Anda di halaman 1dari 368

:ASTEKNIK

SUMA PURWOKERTO
Penerbit ANDI Yogyakarta
-

Teknologi Belon
Oleh: Ir. Tri Mulyono, M.T

Hok Cipto © 2004, 2005 podo Penulis

Hok Opto dilindungi undong-undong.


Dilarang memperbanyak otau memindahkan sebagian atau seluruh isi b uku ini dalam
bentuk apapun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotocopy,
merekam atau dengan sistem penyimpanon loinnyo, tonpa izin tertulis dari Penulis.

Penerbit: C.V ANDI OFFSET (Penerbit ANDI}


JI. Seo 38-40, Telp. (0274) 5618 8 1 (Hunting}, Fox. (0274) 588282 Yogyakarta
55281
r- -• :'I · ':---.
Percetakgn: ~NOi OFFSET
A• \

, \ J '
JI. Beo 38~ 0, Telp. (0274) 561881 (Hunting), Fax. (0274) 588282 Yogyakarta
5528 1 _.r~ (
. \
Perpusta~aan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT)

.,,.
Teknologi Seton/ Tri Mulyono;

- Ed. II. - Yogyokorto : ANDI,


19 18 17 16 15 14 13 12 11 10

xxii + 342 him .; 16 x 23 Cm.


10 9 8 7 6 5 4 3 2

ISBN: 979 - 763 - 054 - 4

I. Judul
1. Teknologi Seton
DDC'21 : 693.5
Kupersembahkan untuk Istri dan anakku,

Surya11a Utami
M. Farha11 Husain Kliadafi
'
Kata Pengantar
Pembantu Rektor I - Bidang Akade mik
Universitas Negeri Jakarta

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas layanan akademik adalah


optimalisasi kualitas proses belajar mengaj ar yang dilaksanakan melalui
peningkatan layanan staf pengaj ar terhadap mahasiswa, baik dalam
memberikan perkuliahan maupun dalam memberikan layanan individual
berdasarkan kebutuhan (need assessment). Bentuk lain peningkatan
layanan staf pengajar kepada mahasiswa adalah penerjemahan Satuan
Acara Pengajaran (SAP) sebagai media pengajaran menjadi sebuah buku
pegangan (teks). Buku Teknologi Beton ini diharapkan dapat memberi-
kan perubahan yang signifikan terhadap iklim akademik, sehingga dapat
mempercepat pemahaman mahasiswa terhadap matakuliah yang
berhubungan dengan teknologi beton. Hal itu pada akhirnya diharapkan
dapat mempersingkat waktu studi bagi mahasiswa di Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik - Universitas Negeri Jakarta.
Diikutsertakannya buku ini dalam program hibah (award) penulisan buku
teks melalui Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi (P4T),
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional
merupakan upaya Universitas Negeri Jaka11a untuk menjembatani
peningkatan kualitas yang telah dilakukan oleh staf pengajar pada tingkat
jurusan yang ada dibawah fakultas teknik UNJ. Hasil evaluasi P4T
beserta tim reviewer yang menyatakan buku ini sebagai salah satu dari 20
penerima hibah tahun anggaran 2003 merupakan koreksi positif terhadap
kualitas materi yang disajikan dalam buku ini. Hal tersebut akan
memotivasi staf pengajar di UNJ untuk meningkatkan budaya menulis
buku teks sesuai dengan matakuliah yang dibimbing.

Jakarta, Oktober 2003


Pembantu Dekan I - Bidang Akademik
Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta

Dr. Basuki Wibawa, MM


NIP. 131680031
-
I

fj
PRAKATA

Buku ini ditulis agar dapat dimengerti oleh setiap orang yang akan
mempelajari prinsip dasar teknologi pembuatan beton yang sesuai dengan
standar yang berlaku. Pembahasan teknologi beton dalam buku ini
meliputi pembahasan tentang bahan-bahan penyusun beton, metode
perancangan, pekerjaan dan pengujian beton serta cara evaluasi pekerjaan
sesuai dengan kriteria standar nasional Indonesia.
Materi buku ini berasal dari beberapa referensi mengenai beton yang
banyak dipakai di Indonesia. Sebagian materi diambil dari materi kuliah
yang penulis dapatkan sewaktu penulis mengikuti kuliah Teknologi
Beton pada Program Studi Teknik Sipil S 1-UGM dan S2-Universitas
Indonesia. Materi buku ini juga berasal dari pengalaman penulis sewaktu
bekerja di bidang konstruksi sipil, terutama pada Proyek Optimalisasi II -
PT. Semen Baturaja (Persero) untuk paket pekerjaan beton dan pondasi
pada konstruksi Clinker Storage, Silo Cement and Coal Storage (1997-
1998) dan juga pengalaman penulis sewaktu bekerja di PT.Pamapersada
Nusantara - PT. United Tractor dan sebagai Joint Operation, untuk
pekerjaan Mine Service Facility - Package C-320 (1990-1994), Mining
Project, PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero).
Buku yang telah disusun sejak tahun 1998 dan direvisi sesuai dengan
kebutuhan ini merupakan gabungan dari Buku Seri-1: Bahan-bahan
Penyusun Beton dan Buku Seri-2: Rencana Campuran dan Pengolahan
Beton, yang digunakan sebagai buku pegangan kuli~.h Teknologi Beton
pada program Sarjana (Sl) dan kuliah Rekayasa Beton pada Program
Diploma III Teknik Sipil di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Jakarta.
Bab pertama dari buku ini berisi pendahuluan yang me!1jclaskan
riwayat perkembangan beton, deskripsi, kelebihan dan kekmangan
penggunaan beton, kinerja beton, sifat dan karakteristik betor: .3erta
aktivitas pekerjaan beton. Bab 2 sampai Bab 5 akan menjelaskan sifat dan
karakteristik bahan-bahan penyusun beton, kriteria pemilihan bahan,
syarat mutu sesuai dengan stand~ yang berlaku di Indonesia. Bahan
penyusun beton yang meliputi semen (Bab 2), air (Bab 3), agregat (Bab

Prakata - vii
.1~ ~ ~~:
bahan tambah (Bab 5) juga dibahas dalam buku ini. Bab 6 akan
membahas tem1inologi beton, faktor yang mempengaruhi kekuatan beton,
serta sifat dan karakteristik beton. Kebutuhan penyelidikan yang meliputi
proses, prosedur dan pertimbangan pengambilan sampel akan dibahas
pada Bab 7. Beberapa altematif metode perancangan beton yang sering
digunakan dalam pekerjaan konstruksi di Indonesia akan disajikan dan
dibahas pada Bab 8. Pada bah ini juga disajikan kriteria perencanaan,
lengkap dengan bagan alir perancangan serta contoh hitungan
perancangan.

Metode pekerjaan, pengujian serta evaluasi pekerjaan, perawatan dan


perbaikan beton akan dibahas pada Bab 9 sampai Bab 12. Bab mengenai
Pekerjaan Beton akan membahas pekerjaan persiapan, penakaran,
pengadukan, pengangkutan, penuangan dan pekerj aan akhir serta
perawatan beton sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia. Bab
yang berisi Pengujian Beton akan membahas metode pengambilan
sampel untuk bahan, beton segar dan beton keras sesuai dengan
pertimbangan statistik dan standar yang berlaku. Evaluasi pekerjaan yang
disajikan dalam Bab 11 akan membahas kaidah statistik dan evaluasi
pekerjaan sesuai SNI. Perawatan beton dari pengaruh mekanis, kimia,
dan fisika serta bagaimana cara pemeriksaan dan tindakan perbaikannya
akan dibahas pada Bab 12. Bab 13 membahas agregat ringan yang
meliputi klasifikasi agregat ringan, jenis alami dan buatan, komposisi dan
gradasi agregat ringan. Selain itu, bab ini juga membahas syarat agregat
ringan menurut SNI dan standar ASTM. Pada Bab 14 akan dibahas beton
mutu tinggi, termasuk kendala dan permasalahan serta cara
perancangannya. Bagian akhir bab ini akan membahas beberapa jenis
beton lainnya seperti beton ringan dan berat, beton massa dan beton serat,
Buku ini dilengkapi dengan contoh-contoh soal, terutama yang
berkaitan dengan metode-metode peraticangan beton serta cara evaluasi
penerimaan pekerjaan beton dalam sebuah pekerjaan struktur. Beberapa
alternatif bahan yang digunakan untuk membentuk beton dibahas pada
bab-bab awal sehingga memudahkan pembaca dalam memilih altematif
bahan-bahan penyusun beton.
'
Penulis masih berharap ada kritik dan saran yang dapat memperkaya
materi yang telah disusun. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
k.epada Drs. Risdian M. Nur yang memberikan motivasi secara material
pada tahap awal penulisan buku ini. · Selain itu, penulis mengucapkan

viii - Teknologi Belon

J
terima kasih yang sebesar-besamya kepada Proyek Peningkatan
Penelitian Pendidikan Tinggi (P4T), Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional yang telah memberikan hibah
(award) penulisan buku teks tahun 2003 , dan kepada pendamping
penulisan buku ini, Prof. Ir. Mohamad Sahari Besari, MSc., Phd, yang
banyak memberikan saran untuk upaya perbaikan. Secara khusus penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, Ayahanda H.
Sutomo WR (alm) dan Ibunda Hj. Ribudiyati yang telah memberikan
pendidikan dan ilmu yang berrnanfaat. Kepada istri Suryana Utami dan
anakku M. Farhan Husain Khadafi yang menemani dan memberikan
semangat dan motivasi, terima kasih atas cinta kasihnya.
Jakarta, Oktober 2003
Tri Mulyono

Prakata - ix
- ,.

..J
DAFTAR lSI

Kata Pengantar V

Prakata vii
Daftar Isi xi
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Riwayat Perkembangan Beton 2
1.2 Deskripsi Beton 3
1.3 Kelebihan dan Kekurangan Beton 4
1.3 .1 Kelebihan 4
1.3 .2 Kekurangan 4
1.4 Kinerj a Beton 6
1.5 Sifat dan Karakteristik yang Dibutuhkan Dalam
Perancangan Beton 9
1.5.1 Kuat Tekan Beton 9
1.5.2 Kemudahan Pengerjaan 11
1.5.3 Rangkak dan Susut 11
1.6 Aktivitas Pengerjaan Beton 13
Daftar Pustaka Bab 1 17
2. SEMEN 19
2.1 Sejarah Semen 19
2.2 Jenis Semen 20
2.2.1 Semen Non-Hidrolik 20
2.2.2 Semen Hidrolik 22
2.2.2.1 Kapur hidrolik 22
2.2.2.2 Semen Pozollan 25
2.2.2.3 Semen Terak 25
2.2.2.4 Semen Alam 26
2.2.2.5 Semen Portland 27
2.2.2.6 Semen Portland Pozoilan 46
2.2.2.7 Semen Putih 47
2.2.2.8 Semen Alumina 47
2.3 Penyimpanan Semen 47
Daftar Pustaka Bab 2 49

l.Jaftar lsi - xi
3. AIR 51
3.1 Sumber-Sumber Air 51
3.1.1 Air yang Terdapat di Udara 52
3.1.2 Air Hujan 52
3.1.3 Air Tanah 52
3.1.4 Air Pennukaan 52
3.1.5 Air Laut 52
3.2 Syarat Umum Air 53
3.3 Pemilihan Pemakaian Air 56
3.4 Syarat Mutu Air Menurut British Standard (BS.3148-80) 57
3.4.1 Garam-garam Anorganik 57
3.4.2 NaCl dan Sulfat 57
3.4.3 Air Asam 58
3.4.4 Air Basa 58
3.4.5 Air Gula 58
3.4.6 Minyak 58
3.4.7 RumputLaut 58
3.4.8 Zat-Zat Organik, Lanau dan Bahan-bahan
Terapung 59
3.4.9 Pencemaran Limbah Industri atau Air Limbah 59
3.5 Penilaian Waktu Pengikatan (Setting Time) dan Uji Kuat
Tekan 59
3.6 Analisis Kimia 60
3.6. l Sulfat (SO4) 60
3.6.2 Magnesium (Mg++) 60
3.6.3 Amonium CNHi) 60
3.6.4 Magnesium (Cr) 60
3.6.5 pH 61
3.6.6 Karbondioksida (CO2) 61
3.6.7 Minyak dan Lemak 61
3.6.8 Zat-zat yang Menyusut .
Daftar Pustaka. Bab 3 62
4. AGREGAT 65
4.1 Batuan 65
4.1.1 Batuan Beku (Magma) 66
4.1.2 Batuan Sedimen 66
4.1.3 Batuan Metamorf 67
4.2 · Agregat di Indonesia 68

xii - Tekno/ogi Beton


4.2. 1 Geografi, Geologi dan Iklim 68
4.2.2 Karakteristik Agregat 69
4.2.2. l Quany batu-batuan dari bedrock 70
4.2.2.2 Pasir dari sungai dan batu-batuan yang
digali 71
4.2.2.3 Pasir dari pesisir pantai dan sumur-sumur
yang mengandung pasir dan batu-batuan 73
4.3 Mengolah Agregat Alam 74
4.4 Jenis Agregat 76
4.4.1 Jenis Agregat Berdasarkan Berat 77
4.4.2 Jenis Agregat Berdasarkan Bentuk 78
4.4.3 Jenis Agregat Berdasarkan Tekstur Permukaan 80
4.4.4 Jenis Agregat Berdasarkan Ukuran Butir Nominal 81
4.4.5 Jenis Agregat Berdasarkan Gradasi 83
4.4.5.1 Gradasi sela (gap gradation) 83
4.4.5 .2 Gradasi menerus 84
4.4.5 .3 Gradasi seragam 84
4.5 Kekuatan Agregat 84
4.5.1 Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Agregat 84
4.5.2 Cara Pengujian Kekuatan Agregat 85
4.6 Sifat-Sifat Agregat dalam Campuran Beton 87
4.6.1 Serapan Air dan Kadar Air Agregat 88
4.6.1.1 Serapan air 88
4.6.1.2 Kadar air 89
4.6.2 Berat Jenis dan Daya Serap Agregat 90
4.6.3 Gradasi Agregat 90
4.6.3.1 Gradasi Agregat normal 90
4.6.3.2 Gradasi Agregat campuran 94
4.6.3.3 Hubungan antara pori dalam mortar
dan beton dengan kekuatan 98
4.6.4 Modulus Halus Butir 98
4.6.5 Ketahanan Kimia 102
4.6.5 .1 Ketahanan alkali 102
4.6.5 .2 Ketahanan sulfat 103
4.6.6 Kekekalan 103
4.6.7 Perubahan Volume 104
4.6.8 Karakteristik Panas (Sifat Thermal Agregat) 104
4.6.8.1 Koefisien muai 104
4.6.8.2 Panas jenis dan penghantar panas 104

Daftar Isi - xiii


4.6.9 Bahan-Bahan Lain yang Mengganggu
(deleterious) 105
4.6.9.1 Bahan padat yang menetap 105
4.6.9.2 Bahan-bahan organik dan humus 105
4.7 Pemeriksaan Mutu Agregat & Syarat Mutu Agregat 106
4.7.1 Agregat Nonna! Menurut Sil.0052 106
4.7.1.1 Agregat halus 106
4.7.1.2 Agregat kasar 107
4.7.2 Agregat Nonna! Menurut ASTM C.33 107
4.7.2.1 Agregat halus 107
4.7.2.2 Agregat kasar 108
4.8 Dasar Perancangan Agregat Sebagai Campuran Beton
Nonna! (SK.SNI-T-15-1990-03) 109
4.9 Penyimpanan Agregat 109
4.10 Agregat Jenis Lain dan untuk Hal-Hal Khusus 110
4.10.1 Agregat Jenis Lainnya 110
4.10.1.1 Batu pecah 110
4.10. I .2Pecahan bata atau genteng 110
4.10.1.3 Tanah liat bakar 110
4.10.1.4 Herculite atau haydite 111
4.10.1.SAgregat abu terbang (Sintered Fly-ash
Aggregates) 111
4.I0. l.6Benda limbah padat buangan 111
4.10.2 Agregat untuk Hal-hal Khusus 111
Daflar Pustaka Bab 4 114
5. BAHANTAMBAH 117
5. 1 Definisi Bahan Tambah 117
5.2 Beberapa Alasan Menggunakc\n Bahan Tambah 118
5.2.1 Memodifikasi Beton Segar,,Mortar dan Grouting 118
5.2.2 Memodifikasi Beton Keras, Mortar dan Grouting 118
5.3 Aspek Elmomi Penggunaan Bahan Tambah 119
5.4 Perhatian Penting dalam Pengguna~n Bahan Tambah 119
5.5 Jenis Bahan ':'ambah 120
5.5.1 Bahan Tambah Kimia 120
5.5,1.1 Tipe A 0Water R,</d~cing A{imixtures " 121
5,5.1.2 Tipe B "Retprdinl! Ac!:nixtures" 122
5,.S.L3 Tipe C ·"Accelerating Admixtures" 122

xiv - Teknologi Belon


5 .5 .1.4 Tipe D " Water Reducing and :·";"?_etardi11g
Admixtures" 123
5.5. l .5 Tipe E "Water Reducing and Accelerating
Admixtures" 123
5.5. l .6 Tipe F " Wa ter Reducing, High Range
Adrnixtures" 124
5.5.1.7 Tip e G " Wa ter R educing, High Range
Retarding Admixtures" 124
5.5.2 Bahan Tambah Mineral (Additive) 125
5 .5.2:1 Abu terbang batu bara 125
5.5 .2.2 Slag 126
5.5 .2.3 Silika fume 127
5.5 .2.4 Penghalus gradasi (finely divided mineral
admixtures). 128
5 .5 .3 Bahan tambah lainnya 128
5.5.3.1 Air entraining 128
5.5.3.2 Beton tanpa slump 128
5 .5 .3 .3 Polimer 129
5.5.3.4 Bahan pembantu untuk mengeraskankan
permukaan beton (hardener concrete) 129
5.5.3.5 Bahan pembantu kedap air
(waterproofing) 129
5.5.3.6 Bahan tambah pemberi warna 130
5.5.3.7 Bahan tambah untuk memperkuat ikatan
be ton lama dengan beton baru ( bonding
agent for concrete) 130
5.6 Bahan Tambah Kimia Menurut Draft Pedoman 1989 130
5.6.1 Syarat Mutu Bahan Tambah 130
5 .6.2 Keseragaman dan Kesamaan (Komposisi) 131
Daftar Pustaka Bab 5 132
6. BETON 135
6.1 Tenninologi i 35
6.2 Umur Beton 137
6.3 Kekuatan Tekan Beton (fc) 138
6.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Tekan Beton 139
6.5 Campuran Pas··1 Semen Segar dan Beton 139
6.5.1 Faktor Air Semen (FAS) 140
6.5.2 Kehalusan Butir Semen 144

Daftar lsi - xv
- I

6.5.3 Komposisi Kimia 144


1 /1 i1
6.6 Sifat dan Karakteristik Campuran Beton
6.6.1 Sifat dan Karakteristik Bahan Penyusun 144
6.6.2 Metode Pencampuran 145
6.6.3 Perawatan 146
6.6.4 Kondisi pada Saat di Lakukan Pengerjaan
Pengecoran 147
Daflar Pustaka Bab 6 147

7. KEBUTUHANPENYELIDIKAN 149
7.1 Proses Penyelidikan 149
7.1.1 Pengambilan sampel 149
7.1.2 Perencanaan sampel 150
7.2 Prosedur Standar 150
7.2. 1 Standar Nasional Indonesia 150
7.2.2 Standar Lainnya (ASTM) 151
7.3 Pertimbangan Pengambilan Sampel 151
7.4 Kualitas Pengujian 153
7.5 Hirarki Penyelidikan Beton 153
Daftar Pustaka Bab 7 155

8. PERANCANGAN CAMPURAN 157


8.1 Kriteria Perencanaan 157
8.1.1 Variabilitas 158
8.1.2 Keamanan dan Umur Rencana 159
8.2 Metode American Concrete Institute (ACD 159
8.2.1 Perancangan 160
82.2 Langkah Perancangan 161
8.2.3 Kekurangan,dan Kelebihan 165
8.2.4 Contoh Hitungan 165
8.3 Metode Road Note No.4 168
8.3.1 Langkah Perancangan 168
8.3.2 Kekurangan dan Kelebihan 174
8.3.3 Contoh Hitungan 174
8.4 Metode Standar Nasional Indonesia SK.SNI.T-15-199O-O3 178
8.4.1 S_yarat Peranca~gan 179
8.4.1.1 Kuat tekan rencana (Mpa) 179
8.4.1.2 Pe~Iihan proporsi campuran 179
8.4.1.3 Bal1_an carnpuran 180
'
8.4.2 Perhitungan ·Proporsi Campurail 181

xvi - Teknologi Seton


8.4.2. l Kuat tekan rata-rata yang di rencanakan 18 l
8.4.2.2 Nilai tambah atau margin 182
8.4.2.3 Pemilihan faktor air semen 182
8.4.2.4 Slump 188
8.4.2.5 Besar butir agregat maksimum 188
8.4.2.6 Kadar air bebas 188
8.4.2.7 Susunan gradasi agregat halus 189
8.4.2.8 Proporsi agregat halus 189
8.4.2.9 Berat jenis relatif agregat 189
8.4.2.10 Koreksi proporsi campuran 192
8.4.3 Langkah Hitungan 193
8.4.4 Kelebihan dan Kekurangan 195
8.4.5 Contoh Hitungan 195
8.5 Metode Portland Cement Association (PCA) 204
8.6 Metode Campuran Coba-Coba 204
8.6.1 Langkah Percobaan 205
8.6.2 Kekurangan dan Kelebihan 205
8.7 Pelaksanaan Campuran di Laboratorium 205
8.7.1 Langkah Pelaksanaan 205
8.8 Contoh hitungan Campuran Agregat 206
8.8.1 Pendekatan Coba-Coba 206
8.8.2 Pendekatan Modulus Halus Butir 208
8.8.3 Contoh Hitungan Modulus Halus Butir 210
Daftar Pustaka Bab 8 214
9. PENGERJAAN BETON 217
9.1 Persiapan 217
9.2 Penakaran 218
9.3 Pengadukan (Pencampuran) 219
9.3.1 Pengadukan Manual 219
9.3.2 Pengadukan dengan Mesin 220
9.4 Syarat Pengadukan SK.SNI.T-28-1991-03 223
9.5 Pengangkutan Beton 223
9.6 PenuanganAdukan 224
9.6.1 Hal yang Perlu Diperhatikan 224
9.6.2 Penuangan yang Tertunda 225
9.6.3 Penuangan Beton dalam Air 226
9.6.4 Penuangan Beton dengan Pemompaan 227
9.7 Pemadatan Beton 227

Daftar Isi - xvii


9.8 Pekerjaan Akhir (Finishing) 229
9.9 Perawatan Beton (Curing) 229
9.9.1 Perawatan yang Dipercepat 230
9.9.2 Macam Perawatan 230
9.9.2.1 Perawatan dengan pembasahan 230
9.9.2.2 Perawatan dengan penguapan 23 I
9.9.2.3 Perawatan dengan membran 232
9.9.2.4 Perawatan lainnya 232
9.10 Sifat-sifat Beton Segar 232
9.10.l Kemudahan Pengerjaan (Workability) 232
9.10.2 Segregation (Pemisahan kerikil) 235
9.10.3 Bleeding 235
9.11 Pengerjaan Beton pada Cuaca Panas 236
9.12 Tindakan Pencegahan 23 7
9.12.1 Bahan-Bahan Pencampur 237
9.12.1.1 Portland cement 23 7
9.12. l.2Agregat 237
9.12.lJAir 238
9.12.l.4Bahan Tambah 238
9.12.2 Toleransi yang diijinkan 239
9.12.3 Pelaksanaan 240
9.12.3 .1Acuan dan perancah (Jormwork) 240
9.12.3.2Peralatan pengecoran 240
9.12.3.3Pelaksanaan dan penjadwalan 240
9.13 Hal-hal Penting yang Harus Diperhatikan 241
9.13.1 Pelaksanaan Jadwal Kerja (Time Schedule) 241
9.13 .2 Persiapan Awal Pengerj aan 241
9.13.3 Pelaksanaan 242
9.13.4 Quality Control 242
Daftar Pustaka Bab 9 243
10. PENGUJIAN BETON 247
IO .1 Pengambilan Contoh Uj i Material 247
IO.I.I Portland Cement 247
10.1.2 Agregat 247
10.1.3 Air 252
10.1.4 Bahan Tambah 252
I0.2 Pertimbangan Statistik 252
10.3 Pengujian Material 252

xviii - Teknologi Beton


10.4 Pengujian Bahan Penyusun Seton 253
10.5 Pengujian Beton Segar 254
10.6 Pengujian Beton Keras 254
10.7 Banyak Contoh Uji 255
10.8 Specimen Uji yang di Rawat di Laboratorium dan
Lapangan 256
Daftar Pustaka Bab 10 257
11. EVALUASI PEKERJAAN 259
11.1 Statistik 259
11 .1.1 Ukuran lokasi data 259
11.1.2 Ukuran variasi 261
11 .2 Distribusi Data 263
11.2.1 Populasi dan Sampel 263
11.2.2 Distribusi Frekuensi 264
11.3 Pengujian Persyaratan Analisis 265
11.3.1 Uji Normalitas 265
11.3.2 Pengujian Keberartian Model 266
11.4 Penyelidikan Hasil Uji dengan Kekuatan Rendah 267
11.5 Evaluasi Kuat Tekan 267
11.5 .1 Pengujian Kuat Tekan di Laboratorium Melalui
Silinder/Kubus 268
11.5.2 Uji Tidak Merusak 268
11.5.3 Pengujian Merusak (Destructive Test) 270
11.6 Contoh Hitungan Evaluasi 270
Daftar Pustaka Bab 11 277
12. PERAWATAN DAN PERBAIKAN STRUKTUR BETON 279
12.1 Kerusakan-Kerusakan pada Beton 280
12.1.1 Kerusakan Akibat Pengaruh Mekanis 280
12.1.2 Kerusakan Akibat Pengaruh Fisika 280
12.1 .3 Kerusakan Akibat Pengaruh Kimia 281
12.2 Pemeriksaan dan Perawatan Kemudian 281
12.2.1 Metode Pemeriksaan 281
12.2.1.1 Pemeriksaan visual 281
12.2.1.2Pemeriksaan detail 282
12.2.2 Perawatan dan Tindakan Perbaikan 283
12.2.2.1 Perawatan 283

Daftar Jsi - xix


12.2.2.2 Perbaikan 283
Daftar Pustaka Bab 12 284
13. AGREGAT RINGAN 285
13.1 Klasifikasi Agregat Ringan 285
13.2 Agregat Alami 286
13.3 Agregat Buatan 286
13.4 Komposisi Kimia dan Fisika 288
13.5 Gradasi Agregat 289
13.6 Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Ringan
Dengan Agregat Ringan Menurut SNI.03-3449-1994 290
13.7 Syarat Agregat Ringan Struktural Menurut ASTM C .330 291
13.8 Kekuatan Tekan Agregat Ringan 292
13.9 Metode Pengujian Berat Isi Beton Sruktural Ringan 293
Daftar Pustaka Bab 13 294
14. BETON MUTU TINGGI 295
14.1 Faktor yang harus diperhatikan 296
14.1.1 Faktor Air Semen 296
14.1.2 Kualitas Agregat Halus (Pasir) 297
14.1.3 Kualitas Agregat Kasar 298
14.1.4 Bahan Tambah 299
14.1.5 Kontrol Kualitas 301
14.2 Kendala dan Permasalahan yang Sering Dihadapi 301
14.3 Perancangan Campuran Beton Mutu Tinggi 303
Dafiar Pustaka Bab 14 305
15. JENIS BETON LAINNYA 307
15.l Beton Ringan 307
15.2 Beton Berat 308
15.3 Beton Massa (mass concrete) 308
15.4 Ferro-cement 308
15 .5 Beton serat (fibre concrete) 309
15.5.1 Serat Semen 310
15.5.1.1 Bahan Baku Serat Semen 311
15.5. I .2Daya serap air dan berat isi 312
15.5.l.3Kuat lentur 314
15.5.l.4Hasil penelitian serat ijuk dan sabut
kelapa · 315
15 .5 .2 Serat Nylon 316

xx - Teknologi Beton
15.5.2.1 Komposisi serat ny lon 317
15.5.2.2 Kuat Gesr beton 318
15.5.2.3 Pengadukan 319
15 .5 .2.4 Perawatan dan penguj ian 319
15.5.2.5Hasil penelitian 319
15 .5 .3 Beton Siklop 321
15.5.4 Beton Hampa (Vacuum Concrete) 321
Daftar Pustaka Bab 15 321
Lampiran 325

Daftar Jsi - xxi


l
PENDAHULUAN 1
eton yang digunakan sebagai struktur dalam konstruksi teknik

B sipil, dapat dimanfaatkan untuk banyak hal. Dalam teknik sipil,


struktur beton digunakan untuk bangunan pondasi, kolom,
balok, pelat atau pelat cangkang. Dalam teknik sipil hidro, beton
digunakan untuk bangunan air seperti bendung, bendungan, saluran, dan
drainase perkotaan. Beton juga digunakan dalam teknik sipil transportasi
untuk peke1jaan rigid pavement (lapis keras perrnukaan yang kaku),
saluran samping, gorong-gorong, dan lainnya. Jadi, beton hampir
digunakan dalam semua aspek ilmu teknik sipil. Artinya, semua struktur
dalam teknik sipil akan menggunakan beton, :ninimal dalam pekerjaan
pondasi.
Struktur beton dapat didefinisikan sebagai bangunan beton yang
terletak di atas tanah yang menggunakan tulangan atau tidak
menggunakan tulangan (ACI 318-89, 1990: 1-1 ). Struktur beton sangat
dipengaruhi oleh komposisi dan kualitas bahan-bahan pencampur beton,
yang dibatasi oleh kemampuan daya tekan beton (in a state of
compression) seperti yang tercantum dalam perencanaannya. Hal tersebut
bergantung juga pada kemampuan daya dukung tanah (supported by soil),
kemampuan struktur yang lain atau kemarnpuan struktur atasnya (vertical
support).
Ditinjau dari sudut estetika, beton hanya membutuhkan sedikit
pemeliharaan. Selain itu, beton tahan terhadap serangan api. Sifat-sifat
yang beton yang kurang disenangi adalah mengalami deformasi yang
tergantung pada waktu dan disertai dengan penyusutan akibat
mengeringnya beton serta gejala lain yang berhubungan dengan hal
tersebut. Pengaruh-pengaruh keadaan lingkungan, rangkak, penyusutan,
pembebanan yang mengakibatkan pen1bahan dimensi pada struktur beton
dan elemen-elemennya harus mendapat perhatian yang cukup pada tahap
perencanaan untuk mengatasi kesulitan yang akan terjadi.
Agar hasil akhir yang diperoleh memuaskan, dibutuhkan pengenalan
yang mendalam rnengenai sifat-sifat yang berkaitan dengan suatu bahan
yakni bahan-bahan penyusun beton tersebut. Kinerja yang menjadi

Pendalwluan - 1
perhatian penting para perencana struktur ketika merc ncanakan struktur
yang menggunakan beton ada dua : kekuatan teka n dan Kern~...l ...1ian
pengerjaan. Penelitian yang dila~7.lkan oleh penel iti be ton terdahulu
menghasilkan suatu kontradiksi. Untuk menghasilkan b e ton dengan
kelrnatan tekan tinggi, penggunaan air atau faktor air terhadap semen
haruslah kecil. Sayangnya, ha) tersebut akan menyebabkan kesulitan
dalam pengerjaan. Dengan semakin majunya teknologi, hal ini tidak lagi
menjadi masalah telah ditemukan bahan tambah untuk beton.

1.1 Riwayat Perkembangan Beton


Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik sep erti abu pozzolan
sebagai pembentuknya telah dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi,
bahkan mungkin sebelum itu (Nawy, 1985:2-3). Penggunaan bahan beton
bertulang secara secara intensif diawali pada awal abad ke sembilan
belas. Pada tahun 1801, F.Coignet menerbitkan tulisannya mengenai
prinsip-prinsip konstruksi dengan meninjau kelembaban bahan beton
terhadap taruknya. Pada tahun 1850, J.L. Lambot untuk pertama kalinya
membuat kapal kecil dari bahan semen untuk dipamerkan pada Pameran
Dunia tahun 1855 di Paris. J. Monier, seorang ahli taman dari Prancis,
mematenkan rangka metal sebagai tulangan beton untuk mengatasi
taruknya yang digunakan untuk tempat tanamannya. Pada tahun 1886,
Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan perancangan struktur
beton. C.A.P Turner mengembangkan pelat slab tanpa balok pada tahun
1906.
Seiring dengan kemajuan besar yang terjadi dalam bidang ini,
terbentuklah German Committee Reinforce Concrete, Australian
Concrete Committee, American Concrete Institute, dan British Concrete
Institute. Di Indonesia sendiri, Departemen Pekerjaan Umum selalu
mengikuti perkembangan beton melalui Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan (LPMB). Melalui lembaga ini diterbitkan peraturan-peraturan
standar beton yang biasanya mengadopsi peraturan intemasional (code
standard international) yang disesuaikan dengan kondisi bahan dan jenis
bangunan di Indonesia.
Perkembangan yang cepat dalam bidang seni serta analisis peran-
cangan dan konstruksi beton telah menyebabkan dibangunnya struktur-
struktur beton yang sangat khas (Nawy, 1985) seperti Auditori~m Kresge

2 - Teknologi Beton
di Boston, Marina Tower, Lake Poi nt Tower di Chicago, dan Keong Mas
di Taman Mini Indonesia.

1.2 Deskripsi Beton


Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari
bahan semen hidrolik (port/and cement), agregat kasar, agregat halus, air
dan bahan tambah (admixture atau additive) . Untuk mengetahui dan
mempelajari perilaku elemen gabungan (bahan-bahan penyusun beton),
kita memerlukan pengetahuan mengenai karakteristik masing-masing
komponen. Nawy (1985:8) mendefinisikan beton sebagai sekumpulan
interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya. Dengan
demikian, masing-masing komponen tersebut perlu dipelajari sebelum
mempelajari beton secara keseluruhan. Perencana (engineer) dapat
mengembangkan pemilihan material yang layak komposisinya sehingga
diperoleh beton yang efisien, memenuhi kekuatan batas yang disyaratkan
oleh perencana dan memenuhi persyaratan serviceability yang dapat
diartikan juga sebagai pelayanan yang handal dengan memenuhi kriteria
ekonomi.
Dalam usaha untuk memahami karakterisitik bahan penyusun
campuran beton sebagai dasar perancangan beton, Departemen Pekerjaan
Umum melalui LPMB banyak mempublikasikan standar-standar yang
berlaku. DPU-LPMB memberikan definisi tentang beton sebagai
campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lainnya,
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran
tambahan membentuk massa padat (SK.SNI T-15-1990-03:1).
Masalah yang dihadapi oleh seorang perencana adalah bagaimana
merencanakan komposisi dari bahan-bahan penyusun beton tersebut agar
dapat memenuhi spesifikasi teknik yang ditentukan (sesuai dengan
spesifikasi teknik dalam kontrak atau permintaan pemilik).
Parameter-parameter yang paling mempengaruhi kekuatan beton
adalah: a). kualitas semen, b). proporsi semen terhadap campuran, c).
kekuatan dan kebersihan agregat, d). interaksi atau adhesi antara pasta
semen dengan agregat, e). pencampuran yang cukup dari bahan-bahan
pembentuk beton, f). penempatan yang benar, penyelesaian dan
pemadatan beton, g). perawatan beton, dan h). kandungan klorida tidak

Pendahu/uan - 3
11

melebihi 0.15% dalam beton yang diekspos dan 1% bagi bcton yang tidak
diekspos (Nawy, 1985:24)
Disamping kuulitas bahan penyusunnya. kualitas pelaksanaan pun
menjadi penting dalam pembuatan beton. Kualitas pekerjaan suatu
konstruksi sangat dipengaruhi oleh pelaksana peke1jaan beton langsung,
seperti disebutkan oleh N. Jackson: "The quality of the concrete in the
structure depe11ds 011 the workmanship 011 site" (Jackson, 1977: 146) serta
L.J. Murdock dan K.M. Brock yang mengatakan "Kecakapan tenaga
kerja adalah salah satu faktor pe11ti11g dalam produksi suatu bangu11a11
yang bermutu, da11 kzmci keberhasilan untuk mendapatkan tenaga ke1ja
yang cakap adalah pe11getahua11 dan daya tarik pada peke,jaan yang
sedang dikerjaka11" (Murdock, 1991 :6).

1.3 Kelebihan dan Kekurangan Beton


Dalam keadaan yang mengeras, beton bagaikan batu karang dengan
kekualan tinggi. Dalam keadaan segar, beton dapat diberi bermacam
bentuk, sehingga dapat digunakan untuk membentuk seni arsitektur atau
semata-mata untuk tujuan dekoratif. Beton juga akan memberikan basil
akhir yang bagus jika pengolahan akhir dilakukan dengan cara khusus,
umpamanya diekspose agregatnya (agregat yang mempunyai bentuk yang
bertekstur seni tinggi diletakkan dibagian luar, sehingga nampak jelas
pada permukaan betonnya). Selain tahan terhadap serangan api seperti
yang telah disebutkan diatas, beton juga tahan terhadap serangan korosi.
Secara umum kelebihan dan kekurangan beton adalah:

1.3.1 Kelebihan
1
a. Dapat dengan mudah dibentuk sesua1 dengan kebutuhan
konstruksi
b. Mampu memikul beban yang berat
c. Tahan terhadap temperatur yang tinggi
d. Biaya pemeliharaan yang kecil.

1.3.2 Kekurangan
a. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah
b. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi

4 - Teknologi Beton
c. Berat
d . Daya pantul suara yang bcsar.
Sebagian besar bahan pembuat beton adalah bahan lokal (kecuali
semen portland atau bahan tambah kimia), sehingga sangat meng-
untungkan secara ekonomi . Namun, pembuatan beton akan menjadi
mahal j ika perencana tidak memahami karakteristik bahan-bahan
a
penyusun beton yang harus disesuaikan dengan perilaku struktur yang
akan dibuat.
II

Nilai kuat tekan beton dengan kuat tariknya tidak berbanding Iurus.
Setiap usaha perbaikan mutu kekuatan tekan hanya disertai oleh
peningkatan yang kecil dari kuat tariknya. Menurut perkiraan kasar, nilai
kuat tarik berkisar antara 9%-1 5% kuat tekannya. Nilai pastinya sulit
diukur. Pendekatan hitungan biasanya dilakukan dengan menggunakan
modulus of rapture, yaitu tegangan tarik beton yang muncul pada saat
pengujian tekan beton normal (normal concrete). Kecilnya kuat tarik
ill
beton ini merupakan salah satu kelemahan dari beton biasa. Untuk
m
mengatasinya, beton dikombinasikan dengan tulangan beton dimana baja
1U
biasa digunakan sebagai tulangannya. Alasan penggunaan baja sebagai
tuJa·n gan beton adalah koefisien baja hampir sama dengan koefisien
beton. Beton tersebut didefinisikan sebagai beton yang ditulangi dengan
luas dan jumlah yang tidak kurang dari jumlah minimum yang disyarat-
kan dalam pedoman perencanaan, dengan atau tanpa pratekan; dan
direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja sama
vi•
dalam menahan gaya yang bekerja (SKBI.1.4.53 1989:4).
Beton dapat j uga dicampur dengan bahan lain seperti composite a tau
bahan lain sesuai dengan perilaku yang akan diberikan terhadap beton
tersebut, misalnya beton pra-tekan atau beton pra-tegang (pre-stressing),
beton pra-cetak (pre-cast). Beton juga dapat digunakan untuk struktur
yang memerlukan bahan struktur yang ringan, misalnya beton ringan
struktural (SKBI. 1.4.53, 1989:5) yaitu beton yang mengandung agregat
ringan dan mempunyai massa kering udara yang sesuai dengan syarat
seperti yang ditentukan oleh "Testing Method for Unit Weight of
Structural Lightweight Concrete" (ASTM C-567). Beratnya tidak lebih
dari 1900 kg/m3 •

Pendahuluan - 5
1.4 Kinerja Beton
Sampai saat ini beton masih menjadi pilihan utama dalam pem-
buatan struktur. Selain karena kemudahan dalam mendapatkan material
penyusunnya, hal itu juga disebabkan oleh penggunaan tenaga yang
cukup besar sehingga dapat mengurangi masalah penyediaan lapangan
kerja. Selain dua kinerja utama yang telah disebutkan diatas, yaitu
kekuatan tekan yang tinggi dan kemudahan pengerjaannya, kelangsungan
proses pengadaan beton pada proses produksinya juga menjadi salah satu
hal yang dipertimbangkan.
Sifat-sifat dan karakteristik material penyusun beton akan mem-
pengaruhi kinerja dari beton yang dibuat. Kinerja beton ini harus
disesuaikan dengan katagori bangunan yang dibuat. ASTM membagi
bangunan menjadi tiga kategori yaitu: rumah tinggal, p erumahan, dan
struktur yang menggunakan beton mutu tinggi.
Menurut SNI T.15-1990-03 beton yang digunakan pada rumah
tinggal atau untuk penggunaan beton dengan kekuatan tekan tidak
melebihi 10 MPa boleh menggunakan campuran 1 semen: 2 pasir: 3
batupecah dengan slump untuk mengukur kemudahan pengerjaannya
tidak lebih dari 100 mm. Pengerjaan beton dengan kekuatan tekan hingga
20 MPa boleh menggunakan penakaran volume, tetapi pengerjaan beton
dengan kekuatan tekan lebih besar dari 20 MPa hams menggunakan
campuran berat.
Tiga kinerja yang dibutuhkan dalam pembuatan beton adalah (STP
169C, Concrete and concrete-making materials): 1). memenuhi kriteria
konstruksi yaitu dapat dengan mudah dikerj akan dan dibentuk serta
mempunyai nilai ekonomis. 2). kekuatan tekan dan 3). durabilitas atau
keawetan.

6 - Teknologi Beton

J
SPESIFIK ASI
OAN
PERENCANAAN (f\MPURAN

l
MATERIAL PENYUSUN 8ETON
EVALUASI (Semen. Agrcgal. Air. 0ahan
C"
(Sampcl. Pcngujian, Pelaporan ) Tarnbah Mineral.
Bahan Tambah kima)
'-

l
PROSES PENGADAAN
(Balchini;. Mixing. Transportasi.
Peni;ecoran. Finishing. Pcrawatan)

l
SIFAT DAN KARAKTER SETON
EVALUASI
(Sampel. Pengujian. Pelaporan) C" . (Rheological, Mekanikal. Kimiawi.
Elekronikal. dll J
'
l
~

KINERJA SETON
(Konstruktibiliti. Kekuatan.
Durabilitas)

Gambar 1.1 Proses keseragaman pembuatan beton


(Sumber: STP 169C, Concrete and Concrete-Making Materials, p.32)

Kinerja yang dihasilkan pada proses pengadaan beton haruslah


seragam. Secara umum, prosedur untuk mendapatkan kinerja yang
seragam dalam pengerj aan beton dapat dilihat pada diagram alir pada
Gambar 1.1 (Fiorato., Anthony E, 1994: 32). Survai yang dilakukan
ASTM mengenai pengaruh bahan-bahan yang digunakan terhadap kinerja
beton dilakukan pada 27 responden. Kriteria penilaian variabel
menggunakan skala 1 - 10, dimana 10 merupakan pengaruh tertinggi
terhadap kinerja yang dihasilkan (Gambar 1.2). Penilaian ini didasarkan
pada pentingnya penggunaan bahan tersebut untuk menghasilkan kinerja
tertentu dalam beton yang dibuat.
Secara praktis, penilaian mengenai penggunaan bahan untuk meng-
hasilkan kinerja tertentu akan bergantung pada tujuan beton tersebut
dibuat. Penggunaan semen untuk rumah tinggal akan lebih banyak jika
dibandingkan untuk penggunaan perumahan komersil atau beton mutu
tinggi. Jadi, komposisi bahan penyusun juga harus dilihat berdasarkan
tujuan pembuatan beton tersebut. Berdasarkan kategori rumah tinggal,

Pendahuluan - 1
perumahan dan beton mutu tinggi, dampak pengaruh bahan terhadap
kinerja beton yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 1.3.

Cement =-iiiiiJ
F,ne Agg

Coarse Agg
Fly Ash

Water Reducer, Retarders

Air-Entraining Admix
Ligh~ht Agg

Stag
smca Fume
~
Water

3 5 7 9
Avg. Rang king ( 1=Most and 1O= Least Important

Gambar 1.2 Persepsi Dampak Pe11ggu11aa11 Material dalam Membentuk Ki11e1ja Beto11
(Sumber: STP 169C, Concrete and Concrete-Making Materials, p.32)

Gambar 1.2 menjelaskan bahwa penggunaan semen pada campuran


beton sangatlah penting. Penggunaan air tidak begitu berpengaruh
terhadap pembentukan kinerja beton seperti yang juga dijelaskan oleh
Abrams (1920) yang meneliti pengaruh air dalam perbandingannya
dengan semen (FAS/WCR). Abrams hanya menyatakan bahwa j ika FAS
atau water content ratio lebih besar dari 0.6 maka kinerja kekuatan beton
akan semakin hmm, begitu juga sebalilmya. Namun demikian, mengingat
mahalnya harga semen, maka untuk pekerjaan berskala besar,
penggunaan semen inipun harus diusahakan seminimal mungkin. Hal ini
mendorong penggunaan bahan pengganti semen.
Penggunaan semen untuk pembangunan rumah tinggal lebih banyak
dan lebih penting karena pembuatan rumah tinggal cenderung tidak
menggunakan perencanaan sederhana (Gambar 1.3). Hal ini berbeda
dengan penggunaan semen untuk kebutuhan beton berkekuatan tinggi
dimana penggunaan semen lebih sedikit. Karena biaya semen besar, maka
untuk mengurangi ongkos produksi penggunaan semen di usahakan
seminimal mungkin.

8 - Teknologi Beton
Cerrent

FineAgg
- El Res idential
■ Low- Rise ConTT"ercial
Coarse Agg
□ High Tec h., Higt-Strength
Fly Ash

Wat er Reducer, Retarders

Air-Entraining Ad rrix ..
Lightw eight A gg

Slag . ,
.,, ¥,,,__ _ ,.,. _,,,
Silica Furre .. . .
. .
Water . . , ..

2 3 4 5 6 7 8 9 1)

Avg .. Rang king ( 1=M:ls t and 1O= Least lrrportant

Gambar 1.3 Persepsi Da•npak Penggunaan Material dalam Membentuk


Kine,ja Belon Tergantung dari Type Konstruksi (Sumber: STP I 69C, Concrete
and Concrete-Making Materials, p.33)

1.5 Sifat dan Karakteristik yang Dibutuhkan


pada Perancangan Beton

1.5.1 Kuat Tekan Beton


Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan
tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan
luas. Walaupun dalam beton terdapat tegangan tarik yang kecil, diasumsi-
kan bahwa semua tegangan tekan didukung oleh beton tersebut. Penentu-
an kekuatan tekan dapat dilakukan dengan menggunakan alat uji tekan
dan benda uji berbentuk silinder dengan prosedur uji ASTM C-39 atau
kubus dengan prosedur BS-1881 Part 115; Part 116 pada umur 28 hari.
Kekuatan tekan relatif antara benda uji silinder dan kubus ditunjuk-
kan pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 (menurut standar ISO).

Pendahuluan - 9
Tnbrl 1.1 Rasio K11at Tcka11 Sili11da-f,:11h11s

Kuat Trknn 7.00 15.20 20.00 24.10 26.20 34.50 Jo.so 40.70 44. 10 50.30
ltl\1p.a)
-
Kuat R9S10 0-:'t, 0.7i 0.81 0.87 0.<>1 0.94 0.87 0.92 0.91 0.%
S1h1ili 1'.ut-u:-

Tabel l.l Pt'11><mdingn11 Kum Tt!kan amara Silimler dan Kulm.,·

°KU2l Tckan Siliod~ 2 4 6 8 10 12 \(l 20 25 JO JS 40 45 50


(Moa)

Kuat Tckan Kubus 2.5 5 7.5 10 12.5 15 20 25 30 35 40 45 50 55


( Moa)

(Sumber: ISO Standard 3893-1977)

Menurut BS.1881, rasio kubus terhadap silinder (cube/cylinder)


untuk semua kelas adalah 1.25, sedangkan menurut K.W. Day, "Concrete
J.1i.x Design. Quality Control and Specificatio11", E & FN SPON, London,
1995, kekilatan tekan kubusjika dibandingkan dengan silinder dinyatakan
dalam persamaan l. 1 dan 1.2 dengan nilai kuat tekan kubus dan silinder
dinyatakan dalam :MPa atau N/mnl . Departemen Pekerjaan Umum
dalam Pedoman Beton 1989 (draft), LPMB, 1991 Pasal 4 .1.2.1
membenlcan hubungan antara kuatan tekan kubus dengan silinder dalam
persamaan 1.3.

f'a=[f',- ffc J (I.I)

f',= (f'd t:J (1.2)

I'c = (0. 76+ 0.2.Lo{ <~ )>1c1 ( 1.3)

10 - Teknologi Beton
1.5.2 KemucJahan Pengerjaan
Tclah dijclaskan diatas bahwa kemudahan pengerjaan beton
mcrupakan salah satu kinerja utama yang dibutuhkan. Walaupun suatu
struktur bcton dirancang agar mempunyai kuat tekan yang tmggi. tetapi
jika rancangan tcrscbut tidak dapat diimplementasikan di lapangan karena
sulit untuk dikcrjakan maka rancangan tersebut menjad1 percuma.
Kcmajuan tcknologi mcmbawa dampak yang nyata untuk meng.atas1 ha]
ini , yai tu dcngan pcnggunaan bahan tambah untuk memperba1k1 kmerya
Hal terscbut akan dibahas lebih jelas akan dibahas dibagian benkutnya.

1.5.3 Rangkak dan Susut


Setelah beton mulai mengeras, beton akan mengalami pembebanan.
Pada beton yang menahan beban akan terbentuk suatu hubungan
tegangan dan regangan yang merupakan fungsi dari waktu pembebanan.
Beton menunjukan sifat elastisitas mumi pada waktu pembebanan
singkat, sedangkan pada pernbebanan yang tidak singkat beton akan
mengalami regangan dan tegangan sesuai dengan lama pernbebanannya .
.
Rangkak (creep) atau lateral material flow didefinisikan sebagai
penambahan regangan terhadap waktu akibat adanya beban yang bekerja.
(Nawy, 1985:49). Deformasi awal akibat pembebanan disebut sebagai
regangan elastis, sedangkan regan gan tarnbahan akibat beban yang sama
disebut regangan rangkak. Anggapan praktis ini cukup dapat diterima
karena deformasi awal pada beton h ampir tidak dipengaruhi oleh waktu.
Rangkak tirnbul dengan intensitas yang semakin berkurang setelah selang
waktu tertentu dan kemungkinan berakhir setelah beberapa tahun. Nilai
rangkak untuk beton mutu tinggi lebih kecil dibandingkan dengan beton
mutu rendah. Umumnya, rangkak tidak mengakibatkan dampak langsung
terhadap kekuatan struktur tetapi akan mengakibatkan timbulnya redistri-
busi tegangan pada beban yang bekerja dan kemudian men gakibatkan
terjadinya peningkatan lendutan (deflection).
Hubungan antara waktu dengan regangan p ada beton ditunjukan pada
Gambar 1.4 (Nawy, 1985 :49). Rangkak tidak dap at langsung dilihat.
Rangkak hanya dapat diketahui apabila regangan elastis dan susut serta
deformasi totalnya diketahui. Meskipun susut dan rangkak adalah
fenomena yang saling terkait, dalam hal in i superposisi regangan

Pendahuluan - 11
dianggap berlaku sehingga regangan total adalah regangan elastis
ditambah rangkak dan susut.

ta.)
l
Ser (rangkak)

ee (regangan elastis)

Waktu, t

Gambar 1.4 Kurva Waktu Regangan

Susut didefinisikan sebagai perubahan volume yang tidak ber-


hubungan dengan beban. Jika dihalangi secara merata, proses susut dalam
beton akan menimbulkan deformasi yang umumnya bersifat menambah
deformasi rangkak.
Berbagai eksperimen menunjukan bahwa deformasi rangkak akan
sebanding dengan tegangan yang bekerja. Hal ini berlaku pada keadaan
tegangan yang rendah. Batas atas tidak dapat ditentukan dengan pasti,
tetapi berkisar antara 0.2 <;Ian 0.5 dari kekuatan batas kekuatan tekannya
(f'c). Variasi batas ini diakibatkan oleh besamya retak mikro ~:liatas
sekitar 40% dari beban batas (Nawy, 1985:50).
Proses rangkak selalu dihubungkan dengan susut karena keduanya
terjadi bersamaan dan sering kali memberikan pengaruh yang sama
terhadap defonnasi. Pada umumnya, beton yang semakin tahan terhadap
susut akan mempunyai kecenderungan rangkak yang rendah, sebab kedua
fenomena ini berhubungan dengan proses hidrasi pasta semen. Rangkak
dipepgaruhi oleh komposisi beton, kondisi lingkungan, ukuran benda uji
atau elemen struktur. Pada prinsipnya rangkak merupakan fenomena yang
bergantung pada beban sebagai fungsi waktu.
Komposisi beton pada· dasamya dapat didefinisikan dengan Faktor
A ir Semen (FAS), jenis semen, jenis agregat serta kandungan semen dan

12 - Teknologi Beton
agregat. Scperti halnya susut, rangkak akan scmakin besar dengan
meningkatnya raktor Air Semen dan kandungan semen. Demikian pula.
semakin banyak agregat yang digunakan semakin sedikit sus ut yang
te1jadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya rangkak dan susut
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Sifat bahan dasar beton (komposisi dan kehalusan semen, kualitas
adukan, dan kandungan mineral dalam agregat),
b. Rasio a ir terhadap jumlah semen (water cement ratio),
c. Suhu pada saat pengerasan (temperature ),
d. Kelembaban ni sbi pada saat proses penggunaan (humidity),
e. Umur beton pada saat beban bekerja,
f. Nilai slump (s lump test),
g. Lama pembebanan,
h. Nilai tegangan,
1. Nilai rasio permukaan komponen struktur.
Agar rangkak dan susut dapat diminimalkan, perlu dilakukan peng-
hitungan dan pengendalian pekerjaan beton, terutama pada point (a)
sampai (f).

1.6 Aktivitas Pengerjaan Beton


Pengerjaan beton tidak hanya terdiri dari satu titik kegiatan, tetapi
terdiri dari beberapa kegiatan yang saling berhubungan. Setiap aktivitas
kegiatan tersebut harus dikontrol agar hasilnya sesuai dengan yang
direncanakan.
Proses pembangunan sebuah struktur dapat diterangkan dengan
bagan di Gambar 1.5 (Gideon, 1994:2). Dari gambar tersebut dapat
dilihat bahwa salah satu proses yang penting adalah perencanaan.

Pendahuluan - 13
,.

l<onsultan PNt>ncma (ronsullsnl)

Me>mtiuat Ren.:ana (per;:,nconaan) PemerintM (government)

BesteJ • Gambor ($es~ikasi Tet..111k


S. Gamber t4-- - - - - - _ _ _ _ J

Pl?mTT1han Pemborong (lender)

Pl?laksa,aan (cons!ruct,on)

Gambar 1.5 Bagan Alir Perencanaan Pembangunan

Tentunya dituntut kerjasama yang baik antara pengelola proyek,


pemilik dan konsultan perencana serta antara konsultan p erencana,
penasihat dan pelaksana. Di samping harus dapat menerj emahkan
keinginan pemilik, pelaksana dan pengelola proyek harus memahami
ketentuan-ketentuan dari instansi pemerintah karena perencanaan beton
harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Berdasarkan bagan diatas, aktivitas utama pengerjaan beton terletak
adalah perencanaan yang dilakukan oleh konsultan perencana dan
pengendalian mutu pada saat pelaksanaan yang dilakukan oleh kontraktor
dibawab pengawa·san konsultan perencanaan dan konsultan supervisi.
Pengerjaan beton dimulai jika telah ada penunjukan atau perintah kerja
dari pemilik.
Kegiatan perencanaan beton dimulai dari quarry atau tempat ·
penambangan sumber alam. Perencana harus mengambil contoh-contoh
material yang akan digunakan, sesuai dengan ketentuan standar baku
yang telah ditetapkan. Pengambilan contoh ini dilakukan secara acak
(random) agar sifat-sifat bahan yang akan •aiuji terwakili. Contoh uji ini
kemudian dibawa ke laboratorium untuk dicek dan diuji. Jika parameter
besaran yang dimilik.i masing-masing bahan tersebut telah sesuai dengan
syarat yang diberikan (code standard), bahan tersebut dapat digunakan.
Jika bahan yang diuji tidak memenuhi syarat, pelaksana harus mencari
sumber bahan yang lainnya atau mencampur bahan yang mutunya Jrurang
dengan bahan lainnya sehingga komposisi bahan yang dihasilkan sesuai

14 - Teknologi Beton
dcngan syarat yang ditentukan . Setelah nilai masing-masing bahan
tersebut dipcrolch, perancangan bcton (mix design) harus dilakukan.
Perancangan beton sesuai dengan spesifi kasi yang ditetapkan dapat
dilakukan dengan metode-metode yang dikenal. Di Indonesia, pekerjaan-
pekerjaan milik pemerintah harus menggunakan standar yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Standar baku ini <lulu dikenal sebagai
Standar Industri Indonesia namun saat m1 telah direvi si dan
dikembangkan menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar
perencanaan beton yang dipakai adalah SNI T-15-1990-03 .
Setelah perancangan beton selesai, perlu dilakukan penguj ian
lanjutan melalui penguj ian campuran beton di laboratorium. Penguj ian
campuran beton ini meliputi pengujian beton segar dan pengujian beton
keras. Pengujian beton segar dimaksudkan untuk mengetahui workability
atau kemudahan dalam pengerjaannya. Indikator dari kemudahan dalam
pengerjaan ini dapat dilihat dari nilai slump beton. Tujuan pengujian
beton segar lainnya adalah untuk melihat apakah terjadi bleeding dan
segregation atau tidak.
Pengujian beton keras terutama dimaksudkan untuk mengetahui
kekuatan tekan karakteristik dari beton tersebut (fc). Pengujian ini
dilakukan dengan membuat benda uji berbentuk slinder yang pada umur
tertentu diuji. Jika benda uji tersebut tidak lulus pada pengujian ini, harus
dilakukan perancangan ulang campuran sampai didapatkan komposisi
yang disyaratkan dalam spesifikasi teknik yang dibuat oleh pemilik.
Setelah pembuatan campuran di laboratorium selesai dilakukan,
proses selanjutnya adalah membawa hasil komposisi mix design tersebut
sebagai Job Mix Formula (JMF) ke tempat pengolahan beton. Tempat
pengol__ahan dapat berupa pengolahan yang menggunakan me~in mixing
biasa (molen) maupun pengolahan beton yang besar (concrete plant).
Sflama masa pengolahan beton ini berjalan, proses pengawasan kualitas
harus tetap dilakukan oleh kontraktor, di bawah pengawasan konsultan
pengawas. Jika terjadi perubahan terhadap parameter bahan penyusun
beton, pengujian laboratorium harus dilakukan lagi sebagai quality
control bahan-bahan komposisi beton. Dari concrete plant, beton dibawa
ke tempat pekerjaan beton, yakni tempat pengecorannya. Selama masa
pengangkutan, beton segar tersebut harus tetap dijaga agar tidak
mengalami kehilangan Faktor Air Semen yang dapat menyebabkan
menurunnya kekuatan tekan beton. Hal ini dilakukan agar beton yang
dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan.

Pendahuluan - 15
,.
Selama masa pelaksanaan pun proses kontrol tidak boleh dihentikan.
Pada masa ini, pelaksanaan pengecoran, pemadatan, perawatan dan
penyelesaian harus diawasi. Setelah beton mengeras dan berumur 28 hari,
uji tekan untuk mengetahui kekuatannya harus dilakukan. Jika pengujian
tersebut tidak dilakukan, dapat dilakukan tindakan lain sesuai dengan
syarat evaluasi beton keras. Pengujian dapat dilakukan dengan core drill
dan load test atau dengan merancang ulang mekanikanya dengan
menggunakan rnutu beton aktual (f ca). Bagan alir aktivitas pengerjaan
beton dapat dilihat pada Gambar 1.6.

Spcsifilasi Td:niL:

Kar.ilacristil Kelua1an Rencana

Penyelidikan Bahan-
balian Penyusun Belon
Sif:u Belon lain yang diinginhn

Pcngambilan Sampcl

Pengujian Sampel
Labor.11orium
Bahan Penyusun
Tidak

A1131isis Hasil &. Evaluasi


Pcrancangan Campuran
Bahan Penyusun

Pengolahan Belon
Tidak

Pengangku1an Belon
Pengambilan Sampel
Penuangan Belon Belon segar & Pembualan
Benda Uji Tekan
Pemadatan Belon

Pekcrjaan Akhir Belon

Uji Struktur Tidak Merusak -----1 Analisis Hasil & Evaluasi


Beton Keras

.Uji Struktur Merusak


Selesai

Gambar 1.6 Bagan Alir Aktivitas Penge1jaan Beton

16 - Te.Jaw/ogi Belon
PERT ANY AAN:
1.1 Jelaskan defini si dan deskripsi dari beton!
1.2 Jelaskan kelebi han dan kekurangan beton yang digunakan sebagai
struktur!
1.3 Pertimbangan apa yang harus diambil bagi seorang perencana untuk
membuat sebuah campuran beton?
1.4 Langkah apa yang harus diambil untuk mengatasi kelemahan beton
terhadap kuat tarik?
1.5 Berdasarkan variabel bahan penyusun beton untuk perumahan,
j elaskan pengaruh material penyus unnya dalam skala 1-10 !
1.6 Bagaimana cara mengetahui karakteristik kekuatan tekan beton?
1.7 Jelaskan dan gambarkan aktivitas pengerjaan beton!

DAFTAR PUST AKA


American Concrete lnst-i.tute, ACI 318-89 Building Code Requirements
for Reinforce Concrete, Part I, General Requirement, Fifth
Edition, Skokie, Illinois, USA: PCA, 1990. 5pp.
Amirudin.,Nursyafril. Pedoman Konstruksi Beton. Edisi Pertama,
Bandung: PEDC, 1982.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,
Pedoman Beton 1989. SKBl.1.4.53.1989. Draft Konsensus.
Jakarta: DPU, 1989
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. SK SNI T- 15-1991-
03. Cetakan Pertama, Bandung: DPU - Yayasan LPMB, 1991.
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Rencana Pembuatan
Campuran Beton Normal. SK SNI T-15-1990-03 . Cetakan
Pertama, Bandung: DPU -Yayasan LPMB, 1991
Helmuth, Richard A. The Nature of Concrete, in Concrete and
Concrete-Making Materials STP.169C, Philadelphia: ASTM,
1994 Pp.5-14.

Pendahuluan - 17
Fiorato. Anthony E., Variability of C oncrctc- l\1aking l\'l aterials, ill
Concrete and Co11crete-Afaki11g A1ateria/s STP. J69C,
Philadelphia: ASTM, 1994 Pp.31-37.
Jackson, N. Civil Engineering i\1aterial. Great Britain: Unwin Brothers
Ltd..1977.
Murdock, L.J.,L.M.Brock, dan Stephanus Hendarko. , Bahan dan
Praktek Beton. Jakarta: Erlangga, 1991 .
Nawy .. Edward. G., Reinforce Concrete a Fundamental Approach
Te,jemahan, Cetakan Pertama, Bandung: PT.Eresco, 1990
Sagel.,R and H. Kesuma., Gideon. Pedoman Pekerjaan Beton. Cetakan
Ketiga, Jakarta: Erlangga, 1994.

..,.

18 - Teknologi Beton
SEMEN 2
eton umumnya tersusun dari tiga bahan penyus un utama ya itu

B semen, agregat clan air. Jika diperlukan, bahan tambah


(admixture) dapat ditambahkan untuk mengubah si fat-sifat
tertentu dari beton yang bersangkutan.
Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi akti f setelah
berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan yang penting
da]am reaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi
mineral yang dapat mencegah perubahan-perubahan volume beton setelah
pengadukan selesai dan memperbaiki keawetan beton yang dihasilkan.
Pada umurnnya, beton mengandung rongga udara sekitar I% - 2%,
pasta semen (semen dan air) sekitar 25% - 40%, dan agregat (agregat
halus dan agregat kasar) sekitar 60% - 75%. Untuk mendapatkan
kekuatan yang baik, sifat dan karakteristik dari masing-masing bahan
penyusun tersebut perlu dipelajari.

2.1 Sejarah Semen


Beton mulai ditinggalkan orang seiring dengan mundumya kerajaan
Romawi. Baru sekitar tahun 1790, J. Smeaton dari Inggris menemukan
bahwa kapur yang mengandung lempung dan dibakar akan mengeras di
dalam air. Bahan ini mirip dengan yang semen yang dibuat oleh bangsa
Romawi.
Penyelidikan lebih lanjut yang mengarah pada kepentingan komersial
dilakukan oleh J .Parker pada masa yang sama. Bahan tersebut mulai
digunakan sekitar awal abad ke - 19 di Inggris dan kemudian di Prancis.
Karya konstruksi sipil pertama dikerjakan pada tahun 1816 di Souillac,
Prancis berupa jembatan yang dibuat dengan beton tak bertulang. Nama
semen portland (Portland Cement) diusulkan oleh Joseph Aspdin pada
tahun 1824 karena campuran air, pasir, dan batu-batuan yang bersifat
pozzolan dan berben~uk bubuk ini pertama kal i diolah di Pulau Portland,
dekat pantai Dorset, Inggris. Semen portland pertama kali diproduksi di
pabrik oleh David Saylor di Coplay Pennsylvania, Amerika Serikat pada

Semen - 19
tahun 1875. Sejak saat itu, semen portland berkembang dan terus dibuat
sesuai dengan kebutuhan.
Indonesia telah pula memiliki banyak pabrik semen p01iland m odem
dengan mutu internasional. Pabrik yang tersebar di Sumatera, Jawa dan
Sulawesi itu antara lain:
( 1) Pabrik semen Indarung yang memproduksi Semen Padang di Padang,
Sumatera Barat serta pabrik semen Baturaja yang me mproduksi
semen Tiga Gajah. Keduanya terletak di Sumatera.
(2) Pabrik Semen Gresik, Semen Cibinong, Semen Tiga Roda, dan
Semen Nusantara di Jawa.
(3) Pabrik semen Tonasa di Sulawesi.

2.2 Jenis Semen


Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan
campuran serta susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu: I). semen non-hidrolik dan 2). semen
hidrolik.

2.2.1 Semen non-hidrolik


Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air,
akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non-
hidrolik adalah kapur.
Kapur dihasilkan oleh proses kimia dan mekanis di alam. Kapur telah
digunakan selama berabad-abad lamanya sebagai bahan adukan dan
plesteran untuk bangunan. Hal tersebut terlihat pada piramida-piramida di
Mesir yang dibangun 4500 tahun sebelum masehi. Kapur digunakan
sebagai bahan pengikat selama zaman Romawi dan Yunani. Orang-orang
Romawi menggunakan beton untuk membangun Colloseum dan
Parthenon, dengan cara mencampur kapur dengan abu gunung yang
mereka peroleh didekat Pozzuoli, Italia dan mereka namakan Pozollan.
Pondasi jalan pada zaman Romawi, termasuk jalan Via Appia,
merupakan tanah yang distabilkan dengan kapur. Kini kapur digunakan

20 - Teknologi Beton

I
J,I
dalam bidang pertanian, industri kimia, industri karet, industri kayu.
industri farmasi, industri baja, industri gula, dan industri semen.
Jenis kapur yang baik adalah kapur putih, yaitu yang mengandung
kalsium oksida yang tinggi ketika masih berbentuk kapur tohor (belum
berhubungan dengan air) dan akan mengandung banyak kalsium hidrok-
sida ketika telah berhubungan dengan air. Kapur tersebut dihasilkan
dengan membakar batu kapur atau kalsium karbonat bersama beserta
bahan-bahan pengotomya, yaitu magnesium, silikat, besi, alkali, alumina
dan belerang. Proses pembakaran dilaksanakan dalam tungku tanur tinggi
yang berbentuk vertikal atau tungku putar pada suhu 800°- I 200°C.
Kalsium karbonat terurai menjadi kalsium oksida dan karbon dioksida
dengan reaksi kimia sebagai berikut.

Kalsium oksida yang terbentuk disebut kapur tohor, dan jika ber-
hubungan dengan air akan menjadi kalsium hidroksida serta panas.
Reaksi kimianya adalah:

Proses ini dinamakan proses mematikan kapur (slaking) dan hasilnya,


yaitu kalsium hidroksida, sering disebut sebagai kapur mati. Kecepatan
berlangsungnya reaksi terutama bergantung pada kemumian kapur;
makin tinggi kemumian kapur yang bersangkutan makin besar daya
reaksinya terhadap air. Kapur mati dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu 1). dapat dimatikan dengan cepat, 2). dapat dimatikan
dengan agak lambat, dan 3). dapat dimatikan dengan lambat.
Kapur mati didapatkan dengan menambahkan air secukupnya (sekitar
sepertiga dari berat kapur tohor). Dempul kapur diperoleh dengan
menambahkan air yang berlebihan pada kapur tohor. Pengikatan kapur
terjadi akibat kehilangan air akibat penyerapan oleh bata atau akibat
penguapan. Proses pengerasan berlangsung akibat reaksi karbondioksida
dari udara dengan kapur mati. Reaksinya adalah sebagai berikut.

Semen -21
Dari reaksi kimia diatas terlihat bahwa akan terbentuk kembali
k:ristal-kristal kalsium karbonat, yang mengikat massa heterogen itu
menjadi massa padat. Proses pengerasan ini be1jalan lambat dan dapat
ber]angsung bertahun-tahun sebelum mencapai kekuatan yang penuh.
Agar dapat ber]angsung, diperlukan aliran udara bebas untuk persediaan
karbondioksida yang dapat menembus bagian terdalam dari adukan
sehingga proses pengerasan dapat berlangsung menyeluruh.
Kapur putih ini cocok untuk menjernihkan plesteran langit-langit,
untuk mengapur kamar-kamar yang tidak penting dan garasi, atau untuk
membasmi kutu-kutu dalam kandang. Jika digunakan sebagai bahan
tambah campuran beton, kapur putih akan menambah kekenya1an dan
memperbaiki sifat pengerjaan beton. Dengan menggunakan campuran
1:3, kapur putih dapat memperbaiki pern1ukaan beton yang tidak
mengandung pori-pori. Kapur putih merupakan komponen utama dari
bata yang terbuat dari pasir dan kapur. Kekuatan kapur sebagai bahan
pengikat hanya dapat mencapai sepertiga kekuatan semen portland.

2.2.2 Semen hidrolik


Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan
mengeras di dalam air. Contoh semen hidrolik antara lain kapur hidrolik,
semen pozo11an, semen terak, semen alam, semen portland, semen
portland-pozollan, semen portland terak tanur tinggi, semen alumina dan
semen expansif. Contoh lainnya adalah semen portland putih, semen
warna, dan semen-semen untuk keperluan khusus.

