1jadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya rangkak dan susut
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Sifat bahan dasar beton (komposisi dan kehalusan semen, kualitas
adukan, dan kandungan mineral dalam agregat),
b. Rasio a ir terhadap jumlah semen (water cement ratio),
c. Suhu pada saat pengerasan (temperature ),
d. Kelembaban ni sbi pada saat proses penggunaan (humidity),
e. Umur beton pada saat beban bekerja,
f. Nilai slump (s lump test),
g. Lama pembebanan,
h. Nilai tegangan,
1. Nilai rasio permukaan komponen struktur.
Agar rangkak dan susut dapat diminimalkan, perlu dilakukan peng-
hitungan dan pengendalian pekerjaan beton, terutama pada point (a)
sampai (f).
Pendahuluan - 13
,.
Pl?laksa,aan (cons!ruct,on)
14 - Teknologi Beton
dcngan syarat yang ditentukan . Setelah nilai masing-masing bahan
tersebut dipcrolch, perancangan bcton (mix design) harus dilakukan.
Perancangan beton sesuai dengan spesifi kasi yang ditetapkan dapat
dilakukan dengan metode-metode yang dikenal. Di Indonesia, pekerjaan-
pekerjaan milik pemerintah harus menggunakan standar yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Standar baku ini <lulu dikenal sebagai
Standar Industri Indonesia namun saat m1 telah direvi si dan
dikembangkan menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar
perencanaan beton yang dipakai adalah SNI T-15-1990-03 .
Setelah perancangan beton selesai, perlu dilakukan penguj ian
lanjutan melalui penguj ian campuran beton di laboratorium. Penguj ian
campuran beton ini meliputi pengujian beton segar dan pengujian beton
keras. Pengujian beton segar dimaksudkan untuk mengetahui workability
atau kemudahan dalam pengerjaannya. Indikator dari kemudahan dalam
pengerjaan ini dapat dilihat dari nilai slump beton. Tujuan pengujian
beton segar lainnya adalah untuk melihat apakah terjadi bleeding dan
segregation atau tidak.
Pengujian beton keras terutama dimaksudkan untuk mengetahui
kekuatan tekan karakteristik dari beton tersebut (fc). Pengujian ini
dilakukan dengan membuat benda uji berbentuk slinder yang pada umur
tertentu diuji. Jika benda uji tersebut tidak lulus pada pengujian ini, harus
dilakukan perancangan ulang campuran sampai didapatkan komposisi
yang disyaratkan dalam spesifikasi teknik yang dibuat oleh pemilik.
Setelah pembuatan campuran di laboratorium selesai dilakukan,
proses selanjutnya adalah membawa hasil komposisi mix design tersebut
sebagai Job Mix Formula (JMF) ke tempat pengolahan beton. Tempat
pengol__ahan dapat berupa pengolahan yang menggunakan me~in mixing
biasa (molen) maupun pengolahan beton yang besar (concrete plant).
Sflama masa pengolahan beton ini berjalan, proses pengawasan kualitas
harus tetap dilakukan oleh kontraktor, di bawah pengawasan konsultan
pengawas. Jika terjadi perubahan terhadap parameter bahan penyusun
beton, pengujian laboratorium harus dilakukan lagi sebagai quality
control bahan-bahan komposisi beton. Dari concrete plant, beton dibawa
ke tempat pekerjaan beton, yakni tempat pengecorannya. Selama masa
pengangkutan, beton segar tersebut harus tetap dijaga agar tidak
mengalami kehilangan Faktor Air Semen yang dapat menyebabkan
menurunnya kekuatan tekan beton. Hal ini dilakukan agar beton yang
dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan.
Pendahuluan - 15
,.
Selama masa pelaksanaan pun proses kontrol tidak boleh dihentikan.
Pada masa ini, pelaksanaan pengecoran, pemadatan, perawatan dan
penyelesaian harus diawasi. Setelah beton mengeras dan berumur 28 hari,
uji tekan untuk mengetahui kekuatannya harus dilakukan. Jika pengujian
tersebut tidak dilakukan, dapat dilakukan tindakan lain sesuai dengan
syarat evaluasi beton keras. Pengujian dapat dilakukan dengan core drill
dan load test atau dengan merancang ulang mekanikanya dengan
menggunakan rnutu beton aktual (f ca). Bagan alir aktivitas pengerjaan
beton dapat dilihat pada Gambar 1.6.
Spcsifilasi Td:niL:
Penyelidikan Bahan-
balian Penyusun Belon
Sif:u Belon lain yang diinginhn
Pcngambilan Sampcl
Pengujian Sampel
Labor.11orium
Bahan Penyusun
Tidak
Pengolahan Belon
Tidak
Pengangku1an Belon
Pengambilan Sampel
Penuangan Belon Belon segar & Pembualan
Benda Uji Tekan
Pemadatan Belon
16 - Te.Jaw/ogi Belon
PERT ANY AAN:
1.1 Jelaskan defini si dan deskripsi dari beton!
1.2 Jelaskan kelebi han dan kekurangan beton yang digunakan sebagai
struktur!
1.3 Pertimbangan apa yang harus diambil bagi seorang perencana untuk
membuat sebuah campuran beton?
1.4 Langkah apa yang harus diambil untuk mengatasi kelemahan beton
terhadap kuat tarik?
1.5 Berdasarkan variabel bahan penyusun beton untuk perumahan,
j elaskan pengaruh material penyus unnya dalam skala 1-10 !
1.6 Bagaimana cara mengetahui karakteristik kekuatan tekan beton?
1.7 Jelaskan dan gambarkan aktivitas pengerjaan beton!
Pendahuluan - 17
Fiorato. Anthony E., Variability of C oncrctc- l\1aking l\'l aterials, ill
Concrete and Co11crete-Afaki11g A1ateria/s STP. J69C,
Philadelphia: ASTM, 1994 Pp.31-37.
Jackson, N. Civil Engineering i\1aterial. Great Britain: Unwin Brothers
Ltd..1977.
Murdock, L.J.,L.M.Brock, dan Stephanus Hendarko. , Bahan dan
Praktek Beton. Jakarta: Erlangga, 1991 .
Nawy .. Edward. G., Reinforce Concrete a Fundamental Approach
Te,jemahan, Cetakan Pertama, Bandung: PT.Eresco, 1990
Sagel.,R and H. Kesuma., Gideon. Pedoman Pekerjaan Beton. Cetakan
Ketiga, Jakarta: Erlangga, 1994.
..,.
18 - Teknologi Beton
SEMEN 2
eton umumnya tersusun dari tiga bahan penyus un utama ya itu
Semen - 19
tahun 1875. Sejak saat itu, semen portland berkembang dan terus dibuat
sesuai dengan kebutuhan.
Indonesia telah pula memiliki banyak pabrik semen p01iland m odem
dengan mutu internasional. Pabrik yang tersebar di Sumatera, Jawa dan
Sulawesi itu antara lain:
( 1) Pabrik semen Indarung yang memproduksi Semen Padang di Padang,
Sumatera Barat serta pabrik semen Baturaja yang me mproduksi
semen Tiga Gajah. Keduanya terletak di Sumatera.
(2) Pabrik Semen Gresik, Semen Cibinong, Semen Tiga Roda, dan
Semen Nusantara di Jawa.
(3) Pabrik semen Tonasa di Sulawesi.
20 - Teknologi Beton
I
J,I
dalam bidang pertanian, industri kimia, industri karet, industri kayu.
industri farmasi, industri baja, industri gula, dan industri semen.
Jenis kapur yang baik adalah kapur putih, yaitu yang mengandung
kalsium oksida yang tinggi ketika masih berbentuk kapur tohor (belum
berhubungan dengan air) dan akan mengandung banyak kalsium hidrok-
sida ketika telah berhubungan dengan air. Kapur tersebut dihasilkan
dengan membakar batu kapur atau kalsium karbonat bersama beserta
bahan-bahan pengotomya, yaitu magnesium, silikat, besi, alkali, alumina
dan belerang. Proses pembakaran dilaksanakan dalam tungku tanur tinggi
yang berbentuk vertikal atau tungku putar pada suhu 800°- I 200°C.
Kalsium karbonat terurai menjadi kalsium oksida dan karbon dioksida
dengan reaksi kimia sebagai berikut.
Kalsium oksida yang terbentuk disebut kapur tohor, dan jika ber-
hubungan dengan air akan menjadi kalsium hidroksida serta panas.
Reaksi kimianya adalah:
Semen -21
Dari reaksi kimia diatas terlihat bahwa akan terbentuk kembali
k:ristal-kristal kalsium karbonat, yang mengikat massa heterogen itu
menjadi massa padat. Proses pengerasan ini be1jalan lambat dan dapat
ber]angsung bertahun-tahun sebelum mencapai kekuatan yang penuh.
Agar dapat ber]angsung, diperlukan aliran udara bebas untuk persediaan
karbondioksida yang dapat menembus bagian terdalam dari adukan
sehingga proses pengerasan dapat berlangsung menyeluruh.
Kapur putih ini cocok untuk menjernihkan plesteran langit-langit,
untuk mengapur kamar-kamar yang tidak penting dan garasi, atau untuk
membasmi kutu-kutu dalam kandang. Jika digunakan sebagai bahan
tambah campuran beton, kapur putih akan menambah kekenya1an dan
memperbaiki sifat pengerjaan beton. Dengan menggunakan campuran
1:3, kapur putih dapat memperbaiki pern1ukaan beton yang tidak
mengandung pori-pori. Kapur putih merupakan komponen utama dari
bata yang terbuat dari pasir dan kapur. Kekuatan kapur sebagai bahan
pengikat hanya dapat mencapai sepertiga kekuatan semen portland.
22 - TekJ1ologi Beton
bebas sehingga massa klinker itu dapat menghasilkan kapur tohor
setelah berhubungan dengan air.
Bila kadar alumina dan sil ika dalam batu kapur bertambah, maka
panas yang terjadi berkurang dan pada suatu saat reaksi antara air dan
kapur tersebut berhenti. Pada suhu tinggi , al umina dan silika berpadu
dengan kalsium oksida, kalsium silikat, dan alumina yang tidak
mudah bergabung dengan air bila berada dalam bentuk gumpalan-
gumpalan. Oleh karena itu, kapur tohor ditambahkan pada saat
pemberian air, sehingga gumpalan-gumpalan yang besar terpecah-
pecah menjad i serbuk halus akibat pengembangan kapur tohor.
c) Produksi Kapur di /11do11esia
Bahan mentah yang biasa dipakai sebagai pozollan yang terdapat di
Indonesia umumnya berupa teras bahan, misalnya batu apung yang
dihasilkan dari magma gunung berapi yang mati.
Tanur yang digunakan untuk pembuatan kapur hidrolik ini bervariasi
bentuknya, mulai dari yang sederhana sampai yang berbentuk
cerobong vertikal (silo). Karena tidak adanya kontrol yang baik
selama pembuatan kapur ini, kapur yang dihasilkan seringkali
memiliki kadar air yang cukup tinggi sehingga segera menyerap
karbondioksida dari udara clan mernbentuk kembali kalsium karbonat.
Jika kita berjalan kearah Bandung, di daerah Padalarang akan terlihat
tungku-tungku vertikal pengolahan batu kapur yang hasilnya lebih
baik. Bahan pembakar tungku menggunakan kayu bakar ataupun
batubara. Hasil pembakaran kapur yang baik dapat dilihat dari hasil
kapur tohor yang ringan, kering dan berbentuk halus.
Secara sederhana, kapur hidrolik dapat dihasilkan dengan meng-
hamparkan beberapa kilogram kapur tohor dan kemudian memer-
cikan air secukupnya. Jika dilaksanakan dengan baik dan seksama,
akan didapatkan kapur mati yang baik. Jika dikehendaki basil yang
besar, sekitar 10-50 ton, hal itu perlu dilakukan di dalam pabrik atau
industri pengolahan batu kapur. Secara sederhana, proses pembakaran
kapur dapat dilihat pada Gambar 2.1.
d) Sifat-sifat Kapur Hidrolik
Kapur hidrolik memperlihatkan sifat hidroliknya, namun tidak cocok
untuk bangunan-bangunan di dalam air, karena rnembutuhkan udara
Semen -23
yang cukup untuk mengeras. Sifat umum dari kapur adalah sebagai
berikut:
a) Kek.'Uatannya rendah
b) Berat jenis rata-rata 1000 kg/m3.
c) Bersifat hidrolik
d) Tidak menunjukkan pelapukan
e) Dapat terbawa arus.
Perawatan kapur hidrolik dimulai setelah 1 (satu) jam dan diakhiri
setelah 15 (lima belas) jam. Pengunaannya antara lain untuk adukan
tembok, lapisan bawah plesteran, plesteran akhir, bahan pencampur
semen dan sebagai bahan tambah jika beton akan diekspos.
Pengpdangan Kapur
Klinker (clinker sloragt)
0
Penggilingan Kapur
,,... r:: $- Packing Plants
(Blending) SILO
24 - Tekno/ogi Beton
2.2.2.2 Semen Pozollan
Pozollan adalah scjenis bahan yang me ngandung si lisium atau
alumini um, yang ti dak mempunyai sifat penye menan. Butirannya halus
dan dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu ruang serta
membentuk senyawa-senyawa yang mempunyai sifat-sifat semen.
Semen pozollan adalah bahan ikat yang mengandung silika amorf,
yang apabila dicampur dengan kapur akan membentuk benda padat yang
keras. Bahan yang mengandung pozollan adalah teras, semen merah, abu
terbang, dan bubukan terak tanur tinggi (SK.SN! T-15-1990-03 :2).
Teras alam dapat dibagi menjadi:
1) Batu apung, obsidian, scoria, tuff, santorin, dan teras yang dihasilkan
dari batuan vulkanik.
2) Teras yang mengandung silika amorf halus yang tersebar dalam
jumlah banyak dan dapat bereaksi dengan kapur jika dibubuhi air
serta membentuk silikat yang mempunyai sifat hidrolik.
3) Teras buatan, meliputi abu batu, abu terbang (fly-ash) dari hasil
residu PLTU dan hasil tambahan dari pengolahan bijih bauksit. Teras
buatan ini dibuat dengan pembakaran batuan vulkanik dan kemudian
menggilingnya. Semen teras meliputi semua bahan semen yang
dibuat dengan menggunakan teras dan kapur tohor, yang tidak
membutuhkan pembakaran. Teras buatan ini digunakan sebagai
bahan tambah dan digunakan pada bangunan yang tidak memerlukan
persyaratan konstruksi yang k.husus, tetapi menggunakan banyak
bahan semen.
Semen - 25
-,
26 - Teknologi Beton
kcmudian digiling mcnjadi butiran yang bcrbcntuk halus. Semen alam
yang dihasilkan biasanya mempunyai komposis i scbagai berikut:
-Ah 03 5. 2% - 8.8%
Semen - 27
beberapa surnber langsung dapat digunakan. Akan tetapi, jika standar
deviasi hasil uji kekuatan semen besar, hal tersebut a kan menjadi
masalah. Saat ini banyak tipe semen yang ada di pasaran sehingga
kemungkinan variasi kekuatan semennya pun besar (ACI 3 18-89:2-1).
Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga
membentuk suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara
butir-butir agregat. Walaupun komposisi semen dalam beton hanya
sekitar I0%, namun karena fungsinya sebagai bahan pengikat maka
peranan semen menjadi penting.
a) Proses Pembuata11 Seme11 Portland
Semen portland dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang
komposisi utamanya adalah kalsium dan aluminium silikat. Penambahan
air pada mineral ini menghasilkan suatu pasta yang j ika mengering akan
mempunyai kekuatan seperti batu. Berat jenis yang dihasilkan berkisar
antara 3.12 dan 3.16 dan berat volume sekitar 1500 kg/cm3
(Nawy,1985:9). Bahan utama pembentuk semen portland adalah kapur
(CaO), silika (Si03), alumina (Al203) , sedikit magnesia (MgO), dan
terkadang sedikit alkali. Untuk mengontrol komposisinya, terkadang
ditambahkan oksida besi, sedangkan gipsum (CaS04 .2H2 0) ditambahkan
untuk mengatur waktu ikat semen.
Klinker dibuat dari batu kapur (CaC03), tanah liat dan bahan dasar
berkadar besi. Bahan kapur di Indonesia tersedia melimpah. Kebanyakan
pabrik semen dibangun di dekat gunung kapur.
Pembuatan semen portland dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu:
(1) Penambangan di quany
(2) Pemecahan di crushing plant
(3) Penggilingan (blending)
(4) Pencampuran bahan-bahan
(5) Pembakaran (ciln)
(6) Penggilingan kembali hasil pembakaran,
(7) Penambahan bahan tambah (gipsum)
(8) Pengikatan (packing plant)
Proses pembuatan semen portland dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu proses basah dan proses kering.
28 - Tekno/ogi Belon
' ·-----~------,- - ~----·....... ..
I ) Proses Basah
Pada proses basah, sebelum dibakar bahan dicampur dengan air
(slunJ1) dan digiling hingga berupa bubur halus. Proses basah umumnya
dilakukan jika yang diolah merupakan bahan-bahan lunak seperti kapur
dan lempung.
Bubur halus yang dihasilkan selanj utnya dimasukan dalam sebuah
pengering (oven) berbentuk silinder yang dipasang miring (ciln). Suhu
ciln ini sedikit demi sedikit dinaikkan dan diputar dengan kecepatan
tertentu. Bahan akan mengalami perubahan sedikit demi sedikit akibat
naiknya suhu dan akibat terjadinya sliding di dalam ciln. Pada suhu
l 00°C air mulai menguap; pada suhu 850°C karbondioksida dilepaskan.
Pada suhu sekitar 1400°C, berlangsung permulaan perpaduan di daerah
pembakaran, dimana akan terbentuk kl inker yang terdiri dari senyawa
kalsium silikat dan kalsium aluminat. Klinker tersebut selanjutnya
didinginkan, kemudian dihaluskan menjadi butir halus dan ditambah
dengan bahan gipsum sekitar 1%-5%.
c) Proses Keri11g
Proses kering biasanya digunakan untuk j enis batuan yang lebih keras
misalnya untuk batu kapur jenis shale. Pada proses ini bahan dicampur
dan digiling dalam keadaan kering menjadi bubuk kasar. Selanj utnya,
bahan tersebut dimasukkan ke dalam ciln dan proses selanjutnya sama
dengan proses basah. Lihat Gambar 2.2. (Gideon,1994:146).
Bi~iJn dici1ing
l
Bigi;a n dic impur
D•n die.m i
i deng•n • ir
i
Digiling
i
Babu.k K1ur
Bubur H•lus
Semen -29
--
Dalam fabrikasi akhir, semen portland digiling da lam kil ang pelun.
(kogelmo/eslci/11) hingga halus dan ditambahi beberapa bahan tambaha~
tennasuk gipsum. Jenis semen yang diproduksi pabrik di sesuaikan
dengan kebutuhan. Nama pabrik semen tersebut biasanya digunakan
sebagai merek dagang. Bagan alir dari proses fabrikasi semen portland ~
pabrik dapat dilihat pada Gambar 2.3. Secara ringkas, proses pembuatan
semen portland dapat dijelaskan sebagai berikut (Nawy, 1985 :9).
(1) Bahan baku yang berasal dari tambang (quan y) berupa campuran
CaO, SiO2, dan AhO3 digiling (blended) bersan1a-sama beberapa
bahan tambah lainnya, baik dalam proses basah maupun dalam proses
kering.
(2) Hasil campuran tersebut dituangkan ke ujung atas ciln yang diletakan
agak miring.
(3) Selama ci/11 berputar dan dipanaskan, bahan tersebut mengalir dengan
lambat dari ujung atas ke ujung bawah.
(4) Temperatur dalam ci/11 dinaikkan secara perlahan hingga mencapai
temperatur klinker (clincer temperature) dimana difusi awal te1jadi.
Temperatur ini dipertahankan sampai campuran membentuk butiran
semen portland pada suhu 1400°C (2700°F). Butiran yang dihasilkan
disebut sebagai klinker (clincer) dan memiliki diameter antara 1.5 -
50mm.
(5) Klinker tersebut kemudian didinginkan dalam clinker storage dan
selanjutnya dihancurkan menjadi butiran-butiran yang halus.
(6) Bahan tambah, yakni sedikit gipsum (sekitar 1%-5%) ditambahkan
untuk mengontrol waktu ikat semen, yakni waktu pengerasan semen
di lapangan.
(7) Hasil yang diperoleh kemudian disimpan pada sebuah cement silo
untuk penggunaan yang kecil, yakni kebutuhan masyarakat.
Pengolahan selanjutnya adalah pengepakan dalam packing plant.
Untuk kebutuhan pekerjaan besar, f f .1distribusian semen dapat
dilakukan menggunakan capsule truck.
30 - Teknologi Seton
Pengeboran lnsl,11.,si Pcmec.,h Pen11guJa11gan Jan
fl,1111 (C'nL1hcr Pcnc.1111pur.m
Pc11gup.1s,m Ovcnmkn (S1orage .111d Blend11111)
Pc1111angk11la11 Slone)
Pcngg.,han Oahan 0 .1k11 (11.,uhng)
C:
(Limcslonc, Diji bes,. p•sir. c:i
lcmpung al;m shJlc)
~
-;:;
a
C:
Li 11lC 5IOOC ~
0.
Pcnc.ampur.an Kcring Iron Ore ~
Pcnyimpanan DahJn
dan Pcncampuran Sand _ _ __, u
Dasar (Ground Raw -::::,-_;;_;,:.:.:.::..._--1 E
dalam Silo (Dry r-.foing
Malcrial Sloragc)
and Blending Silo)
Clay 8.
0
Proporsi Bahan Daku .;:
Proporsl ,bn Pcnggillngan Dahan Baku (P roportioning and Fine Grinding or Raw Maltrlals)
PenyimpanJn Klinker
Pre healer Kiln (Clinker Slor.ige)
Pendinginan Klinker
(Cooling Clinker)
SiSltnt Kiln, Pembakarnn. Pcndinglnan. dan P,n,•lmpana n Klinker (Kiln, Prthcaling. Burning, Cooling and Cllnktr S1oragt)
Semen - 31
spesifik. yaitu luas butir pcnnukaan semen. Jika permukaan penam-
pang semen lebih besar semen akan memperbesar bidang kontak
1
32 - Teknologi Beton
J
ber kisar 1.0 - 2.0 jam, tetapi tidak boleh kurang dari 1.0 jam.
seda n gkanfina/ setting time tidak boleh lebih dari 8.0 jam.
W aktu ikatan awa l sangat penting pada kontrol pekerjaan beton.
U ntuk kasu s-kasu s te rte ntu, diperlu ka n initial setting time lebih dari
2 .0 jam agar waktu te rjad inya ikatan awa l lebih panjang. Waktu yang
panjang ini diperlukan untuk trans portasi (hauling), penuangan
(dumping/p ouring) , pemadatan (vibrating) dan pen ye lesaiannya
(finishing ). Prose s ikatan ini disertai perubahan te m peratur yan g
dimu lai terjadi sej ak ikatan awal dan mencapai puncaknya p a da
waktu berakhimya ikatan akhir. Waktu ikatan akan memende k k a rena
naiknya temperatur seb esar 30°C atau leb ih . Waktu ikatan ini s angat
dipen gar uh i oleh j um lah air yan g d ipakai dan oleh ling kungan
s ekitam ya.
Peng ikatan semu diukur d en gan alat "Vicat" ata u " Gillmore". P eng-
ikatan semu untuk prosentase p en etrasi akhir m inimum p a d a semua
j enis semen adalah 50% .
Panas Hidrasi
Panas hidrasi adalah panas y ang terjadi pada saat semen bereak s i
dengan air, diny atakan dalam kalori/gram. Jumlah panas y ang
dibentuk antara lain bergantung pada j enis semen yang d ipakai clan
kehalusan butir semen. Dalam pelaks anaan, perkembangan panas ini
dapat mengakibatkan masalah yakni timbulnya retakan p a d a saat
pendinginan. Pada beberapa struktur beton, terutama pada struktur
beton mutu tinggi, retakan ini tidak diinginkan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pendinginan melalui perawatan (curing) pada saat
pelaksanaan.
Panas hidrasi naik sesuai dengan nilai temperatur pada saat hidras i
terjadi. Untuk semen biasa, panas hidrasi bervariasi mulai 37
kalori/gram pada temperatur sekitar 5°C hingga 80 kalori/gram pada
temperatur 40°C . Semua jenis semen umumnya telah membebaskan
sekitar 50% panas totalnya pada satu hingga tiga hari pertama, 70%
pada hari ketujuh, serta 83-91 % setelah 6 bulan. Laju perubahan
panas ini bergantung pada komposisi semen.
Perkembangan panas hidrasi untuk berbagai jenis semen pada suhu
21 °C ditunjukkan pada Tabel.2.1.
S emen -33
Tabcl 2.1 Perkemba11ga11 Panas lfidrasi Semen Portland pada Suliu 2re
Hari
Jenis Semen Portland 1 2 3 7 28 90
Tipe I 33 53 61 80 96 1~
Tipe II - - - 58 75 .
Tipe III 53 67 75 92 I 01 107
Tipe IV - - 41 50 66 75
Tipe V - - - 45 50 .
34 - Teknologi Beton
Sctclah berumur J, 7, 14 dan 28 hari dan mengalami perawatan
dcngan pcrcnclaman, benda uj i terse but diuj i kekuatan tekannya.
Pcrkembangan kekuatan tckan untuk • mortar dan beton yang
menggunakan berbagai jenis semen dapat dilihat pada Gambar 2.4
dan 2.5.
6000 420
. - .. - -
-- .,_.. ____ .. i------ . . . . ---- , __ L- . . . . . • _..
N'
- 5000 '----7~
I
I.,,,-- - -
.-/ .... - ~~---
_. -r-: .. .. --- 350
-E
u
-
Cl) I _.,,
a. . - ... - - -
4000 .; ./'
- - -Jenis I 280
-
~
O>
. . /
.. '
C I _
ro
.::.:.
._Q)
.I I
I I ,
,
, - - - - - Jenis II
- - - · Jenis Ill 210
C
ro
.::.:.
._
'
3000 Q)
C . II •...,, ,,
I
, - - - -Jenis IV
....roro I
:::::s 2000
: I /
·':/·'
'/ Jenis V 140
-C
ro
ro
,''·~
.::.:. :::::s
Q)
~
.::.:.
Q)
1000 ·l'I 70 ~
0 0
0 50 100 150 200 250 · 300
Semen -35
8000 - 560
- - - -- -
r
7000 ~
-- - ..,.,,
~
-- t==
~
--
.. 490
,.....
e-
.,, .,,.
~
1---"
. V
~ ./
:=-6000 .
-
," 420
t./) v
e:.sooo
I . -~ I~
,I~
(J
o,
.-- ~ ,:/~ 350
C
i 4000 ,I
I
~
I
.. - V
/
-
~
280 c:~
t-
~ 3000
,I
" . .. v·/
I
---- Jenis I ,--r
2 10 ~
~
3 7 3 0
1 28H . Bulan 1 Tahun5 Tahun
Hari Hari an
Umur Beton
36 - Tekno/ogi Beton
dan air sal ing bereaksi. Persenyawaan ini dinamakan proses
hidrasi, clan hasi lnya dinamakan hidrasi semen. Senyawa CJS j ika
terkena air akan cepat bcreaksi dan menghasilkan panas. Panas
tersebut akan mempengaruhi kecepatan mengeras sebelum hari
ke-14. Senyawa C 2 S lebih lambat bereaksi dengan air dan hanya
berpengaruh terhadap semen setelah umur 7 hari . C2S mem-
berikan ketahanan terhadap serangan kimia (chemical attack) dan
mempengaruhi susut terhadap pengaruh panas akibat lingkungan.
Kedua senyawa utama tadi membutuhkan air sekitar 21 %-24%
dari beratnya untuk bereaksi. Senyawa C3S membebaskan
kalsium hidroksida hampir tiga kali dari yang dibebaskan oleh
C 2S. Jika kandungan C 3S lebih banyak maka akan terbentuk
semen dengan kekuatan tekan awal yang tinggi dan panas hidrasi
yang tinggi, sebaliknya jika kandungan C 2 S lebih banyak maka
akan terbentuk semen dengan kekuatan tekan awal yang rendah
dan ketahanan terhadap serangan kimia yang tinggi.
Senyawa ketiga, C 3 A, bereaksi secara exothermic dan beraksi
sangat cepat, memberikan kekuatan awal yang sangat cepat pada
24 jam pertama. C 3 A bereaksi dengan air yang jurnlahnya sekitar
40% dari beratnya. Karena persentasinya dalam semen yang kecil
(sekitar 10%), maka pengaruhnya pada jumlah air untuk reaksi
menjadi kecil. Unsur ini sangat berpengaruh pada nilai panas
hidrasi tertinggi, baik pada saat awal maupun pada saat pengeras-
an berikutnya yang sangat panjang. Semen yang mengandung
uns4r C 3 A lebih dari I 0% tidak akan tahan terhadap serangan
sulfat.
Prinsip dasar pemilihan semen yang akan digunakan sebagai
bahan campuran beton yang tahan terhadap serangan sulfat
adalah berapa banyak kandungan senyawa C 3 A-nya. Semen yang
tahan sulfat harus memiliki kandungan C 3 A tidak lebih dari 5%.
Semen yang kandungan C 3 A-nya tinggi, jika.terkena sulfat yang
terdapat tJada air atau tanah akan mengeluarkan C 3A yang bere-
aksi dengan sulfat dan mengambang sehingga mengakibatkan
retak-retak pada betonnya (Cokrodimuldjo, 1992).
Untuk struktur drainase yang kandungan sulfatnya lebih tinggi
daii normal, harus digunakan bahan campuran beton yang tahan
terhadap serangan sulfat. Semen yang akan digunakan harus
Semen -37
mcrniliki kandungan C)A sckitar 0.10%-0.20% (ACI 31 8-8]
7). Semen portland Tipc I I biasanya mengan dun g C 3 A lebih kt
dari 8% (ASTM C-150). Untuk s truktur yan g b e na r-benar ab
terekspos serangan sul fat, scbaiknya digunakan semen Tipe
dimana kandungan C 3A maksimumnya sekitar 5% (ACl.31 ~,
:2-7).
Senyawa keempat, yakni C4AF, kuran g begi tu bes ar p engaruhr
terhadap kekerasan semen atau beton sehingg a kontribusi;
dalam peningkatan kekuatan kecil. Komp o s is i kandun ·
senyawa yang dibutuhkan dalam semen portlan d men urut s ~
ASTM C-1 50 (ASTM C-150 Vol.04.02: 1995, 92) dapat dil~f
pada Tabel 2.2.
38 - Teknologi Beton
Tipc IV, se men portland yang da lam penggunaannya memer-
lukan panas hidrasi yang rendah.
Tipe V , Semen port land yang dalam penggunaannya me mer-
lukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat.
Komposisi kimia dari kelima jenis semen tersebut dapat dilihat
pada Tabel 2.3. (Nawy, 1985: 11 ).
Semen - 39
hidrasi yang rendah, kadar C:,S-nya dibatasi maks imum scki1<
35cy;1 dan kadar C 3 A-nya maksimum 5%. Sem e n tipc i:
digunakan untuk pckc1jaan-peke1j aan yan g besar dan masI.r
umpamanya untuk pckc1jaan bendung, p ondasi berukuran be5':
atau pekc1jaan besar lainnya. Semen T ipe V digunakan unti;
bangunan yang berhubungan dengan air laut, air buang:
industri, bangunan yang terkena pengaruh g as atau uap kirn;:
yang agresif serta untuk bangunan yan g b erhubungan dengan a~
tanah yai,g mengandung sulfat dalam prosentase yang tingg;- 1
Total alkali yang terkandung dalam semen dalam camp uran beto-
harus dibatasi sekitar 0.5 %-0.6% (Stanton, 1940). ·
(b) Sifat Ki11zia
Sifat kimia semen meliputi kesegaran semen, sisa yang tak Ian·
dan yang paling utama adalah komposisi syarat yang diberikan. ·
Kesegara11 Semen
Pengujian kehilangan berat akibat pen1bakaran (loss of ignition
1
dilakukan pada semen dengan suhu 900-1000°C. Kehilang~
berat ini terjadi karena kelembaban yang menyebabkan pre•
hidrasi dan karbonisasi dalam bentuk kapur bebas atau magne-
sium yang menguap.
Kelembaban ini disebabkan oleh atmosfir yang mengandung air.
juga karena karbondioksida yang terserap di atmosfir. Kehilangar
berat dari semen ini merupakan ukuran dari kesegaran semen
Pemeriksaan kesegaran semen dilakukan dengan cara mengamb~
satu gram semen dan menempatkannya dalam platina bertempe·
ratur 900-1000°C, selama 15 men it. Dalam keadaan normal, akar
terjadi kehilangan berat sekitar 2% (batas maksimum sekitar 4%)
Sisa yang Tak Larut (Insoluble Residue)
Sisa bahan yang tak habis bereaksi adalah sisa bahan tak aktil
yang terdapat pada semen. Seinakin sedikit sisa bahan ini
semakin baik kualitas semen. Jumlah maksimum sisa tak Ian!
yang dipersyaratkan adalah 0.85%. Pemeriksaan bahan yang tal
Iarut dapat dilakukan dengan mengaduk satu gram semen dalarr
40 ml air yang kemudian ditambahi dengan 10 ml HCL pekat
Campuran tersebut selanjutnya dididihkan selama IO menit dar
volumenya dibuat tetap. Jika terbentuk gumpalan, gumpalat
40 - Teknologi Belon
tcrscbut harus dipccah dan larutan disaring dengan kertas filter.
Sisa yang tak larut disaring dan dicuci dengan Iarutan
Na2C03+I-l 20 +HCL, kemudian dicuci dengan air. Untuk mem-
peroleh sisa yang tak larut, kertas filter dikeringkan lalu dibakar
dan ditin1bang.
Panas Hidrasi Semen
Seperti yang telah diuraikan, hidrasi terjadi jika semen bersen-
tuhan dengan air. Proses hidrasi terjadi dengan arah kedalam dan
keluar. Maksudnya, hasil hidrasi mengendap di bagian luar;
semen yang bagian dalamnya belum terhidrasi secara bertahap
akan terhidrasi sehingga volumenya mengecil (susut). Reaksi ini
berlangsung lambat (sekitar 2 - 8 jam) sebelum mengalami
percepatan setelah kulit permukaan pecah.
Pada tahap berikutnya akan terbentuk pasta semen yang terdiri
dari gel (tobermorite) dan sisa semen yang tidak bereaksi, seperti
kalsium Ca(OH)i, air dan senyawa yang lainnya. Kristalin
senyawa tersebut membentuk suatu rangkaian tiga dimensi yang
saling melekat secara acak, dan sedikit demi sedikit mengisi
ruangan yang ditempati air, lalu membeku dan mengeras
sehingga mempunyai kekuatan tertentu. Selama proses hidrasi
berlangsung, akan keluar panas yang dinamakan panas hidrasi.
Pasta semen yang tel ah mengeras memiliki struktur .berpori
dengan ukuran yang sangat kecil dan bervariasi, ukurannya
sekitar 4 x i 0 7 mm. Setelah hidrasi berlangsung, endapan pada
permukaan butiran semen akan menyebabkan difusi air ke bagian
dalam yang belum terhidrasi semakin sulit sehingga proses
hidrasi menjadi lambat. Proses ini dapat mencapai umur 50 tahun
dalam peningkatan kekuatan beton.
Kekuatan Pasta Se,nen dan Faktor Air Sen,en (FAS)
Banyaknya air yang dipakai selama proses hidrasi akan mem-
pengaruhi karakteristik kekuatan beton jadi. Pada dasamya
jumlah air yang dibutuhkan untuk proses hidrasi tersebut adalah
sekitar 25% dari berat semen. Jika air yang digunakan kurang
dari 25%, maka kelecakan atau kemudahan dalam pengerjaan
tidak akan tercapai.
Semen -41
Beton yang memiliki workability didcfinis ikan scbagai bcton
yang dapat dengan mudah dike1jaknn atau dituangkan (po ured)
ke dalam cetakan (fo rms, molds ) dan dapat dcngan mudah
dibentuk (Ilsley Hewes, 1942:224). ldentifikasi dari kcmuda han
pekerjaan in i adalah nilai konsistensi dari beton segar. Ha l ini
secara khusus akan dibahas pada Bab 8. K ekuatan beton akan
turun j ika air yang d itambahkan ke dalam campuran semakin
banyak. Karena itu penambahan air han.1s dilakukan sedikit demi
sed iki t sampai nilai n1aksi um yang tercantum dalam rencana
tercapai.
Faktor air semen (FAS) atau water cement ratio (wcr) adalah
indikator yang penting dalam perancangan campuran beton.
Faktor air semen adalah berat air dibagi dengan berat semen,
yang dituliskan sebagai :
42 - Teknologi Beton
45
40
IQ
a..
-:E 35
-
C
0 30
( I)
al 25
C:
ro
.:ii:
(I) 20
1--
-
C:
ro 15
ro
:::s
.:ii: 10
(I)
::::.:.::
5
0
0.4 0.5 0 .6 0 .7 0 .8 0.9 1.1 1.2
Gambar 2.6 H ubungan antara kekuatan tekan beton umur 7 hari dengan faktor
air semen menggunakan semen yang cepat mengeras.
-ro 50
C. .
-
:!!: 40
C:
ns 30
.:.::
- Fas 0.5 •
Cl)
-
1--
~
ns 10
:::,
20
,- Fas 0.6 :
0
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
Umur/Waktu (Hari)
Gambar 2.7 Hubungan antarafaktor air semen dengan kekuatan beton selama
masa p erkembanganny a
Semen -43
Dari Gambar 2.6 dan gambar 2.7 tcr1ihat bahwa pada ni lai FAS
0.4. semen tclah tcrhidrasi dcngan baik dan mcmpunyai kekua tan
tekan yang tinggi pada umur 28 hari . Jika dibcri tambahan a ir,
pori-porinya akan bertambah banyak. Akibatnya beton Icbih
banyak berpori dan kekuatannya akan mcnurun.
(3) Syarat Mufi, Semen Portland
Semen po rtland yang digunakan untuk konstruksi sip il harus
memenuhi syarat mutu yang telah ditetapkan. Di Indonesia, syarat
mutu yang dipergunakan adalah SII.00 13-8 1, "Mutu dan Cara Uji
Semen Portland". Syarat mutu yang ditetapkan o leh SIi ini d iadopsi
dari syarat mutu AST M C- 150.
Keterangan:
+J Ni lai ini berlaku bila disyaratkan panas hidrasi sedang bagi semen yang sedang diuji;
pengujian panas hidrasi tidak diperiksa.
++> Syarat ini tidak berlaku apabila nilai pemuaian karena sulfat yang terdapat pada syarat
fisika d iikutkan.
·i Hanya berlaku apabila digunakan dengan agregat beton yang reaktifterhadap alkali.
··> Apabila perban.dingan antara % AJi03 dan % Fe20 3 lebih dari 0.64 maka perbandingan
C 3S, C 2S, C 3A dan C4AF adalah sebagai berikut:
=3CaO.SiO2
=(4.07 1x%Ca0)-(7.600x%Si02)-(6.718x%A)i03)
-( I .430x% Fe2O 3)-(2.852x SO3).
= 2CaO.SiO2= (2.867x%SiO2) - (0.7544xo/oC3S)
= 3CaO. AhO3 = (2.650x% A)iO3) - (I .692x% Fe2O3)
44 - Teknologi Beton
Apabila pcrhandingan /\120 1 clan Fc 20 1 kurang dan 0.64 pcrba11<l111gann ya a<lalah
Semen - 45
(b) Sta11dar Pe11g ujia11
46 - Teknologi Beton
Abu terbang (fly ash) atau bahan pozollan lainnya yang dipakai
scbagai bahan campuran tambahan harus memenuhi ''Spesification for
Fly Ash and Raw or Calcined Natural Pozol/a11 for Use as a !vfineral
Adm ixture in Portland Cement" (ASTM C.618).
Semen-41
Semen curah harus disimpan di da lam silo yang tcrhuat dari baja atau
beton dan harus tcrhindar dari kemungkinan tcrcampur dcnga n bahan
lainnya. Apabila semen te lah d isimpan tcrl alu lama, pcrlu dibukti ka n dulu
bahwa semen tersebut mcmenuhi syarat scbclum d ipakai.
Untuk menghindari pecahnya kantong semen, ti nggi m aksimum
timbunan zak se men ada lah 2 meter atau sekitar I O zak. Jarak bebas
antara bidang dinding dan semen sekitar 50 cm, sedangkan jarak bebas
an tara lantai dan semen sekitar 30 cm.
PERTANYAAN
2 .1 Je laskan deskripsi dari semen!
2 .2 Sebutkan jen is-jenis semen hidrolik dan non-hidrolik!
2 .3 Je laskan proses pembuatan kapur hidrolik di Indonesia!
2.4 A pa yang dimaksud dengan pozollan? Apa saja yang dapat
dikelon1pokkan sebagai pozollan? .
2.5 Bagain1ana proses pembuatan a). semen terak, b ). semen alam dan
c ). se1nen portland?
2.6 Jelaskan apa yang dimaksud dengan proses basah dan proses
kering dalam pembuatan semen portland !
2.7 Jelaskan sifat dan karakteristik semen portland, baik sifat kimia
maupun fisika!
2 .8 Jelaskan komposisi kimia dan kegunaan dari lima tipe semen
portland!
2.9 Sebutkan dan jelaskan empat unsur kimia utama penyusun semen
portland!
2.10 Jelaskan perkembangan kekuatan tekan (sampai dengan umur 28
hari) beton yang menggunakan lima jenis semen portland dengan
FAS 0.49!
2.11 Sebutkan dan jelaskan syarat mutu semen portland sebagai
campuran beton!
2.12 Bagaimanakah cara penyimpanan semen portland?
48 - Teknolog i Beton
DAFTAR PUSTAKA
/\merican Society for Testing and Material , An nual Book of ASTlVI
Standards 1995: Vol.04.02, Concrete and Aggregates.
Philadelphia: ASTM 1995.
American Society for Testing and Material, Annual Book of ASTM
Standards: Part 14, Concrete and Mineral Aggregates.
Philade lphia: ASTM 1983.
Amirudin.,Nursyafril. Pedoman Konstruksi Beton . Edisi Pertama,
Bandung: PEDC, 1982.
Carmick.,L.G, The Detern1ination of Sodium and Potassium in
Cements, Vol.21,No.4, June, 1940.,U.S.A: Publics Road, Western
Region, 1940.
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Rencana Pembuatan
Campuran Beton Normal. SK SNI T-15-1990-03. Cetakan
Pertama, Bandung: DPU -Yayasan LPMB, 1991. 38pp.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian clan Pengembangan PU,
Pedoman Beton 1989. SKBJ.1.4.53.1989. Draft Konsensus.
Jakarta: DPU, 1989
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. SK SNI T-15-1991-
03 . Cetakan Pertama, Bandung: DPU - Yayasan LPMB, 1991 .
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Rencana Pembuatan
Campuran Beton Normal. SK SNI T-15-1990-03. Cetakan
Pertama, Bandung: DPU -Yayasan LPMB, 1991
DeHayes, Sharon M., Hydraulic Cement-Cemical Properties, in
Concrete and Concrete-Making Materials STP.169C,
Philadelphia: ASTM, 1994 Pp.462-477.
Fiorato, Anthony E., Variability of Concrete-Making Materials, in
Concrete and Concrete-Making Materials STP.169C,
Philadelphia: ASTM, 1994 Pp.31-37.
Ilsley Hewes., Laurence, American Higway Practice, in Chapter:
Design of Cement Concrete Pavement Mixtures. Volume II, Fourth
Edition, New York,USA: Thon Wiley & Sons, Inc, 1949,491pp.
Semen- 49
Jackson. N. CiYil Enginl'cring l\1a tcria l. Great Britain: lJnwin Brothers
Ltd .. I 977.
Murdock. L.J .. L.l'v1.Brock. dan Stephanus Hcndarko., Ba han dan
P ra kt ck Beto n . Jakarta : Erlangga. I 99 I .
Nav,'y .. Edward. G., Reinforce Concrete a F unda1nental Approach
Te1jemaha11, Cetakan Pc1·tama, Bandung:PT.Eresco, 1990
PEDC, T eknologi Bahan I, Edisi 1983, Bandung PEDC, 1983
SageLR and I-I . Kesuma., Gideon. Pedoman Pekerjaan Beton. Cetakan
Ketiga. Jakarta: Erl angga, 1994.
Stuble, Leslie and Hawkins, Peter. , Hydraulic Cement-Physical
Properties, uz Concrete and Concrete-Making Materials
STP. 169C, Philadelphia: ASTM, 1994 Pp.449-461 .
50 - Telawlogi Beton
AIR 3
ir diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses
If kimiawi semen, membasahi agregat dan memberikan
kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang dapat diminum
umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang
mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam,
minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran
beton akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-
sifat beton yang dihasilkan.
Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara semen
dengan air, maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total berat
campuran yang penting, tetapi justru perbandingan air dengan semen a tau
yang biasa disebut sebagai Faktor Air Semen (water cement ratio). Air
yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah
proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan
menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan
mempengaruhi kekuatan beton. Untuk air yang tidak memenuhi syarat
mutu, kekuatan beton pada umur 7 hari atau 28 hari tidak boleh kurang
dari 90% jika dibandingkan dengan kekuatan beton yang menggunakan
air standar/suling (PB 1989:9).
Air- 51
3.1.1 Air yang Terdapat di Udara
Air yang terdapat di udara atau air atmosfir adalah air yang terdapat
di a,van. Kemu1·nian air ini sangat tinggi. Sayangnya, hingga sckarang
belum ada teknologi untuk mcndapatkan air atmosfir ini secara mudah.
Air yang terdapat dalam atmosfir ini kondisinya sama dengan air suling,
sehingga sangat mungkin untuk mcndapatkan beton yang baik dengan air
Inl.
S2 - Teknologi Beton
__j
ti<lak bcrtulang, bcton pra-tegang clan bcton pra-tckan atau dengan kata
lain untuk bcton-bcton mutu tinggi. Unsur-unsur yang tcrdapat dalam air
laut dapat dilihat di Tabcl 3. l.
Air asin yang tcrdapat di pedalaman mengandung I 000-5000 mg
garam per liter. Air dengan kadar garam sedang, mengandung 2000-
10000 mg garam per liter. Air di daerah pantai, memiliki kadar garam
sekitar 20000-30000 mg per liter.
A ir laut tidak boleh digunakan untuk pembuatan beton pra-tegang
atau pra-tekan, karena batang-batang baja pra-tekan langsung
berhubungan dengan betonnya. Air laut sebaiknya tidak digunakan untuk
beton yang ditanami almunium di dalamnya, beton yang memakai
tulangan atau yang mudah mengalami korosi pada tulangannya akibat
perubahan panas (temperatur) dan lingkungan yang lembab (ACI 318-
89 :2-2).
Air- 53
terhadap korosi, konsentrnsi ion klorida maksimum yang terdapat dalam
beton yang telah mengeras pada umur 28 hari yang dihasilkan dari bahan
campuran tennasuk air, agrcgat, bahan bersemen dan bahan campuran
tambahan tidak boleh melampaui nilai batas diberikan pada Tabel 3.2.
Bila beton akan berhubungan dengan air payau, air laut, atau air
siraman dari sumber-sumber tersebut, maka persyaratan faktor air semen
dalam Tabel 3.3 dan 3.4 serta tebal selimut beton (lihat Pasal 7.7
Pelindung Beton) untuk tulangan dalam Peraturan Beton 1989:37-39,
harus dipenuhi. Tebal minimum tersebut rata-rata adalah sekitar 50 mm.
54 - Teknologi Belon
Tabel 3.4 Persyaratan u11tuk Ko11disi li11gkungan Khusus
Faktor Air Kandungan semen minimum, kg/mJ.
Jenis Kondisi Semen Ukuran agregat maksimum, mm
Beton Lingkungan* Maks imum, 40 20 14 10
Beton
Normal
Bertulang Ringan 0.65 220 250 270 290
Sedang 0.55 260 290 320 340
Berat 0.45 320 360 390 410
Pratekan Ringan 0.65 300 300 300 300
Sedang 0.55 300 300 320 340
Berat 0.45 320 360 390 410
Tidak Ringan 0.65 200 220 250 270
Bertulang Sedang 0.55 220 250 280 300
Berat 0.45 270 310 330 360
Sumber: Tabel 4.5.1 (b) PB (drafl) 1989:21,
*) Kondisi lingkungan
Ringan = Terlindung sepenuhnya dari cuaca atau kondisi agresif, kecuali
sesaat pada waktu konstruksi terbuka terhadap cuaca nonnal
Sedang = Terlindung dari hujan deras, beton yang tertanam dan beton yang
selamanya terendam air.
Berat = Terbuka terhadap air laut, air payau, hujan yang lebat dan keras,
pergantian antara basah dan kering. Mengalami kondensasi yang
berat atau uap yang korosif.
Air-55
Disyaratkan jumlah gabungan garam-garam im tidak lcbih dart I 00 mg
per liter.
Keterangan:
• Nilai FAS yang lebih rendah atau kuat teJcan yang lebih tinggi diperlukan untuk mendapatkan
kekedapan atau perlindungan terhadap korosi dari bahan yang tertanam didalam beton (Tabel 3.3 dan
3.4)
• Air Laut
H Pozollan yang telah terbukti dari uji atau data penggunaan, yang mampu memperbaiki ketahanan
beton terhadap sulfa~ bila semen yang digunakan adalah semen Tipe V.