2.2.2-.1 Kapur hidrolik


a) Bahan
Sebagian besar (65%-75%) bahan kapur hidrolik terbuat dari batu
gamping, yaitu kalsium karbonat beserta bahan pengikutnya berupa
silika, alumina, magnesia dan oksida besi.
b) Cara pembuatan
Kapur hidrolik dibuat dengan cara membakar batu kapur yang
mengandung silika dan Iempung sampai menjadi klinker dan
mengandung cukup kapur dan silikat untuk menghasilkan kapur
hidrolik. Klinker yang dihasilkan hams mengandung cukup kapur

22 - TekJ1ologi Beton
bebas sehingga massa klinker itu dapat menghasilkan kapur tohor
setelah berhubungan dengan air.
Bila kadar alumina dan sil ika dalam batu kapur bertambah, maka
panas yang terjadi berkurang dan pada suatu saat reaksi antara air dan
kapur tersebut berhenti. Pada suhu tinggi , al umina dan silika berpadu
dengan kalsium oksida, kalsium silikat, dan alumina yang tidak
mudah bergabung dengan air bila berada dalam bentuk gumpalan-
gumpalan. Oleh karena itu, kapur tohor ditambahkan pada saat
pemberian air, sehingga gumpalan-gumpalan yang besar terpecah-
pecah menjad i serbuk halus akibat pengembangan kapur tohor.
c) Produksi Kapur di /11do11esia
Bahan mentah yang biasa dipakai sebagai pozollan yang terdapat di
Indonesia umumnya berupa teras bahan, misalnya batu apung yang
dihasilkan dari magma gunung berapi yang mati.
Tanur yang digunakan untuk pembuatan kapur hidrolik ini bervariasi
bentuknya, mulai dari yang sederhana sampai yang berbentuk
cerobong vertikal (silo). Karena tidak adanya kontrol yang baik
selama pembuatan kapur ini, kapur yang dihasilkan seringkali
memiliki kadar air yang cukup tinggi sehingga segera menyerap
karbondioksida dari udara clan mernbentuk kembali kalsium karbonat.
Jika kita berjalan kearah Bandung, di daerah Padalarang akan terlihat
tungku-tungku vertikal pengolahan batu kapur yang hasilnya lebih
baik. Bahan pembakar tungku menggunakan kayu bakar ataupun
batubara. Hasil pembakaran kapur yang baik dapat dilihat dari hasil
kapur tohor yang ringan, kering dan berbentuk halus.
Secara sederhana, kapur hidrolik dapat dihasilkan dengan meng-
hamparkan beberapa kilogram kapur tohor dan kemudian memer-
cikan air secukupnya. Jika dilaksanakan dengan baik dan seksama,
akan didapatkan kapur mati yang baik. Jika dikehendaki basil yang
besar, sekitar 10-50 ton, hal itu perlu dilakukan di dalam pabrik atau
industri pengolahan batu kapur. Secara sederhana, proses pembakaran
kapur dapat dilihat pada Gambar 2.1.
d) Sifat-sifat Kapur Hidrolik
Kapur hidrolik memperlihatkan sifat hidroliknya, namun tidak cocok
untuk bangunan-bangunan di dalam air, karena rnembutuhkan udara

Semen -23
yang cukup untuk mengeras. Sifat umum dari kapur adalah sebagai
berikut:
a) Kek.'Uatannya rendah
b) Berat jenis rata-rata 1000 kg/m3.
c) Bersifat hidrolik
d) Tidak menunjukkan pelapukan
e) Dapat terbawa arus.
Perawatan kapur hidrolik dimulai setelah 1 (satu) jam dan diakhiri
setelah 15 (lima belas) jam. Pengunaannya antara lain untuk adukan
tembok, lapisan bawah plesteran, plesteran akhir, bahan pencampur
semen dan sebagai bahan tambah jika beton akan diekspos.

lnst:alasi Pcmcc:ah Batu


(Stone Crusher)
Pcngangkutan (Hauling)

Penggalian (Excavating) (Qua rry)

Pemec:ab Ttr:ak Filter Listrik

Pengpdangan Kapur
Klinker (clinker sloragt)
0
Penggilingan Kapur
,,... r:: $- Packing Plants

(Blending) SILO

Gambar 2.1 Proses Pembuatan Kapur Hidro/ik

24 - Tekno/ogi Beton
2.2.2.2 Semen Pozollan
Pozollan adalah scjenis bahan yang me ngandung si lisium atau
alumini um, yang ti dak mempunyai sifat penye menan. Butirannya halus
dan dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu ruang serta
membentuk senyawa-senyawa yang mempunyai sifat-sifat semen.
Semen pozollan adalah bahan ikat yang mengandung silika amorf,
yang apabila dicampur dengan kapur akan membentuk benda padat yang
keras. Bahan yang mengandung pozollan adalah teras, semen merah, abu
terbang, dan bubukan terak tanur tinggi (SK.SN! T-15-1990-03 :2).
Teras alam dapat dibagi menjadi:
1) Batu apung, obsidian, scoria, tuff, santorin, dan teras yang dihasilkan
dari batuan vulkanik.
2) Teras yang mengandung silika amorf halus yang tersebar dalam
jumlah banyak dan dapat bereaksi dengan kapur jika dibubuhi air
serta membentuk silikat yang mempunyai sifat hidrolik.
3) Teras buatan, meliputi abu batu, abu terbang (fly-ash) dari hasil
residu PLTU dan hasil tambahan dari pengolahan bijih bauksit. Teras
buatan ini dibuat dengan pembakaran batuan vulkanik dan kemudian
menggilingnya. Semen teras meliputi semua bahan semen yang
dibuat dengan menggunakan teras dan kapur tohor, yang tidak
membutuhkan pembakaran. Teras buatan ini digunakan sebagai
bahan tambah dan digunakan pada bangunan yang tidak memerlukan
persyaratan konstruksi yang k.husus, tetapi menggunakan banyak
bahan semen.

2.2.2.3 Semen Terak


Semen terak adalah semen hidrolik yang sebagian besar terdiri dari
suatu campuran seragam serta kuat dari terak tanur kapur tinggi dan
kapur tohor. Sekitar 60% beratnya berasal terak tanur tinggi. Campuran
ini biasanya tidak dibakar. Jenis semen terak ada dua, yaitu:
1. Bahan yang dapat digunakan sebagai kombinasi port/and cement
dalam pembuatan beton dan sebagai kombinasi kapur dalam
pembuatan adukan tembok.

Semen - 25
-,

2. Bahan yang mengandung bahan pembantu berupa udara, yang


digunakan seperti halnya jenis pertama.
Terak tanur tinggi adalah suatu bahan non-metalik, yang sebagian
besar terdiri dari silikat, alumina silikat, kalsium dan scnyawa basa
lainnya. yang terbentuk dalam keadaan cair bersama-sama dengan besi di
dalam tanur tinggi.
Semen terak dibuat melalui proses te11entu yakni penggil ingan, yang
menyebabkan terak itu bersifat hidrolik, sekaligus berkurang jumlah
sulfatnya yang dapat merusak. Terak tersebut kemudian dikeringkan dan
ditambahi kapur tohor dengan perbandingan tertentu. Seluruh bahan
kemudian dicampur dan dihaluskan kembali menjadi butiran yang halus.
Semen terak tidak begitu penting dalam struktur beton, tetapi cukup
menguntungkan jika digunakan untuk pekerjaan yang besar yang tidak
begitu mementingkan aspek kekuatan. Karena kadar alkali yang rendah
semen terak tidak memperlihatkan noda-noda oleh kadar alkali sehingga
dapat digunakan untuk pekerjaan yang khusus.

2.2.2.4 Semen Alam


Semen alam dihasilkan melalui pembakaran batu kapur yang
mengandung Iempung pada suhu lebih rendah dari suhu pengerasan.
Hasil pembakaran kemudian digiling menjadi serbuk halus. Kadar silika,
alumina dan oksida besi pada serbuk cukup untuk membuatnya
bergabung dengan kalsium oksida sehingga membentuk senyawa kalsium
silikat dan aluminat yang dapat dianggap mempunyai sifat hidrolik.
Semen alam dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: I). Semen
alam yang digunakan bersama-sama dengan port/and cement dalam suatu
konstruksi, dan 2). Semen alam yang telah dibubuhi bahan pembantu,
yaitu udara, yang fungsinya sama dengan jenis pertama.
Cara Pembuata11
Semen alam dibuat dengan cara membakar lempung batu kapur yang
memilik kadar lempung 13%-35%, kadar silika 10%-20%, kadar alumina
10%-20%, serta kadar oksida besi '10%-20%. · Setelah dibakar, kapur
tersebut dibasahi dengan air untuk mematikan kapur dan menghilangkan
kapur bebas. Hasil pembekuannya disebut klinker. Klinker tersebut

26 - Teknologi Beton
kcmudian digiling mcnjadi butiran yang bcrbcntuk halus. Semen alam
yang dihasilkan biasanya mempunyai komposis i scbagai berikut:

- Si0 2 22%- 29%


- CaO 3 1%-57%
- MgO 1.5% - 2.2%
- Fe2 0 3 1.5%- 3.2%

-Ah 03 5. 2% - 8.8%

Semen alam tidak boleh digunakan di tempat yang langsung


terekspos perubahan cuaca, tetapi dapat digunakan dalam adukan beton
untuk konstruksi yang tidak memerlukan kekuatan tinggi .

2.2.2.5 Semen Portland


Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak
digunakan dalam pekerjaan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen
portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan
menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang
umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai
bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.
Semen portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat
SII.0013-81 atau Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986, dan harus
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut
(PB.1989:3.2-8).
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan
dalam pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air,
semen akan menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta
semen akan menjadi mortar yang jika digabungkan dengan agregat kasar
akan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi
beton keras (concrete).
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus disesuaikan
dengan rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan.
Pemilihan tipe semen ini kelihatannya mudah dilakukan karena semen
dapat langsung diambil dari sumbemya (pabrik). Hal itu hanya benar jika
standar deviasi yang ditemui kecil, sehingga semen yang berasal

Semen - 27
beberapa surnber langsung dapat digunakan. Akan tetapi, jika standar
deviasi hasil uji kekuatan semen besar, hal tersebut a kan menjadi
masalah. Saat ini banyak tipe semen yang ada di pasaran sehingga
kemungkinan variasi kekuatan semennya pun besar (ACI 3 18-89:2-1).
Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga
membentuk suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara
butir-butir agregat. Walaupun komposisi semen dalam beton hanya
sekitar I0%, namun karena fungsinya sebagai bahan pengikat maka
peranan semen menjadi penting.
a) Proses Pembuata11 Seme11 Portland
Semen portland dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang
komposisi utamanya adalah kalsium dan aluminium silikat. Penambahan
air pada mineral ini menghasilkan suatu pasta yang j ika mengering akan
mempunyai kekuatan seperti batu. Berat jenis yang dihasilkan berkisar
antara 3.12 dan 3.16 dan berat volume sekitar 1500 kg/cm3
(Nawy,1985:9). Bahan utama pembentuk semen portland adalah kapur
(CaO), silika (Si03), alumina (Al203) , sedikit magnesia (MgO), dan
terkadang sedikit alkali. Untuk mengontrol komposisinya, terkadang
ditambahkan oksida besi, sedangkan gipsum (CaS04 .2H2 0) ditambahkan
untuk mengatur waktu ikat semen.
Klinker dibuat dari batu kapur (CaC03), tanah liat dan bahan dasar
berkadar besi. Bahan kapur di Indonesia tersedia melimpah. Kebanyakan
pabrik semen dibangun di dekat gunung kapur.
Pembuatan semen portland dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu:
(1) Penambangan di quany
(2) Pemecahan di crushing plant
(3) Penggilingan (blending)
(4) Pencampuran bahan-bahan
(5) Pembakaran (ciln)
(6) Penggilingan kembali hasil pembakaran,
(7) Penambahan bahan tambah (gipsum)
(8) Pengikatan (packing plant)
Proses pembuatan semen portland dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu proses basah dan proses kering.

28 - Tekno/ogi Belon
' ·-----~------,- - ~----·....... ..

I ) Proses Basah
Pada proses basah, sebelum dibakar bahan dicampur dengan air
(slunJ1) dan digiling hingga berupa bubur halus. Proses basah umumnya
dilakukan jika yang diolah merupakan bahan-bahan lunak seperti kapur
dan lempung.
Bubur halus yang dihasilkan selanj utnya dimasukan dalam sebuah
pengering (oven) berbentuk silinder yang dipasang miring (ciln). Suhu
ciln ini sedikit demi sedikit dinaikkan dan diputar dengan kecepatan
tertentu. Bahan akan mengalami perubahan sedikit demi sedikit akibat
naiknya suhu dan akibat terjadinya sliding di dalam ciln. Pada suhu
l 00°C air mulai menguap; pada suhu 850°C karbondioksida dilepaskan.
Pada suhu sekitar 1400°C, berlangsung permulaan perpaduan di daerah
pembakaran, dimana akan terbentuk kl inker yang terdiri dari senyawa
kalsium silikat dan kalsium aluminat. Klinker tersebut selanjutnya
didinginkan, kemudian dihaluskan menjadi butir halus dan ditambah
dengan bahan gipsum sekitar 1%-5%.
c) Proses Keri11g
Proses kering biasanya digunakan untuk j enis batuan yang lebih keras
misalnya untuk batu kapur jenis shale. Pada proses ini bahan dicampur
dan digiling dalam keadaan kering menjadi bubuk kasar. Selanj utnya,
bahan tersebut dimasukkan ke dalam ciln dan proses selanjutnya sama
dengan proses basah. Lihat Gambar 2.2. (Gideon,1994:146).

Proses 8Jnh ProscsKcring

Bi~iJn dici1ing
l
Bigi;a n dic impur

D•n die.m i
i deng•n • ir
i
Digiling

i
Babu.k K1ur
Bubur H•lus

L T•nur Semen 11•0O0C


Klinker Semen Portl•nd
Gunu111i (Udar;a diagin :ltau :air)
Klingku + B•h>n c•m pu.r (gipsum)
J
Gambar 2.2 Proses Pembuatan Semen

Semen -29
--
Dalam fabrikasi akhir, semen portland digiling da lam kil ang pelun.
(kogelmo/eslci/11) hingga halus dan ditambahi beberapa bahan tambaha~
tennasuk gipsum. Jenis semen yang diproduksi pabrik di sesuaikan
dengan kebutuhan. Nama pabrik semen tersebut biasanya digunakan
sebagai merek dagang. Bagan alir dari proses fabrikasi semen portland ~
pabrik dapat dilihat pada Gambar 2.3. Secara ringkas, proses pembuatan
semen portland dapat dijelaskan sebagai berikut (Nawy, 1985 :9).
(1) Bahan baku yang berasal dari tambang (quan y) berupa campuran
CaO, SiO2, dan AhO3 digiling (blended) bersan1a-sama beberapa
bahan tambah lainnya, baik dalam proses basah maupun dalam proses
kering.
(2) Hasil campuran tersebut dituangkan ke ujung atas ciln yang diletakan
agak miring.
(3) Selama ci/11 berputar dan dipanaskan, bahan tersebut mengalir dengan
lambat dari ujung atas ke ujung bawah.
(4) Temperatur dalam ci/11 dinaikkan secara perlahan hingga mencapai
temperatur klinker (clincer temperature) dimana difusi awal te1jadi.
Temperatur ini dipertahankan sampai campuran membentuk butiran
semen portland pada suhu 1400°C (2700°F). Butiran yang dihasilkan
disebut sebagai klinker (clincer) dan memiliki diameter antara 1.5 -
50mm.
(5) Klinker tersebut kemudian didinginkan dalam clinker storage dan
selanjutnya dihancurkan menjadi butiran-butiran yang halus.
(6) Bahan tambah, yakni sedikit gipsum (sekitar 1%-5%) ditambahkan
untuk mengontrol waktu ikat semen, yakni waktu pengerasan semen
di lapangan.
(7) Hasil yang diperoleh kemudian disimpan pada sebuah cement silo
untuk penggunaan yang kecil, yakni kebutuhan masyarakat.
Pengolahan selanjutnya adalah pengepakan dalam packing plant.
Untuk kebutuhan pekerjaan besar, f f .1distribusian semen dapat
dilakukan menggunakan capsule truck.

30 - Teknologi Seton
Pengeboran lnsl,11.,si Pcmec.,h Pen11guJa11gan Jan
fl,1111 (C'nL1hcr Pcnc.1111pur.m
Pc11gup.1s,m Ovcnmkn (S1orage .111d Blend11111)
Pc1111angk11la11 Slone)
Pcngg.,han Oahan 0 .1k11 (11.,uhng)
C:
(Limcslonc, Diji bes,. p•sir. c:i
lcmpung al;m shJlc)
~
-;:;
a
C:

Li 11lC 5IOOC ~
0.
Pcnc.ampur.an Kcring Iron Ore ~
Pcnyimpanan DahJn
dan Pcncampuran Sand _ _ __, u
Dasar (Ground Raw -::::,-_;;_;,:.:.:.::..._--1 E
dalam Silo (Dry r-.foing
Malcrial Sloragc)
and Blending Silo)
Clay 8.
0
Proporsi Bahan Daku .;:
Proporsl ,bn Pcnggillngan Dahan Baku (P roportioning and Fine Grinding or Raw Maltrlals)

PenyimpanJn Klinker
Pre healer Kiln (Clinker Slor.ige)

Pendinginan Klinker
(Cooling Clinker)
SiSltnt Kiln, Pembakarnn. Pcndinglnan. dan P,n,•lmpana n Klinker (Kiln, Prthcaling. Burning, Cooling and Cllnktr S1oragt)

Pendislribusian Mclalui Penambahan gipsum


Capsule Tmck (Semen Pcnyimpanan
(Gypsum added)
Curah) Semen (Bulk
S1or.1gc)
Pcnggilingan
Semen (Grinding Mill)
Packing PlanlS
zak
Ptnggilingan Akhir don Ptndislrlbuslan (Finishing Grinding and Shipping)

Gambar 2.3 Bagan Ahr Proses Pabrikasi Semen

d) Sifat da11 Karakteristik Seme11 Portla11d


Semen yang satu dapat dibedakan dengan semen lainnya berdasarkan
susunan kirµianya maupun kehalusan butimya. Perbandingan bahan-
bahan utama penyusun semen portland adalah kapur (CaO) sekitar 60%-
65%, silika (SiO2) sekitar 20%-25%, dan oksida besi serta alumina
(Fe2 O3 dan A}iO3 ) sekitar 7%-12%. Sifat-sifat semen portland dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu sifat fisika dan sifat k.imia.
(1) Sifat Fisika Semen Portland
Sifat-sifat fisika semen meliputi kehalusan butir, waktu pengikatan,
kekalan, kekuatan tekan, pengikatan semu, panas hidrasi, dan hilang
pijar. Berikut ini adalah penjelasan untuk masing-masing sifat.
Kehalusan Butir (Fille11ess)
Kehalusan butir semen mempengaruhi proses hidrasi. Waktu peng-
ikatan (setting time) menjadi semakin lama jika butir semen lebih
kasar. Kehalusan penggilingan butir semen dinamakan penampang

Semen - 31
spesifik. yaitu luas butir pcnnukaan semen. Jika permukaan penam-
pang semen lebih besar semen akan memperbesar bidang kontak
1

dengan air. Semakin halus butiran semen proses hidrasinya semakin


1

cepat, sehingga kekuatan awal tinggi dan kekuatan akhir akan


berl-a.1rang.
Kehalusan butir semen yang tinggi dapat mengurangi te1j adinya
bleeding atau naiknya air ke permukaan, tetapi menambah kecen-
derungan beton untuk menyusut lebih banyak dan mempermudah
terjadinya retak susut. Menurut ASTM, butir semen yang lewat
ayakan No.200 harus lebih dari 78%. Untuk mengukur kehalusan
butir semen digunakan "Turbidimeter" dari Wagner atau "Air
Permeability" dari Blaine.
Kepadata11(de11sity)
Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3.1 5 Mg/m3•
Pada kenyataannya, berat jenis semen yang diproduksi berkisar antara
3.05 Mg/m3 sampai 3.25 Mg/m3. Variasi im akan berpengaruh pada
proporsi campuran semen dalam campuran. Pengujian berat jenis
dapat dilakukan menggunakan Le Chatelier Flask menurut standar
ASTM C-188.
Konsistensi
Konsistensi semen portland lebih banyak pengaruhnya pada saat
pencampuran awal, yaitu pada saat terjadi pengikatan sampai pada
saat beton mengeras. Konsistens1 yang terjadi bergantung pada rasio
antara semen dan air serta aspek-aspek bahan semen seperti
kehalusan dan kecepatan hidrasi. Konsistensi mortar bergantung pada
konsistensi semen dan agregate pencampurnya.
Waktu Pengikatan
Waktu 1kat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras,
terhitung dari mulai bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen
hingga pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan. Waktu ikat
semen dibedakan menjadi dua: 1). waktu ikat awal (initial setting
time) yaitu waktu dari pencampuran semen dengan air menjadi pasta
semen hingga hilangnya sifat keplastisan, 2). waktu ikatan akhir
(final setting time) yaitu waktu antara terbentuknya pasta semen
hingga beton mengeras. Pada semen portland initial setting time

32 - Teknologi Beton

J
ber kisar 1.0 - 2.0 jam, tetapi tidak boleh kurang dari 1.0 jam.
seda n gkanfina/ setting time tidak boleh lebih dari 8.0 jam.
W aktu ikatan awa l sangat penting pada kontrol pekerjaan beton.
U ntuk kasu s-kasu s te rte ntu, diperlu ka n initial setting time lebih dari
2 .0 jam agar waktu te rjad inya ikatan awa l lebih panjang. Waktu yang
panjang ini diperlukan untuk trans portasi (hauling), penuangan
(dumping/p ouring) , pemadatan (vibrating) dan pen ye lesaiannya
(finishing ). Prose s ikatan ini disertai perubahan te m peratur yan g
dimu lai terjadi sej ak ikatan awal dan mencapai puncaknya p a da
waktu berakhimya ikatan akhir. Waktu ikatan akan memende k k a rena
naiknya temperatur seb esar 30°C atau leb ih . Waktu ikatan ini s angat
dipen gar uh i oleh j um lah air yan g d ipakai dan oleh ling kungan
s ekitam ya.
Peng ikatan semu diukur d en gan alat "Vicat" ata u " Gillmore". P eng-
ikatan semu untuk prosentase p en etrasi akhir m inimum p a d a semua
j enis semen adalah 50% .
Panas Hidrasi
Panas hidrasi adalah panas y ang terjadi pada saat semen bereak s i
dengan air, diny atakan dalam kalori/gram. Jumlah panas y ang
dibentuk antara lain bergantung pada j enis semen yang d ipakai clan
kehalusan butir semen. Dalam pelaks anaan, perkembangan panas ini
dapat mengakibatkan masalah yakni timbulnya retakan p a d a saat
pendinginan. Pada beberapa struktur beton, terutama pada struktur
beton mutu tinggi, retakan ini tidak diinginkan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pendinginan melalui perawatan (curing) pada saat
pelaksanaan.
Panas hidrasi naik sesuai dengan nilai temperatur pada saat hidras i
terjadi. Untuk semen biasa, panas hidrasi bervariasi mulai 37
kalori/gram pada temperatur sekitar 5°C hingga 80 kalori/gram pada
temperatur 40°C . Semua jenis semen umumnya telah membebaskan
sekitar 50% panas totalnya pada satu hingga tiga hari pertama, 70%
pada hari ketujuh, serta 83-91 % setelah 6 bulan. Laju perubahan
panas ini bergantung pada komposisi semen.
Perkembangan panas hidrasi untuk berbagai jenis semen pada suhu
21 °C ditunjukkan pada Tabel.2.1.

S emen -33
Tabcl 2.1 Perkemba11ga11 Panas lfidrasi Semen Portland pada Suliu 2re
Hari
Jenis Semen Portland 1 2 3 7 28 90
Tipe I 33 53 61 80 96 1~
Tipe II - - - 58 75 .
Tipe III 53 67 75 92 I 01 107
Tipe IV - - 41 50 66 75
Tipe V - - - 45 50 .

Per11baha11 Volume (Kekalan)


Kekalan pasta semen yang telah mengeras n1erupakan suatu uku:-.
yang menyatakan kemampuan pengembangan bahan-bahan cJ
purannya dan kemampuan untuk mempertahankan volume set;\1
pengikatan terjadi. Ketidakkekalan sen1en disebabkan oleh terCl
banyaknya jumlah kapur bebas yang pembakarannya tidak sempu.-~
serta magnesia yang terdapat dalam campuran tersebut. Kapur be~I
itu mengikat air dan kemudian menin1bulkan gaya-gaya expansi . .J
uji untuk menentukan nilai kekalan semen portland ada!J
"Autoclave Expansion of Portland Cement" cara ASTM C-151, ad
cara Inggris, BS, "Expansion by Le Chatellier".
Sifat-sifat semen portland sangat dipengaruhi oleh susunan ika .
oksida-oksida serta bahan-bahan pengotor lainnya. Semen ~-'.
digunakan untuk membangun suatu struktur harus mempun)1
kualitas tertentu agar dapat berfungsi secara efektif. Pemeriksat
secara berkala perlu dilakukan, baik pada saat pemrosesan, ~
menjadi bubuk semen maupun setelah menjadi pasta sernc;
Pemeriksaan semen atau pengujian ·semen harus dilakukan sesi.ti
dengan standar mutu. Standar yang paling umum dianut di dun
adalah Standar ASTM, "American Society for Testing and Materid
C-150 dan British Standar (BS-12). Di Indonesia, kita menggunah:
Standar Industri Indonesia, (SII-00 I 3-8 I) yang mengadopsi ASW
C-150-80. SII kini telah diperbarui menjadi SNI.
Kekuata11 Teka11
Kek:uatan tekan semen diuji dengan cara membuat mortar )'ari
kemudian ditekan sampai hancur. Contoh semen yang akan di~
dicampur dengan pasir silika dengan perbandingan tertentil
kemudian dibentuk menjadi kubus-kubus berukuran 5x5x5 era

34 - Teknologi Beton
Sctclah berumur J, 7, 14 dan 28 hari dan mengalami perawatan
dcngan pcrcnclaman, benda uj i terse but diuj i kekuatan tekannya.
Pcrkembangan kekuatan tckan untuk • mortar dan beton yang
menggunakan berbagai jenis semen dapat dilihat pada Gambar 2.4
dan 2.5.

6000 420

. - .. - -
-- .,_.. ____ .. i------ . . . . ---- , __ L- . . . . . • _..
N'
- 5000 '----7~
I
I.,,,-- - -
.-/ .... - ~~---
_. -r-: .. .. --- 350

-E
u
-
Cl) I _.,,
a. . - ... - - -
4000 .; ./'
- - -Jenis I 280
-
~
O>

. . /
.. '
C I _
ro
.::.:.
._Q)
.I I
I I ,
,
, - - - - - Jenis II
- - - · Jenis Ill 210
C
ro
.::.:.
._
'

3000 Q)
C . II •...,, ,,
I
, - - - -Jenis IV
....roro I
:::::s 2000
: I /
·':/·'
'/ Jenis V 140
-C
ro
ro

,''·~
.::.:. :::::s
Q)
~
.::.:.
Q)
1000 ·l'I 70 ~

0 0
0 50 100 150 200 250 · 300

Umur Mortar (Hari)

Gamba r 2.4 Perkembang an Kekuatan Tekan Mortar untuk Berbagai Tipe


Portland Cement

Semen -35
8000 - 560
- - - -- -
r

7000 ~

-- - ..,.,,
~
-- t==
~
--
.. 490
,.....

e-
.,, .,,.
~
1---"
. V
~ ./
:=-6000 .
-
," 420
t./) v

e:.sooo
I . -~ I~
,I~
(J
o,
.-- ~ ,:/~ 350
C

i 4000 ,I
I
~
I

.. - V
/
-
~

280 c:~
t-
~ 3000
,I
" . .. v·/
I
---- Jenis I ,--r
2 10 ~
~

:::, / -. ,,. "'


~ 2000 " ._, .... . . ,I
,,I
~~
- - - Jen is II ...
v ~ - - Jenis 111 ..-r
140 ~
~
19
1000 .... - .... -
i,,-
- - - Jen is IV
-JenisV
..--
70
I I I I I
0 I I

3 7 3 0
1 28H . Bulan 1 Tahun5 Tahun
Hari Hari an
Umur Beton

Gambar 2.5 Perkembangan Kekuatan Tekan Be ton untuk Berbagai Tipt


Portland Cement dengan FAS 0.49

(2) Sifat da11 Karakteristik Kimia Sen1e11 Portla11d


(a) Se,iyawa Kimia
Secara garis besar, ada 4 (empat) senyawa kimia utama }'
menyusun semen portland, yaitu:
(a) Trikalsium Silikat (3Ca0. Si02 ) yang disingkat menjadi .
(b) Dikalsium Silikat (2Ca0. Si02 ) yang disingkat menjadi C~
(c) Trikalsium Aluminat (3Ca0. Ah03 ) yang di singkat m ·
C3A.
(d) Tertrakalsium aluminoferrit (4Ca0. Ah03.Fe20 3 ) )
disingkat menjadi C4AF.
Senyawa tersebut menjadi kristal-kristal yang saling men
mengunci ketika menj adi klinker. Komposisi C 3 S dan C2S a
70%-80% dari berat semen dan merupakan bagian yang
dominan memberikan sifat semen (Cokrodimuldjo, 1992).

36 - Tekno/ogi Beton
dan air sal ing bereaksi. Persenyawaan ini dinamakan proses
hidrasi, clan hasi lnya dinamakan hidrasi semen. Senyawa CJS j ika
terkena air akan cepat bcreaksi dan menghasilkan panas. Panas
tersebut akan mempengaruhi kecepatan mengeras sebelum hari
ke-14. Senyawa C 2 S lebih lambat bereaksi dengan air dan hanya
berpengaruh terhadap semen setelah umur 7 hari . C2S mem-
berikan ketahanan terhadap serangan kimia (chemical attack) dan
mempengaruhi susut terhadap pengaruh panas akibat lingkungan.
Kedua senyawa utama tadi membutuhkan air sekitar 21 %-24%
dari beratnya untuk bereaksi. Senyawa C3S membebaskan
kalsium hidroksida hampir tiga kali dari yang dibebaskan oleh
C 2S. Jika kandungan C 3S lebih banyak maka akan terbentuk
semen dengan kekuatan tekan awal yang tinggi dan panas hidrasi
yang tinggi, sebaliknya jika kandungan C 2 S lebih banyak maka
akan terbentuk semen dengan kekuatan tekan awal yang rendah
dan ketahanan terhadap serangan kimia yang tinggi.
Senyawa ketiga, C 3 A, bereaksi secara exothermic dan beraksi
sangat cepat, memberikan kekuatan awal yang sangat cepat pada
24 jam pertama. C 3 A bereaksi dengan air yang jurnlahnya sekitar
40% dari beratnya. Karena persentasinya dalam semen yang kecil
(sekitar 10%), maka pengaruhnya pada jumlah air untuk reaksi
menjadi kecil. Unsur ini sangat berpengaruh pada nilai panas
hidrasi tertinggi, baik pada saat awal maupun pada saat pengeras-
an berikutnya yang sangat panjang. Semen yang mengandung
uns4r C 3 A lebih dari I 0% tidak akan tahan terhadap serangan
sulfat.
Prinsip dasar pemilihan semen yang akan digunakan sebagai
bahan campuran beton yang tahan terhadap serangan sulfat
adalah berapa banyak kandungan senyawa C 3 A-nya. Semen yang
tahan sulfat harus memiliki kandungan C 3 A tidak lebih dari 5%.
Semen yang kandungan C 3 A-nya tinggi, jika.terkena sulfat yang
terdapat tJada air atau tanah akan mengeluarkan C 3A yang bere-
aksi dengan sulfat dan mengambang sehingga mengakibatkan
retak-retak pada betonnya (Cokrodimuldjo, 1992).
Untuk struktur drainase yang kandungan sulfatnya lebih tinggi
daii normal, harus digunakan bahan campuran beton yang tahan
terhadap serangan sulfat. Semen yang akan digunakan harus

Semen -37
mcrniliki kandungan C)A sckitar 0.10%-0.20% (ACI 31 8-8]
7). Semen portland Tipc I I biasanya mengan dun g C 3 A lebih kt
dari 8% (ASTM C-150). Untuk s truktur yan g b e na r-benar ab
terekspos serangan sul fat, scbaiknya digunakan semen Tipe
dimana kandungan C 3A maksimumnya sekitar 5% (ACl.31 ~,
:2-7).
Senyawa keempat, yakni C4AF, kuran g begi tu bes ar p engaruhr
terhadap kekerasan semen atau beton sehingg a kontribusi;
dalam peningkatan kekuatan kecil. Komp o s is i kandun ·
senyawa yang dibutuhkan dalam semen portlan d men urut s ~
ASTM C-1 50 (ASTM C-150 Vol.04.02: 1995, 92) dapat dil~f
pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Karakteristik Seny awa Peny usun S em en Portland


Trikalsium Silikat Dikalsium Silikat Trikalsium Tetrakalsium
Nilai 3Ca0.Si02 2Ca0.Si02 Aluminat Aluminofferi1
atau atau 3Ca0 .A li0 J 4Ca0 .Ah03 Fc:-0-;
CJS C2S atau atau C~AF
CJA
Penyemenan Baik Baik Bumk Buruk
Kecepatan Sedang Lambat Cepat Lambat
Reaksi
f>elepasan Panas Sedang Sedikit Banyak Sedik-it
Hidrasi

Dan ura1an d1 atas nampak bahwa perbedaan persentas1 senya~l


kimia akan menyebabkan perbedaan sifat semen. Kandtm~
senyawa yang terdapat dalam semen akan membentuk karah
dan jenis semen. Peraturan B eton 1989 (SKBI.1.4.53.198}
dalam ulasannya di halaman 1, membagi semen portland menji
lima jenis (SK.SNI T-15-1990-03:2) yaitu:
Tipe I, semen portland yang dalam penggunaannya ti~
memerlukan persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya.
Tipe II, semen portland yang dalam penggunaannya me~
lukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
Tipe III, semen portland yang dalam penggunaannya me~
Jukan kekuatan awal yang tinggi dalam- fase permula11
setelah pengikatan terjadi.

38 - Teknologi Beton
Tipc IV, se men portland yang da lam penggunaannya memer-
lukan panas hidrasi yang rendah.
Tipe V , Semen port land yang dalam penggunaannya me mer-
lukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat.
Komposisi kimia dari kelima jenis semen tersebut dapat dilihat
pada Tabel 2.3. (Nawy, 1985: 11 ).

Tabel 2.3 Persenrasi Kornposisi Semen port/and

Komposisi dalam persen (% ) Karakteristik U mum

C3S C1S C3A C4AF CaS04 CaO MgO

Tipe I, Nom1al 49 25 12 8 2.9 0.8 2.4 Semen untuk semua


tujuan

Tipe II, Modifikasi 46 29 6 12 2.8 0.6 3 Relati f sed iki t pelepasan


panas, di gunakan untuk
struktur besar.

T ipe 111, Kekuatan 56 15 12 8 3.9 1.4 2.6 Mencapai kekuatan awal


Awai Tinggi yang tinggi pada umur 3
hari

Tipe IV, Panas 30 46 5 13 2.9 0.3 2.7 Dipakaipadabendungan


Hidrasi Rendah beton
Tipe V, Tahan Sulfat 43 36 4 12 2.7 0.4 1.6 Dipakai pada saluran dan
struktur yang diekspose
terhadap su Ifat.

Dalam Sil 0013-1981 dan Ulasan PB 1989, semen Tipe I diguna-


kan untuk bangunan-bangunan umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus. Semen Tipe II yang memiliki kadar C 3A
tidak lebih dari 8% digunakan untuk konstruksi bangunan dan
beton yang terns menerus berhubungan dengan air kotor atau air
tanah atau untuk pondasi yang tertanam di dalam tanah yang
mengandung air agresif (garam-garam sulfat) dan saluran air
buangan atau bangunan yang berhubungan langsung dengan
rawa. Semen Tipe III, memiliki kadar C 3 A serta C 3 S yang tin ggi
dan butirannya digiling sangat halus, sehingga cepat mengalam i
proses hidrasi. Semen jenis ini dipergunakan pada daerah yang
bertemperatur rendah, terutama pada daerah yang mempunyai
musim dingin (winter season). Semen Tipe IV mempunyai panas

Semen - 39
hidrasi yang rendah, kadar C:,S-nya dibatasi maks imum scki1<
35cy;1 dan kadar C 3 A-nya maksimum 5%. Sem e n tipc i:
digunakan untuk pckc1jaan-peke1j aan yan g besar dan masI.r
umpamanya untuk pckc1jaan bendung, p ondasi berukuran be5':
atau pekc1jaan besar lainnya. Semen T ipe V digunakan unti;
bangunan yang berhubungan dengan air laut, air buang:
industri, bangunan yang terkena pengaruh g as atau uap kirn;:
yang agresif serta untuk bangunan yan g b erhubungan dengan a~
tanah yai,g mengandung sulfat dalam prosentase yang tingg;- 1
Total alkali yang terkandung dalam semen dalam camp uran beto-
harus dibatasi sekitar 0.5 %-0.6% (Stanton, 1940). ·
(b) Sifat Ki11zia
Sifat kimia semen meliputi kesegaran semen, sisa yang tak Ian·
dan yang paling utama adalah komposisi syarat yang diberikan. ·
Kesegara11 Semen
Pengujian kehilangan berat akibat pen1bakaran (loss of ignition
1
dilakukan pada semen dengan suhu 900-1000°C. Kehilang~
berat ini terjadi karena kelembaban yang menyebabkan pre•
hidrasi dan karbonisasi dalam bentuk kapur bebas atau magne-
sium yang menguap.
Kelembaban ini disebabkan oleh atmosfir yang mengandung air.
juga karena karbondioksida yang terserap di atmosfir. Kehilangar
berat dari semen ini merupakan ukuran dari kesegaran semen
Pemeriksaan kesegaran semen dilakukan dengan cara mengamb~
satu gram semen dan menempatkannya dalam platina bertempe·
ratur 900-1000°C, selama 15 men it. Dalam keadaan normal, akar
terjadi kehilangan berat sekitar 2% (batas maksimum sekitar 4%)
Sisa yang Tak Larut (Insoluble Residue)
Sisa bahan yang tak habis bereaksi adalah sisa bahan tak aktil
yang terdapat pada semen. Seinakin sedikit sisa bahan ini
semakin baik kualitas semen. Jumlah maksimum sisa tak Ian!
yang dipersyaratkan adalah 0.85%. Pemeriksaan bahan yang tal
Iarut dapat dilakukan dengan mengaduk satu gram semen dalarr
40 ml air yang kemudian ditambahi dengan 10 ml HCL pekat
Campuran tersebut selanjutnya dididihkan selama IO menit dar
volumenya dibuat tetap. Jika terbentuk gumpalan, gumpalat

40 - Teknologi Belon
tcrscbut harus dipccah dan larutan disaring dengan kertas filter.
Sisa yang tak larut disaring dan dicuci dengan Iarutan
Na2C03+I-l 20 +HCL, kemudian dicuci dengan air. Untuk mem-
peroleh sisa yang tak larut, kertas filter dikeringkan lalu dibakar
dan ditin1bang.
Panas Hidrasi Semen
Seperti yang telah diuraikan, hidrasi terjadi jika semen bersen-
tuhan dengan air. Proses hidrasi terjadi dengan arah kedalam dan
keluar. Maksudnya, hasil hidrasi mengendap di bagian luar;
semen yang bagian dalamnya belum terhidrasi secara bertahap
akan terhidrasi sehingga volumenya mengecil (susut). Reaksi ini
berlangsung lambat (sekitar 2 - 8 jam) sebelum mengalami
percepatan setelah kulit permukaan pecah.
Pada tahap berikutnya akan terbentuk pasta semen yang terdiri
dari gel (tobermorite) dan sisa semen yang tidak bereaksi, seperti
kalsium Ca(OH)i, air dan senyawa yang lainnya. Kristalin
senyawa tersebut membentuk suatu rangkaian tiga dimensi yang
saling melekat secara acak, dan sedikit demi sedikit mengisi
ruangan yang ditempati air, lalu membeku dan mengeras
sehingga mempunyai kekuatan tertentu. Selama proses hidrasi
berlangsung, akan keluar panas yang dinamakan panas hidrasi.
Pasta semen yang tel ah mengeras memiliki struktur .berpori
dengan ukuran yang sangat kecil dan bervariasi, ukurannya
sekitar 4 x i 0 7 mm. Setelah hidrasi berlangsung, endapan pada
permukaan butiran semen akan menyebabkan difusi air ke bagian
dalam yang belum terhidrasi semakin sulit sehingga proses
hidrasi menjadi lambat. Proses ini dapat mencapai umur 50 tahun
dalam peningkatan kekuatan beton.
Kekuatan Pasta Se,nen dan Faktor Air Sen,en (FAS)
Banyaknya air yang dipakai selama proses hidrasi akan mem-
pengaruhi karakteristik kekuatan beton jadi. Pada dasamya
jumlah air yang dibutuhkan untuk proses hidrasi tersebut adalah
sekitar 25% dari berat semen. Jika air yang digunakan kurang
dari 25%, maka kelecakan atau kemudahan dalam pengerjaan
tidak akan tercapai.

Semen -41
Beton yang memiliki workability didcfinis ikan scbagai bcton
yang dapat dengan mudah dike1jaknn atau dituangkan (po ured)
ke dalam cetakan (fo rms, molds ) dan dapat dcngan mudah
dibentuk (Ilsley Hewes, 1942:224). ldentifikasi dari kcmuda han
pekerjaan in i adalah nilai konsistensi dari beton segar. Ha l ini
secara khusus akan dibahas pada Bab 8. K ekuatan beton akan
turun j ika air yang d itambahkan ke dalam campuran semakin
banyak. Karena itu penambahan air han.1s dilakukan sedikit demi
sed iki t sampai nilai n1aksi um yang tercantum dalam rencana
tercapai.
Faktor air semen (FAS) atau water cement ratio (wcr) adalah
indikator yang penting dalam perancangan campuran beton.
Faktor air semen adalah berat air dibagi dengan berat semen,
yang dituliskan sebagai :

FAS = berat air/berat semen

FAS yang rendah menyebabkan air yang berada di antara bagian-


bagian ·semen sedikit dan jarak antara butiran-butiran semen
menj adi pendek. Akibatnya, massa semen lebih menunjukan
keterkaitannya (kekuatan awal lebih berpengaruh). Batuan semen
mencapai kepadatan yang tinggi dan kekuatan tekannya menjadi
lebih tinggi (normal ratio sekitar 0.25-0.65). Duff dan Abrams
(1 919) meneliti hubungan antara faktor air semen dengan
kekuatan beton pada umur 28 hari dengan uji silinder. Jika faktor
air semen semakin besar, kekuatan tekan akan menurun, seperti
disajikan di Gambar 2.6.

42 - Teknologi Beton
45

40
IQ
a..
-:E 35

-
C
0 30
( I)
al 25
C:
ro
.:ii:
(I) 20
1--

-
C:
ro 15
ro
:::s
.:ii: 10
(I)
::::.:.::
5

0
0.4 0.5 0 .6 0 .7 0 .8 0.9 1.1 1.2

Faktor Air Semen

Gambar 2.6 H ubungan antara kekuatan tekan beton umur 7 hari dengan faktor
air semen menggunakan semen yang cepat mengeras.

· Gambar 2.6 menunjukkan peningkatan kekuatan beton yang


ekstrem pada FAS 0.5 sampai 1.10. Hubungan antara variasi kuat
tekan selama masa umur 28 hari untuk beberapa FAS ditun-
jukkan pada Gambar 2.7.

-ro 50
C. .

-
:!!: 40
C:
ns 30
.:.::
- Fas 0.5 •
Cl)

-
1--

~
ns 10
:::,
20
,- Fas 0.6 :

0
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
Umur/Waktu (Hari)

Gambar 2.7 Hubungan antarafaktor air semen dengan kekuatan beton selama
masa p erkembanganny a

Semen -43
Dari Gambar 2.6 dan gambar 2.7 tcr1ihat bahwa pada ni lai FAS
0.4. semen tclah tcrhidrasi dcngan baik dan mcmpunyai kekua tan
tekan yang tinggi pada umur 28 hari . Jika dibcri tambahan a ir,
pori-porinya akan bertambah banyak. Akibatnya beton Icbih
banyak berpori dan kekuatannya akan mcnurun.
(3) Syarat Mufi, Semen Portland
Semen po rtland yang digunakan untuk konstruksi sip il harus
memenuhi syarat mutu yang telah ditetapkan. Di Indonesia, syarat
mutu yang dipergunakan adalah SII.00 13-8 1, "Mutu dan Cara Uji
Semen Portland". Syarat mutu yang ditetapkan o leh SIi ini d iadopsi
dari syarat mutu AST M C- 150.

(a) Sy arat mutu seme11 portla11d, SII.0013-81(ASTM.C-150)


Tabet 2.4 Syarat Kimia
URAIAN Jenis Semen
I II III IV V
MgO,%, maksi mum 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0
SO3,o/o, maksimum
C3A :::: 8.0% 3.0 3.0 3.5 2.3 2.3
C3A > 8.0% 3.5 - 4.5 - -
Hilang p ijar, % maksimum 3.0 3.0 3.0 2.5 3.0
Bagian tak larut, % maksimum 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
Alkali sebagai Na2O . % maksimum"l 0.6 0 .6 0.6 0.6 0.6
C3S, % maksimum.. 1 - - - 35 -
C2S, % maksimum .. l - - - 40 -
C 3A, % maksimum .. 1 - 8 15 7 5
1
C 3 AF+2C 3A, atau C~F+ C2F, - - - - 20-
% maksimum..l
C3S+ C3A, % maksimu m - 5g+) - - -

Keterangan:
+J Ni lai ini berlaku bila disyaratkan panas hidrasi sedang bagi semen yang sedang diuji;
pengujian panas hidrasi tidak diperiksa.
++> Syarat ini tidak berlaku apabila nilai pemuaian karena sulfat yang terdapat pada syarat
fisika d iikutkan.
·i Hanya berlaku apabila digunakan dengan agregat beton yang reaktifterhadap alkali.
··> Apabila perban.dingan antara % AJi03 dan % Fe20 3 lebih dari 0.64 maka perbandingan
C 3S, C 2S, C 3A dan C4AF adalah sebagai berikut:

=3CaO.SiO2
=(4.07 1x%Ca0)-(7.600x%Si02)-(6.718x%A)i03)
-( I .430x% Fe2O 3)-(2.852x SO3).
= 2CaO.SiO2= (2.867x%SiO2) - (0.7544xo/oC3S)
= 3CaO. AhO3 = (2.650x% A)iO3) - (I .692x% Fe2O3)

44 - Teknologi Beton
Apabila pcrhandingan /\120 1 clan Fc 20 1 kurang dan 0.64 pcrba11<l111gann ya a<lalah

= 2. 100x%/\120 3+ I .702x% Fc1OJ


= (4.071 x%CaO)-(7.600x%SiO2 )-(4.479x%AliO,)
-(2.859x% Fc 2O3}-(2.852xSOJ)

Dalam komposisi ini tidak terdapat C 3 A dalam semen, sedangkan


C2S dapat dihitung seperti rumus di atas.

Tabel 2.5 Syarat Fisika


Uraia n Tioc Semen
I II Ill IV V
I Kehalusan:
Sisa di atas ayakan 0.09 mm , % 10 10 10 10 10
maksimum
Dengan alat Yicat Blainev 2800 2800 2800 2800 2800
2 Waktu pengikatan (setting time),
menggunakan alat "Vicat"
Awai , menit minimum 45 45 45 45 45
Akhir, jam maksimum 8 8 8 8 8
Waktu pengikatan (setting time),
menggunakan "Gillmore"
Awai, menit minimum 60 60 60 60 60
Akhir, iam maksimum 10 10 10 10 10
3 Kekalan:Pemuaian dalam 0.80 0.80 0.80 0.80 0.80
autoclave, maksimum
4 Kekuatan tekan:
1 hari kg/cm2,minimum - - 125 - -
1 + 2 hari kg/cm2,minimum 125 100 250 - 85
1 + 6 hari kg/cm 2,minimum 200 175 - 70 150
1+27 hari kg/cm2,minimum - - - 175 210
5 Pengikatan semu (false set): 50 50 50 50 50
Penetrasi akhir, % minimum
6 Panas hidrasi
7 hari, cal/g , maksimum - 70 - 60 -
28 hari, cal/p;, maksimum - 80 - 70 -
7 Pemuaian karena sulfat: - - - - 0.45*)
14 hari, % maksimum
*) Bila pemuaian karena sulfat disyaratkan, syarat ini berlaku sebagai ganti dari nilai batas kadar
C3A dan C.iAF + 2C3A, seperti yang disyaratkan di syarat kimia.

Semen - 45
(b) Sta11dar Pe11g ujia11

Tabcl 2.6 Stall(/ar Pe11g1~jian S~'(at Fisika A1e11urut ASTM


Sifat Fisika ASTM Test
Kchalusan 13utir (fineness )
- Air Permeabi/i(r C .204
- Turbidimetcr C. 115
- Sie 1·i11g C. 184 (No. 100 and 200. dry)
C.786 (No. 50, I 00, 200, wet)
C.430 (No.325, wet)
Kcpadatan (de11sitr ) C.188
Konsistensi (concistcncy)
- Water requirement C. 109
- Konsistensi nonna l C.187
Pengikatan (seuing time)
- Time ofSet C.266 (Gillmore)
C. 19 1 (Vicat)
C.807 (Vicat Modifikasi)
- False Set C.451
Panas Hidrasi C. 186
Perubahan Volume C. 157
Kckuatan C. 109
Keawelan (Durability)
- Air Contem C. 185
- Reaksi Alkali C.227 (menggunakan Pyrex g lass)
- Sulfate exoansion C.452 (untuk semen portland)

2.2.2.6 Semen Portland Pozollan


Semen portland pozollan adalah campuran semen portland dan
bahan-bahan yang bersifat pozollan seperti terak tanur tinggi dan hasil
residu PLTU. Semen jenis ini biasanya digunakan untuk beton yang
diekspos terhadap sulfat. Menurut (SK.SNI T-15-1990-03 :2), semen
portland-pozollan dihasilkan dengan mencampurkan bahan semen
portland dan pozollan (15-40% dari berat total campuran), dengan
kandungan SiO2 + Ali 0 3 + Fe2 0 3 dalam pozollan minimum 70%
(SK.SNI T-1991-03:2).
Suatu konstruksi sipil yang menggunakan semen portland pozollan
sebagai bahan ikat harus memenuhi standar SII 0132 "Mutu dan Cara Uji
Semen Portland Pozollan atau syarat ASTM C.595-82, yaitu
"Spesification for Blend Hydraulic Cement". (SKBI.1.4.5 3 :4).

46 - Teknologi Beton
Abu terbang (fly ash) atau bahan pozollan lainnya yang dipakai
scbagai bahan campuran tambahan harus memenuhi ''Spesification for
Fly Ash and Raw or Calcined Natural Pozol/a11 for Use as a !vfineral
Adm ixture in Portland Cement" (ASTM C.618).

2.2.2. 7 Semen Pu tih


Semen putih adalah semen portland yang kadar oksida besinya
rendah, kurang dari 0.5%. Bahan baku yang digunakan harus kapur
mmni, lempung putih yang tidak mengandung oksida besi dan pasir
silika. Semen putih digunakan untuk membuat siar ubin/keramik dan
benda yang lebih banyak nilai seninya, tetapi biasanya tidak digunakan
untuk bangunan struktur. Semen putih telah diproduksi secara massal di
pabrik.

2.2.2.8 Semen Alumina


Semen alumina dihasilkan melalu i pembakaran batu kapur dan
bauksit yang telah digiling halus pada temperatur 1600°C. Hasil pem-
bakaran tersebut berbentuk klinker dan selanj utnya dihaluskan hingga
menyerupai bubuk. Jadilah semen alumina yang berwama abu-abu.
Semen alumina mempunyai kekuatan tekan awal yang tinggi, tahan
terhadap serangan asam dan garam-garam sulfat dan tahan api. Akan
tetapi, jika dipergunakan pada suhu lebih dari 29°C, kekuatannya
berangsur-angsur akan berkurang. Oleh karena itu, j enis semen ini hanya
dapat dipergunakan untuk negara yang mempunyai musim dingin .

2.3 Penyimpanan Semen


Agar semen tetap memenuhi syarat meskipun disimpan dalam w aktu
lama, cara penyimpanan semen perlu diperhatikan (PB,1989 :13). Semen
harus terbebas dari bahan kotoran dari luar. Semen dalam kantong harus
disimpan dalam gudang tertutup, terhindar dari basah dan lembab, dan
tidak tercampur dengan bahan lain. Semen dari jenis yang berbeda harus
dikelompokan sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan tertukar-
nya jenis semen yang satu dengan yang lainnya. Urutan penyimpanan
harus diatur sehingga semen yang lebih dahulu masuk gudang terpakai
lebih dahulu.

Semen-41
Semen curah harus disimpan di da lam silo yang tcrhuat dari baja atau
beton dan harus tcrhindar dari kemungkinan tcrcampur dcnga n bahan
lainnya. Apabila semen te lah d isimpan tcrl alu lama, pcrlu dibukti ka n dulu
bahwa semen tersebut mcmenuhi syarat scbclum d ipakai.
Untuk menghindari pecahnya kantong semen, ti nggi m aksimum
timbunan zak se men ada lah 2 meter atau sekitar I O zak. Jarak bebas
antara bidang dinding dan semen sekitar 50 cm, sedangkan jarak bebas
an tara lantai dan semen sekitar 30 cm.

PERTANYAAN
2 .1 Je laskan deskripsi dari semen!
2 .2 Sebutkan jen is-jenis semen hidrolik dan non-hidrolik!
2 .3 Je laskan proses pembuatan kapur hidrolik di Indonesia!
2.4 A pa yang dimaksud dengan pozollan? Apa saja yang dapat
dikelon1pokkan sebagai pozollan? .
2.5 Bagain1ana proses pembuatan a). semen terak, b ). semen alam dan
c ). se1nen portland?
2.6 Jelaskan apa yang dimaksud dengan proses basah dan proses
kering dalam pembuatan semen portland !
2.7 Jelaskan sifat dan karakteristik semen portland, baik sifat kimia
maupun fisika!
2 .8 Jelaskan komposisi kimia dan kegunaan dari lima tipe semen
portland!
2.9 Sebutkan dan jelaskan empat unsur kimia utama penyusun semen
portland!
2.10 Jelaskan perkembangan kekuatan tekan (sampai dengan umur 28
hari) beton yang menggunakan lima jenis semen portland dengan
FAS 0.49!
2.11 Sebutkan dan jelaskan syarat mutu semen portland sebagai
campuran beton!
2.12 Bagaimanakah cara penyimpanan semen portland?

48 - Teknolog i Beton
DAFTAR PUSTAKA
/\merican Society for Testing and Material , An nual Book of ASTlVI
Standards 1995: Vol.04.02, Concrete and Aggregates.
Philadelphia: ASTM 1995.
American Society for Testing and Material, Annual Book of ASTM
Standards: Part 14, Concrete and Mineral Aggregates.
Philade lphia: ASTM 1983.
Amirudin.,Nursyafril. Pedoman Konstruksi Beton . Edisi Pertama,
Bandung: PEDC, 1982.
Carmick.,L.G, The Detern1ination of Sodium and Potassium in
Cements, Vol.21,No.4, June, 1940.,U.S.A: Publics Road, Western
Region, 1940.
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Rencana Pembuatan
Campuran Beton Normal. SK SNI T-15-1990-03. Cetakan
Pertama, Bandung: DPU -Yayasan LPMB, 1991. 38pp.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian clan Pengembangan PU,
Pedoman Beton 1989. SKBJ.1.4.53.1989. Draft Konsensus.
Jakarta: DPU, 1989
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. SK SNI T-15-1991-
03 . Cetakan Pertama, Bandung: DPU - Yayasan LPMB, 1991 .
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Rencana Pembuatan
Campuran Beton Normal. SK SNI T-15-1990-03. Cetakan
Pertama, Bandung: DPU -Yayasan LPMB, 1991
DeHayes, Sharon M., Hydraulic Cement-Cemical Properties, in
Concrete and Concrete-Making Materials STP.169C,
Philadelphia: ASTM, 1994 Pp.462-477.
Fiorato, Anthony E., Variability of Concrete-Making Materials, in
Concrete and Concrete-Making Materials STP.169C,
Philadelphia: ASTM, 1994 Pp.31-37.
Ilsley Hewes., Laurence, American Higway Practice, in Chapter:
Design of Cement Concrete Pavement Mixtures. Volume II, Fourth
Edition, New York,USA: Thon Wiley & Sons, Inc, 1949,491pp.

Semen- 49
Jackson. N. CiYil Enginl'cring l\1a tcria l. Great Britain: lJnwin Brothers
Ltd .. I 977.
Murdock. L.J .. L.l'v1.Brock. dan Stephanus Hcndarko., Ba han dan
P ra kt ck Beto n . Jakarta : Erlangga. I 99 I .
Nav,'y .. Edward. G., Reinforce Concrete a F unda1nental Approach
Te1jemaha11, Cetakan Pc1·tama, Bandung:PT.Eresco, 1990
PEDC, T eknologi Bahan I, Edisi 1983, Bandung PEDC, 1983
SageLR and I-I . Kesuma., Gideon. Pedoman Pekerjaan Beton. Cetakan
Ketiga. Jakarta: Erl angga, 1994.
Stuble, Leslie and Hawkins, Peter. , Hydraulic Cement-Physical
Properties, uz Concrete and Concrete-Making Materials
STP. 169C, Philadelphia: ASTM, 1994 Pp.449-461 .

50 - Telawlogi Beton
AIR 3
ir diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses
If kimiawi semen, membasahi agregat dan memberikan
kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang dapat diminum
umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang
mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam,
minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran
beton akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-
sifat beton yang dihasilkan.
Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara semen
dengan air, maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total berat
campuran yang penting, tetapi justru perbandingan air dengan semen a tau
yang biasa disebut sebagai Faktor Air Semen (water cement ratio). Air
yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah
proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan
menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan
mempengaruhi kekuatan beton. Untuk air yang tidak memenuhi syarat
mutu, kekuatan beton pada umur 7 hari atau 28 hari tidak boleh kurang
dari 90% jika dibandingkan dengan kekuatan beton yang menggunakan
air standar/suling (PB 1989:9).

3.1 Sumber-Sumber Air


Air yang digunakan dapat berupa air tawar (dari sungai, danau,
telaga, kolam, situ, dan lainnya), air laut maupun air limbah, asalkan
memenuhi syarat mutu yang telah ditetapkan. Air tawar yang dapat
diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air laut
umumnya mengandung 3.5% larutan garam (sek:itar 78% adalah sodium
klorida dan 15% adalah magnesium kloriqa). Garam-garaman dalam air
laut ini akan mengurangi kualitas beton hingga 20%. Air laut tidak boleh
digunakan sebagai bahan campuran beton pra-tegang ataupun beton
bertulang karena resiko terhadap karat lebih besar. Air buangan industri
yang mengandung asam alkali juga tidak boleh digunakan. Sumber-
sumber air yang ada adalah sebagai berikut.

Air- 51
3.1.1 Air yang Terdapat di Udara
Air yang terdapat di udara atau air atmosfir adalah air yang terdapat
di a,van. Kemu1·nian air ini sangat tinggi. Sayangnya, hingga sckarang
belum ada teknologi untuk mcndapatkan air atmosfir ini secara mudah.
Air yang terdapat dalam atmosfir ini kondisinya sama dengan air suling,
sehingga sangat mungkin untuk mcndapatkan beton yang baik dengan air
Inl.

3.1.2 Air Hujan


Air hujan menyerap gas-gas serta uap dari udara ketika jatuh ke
bumi . Udara terdiri dari komponen-komponen utama yaitu zat asam atau
oks igen, nitrogen dan karbondioksida. Bahan-bahan padat serta garam
yang Iarut dalam air hujan terbentuk akibat peristiwa kondensasi.

3.1.3 Air Tanah


Air tanah terutama terdiri dari unsur kation (seperti Ca++, Mg++, Na+
dan K+) dan unsur anion (seperti C03=, HC03·, S04 =, er, N03.) Pada
kadar yang lebih rendah, terdapat juga unsur Fe, Mn, Al, B, F dan Se.
Disamping itu air tanahjuga menyerap gas-gas serta bahan-bahan organik
seperti CO 2 , H 2 S clan NH3.

3.1.4 Air Permukaan


Air permukaan dibagi menj adi air sungai, air danau dan situ, air
genangan dan air reservoir. Erosi yang disebabkan oleh aliran air
permukaan, membawa serta bahan-bahan organik dan mineral-mineral.
Air sungai atau air danau dapat digunakan sebagai bahan campuran beton
asal tidak tercemar oleh air buangan industri. Air rawa-rawa atau air
genangan tidak dapat digunakan sebagai bahan campuran beton, kecuali
setelah melalui pengujian kualitas air.

3.1.5 Air Laut


Air laut yang mengandung 30.000 - 36.000 mg garam per liter (3% -
3.6%) pada umumnya dapat digunakan sebagai campuran untuk beton

S2 - Teknologi Beton

__j
ti<lak bcrtulang, bcton pra-tegang clan bcton pra-tckan atau dengan kata
lain untuk bcton-bcton mutu tinggi. Unsur-unsur yang tcrdapat dalam air
laut dapat dilihat di Tabcl 3. l.
Air asin yang tcrdapat di pedalaman mengandung I 000-5000 mg
garam per liter. Air dengan kadar garam sedang, mengandung 2000-
10000 mg garam per liter. Air di daerah pantai, memiliki kadar garam
sekitar 20000-30000 mg per liter.
A ir laut tidak boleh digunakan untuk pembuatan beton pra-tegang
atau pra-tekan, karena batang-batang baja pra-tekan langsung
berhubungan dengan betonnya. Air laut sebaiknya tidak digunakan untuk
beton yang ditanami almunium di dalamnya, beton yang memakai
tulangan atau yang mudah mengalami korosi pada tulangannya akibat
perubahan panas (temperatur) dan lingkungan yang lembab (ACI 318-
89 :2-2).

Tabel 3.1 Unsur-unsur dalam Air Laut


Unsur Kimia Kandun2an (ppm)
Clorida (Cl) 19.000
N atrium (Na) 10.600
Magnesium (M g) 1.270
Sulfur (S) 880
Calium (Ca) 4 00
Kalsium (K) 380
Brom (Br) 65
Carbon ( C) 28
Cr 13
B 4,6
Sumber : Concrete Technology and Practice

3.2 Syarat Umum Air


Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh
mengandung minyak, asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang
dapat merusak beton atau tulangan. Sebaiknya dipakai air tawar yang
dapat diminum. Air yang digunakan dalam pembuatan beton pra-tekan
dan beton yang akan ditanami logam almunium (termasuk air bebas yang
terkandung dalam agregat) tidak boleh mengandung ion klorida dalam
jumlah yang membahayakan (ACI 318-89:2-2). Untuk perlindungan

Air- 53
terhadap korosi, konsentrnsi ion klorida maksimum yang terdapat dalam
beton yang telah mengeras pada umur 28 hari yang dihasilkan dari bahan
campuran tennasuk air, agrcgat, bahan bersemen dan bahan campuran
tambahan tidak boleh melampaui nilai batas diberikan pada Tabel 3.2.

Tabcl 3.2 Batas Maksimum Ion Klorida


Jcnis Bcton Batas(%)
Beton pra-tekan 0.06
Beton bertulang yang selamanya berhubungan dengan klorida 0.15
Beton bertulang yang selamanya kering atau terlindung dari 1.00
basah
Konstruksi beton bertulang lainnya 0.30
Sumber: PB 1989:23

Bila beton akan berhubungan dengan air payau, air laut, atau air
siraman dari sumber-sumber tersebut, maka persyaratan faktor air semen
dalam Tabel 3.3 dan 3.4 serta tebal selimut beton (lihat Pasal 7.7
Pelindung Beton) untuk tulangan dalam Peraturan Beton 1989:37-39,
harus dipenuhi. Tebal minimum tersebut rata-rata adalah sekitar 50 mm.

Tabel 3.3 Ketentuan Minimum untuk Beton Kedap Air


Faktor Air Kadar Semen
Jenis Kondisi Lingkungan Semen Minimum, kg/m3
Beton Berhubungan dengan Maksimum 40mm* 20mm*
Beton AirTawar 0.50 260 290
Bertulang Air Payau 0.45 320 360
/Air Laut
Beton AirTawar
0.50 300 300
Pratekan Air Payau 0.45 320 360
/Air Laut
Sumber: Tabel 4.5.1 (a) PB (drafl)I 989:21, *) Ukuran Maks1mum Agregat

54 - Teknologi Belon
Tabel 3.4 Persyaratan u11tuk Ko11disi li11gkungan Khusus
Faktor Air Kandungan semen minimum, kg/mJ.
Jenis Kondisi Semen Ukuran agregat maksimum, mm
Beton Lingkungan* Maks imum, 40 20 14 10
Beton
Normal
Bertulang Ringan 0.65 220 250 270 290
Sedang 0.55 260 290 320 340
Berat 0.45 320 360 390 410
Pratekan Ringan 0.65 300 300 300 300
Sedang 0.55 300 300 320 340
Berat 0.45 320 360 390 410
Tidak Ringan 0.65 200 220 250 270
Bertulang Sedang 0.55 220 250 280 300
Berat 0.45 270 310 330 360
Sumber: Tabel 4.5.1 (b) PB (drafl) 1989:21,

*) Kondisi lingkungan
Ringan = Terlindung sepenuhnya dari cuaca atau kondisi agresif, kecuali
sesaat pada waktu konstruksi terbuka terhadap cuaca nonnal
Sedang = Terlindung dari hujan deras, beton yang tertanam dan beton yang
selamanya terendam air.
Berat = Terbuka terhadap air laut, air payau, hujan yang lebat dan keras,
pergantian antara basah dan kering. Mengalami kondensasi yang
berat atau uap yang korosif.

Kandungan garam-garam sulfat maksimum yang diij inkan dalam


beton adalah 1000 mg SO3 per liter. Tetapi kadar sulfat yang diijinkan
dalam air pencampur bergantung pada kadar sulfat dalam agregat dan
semen karena faktor yang menentukan adalah besarnya jumlah sulfat
yang terkandung dalam beton. Kadar sulfat (SO3) dalam beton tidak
boleh lebih besar dari 4% berat semen, seperti yang ditentukan dalam
British Standard BS.5328-76.
Senyawa alkali karbonat dan bikarbonat akan mempengaruhi waktu
pengikatan semen (setting time) dan kekuatan beton. Selain itu,
kemungkinan terjadinya reaksi alkali agregat dalam beton menjadi besar.

Air-55
Disyaratkan jumlah gabungan garam-garam im tidak lcbih dart I 00 mg
per liter.

Seton yang digunakan pada lingkungan yang mcngandung sttl fat


harus mcmenuhi pcrsyaratan yang tcrdapat dalam Tabcl 3.5 atau dibuat
dengan mcnggunakan semen yang tahan tcrhadap scrangan sulfat yaitu
semen Tipe V. Faktor Air cmen maksimum dan kuat tckan min imum
yang disyaratkan untuk bcton jenis ini tercantum dalam Tabel 3.5.

Tabet 3.5 Persyamtan 1m t11k beton yang berh11b1111gm1de11ga11 air yang


111e11ga11d1111g su(fat
Sul fat (SO~) Bcton Beton
dalam tanah Sul fat (SO~) Normal Ringan
Kadar yang larut dalam air Type Faktor Air Kuat
Gangguan dalam air,% (ppm) Semen Semen Tekan
Sul fat dari massa dalam Minimum
Massa (re, Mpa)
Diabaikan 0 - 0.10 0 - 150 - - -
Sedang
. 0. 10 - 0.20 150 - 1500 II 0.50 25
IP (MS)
JS (MS)
Berat 0.20- 2.00 1500- V 0.45 30
10000
Sangat > 2.00 > 10000 V+ 0.45 30
Berat Pozzolan++
Sumber: Pedoman Beton (drnji) 1989:22, Tabel 4.5.2

Keterangan:
• Nilai FAS yang lebih rendah atau kuat teJcan yang lebih tinggi diperlukan untuk mendapatkan
kekedapan atau perlindungan terhadap korosi dari bahan yang tertanam didalam beton (Tabel 3.3 dan
3.4)

• Air Laut
H Pozollan yang telah terbukti dari uji atau data penggunaan, yang mampu memperbaiki ketahanan
beton terhadap sulfa~ bila semen yang digunakan adalah semen Tipe V.

3.3 Pemilihan Pemakaian Air


Pemilihan air yang digunakan sebagai campuran beton didasarkan
pada campuran beton. Air tersebut harus berasal dari sumber yang sama
dan terbukti dapat menghasilkan beton yang memenuhi syarat.

56 - Teknologi Beton
Jika air yang ada dari suatu sumbcr bclum terbukti memcnuhi syarat.
harus <lilakukan uji tekan mortar yang dibuat dengan air tcrsebut. yang
kcmudian dibandingkan dcngan campuran mortar yang menggunakan air
suling. Has il pcngujian (pada usia 7 hari dan 28 hari) kubus adukan yang
dibuat <lcngan air campuran yang tidak dapat diminum paling tidak harus
mencapai 90% dari kekuatan spcsimen scrupa yang dibuat dengan air
yang dapat diminum. Perbandingan uj i kuat tekan harus dilakukan untuk
adukan serupa, kecuali penggunaan ai r pencampum ya. Pembuatan dan
penguj ian dilakukan berdasarkan "Test Methods for Compressive
Strength of Hydraulic Cement Mortars (using 50 mm cube specimens)".
ASTM C.1 09.

3.4 Syarat Mutu Air Menurut British Standard


(BS.3148-80)
Berikut ini adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh air yang akan
digunakan sebagai campuran beton. Jika ketentuan-ketentuan di bawah
ini tidak terpenuhi, sebaiknya air tidak digunakan untuk membuat
campuran beton. Syarat-syarat tersebut antara lain adalah:

3.4.1 Garam-garam Anorganik


Ion-ion utama yang biasa terdapat dalam air adalah kalsium, magne-
sium, natrium, kalium, bikarbonat, sulfat, klorida, nitrat dan kadang-
kadang karbonat. Gabungan ion-ion tersebut tidak boleh lebih besar dari
2000 mg per liter. Garam-garam anorganik ini akan memperlambat waktu
pengikatan beton dan menyeba~kan menurunnya kekuatan beton.
Konsentrasi garam-garam tersebut hingga 500 ppm dalam campuran
beton masih diij inkan.

3.4.2 NaCl dan Sulfat


Konsentrasi NaCL atau garam dapur sebesar 20000 ppm pada
umumnya masih diijinkan. Air campuran beton yang mengandung 1250
ppm natrium sulfat, Na2SO4. l 0 H 2 O, dapat digunakan dengan hasil yang
memuaskan.

Air - 57
3.4.3 Air Asan1
Air campuran asam dapat digunakan atau tidak bcrdasarkan konscn-
trasi asamnya yang dinyatakan dalam ppm (parts per million). Bisa atau
tidaJ...71ya air ini digunakan ditentukan bcrdasarkan nilai pH, yaitu suatu
ukuran untuk konsentrasi ion hidrogcn.
Air netral biasanya mcmpunyai pH sckitar 7.00. Nilai pH diatas 7.00
menyatakan keadaan kebasaan dan nilai pH 7.00 mcnyatakan nilai
keasaman. Semakin tinggi nilai asam (pH Iebih dari 3.00), semakin sulit
kita mengelola peke1jaan beton. Karena itu penggunaan air dengan pH
diatas 3.00 harus dihindarkan.

3.4.4 Air Basa


...\.ir dengan kandungan natrium hidroksida sekitar 0.5% dari berat
semen, tidak banyak berpengaruh pada kekuatan beton, asalkan waktu
pengikatan tidak berlangsung dengan cepat. Konsentrasi basa lebih tinggi
dari 0.5% berat semen akan mempengaruhi kekuatan beton.

3.4.5 Air Gula


Apabila kadar gula dalam campuran dinaikan hingga mencapai 0.2%
dari berat semen, maka waktu pengikatan biasanya akan semakin cepat.
Gula sebanyak 0.25% berat semen atau lebih akan mengakibatkan
bertambah cepatnya waktu pengikatan secara signifikan dan berkurang-
nya kekuatan beton pada umur 28 hari.