56 - Teknologi Beton
Jika air yang ada dari suatu sumbcr bclum terbukti memcnuhi syarat.
harus <lilakukan uji tekan mortar yang dibuat dengan air tcrsebut. yang
kcmudian dibandingkan dcngan campuran mortar yang menggunakan air
suling. Has il pcngujian (pada usia 7 hari dan 28 hari) kubus adukan yang
dibuat <lcngan air campuran yang tidak dapat diminum paling tidak harus
mencapai 90% dari kekuatan spcsimen scrupa yang dibuat dengan air
yang dapat diminum. Perbandingan uj i kuat tekan harus dilakukan untuk
adukan serupa, kecuali penggunaan ai r pencampum ya. Pembuatan dan
penguj ian dilakukan berdasarkan "Test Methods for Compressive
Strength of Hydraulic Cement Mortars (using 50 mm cube specimens)".
ASTM C.1 09.
Air - 57
3.4.3 Air Asan1
Air campuran asam dapat digunakan atau tidak bcrdasarkan konscn-
trasi asamnya yang dinyatakan dalam ppm (parts per million). Bisa atau
tidaJ...71ya air ini digunakan ditentukan bcrdasarkan nilai pH, yaitu suatu
ukuran untuk konsentrasi ion hidrogcn.
Air netral biasanya mcmpunyai pH sckitar 7.00. Nilai pH diatas 7.00
menyatakan keadaan kebasaan dan nilai pH 7.00 mcnyatakan nilai
keasaman. Semakin tinggi nilai asam (pH Iebih dari 3.00), semakin sulit
kita mengelola peke1jaan beton. Karena itu penggunaan air dengan pH
diatas 3.00 harus dihindarkan.
3.4.6 Minyak
Minyak mineral atau minyak tanah dengan konsentrasi lebih dari 2%
berat semen dapat mengurangi kekuatan beton hingga 20%. Karena itu
penggunaan air yang tercemar minyak sebaiknya dihindari.
58 - Teknologi Belon
daya lcka t clan mcnimbulkan tcrjadinya sangat banyak ge lembung-
gclc mbung udara dalam bcton. Bcton mcnjadi kcropos clan pada akhimya
kc kuatannya akan bcrkurang. Rumput Iaut dapat juga dijumpai dalam
agrcgat terutama j ika agregat yang digunakan adalah agregat halus dari
pas ir pantai . Hal itu membuat hubungan antara agregat dan pasta semen
tcrganggu, bahkan mcnjadi buruk.
Air- 59
(1) Perbedaan wak.1u pengikatan awal campuran beton yang mengguna -
kan air yang diragukan dibanding dengan campuran beton mcmakai
air suhng tidak lebih besar dari 30 menit.
(2) Kuat tekan rata-rata kubus beton yang dibuat dengan air yang
diragukan tidak kurang dari 90% kuat tekan beton yang memakai air
suhng.
60 - Telozologi Beton
3.6.5 pH
Pemcriksaan dilakukan dcngan kcrtas lakmus (pH-meter)
Dari reaksi itu terlihat bahwa kesadahan karbonat akan naik. Setelah
kalsium karbonat yang tidak terlarut dipisahkan, karbondioksida (CO2)
dihitung dengan menghitung kenaikan kasadahan karbonat dalam air.
PERTANYAAN
3.1 Sebutkan dan jelaskan sumber-sumber air yang layak digunakan
untuk pengerjaan beton!
3.2 Jelaskan syarat mutu air yang layak digunakan untuk campuran
beton!
Air - 61
3.3 Bila kualitas air yang akan digunakan scbagai campuran beton
meragukan, apa yang sebaiknya dilakukan?
3.4 Mengapa kandungan sulfat da1am air harus dibatasi?
3.5 Mengapa jumlah air yang akan digunakan dalam campuran beton
harus dibatasi? Berapa prosen air dalam berat yang digunakan untuk
proses hidrasi?
DAFfAR PUSTAKA
American Society for Testing and Material, Annual Book of ASTM
Standards 1995: Vol.04.02, Concrete a11d Aggregates,
Philadelphia: ASTM 1995.
American Concrete Institute, ACI 318-89 Building Code Requirements
for Reinforce Concrete, Part II, Material Concrete Quality, Fifth
Edition, Skokie, Illinois, USA: PCA, 1990.
American Concrete Institute, ACI Manual of Concrete Practice; , Part I,
Material, Detroit:American Concrete Institute, 1983.
American Society for Testing and Material, Annual Book of ASTM
Standards: Part 14, Concrete a11d Mineral Aggregates,
Philadelphia: ASTM 1983.
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Rencana Pembuatan
Campuran Beton Normal. SK SN! T-15-1990-03. Cetakan
Pertama, Bandung: DPU -Yayasan LPMB, 1991. 38pp.
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi,
PEDC, Teknologi Bahan 2, Edisi 1983, Bandung:PEDC, 1983.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,
Pedoman Beton 1989. SKBll.4.53.1989. Draft Konsensus,
Jakarta: DPU.LPMB, 1989.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,
Ulasan Pedoman Beton 1989. SK.Bll.4.53.1989. Draft
Konsensus, Jakarta: DPU.LPMB, 1989
62 - Teknologi Beton
Dcpartemcn Pckerjaan Umum. LPMB . Tata C ara Rcncana Pembuatan
Ca mpuran Bcton Normal. SK SN/ T- 15- 1990-03. Cctakan
Pertama, Bandung: DPU -Yayasan LPMB, 1991
Sagel.,R and H . K esuma., Gi deon . Pcdoman Pekerjaan Bcton . Cctakan
Ketiga , Jakarta:PT.Erlangga, 1994.
Taylor., W.H, Concrete Technology and Practice, S idney: Mc .Graw-
Hill Book Company,
Air- 63
64 - Teknologi Belon
AGREGAT
andungan agregat da lam campuran beton biasanya sangat tinggi.
l( Berdasarkan pengalaman, komposisi agregat tersebut berkisar
60%-70% dari berat campuran beton. Walaupun fungsinya
hanya sebagai pengisi , tetapi karena kompos isinya yang c ukup besar,
agregat inipun menjadi penting. Karena itu perlu dipelajari karakteristik
agregat yang akan menentukan sifat mortar atau beton yang akan
dihasilkan.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat
alam atau agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum. agregat
dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu, agregat kasar dan agregat
halus. Batasan antara agregat halus dan agregat kasar berbeda antara
disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian, dapat
diberikan batasan ukuran antara agregat halus dengan agregat kasar yaitu
4.80 mm (British Standard) atau 4.75 mm (Standar ASTM). Agregat
kasar adalah batuan yang ukuran butimya lebih besar dari 4.80 mm (4.75
mm) dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4.80 mm (4.75
mm). Agregat dengan ukuran lebih besar dari 4 .80 mm dibagi lagi
menjadi dua: yang berdiameter antara 4.80-40 mm disebut kerikil beton
dan yang lebih dari 40 mm disebut kerikil kasar.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran
lebih kecil dari 40 mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm
digunakan untuk pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan,
tanggul-tanggul penahan tanah, bronjong, atau bendungan, dan lainnya.
Agregat halus biasanya dinamakan pasir dan agregat kasar dinamakan
kerikil, spilit, batu pecah, kricak, dan lainnya.
4.1 Batuan
Seorang insinyur (engineer) melihat batuan sebagai sebuah mineral
yang keras, getas, seringkali tahan lama dan kuat, yang di atasnya dapat
berdiri bangunan atau dapat digunakan untuk mendirikan bangunan.
Penambangan batuan kadang-kadang dilakukan dengan peledakan
Agregat-65
(blasting), trrutama pada batuan-batuan yang kcras scpcrt i granit. Batuan
dalam penggunaannya di pckctjaan teknik sipil, dapat dibcdakan mcnjadt
dua bila dilihat dari ilmu yang mcmpclajarinya (Verh oer, l 985 : I 12).
yaitu:
l) Gcologis: batuan scbagai mineral, yang terbentuk melalui proses
terbentuknya batuan.
2) Geoteknik: batuan sebagai mineral yang diatasnya, di dalamnya, atau
dengannya dapat dibangun berbagai macam konstruksi.
Pengetahuan mengenai terjadinya batuan dapat langsung n1emberikan
ioformasi perihal situasi geologis suatu lahan pembangunan. Batuan beku
seperti instrusi granit adakalanya ditemui dengan massa yang tidak
beraturan. Batuan sedimen sering mempunyai lapisan yang beraturan.
Batuan metamorf kadang-kadang mengalami perubahan bentuk yang luar
biasa Oipatan) dan sering pula berkembang menjadi satu foliasi-
defomiasi atau lebih (Verhoef, 1985: 113).
Jika dilihat dari proses terbentuknya, batuan sebagai n1ineral dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu batuan beku (magma) , batuan endapan
(sedimentasi) dan batuan peralihan/malihan (metammph).
66 - Teknologi Belon
Bcrdas arkan prose s pcmbentukannya , ba tua n scd imcn dapat d1bagi
mcnjadi ti ga jcn is ya itu:
( 1) . Kla s tik, yang dibagi m e njadi s iliklastik, piroklas tik dan kapur
(2) . K imiawi. yang dibagi menjadi evaporit. kapur dan lai nnya
(3). O rganik yang dibag i me nj ad i kapur dan gambut.
S e dimen k la stik te rsus un dari fragmen- fragrn en dan bagian-bag ian
kec il y ang terbawa da lam keadaan p adat. Sedirnen-sed irnen si li k las tik
te rdiri dari bagian-bagian kec il s ilikat (batu pasir. lernpung). Batuan
pirokJastik terdiri dari material-material vulkan ik (tu ff, lapili). Sedimen
kla s tik kapur tersusun dari fragmen-fragmen ba tu kapur yang d ibawah-
kan.
Sedimen kimiawi adalah batuan sedimen yang diendapkan dari s ua tu
larutan. Evaporit berasal dari penguapan (gips, garam), sedangkan kapur
berasal dari pengendapan. Selain itu, terbentukjuga endapan kimiawi dari
SiO2 amorf Uasper), senyawa bes i, fosfat dan endapan organik. R eef (urat
biji) 1nerupakan sumber utama untuk kapur (bioherm). Gambut, batubara,
dan sapropel adalah sedimen dengan banyak zat organik yang mem-
bentuk minyak bumi.
Agregat- 67
bcrlangsungnya mctamorfosi . Pada umumnya, pcningkatan tcmpcratur
dan tckanan akan mcmpcrbcsar lmtiran yang tcrbcntuk.
68 - Teknologi Belon
j
~ - - -- "-g 1'Q9J\ ~ u nd" Cf.ck
cu.x.:i d ,ng on tcrh .xl.:ip
Cur ah HuJ an rata-rata Pertahun
bc\on
o oi:-
re , I re ,:, Cl(; !i,O "Sound" Umum
Cr Ag r<lg.:rt "=u nd" um um .
10 I---J.---l--1'f--f- --v'7l~ - - 9cton di l:,p.:,ng.:,n p.3d.:,
cu.x.3 cu k u p-.,,__---d.:,ng
,o Pgregat bc k u .
'Sound' Seton
pada Cuac a ......,__ _ Ag 1'Q9J\ .,,.,d ,kit
30 Beku . Efek • u n"!>O u nd " bc\on
Cua a Di g in d il:op.:,ng.:,n f>-3d-' cuc.:i
=<liki\ bcku
40
10 SO
00
Ag r<lgJ\ lu n.:ilo.' r.:,pu h b...--ion
d ik>u,,i bcrg.:ir.:sn. Ck k cu.x.:,
7(1 P.:in.n
ao
Agregat- 69
4.2.2.1 Q11arry batu-batuan dari bedrock
Quarry ini membutuhkan pengchoran dnn pclcdakan (drilling and
blasting) yang menghasilkan bemmcam-macam ukuran yang perlu disc-
suaikan dengan kebutuhan. Dcrajat pelapukan quanJ' ini bergantung pada
deposit batuan. Pada lapisan terluar, derajat pelapukan biasanya paling
berat: semakin kedalam, derajat pelapukannya semakin rendah. Untuk
mendapatkan hasil yang baik dmi batu-batuan segar (fresh rock) , peng-
galian pada deposit ini harus dilakukan hingga kedalaman yang cuk:up.
Hasil pemecahan agregat semacam ini adalah campuran batuan yang
mengalami pelapukan dengan batu-batuan segar. Makin segar batu-
batuannya, makin rendah nilai c11,slzi11g value dan Los Angelos Abrration
serta semakin rendah porositasnya (porosity). Sebaliknya, semakin tinggi
derajat pelapukan, semakin tinggi pula nilai-nilai tersebut. Secara
sederhana dapat disimpulkan bahwa campuran agregat dengan mutu yang
baik dan agregat dengan mutu yang kurang baik yang dihasilkan suatu
industri pemecah batu dapat mengakibatkan kesulitan dalam perencanaan
dan pengendalian mutu campuran beton. Untuk itu, setiap produksi dari
crushing plant harus diuji sesuai dengan standar dan tingkat kebutuhan
agregat tersebut.
Batu-batuan dari abu vulkanik biasanya cukup porous, sehingga nilai
crushing dan abrasinya tinggi, meskipun batu-batuannya dalam keadaan
segar. Beberapa jenis andesit dan lava glasi dapat bersifat alkali reaktif
dan mudah pecah jika terkena suhu yang tinggi (kebakaran). Pada Tabel
4.1 dapat dilihat sifat-sifat agregat yang dihasilkan dari quarry dan
digunakan untuk keperluan teknik.
70 - Tekno/ogi Belon
.,
Pcndoti t
I n aik Cukup
r
Tandu
T a nya I
Batuan En<lapan
Baik
I Mungkin
I 13a, k
Agregat-11
Sungai-sungai yang tc~jal memiliki aliran yang dcra s sch111gga
deposit dari partikcl batu-batu:mnya aknn bervariasi cukup bcsar pada
suatu jarak tcrtcntu. Biasanya butir halusnya titlak cukup hanyak dan
batu-batuan ini cul-.'Up bcrsih. Pada sungni-sungai yang landai , varias,
perbcdaan ukuran partikcl tidak bcrubah dari tcmpat yang satu kc tcmpat
yang lain. Keb:myakan partikcl-partikclnya lebih bulat dan cukup kotor
serta tercampur dengan mica dan small.fraction.
D1 daerah tertentu. pasir dapat mengandung mineral-mineral berat.
Umumnya batu-batuan porous dan yang sudah berkurang kekuatannya
akibat pelapukan dapat pecah karena gaya-gaya yang terdapat di dalam
sungai. Produk yang dihasilkan di setiap sungai di Indonesia biasanya
merupakan campuran jenis-jenis yang kuat dan f rag ment agak lernah.
Sungai yang mengalir melewati jenis batuan yang seragam, misalnya
sunga1 yang melewati gugusan pegunungan yang m engandung granit,
akan menghasilkan batuan yang sejenis, tetapi masih terdiri dari f ragment
batuan yang la.tat dan lemah. Sungai ini biasanya m engandung cukup
banyak mica dalam pasimya dan gradasi agregatnya biasanya merupakan
gradasi sela (salah satu dari ukuran agregat tidak ada).
Pasir kasar alami biasanya dapat memenuhi syarat gradasi zona I dari
British Standard (B.S), tetapi mineral halusnya yang berukuran lebih
kecil dari 0.3 mm tidak cukup banyak. Pasir yang masuk zona II dan Ill
dapat juga di temukan dalam pasir alami, tetapi biasanya banyak
mengandung silt clan tanah liat. Agregat halus (pasir alam) yang berasal
dari sumber ini biasanya berbutir halus dan berbentuk bulat-bulat akibat
proses gesekan, sehingga daya lekat antara butiranya agak kurang.
Agregat jenis ini cocok dipakai untuk campuran plesteran karena butir-
butirnya halus.
Gambar 4.2 memperlihatkan pengaruh material terhadap kekuatan
beton bila beton dibuat dengan campuran agregat yang terdiri terdiri dari
60% agregat kuat dan 40% agregat lemah. Perbandingan kekuatan tekan
ini menunjukan bahwa pengaruh kekuatan agregat j uga menentukan
kekuatan tekan beton yang akan dibuat. Agar dicapai kekuatan tekan
yang seragam, perlu dilakukan pemeriksaan agregat sesering mungkin
dan perlu dipersiapkan mix design alternative concrete yang setiap waktu
dapat digunakan bila terjadi variasi mutu agregat.
72 - Teknologi Beton
6000 ·~~ I. . I l I I
'-,~ ~ ~)3.e ton dari kerikil sungai
Cl)
5000 - - - - -1---- --
a.
'
4 QOQ A-...L----
3000
Beton dari.kerang-k e r r r -
1000
0
Q.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0
A g regat - 73
Agregat (pasir) yang bcrnsal dari pantai ini mutunya agak kurang
karena banyak mengandung garam-garaman. Garam-garaman tcrscbut
menycbabkan pasir banyak menycrap air dari udara schingga kond1s1
pasir akan sclalu basah atau agak basah ynng tidak dikchcndaki dalam
pekerjaan beton. Pasir ini juga mcnyebabkan tc1jadinya pcngembangan
ketika beton sudah jadi. Karena itu, scbaiknya pasir pantai (laut) tidak
dipakai dalam campuran beton.
Agar diperolch material yang baik, pencucian kadangkala perlu
dilal,a1kan untuk membantu. Jika volume agregat yang di butuhkan dalam
carnpuran beton maka tindakan terbaik yang harus dilakukan adalah
mencampur beberapa jenis agregat menjadi satu sehingga d iperoleh hasil
yang diinginkan (masuk dalam zona yang disyaratkan) .
.
r 4.3 l\1engolah Agregat Alam
Tujuan utama pengolahan agregat adalah menghasilkan agregat
dengan mutu tinggi dan dengan biaya yang rendah. Pengolahan agregat
alam meliputi penggalian (excavating), pengangkutan (hauling ), pen-
cucian, pemecahan (c~hing), dan penentuan ukuran. Akan tetapi, peng-
olahan agregat tidak terbatas hanya pada usaha-usaha tersebut diatas,
tetapi juga dimulai dari penggalian dan harus diak.hiri dengan penim-
bunan dan penyerahan agregat di lapangan.
74 - Tekno/ogi Belon
Proses sclanJutnya adalali rnc111pcrkcc1I ukuran agrcgat dc11ga11 r111.:1 1 '.:.:-
l..!Ullakan ala t pc.mccah batu . /\lat pc1nccah halu ya11g p,il111g tu ..i d,,,:hut
Jo\\' Crusher. yang tcrd tn dari scbuah rnhang (ia11·) yang tctap dan -;cbuah
rahang ya n g bcrgc rak. J aw Crusher sangat cocok untuk lllL'lllCcah "L'gal .. i
Jcnis batuan kcras. Satu-satunya hnl yang tidak rncnguntungkan dan .l a,,
Crus her ini a d a la h kapasitasnya yang relatif" kccil. Jcrn s pcmccah hatu
baru rne mpunyai ka p as itas yang lcbi h bcsar dibanding JClllS Ja\\' CrushL-r
D a la m pra ktek. uku ran agregat b iasanya d ipcrkecil dcngan pcrha_n dinga 11
I :6 a ta u Iebih kec il dari itu. Sccara sistematik bag.an al1r dart prose:-.
pena m bangan batua n dapat dilihat d i G ambar 4.3.
I
~ J.
l l
I
PENGEBORAN . PELEDAKAN. f'ENGGALIAN (1.:XC"·\\'.-\TING)
PEN GGALIAN (EXC AVATI NG)
I I
,I.
,L
I
I PENIMB U NAN BAHAN BAKU
l
l
PE1'1ECAH.'\ N OATU
I (STONE CRUSHER) I
,L
I
PEN Y IM PANAN OAHAN
D A N D I STRI B USI l
Gambar 4.3 Aktivitas P e nambangan Batua n
Untuk mene ntukan ukuran dari agregat, agregat kasar disaring rne n g -
gunakan saringan bergetar, sedangkan agregat halus disaring d en gan
sa rin gan hidrolik. Saringan tersebut memiliki perbedaan dalam pem-
buatannya, kapas itasnya, serta e fisiensinya. Dalam prose s peny aringan ,
sekitar 70% dari bahan yang disaring harus lolos sehingga efis iens i s erta
ka pas itas yang tinggi dapat dicapai. Tidak jarang, partikel yang disaring
memiliki ukuran yang lebih besar dibanding partikel yang dibutuhkan .
Agregat - 75
4.4 Jenis Agregat
Seperti yang tclah diuraikan di atas, agregat dapat dibcdakan mcnJ ad1
dua jcnis. yaitu agregat alam dan agregat buatan (pccahan). /\grcgat a lam
clan pecahan inipun dapat dibedakan berdasarkan beratnya, asalnya,
diameter butimya (gradasi). dan tekstur permukaannya. Pada Gambar 4.4
dapat kita lihat pembagian jenis agregat berdasarkan sumber material.
JENIS•JENIS AGREGAT
..
z
<:
<:
2
~<: :::i
:,:
~
::i
<
0
5
l:)
z
:::i
5
(Datu klinkcr lcmpung)
""z "'
l: z ;;; a: TANPA PENGOLAHAN
<: ;;; ;;;
~
<: z<: ...:::i< ...<: ...
< PENGOLAHAN BATUAN
;;.i
<
.c:
=
...
<:
c:,
BATUAN
DENGAN
DENGAN
PANAS
~ PANAS (Lcmpung. batu tulis,
(Batu kopur. skoria.)
ba1u apung)
I
16 - Teknologi Beton
(4) Penyerapan
Penyerapan berpengaruh pada berat je ni s.
(5) Kadar air permukaan agregat
Kadar air permukaan agregat berpengaruh pada penggunaan air saat
pencampuran.
Agregat-77
digunakan dalam campuran bcton harus mcmcnuht syarat mutu dan
ASTM C-330. "Spcc((,cation for UghtH·eight Aggregates f or Structural
Cn11crere··.
3
Agregat berat mempunyai berat jcnis \cbih besar dari 2. 800 kg/m .
Contohnya adalah magnetik (Fc3O4) , barytcs (BaSO4 ) dan scrbuk bcsi.
Bernt jenis beton yang dihasilkan dapat mencapai 5 kali berat jenis
bahannya. Beton yang dibuat dcngan agregat ini biasanya digunakan
sebagai pelindung dari radiasi sinar-X. Untuk mengetahui apakah suatu
agregat tennasuk agregat berat. ringan atau nom1al, dapat diperiksa berat
isinya. Standar yang digunakan adalah C.29. Definisi berat isi sendiri
adalah berat dalam satuan volume untuk setiap partikel (Brink, R.H and
Timms. A.G. 1966).
Ul-a.1ran maksimum yang diijinkan dalam ASTM C29 adalah 6 in
(150 mm). Alat yang digunakan dalam menentukan berat isi adalah
bejana silinder dengan butir yang telah ditentukan sesuai dengan syarat
seperti yang tercantum pada Tabel 4.2. Dalam hal ini, ukuran nominal
agregat merupakan ukuran maksimum dan volume alat ukur tidak boleh
k-urang dari 95% dari volume yang tercantum pada tabel.
78 - Teknologi Beton
ra ta-ra ta dan s udut lcngkung UJ Lmg a tau sudut but tr da n J art -Jan
maksimu m le ngkun g sa lah sa tu ujung/sudutnya) dan olch spcnl-..al yattu
rasio antara luas pcrmukaan dcngan volume butir.
Bentuk agregat dipcngaruhi olch bcbcrapa faktor . Sccara alam1ah
ben tuk agregat dipengaruhi oleh proses gcologi batuan. Sctclah dt lakukan
penambangan. bentuk agregat dipengaruhi o lch cara peledakan maupun
mesin pemccah batu dan teknik yang d igunakan.
Jika dikonsolidas ikan , butiran yang bulat akan mengha sdka n
campuran beton yang Ieb ih baik jika dibandingkan <lengan butiran yang
pipih. Penggunaan pasta semennya pun akan lebih ekonomis. Bcntuk-
bentuk agregat ini lebih banyak berpengaruh terhadap si fat pengerjaan
pada beton segar (fresh concrete) .
Test standar yang dapat digunakan dalam menentukan bentuk agregat
ini adalah ASTM D-3398. Klasifikasi agregat berdasarkan bentuknya
adalah sebagai berikut.
(1) Agregat Bulat
Agregat ini terbentuk karena terj adinya pengikisan oleh air a tau
keseluruhannya terbentuk karena pengeseran. Rongga udaranya
minimum 33%, sehingga rasio luas pem1ukaannya kecil. Beton yan g
dihasilkan dari agregat ini kurang cocok untuk struktur yang
menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi, karena
ikatan antar agregat kurang kua t.
(2) Agregat Bulat Sebagian atau Tidak Teratur
Agregat ini secara alamiah berbentuk tidak teratur. Sebagian ter-
bentuk karena pergeseran sehingga permukaan atau sudut-sudutnya
berbentuk bulat. Rongga udara pada agregat ini lebih tinggi, sekitar
35%-38%, sehingga membutuhkan lebih banyak pasta semen agar
mudah dikerjakan. Beton yang di hasilkan dari agregat ini belum
cukup baik untuk struktur yang rnenekankan pada kekuatan atau
untuk beton mutu tinggi , karena ikatan antar agregat belum cukup
baik (masih kurang kuat).