3.4.6 Minyak
Minyak mineral atau minyak tanah dengan konsentrasi lebih dari 2%
berat semen dapat mengurangi kekuatan beton hingga 20%. Karena itu
penggunaan air yang tercemar minyak sebaiknya dihindari.

3.4.7 Rumput Laut


Rumput Iaut yang tercampur dalam air campuran beton dapat
menyebabkan berkurangnya kekuatan beton secara signifikan. Ber-
campurnya rumput laut dengan semen akan mengakibatkan berkurangnya

58 - Teknologi Belon
daya lcka t clan mcnimbulkan tcrjadinya sangat banyak ge lembung-
gclc mbung udara dalam bcton. Bcton mcnjadi kcropos clan pada akhimya
kc kuatannya akan bcrkurang. Rumput Iaut dapat juga dijumpai dalam
agrcgat terutama j ika agregat yang digunakan adalah agregat halus dari
pas ir pantai . Hal itu membuat hubungan antara agregat dan pasta semen
tcrganggu, bahkan mcnjadi buruk.

3.4.8 Zat-zat Organik, Lanau dan Bahan-bahan


Terapung
Kandungan zat organik dalam air dapat mempengaruhi waktu peng-
ikatan semen dan kekuatan beton. Air yang berwarna tua, berbau tidak
sedap dan mengandung butir-butir lumut perlu diragukan dan harus diuji
sebelum dipakai.
Kira-kira 2000 ppm lempung yang terapung atau bahan-bahan halus
yang berasal dari batuan diijinkan ada dalam campuran. Untuk
mengurangi kadar Ianau dan Iempung dalam adukan beton, air yang
men gandung Iumpur harus diendapkan terlebih dahulu dalam bak-bak
penampung sebelum digunakan.

3.4.9 Pencemaran Limbah lndustri atau Air Limbah


Air yang tercemar limbah idustri sebelum dipakai harus dianalisis
kandungan pengotomya dan diuji (dengan percobaan perbandingan)
untuk mengetahui pengikatannya dan kekuatan tekan betonnya.
Air limbah biasanya mengandung kira-kira 400 ppm senyawa
organik. Setelah air limbah itu diencerkan/disaring di tempat yang cocok
untuk keperluan pencampuran beton, konsentrasi senyawa organik b iasa-
nya turun menjadi 20 ppm atau kurang dari itu. Jadi, setelah diencerkan,
air limbah dapat digunakan.

3.5 Penilaian Waktu Pengikatan (Setting Time)


dan Uji Kuat Tekan
Air pengaduk dianggap tidak mempunyai pengaruh berarti terhadap
waktu pengikatan dan sifat pengerasan beton jika hasil pengujian
menunjukkan:

Air- 59
(1) Perbedaan wak.1u pengikatan awal campuran beton yang mengguna -
kan air yang diragukan dibanding dengan campuran beton mcmakai
air suhng tidak lebih besar dari 30 menit.
(2) Kuat tekan rata-rata kubus beton yang dibuat dengan air yang
diragukan tidak kurang dari 90% kuat tekan beton yang memakai air
suhng.

3.6 Analisis Kimia


Analisis kimia dalam air dimaksudkan untuk mengetahui apakah air
yang digunak..c1n untuk campuran beton memenuhi kriteria standar yang
diberikan atau tidak. Analisis ini meliputi pemeriksaan terhadap sulfat,
magnesium, amonium, klorida, pH, karbondioksida, minyak dan lemak,
zat-zat yang menyusut.

3.6.1 Sulfat (S04)


Sulfat diperiksa dengan cara gravimetri, yaitu diendapkan sebagai
(BaSO 4). Sulfat dapat juga diuji dengan cara titrasi dan turbidimetri.

3.6.2 Magnesium (MgJ


Kalsium (CaJ dan magnesium (Mg++) ditentukan menggunakan
metode compleximetri dengan BDTA n/28. lndikator yang dipakai
adalah Biocrome Black T untuk kalsium (Ca++) dan indikator Muroxide
wituk magnesium (Mg++). Selisih keduanya merupakan kandungan
magnesium (Mg).

3.6.3 Amonium (NH4)


Pengujian amonium dilakukan dengan menambahkan reagen Nessler.
Wama yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan warna standar.

3.6.4 Magnesium (Clj


Pengujian magnesium dilakukan dengan titrasi AgNO4 nil 0. Indi-
kator yang digunakan adalah indikator Chromat (cara Mohr)

60 - Telozologi Beton
3.6.5 pH
Pemcriksaan dilakukan dcngan kcrtas lakmus (pH-meter)

3.6.6 Karbondioksida (CO 2)


Penguj ian dilakukan dcngan cara melarutkan kapur (menurut Heyer).
Sebagai contoh kalsium karbonat dimasuk.kan ke dalam air. Banyaknya
kalsium karbonat yang membentuk bikarbonat terlarut bergantung pada
banyaknya CO2 dalam air. Reaksi kimianya adalah sebagai berikut:

Dari reaksi itu terlihat bahwa kesadahan karbonat akan naik. Setelah
kalsium karbonat yang tidak terlarut dipisahkan, karbondioksida (CO2)
dihitung dengan menghitung kenaikan kasadahan karbonat dalam air.

3.6.7 Minyak dan Lemak


Minyak dan lemak dihitung dengan cara mengekstraksi air yang
diduga mengandung minyak menggunakan petroleum-ether. Minyak dan
lemak yang terlarut kemudian dipisahkan dari air dan diuapkan. Sisa
penguapan merupakan berat minyak dan lemak.

3.6.8 Zat-zat yang Menyusut


Pengujian dilakukan dengan menambahkan larutan K.MnO_. dan
memanasinya selama 10 menit. Kelebihan larutan K.Mn04 selanjutnya
dititrasi.

PERTANYAAN
3.1 Sebutkan dan jelaskan sumber-sumber air yang layak digunakan
untuk pengerjaan beton!
3.2 Jelaskan syarat mutu air yang layak digunakan untuk campuran
beton!

Air - 61
3.3 Bila kualitas air yang akan digunakan scbagai campuran beton
meragukan, apa yang sebaiknya dilakukan?
3.4 Mengapa kandungan sulfat da1am air harus dibatasi?
3.5 Mengapa jumlah air yang akan digunakan dalam campuran beton
harus dibatasi? Berapa prosen air dalam berat yang digunakan untuk
proses hidrasi?

DAFfAR PUSTAKA
American Society for Testing and Material, Annual Book of ASTM
Standards 1995: Vol.04.02, Concrete a11d Aggregates,
Philadelphia: ASTM 1995.
American Concrete Institute, ACI 318-89 Building Code Requirements
for Reinforce Concrete, Part II, Material Concrete Quality, Fifth
Edition, Skokie, Illinois, USA: PCA, 1990.
American Concrete Institute, ACI Manual of Concrete Practice; , Part I,
Material, Detroit:American Concrete Institute, 1983.
American Society for Testing and Material, Annual Book of ASTM
Standards: Part 14, Concrete a11d Mineral Aggregates,
Philadelphia: ASTM 1983.
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Rencana Pembuatan
Campuran Beton Normal. SK SN! T-15-1990-03. Cetakan
Pertama, Bandung: DPU -Yayasan LPMB, 1991. 38pp.
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi,
PEDC, Teknologi Bahan 2, Edisi 1983, Bandung:PEDC, 1983.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,
Pedoman Beton 1989. SKBll.4.53.1989. Draft Konsensus,
Jakarta: DPU.LPMB, 1989.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,
Ulasan Pedoman Beton 1989. SK.Bll.4.53.1989. Draft
Konsensus, Jakarta: DPU.LPMB, 1989

62 - Teknologi Beton
Dcpartemcn Pckerjaan Umum. LPMB . Tata C ara Rcncana Pembuatan
Ca mpuran Bcton Normal. SK SN/ T- 15- 1990-03. Cctakan
Pertama, Bandung: DPU -Yayasan LPMB, 1991
Sagel.,R and H . K esuma., Gi deon . Pcdoman Pekerjaan Bcton . Cctakan
Ketiga , Jakarta:PT.Erlangga, 1994.
Taylor., W.H, Concrete Technology and Practice, S idney: Mc .Graw-
Hill Book Company,

Air- 63
64 - Teknologi Belon
AGREGAT
andungan agregat da lam campuran beton biasanya sangat tinggi.
l( Berdasarkan pengalaman, komposisi agregat tersebut berkisar
60%-70% dari berat campuran beton. Walaupun fungsinya
hanya sebagai pengisi , tetapi karena kompos isinya yang c ukup besar,
agregat inipun menjadi penting. Karena itu perlu dipelajari karakteristik
agregat yang akan menentukan sifat mortar atau beton yang akan
dihasilkan.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat
alam atau agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum. agregat
dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu, agregat kasar dan agregat
halus. Batasan antara agregat halus dan agregat kasar berbeda antara
disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian, dapat
diberikan batasan ukuran antara agregat halus dengan agregat kasar yaitu
4.80 mm (British Standard) atau 4.75 mm (Standar ASTM). Agregat
kasar adalah batuan yang ukuran butimya lebih besar dari 4.80 mm (4.75
mm) dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4.80 mm (4.75
mm). Agregat dengan ukuran lebih besar dari 4 .80 mm dibagi lagi
menjadi dua: yang berdiameter antara 4.80-40 mm disebut kerikil beton
dan yang lebih dari 40 mm disebut kerikil kasar.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran
lebih kecil dari 40 mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm
digunakan untuk pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan,
tanggul-tanggul penahan tanah, bronjong, atau bendungan, dan lainnya.
Agregat halus biasanya dinamakan pasir dan agregat kasar dinamakan
kerikil, spilit, batu pecah, kricak, dan lainnya.

4.1 Batuan
Seorang insinyur (engineer) melihat batuan sebagai sebuah mineral
yang keras, getas, seringkali tahan lama dan kuat, yang di atasnya dapat
berdiri bangunan atau dapat digunakan untuk mendirikan bangunan.
Penambangan batuan kadang-kadang dilakukan dengan peledakan

Agregat-65
(blasting), trrutama pada batuan-batuan yang kcras scpcrt i granit. Batuan
dalam penggunaannya di pckctjaan teknik sipil, dapat dibcdakan mcnjadt
dua bila dilihat dari ilmu yang mcmpclajarinya (Verh oer, l 985 : I 12).
yaitu:
l) Gcologis: batuan scbagai mineral, yang terbentuk melalui proses
terbentuknya batuan.
2) Geoteknik: batuan sebagai mineral yang diatasnya, di dalamnya, atau
dengannya dapat dibangun berbagai macam konstruksi.
Pengetahuan mengenai terjadinya batuan dapat langsung n1emberikan
ioformasi perihal situasi geologis suatu lahan pembangunan. Batuan beku
seperti instrusi granit adakalanya ditemui dengan massa yang tidak
beraturan. Batuan sedimen sering mempunyai lapisan yang beraturan.
Batuan metamorf kadang-kadang mengalami perubahan bentuk yang luar
biasa Oipatan) dan sering pula berkembang menjadi satu foliasi-
defomiasi atau lebih (Verhoef, 1985: 113).
Jika dilihat dari proses terbentuknya, batuan sebagai n1ineral dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu batuan beku (magma) , batuan endapan
(sedimentasi) dan batuan peralihan/malihan (metammph).

4.1.1 Batuan Beku (Magma)


Batuan magma atau lebih sering disebut dengan batuan beku
terbentuk dari proses pembekuan magma yang terdapat di dalam lapisan
bumi yang dalam atau dari hasil pembekuan magma yang-keluar akibat
letusan gunung berapi. Berdasarkan proses kejadiannya batuan beku
dapat dibedakan menjadi dua, yakni batuan beku instrusif (batuan beku
yang membeku di bawah permukaan bumi, dan batuan beku ekstrusif
(batuan beku yang membeku di permukaan bumi).

4.1.2 Batuan Sedimen


Batuan sedimen atau biasa disebut sebagai batuan endapan terbentuk
karena mengendapnya bahan-bahan yang terurai, sehingga membentuk
suatu lapisan endapan bahan padat yang secara fisik diendapkan oleh
angin, air, atau es. Batuan sedimen dapat juga terbentuk dari bahan-bahan
terlarut yang secara kimia terendapkan di lautan, danau atau sungai.

66 - Teknologi Belon
Bcrdas arkan prose s pcmbentukannya , ba tua n scd imcn dapat d1bagi
mcnjadi ti ga jcn is ya itu:
( 1) . Kla s tik, yang dibagi m e njadi s iliklastik, piroklas tik dan kapur
(2) . K imiawi. yang dibagi menjadi evaporit. kapur dan lai nnya
(3). O rganik yang dibag i me nj ad i kapur dan gambut.
S e dimen k la stik te rsus un dari fragmen- fragrn en dan bagian-bag ian
kec il y ang terbawa da lam keadaan p adat. Sedirnen-sed irnen si li k las tik
te rdiri dari bagian-bagian kec il s ilikat (batu pasir. lernpung). Batuan
pirokJastik terdiri dari material-material vulkan ik (tu ff, lapili). Sedimen
kla s tik kapur tersusun dari fragmen-fragmen ba tu kapur yang d ibawah-
kan.
Sedimen kimiawi adalah batuan sedimen yang diendapkan dari s ua tu
larutan. Evaporit berasal dari penguapan (gips, garam), sedangkan kapur
berasal dari pengendapan. Selain itu, terbentukjuga endapan kimiawi dari
SiO2 amorf Uasper), senyawa bes i, fosfat dan endapan organik. R eef (urat
biji) 1nerupakan sumber utama untuk kapur (bioherm). Gambut, batubara,
dan sapropel adalah sedimen dengan banyak zat organik yang mem-
bentuk minyak bumi.

4.1.3 Batuan Metamorf


Batuan metamorf terjadi karena proses metamorfos is, yaitu
perubahan yang dialami oleh batuan karena petubahan temperatur dan
tekanan. Kita dapat membedakan proses metamorfosis menjadi dua jenis,
yaitu:
( I ) Metamorfosis regional, yakni perubahan bentuk dalam ska la besar
ya~g dial~mi batuan di dalam kulit bumi yang lebih dalam, sebagai
ak1bat dan terbentuknya pegunungan (vulkanik).
(2) Metamorfosis kontak, yakni perubahan bentuk yang dialami batuan
seba?ai akibat dari intrupsi magma panas di sekitamya (misalnya
gran1t) .

. Di dal_a m batuan metamorf berlangsung berbagai reaksi kimia dan


mmeral-mmeral baru pun terbentuk, yang kemudian berada dalam
keadaan stabil di bawah kondisi tekanan dan temperatur sewaktu

Agregat- 67
bcrlangsungnya mctamorfosi . Pada umumnya, pcningkatan tcmpcratur
dan tckanan akan mcmpcrbcsar lmtiran yang tcrbcntuk.

4.2 Agregat di Indonesia


Karena posisi geografis dan geologis Indonesia yang terletak daerah
trop1s. dimana sebagian besar dari dacrah di Indonesia terkcna jalur
pegunungan herapi. maka Indonesia sangat kaya dengan jenis-jenis
batuan alam.

4.2.1 Geografi, Geologi dan Iklim


Indonesia mempunyai geografi, geologi dan iklim panas dan basah
yang berganti sepanjang tahun. Hal tersebut membuat batu-batuannya
mengalami pelapukan dengan derajat yang bergantung pada jenis batu-
batuan, iklim, derajat erosi, exposure, dan lainnya. Pengaruh yang paling
besar berasal dari iklim setempat. Semakin panas dan atau semakin
dingin iklim setempat, semakin besar pula derajat pelapukan yang akan
mengakibatkan dekomposisi dari batu-batuan. Produk akhir dari
pelapukan ini adalah tanah residual.
Gambar 4.1 memperlihatkan grafik yang menghubungkan temperatur
rata-rata per tahun dan curah hujan per tahun dengan klasifikasi agregat
yang dihasilkan di suatu daerah. Aspek-aspek yang mempengaruhi
pelapukan batuan ini akan berpengaruh terhadap produksi beton
(Gideon, 1994: 150).

68 - Teknologi Belon

j
~ - - -- "-g 1'Q9J\ ~ u nd" Cf.ck
cu.x.:i d ,ng on tcrh .xl.:ip
Cur ah HuJ an rata-rata Pertahun
bc\on

Cf.ck C u.x.:, 0 In9 on


cu k u p S-.---d.:ing Ag r<lgJ\

o oi:-
re , I re ,:, Cl(; !i,O "Sound" Umum
Cr Ag r<lg.:rt "=u nd" um um .
10 I---J.---l--1'f--f- --v'7l~ - - 9cton di l:,p.:,ng.:,n p.3d.:,
cu.x.3 cu k u p-.,,__---d.:,ng
,o Pgregat bc k u .
'Sound' Seton
pada Cuac a ......,__ _ Ag 1'Q9J\ .,,.,d ,kit
30 Beku . Efek • u n"!>O u nd " bc\on
Cua a Di g in d il:op.:,ng.:,n f>-3d-' cuc.:i
=<liki\ bcku
40

10 SO

00
Ag r<lgJ\ lu n.:ilo.' r.:,pu h b...--ion
d ik>u,,i bcrg.:ir.:sn. Ck k cu.x.:,
7(1 P.:in.n

ao

Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Pelapukan pada Batuan

Batuan di Indonesia umumnya terdiri dari igneous vulkanis yang


muda seperti basalt, dolomit, andesit, porhyries, tuffs, ashes, lebih dalam
\agi dapat di temukan granite dan batu-batuan sedimen di laut, yaitu
sandstone, limestone, dan malstone. Batu-batuan ini sering didapatkan di
lipatan dan patahan pada gugusan atau pegunungan .

4.2.2 Karakteristik Agregat


Jika dilihat dari sumbernya, agregat dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu agregat yang berasal dari alam dan agregat buatan
(artificial aggregates) . Contoh agregat yang berasal dari sumber alam
adalah pasir alami dan kerikil, sedangkan contoh agregat buatan adalah
agregat yang berasal dari stone crusher, hasil residu terak tanur tinggi
(blast furnace slag), pecahan genteng, pecahan beton, fly ash dari residu
PLTU, extended shale, expanded slag dan lainnya.
lnteraksi antara iklim setempat dan geologinya akan menghasilkan
tiga macam jenis quarry, yaitu sumber daya alam dari batu-batuan
(deposits), yang dibedakan menjadi tiga, yaitu:

Agregat- 69
4.2.2.1 Q11arry batu-batuan dari bedrock
Quarry ini membutuhkan pengchoran dnn pclcdakan (drilling and
blasting) yang menghasilkan bemmcam-macam ukuran yang perlu disc-
suaikan dengan kebutuhan. Dcrajat pelapukan quanJ' ini bergantung pada
deposit batuan. Pada lapisan terluar, derajat pelapukan biasanya paling
berat: semakin kedalam, derajat pelapukannya semakin rendah. Untuk
mendapatkan hasil yang baik dmi batu-batuan segar (fresh rock) , peng-
galian pada deposit ini harus dilakukan hingga kedalaman yang cuk:up.
Hasil pemecahan agregat semacam ini adalah campuran batuan yang
mengalami pelapukan dengan batu-batuan segar. Makin segar batu-
batuannya, makin rendah nilai c11,slzi11g value dan Los Angelos Abrration
serta semakin rendah porositasnya (porosity). Sebaliknya, semakin tinggi
derajat pelapukan, semakin tinggi pula nilai-nilai tersebut. Secara
sederhana dapat disimpulkan bahwa campuran agregat dengan mutu yang
baik dan agregat dengan mutu yang kurang baik yang dihasilkan suatu
industri pemecah batu dapat mengakibatkan kesulitan dalam perencanaan
dan pengendalian mutu campuran beton. Untuk itu, setiap produksi dari
crushing plant harus diuji sesuai dengan standar dan tingkat kebutuhan
agregat tersebut.
Batu-batuan dari abu vulkanik biasanya cukup porous, sehingga nilai
crushing dan abrasinya tinggi, meskipun batu-batuannya dalam keadaan
segar. Beberapa jenis andesit dan lava glasi dapat bersifat alkali reaktif
dan mudah pecah jika terkena suhu yang tinggi (kebakaran). Pada Tabel
4.1 dapat dilihat sifat-sifat agregat yang dihasilkan dari quarry dan
digunakan untuk keperluan teknik.

Tabel 4.1 Sifat-Sifat Batuan untuk Keperluan Teknik


Jcnis Batuan Kekuatan Keawetan Stabilitas Karakteristik Kehadiran Bentuk
Mekanis Kimia Permukaan Bahan- pecahan
bahan yang batuan
tidak di
kehendaki
Batuan Beku (Yulkanik)
Granit. Baik Baik Baik Baik Mungkin Baik
Syenit Oiorit
Felsit Baik Baik Tanda Cukup Mungkin Cukup
tanya
Basalt. Baik Baik Baik Baik Jarang Cukup
Diabas
e.abrro

70 - Tekno/ogi Belon
.,
Pcndoti t
I n aik Cukup
r
Tandu
T a nya I
Batuan En<lapan
Baik
I Mungkin
I 13a, k

Ilatu Kapu r. C uk up C ukup Baik Baik Mungk1n L3a rk


Dolom , t
13a tu P:is ir C ukup C ukup 13aik Bark Jarang Ua1k
C he rt Baik Buruk 13uruk Cukup M ungkm Buruk
K o nglo mcrat, Cuk up C ukup Baik Baik Jarang Cukup
b reksi
Batu Tulis Buruk B uruk Tanda Baik M ungkin Cukup
Tanya
Uatuan Metamorfik
Gneiss, schist Baik Baik 8aik Baik Jarang Baik
Kuartsit Baik Baik Baik Baik Jarang Cukup
!\farmer C ukup Baik Baik Baik Mungkin Ba ik
Serpertinit C ukup C ukup Baik Cukup Mungkin C ukup
Amp h ibolit Baik Baik Baik Baik Jara ng Cukup
Ba tu Tulis Baik Baik Baik Cukup Jarang Je le k
Sumber. Bureau of Public Roads M anual. "77,e Identification of Rock T;,pes

Pada saat ini sudah banyak dijumpai industri-industri pemecah batu


y ang menggunakan mesin (crushing plant), namun masih b anyak juga
y ang menggunakan pemecah batu tradisional (palu besi), terutam a di
daerah-daerah. Agregat pecah tangan ini hasilnya tidak konsisten , artinya
ukuran butir agregat yang dihasilkan tidak merata. Biasanya ·akan ditemui
agregat dengan gradasi senjang (gap grade). Umumnya tidak akan
dihasilkan agregat dengan ukuran butir 5-10 mm, sehingga kesenjangan
gradasi akan semakin besar. Bentuk pipih dan memanjang (flaky) dari
basil pecah tangan inipun sering dijumpai. Gradasi senjang dan flaky ini
menyebabkan beton yang diproduksi tidak cukup lecak (workability)
serta mudah mengalami bleeding dan segregation.

4.2.2.2 Pasir sungai dan batu-batuan yang digali


Pasir yang digunakan dalam campuran beton jika dilihat dari
sumbemya dapat berasal dari sungai ataupun dari galian tambang
(quarry). Agregat yang berasal dari tanah galian, yaitu tanah yang dibuka
lapisan penutupnya (pre-striping), biasanya berbentuk tajam, bersudut,
berpori dan bebas dari kandungan garam. Pada kasus tertentu, agregat
yang terletak pada lapisan yang paling atas harus dicuci terlebih dahulu
sebelum digunakan.

Agregat-11
Sungai-sungai yang tc~jal memiliki aliran yang dcra s sch111gga
deposit dari partikcl batu-batu:mnya aknn bervariasi cukup bcsar pada
suatu jarak tcrtcntu. Biasanya butir halusnya titlak cukup hanyak dan
batu-batuan ini cul-.'Up bcrsih. Pada sungni-sungai yang landai , varias,
perbcdaan ukuran partikcl tidak bcrubah dari tcmpat yang satu kc tcmpat
yang lain. Keb:myakan partikcl-partikclnya lebih bulat dan cukup kotor
serta tercampur dengan mica dan small.fraction.
D1 daerah tertentu. pasir dapat mengandung mineral-mineral berat.
Umumnya batu-batuan porous dan yang sudah berkurang kekuatannya
akibat pelapukan dapat pecah karena gaya-gaya yang terdapat di dalam
sungai. Produk yang dihasilkan di setiap sungai di Indonesia biasanya
merupakan campuran jenis-jenis yang kuat dan f rag ment agak lernah.
Sungai yang mengalir melewati jenis batuan yang seragam, misalnya
sunga1 yang melewati gugusan pegunungan yang m engandung granit,
akan menghasilkan batuan yang sejenis, tetapi masih terdiri dari f ragment
batuan yang la.tat dan lemah. Sungai ini biasanya m engandung cukup
banyak mica dalam pasimya dan gradasi agregatnya biasanya merupakan
gradasi sela (salah satu dari ukuran agregat tidak ada).
Pasir kasar alami biasanya dapat memenuhi syarat gradasi zona I dari
British Standard (B.S), tetapi mineral halusnya yang berukuran lebih
kecil dari 0.3 mm tidak cukup banyak. Pasir yang masuk zona II dan Ill
dapat juga di temukan dalam pasir alami, tetapi biasanya banyak
mengandung silt clan tanah liat. Agregat halus (pasir alam) yang berasal
dari sumber ini biasanya berbutir halus dan berbentuk bulat-bulat akibat
proses gesekan, sehingga daya lekat antara butiranya agak kurang.
Agregat jenis ini cocok dipakai untuk campuran plesteran karena butir-
butirnya halus.
Gambar 4.2 memperlihatkan pengaruh material terhadap kekuatan
beton bila beton dibuat dengan campuran agregat yang terdiri terdiri dari
60% agregat kuat dan 40% agregat lemah. Perbandingan kekuatan tekan
ini menunjukan bahwa pengaruh kekuatan agregat j uga menentukan
kekuatan tekan beton yang akan dibuat. Agar dicapai kekuatan tekan
yang seragam, perlu dilakukan pemeriksaan agregat sesering mungkin
dan perlu dipersiapkan mix design alternative concrete yang setiap waktu
dapat digunakan bila terjadi variasi mutu agregat.

72 - Teknologi Beton
6000 ·~~ I. . I l I I
'-,~ ~ ~)3.e ton dari kerikil sungai
Cl)
5000 - - - - -1---- --
a.
'
4 QOQ A-...L----

3000

Beton dari.kerang-k e r r r -
1000

0
Q.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0

Faktor Air S emen


G a mbar 4.2 P engaruh agregat dengan Faktor Air Semen pada kekuatan tekan
beton yang berumur 28 hari.

4 .2.2.3 Pasir dari pesisir pantai dan sumur-sumur yang


mengandung pasir dan batu-batuan
Pesisir yang landai dan delta-delta sering dijumpai di Indonesia,
m e skipun tidak terdapat pada setiap tempat. Pantai biasanya terdiri dari
batuan bulat dan fragmen kerang-kerangan. Di belakang pantai mungkin
terdapat laguna tua yang dipenuhi material organik atau lumpur dan silt
y ang tercampur dengan batu-batuan dan pasir sungai. Daerah yan g
m engandung silt dan tanah liat biasanya mengalami pelapukan dan
tertutup lumpur dari lapisan tanah residual. Hasil galian pada endapan
sungai terdiri dari lapisan yang hampir sama batu-batuannya, dengan
k ecenderungan mengandung lebih banyak tanah liat dan lempung serta
mengandung sedikit material yang diametemya besar. Gradasi senjang
m erupakan gej ala umum. Pasir dan batu-batuannya biasanya terdiri dari
material yang lemah dan porous karena proses pelapukan terus berlanj ut
m eskipun bahan-bahan tersebut sudah terdampar. Gejala umum yang
teramati adalah fraksi pasir mendekati zona II (BS). dengan sedikit sekali
material yang o versize dan material halusnya (lebih kecil dari 0.3 mm)
biasanya tidak cukup.

A g regat - 73
Agregat (pasir) yang bcrnsal dari pantai ini mutunya agak kurang
karena banyak mengandung garam-garaman. Garam-garaman tcrscbut
menycbabkan pasir banyak menycrap air dari udara schingga kond1s1
pasir akan sclalu basah atau agak basah ynng tidak dikchcndaki dalam
pekerjaan beton. Pasir ini juga mcnyebabkan tc1jadinya pcngembangan
ketika beton sudah jadi. Karena itu, scbaiknya pasir pantai (laut) tidak
dipakai dalam campuran beton.
Agar diperolch material yang baik, pencucian kadangkala perlu
dilal,a1kan untuk membantu. Jika volume agregat yang di butuhkan dalam
carnpuran beton maka tindakan terbaik yang harus dilakukan adalah
mencampur beberapa jenis agregat menjadi satu sehingga d iperoleh hasil
yang diinginkan (masuk dalam zona yang disyaratkan) .

.
r 4.3 l\1engolah Agregat Alam
Tujuan utama pengolahan agregat adalah menghasilkan agregat
dengan mutu tinggi dan dengan biaya yang rendah. Pengolahan agregat
alam meliputi penggalian (excavating), pengangkutan (hauling ), pen-
cucian, pemecahan (c~hing), dan penentuan ukuran. Akan tetapi, peng-
olahan agregat tidak terbatas hanya pada usaha-usaha tersebut diatas,
tetapi juga dimulai dari penggalian dan harus diak.hiri dengan penim-
bunan dan penyerahan agregat di lapangan.

l Pada waktu melakukan penggalian, bahan-bahan yang akan menam-


bah berat seperti lempung dan Ianau sedapat mungkin harus disingkirkan
terlebih dahulu karena bahan-bahan tersebut tidak dikehendaki.
Pemisahan bahan yang tidak dikehendaki ini dapat dilakukan dengan alat
power-shovels, draglines atau scrapers. Penyingkiran bahan-bahan ini
perlu dipertimbangkan jika tebal lapisan penutupnya lebih dari 15 meter.
Bila bahan-bahan ini tidak terlalu banyak jumlahnya, cukup dilakukan
pencucian. Penggalian bahan yang keras dapat d ilakukan dengan
peledakan (blasting). Setelah digali, agregat diangkut dengan kereta api,
truk atau ban berjalan (belt conveyor) ketempat pengolahan agregat.
Bahan-bahan yang merusak kemudian dibuang, salah satu caranya adalah
dengan pencucian bahan baku. Di beberapa tempat, digunakan ban
pengangkul yang di jalankan melalui saluran buatan. Agregat yang Iewat
kemudian disemprot dengan air.

74 - Tekno/ogi Belon
Proses sclanJutnya adalali rnc111pcrkcc1I ukuran agrcgat dc11ga11 r111.:1 1 '.:.:-
l..!Ullakan ala t pc.mccah batu . /\lat pc1nccah halu ya11g p,il111g tu ..i d,,,:hut
Jo\\' Crusher. yang tcrd tn dari scbuah rnhang (ia11·) yang tctap dan -;cbuah
rahang ya n g bcrgc rak. J aw Crusher sangat cocok untuk lllL'lllCcah "L'gal .. i
Jcnis batuan kcras. Satu-satunya hnl yang tidak rncnguntungkan dan .l a,,
Crus her ini a d a la h kapasitasnya yang relatif" kccil. Jcrn s pcmccah hatu
baru rne mpunyai ka p as itas yang lcbi h bcsar dibanding JClllS Ja\\' CrushL-r
D a la m pra ktek. uku ran agregat b iasanya d ipcrkecil dcngan pcrha_n dinga 11
I :6 a ta u Iebih kec il dari itu. Sccara sistematik bag.an al1r dart prose:-.
pena m bangan batua n dapat dilihat d i G ambar 4.3.

SU1'1BER ,\ l , \TE:R l·\I .


cQU AR R YI

I
~ J.

.-\GR EGA T KAS:\ R AGREG.·\ T IIALL'S


($umber Gunung OalU. Sung a,) tSumber Gummg P,L"-tr. Sung:..11)

l l

I
PENGEBORAN . PELEDAKAN. f'ENGGALIAN (1.:XC"·\\'.-\TING)
PEN GGALIAN (EXC AVATI NG)

I I
,I.

I PENG.-\NGKU TAN (HAULING)

,L
I
I PENIMB U NAN BAHAN BAKU
l
l
PE1'1ECAH.'\ N OATU
I (STONE CRUSHER) I
,L

I
PEN Y IM PANAN OAHAN
D A N D I STRI B USI l
Gambar 4.3 Aktivitas P e nambangan Batua n

Untuk mene ntukan ukuran dari agregat, agregat kasar disaring rne n g -
gunakan saringan bergetar, sedangkan agregat halus disaring d en gan
sa rin gan hidrolik. Saringan tersebut memiliki perbedaan dalam pem-
buatannya, kapas itasnya, serta e fisiensinya. Dalam prose s peny aringan ,
sekitar 70% dari bahan yang disaring harus lolos sehingga efis iens i s erta
ka pas itas yang tinggi dapat dicapai. Tidak jarang, partikel yang disaring
memiliki ukuran yang lebih besar dibanding partikel yang dibutuhkan .

Agregat - 75
4.4 Jenis Agregat
Seperti yang tclah diuraikan di atas, agregat dapat dibcdakan mcnJ ad1
dua jcnis. yaitu agregat alam dan agregat buatan (pccahan). /\grcgat a lam
clan pecahan inipun dapat dibedakan berdasarkan beratnya, asalnya,
diameter butimya (gradasi). dan tekstur permukaannya. Pada Gambar 4.4
dapat kita lihat pembagian jenis agregat berdasarkan sumber material.

JENIS•JENIS AGREGAT

'-GR.EGl.T BER.._T AG REGA T NORMAL ,\GREGAT RINGAN

AGREGAT AGREGAT AGREG,\T


ALl.M ALAM DUATAN

• Pf.CAHAN BATA TAN PA PENGOLAHA N


• TERAK TANUR PENGOLAHAN DA TUAN
BATUAN DENGAN
DENGAN PANAS
PANAS (Tcrak, Batu tulis

..
z
<:
<:
2
~<: :::i
:,:
~
::i
<
0
5
l:)
z
:::i
5
(Datu klinkcr lcmpung)

~ ... ""c:, a: "'a: l:)

""z "'
l: z ;;; a: TANPA PENGOLAHAN
<: ;;; ;;;
~
<: z<: ...:::i< ...<: ...
< PENGOLAHAN BATUAN
;;.i
<
.c:
=
...
<:
c:,
BATUAN
DENGAN
DENGAN
PANAS
~ PANAS (Lcmpung. batu tulis,
(Batu kopur. skoria.)
ba1u apung)
I

l Gambar 4.4. Klasijikasi Agregat Berdasarkan Sumber Material


-
Hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penggunaan
agregat dalam campuran beton ada lima, yaitu (Landgren, 1994):
(1) Volume udara
Udara yang terdapat dalam campuran beton akan mempengaruhi
proses pembuatan beton, terutama setelah terbentuknya pasta semen.
(2) Volume padat
Kepadatan volume agregat akan mempengaruhi berat isi dari beton
jadi.
(3) Beratjenis agregat
Berat jenis agregat akan mempengaruhi proporsi campuran dalam
berat sebagai kontro1.

16 - Teknologi Beton
(4) Penyerapan
Penyerapan berpengaruh pada berat je ni s.
(5) Kadar air permukaan agregat
Kadar air permukaan agregat berpengaruh pada penggunaan air saat
pencampuran.

4.4.1 Jenis Agregat Berdasarkan Berat


Agregat dapat pula dibedakan berdasarkan beratnya. Ada tiga jenis
agregat berdasarkan beratnya, yaitu agregat normal , agregat ringan dan
agregat berat. Peraturan Beton 1989 mencakup agregat normal dan
agregat ringan.
Agregat normal d ihasilkan dari pemecahan batuan dengan quarry
atau langsung dari sumber alam. Agregat ini biasanya berasal dari granit,
basalt, kuarsa, dan sebagain~a. Berat jen is rata-ratanya a~alah 2.5-2. 7
3
atau tidak boleh kurang dan 1.2 kg/dm . Beton yang d1buat dengan
agregat normal adalah beton normal, yaitu beton yang mempunyai berat
isi 2.200-2.500 kg/m3 • (SK.SNI.T-15-1990: 1). Kekuatan tekannya sekitar
15-40 Mpa. Ketentuan dan persyaratan dari SII.0052-80 "Mutu dan Cara
Uji Agregat Beton" harus dipenuhi . Bila tidak tercakup dalam SII.0052-
80, maka agregat harus memenuhi ketentuan ASTM C-33 ,"Spesification
for Concrete Aggregates" (PB-89, 1989:9).
Agregat ringan digunakan untuk menghasilkan beton yang ringan
dalam sebuah bangunan yang memperhitungkan berat dirinya. Agregat
ringan digunakan dalam bermacam produk beton, misalnya bahan-bahan
untuk isolasi atau bahan untuk pra-tekan. Agregat ini paling banyak
digunakan untuk beton-beton pra-cetak. Beton yang dibuat dengan
agregat ringan mempunyai sifat tahan api yang baik. Kelemahannya
adalah ukuran pori pada beton yang dibuat dengan agregat ini besar
sehingga penyerapannya besar pula. Jika tidak diperhatikan, hal ini akan
menyebabkan beton yang dihasilkan menjadi kurang baik kualitasnya.
Agregat ringan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang dihasilkan
melalui · pembekahan (expanding) dan yang dihasilkan dari pengolahan
bahan alam. Disarankan agar penakarannya mengunakan volume. Berat
isi agregat ini berkisar 350-880 kg/m3 untuk agregat kasamya dan 750-
3
1200 kg/m untuk agregat halus. Campuran kedua agregat tersebut
mempunyai berat isi maksimum l 040 kg/m3 • Agregat ringan yang

Agregat-77
digunakan dalam campuran bcton harus mcmcnuht syarat mutu dan
ASTM C-330. "Spcc((,cation for UghtH·eight Aggregates f or Structural
Cn11crere··.
3
Agregat berat mempunyai berat jcnis \cbih besar dari 2. 800 kg/m .
Contohnya adalah magnetik (Fc3O4) , barytcs (BaSO4 ) dan scrbuk bcsi.
Bernt jenis beton yang dihasilkan dapat mencapai 5 kali berat jenis
bahannya. Beton yang dibuat dcngan agregat ini biasanya digunakan
sebagai pelindung dari radiasi sinar-X. Untuk mengetahui apakah suatu
agregat tennasuk agregat berat. ringan atau nom1al, dapat diperiksa berat
isinya. Standar yang digunakan adalah C.29. Definisi berat isi sendiri
adalah berat dalam satuan volume untuk setiap partikel (Brink, R.H and
Timms. A.G. 1966).
Ul-a.1ran maksimum yang diijinkan dalam ASTM C29 adalah 6 in
(150 mm). Alat yang digunakan dalam menentukan berat isi adalah
bejana silinder dengan butir yang telah ditentukan sesuai dengan syarat
seperti yang tercantum pada Tabel 4.2. Dalam hal ini, ukuran nominal
agregat merupakan ukuran maksimum dan volume alat ukur tidak boleh
k-urang dari 95% dari volume yang tercantum pada tabel.

Tabel 4.2 Ukuran Nominal dan Kapasitas A/at


lli.'1l.rall Maksimurn Butir Agregat Kapasitas alat
In mm Ft3 M3
0.5 12.5 0.10 0.0028
1 25.0 0.6667 0.0093
1.5 37.5 0.50 0.014
3 75 1 0.028
4.5 112 2.5 0.070
6 150 3.5 0. 100
Sumber: ASTM C.29-1995, p.2

4.4.2 Jenis Agregat Berdasarkan Bentuk


Bentuk agregat belum terdefinisikan secara jelas, sehingga sifat-sifat
tersebut sulit diukur dengan baik. Sejumlah peneliti telah banyak mem-
bicarakan hal ini, salah satunya adalah Mather yang menyatakan bahwa
bentuk butir agregat ditentukan oleh dua sifat yang tidak saling ter-
gantung yaitu kebulatan/ketajaman sudut (sifat yang tergantung pada
ketajaman relatif; secara numerik dinyatakan dengan rasio antara jari-jari

78 - Teknologi Beton
ra ta-ra ta dan s udut lcngkung UJ Lmg a tau sudut but tr da n J art -Jan
maksimu m le ngkun g sa lah sa tu ujung/sudutnya) dan olch spcnl-..al yattu
rasio antara luas pcrmukaan dcngan volume butir.
Bentuk agregat dipcngaruhi olch bcbcrapa faktor . Sccara alam1ah
ben tuk agregat dipengaruhi oleh proses gcologi batuan. Sctclah dt lakukan
penambangan. bentuk agregat dipengaruhi o lch cara peledakan maupun
mesin pemccah batu dan teknik yang d igunakan.
Jika dikonsolidas ikan , butiran yang bulat akan mengha sdka n
campuran beton yang Ieb ih baik jika dibandingkan <lengan butiran yang
pipih. Penggunaan pasta semennya pun akan lebih ekonomis. Bcntuk-
bentuk agregat ini lebih banyak berpengaruh terhadap si fat pengerjaan
pada beton segar (fresh concrete) .
Test standar yang dapat digunakan dalam menentukan bentuk agregat
ini adalah ASTM D-3398. Klasifikasi agregat berdasarkan bentuknya
adalah sebagai berikut.
(1) Agregat Bulat
Agregat ini terbentuk karena terj adinya pengikisan oleh air a tau
keseluruhannya terbentuk karena pengeseran. Rongga udaranya
minimum 33%, sehingga rasio luas pem1ukaannya kecil. Beton yan g
dihasilkan dari agregat ini kurang cocok untuk struktur yang
menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi, karena
ikatan antar agregat kurang kua t.
(2) Agregat Bulat Sebagian atau Tidak Teratur
Agregat ini secara alamiah berbentuk tidak teratur. Sebagian ter-
bentuk karena pergeseran sehingga permukaan atau sudut-sudutnya
berbentuk bulat. Rongga udara pada agregat ini lebih tinggi, sekitar
35%-38%, sehingga membutuhkan lebih banyak pasta semen agar
mudah dikerjakan. Beton yang di hasilkan dari agregat ini belum
cukup baik untuk struktur yang rnenekankan pada kekuatan atau
untuk beton mutu tinggi , karena ikatan antar agregat belum cukup
baik (masih kurang kuat).
(3) Agregat Bersudut
Agregat ini mempunyai sudut-sudut yang tampak jelas, yang ter-
bentuk di tempat-tempat perpotongan bidang-bidang dengan
pennukaan kasar. Rongga udara pada agregat ini berkisar antara

Agregat - 79
38% - 40%, sehingga membutuhkan lebih banyak lagi pasta semen
ngar mudah di kerjakan. Beton yang dihasilkan dari agregat ini cocok
untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk bcton
mutu tinggi karena ikatan antar agregatnya baik (kuat). Agregat ini
dapat juga digunakan untuk bahan lapis perkerasan (rigid pavement).
(4) Agregat Panjang
Agregat ini panjangnya jauh \ebih besar dari pada lebamya dan
1ebarnya jauh lebih besar daripada tebalnya. Agregat disebut panjang
jika ula1ran terbesarnya lebih dari 9/5 dari ukuran rata-rata. Ukuran
rata-rata ialah uln1ran ayakan yang rneloloskan dan menahan butiran
agregat. Sebagai contoh, agregat dengan ukuran rata-rata 15 mm,
akan lolos ayakan 19 mm dan tertahan oleh ayakan 10 mm . Agregat
ini dinamakan panjang jika ukuran terkecil butirannya lebih kecil dari
27 mm (9/5xl5 mm). Agregat jenis ini akan berpengaruh b uruk pada
mutu beton yang akan dibuat. Agregat jenis ini cenderung berada di
rata-rata air sehingga akan terdapat rongga di bawahnya. Kekuatan
tekan dari beton yang menggunakan agregat ini buruk.
(5) Agregat Pipil,
Agregat disebut pipih jika perbandingan tebal agregat terhadap
ukuran-ukuran lebar dan tebalnya lebih kecil. Agregat pipih sama
dengan agregat panjang, tidak baik untuk campuran beton mutu
tinggi. Dinamakan pipih jika ukuran terkecilnya kurang dari 3/5
ukuran rata-ratanya. Untuk contoh di atas agregat disebut pipih jika
lebih kecil dari 9 mm. Menurut (Galloway, 1994) agregat pipih
mempunyai perbandingan antara panjang dan lebar dengan ketebalan
dengan rasion 1:3 yang dapat digambarkan sama dengan uang logam.
(6) Agregat Pipih da11 Pa11ja11g
Agregat jenis ini mempunyai panjang yang jauh lebih besar daripada
lebamya, sedangkan lebamya jauh lebih besar dari tebalnya.

4.4.3 Jenis Agregat Berdasarkan Tekstur Permukaan


Umumnya agregat dibedakan menjadi kasar, agak kasar, licin, agak
licin. Berdasarkan pemeriksaan visual, tekstur agregat dapat dibedakan
menjadi sangat halus (glassy), halus, granular, kasar, berkristal
(crystalline), berpori, dan berlubang-lubang. Secara numerik belum
dipakai untuk menentukan definisi dari susunan permukaan agregat.

80 - Teknologi Belon
Pern1ukaan ya ng kasar aka n mcnghasi lkan ikatan yang lcb1h ba1k _pka
dibandin gkan den gan pcnnukaan agrcgat yang licin. Jcrn s lain dan
pern1ukaan a gregat ada lah mengki lap dan kusam.
U kura n s u suna n agregat tergantung dari kckerasan. ukuran molekul.
te k s tur b a tua n , dan besam ya gaya yan g bckerja pada pcrmukaan butiran
yan g telah membuat lic in a ta u kasar permukaan tersebut. Secara umum
su s unan pem,ukaan ini sanga t berpengaruh pada kemudahan pekerjaan.
Semakin licin pem1ukaan ag regat a kan semakin sulit beton untuk di
kerjakan. Umumnya jenis agregat dengan permukaan kasar lebih di sukai.
Jenis agregat berdasarkan teks tur permukaannya dapat dibedakan sebagai
berikut:
( I) Agregat licinl halus (glassy)
Agregat jenis ini lebih sedikit n1cn-abutuhkan air dibanding kan de n gan
agregat dengan permukaan kasar. Dari hasil pene litian, kekasaran
agregat akan menambah kekuatan gesekan antara pasta semen dengan
permukaan butir agregat sehingga beton yang menggunakan agregat
ini cenderung mutunya lebih rendah. Agregat licin terbentuk dari
akibat pengikisan oleh air, atau akibat patahnya batuan (rocks)
berbutir halus atau batuan yang berlapis-lapis.
(2) Berbutir (granular)
Pecahan agregat jenis ini berbentuk bulat dan seragam.
(3) Kasar
Pecahannya kasar dapat terdiri dari batuan berbutir halus atau kasar
yang mengandung bahan-bahan berkristal yang tidak dapat terlihat
dengan jelas melalui pemeriksaan visual.
( 4) Krista/i11 ( cristallilie)
Agregat jenis ini mengandung kristal-kristal yang nampak dengan
jelas melalui pemeriksaan visual.
(5) Berbentuk Sarang Laba/, (honeycombs)
Tamp~k deng~n jela~ pori-porinya dan rongga-rongganya. Melalui
pemenksaan visual, kita da~at melihat lubang-lubang pada batuannya.

Agregat- 81
4.4.4 Jenis Agregat Berdasarkan lJkuran Butir
Nominal
Ukuran agreg.at dapat mcmpcngaruhi kckuatan tckan bcton. Untuk
perbandingan bahan-bahan campuran tcrtcntu, kckua!an tekan bcton
berkurang bila ukuran maksimum bertambah besar, dan juga akan
menambah kesu\itan dalam pengerjaannya. Ukuran dan bentuknya harus
disesuaikan dengan syarat yang diberikan o\eh ASTM, BS ataupun
S ll'SII. Sepe1ti yang diuraikan di atas, ukuran agregat lebih banyak pula
berpengaruh terhadap kemudahan peke1jami (workability). Pemilihan
uk."\..lran maksimum da1i agregat ini cenderung tergantung dari pada jenis
cetakan dan tulangan. Untuk struktur beton bertulang SK.SNI T-15-1991-
03 memberikan batasan untuk butir agregat maksimum yang digunakan
sebesar 40 mm. Sebagai dasar perancangan campuran beton besar butir
maksimum agregat, (ACI 318,1989:2-1) dan (PB,1989:9), memberikan
batasan sebagai berik.'Ut;
( l) Seperlima dari jarak terkecil antara bidang samping cetakan,
(2) Sepertiga dari tebal plat
(3) Tiga perempat dari jarak bersih minimum di antara batang-batang
tulangan atau berkas-berkas (bundle bar) ataupun dari tendon pre-
stress atau ducting.
Jika ukuran maksimum agregat lebih besar dari 40 mm, agregat ter-
sebut dapat saja digunakan, asal disetujui oleh ahlinya dengan memper-
timbangkan kemudahan pengerjaannya dan cara-cara pemadatan
(consolidation) beton selama pengerjaannya tidak menyebabkan
terjadinya rongga-rongga udara atau sarang kerikil (honeycomb). Untuk
itu peng-awas ahli harus selalu melakukan inspeksi dan bertanggung
jawab terhadap batas maksimum dari butir agregat tersebut (ACI
318,1989:2-1 ). Dari ukurannya ini, agregat dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu agregat kasar dan agregat halus (Ulasan PB, 1989:9).
( 1) Agregat halus ialah agregat yang semua butimya menembus ayakan
berlubang 4.8 mm (SII.0052,1980) atau 4.75 mm (ASTM C33,1982)
atau 5,0 mm(BS.812,1976).
(2) Agregat kasar ialah agregat yang semua butimya tertinggal di atas
ayakan 4.8 mm (Sil.0052,1980) atau 4. 75 mm (ASTM C33 , 1982)
atau 5,0 mm (BS.812,1976).

82 - Teknologi Beton
4.4.5 ,Jenis Agregat Berdasarkan (;ra d asi
Gradasi agregat ialah distribus 1 dan ukuran agrcgat. D1stnbu"1 1111
bcrvariasi dapat dibedakan mcnjadi tiga yai tu gradast scla (gap gruclc).
gradasi m e n e rus (co11 t i 11ous grade) dan gradas1 serag am (u11(/on11 grade).
U ntuk meng etahui gra das i tcrseb u t dilaku kan peguJian mclalui ana li sa
a y ak s e s uai deng an s ta nda r d ari BS 8 12, ASTM C-33. Cl 36. ASI ITO
T.27 ataupun Standar Indonesia. B e be rapa ukuran saringan yang
digunakan untuk mengetahui gradas i a gregat dapat diliha t d i Tabe l 4.3.

Tabel 4.3 Ukuran Saringan Standa r Agrega t un tuk Campuran Seton

STANDARD ASTM BRITISH ST ANDAR


ISO El 1 STANDARD, JE RMA N
BS-812 (BS.410,1976)
128 mm 100mm -
64mm 90 mm -
- 75mm 75mm -
- 63mm 63 mm 6 3 mm
- 50mm 50mm -
3 2mm 37.5 mm 37.5 mm 31. 5 mm
- 25mm 28 mm -
16 mm 19 mm 2 0 mm 16 mm
- 12.5 mm 14mm -
8 mm 9.5mm 10 mm 8 mm
4mm 4 .75 mm 5.0 mm 4 mm
2 mm 2.36mm 2.36 mm 2 mm
1 mm 1.1 8 mm 1. 18 mm 1 mm I
500 µm 600 µm 600 µm 5 00 µrn
250 µm 300 µm 300 µm 2 50 µm
125 µm 150 µm 150 µm
62 um 75 um 75 µm

4.4.5.1 Gradasi Sela (gap gradation)


Jika salah satu atau lebih dari ukuran butir atau fraksi pada satu set
z.yakan tidak ada, maka gradasi ini akan menunjukan satu garis horizontal
dalam grafiknya. Keistimewaan dari gradasi ini antara lain:
(l ) Pa~a ~ilai _F~ktor Air Semen terte,ntu, kemudahan pengerjaan akan
leb1h tmgg1 b1la kandungan pasir lebih sedikit.
(2) Pada kond1si kelecakan ynng ting.gi, lcbih ccndcrung mcngalam1
scgrcgas,. okh brcna itu gradasi scla disarankan <lipaka1 pada
tmgkat kemudahan pckc1:jn:m yang rcndah, yang pcma<latannya
dengan pcnggetaran (, •,'/)l'afio11 ).
(3) Gradasi im t1dak berµenga111h buruk tcrhadap kckuatan beton.
4.4.5.2 Gradasi l\1cnerus
Didefinisikan jika agregat yang semua ukuran butin1ya ada dan
terdisnibusi dengan baik. Agregat ini lebih sering dipakai dalam cam-
puran beton. Untuk mendapatkan angka pori yang kecil dan kemampatan
yang tinggi sehingga terjadi i11ter/ocki11g yang baik, campuran beton
membutuhkan vatiasi ukuran butir agregat. Dibandingkan dengan gradasi
sela atau seragam, gradasi menerus adalah yang paling baik.

4.4.5.3 Gradasi Seragam


Agregat yang mempunyai ukuran yang sama didefinisikan sebagai
agregat seragam. Agregat ini terdiri dari batas yang sempit dari ukuran
fraksi, dalam diagram terlihat garis yang hampir tegak/vertikal. Agregat
dengan gradasi ini biasanya dipakai untuk beton ringan yaitu jenis beton
tanpa pasir (nir-pasir), atau untuk mengisi agregat dengan gradasi sela,
atau untuk campuran agraget yang kurang baik atau tidak memenuhi
syarat.

4.5 Kekuatan Agregat


Kekuatan beton tidak lebih tinggi dari kekuatan agregat, oleh karena
itu sepanjang kekuatan tekan agregat lebih tinggi dari beton yang akan
dibuat maka agregat tersebut masih cukup aman digunakan sebagai
campuran beton. Pada kasus-kasus tertentu, beton mutu tinggi yang
mengalami konsentrasi tegangan lokal cenderung mempunyai tegangan
lebih tinggi dari pada kekuatan seluruh beton. Dalam hal ini kekuatan
agregat menjadi kritis.

4.5.1 Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Agregat


Kekuatan agregat dapat bervariasi dalam batas yang besar. Butir-butir
agregat dapat bersifat kurang kuat karena dua hal: ( 1). Karena terdiri dari
bahan yang lemah atau terdiri dari partikel yang kuat tetapi tidak baik

84 - Teknologi Beton
d a lam hal pcng ika tan (in ter lockin g). Granite misalnya. tcrdtri dan bahan
yan g kua t dan keras yai tu kris ta l quarts dan .feld.\pcir. tctapi bcrs1 fot
k urang k u at dan modulus e las ti s itasn ya lebih rcndah danpada gabbros
dan diabeses. H a l ini terjadi karcna butir-butir gran it tidak terikat dcngan
baik. (2) . Poros itas yang besar . Porositas yang bcsar mempcngaruh1
keu letan y ang m enentukan ke tahanan terhadap beban kejut.
Kekerasan a ta u kek uatan butir-butir agregat te rgantung dari bahannya
dan tidak d ip e ngaruhi o leh lekatan antara butir satu d e ngan lainnya.
Agregat yan g le bih kua t b iasanya mernpunyai modulus e lastisitas (sifat
dalam peng uj ian beb a n uniaxial) yang lebih tinggi. Butir-buti r yang
len1ah (le bih rendah d ari pasta semen) tidak dapa t menghasi lkan ke k uatan
be ton y ang d apat diandalkan . K e kerasan sedang mungkin justru le bih
m enguntungkan , karena dapa t m engu rangi konsentras i teg ang an yang
terjadi , atau p emb asahan dan pen geringan, a tau pemanasan d a n
pendinginan d an dengan demikian m e mbantu mengurangi kemung kinan
terjadinya retakan dalam beton.
Butira n yan g lemah dan lunak perlu d iba tasi n ila i m in imu mnya j ika
ketah a n a n terhadap abrasi yang kuat diperlukan . Modulus elastisi tas
agre gat j u ga penting d iketa hui karena memberikan kontribusi da1a rn
modulus elastisitas beton.

4.5.2 Cara Pengujian Kekuatan Agregat


U ntuk menguji kekuatan agregat dapat m enggunakan bejana
Rude lloff ataupun Los Ang elos Test. Sesuai dengan SIi. 0052-80
(PB , 1989) untuk agregat normaJ dapat dilihat di T a be1 4 .4. B ejan a
Rudelloff y ang banyak d igunakan di negara Inggris be rupa bejana y a ng
berbentuk s ilinder baja dengan garis tengah bag ian da la m 11.8 cm d a n
tingginya 40 cm dengan dilengkapi stempel pada d asarnya. Car a
pengujiannya, butiran agregat dimasukan kedalam silinder tersebut d a n
diletakan stempel kemudian ditekan dengan gaya tekan 20 ton sela ma 20
menit. Bagian yang hancur yang lebih kecil dari 2 mm kemudian
ditimbang. Beratnya merupakan ukuran d ari kekuatan agregat y ang
dinyatakan dalam persen hancur. Semakin banyak bagian yang hancur
sem a kin rendah kekuatan agregat tersebut. Cara Rudelloff agak kurang
tepat jika dipakai untuk menguji agregat yang lemah, karena perkiraan
akan terjadi gesekan yang kuat dengan dinding silinder baja selama
pene kanan meng akibatkan beban yang ditahan butir-butir b erkurang ,

- Agregat - 85
sehingga nilai yang dihasilkan nampaknya \cbih tingg1 dari ni lai yang
sebenamya.
Cara uji kekuatan yang lainnya dcngan mcnggunakan a lat Los
Angelos Tesr. Mesin ini bernpa silinder baja yang tertutup pada kedua
sisinya dengan diameter 71 cm dan panjang 50 cm. Sil inder bertumpu
pada sebuah sumbu horizontal tempat berputar. Pad a si Iind er terdapat
lubang untuk memasukan benda uji dan tertutup rapat sedemikian hingga
sehingga pennukaan dalam silinder tidak terganggu. Di bagian dalam
silinder terdapat blade baja melintang penuh setinggi 8.9 cm. Silinder ini
dilengkapi dengan bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4 .68 cm dan
berat masing-masing antara 390-445 gram atau sesuai dengan gradasi
benda uji (Tabel 4.5 dan 4.6). Untuk mengetahui nilai Los Angelos,
silinder diputar dengan kecepatan 30-33 rpm. Penguj ian ini nampak lebih
memuaskan jika dipakai untuk menguji agregat normal. Caranya dengan
mengularr banyaknya butiran yang pecah pada akhir putaran ke-100 kali
yang pertama dibandingkan dengan putaran ke-500. Umumnya jika
butiran yang pecah pada akhir ke-100 sudah lebih besar dari 20% (SNI
memberikan nilai batas 27%) dari pada ke-500 di anggap bagian yang
lunak sudah terlalu banyak.

Tabel 4.4 Syarat Mutu Kekuatan Agregat sesuai S11.0052-80


Kekerasan dengan bejana Kekerasan
Rudelloff, bagian hancur dengan b ejana
Kelas dan Muru
menembus ayakan 2 mm, geser Los
persen (%) maksimum Angelos,
Beton Fraksi Butir Fraksi Butir Bagian hancur
9.5 - 19 mm 19-30 mm menembus
ayakan 1.7 mm,
% maks.
(1) (2) (3) (4)
Beton Kelas I dan mutu 22-30 24-32 40-50
BodanB1
Beton Kelas JI dan mutu 14-22 16-24 27-40
K.125, K.175 dan K.225
Beton Kelas ill dan mutu Kurang dari Kurang dari Ku rang dari 2 7
> K..225 atau beton pra- 14 16
tekan.

86 - Teknolcgi Belon
Tabcl 4.5 Bera/ da11 Grada.,1 /Jenda l 111
Lubang Ayakan (mm) Bcrat Benda Uji (g ram )

Lewat Tertinggal Gradasi A Gradasi 13 Gradasi C

38. 10 25.40 1250


25.40 19.05 1250
19.05 12.70 1250 1250
12.70 9.5 I 1250 1250
9.5 1 6.35 1250

6.35 4.75 1250

Tabel 4.6 Jumlah dan BeraL Bola-bola Baja sesuai de11gm1 Gradasi
Gradasi Jumlah Bola Berat Semua Bola

A 12 5000 ± 25

B II 4584 ± 25
C 8 3330 ± 20

Cara lainnya dengan melakukan uji keuletan (toughness) caranya


d iberi beban dengan sebuah mesin kejut (cntshing value) diman a nilai
kejut ini biasanya berhubungan dengan kekerasan agregat. Uji kejut
dilaksanakan dengan menggunakan silinder baja dengan diameter dan
tebal 25 cm yang dijatuhi hammer seberat 2 kg, dengan tinggi jatuh mulai
dari 1 cm dan kelipatannya. Nilai kej ut yang baik lebih b esar dari 19,
sedangkan nilai yang kurang dari 13 dianggap jelek. Uji kuat tekan pada
campuran beton dapat juga digunakan untuk mengukur kekuatan agregat
yaitu dengan membuat kubus ukuran 50-200 mm yang kemudian diberi
tekanan dengan menggunakan mesin tekan sampai pecah.

4.6 Sifat-Sifat Agregat dalam Campuran Beton


Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton.
Untuk menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan seperti yang
diinginkan. Sifat-sifat ini harus diketahui dan dipelajari agar kita dapat

Agregat- 87
mengambil tindakan yang positif dalam mengatasi m asalah-masa lah yang
timbul. Agregat yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SIi
0052-80. "Mutu dan Cara Uji Agregat Bcton" dan dalam hal-hal yang
tidak termuat dalam Sll.0052·80 maka agregat tersebut harus n1emenuhi
syarat dan ketentuan yang diberikan oleh AST M C-33-82, '"Standard
Specification for Concrete Aggregates" (Ulasan PB , 1989: 14).

4.6.1 Serapan Air dan Kadar Air Agregat


Pada saat terbentuknya agregat kemungkinan ada terjadinya udara
yang terjebak dalam lapisan agregat atau terjadi karena dekomposisi
m ineral pembentuk akibat perubahan cuaca, maka terbentuklah lubang,
atau rongga kecil di dalam butiran agregat (pori). Pori dalam agregat
mempunyai variasi yang cuh.'Up besar dan menyebar di seluruh tubuh
butiran. Pori-pori mungkin menjadi reservoir air bebas di dalam agregat.
Presentase berat air yang mampu diserap agregat di dalam air disebut
sebagai serapan air, sedangkan banyaknya air yang terkandung dalam
agregat disebut kadar air.

4.6.1.1 Serapan Air


Serapan air dihitung dari banyaknya air yang mampu diserap oleh
agregat pada kondisi jenuh permukaan kering (JPK) atau saturated
swface dry {SSD), kondisi ini merupakan:
(I) Keadaan kebasahan agregat yang hampir sama dengan agregat dalam
beton, sehingga agregat tidak akan menambah maupun mengurangi
air dari pastanya.
(2) Kadar arrdi lapangan lebih banyak mendekati kondisi SSD daripada
kondisi kering tungku.
Resapan efektif dinyatakan dengan banyalmya jumlah yang
diperlukan agregat dalam kondisi kering udara (WKu) menjadi SSD
(Wsso), dinyatakan dengan rumusan sebagai berikut:

Ref Wsso -wKu xl Oo>/o


WssD

88 - Teknologi Beton
Rcsapan c fekti f ( R.,r) d ipakai unluk mcngh1tung: bcral air yang. ak.an
<l is crap (W sr) oleh agrcgat (Wa~ ) dalam adukan beton. ya 1tu dcngan
run1us :
'vV" -= R, 1. 'vV J.g
seh i n gga k e lebihan air dalam campuran beton yang: mcrupakan kontnbusi
dari agregat dapat dihitung dengan rumus:

A"c1 = W ss11 - W sso x l 00%


W sso
Air kelebihan ini dipakai untuk menghitung berat tambahan (W1a11,)
terhadap cam puran adukan beton, yaitu:

K e lebihan (Wagr) d an berat pada kondisi SSD (Wsso) dapat digunakan


untuk mengh itung banyaknya kandungan air (Kair) dalam agregat yang
dinyata kan dengan rumus:

_W_A_gr_ - _W_s_s_D X l OO¾


K Air =
W ssD

4.6.1.2 Kadar Air


Kadar air adalah banyakny a air yang terkandung dalam suatu agregat.
Kadar air agregat dapat dibedakan menjadi empat jenis. (1) . Kadar a ir
kering tungku, yaitu keadaan yang benar-benar tidak berair. (2) . Kadar air
kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaanny a kering te tapi
sedikit mengandung air dalam porinya dan masih dapat menyerap air. (3) .
Jenuh Kering Pennukaan atau JPK, yaitu keadaan dimana tidak ada air di
pennukaan agregat, tetapi agregat tersebut masih mampu menyerap air.
Pada kondisi ini, air dalam agregat tidak akan menambah ata u
mengurangi air pada campuran beton. (4). Kondisi basah, yaitu kondisi
d imana butir-butir agregat banyak mengandung air, sehingga akan
menyebabkan penambahan kadar air campuran beton.

Agregat - 89
Dan keempat kondis1 terscbut hanva dun kondis 1 yang sering d1paka1
yaitu kering i-ungku dan kondisi SSD. Kadar air biasanya dinyatakan
dalam prosen dan dapat dihitung schagai bcrikut:

KA = H7i - ,-Vi xi 001/o


HJ~
Jika agregat basah ditimbang beratnya (w 1). kemudian dikeringkan
dalam tung\...'ll dengan suhu 100°C±5°C sampai beratnya konstan
(biasanya selama 16-24 jam). kemudian ditimbang beratnya (w2), maka
kadar aimya (KA) dapat diketahui .

4.6.2 Berat Jenis dan Daya Serap Agregat


Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh
agregat. Berat Jenis dari agregat pada akhimya akan menentukan berat
jenis dari beton sehingga secara langsung menentukan banyaknya
campuran agregat dalam campuran beton. Hubungan c:intara berat jenis
dengan daya serap adalah jika semakin tinggi nilai berat jenis agregat
maka semakin kecil daya serap air agregat tersebut.

4..63 Gradasi Agregat


Seperti yang telah diuraikan di atas, gradasi dapat dibedakan menjadi
t1;a, yaitu menerus, seragam dan sela. Untuk mendapatkan camouran
1::eton yang baik kadang-kadang kita harus mencampur beberapa j enis
.::.;regaL Untuk itu pengetahuan mengenai gradasi inipun menjadi penting.
:. :::am pekerjaan beton yang banyak dipakai adalah agregat normai
c..c:.ga.-1 ; !"aaasi yang harus memenuhi syarat standar, namun unruK
- e'Jerluan yang Jr..husus sering dipakai agregat ringan ataupun agregar
0-'-!"at.

.... J,.3. l Graaasi Agregat Normal


. · S~~! l- : S-l 990-<J3 r:embenkan syarat-syarat untuk agregat ha ius
. ,, o.12dops! aan Erillslt Swndar di Inggris. Agregat baius d ikelom-
_.1m C: .::- m cmpat zone ((~terah) £epert1 dalam Tabel 4.7. T, t-c l
- ~-:nlJt c;•eias1"..nn dlir.m ~pmt,ar 1•i :. ... samoai 4.5.<l untuk rnem1;.-:r-
- ··t..J.n nemahaman.

c· . L,knolugi beton
Ta l>cl 4 . 7 /Jata., C,'radt1.\i AgrC'gat I !ult" ( /J .\ )

Lub,111g P c rsc n Bera! l3utir yang Lcwat f\yakan


f\yaka n (111111) I II III I\'
10 I 00 I 00 I 00 I 00
90 - I 00 90 - I 00 90 - I 00 95 - I 00
4 .8
60 - 95 75 - I 00 85 - I 00 95 - I 00
2.4
30 - 70 55 - 90 75 - I 00 90 - I 00
1.2
15 - 34 35 - 59 60 - 79 80 - I 00
0.6
5 - 20 8 - 30 12 - 40 15 - 50
0.3
0 - I0 0 - 10 0 - I0 0 - 15
0.15

Keterangan :- Daerah Gradasi I = Pas ir Kasar


- Daerah Gradasi II = Pasir Agak Kasar
- Daerah Gradasi III = Pasir Halus
- D aerah Gradasi IV = P asir Agak Halus
~ - - - - -- - - -- - - - - - - - - -- - - -----
DAERAHI

~
-
0

tf>
100
90
80
..'.2 70
'
'
j
I
JL_
V
~
V
J no
,,.v
f
,.
-
_,
-
~v - ---
'-"'-

0
,_ 6 0
...J
.... 50
V
/T
..;yi /
-L
---
::l /
ro 40 1 lt""34 .:.L.
s:: 30
<I)
1./)
~
20 ~ ~ ·-
-......
--,I rTS
_i.,-- -
iI
I'\) 10 j
' ..,
V

a.. 0 V

0.15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 10


U kuran Saringan (mm)

Gamba r . 4.5.a Daerah Gradasi Pasir Kasar

Agregat- Y.:
DAERAH II

~
~
f/1
0
0
100
90
80
70
I
I
I
I

~ "
/
ko:
±
,
~ --
- -
J:r"S
.. - - -- ........-

.J 60 {g ~
... 50
-::,
I
/ , .J r'!,5
m 40
C
(II 30 I
/
L
i -- /
"' J-n s ,JI

...(II 20
Cl)

(l,
10 L /
..,--w o
. i . -.
0 -
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4 ,8 10
Ukuran Saringan (mm)

Ga mbar. 4.5.b Daerah Gradasi Pasir Agak Kasar

DAERAH Ill

- .-- ·--
90
100

L
..V
-
..
r.
~
-- ---- -
-
0~ 80
C l)
0 70
j , "' ....,I ~
-----4'-,-VJ

0 I .L"'
I I --
..J 60
...
:::50
:,
m 40 /.,.- /
C
30 / J
~'
Cl
I!! /
GI
~
20
/.,, Jf 12
10 ~
~
0
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 10
Ukuran Saringan (mm)

Gambar. 4.5.c Daerah Gradasi Pasir Ha/us

92 - Teknologi Beton
DAERAH IV

100
·~ .. - - ·- - .
-
- -

/ T - ~ - ~-
--
---
- · '---
90
~
!..-
80 j /-; ..
~ ~

Ill 70
0
/ I -

.
0
~
....
::l
ID
60
50
40
/
/ __ I

'
C
<I> 30
V I
....
Ill
c» 20
/ I
~ I 1s
0.. d 1s
10
0
~-
0 .3 0.6 1 .2 2.4 4 .8 10
0 .15
Ukuran Saringan (mm)

Gambar. 4 .5.d Daerah Gradasi Past,· Agak Ha/us

ASTM C .33-86 dalam "Standar Spesification for Concrete


Aggregates" memberikan syarat gradasi agregat halus seperti yang ter-
cantum dalam Tabel 4 .8, dimana agregat halus tidak boleh mengandung
bagian yang lolos pada satu set ayakan lebih besar dari 45% dan tertahan
pada ayakan berikutnya.

Tabel 4 .8 Syarat Mutu Agregat Halus M enurut ASTM C-33-95

I Ukuran Lubang Ayakan (mm) Persen Lolos Kumulatif


9.5 100
4.75 95 - 100
2.36 80 - 100
1.18 50 - 85
0.6 25 - 60
0 .3 10 - 30
0.15 2 - 10

Menurut British Standard (B.S), gradasi agregat kasar (kerikil/batu-


pecah) yang baik sebaiknya masuk dalam batas, batas yang tercantum
dalam Tabet 4.9.