(3) Agregat Bersudut
Agregat ini mempunyai sudut-sudut yang tampak jelas, yang ter-
bentuk di tempat-tempat perpotongan bidang-bidang dengan
pennukaan kasar. Rongga udara pada agregat ini berkisar antara
Agregat - 79
38% - 40%, sehingga membutuhkan lebih banyak lagi pasta semen
ngar mudah di kerjakan. Beton yang dihasilkan dari agregat ini cocok
untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk bcton
mutu tinggi karena ikatan antar agregatnya baik (kuat). Agregat ini
dapat juga digunakan untuk bahan lapis perkerasan (rigid pavement).
(4) Agregat Panjang
Agregat ini panjangnya jauh \ebih besar dari pada lebamya dan
1ebarnya jauh lebih besar daripada tebalnya. Agregat disebut panjang
jika ula1ran terbesarnya lebih dari 9/5 dari ukuran rata-rata. Ukuran
rata-rata ialah uln1ran ayakan yang rneloloskan dan menahan butiran
agregat. Sebagai contoh, agregat dengan ukuran rata-rata 15 mm,
akan lolos ayakan 19 mm dan tertahan oleh ayakan 10 mm . Agregat
ini dinamakan panjang jika ukuran terkecil butirannya lebih kecil dari
27 mm (9/5xl5 mm). Agregat jenis ini akan berpengaruh b uruk pada
mutu beton yang akan dibuat. Agregat jenis ini cenderung berada di
rata-rata air sehingga akan terdapat rongga di bawahnya. Kekuatan
tekan dari beton yang menggunakan agregat ini buruk.
(5) Agregat Pipil,
Agregat disebut pipih jika perbandingan tebal agregat terhadap
ukuran-ukuran lebar dan tebalnya lebih kecil. Agregat pipih sama
dengan agregat panjang, tidak baik untuk campuran beton mutu
tinggi. Dinamakan pipih jika ukuran terkecilnya kurang dari 3/5
ukuran rata-ratanya. Untuk contoh di atas agregat disebut pipih jika
lebih kecil dari 9 mm. Menurut (Galloway, 1994) agregat pipih
mempunyai perbandingan antara panjang dan lebar dengan ketebalan
dengan rasion 1:3 yang dapat digambarkan sama dengan uang logam.
(6) Agregat Pipih da11 Pa11ja11g
Agregat jenis ini mempunyai panjang yang jauh lebih besar daripada
lebamya, sedangkan lebamya jauh lebih besar dari tebalnya.
80 - Teknologi Belon
Pern1ukaan ya ng kasar aka n mcnghasi lkan ikatan yang lcb1h ba1k _pka
dibandin gkan den gan pcnnukaan agrcgat yang licin. Jcrn s lain dan
pern1ukaan a gregat ada lah mengki lap dan kusam.
U kura n s u suna n agregat tergantung dari kckerasan. ukuran molekul.
te k s tur b a tua n , dan besam ya gaya yan g bckerja pada pcrmukaan butiran
yan g telah membuat lic in a ta u kasar permukaan tersebut. Secara umum
su s unan pem,ukaan ini sanga t berpengaruh pada kemudahan pekerjaan.
Semakin licin pem1ukaan ag regat a kan semakin sulit beton untuk di
kerjakan. Umumnya jenis agregat dengan permukaan kasar lebih di sukai.
Jenis agregat berdasarkan teks tur permukaannya dapat dibedakan sebagai
berikut:
( I) Agregat licinl halus (glassy)
Agregat jenis ini lebih sedikit n1cn-abutuhkan air dibanding kan de n gan
agregat dengan permukaan kasar. Dari hasil pene litian, kekasaran
agregat akan menambah kekuatan gesekan antara pasta semen dengan
permukaan butir agregat sehingga beton yang menggunakan agregat
ini cenderung mutunya lebih rendah. Agregat licin terbentuk dari
akibat pengikisan oleh air, atau akibat patahnya batuan (rocks)
berbutir halus atau batuan yang berlapis-lapis.
(2) Berbutir (granular)
Pecahan agregat jenis ini berbentuk bulat dan seragam.
(3) Kasar
Pecahannya kasar dapat terdiri dari batuan berbutir halus atau kasar
yang mengandung bahan-bahan berkristal yang tidak dapat terlihat
dengan jelas melalui pemeriksaan visual.
( 4) Krista/i11 ( cristallilie)
Agregat jenis ini mengandung kristal-kristal yang nampak dengan
jelas melalui pemeriksaan visual.
(5) Berbentuk Sarang Laba/, (honeycombs)
Tamp~k deng~n jela~ pori-porinya dan rongga-rongganya. Melalui
pemenksaan visual, kita da~at melihat lubang-lubang pada batuannya.
Agregat- 81
4.4.4 Jenis Agregat Berdasarkan lJkuran Butir
Nominal
Ukuran agreg.at dapat mcmpcngaruhi kckuatan tckan bcton. Untuk
perbandingan bahan-bahan campuran tcrtcntu, kckua!an tekan bcton
berkurang bila ukuran maksimum bertambah besar, dan juga akan
menambah kesu\itan dalam pengerjaannya. Ukuran dan bentuknya harus
disesuaikan dengan syarat yang diberikan o\eh ASTM, BS ataupun
S ll'SII. Sepe1ti yang diuraikan di atas, ukuran agregat lebih banyak pula
berpengaruh terhadap kemudahan peke1jami (workability). Pemilihan
uk."\..lran maksimum da1i agregat ini cenderung tergantung dari pada jenis
cetakan dan tulangan. Untuk struktur beton bertulang SK.SNI T-15-1991-
03 memberikan batasan untuk butir agregat maksimum yang digunakan
sebesar 40 mm. Sebagai dasar perancangan campuran beton besar butir
maksimum agregat, (ACI 318,1989:2-1) dan (PB,1989:9), memberikan
batasan sebagai berik.'Ut;
( l) Seperlima dari jarak terkecil antara bidang samping cetakan,
(2) Sepertiga dari tebal plat
(3) Tiga perempat dari jarak bersih minimum di antara batang-batang
tulangan atau berkas-berkas (bundle bar) ataupun dari tendon pre-
stress atau ducting.
Jika ukuran maksimum agregat lebih besar dari 40 mm, agregat ter-
sebut dapat saja digunakan, asal disetujui oleh ahlinya dengan memper-
timbangkan kemudahan pengerjaannya dan cara-cara pemadatan
(consolidation) beton selama pengerjaannya tidak menyebabkan
terjadinya rongga-rongga udara atau sarang kerikil (honeycomb). Untuk
itu peng-awas ahli harus selalu melakukan inspeksi dan bertanggung
jawab terhadap batas maksimum dari butir agregat tersebut (ACI
318,1989:2-1 ). Dari ukurannya ini, agregat dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu agregat kasar dan agregat halus (Ulasan PB, 1989:9).
( 1) Agregat halus ialah agregat yang semua butimya menembus ayakan
berlubang 4.8 mm (SII.0052,1980) atau 4.75 mm (ASTM C33,1982)
atau 5,0 mm(BS.812,1976).
(2) Agregat kasar ialah agregat yang semua butimya tertinggal di atas
ayakan 4.8 mm (Sil.0052,1980) atau 4. 75 mm (ASTM C33 , 1982)
atau 5,0 mm (BS.812,1976).
82 - Teknologi Beton
4.4.5 ,Jenis Agregat Berdasarkan (;ra d asi
Gradasi agregat ialah distribus 1 dan ukuran agrcgat. D1stnbu"1 1111
bcrvariasi dapat dibedakan mcnjadi tiga yai tu gradast scla (gap gruclc).
gradasi m e n e rus (co11 t i 11ous grade) dan gradas1 serag am (u11(/on11 grade).
U ntuk meng etahui gra das i tcrseb u t dilaku kan peguJian mclalui ana li sa
a y ak s e s uai deng an s ta nda r d ari BS 8 12, ASTM C-33. Cl 36. ASI ITO
T.27 ataupun Standar Indonesia. B e be rapa ukuran saringan yang
digunakan untuk mengetahui gradas i a gregat dapat diliha t d i Tabe l 4.3.
84 - Teknologi Beton
d a lam hal pcng ika tan (in ter lockin g). Granite misalnya. tcrdtri dan bahan
yan g kua t dan keras yai tu kris ta l quarts dan .feld.\pcir. tctapi bcrs1 fot
k urang k u at dan modulus e las ti s itasn ya lebih rcndah danpada gabbros
dan diabeses. H a l ini terjadi karcna butir-butir gran it tidak terikat dcngan
baik. (2) . Poros itas yang besar . Porositas yang bcsar mempcngaruh1
keu letan y ang m enentukan ke tahanan terhadap beban kejut.
Kekerasan a ta u kek uatan butir-butir agregat te rgantung dari bahannya
dan tidak d ip e ngaruhi o leh lekatan antara butir satu d e ngan lainnya.
Agregat yan g le bih kua t b iasanya mernpunyai modulus e lastisitas (sifat
dalam peng uj ian beb a n uniaxial) yang lebih tinggi. Butir-buti r yang
len1ah (le bih rendah d ari pasta semen) tidak dapa t menghasi lkan ke k uatan
be ton y ang d apat diandalkan . K e kerasan sedang mungkin justru le bih
m enguntungkan , karena dapa t m engu rangi konsentras i teg ang an yang
terjadi , atau p emb asahan dan pen geringan, a tau pemanasan d a n
pendinginan d an dengan demikian m e mbantu mengurangi kemung kinan
terjadinya retakan dalam beton.
Butira n yan g lemah dan lunak perlu d iba tasi n ila i m in imu mnya j ika
ketah a n a n terhadap abrasi yang kuat diperlukan . Modulus elastisi tas
agre gat j u ga penting d iketa hui karena memberikan kontribusi da1a rn
modulus elastisitas beton.
- Agregat - 85
sehingga nilai yang dihasilkan nampaknya \cbih tingg1 dari ni lai yang
sebenamya.
Cara uji kekuatan yang lainnya dcngan mcnggunakan a lat Los
Angelos Tesr. Mesin ini bernpa silinder baja yang tertutup pada kedua
sisinya dengan diameter 71 cm dan panjang 50 cm. Sil inder bertumpu
pada sebuah sumbu horizontal tempat berputar. Pad a si Iind er terdapat
lubang untuk memasukan benda uji dan tertutup rapat sedemikian hingga
sehingga pennukaan dalam silinder tidak terganggu. Di bagian dalam
silinder terdapat blade baja melintang penuh setinggi 8.9 cm. Silinder ini
dilengkapi dengan bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4 .68 cm dan
berat masing-masing antara 390-445 gram atau sesuai dengan gradasi
benda uji (Tabel 4.5 dan 4.6). Untuk mengetahui nilai Los Angelos,
silinder diputar dengan kecepatan 30-33 rpm. Penguj ian ini nampak lebih
memuaskan jika dipakai untuk menguji agregat normal. Caranya dengan
mengularr banyaknya butiran yang pecah pada akhir putaran ke-100 kali
yang pertama dibandingkan dengan putaran ke-500. Umumnya jika
butiran yang pecah pada akhir ke-100 sudah lebih besar dari 20% (SNI
memberikan nilai batas 27%) dari pada ke-500 di anggap bagian yang
lunak sudah terlalu banyak.
86 - Teknolcgi Belon
Tabcl 4.5 Bera/ da11 Grada.,1 /Jenda l 111
Lubang Ayakan (mm) Bcrat Benda Uji (g ram )
Tabel 4.6 Jumlah dan BeraL Bola-bola Baja sesuai de11gm1 Gradasi
Gradasi Jumlah Bola Berat Semua Bola
A 12 5000 ± 25
B II 4584 ± 25
C 8 3330 ± 20
Agregat- 87
mengambil tindakan yang positif dalam mengatasi m asalah-masa lah yang
timbul. Agregat yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SIi
0052-80. "Mutu dan Cara Uji Agregat Bcton" dan dalam hal-hal yang
tidak termuat dalam Sll.0052·80 maka agregat tersebut harus n1emenuhi
syarat dan ketentuan yang diberikan oleh AST M C-33-82, '"Standard
Specification for Concrete Aggregates" (Ulasan PB , 1989: 14).
88 - Teknologi Beton
Rcsapan c fekti f ( R.,r) d ipakai unluk mcngh1tung: bcral air yang. ak.an
<l is crap (W sr) oleh agrcgat (Wa~ ) dalam adukan beton. ya 1tu dcngan
run1us :
'vV" -= R, 1. 'vV J.g
seh i n gga k e lebihan air dalam campuran beton yang: mcrupakan kontnbusi
dari agregat dapat dihitung dengan rumus:
Agregat - 89
Dan keempat kondis1 terscbut hanva dun kondis 1 yang sering d1paka1
yaitu kering i-ungku dan kondisi SSD. Kadar air biasanya dinyatakan
dalam prosen dan dapat dihitung schagai bcrikut:
c· . L,knolugi beton
Ta l>cl 4 . 7 /Jata., C,'radt1.\i AgrC'gat I !ult" ( /J .\ )
~
-
0
tf>
100
90
80
..'.2 70
'
'
j
I
JL_
V
~
V
J no
,,.v
f
,.
-
_,
-
~v - ---
'-"'-
0
,_ 6 0
...J
.... 50
V
/T
..;yi /
-L
---
::l /
ro 40 1 lt""34 .:.L.
s:: 30
<I)
1./)
~
20 ~ ~ ·-
-......
--,I rTS
_i.,-- -
iI
I'\) 10 j
' ..,
V
a.. 0 V
Agregat- Y.:
DAERAH II
~
~
f/1
0
0
100
90
80
70
I
I
I
I
~ "
/
ko:
±
,
~ --
- -
J:r"S
.. - - -- ........-
.J 60 {g ~
... 50
-::,
I
/ , .J r'!,5
m 40
C
(II 30 I
/
L
i -- /
"' J-n s ,JI
...(II 20
Cl)
(l,
10 L /
..,--w o
. i . -.
0 -
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4 ,8 10
Ukuran Saringan (mm)
DAERAH Ill
- .-- ·--
90
100
L
..V
-
..
r.
~
-- ---- -
-
0~ 80
C l)
0 70
j , "' ....,I ~
-----4'-,-VJ
0 I .L"'
I I --
..J 60
...
:::50
:,
m 40 /.,.- /
C
30 / J
~'
Cl
I!! /
GI
~
20
/.,, Jf 12
10 ~
~
0
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 10
Ukuran Saringan (mm)
92 - Teknologi Beton
DAERAH IV
100
·~ .. - - ·- - .
-
- -
/ T - ~ - ~-
--
---
- · '---
90
~
!..-
80 j /-; ..
~ ~
Ill 70
0
/ I -
.
0
~
....
::l
ID
60
50
40
/
/ __ I
'
C
<I> 30
V I
....
Ill
c» 20
/ I
~ I 1s
0.. d 1s
10
0
~-
0 .3 0.6 1 .2 2.4 4 .8 10
0 .15
Ukuran Saringan (mm)
Agregat- 93
Tabet 4.9 Syarar Agregar Kosar Menurut 13.S
Lubang Persen Butir lewat Ayakan, Bcsar Butir Maks
Ayakan (mm) 40 mm 20 mm 12.5 mm
40 95-100 100 100
20 30-70 95-100 100
12.5 - - 90- 100
10 10-35 25-55 40-85
4.8 0-5 0-10 0- 10
Tabel 4.IO.a. Persen Butir yang Lewat Ayakan (%) untuk Agregat dengan Butir
Maksimum 40 mm
Lubang Ayakan (mm) Kurva 1 Kurva2 Kurva 3 Kurva 4
38 100 100 100 100
19 50 59 67 75
9.6 36 44 52 60
4.8 24 32 40 47
2.4 18 25 31 38
1.2 12 17 24 30
0.6 7 12 17 23
0.3 3 7 11 15
0.15 0 0 2 5
94 - Teknologi Beton
J
Tabcl 4. J O.b. Pen,e11 Butir yang Lewat Aw1ka11 (',,,,,) 1111111k Agregat de11gan But1r
Maksi11111111 JO 111111
Lubang Ayakan (mm) Kurva 1 Kurva 2 Kurva J
38 100 100 100
19 74 86 9J
9.6 47 70 82
4 .8 28 52 70
2.4 18 40 57
1.2 10 30 46
0.6 6 21 32
0.3 4 l l 19
0.1 5 0 1 4
Tabet 4.10.c. Perse11 Butir yang Lewat Ayakan (%) untuk Agregat dengan Btllir
Maksimum 20 mm
Lubang A yakan (mm) Kurva 1 Kurva 2 Kurva 3 Kurva 4
38 100 100 100 100
19 100 100 100 100
9.6 45 55 65 75
4.8 30 35 42 48
2.4 23 28 35 42
1.2 16 21 28 34
0.6 9 14 21 27
0.3 2 3 5 12
0.15 0 0 0 2
Agregat-95
. ·-------
Tnbel 4.10.d . Perse11 B111irya11g L<>wat Ayaka11 (%) 1mr11k Agregot dengan /Jut ir
Maksimum IO 111111
Lubang Ayakan (mm) Kun1a 1 Kurva 2 Kurva 3 Kurva 4
38 100 100 100 100
19 100 100 100 100
9.6 100 100 100 100
4.8 30 45 60 75
2.4 20 33 46 60
'
1.2 16 26 37 46
0.6 12 19 28 34
0.3 4 8 14 20
0.15 0 1 3 6
GRADASI CAMPURAN
100 ·-
~~
I -a- Kurva 1
w
90
- . -Kurva2 /,
--+E- Kurva 3
; 70 I _._.Kurva4
/ 0
.¥
~ 60 k:'.' / Yr
<
rtl
0
50 /
/ . ~ V.
, 47 ,,,.
r:
0~ 40
. .J. . . . . L ~ (◄"~ /
C
QI
e
30 ~ ~ rl(v--
....-
' JO
~
v
... ~
....36
Cl> 20
_..,., ~~~~~~
Q. r,1
r,1 .. ,o
~r: 1-r'"
k'"'l1' ~ w
~
10
0
0 15
-~ ~
~
./'
_.J
96 - Teknologi Belon
GRADASI CAMPURAN
~~~
100 , _ _ ; _ . 1_ _, _ _j
90 -a- Kurva 1
-
~
0
C
(0
~
(0
80
70
60
___....,_ Kurva 2
~ Kurva 3
v~57
I---
./
t7K~ l~v,~~-~ - +-
<
>,.
50
- I v{i /
II)
0 / i("46 /t,., ,) I 47
0 40
_J
C 30
.kz' [._....---"'" - --
~
!,...,--"'
I 28
/
V ,,,, 1...--.---1
...
Q)
II)
Q) 20
/ ~
L---' ■ 1tl
0.. VL<. ~
1----
10
0
~
,.,.... ..!. ~11-t,- -r 38
o. 15 0,3 0 ,6 1,2 2.4 4 ,8 9,6 19
Ukuran Saringan (m m)
GRADASI CAMPURAN
-
100
~Kurva 1 '
4-
--
--
-- --
--
~
0
C
90
80
__,._Kurva2
~Kurva3
'
~
/ ,WI
(!J 'I
~Kurva4
v~(fl
(IS 70
.:.:
(IS
>, 60
~
en 50
~ V ,;i '.fa
0
0 40
~k'-11'1'" ~ ~ v,) I 45
~ ~ ~ ~ 1..---! ~~
...J
C 30
G> ~ - ..:o i-,.
Q. ~ ~ ~ ~ c::i ~
10
__.,. V ,/
~
0 "'
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4 ,8 9,6 19 38
Agregat- 97
GRADASI CAMPURAN
100
I -11-Kurva 1
\)(l ---1---1 _ _ i -,t.- Kurva 2
80 -t-
1
- - ' ~ Kurva 3
70 - ~ - ~ - - - Kurva 4
~ I -
C
!,. 60
<"'
..
C,
50
0
...,
40
.•
C
?
~
30
20
10
0
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 9,6 19 38
Ukuran Saringon (mm)
kelr~ aran t,.,.~r-o\...:- at"cgat (Abrams.! 9 i 8). MHB did:.::::.t-:~Ji1.:rn S " _ :1t: ,l1
i ·-::-. b pe r~t;r, }r _T.t:la1 (.1an bu1ir agregat yang tertingga! L, a ws :>--!c.i su
1, •
dengan :
\V - persentase berat agregat halus (pasir) terhadap bcrat agrcgat ka sar
(kerikil/batupecah).
K - Modulus halus butir agregat kasar
P Modulus halus butir agregat halus
C - Modulus halus butir agregat campuran
Untuk mempem1udah penghitungan MHB agregat, pekerjaan sebaik-
nya dilakukan dengan tabulasi. Contoh penghitungan MHB agregat halus.
kasar dan campuran dapat dilihat di Tabel 4.11 .a sampai 4 . 11 .b.
Dari hasil analisis ayak suatu contoh uji agregat kasar dan halus
didapatkan data sebagai berikut.
Agregat - 99
Pcnyelcsaian :
Tnbcl 4.11.a Co11toh /-lit1111ga11 MHB Agrcgat lla!11s
Luhang l3crat Terti11ggal
Ayakan (mm) (gram) (perscn) Kumulati f ( % )
(1) (3) (4) (5)
3S 0 0 0
19 0 0 0
9.6 0 0 0
4.8 50 5.00 5.00
2.4 75 7.50 12.50
l.2 190 19.00 31.50
0.6 220 22.00 53.50
0.3 290 29.00 82.50
0.15 155 15.50 98.00
Sisa 20 2.00 ---
1000 gr 100 % 283 .00
Jadi MHB pasir dapat di hitung, yaitu persen kumulatif di bagi seratus
persen, yaitu = 283 .00/100 = 2.83.
Jadi MHB pasir dapat dihitung, yaitu persen kumulatif dibagi seratus
persen, yaitu = 655.00/100 = 6.55.
Agregat - 101
Plotkan has1l dan kolom (10) kedalam Grafik 4.5.a sampa1 4 .5.tl . .l1ka
t1dak masuk. ulangi lagi lang.knh kc-2. Dcmikian sctcrusn ya .
4.6.6 Kekekalan
Kekekalan agregat dapat diuji dengan mengunakan larutan kimia
untuk memeriksa reaksinya pada agregat (PB 89, 1990). Agregat harus
memenuhi syarat seperti yang tercantum dalam SII.0052-80, "Mutu dan
Cara Uji Agregat Beton" untuk beton normal atau memenuhi syarat
ASTM C.33-86, ..Standard Specification for Concrete Aggregates".
Syarat mutu untuk agregat normal adalah sebagai berikut:
{I) Agregat halus jika diuji dengan larutan garam sulfat (natrium sulfat
NaS04), bagia~ya yang hancur maks imum 10% dan jika diuji
dengan magnesmm sulfat (MgS04 ) bagiannya yang hancur
maksimum 15%.
Agregat - 103
(2) Agrcgat kasar jika dittji dengan larutan garam sulfat (natrium sulfat,
NaSO4), bagiannya yang hancur maksimum 12% , dan jika diuJ1
dengan magnesium sulfat (MgSO4) bagiannya yang hancur
maksimum 18%.
Agregat - 105
4.7 Pe1neriksaan l\1utu Agregat '--~ Syarat l\1utu
:\gregat
Pt'mcnba:m mutu agrcgat dirnaksudk:111 untuk mcndapatkan bahan-
bahan campuran hcton yang mcmenuhi syarat. schingga bcton yang
dihasilkan nantinya sesuai dcngan yang diharapkan . /\grcgat yang
d1gunakan harus memcnuhi spesifikasi tcknik yang tclah ditctapkan d1
dalam kontrak kc1ja . .lika dilihat dari ,·olume agrcgat dalam campuran
betcm. agregat mcmberikan kontribusi yang bcsar terhadap campuran .
Agregat nonnal harus memenuhi syarat mutu sesuai dengan Sil
0052-80. "Mutu dan Cara Uji Agregat Beton" dan jika tidak tercantum
dalam syarat ini harus memenuhi syarat ASTM C .3 3-82. ·'Standard
Spes((icario11 for Co11cre1e Aggregates''. Agregat ringan harus memenuhi
syarat yang diberikan oleh ASTM C.330-80, "Sp es(iication for
liglllweighr for Structural Concre1e''. Sebagian syarat-syarat telah
dijelaskan di atas.
I 06 - Teknologi Be10n
4 . 7. 1.2 Agregat l(asar
(I) M o dulus ha lus bu tir 6.0 sampai 7. I
(2) Kada r lumpur a ta u bagian yang Jebih kccil dari 70 1111kron (0 .0 74
mm) n1aks imum 1%.
(3) Kadar bagian yang lema h ji ka diuji dengan goresan batang tembaga
maksi mum 5%.
(4) K eka la n j ika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur
m a k sin1u m 12% , dan jika dipaka i m agnesium su lfat bagian yang
ha n c ur m a k s imum 18% .
(5) T idak bers ifat reaktif terhadap alkali jika kadar alka li dalam sem en
sebag ai Na 2 0 lebih b esar dari 0.6%.
(6) T idak m engan dung butiran yan g p a njang dan pipih lebih dari 20%.
(7) Kekera s an agregat harus memenuhi syarat seperti Tabel 4.4 di atas .