Agregat- 93
Tabet 4.9 Syarar Agregar Kosar Menurut 13.S
Lubang Persen Butir lewat Ayakan, Bcsar Butir Maks
Ayakan (mm) 40 mm 20 mm 12.5 mm
40 95-100 100 100
20 30-70 95-100 100
12.5 - - 90- 100
10 10-35 25-55 40-85
4.8 0-5 0-10 0- 10

4.6.3.2 Gradasi Agregat Campuran


Gradasi yang baik kadang sangat sulit didapatkan langsung dari suatu
tempat (quany). Dalam praktek, biasanya dilakukan pencampuran agar di
dapatkan gradasi yang baik antara agregat kasar dengan agregat halus.
(SK.Sl\11 T-15-1990-03 :21) memberikan batasan gradasi yang diadopsi
dari B.S, seperti yang tercanturn dalam tabel 4.1O.a sampai 4. 1O.d dan
gambar 4.6.a sampai 4.6.d

Tabel 4.IO.a. Persen Butir yang Lewat Ayakan (%) untuk Agregat dengan Butir
Maksimum 40 mm
Lubang Ayakan (mm) Kurva 1 Kurva2 Kurva 3 Kurva 4
38 100 100 100 100
19 50 59 67 75
9.6 36 44 52 60
4.8 24 32 40 47
2.4 18 25 31 38
1.2 12 17 24 30
0.6 7 12 17 23
0.3 3 7 11 15
0.15 0 0 2 5

94 - Teknologi Beton

J
Tabcl 4. J O.b. Pen,e11 Butir yang Lewat Aw1ka11 (',,,,,) 1111111k Agregat de11gan But1r
Maksi11111111 JO 111111
Lubang Ayakan (mm) Kurva 1 Kurva 2 Kurva J
38 100 100 100
19 74 86 9J

9.6 47 70 82
4 .8 28 52 70
2.4 18 40 57
1.2 10 30 46
0.6 6 21 32
0.3 4 l l 19
0.1 5 0 1 4

Tabet 4.10.c. Perse11 Butir yang Lewat Ayakan (%) untuk Agregat dengan Btllir
Maksimum 20 mm
Lubang A yakan (mm) Kurva 1 Kurva 2 Kurva 3 Kurva 4
38 100 100 100 100
19 100 100 100 100
9.6 45 55 65 75
4.8 30 35 42 48
2.4 23 28 35 42
1.2 16 21 28 34
0.6 9 14 21 27
0.3 2 3 5 12
0.15 0 0 0 2

Agregat-95

. ·-------
Tnbel 4.10.d . Perse11 B111irya11g L<>wat Ayaka11 (%) 1mr11k Agregot dengan /Jut ir
Maksimum IO 111111
Lubang Ayakan (mm) Kun1a 1 Kurva 2 Kurva 3 Kurva 4
38 100 100 100 100
19 100 100 100 100
9.6 100 100 100 100
4.8 30 45 60 75
2.4 20 33 46 60
'
1.2 16 26 37 46
0.6 12 19 28 34
0.3 4 8 14 20
0.15 0 1 3 6

GRADASI CAMPURAN
100 ·-
~~
I -a- Kurva 1
w
90
- . -Kurva2 /,
--+E- Kurva 3
; 70 I _._.Kurva4
/ 0

~ 60 k:'.' / Yr
<
rtl
0
50 /
/ . ~ V.
, 47 ,,,.
r:
0~ 40
. .J. . . . . L ~ (◄"~ /
C
QI
e
30 ~ ~ rl(v--
....-
' JO

~
v
... ~
....36

Cl> 20
_..,., ~~~~~~
Q. r,1
r,1 .. ,o
~r: 1-r'"
k'"'l1' ~ w
~
10

0
0 15
-~ ~
~
./'
_.J

0.3 0.6 12 2.4 4.8 96 19 38

Ukuran Saringan (mm)