Agregat - 107
(5) Kadar zat organik yang ditcntukan dcngan mcncampur agrcgat halus
dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3%, tidak mcnghas il kan wama
yang lebih tua dibanding wama standar. Jika ,van1anya lcbih tua
maka ditolak kccuali:
\Varna lebih tua timbul karena sedikit adanya arang lignit atau
yang sejenis
Ketika diuji dengan uji perbandingan kuat tekan beton yang
dibuat dengan pasir standar silika hasilnya menunjukan nilai
lebih besar dari 95%. Uji kuat tekan sesuai dengan cara ASTM
C.87.
(6) Tidak boleh bersifat reak.1if terhadap alkali jika dipakai untuk beton
yang berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan
dengan bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, dimana
penggunaan semen yang mengandung natrium oksida tidak lebih dari
0.6%.
(7) Kekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksi-
mum 10%, danjika dipakai magnesium sulfat, maksimum 15%.
(8) Susunan gradasi harus memenuhi syarat seperti dalam Tabel 4.5.
Agregat - 109
(3) Jika agregat yang ditimhun dalam kcadaan kcring, tcrutama untuk
agregat yang ditimbun di stock field. scbaiknya agrcgat disiram
dengan menggunakan sprinkle (slang air).
(4) Agregat diuji secara berkala sebelum digunakan , sebagai kontrol
k."1.lahtas bahan.
Agregat - 111
bernt isi sckitnr 0.06-0.2 kg/dn{ Ycrmiculit dcngan hcrat isi massa sck1tnr
0.07-0.09 kg/dm 3 dan (oam~lass.
' L
PERTANYAAN
4.1 Jika dilihat dari proses terbentuknya, batuan dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu, batuan beku (magma), batuan endapan (sedimentasi) dan
batuan peralihan/malihan atau metamo,f Jelaskan deskripsi dari tiga
jenis baruan tersebut!
4.2 Jelaskan karakteristik agregat alam:
a. Batuan bedrock
b. Pasir dan batuan yang digali.
4.3 Apa yang dimaksud dengan agregat buatan (artificial aggregates)?
4 .4 Jelaskan proses pengolahan agregat alam di Indonesia!
4.5 Klasifikasikan agregat berdasarkan sumbemya!
4.6 Jelaskan agregat berdasarkan:
a. beratnya
b. bentuknya
C. tekstur permukaannya
d. ukuran nominalnya
e. gradasi ayakannya.
Agregat - 113
-
a. Hitunglah modulus halus butir agregat kasar. halus A dan B?
b. Apakah agregat halus jenis A dan B mcmcnuhi syarat standar
zona .,vang'-' diberikan olch SNl?
c. Jika tidak. hitunglah komposisi antara agregat halus jenis A dan
B agar memenuhi syarat zona !
d. Hitung komposisi campuran agregat kasar dan agregat halus agar
memenuhi syarat zona agregat campuran!
DAFTAR PUSTAKA
American Concrete Institute, ACI 318-89 Building Code Requirements
for Reinforce Concrete, Part I, General Requirement, Fifth
Edition, Skokie, Illinois, USA:PCA, 1990. 5pp.
ASTM, Concrete and Aggregates, Annual Book of ASTM Standard,
Vo.04.02.1995, Philadelphia: ASTM, 1995.
British Standard Institution, Methods for Sampling and Testing of
Material Aggregates,Sands and Fillers, BS 812:Part 1-4, BSI,
England: 1982
Brink, R.H and Timms, A.G., Weight, Density, Absorption, and
Surface Moisture, Sig11ifica11ce of Test a11d Properties of
Concrete and Co11crete-Materials, ASTM STP 169B,
Philadelphia, 1978, p.432
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,
Pedoman Beton 1989. SKBI.1.4.53.1989. Draft Konsensus.,
Jakarta: DPU, 1989
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. SK SN/ T-15-1991-
03. Cetakan Pertama, Bandung: DPU - Yayasan LPMB, 1991.
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Rencana Pembuatan
Campuran Beton Normal. SK SN/ T-15-1990-03. Cetakan
Pertama, Bandung: DPU -Yayasan LPMB, 1991.
ELE Publicity Department, Sand, Aggregates and Fillers, England:
Material Testing Division ELE International Limited, 1968. l 95-
253pp
Agregat - 115
116 - Teknologi Beton
::rm
I
BAHAN T AMBAH ,:::,
dmixture adalah bahan-ba han yang ditambahkan kc dalam
campuran beton pada saat atau selama pencampuran bcrlang-
sung. Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-s ifat
dari beton agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu, atau untu k
menghemat biaya.
Admixture atau bahan tambah didefinisikan dalam Stan dard
Definitions of Terminology Relating to Concrete and Con crete
Aggregates (ASTM C.125-1995:61) dan dalam Cem ent and Con crete
Terminology (ACI SP-19) sebagai material selain air, agregat dan semen
hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau mortar yang ditambahkan
sebelum atau selama pengadukan berlangsung. Bahan tambah digunakan
untuk memodifikasi sifat dan karakteristik dari beton misalnya untuk
dapat dengan mudah dikerjakan, penghematan, atau untuk tujuan lain
seperti penghematan energi.
Di Indonesia bahan tambah telah banyak dipergunakan. Manfaat dari
penggunaan bahan tambah ini perlu dibuktikan dengan menggunakan
I bahan agregat dan jenis semen yang sama dengan bahan yang akan
dipakai di lapangan. Dalam hal ini bahan yang dipakai sebagai bahan
tambah harus memenuhi ketentuan yang diberikan oleh SNI. Untuk
bahan tambah yang merupakan bahan tambah kimia harus memenuhi
syarat yang diberikan dalam ASTM C.494, "Standard Spesification for
Chemical Admixture for Concrete".
5.5.2.2 Slag
Slag merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi. D efinisi slag
dalam ASTM. C.989, "Standard spesification for ground granulated
Blast-Furnace Slag for use in concrete and mortar", (ASTM, 1995: 494)
adalah produk non-metal yang merupakan material berbentuk halus,
granular hasil pembakaran yang kemudian didinginkan, misalnya dengan
mencelupkannya dalam air.
Keuntungan penggunaan slag dalam campuran beton adalah sebagai
berikut (Lewis, 1982).
Mempertinggi kekuatan tekan beton karena kecenderungan
melambatnya kenaikan kekuatan tekan.
Menaikkan ratio antara kelenturan dan kuat tekan beton.
Mengurangi variasi kekuatan tekan beton.
Mempertinggi ketahanan terhadap sulfat dalam air laut.
Mengurangi serangan alkali-silika.
Menggurangi panas hidrasi dan menurunkan suhu.
Memperbaiki penyelesaian akhir dan memberi wama cerah pada
beton.
Mempertinggi keawetan karena pengaruh perubahan volume.
Mengurangi porositas dan serangan klorida.
Faktor-faktor untuk menentukan sifat penyemenan (~em entious)
dalam slag adalah komposisi kimia, konsentrasi alkali - clan_ ·_ r.eaksi
terhadap sistem, kandungan kaca dalam slag, kehalusan, dan temperatur
yang ditimbulkan se]ama proses hidrasi berlangsung (Cain, 1994: 505).
PERTANYAAN
5.1 Jelaskan definisi bahan tambah!
5.2 Apa yang dimaksud dengan bahan tambah kimia dan bahan tambah
mineral? Bagaimana proses pencampuran untuk bahan tambah kimia
dan mineral?
5 -3 Jelaskan beberapa alasan mengapa digunakan bahan tambah!
5 -4 Jelaskan jenis-jenis bahan tambah kimia menurut SNI!
-· ··--------------
134 - Teknologi Belon
C
BETON 0
ecara umum kita mclihat bahwa pertumbuhan atau perkem-
6.1 Terminologi
Menurut P~doma_n _Beton 1989, Draft Konsesus (SKBI.1.4.53, 1989:
4 -5)beton d1defims1kan sebagai campuran semen portland atau
Belon -135
sembarang semen hidrolik yang lain, agrcgat halus, agrcgat kasar dan air
dengan atau tanpa menggunakan bahan tambahan. Macam dan jenis
beton menurn} bahan pembentl1knya adalah bcton normal, bcrtulang, pra-
cetak. pra-tekan, beton 1ingan, beton tanpa tulangan, bcton fiber dan
lainnya.
Proses awal terjadinya beton adalah pasta semen yaitu proses hidrasi
antara air dengan semen, selanjutnya jika ditambahkan dengan agregat
halus menjadi mortar danjika ditambahkan dengan agregat kasar menjadi
beton. Penambahan mate1ial lain akan membedakan jenis beton, n1isalnya
yang ditambahkan adalah tulangan baja akan terbentuk berton bertulang.
Proses terbentuknya beton dapat dilihat pada Gambar 6.1.
SEMEi\ PORTI.A.NO
DITAMBAHKAN:
nJLANGAN, SERAT. AGR.EGAT RINGAN, JENISBETON
PRESTRESS, PRECAST, DAN LAJNNYA
Beton elemen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak ditempat
Pracetak yang berbeda dari posisi akhir elemen dalam struktur.
I Beton
prestress
(pratekan)
beton bertulang dimana telah diberikan tegangan dalam untuk
mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat
pemberian beban yang bekerja.
Beton yang mengandung agregat ringan yang memenuhi
Beton
ringan ketentuan dan persyaratan ASTM-C.330 dan mempunyai unit
struktural massa kering udara seperti yang ditentukan oleh ASTM-C.567
tidalk lebih dari 1900 kg/cm3.
Beton Beton yang seluruh agregat terdiri dari agregat halus dengan
ringan total berat normal.
atau beton
nngan
berpasir
Beton -137
campuran dikombinasikan dcngan semen khusus atau ditambah dengan
bahan tambah kimia dengan tetap menggunakan jcnis semen tipe l (OPC-
1). Laju kenaikan umur bcton sangat tergantung dari penggunaan bahan
penyusunnya yang paling utama adalah penggunaan bahan semen karcna
semen cenderung secara langsung memperbaiki kine1ja tekannya.
Suhu Wektu
Bentuk Keedaen
Pml.&1llrl clan
Kocw Suhu Penn_ Cara
Ail Ptm.
ukuran Benda Landasan
Benda Uji Benda bebanan
Benda Uji
Uji Uji
Beton -139
diminum dapat digunakan untuk campuran bcton. Namun dc mikian air
yang tak dapat diminum pun dapat digunakan scbagai campuran bc ton,
asalkan memenuhi syarat mutu yang disyaratkan . Unt uk kasus di
Indonesia. air yang digunakan sebagai campuran bcton harus memcnuhi
syarat baln.1 mutu sesuai dengan BS 3148, 1980 (Ulasan PB, 1989: 31) dan
pasal 3.4 PB.1989 Draft Ko11se11sus. Konti-ibusi yang diberikan oleh
semen terhadap peningkatan keh1atan beton terutama terdapat dalam tiga
fak'tor, yaitu (1). faktor air semen, (2). kehalusan butir dari semen dan (3).
komposisi dati bahan-bahan kimia semen.
-
- .f'
- V
Jfi
oo 1'_,<9
_, ,- -
Voo4
~~
..,-o
.
,;4 0
V
0
0
---QI
~
a2 a3 .
k • Cemenf ·Space Rol10
a4 as a6 Q.7
Gambar 6.3 Hubungan antara kekuatan tekan dengan FAS (Talbot & Richart)
800()
·t I
7000 l.i!g;tnd
.~ ~
o'~'t
~
I
•X
0
/•IS 1,1,.,,
/ • !J
I· 5
-.
<! :'- • .-
, -J
5oo,
X: •X I· 2
/· I
I· YJ
.
-
·~
0
,,
V' + N~I .
~
4(X)()
... ~t
.··~.... ••
~
200()
·' -
~
♦
, ♦
v-
0 ~~V
Gambar 6.4 Hubungan antara kekuatan tekan dengan FAS (Abram, 1920)
Beton - 141
Semen portland akan terns bereaksi dcngan air saat pcngikatan
terjadi. Setelah 24 jam pada tcmpcratur kamar, 30%-40% semen biasanya
mengalami proses hidrasi. pembentukan lapisan penutup dcngan
bertambahnya kepadatan dan ketebalan yang melapisi partikelnya
(Garnbar 6.5). Hidrasi partikel klinkcr yang besar secara parsial dan
keseluruhan akan membentuk beton. Proses pembentukan beton dari saat
mulai mengeras sampai umur 90 hari dapat dilihat pada Gambar 6.5.
(a)
{b)
(d)
Beton -143
6.5.2 Kehalusan Butir Se1nen
Kehalusan butir semen merupakan sifat fisika dari semen ; scmakin
halus butiran semen. proses hidrasi semen ak:rn semakin ccpat schingga
kek"Uatan beton akan lebih ccpat tercapai. Scmakin halus buti r semen,
wak.1u yang dibutuhkan semen untuk mengcras scmakin cepat.
i
- ......J
scbaliknya . J ika mclihat rungst agrcgat dalam campuran bcton hanya
scbagai pcngis i maka dipcrlukan suatu sifat yang saling mcngikat dan
saling tnengis i (i11terlocki11g) yang baik, hal ini dapat tercapa1 jika bentuk
permukaan dan bentuk agrcgatnya mcmcnuhi syarat yang diberikan baik
itu syarat ASTM, AC I maupun SIi .
Agregat yang digunakan dalam bcton bcrfungsi sebagai bahan
pengisi, namun karena proscntase agrcgat yang besar dalam volume
campuran, maka agregat memberikan kontribusi terhadap kekuatan beton.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kckuatan beton terhadap agregat: ( 1).
perbandingan agregat dan semen carnpuran, (2). kekuatan agregat, (3 ).
bentuk dan ukuran, (4) tekstur permukaan, (5). gradasi, (6). reaksi kimia
dan (7). ketahanan terhadap panas. Detail mengenai sifat agregat ini dapat
dilihat di b uku Seri Bahan-Bahan Penyusun Beton.
Bahan tambah biasanya hanya digunakan untuk memperbaiki sifat-
sifat beton baik saat beton dalam keadaan segar ataupun saat beton
'
mengeras nantinya. Banyaknya dan komposisi kimia dari bahan tambah
akan m enyebabkan karakteristik yang berbeda terhadap kinerja beton
yang d iharapkan .
Beton -145
didefinisikan sebagai kemudahan untuk dikerjakan , dituangkan dan
dipadatkan serta dibentuk dalam acuan (Ils ley, 1942:224).
Kemudahan pengerjaan ini diindikasikan mclalui slump test~ scmakin
tinggi nilai slump, semakin mudah untuk dike1jakan . Namun
demikian nilai dari slump ini harus dibatasi. Nilai slmnp yang terlalu
tinggi akan membuat beton kropos setelah mengeras karena air yang
terjebak dalamnya menguap.
Metode pengadukan atau pencampuran beton akan menentukan sifat
kekuatan dari beton, walaupun rencana campura_n baik dan syarat
mutu bahan telah terpenuhi. Pengadukan yang tidak baik akan
menyebabkan terjadinya bleeding, dan hal-hal lain yang tidak
dikehendaki.
c. Pengecoran (Placing)
Metode pengecoran akan mempengaruhi kekuatan beton. Jika syarat-
syarat pengecoran tidak terpenuhi, kemungkinan besar kekuatan
tekan yang direncanakan tidak akan tercapai.
d. Pemadatan
Pemadatan yang tidak baik akan menyebabkan menurunnya kekuatan
beton, karena tidak terjadinya pencampuran bahan yang homogen.
Pemadatan yang berlebih pun akan menyebakan terjadinya bleeding.
Pemadatan hams dilakukan sesuai dengan syarat mutu. Hal lain yang
dapat dilakukan adalah melihat manual pemadat yang digunakan
sehingga pemadatan pada campuran beton dapat dilakukan secara
efisien dan efektif.
6.6.3 Perawatan
Perawatan terutama dimaksudkan untuk menghindari panas hidrasi
yang tidak diinginkan, yang terutama disebabkan oleh suhu. Cara dan
bahan serta alat yang digunakan untuk perawatan akan menentukan sifat
dari beton keras yang dibuat, terutama dari sisi kekuatannya. Waktu-
waktu yang dibutuhkan untuk merawat beton pun harus terjadwal dengan
baik.
PERTANYAAN
6.1 Gambarkan dan jelaskan proses terj adinya beton!
6.2 Mengapa uji kekuatan tekan beton umumnya dilakukan pada umur 28
hari?
6.3 Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan beton!
6.4 Gambarkan hubungan antara faktor air semen dengan kuat tekan
beton!
DAFfAR PUSTAKA
ASTM, Concrete and Aggregates, Annual Book of ASTM Standard,
Vo.04.02. 1995, Philadelphia: ASTM, 1995 .
American Concrete Institute, ACI 318-89 Building Code Requirements
for Reinforce Concrete, Part I, Fifth Edition, Skokie, Illinois,
USA: PCA, 1990., 2.l-2.2lpp.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,
Pedoman Beton 1989. SKBl.1.4.53.1989. Draft Konsensus.
Jakarta, DPU, 1989.
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Rencana Pembuatan
Campuran Beton Normal. SK SNI T-15-1990-03. Cetakan
Pertama, Bandung: DPU -Yayasan LPMB, 1991.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi,
PEDC, Teknologi Beton 3, Edisi 1983. Bandung: PEDC, 1993.
Beton -147
Helmuth .. Richard A., The Nature of Concrete, Sig11ijica11ce of Test
a11d Properties of Concrete a11d Co11crete-Afaterials, A STM STP
169B. Philadelphia. 1978, p.5-14.
Hime.,William G.. Analyses for Cement and Other Material in
Hardened Concrete, Sig11ifica11ce of Test and Properties of
Concrete and Co11crete-ftfaterials, ASTM STP 169B,
Philadelphia, 1978, p.315-319.
Ilsley Hewes,.Laurence, American Highway Practice, Volume 111,
Fourth Printing, New York: n1011 Wiley & Son, Inc. 1942 I
Nawy., Edward. G., Reinforce Concrete a Fundamental Approach
Te,jemahan, Cetakan Pertama, Bandung: PT.Eresco, 1990.
7 .1 Proses Penyelidikan
Proses penyelidikan dalam pekerjaan beton meliputi semua tahapan
yang dimulai dari penyelidikan dan pencarian sumber material, peng-
ambilan contoh uji (sampel), pengujian bahan, perancangan komposisi,
pengadukan, pengambilan contoh uji beton segar, perawatan dan
penguj ian beton keras.
ASPEI.: EKOSOMI
KELAYAKAN MATERIAL SECARA PRAKTIS
\Jank A'18ht. Harg&. hlitas dll)
Survey Pmdahuluan
PROSEDUR STANDAR
PENGUJIAN SAM PEL
DAN
(Proscdur S1andar)
KAIDA H STATISTIK
ANALISIS DATA
Pen u·ian Baha n Penvusun
PERTANYAAN
7.1 Bagaimanakah proses penyelidikan dalam suatu pekerjaan beton?
7.2 Apa yang menj adi pertimbangan dalam pengambilan sampe l dalam
pekerjaan beton?
7.3 Mengapa kaidah statistik dalam penyelidikan beton harus diikuti?
7.4 Jelaskan hirarki penyelidikan beton?
8.1.1 Variabilitas
Variabilitas dalam beton akan mempengaruhi nilai kekuatan tekan
dalam perancangan. Pengertian variabilitas dalam kekuatan beton pada
dasarnya tercerrnin melalui nilai standar deviasi. Asumsi yang digunakan
dalam perencanaan bahwa kekuatan beton akan terdistribusi normal
selama masa pelaksanaan yang diambil melalui hasil pengujian
dilaboratorium. Secara umum rumusan mengenai kekuatan tekan dengan
mempertim-bangkan variabilitas ditulis sebagai:
f'er =f'c + k.S
dimana f'cr adalah kekuatan tekan rencana rata-rata, f'c adalah kekuatan
tekan rencana, S nilai standar deviasi dan k adalah suatu konstanta yang
diturunkan dari distribusi normal kekuatan tekan yang diij inkan biasanya
diambil sebesar 1.64. Nilai k di USA adalah 1.645, di Inggris dibulatkan
menjadi 1.64, sedangkan di Australia 1.65.
!
i
5% Bag ian yang l
d itolak/cacat l
1.64 S ~
!
25 30 35 40 45 50 55
MULAI
Tcnrukan Ula1ran Maksimum Agregat (Tabel 8.3) atau mcngikuti kctentuan tidak lebih dari
1/5 dimcnsi tmecil bd,:isting, 113 tebal plat dan 3/4 Jarak bcrsih antar tulangan
Campuran Pcrcobaan
SELESAII
Tabel 8.2 Slump yang di Syaratkan untuk Berbagai Konstruksi Menuna ACI
Slump (mm)
Jenis Konstruksi
Maksimum* Minimum
Dinding Penahan dan Pondasi 76.2 25.4
Pondasi sederhana, sumuran, dan dinding sub 76.2 25.4
struktur
Balok dan dinding beton 101.6 25.4
Kolom struktural 101.6 25.4
Perkerasan dan slab 76.2 25.4
Beton massal 50.8 25.4
*) Dapat ditambahkan sebesar 25.4 mm untuk pekerjaan beton yang tidak menggunakan
birator, tetapi menggunakan metode konsolidasi
Diekspo,scscda.il 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 i.s •-11 1.0..n
3 .5'·11 3.0'-1)
Oiekspasc~ 6.0 5.5 s.o 4.S 4 .S 4 .0
-
·~·~·~~ 7.S 7.0 6.0 6.0 s.s s.o 4 .S•-ll 4.0'-1)
Keterangan:
•> Banyaknya air campuran di sini dipakai untuk menghitung faktor air semen untuk suatu
campuran pcrcobaan (trial batch). Harga-harga ini adalah maksimal butimya 1.5 in (40 mm),
untuk suatu agrcgat kasar bentuk dan gradasinya cukup baik dan dalam batas yang diterima oleh
spesifikasi.
b> Nilai slump untuk beton yang mengandung agregat dengan ukuran maksimum 1.5 inch (38. 1 mm
atau 40 mm) ini adalah berdasarkan percobaan-percobaan yang dibuat setelah membung partikcl
agregat yang lebih besar dari 38 atau 40 mm.
bJ Banyaknya air campuran di sini dipakai untuk menghitung faktor air semen untuk suatu
campuran percobaan (trial batch). Jika digunakan buliran maksimum agregat 3 inch (76.2 mm)
atau 6 inch (152.4 mm). Harga-harga ini ada1ah maksimal untuk suatu agregat kasar bentuk dan
gradasinya cukup baik dari halus sampai kasar.
ci Rckornendasi lainnya tentang kandungan air dan toleransi yang diperlukan untuk kontrol di
lapangan tercantum dalam sejumlah dokumen ACI, seperti ACI 20 l , 345, 3 18, 30 I, dan 302.
Batas-batas kandungan air dalam beton juga diberikan oleh ASTM C-94 untuk beton ready mix.
Pmyarata.n-persayaratan ini bisa saja tidak sama untuk masing-masing peraturan, sehingga
Penyelesaian:
Tabet 8.9 Me11ghitu11g Modulus Ha/us Bulir dan Kontrol Syarat M utz, ASTM
C.33
Saringan Butir % tinggal Butir Lolos Syarat
(mm) Tertinggal Kumulatif ASTM C.33
Gram % % Kumulatif
9.52 0 0.0 0.0 100.0 100 100
4.76 100 4.0 4.0 96.0 95 95 -100
2.4 220 8.8 12.8 87.2 80 80 -100
1.1 350 14.0 26.8 73.2 50 50 -85
0.6 780 31.2 58.0 42.0 25 25 -60
0.3 590 23.6 81.6 18.4 10 10 -30
0.15 360 14.4 96.0 4.0 2 2 -10
sisa 100 4.0 - - -
Jumlah 2500 279.2
SEMEN = 375 K g
AIR = 126 Liter
AGREGAT KASAR = 1176 Kg
AGREGAT HALOS = 765 Kg
Jumlah = 2442 Kg
Kesimpulan:
Campuran ini kemungkinan sulit untuk dikerjakan jika proporsi
aimya tidak ditambah dan atau tidak menggunakan vibrator untuk
memadatkannya. Untuk mempemmdah hitungan sebaiknya diguna-
kan tabulasi.
80
70
60 '' ,.
.. "
-.. '"
~ - '
.......
-
CII
-' ' ' ..... ..
'
' "' • "'
.. .' .. ....
I"'-. •
~ 30 .
......
•
. '. -. '- • -·. ..
...
.. ..... •
20
......
....
•
.. ... ...
...
.
--
...
-- - ..
.. ......
.. . .. --.. --·
--·· ·
....
-
....
.......
. ..-
.;:-
....
. .. .. - .. ---· -
--
.
- .. - .. --
.--. .. - ..---- ---- -- - ------ - -- - -
~
...._
, ........: -
..........
10 ...._ ..... -
.. .. - -- -
I, -
-
- -- -
-
" - ■
0
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0
Faktor Air Semen
90 - -
80
.-------.-,--- r
- -■-
G RADASI CAMPURAN
Kurva
- ~.t.-- Kurva
1
2
lt
_ ___ L_[_ !
l -_\r 1
➔----+--+---< ---)><--
1
~
C: 70 Ku rv a 3 [ 1-
~-J::_r -
CV
.:,,:.