Gambar. 4.6.a Daerah Gradasi Standard Agregat dengan Butiran Maksimum


40mm

96 - Teknologi Belon
GRADASI CAMPURAN

~~~
100 , _ _ ; _ . 1_ _, _ _j

90 -a- Kurva 1

-
~
0

C
(0
~
(0
80

70

60
___....,_ Kurva 2
~ Kurva 3

v~57
I---

./
t7K~ l~v,~~-~ - +-

<
>,.

50
- I v{i /
II)
0 / i("46 /t,., ,) I 47

0 40
_J
C 30
.kz' [._....---"'" - --
~
!,...,--"'
I 28
/
V ,,,, 1...--.---1
...
Q)
II)
Q) 20
/ ~
L---' ■ 1tl
0.. VL<. ~
1----
10

0
~
,.,.... ..!. ~11-t,- -r 38
o. 15 0,3 0 ,6 1,2 2.4 4 ,8 9,6 19

Ukuran Saringan (m m)

Gambar. 4.6.b Daerah Gradasi Standard Agregat de11ga11 Butiran Maksimum 30 mm

GRADASI CAMPURAN
-
100
~Kurva 1 '
4-
--

--
-- --

--
~
0

C
90

80
__,._Kurva2
~Kurva3
'
~
/ ,WI
(!J 'I
~Kurva4
v~(fl
(IS 70
.:.:
(IS
>, 60
~
en 50
~ V ,;i '.fa
0
0 40
~k'-11'1'" ~ ~ v,) I 45
~ ~ ~ ~ 1..---! ~~
...J
C 30
G> ~ - ..:o i-,.

./. IC"'27 L----" ,_-r- L--j ~


fQ) 20
~

Q. ~ ~ ~ ~ c::i ~
10
__.,. V ,/
~

0 "'
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4 ,8 9,6 19 38

Ukuran Saringan (mm)

Gambar. 4.6.c Daerah Gradasi Standard Agregat dengan Butiran Maksimum 20 mm

Agregat- 97
GRADASI CAMPURAN
100
I -11-Kurva 1
\)(l ---1---1 _ _ i -,t.- Kurva 2

80 -t-
1
- - ' ~ Kurva 3
70 - ~ - ~ - - - Kurva 4
~ I -
C
!,. 60
<"'
..
C,
50
0
...,
40
.•
C

?
~
30

20

10

0
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 9,6 19 38
Ukuran Saringon (mm)

Gambar. 4.6.d Daerah Gradasi Standard Agregat de11ga11 Butiran Maksimum l O mm

4.6.3.3 Hubungan Antara Pori dalam Mortar dan Beton


dengan Kekuatan
Seki tar tahun 1897, R. Feret, salah seorang Insinyur Prancis,
mengatakan bahwa kekuatan mortar akan bertambah jika kandungan po. :
dalarn mortar semakin kecil. Profesor Arthur N. Talbot, menegaskan
kembali bahwa terjadi hubungan langsung antara kekuatan dengan
kandungan pori dalam agregat. Sernakin tinggi angka pori dalam agregat
berarn semakm tinggi angka pori dalam beton yang pada ak.hirnya akan
menyebabkan turunnya kekuatan beton.

4.6,4 !t1o~u!us Halus Butir


_r:':..:Jt.!~ r.: :-is bt.:~ir (jinnes modulus) atau biasa d 1::- trWJal dc•, f.!an
,/~~ ~ 1;.Ja}: r·..:. l ~ ;r,(:1; K yang dipakai untuk mcngukur J,·,: 1~11.1s.:!n .n:.1 u 1

kelr~ aran t,.,.~r-o\...:- at"cgat (Abrams.! 9 i 8). MHB did:.::::.t-:~Ji1.:rn S " _ :1t: ,l1
i ·-::-. b pe r~t;r, }r _T.t:la1 (.1an bu1ir agregat yang tertingga! L, a ws :>--!c.i su
1, •

~-J i~ ·t' ~.Jl ( -' ' '1 ' c


✓., -~," ,~, " '' 1. L,
r: Jr.·(, ' • 0 . <t:J,u.
r .,;, dan O. 15 m n1·
· ·~--,:~!. ~c.1a11 .: ·1:J.1
,
tC--st°-;.' . . :1 Cit:_:;, !~I r . "To,f; "t:f2lli5 (1Isicy, 1942:232),
Makm bcs ar rnlai M l I H suatu agrcgut hcra t1 sc111ak111 hcsa r hutll"an
agrcgatnya . Umu mn ya a g rcgat lwlus mcmpun ya 1 Ml IB sck1ta1· 1.5 0 - J .;-.;
<lan kcnkil m cmpunya1 rnl a1 l\ll r H 5-8. Nilai 1111 _1uga dapa t d1pa1'a 1
scbaga1 dasar untuk m cncan pcrha ml111gan dan campuran agrcgat l 1ntuk.
agrcgat campuran nilai MHB ya ng biasa d1paka1 sck1tar 5.0 (d) .
Hubungan keti ga nilai MHB tcrscbut da pal din y atakan sebagai bcrikut
\V= (K-C)1(C- P) x I 00°0

dengan :
\V - persentase berat agregat halus (pasir) terhadap bcrat agrcgat ka sar
(kerikil/batupecah).
K - Modulus halus butir agregat kasar
P Modulus halus butir agregat halus
C - Modulus halus butir agregat campuran
Untuk mempem1udah penghitungan MHB agregat, pekerjaan sebaik-
nya dilakukan dengan tabulasi. Contoh penghitungan MHB agregat halus.
kasar dan campuran dapat dilihat di Tabel 4.11 .a sampai 4 . 11 .b.
Dari hasil analisis ayak suatu contoh uji agregat kasar dan halus
didapatkan data sebagai berikut.

Tabel 4.11 Contoh Data Has;/ Analisa Ayak


Lubang Berat Tertirnn.rnl (gram)
Ayakan (mm) Agregat Kasar Agregat Halus
(1) (2) (3)
38 0 0
19 0 0
9.6 640 0
4 .8 270 50
2.4 90 75
1.2 0 190
0.6 0 220
0.3 0 290
0.15 0 155
Sisa 0 20
1000 gr 1000 gr

Agregat - 99
Pcnyelcsaian :
Tnbcl 4.11.a Co11toh /-lit1111ga11 MHB Agrcgat lla!11s
Luhang l3crat Terti11ggal
Ayakan (mm) (gram) (perscn) Kumulati f ( % )
(1) (3) (4) (5)
3S 0 0 0
19 0 0 0
9.6 0 0 0
4.8 50 5.00 5.00
2.4 75 7.50 12.50
l.2 190 19.00 31.50
0.6 220 22.00 53.50
0.3 290 29.00 82.50
0.15 155 15.50 98.00
Sisa 20 2.00 ---
1000 gr 100 % 283 .00

Jadi MHB pasir dapat di hitung, yaitu persen kumulatif di bagi seratus
persen, yaitu = 283 .00/100 = 2.83.

Tabel 4.11.b Contoh Hitungan MHB Agregat Kasar


Lubang Berat Tertinggal
Ayakan (mm) (gram) (persen) Kumulatif (% )
( 1) (2) (6) (7)
38 0 0 0
19 0 0 0
9.6 640 64.00 64.00
4.8 270 27.00 91.00
2.4 90 9.00 100.00
1.2 0 0.00 100.00
0.6 0 0.00 100.00
0.3 0 0.00 100.00
0.15 0 0.00 100.00
Sisa 0 0.00 ---
1000 gr 100 % 655 .00

Jadi MHB pasir dapat dihitung, yaitu persen kumulatif dibagi seratus
persen, yaitu = 655.00/100 = 6.55.

100 - Teknologi Beton


Untuk rnenghitung agregat campuran agar masuk dalam gradasi yang
disyaratkan berdasarkan nilai MHB, dapat dilakukan langkah-langkah
pencan1puran sebagai berikut (Tabel 4.11) :
(I) Hi tung rnas ing-rnasing MHB untuk agregat yang akan dicarnpur,
yakni kolom 5 dan kolom 7, (Tabel 4.1 l.a dan Tabel 4.1 l.b)
(2) Tetapkan n ilai MHB campuran, misalnya ditetapkan nilai MHB
campuran sebesar 5 .5 .
(3) Hitung persentase agregat halus terhadap campuran dengan W = (K-
C)/(C-P)x 100%.
(4) Hitung persentase untuk masing-masing ayakan.
(5) Plotkan hasil hitungan tersebut dalam tabel
(6) Jika tidak masuk, ulangi kembali langkah 3 .
Penyelesaian:
Dari Tabel 4.11 .a dan 4.11.b didapat nilai MHB agregat kasar (K)= 6.55
dan MHB agregat halus (P)=2.83 dan MHB campuran ditetapkan (C)= 5.5
(diasumsikan sekitar 5.0 - 7.0).
Persentase agregat halus terhadap campuran adalah (6.55-5.5)/(5.5-2.83)
xl00%=39.32% dibulatkan menjadi 40% . Jadi, perbandingan antara
agregat halus dengan agregat kasar adalah 1: 1.5. Selanjutnya hitungan
ditabelkan (langkah 4).
Tabel 4.12 Contoh Hitungan
Berat Berat Lolos Berat Butiran Lolos (%)
Tertinggal (gram)
,~,mm)
Ayakan Ag.K Ag.H p K %P %K lxP 1.5xP (8)+(9) ( 10)/
(mm) (K) (P) (P+ K)
(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( 10) (11)
38 0 0 1000 1000 100 100 100 150 250 100
19 0 0 1000 1000 100 100 100 150 250 JOO
9 .6 640 0 1000 360 100 36 100 54 154 62
4 .8 270 50 950 90 95 9 95 13.5 108.5 43
2.4 90 75 875 0 87.5 0 87.5 0 87.5 35
12 0 190 685 0 68.5 0 68.5 0 68.5 27
0 .6 0 220 485 0 48.5 0 48.5 0 46.5 19
0 .3 0 290 175 0 17.5 0 17.5 0 17.5 7
0.15 0 155 20 0 2.0 0 2.0 0 2.0 1
Sisa 0 20 0 0 0 0 0 0 0.0 0
JumJah 1000 1000 - - - - - - - -

Agregat - 101
Plotkan has1l dan kolom (10) kedalam Grafik 4.5.a sampa1 4 .5.tl . .l1ka
t1dak masuk. ulangi lagi lang.knh kc-2. Dcmikian sctcrusn ya .

4.6.5 Ketahanan Ki1nia


Pada umumnya beton tidak tahan terhadap scrangan kimia. J\da
beberapa bahan kimia yang bereaksi dengan beton, tetapi dua bentuk
yang biasa dijumpai yang menyerang terhadap beton yaitu serangan alkali
dan serangan sulfat.
Bahan-bahan kimia pada dasarnya bereaksi dengan komponen-
komponen tertentu dari pasta semen yang telah mengeras. Oleh karena itu
ketahanan terhadap beton yang telah mengeras sebagian besar tergantung
pada jenis semen yang digunakan, seperti yang diuraikan di bagian semen
portland. Ketahanan terhadap serangan kimia bertambah dengan ber-
tambahnya kekedapan beton terhadap air.

4.6.5.1 Ketahanan alkali


Beberapa jenis agregat dapat bereaksi dengan alkali yang berada
dalam semen dan mernbentuk gel-silika yang suasananya adalah basa.
Apabila terjadi hal yang dernikian maka agregat tersebut mengembang
dan membengkak dan rnenyebabkan timbulnya retak-retak serta
penguraian beton yang bersangkutan. Jenis agregat ini mengandung silika
reaktif yang dapat diternui dalarn batuan seperti cherts, batu kapur yang
mengandung silika clan beberapa jenis batuan vulkanik.
Calsium hydroxida atau Ca (OH)2 dalam pasta semen yang telah
mengeras dapat larut dalam air, terutama bila terdapat carbondioxida
(CO2). Jadi, bilamana beton dalam rnasa pelayanan dilalui aliran air dan
menyerapnya, kalsiurn hidroksida dalam semen berpindah dan hilang
tersaring keluar. Peristiwa ini merugikan beton karena keawetan beton
akan berkurang. Keadaan ini sering dijumpai di banguna hidrolik dimana
terdapat bagian yang retak, bagian yang keropos karena terjadi segregasi,
siar-siar pelaksanaan yang jelek, dan pori-pori yang dapat dilalui oleh
aliran air. Karena beton dapat juga menyerap air tanah atau air hujan
maka proses yang dijelaskan di atas dapat pula terjadi disini.
Pencegahan yang paling mudah yaitu mendapatkan beton yang
homogen, padat serta dengan daya serap yang rendah sehingga dapat
mengurangi serangan alkali. Untuk itu pemilihan agregat dan usaha

102 - Tekno/ogi Beton


pcrawa tan u n tuk mcngurang1 sus ut bcton akan -;angat mcmhantu . ( 'ara
lamnya ya ttu dcngan mcmbubuhkan bahan tcra~ yang halu-; kc dalam
campu ran bcto n yang bcrsangkutan . Bahan terns yang halus m1 ak,m
bcreaksi d e n gan un s ur-un sur a lkali dalam ~cmcn pada saat campuran
beton mas ih da lam kcadaan plast1s. sc h1ngga akan mcngurang1 kadar
a lka li sc c ara e fektif.
-t.6.5.2 Ketahanan su lfat
Hampir semua larutan sul fat bereaks1 dengan calsium lryclroxida
Ca (OH) 2 , dan tricals ium a lu m inat (C 3 A) dari semen yang berhidras i
untuk membentuk sen yawa ka ls ium sulfat dan ka lsium sulfoaluminat.
Da lam hal ini, kalsium sulfat dan magnes ium sul fat ada lah yang paling
reaktif dalam s uasana basa, dijumpai secara luas dalam tanah, terutama
tanah lempung (clay ), dalam a ir tanah a tau laut. T idak seperti kalsium
hidrok-sida, senyawa-senyawa kimia ini tidak dapat larut da lam air.
Meskipun demikian, volumenya lebih besar daripada senyawa-senyawa
pasta semen sebagai bahan induk dari senyawa-senyawa tersebut.
Bertambahnya volume pada beton yang telah mengeras ini m e mbe ri-
kan kontribusi yang tidak sedikit bagi kehancuran s truktur. Intens itas
serta kecepatan serangan sulfat tergantung pada faktor-faktor seperti jenis
su]fat, konsentrasi dan kandungan senyawa tersebut. Jenis-jenis s ulfat
magnesium-lah y ang paling kuat serangannya. Konsentrasi sulfat dinyata-
kan dalam ukuran beratnya.

4.6.6 Kekekalan
Kekekalan agregat dapat diuji dengan mengunakan larutan kimia
untuk memeriksa reaksinya pada agregat (PB 89, 1990). Agregat harus
memenuhi syarat seperti yang tercantum dalam SII.0052-80, "Mutu dan
Cara Uji Agregat Beton" untuk beton normal atau memenuhi syarat
ASTM C.33-86, ..Standard Specification for Concrete Aggregates".
Syarat mutu untuk agregat normal adalah sebagai berikut:
{I) Agregat halus jika diuji dengan larutan garam sulfat (natrium sulfat
NaS04), bagia~ya yang hancur maks imum 10% dan jika diuji
dengan magnesmm sulfat (MgS04 ) bagiannya yang hancur
maksimum 15%.

Agregat - 103
(2) Agrcgat kasar jika dittji dengan larutan garam sulfat (natrium sulfat,
NaSO4), bagiannya yang hancur maksimum 12% , dan jika diuJ1
dengan magnesium sulfat (MgSO4) bagiannya yang hancur
maksimum 18%.

4.6.7 Perubahan Volume


Fak1or utama yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
dalam volume adalah kombinasi reaksi kimia antar semen dengan air
seiring dengan mengeringnya beton. Jika agregat mengandung senyawa
k:imia yang dapat mengganggu proses hidrasi dari semen, maka beton
yang terbentuk akan mengalami keretakan. ASTM C.330, "Specification
f or Lighfl.veight Aggregates for Structural Concrete" memberikan keten-
tuan bahwa susut-kedng untuk agregat ringat tidak boleh melebihi 0.10%.

4.6.8 Karakteristik Panas (Sifat Thermal Agregat)


Karakteristik panas dari agregat akan sangat mempengaruhi keawetan
dan kualitas dari beton. Sifat utamanya adalah koefisien muai, panas jenis
clan penghantar panas. ·
4.6.8.1 Koefisien muai
Koefisien muai dari beton bertambah dengan bertambahnya sifat
termal agregat yang dipakai. Jika koefisiennya besar, maka perubahan
suhu dapat mengakibatkan perbedaan gerakan sehingga daat melepaskan
lekatan antara agregat dan pasta semen. Jika koefisen muai dari keduanya
berbeda lebih dari 5.4 x 10-6, beton akan retak jika mengalami proses
panas dan dingin atau jika terjadi kebakaran.
Koefisien muai tergantung pada jenis bahan agregatnya. Koefisien
muai berkisar antara 5.4xl0·6 sampai 12.6x 1o·6 per derajat celcius,
adapun koefisien muai pasta semen sekitar 10.8x 10-6 sampai 16.2x10-6
per derajat celsius.
4.6.8.2 Panas jenis dan penghantar panas
Panas jenis perlu dihitung jika beton digunakan untuk pekerjaan
massa, dan juga dipakai untuk pekerjaan krusus, seperti isolasi seperti
dalam bangunan pabrik. Perlu diperhatikan sendiri mengenai sifat peng-
hantar panas dari beton yang di buat.

104 - Teknologi Belon


4.6.9 Bahan-Bahan Lain ya ng Mcngga nggu
(del eteriou s)
Bahan-bahan ya ng mcnggangu adalah bahan yang mcnycbabkan
tcrganggunya proses pengikatan pada bcton scrta pcngerasan bctonnya .
Selain yang telah d isebutkan d i atas, yakni alka li dan sulfot. bahan
lainnya yang menggangu pengerjaan bcton yang berasal dan agregat
adalah :
4.6.9.1 Bahan padat yan g rnenetap
Lempung, tanah liat dan abu batu tidak diij inkan dalam jumlah
banyak. Ada kecenderungan meningkatnya penggunaan air da lam
campuran beton yang bersangkutan, jika terdapat bahan-bahan tersebut.
Bahan-bahan ini tidak dapat menjadi satu dengan semen sehingga
menghalangi penggabungan antara semen dengan agregat. Pada akhimya
kekuatan tekan beton akan berkurang karena tidak adanya saling
mengikat.
4 .6.9.2 Bahan-bahan organik dan humus
Apabila agregat alam mengandung bahan-bahan organik maka proses
hidrasi akan terganggu, sehingga bahan agregat tersebut tidak dapat
dipergunakan dalam campuran beton. Bahan-bahan organik yang biasa
dijumpai terdiri dari daun-daunan yang telah membusuk, humus, asam
untuk menyamak dan lainnya. Bahan ini lebih banyak terdapat di agregat
halus dari pada agregat kas ar terutama yang berasal dari sumber hulu
sunga1.
Bahan-bahan halus yang dapat merusak beton tidak boleh lebih besar
dari yang disyaratkan seperti dalam Tabel. 4.13.
Tabel 4.13 Syarat bahan-bahan y ang mengganggu
U raian Prosentase Maks dalam Berat
Lempung dan partikel 3.0
Butiran halus lolos ayakan No. 200 (0.075
mm) 3.0
Beton yang tahan terhadap abrasi 5.0
Beton umumnya
Batubara dan lignit 0.5
Beton yang permukaannya diekspose 1.0
Beton umumnya

Agregat - 105
4.7 Pe1neriksaan l\1utu Agregat '--~ Syarat l\1utu
:\gregat
Pt'mcnba:m mutu agrcgat dirnaksudk:111 untuk mcndapatkan bahan-
bahan campuran hcton yang mcmenuhi syarat. schingga bcton yang
dihasilkan nantinya sesuai dcngan yang diharapkan . /\grcgat yang
d1gunakan harus memcnuhi spesifikasi tcknik yang tclah ditctapkan d1
dalam kontrak kc1ja . .lika dilihat dari ,·olume agrcgat dalam campuran
betcm. agregat mcmberikan kontribusi yang bcsar terhadap campuran .
Agregat nonnal harus memenuhi syarat mutu sesuai dengan Sil
0052-80. "Mutu dan Cara Uji Agregat Beton" dan jika tidak tercantum
dalam syarat ini harus memenuhi syarat ASTM C .3 3-82. ·'Standard
Spes((icario11 for Co11cre1e Aggregates''. Agregat ringan harus memenuhi
syarat yang diberikan oleh ASTM C.330-80, "Sp es(iication for
liglllweighr for Structural Concre1e''. Sebagian syarat-syarat telah
dijelaskan di atas.

4.7.1 Agregat Normal Menurut SII.0052


4.7.l.l Agregat Halus
(l) Modulus halus butir l.5 sampai 3.8
(2) Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0.074
mm) maksimum 5%.
(3) Kadar zat organik yang terkandung yang ditentukan dengan
mencampur agregat halus dengan Iarutan natrium sulfat (NaSO4) 3%.
jika dibandingkan dengan warna standar/pembanding tidak lebih tua
dari pada wama standar.
(4) Kekerasan butiran jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir
pembanding yang berasal dari pasir kwarsa bangka memberikan
angka tidak lebih dari 2.20.
(5) Kekekalan Qika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur
maksimum 10%, dan jika di pakai magnesium sul fat, maks imum
15%)

I 06 - Teknologi Be10n
4 . 7. 1.2 Agregat l(asar
(I) M o dulus ha lus bu tir 6.0 sampai 7. I
(2) Kada r lumpur a ta u bagian yang Jebih kccil dari 70 1111kron (0 .0 74
mm) n1aks imum 1%.
(3) Kadar bagian yang lema h ji ka diuji dengan goresan batang tembaga
maksi mum 5%.
(4) K eka la n j ika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur
m a k sin1u m 12% , dan jika dipaka i m agnesium su lfat bagian yang
ha n c ur m a k s imum 18% .
(5) T idak bers ifat reaktif terhadap alkali jika kadar alka li dalam sem en
sebag ai Na 2 0 lebih b esar dari 0.6%.
(6) T idak m engan dung butiran yan g p a njang dan pipih lebih dari 20%.
(7) Kekera s an agregat harus memenuhi syarat seperti Tabel 4.4 di atas .

4.7.2 Agregat Normal Menurut ASTM C.33


Agregat n orma l y ang dipakai dalam campuran beton sesuai den gan
3
ASTM, berat is inya tidak b oleh kurang dari 1200 kg/m •
4 .7.2.1 Agregat Halus
( 1) Modulus halus butir 2.3 sam p ai 3. 1
(2) Kadar lumpur atau bagian y ang lebih kecil dari 70 mikron (0.074 mm
atau N o.200) dalam persen berat m aksimum,
U ntuk beton yang mengalami abras i seb esar 3 .0%
U ntuk beton j eni~ lainny a sebes ar 5%.
(3) Kadar gumpalan tanah liat dan p artikel yan g mudah dirapikan
rnaksimum 3%,
(4) Kandungan arang dan lignit
Bila tampak pennukaan beton dipandang p enting (beton akan
diekspos), maksimum 0 .5% .
Beton jenis Iainnya, maksimum 1.0%

Agregat - 107
(5) Kadar zat organik yang ditcntukan dcngan mcncampur agrcgat halus
dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3%, tidak mcnghas il kan wama
yang lebih tua dibanding wama standar. Jika ,van1anya lcbih tua
maka ditolak kccuali:
\Varna lebih tua timbul karena sedikit adanya arang lignit atau
yang sejenis
Ketika diuji dengan uji perbandingan kuat tekan beton yang
dibuat dengan pasir standar silika hasilnya menunjukan nilai
lebih besar dari 95%. Uji kuat tekan sesuai dengan cara ASTM
C.87.
(6) Tidak boleh bersifat reak.1if terhadap alkali jika dipakai untuk beton
yang berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan
dengan bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, dimana
penggunaan semen yang mengandung natrium oksida tidak lebih dari
0.6%.
(7) Kekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksi-
mum 10%, danjika dipakai magnesium sulfat, maksimum 15%.
(8) Susunan gradasi harus memenuhi syarat seperti dalam Tabel 4.5.

4.7.2.2. Agregat Kasar


(I) Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika di pakai untuk beton
yang berhubungan d·engan basah dan lembab atau yang berhubungan
dengan bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, di mana
penggunaan semen yang mengandung natrium oksida tidak lebih dari
0.6%.
(2) Susunan gradasi harus memenuhi syarat seperti dalam Tabel 4 .5
(3) Kadar bahan atau partikel yang berpengaruh buruk pada beton
(deleterious) adalah seperti dalam Tabel A di Lampiran.
(4) Sifat fisik:a yang mencakup kekerasan agregat diuji dengan bejana
Los Agelos dan sifat kekal (soundness) tertera pada Tabel A. Batas
ijin partikel yang berpengaruh buruk terhadap beton dan sifat fisika
yang diijinkan untuk agregat kasar. (Limits for Agregat Deleterious
Substances and Physical Requirement of Coarse Aggregates for
Concrete)

108 - Teknologi Beton


4.8 Dasar Perancangan Agregat sebagai
Campuran Beton Normal Menurut SK.SNI -
T-15-1990-03
Dalan1 perancangan beton me nun1t S K .SN J-T- 15- 1990-03, agrcgat
yang digunakan harus memenuhi sya rat. Percncanaan bcton nonna l
sesuai SK.SNI-T-15-1990-03 memiliki 22 langkah pcrcncanaan . Adapun
nilai-nilai yang yang harus diketahui sebagai dasar pcre ncanaan
carnpuran yang berhubungan dengan agregat antara la in : j en is agregat
(langkah 6), ukuran maksi mum agrega t (langkah 10), sus unan butir besar
agregat halus (langkah 16), berat jenis agregat (lang kah 18) dan kadar air
pada agregat untuk koreksi campuran.
Jenis agregat dapat ditentukan berdasarkan sumbernya, yakni batuan
alami atau batuan buatan/pecahan. Butiran agregat maksimum dapat
dicari berdasarkan ketentuan pada PB.89 P asal 3.3.3. Susunan besar butir
agregat halus dapat dilihat dari hasil uji analisis ayak. Dari hasil analisis
ayak ini, dapat diketahui masuk dalam zona mana agregat halus tersebut.
Untuk m e ngetahui berat jenis agregat campurannya, dilakukan
pengujian berat jenis agregat ha1us dan agregat kasar. D ari s ini dapat
d iketahui berat jenis beton relatif yang dihasilkan. Grafik dalam SNI dan
kandungan air pada agregat digunakan untuk memeriksa campuran. Jika
agregat di lapangan berada dalam keadaan kering, agregat tersebut akan
menyerap air dalam beton atau campuran b eton akan menga1ami
kehilangan , begitu juga sebaliknya.

4.9 Penyimpanan Agregat


Agregat biasanya tidak ditempatkan da1am ruang tertutup tetapi
diletakkan di udara terbuka atau stock field. Ada persyaratan yang harus
dipenuhi dalam penyimpanan agregat ini, antara lain:
(1) Pengawasan agregat harus dimulai dari saat kedatangannya sampai
dengan pengambilan kembali.
(2) Agregat harus ditimbun di atas bak-bak berlantai jika volumenya di
bawah 10 kubik meter. Jika volumenya besar , sebaiknya dibuatkan
l3:I1das~n- rrienggunakan land concrete campuran 1:3:5 untuk meng-
hmdan tercampumya tanah dengan agregat pada saat pengambilan.

Agregat - 109
(3) Jika agregat yang ditimhun dalam kcadaan kcring, tcrutama untuk
agregat yang ditimbun di stock field. scbaiknya agrcgat disiram
dengan menggunakan sprinkle (slang air).
(4) Agregat diuji secara berkala sebelum digunakan , sebagai kontrol
k."1.lahtas bahan.

4.10 Agregat Jenis Lain dan untuk Hal-hal


Khusus
Sebagai bahan pengganti agregat alami dapat digunakan agregat jenis
lain seperti yang telah sedikit disinggung dalam paragraph di atas.

4.10.1 Agregat Jenis Lainnya


4.10.1.1 Batu pecah
Batu pecah merupakan hasil pengolahan batu dengan stone crusher.
Butiran yang dihasilkan berbentuk tajam sehingga dapat memperkuat
mortar. Batu pecah ini paling sering digunakan untuk pekerjaan
struktural. Ukuran yang dikenal dalam pekerjaan beton adalah ukuran
I0/20 dan 20/30.

4.10.1.2 Pecahan bata atau genteng


Bahan yang dibuat dari pecahan bata atau genteng ini secara umum
belum dipakai. Peneliti sudah banyak meneliti pemakaian agregat ini
dalam campuran beton. Sifat agregat ini sangat dipengaruhi oleh bahan
dasarnya yakni tanah liat. Pecahan bata atau genteng yang halus bersifat:
(I ). seperti pasir, (2). sedikit menaikan kekuatan mortar, dan (3).
menaikan sifat hidrolis dari mortar.

4.10.1.3 Tanah liat bakar


Tanah liat dengan kadar air tertentu dibuat berbutir sekitar 5 sampai
20 mm, kemudian dibakar. Hasilnya berbentuk bola, ringan dan berpori.
Serapan aimya sekitar 8-20%. Beton dengan agregat ini berat jenisya
3
sekitar I 900 kg/rn • .

110 - Teknologi Belon


4.10. 1.4 1-lerculite atau hay dite
Agregat ini berasa l dari shale yang dimasukan dalam tungku putar
pada suhu l 100°C. Gas dalam shale mengcmbang mcmbentuk j utaan sci
kecil udara yang dikelilingi oleh sclaput tipis air yang kuat dan bening.
Agregat ini dipakai untuk menggantikan agregat yang dipakai pada
pekerjaan s truktural. Berat jenis yang dihasilkan sekitar dua pertiga beton
biasanya, dengan kuat tekan yang hampir sama pada jumlah semen yang
sama. Beton yang dibuat akan mempunyai ketahanan yang tinggi
terhadap panas, sehingga biasanya digunakan untuk dinding penahan
panas, lapisan tahan api untuk baja struktural. Selainnya itu, agregat ini
mempunyai sifat meredam s uara yang baik.

4.10.1.5 Agregat abu terbang (sintered fly-ash aggregates)


Agregat ini merupakan produk sisa pembakaran PLTU yang
mengeras membentuk butir-butir seperti kerikil. Beton yang dibuat
dengan agregat jenis ini akan mempunyai kuat tekan yang cukup baik.

4.10.1.6 Benda limb ah padat buangan


Kemungkinan pemakaian benda limbah padat buangan sebagai bahan
pengganti akhir-akhir ini banyak dibicarakan. Hal ini sebenamya bukan
konsep yang baru. Limbah padat ini dapat berupa kaleng-kaleng bekas,
bahan-bahan bekas bongkaran bangunan, maupun sampah padat dari hasil
limbah industri ataupun rumah tangga. Sebelum barang ini dipakai
sebaiknya ditinjau aspek ekonomi keuntungan penggunaan bahan-bahan
ini dibandingkan dengan pemakaian agregat alami. Harns pula dipertim-
bangkan aspek teknisnya, yang meliputi pengerjaan dan kekuatan beton
yang akan dihasilkan.

4.10.2 Agregat untuk Hal-hal Khusus


Untuk bahan yang harus kuat dan awet, agregat yang digunakan
adalah corundum sintetik (Ah03 ) dengan berat isi mumi 3.9-4.0 kg/dm3
atau silicone carbide dengan berat isi mumi 3.1-3.2 kg/dm3 • Selain itu
~pat juga digunakan jenis agregat Iain yang keras seperti batu ala~
nusalnya basalt, terak tanur tinggi, jeni~-jenis logam.
Agre_gat yang sangat ringan untuk isolasi terhadap panas atau yang
tahan apt adalah perlit, sejenis gelas dari batuan beku (vulkanik) dengan

Agregat - 111
bernt isi sckitnr 0.06-0.2 kg/dn{ Ycrmiculit dcngan hcrat isi massa sck1tnr
0.07-0.09 kg/dm 3 dan (oam~lass.
' L

Agrcgat yang digunakan scbagai pclindung radiasi acla !ah jcnis


batuan dengan berat isi murni yang tinggi. umpamanya spar (BaSO4 )
yang memiliki berat isi mumi 4. 15-4.45 kg/dm-', magnctit, biji besi
dengan berat isi mumi 4.40-5.00 kg/dm3 dan baja (dapat berbentuk pasir
atau sebagai butitan-butiran) dengan berat isi murn i 6.80-7.60 kg/dnY'.
Agregat untuk membuat bahan tahan panas dapat berupa lempung
yang tahan panas dengan titik lebur tinggi, yang terpecah-pecah menjadi
butiran-butiran dengan berbagai macam ukuran. Agregat yan g digunakan
dalam pembuatan asbes berasal dari endapan berupa serat-serat halus
yang berasal dari magnesium silikat hidrat. Kayu untuk pane l-panel yang
digunakan sebagai bahan bangunan dapat digunakan sebagai agregat.
Tata] serta serutan kayu dapat digunakan sebagai bahan c h ip-wood
cement board, dan wood-woo/ cement board.

PERTANYAAN
4.1 Jika dilihat dari proses terbentuknya, batuan dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu, batuan beku (magma), batuan endapan (sedimentasi) dan
batuan peralihan/malihan atau metamo,f Jelaskan deskripsi dari tiga
jenis baruan tersebut!
4.2 Jelaskan karakteristik agregat alam:
a. Batuan bedrock
b. Pasir dan batuan yang digali.
4.3 Apa yang dimaksud dengan agregat buatan (artificial aggregates)?
4 .4 Jelaskan proses pengolahan agregat alam di Indonesia!
4.5 Klasifikasikan agregat berdasarkan sumbemya!
4.6 Jelaskan agregat berdasarkan:
a. beratnya
b. bentuknya
C. tekstur permukaannya
d. ukuran nominalnya
e. gradasi ayakannya.

112 - Teknologi Beton


-·-- ·---------- -------

4 .7 Bcrdasarkan bentuk, teks tur permukaan, ukuran nominal <lan


gradasinya, agregat yang bagaimana yang baik digunakan untuk
can1puran beton?
4.8 Jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi kckuatan agregat dan
cara pengujiannya?
4.9 Jelaskan sifat dan karakterist(k agregat dalam campuran beton !
4 . 10 Bagaimana hubungan antara angka pori dalam mortar dengan
kekuatan tekannya?
4.11 Apa definis i dari modulus halus butir? Bagaimana cara meng-
hitungnya?
4 . 12 Mengapa agregat harus tahan terhadap serangan kimia alkali dan
sulfat?
4.13 Apa pengaruh karakteristik panas dalam agregat terhadap keawetan
dan kualitas beton?
4 .1 4 Mengapa agregat tidak boleh mengandung zat-zat yang merusak?
Sebutkan danjelaskan bahan yang merusak tersebut!
4.1 5 Jelaskan syarat mutu agregat berdasarkan syarat SNI!
4.16 Pengujian agregat menghasilkan data sebagai berikut:

Berat Tertinggal (gram)


Ayakan(mm) Agregat Kasar Agregat halus A Agregat halus B
38 0 0 0
19 0 0 0
9.6 550 0 10
4.8 330 0 60
2.4 100 10 115
1.2 20 0 350
0.6 0 450 120
0.3 0 370 170
0.15 0 140 140
Sisa 0 40 35
Jumlah 1000 1000 1000

Agregat - 113

-
a. Hitunglah modulus halus butir agregat kasar. halus A dan B?
b. Apakah agregat halus jenis A dan B mcmcnuhi syarat standar
zona .,vang'-' diberikan olch SNl?
c. Jika tidak. hitunglah komposisi antara agregat halus jenis A dan
B agar memenuhi syarat zona !
d. Hitung komposisi campuran agregat kasar dan agregat halus agar
memenuhi syarat zona agregat campuran!

DAFTAR PUSTAKA
American Concrete Institute, ACI 318-89 Building Code Requirements
for Reinforce Concrete, Part I, General Requirement, Fifth
Edition, Skokie, Illinois, USA:PCA, 1990. 5pp.
ASTM, Concrete and Aggregates, Annual Book of ASTM Standard,
Vo.04.02.1995, Philadelphia: ASTM, 1995.
British Standard Institution, Methods for Sampling and Testing of
Material Aggregates,Sands and Fillers, BS 812:Part 1-4, BSI,
England: 1982
Brink, R.H and Timms, A.G., Weight, Density, Absorption, and
Surface Moisture, Sig11ifica11ce of Test a11d Properties of
Concrete and Co11crete-Materials, ASTM STP 169B,
Philadelphia, 1978, p.432
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,
Pedoman Beton 1989. SKBI.1.4.53.1989. Draft Konsensus.,
Jakarta: DPU, 1989
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. SK SN/ T-15-1991-
03. Cetakan Pertama, Bandung: DPU - Yayasan LPMB, 1991.
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Rencana Pembuatan
Campuran Beton Normal. SK SN/ T-15-1990-03. Cetakan
Pertama, Bandung: DPU -Yayasan LPMB, 1991.
ELE Publicity Department, Sand, Aggregates and Fillers, England:
Material Testing Division ELE International Limited, 1968. l 95-
253pp

114 - Teknologi Belon


Galloway. J r. . Joseph E, G rading, S hape, and Slll·facc Propcrtic" .
Sig11ifica11ce of Test and Prop erties of Concrete and Co11crete-
1\late rials , ASTM STP 169C, Philadelph ia, 1978.p.401-410.
Jackson, N . Civil E ngineering Material. Great Britain : Unwin Brothers
Ltd ., 1977.
Kliger, Paul, and Lamond , Joseph F ( editor), Significance of Test and
Properties of Concrete and Co ncrete-Making lVl aterials. Part
IV: Concrete Aggregates, Philadelphia: ASTM-STP l 69C, l 994.
Landgren, Robert, Unit Wight, Specifik Gravity, Absorption, and
Surface l\tloisture, Sig11ifica11ce of Test and Properties of
Co11crete and Co11crete-Materials, ASTM STP 169C,
Philadelphia, 1978, p.421-42 8.
Murdock, L.J.,L.M.Brock, dan Stephanus Hendarko ., Bahan dan
Praktek Beton. Jakarta: Erlangga, 1991.
Nawy., Edward. G., Reinforce Concrete a Fundamental Approach
Te,jemahan, Cetakan Pertama, Bandung:PT.Eresco, 1990.
PEDC, Teknologi Bahan 1, 2 dan 3 , Edisi Kedua, Bandung: P ED C,
1983
Sagel.,R and H. Kesurna., Gideon. Pedoman Pekerjaan Beton. Cetakan
Ketiga, PT. Erlangga, Jakarta:1994.
Verhoef.,P.N.W, Geologi untuk Teknik Sipil, Terjernahan, Diraatrnaja,
PT. Erlangga, Jakarta: 1989. 322pp

Agregat - 115
116 - Teknologi Beton
::rm
I
BAHAN T AMBAH ,:::,
dmixture adalah bahan-ba han yang ditambahkan kc dalam
campuran beton pada saat atau selama pencampuran bcrlang-
sung. Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-s ifat
dari beton agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu, atau untu k
menghemat biaya.
Admixture atau bahan tambah didefinisikan dalam Stan dard
Definitions of Terminology Relating to Concrete and Con crete
Aggregates (ASTM C.125-1995:61) dan dalam Cem ent and Con crete
Terminology (ACI SP-19) sebagai material selain air, agregat dan semen
hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau mortar yang ditambahkan
sebelum atau selama pengadukan berlangsung. Bahan tambah digunakan
untuk memodifikasi sifat dan karakteristik dari beton misalnya untuk
dapat dengan mudah dikerjakan, penghematan, atau untuk tujuan lain
seperti penghematan energi.
Di Indonesia bahan tambah telah banyak dipergunakan. Manfaat dari
penggunaan bahan tambah ini perlu dibuktikan dengan menggunakan

I bahan agregat dan jenis semen yang sama dengan bahan yang akan
dipakai di lapangan. Dalam hal ini bahan yang dipakai sebagai bahan
tambah harus memenuhi ketentuan yang diberikan oleh SNI. Untuk
bahan tambah yang merupakan bahan tambah kimia harus memenuhi
syarat yang diberikan dalam ASTM C.494, "Standard Spesification for
Chemical Admixture for Concrete".

5.1 Definisi Bahan Tambah


Menurut AC/ Committee 212.IR-81 (Rev~sed 1986) yang selalu
diperbaiki sejak 1944, 2954, I 963, 1971 , jenis bahan tambah untuk beton
dikelompokkan dalam 5 kelompok yaitu: accelerating, air-entraining,
water reducer and set-controling, finely devided mineral dan
miscellaneous.

Bahan Tambah -117


5.2 Beberapa Alasan Penggunaan Bah an
Tambah
Beberapa tujuan yang penting dari penggunaan bahan ta mbah ini
menurut ma1111al of co11crete practice dalam admixtures and concrete
(ACI.212.IR-81, Revised 1986) antara lain:

5.2.1 l\'1emodifikasi Beton Segar, Mortar dan


Grouting
a. Menarnbah sifat kemudahan pekerjaan tanpa menambah kandungan
air atau rnengurangi kandungan air dengan sifat pengerjaan yang
sarna.
b. Mengharnbat atau rnempercepat waktu pengikatan awal dari
campuran beton.
c. :t-.1.engurangi atau mencegah secara preventif penurunan atau
perubahan volume beton.
d. Mengurangi segregasi.
e. Mengembangkan dan meningkatkan sifat penetrasi dan pemompaan
beton segar.
f. Mengurangi kehilangan nilai slump.

5.2.2 Memodifikasi Beton Keras, Mortar dan Grouting


a. Menghambat atau mengurangi ekolusi panas selama pengerasan awal
(beton muda).
b. Mempercepat laju pengembangan kekuatan beton pada umur muda.
c. Menambah kekuatan beton (kuat tekan, kuat lentur atau kuat geser
dari beton)
d. Menambah sifat keawetan beton atau ketahanan dari gangguan luar
termasuk serangan garam-garam sulfat.
e. Mengurangi kapilaritas dari air.
f. Mengurangi sifat permeabilitas.

J18 - Teknologi Beton


g. Mengontrol pengembangan yang d1scbabkan olch rcaks1 dan alkali
tcrmas uk alkali dalam agrcgat.
h. Mcnghas ilkan struktur bcton yang baik.
1. Menainbah kekuatan ikatan bcton bcrtulang,
J. Mengembangkan ketahanan gaya impact (bcrulang) dan kctahanan
abrasi.
k. Mencegah korosi yang terjadi pada baja (embedded metal)
1. Menghasilkan \:·?ma tertentu pada beton atau mortar.

5.3 Aspek Ekonomi Penggunaan Bahan


Tambah
Penambahan bahan tambah dalam sebuah campuran beton atau
mortar tidak mengubah komposisi yang besar dari bahan yang lainnya,
karena penggunaan bahan tambah ini cenderung merupakan pengganti
atau substitusi dari dalam campuran beton itu sendiri. Karena tujuannya
memperbaiki atau mengubah sifat dan karakteristik tertentu dari beton
atau mortar yang akan dihasilkan, maka kecenderungan perubahan
komposisi dalam berat-volume tidak terasa secara langsung dibanding-
kan dengan komposisi awal beton tanpa bahan tambah.
Penambahan biaya mungkin baru terasa efeknya pada saat pengadaan
bahan tambah tersebut yang meliputi biaya transportasi, penempatannya
di lapangan dan biaya penyelesaian akhir beton tersebut. Jadi
pertimbangan biaya diluar dari biaya yang langsung tetap menjadi
perhatian dalam aspek ekonominya.

5.4 Perhatian Penting dalam Penggunaan


Bahan Tambah
Penggunaan bahan tambah dalam sebuah campuran beton harus
dikonfirmasikan dengan standar yang berlaku seperti SNI, ASTM atau
ACI. Selain itu, yang terpenting adalah memperhatikan petunjuk dalam
manualnya jika menggunakan bahan "paten" yang diperdagangkan.

Bahan Tambah - 119


Beberapa evaluasi yang pcrlu dilakukan j ika mcnggunakan bahan
tambah: ( 1). penggunaan semen dcngan tipc yang khusus. (2). pcng-
gunaan satu atau lebih bahan tambah, (3). pctunjuk umum mcngenai
penggunaan atau ternperat1ir yang diijinkan pada saat pcngadukan dan
pengecoran. Selanjutnya hal yang mcnjadi pcrhatian adalah ( 1).
Penggantian tipe semen atau sumber dari semen atau jumlah dari semen
yang digunakan atau memodifikasi gradasi agregat, atau proporsi
campuran yang diharapkan. (2). Banyak bahan tambah n1engubah lebih
dari satu sifat beton. sehingga kadang-kadang justru merugikan (3). Efek
bahan tambah sangat nyata untuk mengubah karakteristik beton misalnya
FAS. tipe dan gradasi agregat, tipe dan lama pengadukan.

5.5 Jenis Bahan Tambah


Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat
dibedakan menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi
(chemical admixture) dan bahan tambah yang bersifat mineral (additive).
Bahan tambah admixture ditambahkan saat pengadukan dan atau saat
pelaksanaan pengecoran (placing) sedangkan bahan tambah aditif yaitu
yang bersifat mineral ditambahkan saat pengadukan dilaksanakan.
Bahan tambah ini biasanya merupakan bahan tambah kimia yang
dimaksudkan lebih banyak mengubah perilaku beton saat pelaksanaan
pekerjaan jadi dapat dikatakan bahwa bahan tambah kimia (chemical
admixture) lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja
pelaksanaan. Bahan tambah aditif merupakan bahan tambah yang lebih
banyak bersifat penyemenan jadi bahan tambah aditif lebih banyak
digunakan untuk perbaikan kinerja kekuatannya.

5.5.1 Bahan Tambah Kimia


Menwut standar ASTM. C.494 (1995: .254) dan Pedoman Beton
1989 SKBI.1.4.53.1989 (Ulasan Pedoman Beton 1989: 29), jenis bahan
tambah kimia dibedakan menjadi tujuh tipe bahan tambah. Pada dasamya
suatu bahan tambahn harus mampu memperlihatkan komposisi dan unjuk
kerja yang sama sepanjang waktu pekerjaan selama bahan tersebut di
gunakan dalam racikan beton sesuai dengan pemilihan prosporsi
betonnya (PB,1989:12). Jenis dan definsi bahan tambah kimia ini sebagai
berikut;

120 - Teknologi Bf!lon


5.5. 1. 1 Tipe A " J,Vater-Ret!11ci111.: Ad111ixt11res"
JVat e r-R educing /J.dmixlures adal<.1h bahan lamhah yang mcngurangi
air pencan1pur yang dipcrlukan unluk mcnghasilkan bcton dcngan
konsistens i terte ntu .
JVater-Reducing Admixture di gunakan antara lain untuk dcngan tidak
mengurangi kadar semen dan nilai slump untuk memproduksi bcton
dengan nilai perbandingan atau rasio faktor air semen (wcr) yang rendah .
Atau dengan tidak mengubah kadar semen yang digunakan dcngan faktor
air semen yan g tetap maka nilai slump yang dihasilkan dapat lebih tinggi .
Hal lain juga dimaksudkan dengan mengubah kadar semen tetapi tidak
mengubah faktor air semen dan slump. Pada kasus pertama dengan
mengurangi faktor air semen secara tidak langsung akan meningkatkan
kekuatan tekannya karena dalam banyak kasus dengan faktor air semen
yang rendah akan meningkatkan kekuatan tekan beton. Pada kasus kedua
dengan tingginya nilai slump yang didapatkan akan memudahkan
penuangan adukan (placing) atau dengan hal ini waktu penuangan adukan
dapat diperlambat. Pada kasus ketiga dimaksudkan untuk mengurangi
biaya karena penggunaan semen yang lebih kecil (Mather, Bryant.,
1994:494-495).
Bahan tambah pengurang air dapat berasal dari bahan organik atau-
pun campuran anorganik untuk beton tanpa udara (non-air-entrained)
atau dengan udara dalam hal mengurangi kandungan air campuran. Selain
itu bahan tambah ini dapat digunakan untuk memodifikasi waktu
pengikatan beton atau mortar sebagai dampak perubahan faktor air
semen. Komposisi dari campuran bahan tambah ini diklasifikasikan
secara umum menjadi 5 kelas:
a. Asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam.
b. Modifikasi dan turunan asam lignosulfonic dan kandungan garam-
garam.
c. Hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya.
d. Modifikasi hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya.
e . Material lain seperti:
Material inorganik seperti seng, gararn-garam, barak, posfat,
klorida.
Asam amino dan turunannya,

Bahan Tambah - 121


Karbonhidrat. polisakarin dan gula asam .
Campuran polimcr. seperti ctcr, turunan mclamic, napta n , sili kon,
hidrokarbon-sulfat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahan tambah ini
adalah air yang dibutuhkan, kandungan air, konsisten si, bleeding dan
kehilangan air pada saat beton segar. laju pengerasan, kekuatan tekan dan
lentur. ketahanan terhadap perubahan volume, su su t pada saat
pengeringan. Berdasarkan hal tersebut, menj adi penting untu k n1elaku-
kan pengujian sebelum pelaksanaan pencampuran terhadap b a h an tarnbah
tersebut.

5.5.1.2 Tipe B "Retardiug Admixtures"


Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
menghambat waktu pengikatan beton. Penggunanya untuk menunda
waktu pengikatan beton (setting time) misalnya karena kondisi cuaca
yang panas, atau memperpanjang waktu untuk pemadatan untuk
menghindari cold j oints dan menghindari dampak penurunan saat beton
segar pada saat pengecoran dilaksanakan.

5.5.1.3 Tipe C "Acceleratiitg Admh1u1·es"


Accelerating Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton. Bahan
ini digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan (hidrasi)
dan mempercepat pencapaian kekuatan pada beton. Accelerating
Admixtures yang paling terkenal adalah kalsium klorida. Bahan kimia
lain yang berfungsi sebagai pemercepat antara lain adalah senyawa-
senyawa garam seperti klorida, bromida, karbonat, silikat dan terkadang
senyawa organik lainnya seperti tri-etanolamin. Perlu ditekankan bahwa
kalsium klorida jangan digunakan j ika korosi progresif dari tulangan baja
dapat terjadi. Dosis maksimum adalah 2% dari berat semen yang
digunakan.
Penggunaan bahan tambah pemercepat laju pengerasan harus
didasarkan atas pertimbangan ekonomi dengan membandingkan pada
penggunaan bahan tambah lain seperti, bandingkan dengan penggunaan
semen Tipe ID, penggunaan semen yang lebih banyak, penggunaan
metode perawatan dan proteksi yang berbeda, penggunaan bahan air dan
agregat yang panas. Secara umum, kelompok bahan tambah ini dibagi

122 - Teknologi Beton


mcnja<l i tiga: ( 1 ) . Larutan gararn organik. (2) . Lanitan carnpuran orga111k.
(3). Material 111;scella11eous.

5.5. 1.4 Tipe D "Water Reducing and Retardin{? Admixtures"


JVater R edudng and Retarding Admixtures adalah bahan tambah
yang berfungsi ganda yaitu mcn gurangi jumlah air pcncampur yang
diperlukan untuk menghasi lkan beton dcngan konsistcnsi tertentu dan
menghan1bat pengikatan awal.
JVater Reduc ing and R etarding Admixtures yaitu pcngurang air dan
pengontrol pengeringan (Water R educing Admixture). Bahan mi
diounakan untuk menambah kekuatan beton. Bahan ini juga akan
0
mengurangi kandungan semen yang sebanding dengan pengurangan
kand un gan air. Bahan ini hampir semuanya berwujud cair. Air yang
terkandung dalam bahan in i akan menjadi bagian dari air campuran
beton . Jadi, dalam perencanaan a ir ini harus ditambahkan sebagai berat
air total dalam campuran beton. Perlu ditekankan bahwa perbandingan
antara mortar dengan agregat kasar tidak boleh berubah. Perubahan
k andungan air, atau udara, atau semen, harus diatasi dengan perubahan
k an dungan agregat halus sehingga volume tidak berubah.

5.5.1.5 Tipe E "Water Reducing and Accelerating Ad,nixtures"


Water Reducing and Accelerating Admix tures adalah bahan tambah
yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang
d iperlukan untuk menghasilan beton yang konsistensinya tertentu dan
mepercepat pengikatan awal.
Bahan ini digunakan untuk menambah kekuatan beton. Bahan ini
j uga akan mengurangi kandungan semen yang sebanding den gan
pengurangan kandungan air artinya FAS yang digunakan tetap dengan
mengurangi kadar air. Bahan ini hampir semuanya berwujud cair. Air
yang terkandung dalam bahan ini akan menjadi bagian dari air campuran
beton. Jadi, dalam campuran perencanaan air ini harus di tambahkan
sebagai berat air total dalam campuran beton. Perlu ditekankan bahwa
perbandingan antara mortar dengan agregat kasar tidak boleh berubah.
Perubahan kandungan air, atau udara, atau semen, harus diatasi dengan
perubahan kandungan agregat halus sehingga volume tidak berubah.
Pemercepat waktu pengikatan didalam bahan tambah kimia ini untuk
mempercepat sehingga untuk beton yang menggunakan bahan tambah ini

Bahan Tambah - 123


akan dihasilkan waktu pengikatan cepat dan kadar air yan g rcn da h da lam
FAS. Kondisi yang dikehendaki adalah kuat tekan bc to n yan g tinggi
tetapi kecepatan pengikatan yang dinginkan dapat lcbih tinggi.

5.5.1.6 Tipe F "H'ater Red11ci11g, High Range Ad111ixtures"


Water Reducing, High Range Admixtures adalah bahan tambah yang
berfungsi untuk mengurangijumlah air pencampur yan g diperlukan untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau
lebih.
Fungsinya untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan
untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12%
atau lebih. Kadar pengurangan air dalam bahan ini lebih tinggi sehingga
diharapkan kekuatan beton yang dihasilkan lebih tinggi dengan air yang
sedikit, tetapi tingkat kemudahan pekerjaan juga lebih tinggi . Jenis bahan
tambah ini dapat berupa supe,plasticizer. Bahan jenis ini pun terrnasuk
dalam bahan kirnia tambahan yang baru, dan disebut sebagai "bahan
tambahan kimia pengurang air". Tiga jenis plastisizer yang dikenal
adalah (1). kondensi sulfonat melamin forrnadehid dengan kandungan
klorida sebesar 0.005%, (2). sulfonat nafthalin forrnaldehid dengan
kandungan klorida yang dapat diabaikan dan (3). modifikasi lignosulfonat
tanpa kandungan klorida. Ketiga jenis bahan tambahan tersebut dibuat
dari sulfonat organik dan disebut superplastisizer, karena dapat
mengurangi pemakaian air pada campuran beton dan meningkatkan
slump beton sarnpai 8 inch (208 mm) atau lebih. Dosis yang disarankan
adalah I% sarnpai 2% dari berat semen. Dosis yang berlebihan akan
menyebabkan menurunnya kekuatan tekan beton.
5.5.1.7 Tipe G "Water Reducing, High Range Retarding
Admixtures"
Water Reducing, High Range Retarding Admixtures adalah bahan
tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu,
sebanyak 12% atau lebih dan juga untuk menghambat pengikatan beton.
Jenis bahan tambah ini merupakan gabungan superplasticizer dengan
menunda waktu pengikatan beton. Biasanya digunakan untuk kondisi
pekerjaan yang sempit karena sedikitnya sumber daya yang mengelola
beton yang disebabkan oleh keterbatasan ruang kerja.

124 - Teknologi Beton


~-------------♦

5.5.2 Bahan Ta1nbah Mineral (additive)


Bahan tatnbah mineral 1111 mcrupukan bahan tambah yang
dimaksudkan untuk mempcrbaiki kincrja hcton. Pada saat m1, bahan
tatnbah mineral ini lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja
tekan beton , sehingga bahan tarnbah mineral ini cenderung bersifat
penyemen a n . B eberapa bahan tambah mineral ini adalah pozzollan, fly
ash, slag, dan silica fum e. Beberapa keuntungan penggunaan bahan
tambah mine ral ini antara lain (Cain, 1994: 500-508):
memperbaiki kinerja workability
mengurang i panas hidrasi
mengurangi biaya pekerjaan beton
mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat
mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika
mempertinggi usia beton
mempertinggi kekuatan tekan beton
mempertinggi keawetan beton
mengurangi penyusutan
mengurangi porositas dan daya serap air dalam beton.

5.5.2.1 Abu terbang batu hara


Menurut ASTM C.618 (ASTM, 1995:304) abu terbang (fly ash)
didefinisikan sebagai butiran halus basil residu pembakaran batubara atau
bubuk batu bara. Fly ash dapat dibedalkan menj adi dua, yaitu abu terbang
yang normal yang dihasilkan dari pembakaran batubara antrasit atau
batubara bitomius dan abu terbang kelas C yang dihasilkan dari batubara
jenis lignite atau subbitumeus. Abu terbang kelas C kemungkinan
mengandung kapur (lime) lebih dari 10% beratnya. Kandungan kimia
yang dibutuhkan dalam fly ash tercantum dalam Tabel 5 .1 (ASTM
C .618-95: 305).

Bahan Tambah - 125


Tabcl 5.1 . Ka11d1mga11 Kimia Fly Ash
Scnyawa Kimia Jcnis F Jc nis C
Oksida Silika (SiO2) + Oksida Alumina (Al2O3) + 70 .0 50.0
Oksida Besi (Fc2O3), minimum %
Trioksida Sulfur (SO3), maksimum % 5.0 5.0
Kadar Air, maksimum % 3.0 3 .0
Kehilangan Panas, maksinmm % 6.0A 6.0
A .... ..
Pcnggunaan snmpa1 dcngan 12% masth dt1Jtnkan Jtka ada pcrba1kan kmcrJa atau hast! test
lahoratorium menunjukkan dcmikian .

5.5.2.2 Slag
Slag merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi. D efinisi slag
dalam ASTM. C.989, "Standard spesification for ground granulated
Blast-Furnace Slag for use in concrete and mortar", (ASTM, 1995: 494)
adalah produk non-metal yang merupakan material berbentuk halus,
granular hasil pembakaran yang kemudian didinginkan, misalnya dengan
mencelupkannya dalam air.
Keuntungan penggunaan slag dalam campuran beton adalah sebagai
berikut (Lewis, 1982).
Mempertinggi kekuatan tekan beton karena kecenderungan
melambatnya kenaikan kekuatan tekan.
Menaikkan ratio antara kelenturan dan kuat tekan beton.
Mengurangi variasi kekuatan tekan beton.
Mempertinggi ketahanan terhadap sulfat dalam air laut.
Mengurangi serangan alkali-silika.
Menggurangi panas hidrasi dan menurunkan suhu.
Memperbaiki penyelesaian akhir dan memberi wama cerah pada
beton.
Mempertinggi keawetan karena pengaruh perubahan volume.
Mengurangi porositas dan serangan klorida.
Faktor-faktor untuk menentukan sifat penyemenan (~em entious)
dalam slag adalah komposisi kimia, konsentrasi alkali - clan_ ·_ r.eaksi
terhadap sistem, kandungan kaca dalam slag, kehalusan, dan temperatur
yang ditimbulkan se]ama proses hidrasi berlangsung (Cain, 1994: 505).

126 - Teknologi Belon


5.5.2.3 Silika fume
Menurut standar "Sp e:,;ificatio11 for )'iiica Fume for Use in Hvdrcwlic-
Ceme11 Concrete and Mortar" (ASTM.C.1240.1995: 637-642) silica
f ume adalah material pozzollan yang halus, dimana komposisi silika lebih
banyak yang dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produksi silikon atau
alloy besi silikon (dikenal sebagai gabungan antara microsi lika dengan
silika fume) .
Penggunaan silica fume dalam campuran beton dimaksudkan untuk
menghasilkan beton dengan kekuatan tekan yang tinggi. Beton dengan
kekuatan tinggi digunakan, misalnya, untuk kolom stiuktur atau dinding
geser, pre-cast atau beton pra-tegang dan beberapa keperluan lain.
Kriteria kekuatan beton berkinerja tinggi saat ini sekitar 50-70 MPa untuk
umur 28 hari. Penggunaan silica fume berkisar antara 0 - 30% untuk
memper-baiki karakteristik kekuatan dan keawetan beton dengan faktor
air semen sebesar 0.34 dan 0.28 dengan atau tanpa bahan superplastisizer
dan nilai slump 50 mm (Yogendran, et al, 1987:124-129).
Komposisi kimia dan fisika dari silika-fume dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Komposisi Kimia Silica Fume

Kimia Berat dalam persen


SiO2 92 - 94
Karbon 3-5
Fe2 0 3 0. 10 - 0.50
CaO 0. 10 - 0. 15
A}i O 3 0.20 - 0.30
MgO 0. 10 - 0.20
MnO 0.008
K2O 0 .1 0
Na2O 0.10
Fisika Berat dalam Persen
Berat Jenis 2.02
Rata-rata ukuran partikel, µm, 0.1
Lolos ayakan No..325 dala, % 99.00
Keasaman oH (10% air dalam slurrv) 7.3
Sumber. Yogendran., et al,_ACI Material Journal, Maret/Apnl, 1987: 125

Bahan Tambah - 127


Selain dari Tabel 5.2, komposisi kimia dan fisika yang dibutuhkan
silica fume dapat dilihat di Tabel I sampai Tabcl 4 ASTl'v1.C.1240.

5.5.2.4 Penghalus gradasi (fi11ely divided mineral ad111ixtures)


Bahan ini berupa mineral yang dipakai untuk mcmperhalus per-
bedaan-perbedaan pada campuran beton dengan memberikan ukuran
yang tidak ada atau k.'Urang dalam agregat. Selain itu juga dapat
dipergun~kan untuk menaikan mutu dari beton yang akan dibuat.
Kegunaan lainnya adalah untuk m.engurangi penneabilitas atau expansi
dan juga mengurangi biaya produksi beton. Contoh bahan ini adalah
k.11pur hidrolis. semen slag, fly ash, dan pozolfan alam yang sudah
menjadi kapur atau mentah.

5.5.3 Bahan Tambah Lainnya


5.5.3.1 Air entraining
Bahan tambah ini membentuk gelembung-gelembung udara ber-
diameter I mm atau lebih kecil di dalam beton atau mortar selama
pencampuran, dengan maksud mempermudah pengerjaan beton pada saat
pengecoran dan menambahkan ketahanan awal pada beton.
Hampir semua bahan air entraining admixture berwujud cair, tetapi
ada yang berbentuk serbuk, lapisan-lapisan atau gumpalan. Banyaknya
bahan tambahan yang diperlukan untuk memperoleh gelembung udara ini
tergantung pada bentuk dan gradasi agregat yang digunakan. Semakin
halus ukuran agregat, semakin besar persentase bahan tambah yag di
perlukan. Persentase ini dipengaruhi juga oleh beberapa faktor lain
seperti jenis dan kondisi pencampur, apakah memakai fly-ash ataukah
pozollan lain, juga derajat agitasi campuran. Penambahan udara ini dapat
mengurangi kekuatan udara, tetapi dengan mempertahankan kandungan
semen dan kemudahan kerja, pengurangan kekuatan ini dapat dicegah
karena faktor air semennya berkurang.

5.5.3.2 Beton tanpa slump


Beton tan.pa slump didefinisikan sebagai beton yang mempunyai
slump sebesar 1 inch (25.4 mm) atau kurang, sesaat setelah pencam-
puran. Pemilihan bahan tambah ini tergantung pada sifat-sifat beton yang

128 - Teknologi Beton


dimginka n tc 1jad1, scpcrt1 s 1fat plast1~nya, waktu pcng1katan dan pcn-
capa ian kckuatan , cfck bcku-catr. kckuatan dan harga dan bcton tcrsebut.
5.5.3.3 Polimer
Ini adalah produk bahan tambah yang baru yang dapat menghastlkan
kekuatan tekan beton yang tinggi sck1tar I 5.000 psi ( I .000psi = 6,9 MPa)
atau lebih, dan kekuatan belah tariknya sek1tar I .500 Psi atau lebih. Beton
dengan kekuatan tinggi ini biasanya diproduksi dengan menggunakan
polimer dengan cara ( l ). memodifikasi sifat beton dengan mengurangi air
di lapangan atau (2). menj enuhkan dan memancarkannya pada tcmperatur
yang sangat tinggi di laboratorium.
Beton dengan modifikasi polimer (PMC=Polimer Modified Concrete)
adalah beton yang ditambah resin dan pengeras sebagai bahan tambahan.
Prinsipnya adalah menggantikan air pencampur dengan polimer sehingga
dihasilkan beton yang berkekuatan tinggi dan mempunyai mutu yang
baik. Faktor polimer beton yang optimum adalah berkisar 0.3 sampai 0.45
dalam perbandingan berat, untuk mencapai kekuatan tinggi tersebut.
5.5.3.4 Bahan pembantu untuk mengeraskan permukaan beton
(hardener concrete)
Permukaan beton yang harus menanggung beban-beban yang berat
dan hidup serta selalu dalam keadaan berputar atau berpindah-pindah,
seperti lantai untuk bengkel-bengkel alat alat berat (heavy equiment), dan
lainnya. Pembebanan ini akan menyebabkan pengausan pada permukaan
beton, yang seiring dengan bertambahnya waktu akan menyebabkan
rusaknya permukaan beton tersebut. Untuk menghindari hal ini dapat
digunakan dua jenis bahan untuk mengeraskan permukaan beton. Yaitu
( 1) agregat beton terbuat dari bahan kimia, dan (2) agregat metalik, terdiri
dari butiran-butiran yang halus. Untuk memperkeras permukaan beton,
harus dipilih salah satu dari bahan pengeras tersebut dan kemudian
ditambahkan kedalam campuran beton saat pengeIJaan beton
berlangsung.

5.5.3.5 Bahan pembantu kedap air (water proofing)


Jika beton terletak di dalam air atau berada di dekat permukaan air
tanah (misalnya beton yang digunakan pada pembuatan tunnel) maka
~ton tersebut tidak boleh mengalami rembesan sehingga harus
dmsahakan agar kedap air. Salah satu bahan yang dapat digunakan adalah

Bahan Tambah -129


bahan yang mempunyai pa11ikcl-partikel halus dan grndasi yang mcncrus
dalam campuran beton. Bahan-bahan scmacam itu a kan 111cngurang1
permeabilitas air.

5.5.3.6 Bahan Tambah Pemberi Wanta


Beton yang diexpose pernmkaannya biasanya rnemerlukan
keindahan. Bahan yang digunakan untuk memberi warna pada per-
mukaan beton ini cat (coating), yang dilapiskan setelah penge1j aan beton
selesai. Cara lainnya adalah menambahkan bahan wama, 1nisalnya oker
atau umber (pewama coklat), kedalam permukaan beton selagi beton
masih segar. Bahan-bahan ini biasanya dicampurkan dalam suatu adukan
yang mutunya terjamin baik. Cara ini merupakan cara yang terbaik.
Selain itu dapat pemberian wama dapat pula dilakukan dengan cara
menaburkan pasir silika atau agregat metalik selagi permukaan beton
masih dalam keadaan segar.
5.5.3.7 Bahan tambah untuk memperkuat ikatan beton lama
dengan beton baru (bo11di11g agent fo r concrete)
Penuangan beton segar di atas permukaan beton lama sering
mengalami kesulitan dalam pengikatan (penyatuannya). Untuk meng-
atasinya, perlu ditambahkan suatu bahan tambah agar terjadi ikatan yang
menyatu antara permukaan yang lama dengan perrnukaan yang baru j enis
bahan tambah tersebut biasnya di sebut bonding agent yang merupakan
larutan polimer.

5.6 Bahan Tambah Kimia Menurut Draft


Pedoman Beton 1989
5.6.1 Syarat Umum Mutu Bahan Tambah
1. Beton yang pembuatannya menggunakan jenis-jenis bahan tambah
yang disebutkan di atas, harus memenuhi persyaratan fisika seperti
yang termuat dalam ASTM C.494, Standard Spesification for
Chemical Admixture for Concrete.
2. Atas permintaan pembe]i/pemakai, produsen bahan tambah harus
menyatakan secara tertulis bahwa bahan yang disediakan untuk suatu

130 - Teknologi Beton


pckcrjaan bcton a<lalah sama clalam scgala halnya dcngan bahan yang
diujikan untuk mcmcnuh1 pcrsyaratan mutu.
3. Atas permintaan pcmbc li/pcmakai, pro<luscn bahan tambah yang
akan dipakai untuk bcton pra-tckan harus mcnyatakan secara tertulis
kadar klorida di dalam bahan tambah tcrscbut dan bahwa kadar
klorida s udah ditambahkan selama pcmbuatannya.

5.6.2 Keseragaman dan Kesamaan (Komposisi)


Apabila ditentukan oleh pembeli/pemakai bahwa perlu dilakukan uj i
keseragaman terhadap jumlah bahan tambah, maka uji ini dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pengujian dilakukan terhadap contoh awal (initial sample) dan hasil
uji dijadikan referensi untuk membandingkan hasil-hasil uj i atas
contoh yang diambil dari sembarang kumpulan bahan (lot).
2. Analisis infra-red, hasil spektra absorbsi sejauh mungkin harus sama
antara contoh awal dengan contoh dari suatu lot.
3. Residu pengeringan di dalam oven, bila diuji dengan cara dan
ketentuan dalam ASTM C.494, variasinya antara nilai contoh awal
dengan contoh yang diambil dari lot harus berada pada batas variasi
di mana 5% untuk bahan tambah cair dan 4% untuk bahan tambah
non cair.
4. Berat jenis untuk bahan tambah cair perbedaan untuk contoh awa1
dengan air suling dan dengan contoh dari lot tidak boleh lebih besar
dari 10%.

PERTANYAAN
5.1 Jelaskan definisi bahan tambah!
5.2 Apa yang dimaksud dengan bahan tambah kimia dan bahan tambah
mineral? Bagaimana proses pencampuran untuk bahan tambah kimia
dan mineral?
5 -3 Jelaskan beberapa alasan mengapa digunakan bahan tambah!
5 -4 Jelaskan jenis-jenis bahan tambah kimia menurut SNI!

Bahan Tambah - 131


DAFTAR PUSTAKA
American Society for Testing and Material, Annual Book of ASTl\I
Standards 1995: Vol.04.02, Co11crete and Aggregates,
Philadelphia: ASTM 1995.
American Concrete Institute, Admixture for Concrete, ACI.212.1 R-81
Revised 1986, USA: ACI Committee 212, 1986.
ACI Material Journal , Guide for Selecting Proportions for High-
Strength Concrete with Portland Cement and Fly Ash, ACI
Material Joumal Vol..90. No. 3 May-June 1993. Pp. 272 - 283.
American Concrete Institute, ACI 318-89 Building Code Requirements
for Reinforce Concrete, Part II, Material Concrete Quality, Fifth
Edition, Skokie, Illinois, USA: PCA, 1990.
American Concrete Institute, ACI Manual of Concrete Practice;, Part I,
Material, Detroit:American Concrete Institute, 1983.
American Society for Testing and Material, Annual Book of ASTM
Standards: Part 14, Co1tcrete a11d Mineral Aggregates,
Philadelphia: ASTM 1983.
Ca~ Craig J., Mineral Admixture, Significance of Test And Properties
of Concrete and Concrete-Making Material-STP 169 C,
Philadelphia, ASTM, 1994., pp.500-508.
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Rencana Pembuatan
Campuran Beton Normal. SK SNI T-15-1990-03. Cetakan
Pertama, Bandung: DPU -Yayasan LPMB, 1991. 38pp.
I
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi,
PEDC, Teknologi Bahan 2, Edisi 1983, Bandung:PEDC, 1983.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,
Pedoman Beton 1989. SKBI.1.4.53.1989. Draft Konsensus,
Jakarta: DPU .LPMB, 1989.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,
Ulasan Pedoman Beton 1989. SK.Bl 1.4.53. 1989. Draft
Konsensus, Jakarta: DPU.LPMB, 1989

132 - Teknologi Beton


Dcpartcmcn Pckcrjaan Un1u111. Ll'Mll. Tata Cara Rcncana Pcmbuata
11
C an1puran Bc to n Normal. SK .s·N1 J'- 15- 1990 OJ. Cctakan
Pcrtama, Bandung: DPU -Yayasan LPMR. 1991
Lewis, S.W., Discus sio n o f Adn1ixturc for Concrete, ACl.212.l R-8 1.
Con crete International : Design and Construction. Yol.27, No.5.
May, 1982, pp.64-65 .

Nfather, B ryant. , Chemical Admixture, Significance of Test And


Prop erties of Concrete and Concrete-Making 1\1/aterial-STP 169 C,
Philadelphia, ASTM, 1994., pp.491-500.
Taylor.,W .H, Concrete Technology a nd Practice, Sidney: Mc.Graw-
Hill Book C ompany,

Yogendran., V, et al, Silica Fume in High-Strength Concrete ,


Tec/znical Paper, T itle no .84-M . l 5 ACI Material Journal. March-
April, 1987. Pp. 124 - 129.

Bahan Tambah - 133

-· ··--------------
134 - Teknologi Belon
C
BETON 0
ecara umum kita mclihat bahwa pertumbuhan atau perkem-

S bangan industri konstruksi di Indones ia cukup pesat, meskipun


harus masalah krisis ekonomi. Hampir 60% material yang
digunakan dalam pekerjaan konstruksi adalah beton (concrete), yang
pada umumnya dipadukan dengan baja (composite) atau jenis lainnya.
Konstruksi beton dapat dijumpai dalam pembuatan gedung-gedung, jalan
(rigid pavement), bendung, saluran, dan lainnya yang secara umum
dibagi menjadi dua yakni untuk konstruksi bawah (under structure)
maupun konstruksi atas (upper structure).
Agar dapat merancang kekuatannya dengan baik, artinya dapat
memenuhi kriteria aspek ekonomi yaitu rendah dalam biaya dan
memenuhi aspek teknik yaitu memenehui kekuatan struktur, seorang
perencana beton barus mampu merancang campuran beton yang meme-
nuhi kriteria tersebut. Pengetahuan dasar-dasar material perancangan
telah dipelajari pada bab-bab sebelumnya. Pada bagian ini khusus
membahas masalah perancangan clan pengolahan serta evaluasi beton.
Perancangan beton harus memenuhi kriteria perancangan standar
yang berlaku. Peraturan dan tata cara perancangan tersebut antara lain
adalah ASTM, ACI, JIS, ataupun SNI. Metode yang dapat digunakan
antara lain Road Note No.4, ACI (American Concrete Institute), dan cara
SK.SNI-T-15-199O-O3 atau DoE/PU serta cara coba-coba "Try and
Error". Perancangan sendiri dimaksudkan untuk mendapatkan beton
y_a ng baik harus memenuhi dua kinerj a utamanya, yaitu, kuat tekan yang
tmggi (minimal sesuai dengan rencana) dan mudah dikerjakan
(workability). Selain hal tersebut, beton yang dirancang harus memenuhi
kriteria antara lain, tahan lama atau awet (durability), murah (aspect
economic cost) dan tahan aus.

6.1 Terminologi
Menurut P~doma_n _Beton 1989, Draft Konsesus (SKBI.1.4.53, 1989:
4 -5)beton d1defims1kan sebagai campuran semen portland atau

Belon -135
sembarang semen hidrolik yang lain, agrcgat halus, agrcgat kasar dan air
dengan atau tanpa menggunakan bahan tambahan. Macam dan jenis
beton menurn} bahan pembentl1knya adalah bcton normal, bcrtulang, pra-
cetak. pra-tekan, beton 1ingan, beton tanpa tulangan, bcton fiber dan
lainnya.
Proses awal terjadinya beton adalah pasta semen yaitu proses hidrasi
antara air dengan semen, selanjutnya jika ditambahkan dengan agregat
halus menjadi mortar danjika ditambahkan dengan agregat kasar menjadi
beton. Penambahan mate1ial lain akan membedakan jenis beton, n1isalnya
yang ditambahkan adalah tulangan baja akan terbentuk berton bertulang.
Proses terbentuknya beton dapat dilihat pada Gambar 6.1.

SEMEi\ PORTI.A.NO

PASTA SEMEN DENGAN ATAU


AIR TIDAK
MENGGUNAKAN
BAHANTAMBAH
AGREGATHALUS MORTAR

AGREGA KASAR BETON

DITAMBAHKAN:
nJLANGAN, SERAT. AGR.EGAT RINGAN, JENISBETON
PRESTRESS, PRECAST, DAN LAJNNYA

BETON BERTULANG. BETON SERAT,


BETON RJNGAN, BETON PRESTRESS,
BETON PRACETAK, DAN LAINNYA

Gambar 6.1 Proses Terjadinya Belon

Beberapa pengertian dan definisi menurut Pedoman Beton 1989


Draft Konsesus dan tenninologi ASTM-C.125 adalah sebagai berikut:

136 - Teknologi Belon


Tahcl 6 .1 !>efiniH da11 Pe11gertic111
Pas ta semen c ampuran antara air dcngan semen .
Mortar pas ta seme n ditambah deng an agregal halus.
Beton campuran semen portland atau sembarang semen hidrolik yang
lain, agrcgat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa
m e nggunakan bahan tambahan.
Beton beton yang menggunakan agregat normal
normal
Beton beton yang menggunakan tulangan dengan jumlah dan luas
bertulangan tulangan tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan,
d engan atau tanpa pratekan dan direncanakan berdasarkan
asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama dalam
menahan gaya yang bekerj a.

Beton elemen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak ditempat
Pracetak yang berbeda dari posisi akhir elemen dalam struktur.

I Beton
prestress
(pratekan)
beton bertulang dimana telah diberikan tegangan dalam untuk
mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat
pemberian beban yang bekerja.
Beton yang mengandung agregat ringan yang memenuhi
Beton
ringan ketentuan dan persyaratan ASTM-C.330 dan mempunyai unit
struktural massa kering udara seperti yang ditentukan oleh ASTM-C.567
tidalk lebih dari 1900 kg/cm3.
Beton Beton yang seluruh agregat terdiri dari agregat halus dengan
ringan total berat normal.
atau beton
nngan
berpasir

6.2 U mur Beton


Kekuatan tekan beton akan bertambah dengan naiknya umur beton.
Kekua~n beton akan naiknya secara cepat (linier) samp_ai umur 28 hari,
tetapi setelah itu kenaikannya akan kecil. Kekuatan tekan beton pada
~sus-kasu~ tertentu terus akan bertambah sampai beberapa tahun
dn~uka. B1asanya kekuatan tekan rencana beton dihitung pada umur 28
han. Untuk struktur yang menghendaki kekuatan awal ·tinggi, maka

Beton -137
campuran dikombinasikan dcngan semen khusus atau ditambah dengan
bahan tambah kimia dengan tetap menggunakan jcnis semen tipe l (OPC-
1). Laju kenaikan umur bcton sangat tergantung dari penggunaan bahan
penyusunnya yang paling utama adalah penggunaan bahan semen karcna
semen cenderung secara langsung memperbaiki kine1ja tekannya.

6.3 Kekuatan Tekan Beton (re)


Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur.
Semakin tinggi tingl.it kel1.1atan struktur yang dikehendaki, semakin
tinggi pula mutu beton yang dihasilkan. Kekuatan tekan beton dinotasi-
kan sebagai berikut (PB,1989:16).
fc = Kekuatan tekan beton yang disyaratkan (MPa).
i'ek = Kekuatan tekan beton yang didapatkan dari hasil uji kubus 150 mm
atau dari silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm
(MPa).
fe = Kekuatan tarik dari hasil uji belah silinder beton (MPa)
fer = Kekuatan tekan beton rata-rata yang dibutuhkan, sebagai dasar
pernilihan perancangan campuran beton (MPa).
S = Deviasi standar (s) (MPa).
Beton harus dirancang proporsi campurannya agar menghasilkan
suatu kuat tekan rata-rata yang disyaratkan. Pada tahap pelaksanaan
konstruksi, beton yang telah dirancang campurannya harus diproduksi
sedemikian rupa sehingga memperkecil frekuensi terjadinya beton
dengan kuat tekan yang lebih rendah dari f c seperti yang tel ah
disyaratkan. Kriteria penerimaan beton tersebut harus pula sesuai dengan
standar yang berlaku. Menurut Standar Nasional Indonesia, kuat tekan
harus memenuhi 0.85 fc untuk kuat tekan rata-rata dua silinder dan
memenuhi f c +-0.82 s untuk rata-rata empat buah benda uji yang
berpasangan. Jika tidak memenuhi, maka diuji mengikuti ketentuan
selanj utnya.

138 - Teknologi Beton


6.4 Fal{tor-faktor yang Mempengaruhi
Kekuatan Tekan Beton
Beberapa faktor yang mcmpcngaruhi kckuatan tekan beton dapat
dilihat pada Gambar 6.2 Ada cmpat bagian utama yang mempengaruhi
mutu d ari kekuatan beton tcrscbut, yaitu (I). proporsi bahan-bahan
penyu sunnya, (2). metode perancangan, (3). pcrawatan dan (4). keadaan
pada saat pen gecoran dilaksanakan, yang terutama dipengaruhi oleh
lingkungan sete m pat.

FAKTOR-FAKTOR yangMEMPENGARUHIKEKUATAN TEKAN BETON

B ahan-bahan Metode Keode.an poda saet


Perawatan
Pencarnpuran d! lakulwi pe rc:obM II
Penyusun 8 etoo

Sem en A~e gat Pen.entuan


prof".)!Si
bahal\ dll

Suhu Wektu

Bentuk Keedaen
Pml.&1llrl clan
Kocw Suhu Penn_ Cara
Ail Ptm.
ukuran Benda Landasan
Benda Uji Benda bebanan
Benda Uji
Uji Uji

Fe ~ m Kekuatu Bentuk dan Susunan Rultsi Karu.teristik


A gt/Semen &111an Ukunn Pmnukaan Kimie Panas

Gambar 6.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton

6.5 Campuran Pasta Semen Segar dan Beton


Proses hidrasi adalah proses yang paling membutuhkan air. Air yang
ada dalam campuran semuanya akan digunakan untuk proses hidrasi.
G_~bungan antara semen dengan air merupakan pasta semen. Seperti yang
d1Jelaskan di bagian bahan-bahan penyusun beton, air yang dapat

Beton -139
diminum dapat digunakan untuk campuran bcton. Namun dc mikian air
yang tak dapat diminum pun dapat digunakan scbagai campuran bc ton,
asalkan memenuhi syarat mutu yang disyaratkan . Unt uk kasus di
Indonesia. air yang digunakan sebagai campuran bcton harus memcnuhi
syarat baln.1 mutu sesuai dengan BS 3148, 1980 (Ulasan PB, 1989: 31) dan
pasal 3.4 PB.1989 Draft Ko11se11sus. Konti-ibusi yang diberikan oleh
semen terhadap peningkatan keh1atan beton terutama terdapat dalam tiga
fak'tor, yaitu (1). faktor air semen, (2). kehalusan butir dari semen dan (3).
komposisi dati bahan-bahan kimia semen.

6.5.1 Faktor Air Semen (FAS)


Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai FAS, semakin
rendah mutu kek.'Uatan beton. Namun demikian, nilai FAS yang semakin
rendah tidak selalu berati bahwa kekuatan beton semakin tinggi . Ada
batas-batas dalam hal ini. Nilai FAS yang rendah akan menyebabkan
kesulitan dalam pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pema-
datan yang pada akhimya akan menyebabkan mutu beton menurun.
Umumnya nilai FAS minimum yang diberikan sekitar 0.4 dan maksimum
0.65. Rata-rata ketebalan lapisan yang memisahkan antar partikel dalam
beton sangat bergantung pada faktor air semen yang digunakan dan
kehalusan butir semennya. Hubungan antara FAS dengan kuat tekan
beton (Duff Abrams,1920:220) dinyatakan dalam persamaan
fc=A/(B1.sx), dimana A, dan B adalah nilai konstanta, dan X adalah FAS
(semula dalam proporsi volume). Pada praktiknya, untuk mengatasi
kesulitan pengerjaan karena rendahnya nilai FAS ini, ditambahkan bahan
tambah "Admixture Concrete" yang bersifat menambah keenceran
"Plasticity or Plasticilizer Admixture". Menurut Talbot dan Richard
(Ilsley, 1-942:248) pada rasio air semen 0,2 sampai 0,5, kekuatan beton
akan naik seperti yang terlihat pada Gambar 6.3. Akan tetapi, hasil
penelitian (Abrams,1920) menunjukkan bahwa bertambahnya WCR/FAS
hingga lebih dari 0.6 akan menurunkan kekuatan beton sampai mendekati
nol pada FAS 4.0 untuk beton yang berumur 28 hari(Gambar 6.4).

140 - Tekno/ogi Beton


I ~ }
- - .__ - v", r;
OJ
~

-
- .f'
- V

Jfi
oo 1'_,<9
_, ,- -
Voo4
~~
..,-o
.
,;4 0

V
0
0
---QI
~
a2 a3 .
k • Cemenf ·Space Rol10
a4 as a6 Q.7

Basic Waler Con/en I 2S Fm e A99re3ales

Gambar 6.3 Hubungan antara kekuatan tekan dengan FAS (Talbot & Richart)

800()

·t I
7000 l.i!g;tnd

.~ ~
o'~'t
~
I
•X
0
/•IS 1,1,.,,
/ • !J
I· 5
-.
<! :'- • .-
, -J

5oo,
X: •X I· 2
/· I
I· YJ
.
-
·~
0

,,
V' + N~I .

~
4(X)()

... ~t
.··~.... ••
~
200()
·' -
~

, ♦

v-
0 ~~V

"o " '


-
..50

Gambar 6.4 Hubungan antara kekuatan tekan dengan FAS (Abram, 1920)

Beton - 141
Semen portland akan terns bereaksi dcngan air saat pcngikatan
terjadi. Setelah 24 jam pada tcmpcratur kamar, 30%-40% semen biasanya
mengalami proses hidrasi. pembentukan lapisan penutup dcngan
bertambahnya kepadatan dan ketebalan yang melapisi partikelnya
(Garnbar 6.5). Hidrasi partikel klinkcr yang besar secara parsial dan
keseluruhan akan membentuk beton. Proses pembentukan beton dari saat
mulai mengeras sampai umur 90 hari dapat dilihat pada Gambar 6.5.

(a)

{b)

142 - Teknologi Beton


(c)

(d)

Unhydrated material C-S-H


Water-filled capillary
pores
Kalsium hidroksida

Keterangan: (a). Terjadinya pencampuran pertama; (b). Kondisi


beton setelah berumur 7 hari; (c). Kondisi beton setelah berumur
28 hari; (d). Kondisi beton setelah berumur 12 bulan.

Gambar 6.5 Proses terjadinya pengikatan dalam Beton

Beton -143
6.5.2 Kehalusan Butir Se1nen
Kehalusan butir semen merupakan sifat fisika dari semen ; scmakin
halus butiran semen. proses hidrasi semen ak:rn semakin ccpat schingga
kek"Uatan beton akan lebih ccpat tercapai. Scmakin halus buti r semen,
wak.1u yang dibutuhkan semen untuk mengcras scmakin cepat.

6.5.3 Kon1posisi Kimia


Komposisi kimia semen akan menyebabkan perbedaan dari sifat-sifat
semen. secara tidak langsung akan menyebabkan perbedaan naiknya
keJ.rnatan dari beton yang akan dibuat. Jika beton menggunakan bahan
kimia yang dapat mempercepat waktu pengikatan n1aka kadar
kimia/senyawa kimia C3S dalam semen harus diperbanyak, jika
sebaliknya maka harus dikurangi.

6.6 Sifat dan Karakteristik Campuran Beton


Sifat dan karakteristik campuran beton segar secara tidak langsung
akan mempengaruhi beton yang telah mengeras. Pasta semen tidak
bersifat elastis sempurna, tetapi merupakan viscoelastic-solid. Gaya gesek
dalam, susut dan tegangan yang. terjadi biasanya tergantung dari energi
pemadatan dan tindakan preventif terhadap perhatiannya pada tegangan
dalam beton. Hal ini tergantung dari jumlah. dan distribusi air, kekentalan
aliran gel (pasta semen) dan penanganan pada saat sebelum terjadi
tegangan serta kristalin yang terjadi untuk pembentukan porinya.
Beberapa sifat dan karakteristik beton yang perlu diperhatikan antara
lain adalah modulus elastisitas beton, kekuatan tekan, permeabilitas dan
sifat panas yang akan dijelaskan pada bab berikutnya.

6.6.1 Sifat dan Karakteristik Bahan Penyusun


Selain kekuatan pasta semen, hal lain yang perlu menjadi perhatian
adalah agregat. Seperti yang telah dije]askan, proporsi campuran agregat
da1am beton adalah sekitar 70•80%, sehingga pengaruh agregat akan ·
menjadi besar, baik dari sisi ekonomi maupun dari sisi tekniknya.
Semakin baik mutu agregat yang digunakan, secara linier dan tidak
1angsung akan menyebakan mutu beton menjadi baik, begitu juga

144 - Teknologi Belon

i
- ......J
scbaliknya . J ika mclihat rungst agrcgat dalam campuran bcton hanya
scbagai pcngis i maka dipcrlukan suatu sifat yang saling mcngikat dan
saling tnengis i (i11terlocki11g) yang baik, hal ini dapat tercapa1 jika bentuk
permukaan dan bentuk agrcgatnya mcmcnuhi syarat yang diberikan baik
itu syarat ASTM, AC I maupun SIi .
Agregat yang digunakan dalam bcton bcrfungsi sebagai bahan
pengisi, namun karena proscntase agrcgat yang besar dalam volume
campuran, maka agregat memberikan kontribusi terhadap kekuatan beton.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kckuatan beton terhadap agregat: ( 1).
perbandingan agregat dan semen carnpuran, (2). kekuatan agregat, (3 ).
bentuk dan ukuran, (4) tekstur permukaan, (5). gradasi, (6). reaksi kimia
dan (7). ketahanan terhadap panas. Detail mengenai sifat agregat ini dapat
dilihat di b uku Seri Bahan-Bahan Penyusun Beton.
Bahan tambah biasanya hanya digunakan untuk memperbaiki sifat-
sifat beton baik saat beton dalam keadaan segar ataupun saat beton
'
mengeras nantinya. Banyaknya dan komposisi kimia dari bahan tambah
akan m enyebabkan karakteristik yang berbeda terhadap kinerja beton
yang d iharapkan .

6.6.2 Metode Pencampuran


a. Penentuan Proporsi Bahan (Mix Design)
Proporsi campuran dari bahan-bahan penyusun beton ini ditentukan
melalui perancangan beton (mix design). Hal ini dimaksudkan agar
proporsi dari campuran dapat memenuhi syarat kekuatan serta dapat
memenuhi aspek ekonomis. Metode perancangan ini pada dasamya
menentukan komposisi dari bahan-bahan penyusun beton untuk
kinerja tertentu yang diharapkan. Penentuan proporsi campuran dapat
d igunakan dengan beberapa m etode yang dikenal, antara lain: ( 1).
Metode American Concrete Institute, (2). Portland Cement
Association, (3). Road Note No. 4 , (4). British Standard, Department
of Engineering, (5) Departemen Pekerjaan Umum (SK.SNI.T-15-
1990-03) dan (6). Cara coba-coba.
b. Metode Pencampuran (mixing)
Metode pencampuran dari beton diperlukan untuk mendapatkan
kelecakan yang baik sehingga beton dapat dengan mudah dikerjakan.
K emudahan pengerjaan atau workapility pada pekerjaan beton

Beton -145
didefinisikan sebagai kemudahan untuk dikerjakan , dituangkan dan
dipadatkan serta dibentuk dalam acuan (Ils ley, 1942:224).
Kemudahan pengerjaan ini diindikasikan mclalui slump test~ scmakin
tinggi nilai slump, semakin mudah untuk dike1jakan . Namun
demikian nilai dari slump ini harus dibatasi. Nilai slmnp yang terlalu
tinggi akan membuat beton kropos setelah mengeras karena air yang
terjebak dalamnya menguap.
Metode pengadukan atau pencampuran beton akan menentukan sifat
kekuatan dari beton, walaupun rencana campura_n baik dan syarat
mutu bahan telah terpenuhi. Pengadukan yang tidak baik akan
menyebabkan terjadinya bleeding, dan hal-hal lain yang tidak
dikehendaki.
c. Pengecoran (Placing)
Metode pengecoran akan mempengaruhi kekuatan beton. Jika syarat-
syarat pengecoran tidak terpenuhi, kemungkinan besar kekuatan
tekan yang direncanakan tidak akan tercapai.
d. Pemadatan
Pemadatan yang tidak baik akan menyebabkan menurunnya kekuatan
beton, karena tidak terjadinya pencampuran bahan yang homogen.
Pemadatan yang berlebih pun akan menyebakan terjadinya bleeding.
Pemadatan hams dilakukan sesuai dengan syarat mutu. Hal lain yang
dapat dilakukan adalah melihat manual pemadat yang digunakan
sehingga pemadatan pada campuran beton dapat dilakukan secara
efisien dan efektif.

6.6.3 Perawatan
Perawatan terutama dimaksudkan untuk menghindari panas hidrasi
yang tidak diinginkan, yang terutama disebabkan oleh suhu. Cara dan
bahan serta alat yang digunakan untuk perawatan akan menentukan sifat
dari beton keras yang dibuat, terutama dari sisi kekuatannya. Waktu-
waktu yang dibutuhkan untuk merawat beton pun harus terjadwal dengan
baik.

146 - Teknologi Beton


6.6.4 Kondisi pada Saat Pc ngcrjaan Pengecoran
Kondi s i pada saat pckcrjaan pcngccoran akan mcmpcngaruh1 kua litas
beton yang dibua t. Faktor-foktor tcrscbut antara lain: (I). Bcntuk dan
ukuran contoh, (2). K adar air, (3). Suhu contoh, (4). Kcadaan pcrmukaan
landasan dan (5). C ara pembebanan. Bahan-bahan pcnyusun beton serta
metode perancangan, pe ngolahan dan perawatan akan d1bahasa pada bab
selanjutnya.

PERTANYAAN
6.1 Gambarkan dan jelaskan proses terj adinya beton!
6.2 Mengapa uji kekuatan tekan beton umumnya dilakukan pada umur 28
hari?
6.3 Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan beton!
6.4 Gambarkan hubungan antara faktor air semen dengan kuat tekan
beton!

DAFfAR PUSTAKA
ASTM, Concrete and Aggregates, Annual Book of ASTM Standard,
Vo.04.02. 1995, Philadelphia: ASTM, 1995 .
American Concrete Institute, ACI 318-89 Building Code Requirements
for Reinforce Concrete, Part I, Fifth Edition, Skokie, Illinois,
USA: PCA, 1990., 2.l-2.2lpp.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,
Pedoman Beton 1989. SKBl.1.4.53.1989. Draft Konsensus.
Jakarta, DPU, 1989.
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Rencana Pembuatan
Campuran Beton Normal. SK SNI T-15-1990-03. Cetakan
Pertama, Bandung: DPU -Yayasan LPMB, 1991.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi,
PEDC, Teknologi Beton 3, Edisi 1983. Bandung: PEDC, 1993.

Beton -147
Helmuth .. Richard A., The Nature of Concrete, Sig11ijica11ce of Test
a11d Properties of Concrete a11d Co11crete-Afaterials, A STM STP
169B. Philadelphia. 1978, p.5-14.
Hime.,William G.. Analyses for Cement and Other Material in
Hardened Concrete, Sig11ifica11ce of Test and Properties of
Concrete and Co11crete-ftfaterials, ASTM STP 169B,
Philadelphia, 1978, p.315-319.
Ilsley Hewes,.Laurence, American Highway Practice, Volume 111,
Fourth Printing, New York: n1011 Wiley & Son, Inc. 1942 I
Nawy., Edward. G., Reinforce Concrete a Fundamental Approach
Te,jemahan, Cetakan Pertama, Bandung: PT.Eresco, 1990.

148 - Teknologi Beton


l(EBUTU HAN
PENYELIDIKAN 7
p e n yelidikan terhadap bahan-hahan penyusun beton dilakukan
untuk memahami si fat dan karaktcristik bahan-bahan tcrscbut
se1ia untuk menganal isis dampaknya terhadap sifat dan
karakteristik beton yang dihasilkan, baik pada kondisi bcton segar, beton
muda ataupun beton yang telah mengeras. Dua kinerja utama bcton yaitu
kekuatan dan kemudahan peke1jaan menjadi perhatian utama, namun
aspek ekonomi yang berkaitan dengan keawetan (durability) juga menjadi
perhatian (Dolch, 1994: 44).
Penyelidikan bahan ini meliputi penyelidikan bahan semen, air,
agregat halus, agregat kasar ataupun penyelidikan bahan tambah.
Beberapa standar dapat diadopsi dari prosedur standar untuk penyelidikan
bahan-bahan tersebut, seperti SNI, ASTM, ACI dan sebagainya. Prosedur
yang digunakan pada dasamya hampir sama untuk semua standar, namun
hal tersebut dipengaruhi pula oleh permintaan pelanggan yang dalam
industri konstruksi biasanya tertuang pada spesifikasi teknis dan syarat-
syarat atau permintaan langsung pihak pemilik.

7 .1 Proses Penyelidikan
Proses penyelidikan dalam pekerjaan beton meliputi semua tahapan
yang dimulai dari penyelidikan dan pencarian sumber material, peng-
ambilan contoh uji (sampel), pengujian bahan, perancangan komposisi,
pengadukan, pengambilan contoh uji beton segar, perawatan dan
penguj ian beton keras.

7.1.l Pengambilan Sampel


S~mpel atau contoh uji adalah bagian kecil dari suatu kumpulan
matenal dalam jumlah besar yang sedang berada dalam proses
pengapalan, stockpile (penimbunan material), batch, truk, mobil angkut,
atau belt-conveyor. Karakteristik sampel menunjukan sifat dan
karakteristik material yang diuji. Alat ukur dan metode pengambilan
sampel dapat mengikuti aturan statistik. (Edward et.al, 1994). Pengertian

Kebutuhan Penyelidikan - 149


sampel dalam statistik adalah contoh uji dalam p o pul asi, yaitu
sek.1.m1pulan sampel uji yang diduga mcmpunyai s i fat d an karaktcristik
yang homogen.
Menumt aturan statistik, metode pengambilan s ampcl dapat
dilak.-ukan secara acak (random), bergantung pada populas inya. Teknik
pengambilan ini harus memenuhi karakteristik variabilitas sampel,
dengan tetap memperhatikan banyak.·..nya sarnpel uj i yang dibutuhkan
sesuai dengan kriteria statistik tersebut.

7.1.2 Perencanaan Sampel


Banyalmya sampel yang diambil tergantung dari bany aknya populasi
atau k.-umpulan material yang akan diuji. Hal ini biasany a didasarkan pada
kriteria mengenai berapa penyimpangan yang boleh diterima (secara
statistik dirumuskan berdasarkan kriteria variabilitas).
Sampel yang diambil harus menginforrnasikan nomor contoh,
ulrnran, sumber asal lokasi material, saat pengambilan dan prosedur-
prosedur baku telmik pengambilan. Hal ini harus didasarkan pada
kebutuhan kasar banyalmya sampel untuk pengujian laboratorium.
Variasi keseragaman material dalam populasi akan menentukan juga
banyaknya sampel yang dibutuhkan. Semakin tinggi variasinya, semakin
banyak sampel yang dibutuhkan, meskipun harus tetap memperhatikan
kriteria rata-rata dan standar deviasi yang diharapkan.

7.2 Prosedur Standar


7.2.1 Standar Nasional Indonesia
Menurut Standar Nasional Indonesia, penguj ian bahan tertuang dalam
Pedoman Beton 1989 (draft konsesus) mengenai persyaratan pelaksanaan
konstruksi. Ketentuan yang sudah dibakukan dan menjadi syarat standar
antara lain:
Semen, air, dan agregat harus memenuhi ketentuan dalam SK.SNI.S-
04-1989~F Spesifikasi bahan bangunan bagian A (bahan bangunan bukan
Iogam) meliputi spesifikasi tentang perekat hidrolis, air dan agregat
sebagai bahan bangunan. Bahan tambah harus memenuhi spesifikasi
bahan tambahan beton SK.SNI.S-18-1990-03, sedangkan bahan

150 - Teknologi Beton


tambahan pc 1r1bcntuk gclomhan g harus mcng1kuti SK.SN! S- 19- 1990-03
mcngenai spcsifikas i bahan tambahan gclcmbun g udara untuk hcton .
Mctode perancangan dalarn pcmhuatan bcton harus mengikut1 tatr1
cam yan g di synratkan dalam SK .SN I.T-15-1990-03 untuk perancangan
campuran beton normal. Pcrancangan <lalam pcmbuatan bcton dcngan
karakteristik tertentu, misnlnya harus kcdap air, tahan sulfat, dan
serangan terhadap ion-ion klorida maka harus mengikuti standar SK.SN!
S-36-1990-03 ten tang spesi fikasi beton kedap air, SK.SN I. S-37 ten tang
spesifikasi beton tahan su lfat dan SK.SN I. M-38-1990-02 tentang
spesifikasi kadar ion klorida.
Setelah kompos isi bahan penyusun beton didapatkan, maka tahapan
pengadukan dan pengecorannya juga harus mengikuti SK.SNI.T-28-
1991-03 tentang tata cara pengadukan dan pengecoran heton. Beton yang
telah diaduk haruslah diambil contoh uj i dengan mengikuti ketentuan
SK.SNI.T-16-1991-03 yaitu tata cara pembuatan benda uji untuk
pengujian laboratorium mekanika batuan, selanjutnya beton juga harus
dirawat mengikuti ketentuan SK.SN! M-62-1990-03 tentang metode
pembuatan dan perawatan benda uji beton dilaboratorium. Selanjutnya
contoh uji yang telah dirawat dilakukan pengujian tekan, geser, lentur
tergantung kebutuhannya. Beberapa standar yang dpat digunakan untuk
pengujian tersebut antara lain SK.SNI.M-10-1991-03 untuk pengujian
kuat tekan uniaxial batu, SK.SNI.M-08-1991-03 tentang metode
pengujian kuat lentur batu memakai gelagar sederhana dengan sistem
beban titik ditengah, SK.SNI.M-09-1991-03 untuk pengujian geser
langsung dan SK.SNI M-11-1991-03 untuk pengujian modulus elastisitas
batu pada tekanan sumbu tunggal.

7.2.2 Standar Lainnya (ASTM)


Beberapa metode yang dapat digunakan menurut Standar ASTM
dalam pengambilan sampel dapat dilihat di Tabel 7 .1

Kebutuhan Penyelidikan - 151


Tnbcl 7.1 Sta11dar ASTM rmtuk Beto11 dan Pemh11atr111 l'vfate ria l l3eton
Dcskripsi ASTM
S tandard
Prnccicc for Sampling Fr<>slr(r Mired Concrete C.172
Method for Sampling and Testing of Hydraulic Ccment C.183
Mechorlfor Sampling and Testing F(I' Aslr for Use as nn Admixture in Portland C .311
Cement Concrete
Method for Reducing Fi<>ld Samples of Aggregnte to testing Size C .702
Practice.for £tami11ntio11 and Snmpling of Hardened Concrete in Co11stmctio11 C.823
Proccice for Snmpling Aggregate D.75
Mcchodsfor Snmpling and Testing Calcium Chloride for Ronds n11d Structural D.345
Applicmions
Prncticc for Random Sampling of Const111ctio11 Materinl D.3665
Pracricc for Probabili~r Sampling ofMaterial E.105
Pracrice for Choice ofSample Size to Estimate Tire Average Quality of n Lot or E. 122
Process
Practice for .frceptance of fridenee Based 011 the Result of Probability E. 141
Sampling

7.3 Pertimbangan Pengambilan Sampel


Banyaknya sampel uji yang diambil akan mempengaruhi aspek
eknomis. Pertimbangan aspek ekonomis juga tetap harus mempertim-
bangkan tingkat variabilitasnya. Nilai keacakan atau probabilitas sampel
yang diijinkan sebagai alat ukur dari tingkat kepercayaan untuk
mengestimasi dari populasi yang diuji. Nilai bias atau untur subjektivitas
dalam pengambilan sampel harus diusahakan sedemikian hingga dapat
dikurangi atau dihilangkan.
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan dan
perencanaan banyaknya sampel uji, antara lain dipengaruhi oleh;
a. Kecenderungan perencana dalam melihat material dilapangan jilka
kondisi yang dtemukan merupakan kondisi material yang berat,
padat, dan kotor mengatakan bahwa sampel tidak dapat digunakan.
Hal ini lebih banyak karena kecenderungan subjektivitas atau
keputusan perencana sendiri tanpa melalui proses pengujian awal.
b. Banyak kasus pengambilan sampel tanpa memperhatikan kaidah
statistik sehingga keterwakilan sampel dalam populasi menjadi bias.
c. Kecenderungan peningkatan teknologi yang menyebabkan
pengolahan material lebih dapat homogen sehingga sampel uji yang
diambilpun dapat lebih sedikit karena teknologi yang digunakan

1S2 - Teknologi Belon


sudah otomat1 s mcmbagi populasi matcnal dalam kelompok-
kolompok tcrtcntu. ,

7.4 Kualitas Pengujian


Kualitas penguj ian sebagai kontrol dalam suatu proses sudah ban yak
diwujudkan dalam sebuah standar yang meliputi kontrol terhadap kualitas
pengambilan sampel, penguj ian dan evelausi pcnerimaan. Se lain hal baku
tersebut kualitasnya sangat dipengaruhi oleh sistem dalam laboratorium
itu sendiri. Menurut ISO Guide 49 tentang petunjuk kualitas. Beberapa
hal yang harus dijelaskan (tipikal topik) terhadap hasil pengujian dalam
keran gka penulisan pelaporan hasil pengujian beton meliputi:
a. Daftar Isi
b. Kebijakan kualitas
c. Terminologi
d. Deskripsi struktur laboratorium
e. Staff
f. Peralatan pengujian, kalibrasi dan perawatan
g. Lingkungan
h. Metode Pengujian dan prosedur
1. Updating dan kontrol dari dokumen kualitas
J. Jenis-jenis pengujian
k. Verifikasi
1. Laporan percobaan
m. Pendataan (record)
n. Tanggungjawab dan komentar
o. Sub-kontrak dan Kerjasama dengan laboratorium lain

7 .5 Hirarki Penyelidikan Beton


Secara hirarki penyelidikan dimulai dari saat pengambilan material di
sumbemya (quarry) yang merupakan penyelidikan pendahulaan.
Penyelidikan ini dapat dilakukan dengan pendekatan-pendekatan praktis.
Setelah dilakukan analisis kalayakan maka barulah diambil sampel ujinya
untuk kebutuhan laboratorium. Pengambilan ini mengikuti kaidah
statistik ataupun prosedur baku yang dtentukan. Kemudian dilakukan

Kebutuhan Peny elidikan - 153


penyelidikan dilaboratorium. Hasilnya dianalisis dan dibcrikan suatu
rekomendasi untuk tahap pengujian selanjutnya. Jika kclayakan hasil uji
laboratorium didapat. berdasarkan karakteristik dan sifatnya dilakukan
tahapan perancangan komposisi, pengadukan dan pengambilan sampel uj i
beton segar serta pengambilan contoh uji untuk tahap penguj ian beton
keras. Secara sistematik tahapan pengujian mengikuti diagram alir seperti
gambar 7.1. untuk pekerjaan beton yang besar.

KEBUTI.IHAN \'OLUME PEKERJAAN SURVEY PENDAHULUAN D I QUARRY

ASPEI.: EKOSOMI
KELAYAKAN MATERIAL SECARA PRAKTIS
\Jank A'18ht. Harg&. hlitas dll)
Survey Pmdahuluan

PERENCANAAN KEBUTUHAN SAMPEL


(Mcmpcnimbangkan Aspck Ekononii clan Statistik)

METODE PENGAMBIL AN SAM PEL

PROSEDUR STANDAR
PENGUJIAN SAM PEL
DAN
(Proscdur S1andar)
KAIDA H STATISTIK

ANALISIS DATA
Pen u·ian Baha n Penvusun

PERANCANGAN CAMPURAN. PENOADUl<AN


PENGAMBILAN CONTOH UJI BETON SEGA R
SERTA PENGUJIANNYA

PERAWATAN, PENGUJJAN BETON KERAS


Pe n u'ian Beton

EVALUASJ DAN REKOMEN DAS J PELA PORAN

Gambar 7.1 Hirarki Penyelidikan Beton

PERTANYAAN
7.1 Bagaimanakah proses penyelidikan dalam suatu pekerjaan beton?
7.2 Apa yang menj adi pertimbangan dalam pengambilan sampe l dalam
pekerjaan beton?
7.3 Mengapa kaidah statistik dalam penyelidikan beton harus diikuti?
7.4 Jelaskan hirarki penyelidikan beton?

154 - Teknologi Beton


DAFTAR P USTA K A
ASTM, C oncret e a nd Aggr egates, Annual Book of ASTM Standard,
Vo.04 .02. 1995, Philadelphia: ASTM, 1995.
Departe me n Pekerjaan Umum. Badan Penclitian dan Pengembangan PU,
Pedoman Beton 1989. SKBl.1.4.53./989. Draft Konsensus.
Jakarta, DPU, 1989.
Dolch., W .L ., Research Neneds, Significance of Test a11d Properties of
Concrete and Concrete-Materials, ASTM STP 1698,
Philadelphia, 1978, pp.42-45.
Edward., A ., et al, Techniques, Prosedures, and Practice of Sampling
of Concrete and Concrete-Making Material, Significance of
Test and Properties of Concrete and Co11crete-Materials, ASTM
STP 169B, Philadelphia, 1978, pp.15-22.
ISO, Guidelines for Development of a quality Manual for a Testing
Laboratory, ISO Guide 49, Swiss-Geneva: International
Organization for Standardization, 1986
Helmuth., Richard A.,, The Nature of Concrete, Significance of Test
and Properties of Concrete and Concrete-Materials, ASTM STP
169B, Philadelphia, 1978, pp.5-14.
Pielert., James H., The Role of Cement and Concrete Testing
Laboratories, Significance of Test and Properties of Concrete and
Concrete-Materials, ASTM STP 169B, Philadelphia, 1978, pp.38-
41.

Kebutuhan Penyelidikan - 155


156 - Teknologi Belon
PERANCANGAN ,?
CAMPURAN C,

C ampuran beton merupakan perpaduan dari komposit material


penyusunnya. Karakteristik dan sifat bahan akan mempengaruhi
hasil rancangan. Perancangan campuran beton dimaksudkan
untuk mengetahui komposisi atau proporsi bahan-bahan penyusun beton.
Prop o rsi campuran dari bahan-bahan penyusun beton ini ditentukan
melalui sebua h perancangan beton (mix design). Hal ini dilakukan agar
propors i campuran dapat memenuhi syarat teknis serta ekonomis. Dalam
menentuka n propors i campuran dapat digunakan beberapa metode yang
dikenal , antara lain: ( 1). M etode American Concrete Institute, (2).
Portland Cem ent Association, (3). Road Note No.4, (4). British Standard
atau D ep artem ent of Enviroment, (5). Departemen Pekerjaan Umum dan
(6) . Cara coba-coba.

8.1 Kriteria Perencanaan


Perencanaan campuran beton merupakan suatu hal yang komplekjika
dilihat dari perbedaan s ifat dan karakteristik bahan penyusunnya. Karena
bahan penyusun tersebut akan menyebabkan variasi dari produk beton
yang dihasilkan. Pada dasamya perancangan campuran dimaksud-kan
untuk menghasilkan suatu proporsi campuran bahan yang optimal dengan
kekuatan yang maksimum. Pengertian optimal adalah peng-gunaan bahan
yang minimum dengan tetap mempertimbangkan kriteria standar dan
ekonomis dilihat dari biaya keseluruhan untuk membuat struktur beton
tersebut.
Kriteria dasar perancangan beton adalah kekuatan tekan dan
hubungannya dengan faktor air semen yang digunakan. Kriteria ini
sebenarnya kontradiktif dengan kemudahan pengerjaan karena menurut
Abram, 1920 (Neville, 1981) untuk menghasilkan kekuatan yang tinggi
penggunaan air dalam campuran beton harus minimum. Jika air yang
digunakan sedikit, akan timbul kesulitan dalam pengerjaan sesuai dengan
pendapat Feret ( 1896) yang mempertimbangkan pengaruh rongga (voids ).

Perancangan Campuran -157


Kriteria lain yang harus dipctiimbangkan adala h kcmudahan
pengerjaan. Seperti yang disebutkan diatas, faktor air-seme n yang kecil
akan menghasilkan kekuatan yang tinggi, tetapi ke mudahan dalam
pengerjaan tak akan tercapai. Perancangan beton tetap harus memper-
timbangkan hal ini, salah satunya dengan menggunakan bahan tambah
jenis plastisi:er atau super-plastisizer. Jika pengerj aan be ton rneng-
gunakan pumpi11g-co11crele, mutlak dibutuhkan keenceran tertentu agar
sifat pemompaan beton pada saat pengecoran dapat berjalan dengan baik.
Pemilihan agregat yang digunakan juga akan mempengaruhi sifat
pengerjaan. Butiran yang besar akan menyebabkan kesulitan, terutama
karena akan menimbulkan segregasi. Jika ini te1jadi, kemungkinan
terbentuknya rongga-rongga pada saat beton mengeras akan semakin
besar. Selain dua lcriteria utama tersebut, hal lain yang patut dipertim-
bangkan adalah keawetan (durability) dan permeabilitas beton sendiri.

8.1.1 Variabilitas
Variabilitas dalam beton akan mempengaruhi nilai kekuatan tekan
dalam perancangan. Pengertian variabilitas dalam kekuatan beton pada
dasarnya tercerrnin melalui nilai standar deviasi. Asumsi yang digunakan
dalam perencanaan bahwa kekuatan beton akan terdistribusi normal
selama masa pelaksanaan yang diambil melalui hasil pengujian
dilaboratorium. Secara umum rumusan mengenai kekuatan tekan dengan
mempertim-bangkan variabilitas ditulis sebagai:
f'er =f'c + k.S
dimana f'cr adalah kekuatan tekan rencana rata-rata, f'c adalah kekuatan
tekan rencana, S nilai standar deviasi dan k adalah suatu konstanta yang
diturunkan dari distribusi normal kekuatan tekan yang diij inkan biasanya
diambil sebesar 1.64. Nilai k di USA adalah 1.645, di Inggris dibulatkan
menjadi 1.64, sedangkan di Australia 1.65.

158 - Teknologi Belon


Kuat tckan Rcncana i
Rata-rataikuat tckan
i
I

!
i
5% Bag ian yang l
d itolak/cacat l
1.64 S ~
!

25 30 35 40 45 50 55

Gambar 8.1 Kurva Distibusi Normal

B eberapa peneliti di komite ACI memberikan nilai dasar k sebesar


1.64 atas variasi pengujian dari beton nonnal dengan kekuatan tekan 25 -
55 MPa. Untuk variasi kekuatan tekan beton dengan nilai lebih besar dari
55 MPa nilai variasi yang digunakan merupakan nilai variasi sebenarnya
dari hasil uji statistik.

8.1.2 Keamanan dan Umur Rencana


Nilai keamanan dalam perancangan beton dicerrninkan dari batas
yang diijinkan ditolak sebesar 5%, yang merupakan suatu nilai
variabilitas dikalikan dengan nilai standar penyimpangan yang diduga
terjadi. Nilai keamanan dalam perancangan beton dinamakan suatu nilai
tambah (margin).
Kekuatan tekan rencana dalam perancangan didasarkan atas kekuatan
tekan maksimum yang terjadi selama masa pengerasan. Kekuatan tekan
beton maksimum biasanya tercapai setelah umur 28 hari. Umur 28 hari
ini dijadikan sebagai umur rencana.

8.2 Metode American Concrete Institute


Metode American Concrete Institute (ACI) mensyaratkan suatu
campuran perancangan beton dengan mempertimbangkan sisi eko-
nomisnya dengan memperhatikan ketersediaan bahan-bahan di lapangan,
kemudahan pekerjaan, serta keawetan dan kekuatan pekerjaan beton.
Cara ACI melihat bahwa dengan ukuran agregat tertentu, jumlah air
perkubik akan menentukan tingkat konsistensi dari campuran beton yang
pada akhimya akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan (workability).

Perancangan Campuran - 159


8.2.1 Perancangan
Sebelum melaln.1kan perancangan, data-data yang dibutuhkan barns
dicari. Jika data-data yang dibutuhkan tidak ada, dapat dian1bil data dari
tabel-tabel yang telah dibuat untuk membantu penyelesaian perancang-an
cara ACI ini. Bagan alir perancangan dengan metode AC I dapat dilihat
pada Gambar 8.2.
Pada metode ini, input data perancangan meliputi data standar deviasi
hasil pengujian yang berlaku untuk pekerjaan yang sejenis dengan
karak.1eristik yang sama. Selanjutnya data tentang kuat tekan rencana,
data butir nominal agregat yang akan digunakan, data slump Uika
diinginkan dengan nilai tertentu), berat jenis agregat, serta karakteristik
lingkungan yang diinginkan.

MULAI

Tcntul.:an Ku3t Tehn RencanaRata-rata (fer) (rcr=m+rc) dengan m = 1.64 sd


fc= kuat tehn rcncana clan m=margin (tabcl 8. 1 jika ada data standar deviasi. sd

Tentukan Nilai Slump (Tabel 8.2 jika tidak ditcntukan)

Tcnrukan Ula1ran Maksimum Agregat (Tabel 8.3) atau mcngikuti kctentuan tidak lebih dari
1/5 dimcnsi tmecil bd,:isting, 113 tebal plat dan 3/4 Jarak bcrsih antar tulangan

Tcntukan Jumlah Air dan Udara (Tabcl 8.4)

TcntulcanFalctor Air Scmcna (Tabel 8.5) dan hitung


kandun an semen = fas dikalikan bcrat air

Pilih Jumlah Agrcgat Akhir (Tabcl 8.6)

Estimasi Bcrat BctonScgar(Tabcl 8.7) kemudian Tcntukan proporsi bahan

Korcui proporsi bahan

Campuran Pcrcobaan

SELESAII

Gambar 8.2 Diagram Alir Pera11cangan Beton Menggunakan Metode A Cl

160 - Teknologi Beto11


8.2.2 Langkah Pera ncanga n
J. Hitung kuat tekan rata- rata bcton, berdasarkan kuat tekan
rencana dan margin , r cr=m+r c
(I) m= l.64*Sd, standar dcviasi diambil berdasarkan data yang lalu,
jika tidak ada diambi l dari Tabet 8.1 berdasarkan mutu
pelaksanaan yang diinginkan.
(2) Kuat tekan rencana (fc) ditentukan berdasarkan rencana atau dari
hasil uj i yang lalu.

Tabel 8. 1 Nilai Standar Deviasi

Mutu Pelaksanaan (Mpa)


Volume Pekerjaan Baik Sekali Baik Cukup
Kecil (< 1000 mJ) 4.5<sdS5.5 5.5<sd:::;6.5 6.5<sdS8.5
3
Sedang ( 1000-3000 m ) 3.5<sdS4.5 4.5<sd:::;5.5 5.5<sds7.5
Besar (> 3000 m 3 ) 2.5<sdS3.5 3.5<sdS4.5 4.5<sdS6.5

2. Tetapkan nilai slump, dan butir maksimum agregat


(1) Slump ditentukan. Jika tidak dapat, data diambil dari Tabel 8.2
(2) Ukuran maksimum agregat dihitung dari 1/3 tebal plate clan atau
¾ jarak bersih antar baja tulangan, tendon, bundle bar, atau
ducting dan atau 1/5 jarak terkecil bidang bekisting ambil yang
terkecil, jika tidak diambil dari Tabel 8.3

Tabel 8.2 Slump yang di Syaratkan untuk Berbagai Konstruksi Menuna ACI
Slump (mm)
Jenis Konstruksi
Maksimum* Minimum
Dinding Penahan dan Pondasi 76.2 25.4
Pondasi sederhana, sumuran, dan dinding sub 76.2 25.4
struktur
Balok dan dinding beton 101.6 25.4
Kolom struktural 101.6 25.4
Perkerasan dan slab 76.2 25.4
Beton massal 50.8 25.4
*) Dapat ditambahkan sebesar 25.4 mm untuk pekerjaan beton yang tidak menggunakan
birator, tetapi menggunakan metode konsolidasi

Perancanga11 Campuran - 161


Tnbcl 8.3 Ukurnn Maksimum Agregar
Dimensi Minimum ,mm Balok/kolom Plat
62.5 12.5 nun 20mm
150 40mm 40mm
300 40mm 80mm
750 80mm 80 mm

3. Tetapkan jumlah air yang dibutuhkan berdasarkan ukur-


an maksimum agregat dan nilai slump dari Tabel 8.4
Tabel 8.4 Perkiraan Air Campuran dan Persyaratan Kandungan Udara untuk
Berbagai Slump da11 Ukura11 Nomi11al Agregat Maksimum
Slwrq,(mm) Air lt/m))
95mm'1 127nvn•l 19.1 mm ' 1 2S.4 mm 0 38. 1 mm •> SO 8 mm••> 76.2mm"'1 152 4 nwn'"
:S4sld SOS 210 201 189 180 165 1S6 132 114
76:? s/d l:?i 231 219 204 195 180 171 147 126
IS:? 4 vd li7 8 2~ 231 216 204 189 180 162
Mcndclcati jumlah bndungan
ucbra dawn bcton air-
=~f•,4) 30 2.5 2.0 1.5 1.0 o.s 0 .3 02

:?.S ' s/d SO 8 tu m 168 162 150 144 123 108


76.lsld 127 204 195 183 177 165 159 13S 120
152.4 s/d tn.s 219 207 195 186 174 168 156
I( anckmgan udara IIJal nu-
r.1U ).mg di sctuju~ (dawn
ocnm)

Diekspo,scscda.il 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 i.s •-11 1.0..n

3 .5'·11 3.0'-1)
Oiekspasc~ 6.0 5.5 s.o 4.S 4 .S 4 .0
-
·~·~·~~ 7.S 7.0 6.0 6.0 s.s s.o 4 .S•-ll 4.0'-1)

Keterangan:
•> Banyaknya air campuran di sini dipakai untuk menghitung faktor air semen untuk suatu
campuran pcrcobaan (trial batch). Harga-harga ini adalah maksimal butimya 1.5 in (40 mm),
untuk suatu agrcgat kasar bentuk dan gradasinya cukup baik dan dalam batas yang diterima oleh
spesifikasi.
b> Nilai slump untuk beton yang mengandung agregat dengan ukuran maksimum 1.5 inch (38. 1 mm
atau 40 mm) ini adalah berdasarkan percobaan-percobaan yang dibuat setelah membung partikcl
agregat yang lebih besar dari 38 atau 40 mm.
bJ Banyaknya air campuran di sini dipakai untuk menghitung faktor air semen untuk suatu
campuran percobaan (trial batch). Jika digunakan buliran maksimum agregat 3 inch (76.2 mm)
atau 6 inch (152.4 mm). Harga-harga ini ada1ah maksimal untuk suatu agregat kasar bentuk dan
gradasinya cukup baik dari halus sampai kasar.
ci Rckornendasi lainnya tentang kandungan air dan toleransi yang diperlukan untuk kontrol di
lapangan tercantum dalam sejumlah dokumen ACI, seperti ACI 20 l , 345, 3 18, 30 I, dan 302.
Batas-batas kandungan air dalam beton juga diberikan oleh ASTM C-94 untuk beton ready mix.
Pmyarata.n-persayaratan ini bisa saja tidak sama untuk masing-masing peraturan, sehingga

162 - Teknologi Beton


pcra11ca11ga11 bcton pcrlu d1t111jau lcbih lanJut dalam mcncntukan kandungan air yang mcmcnuh1
syarat untuk pckcr_Jaan yang juga mcmcnuhi syarat pcraturan.
di Untuk bcton yang m;;nggunakan agrcgat lcbih bcsar dart 1.5 inch (40 mm) dan tertahan d1
atasnya, proscntasc udara yang diharapkan pada 1.5 in, d1kurang1 material ditabelkan d1 kolorn
38.1. Akan tctapi, dalam pcrhitungan komposisi awal scharusnya kandungan udara JUga ada
scbagai suatu pcrscn kcscluruhan
<I Jika menggunakan agregat bcsar pada beton dcngan fAS bcsar, gelcmbung udara yang ada b1sa
saja tidak mcngurangi kckuatan. Dalam banyak hal, pcrsyaratan air campuran akan berkurang
jika FAS bertambah, artinya pcngaruh rcduksi kckuatan akibat nir entrained akan berkurang.
f) Harga-harga ini bcrdasarkan kriteria 9% udara d perlukan pada fase mortar. Jika volume mortar
sangat berbeda dengan yang ditcntukan dalam rckomcndasi prnktis ini, besamya dapat dihitung
dengan mcngambil 9% dari volume mortar sesungguhnya.

4. Tetapkan nilai Faktor Air Semen dari Tabel 8.5. Untuk


nilai kuat tekan dalam Mpa yang berada di antara nilai
yang diberikan dilakukan interpolasi.

Tabel 8.5 Nilai Faktor Air Semen


FAS
Kekuatan Tekan Beton Beton
28 hari* (Mpa)** Air-entrained Non Air-entrained
41.4 0.41 -
34.5 0.48 0.4
27.6 0.57 0.48
20.7 0.68 0.59
13.8 0.62 0.74
*) Besar kekuatan tekan diestimasi atas beton yang mempunyai kandungan udara tidak melebihi
seperti yang tercantum dalam Tabel 3.4. Untuk harga FAS yang konstan, kekuatan tekan beton
akan berkurang jika kandungan udara bertambah. Kekuatan ini berdasarkan beton yang
kelembabannya dijaga (curing) pada temperatur 23±1.7°C, sesuai dengan ASTM C-31
"membuat dan merawat benda uji tekan dan lentur di lapangan", dengan uji silinder diameter
150 mm, tinggi 300 mm.

5. Hitung semen yang diperlukan dari langkah (8.1.2.3) dan


(8.1.2.4), yaitu jumlah air dibagi dengan faktor air semen.
6. Tetapkan volume agregat kasar berdasarkan agregat
maksimum dan Modulus Halus Butir (MHB) agregat
halusnya sehingga didapat persen agregat kasar (Tabet 8.6).
Jika nilai Modulus Halos Butirnya berada di antaranya,

Peranca11ga11 Campuran - 163


maka dilakukan intcrpolasi. Volume agrcgat kasar = pcrscn
agrcgat kasar dikalikan dcngan bcrat kcring agrcgat kasar.
7. Estimasikan berat beton segar berdasarkan Tabcl 8.7,
kemudian hitung agregat halus, yaitu berat bcton scga r -
(berat air+ berat semen + berat agr egat kasar)
8. Hitung proporsi bahan, semen, air, agregat kasar dan
agregat halus, kemudian koreksi berd asakan nilai daya
serap air pada agrcgat.
( 1) Semen didapat dari langkah 8. 1.2.5
(2) Air didapat dari langkah 8.1.2.3
(3) Agregat kasar didapat dari langkah 8.1.2.6
(4) Agregat halus didapat dari langkah 8.1.2.7, dikurangi Iangkah
[(8.1.2.3) +(8. l.2.5)+(8.1.2.6)]

9. Koreksi Proporsi Campurannya.

Tabel 8.6 Volume Agregat Kasar Per Satuan Volume Belon


Uk.'1.lran
Volume Agregat kasar kering* persatuan volume untuk berbagai
Agregat modulusa halus butir
Maks (mm) 2.40 2.60 2.80 3.00
9.5 0.50 0.48 0.46 0.44
12.7 0.59 0.57 0.55 0.53
19.1 0.66 0.64 0.62 0.60
25.4 0.71 0.69 0.67 0.65
38.l 0.75 0.73 0.71 0.69
50.8 0.78 0.76 0 .74 0.72
762 0.82 0.80 0.78 0.76
152.4 0.87 0.85 0.83 0.81
•) Volume ini didasarkan atas agregat kasar kondisi kering oven (dry-rodded) sesuai dengan ASTM
C-29, "Satuan Berat Agregat". Volume ini dihasilkan dari hubungan empiris yang menghasilkan
beton dcngan tingkal kemudahan pengerjaan yang tinggi, cocok untuk beton biasa. Untuk beton yang
kurang mudah dikerjakan dalam syarat konstruksi maka nilai ini dapat dinaikan seki tar 40%. Untuk
beton yang lebih mudah dikerjakan kandungan agregat kasamya dapal dikurangi sek itar I 0%, apabila
nilai slump dan FAS telah dipenuhi.

164 • Tekno/ogi Belon


t ·kuran A g rcgat Maks Belon /\ir-cntraincd Belon Non !\1r-entra111cd
(mm)
9.5 2.304 2,214
12.7 2,334 2,256
19. 1 2,376 2.304
25.4 2,406 2,340
38. 1 2,442 2,376
50.8 2,472 2,400
7 6.2 2,496 2,424
15 2.4 2,538 2,472
•) Harga-harga yang dicantumkan adalah untuk beton dcngan semen scdang (E3j 3.14)
dan agregat sedang (bj 2 .7). Persyaratan air campuran dcngan slump 3-4 in atau
76.2 mm- 12.5 mm, dari tabel 5.5.2, ASTM C.143.

8.2.3 Kekurangan dan Kelebihan


(1) Cara ini merupakan cara coba-coba (eksperimental) untuk memper-
oleh proporsi bahan yang menghasilkan konsistensi. Jika dipakai
agregat yang berbeda akan menyebabkan konsistensi yang berbeda
JUga.
(2) Nilai Modulus Halus Butir (MHB) sebenamya kurang menggam-
barkan gradasi agregat yang tepat. Untuk agregat dengan berat j enis
yang berbeda, perlu dilakukan koreksi lagi.

8.2.4 Contoh Hitungan


Rencanakan campuran beton dengan mengunakan data-data sebagai
berikut. Direncanakan sebuah balok struktur untuk pekerjaan beton
dengan volume pekerjaan sekitar 800 m 3 , dengan mutu 25 Mpa.
Pengawasan pelaksanaan baik. Direncanakan mengunakan butir maksi-
mum agregat sebesar 40 mm. Data analisis saringan tercantum dalam
Tabel 8.8. Hasil pengujian laboratorium memberikan berat satuan agregat
kering tungku sebesar 1.600 kg/m 3 • Daya serap air agregat kasar sebesar
3.419% dan Agregat Halus sebesar 2.004%.

Perancangan Campuran - 165


Tabet 8.8 Analisa Sari11ga11 Agregar /-la/us

Saringan (mm) Bernt Tcrtinggal (gram)


9.52 0
4.76 100
2.4 220
I. I 350
0.6 780
0.3 590
0. 15 360
s1sa 100
Jumlah 2500

Penyelesaian:

Tabet 8.9 Me11ghitu11g Modulus Ha/us Bulir dan Kontrol Syarat M utz, ASTM
C.33
Saringan Butir % tinggal Butir Lolos Syarat
(mm) Tertinggal Kumulatif ASTM C.33
Gram % % Kumulatif
9.52 0 0.0 0.0 100.0 100 100
4.76 100 4.0 4.0 96.0 95 95 -100
2.4 220 8.8 12.8 87.2 80 80 -100
1.1 350 14.0 26.8 73.2 50 50 -85
0.6 780 31.2 58.0 42.0 25 25 -60
0.3 590 23.6 81.6 18.4 10 10 -30
0.15 360 14.4 96.0 4.0 2 2 -10
sisa 100 4.0 - - -
Jumlah 2500 279.2

Dari hasil hitungan analisis saringan agregat halus, syarat gradasi


yang diberikan oleh ASTM C.33 telah terpenuhi. Didapat Modulus Halus
Butirnya, yaitu persentase kumulatif yang tertinggal pada satu set ayakan
dibagi dengan seratus, didapat sebesar 279.2/ 100=2. 792 yang dibulatkan
menjadi 2.8

J66 - Teknologi Beton


LANGKAH PERTAM/\ . (8 . 1.2.1)
rvknghitung kuat tckan rata-rata (1\-r)
Volume pekerjaan 800 m 3 < I 000 m3
Penga\.vasan n1utu pclaksanaan baik ➔ dari tabcl 8. 1,
Standar d eviasi 5.5 < s < 6.5 diambil s = 6 MPa.
fer= fer+ m
m = 1.64 s ➔ m= l .64x6=9.84 MPa.
fer= 25+ 9 .84 =34 .84 MPa.
LANGKAH KEDUA. (8. 1.2.2)
Menentukan nilai slump dan agregat maksimum
Dari Tabel 8.2 untuk konstruksi balok, slump diambil 101.6 mm,
agregat maksimum ditentukan 40 mm.
LANGKAH KE-TIGA (8.1.2.3)
Jumlah air yang dibutuhkan tercan tum dalam Tabel 8.4. Berdasarkan
nilai slump dan agregat maksimum, didapat 180 lt/m3 .
LANGKAH KE-EMPAT (8 . 1.2.4)
FAS yang dibutuhkan berdasarkan nilai kekuatan tekan estimasi
beton umur 28 hari dengan f' er 34.84 MPa (34.5) dalam Tabel 8.5
adalah 0.48.
LANGKAH KE-LIMA (8.1.2.5)
Semen yang dibutuhkan,(3):(4) ➔ 180/0.48 = 375kg
LANGKAH KE-ENAM (8.1.2.6)
Tentukan volume agregat kasar berdasarkan MHB agregat halus dan
ukuran maksimum agregat (Tabel 8.6). MHB = 2.8 dan ukuran
maksimum 40 mm (38.1 mm by ASTM), didapat nilai 0.71. Berat
agregat kasar = 0.71 x 1.600 kg/m 3 = 1137.42 kg/m3 , dibulatkan
menjadi 1137 kg/m 3
LANGKAH KE-TUJUH (8.1.2.7)
Estimasi berat beton segar berdasarkan ukuran maksimum agregat 40
mm (38.1 mm), beton air-entrained Tabel 8.7, didapat 2.442 kg/m3 •
Didapat berat agregat halus, 2442-(3 75+ 180+ 1137) = 750 kg!m3 •
LANGKAH KE-DELAPAN (8.1.2.8)
Proporsi campuran beton per meter kubik

Perancangan Campuran - 167


SEMEN = :,75 K g
AIR = 180 Liter
AGREGAT KASAR = 11 37 Kg
AGREGAT HALUS = 750 K g
Jumlah = 2442 Kg

LANGKAH KE-SEMBILAN (8.1.2.9)


Koreksi proporsi campuran beton per meter kubik
AGREGAT KASAR (Daya serap air 3.419%) ➔ 1137 x 1.03419 =
1175.87 dibulatkan menjadi 1176 kg. AGREGAT HALUS (Daya
serap air 2.004%) ➔ 750 x 1.02004=765,03 dibulatkan menjadi 765
kg. AIR menjadi, 180 - [(0.02004X750) + (0.03419X 113 7)) =
126.09 liter, dibulatkan menj adi 126 Iiter.

SEMEN = 375 K g
AIR = 126 Liter
AGREGAT KASAR = 1176 Kg
AGREGAT HALOS = 765 Kg
Jumlah = 2442 Kg

Kesimpulan:
Campuran ini kemungkinan sulit untuk dikerjakan jika proporsi
aimya tidak ditambah dan atau tidak menggunakan vibrator untuk
memadatkannya. Untuk mempemmdah hitungan sebaiknya diguna-
kan tabulasi.

8.3 Metode Road Note No.4


Cara perancangan ini disimpulkan dari hasil penelitian Glan-
ville.,et.al, yang ditekankan pada pengaruh gradasi agregat terhadap
kemudahan pengerjaan.

8.3.1 Langkah Perancangan


Secara umum langkah perancangan dengan menggunakan metode ini
adalah sbb:
1. Hitung kuat tekan rata-rata rencana, berdasarkan
kekuatan tekan rencana dan nilai margin

168 - Teknologi Beton


( l) Nilai margin (m) 1.(>4 * Stall<Jar Dcvias1
(2) Nilai stan<lar dc viasi ditcntukan dari data yang lalu atau diambil
dari Tabcl 8.10 bcrdasarkan tingkat pengendalian mutu
pekcrjaan.

Tabet 8.10 Deviasi Standar

endalian mutu cker·aan S (MPa


Memuaskan 2.8
Sangat B aik 3.5
Baik 4.2
C ukup 5.6
Jelek 7.0
Tan a Kendali 8.4

2. Tentukan FAS, dari grafik 8.3 dan berdasarkan keawetan


Tabel 8.11 Pilih nilai yang terkecil

Tabel 8.11 Persyaratan FAS


Jenis Beton Kondisi Lingkungan·> FAS Maks
Ringan 0.65
Beton bertulang biasa Sedang 0.55
Berat 0.45
Ringan 0.65
Pra-tegang Sedang 0.55
Berat 0.45
Ringan 0.70
Beton tak bertulang Sedang 0.60
Berat 0.50
Rmgan : Terlmdung dan cuac a
Sedang : Terlindw1g dari hujan deras, Tertanam dalam tanah dan selamanya terendam air.
Berat : Terkena air laut, air payau, mengalami pergantian basah dan kering.

3. Buat proporsi agregat dari masing-masing fraksi (perban-


dingan antara agregat halus dengan agregat kasar),
sehingga masuk dalam salah satu kurva dalam Grafik 8.3.1
sampai 8.3.4 ASTM C-33.

Perancangan Campuran - 169


4. Tetapkan proporsr antara agregat d engan serne n bcrdasar-
kan tingkat kemudahan pengerjaan, dia111ete1· 111aksimu m
agregat, bentuk dan FAS (Tabel 8.12).

5. Hitung proporsi antara semen, air, dan agr egat d en gan


dasar FAS dan proporsi an tara agregat sem e n y an g
diperoleh dari langkah (8.2.1.2) dan (8.2.1.4)

80

70

60 '' ,.

' "- "


.. ~
. ,-
' - ..
~,i..
-
' ~
' '
I •
' '",,_ '•
I, "-

.. "
-.. '"
~ - '
.......
-
CII
-' ' ' ..... ..
'
' "' • "'
.. .' .. ....
I"'-. •
~ 30 .
......

. '. -. '- • -·. ..
...
.. ..... •
20
......
....

.. ... ...
...
.
--
...
-- - ..
.. ......
.. . .. --.. --·
--·· ·
....
-
....
.......
. ..-
.;:-
....
. .. .. - .. ---· -
--
.
- .. - .. --
.--. .. - ..---- ---- -- - ------ - -- - -
~

...._
, ........: -
..........
10 ...._ ..... -

.. .. - -- -
I, -
-
- -- -
-

" - ■

0
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0
Faktor Air Semen

Gambar 8.3 Grafik FAS dengan Kuat Tekan

170 - Teknologi Beton


~
100

90 - -

80
.-------.-,--- r
- -■-
G RADASI CAMPURAN
Kurva

- ~.t.-- Kurva
1

2
lt
_ ___ L_[_ !
l -_\r 1

➔----+--+---< ---)><--
1
~
C: 70 Ku rv a 3 [ 1-

~-J::_r -
CV
.:,,:.
Ku rva 4

c
CV 60 - --t----t----1 ---l)I(--
>,
<
0
Cl)
0
50 -

40
---""""-- . - 47

....I
C: 30
Cl)
Cl)
...
G) 20
Q.
10

0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6 19 38

Ukuran Saringan (mm)

Gambar 8.3 .l Persen butir yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir
maksimum 40 mm.

GRADASI CAMPURAN ·-
100
-~ w
-
~
0

C
90
80 ---Kurva 1
_L
,,.,,.. -L<::"
~ /
('s_y
) ( 14
CV 70 _.,_Kurva2 - -
.!II:
IQ
>,, 60 ~ Kurva3 , 57
_.,.V / V
< Cl) 50
~
_.,.,,v-
~ /47
0 / it""46 /
0
..J
C
Cl)
40
30
20 /
/
-~__..<.'
....- -__,c
-
!..--'""'"

-/
/
I ..:o

~
Cl) / ~ "'
......-;-;--
....- __.... 1.----<1 I 111

Q. 10 -
0
,::;.._ :.--- -
0.15 0 .3 0 .6 1.2 2.4 4.8 9.6 19 38
Ukuran Saringan (mm )

Gambar 8.3.2 Persen butir yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir
maksimwn 30 mm.

Perancangan Campuran - 171


100
GRADASI CAMPURAN - IOC

-
::!!
~
C
90
80
- - - Kurva 1
--.- Kurva2
/
.
/
Vfa;rl
vJ
nl 70
.::,r.
~ 60
~ Kurva3 V; (fj
< 50 ---Kurva 4 / V ,,.. /;S5
Cl)

' ~ ~ ~'.>'
0 V _,,I
40 ' 45
0

-- ---
_...; ~ L.-, n! .....-! ~
·-
...J v
C
30
~
~ l8
(I)
CII 20 /. ~ ~
....
(I)
.~ ~ .-r-( i...- 1'16
_.-, .,,,,
0. 10
"' - ~
"
y
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2A 4.8 9.6 19 38

Ukuran Saringan (mm)

Gambar 8.3.2 Persen butir yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir
maksimum 20 mm.

100
GRADASI CAMPURAN·--
90 A
~ ---Kurva 1
!.., 80 / '/II
C
ca 70
-.-Kurva 2 ..) /71 I/
.::,r. .....
ca
>. 60
~ Kurva3 I./
--
VJ
<en · 50 __._Kurva4 /
V J
V '/7
0 -/ 1("46
L-----1 I("46 ,.,. 'Js
0 40
~~ .,.,- ~7 __./4 ./ =--
--
...J
30
C
a, _/ v. ' .£ti
~ .~
fa,
0.
20
10
J~
"'
~ ~ I-T1' ■--
,v - -- ----
. ~J.. - ~
0
0.15 0-3 0.6 12 2.4 4.8 9_6 19 38

Ukuran Saringan (mm)

Gambar 8.3.4 Persen butir yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir
maksimum 10 mm.

172 - Teknologi Belon


Tabcl 8.12 Proporsi Agregal de11ga11 Semen (herat)

Jcnis Agrcgat Ukur-an FAS Agrcgat/Ce mcnt (A/ C)


Kasar Maksium
0.35 2.9
Alami 40 mm 0.40 4.3
0.45 5.7
0.50 7. 1
0.55 8.1
0.40 3.2
0.45 3.9
Di Pecah 40mm 0.50 4.7
0.55 5.4
0.60 6.1
0.65 6.8
0.35 2.8
Alami 20mm 0.40 3.9
0.45 5.0
0.50 5.9
0.55 7.4
0.60 8.0
0.35 2.3
0.40 2.9
Di Pecah 20mm 0.45 3.4
0.50 3.9
0.55 4.5
0.60 4.9
0.65 5.4
0.70 5.8

6. Kebutuhan dasar dari beton dihitung dari volume absolut,


prinsip hitungan ialah volume beton padat sama dengan
jumlah absolut volume bahan-bahan dasarnya. Proporsi
campuran dapat dihitung jika diketahui:
Ys = berat jenis semen
Yag.h = berat jenis agregat halus
Yag.k = berat jenis agregat kasar
Yair = berat jenis air
v = prosentase udara dalam beton
S = berat semen yang diperlukan dalam l m3 •

Perancangan Campuran - 173


Dengan mcnghitung bcrdasarkan harga semen.
s p .s p .s A.S l
- - + __ Ag_.h _ +-A _i_:_.J.._ + - + 0.01."=I 111 .
)'s ]' nir YA!!.h J' nir J' Ag k J' nir J' air

8.3.2 Kekurangan dan Kelebihan


(I) Gradasi yang tersedia pada langkah ketiga (8.2. 1.3) dimana ada
empat l1.rrva, kenyataannya sulit untuk dipenuhi di lapangan.
(2) Bentuk agregat pada langkah keempat (8.2.1.4) agak sulit dibedakan
(antara bulat dengan tidak teratur). Kesulitan lain jika digunakan
campuran antara agregat alami dengan batu pecah.

8.3.3 Contoh Hitungan


Rencanakan campuran beton dengan mengunakan data-data sebagai
berikut. Direncanakan sebuah balok strnktur untuk pekerjaan beton
dengan mutu 25 MPa. Pengawasan pelaksanaan baik. Agregat maksi-
mum sebesar 40 mm. Data analisis saringan didapat dalam Tabel 8.13.
Hasil pengujian laboratorium memberikan data sebagai berikut:

Tabel 8.13 Analisa Saringan Agregat


Saringan (mm) Berat Tertinggal (gram)
Agregat Halus Agregat Kasar
50.0 0 0
37.5 0 0
19.0 0 1620
9.52 0 340
4.76 90 400
2.4 135 140
I.I 240 0
0.6 240 0
0.3 175 0
0.15 105 0
sisa 15 0
Jumlah 1000 2500

174 - Teknologi Beton


data-data lainn ya.
Ys = bcrat jcnis se men = 3. 14
Yag.h = bcrat jcnis pasir = 2.72
Yag.k = bcrat j cnis bt.pccah (JPK) - 2.66
Yair = bcrat jenis air = 1.00
v = prosentase udara dalam beton = 2.00%
M odulus halus campuran clirencanakan antara 5 - 6.5.

Penyelesaian :

LANGKAH 1 (8.2 .1. l )


Menghitung kuat tekan rata-rata rencana.
Kuat rencana (fc) = 25 MPa, dari tabel 8.10 di dapat nilai s=4.2, jadi
m=l.64 x4 .2= 6.888 MPa, maka f cr=25+6.888=3 l.888 MPa, di
bulatkan menjadi 32 MPa.
LANGKAH 2 (8.2.1.2)
Menghitung FAS
Berdasarkan jenis konstruksi. Balok merupakan konstruksi beton
bertulang biasa . Untuk kondisi sedang, tabel 8.11 , di dapat 0.55. dari
Gambar 8.3, dengan f'cr=32 MPa pada umur 28 hari menggunakan
semen biasa . Di dapat FAS=0.48. Dari kedua nilai FAS m 1 yang
terkecil yang di pakai, yaitu FAS=0.48.
LANGKAH 3 (8.2.13)
Menghitung perbandingan agregat kasar dan halus data Tabel 8.14.

Tabel 8.14 Modulus ha/us butir


Saringan B e rat te rtin ggal Berat tertinggal (%)
(mm) (gram ) Ag.Halus Ag.Kasar
\
A g.Halus A g.Kasar Persen kumulative Persen kumulative
50 0 0 0 0 0 0
37.5 0 0 0 0 0 0
19 0 1620 0 0 65 65
9.52 0 340 0 0 14 78
4:76 90 400 9 9 16 94
2.4 135 140 14 23 6 100
i.t 240 0 24 47 0 100
'

Perancangan Campuran - 175


-- - - -
0.(1 240 0 24 71 0 100
()J 175 0 IS 88 0 100
0.15 105 0 II 99 0 100
sisa 15 0 2 - - -
Jumlnh 1000 2500 100 335.00 100.00 737.60

Di dapat:
MHB Agregat halus = 335/1 00 =3.350
MHB Agregat halus = 737.60/ 100 =7.376
Perbandingan antara agregat halus dengan agregat kasar dapat dicari
dengan memasukan MHB campuran antara 5 - 6.5 , melalui cara
coba--coba. Jika hasil gradasi campuran telah memenuhi syarat
gradasi yang ditetapkan, barulah dapat dihitung perbandingan agregat
campuran. Agar pekerjaan ini lebih cepat, sebaiknya digunakan alat
bantu komputer dan "spreadsheet program" seperti Lotus ataupun
Excel.

Misalkan dicoba agregat campuran yang mempunyai MHB 6.25


W=[(K-C)/(C-P)]xl00%=[(7.376-6.25)/(6.25-3 .35)]x 100%=
38.82758621 %, dibulatkan menjadi 38%
Jadi Ag.H:Ag.K=l:2.58, gradasi campurannya dihitung dengan Tabel
8.15.

Tabel 8.15 Perbandingan agregat halus dan kasar


Berat Tertinggal Bera\ Lolos Persen Lolos (%)
Saringan (1r) (1 r)
(mm) Ag. Ag. Ag.H Ag.K Ag.H Ag.K Ag.H*I Ag.K• Ag.H+ Gradasi
Halus Kasar X2.58 Ag.K Aregat
Campuran _
(0) (I ) (2) (3) (4) (5) (6) (7)"' (5)x (8)= (9)= ( I0)= (9)/3.58
p (6)xK (7)+(8)
50 0 0 1000 2500 100 JOO 100 258 358 100
37.5 0 0 IOOO 2500 100 100 100 258 358 JOO
19 0 1620 IOOO 880 100 35 JOO 91 191 53
9 .52 0 340 1000 540 100 22 100 56 156 44
4.76 90 400 910 140 91 6 91 14 105 29
2.4 135 140 775 0 78 0 78 0 78 22
I.I 240 0 535 0 54 0 54 0 54 15

176 - Teknologi Belon

_..
0.6 240 0 ns
. () rn n H) () JO 8
0 .3 175 0 120 () 12 0 12 0 12 3
0 .15 105 0 15 () 2 () 2 () 2 0

sisa 15 0 - - - - - . . .

Jumlah 1000 2500

Gradasi campuran kolorn ( 10) diplotkan pada grafik 8.3. l untuk butir
maksin1um 40 mm (Syarat ASTM C-33 ). Setelah diplotkan
memenuhi syarat, yaitu masuk antara kurva (l) dan kurva (2).
Dari sini dapat dijelaskan bahwa agregat campuran diharapkan
nantinya dapat menghasilkan campuran yang baik namun akan
memerlukan lebih banyak semen dan air.

LANGKAH 4 (8.2.1 .4)


Menghitung proporsi A/C
Agregat menggunakan agregat pecahan dengan butir maksimum 40
mm dan FAS 0.48. Dari Tabel 8.12 didapat nilai untuk FAS=0.45 ➔
A/C=3 .9, dan FAS=0.50 ➔ 4.7. Jadi, untuk FAS=0.48 dilakukan
interpolasi dan didapat A/C={[(4.7-3.9)/(0.5-0.45)]x(0.48-
0.45)}+3.9=4.38.

LANGKAH 5 (8.2 .1.5)


Menghitung proporsi Campuran, Agregat/Cement (A/C) = 4.39

LANGKAH 6 (8.2.1.6)
Menghitung kebutuhan bahan dasar
Di ketahui:
Ys = beratjenis semen = 3.14
Yag.h = berat jenis pasir =2.72
Yag.k = berat jenis bt.pecah (JPK) =2.66
Yair = be_rat jenis air = 1.00
v = prosentase udara dalam beton = 2.00%
3
S = berat semen yang diperlukan dalam 1 m •
Perbandingan campurannya:
Semen : Pasir : Kerikil : Air = 1 : Proporsi Ag.H : Proporsi .Ag.K :
Air

Perancangan Campuran - 177


Maka nilai semen (S) dapat dihitung dari pcrsa maan bc rikut.
Kebutuhan air. agregat halus. dan agrcgat kasar dihitung da ri hasi l
hitlmgan semen.

}' ~ i' <ri1 }' Ag.h Y<rir YAi: k Y<rir }' :iir

(S/3. 14)+[(4.39*38%*S)/2.72]+
[(4.39*62%*S)/2.62]+(0.4SS/1)+(0.01 *2%)= 1
S= 0. 9998/2.435 = 0.4 l Oton = 410 kg.

3
Untuk 1 rn . beton segar
Semen = 410 kg
Air 410*0.48 = 197 liter
Agregat Halus 4.39*410*38% = 684 Kg
Agregat Kasar 4.39*4 l 0*62% = 1116 Kg
Jumlah = 2407 Kg

Kesimpulan:
Hasil hitungan proporsi beton harus dikoreksi kembali akibat daya
serap air.
Hasil hitungan memperlihatkan bahwa komposisi semen cukup
tinggi. Ha] ini terjadi karena gradasi campuran berada pada daerah
antara kurva (1) dan (2). Agar didapatkan semen yang rendah
(minimal) maka proporsi campuran diubah kembali.

8.4 Metode Standar Nasional Indonesia


SK.SNI.T-15-1990-03
Perancangan cara Inggris atau dikenal dengan metode Departemen
Pekerjaan Urnum yang tertuang dalam SK.SNI.T-15-1990-03 "Tata Cara
Pembuatan Rencana Campuran Beton Norma]" merupakan adop si dari
cara Department of Environment (DoE), Building R esearch
Establishment, Britain.

178 - Teknologi Beton


8.4.1 Syarat Pcrancangan
8.4. 1.1 Kuat tekan rcncana (MPa)
S eton yang dirancang hams memenuhi pcrsyaratan kuat tckan rata-
rata, yang memenuhi syarat bcrdasarkan data dcviasi standar hasil uji
kuat tekan yang lalu (umur 28 hari) untuk kondisi dan jenis konstruksi
yang sama. P ersyaratan kuat tekan didasarkan pada hasil uji kuat tekan
silinder. Jika m en gunakan kuat tekan dengan hasil uji kubus bersisi 150
mm, ma ka has ilnya haru s dikonversi menggunakan persamaan:
f c = [0.76 + 0.2 Log (f' ck /15)] f' ck,
diman a:
rc = Kuat tekan beton yang disyaratkan, MPa.
f ck = Kuat tekan b eton, MPa, dari uj i kubus beton bersisi 150 mm.
Data kuat tekan sebaga i dasar perancangan, dapat menggunakan hasil
uji kurang dari 28 hari berdasarkan data rekaman yang lalu untuk kondisi
pekerjaan yang sama dengan karakteristik lingkungan dan kondisi yang
sama. Jika menggunakan hal ini maka dalam perancangan harus
disebutkan (dalam gambar atau dalam uraian lainnya), dan hasilnya
dikonversi untuk umur 28 hari berdasarkan Tabel 8.16 (PB, 1989: 16).

Tabel 8.16 Perkembangan Kuat Tekan untuk Semen Portland Tipe I


Umur beton (hari) 3 7 14 21 28
Semen Portland Tipe 1 0.46 0.70 0.88 0.96 1.00

8.4.1.2 Pemilihan proporsi campuran


Rencana kekuatan beton didasarkan pada hubungan antara kuat tekan
dengan faktor ·air semen. Pemilihan proporsi campuran beton harus
memenuhi syarat atau ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
(1) Untuk beton dengan kuat tekan f' c lebih dari 20 MPa, proposi
campuran percobaan harus didasarkan pada campuran berat ( weight
batching), (PB, 1989: 17),
(2) Untuk beton dengan kuat tekan f' c hingga 20 MPa, proposi campuran
percobaan boleh didasarkan pada campuran volume (volume batching

Perancangan Campuran - 179


- ASTM C.685). Pcnakaran volume harus didasarkan pnda proporsi
campuran dalam berat yang dikonversikan kc dalam volume
berdasarkan berat satuan volume (hulld11g) dari masing-mas ing bahan
(PB.1989: 17).
(3) Khusus untuk beton yang direncanakan mempunyai kekuatan scbcsar
10 MPa. bila pe11imbangan praktis dan kondisi setempat tidak
memungkinkan pelaksanaan beton dengan m engikuti prosedur
perancangan proporsi campuran (PB, 1989: 17), dapat digunakan
perbandingan IPC:2Agregat Halus:3Agregat Kasa r, dengan nilai
slump beton tidak boleh melebihi 100 mm. Jika beton tersebut
digunakan untuk struktur yang kedap air, dapat digunakan
perbandingan I PC: l .5Agregat Halus:2.5Agregat Kasar

8.4.1.3 Bahan campuran


Bahan yang digunakan dalam campuran harus me1nenuhi syarat
standar yaitu (1 ). Air hams memenuhi syarat yang berlaku, dalam hal ini
tertuang dalam SK.SNI.S-04-1989-F tentang Spesifikasi Air Sebagai
Bahan Bangunan. Air yang dapat diminum dapat langsung digunakan,
jika tak memenuhi syarat atau tak dapat diminum, air yang digunakan
harus rnernenuhi syarat uji perbandinga11 kekuatan tekan dengan
menggunakan bahan dari air standar, minimal memenuhi syarat 90% kuat
tekannya. Perbandingan campuran dibuat dan diuji berdasarkan syarat uji
ASTh1 C.109, "Test Methods for Compressive Strength of Hydraulic
Cement Mortars (using 50 mm cube specimens)". (2). Semen harus
memenuhi syarat SII-0013-81, tentang "Mutu dan Cara Uji Semen
Portland" atau SK.SNLS-04-1989-F "Spesifikasi Bahan Perekat Hidrolis
sebagai Bahan Bangunan". (3). Agregat harus memenuhi syarat SII-0052-
80 tentang "Mutu dan Cara Uji Agregat Beton" atau SK.SNI-S-04-1989-
F, "Spesifikasi Agregat sebagai Bahan Bangunan" (4). ~ahan tambah
yang digunakan harus memenuhi syarat SK.SNLS-18-1990-03
"Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton" atau SK.SNLS-19-1990-03
jika menggunakan bahan tambahan gelembung udara.

180 - Teknologi Beton


8.4.2 Perhitungan Proporsi (~a1npuran
8.4.2.1 Kuat tckan rata-rata ya ng direncanakan
Ni lai standar dcviasi didapat dari hasil pcngujian yang \alu untuk
kondis i peke rj aan dan lingkungan yang sama dengan benda uji yang lebih
besar dari 30 be nda uj i bcrpasangan. Jika jumlah beda uji lebih kecil dari
30, harus d ilakukan koreksi dan apabila tidak ada sama sekali maka
diambil n ilai tambahnya sebesar 12 MPa. l\1enurut rumusan:

s=
dimana S adalah standar deviasi, x ; adalah kuat tekan beton yang didapat
dari hasil pengujian untuk masing-masing benda uj i, x adalah kuat tekan
rata-rata dan n adalah j umlah data. Data hasil uji yang akan digunakan
untuk menghitung standar deviasi harus memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagai berikut.
(1) Mewakili bahan-bahan, prosedur pengawasan mutu, dan produksi
yang serupa dengan pekerjaan yang diusulkan.
(2) Mewakili kuat tekan beton yang disyaratkan (fc) yang nilainya
dalam batas + 7 MPa dari nilai f' c yang ditentukan.
(3) Paling sedikit terdiri dari 30 hasil uji yang berurutan atau dua
kelompok hasil uji berurutan yang jumlahnya minimum 30 hasil uji,
diambil dalam produksi selama jangka waktu tidak kurang dari 45
hari.
(4) Bila suatu produksi beton tidak mempunyai data hasil uji yang
memenuhi persyaratan, tetapi hanya ada sebanyak 15 sampai 29 hasil
uji yang berurutan, maka nilai deviasi standar dikalikan dengan
faktor pengali dalam Tabel 8 .17.
(5) Bila data hasil uji kurang dari 15, maka kuat tekan rencana yang
ditargetkan diambil sebesar f' c + 12 :tv!Pa.

Perancangan Campuran -181


Tabcl 8.17 Faktor Pengnli 1mt11k Deviasi Stamlar
Jumlah Pengujian Faktor Pengali Dcviasi Stnndar
Kurang Dari 15 Lihat butir 1.5.4.1 ( 1)
15 1.1 6
20 1.08
25 1.03
30 atau lebih 1.00
Catatan: nilai yang berada ~1 antaranya d1 lakukan mterpolas 1.

8.4.2.2 Nilai tambah atau margin


Nilai tambah atau margin dihitung menurut rumus m = k x s, dimana
m adalah nilai tambah, k adalah tetapan statistik yang nilainya tergantung
pada prosentase hasil uji yang lebih rendah dari f c (dalam hal ini diambil
1.64) dan s adalah standar deviasi. Rumus diatas dapat ditulis kembali
menjadi m=l.64s. Jadi ln1at tekan rencana yang di targetkan:
f' er = f' C + 1.64S.

8.4.2.3 Pemilihan Faktor Air Semen


Faktor air semen yang diperlukan untuk mencapai kuat tekan rata-
rata yang ditargetkan didasarkan pada:
(1) hubungan kuat tekan dan faktor air semen yang diperoleh dari hasil
penelitian lapangan sesuai dengan bahan dan kondisi pekerjaan yang
diusulkan. Bila tidak tersedia data hasil penelitian sebagai pedoman,
dapat digunakan Tabel 8.18 dan Grafik 8.4.1 atau 8.4.2 (SNI, 1990:6-
8).
(2) untuk lingkungan khusus, faktor air semen maksimum harus
memenuhi ketentuan SK.SNI untuk beton tahan sulfat dan beton
kedap air (PB,1989:21-23) seperti yang tercantum dalam Tabel 8.19,
8.20.1 dan 8.20.2 (SNI,1990:9-11).

182 - Tekno/ogi Beton


Tabcl 8.18 Perkiramr l11u1t teko11 heton de11ga11 /-'AS 0.5 da11 jenis 'iemen \·erta
agregat lw.rnr yang hia.rn dipakai di /11do11e.\W

KEKUJ\TAN
JENIS JENIS J\GREGJ\T TEKAN (MPa), BENTUK
SEMEN KASJ\R PJ\DJ\ UMU R BENDA UJl
(HARi)
3 7 28 91
Semen Batu tak dipecah (alami) 17 23 33 40 Silinder
Portland Tipe Batu pecah 19 27 37 45
I atau Semen Batu tak dipecah (alami) 20 28 40 48 Kubus
tahan Sulfat 23 32 45 54
Batu pecah
Tipe II, V
Batu tak dipecah (alami) 21 28 38 44 Silinder
Semen B atu pecah 25 33 44 48
Portland Tipe Batu tak d ipecah (alami) 25 31 46 53 Kubus
III B atu pecah 30 40 53 60
Sumber: Tabel 2, SN I.T-15-1990-03:6

Tabet 8.19 Persyaratan Jumlah Semen Minimum dan Faktor Air Semen
Maksimum untuk Berbagai Macam Pembetonan dalam lingkungan Khusus
Jumlah
Semen FAS
Deskripsi Min.dalam 1
m3 beton (kg)
Beton didalam ruangan bangunan :
a. Keadaan keliling non korosif 275 0.60
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh kondensasi atau
uao korosif 325 0.52
Beton diliuar ruang bangunan
a. Tidak terlindung dari hujan dan lerik malahari langsung 325 0.60
b. Terlindung dari huian dan terik malahari langsung 275 0.60
Belon yang masuk kedalam lanah
a. Mengalami keadaan basah dan kering bergan ti-ganti 325 0.55
b. Mendaoal oengaruh sulfat alkal i dari lanah atau air tanah Lihat tabel 8.20.1
Belon yang lerus-menerus berhubungan dengan air
a. Air tawar. Lihat tabel 8.20.2
b. Air laut
Sumber. Tabel 3, SNI-T-15-1991-03:7 .

Perancangan Campuran -183


Tabrl 8.20.1 J,.;cte11t11n11 1111111k Beton yang 8erh11h1111gan dengnn Air Tana!, yang
Mc11gm1d1111g Su((at
Kon~<'nlrn~i Sulfnt dnlnm h<'nlnk Kn11tl1111gn11 Sl'lll<'ll i\l i11 .
Kndar
so., Kg/rnJ l llrnrnn ~ominn l
Agrcgn t i\ l aks.
Gnnj?g Dnlnm Tnnnh Tipc Fnktor
uan
Totnl S0 3 dnlam Sulfnt S Clll('ll 40 llllll 20 lllll\ 10 mm Air
Sulflll
S0 .1 camp. (SO.1) Semen
(%) Air:Tanah=2 dnlnm nir
: 1 gr/It tnnnh. gr/It
I Tipe I
dengnn
Kuran Kurnng dari Kurnng
:1tn11 Tanpn
g dari 1.0 dnri 0.3 80 300 350
r ozolnn 0.50
0.2
(15-40%)
Tipe I
dengan atau
Tanpa
PozoIan 290 330 380 0.50
(15-40%)
Tipe I
Pozolan
2 01 1.0-1.9 0.3-1 .2 (15-40%)
atau Semen 270 310 360 0.55
Portland
Pozzolan
Tipe II atau 250 290 340 0.55
V
Tipe I
Pozolan
( 15-40%)
atau Semen 340 380 430 0.45
3 0.5-1 1.9-3. l I .2-2.5 Portland
Pozzolan
Tipc II alau 290 330 380 0.50
V
4 l.0-2.0 3.)-5.6 2.5-5.0 Tipe II atau 330 370 420 0.45
V
Tipe II atau
V dan 370 420 0.45
5 Lebih Lcbih dari 5.6 Lebih dari 330
dari 2.0 5.0 lapisan
., pelindung
Sumber: Tabel 4, SNI-T-15-1990-03: 10

184 - Teknologi Beton


Tabcl 8.20.2 f.. c·r,·11111011t\!i11r111111111111r11A /Jeto11 IJN t11/a11g Kee/op Air
,--

l(o ndi ,;I h1klor Air l{a ndung:111 Semen


I .in gk un gnn 'il'IIH' ll ~tinimum (Kg/ m,)
Jenis Tipc Semen
Berh11h1111ga n Mak-,in111111
Delon Uk uran Nominal Agreg:it
dcngan
1\1:ik~imum
40 mm 20 mm
Air Tawar 0.50 T,pc 1-V 280 300
Air Payau 0.45 T1pc I 1-
Pozolan ( 15-
40%) atau
8ertulan SClllCII 340 380
g atau portland
Prategan pozolan
g
0.50 Tipc II atau 290 330
V

Air Laut 0.45 Tipc II atau 330 370


V
Sumber: Tabet 5, SNI-T-15-1990-03: I I

Perancangan Campuran - 185


700 1 l l T 1 l 7 1 I 1 l l 1
,
70
:J__,_ - - - - -: ~ - ·7 7 1 l
+-•----------,_
'J\ Cara yang Perlama-tama haru s
__
, ,_ dilkuti dalam mencari harga Faktor
.

Air Semen berdasarkan Tabel 8 .18


600 ·•-
~
~~~ 1- - 1- _,_ - ,
-
_
- --
- -1- 1-- . - -
60

' \ t, ,- - -

~~~~1-1=rr~-=
,- ' -- '
-
\ . '
' ~'
500 \I
50
~~ ct'
'
I
- - - Semen Tipe I, II dan V - -
\ , 91 hari _ Semen Tipe Ill - -
-
N '
\

'
,, '\ '

-t 400 -- ' ~ 28 'hari ~


- '\·,' ' 40

-
Cl '
~ . 1\
' '
~
:I.
,, '
C:
ell
.:,c "
.
.
\
'
'
' ' .
CD '' '" ' ''
t- , I\ '
' ' I\ \ '
-ell 300 . 30
:,
~ --
,_ _ ' ' 14' hari
.'
' '\ .
' I\

\I ·N
,_
' '\ ' '\ ' '
'

,· ~-
200 ~ 3 hari
f\
I , I I I ·.I
" i\
' ' '\
.
'
'
'
"'

,
'
j'\ • •
"r--. '
"r-... •

r-. .... •
r-.. r-... ~.
,...:_, .
20
I \J I
" I'-.. .... ,. . ...~ -
r-...
', . . .
100
:"..._
I'-.

' , ....
' 1,
.
I.._!'-..
. .. ,.. .
. . ..... , . - . .
-.... - --
- -- ...-
--- --- -- - 10
. . . ..._ .
'r--.
- - - -

I
r---_
-- --- -- -- - -
-

, -i--
-
0 0
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0 .9 1 .0
Faktor Air Semen

Gambar 8.4.1 Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen untuk
Benda Uji Si/inder (diameter 150 mm, tinggi 300 mm)

186 - Teknologi Beton


900

800

700

600

..
- .. 30
300
= '\
3 hari
I'-. ', I"- '.
200 -L-.!--i-W+-t-" ~ .... .µ:·+ .+-"-i"-d
. . f-- . . . , tt-t-1H--H.7. -·,·-,;--1-n- 20
. . ,-f-.!·+-.::t-l-t-+-f'~

0+-1-1-.1..-1.--1-.1.-1.._j_L-+.-...J-L-L----'--i-'--.J..-L_._+-'-__J_._J'-'-+-'"-'--..______._+-''-'-__._._-t- 0

0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0


Faktor Air Semen

Gambar 8.4.2 Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen untuk
Benda Uji Kubus (150 x 150 x 150 mm)

Perancangan Campuran - 187


8.4.2.4 Slump
Slump ditetapkan scsuai dcngan kondisi pclaksanaan pckctjaan agar
diperoleh beton yang mudah dituangkan dan dipa<latkan atau dapat
memenuhi syarat workability. Jika tidak ada data yang lalu , nilai slump
dapat diambil dari Tabcl 8.2

8.4.2.5 Besar butir agregat maksimunt


Besar butir agregat maksimum dihitung berdasarkan ketentuan-
ketentuan betik.-ut:
(1) Seperlima jarak terkecil antara bidang-bi dang samping cetakan
(2) Sepertiga dati tebal plat
(3) Tiga perempat dari jarak bersih minimum di antara batang-batang
atau berkas-berkas tulangan.
8.4.2.6 Kadar air bebas
Kadar air bebas ditentukan sebagai berikut. Agregat yang dipecah
atau agregat yang tak dipecah (alami) menggunakan Tabel 8.21 dan
agregat campuran dihitung menurut rumus:
213 wh + 113 wk,
dimana Wh adalah perkiraan jumlah air untuk agregat halus, Wk adalah
perkiraan jumlah air untuk agregat kasar.
Tabet 8.21 PerJ..iraan Kadar Air Bebas (kg/m 3) yang Dibutuhkan untuk
Beberapa Tingkat Kemudahan Peke,jaan Adukan
Ukuran Besar Slump (mm)
Butir Agregat 60-100
Jenis Agregat 0-10 10-30 30-60
Maksimum
10mm Batu tak dipecah 150 180 205 225
Batu pecah 180 205 230 250
20mm Batu tak dipecah 135 160 180 195
Batu pecah 170 190 210 225
30mm Batu tak dipecah 115 140 160 175
Batu pecah 155 175 190 205
Sumber: Tabel 6, SNI-T-15-1990-03:13

188 - Teknologi Beton


Catatan :
( 1) Untuk s uhu di alas 20°C, sctiap kcnaikan 5°C harus dila~ahkan atr
scbanyak 5 lite r per meter kubik adukan hcton .
(2) Untuk pcrmukaan agrcgat yang kasar, harus ditambahkan air kira-
kira 10 1iter per meter kubik adukan beton.

8.4.2.7 Susunan gradasi agregat halus


Susunan gradasi agregat halus yang digunakan dalam campuran
beton harus memenuhi syarat gradasi. Dalam syarat gradasi menurut
SK.SNI.T-15-1990-03 dibagi menjadi 4 zona yaitu zona 1, 2, 3 dan 4
(lihat grafik 4 .5 .a d/d 4 .5 .d hal. 91-92) dan untuk agregat gabungan
dibagi menjadi 3 yaitu butir maksimum 40, 20 dan 10 (lihat hal.96-98,
grafik 4.6.a, 4.6.b dan 4 .6.d).

8.4.2.8 Proporsi agregat halus


Proporsi agregat halus ditentukan berdasarkan nilai ukuran butir
maksimum yang dipakai, faktor air semen, dan nilai slump yang diguna-
kan serta zona gradasi agregat halus. Nilai-nilai tersebut kemudian
diplotkan dalam Grafik 8.5.1 , 8.5.2 dan 8.5.3.

8.4.2.9 Berat J enis Relatif Agregat


Berat jenis relatif agregat diambil berdasarkan data hasil pengujian
laboratorium. Jika data tersebut tidak ada, untuk agregat kasar diambil
3
nilai 2.6 gr/cm3 dan untuk agregat halus diambil nilai 2.7 gr/cm • Berat
jenis agregat gabungan dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut:
Berat Jenis (BJ) Agregat Gabungan = [% Agregat Halus x BJ. Ag.Halus]
+ [% Agregat Kasar x BJ. Ag.Kasar]
Nilai agregat gabungan kemudian diplotkan kedalam Grafik 8.6 untuk
mendapatkan berat jenis beton dalam keadaan basah.

Perancangan Campuran -189


S1111l) 30 • 60 m n Sia,-µ 00 • 180 mi,

ro

....
V)
c,;s
1'~~'""'
0...
<:.>
V) Zl ~~~
~
t::
<:.>
en
....
0 1 ====lU=
02 0.3 0 4 0.5 0.6 07 08 0.9 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.6 0.9 0.3 0.4 0.5 0.6 0 7 0.8 0.9 0.3 0.4 0.5 0.6 0,7 0.8 0.9
0..
Faktor Air Semen
Gambar 8.5.1 Prosentasi Jumlali Pasir yang Dianjurkan untuk Daerah Susu11a11
Butir /, 2. 3 da11 4 de11ga11 Butir Maksimum Agregat IO mm

~0-1omn Sli.srp10•llmn SIUll> X> • 00 mn Shnp 00 -180 nm

80 Ee5lt:i 1:!S
:::i

?O ~=,;;;=

&:)

50

3)

20

10
02 0.3 OA 05 Q.6 OJ 0.8 0..9 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 O.S 09

Faktor Air Semen


Gambar 8.5.2 Prosentasi Jumlah Pasir yang Dianjurkan untuk Daerah Susunan
Butir 1, 2, 3 dan 4 dengan Butir Maksimum Agregat 20 mm

190 - Teknologi Beton


9U"Tl)0-10mn
c::
...,
':)I)
C
:::,
.0

;u at~ l1s
¢.~~I::
:-:l
(...J

ro :.::;,.:~~ilii:!iii:limiit

--1...
!D-.~
;::C-1
:3r
~§§1
:: :t
....
Vl
J) ~~~~..~-__..,...,."""11 ~
a..
'1)
•Jl

a:> ~ ~i-".::
sC
1.)
Vl
...
0
a..
02 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 08 0.9 0.3 0.4 05 0.6 0.7 0.8 09 0.3 0.4 0.5 06 07 08 0.9 03 04 05 06 07 08 09

Faktor Air Semen


Gambar 8.5.3 Prosentasi Jumlah Pasil· yang Dianjurkan untuk Daerah Susunan
Butir 1, 2, 3 dan 4 dengan Butir Maksimum Agregat 40 mm

Perancangan Campuran - 191


~ []1-,-= -~= = - ~ -:~ _-
-
11I
l
I I l l l 1l
...
E
2700
:=
__ i.... ~
:-,.I
:j·-=~~:=
... ___ ~-- ,.. .._ -
- -

-
,_

-
-
Bf'r;il Jf'lllS /\grl'gcll
Gat>1mn;i11 (Pas,r KenkiV
13;:itu Pe~111) /\tas Bat,1s
-
-
,.
-a,
~
2600
_J ~......_
.... -
-.. . . ....
-- ::::;: ....~ -
-
- -
-
-
l<ering Pcnnukaan
- - ,_
--
I-
~
;
...,1
....... ,_"""':-,..
-i-
... - -~ .... , - - - - -- - - -- - -
--- - ~ .... ..;; - - ,_
1--

-
"""':-,..
ft
...... ,_
.... .... :--,. .....I',
r-,....._

.... -
ID ~

-
,- -

~
~
.... ,....... ,_, .... ....
I
r.71 ~
:-
........ l[j ~·'hI.I.-
....
-
I -I -
r- ~ 2 .90 -
-:--, r"

.... ....
- - ·r I-
'Vll,,... rn r--.
---~
·-
:--, ~·,:: !iii 1

.... _ ....
- -
I-
2 .80 -

- j},

- -- - -- -- --
-..L :- "(" ),.
.... """ • k~ ,..... I I- 1--

,.
C -!'o,,
--- ..... ~
~ ...._
I I

...._ 1 I -~
--· -- _ - --- --- -
0 2 .70 - I-

ID
.,
i-,
2300
:-"""L
.... _ ....
r- 2 .60
I I
- -
... ,_ .... - --- -
I
2..50 -
I

-
-
; 2200 I
ID
-- 2 .40 _
I I -
2100
100 120 140 160 180 200 220 240 260 280
3
Kadar Air Bebas (Kg/cm )

Gambar 8.6 Perkiraa11 Berat Jenis Belon Basah yang Dimampatkan Secara
Penuh

8.4.2.10 Koreksi Proporsi Campuran


Apabila agregat tidak dalam keadaan jenuh kering permukaan (SSD),
proporsi campuran harus dikoreksi terhadap kandungan dalam agregat.
Koreksi proporsi campuran dilakukan terhadap kadar air dalam agregat
minimum satu kali dalam sehari dan di hitung menurut rumus sebagai
berikut
Air= B-(Ck-Ca)xC/ 100 - (Dk-Da)xD/ I 00
Agregat Halus= C + (Ck-Ca)xC/100
Agregat Kasar = D + (Dk-Da)xC/ 100
dimana:
B = jumlah air (kg/m3)
C = jumlah agregat halus (kg/m3)
D = jumlah kerikil (kg/m3)
Ca = absorsi air pada agregat halus (%)

192 - Teknologi Beton


Da = ahsors1 air pac.la agrcgat kasar (% )
Ci. . = kandungan ai r clalam agrcgat halus (% )
Di.; = kandun gan a ir dalam agrcgat kasar (% )

8.4.3 Langkah 1-Iitungan


Langka h h itungan mcnurut SK.SNLT-15 -1990-03 terbagi dalam 22
langkah (langkah ini dapat dibuat mcnj adi tabel). Adapun langkahnya
sebagai beriku t:
( I) Tentukan kuat tekan beton yang direncanakan sesuai dengan syarat
teknik a tau yang d i kehendaki oleh pemilik. Kuat tekan (f c) ini
ditentukan pada umur 2 8 hari.
(2) Hitung deviasi standar (s) berdasarkan data lalu.
f (3) Hitung nilai tambah (m), dimana m = 1.64.s. Jika data deviasi standar
tidak ada, ambil m = 12 MPa.
(4) Hitung kuat tekan rata-rata yang ditargetkan (fer), dimana f er= f c+m,
yaitu langkah (1) + (2).
(5) Tetapkan jenis semen yang digunakan.
(6) Tentukan jenis agregat yang digunakan, untuk agregat halus dan
agregat kasar.
(7) Tentukan FAS, jika menggunakan Gambar 8.4.1 atau 8.4.2 ikuti
langkah-langkah berikut:
(a) Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari berdasarkan jenis
semen dan agregat kasar serta rencana pengujian kuat tekan,
menggunakan Tabel 8.18 untuk FAS 0.5, sesuai dengan jenis
semen dan agregat yang digunakan.
(b) Lihat Gambar 8.4.1 untuk benda uji silinder dan Gambar 8.4.2
untuk kubus.
(c) Tarik garis tegak lurus pada FAS 0.50, sampai memotong kurva
kuat tekan yang ditentukan.
( d) Tarik garis mendatar dari kuat tekan yang didapat dari Gambar
8.4.1 atau 8.4.2, sampai memotong garis tegak lurus untuk FAS
0 .5. Gambarkan kurva barn.

Perancangan Campuran - 193


(e) Dari kurva baru tcrscbut tarik garis mcn<latar untuk kuat tckan
yang ditargetkan sampai memotong kurva haru tcrscbut.
Kemudian tarik ke bawah hingga didapatkan nilai F J\S .
(8) Tetapkan FAS maksimum mcnurut T abcl 8. 19 dan untuk
lingk1mgan khusus Tabel 8.20.1 dan 8.20.2. Dari langka h (7) dan (8)
pilih yang paling rendah.
(9) Tetapkan nilai slump. Jika tidak ada data yang lalu , ambil dari Tabel
8.2
( 10) Tetapkan ula1ran butir nominal agregat maksimum,
( 11) Tentukan nilai kadar air bebas dari Tabel 8.2 1.
( 12) Hi tung jumlah semen yang besarnya dihitung dari kadar air bebas
dibagi Fal...'tor Air Semen (FAS), yaitu langkah ( 1 1) : (8)
(13) Jumlah semen maksimum diabaikanjika tidak ditetapkan.
(14) Tentukan jumlah semen minimum dari Tabel 8.19 d an untuk
lingkungan khusus Tabel 8.20.1 dan 8.20.2.
(15) Tentukan FAS yang disesuaikan. Jika jumlah semen berubah karena
jumlahnya lebih kecil dari jumlah semen minimum atau lebih besar
dari jumlah semen maksimum, maka FAS harus dihitung kembali.
Jika jumlah semen yang dihitung dari langkah ( 12) berada di antara
maksimum dan minimum, atau lebih besar dari minimum namun
tidak melebihi jumlah maksirnum kita bebas memilih jumlah semen
yang akan kita gunakan.
(16) Tentukan jumlah susunan butir agregat halus, sesuai dengan syarat
SK.S:t{I.T-15-1990-03 (Lihat syarat zona gradasi agregat halus di
Grafik 4.5.a s/d 4.5.d).
(17) Tentukan persentase agregat halus terhadap campuran berdasarkan
nilai slump, FAS, dan besar nominal agregat maksimum. (Grafik
8.5.1 sampai 8.5.3).
( 18) Hitung berat jenis relatif agregat.
(1 9) Tentukan berat jenis beton menurut Gambar 8.6, berdasarkan nilai
berat jenis agregat gabungan dan kadar air bebas (Langkah 11 ).
(20) Hitung kadar agregat gabungan yaitu berat jenis beton dikurangi
dengan berat semen ditambah air. Langkah (19) - [(15)+(11)).

194 - Teknologi Belon


(21) Hi tu n g kadar a grcgat halus yang besarnya adalah kadar agrcgat
gabungan di ka Ii ka n pc rscntasc agrcgat halus dalam campuran.
Langka h (20) x ( 16).
(22) H itung k adar agrcgat kasar, yaitu agrcgat gabungan dikurangi kadar
agregat halus. Langkah (20) - (21 ).
Jika kondis i bahan di lapangan tidak lagi sesuai dengan yang
direncanakan maka harus di lakukan koreksi propors1 campuran,
kemudian d ibuat contoh uj inya.

8.4.4 Kelebihan dan Kekurangan


Cara ini m emiliki kekurangan, yaitu: (1 ). Jenis agregat hanya
ditetapkan dari b atu pecah dan alami saja sehingga tidak akurat karena
kadang agregat alami memiliki bentuk permukaan tidak bulat atau halus.
Hal ini akan b erpe n garuh pada jumlah air yang dibutuhkan, sehingga
perlu dilakukan koreksi . (2). D iagram proporsi agregat campuran
(Langkah 16) sulit dipenuhi.

8.4.5 Contoh Hitungan


Rencanakan campuran beton dengan mengunakan data-data sebagai
berikut. Direncana.kan sebuah balok struktur untuk pekerjaan beton dalam
ruangan yan g lip.gkungannya non-korosif, dengan mutu 25 MPa.
Pengawasan pelaksan aan baik. Agregat maksimum sebesar 40 mm. Data
analisis saringan dicantumkan dalam Tabel 8.22. B asil pengujian
laboratorium m emberikan data sebagai berikut:

Tabel 8.22.1 Analisa Saringan Agregat


Ukuran Berat Tertahan (l!ram)
Saringan Aereeat Halus Agreeat Kasar
Pas ir I Pasir II Ill IV
50 0 0 0 0
37.5 0 0 0 0
19 0 0 350 2200
9.52 0 0 1600 20
4.76 10 143 260
2.4 160
20 212 290 120
1.1 350 170 0 0
0.6 280 2 10
0.3
0 0
180 170 0 0

Perancangan Campuran - 195


0.15 120 40 () 0
0 ()
~l~:J 40 55
.lumlnh 1000 1000 2~00 2~00

Direncanakan campuran agregat untuk agregat hnlus 40% Jcni s I dan


60% Jenis IL sedangkan untuk agregat kasar 30°/o Jcnis III dan 70% Jcnis
IV . Gabungan antara agregat halus dan agregat kasar dircncanakan
terletak antara 6.0 - 7.0. Semen yang digunakan adalah semen Tipc I,
agregat halus yang digunakan adalah agregat alami (pasir), agregat kasar
yang digunakan adalah agregat buatan (batu pecah). Bentuk benda uji
silinder. Dari basil pelaksanaan peke1jaan yang lalu didapatkan deviasi
standar sebesar 3.45 MPa dengan jumlah data uji sebanyak 25 buah. Nilai
slump direncanakan 12±2 cm. Data-data lainnya adalah sebagai berikut.
Tabel 8.22.2 Data Fisik Agregat
Pasir Batu Pecah
(agregat halus) (Agregat Kasar)
Sifat dan Karak.1eristik Jenis I Jenis II Jenis III Jenis IV
Berat Jenis (kondisi SSD/JPK) 2.75 2.70 2.59 2.69
Penyerapan Air (%) 3.15 4.50 1.65 1.25
Kadar Air (%) 6.65 8.75 1.05 1.50

Penyelesaian:
Dari Tabel 8.22.1 dapat dihitung proporsi gabungan agregat halus
agar masuk dalam zona syarat gradasi. Pada Tabel 8.23 .1 direncanakan
proporsi agregat halus I (40%) dan II (60%).

Tabel 8.23.1 Tabel untuk Menghitung Agregat Ha/us Gabungan


Berat Persen Tertahan Berat Lolos Berat Lolos
Tertahan (gram) (%) Agregat Halus
Ulroran (%)
(gram) Gabungan (V)
Saringan
{mm) I II I JI 40%1+ Kum I II I II ( 40%)+60%11
60%11 )

( I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( I0) ( 11) (12)

50 0 0 0 0 0 0 1000 1000 100 100 100


37.5 0 0 0 0 0 0 1000 1000 100 100 100
19 0 0 0 0 0 0 1000 1000 100 100 100
9.52 0 0 0 0 0 0 1000 1000 100 100 100

196- Teknologi Beron

...
I
-1 7(1 10 143 1 14 1 X ')X X ')8 C)<)() 857 9() 85 7 ') 1
2 -t 20 212 2 21 2 11 'i2 22 5 C)7() (i,15 en (,4 5 78
I I 350 170 35 17 24 2 4<, 7 <,20 475 <,2 47.5 5)
06 280 2 10 28 21 21 8 70 5 340 2(15 34 2<1.5 JO
0.3 180 170 18 17 17.3 87.X I (10 95 I(, 9.5 12
0.15 120 40 12 4 11 .74 <)<) . 5 40 55 4 55 5
Sis:1 .to 55 4 55 0 5 - () 0 0 0 0

Jumlah 1000 1000 100 100 100 335.94

Hasil hitungan Tabel 8.23 . 1 kolom ( 12) diplotkan dalam grafik 4.5.a
sampai 4.5 .d. Pada soal ini , basil plotting masuk dalam syarat zona I.
Didapatkan pas ir gabungan j enis V , pasir kasar.

100
~~
-
T
--
-- ,_,_. .-
.. V

--
~
0

U)
90
80
~V
~
I,"

~~ ~
V
J.--7
j .'Wff'!
JU

£? 70
0
-I 60 ' - DAERAH I
/ ~
-•Lr.
--
Ve ·~ /
-
·= :,
en
50
40
/ V
z
~
V

C .,J (A
Cl>
fCl>
30
-~
~ ;., J,,... -vv

20
n.
10 ~ ~7 __..I r--rs
{.,... ~
~
0 .: -v

0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4 .8 10


Ukuran Saringan (mm)

Gambar 8.7 Hasil Plotting Agregat Halus Gabungan

Perancangan Campuran - 197


Tabrl 8.23.2 Mc11ghir1111g Agr<'gat J,: asar Gah1111ga11 :

Ukurnn
Snring-nn
Berni Tcr\unnn (gram) Proscn Tc11nhnn (%) Bernt I olos
(gram)
Pro!>cn I olos J\grcga1 -
(%) Uabungan
tmm) (VI )
111 IV Gahung Gnhungnn Kum.% Ill IV Ill IV
nn (VI) (VI) Gnbunng- (30%111 170
nn (VI) ¾ IV)

(I) (2) (J) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( I 0) ( I I)


50 0 0 0 0 0 2500 2500 100 100 100
37.5 0 0 0 0 0 2500 2500 100 100 100
19 350 2200 1645 65.8 65.8 2150 300 86 12 34
9.52 1600 20 494 19.76 85.56 550 280 22 11.2 14
4.76 260 160 190 7.6 93.16 290 120 11.6 4.8 7
2.4 290 120 171 6.84 100 0 0 0 0 0
1.1 0 0 0 0 100 0 0 0 0 0
0 .6 0 0 0 0 100 0 0 0 0 0
0.3 0 0 0 0 100 0 0 0 0 0
0.15 0 0 0 0 100 0 0 0 0 0
sisa 0 0 0 0 100 0 9 0 0 0
Jumlah 0 0 0 0 - 0 0 0 0 0
2500 2500 2500 100 744.52

Dari Tabel 8.23. l kolom (7) diperoleh MHB agregat halus gabungan
sebesar 335,94/100 atau dibulatkan menjadi 3.36 dan dari Tabel 8.23.2
kolom (6) nilai MHB agregat kasar gabungan 744.52/100 sebesar 7.46.
Menurut soal, MHB campuran direncanakan 6.0 - 7 .0. Diambil nilai
6.25, didapat presentase agregat halus terhadap campuran dicari dengan
menggunakan persamaan; W=(K-C)/(C-P) x 100%. Dengan, W =
persentase berat agregat halus (pasir) terhadap berat agregat kasar
(kerikil/batupecah), K adalah modulus halus butir agregat kasar didapat
7.46 clan P adalah MHB agregat halus (3.36) serta C = Modulus halus
butir agregat gabungan.
W=(7.46-6.25)/(6.25-3.36)xl00% = 41.87% dibulatkan menjadi
42%. sehingga perbandingan agregat halus dengan agregat kasar yang
direncanakan 1:2,38 atau 1:2,4. Penghitungan proporsi agregat gabungan
antara pasir dengan agregat kasar dapat dibuat dengan cara tabulasi,
seperti dalam tabel 8.23.3, untuk mencari agregat gabungan (VII).

198 ~ Teknologi Beton


Tahcl 8.23.J Afr11ghit1111g /Jrr>porsi a15regat gah1111ga11

Ukuran Proscntasc Lolos (%)


Saringa Agrcgat /\grcgat (V) X I (VI) x 2.4 Jumlah Agregat
n(mm) H a lus Kasar Agregat Gabungan
(V) (VI) Gabungan (VII)/3 .4
(VII)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
50 100 100 100 240 340 100
37.5 100 100 100 240 340 100
19 100 34 100 81.6 182 54

9.52 100 14 100 33.6 134 39


4.76 91 7 91 16.8 108 32
2.4 78 0 78 0 78 23
1.1 53 0 53 0 53 16
0.6 30 0 30 0 30 9
0.3 12 0 12 0 12 4

0.15 1 0 1 0 1 0
s1sa , 0 0 0 0 0 0
Jumlah

Hasil agregat gabungan (kolom 7) diplotkan dalam Grafik 8.8. Agregat


gabungan untuk butir maksimum 40 mm (lihat grafik 4.6.a s/d 4.6.d
hal. 96-98), masuk antara kurva 1 dan kurva 2 (SK.SNI.T-15-1990-03).

Perancangan Campuran - 199


100 1 - ll)C;

I I I I I I I I I-
90 - L
- -
GRADASI CAMPURAN

1-~
80


Kurva 1
Kurva 2
-- - --·,_ - - -
./2
~ .
:... 70 )( Kurva 3 1-
,_ -
~ .
- --

lL ru
V1
C
l'O :llE Kurva 4 ,
.::,,.: 60
l'O •• ~ • · Hasil Hitungan
>,
<. 0 l-50
/
7/
~
50
I~ l7 -
/47
I:§ 40
.,,. / ~ / .,4J/
C:

I~
Q. 30
./
V . ./
~ 38

,,(, .., . ~ ~
[) ~ 6

V . V

.,,.; ~L/" ..--:1 ~ l,..,.-1


"
I, •

~
I 20
4 ~ f18
-1;' ~ (\7 ..~ ~

10
V ,Kil _.. . ~ ·_..1 ~

0
.~ ~ r-r:-
~
~ i-1""
I

0.15 0 .3 0.6 1.2 2.4 4.8 9 .6 19 38

Ukuran Saringan (mm)

Gambar 8.8 Hasil Plotting untuk Agregat Gab1111ga11 de11ga11 Butir Maks imum 40 mm

Hasil akhir hitungan proporsi agregat dilihat pada Tabel 8.23.4

Tabel 8.23.4 Hasil Komposisi Agregat

Jenis Aereeat Prooorsi (%)


Agregat Halus
Jenis I 40
Jenis II 60
Agregat Kasar
Jenis III 30
Jenis IV 70
Agregat Gabungan (VII)
Jenis V 42
Jenis VI 58

200 - Teknologi Beton


LANG KAIi PENY~: 1,ESA IAN:
(I) T c ntukan kuat tckan. f'\ 25 Mf>a. umur 28 hari.
(2) Dcvias1 s tandar. s - 3.45, faktor korcks1 1.03 (Jumlah bcnda UJ I
bcrpasangan 25).
(3) Ilitung nilai tambah , m 1.64.s= 1.64*3.45* l.03=5.282774 MPa
(4) Hitung kuat tekan rata-rata yang ditargetkan (f'cr), dimana r , r=
r c+m = 25 +5.282774=30.282774 MPa
(5) Tetapkan jenis semen yang digunakan (Tipe I)
(6) Tentukan jenis agregat yang di gunakan, baik agregat halus maupun
agregat kasar.
Agregat Halus = Alami dan Agregat Kasar = Pecahan

(7) Tentukan FAS, jika m enggunakan Gambar 8.4. l dan 8.4.2. Ikuti
langkah-langkah berikut:
(a) Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari berdasarkan Tabel
8. 18. Jenis semen Tipe I, agregat kasar pecahan, bentuk benda uji
silinder, akan menghasilkan kuat tekan sebesar 37 MPa.
(b) Lihat Gambar 8.4.1 untuk benda uji silinder dan Gambar 8.4.2
untuk kubus. Di dapat nilai FAS=0.58.
(8) Tetapkan faktor air semen (FAS) maksimum menurut Tabel 8.19, di
dapat FAS maksimum= 0.6.
(9) Tetapkan nilai slump, sebesar 12+ 2 cm
(lO)Tetapkan ukuran butir nominal agregat maksimum, 40 mm
(1 l)Tentukan nilai kadar air bebas dari Tabel 8.21 (karena butir
maksimum hanya 30 mm dan slump maksimum 100 mm, maka butir
ini sebagai pendekatan) dengan slump = 120 mm, dan butir agregat
maksimum sebesar 40 mm.
Jenis agregat kasar = pecahan = 205 liter
Jenis agregat halus = alami = 175 liter
Agregat gabungan = 2/3* 175+ l/3*205=185 liter.

Perancangan Campuran - 201


Hnsil analisis ayak jcnis agrcgat halus dan agrcgat gnbungan
termasuk dalam zona kasar, maka kadar air bcbas dapat ditambah
scbcsnr l Oliter per meter kubik.

( 1:2) Hitungjumlah semen, yaitu langkah ( 11) : (8)= 195/0.58= ]36 Kg.
(13)Jumlah semen maksimumjika 1idak ditetapkan diabaikan.
(14) Tentukan jumlah semen minimum dari Tabcl 8. 19, jumlah semen
minimum 275 kg.
(15)Tentukan FAS yang disesuaikan. Nilai FAS adalah 0 .60 sehingga
jumlah semen pakai = 195/0.60 = 325Kg.
( 16) Tentukan jumlah susunan butir agregat halus, sesuai dengan syarat
yang dikenal (lihat penyusun bahan beton 3-23 sampai 3-25). Masuk
dalam Zona I.
( 17) Tentukan persentase agregat halus terhadap campuran berdasarkan
nilai slump 120 mm, FAS 0.6, dan besar nominal agregat maksimum
40 mm (Gambar 8.5.3). Didapatkan proporsi agregat campuran 41 %-
51 %. Dari hitungan agregat campuran di dapat proporsi yang
memenuhi syarat untuk agregat campuran sebesar 42%.
( 18) Hitung berat jenis relatif agregat, dari tabel 8.22.2 dicari _berat jenis
relatif agregat sebagai berikut:

Tabel 8.23.5 Hitungan Bera! Jen is Relatif


Pasir Batu Pecah
(agre ~at halus) (AQ'fegat Kasar)
Sifat dan Karak.1eristik Jenis I Jenis II Jenis Jenis IV
III
Berat Jenis (kondisi SSD/JPK) 2.75 2.70 2.59 2.69
Proprsi dalam campuran 40% 60% 30% 70%
Proporsi dalam Beton 42% 58%
Berat Jenis Gabungan 0.4*2.75+0.6*2. 70 0.3*2.59+0.7*2.69
= 2.72 = 2.66
Berat ienis Relatif 0.42*2.72+0.58*2.66 = 2.6852

(19)Tentukan beratjenis beton menurut Gambar 8.6. Berdasarkan nilai


berat jenis agregat gabungan (agregat kasar dan agregat halus)

202 - Teknologi Belon


schesa r 2 .(lX5 2 da11 kad;1r a11' he ha..., l 1Vi liter. J1dapal BJ hcton
1
24 12 kg 111

(20) Kadar agrcgat gahunµ:111. Langkah (I<)) !( 15) 1-( 11) I - 2412 -
( I 9 .5 1 .12 5 ) - I 8<) 2 kg .
(2 1) I l1tung kadar agrcgat lialu~. I ,angkah (20) x ( I (>) - 1892*42<½>-=795 kg.
(22) Iii tung kadar agrcga t kasar, Langkah (20) (21 )-- I 892-795 = I 097 kg.

Propors1 campuran per mdcr kubik bcton scgar sccara teont1s:


Semen Lang kah ( 15) =- 325 kg
Air Langkah ( I I ) = 195 liter
Agregat Halus Langka h (2 1) = 795 Kg

Pasir Jenis I 795*40% = 3 18 Kg

Pasir Jenis II 795*60% == 477 Kg


Agrega t Kasar Lang kah (22) = 1097 Kg
Batu Pecah Jenis III 1097*30% = 329 Kg
Batu Pee a h J enis IV 1097*70% = 768 Kg
Langkah ( 19) = 2412 Kg

Koreksi campuran dilakukan terhadap jumlah air yang terdapat dalam


agregat dari Tabel 8.22.2, untuk pelaksanaan di laboratorium.

Tabet 8.23.6 Koreksi Campuran


Pasir Batu Pecah Jumlah
(agregat halus) (Agregat Kasar)
Sifat dan Jenis I Jenis II Jenis III Jenis
Karakteristik IV
Berat Jenis (kondisi 2.75 2.70 2.59 2.69 -
SSD/JPK)
Penyeraoan Air (% ) 3. 15 4.50 1.65 1.25 -
Kadar Air(%) 6.65 8.75 1.05 1.50 -
Kompos isi Bahan Penyusun Beton
Semen Portland (kg) 325 325
Air (lt) 195 195
A_gre_gat (kl?) 795 1097 1892
Prooors iAgregat(kg) 3 18 477 329 768 1892
Jumlah Air yang (6.65- (8.75- ( 1.05- ( 1.50-
terdapat dalam 1. 15)* 4.50)* 1.65 )* 1.25)* 3 1.349

Perancangan Campuran - 203


ngregnt (kg) (J 18/10 (477/100 (329/ 100 (7(>8110
0) ) ) 0)
=11.D =20.273 =(-1.974) = 1.92
-
Koreksi Proporsi 318+ 11 477+20.2 329- 768~ 1. 1923
Agregat (kg) .13=32 73=497 1.974 92
9 =327 =770
Koreksi Kebutuhan 195-( 11.13+20.273- 1.974+ 1.92)= 164 164
Air (lt)
Komposisi Koreksi Semen = 325 Kg
Air = 164 It
Agregat Halus Jenis I = 329 Kg
Agregat Halus Jenis II = 497 Kg
Agregat Kasar Jcnis III = 327 Kg
Agregat Kasar Jenis IV = 770 Kg
Jumlah =2412 Kg

8.5 l\1etode Portland Cement Association


Metode desain campuran Portland Cement Association (PCA) pada
dasarnya serupa dengan metode ACI sehingga secara umum hasilnya
akan saling rnendekati. Penjelasan lebih detail dapat dilihat dalam
Publikasi PCA, Portland Cement Association, Design and Control of
Co11crete Mcxtures, I t hedition., Skokie, Illinois, USA : PCA, 1979, 140 pp.

8.6 Metode Campuran Coba-Coba


Selain ketiga cara diatas cara lain dalam merancang beton dengan
cara coba-coba. Cara ini akan lebih ekonomis namun membutuhkan
waktu yang cukup lama. Cara coba-coba biasanya dikembangkan ber-
dasarkan cara-cara diatas, setelah dilakukan pelaksanaan dan evaluasi.
Cara ini berusaha mendapatkan pori-pori yang minimum atau kepadatan
beton yang maksimum artinya bahwa kebutuhan agregat halus
maksirnum untuk mendapatkan kebutuhan semen yang minimum.

204 - Teknologi Beton


8.6.1 Langka h Pcrcobaan
t. Tctapkan FAS dcngan cara yang dikenal.
2. Tentukan propors i agrcgat campuran, caranya antara lain
dcngan pengujian bcrat satuan, hingga didapat-kan
propors i campuran antara agregat halus dengan agregat
kasar yang akan menghasilkan kepadatan yang maksimum.
3. Cari proporsi antara pasta semen dengan agregat campur-
an sehingga diperoleh kelecakan yang baik. Percobaannya
dilaku kan d engan ca ra memasukkan FAS yang sesuai
dengan langkah (1) kedalam campuran agregat langkah (2).
4. Uj i kuat tekannya pada umur 28 hari.
5. Jika k uat tekannya tidak sesuai, diulangi lagi dengan
koreksi p roporsinya.

8.6.2 Kekurangan dan Kelebihan


Cara ini memiliki kelemahan dalam pencampuran agregat. Jika
pemadatan terlalu kuat, agregat akan lari sehingga agregat halus akan
turun kebawah dan interlocking yang baik tidak tercapai.

8.7 Pelaksanaan Campuran di Laboratorium


Setelah d idapatkan proporsi yang sesuai, secara teoritis, maka hasil
tersebut d ilakukan pencampuran didalam laboratorium dengan membuat
silinder beton atau kubus beton. Dalam peraturan yang terbaru dilakukan
dengan uj i silinder beton.

8.7.1 Langkah Pelaksanaan


I. T imbang proporsi dari bahan-bahan pencampur dalam
satuan berat (kg), misalkan dibuat untuk campuran beton
sebanyak 50 kg atau untuk beberapa silinder pengujian.
2. Masukan proporsi tersebut kedalam mixer sesuai dengan
tata cara pengadukan beton segar (SK.SNI.T-28-1990-03).

Perancangan Campuran - 205


3. Uji kelccaknnnya drngan uji slump dan uji- uji lain untuk
bcton segar.
4. l\1asukan adukan kedalam cetakm1 silinder scs u ai
SK.SNI. T-16-1991-03.
5. Buka cetakan setclah 24 jam. Lakukan perawatan (curing)
dengan mercndam selama 28 hari m en uru t SK.SNI.M-62-
1990-03.
6. Lakukan uji tekan pada un1ur 28 hari. Jika in gin diketahui
basil yang cepat, uji kuat tekan dapat dilakukan pada umur
3, 7, dan 14 hari dengan mengkorelasikan hasilnya dengan
cara yang dikcnal atau menu rut SKSK.SNI M-10-1991-03.

8.8 Contoh Hitungan Campuran Agregat

8.8.1 Pendekatan Coba-Coba


Diketahui data untuk dua jenis agregat Tipe A dan Tipe B . Buatlah
campuran bahan agar memenuhi kriteria yang diberikan oleh SK.SNI-
1989 (British Standard). Hasi1 data analisis ayak adalah sebagai b erikut
(dalam tabel):

Tabel 8.24.1 Hasil Analisa Ayak


Diameter Berat Tertahan (Gram) Berbagai Tioe
Ayakan (mm) Jenis A Jenis B
10 0 0
4.8 90 85
2.4 J/0 2/0
1.2 320 250
0.6 270 175
0.3 125 150
0.15 75 90
Sisa 10 40
Jumlah 1000 /000

206 - Tekno/ogi Beton


Pcnyclcsaian d1coha dcngan kompo-;1s1 /\ 40% dan H 60% (I : 1.5):
T:i hc l 8.24.2 / 1111111,1~<111
- ",,, l,o/o 1
[)1ar11tcr " ,, lcrlah:111 II!._l_!!',!}s mr
1\yakan Jc111<; /\ .ll'/11,\ fJ lc111~ 1\
-
,Jr,1111 fl IA I 5/J
- (/\ .. B Jl2 5
{r111111
(I) - (2) (/)
-
(4)
-
(5) (6) (7)
- (8)
-
10 0 () I()() /00 100 • /5() l (}(J
48 90 N5 <)/ 92 IJ I I 37 91
2.4 II() 210 80 71 fl() I 06 74
l.2 320 !50 48 46 48 68 47
0.6 270 175 21 28 21 42 25
0.3 125 150 <) 13 I) 20 11
0. 15 75 90 I 4 I 6 3
Sisa 10 40 -
1000 /0()0

Langkah hitungan:
I. Hitung persen tertahan dari masing-masmg ayakan, yakni berat
tertahan dibagi total berat dikalikan l 00% (Kolom (2) dan (3)).
2. Hi tung persen lolos dari masing-masing ayakan ( 100% dikurangi
berat tertahan pada ayakan terbesar) dan terus sampai ayakan
berikutnya secara kumulatif (Kol om (4) dan (5)).
3. Perkirakan komposisi campuran, misalnya 1: 1,5, antara pasir jenis A
(40%) dengan pasir jenis B (60°/o). Kalikan dengan berat lolos dalam
persen untuk setiap jenis ayakan (Kolom (6) dan (7).
4. Jumlahkan perkalian tersebut untuk masing-masing ayakan,
kemudian bagi dengan jumlah nilai perkaliannya (Kolom (8)).
5. Plotkan hasil hitungan ke dalam salah satu grafik dalam British
Standard (BS) SK.SNI.T-15-1990-03. Apakah masuk dalam salah
satu zona-nya?

Perancangan Campuran - 207


STAND AR BS - Zona I .
-
--
IQO ,., ,.,

i
._,
~o
, I,'
,J r-
-
-~, -
,, 80
l/ n ..i~

,
70
~
0
60
) V ./
·-....
..i

50 / /
~•
•"
4

30
0
-""
, /
_/.,,
/
... • ~ i,'

l/
".. l / 'J .,-
.,,.
25
20 .... V
a." ~~ ~
l0
,.,,,,,.
-----.......... ~
0
0 15 0.3 0 .6 l.2 2 .4 4 .8 l 0
U lun1·n A 9a l an ( mm)

Gambar 8.9 Plotring de11ga11 Pe11dekatan Caba-Caba

6. Ulangi lagi langkah (3) dan (4) jika basil hitungan tidak mas uk dalam
salah satu zona.
7. Hitung hasilnya. Persen A terhadap B adalah A = 1/2 .5 * 100°/o =
40%. dan pasir jenis B = 100 - 40 = 60%.
8. Untuk beberapa jenis agregat yang j umlah langkahn ya sama,
misalnya untuk tiga Tipe A, B> dan C, coba perbandingan 1: 1,5:2
dan lain-lain.
9. Pekerjaan ini akan lebih mudah dilakukan dengan bantuan komputer,
misalnya dengan bahasa pemerogaman Basic atau dengan bantuan
aplikasi Lotus dan Excel.

8.8.2 Pendekatan Modulus Halus Butir


Penghitungan campuran bahan dapat pula dilakukan dengan m eng-
gunakan perbandingan modulus halus butir, jika diberikan nila i MHB
campuran yang dikehendaki.
Contoh hitungan dengan menggunakan MHB. ·
1. Dari soal yang sama, hitung persen tertahan dari m asing -masing
ayakan, yakni berat tertahan dibagi total berat dikalikan 100%
(Kolom (4) dan (5)).

208 - Tekno/ogi Beton


2. Dihitung MI IB dari mas111g-masing jcnis bahan (Kolom (6) dan (7)).
J. Tctapkan rnla1 Ml IB campurannya, m1sa\kan 3.5.
4. llitung pcrscn campuran /\ tcrhadap R, dcngan rumus {( P-C)/(K-
C)} * l 00. <limana P adalah Ml 18 pasir jcnis A. dan K adalah MHB
pasir Jen is B. C' adalah rcncana MI 1B campuran. Tetapkan MHB
campuran , mi salnya 3.5, Hasil hitungan= [(3.505-3.5)/(3 .5-
3.4 75)] * 100=20¾>. .Ja<li, pcrbandingan Jenis A terhadap B adalah
20% :80%.
5. Kalikan nilai 0 .2A dan 0.8B terhadap persen tertahan (Kolom (8) dan
(9)), kemudian j umlahkan persen tertahan tersebut (Kolorn (10)).
6. Hi tung berat persen lolos untuk masing-masing ayakan.Kolom ( 11 ).

Tabel 8 .24.3 Hitw1ga11 Pendekatan MHB


Mm Berat tertaha11 Berat tertahan dalam perscn ¾ lolos
Ay akan (gr)
Jenis A J e 11is B Jenis A J e11is B Jcnis A Je11is B 0.2A 0.8B (A+ B) (A+ B)
(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( I 0) (11)
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100
4.8 90 85 9 9 9 9 2 7 9 91
2.4 110 210 II 21 20 30 2 /7 19 72
1.2 320 250 32 25 52 55 6 20 26 46
0.6 270 175 27 18 79 72 5 /4 19 27
0.3 125 150 13 15 92 87 3 12 15 12
0.1 5 75 90 8 9 99 96 2 7 9 3
Sisa JO 40 - - - - - - -
Jumlah 1000 1000 350.5 347.5

7. Plotkan hasil hitungan kedalam salah satu grafik. Jika tidak meme-
nuhi dalam salah satu zona dalam British Standar atau SK.SNI.T-15-
199O-O3, ulangi lagi langkah (4) sampai (6) dengan MHB campuran
yang berbeda. Gunakan bantuan komputer untuk mendapatkan hasil
yang ekonomis.

Perancangan Campuran - 209


STAN DAR BS -Zona I
-
ff
~o
~o )I'
~ - /
~
~
,-1..0{1

,!" l/ / 7.l i ,

,
10

! ~o ~ / - - --
; ~o
H,7
,/
)
~ 40

~

e
"t
JO

~o
.. .,,, V
~

. / ..··
.,,.

I. (
/
t. 10 ~ ~
..... ,·12 .~

' <f -' ~


0
0 .3 • 8 10

Gambar 8.10 Plorting dengan Pe11dekara11 A1/-fB

8.8.3 Contoh Hitungan Modulus Halus Butir


Diketahui dari hasil analisa ayakan agregat kasar untuk batu pecah,
didapatkan data Tabel 8.24A sebagai berikut

Tabel 8.24.4 Hasil Uji Laboratorium Agregat Kasar


Ayakan (mm) Berat tertahan dalam gram
40 0
20 270
12.5 380
10 190
4.8 120
Sisa 40
-- - ·
Jumlab 1000

Penyelesaian:
1. Urutkan dalam satu set ayakan dari yang terbesar sampai yang
terkecil, kemudian letakan sisa dalam batas ayakan yang paling atas
untuk data yang kosong.
2. Hi tung berat tertahan dalam persen (Kol om (3))

210 - Teknologi Seton


1 ll 1tu11g ku111ula t1l pcrsc11 tcrtahan untuk mastng mastng ayakan
{ K o lorn ( 4) ). kc m ud 1:111 I umlahkan .

-l . ll as1l pc11_1umlaha11 d1hag 1 scratw, schmgga nllat Moc.lu lu.., llalus


Butir-n ya .

Tahc l 8 .24.5 r·o11toh I lit1111ga11 i'vlodu/11., / lalw B11lir

Ayaka n (111111) knis /\ % tcrtahan '¼1 tcrtahan kumulat1f


( 1) (2) (2) {])
40 0 () ()

20 270 27 27
12.5 380 38 65
10 190 19 84
4.8 120 12 96
2.4 40 4 100
1.2 0 0 100
0.6 0 0 100
0.3 0 0 100
0.15 0 0 100
Sisa 0 0 -
Jumlah 1000 100 772
Modulus halus butir =775/100=7.75

PERTANYAAN
8. l Apa kriteria perencanaan suatu campuran beton? Jelaskan!
8.2 Sebuah proyek membutuhkan beton dengan volume sekitar 200 m3
untuk pekerjaan struktur balok/kolom dengan dimensi minimum 300
mm. Kekuatan tekan rencana pada umur 28 hari sebesar 25 MPa yang
dikerjakan dengan mutu yang baik dengan kandungan udara dalam
beton sekitar 2%. Agregat yang digunakan dalam campuran beton
adalah agregat kasar dan agregat halus dengan modulus halus butir
mas ing-masing 2.75 dan 2.65. Hitunglah proporsi campuran bahan
untuk membuat beton tersebut dengan menggunakan metode
American Concrete Institute!

,
I

'
I

Perancangan Campura11 - 21 I
8.> Hitunglnh proporsi campuran hahan untuk mcmbua t b c ton dcngan
menggumiknn mctodc Am<.'rican Conrrcte !11stit11te dcn gnn data-data
sebagai bcrikut:
a. Seton akan digunakan untuk pckcrjaan dcngan volume yang
besar.
b. Ke1'."1.rntan tekan beton pada umur 28 hari adalah 20 MPa dcngan
standar deviasi sebesar 3 MPa.
c. Seton akan dipakai untuk pcrkcrasan jalan.
d. Agregat halus mempunyai modulus halus but ir sebesar 2.6
dengan butir agregat maksirnum 40 mm.
8.4 Pengujian agregat berdasarkan basil analisis ayakan memberikan data
seperti Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengujian Analisa Ayak (saringan) agregat
Berat Tertahan (gr)
Saringan
Agregat Halus Ag. Kasar
(mm)
Pasir I Pasir II Bt. Pecah
38 0 0 0
19 0 0 2400
9.6 0 0 1200
4.8 0 0 800
2.4 110 180 400
1.2 286 204 200
0.6 254 186 0
0.3 230 260 0
0.15 265 286 0
Sisa 55 84 0
Jwnlah 1200 1200 5000

a. Hitung modulus halus butir masing-masing agregat tersebut!


b. Butir maksimum agregat 40 mm, dengan komposisi rencana
campuran pasir jenis I dan jenis II berbanding 35%:65%. Jika
campuran antara agregat halus dengan agregat kasar direncana-
kan 40%:60%, hitunglah gradasi campurannya serta plotkan
hasilnya pada grafik gradasi campuran agregat!

212 - Teknologi Beton


~.5 Pcngu_pan lahor:iton um mcmhcnkan data bcrat JClllS semen J. 14 dan
hcrat JClllS agrcgat halu'-> JClll'-> I dan II scbcsar 2,75 dan 2.70 scrta
bcrat jcn1s agn:gat ka'->ar 2.65 . Dcngan mcnggunakan data soal 8.4.
h1tung bcsarnya bcrat 1cn1s agrcgat campuran!
8.6 Rcncan akan campuran hcton dcngan cara Road Note No.4, dcngan
da ta ana li sis ayak dan bcrat Jen is bahan scpcrti pada Soal 8.4 dan 8.5
untuk bc to n bcrtulang biasa dcngan ko ndisi lingkungan n ngan.
Kckuatan tc ka n bcton d irencanakan 30 MPa pada umur 28 hari
dengan ting kat pe n gcnda li an mutu pekerjaan sangat baik. Proscntase
kandungan udara dala m bcton maksimum 2%.
8.7 Oengan data yang sama pada Soal 8.6, rencanakan campuran beton
dengan cara Road Note No.4 untuk kuat tekan rencana 35 MPa pada
umur 28 hari dengan standar deviasi kekuatan tekan yang diijinkan
sebesar 7,0 MPa .
8.8 Dengan data yan g sama pada· Soal 8.6, rencanakan campuran beton
dengan cara SNI untuk kuat tekan rencana 35 MPa pada umur 28 hari
dengan uji kubus dan standar deviasi sebesar 3,5 MPa (Semen
Tipe I)!
8.9 Rencanakan campuran beton dengan cara SNI untuk menghasilkan
beton dengan kekuatan tekan rencana (fc) sebesar 30 MPa pada
umur 28 hari menggunakan benda uji silinder. Beton akan digunakan
sebagai pondasi yang mengalami keadaan basah dan kering berganti-
ganti . Standar deviasi digunakan 3.25 MPa. Semen yang digunakan
adalah port/and cement (OPC) Tipe I. Slump rencana 120 mm.
3
Penggunaan semen maksimum 380 kg/m . Agregat halus
menggunakan pasir a lam dengan BJ 2, 7, penyerapan air 3, 18%, kadar
air sebesar 6 , 18% dan memenuhi daerah gradasi II. Agregat kasar
menggunakan batu pecah dengan BJ 2,65, kadar air sebesar 1,00%
dan penyerapannya sebesar 1,45% dengan butir maksimum 40 mm.
8. l0Dengan data Soal 8.9, rencanakan campuran beton dengan cara SNI,
untuk beton yang mempunyai kekuatan tekan rencana 35 MPa pada
umur 28 hari dengan uji kubus yang akan digunakan pada struktur
bangunan yang berhubungan dengan air laut.

Perancangan Campuran - 213


DAFTAR PllSTAKA
ASTM. C'om-rrtr nnd Aggregates. Annual Book or 1\STM Standard.
Vo.O,t.02.1995. Philadelphia: ASTM. 1995.
American Concrete Institute. AC'I 318-89 Building Code Requirement~
for Reinforce Concrete. Part l. Fifth Edition , Skokie. ll lino1s.
USA : PCA. 1990
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,
Pedoman Beton 1989. SKBJ.l.4.53./989. Draft Konsensus.,
Jakarta: DPU. 1989
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Ca ra Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gcdung. SK SN/ T-1 5-1991-
03. Cetakan Pertama, Bandung: DPU - Yayasan LPMB, 1991 .
Departemen Pekerjaan Umum. LPM B. Tata Cara Rencana Pernbuatan
Campuran Beton Normal. SK SN/ T-15- 1990-03. Cetakan
Pertama. Bandung: DPU -Yayasan LPMB, 1991
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Spesifikasi Bahan Bangunan
Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam) SK SNJ S-08- 1989-
F. Cetakan Pertama. Bandung: DPU -Yayasan LPMB, 1989.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi,
PEDC, Teknologi Bahan 2, Edisi 1983, Bandung: PEDC., 1983
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi,
PEDC, Teknologi Bahan 3, Edisi 1983, Bandung: PEDC. , 1983 .
Edward., A., et al, Techniques, Prosedures, and Practice of Sampling
of Concrete and Concrete-Making Material, Significance of
Test and Properties of Concrete and Concrete-Materials, ASTM
STP 169B, Philadelphia, 1978, pp.15-22.
Gunawan A., Y dan Yacob.,Yulizar, Penuntun Praktis Praktikum
pada Laboratorium Teknik Sipil, Cetakan Pertama, Jakarta:
Intennedia, 1987.
I1sley H., Laurence, American Highway Practice, Volume II, Fourth
Printing, New York: Jhon Wiley & Son, Inc. 1942.

214 - Teknologi Beton


-

'\Jawy. Edward . ( i .. Reinforce Concrete a Fundamental Approach


Terje111alw11 . ( ·ctakan Pcrtama . Bandung:P'I .Ere<ico, 1990 .. 22-
40pp

1
evil le. A . M . Properties of Concrete, Th ird Ec.l1t1on, USA : Pitman.
I 989 .
Sagel. ,R and 1-1. Kesuma ., Ci1dcon. Pcdoman Pckerjaan Bcton. retakan
Kctiga , .J akarta : PT. Erlangga, 1994.

Perancangan Campuran - 215


-

216 - Teknologi Belon


PENGERJAAN BETON 9
cncampuran hah:m-bahan pcnyusun beton dilakukan agar

P dipcroleh suatu komposisi yang solid dari bahan-bahan


pcnyusun bcr<lasarkan rancangan campuran beton. Sebelum
diimplementasikan dalam pelaksanaan konstruksi di lapangan, pencam-
puran bahan-bahan dapat dilakukan di_ labo~atorium. Agar tetap terjaga
konsistensi rancangannya, tahapan leb1h lanJut dalam pengolahan beton
perlu diperhatikan. Komposisi yang baik akan menghasilkan kuat tekan
yang tinggi, tetapi jika pelaksanaannya tidak dikontrol dengan baik,
kemungkinan dihasilkannya beton yang tak sesuai dengan rencana akan
semakin besar. Cara pengolahan ini akan menentukan kualitas dari beton
yang akan dibuat. Adapun tahapan dalam pelaksanaan dilapangan
meliputi:
a. Persiapan
b. Penakaran
c. Pengadukan (Mixing)
d. Penuangan atau pengecoran (Placing)
e. Pemadatan (Vibrating)
f. Penyelesaian Akhir (Finishing)
g. Perawatan ( Curing)

9.1 Persiapan
Sebelum penuangan beton dilaksanakan, hal-hal berikut ini harus
terlebih dahulu harus diperhatikan (PB, 1989:27).
( 1) Semua peralatan untuk pengadukan dan pengangkutan beton harus
bersih.
(2) Ruang yang akan diisi dengan beton harus bebas dari kotoran-kotoran
yang mengganggu.
(3) Untuk memudahkan pembukaan acuan, perrnukaan dalam acuan
boleh dilapisi dengan bahan khusus, antara lain lapisan minyak
mineral, lapisan bahan kimia (form release agent) atau lembaran
po/yurethene.

Pengerjaan Beton - 217


(4) Pnsangnn t.hndmg hata yang bcrhuhungan lang~un g de11ga 11 he ton
harus d1hasah1 air snmpai _1cnuh.
(::;) Tulangan harus dalam kcndaan bcrs1h dan bcba~ da r1 ~cg.ala lap1 , an
pcnutup yang dapat mcrusak bcton ntnu 11w11gur,rng1 lckatan antara
hcton dcngnn tulangan.
(6) Air yang terdapat pada ruang yang akan diis1 bc\011 harus dihuang.
krcuali apabila pcnuangan dilakukan dcngan trcmi atau tclah scij in
pcnga\\'as ahli.
( 7) Semua kotoran. sc1vihan hcton dan material lam yang menempel
pada pennuban beton yang telah mengeras harus dibuang sebe lum
beton yang barn dituangkan µada permukaan be ton yang telah
mengeras
..., tersebut.
Pada kasus-kasus tertentu, persiapan lebih detail harus juga
dilakukan. Untuk pengerjaan beton pre-stressing misalnya, persiapan
akan bahan-bahan kimia seperti bonding agent untuk perekat antara
lapisan beton yang baru dengan beton yang lama, ataupun cemem
grouting untuk memperbaiki bagian-bagian yang keropos akibat
kurangnya pemadatan atau karena terjadinya segregasi harus dilakukan .

9.2 Penakaran
Penakaran bahan-bahan penyusun beton yang dihasilkan dari hasil
rancangan harus mengikuti ketentuan yang tertuang dalam Pas al (3 .3 .2)
SK.SNI.T-28-1991-03 tentang Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran
Beton dan ASTM C.685 Standard Made By Vo/umelric Balching and
Cominuous Mixing serta ASTM.94 sebagai berikut:
( 1) Beton yang mempunyai kekuatan tekan (fc) lebih besar atau sama
dengan 20 MPa proporsi penakarannya harus didasarkan atas
penakaran berat.
(2) Beton yang mempunyai kekuatan tekan (fc) Iebih kecil dari 20 MPa
proporsi penakarannya boleh menggunakan teknik penakaran
volume. Teknik:nya harus didasarkan atas penakaran berat yang
dikonversikan kedalam penakaran volume untuk setiap campuran
bahan penyusunnya.

218 - Teknologi Bet.on


9.3 Pengadukan (Pencampuran)
Sctclah d1dapat kan kompos1s1 yang dircncanakan untuk kuat tckan
tcncntu, maka proses sc lanJutnya adalah pcncampuran d1 lapangan.
Kompos1s111ya discsua1kan dcngan kapasitas alat aduk. Secara umum
pcngadukan dilakukan sampa1 didapatkan suatu sifat yang plastis dalam
campuran bcton scgar. Inc.likasinya adalah wama adukan merata.
kclecakan yang cukup. clan tampak homogen .
Se lama proses pcngac.lukan. harus dilakukan pcndataan nnc1
mengenai: ( l ). jumlah hatc/i-aduk yang dihasilkan, (2). propors1 material.
(3). perkiraan lokasi dari penuangan akhir pada struktur, dan (4). waktu
dan tanggal pengadukan serta penuangan.
Metode pengadukan dapat dibedakan menjadi dua yaitu manual dan
dengan mesinal. Pengadukan manual dilakukan dengan tangan,
sedangkan pengadukan dengan mesin memanfaatkan bantuan alat aduk
seperti molen atau batching plant. Pengadukan dengan tangan biasanya
3
dilakukan jika kebutuhan akan beton lebih kecil dari 10 m dalam satu
periode yang pendek. Menurut SNI, jika kebutuhan adukan lebih kecil
dari 10, dapat digunakan campuran dengan perbandingan 1:2:3. tetapi
3
untuk kebutuhan be ton lebih besar dari IO m , desain campurannya harus
direncanakan.

9.3.1 Pengadukan Manual


Berikut ini adalah tata cara pengadukan manual
a. Pasir dengan semen dicampur (dalam keadaan kering) dengan
komposisi tertentu, diatas tempat yang datar dan kedap air.
b. Pencampuran dilakukan sampa1 didapatkan warna yang
homogen.
c. Tambahkan kerikil, kemudian lakukan pencampuran lagi.
d. Alat bantu yang digunakan dapat berupa sekop, cangkul, ataupun
alat gali lainya.
e. Buat lubang di tengah adukan, tambahkan kira-kira 75% dari
kebutuhan air.
f. Aduk hingga rata dan tambahkan sedikit-demi sedikit air yang
tersisa.

Pengerjaan Beton - 219


9.3.2 Pengadukan dengan Mesin
.lika ditinjau dati sisi ckonomi, pcnggunaan mcs m aduk untuk
penge1jaan beton yang bcsar justru akan menurunkan bwya (cost).
Campuran beton yang dihasilkan pun biasanya akan bcrsi fat lcbih
homogen dan plastis. Pcngadukan dcngan mcsin ini dilakukan scsua,
dengan manual alat aduknya. Untuk bcton siap pakai (PB, 1989:27)
pcngadukan dan pengangkutan hams mcngikuti pcrsyaratan dan
"Spec(fication for Rea~v Mixed Concrete" J\STM.C94 atau
"Spec(fication for Concrete A1ade by Volumetric Batc/1i11g and
Co11ti11uous Mixing" ASTM C.685.
Secara umum. pengadukan dengan mesin harus di lakukan meng-
gunakan mesin-mesin yang telah disetujui penggunaannya (PB, 1989:27).
Mesin pengaduk harus diputar sesuai dengan kecepatan yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuatnya. Setelah pencampuran seluruh
bahan dalam batching, harus dilakukan pengadukan kembal i minimal
selama 1.5 menit, kecuali bila dapat dibuktikan bahwa pengadukan yang
lebih pendek mampu memberikan hasil yang memuaskan dan memenuhi
pengujian keseragaman pengadukan yang ditetapkan dalam ASTM C.94.
Ketentuan mengenai waktu pengadukan minimal dapat dilihat pada
Tabel 9.1
Tabel 9.1 Waktu Pengadukan Minimal
Kapasi~s dari Mixer (m3) ASTM C.94 dan ACI 318
0.8-3.1 1 menit
3.8-4.6 2 menit
7.6 3 menit

Menurut SK.SNI.T-28-1991-03 Ps. (3.3.3), waktu pengadukan


minimal untuk campuran beton yang volumenya lebih kecil atau sama
dengan I m3 adalah 1,5 menit, dan ditambahkan selama 0.5 menit untuk
penambahan 1 m3 beton serta pengadukan ditambahkan selama 1,5 menit
setelah semua bahan tercampur.
Waktu pengadukan ini akan berpengaruh pada mutu beton. Jika
terlalu sebentar pencampuran bahan kurang merata, sehingga pengikatan
antara bahan-bahan beton akan berkurang. Sebaliknya, pengadukan yang

220 - Teknologi Bewn


tcrlalu lama akan 111cngak1hatkan: ( 1). naiknya suhu hcton, (2). kcausan
pada agrcgat schinµga ag~cgat pee ah, (3 ). tcrjadinya kchilangan air
schmgga pcnamhahan air d1pcrlukan. (4). hcrtamhahnya nilai slump dan
(5). mcnurunnya kckuatan hcton .
Sclama proses pcngadukan, kckcntalan campuran beton harus
drnwasi terus dcngan cara mcmcriksa nilai slump yang dtsesuaikan
dcngan jarak pcngangkutan . Pcngontrolan dan pcncatatan data selama
pengadukan harus dilakukan, meliputi: ( 1). Waktu dan tanggal
pengadukan dan pengecoran, (2). Proporsi bahan yang digunakan, (3).
Jumlah batch adukan yang dihasilkan, dan (4). Lokasi akhir pengecoran.
Mesin atau alat pengaduk dapat dibcdakan menjadi dua, yaitu alat aduk
yang mobile (dapat dipindah-pindakan) dan mempunyai kapasitas yang
kecil ( dinamakan mixer atau molen), serta alat aduk stasioner yang
biasanya mempunyai kapasitas besar (dinamakan batching plant).
Jika dilihat dari arah perputaran batch-nya, alat aduk dapat dibeda-
kan menjadi 3, yaitu, alat aduk yang berputar vertikal (vertical mixing or
reversing drum mixer), alat aduk yang berputar mendatar (horizontal
mixing or pan drum mixer), dan alat aduk yang berputar miring (tilting
drum mixing). Mesin pengaduk vertikal dan yang berputar miring
biasanya dipakai untuk pengerj aan di lapangan clan yang berputar
horizontal biasanya digunakan di laboratorium.

-.........
' ..I
~


\
I
I
I
I

Gambar 9.1 Mes in aduk yang berputar vertikal

Penge,jaan Beton - 221


Gambar 9.2 Mi!si11 aduk yang berputar horizontal

Gambar 9.3 Mesin aduk yang be,putar miring

222 - Teknologi Beton


9.4 Syarat Pcngadukan Sl(.SNI.T-28-1991-03
Scmua JClll !-l hahan yang dtgunakan dalam pcmhuatan bcton harus
dtlengkapi dcn ga n :
( I) Scrttfikas1 mutu dart produscn
(2) Jika tidak tcrdapat scrtitikast mutu, harus tersedia data UJJ dart
laboratorium yang dtakui
(3) Jika tidak dilengkapi dengan scrtifikasi mutu atau data hasil uj1. harus
berdasarkan bukti dari basi l pcngujian khusus atau pcmakaian nyata
yang dapat menghasi lkan beton yang kekuatan, ketahanan, dan
keawetannya memenuhi syarat.
Selain hal-ha l diatas, bahan-bahan yang digunakan harus memenuhi
ketentuan dari Standar Nasional Indonesia SK.SNI.S-04-1989-F tentang
Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukc3:n Logam).
Jika menggunakan bahan tambah, harus sesuai syarat SK.SNI.S-18-1990-
03 atau SK.SNI.S-19-1990-03.
Peralatan yang digunakan untuk mengaduk harus pula memenuhi
syarat standar. Standar pelaksanaan harus mengikuti ketentuan, syarat
administrasi yang dinyatakan dalam rencana kerja dan syarat-syarat
(RKS) dan harus tersedia rencana campuran beton serta rencana
pelaksanaan pengecoran. Ketentuan lain mengenai peralatan adalah alat
harus dalam keadaan bersih dan baik, putarannya sesuai dengan rekomen-
dasi, peralatan angkut dan pengecoran dalam kondisi baik dan lancar.

9.5 Pengangkutan Beton


Setelah pengadukan selesai, campuran beton dibawa ke tempat
penuangannya atau ke tempat dimana konstruksi akan dibuat. Peng-
angkutan beton dari tempat pengadukan hingga ke tempat penyimpanan
akhir (sebelum dituang) harus harus dilakukan sedemikian rupa untuk
mencegah terjadinya pemisahan atau kehilangan material. Alat angkut
yang digunakan harus mampu menyediakan beton di tempat penyim-
panan akhir dengan lancar tanpa mengakibatkan pemisahan dari bahan
yang telah dicampur dan tanpa hambatan yang dapat mengakibatkan
hilangnya plastisitas beton antara pengangkutan yang berurutan
(PB, 1989:28)

Pengerjaan Beton - 223


Alat angkut pun dibcdaknn mcnpdi dun, ynknt a lat angku t manual
dnn mrsin . Alat angkut manual mcnggunaknn tc1wga manus,a, dcngnn
alat hantu scderhann (dapat berupa ember, dolnk, gcrohak dnrong, talang)
dnn hinsanya mcmpunyai knpnsitas kccil. Alat angkut mcsin brnsanya
dihutuhkan untuk pcnge~jaan yang kapasitasnya bcsar dan _1arak antarn
tcmpat pcngolalrnn beton dan tcmpat pcngc1jaan struktur J,lllh . Contoh
alat nngh.'1.lt ini adalah truck mixer. h<!lt com 'C!_VOr. JJOIII/W dan to11 •er cran e.

9.6 Penuangan Adukan


Untuk menghindari terjadinya segregasi dan bleeding, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam penuangan beton.

9.6.1 Hal yang Perlu Diperhatikan


..
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara l~in (PB, 1989:2 8):
( l) Campuran yang akan dituangkan harus ditempatkan sedekat mungkin
dengan cet.akan akhir untuk mencegah segregasi karena penanganan
kembali atau pengaliran adukan.
(2) Pembetonan harus dilaksanakan dengan kecepatan penuangan yang
diatur sedemikian rupa sehingga campuran beton selalu dalam
keadaan plastis dan dapat mengalir dengan mudah ke dalam rongga
di antara tulangan.
(3) Campuran beton yang telah mengeras atau yang telah terkotori oleh
material asing tidak boleh dituang ke dalam struktur.
(4) Campuran beton yang setengah mengeras atau telah mengalami
penambahan air tidak boleh dituangkan, kecuali telah disetujui oleh
pengawas ahli.
(5) Setelah penuangan campuran beton d1mulai, pelaksanaan harus
dilakukan tanpa henti hingga diselesaikan penuangan suatu panel atau ,,
penampang, yang dibentuk oleh batas-batas elemennya atau batas
penghentian penuangan yang ditentukan, kecuali diijinkan atau
dilarang dalam pelaksanaan siar pelaksanaan (construction joint).
(6) Permukaan atas dari acuan yang diangkat secara vertikal pada
umumnya harus terisi rata dengan campuran beton.

224 - Teknologi Beton


C) Bila d1pcrlukan. <;1ar pclaksnnaan harus cl1huat scsua, dcngan
kctcntuan (a) J>crmukaan be ton pada "iiar pclaksanaan harus hcrs1h.
(b) . Schclum pcngccoran harus d1hasah1. (c). T1dak mengurang1
kckuatan kon <;truks1 (d). Siar pclaksanaan yang tcrlctak pada lanta1
ditcmpatkan scpcr t1ga dan hcnlang hag1an tcngah plat. balok anak.
balok in<luk. S1a1 pclaksanaan pada balok mduk harus d1tempatkan
mcnjauhr dacrah pcrstlangan antara balok mduk tersebut dengan
balok larnnya scJarak t1dak kurang dan dua kali lebar balok yang
mcnyilang. (c). Balok anak, balok induk alau pclat yang didukung
oleh kolom tidak bolch d1tuang scbelum hilang s1fat keplast1sannya.
(f) . Balok anak, balok induk, pcnebalan miring balok dan kepala
kolom harus dituang secara monolit dengan pelat sebagai suatu
bagian dari s istem pclat tcrsebut, kecuali ditentukan lain dalam
perencanaannya.
(8) Beton yang dituangkan harus dipadatkan dengan alat yang tepat
secara sempuma dan harus diusahakan secara maksimal agar dapat
mengisi semua rongga beton .
Hal lain yang perl u diperhatikan adalah: ( 1). Tinggi jatuh tidak boleh
lebih dari 1.50 meter. Jika terjadi jarak yang lebih besar rnaka perlu
ditambahkan alat bantu -seperti tremi atau pipa. (2) Tidak dilakukan
penuangan selama terjadi huj an agar kadar air tetap terjaga, kecuali jika
pengecoran di]akukan dibawah atap. (3) Setiap kali penuangan, tebal
lapisan maksimum 30-45 cm, agar pernadatannya dapat dilaksanakan
dengan mudah. (4). Penuangan hanya berhenti dititik rnomen sama
dengan nol.

9.6.2 Penuangan yang Tertunda


Batas penundaan yang masih dapat ditoleransi adalah sesuai dengan
lamanya waktu pengikatan beton. Lamanya waktu pengikatan awal beton
.. selama 2 jam dan pengikatan akhir selama 4 jam. Dengan penundaan
selama 2-2.5 jam kuat tekan beton masih dapat tercapai (lihat Gambar
9.~). Penundaan akan mengakibatkan kehilangan Faktor Air Semen
akibat penguapan beton segar serta akibat terserap oleh agregat. Pada
Gambar 9.4 terlihat bahwa penundaan lebih dari 4 jam akan menyebab-
kan penunman kekuatan.

Pengerjaan Beton - 225


...
l'0 :,
... 1:10

-'l:l E 1;'()

--
:,

[i
°"'Cl /
v--- .........._,__
110

I/ ""' ~
C: C:


-... 0,
a., 100
l'0 C:
"O ~
C: 90
l'0 C:
..IC
a,
- "O
II)
II)
80
'\
\.
C C:
!B ~
~ 8- ·c: 70
..k: ·-

-" l'0

~i~
ro
a.• E .c
a:,
60
\
~~~
a. E "- 50
\
0 2 3 4 5 6