Ku rva 4
c
CV 60 - --t----t----1 ---l)I(--
>,
<
0
Cl)
0
50 -
40
---""""-- . - 47
....I
C: 30
Cl)
Cl)
...
G) 20
Q.
10
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6 19 38
Gambar 8.3 .l Persen butir yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir
maksimum 40 mm.
GRADASI CAMPURAN ·-
100
-~ w
-
~
0
C
90
80 ---Kurva 1
_L
,,.,,.. -L<::"
~ /
('s_y
) ( 14
CV 70 _.,_Kurva2 - -
.!II:
IQ
>,, 60 ~ Kurva3 , 57
_.,.V / V
< Cl) 50
~
_.,.,,v-
~ /47
0 / it""46 /
0
..J
C
Cl)
40
30
20 /
/
-~__..<.'
....- -__,c
-
!..--'""'"
-/
/
I ..:o
~
Cl) / ~ "'
......-;-;--
....- __.... 1.----<1 I 111
Q. 10 -
0
,::;.._ :.--- -
0.15 0 .3 0 .6 1.2 2.4 4.8 9.6 19 38
Ukuran Saringan (mm )
Gambar 8.3.2 Persen butir yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir
maksimwn 30 mm.
-
::!!
~
C
90
80
- - - Kurva 1
--.- Kurva2
/
.
/
Vfa;rl
vJ
nl 70
.::,r.
~ 60
~ Kurva3 V; (fj
< 50 ---Kurva 4 / V ,,.. /;S5
Cl)
' ~ ~ ~'.>'
0 V _,,I
40 ' 45
0
-- ---
_...; ~ L.-, n! .....-! ~
·-
...J v
C
30
~
~ l8
(I)
CII 20 /. ~ ~
....
(I)
.~ ~ .-r-( i...- 1'16
_.-, .,,,,
0. 10
"' - ~
"
y
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2A 4.8 9.6 19 38
Gambar 8.3.2 Persen butir yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir
maksimum 20 mm.
100
GRADASI CAMPURAN·--
90 A
~ ---Kurva 1
!.., 80 / '/II
C
ca 70
-.-Kurva 2 ..) /71 I/
.::,r. .....
ca
>. 60
~ Kurva3 I./
--
VJ
<en · 50 __._Kurva4 /
V J
V '/7
0 -/ 1("46
L-----1 I("46 ,.,. 'Js
0 40
~~ .,.,- ~7 __./4 ./ =--
--
...J
30
C
a, _/ v. ' .£ti
~ .~
fa,
0.
20
10
J~
"'
~ ~ I-T1' ■--
,v - -- ----
. ~J.. - ~
0
0.15 0-3 0.6 12 2.4 4.8 9_6 19 38
Gambar 8.3.4 Persen butir yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir
maksimum 10 mm.
Penyelesaian :
Di dapat:
MHB Agregat halus = 335/1 00 =3.350
MHB Agregat halus = 737.60/ 100 =7.376
Perbandingan antara agregat halus dengan agregat kasar dapat dicari
dengan memasukan MHB campuran antara 5 - 6.5 , melalui cara
coba--coba. Jika hasil gradasi campuran telah memenuhi syarat
gradasi yang ditetapkan, barulah dapat dihitung perbandingan agregat
campuran. Agar pekerjaan ini lebih cepat, sebaiknya digunakan alat
bantu komputer dan "spreadsheet program" seperti Lotus ataupun
Excel.
_..
0.6 240 0 ns
. () rn n H) () JO 8
0 .3 175 0 120 () 12 0 12 0 12 3
0 .15 105 0 15 () 2 () 2 () 2 0
sisa 15 0 - - - - - . . .
Gradasi campuran kolorn ( 10) diplotkan pada grafik 8.3. l untuk butir
maksin1um 40 mm (Syarat ASTM C-33 ). Setelah diplotkan
memenuhi syarat, yaitu masuk antara kurva (l) dan kurva (2).
Dari sini dapat dijelaskan bahwa agregat campuran diharapkan
nantinya dapat menghasilkan campuran yang baik namun akan
memerlukan lebih banyak semen dan air.
LANGKAH 6 (8.2.1.6)
Menghitung kebutuhan bahan dasar
Di ketahui:
Ys = beratjenis semen = 3.14
Yag.h = berat jenis pasir =2.72
Yag.k = berat jenis bt.pecah (JPK) =2.66
Yair = be_rat jenis air = 1.00
v = prosentase udara dalam beton = 2.00%
3
S = berat semen yang diperlukan dalam 1 m •
Perbandingan campurannya:
Semen : Pasir : Kerikil : Air = 1 : Proporsi Ag.H : Proporsi .Ag.K :
Air
}' ~ i' <ri1 }' Ag.h Y<rir YAi: k Y<rir }' :iir
(S/3. 14)+[(4.39*38%*S)/2.72]+
[(4.39*62%*S)/2.62]+(0.4SS/1)+(0.01 *2%)= 1
S= 0. 9998/2.435 = 0.4 l Oton = 410 kg.
3
Untuk 1 rn . beton segar
Semen = 410 kg
Air 410*0.48 = 197 liter
Agregat Halus 4.39*410*38% = 684 Kg
Agregat Kasar 4.39*4 l 0*62% = 1116 Kg
Jumlah = 2407 Kg
Kesimpulan:
Hasil hitungan proporsi beton harus dikoreksi kembali akibat daya
serap air.
Hasil hitungan memperlihatkan bahwa komposisi semen cukup
tinggi. Ha] ini terjadi karena gradasi campuran berada pada daerah
antara kurva (1) dan (2). Agar didapatkan semen yang rendah
(minimal) maka proporsi campuran diubah kembali.
◄
8.4.1 Syarat Pcrancangan
8.4. 1.1 Kuat tekan rcncana (MPa)
S eton yang dirancang hams memenuhi pcrsyaratan kuat tckan rata-
rata, yang memenuhi syarat bcrdasarkan data dcviasi standar hasil uji
kuat tekan yang lalu (umur 28 hari) untuk kondisi dan jenis konstruksi
yang sama. P ersyaratan kuat tekan didasarkan pada hasil uji kuat tekan
silinder. Jika m en gunakan kuat tekan dengan hasil uji kubus bersisi 150
mm, ma ka has ilnya haru s dikonversi menggunakan persamaan:
f c = [0.76 + 0.2 Log (f' ck /15)] f' ck,
diman a:
rc = Kuat tekan beton yang disyaratkan, MPa.
f ck = Kuat tekan b eton, MPa, dari uj i kubus beton bersisi 150 mm.
Data kuat tekan sebaga i dasar perancangan, dapat menggunakan hasil
uji kurang dari 28 hari berdasarkan data rekaman yang lalu untuk kondisi
pekerjaan yang sama dengan karakteristik lingkungan dan kondisi yang
sama. Jika menggunakan hal ini maka dalam perancangan harus
disebutkan (dalam gambar atau dalam uraian lainnya), dan hasilnya
dikonversi untuk umur 28 hari berdasarkan Tabel 8.16 (PB, 1989: 16).
s=
dimana S adalah standar deviasi, x ; adalah kuat tekan beton yang didapat
dari hasil pengujian untuk masing-masing benda uj i, x adalah kuat tekan
rata-rata dan n adalah j umlah data. Data hasil uji yang akan digunakan
untuk menghitung standar deviasi harus memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagai berikut.
(1) Mewakili bahan-bahan, prosedur pengawasan mutu, dan produksi
yang serupa dengan pekerjaan yang diusulkan.
(2) Mewakili kuat tekan beton yang disyaratkan (fc) yang nilainya
dalam batas + 7 MPa dari nilai f' c yang ditentukan.
(3) Paling sedikit terdiri dari 30 hasil uji yang berurutan atau dua
kelompok hasil uji berurutan yang jumlahnya minimum 30 hasil uji,
diambil dalam produksi selama jangka waktu tidak kurang dari 45
hari.
(4) Bila suatu produksi beton tidak mempunyai data hasil uji yang
memenuhi persyaratan, tetapi hanya ada sebanyak 15 sampai 29 hasil
uji yang berurutan, maka nilai deviasi standar dikalikan dengan
faktor pengali dalam Tabel 8 .17.
(5) Bila data hasil uji kurang dari 15, maka kuat tekan rencana yang
ditargetkan diambil sebesar f' c + 12 :tv!Pa.
KEKUJ\TAN
JENIS JENIS J\GREGJ\T TEKAN (MPa), BENTUK
SEMEN KASJ\R PJ\DJ\ UMU R BENDA UJl
(HARi)
3 7 28 91
Semen Batu tak dipecah (alami) 17 23 33 40 Silinder
Portland Tipe Batu pecah 19 27 37 45
I atau Semen Batu tak dipecah (alami) 20 28 40 48 Kubus
tahan Sulfat 23 32 45 54
Batu pecah
Tipe II, V
Batu tak dipecah (alami) 21 28 38 44 Silinder
Semen B atu pecah 25 33 44 48
Portland Tipe Batu tak d ipecah (alami) 25 31 46 53 Kubus
III B atu pecah 30 40 53 60
Sumber: Tabel 2, SN I.T-15-1990-03:6
Tabet 8.19 Persyaratan Jumlah Semen Minimum dan Faktor Air Semen
Maksimum untuk Berbagai Macam Pembetonan dalam lingkungan Khusus
Jumlah
Semen FAS
Deskripsi Min.dalam 1
m3 beton (kg)
Beton didalam ruangan bangunan :
a. Keadaan keliling non korosif 275 0.60
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh kondensasi atau
uao korosif 325 0.52
Beton diliuar ruang bangunan
a. Tidak terlindung dari hujan dan lerik malahari langsung 325 0.60
b. Terlindung dari huian dan terik malahari langsung 275 0.60
Belon yang masuk kedalam lanah
a. Mengalami keadaan basah dan kering bergan ti-ganti 325 0.55
b. Mendaoal oengaruh sulfat alkal i dari lanah atau air tanah Lihat tabel 8.20.1
Belon yang lerus-menerus berhubungan dengan air
a. Air tawar. Lihat tabel 8.20.2
b. Air laut
Sumber. Tabel 3, SNI-T-15-1991-03:7 .
' \ t, ,- - -
~~~~1-1=rr~-=
,- ' -- '
-
\ . '
' ~'
500 \I
50
~~ ct'
'
I
- - - Semen Tipe I, II dan V - -
\ , 91 hari _ Semen Tipe Ill - -
-
N '
\
'
,, '\ '
-
Cl '
~ . 1\
' '
~
:I.
,, '
C:
ell
.:,c "
.
.
\
'
'
' ' .
CD '' '" ' ''
t- , I\ '
' ' I\ \ '
-ell 300 . 30
:,
~ --
,_ _ ' ' 14' hari
.'
' '\ .
' I\
\I ·N
,_
' '\ ' '\ ' '
'
,· ~-
200 ~ 3 hari
f\
I , I I I ·.I
" i\
' ' '\
.
'
'
'
"'
,
'
j'\ • •
"r--. '
"r-... •
r-. .... •
r-.. r-... ~.
,...:_, .
20
I \J I
" I'-.. .... ,. . ...~ -
r-...
', . . .
100
:"..._
I'-.
' , ....
' 1,
.
I.._!'-..
. .. ,.. .
. . ..... , . - . .
-.... - --
- -- ...-
--- --- -- - 10
. . . ..._ .
'r--.
- - - -
I
r---_
-- --- -- -- - -
-
, -i--
-
0 0
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0 .9 1 .0
Faktor Air Semen
Gambar 8.4.1 Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen untuk
Benda Uji Si/inder (diameter 150 mm, tinggi 300 mm)
800
700
600
..
- .. 30
300
= '\
3 hari
I'-. ', I"- '.
200 -L-.!--i-W+-t-" ~ .... .µ:·+ .+-"-i"-d
. . f-- . . . , tt-t-1H--H.7. -·,·-,;--1-n- 20
. . ,-f-.!·+-.::t-l-t-+-f'~
0+-1-1-.1..-1.--1-.1.-1.._j_L-+.-...J-L-L----'--i-'--.J..-L_._+-'-__J_._J'-'-+-'"-'--..______._+-''-'-__._._-t- 0
Gambar 8.4.2 Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen untuk
Benda Uji Kubus (150 x 150 x 150 mm)
ro
....
V)
c,;s
1'~~'""'
0...
<:.>
V) Zl ~~~
~
t::
<:.>
en
....
0 1 ====lU=
02 0.3 0 4 0.5 0.6 07 08 0.9 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.6 0.9 0.3 0.4 0.5 0.6 0 7 0.8 0.9 0.3 0.4 0.5 0.6 0,7 0.8 0.9
0..
Faktor Air Semen
Gambar 8.5.1 Prosentasi Jumlali Pasir yang Dianjurkan untuk Daerah Susu11a11
Butir /, 2. 3 da11 4 de11ga11 Butir Maksimum Agregat IO mm
80 Ee5lt:i 1:!S
:::i
?O ~=,;;;=
&:)
50
3)
20
10
02 0.3 OA 05 Q.6 OJ 0.8 0..9 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 O.S 09
;u at~ l1s
¢.~~I::
:-:l
(...J
ro :.::;,.:~~ilii:!iii:limiit
--1...
!D-.~
;::C-1
:3r
~§§1
:: :t
....
Vl
J) ~~~~..~-__..,...,."""11 ~
a..
'1)
•Jl
a:> ~ ~i-".::
sC
1.)
Vl
...
0
a..
02 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 08 0.9 0.3 0.4 05 0.6 0.7 0.8 09 0.3 0.4 0.5 06 07 08 0.9 03 04 05 06 07 08 09
-
,_
-
-
Bf'r;il Jf'lllS /\grl'gcll
Gat>1mn;i11 (Pas,r KenkiV
13;:itu Pe~111) /\tas Bat,1s
-
-
,.
-a,
~
2600
_J ~......_
.... -
-.. . . ....
-- ::::;: ....~ -
-
- -
-
-
l<ering Pcnnukaan
- - ,_
--
I-
~
;
...,1
....... ,_"""':-,..
-i-
... - -~ .... , - - - - -- - - -- - -
--- - ~ .... ..;; - - ,_
1--
-
"""':-,..
ft
...... ,_
.... .... :--,. .....I',
r-,....._
.... -
ID ~
-
,- -
~
~
.... ,....... ,_, .... ....
I
r.71 ~
:-
........ l[j ~·'hI.I.-
....
-
I -I -
r- ~ 2 .90 -
-:--, r"
.... ....
- - ·r I-
'Vll,,... rn r--.
---~
·-
:--, ~·,:: !iii 1
.... _ ....
- -
I-
2 .80 -
- j},
- -- - -- -- --
-..L :- "(" ),.
.... """ • k~ ,..... I I- 1--
,.
C -!'o,,
--- ..... ~
~ ...._
I I
...._ 1 I -~
--· -- _ - --- --- -
0 2 .70 - I-
ID
.,
i-,
2300
:-"""L
.... _ ....
r- 2 .60
I I
- -
... ,_ .... - --- -
I
2..50 -
I
-
-
; 2200 I
ID
-- 2 .40 _
I I -
2100
100 120 140 160 180 200 220 240 260 280
3
Kadar Air Bebas (Kg/cm )
Gambar 8.6 Perkiraa11 Berat Jenis Belon Basah yang Dimampatkan Secara
Penuh
Penyelesaian:
Dari Tabel 8.22.1 dapat dihitung proporsi gabungan agregat halus
agar masuk dalam zona syarat gradasi. Pada Tabel 8.23 .1 direncanakan
proporsi agregat halus I (40%) dan II (60%).
( I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( I0) ( 11) (12)
...
I
-1 7(1 10 143 1 14 1 X ')X X ')8 C)<)() 857 9() 85 7 ') 1
2 -t 20 212 2 21 2 11 'i2 22 5 C)7() (i,15 en (,4 5 78
I I 350 170 35 17 24 2 4<, 7 <,20 475 <,2 47.5 5)
06 280 2 10 28 21 21 8 70 5 340 2(15 34 2<1.5 JO
0.3 180 170 18 17 17.3 87.X I (10 95 I(, 9.5 12
0.15 120 40 12 4 11 .74 <)<) . 5 40 55 4 55 5
Sis:1 .to 55 4 55 0 5 - () 0 0 0 0
Hasil hitungan Tabel 8.23 . 1 kolom ( 12) diplotkan dalam grafik 4.5.a
sampai 4.5 .d. Pada soal ini , basil plotting masuk dalam syarat zona I.
Didapatkan pas ir gabungan j enis V , pasir kasar.
100
~~
-
T
--
-- ,_,_. .-
.. V
--
~
0
U)
90
80
~V
~
I,"
~~ ~
V
J.--7
j .'Wff'!
JU
£? 70
0
-I 60 ' - DAERAH I
/ ~
-•Lr.
--
Ve ·~ /
-
·= :,
en
50
40
/ V
z
~
V
C .,J (A
Cl>
fCl>
30
-~
~ ;., J,,... -vv
20
n.
10 ~ ~7 __..I r--rs
{.,... ~
~
0 .: -v
Ukurnn
Snring-nn
Berni Tcr\unnn (gram) Proscn Tc11nhnn (%) Bernt I olos
(gram)
Pro!>cn I olos J\grcga1 -
(%) Uabungan
tmm) (VI )
111 IV Gahung Gnhungnn Kum.% Ill IV Ill IV
nn (VI) (VI) Gnbunng- (30%111 170
nn (VI) ¾ IV)
Dari Tabel 8.23. l kolom (7) diperoleh MHB agregat halus gabungan
sebesar 335,94/100 atau dibulatkan menjadi 3.36 dan dari Tabel 8.23.2
kolom (6) nilai MHB agregat kasar gabungan 744.52/100 sebesar 7.46.
Menurut soal, MHB campuran direncanakan 6.0 - 7 .0. Diambil nilai
6.25, didapat presentase agregat halus terhadap campuran dicari dengan
menggunakan persamaan; W=(K-C)/(C-P) x 100%. Dengan, W =
persentase berat agregat halus (pasir) terhadap berat agregat kasar
(kerikil/batupecah), K adalah modulus halus butir agregat kasar didapat
7.46 clan P adalah MHB agregat halus (3.36) serta C = Modulus halus
butir agregat gabungan.
W=(7.46-6.25)/(6.25-3.36)xl00% = 41.87% dibulatkan menjadi
42%. sehingga perbandingan agregat halus dengan agregat kasar yang
direncanakan 1:2,38 atau 1:2,4. Penghitungan proporsi agregat gabungan
antara pasir dengan agregat kasar dapat dibuat dengan cara tabulasi,
seperti dalam tabel 8.23.3, untuk mencari agregat gabungan (VII).
0.15 1 0 1 0 1 0
s1sa , 0 0 0 0 0 0
Jumlah
I I I I I I I I I-
90 - L
- -
GRADASI CAMPURAN
1-~
80
•
•
Kurva 1
Kurva 2
-- - --·,_ - - -
./2
~ .
:... 70 )( Kurva 3 1-
,_ -
~ .
- --
lL ru
V1
C
l'O :llE Kurva 4 ,
.::,,.: 60
l'O •• ~ • · Hasil Hitungan
>,
<. 0 l-50
/
7/
~
50
I~ l7 -
/47
I:§ 40
.,,. / ~ / .,4J/
C:
I~
Q. 30
./
V . ./
~ 38
,,(, .., . ~ ~
[) ~ 6
V . V
~
I 20
4 ~ f18
-1;' ~ (\7 ..~ ~
10
V ,Kil _.. . ~ ·_..1 ~
0
.~ ~ r-r:-
~
~ i-1""
I
Gambar 8.8 Hasil Plotting untuk Agregat Gab1111ga11 de11ga11 Butir Maks imum 40 mm
(7) Tentukan FAS, jika m enggunakan Gambar 8.4. l dan 8.4.2. Ikuti
langkah-langkah berikut:
(a) Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari berdasarkan Tabel
8. 18. Jenis semen Tipe I, agregat kasar pecahan, bentuk benda uji
silinder, akan menghasilkan kuat tekan sebesar 37 MPa.
(b) Lihat Gambar 8.4.1 untuk benda uji silinder dan Gambar 8.4.2
untuk kubus. Di dapat nilai FAS=0.58.
(8) Tetapkan faktor air semen (FAS) maksimum menurut Tabel 8.19, di
dapat FAS maksimum= 0.6.
(9) Tetapkan nilai slump, sebesar 12+ 2 cm
(lO)Tetapkan ukuran butir nominal agregat maksimum, 40 mm
(1 l)Tentukan nilai kadar air bebas dari Tabel 8.21 (karena butir
maksimum hanya 30 mm dan slump maksimum 100 mm, maka butir
ini sebagai pendekatan) dengan slump = 120 mm, dan butir agregat
maksimum sebesar 40 mm.
Jenis agregat kasar = pecahan = 205 liter
Jenis agregat halus = alami = 175 liter
Agregat gabungan = 2/3* 175+ l/3*205=185 liter.
( 1:2) Hitungjumlah semen, yaitu langkah ( 11) : (8)= 195/0.58= ]36 Kg.
(13)Jumlah semen maksimumjika 1idak ditetapkan diabaikan.
(14) Tentukan jumlah semen minimum dari Tabcl 8. 19, jumlah semen
minimum 275 kg.
(15)Tentukan FAS yang disesuaikan. Nilai FAS adalah 0 .60 sehingga
jumlah semen pakai = 195/0.60 = 325Kg.
( 16) Tentukan jumlah susunan butir agregat halus, sesuai dengan syarat
yang dikenal (lihat penyusun bahan beton 3-23 sampai 3-25). Masuk
dalam Zona I.
( 17) Tentukan persentase agregat halus terhadap campuran berdasarkan
nilai slump 120 mm, FAS 0.6, dan besar nominal agregat maksimum
40 mm (Gambar 8.5.3). Didapatkan proporsi agregat campuran 41 %-
51 %. Dari hitungan agregat campuran di dapat proporsi yang
memenuhi syarat untuk agregat campuran sebesar 42%.
( 18) Hitung berat jenis relatif agregat, dari tabel 8.22.2 dicari _berat jenis
relatif agregat sebagai berikut:
(20) Kadar agrcgat gahunµ:111. Langkah (I<)) !( 15) 1-( 11) I - 2412 -
( I 9 .5 1 .12 5 ) - I 8<) 2 kg .
(2 1) I l1tung kadar agrcgat lialu~. I ,angkah (20) x ( I (>) - 1892*42<½>-=795 kg.
(22) Iii tung kadar agrcga t kasar, Langkah (20) (21 )-- I 892-795 = I 097 kg.
Langkah hitungan:
I. Hitung persen tertahan dari masing-masmg ayakan, yakni berat
tertahan dibagi total berat dikalikan l 00% (Kolom (2) dan (3)).
2. Hi tung persen lolos dari masing-masing ayakan ( 100% dikurangi
berat tertahan pada ayakan terbesar) dan terus sampai ayakan
berikutnya secara kumulatif (Kol om (4) dan (5)).
3. Perkirakan komposisi campuran, misalnya 1: 1,5, antara pasir jenis A
(40%) dengan pasir jenis B (60°/o). Kalikan dengan berat lolos dalam
persen untuk setiap jenis ayakan (Kolom (6) dan (7).
4. Jumlahkan perkalian tersebut untuk masing-masing ayakan,
kemudian bagi dengan jumlah nilai perkaliannya (Kolom (8)).
5. Plotkan hasil hitungan ke dalam salah satu grafik dalam British
Standard (BS) SK.SNI.T-15-1990-03. Apakah masuk dalam salah
satu zona-nya?
i
._,
~o
, I,'
,J r-
-
-~, -
,, 80
l/ n ..i~
,
70
~
0
60
) V ./
·-....
..i
50 / /
~•
•"
4
30
0
-""
, /
_/.,,
/
... • ~ i,'
l/
".. l / 'J .,-
.,,.
25
20 .... V
a." ~~ ~
l0
,.,,,,,.
-----.......... ~
0
0 15 0.3 0 .6 l.2 2 .4 4 .8 l 0
U lun1·n A 9a l an ( mm)
6. Ulangi lagi langkah (3) dan (4) jika basil hitungan tidak mas uk dalam
salah satu zona.
7. Hitung hasilnya. Persen A terhadap B adalah A = 1/2 .5 * 100°/o =
40%. dan pasir jenis B = 100 - 40 = 60%.
8. Untuk beberapa jenis agregat yang j umlah langkahn ya sama,
misalnya untuk tiga Tipe A, B> dan C, coba perbandingan 1: 1,5:2
dan lain-lain.
9. Pekerjaan ini akan lebih mudah dilakukan dengan bantuan komputer,
misalnya dengan bahasa pemerogaman Basic atau dengan bantuan
aplikasi Lotus dan Excel.
7. Plotkan hasil hitungan kedalam salah satu grafik. Jika tidak meme-
nuhi dalam salah satu zona dalam British Standar atau SK.SNI.T-15-
199O-O3, ulangi lagi langkah (4) sampai (6) dengan MHB campuran
yang berbeda. Gunakan bantuan komputer untuk mendapatkan hasil
yang ekonomis.