(Waktu) penundaan pembuatan benda uji. Jam

Gambar 9.4 Kek11ata11 Beto11 de11ga11 Pe11gecora11 yang mengalam i pe11undaa11

9.6.3 Penuangan Beton dalam Air


Untuk penuangan beton atau pengecoran dalam air, dapat
ditambahkan sekitar 10% semen untuk menghindari kehilangan pada saat
penuangan. Penuangan ini dapat dilakukan dengan alat-alat bantu, yaitu:
(1 ). karung (protective sandbag walling), (2). bak khusus, (3 ). tremi, ( 4).
katup hydro (hydro valve) dan (5). beton pra-susun (prepacked concrete).
Berikut ini adalah penjelasan untuk masing-masing alat tersebut.
(1 ) Penuangan menggunakan karung dilakukan dengan mengisi karung-
karung dengan beton segar, kemudian memasukkannya ke dalam air.
Untuk mendapatkan konstruksi yang padat dan masif, karung-karung
tersebut dipantek satu dengan yang lainnya. Penuangan dengan cara
ini memerlukan bantuan penyelam sehingga biasanya mahal .
(2) Pada penuangan beton dengan bak khusus, campuran beton _diisikan
dalam sebuah bak. Campuran tersebut akan keluar melalui pintu yang
otomatis terbuka sendiri. Setelah pintu terbuka, bak diangkat secara
perlahan-lahan sehingga beton mengalir.
(3) Penuangan dengan pipa tremi banyak digunakan karena efisien dan
efektif. Penuangan dilakukan dengan cara mengisikan campuran
beton ke dalam pipa tremi, kemudian mengangkat pipa tremi secara
perlahan sampai beton mengalir keluar. Ujung pipa bagian bawah
harus selalu terbenam dalam beton yang dituangkan.

226 - Teknologi Beton


(-4) Katup hydro lcrclm dan p1pa nylon diameter 600 mm yang llcks1hlc
untuk mc11ua11gka11 hcton. l J1ung bawahnya dilcngkap1 pchndung
kaku bcrbcnt u k \ii 111dcr. Cara pcngcrJaannya sama dcngan trcmt.
(5) Pcnuan gan dcngan lx:ton pra-susun dilakukan <lcngan mcnyusun
tcrlch1h dahulu ag.rcgat kasar yang lcb1h bcsar dan 28 mm. kcmud1an
mclakukan gro11t111g (grout colodial). Grout d1buat dcngan
me ncampu r semen. pastr dan air atau dapat Juga ditambah bahan
tambah plastisi-::er pada a lat pcngaduk khusus.

9.6.4 Penuanga n Beton dengan Pemompaan


Penua n gan beton atau pcngecoran dengan pcmompaan melalui ptpa-
pipa sangat menguntungkan apabila cara lainnya tidak bisa dilakukan.
Cara in i san gat m e n guntungkan jika hal-hal berikut ini dipenuhi .
( l) Gunakan s u a tu campuran dengan si fat pengerjaan sedang, dengan
ukuran a grega t tidak lebih dari 40 mm.
(2) Pengawasan yang ketat selama pelaksanaan.
(3) Gunakan bahan tamba h yang memperbesar sifat plastis dari beton
segar.
Keuntungan cara ini a dala h: ( 1). pengurangan tenaga kerja, (2).
hasilnya baik j ika persiapannya baik dan (3). produksi kerja akan tinggi
jika pompa yang digunakan berkapasitas besar dan baik. Jenis-jenis
pompa beton antara lain pompa torak, pompa pneumatik dan pompa peras-
tekan. Alat pompa ini dilengkapi dengan pipa-pipa penghantar beton.

9.7 Pemadatan Beton


Pemadatan dilakukan segera setelah beton dituang. Kebutuhan akan
alat pemadat disesuaikan dengan kapasitas pengecoran dan tingkat
kesulitan pengerjaan. Pemadatan dilakukan sebelum terjadinya initial
setting time pada beton. Dalam praktik di lapangan, pengindikasian initial
setting dilakukan dengan cara menusuk beton tersebut dengan tongkat
c~npa kekuatan. Jika masih dapat ditusuk sedalam 10 cm, berarti setting
11me belum tercapai .

,. Penge,jaan Beton - 227


Pemndat:m dm1nksudknn untuk mcnghilan gk:111 rongga -rongga udara
yang terdupat dalnm bcton scgar. Dari Gamlrnr 9 .5 tcrlihat hahwa
bertambahnyn knndung::111 udara dalam bcton akan mcnycbahkan
ke"-7.rntnn trkan bcton bcrhirang .

......

Gambar 9.5 Pengaruh rongga-rongga udara pada kekuatan tekan beton

Pada pengerjaan beton dengan kapasitas kecil, alat pemadat dapat


berupa kayu atau besi tulangan. Untuk pengecoran dengan kapasitas lebih
besar dari 10 rn3 , alat pemadat mes in harus digunakan. Alat pemadat ini
lebih dikenal dengan nama vibrator atau alat getar. Pemadatan dilakukan
dengan penggetaran. Carnpuran beton akan mengalir dan memadat karena
rongga-rongga akan terisi dengan butir-butir yang lebih halus. Alat getar
ini dibagj menjadi dua, yaitu:
(1) Alat getar intern (internal vibrator), yaitu a lat getar yang berupa
tongkat dan digerakan dengan mesin. Untuk menggunakannya,
tongkat dirnasukkan ke dalam beton pada waktu tertentu, tanpa harus
menyebabkan bleeding.
(2) Alat getar cetakan (external vibrator or form vibrator) , yaitu alat
getar yang mengetarkan form work sehingga betonnya bergetar dan
memadat.

228 - Teknologi Beton


Bcbcrapa pcdoman urnum dalam proses pcmadatan adalah:
( l) Pada jarak yang hcrclckatan/pcndck, pcmadatan dengan alat gctar
dilaksanakan da lam waktu yang pcndck.
(2) Pcmadatan dilaksanakan sccara vcrtikal dan jatuh dengan beratnya
send in .
(J) Tidak menycbabkan tcrpdinya bleeding.

(4) Pem ada ta n merata.


(5) Tidak terjadi kontak antara alat getar dengan bekisting.
(6) A lat getar tidak berfungsi unt;1k mengalirkan, mengangkut atau
memindahkan beton.

9.8 Pekerjaan Akhir (Finishing)


Pekerjaan finishing dimaksudkan untuk mendapatkan sebuah
permukaan beton yang rata dan mulus. Pekerjaan ini biasanya dilakukan
pada saat beton b elum mencapai.fina/ setting, karena pada masa ini beton
masih dapat dibentuk. Alat yang digunakan biasanya ruskam, jidar dan
alat-alat perata lainnya.

9.9 Perawatan Beton (Curing)


Perawatan ini dilakukan setelah beton mencapai final setting, artinya
beton telah mengeras. Perawatan ini gilakukan agar proses hidrasi
selanjutnya tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan
mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan
dilakukan minimal selama 7 (tujuh) hari dan beton berkekuatan awal
tinggi minimal selama 3 (tiga) hari serta harus dipertahankan dalam
kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang dipercepat.
(PB, 1989:29).
Perawatan ini tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan
tekan beton yang tinggi tapi juga dimaksudkan untuk memperbaiki mutu
dari keawetan beton, kekedapan terhadap air, ketahanan terhadap aus,
serta stabilitas dari dimensi struktur.

Pengerjaan Beton - 229


9.9.I Perawatan yang di Pcrccpat
Perawatnn dcngan uap bcrtcknnan tinggt. unp bcrtckanan atmosfcnk.
pcmanasan dan pclcmhaban ntau proses lain yang <lapat dt tcnma, bolch
digunakan untuk mcncapai kckuatan tckan dan mcngurangi waktu
perawatan. Pcrawatan ini harus mampu mcnghasi lkan kckuatan tckan
sesuai dengan rencana. dan proscsnya harus mampu rncnghasilkan bcton
yangtegar.
Untuk cuaca yang panas pcrlu dipcrhatikan bahan-bahan penyusun-
nya. cara produksi, penanganan dan pengangkutan, pcnuangan, perlin-
dungan dan perawatan untuk mencegah suhu beton atau penguapan air
yang berlebihan sehingga dapat mengurangi kekuatan tekannya dan
mempengaruhi kekuatan strnktur.

9.9.2 1\1acam Perawatan


Perawatan beton ini dapat dilakukan dengan pembasahan atau
penguapan (sream) serta dengan menggunakan membran. Pemilihan cara
mana yang digunakan semata-mata mempertimbangkan biaya yang
dikeluarkan.

9.9.2.1 Perawatan dengan pembasahan


Pembasahan dilakukan di laboratorium ataupun di lapangan.
Pekerjaan perawatan dengan pembasahan ini dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu:
a. Menaruh beton segar dalam ruangan yang lembab
b. Menaruh beton segar dalam genangan air
c. Menaruh beton segar dalam air
d. Menyelimuti pennukaan beton dengan air
e. Menyelimuti pennukaan beton dengan karung basah
f. Menyirarni pennukaan beton secara kontinyu
g. Melapisi pennukaan beton dengan air dengan melakukan compound
Cara a, b dan c digunakan untuk contoh uji. Cara d,e,f digunakan
untuk beton di lapangan yang permukaannya mendatar, sedangkan cara f

230 - Tekno/ogi Seton


d:m g d1gunakan untuk yang pcrmukaannya vcrtikal. Fungs1 utama dan
pcrawatan bcton adalah untuk mcnghindarkan hclon darr

a Kchtlan gan a1r-...,cmcn yang hanyak pada saat-saat setw1g time


roncrete
b. Kchilangan air ak1hat pcnguapan pada han-han pcrtama
C. Pcrbedaan suhu hcton dcngan lingkungan yang terlalu besar.
Untuk mcnanggulang1 kchilangan air dalam beton 1n1 dapat dtlakukan
langkah-langkah pcrbaikan dengan perawatan. Pelaksanaan Curing
Compound. sesuai dengan /\ST M C .309, dapat diklasiftkasikan menJadi :
a. Tipe I, Curing Compound lanpa Dye, btasanya terdin dari parafin
sebagai sela put Jil in yang dicampur dengan air.
b. Tipe 1-D. Curing Compound dengan Fugitive Dye (wama akan hilang
selama beberapa minggu)
c. Tipe II, Curing Compound dengan zat bewama putth.
Di pasaran, kita dapat menj umpai beberapa merek sikament,
misalnya Antisol Red (termasuk tipe I-D), Antiso/ Wh ite (termasuk tipe
Il) dan Antisol E (tennasuk Tipe I, Non Pigmented Curing Compound).
Curing compound ini selain berguna untuk perawatan pada daerah
vertikal juga berguna untuk daerah yang mempunyai temperatur yang
tinggi, karena bersifat memantulkan cahaya (terutama Tipe I).

9.9.2.2 Perawatan dengan penguapan


Perawatan dengan uap dapat dibagi menjadi dua, yaitu perawatan
dengan tekanan rendah dan perawatan dengan tekanan tinggi. Perawatan
tekanan rendah berlangsung selama l 0-12 jam pada suhu 40°-55°C,
sedangkan penguapan dengan suhu tinggi dilaksanakan selama l 0-16
jam pada suhu 65°-95°C, dengan suhu akhir 40°-55°C. Sebelum
perawatan dengan penguapan dilakukan, beton harus dipertahankan pada
suhu 10°-30°C selama beberapa jam.
Perawatan dengan penguapan berguna pada daerah yang mempunyai
musim dingin. Perawatan ini harus diikuti dengan perawatan dengan
pembasahan setelah lebih dari 24 jam, minimal selama umur 7 hari, agar
kekuatan tekan dapat tercapai sesuai dengan rencana pada umur 28 hari.

Pengerjaa11 Beron - 231


9.9.2.3 Perawntan dcngnn memhran
Mcmbran yang digunakan untuk pcrawatan mcrupakan pcnghalang
fisik untuk mcnghnlangi pcnguapan air . Bahan yang d1gunakan harus
ke1ing dalam \\"aktu 4 jam (scsuai final setting time). dan mcmhcntuk
selembar film yang kontinyu. mclckat d:m tidak hcrgabung, tidak
beracun. tidak selip. bcbas dari lubang-lubang halus dan tidak mcm-
bahayak:m bcton.
Lembaran plastik atau lcmbaran lain yang kcdap air dapat digunakan
dengan sangat efesien. Perawatan dengan menggunakan membran sangat
berguna untuk perawatan pada lapisan pcrkcrasan beton (rigid pavement).
Cara ini harus dilaksanakan scsegera mungkin setelah waktu pcngikatan
beton. Perawatan dengan cara ini dapat juga dilakukan setelah atau
sebelum perawatan dengan pembasahan.

9.9.2.4 Perawatan Iainnya


Perawatan pada beton lainnya yang dapat dilakukan adalah perawatan
dengan menggunakan sinar infra merah, yaitu dengan melakukan
penyinaran selama 2-4 jam pada suhu 90°C. Hal tersebut dilakukan untuk
mempercepat penguapan air pada beton mutu tinggi. Selain itu ada pula
perawatan hidrotennal (dengan memanaskan cetakan untuk beton-beton
pra-cetak selama 4 jam pada suhu 65°C) dan perawatan dengan
karbonisasi.

9.10 Sifat-sifat Beton Segar


Dalam pengerjaan beton segar, tiga sifat yang penting yang harus
selalu diperhatikan adalah kemudahan pengerjaan, segregation (sarang
kerikil) clan bleeding (naiknya air).

9.10.1 Kemudahan Pengerjaan (Workability)


Kemudahaan pengerjaan dapat dilihat dari nilai slump yang identik
dengan tingkat keplastisan beton. Semakin plastis beton, semakin mudah
pengerjaannya. Unsur-unsur yang mempengaruhinya antara lain;
( I ) Jumlah air pencampur
Semakin banyak air semakin mudah untuk dikerjakan.

232 - Tekno/ogi Bet.on


(2) Kandun gan semen,
Jika F J\S tctap, sc makin banyak semen hcrart1 semakin banyak
kcbutuhan air sch m gga kcplastisannyapun akan lchih tmgg1,
(3) Gra<las1 ca mpuran pas1r-kcrikil
Jika memcnuh1 syarat dan scsuai dengan standar, akan lebih mudah
Jikcrjakan .
(4) Bcntuk butirnn agrcgat kasar
Agrcgat bcrbcntuk bulat-bulat lebih mudah untuk dikerjakan.
(5) Butir maksimum
(6) Cara pemadatan dan alat pemadat.
Percobaan s lump dilakukan untuk mengetahui tingkat kemudahan
pengerjaan. Percobaan ini di lakukan dengan alat berbentuk kerucut
terpancung, yang diameter atasnya l O cm dan diameter bawahnya 20 cm
dan tinggi 30 cm. dilengkapi dengan kuping untuk mengangkat beton
segar dan tongkat pemadat diamater 16 mm sepanjang minimal 60 cm .
Langkah percobaan adalah sebagai berikut.
(l) Siapkan alat-alat slump, termasuk centong untuk memasukan semen.
(2) Bagi volumenya menjadi masing-masing l/3 volume,
(3) Jika dihitung, tinggi lapisan 1/3 pertama ± 7 cm, tinggi lapisan kedua
+ 9 dan s isanya menjadi tinggi lapisan ketiga.
(4) Masukan beton dengan centong secara hati-hati setinggi 1/3 volume
(Jangan sampai alat slump bergerak).
(5) Padatkan lapisan tersebut dengan tongkat pemadat dengan menusuk-
nusvk sebanyak 25 kali.
(6) Lakukan hal yang sama untuk lapisan kedua dan ketiga.
(7) Biarkan selama 60 detik setelah lapisan terakhir dikerjakan,
(8) Angkat alat slump secara hati-hati Uangan sampai miring) hingga
mengenai sisi beton segar.
(9) Letakan alat slump di sisi beton segar
(10) Ukur rata-rata tinggi slump, diukur dari tinggi permukaan alat sampai
tinggi permukaan beton yang j atuh.

Pengerjaan Beton - 233


Ada 11~n _1c111s slump ynitu slr"nfJ scpt1. .,l11111p gcsc, dan .,lump
runtuh. Nilu1 slump tcrscbut ditun_1ukkan pndn ( ,amhar 9 . (> untu k hcrhaga1
mncam faktor.

Gambar 9.6.1 Slum geser pada berbagai ni/ai Faktor Air Semen .

Gambar 9.6.2 Slum sejati pada berbagai nilai Faktor Air Semen.

234 - Teknologi Belon


Gambar 9.6.3 S/11111 runtuh pada berhagai nilai Faktor Air Semen.

9.10.2 Segregation (Pemisahan Kerikil)


K ecenderungan butir-butir kasar untuk lepas dari campuran beton
dinamakan segregasi. Hal ini akan menyebabkan sarang kerikil yang pada
akhirnya akan menyebabkan keropos pada beton. Segregasi ini
disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, campuran kurus atau kurang
semen. Kedua, terlalu banyak air. Ketiga, besar ukuran agregat maksi-
mum lebih dari 40 mm. Keempat, perrnukaan butir agregat kasar;
semakin kasar permukaan butir agregat, semakin mudah terjadi segregasi.
Kecenderungan terjadinya segregasi ini dapat dicegah jika: (1).
Tinggi jatuh diperpendek, (2). Penggunaan air sesuai dengan syarat, (3).
Cukup ruangan antara batang tulangan dengan acuan, (4). Ukuran agregat
sesuai dengan syarat, dan (5) Pemadatan baik.

9.10.3 Bleeding
Kecenderungan air untuk naik kepermukaan pada beton yang baru
dipadatkan dinamakan bleeding. Air yang naik ini membawa semen dan
butir-butir halus pasir, yang pada saat beton mengeras nantinya akan
membentuk selaput (laitance). Bleeding ini dipengaruhi oleh:
( 1) Susunan butir agregat
Jika komposisinya sesuai, kemungkinan untuk terjadinya bleeding
kecil.
(2) Banyaknya air

Pengerjaan Beton - 235


Semalcin banyak air bcrarti scmakin bcsar pula kcmungkinan
tcrjndinya bleeding.
(3) Keccpatan hidrasi
Semakin cepat bcton mengeras, scmakin kccil kcmungkinan
terjadinya bleeding.
(4) Proses pemadatan
Pemadatan yang berlcbihan akan mcnyebabkan tc1jadinya bleeding.
Bleeding ini dapat dikurangi dengan cara: ( 1). M e mbcri lebih ban yak
semen. (2). Mengunakan air sesedikit mungkin, (3). Menggunakan butir
halus lebih banyak, dan (4). Memasukan sedikit udara dalam adukan
untuk beton khusus.

9.11 Pengerjaan Beton pada Cuaca Panas


Karena kondisi Indonesia yang panas, pengaruh cuaca (weathering)
pada pengerjaan beton ini akan sangat dominan. Sementara itu, j ika
ditinjau dari sisi geologi, batuan di Indonesia berusia muda dan terdiri
dari batuan a11desitic dan ba1stic sehingga jika dilakukan crushing batuan
tersebut akan berbentuk mernanjang, pipih serta porous. Hal tersebut akan
menyebablran penggunaan semen dan air yang lebih banyak, yang pada
akhirnya akan memperbesar kemungkinan terjadi segregasi dan bleeding.
Hal ini dapat ditanggulangi dengan langkah-langkah perbaikan seperti
yang telah disebutkan atau dengan menambahkan bahan tambah
(admixlure).
Temperatur yang tinggi akan mempengaruhi beton segar dan beton
keras. Jika tidak diambil langkah-langkah perbaikan, kerugian yang dapat
diakibatkan oleh temperatur tinggi adalah:
(I) Penggunaan air lebih banyak
(2) Kehilangan slump dalam waktu yang pendek
(3) Setting lebih cepat
(4) Kesulitan pemadatan
(5) Kemungkinan terjadinya bleeding lebih besar
(6) Penyusutan yang besar diawal pengerasan
(7) Kemungkinan terjadinya cracking besar

236 - Teknologi Beton


(8) Pcrlu pcrawatan pada saat setting
(9) Pcr]u pcndingmnn material
(\O)Durabi li tas bcrkurang.
( 11) Homogcnitas hcrkurang.

9.12 T indakan Pencegahan


Tind akan penccgahan ini dilakukan agar kekuatan dan sifat-sifat
bcton sega r dapat terjaga. Tindakan pencegahan ini meliputi bahan-bahan
pencampur dan pelaksanaan pada beton segar.

9.12.1 Bahan-Bahan Pencampur


9.12.1.1 Portland cement
Penggunaan kadar C 3 A yang terlalu tinggi agar dibatasi. Hal ini
dilakukan a gar proses hidrasi berjalan tidak terlalu cepat, kecuali
dikehendaki demikian. Proses yang terlalu cepat tanpa diikuti dengan
tindakan y ang baik dalam pelaksanaan dan perawatan beton segar dan
yang telah mengeras akan menyebabkan retak-retak dalam beton.
Kehalusan butir sem en j uga harus diperhatikan, karena hal ini akan
menyebabkan karena akan menyebabkan lebih cepat terjadi proses hidrasi
(heat generation). U ntuk itu j umlah semen minimum perlu diperhatikan.
Jumlah semen minimum ini dapat direduksi dengan penggunaan bahan
tambah (admixture) ataupun abu terbang (fly-ash).

9.12.1.2 Agregat
Temperatur dari agregat h arus diperhatikan karena suhu agregat akan
menyebabkan naiknya temperatur dalam campuran yang pada akhirnya
akan menyebabkan kehilangan panas yang lebih cepat dalam beton segar.
Untuk itu agregat harus diletakan dalam kondisi yang terlindung. Jika
agregat diletakkan dalam lapangan terbuka (stock-field') dengan suhu
udara lebih besar dari 30°C, maka pada waktu akan digunakan, agregat
sebaiknya disiram terlebih dahulu (sprinkling) untuk mendinginkan suhu
permukaannya.

Pengerjaan Beton - 237


Hui lain yang dapat dilakukan adalah mcngurnng1 kchilangan air
akibat nbsorsi (pcnyerapan) olcb agrcgat yang tcrla lu ccpat. Dari has ii
penyclidikan secora cmpiris diketahui bahwa pcnunman tcmpcratur
agregat sebesar 1o0c akan menunmkan tcmpcratur bet on schcsar 6°C.

9.12.1.3 Air
Suhu air. terutama yang berada dalam reservoir, harus dipcrhatikan .
Sebagai tindakan pencegahan. wama terang (misalnya putih) dapat
diberikan pada dinding reservoir. Basil penyelidikan sccara empiris
menunjukkan bahwa penunman temperatur agregat sebcsar 10°C akan
menurunkan temperatur beton sebesar 2-3°C.

9.12.1.4 Bahan tambah


Bahan tambah digunakan sesuai dengan kondisi dari lingkungan dan
keinginan dari sifat pengerjaan. Bahan tambah yang digunakan dalam
pelaksanaan pengerjaan di lapangan adalah sebagai berikut.
( 1) Superplasticizer. Bahan ini mengurangi jumlah air yang dipakai,
untuk mendapatkan workability (/lowing concrete) yang baik. Jika
jumlah air tetap dan FAS tetap maka kebutuhan akan semen menjadi
minimum. Hal tersebut akan sangat menghemat biaya karena mudah
dikerjakan dengan tenaga yang sedikit. Beton semacam ini disebut
dengan self-beveling concrete. Flowing concrete mempunyai sifat
kohesif yang baik dan tidak menunjukan segregation, dan
kemampuan untuk rnernpertahankan nilai slump juga baik, tergantung
dari jenis semen yang digunakan. Bahan ini akan meningkatkan
kelecakan beton lebih lama pada waktu yang tinggi. Produk yang
cukup dikenal untuk mempertahankan slump-loss dan retardation ini
adalah generasi ke-IV superplasticizer dari SIKAMENT-PM 1-3.
(2) Plasticity Retarding Agelll Bahan ini memberikan sifat retarding
bersarnaan dengan plasticizer dan akan mengurangi jumlah air yang
dipakai sehingga proses hidrasi akan lebih lama dan akan mengurangi
susut-rangkak. Produk yang berada dipasaran bercirikan dengan
hurup R, misalnya Plastocrete-R dari SIKAMENT.
(3) Retarder. Retarder dalam keadaan cair biasanya juga berfungsi
sebagai plasticizer pada beton. Pengaruh retarder disesuaikan dengan
dosis (manual-books) yang diberikan.

238 - Teknologi Beton


9.12.2 Tolcransi yang Diijinkan
Dalam pcnakaran bahan-bahan pcnyusun bcton scbaga1 campuran.
ASTM C.685 "Standard .\'pes(ficatio11 for Concrete Made By Volumetric
Batching and Co11ti11uo11, 1\4ixi11g" memhcrikan to\cras1 seperti yang
tcrcantum pada Tabcl 9 .2.

Tabe l 9.2 Tolera11si Bera/ u11tuk Pe11camp11ran

Bahan Pcnvusun Bc to n Toleransi


Semen d a lam Bernt 0%- 4%
Agregat Halus da la m berat ±2%
Agregat Kasar da lam berat ±2%
Bahan Tambah dala m berat atau Volume ±3%
Air dalam Berat atau volume ± 1%

Nilai toleransi terhadap slump yang didasarkan dari nilai slump


maksimum yang diharapkan dalam campuran beton dan tertulis dalam
spesifikasinya tercantum dalam Tabel 9.3.

Tabel 9.3 Batas Toleransi Nilai Slump

Nilai Slump Maksimum Tertulis dalam Toleransi


Spesifikasi
3 in (76 mm) atau lebih kecil 0 - 1.5 in (0-38 mm)
Lebih Besar dari 3 in (76 mm) 0 - 2.5 in (0-63 mm)
Nilai Slump Maksimum Tidak Tertulis dalam Spesifikasi
Lebih kecil dari atau sama dengan 2 in (50 mm) ± 0.5 in (13 mm)
2 in - 4 in (50 - 100 mm) ± 1.0 in (25 mm)
Lebih Besar dari 4 in ( 100 mm) ± 1.5 in (38 mm)

Pengerjaan Beton - 239


9.12.3 Pelaksanaan
9.12.3.1 Acuan dan perancah iformwork)
Agar beton yang dibcntuk benar-benar scsuai dcngan rcncana maka
perlu dilakukan pemeriksaan kekuatan dari acuan dan pcrancah (form-
work). Selain itu. perlu diperhatikan tingkat kcbcrsihan dari cctakan
(bekisting) dan tulangan, agar tidak ada bahan-bahan yang dapat
mengganggu beton. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah jarak dari
tulangan dengan bidang samping cetakan. Perlu diperhatikan apakah butir
agregat yang paling besar dapat masuk kedalam cetakan dan beton-beton
decldng atau tidak. Hal ini dilakukan agar tulangan tidak langsung
bersentuhan dengan tanah yang akan membentuk course concrete.
Tindakan pembersihan dapat diakukan dengan kompresor jika
struk'tumya besar.

9.12.3.2 Peralatan pengecoran


Persiapan peralatan pengecoran menjadi penting karena akan
menjamin pelaksanaan pengecoran. Peralatan pengecoran ini meliputi
alat-aduk, alat angkut, alat pemadat, dan alat-alat untuk finishing.
Untuk pekerjaan pengecoran yang besar, cadangan peralatan
sebaiknya dipersiapkan dan disimpan di tempat yang terlindung dari sinar
matahari. Alat angkut yang menggunakan talang sebaiknya dicat putih,
begitu j uga dengan mixer. Pada pengecoran dengan form-work berjalan,
sliding form atau slip{orm, bahan (cement grouting) dan alat untuk
perbaikan harus disediakan di lapangan.

9.12.3.3 Pelaksanaan & Penjadwalan


Untuk pengerjaan beton yang kecil, temperatur lingkungan sebaiknya
di bawah 30 derajat dan dikerjakan sore hari. Jika dilaksanakan pada
siang hari, sebaiknya diberi pelindung. Jika dilaksanakan pada pagi hari,
hidrasi akan terjadi pada saat temperatur lingkungan berada pada
puncaknya yakni siang hari.
Waktu pelaksanaan sebaiknya dijadwalkan secara baik. Untuk
pengerjaan yang besar dan kontinyu koordinasi antara batching plant
(kontraktor Ready Mix) dan kontraktor pelaksana konstruksi harus

240 - Teknologi Beton


bcrja\an batk , aga, kcrnungkman putusnya supply hcton pada 5aat-5aat
yang t1dak <likchcndak1 dapat dihindari.
Pcnjadwa lan in i mcnJad 1 pen ting karcna akan menjamin pclaksanaan
dan akan m cnurunkan rlelai1 cost yang tcrjadi, karcna membayar tcnaga
pcmbcrsihan ulang scrta kchilangan waktu pcngcrjaan.
Pcnjadwa lan irn mungkin tidak bcgitu masalah ji ka pekerjaan
berlangsung di kota bcsar, dimana jumlah kontraktor ready mix banyak.
Hal ini akan mcnjadi masalah jika dilaksanakan di daerah dimana hanya
ada satu kontraktor ready 111ix. Pcnjadwalan yang dibuat meliputi suplai
material beton dan s uplai beton scgar yang disesuaikan dengan kapasitas
pengecoran .

9.13 Hal-hal Penting yang Harus Diperhatikan


Secara umum hal-hal penting yang harus diperhatikan adalah
spesifikasi teknis yang meliputi syarat-syarat pengerjaan beton dan
komposisi yang diberikan (hasil Job Mix Design atau JMF Concrete).

9.13.1 Pelaksanaan Jadwal Kerja (Time Schedule)


(1) Jadwal (schedule ) pengecoran,
(2) Data pengecoran
(3) Jumlah pengecoran (kapasitas perjam)
(4) Alat angkut
(5) Tenaga kerja (manpower include with worker)

9.13.2 Persiapan Awai Pengerjaan


(1) Kontrol Acuan-Perancah (Bekisting), meliputi kekuatan perancab,
tangga inspeksi, pemberian minyak, dan kerataan acuan
(2) Kontrol Tulangan (Rebar), meliputi kebersihan tulangan, selimut
beton, panjang penyaluran, sambungan, ikatan, dan jumlah, yang
harus sesuai dengan gambar struktur
(3) Kecukupan tenaga pengecoran
( 4) A lat penerangan

Penge,jaan Beton - 241


(5) Syn mt ndministrasi (ijm pcngccnran)
l 6) Kontrol Matrrinl. mrlipuli material finishing, pcnan ggu fongan kropns
akibnt slidding untuk pcngccoran dcngan slip- form , kctcrscdiaan
mntcnal (nir. PC. agrcgat. dan atau bahan tmnbah)
(7) Alat Pcngrcoran. meliputi alat aduk, alat angkut. alat pcmadatan, dnn
alat finishing
(8) Metodc Pelnksana:111, mcliputi mctodc pcnunngan, mctodc
pemndatan, metodefi11ishi11g, metode pcrawatan (curing) nantinya
(9) Lingl1..mgan yaitu antara lain cuaca setcmpat, kondisi sctcmpat,
pekc1~jaan-pekerjaan disckitarnya dan lainnya.

9.13.3 Pelaksanaan
( 1) Kontrol kondisi material di stock {reld, meliputi kecukupan dari
material yang ada disesuaikan dengan kebutuhan beton jadi, kontrol
eek dengan hasil uji laboratorium tentang meterial p enyusun beton.
(2) Pengambilan contoh beton segar untuk menguji konsistensi dan
kelecakan (slump test), bleedillg, segregasi, ketepatan campuran, dan
pembuatan benda uj i.
(3) Tindakan perbaikan segera yang meliputi cara perbaikan dan material
yang digunakan.
(4) Lingk:ungan yaitu ·kondisi cuaca, pekerjaan lain disekitar dan lainnya.

9.13.4 Quality Control


(1) Pemeriksaan secara reguler material di Iapangan dan atau digudang.
(2) Pengambilan contoh uji (specimen) secara acak.
(3) Pendataan Iengkap untuk setiap contoh uji.

PERTANYAAN
9.1 Jelaskan tahapan pengerjaan beton di lapangan, agar didapatkan
beton yang memenuhi standar kualitas!

242 - Tekndogi Beton

.......
9 2 Pada pcngcrJaan hcton . pcrsiapan apa saja yang harus dtlakukan
scsuai dcngan SNI'?

9J Jclaskan tata cara pcnakaran campuran bcton agar mcnghasilkan


bcton dcngan kck11ata11 tckan yang diharapkan!
9.4 Apa kclcbihan dan kckurangan cara pengadukan manual dan
pcngadu kan dcngan mcsin, dilihat dari volume beton yang
dikerjakan ?
9.5 Jelaskan ta h a p an pcngadukan (a). manual dan (b) dengan mesin!
9.6 Meng apa p ada pengadukan dengan mesin, campuran masih harus
diaduk selama m in imal 1.5 menit setelah semua bahan tercampur?
9.7 Bagaimana cara m e ngetahui kekentalan dari suatu pengadukan?
9.8 A p a yang har u s diperhatikan dala m pengangkutan adukan beton ke
tempat pengecoran?
9.9 Apa y ang harus d ip erhatikan dalam penuangan adukan beton?
9. 10 Tindakan apa y ang h arus dilakukan jika terjadi penundaan
penuangan adukan beton ?
9.11 Jelaskan cara-cara penuangan adukan beton dalam air!
9.1 2 Kendala apa y ang dapat menyebabkan penuangan adukan beton
terpaksa dilakukan dengan pompa beton?
9.13 Pada keadaan yang bagaimana penuangan beton boleh dihentikan?
9. 13 Mengapa adukan beton yang telah dituang harus dipadatkan?

9. 14 Mengapa harus dilakukan perawatan pada beton yang baru


dikerjakan? Jelaskan pula jenis-jenis perawatan! Apa pengaruh
lingkungan terhadap beton?
9.15 Bagaimana karakteristik dan sifat beton segar?
9.16 Apa yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengerjaan beton?

DAFTAR PUSTAKA
ASTM, Concrete and Aggregates, Annual Book of ASTM Standard,
Vo.04.02.1995, Philadelphia: ASTM, 1995.

Pengerjaan Beton - 243


American Concrete Institute, ACI 318-89 Building Code Requircn1cnts
for Reinforce Concrete, Part I, Fifth Edition , Skokie, Illinois,
USA: PCA, 1990
Amirudin ..Nursyafril. Pcdoman Konstruksi Bcton . Edisi Pertama,
Bandung: PEDC. 1982.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,
Pedoman Beton 1989. SKBI.1.4.53.1989. Draft Konsensus.
Jakarta: DPU, 1989.
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. SK SNI T-15-1991-
03. Cetakan Pertama, Bandung: DPU - Yayasan LPMB, 1991
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Rencana Pembuatan
Campuran Beton Normal. SK SNI T-15-1990-03. Cetakan
Pertama, Bandung: DPU -Yayasan LPMB, 1991.
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Pengadukan dan
Pengecoran Beton. SK SN! T-28-1991-03. Cetakan Pertama,
Bandung: DPU -Yayasan LPMB, 1992.
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Spesifikasi Bahan Bangunan
Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam) SK SNI S-08-1989-
F. Cetakan Pertama, Bandung: DPU -Yayasan LPMB, 1989.
Direlctorat Pendidikan dan Kebudayanan, Direktorat Pendidikan Tinggi,
PEDC, Teknologi Bahan 3, Edisi 1983, Bandung: PEDC, 1983 .
Direktorat Pendidikan dan Kebudayanan, Direktorat Pendidikan Tinggi,
PEDC, Teknologi Bahan 4, Edisi 1984, Bandung: PEDC , 1983
Edward., A., et al, Techniques, Prosedures, and Practice of Sampling
of Concrete and Concrete-Making Material, Significance of
Test and Properties of Concrete and Concrete-Materials, ASTM
STP 169B, Philadelphia, 1978, pp.15-22.
Freedman., Sidney. Properties of Materials for Reinforced Concrete,
in Handbooks of Concrete Engineering. , Mark Fintel (Editor).,
London: Litton Educational Publishing, 1974.pp. 141-211.
Gaynor., Richard D,. Ready Mixed Concrete Signijica11ce of Test and
Properties of Concrete and Concrete-Materials, ASTM STP
169C, Philadelphia, 1994, pp.511 -521.

244 - Teknologi Beton


Gideon H ., Kcs uma, ct al., Pedoman Pengerjaan Beton. Cetakan
K c tiga, Jakarta: PT. Erlangga. 1994.
Gunawan A., Y dan Yacob.,Yulizar, Pcnuntun Praktis Praktikum pada
Laboratorium Tcknik Sipil, Cetakan Pertama, Jakarta:
Intermedia: 1987.
Ilsley Hewes,.Laurence, American Highway Practice, Volume II,
Fourth Printing, Jhon Wiley & Son, Inc. New York: 1942, 214-
277pp
Jackson, N. C ivil Engineering Material. Great Britain: Unwin Brothers
Ltd.,1977.
Kardiyono.,Cocrodimuljo. Teknologi Beton, (Bahan Kuliah) .
Yogyakarta: JTS-FT UGM. 1992
Murdock, L.J.,L.M.Brock, dan Stephanus Hendarko., Bahan dan
Praktek Beton. Jakarta: Erlangga, 1991.
Nawy., Edward. G., Reinforce Concrete a Fundamental Approach
Terjemahan, Cetakan Pertama, Bandung:PT.Eresco, 1990.

Pengerjaan BelOn - 245


!..246 - Teknologi Beton
PENGUJIAN BETON 10
engambilan contoh uji dan . pengujian dalam pelaksanaan

P pekerjaan beton secara urnum dapat dibagi menjadi tiga


kegiatan. Pe11ama, Pengarnbilan contoh dan pengujian material
penyusun beton, yang meliputi bahan-bahan semen, agregat, air dan atau
bahan tam bah. Hasil penguj ian ini akan digunakan sebagai dasar dari
perancangan beton (mix design). Kedua, pengambilan contoh dan peng-
ujian beton segar. Pengujian ini dilaksanakan setelah didapatkan suatu
komposisi campuran beton. Pengujian ini dilakukan untuk menguji sifat-
sifat dari beton segar dan pengaruhnya nanti setelah beton mengeras.
Ketiga, pengambilan contoh dan pengujian beton keras. Pengujian ini
dimaksudkan untuk mendapatkan nilai kekuatan dari struktur yang
direncanakan dan langkah perbaikan selanjutnya.

10.1 Pengambilan Contoh Uji Material


Pengambilan contoh uji ini dilakukan agar kondisi sebenamya dapat
terwakili . Ba tasan minimum contoh yang harus diambil dalam suatu
ukuran tertentu belum dijelaskan secara rinci. Secara mudah, untuk
tingkat homogenitas material yang tinggi, contoh uji akan lebih sedikit
diambil. Standar yang dapat diadopsi mengikuti ASTM D.3665 "Practice
for Random Sampling of Construction Materiaf'. Aturan pengambilan
sampel mengikuti aturan statistik.

10.1.1 Portland Cement


Pengambilan contoh uji semen dilakukan secara acak (random).
Untuk semen zak yang telah disimpan cukup lama dalam gudang, perlu
dilakukan pengambilan sampel, begitupun untuk semen curah.

10.1.2 Agregat
Pengambilan contoh uji dalam agregat pun harus dilakukan secara
acak., namun karena variabilitas sumber agregat yang tinggi maka

Pengujian Beton .: 247


pengambilan contoh pun bergantung pada tempat asal agrcgat. /\STM 0-
75 "Standard Practice.for Sampling Aggregates'' mcmbcrikan rckomcn-
dasi tentang pengambi1an sampel ini .
(1) Pengambilan dari Quarry
Jika agregat yang akan digunakan da1am campuran nantinya langsung
diambi1 dari quarry maka contoh yang diambil harus dapat mewakili.
Contoh dapat diambil dati daerah-daerah yang akan digunakan .
Untuk lapisan yang lebih dalam, dapat digunakan pengeboran atau
pipa yang diruncing1'.11n (khusus agregat halus). Pengambilan contoh
sebaiknya di1akukan pada arah vertikal, karena homogenitas dari sisi
vertikal biasanya tinggi.
(2) Pengambilan dari Timbunan (Stockpiles)
Jika diambil dari timbunan, contoh uji harus diambil pada interval
tertentu yang dirasa mewakili. Pada lapis terdalam, pengambilan
dilak.1lkan dengan pipa atau penggalian langsun g dengan sekop/
ekskavator.
(3) Pengambilan dari Belt Co11veyor
Pengambilan contoh dengan belt conveyor harus dilakukan secara
penuh dalarn arah melintang dan dalam waktu yang pendek. Banyak
sedikitnya sampel yang diambil tergantung homogenitas agregat.
(4) Pengambilan dari Traill (gerbong kereta api)
Pengambilan contoh dilakukan pada setiap gerbong, pada sisi-sisi dan
tengah gerbong. Banyak sedikitnya contoh uji yang diambil ter-
gantung homogenitas agregat. Jika contoh agregat yang diambil
terlalu banyak, dapat dikurangi sesuai dengan kebutuhan. Pengurang-
an ini dapat dilakukan secara manual (Quarter M ethod) atau dengan
mesin (Splitter Machine). Standar yang dapat diadopsi adalah ASTM
C.702 " Standa.rd Practice for Reducing Samples of Aggregate to
Testing Size". Berikut ini adalah penjelasan mengenai metode-metode
pengurangan tersebut.
(1) Mesin Pembagi (Mecltanical Splitter) atau Metode A
Splitter Macl,ine/Sample Splitter merupakan alat pembagi
contoh yang biasanya digunakan di laboratorium untuk volume
pengerjaan yang kecil. Agregat yang masuk ke dalam mesin
pembagi akan dibagi dua sama banyak, dimana satu bagian

248 - Teknologi /Jeton


kcluar/bcrhcnt1 dan satu lagi terbagi dua sama banyak, hingga
didapatkan contoh uji yang diinginkan.
(2) Quartering Method atau Mctode B
Agregat ditaruh di tempat yang datar kemudian dicampur secara
merata. Campuran agregat kemudian dibagi empat sama besar,
dengan terlebih da hulu membentuk kerucut dan member1kan
beban merata sampai berbentuk lingkaran . Lingkaran tersebut
dibagi menjadi empat yang sama besamya. Dua contoh yang
berlawanan arah diambil sebagai contoh uji. Jika masih terlalu
banyak, diulangi lagi sampai didapatkan contoh yang diinginkan.
(3) M iniatur Penimbunan (Miniature Stockpile Sampling) atau
Meto de C
Metode pengambilan sampel dengan cara membuat miniatur
penimbunan hanya digunakan untuk agregat halus saja. Metode
ini merupakan cara C dalam ASTM C.702. Prosedur pelaksana-
annya adalah menempatkan contoh agregat halus pada tempat
yang keras serta bersih dan meratakan permukaannya. Material
dicampur dan diputar-putar sebanyak tiga kali. Bentuk kerucut
dibuat dengan menggunakan sekop. Puncak kerucut kemudian
d iteka n dengan sekop agar terbagi menjadi empat bagian.

(a). Mesin Pembagi untuk contoh uji kecil (agregat halus)

Pengujian Beton - 249


At 1,cast
Eight
Openings

(b). Mesin pembagi untuk contoh uji besar (agregat kasar)

Gambar 10.1 Mesin Pembagi (Riffles)

(a) (b) (c) (d) (e)


Gambar 10.2 Cara Bagi Empat diatas lapisan keras, bersih dan datar

. .

(a) (b) (c) (d) (e)


Gambar 10.3 Cara Bagi Empat diatas kanvas

250 - Teknologi Beton


Dari Gan1bar 10.2, mula-mula campur sampel sampai homogen (a),
kr:,1Udian bcntuk mcnjadi kcrucut mcnggunakan skop (b), lalu tekan
mcnggunakan s kop sampai rata dan membcntuk lingkaran, kemudian
bagi dua (c), bagi menjadi empat bagian (d), ambil 2 sampel yang
berpasangan dan berlawa nan (e). Untuk Cara Bagi Empat di atas kanvas
caranya h ampir sama, tetapi digunakan kanvas untuk membentuk
kerucutnya seperti yang terlihat pada Gambar 10.3 (b). Gambar 10.2
digunakan untuk sampel yang besar dan berat, sedangkan Gambar 10.3
digunakan untuk sampe] yang kecil atau ringan.
Banyaknya sampel minimum yang dibutuhkan berdasarkan ukuran
agregatnya tercantum dalam Tabe] 10 .1.

Tabel 10.1 Ukuran Nominal dan Kebutuhan Sampel Minimum


Maksimum Ukuran Minimum Berat Sampel dari Lapangan, lb (kg)
Nominal Agregat
Agregat halus
No.8 (2.36 mm) 25 (10)
No.4 (4.75 mm) 25 ( 10)
Agregat Kasar
3/8 in (9.5 mm) 25 ( 10)
½ in (12.5 mm) 35 (15)
¾ in (19.o· mm) 55 (25)
1 in (25 mm) 110 (50)
1.5 in (37.5 mm) 165 (75)
2 in(50 mm) 220 (100)
2.5 in ( 63 mm) 275 (125)
3 in (75 mm) 330 (150)
3.5 in (90 mm) 385 (175)

Pengujian Belon - 251


10.1.3 Air
Contoh air hams mewakili aspek homogcnitas. Pelaksana annya dapat
dilakukan secara regular. Pengujian khusus untuk air jarang dilakukan
karena secara visual kita dapat menentukan layak tidaknya air tersebut.

10.1.4 Bahan Tambah


Bahan tambah diuji sesuai dengan manualnya.

10.2 Pertimbangan Statistik


Dasar-dasar statistik yang digunakan untuk perencanaan beton dan
materialnya digunakan untuk mengkontrol karakteristik material.
Variabel nilai statistik yang seringkali digunakan dalam pekerjaan beton
adalah variabel mean (rata-rata aritmetik) dan standar deviasi. Rata-rata
aritmetik yang digunakan untuk melihat kecenderungan dari data
berdasarkan nilai tengahnya, sedangkan kecenderungan penyimpangan
yang diijinkan dilihat dari standar deviasinya.
Selain dua variabel statistik mean dan standar deviasi, variabel
lainnya adalah skewness dan kurtosis. Skewness mengindentifikasikan
distribusi dari kecenderungan nilai dalam kelompoknya dan kurtosis
mengindentifikasikan frekuensi nilai dalam kelompok terhadap nilai
akurasi pada rata-rata (mean) lebih besar atau lebih kecil. Nilai-nilai
lainya kadang juga sangat diperlukan dalam pengujian secara statistik.
Regresi linier dalam statistik dilihat untuk mengevaluasi suatu hubungan
sebab-akibat antara variabel bebas dan variabel terikatnya. Sebelum
dilakukan rumusan dalam regresi, data-data yang digunakan dalam
pengujian statistik harus diuji normalitasnya. Hubungan regresinya pun
harus diuji terhadap keberartiannya.

10.3 Pengujian Material


Pengujian material penyusun beton meliputi pengujian terhadap (1).
Portland Cement, (2). Air, (3). Agregat, dan (4). Bahan tambah
(admixture atau additive). Bentuk dan cara pengujian disesuaikan dengan
rencana metode perancangan campuran beton yang digunakan. Menurut
SNI, pengujian material ini harus mengikuti SK.SNI-S-04-1989-F.