,!" l/ / 7.l i ,
,
10
! ~o ~ / - - --
; ~o
H,7
,/
)
~ 40
.·
~
e
"t
JO
~o
.. .,,, V
~
. / ..··
.,,.
,·
I. (
/
t. 10 ~ ~
..... ,·12 .~
Penyelesaian:
1. Urutkan dalam satu set ayakan dari yang terbesar sampai yang
terkecil, kemudian letakan sisa dalam batas ayakan yang paling atas
untuk data yang kosong.
2. Hi tung berat tertahan dalam persen (Kol om (3))
20 270 27 27
12.5 380 38 65
10 190 19 84
4.8 120 12 96
2.4 40 4 100
1.2 0 0 100
0.6 0 0 100
0.3 0 0 100
0.15 0 0 100
Sisa 0 0 -
Jumlah 1000 100 772
Modulus halus butir =775/100=7.75
PERTANYAAN
8. l Apa kriteria perencanaan suatu campuran beton? Jelaskan!
8.2 Sebuah proyek membutuhkan beton dengan volume sekitar 200 m3
untuk pekerjaan struktur balok/kolom dengan dimensi minimum 300
mm. Kekuatan tekan rencana pada umur 28 hari sebesar 25 MPa yang
dikerjakan dengan mutu yang baik dengan kandungan udara dalam
beton sekitar 2%. Agregat yang digunakan dalam campuran beton
adalah agregat kasar dan agregat halus dengan modulus halus butir
mas ing-masing 2.75 dan 2.65. Hitunglah proporsi campuran bahan
untuk membuat beton tersebut dengan menggunakan metode
American Concrete Institute!
,
I
'
I
Perancangan Campura11 - 21 I
8.> Hitunglnh proporsi campuran hahan untuk mcmbua t b c ton dcngan
menggumiknn mctodc Am<.'rican Conrrcte !11stit11te dcn gnn data-data
sebagai bcrikut:
a. Seton akan digunakan untuk pckcrjaan dcngan volume yang
besar.
b. Ke1'."1.rntan tekan beton pada umur 28 hari adalah 20 MPa dcngan
standar deviasi sebesar 3 MPa.
c. Seton akan dipakai untuk pcrkcrasan jalan.
d. Agregat halus mempunyai modulus halus but ir sebesar 2.6
dengan butir agregat maksirnum 40 mm.
8.4 Pengujian agregat berdasarkan basil analisis ayakan memberikan data
seperti Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengujian Analisa Ayak (saringan) agregat
Berat Tertahan (gr)
Saringan
Agregat Halus Ag. Kasar
(mm)
Pasir I Pasir II Bt. Pecah
38 0 0 0
19 0 0 2400
9.6 0 0 1200
4.8 0 0 800
2.4 110 180 400
1.2 286 204 200
0.6 254 186 0
0.3 230 260 0
0.15 265 286 0
Sisa 55 84 0
Jwnlah 1200 1200 5000
1
evil le. A . M . Properties of Concrete, Th ird Ec.l1t1on, USA : Pitman.
I 989 .
Sagel. ,R and 1-1. Kesuma ., Ci1dcon. Pcdoman Pckerjaan Bcton. retakan
Kctiga , .J akarta : PT. Erlangga, 1994.
9.1 Persiapan
Sebelum penuangan beton dilaksanakan, hal-hal berikut ini harus
terlebih dahulu harus diperhatikan (PB, 1989:27).
( 1) Semua peralatan untuk pengadukan dan pengangkutan beton harus
bersih.
(2) Ruang yang akan diisi dengan beton harus bebas dari kotoran-kotoran
yang mengganggu.
(3) Untuk memudahkan pembukaan acuan, perrnukaan dalam acuan
boleh dilapisi dengan bahan khusus, antara lain lapisan minyak
mineral, lapisan bahan kimia (form release agent) atau lembaran
po/yurethene.
9.2 Penakaran
Penakaran bahan-bahan penyusun beton yang dihasilkan dari hasil
rancangan harus mengikuti ketentuan yang tertuang dalam Pas al (3 .3 .2)
SK.SNI.T-28-1991-03 tentang Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran
Beton dan ASTM C.685 Standard Made By Vo/umelric Balching and
Cominuous Mixing serta ASTM.94 sebagai berikut:
( 1) Beton yang mempunyai kekuatan tekan (fc) lebih besar atau sama
dengan 20 MPa proporsi penakarannya harus didasarkan atas
penakaran berat.
(2) Beton yang mempunyai kekuatan tekan (fc) Iebih kecil dari 20 MPa
proporsi penakarannya boleh menggunakan teknik penakaran
volume. Teknik:nya harus didasarkan atas penakaran berat yang
dikonversikan kedalam penakaran volume untuk setiap campuran
bahan penyusunnya.
-.........
' ..I
~
•
\
I
I
I
I
-'l:l E 1;'()
--
:,
[i
°"'Cl /
v--- .........._,__
110
I/ ""' ~
C: C:
E§
-... 0,
a., 100
l'0 C:
"O ~
C: 90
l'0 C:
..IC
a,
- "O
II)
II)
80
'\
\.
C C:
!B ~
~ 8- ·c: 70
..k: ·-
-" l'0
~i~
ro
a.• E .c
a:,
60
\
~~~
a. E "- 50
\
0 2 3 4 5 6
......
Gambar 9.6.1 Slum geser pada berbagai ni/ai Faktor Air Semen .
Gambar 9.6.2 Slum sejati pada berbagai nilai Faktor Air Semen.
9.10.3 Bleeding
Kecenderungan air untuk naik kepermukaan pada beton yang baru
dipadatkan dinamakan bleeding. Air yang naik ini membawa semen dan
butir-butir halus pasir, yang pada saat beton mengeras nantinya akan
membentuk selaput (laitance). Bleeding ini dipengaruhi oleh:
( 1) Susunan butir agregat
Jika komposisinya sesuai, kemungkinan untuk terjadinya bleeding
kecil.
(2) Banyaknya air
9.12.1.2 Agregat
Temperatur dari agregat h arus diperhatikan karena suhu agregat akan
menyebabkan naiknya temperatur dalam campuran yang pada akhirnya
akan menyebabkan kehilangan panas yang lebih cepat dalam beton segar.
Untuk itu agregat harus diletakan dalam kondisi yang terlindung. Jika
agregat diletakkan dalam lapangan terbuka (stock-field') dengan suhu
udara lebih besar dari 30°C, maka pada waktu akan digunakan, agregat
sebaiknya disiram terlebih dahulu (sprinkling) untuk mendinginkan suhu
permukaannya.
9.12.1.3 Air
Suhu air. terutama yang berada dalam reservoir, harus dipcrhatikan .
Sebagai tindakan pencegahan. wama terang (misalnya putih) dapat
diberikan pada dinding reservoir. Basil penyelidikan sccara empiris
menunjukkan bahwa penunman temperatur agregat sebcsar 10°C akan
menurunkan temperatur beton sebesar 2-3°C.
9.13.3 Pelaksanaan
( 1) Kontrol kondisi material di stock {reld, meliputi kecukupan dari
material yang ada disesuaikan dengan kebutuhan beton jadi, kontrol
eek dengan hasil uji laboratorium tentang meterial p enyusun beton.
(2) Pengambilan contoh beton segar untuk menguji konsistensi dan
kelecakan (slump test), bleedillg, segregasi, ketepatan campuran, dan
pembuatan benda uj i.
(3) Tindakan perbaikan segera yang meliputi cara perbaikan dan material
yang digunakan.
(4) Lingk:ungan yaitu ·kondisi cuaca, pekerjaan lain disekitar dan lainnya.
PERTANYAAN
9.1 Jelaskan tahapan pengerjaan beton di lapangan, agar didapatkan
beton yang memenuhi standar kualitas!
.......
9 2 Pada pcngcrJaan hcton . pcrsiapan apa saja yang harus dtlakukan
scsuai dcngan SNI'?
DAFTAR PUSTAKA
ASTM, Concrete and Aggregates, Annual Book of ASTM Standard,
Vo.04.02.1995, Philadelphia: ASTM, 1995.
10.1.2 Agregat
Pengambilan contoh uji dalam agregat pun harus dilakukan secara
acak., namun karena variabilitas sumber agregat yang tinggi maka
. .
DAFTAR PUSTAKA
ASTM, Concrete and Aggregates, Annual Book of ASTM Standard,
Vo.04.02.1995, Philadelphia: ASTM, 1995.
ASTM D .3665 Practice for Random Sampling of Construction
Material Annual Book of ASTM Standard, Vo.04.03.1995,
Philadelphia: ASTM, 1995.
American Concrete Institute, ACI 318-89 Building Code Requirements
for Reinforce Concrete, Part I, Fifth Edition, Skokie, Illinois,
USA: PCA, 1990
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,
Pedoman Beton 1989. SKBI.1.4.53.1989. Draft Konsensus.
Jakarta: DPU, 1989
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Pembuatan Benda
Uji untuk Pengujian Laboratorium Mekanika Batuan. SK SNI
T-28-1991-03. Cetakan Pertama, Bandung: DPU -Yayasan LPMB,
1992.
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Spesifikasi Bahan Bangunan
Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam) SK SN! S-04-1989-
F. Cetakan Pertama, Bandung: DPU -Yayasan LPMB, 1989.
11.1 Statistik
Evaluasi statistik dimaksudkan untuk melihat hasil pengujian data
melalui survei sampel ataupun pengujian langsung di laboratorium
dengan pendekatan atau kaidah-kaidah statistik. Pengujian statistik
umumnya memerlukan deskripsi numerik yang tepat. Landasan dasar
statistik deskriptif adalah kecenderungan atau lokasi pusat dan ukuran-
ukuran simpangan data. Beberapa ukuran numerik tersebut antara lain:
dimana x, adalah data benda uji dan 11 adalah jumlah bcnda uji .
Susunan
Kekuatan Tekan
No.Urut Kekuatan T ekan
(Mpa)
(Mpa)
(1) (2} (3)
1 23.6 21 .0
2 37.4 21 .5
3 38.6 23.0
4 39.2 23.0
5 34.2 23.6
6 36.0 26.5
7 23.0 27.0
8 21 .0 28.0
9 28.0 28.0
10 23.0 33.5
11 21 .5 34.2
12 26.5 36.0
13 43.0 37.4
14 37.5 37.5
15 33.5 38.6
16 28.0 39.2
17 27.0 43.0
Jumlah 521.0
Kderangan:
Kolom ( l) Nomor urut benda uji yang berpasangan, (data)
Kolom (2) rata-rata benda uji yang berpasangan, (data)
!Colom (3) rata-rata benda uji yang berpasangan- rerata kelompok,
Kolom (4) rata-rata benda uji yang berpasangan dikurangi rerata kelompok di kuadratkan
Penyelesaian:
Jumlah data (n) = 46, Rata-rata = banyaknya data/jumlah data =
1096.96/46= 23.847 MPa dan Standar Deviasi (s) = 304.75/(46-
1)=2.602335 MPa.
.,___•
::s
~
~ 4 -
""
t.. 2 -
0
20.0-24.9 25.0 - 29.9 30.0 - 34.9 35.0-39.9 40.0-43.0
Kekuatan Tekan (Mpa)
Agar analisis ini dapat dilakukan dengan mudah dapat digunakan alat
bantu komputer seperti pengolah data MS.Excel atau program aplikasi
untuk statistik seperti SPSS.
Oscilloscope
0
lndicalor
CS) Amplifier
Waveform Analyzer
or
Frc uenc ounl r
Salah satu cara yang dikenal dalam pengujian tidak merusak adalah
pengambilan contoh uji melalui pengeboran atau core drill, yang
dilakukan pada daerah yang diperkirakan tidak memenuhi syarat.
Minimal diambil 3 contoh uji. Pengambilan contoh uji tidak boleh
19
17
15 ..__---....----...----....-----.-------1
0 10 20 30 40 50
Data UJI Kuat Tekan
Contoh 2.
Hasil pengujian kuat tek.an dengan menggunakan kubus (150 x I 50 x
150) dengan kek:uatan tek.an rencana 30 MPa (K-350 kg/cm2) pada
pekerjaan beton untuk struktur pondasi bangunan CF-SILO Optimization
Project II PT.Semen Baturaja (Persero). Adapun data pengujian seperti
yang tercantum dalam tabel 11 .6. Evaluasilah kekuatan tekan tersebut
menurut SNI!
Penyelesaian:
Sebelum evaluasi dilakukan, nilai kekuatan tekan kubus harus dikonversi
menjadi nilai kekuatan tekan silinder. Menurut SK.SN! konversinya
mengikuti rumusan sebagai berikut:
dengan f'c adalah kekuatan tekan silinder dalam MPa dan fck kekuatan
kubus dalam MPa.
2
Dari tabel 11.3 data pertama (433.3 kg/cm ) konversinya sebagai berikut:
Konversi kubus 433.3 kg/cm2 = 43.33 MPa
fc = [0.76 + 0.2 log (43 .33/15)]*43.33 = [0.76+0.2(0.461)]*43.33 =
(0.852)*43 .33=36.92
Selanjutnya dibuat tabel seperti Tabel 11 .7.
Data Statistik:
Kuat Tekan Rencana (fc) = 30_000 MPa
Rata-rata = 37_046 MPa
Standar Deviasi = 3.67000654 MPa
Syarat I = (t'c+0.82sd) = 33.0094054 MPa
Syarat II = 0.85 fc = 25.5 MPa
Berdasarkan Tabel 11.7 dibuat grafik seperti Gambar 11.4.
Dari data hasil evaluasi terlihat bahwa benda uji dengan No. urut 20,
21, 22, dan 23 tidak memenuhi syarat. Hal ini dapat diperbaiki dengan
cara melihat saat kapan dan struktur bagian mana yang menggunakan
bahan yang tak memenuhi syarat tersebut. Secara proporsional banyaknya
benda uji yang tak memenuhi syarat 4/68 sekitar 5.9%, ha! ini masih
dapat diterima. Akan tetapi jika melihat bahwa beton yang diuji
merupakan struktur yang sangat membahayakan maka harus diambil
tindakan perbaikan terhadap struktur tersebut, misalnya dengan
menambah perkuatan-perkuatan yang diperlukan dengan sebelumnya
melakukan penguj ian langsung.
...
12.1 .3 Kerusakan Akibat Pcngaruh Kimia
Kerusakan ini umumnya paling banyak muncul pada struktur beton.
Kerusakan ini berkaitan langsung dengan struktur dan lingkungan
setempat, misalnya, akibat korosi, tingkat keasaman yang tinggi dan
lainnya .
12.2.2.1 Perawatan
Perawatan dapat diartikan sebagai langkah-langkah perlindungan
yang diberikan pada beton. Langkah perlindungan ini dapat berupa
pemberian lapisan pelindung agar gangguan luar dapat diperkecil. Perlin-
dungan ini dapat berupa pengecatan (coating) , pemlesteran, pemberian
lapisan penutup karet dan baja.
12.2.2.2 Perbaikan
Tindakan perbaikan meliputi perbaikan pada fase pelaksanaan dan
setelah beton mengeras. Tindakan ini dapat berupa pengasaran lapis
permukaan, penghancuran bagian yang rusak dan menggantinya dengan
beton baru (demolition) dan pengasaran sedikit bagian pennukaan atau
membuang sed ikit bagian yang rusak (chipping), sandblasting atau
pengamplasan, ataupun pemberian lapisan pada permukaan yang
diperbaiki (coating). Tindakan ini menggunakan mutu bahan yang lebih
tinggi dari mutu beton yang diperbaiki, misalnya menggunakan cement
grout.
PERTANYAAN
12. 1 Permasalahan apa yang harus diperhatikan dalam masa perencanaan
dan pelaksanaan pengerjaan beton?
12.2 Apa yang menyebabkan kerusakan pada beton? Bagairnana peng-
aruhnya?
12.3 Jelaskan metode pemeriksaan pekerjaan beton!
12.4 Jelaskan tindakan perawatan dan perbaikan struktur beton!
·-
AGREGAT RINGAN 1
gregat ringan adalah agregat yang mempunyai kepadatan sekitar
300 - 1850 kg/m3 . Agregat ringan biasanya digunakan atas
pertimbangan ekonomis dan struktural. Pertimbangan ekonomis
didasarkan atas biaya produksi untuk menghasilkan agregat ringan dan
pengerjaan struktur betonnya sendiri. Secara struktural pertimbangan
didasarkan atas berat-volume atau kepadatan dari beton yang terbentuk
dimana akan lebih ringan dibandingkan menggunakan agregat normal,
sehingga jika digunakan untuk struktur atas akan lebih ringan yang pada
akhimya beban konstruksi menjadi lebih kecil.
Esensi agregat ringan adalah agregat yang mempunyai berat jenis
yang ringan dan porositas yang tinggi, yang dapat dihasilkan dari agregat
alam maupun hasil fabrikasi. Berdasarkan pengertian tersebut ada dua
metode untuk membuat beton ringan menggunakan agregat ringan.
Pertama adalah membentuk dengan menggunakan agregat ringan yang
porous dan berat jenis yang kecil beton yang terbentuk dinamakan beton
agregat ringan. Kedua adalah membuat pori yang tinggi pada beton
dengan membentuk massa mortar salah satunya dengaan menambah
kandungan udara pada beton. Beton yang terbentuk dinamakan beton
hampa udara, beton sellular,foamed or gas concrete.
'
Tahcl 13.4 Batas Kek11ata11 Konstruksi Beto11 Ri11ga11
Pertanyaan:
13.1 Jelaskan definisi dari agregat ringan!
13.2 Bagaimana klasifikasi agregat ringan menurut standar (a). AS1M
dan (b). SNI?
13.3 Sebutkan dan jelaskan macam agregat ringan alami dan agregat
ringan buatan!
13 .4 Bagaimana korr.posisi kimia dan fisik agregat ringan yang
disyaratkan untuk pekerjaan struktural?
13 .5 Mengapa kuat tekan rencana beton yang menggunakan agregat
ringan didasarkan pada berat isi kering maksimum?
Kcbcrsihan agrcgat j uga aktin sangat mcmpcn garuh t c.lari mutu bcton
yang ak:m dibuat tcrutama dnri zat-zat yang dnpat mcrusak baik pada saat
beton muda maupu bcton sudah mcngcras.
f 'c = Kg. Re )
I 3. lw/c ]-
[ + l .4 - 0 .4 exp(- l ls/c)
dan f c = K g x Be dengan
Be= [ Re ]2
3.lw/ c
1
+ l.4 - 0.4exp(- lls / c)
dimana
fc kuat tekan silinder beton pada umur 28 hari (dalam MPa).
Re = kuat tekan mortar semen umur 28 hari (dalam MPa) berdasarkan
material lokal yang dibuat dengan campuran 1 Portland Cement :
3 pasir : 0.5 bagian air dalam berat.
w/c = rasio air semen dalam berat.
sic - rasio kadar rnicrosilika (silica fume) terhadap berat semen.
Be - Besar dasar kuat tekan beton
Kg - Konstanta dasar campuran beton yang besamya tergantung dari
tipe agregat yang digunakan dan kondisi lokal lainnya. Untuk
Jakarta nilai Kg ditetapkan sebesar 4.64 (Supartono, 1998).
Secara empiris rumusan Feret digunakan untuk membuat campuran
beton dengan kekuatan antara 90 - l 00 MPa. Secara teori, komposisi
campuran untuk menghasilkan beton mutu tinggi menurut rumusan Feret
tercantum dalam Tabel 14.1, untuk setiap bahan dalam kg/m3 . Akan
tetapi, pada saat dilakukan pencampuran akan terjadi penambahan kadar
air akibat • sumbangan dari material lainnya, sehingga perlu dilakukan
koreksi komposisi teoritis ini. Hasil empiris pelaksanaan di lapangan
Tabel 14.1 Komposisi Teoritis un tuk Meng hasilkan B eton Mutu Tinggi
Batu pecah (nrn1) Pasir Sem en S ilica Supe,pla s ti Air
Sungai Po rtla nd Fum e cizer
( nrn1)
20 12.5 5 5
855 41 2 326 326 428 4 2 .3 8.5 108
S umbe r : D e Larrard, 1990, p.5 1.
Tabel 14.l Komposisi Aktual untuk Meng hasilka n B e ton Mutu Tinggi
Batu pecah (mm) Pasir Sungai Semen Silica Superplasti Air
(mm) Portland Fume c izer
20 12.5 5 5
854 411 326 326 421 42. 1 7 .59 112
Sumbe r: D e Larrard, 1990, p .51.
DAFTAR PUSTAKA
De Larrard., Francois, A Method for Proportioning High-Strength
Concrete Mixtures, Cement, Concrete and Aggregates, CCAGDP,
Vol. 12 No. 2 , Summer 1990, pp. 47 - 52.
F.X Supartono, Beton Berkinerja Tinggi, Keunggulan dan
Permasalahannya, Jakarta: Seminar HAKI Tanggal 25 Agustus
1998.
M.S Besari, Refleksi Masa Lalu, Prosiding Seminar Sehari: 70 Tahun
M. Sahari Besari, Bandung: Departemen Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Sipil clan Perencanaan, lnstitut Teknologi Bandung. 2003,
h. 1-21.
Mather, Bryant., Chemical Admixture, Significance of Test And
Properties of Concrete and Concrete-Making Material-STP 169 C,
Philadelphia, ASTM, 1994., pp.491-500.
II
d,
JENIS BETON LAINNYA
eton dapat dibedakan menjadi tiga berdasarkan beratnya yaitu
8 beton berat, beton sedang dan beton ringan. Beton dapat pula
dibedakan berdasarkan material pernbentuknya dan kegunaan
strukturnya. Beton jenis lain pada prinsipnya sama dengan beton normal
yang telah dibicarakan diawal, yang membedakan adalah material
tambahan yang digunakan.
Berdasarkan berat volumenya beton dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu ringan, berat dan normal. Umumnya beton dibuat dengan meng-
gunakan bahan agregat yang mempunyai kepadatan seperti yang diingin-
kan. Agregat ringan akan membentuk beton dengan berat-volume ringan.
Terminologi ASTM C.125 mendefinisikan bahwa agregat ringan
adalah agregat yang digunakan untuk menghasilkan beton ringan,
meliputi batu apung (pumice), scoria, vulkanik cinder, tuff, diatomite,
expanded atau basil pembakaran lernpung, shale, slte, diatomaceous
shele, perlite, vermiculite, atau slag atau batubara dan hasil residu
pembakarannya. Agregat berat didefinisikan sebagai agregat yang
mampu menghasilkan beton dengan kepadatan tinggi seperti barite,
magnetite, limonite, besi atau biji besi. Agregat normal adalah agregat
yang mampu menghasilkan beton normal.
15.4 Ferro-cement
Adalah bahan gabungan yang diperoleh dari campuran beton dengan
tulangan kawat ayam/kawat yang dianyam. Beton jenis ini akan mem-
punyai kekuatan tarik yang tinggi dan daktail, serta lebih waterproofing.
15.00
14.00 -
_ 13.00
y = 0.2216x + 8.6027
~
... 12 .00
·co 1 1.00
a. t
~ 10.00 t
Cl)
u, 9.00
ca
i;' 8 .00
C
7 .00
6 .00
5.00 ;-----,-- , - - - , - - . ---,-- . --.---r--,-~---,,-.-.---.--.--
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Prosentase Serat ljuk + Sabut terhadap berat Semen (o/o)
Gambar 15.1 Penyerapan Air Serat Semen menggunakan ljuk dan Sabut Kelapa
-E
M
u
.:::
CJ)
2.30
2.20
2.10
::: 2.00
. .. y = -0.0133x + 2 .156
• • •
-
~
~
1.90 •
cc 1.80
Cl)
1.70
1.60
1.50
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Prosentase Serat ljuk + Sabut terhadap berat Semen(%)
Gambar 15.2 Berat Jsi Serat Semen menggunakan Ijuk dan Sabut Kelapa
1
120
115
N' 110
E
0
-
i::
O>
105 -
-
'-
::,
C:
100
~
~
-
n,
::,
95
90
85
80
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Prosentase Serat ljuk + Sabut terhadap berat Semen (%)
Gambar 15.3 Kuat l entur Serat Semen menggunakan Jjuk dan Sabut Kelapa
a ...
panas hidras i maupun akibat pcmbcbanan. Dcngan tcrcegahnya retakan-
rctakan yang tcrlalu dini , kcmampuan bahan untuk mcndukung tegangan-
tcgangan dalam scpcrti aksial, lentur, dan gcser yang terjadi akan
mcningkat. Hasil-hasil pcnclitian yang dilakukan oleh Batson et.al
( 1972), Paul dan Sinnamon ( 1975), Criswel l ( 1976), Williamson ( 1978),
Balomo ( 198( ), Craig ( 1983), Sharma ( 1984) mengidentifikasi bahwa
fi ber mampu meningkatkan kapasi tas geser (tarik diagonal) pada
suatu balok beton/ mortar. Beberapa jenis bahan fiber yang dapat
dipakai untuk memperbaiki sifat-sifat beton telah dilaporkan oleh ACI
Committee 544 -1 984). Bahan fiber tersebut adalah baja, plastik, kaca,
karbon, asbes, nylon, rayon, dan yang lainnya. Serat tersebut dicampur di
dalam adukan beton dengan persentase pe:rnmbahan serat bervariasi,
sesuai dengan jenis serat yang digunakan. Penelitian yang menggunakan
fiber atau serat nylon sebagai bahan tambahan diharapkan dapat
memberikan perbaikan terhadap kinerja kekuatan geser serta sifat-sifat lain
yang menguntungkan.
15.5.2.3 Pengadukan
Pengadukan beton harus mengikuti SK. SNI.T-28- 1991-03 atau
AST M C.684. Pengadukan dalam pembuatan campuran beton dengan
bahan tambah serat nylon mengikuti tahapan tertentu. Mula-mula air
dimasukan ke dalam semen dan diaduk sampai merata. Kemudian kerikil,
pasir d an yang terakhir serat nylon dimasukkan. Setelah bahan tercampur
semua, aduk ke mb ali selama minimal 1.5 menit.
. •• •• •• •• •• • ___.
55
l
• • • •• • • ••
50 -l
~
N
45
.-- ~
~
E
u 40 • ■
.....,
Q)
35
30
ir----
Q)
(!) 25 "."
16
::, 20
::ii::
15
-+- Dengan Serat 0 .2% Berat-Volume
- Tanpa Serat (Beton normal)
10
5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
No. Urut Benda Uji
Gambar 15.4 Has il pengujian kuat geser beton menggunakan serat nylon
PERTANYAAN
15.1 Jelaskan yang dimaksud dengan beton berat, beton massa,
ferrosemen d an beton serat!
15 .2 U ntuk tujuan seperti apa beton-betonjenis lain dibuat?
15 .3 Sebutkan dan diskusikan beton jenis lain sesuai dengan
perkembangan saat ini?
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, State of the Art Report 011 Fiber Rei11forced Concrete
(Michigan : Report ACI 544.IR-81.1982)
ASTM, Standard Spesificatio11 for Fiber-Reinforced Concrete and
Shotcrete-ASTM.C.1116, Annual Books of ASTM Standard
1995: Concretes and Aggregates, Vol. 04.02 Construction,
Philadelphia-USA: ASTM, 1995,pp.582-589.
ASTM, Sta11dard Test Method for Making, Accelerated Curi11g,
a11d Testing Co11crete Compressio11 Test Specimen -
ASTM.C.684, Annual Books of ASTM Standard 1995:
-------
dan Tckno logi, Rc viu Teknik. Vol. I. No. I. Jakarta April, 2002 .
Pp. 1- 10.
Neville, A .M , Properties of Concrete, 3rJ Edition, Loradon: Pitman
Books Ltd, 198 I
Rus1ie., Gunawan Pumomo, Pcngaruh Pcmakaian Serat Polypropylene pada
Kapas itas Regangan tarik Elastis dan lnelastik, Penyerapan
Energi, Kuat geser serta Sifat Mckanik lainnya pada Beton .
Jakarta : FT UI, 1995.
Re m bey, J outje. P emanfaatan Serat Kelapa sebagai Bahan Bangunan.
Mana do: Balitbang Sulawesi Utara: 1993.
Soroush ian P . & Bayasi Z. Concept of Fiber Reinforced Co11crete.
Michigan : M SU, 1987.
-
LAMPIRAN
ST AN DAR NASIONAL INDONESIA
BIDANG KONSTRUKSI DAN BANGUNAN
• Bahan Bangunan
• Perlengkapan Bangunan
• Bangunan Gedung
• Jalan dan Jembatan
• Bangunan Air
• Mesin Kerja dan Peralatan
• Metode Pengujian dan Analisis.
•.
Sampai Agustus 2001, telah dihasilkan Standar, Pedoman dan
Petunjuk T<?knis bidang Konstruksi dan Bangunan sebanyak 815 buah;
569 ditetapkan menjadi SNI, 147 ditetapkan menjadi Pedoman Teknis
J
dan 99 dalam hcntuk Pctunjuk T c k n is. Rinci annya dapa t d ilihat pada
tahcl produk standardisas1 atau pada webs ite Kipras wil
SEMEN
No. Jud u l Sta ndar No. SNI / SK SNI Ruang Lingkup
Metode Pengujian Metode ini d igunakan untuk menen-
1 Kehalusan Semen SNI 15-2530-1991 tukan kehalusan semen portland
Portland dengan cara penya ringan.
Metode Pengujian Berat Metode ini digunakan untuk
2. SNI 15-2531- 1991
Jenis Semen Portland m enentukan bera t isi semen
po rtland.
M elode Pengujian M etode ini digun akan untuk menen-
Kekuatan Tekan Mortar tukan nilai kekuatan tekan mortar
3 SN I 03-682 5-2002
Sem en Portland untuk pada um ur tertentu yang digunakc!n
Pekerjaan Sipil untuk menentukan m utu s emen
po rtla nd .
Metode Pengujian Metode ini d igunakan untuk
Konsiste-nsi Normal menentukan nilai k onsistensi
4 Semen Portland dengan SNI 03-6826-2002 normal semen portland yang
Alat Vicat untuk digunakan untuk mencantumkan
Pekerjaan Sipil mutu semen portland.
M etode Pengujian
Waktu ikat Aw ai Semen Metode ini digunakan untuk menen-
5 Portand dengan tukan nilai waktu ikat awal sem en
Menggunakan Alat SNI 03-6827-2002
Portland yang digunakan untuk
V icat untuk Pekerjaan menen-tukan mutu semen Portland.
Sioil
Air
No. Judul Standar No. SNI Ruang Lingkup
1. Metode Pengambilan Metode ini digunakan sebagai
Conteh Uji Kualitas pegangan dalam pengambilan__
Air. SNI 06 - 2412 - 1991
contoh air di lapangan untuk UJJ
kualitas air.
2. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
SNI 06 - 2413 - 1991
Kualitas Fisika Air. mengetahui sifat fisika air.
3. Metode Pengujian Metode ini digunakan dalam
Kelindian dalam Air menentukan kadar kelindian dalam
SNI 06 - 2420 - 1991 air dengan cara titrasi asam basa
dengan Titrimetrik.
dengan alat buret.
4. Metode Pengujian Metode ini digunakan dalam
Kelindian dalam Air menentukan besamya kadar
dengan SNI 06-2421-1991 kelindian dalam air dengan metode
Potensiometrik. potensiometrik dengan alat pH
meter.
5. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Keasaman dalam Air menentukan besamya kadar
dengan Titrimetrik. SNI 06 - 2422 - 1991 keasaman dalam air dengan cara
titrasi asam basa derigan alat buret
atau alat titrasi lain.
A - 326 Lampiran
6 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Keasaman dalam Air menentukan besamya kadar
SNI 06 - 2423 - 1991
dengan keasaman dalam air dengan
Potensiomelrik Potensiometrik.
7. Me tode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Oksigen Terlarut menentukan besamya kadar
SNI 06 - 2424 - 1991
dalam Air dengan Oksigen dalam air den!':,an
Tilrimetrik . Titrimetrik.
8. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Oksigen Terlarut menentukan besamya kadar
SNI 06 - 2425 - 1991
dalam Air dengan Oksigen dalam air dengan
Elektrokimia. Elektrometrik.
9. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Sulfat dalam Air memperoleh besamya kadar sulfat
SNI 06 - 2426 - 1991
dengan Alat dalam air dengan Spektrofotometer.
Spektrofotometer.
10. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuK
Kalium dalam Air memperoleh besamya kadar
dengan Alat SNI 06 - 2427 - 1991 Kalium dalam air dengan a1at
Spektrofotometer Spektrofotometer.
Serapan Atom .
11 . Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Natrium d alam Air memperoleh besamya kadar
dengan Alat SNI 06 - 2428 -1991 Natrium dalam air dengan alat
Spektrofotometer Spektrofotometer.
Serapan Atom
12. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kalsium dalam Air memperoleh besamya kadar
SNI 06 - 2429 - 1991
dengan Titrimetrik Kalsium dalam air dengan
EDTA. Titrimetrik EDTA.
13. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Magne-sium dalam Air memperoleh besamya kadar
SNI 06 - 2430 - 1991
dengan Titrimetrik Magnesium dalam air dengan
EDTA. Titrimetrik EDTA.
14. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Klorida dalam Air memperoleh besamya kadar
SNI 06 - 2431 - 1991
dengan Argento-metrik Klorida dalam air dengan Alat
Mohr. Argentometrik Mohr.
15. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Merkuri dalam mengetahui besamya kadar kadar
Air Atomisasi Dingin SNI 06 - 2462 -1991 merkuri terlarut dan Merkuri total
Alat Spektrofotometer dalam air.
Serapan Atom
16. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Arsen dalam Air mengetahui besamya kadar Arsen
dengan Alat dalam air dengan metode Perak
SNI 06 - 2463 - 1991
Spektrofotometer .Dietil Ditio Karbamat (PDDK) dalam
Secara PDDK Dalam piridin dengan alat spektrofotometer
Piridin.
17. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Kadmium dalam mengetahui besamya kadar
Air dengan Alat Kadmium dalam air dengan metode
SNI 06 - 2464 -1991
Spektrofotometer atomisasi dengan tungku karbon
Serapan Atom Secara alat spektrofotometer serapan
Tungku Karbon. atom.
A - 328 Lampiran
28. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Selenium dalam mengetahui besamya kadar
Air dengan Alat Selenium dalam air dengan
SNI 06 - 2475 - 1991 menggunakan metode atomisasi
Spektrofotometer
Serapan Atom Secara tungku karbon dengan ala!
Tungku Karbon . spektrofotometer serapan atom.
29. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Detergen dalam mengetahui besarnya kadar
Air dengan Alat SNI 06 - 2476 - 1991 detergen dalam air secara biru
Spektrofotometer metilena dengan alat
Secara Biru Metilena. spektrofotometer
30. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Silika dalam Air mengeta-hui besarnya kadar Silika
dengan Alat SNI 06 - 2477 - 1991 dalam air secara molibdat silikat
Spektrofotometer dengan alat spektrofotometer pada
Secara Molibdatsilikat. panjang gelom-bang 410 nm.
31. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Nitrogen mengetahui besarnya kadar
Organik dalam Air Nitrogen - organik dalam air secara
dengan Alat SNI 06 - 2478 - 1991 makro Kjeldahl dengan alat
Spektrofoto-meter spektrofotometer pada kisaran
Secara Makro panjang gelombang 400-500 nm.
Kjeldahl.
32. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Amonium dalam mengetahui besamya kadar
Air dengan Alat SNI 06 - 2479 - 1991 amonium dalam air secara Nessler
Spektrofotometer dengan alat spektrofotometer.
Secara Nessler.
33. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Nitrat dalam Air mengetahui besamya kadar Nitrat
dengan Alat SNI 06 - 2480 - 1991 dalam air secara Brusin dengan
Spektrofotometer alat spektrofotometer pada panjang
Secara Brusin Sulfat. gelombang 410 nm.
34 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Boron dalam Air mengetahui besamya kadar Boron
dengan Alat SNI 06 • 2481 - 1991 dalam air secara Kurkumin dengan
Spektrofotometer alat spektrofotometer pada panjang
Secara Kurkumin. gelombang 540 nm.
35 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Fluorida dalam mengetahui besamya kadar
Air dengan Alat SNI 06 • 2482 • 1991 Fluorida dalam air secara Alizarin
Spektrofotometer merah dengan alat
Secara Alizarin Merah. spektrofotometer
36 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Ortofosfat dan mengetahui besamya kadar
Fosfat Total dalam Air Ortofosfat terlarut dan Fosfat total
dengan Alat SNI 06 • 2483 • 1991 dalam air secara asam Askorbat
Spektrofotometer dengan alat spektrofotometer pada
Secara Asam panjang gelombang 880 nm.
Askorbat.
37 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Nitrit dalam Air mengetahul besamya kadar Nitrit
dengan Alat dalam air secara asam Sulfanllat
Spektrofotometer
SNI 06 • 2484 • 1991
dengan alat spektrofotometer pada
Secara Asam panjang gelombang 543 nm.
Sulfanilat.
A - 330 Lampiran
48 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Seng dalam Air mengetahui besarnya kadar Seng
dengan Alat dalam air secara langsung dengan
SNI 06 - 2507 - 1991
Spektrofotometer alat spektrofotometer serapan
Serapan Atom Secara atom.
Langsung.
49 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Pestisida Klar menentukan besamya kadar
Organik dalam Air pestisida Klororganik (BHC. PCB's,
dengan Alat SNI 06 - 2508 - 1991 Oikloran, aldrin, Heptaklor, Epoksid
Kromatograf Gas. Oieldrin. DDT. Endrin, Endosulfan.
Methoksklor) dalam air secara
kromatografi gas.
50 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Pestisida menentukan besamya kadar
Karbamat dalam Air pestisida Karbamat (Sevin) dalam
dengan Alat SNI 06 - 2509 - 1991 air secara kromatografi gas dengan
Kromatograf Gas. alat kromatograf gas yang
dilengkapi dengan Detektor Alkali
lonisasi Nyala (DAIN)
51 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Pestisida Fosfat menentukan besamya kadar
Organik dalam Air pestisida fosfat-organik (Oiazinon,
dengan Alat Dimethoate. Fosfamidon dan
Kromatograf Gas. SNI 06 - 2510 - 1991 Fenintrotion) dalam air secara
kromatografi gas dengan alat
kromatograf gas yang dileng- kapi
dengan detektor fotometrik nyala
(DFN) pada filter optik 526 nm
52 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Krom dalam Air menentukan besamya kadar Krom
dengan Alat dalam air secara langsung dengan
SNI 06 - 2511 - 1991
Spektrofotometer alat spektrofoto-meter serapan
Serapan Atom Secara atom (SSA) pada panjang
Langsung. gelombang 357,9 nm
53 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Krom dalam Air mengetahui besamya kadar Krom
dengan Alat dalam air secara ekstraksi dengan
SNI 06 - 2512-1991
Spektrofotometer alat Spektrofotometer Serapan
Serapan Atom Secara Atom (SSA) pada panjang
Ekstraksi gelombang 357 ,9 nm.
54 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Krom dalam Air mengetahui besamya kadar Krom
dengan Alat dalam air secara atomisasi tungku
SNI 06 - 2513 -1991
Spektrofotometer karbon dengan alat
Serapan Atom Secara Spektrofotometer Serapan Atom
Tungku Karban. pada panjang gelombang 357,9 nm
55 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Tembaga dalam mengetahui besamya kadar
Air dengan Alat Tembaga dalam air secara
Spektrofotometer SNI 06 - 2514 - 1991 langsung dengan alat
Serapan Atom Secara Spektrofotometer Serapan Atom
Langsung. (SSA) pada panjang gelombang
324,7 nm
56 Metode Pengujian Metode lni digunakan untuk
Kadar Tembaga dalam mengetahui besamya kadar
Air dengan Alat SNI 06 - 2515 - 1991 Tembaga dalam air secara
Spektrofotometer ekstraksi dengan slat
Serapan Atom Secara Spektrofotometer Serapan Atom
57 Metode Pengujian
Metode ini digunakan untuk
Kadar Tembaga dalam
Air dengan Alat menentukan besamya kadar
Spektrofotometer Tembaga dalam air secara
S NI 06 - 2516 - 1991 atomisasi tungku karbon dengan
Serapan Atom Secara
Tungku Karbon . alat Spektrofotometer Serapan
Atom pada panjang gelombang
58 324,7 nm
Metode Pengujian
Kadar Timbal dalam Metode ini digunakan untuk
Air dengan Alat menentukan besamya kadar Tll"llbal
Spektrofotometer SNI 06 - 2517 - 1991 dalam air secara langsung dengan
Serapan Atom Secara alat Spektrofotometer Serapan
La ngsung. Atom (SSA) pada panjang
59 gelombang 283,3 nm.
Metode Pengujian
Kadar Timbal dalam Metode ini digunakan untuk
Air dengan Alat menentukan be-samya kadar
Spektrofotometer SNI 06 - 2518 - 1991 Timbal dalam air secara ekstraksi
Serapan Atom Secara dengan alat Spektrofotometer
Ekstraksi. Serapan A tom (SSA) pada panjang
60 gelombang 283,3 nm.
Metode Pengujian
Metode pengujian ini untuk
Kadar Timbal dalam
menentukan besamya kadar Tunbal
Air dengan Alat
SNI 06 - 2519 - 1991 (Pb) dalam air dengan
Spektrofotometer
menggunakan alat Spektro-
Serapan Atom Secara
fotometer Serapan Atom Tungku
Tungku Karbon.
61 Karbon
Metode Pengujian
Metode inl digunakan untuk
Kadar N ikel dalam Air
menentukan besar-nya kadar Nike!
dengan Alat
SNI 06 - 2520 - 1991 dalam air secara langsung dengan
Spektrofotometer alat Spektrofotometer Serapan
Serapan Atom Secara Atom (SSA) pada panjang
Langsung.
62 gelombang 232,0 nm.
Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Nikel dalam Air menentukan besamya kadar Nikel
dengan Alat dalam air secara ekstraksi dengan
Spektrofotorneter SNI 06 - 2521 - 1991
alat Spektrofotorneter Serapan
Serapan Atom Secara Atom (SSA) pada panjang
Ekstraksi. gelombang 232,0 nm
63 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Nike! dalam Air menentukan besamya kadar Nike!
dengan Alat dalam air secara atomi-sasi tungku
Spektrofotometer SNI 06 - 2522 - 1991
karbon dengan alat
Serapan Atom Tungku Spektrofotometer Serapan Atom
Karbon. pada panjang gelombang 232,0 rvn
64 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk .
Kadar Besi dalam Air menentukan besamya kadar Besi
dengan Alat dalam air secara langsung '.dengan
Spektrofotometer SNI 06 - 2523 - 1991
a lat Spektrofotometer Serapan
Serapan Atom Secara Atom (SSA) pada panjang
Langsung. gelombang 248,3 nm.
65 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk .
Kadar Besi dalam Air menentukan besamya kadar Besi
dengan Alat SNI 06 - 2524 - 1991 dalam air secara Ekstraksi dengan
Spektrofotometer alat Spektrofotometer Serapan
Serapan Atom Secara Atom (SSA) oada oanlaoo
A - 332 Lampiran
-- .
Ekstraksl. gelombang 248,3 nm.
A - 334 lampiran
S6 Metode pengujian Metode ini adalah untuk
kadar perak dalam air memperoleh kadar perak da_lam air
dengan ala! yang berguna bagi semua p1h~k
SNI 06-4162-1996 yang lingkup tugasnya meflpu!I .
spektrofotometer
serapan atom secara penelitian dan pengukuran kuahtas
tungku karbo n . air.
1a1 Metode pengujia n Metode ini adalah untuk
kadar aluminium memperoleh kadar aluminium
dalam air dengan alat dalam air yang berguna bagi semua
SNI 06-4163-1 996
spektrofoto meter pihak yang lingkup tugasnya
secara tungku karbon. meliputi penelitian dan pengukuran
kualitas air.
88 Metode Perhitungan Metode ini digunakan untuk
! Natrium Karbonat
Residu Dalam Air. SNI 03-6852-2002
mengetahui besarnya kadar
Natrium Karbonat Residu (NKR)
dalam air.
I~ Secara Persulfat
Metode pengujian
kadar timah dalam air
dengan alat SNI 06-4823-1998
panjang gelombang 525 nm.
Metode ini digunakan untuk
menentukan kadar timah pada
daerah konsentrasi (20-300) m g/L
spektrofotometer atom • Sn spektrofotometer serapan atom
I secara tunaku karbon
j
dengan tunoku karbon 224,6 nm.
- --
AGKBGAT
No. Judul S tandar No. SNI / SK SN I Ruang L ingkup
Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk menen-
Tentang Ana-lisis tukan pembagian butir (gradasi)
1 SNI 03-1968-1990
Saringan Agregat agregat halus dan agregat kasar
Halus dan Kasar dengan meng-gunakan saringan.
Metode ini digunakan untuk
Metode Pengujian menentukan berat jenis curah,
Berat Jenis dan berat jenis kering permukaan jenuh,
2 SNI 03-1969-1990
Penyerapan A ir berat jenis semu dari agregat halus
Agregat Kasar serta angka penyerapan dari
agregat kasar.
Metode ini digunakan untuk menen-
Metode Pengujian tukan berat jenis curah, beratjenis
Berat Jenis dan SNI 03-1970-1990 kering permukaan jenuh, berat jenis
3
Penyerapan Air semu, dan angka penyerapan dari
Agregat Halus pada agregat halus.
Metode ini digu nakan untuk
Metode Pengujian SNI 03-1971-1990 menentu-kan besamya kadar
4 Kadar Air Agregat agregat.
Metode int digunakan untuk menge-
Metode Pengujian tahui angka keausan yang
Keausan Agregat SNI 03-2417-1991 dinyatakan dengan perbandingan
5 dengan Mesin Abrasi antara berat bahan aus lolos
Los Angeles . sarinaan No.12 terhadao berat
A - 336 Lampiran
- semula (% ).
A - 338 Lampiran
Metode Pengujian
Kadar Rongga Agregat
;5 Halus yang Tidak
SNI 03-6877-2002
Dipadatkan
A - 340 Lampiran
------•~
Spesifikasi ini meliputi panel atau
papan g ipsum. penggunaannya
Spesifikasi Panel a tau dirancang untuk dinding. langit-langit
17 S NI 03-6867-2002 atau dinding penyekat dan
Papan Gypsum
mempunyai permukaan yang dapat
didekorasi
Tata cara ini meliputi penentuan
lokasi a tau waktu yang tepat secara
acak, dimana pengambilan contoh
rTata Cara Pengambilan bahan untuk konstruksi dapat
18 icontoh Uji Secara Acak SNI 03-6868-2002 dilakukan. Prosedur yang tepat untuk
untuk Bahan Konstruksi mengamankan contoh uji seperti
diskripsi alat pengambilan contoh uji,
harus merujuk pada metode standar
yang sesuai.
Metode Pengambilan Metode ini digunakan untuk
19 Conteh Uji, Bentuk, menentukan sifat-sifat ukuran dan
S NI 03-6869-2002
Ukuran dan Klasifikasi bentuk agregat termasuk tanah
lemoung, lanau dan debu
BATUAN
No. Judul Standar No. SNI / SK SNI Ruang Lingkup
Tata cara ini digunakan dalam
pelaksanaan injeksi semen pada
Tata Cara Pelaksanaan SNI 03-2393-1991 batu yang bertujuan untuk
1 lnjeksi Semen Pada memperl<ecil kelulusan air dan
Batuan meningkatkan kekuatan batu
sebagai upaya dalam perbaikan
batu pondasi suatu bangunan.
Metode ini digunakan untuk
mengetahui sifat-sifat fisika contoh
Metode Pengujian batu, antara lain yaitu kepadatan
Labora-torium untuk asli, kadar air asli, kepadatan jenuh,
2 Menentukan Parameter SNI 03 - 2437 - 1991 penyerapan kepadatan kering,
Sifat Fisika Pada . derajat kejenuhan, porositas, berat
Conteh Batu. jenis semu, berat jenis sebenamya
dan angka pori berdasarkan hasil
pengkajian dan perhitungan
laboratorium.
Metode Pengujian
Laborato-rium Cepat Metode ini digunakan untuk
3 Rambat Ultrasonik dan SNI 06 - 2485 - 1991 memperoleh parameter cepat
Konstanta Elastis rambat gelombang ultrasonik serta
Benda Uji Batu. menentukan konstanta elastis batu.
Metode Pengujian
Metode ini digunakan untuk
Laborato-rium Kuat
4 mendapalkan parameter kuat tarik
Tarik Benda Uji Batu SNI 06 - 2486 - 1991 dari hasil pengukuran di
dengan Cara Tidak
laboratorium secara cepat dan
Langsung. mudah
Metod~ ini _diguna~n dalam uji
Metode Pengujian konsohd~s1 satu d1mensi pada
5 lndek Kekuatan Batu SNI 03-2814-1992 benda UJI tanah, yang bertujuan
dengan Beban Titik. untuk mendapalkan parameter
kompressibilitas dan kecepatan
konsolidasi tanah.
6 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Geser Lanasuna Batu. SNI 03-2824-1992
memoeroleh parameter kuat geser
A - 342 Lampiran
<•
• • 4 •
.,
T
-~~),.."<-A K'l.J~,,
-¥:
I
~
.., - - - - -!..' . .
Perpustakaan Fakultas Teknik Unw,ku
PERPUSTAKAA
UNIVERSITAS
T KODE BUKU
ISBN : 9 KLASIFIKASI
LETAK BUKU
II
PENGARANG
Penerbit ANDI JUDUL BUKU
JI Oro 18-40 ldp.r0274J 56l1ilil I a, f/lT.1, ..1~ 2~2
r -mail prnrr:birno D and1publ1.~hlr:cr -
\\lb)llt hnp 11 ""·1tnd1puhlhla·r1 " 1r 789 3 0 5 46
6 7 8 9 IO