252 ~ Teknologi Belon


10.4 Pen gujian Bahan Penyusun Beton
Beberapa standar dapat diadopsi dalam pengujian bahan-bahan
penyusun beton, misalnya standar ACI, ASTM, JIS ataupun SNI. Standar
pengujian menurut ASTM antara lain sebagai berikut Tabel 10.2.

Tabet I 0.2 Beberapa Standar Pengujian Bahan menurut ASTM


Pcnl!uiian ASTM Standard
Semen Portland
Test Kuat Tekan Mortar dengan Kubus 50 cm C.109
Analisis Kandungan Kimia Semen Hidrolis C.114
Kehalusan Butir dengan Turbidimeter C.115
Autoclave Ecpansion C.151
Tata cara pengambilan sampel C.183
Kandungan Udara dalam Mortar Semen C.185
Panas Hidrasi C.186
Waktu Pengikatan dengan jarum Vicat C.191
Kehalusan Butir dengan Alat Permeabilitas Udara C.204
Waktu Pengikatan dengan Alat Gi llmore C.226
Pengerasan Awai C.451
Potensial Ekspansi (Serangan sulfat) C.452
Kadar Optimum SOJ C.563
Penguiian Ekspansi dengan Batangan Mortar dalam air C.1038
Air
Kuat tekan mortar C.109
.Kandungan kimia maksimum D.512
Kandungan Sulfat D.516
Agregat
Berat Jsi dan Kadar Pori C.29
Kadar zat Organik dalam Agregat halus C.40
Efek zat Organik dalam Agregat halus terhadap kuat tekan C.87
mortar C.88
Ketahanan terhadap Sodium sulfat atau Magnesium sulfat C.117
Kehalusan butir No.200 (75-µm) dengan pencucian dan C.123
ayakan C.131
Butiran ringan dalam agregat C.136
Ketahanan degradasi dengan Los Angeles Mesin C.142
Analisa Ayak C.227
Kadar lumpur C.289
Serangan alkali dengan batangan mortar C.330
Serangan alkali dengan m~tode kimia C.331
Agregat ringan untuk struktur beton C.342
Agregat ringan untuk pekerjaan batu C.535
Perubahan volume
Ketahanan terhadao abrasi dan imoact
Air
Kuat tekan mortar C.109
Kandungan kimia maksimum D.512
Kandungan Sulfat D.516

Pengujian Beton - 253


10.5 Pengujian Beton Segar
Pada dasamya pengujian beton segar dilakukan untuk melihat
konsistensi campuran sebagai dasar untuk kemudahan pekerjaan. Tata
earn pengadukan dan pengecoran menurnt SNI tertuang dalam SK.SNI.T-
28-1991-03. Pengujian beton segar pada umumnya meliputi pengujian
slump, bleeding dan berat isi. Beberapa standar penguj ian beton segar
menurut ASTM dapat dilihat di Tabel 10.3. Kontrol ini dimaksudkan
untuk mendapatkan keseragaman beton yang dihasilkan.

Tabel 10.3 Beberapa S1a11dar Pe11gujia11 Seton Segar Menurut ASTM


Pengujian ASTM Standard
Berat Isi dan Kandungan Udara C. 138
Slump Test C. 143
Pengambilan Beton Segar C.172
K.andungan Udara dalam Beton Segar dengan
Metode Volumetric C. 173
K.andungan Udara dengan Metode Tekanan C.23 1
Bleeding C.232
Kadar semen dalam beton segar C.1078
Kandungan air dalam beton segar C.1079

10.6 Pengujian Beton Keras


Pengujian beton keras dilakukan setelah masa perawatan contoh uji
yang caranya dapat mengikuti SK.SNI.T-16-1991-03. SK.SNI.M-08-
1991-03 memberikan tata cara pengujian untuk kuat lentur dan
SK.SNI.M-10-1991-03 memberikan tata cara pengujian untuk kuat tekan.
Pengujian kuat geser tertuang dalam SK.SNI.M-09-1991-03, sedangkan
pengujia nilai modulus harus sesuai dengan SK.SNLM-11-1991-03.
Benda uji yang digunakan dapat berupa silinder, balok ataupun kubus
dengan ukuran sesuai ·dengan yang disyaratkan. Beberapa standar
menurut ASTM yang dapat digunakan untuk pengujian beton keras
adalah sebagai berikut.

254 - Teknologi Belon


Tabcl 10.4 Beberapa Stamlar Pe11g11jia11 Beton Kerns menurut ASTM
Pcngujian Standa r ASTM
Pem bua tan d an Pcrawatan Benda Uji
Capping Si linder C.617
Pembuatan dan perawatan benda uji dilapangan C.31
Pembuatan dan perawatan benda uji dilaboratorium C.192
Pengujian Kuat Tekan
Agregat Ringan C.495
Silinder H asil Contoh Uji Lapangan C.873
Hasil Kuat Lentur Balok C.116
Silinder C.39
Pengujian Modulus E lastisitas C.215
Kuat Lentur
Penekanan pada T itik Pusat Balok Sederhana C.293
Dengan tiga titik C.78
Kuat lentur b eton serat C.1018

10.7 Banyak Contoh Uji


Pengambilan contoh dan pengujian beton segar, percobaan atau
pengujian ini dilaksanakan setelah komposisi dari suatu campuran beton
didapatkan. Selanjutnya, dilakukan pengujian sifat-sifat dari beton segar
dan pengaruhnya nanti setelah beton mengeras. Jumlah pengambilan
contoh beton untuk uj i kuat tekan dari setiap mutu beton yang dituangkan
pada satu hari harus diambil tidak kurang dari satu kali, dengan benda uji
berpasangan. (PB, 1989:23)
Berdasarkan kriteria volume suatu pekerjaan, jumlah volume total
dari pelaksanaan pengujian akan memberikan contoh uji yang kurang dari
lima, maka pengujian berdasarkan ketentuan dari Tabel 10.5. Bila
volume beton dari suatu adukan kurang dari 40 m3, maka penjabat
bangunan boleh membatalkan keperluan untuk uji kuat tekan bila dalam
pertimbangannya didapat cukup petunjuk yang dapat memberikan bukti
dengan cukup memuaskan bahwa beton tersebut mampu memberikan
kekuatan yang diharapkan (PB,1989:24).

Pengujian Beton - 255


Tnbcl 10.5 Banyaknya Pe11gmnbila11 Contoh l ~ii
Benda uji dari satu adukan dipilih acak yang
mewakili suatu volume rata-rata yang tidak lcbih
dari (diambil volume terkecil)
Jumlah pembuatan benda
IO m3 atau 10 20 mj atau 20 50 m.s atau 50
UJI
adukan atau 2 adukan atau 5 adukan atau 10
t111ck drum truck drum truck drum
Jumlah maksirnum dari
beton yang dapat terkena
30 m 3 60 1113 150 m3
penolak-an akibat setiap
satu k-eputusan
Sumber: Tabel 4.7.1.2 PB (Draft), 1989

10.8 Spesimen Uji yang Dirawat di


Laboratorium dan Lapangan
Pengambilan contoh uji untuk kuat tekan beton harus dilakukan
sesuai dengan ketentuan dari "Methods of Sampling Freshly Mixed
Concreie" ASTM C.172. atau memenuhi syarat "Tata Cara Pembuatan
Benda Uji untuk Pengujian Laboratorium Mekanika Batuan" SK.SNI.T-
16-1991-03.
Benda uji silinder yang diperlukan untuk penguj ian kuat tekan harus
dicetak dan dirawat di dalam laboratorium sesuai dengan ketentuan dari
''Met.hods of Making and Curing Concrete Test Specimens in The Field''
ASTM. C.31 . dan diuji berdasarkan "Test Methods for Compressive
Strength of Cylindrical Concrete Specimens" ASTM C .39. Bila benda uji
dibuat dengan kubus bersisi 150 mm, maka pembuatannya mengikuti
ketentuan dari BS 1881:Part 116:1983, "Methods for Determination of
Compressive Strength of Concrete Cubes". Contoh uji harus diambil dari
contob yang sama dan waktu yang sama dengan pelaksanaan. Prosedur
perawatan harus ditingkatkan jika hasil uji menunjukan bahwa kekuatan
tekan beton 85% pada umur yang telah ditetapkan.

256 • Teknologi Beton


PERTANYAAN
IO. I Jelaskan mctodc pcngambilan contoh uji semen, air, agregat dan
bahan tan1bah!
I 0.2 Je]asakan metode pengambilan contoh uji untuk material yang
bersumber dari (a). quarry, (b). timbunan material, (c). belt
conveyor , ( d). gerbong kereta api !
10.3 Apa yan g harus dilakukan jika contoh uji melebihi jumlah yang
dibutuh kan?
10.4 Je laskan tata cara pengurangan contoh uji dengan (a). mesm
pen1bagi dan (b). manual!
10.5 Pertimbangan statistik yang bagaimana yang dibutuhkan dalam
pengambilan contoh uji?

DAFTAR PUSTAKA
ASTM, Concrete and Aggregates, Annual Book of ASTM Standard,
Vo.04.02.1995, Philadelphia: ASTM, 1995.
ASTM D .3665 Practice for Random Sampling of Construction
Material Annual Book of ASTM Standard, Vo.04.03.1995,
Philadelphia: ASTM, 1995.
American Concrete Institute, ACI 318-89 Building Code Requirements
for Reinforce Concrete, Part I, Fifth Edition, Skokie, Illinois,
USA: PCA, 1990
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,
Pedoman Beton 1989. SKBI.1.4.53.1989. Draft Konsensus.
Jakarta: DPU, 1989
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Pembuatan Benda
Uji untuk Pengujian Laboratorium Mekanika Batuan. SK SNI
T-28-1991-03. Cetakan Pertama, Bandung: DPU -Yayasan LPMB,
1992.
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Spesifikasi Bahan Bangunan
Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam) SK SN! S-04-1989-
F. Cetakan Pertama, Bandung: DPU -Yayasan LPMB, 1989.

Pe11gujian Belon - 257


Edward .. A.. Techniques, Proscrlurcs, and Practice of Sainpling of
Concrete and Concrete-Making l\1atcrial, Sig11ifica11ce of Test
a11d Properties of Concrete and Co11crete-/l,faterials , J\STM STP
l 69C, Philadelphia. 1994, pp.15-22.
Freedman., S. Properties of Materials for Reinforced C oncrete, i11
Handbooks of Concrete E11gi11eeri11g. , Mark Fintel (Editor).,
London: Litton Educational Publishing, 1974.pp. 141-2 11 .
Gaynor.. Richard D.. Ready l\1ixcd Concrete Sig11ifica11ce of Test and
Properties of Concrete and Co11crete-Materials, ASTM STP
l 69C, Philadelphia, 1994, pp.51 1-521.
Jackson, N. Civil Engineering Material. Great Britain: Unwin Brothers
Ltd.,1977.
Stelle., Garland \Vl, Statistical Considerations in Sampling and
Testing, Significance of Test and Properties of Concrete and
Concrete-Materials, ASTM STP 169C, Philadelphia, 1994,
pp.23-30.

258 - Tekno/ogi Beton


EVALUASI PE l(ERJAAN
BETON
11
JI:' valuasi pc1~crimaan_ pckcrjaan bcto~ .merupakan suatu proses
!{; untuk mcl1hat hasil clan menganalists pengujian yang telah
dilakukan . Evaluasi in i meliputi evaluasi terhadap kualitas
bahan-bahan peny usunnya, kualitas beton segar, dan kualitas beton keras.
Secara prosedural penguj ian kualitas bahan telah tertuang dalam standar
tentang penguj ian beton. Standar tersebut sudah memberikan batasan-
batasan n1engenai kualitas penerimaan dari hasil pengujian tersebut.

11.1 Statistik
Evaluasi statistik dimaksudkan untuk melihat hasil pengujian data
melalui survei sampel ataupun pengujian langsung di laboratorium
dengan pendekatan atau kaidah-kaidah statistik. Pengujian statistik
umumnya memerlukan deskripsi numerik yang tepat. Landasan dasar
statistik deskriptif adalah kecenderungan atau lokasi pusat dan ukuran-
ukuran simpangan data. Beberapa ukuran numerik tersebut antara lain:

11.1.1 Ukuran Lokasi Data


Data dalam kelompok kadang-kadang menunjukkan kecenderungan
terhadap suatu nilai yang menggambarkan suatu karakteristik data.
Harga-harga yang dihitung tersebut merupakan ukuran-ukuran lokasi.
Tiga ukuran lokasi yang sering kali digunakan adalah mean, median dan
modus.
(1) Rata-rata (Mean)
Mean atau harga rata-rata merupakan nilai yang paling sering
digunakan untuk analisis statistik. Mean merupakan jumlah nilai suatu
data dalam kelompok dibagi banyaknya data. Data yang dievaluasi secara
statistik harus dicari nilai tengah, yang merupakan rata-rata dari
kelompok data basil pengujian. Data hasil pengujian tekan merupakan
rata-rata dua benda uji berpasangan. Nilai tengah atau rata-rata dihitung
dengan rumusan:

Evaluasi Pekerjaan Beton - 259


- 1 i
x=- I x;
11 n=I

dimana x, adalah data benda uji dan 11 adalah jumlah bcnda uji .

Tabcl. 11.1 Data Kek11ata11 Teka11

Susunan
Kekuatan Tekan
No.Urut Kekuatan T ekan
(Mpa)
(Mpa)
(1) (2} (3)
1 23.6 21 .0
2 37.4 21 .5
3 38.6 23.0
4 39.2 23.0
5 34.2 23.6
6 36.0 26.5
7 23.0 27.0
8 21 .0 28.0
9 28.0 28.0
10 23.0 33.5
11 21 .5 34.2
12 26.5 36.0
13 43.0 37.4
14 37.5 37.5
15 33.5 38.6
16 28.0 39.2
17 27.0 43.0
Jumlah 521.0

Sebagai contoh diambil dari Tabel 11 . l kelompok data kuat tekan


dengan bemia uji sebanyak (n) 17 buah. Jumlah total kekuatan tekan
untuk kelompok data tersehut sebesar 521 , jadi rata-rata kekuatan tekan
512/17 sebesar 30.12 MPa.
(2) Nilai Tengab (Media11)
Median adalah suatu batas ukuran dari sekelompok data, misalnya
suatu angka yang menunjukan batas kekuatan tertentu. Sebagai contoh,

260 - Teknologi Beton


ada sckclompok data bcrupa 40 data uji kekuatan tekan, mediannya 35
\{ Pa di man a 25 data berada pad a lebih kccil dari 35 MPa dan 15 berada
d1atas 35 MPa .
Dapat dilihat di Tabcl I I. I (2) bahwa setelah diurutkan, data
kekuatan tekan daiam kolom (3) didapat nilai tengahnya yaitu yang
berada pada nomor urut 9 yaitu kelompok data yang berada pada lebih
kecil dari 28 MPa dan lebih besar dari 28 MPa. Nilai mediannya sebesar
28 MPa.
(3) ~lodus (Mode)
Bila data dikelompokan, seringkali kita ternui bahwa ada satu kelas
yang menunjukan frekuensi maksimum. Keias maksimum tersebut
merupakan kelas mode, dan nama kelasnya sebagai mode. Jadi dapat
dikatakan bahwa mode adalah suatu niiai tengah dari frekuensi ke]as
maksimum.
Sebagai contoh dari Tabel 11 .1 jika dikelornpokkan dalarn suatu
kelas tertentu misalnya dengan pendekatan struges atau lainnya. Jil<a
dikelompokkan dalam kelas dengan interval 10 Mpa, tabel tersebut akan
menjadi seperti Tabel 11 .2. Kelas 20-30 merupakan kelas yang
mempunyai frekuensi maksimum yaitu 9/17 sebesar 53%, kelas 1Ill
dikatakan sebagai kelas modus dengan nilai modus sebesar 25 MPa.

Tabel 11.2 Mode


Interval Kelas Banvak Sampel
20 - 30 9
30-40 7
40 - 50 I

11.1.2 Ukuran Variasi


Hitungan numerik dalam statistik tidaklah identik tetapi dihamburkan
pada suatu sebaran tertentu. Hitungan statistik untuk mengukur karak-
teristik data ini merupakan ukuran variasi atau ukuran dispersi. Ukman
\clriasi tersebut yang sering digunakan dalam statish"k beton antara lain
range dan deviasi standar.

Evaluasi Pekerjaan Seton - 261


(I) Range
Range merupakan pcrbrdaan antarn harga-harga terbcsar dan tcrkccil
dari sekelompok data. Schagai contoh, dari Tabcl 11 . 1 dipcrolch
harga terendah (minimum) kckuatan tckan bcton scbesnr 2 1 M Pa dan
terbesar (maksimum) sebesar 43 MPa, jadi range scbcsar 43 -21
sebesar 22 MPa.
(2) Standar deviasi
Standar deviasi adalah indentifikasi penyimpangan yang terjadi
dalam kelompok data, yang dihitung dengan rumus:

dimana s adalah standar deviasi, x adalah rata-rata, x adalah rata-rata dari


x,. .dan 11 adalah jumlah data yang ada dalam kelompok uji . Secara
manual, untuk memudahkan penghitungan deviasi standar dapat
dilal-a1kan dengan tabulasi atau menggunakan bantuan komputer. Contoh
hitungan disajikan dalam Tabel 11.3. Hasil pengujian suatu pekerjaan
beton didapat untuk rata-rata dua benda uji yang berpasangan (kolom 2),
untuk rencana kuat tekan f'c 20 MPa.

Tabel 11.3 Co111oh Hitungan Standar Deviasi


Rata-rata dua bcnda uji yang
No. bcroasangan (Moa) (x;-x) (x;-x) 2
( I) (2) (3) (4 )
I 23.43 -0.421 0.178
2 24.53 0.683 0.466
3 24.46 0.613 0.376
4 21 .46 -2.388 5.703
5 22.49 -1.353 1.831
6 24.67 0.821 0 .673
7 27.43 3.581 12.820
8 26.05 2.201 4.842
9 25.32 1.476 2. 179
JO 26.46 2.6 15 6.836
11 20.53 -3.320 11.0 19
12 22.08 -1.767 3.122
13 21.53 -2.319 5.378
14 21.08 -2.768 7.659
15 24.15 0.303 0.092
16 26.50 2.649 7.017
17 21.08 -2.768 7.659
18 19.42 -4.424 19.567
19 23.53 -0.318 0. 10 1
20 29.12 5.27 1 27.783
21 26.36 2.51 1 6.305

262 - Tekno/ogi Beton


22 27 57 3.719 13.827
23 25 ..H> 1.511 2.282
H 22 .22 -1.629 2.654
25 23 84 -0.008 0.000
26 20.5(1 -J.285 10 791
27 22.05 •1.802 3.245
28 22.49 -1.353 I .831
29 23.43 -0.421 0.178
30 20.4() -3.389 11.482
JI 25.22 I.J73 1.884
I 32
33
26.32
30.91
2.477
7.065
6.133
49.9 14
34 25. 19 1.338 1.790
35 23.36 -0.491 0.241
36 24.81 0.959 0.919
37 22.43 -1.422 2.022
38 2 1.01 -2.837 8.046
39 18.39 .5.459 29.795
40 24.05 0.200 0.040
41 27.84 3.995 15.956
42 24.15 0.303 0.092
43 20.87 -2.975 8.848
44 23.70 -0.145 0.021
45 24.84 0.993 0.986
46 24.25 0.407 0.165
Rata-rata 1096.96 0.00 304.7S
S·J mber: ACl.318-89. Example 2. 1 (di Konversi dnlnm MPn)

Kderangan:
Kolom ( l) Nomor urut benda uji yang berpasangan, (data)
Kolom (2) rata-rata benda uji yang berpasangan, (data)
!Colom (3) rata-rata benda uji yang berpasangan- rerata kelompok,
Kolom (4) rata-rata benda uji yang berpasangan dikurangi rerata kelompok di kuadratkan

Penyelesaian:
Jumlah data (n) = 46, Rata-rata = banyaknya data/jumlah data =
1096.96/46= 23.847 MPa dan Standar Deviasi (s) = 304.75/(46-
1)=2.602335 MPa.

11.2 Distribusi Data


11.2.1 Populasi dan Sampel
Pengertian populasi dalam statistik adalah suatu kelompok data
dengan sifat dan karakteristik yang diduga sama, sedangkan pengertian
sampel adalah data individu dalam kelompok yang mempunyai peluang
tmtuk dipilih sebagai data. Pemil ihan sampel dapat dilakukan dengan
berbagai cara, yang paling banyak dilakukan dengan menggunakan

Evaluasi Pekerjaan Belon - 263


metode acak. yaitu mcmilih sccara acak data dalam suatu populasi
tertentu.

11.2.2 Distribusi Frekuensi


Data statistik yang diperoleh melalui survey sampc l atau basil
percobaan biasanya terdiri dari kumpulan data numcrik yang kasar dan
tidak teratur. Maka data tersebut harus diatur menurut suatu cara, yaitu
melihat distribusinya yang menggambarkan suatu pola tertentu.
Contohnya, hasil suatu percobaan tekan suatu benda uji berbentuk
silinder seperti tercantum dalam Tabel 11 .1. Dari Tabel 11.1 kolom 2 kita
hanya dapat mengatakan bahwa kekuatan tekan beton tersebut berkisar
antara 21.0 MPa sampai 43.0 MPa. Sebenamya informasi tersebut dapat
disusun menurut suatu pola, secara numerik dapat disusun berdasarkan
nilai terendah sampai tertinggi Tabel 11 . l kolom (3 ).
Distribusi frekuensi kekuatan tekan dalam tabel 11.1 dapat dibuat
menggunakan pendekatan (aturan) Sturges (Sujana, 1996:47). Banyaknya
kelas untulcl 7 sampel adalah 1_+(3,3)Log 17 = 5.06 diambil sebanyak 5
kelas. Rentang kelas 43-21 = 22, jadi interval kelas adalah 22/5 = 4.4
diambil 5. Distribusi freln1ensi data kekuatan tekan selengkapnya
disajikan dalam Tabel 11.4. Dapat dikatakan bahwa ada sekitar 29.4%
kekuatan tekan beton mempunyai kekuatan 20 - 25 MPa, dan sebesar
23.5% mempunyai kekuatan lebih besar dari 25 MPa dan lebih kecil dari
30 MPa, dan seterusnya. Agar dapat dengan mudah dimengerti, biasanya
disajikan dalam bentuk grafik yaitu histogram seperti dalam Gambar
1 I .1 . dengan interval kelas 5.

Tabel 11.4 Distribusi Frekuensi Kuat Tekan


Interval Kelas Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif
20.0-24.9 5 29.4%
25.0-29.9 4 23.5%
30.0- 34.9 2 11.8%
35.0 -39.9 5 29.4%
40.0-43.0 I 5.9%
Jumlah 17 100%

264 - Teknologi Beton


10 - - -- - - --
-
tr.
C
~
8
6 -

.,___•
::s
~
~ 4 -
""
t.. 2 -
0
20.0-24.9 25.0 - 29.9 30.0 - 34.9 35.0-39.9 40.0-43.0
Kekuatan Tekan (Mpa)

Gambar 11.1 Histogram Kekuatan Tekan

Agar analisis ini dapat dilakukan dengan mudah dapat digunakan alat
bantu komputer seperti pengolah data MS.Excel atau program aplikasi
untuk statistik seperti SPSS.

11.3 Pengujian Persyaratan Analisis


Sebelum data dianalisis untuk pengujian hipotesis yang berbentuk
korelasi, ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi, yaitu keacakan
sampel, kenormalan distribusi, keberartian model regresi, clan kelinieran
. .
gans regres1.
Dalam penelitian, persyaratan keacakan harus dipenuhi melalui
teknik pengambilan sampel yang dilakukan. Persyaratan berikutnya diuji
nonnalitas dari populasi untuk variabel-variabel yang ditinjau. Selanjut-
nya diuji signifikasi dari model regresi dan linieritas dari persamaan
regresi yang didapat untuk hubungan variabel bebas dan variabel
terikatnya.

11.3.1 Uji Normalitas


Data basil penyelidikan bahan, beton segar ataupun beton keras,
secara statistik harus diufi mengenai normalitasnya. Uji normalitasnya
, dapat mengikuti pengujian non-parametrik Hasil uji kemudian dibuat
j suatu hubungan sebab-akibat dapat berbentuk regresi linear dan dianailis
1 kekuatan hubungan tersebut (Steelle, 1994: 23). Pekerjaan yang kontiyu
dan besar sangat memerlukan evaluasi secara statistik ini. Dalam

Evaluasi Pekerjaan Belon - 265


peke1jaan bet on umumnya analisis statistik dilakukan tcrhadap pcnguj ian
kekuatannya baik itu kckuatan tckan. kckuatan lcntur atau kuat gcscr dari
beton. Nilai statistik yang sering digunakan untuk mcngcvaluasi adalah
nilai tengah dan standar deviasi.
Pengujian nom1alitas suatu kelompok data dapat dengan mudah
dilak.7.lkan dengan bantuan program aplikasi statistik scperti SPSS.
fvietode pengujian nom1alitas dalam statistik antara lain uji Lillicfours,
Pearson ataupun metode Kolmogorov-Smimov, Chi-Square, Binomial
dan lainnya.

11.3.2 Pengujian Keberartian Model


Keberartian suatu model dalam statistik haruslah diuji melalui
pengujian hipotesis. Hal tersebut dilakukan dengan menghitung terlebih
dahulu koefisien korelasi sederhana, rumus produk momen dapat
digunakan jika garis persamaan regresi sederhana yang dihasilkan
berbentuk linier. Persamaan regresi sederhana yang dihasilkan kemudian
diuji keberartian untuk Iinieritasnya.
Keberartian model regersi, misalkan hipotesis nol (Ho) adalah
koefisien regresi tidak berarti, dengan hipotesis tandingannya (H,) adalah
koefisien regresi berarti. Pengujiannya menggunakan statistik F (F =
varians regresi dibagi varian sisa), melalui daftar analisis varians untuk
regresi linier sederhana. Kriteria, tolak hipotesis nol (Ho) jika F yang
diperoleh dari hitungan lebih besar dari F tabel dengan derajat kebebasan
(dk) pembilang satu dan dk penyebut (dk = n-2).
Sedangkan pengujian kelinieran regresi, hipotesis nol (Ho) adalah
garis persamaan regresi berbentuk linear, dengan hipotesis tandingannya
(H 1) adalah persamaan garis regresi non-linear. Pengujiannya
menggunakan statistik F (F = varians tuna cocok dibagi varian tuna
galat), melalui daftar analisis varians untuk regresi linier sederhana.
Kriteria, tolak Hipotesis Nol (Ho) jika F yang diperoleh dari hitungan
bbih besar dari F tabel dengan derajat kebebasan (dk) pembilang sebesar
jur.tlah kelompok dik:urang dua (k-2) dan dk penyebut (dk = n-k).

266 - Teknologi Beton


11.4 Penyelidikan Hasil Uji dengan Kekuatan
Rend ah
Pada beton yang tclah diuji dan nilai kekuatannya temyata rendah,
harus diambi I lang kah untuk memastikan bahwa kapasitas daya dukung
dari struktur tidak membahayakan. Jika menunjukkan hasil yang
memba hayakan, maka dilakukan tindakan pengambilan contoh melalui
bor inti (core drilled) pada daerah yang dipertanyakan (membahayakan)
berdasarkan p etunjuk dari "Methods of Obtaining and Testing Drilled
Cores and Sawed Beams of Concrete" ASTM C.42. Setiap contoh uji
harus di ambil tiga buah specimen. (PB, 1989:25)
Bila pada m asa layanannya bagian struktur tersebut akan selalu
kering maka sp ecimennya harus dikeringkan pada temperatur antara 15°C
sampai 30°C , dengan kelembaban relatif kurang dari 60%, untuk umur 7
hari dan diuji pada keadaan kering. Bila pada masa layanannya selalu
dalam keadaan basah, maka dilakukan perendaman selama 40 jam, dan
diuji pada keadaan basah.
Beton yang diuji dengan spesimen bor inti, kekuatan tekan rata-
ratanya harus lebih besar dari 85% dari kekuatan rencana dan tidak
satupun benda ujinya kurang dari 75%. Jika hasil dari bor inti inipun tak
memenuhi syarat, pengawas dapat melakukan perintah uji beban.

11.5 Evaluasi Kuat Tekan


Evaluasi dilakukan untuk menjamin terjaganya komposisi dari
campuran, tingkat kemudahan pengerjaan dan kekuatan beton nantinya.
Evaluasi ini meliputi pengaruh suhu, lingkungan setempat (environment),
pengaruh dari lokasi pengerjaan, dan hal-hal lain yang menyebabkan
sifat-sifat dari beton segar berubah, yang pada akhimya akan menyebab-
kan pengaruh terhadap kekuatan struktur. Evaluasi dilakukan terhadap
basil dari (1). Pengujian silinder dan kubus yang dilakukan di laborato-
rium, (2). Penguj ian langsung dengan core drill atau nondestructive test,
(3). Pengujian beban langsung (load test).

Evaluasi Pekerjaarr Beton - 267


'
11.5.1 Pengujian Kuat Tckan di Laboratoriu 111 clengan
Silinder/Kubus
Evaluasi ini be11ujuan untuk menguji apakah kckuatan bcton tclah
tercapai sesuai rencana atau bclum dan untuk mencntukan langkah-
langkah prevcntif dengan tidak mengesampingkan nilai-nilai ekonomis.
Pengujian dilakukan dengan benda uji berbentuk silindcr dengan ukuran
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm atau kubus ukuran 150 x 150 x 150
mm. Evaluasinya selalu dalam bentuk penguj ian silinder. J ika data
dihasilkan dati benda uji berbentuk kubus atau ukuran y ang lebih kecil
dari standar maka hams dilakukan konversi kedalam be ntuk silinder.
Satuan yang digunakan adalah N/n/ atau MPa.
Standar Nasional Indonesia telah memberikan langkah-lang kah untuk
melak.'l.lkan evaluasi beton keras ini, dengan memperhatikan hasil uji
kek.-uatan tekan silinder beton. Dalam konsep Konsep Tata Cara Peran-
cangan dan Pelaksanaan Konstruksi Beton - 1989 5 .6.2.3 , a tau dalam
Pedoman Beton 1989. Pasal 4.7 tercantum bahwa, pelaksanaan beton
dapat diterima jika hasil kekuatan tekan betonnya memenuhi dua syarat
yang diberikan, nilai-nilainya sebagai berikut :
( 1) Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji (terdiri dari empat
pasangan benda uji) tidak kurang dari (f'c+0.82s), dengan s adalah
standar deviasi.
(2) Tidak satupun dari benda uji yang nilainya kurang dari 0.85f'c.
Jika langkah pertama tidak terpenuhi, maka diambil tindakan
perbaikan untuk meningkatkan kekuatan tekan. Jika langkah kedua yang
tidak terpenuhi tindakan yang diambil adalah dengan menguj i apakah
kekuatan struktur masih cukup kuat dengan nilai kekuatan aktual, dengan
cara menganalisa ulang struktur menggunakan kekuatan tekan aktualnya
atau dengan menguji cara uji tidak merusak (nondestructive tests).

11.5.2 Oji Tidak Merusak


Beberapa pengujian tidak merusak dapat dilakukan untuk mengeva-
luasi beton yang setelah dilakukan uji melalui silinder atau kubus tidak
memenuhi syarat yang diberikan. Pengujian tidak merusak dapat
menggunaka.n metode resonansi dan pulse velocity, metode kekerasan

268 - Teknologi Beton


pcrmukaan (s w facc hardness methods) yang meliputi rebound methods,
probe penetration test, Pin penetration test (Maholtra, 1994: 320-338).
Mctode dasar frckucnsi rcsonansi menurut ASTM C.2 15 mengguna-
kan dua alternative proscdur yang pertama metode gaya resonansi (force
resonance m ethod) dan mctode beban kejut (impact resonance method).
Metode perta ma menggunakan pengetaran dengan elektro-mekanik
(e/ectro-mecha11ica/ drive unit). Contoh uji diberikan gaya nyata yang
ringan dan tanggapannya dimonitor. Nilai maksimum melalui contoh uji
yang didapat diambil untuk tiga modus yang berbeda. Pada metode kedua
hampir sama tetapi dengan memberikan beban kejut pada contoh uji. Alat
untuk melihat resonansinya biasanya digunakan accelerometer sebagai
alat rekamnya. Secara skematik pengujian resonansi dengan gaya dan
beban kejut dapat diihat di gambar 11.2 dan 11.3
V ariable
Frequency
Oscillator

Oscilloscope

0
lndicalor

CS) Amplifier

Gambar 11.2 Skematik Alat untuk Pengujian Gaya Resonansi

Waveform Analyzer
or
Frc uenc ounl r

Gambar 11.3 Skematik Alat untuk Pengujian Gaya Kejut Resonansi

Salah satu cara yang dikenal dalam pengujian tidak merusak adalah
pengambilan contoh uji melalui pengeboran atau core drill, yang
dilakukan pada daerah yang diperkirakan tidak memenuhi syarat.
Minimal diambil 3 contoh uji. Pengambilan contoh uji tidak boleh

Evaluasi Pekerjaan Beton - 269


mengcnn1 tulang:rn . Sclnnjutnya basil uji dapat ditcrima mcnurut standar
nasional indoncsin jika memcnuhi syarnt scbagai hcrikut :
(a) Kekuntan tekan rata-rata 3 (tiga) bcnda uji minimal 0.~5f"c
(b) Kekuatan tek:m masing-masing hasil uji minimal 0.75f'c.
Pengambilan contoh uji dilah1kan mcnggunakan core drill machine
(mesin bor inti) dengan ukuran silindcr tcrtcntu, mi salnya NX = 54 mm,
HX = 76 mm. PX = 92 mm. Pelaksanaan pembuatan benda uji dapat
mengikuti ketentuan yang tertuang da lam SK.SNI.T-16-1991-03.
Kemudian sampel uji diuji dcngan mesin tekan atau mesin lentur untuk
mendapatkan data.

11.5.3 Pengujian Merusak (Destructive Test)


Pengujian merusak (destrnctive test) merupakan tindakan tahap akhir
pada pengujian struh.1ur beton. Langkah ini dapat dilakukan dengan
pengujian beban langsung (load test) pada struktur. Pembebanan diberi-
kan sesuai dengan batas pembebanan yang direncanakan, jika kekuatan
dan deformasinya memenuhi, maka struktur dapat diterima.
Cara paling akhir adalah mereduksi beban-beban yang semula
direncanakan dengan memberikan batas kekuatan sesuai dengan kekuatan
hasil pengujian. Untuk itu harus dilakukan analisis ulang pada struktur
yang dibuat.

11.6 Contoh Hitungan Evaluasi


Dari data standar deviasi (Tabel 11.3 kolom 2) untuk rencana
pekerjaan beton dengan kuat tekan 20 MPa, Jakukan evaluasi, apakah
pekerjaan memenuhi syarat penerimaan sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia!
Penyelesaian:
Hasil hitungan rata-rata = 23.847 MPa dan standar deviasi (s) didapat
2.602335 MPa.

270 - Telawlogi Belon


Tabet 11 .5 Crmtoh f litu11ga11 Eva/uasi
Rata-rata hcnda UJI yang Rata-rata 4 (cmpat) Syarat I ~ Syarat II ~ 0.85rc
No.
bcmasangan( Mpa) hernia uji bcrurutan rc+0.82s
I 23.43 - - drtcrima
2 24 .53 - - drtcrima
3 24.46 - - ditcrima
4 2 I .46 23.47 ditcrima diterima
5 22.49 23.24 d1terima ditcrima
6 24.67 23.27 diterima diterima
7 27.43 24.01 diterrma diterima
8 26.05 25.16 diterima diterima
9 25.32 25.87 diterima diterirna
10 26.46 26.31 dierima diterima
11 20.53 24.59 diterima diterima
12 22.08 23.60 diterima diterima
13 2 1.53 22.65 ditcrima diterima
14 21.08 21.JO tidak diterima diterima
15 24. 15 22.2 1 diterima diterima
16 26.50 23.31 diterima diterima
17 2 1.08 23.20 diterima diterima
18 19.42 22.79 diterima diterima
19 23.53 22.63 diterima diterima
20 29. 12 23.29 diterima diterima
21 26.36 24.6 1 diterima diterima
22 27.57 26.64 diterima diterima
23 25.36 27. 10 diterima diterima
24 22.22 25.37 diterima diterima
25 23 .84 24.75 diterima diterima
26 20.56 22.99 diterima diterima
27 22.05 22. 17 diterima diterima
28 22.49 22.24 diterima diterima
29 23.43 22.13 tidak diterima diterima
30 20.46 22.11 tidak diterima diterima
31 25.22 22.90 diterima diterima
32 26.32 23.86 diterima diterima
33 30 .91 25.73 diterima diterima
34 25. 19 26.91 diterima diterima
35 23.36 26.44 diterima diterima
36 24.8 1 26.06 diterima diterima
37 22.43 23.94 diterima diterima
38 21.0 1 22.90 diterima diterima
39 18.39 21.66 tidak diterima diterima
40 24 .0 5 21.47 tidak diterima diterima
41 27.84 22.82 diterima diterima
42 24. 15 23.61 diterima diterima
43 20 .87 24.23 diterima ditcrima
44 23.70 24.14 diterima diterima
45 24.84 23.39 diterima diterima
46 24.25 23.42 - diterima diterima

Evaluasi Pekerjaan Beton - 271


Dan Tabel 11 .5 dapat dilihat hahwa bcnda uj1 yang bcrpasangan
dengan nomor urut (14). (29). (30). (39) dan (40) tidak mcmcnuh i syaral
sehingga harus dilak1.1kan pcngujian lebih lanjut dcngan cara mclakukan
pcrbaikan pada bcton.
Untuk mempercepat pckerjaan, sebaiknya pckc1jaan ini dilakukan
dengan bantuan komputer. misalnya dengan bantuan program Excel dan
macro-nya. Untuk mempcnnudah pembacaan, laporan hasil evaluasi
sebaiknya disajikan dalam gambar. Seperti Gambar 11.4 di bawah ini:

~3 Rata-rata benda uji yang bel])asangan(Mpa)


·1
O
1◊ · · Rata-rata 4 (en1Rat) benaa uj1 berurutan - - -
31- 4 • • Syarat 1> fc+0.82s
· S>13rat II > 0.85fc
291 Kuat Tekan Renea

19

17

15 ..__---....----...----....-----.-------1
0 10 20 30 40 50
Data UJI Kuat Tekan

Gambar 11.4 Evaluasi Kuat Tekan

Contoh 2.
Hasil pengujian kuat tek.an dengan menggunakan kubus (150 x I 50 x
150) dengan kek:uatan tek.an rencana 30 MPa (K-350 kg/cm2) pada
pekerjaan beton untuk struktur pondasi bangunan CF-SILO Optimization
Project II PT.Semen Baturaja (Persero). Adapun data pengujian seperti
yang tercantum dalam tabel 11 .6. Evaluasilah kekuatan tekan tersebut
menurut SNI!

272 - Tekno/ogi Belon


Tahcl 11.6 /)01<1 Pe11gujia11 K11h11s 1111111k K-350

No. K No. K No. K No. K No. K No. K No. K


1 433 11 51 1 21 356 31 436 41 444 51 444 61 449
2 400 12 369 22 400 32 453 42 440 52 462 62 447
3 400 13 456 23 444 33 413 43 387 53 511 63 413
4 411 14 456 24 458 34 489 44 436 54 480 64 436
5 400 15 433 25 467 35 433 45 436 55 418 65 424
6 427 16 489 26 424 36 453 46 396 56 458 66 444
7 409 17 444 27 400 37 396 47 422 57 458 67 422
8 489 18 307 28 476 38 396 48 453 58 489 68 458
9 480 19 356 29 453 39 436 49 462 59 436

Penyelesaian:
Sebelum evaluasi dilakukan, nilai kekuatan tekan kubus harus dikonversi
menjadi nilai kekuatan tekan silinder. Menurut SK.SN! konversinya
mengikuti rumusan sebagai berikut:

f'c = [ 0.76+02log(f;t )]f' ck

dengan f'c adalah kekuatan tekan silinder dalam MPa dan fck kekuatan
kubus dalam MPa.
2
Dari tabel 11.3 data pertama (433.3 kg/cm ) konversinya sebagai berikut:
Konversi kubus 433.3 kg/cm2 = 43.33 MPa
fc = [0.76 + 0.2 log (43 .33/15)]*43.33 = [0.76+0.2(0.461)]*43.33 =
(0.852)*43 .33=36.92
Selanjutnya dibuat tabel seperti Tabel 11 .7.

Evaluasi Pekerjaan Beton - 273


Tnbcl 11.7 Eva/11m,·i Contoh 2
No. Kunt Trkan Kuat Trknn Rntn-rntn 4 Synrnt I Synrnt II
llrut Kuhu~ Sllindrr (re) l\rnda llji ;: re + 0.82 Sd ,::: 0.85 re
(rck) lkrrasanj?R n
I 433J 36.923 . Mcmcnuhi Sy:ir:it
2 400.0 nsog . Mcmcnuhi Syarat
3 400.0 3J.Sog . Mcmcnuhi Syarat
4 411. 1 34.844 34.84(> Mcmcnuhi Sy:irat Mcmcnuhi Syarat
5 400.0 33.808 34.067 Mcmcnuhi Sy:ir:it Mcmcnuhi Sy:irat
6 426.7 36J04 34.691 Mcmcnuhi Syarat Mcmcnuhi Syarat
7 408.9 34.638 34.898 Mcmcnuhi Syarat Mcmcnuhi Syarat
s 488.9 42.174 36.731 Mcmcnuhi Syarat Mcmcnuhi Syarat
9 480.0 41J29 38.611 Mcmcnuhi Syarat Mcmcnuhi Syarat
10 411.1 34.844 38.246 Mcmcnuhi Syarat Mcmenuhi Syarat
11 511.1 44.286 40.658 Mcmcnuhi Syarat Mcmenuhi Syarat
12 368.6 30.892 37.838 Memcnuhi Syarat Mcmcnuhi Syarat
13 4S5.6 39.022 37.261 Mcmcnuhi Syarat Mcmenuhi Syarat
14 45S.6 39.022 38.306 Memcnuhi Syarat Memenuhi Syara t
IS 433.3 36.923 36.465 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
16 488.9 42.174 39.285 Mcmcnuhi Syarat Mcmenuhi Syarat
17 444.4 37.967 39.02 1 Memenuhi Syarat Mcmcnuhi Syarat
18 306.7 25.21 5 35.570 Memenuhi Syarat Mcmenuhi Syarat
19 3S5.6 29.692 33.762 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
20 342.2 28.459 30.333 Tak Memenuhi Memenuhi Syarat
21 355.6 29.692 28.264 Tak Mernenuhi Memenuhi Syarat
22 400.0 33.808 30.412 Tak Memenuhi Memenuhi Syarat
23 444.4 37.967 32.481 Tak Memcnuhi Mcmenuhi Syarat
24 457.8 39.230 35.174 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
25 466.7 40.070 37.769 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
26 424.4 36.088 38.339 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
27 400.0 33.808 37.299 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
28 475.6 40.913 37.720 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
29 453.3 38.805 37.403 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
30 400.0 33.808 36.833 Memcnuhi Syarat Memenuhi Syarat
31 435.6 37.139 37.666 Mcmenuhi Syarat Memenuhi Syarat
32 453.3 38.805 37.139 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
33 41 3.3 35.049 36.200 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
34 488.9 42.174 38.292 Memenuhi Syarat Mcmcnuhi Syarat
35 4333 36.923 38.238 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
36 453.3 38.805 38.238 Mcmenuhi Syarat Memenuhi Syarat
37 395.5 33.389 37.823 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
38 395.5 33.389 35.626 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
39 435.6 37.139 35.680 Mcmenuhi Syarat Memenuhi Syarat
40 453.3 38.805 35.680 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
41 444.4 37.967 36.825 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
42 440.0 37.553 37.866 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
43 386.7 32.570 36.724 Memenuhi Syarat Memcnuhi Syarat
44 435.6 37.139 36.307 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
45 435.6 37.139 36.100 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
4o 395.6 33.398 35.062 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
47 422.2 35.882 35.890 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
48 453.3 38.805 36.306 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
49 %2.2 39.645 36.933 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
50 511.1 44.286 39.655 Memenuhi Svarat Memenuhi Svarat

274 - Tekno/ogi Beton


"'io. K111H T<'k:111 Kual T<'k:111 lfat:1-rnt:i 4 Syaral I Syaral JI
tlrul K11h 11 <i Sillndcr (re) llcncla l/jl ::: re+ 0.112 Sci ::: 0.85 re
(rck) B<'rpas:i n~a n
51 444.4 ]7.%7 40. 17<, Mcmcnuhi Syaral Memcnuhi Syarat
52 462.2 J<) .()45 40.38<, Mcmcnuhi Syarat Memcnuhi Syarat
53 511.1 44.286 41 .54(, Mcmcnuhi Syarat Mcmenuhi Syarat
54 480.0 41.329 40.807 Mcmcnuhi Syaral Mcmcnuh1 Syarat
55 417.8 35.470 40. 18) Mcmcnuhi Syarat Mcmcnuhi Syaral
56 457.8 39.230 40.079 Mcmcnuh1 Syarat Mcmcnuhi Syaral
57 457.8 39.230 38.815 Mcmcnuhi Syarat Memcnuhi Syarat
58 488.9 42. 174 39.026 Mcmcnuhi Syarat Memenuhi Syarat
59 435.6 37. 139 )9.443 Mcmcnuhi Syarat Memenuhi Syarat
60 448.9 38.390 39.233 Memenuhi Syara1 Memenuhi Syarat
61 448.9 38.390 39.023 Memenuhi Syarat Memenuhi Syara1
62 446.7 38.183 38.026 Mcmenuhi Syarat Memcnuhi Syarat
63 41 3.3 35.049 37.503 Memcnuhi Syarat Memenuhi Syarat
64 435.6 37.139 37. 191 Memenuhi Syarat Memcnuhi Syarat
65 424.4 36.088 36.615 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
66 444.4 37.967 36.561 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
67 422.2 35.882 36.769 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
68 4 57.8 39.230 37.292 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

Data Statistik:
Kuat Tekan Rencana (fc) = 30_000 MPa
Rata-rata = 37_046 MPa
Standar Deviasi = 3.67000654 MPa
Syarat I = (t'c+0.82sd) = 33.0094054 MPa
Syarat II = 0.85 fc = 25.5 MPa
Berdasarkan Tabel 11.7 dibuat grafik seperti Gambar 11.4.
Dari data hasil evaluasi terlihat bahwa benda uji dengan No. urut 20,
21, 22, dan 23 tidak memenuhi syarat. Hal ini dapat diperbaiki dengan
cara melihat saat kapan dan struktur bagian mana yang menggunakan
bahan yang tak memenuhi syarat tersebut. Secara proporsional banyaknya
benda uji yang tak memenuhi syarat 4/68 sekitar 5.9%, ha! ini masih
dapat diterima. Akan tetapi jika melihat bahwa beton yang diuji
merupakan struktur yang sangat membahayakan maka harus diambil
tindakan perbaikan terhadap struktur tersebut, misalnya dengan
menambah perkuatan-perkuatan yang diperlukan dengan sebelumnya
melakukan penguj ian langsung.

Eva/uasi Pekerjaan Beton - 275


PERTANYAAN
11.1 Jelaskan apa maksud dari cvalunsi hasil uji sccarn statist ik?
11.2 Kriteria statistik sepe11i apa yang sering digunakan dalam pcnguj ian
kuat tekan beton?
11 .3 Pada evaluasi hasil pengujian kuat tckan beton, bagaimana kriteria
penerimaan hasil uji 1-..'Uat tekan menurut SNI?
11 .4 Tindakan seperti apa yang harus dilakukan jika hasil uji kuat tekan
tidak memenuhi syarat secara statistik?
11.5 Hasil pengujian beton dari sebuah laboratorium beton untuk kuat
tekan rencana 250 kg/cnl menggunakan 40 benda uji kubus
berpasangan ditampilkan dalam Tabel 11.8. Apakah beton tersebut
telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh SNI?
11.6 Berdasarkan data hasil uji kuat tekan beton K-350 dengan no.urut 1
sampai 50 pada Tabel 11.6, evaluasilah kuat tekannya!
11 .7 Dengan data pada Tabel 11.5 evaluasilah kuat tekan rencana 20 MPa
dengan data uji l sampai 15?

Tabel 11.8 Data Pengujian Kubus untuk K-250


No. K No. K No. K No. K
1 333 11 411 21 256 31 336
2 300 12 269 22 300 32 353
3 300 13 356 23 344 33 313
4 311 14 356 24 358 34 389
5 300 15 333 25 367 35 333
6 327 16 389 26 324 36 353
7 309 17 344 27 300 37 296
8 389 18 207 28 376 38 296
9 380 19 256 29 353 39 336
10 311 20 242 30 300 40 353

276 - Tekno/ogi Beton


DAFT AR PUST AKA
ASTM, Concrete and Aggregates, Annual Book of ASTM Standard,
Vo.04.02.1995, Philadelphia: ASTM, 1995.
American Concrete Institute, ACI 318-89 Buildin2 Code Requirements
for Reinforce Concrete, Part I, Fifth Edition, Skokie, Illinois,
USA: PCA, 1990
ASTM D.3665 Practice for Random Samplin2 of Construction
Material Annual Book of ASTM Standard, Vo.04.03.1995,
Philadelphia: ASTM, 1995.
Departemen Pekerj aan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,
Pedoman Beton 1989. SKBI.1.4.53.1989. Draft Konsensus.
Jakarta: DPU, 1989.
Maholtra., V Mohan,. Nondestruvtive Test, Significance of Test and
Properties of Concrete and Concrete-Materials, ASTM STP
l 69C, Philadelphia, 1994, pp.320-340 ..
Stelle., Garland Wl, Statistical Considerations in Sampling and
Testing, Significance of Test and Properties of Concrete and
Concrete-Materials, ASTM SIP 169C, Philadelphia, 1994,
pp.23-30.

Eva/uasi Pekerjaan Belon - 277


278 - Teknologi Belon
PERAWATAN DAN
PERBAIKAN STRUKTUR
BETON
eton yang telah dibuat dan menjadi sebuah struktur, harus

B d irawat selama usia struktumya. Tindakan perawatan im


dimaksudkan untuk menjamin tercapainya usia ekonomi struktur
tersebut. S a lah satu sifat yang penting dari beton adalah keawetannya,
yakni m ampu menahan serangan (pengaruh) kimia dan fisika serta
mekanis (duc tility). Contohnya antara lain: (1). tahan terhadap korosi dan
serangan a ir (d ibandingkan dengan baja), (2). tahan terhadap api
(dibandingkan baja), (3). tahan terhadap beban kejut dan gempa (dapat
berperilak:u daktail) dan (4). tahan terhadap perubahan suhu (susut karena
suhu kecil sekali). Keawetan yang baik didapatkan jika perencanaan,
pelaksanaan dan perawatan beton pada struktur dilakukan dengan baik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahapan perencanaan selain
dari kek:uatan struktur adalah: ( 1). Tidak cukupnya gambaran pembagian
beban sehingga pemilihan bahan menjadi tidak benar dan tahapan
pelaksanaan menjadi salah. (2). Ketidaktelitian detail, misalnya j arak-
jarak tulangan, (3). Kesalahan hitung, (4). Selimut beton kurang
diperhatikan, dan (5). Detail sambungan atau tempat dimana berhentinya
pengecoran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan meliputi
(1). Ketidakkokohan bekisting/acuan dan perancah/form-work, (2). Tidak
adanya selimut beton, (3). Kurangnya perhatian pada sambungan beton,
(4). Penghentian pengecoran pada tempat yang salah, (5). Jenis semen
yang digunakan tidak tepat, (6). Penggunaan bahan kimia tambahan
(admixture), (7). Tinggi penuangan yang besar dan (8). Cara pemadatan.
Kecuali untuk kasus khusus, pengecoran yang menggunakan tremi
jarang digunakan. lagi karena hal ini akan menyebabkan: (1). Tidak
homogennya campuran, (2). Keplastisan yang diperlukan tinggi, dan (3).
Komposisi campuran kadang-kadang tidak tepat lagi atau lebih banyak
air untuk melancarkan penuangan.

Perawatan da11 Perbaika11 Stn1kt11r8eton - 279


Indikasi dari pcngcluarnn biaya untuk pckc1jaan bcton meliputi: (1).
Biaya perav,1atan atau curing cost sclama pclaksanaan , (2). Biaya
pemeriksaan (inspection cost) dan preventive cost yaitu biaya untuk
perbaikan, (3). Perawatan korcksi termasuk perbaikan kemudian dan (4).
Penggantian bagian-bagian yang rusak.
Kecerobohan pada saat perencanan dan pelaksanaan akan menyebab-
kan tingginya biaya struktur (cost structure) secara keseluruhan. Setelah
struktur jadipun, banyak te1jadi kesalahan dalam pemaka ian yang antara
lain disebabkan oleh: ( 1). pemberian beban yang berlebih, (2). perubahan
fungsi dan (3). penambahan struktur yang tidak direncanakan.

12.1 Kerusakan-Kerusakan pada Beton


Keawetan struktur beton selama masa pelaksanan masih tetap
memerlukan jaminan pengawasan pelaksanaannya, agar beton tidak
menimbulkan kerusakan pada kondisi normal selama umur rencana.
Namun dernikian, kadangkala beton dapat rusak selama masa umur
rencananya. Kerusakan-kerusakan tersebut terjadi akibat pengaruh
mekanis, fisika dan kimia. Untuk itu, perlu diambil langkah-langkah
pencegahan.

12.1.1 Kerusakan Akibat Pengaruh Mekanis


Pengaruh mekanis yang paling umum adalah gempa. Beton harus
direncanakan agar dapat berperilaku daktail (mempunyai sifat daktalitas).
Variasi kerusakan yang timbul dapat berupa goresan-goresan (retak:
rambut) akibat pengaruh bahan dan getaran yang kecil (ledakan) sarnpai
ke kerusakan hancur (gempa tinggi). Menurut SNI, untuk menghindari
hal ini struktumya harus direncanakan dengan mengikuti ketentuan yang
tertuang dalam SK.SNI.T-15-1991-03 mengenai tata cara perancangan
bangunan gedung ..

12.1.2 Kerusakan Akibat Pengaruh Fisika


Kerusakan ini akibat pengaruh temperatur yang dapat menimbulkan
kehilangan panas hidrasi dan kebakaran. Kerusakan lainn~a akibat waktu
dan suhu misalnya creep & crack serta penurunan yang tldak sama pada
tanah dasam ya.

280 - Teknologi Beton

...
12.1 .3 Kerusakan Akibat Pcngaruh Kimia
Kerusakan ini umumnya paling banyak muncul pada struktur beton.
Kerusakan ini berkaitan langsung dengan struktur dan lingkungan
setempat, misalnya, akibat korosi, tingkat keasaman yang tinggi dan
lainnya .

12.2 Pemeriksaan dan Perawatan Kemudian


Kerusakan umumnya terjadi 50% pada tahapan desain. Untuk
meneliti kerusakan pada tahapan berikutnya (preventive action) setelah
struktur jadi maka perlu dilakukan tindakan pemeriksaan secara berkala
(periodic maintenance), misalnya selama lima tahun sekali.

12.2.1 Metode Pemeriksaan


Suatu pemeriksaan dimulai dari historis atau sejarah mengenai
bangunan dengan perhatian terhadap lokasi, tempat siar, sambungan,
persoalan selama pelaksanaan, campuran beton, tulangan, perawatan
kemudian, finishing, dan perbaikan sebelumnya.
Pemeriksaan mengenai sejarah perencanaan dan pelaksanaan akan
menghasilkan suatu tindakan perbaikan yang tepat yang akan dilakukan
kemudian. Tinjauan mengenai perbaikan ini haruslah memperhatikan
aspek eknomis dan aspek tekniknya, sehingga jika ditinjau secara
kekuatan struktur tetap terjaga dan melibatkan biaya perbaikan yang
rendah. Pemeriksaan pertama dapat dilakukan secara visual (kasat mata)
selanjutnya barulah diambil langkah pemeriksaan secara mendalam
(detail).

12.2.1.1 Pemeriksaan Visual


Pemeriksaan visual ditujukan pada tempat-tempat rawan (akibat
korosi) misalnya, elemen tipis, pemasangan pagar berkisi, saluran air,
balkon (konsol), sambungan-sambungan. Hasilnya ditabelkan pada tabel
kerusakan dan penyebabnya dan didokumetasikan dengan foto-foto.
Contoh tabel kerusakan dan penyebabnya dapat di lihat pada Tabel 12.1 .

Perawatan dan Perbaikan StrukturBeton - 281


Tabcl 12.1 l-:£'1'11saka11 da11 J->cnyehah
No Kcrusakan Pcnycbab
1 Retak halus keliatan (rctak rambut) Kcring-susut
Hidrasi
Kelebihan beban struktur,
Deformasi tak sempurna
2 Rongga
... dalam beton
~ Segregasi,
Penguapan tak sempurna
3 Pemmkaan berpasir (laitance) Bleeding,
Kurang perawatan
4 Kerusakan setempat Beban mekanis (gempa)
5 Karat Korosi
6 Bintik-bintik coklat diretakan Pengaruh klorida

12.2.1.2 Pemeriksaan Detail


Setelah dilakukan pemeriksaan visual, dilakukan pemeriksaan detail
yang meliputi
(1) Pengukuran selimut beton dengan steel detector.
(2) Pengukuran karbonat dengan pengujian bor inti (core-drill). Hasil uji
dilarutkan dalam fenolftailein sehingga permukaan yang mengalami
pengkarbonan dapat ditentukan (pH<9). Beton yang baik akan
berwarna merah jambu (rose), sedangkan bagian yang mengalami
pengkarbonan tetap berwama abu-abu (gray). Jika permukaan
pengkarbonan telah mencapai tulangan maka pengukuran kadar
kelembaban pada tulangan perlu dilakukan.
(3) Pengukuran kadar klorida dari contoh uji bor inti.
(4) Pemeriksaan kekerasan dan permeabilitas (permeability) beton.

282 - Teknologi Beton


12.2.2 Perawatan dan Tindakan Perbaikan
Tindakan ini dilakukan untuk menjamin keawetan beton. Kegiatan
pemeriksaan dilakukan secara teratur (regularly), sehingga tindakan
pencegahan dapat dilakukan sesegera mungkin.

12.2.2.1 Perawatan
Perawatan dapat diartikan sebagai langkah-langkah perlindungan
yang diberikan pada beton. Langkah perlindungan ini dapat berupa
pemberian lapisan pelindung agar gangguan luar dapat diperkecil. Perlin-
dungan ini dapat berupa pengecatan (coating) , pemlesteran, pemberian
lapisan penutup karet dan baja.

12.2.2.2 Perbaikan
Tindakan perbaikan meliputi perbaikan pada fase pelaksanaan dan
setelah beton mengeras. Tindakan ini dapat berupa pengasaran lapis
permukaan, penghancuran bagian yang rusak dan menggantinya dengan
beton baru (demolition) dan pengasaran sedikit bagian pennukaan atau
membuang sed ikit bagian yang rusak (chipping), sandblasting atau
pengamplasan, ataupun pemberian lapisan pada permukaan yang
diperbaiki (coating). Tindakan ini menggunakan mutu bahan yang lebih
tinggi dari mutu beton yang diperbaiki, misalnya menggunakan cement
grout.

PERTANYAAN
12. 1 Permasalahan apa yang harus diperhatikan dalam masa perencanaan
dan pelaksanaan pengerjaan beton?
12.2 Apa yang menyebabkan kerusakan pada beton? Bagairnana peng-
aruhnya?
12.3 Jelaskan metode pemeriksaan pekerjaan beton!
12.4 Jelaskan tindakan perawatan dan perbaikan struktur beton!

Perawatan dan Perbaikan StmkturBeton - 283


DAFTAR PU TAKA
.'\ TM. Concrete and Aggregates. Annual I1ook or ASTM tandard,
\'o.04.02. I995. Phtladclphi.1: . \ 'T 1. I 995.
Dep::irtemen PekcrJ::i::in Umum. Badan Pencl1tian dan Pengembangan PU.
Pcdoma n S eton 1989. SKB!.1 .4.53. 1989. Draft Ko11se11sus.
Jakarta: DPU. 19 9.
agel..R and H. Kcsuma., Gideon. Pcdoman Pckerjaan Beton. Cetakan
Ketiga. Jakarta: PT. Erlangga, 1994

284 - Teknologi Belon

·-
AGREGAT RINGAN 1
gregat ringan adalah agregat yang mempunyai kepadatan sekitar
300 - 1850 kg/m3 . Agregat ringan biasanya digunakan atas
pertimbangan ekonomis dan struktural. Pertimbangan ekonomis
didasarkan atas biaya produksi untuk menghasilkan agregat ringan dan
pengerjaan struktur betonnya sendiri. Secara struktural pertimbangan
didasarkan atas berat-volume atau kepadatan dari beton yang terbentuk
dimana akan lebih ringan dibandingkan menggunakan agregat normal,
sehingga jika digunakan untuk struktur atas akan lebih ringan yang pada
akhimya beban konstruksi menjadi lebih kecil.
Esensi agregat ringan adalah agregat yang mempunyai berat jenis
yang ringan dan porositas yang tinggi, yang dapat dihasilkan dari agregat
alam maupun hasil fabrikasi. Berdasarkan pengertian tersebut ada dua
metode untuk membuat beton ringan menggunakan agregat ringan.
Pertama adalah membentuk dengan menggunakan agregat ringan yang
porous dan berat jenis yang kecil beton yang terbentuk dinamakan beton
agregat ringan. Kedua adalah membuat pori yang tinggi pada beton
dengan membentuk massa mortar salah satunya dengaan menambah
kandungan udara pada beton. Beton yang terbentuk dinamakan beton
hampa udara, beton sellular,foamed or gas concrete.

13.1 Klasifikasi Agregat Ringan


Menurut ASTM C.330, agregat ringan ini dapat dibedakan menjadi
dua: (1). Agregat yang dihasilkan dari pembekahan (expanding), kalsinasi
(calcining) atau hasil sintering, misalnya dapur tanur tinggi, tanah liat,
diatome, abu terbang (fly ash), lempung atau slate, (2). Agregat yang
dihasilkan melalui pengolahan bahan alam, misalnya skoria, batu apung
(pumice) atau tujf. Agregat ringan yang pertama merupakan agregat
ringan buatan ( artificia.l aggregates) sedangkan yang kedua merupakan
agregat alam (natural).

Agregat Ringa11 - 285


13.2 Agregat Alami
Ke1ompok utama agregat ringan a lami mcl iputi jcnis-jenis agrcgat
diatomite. pumice (batu apung), scoria, volca11ic cinders dan tuff, yang
semuanya tcm,asuk batuan asli vu lkanik.
Batu apung merupakan batuan yang berwama terang biasanya
benvama sepe11i ada lapisan kaca dengan berat satuan 500 - 900 kg/m3.
Beton yang menggunakan agregat ini akan mempunyai sifat penyerapan
air dan pengembangan yang cukup tinggi dengan berat beton 700 - 1400
kg/m3•

13.3 Agregat Buatan


Sebagai bahan pengganti agregat ringan alami dapat digunakan
agregat buatan. Kelompok pertama dari agregat ringan buatan ini adalah
agregat yang berasal dari hasil proses pemanasan, kedua dari hasil
pendinginan, kelompok ketiga dari hasil industri cinder.
Expanded clay, shale, dan slate me1upakan hasil residu dari proses
kiln (tanur putar) dengan temperatur 1000 - 1200°C. Expanded shale dan
agregat clay yang dibuat dengan proses sinter strand mempunyai
kepadatan 650 - 900 kg/m 3 , dan jika menggunakan kiln yang berputar
akan mempunyai kepadatan sekitar 300 - 650 kg/m3 • Beton yang
menggunakan agregat jenis ini akan mempunyai berat isi sekitar 1400 -
3
1800 kg/m dan kadang-kadang dapat dihasilkan beton ringan dengan
3
kepadatan 800 kg/m • Kekuatan tekan beton yang agregat ini biasanya
cukup tinggi, terutama jika digabungkan dengan jenis agregat ringan
yang lainnya.
Perlite adalah jenis batuan glassy vulkanik dengan berat isi yang
rendah sekitar 30 - 240 kg/m3 • Perlite dibuat dari hasil pemanasan dan
proses fusi batuan glassy pada suhu 900 - 1100 °c. Beton yang dibuat
akan mempunyai kekuatan tekan yang rendah dan pengembangan yang
tinggi. Beton yang dibuat biasanya digunakan untuk tujuan insulator.
Vermiculite adalah material yang berstruktur pelat, nama lainnya3
adalah mica, dengan berat isi yang rendah sekitar 60 . - 130 kg/m •
Pembuatannya melalui proses pemanasan dan proses fus1 ba1':1an glassy
pada suhu 650 - 1000°C. Beton yang dibuat akan mempunya1 kekuatan

286 - Teknologi Beton


tckan yang rcndah dan pcngembangan yang tinggi, biasanya digunakan
untuk tujuan insulator (penahan panas).
Expanded blast-furnace slag dihasilkan dengan dua cara. Pertama
yaitu mencampurkan bahan batuan dengan air kemudian dilakukan
pembakaran. Misalnya tanah liat bakar. Tanah liat dengan kadar air
tertentu d ibuat berbutir sekitar 5 sampai 20 mm, kemudian di bakar.
Hasilnya berbentuk bola, ringan dan berpori. Serapan aimya sekitar 8-
3
20%. B eton d engan agregat ini berat jenisya sekitar 1900 kg/m • Kedua
dengan cara pen guapan (steam) batuan buatan yang dihasilkan seperti
batu a pung. B atuan expanded biasanya mempunyai berat isi sekitar 300 -
1100 k g/m 3 , bergantung pada proses pendinginannya dan derajat pem-
bentukan partikel serta ukuran dan gradasinya.
Clinker aggregat narna lainnya adalah cinder, merupakan hasil proses
pembakaran pada industri pada temperatur yang sangat panas. Beton
yang menggunakan agregat ini cenderung tidak tahan terhadap sulfat dan
kehilangan panas yang tinggi. Beton yang dibuat digunakan untuk tujuan
umum. Peraturan standar tidak merekomendasikan beton yang meng-
gunakan agregat ini digunakan untuk beton bertulang. Beton yang
menggunakan clinker cenderung lebih awet. Jika digunakan sebagai
agregat halus atau agregat kasar beton yang dihasilkan akan mempunyai
berat isi sekitar 1100 - 1400 kg/m3 • Untuk meningkatkan kemudahan
pekerjaannya agregat ini sering digabung dengan pasir alam, akan tetapi
3
berat isi betonnya akan meningkat menjadi 1750 - 1850 kg/m •
Agregat Abu Terbang (Sintered Fly-ash Aggregates) merupakan
produk sisa dari basil pembakaran PLTU yang mengeras dan membentuk
butir-butir seperti kerikil. Beton yang dibuat dari agregat jenis ini akan
mempunyai kuat tekan · yang cukup baik. Berat isi beton yang
menggunakan agregat ini sekitar 1000 kg/m3, jika menggunakan fraksi
agregat halusnya lebih banyak akan menghasilkan beton dengan berat isi
1200 kg/m3 •
Pecahan Bata atau Genteng dibuat dari pecahan bata atau genteng dan
masih sering dipakai. Secara umum masih belum dipakai, namun peneliti
sudah banyak meneliti tentang agregat jenis ini untuk dipergunakan
dalam campuran beton. Sifat agregat ini sangat berganhmg pada bahan
dasamya yalmi dari tanah liat, yang menyebabkan variasi dari agregat
yang dibentulmya. Pecahan dari bahan ini yang halus bersifat: ( l ). seperti

Agregat Ringan - 287


pasir. (2). sedikit mcnaikan kckuatan mortar dan (3 ). rnenaikan sifat
hidrolis dari mortar.
Herculite atau Haydite merupakan basil pe mb ua tan dari shale yang
dimasukan dalam tungku putar pada suhu I I 00°C. Gas da]am shale
mengembang membentuk jutaan se1 kecil udara da]am massa yang
dikelilingi oleh selaput tipis air yang ku~t dan bening. Agregat ini dipakai
untuk menggantikan agregat yang dipakai pada pekerjaan struktural.
Berat jenis yang dihasilkan sekitar dua pertiga beton biasanya, dengan
kuat tekan yang hampir sama pada jumlah semen yang sama. Beton yang
dibuat akan mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap panas, sehingga
biasanya digunakan untuk dinding penahan panas, lapisan tahan api untuk
bajan struktural, selainnya itu mempunyai sifat meredam suara yang baik.
Kemungkinan pemakaian benda limbah padat buangan sebagai bahan
pengganti akhir-akhir ini banyak dibicarakan, hal ini sebenamya bukan
merupakan konsep yang baru. Limbah padat ini dapat berupa kaleng-
kaleng bekas, juga bahan-bahan bekas bongkaran bangunan, maupun
sampah padat dari hasil limbah industri ataupun rumah tangga. Sebelum
barang ini dipakai sebaiknya ditinjau dari sisi ekonomi apakah
menguntungkan dibandingkan dengan memakai agregat alami, dan juga
mempertimbangkan basil dari sisi tekniknya, kemudahan pengerjaannya
dan terutama basil akhir dari kekuatan betonnya.
Agregat yang digunakan untuk pembuatan asbes adalah bahan yang
berasal dari endapan berupa serat-serat halus yang berasal dari magne-
sium silikat hydrat. Kayu untuk panel-panel yang digunakan sebagai
bahan bangunan. Untuk keperluan ini dipakai tatal serta serutan kayu
sebagai bahan chip-wood cement board, dan wood-wool cement board.

13.4 Komposisi Kimia dan Fisika


Komposisi kimia dalam agregat ringan struktural haruslah memenulu
syarat kimia dan fisika seperti dalam Tabel 13 .1 dan Tabel 13 .2

288 - Teknologi Beton


Tal>cl 13. 1 Persyarntc111 Kimict

No. Uraian Persyaratan

l. Kandungan organik dalam Agregat Lebih tcrang dibandingkan


menggunakan NaOH 3% dengan warna standar
2. Fe 20 3 da lam 200 gram, Maks 1.5 mg
3. Hi lang pijar 5%

Tabel 13.2 Penyaratan Fisika


No. Uraian Persyaratan
1. Kandungan lumpur dalam berat kering 2%
2. Butiran halus dalam agregat, maks 7%
3
3. Berat is i kering udara (Kg/m )
• Agregat halus 1120
880
• Agregat kasar 1040
• Gabungan agregat halus dan agregat kasar

13.5 Gradasi Agregat


Apabila digunakan agregat ringan sebagai campuran beton, maka
agregat harus memenuhi ketentuan dan syarat-syarat dari ASTM C.330-
80, "Spesi.fication for Lightweight Aggregates for Stntc/ural Concrete"
seperti tercantum dalam Tabel 13.3.

Tabel 13.3 Suszman Butir Agregat Menumt ASTM C.330


Ukuran Persentase (berat) Lolos Ayakan Berukuran Lubang Persegi, dalam mm
Nominal
Agregat
Ringan 25.0 19.0 12.5 9.5 4.75 2.36 1.18 0.3 0.15
(mm)
Agregat Halus
4.75-0 - - - 100 85-100 - 40-80 10-35 S-25
Agregat Kasar
25.0-4.75 95-100 - 25-60 - 0-10 - - - -
19.0-4.75 100 90-100 - 10-50 0-15 - . - -
12.5-4.75 - 100 90-100 40-80 0-20 0-10 . . -
9.52.36 - - 100 80-100 5-40 0-20 0-10 - .
A~ regat Gabungan
12.5-0 - 100 95-100 - 50-80 . . 5-20 2-15
9.5-0 - - 100 90-100 65-90 35-65 . 10-25 5- 15
Sumber: ASTM, Concrete and Aggregates, Vol. 04.02-1995, C.330-1995, p.196

Agregat Ringan - 289


13.6 Tata Cara Rencana Pernbuatan
Can1puran Beton Ringan dengan Agregat
Ringan Menurut SNI: 03-3449-1994
Tata cara ini digunakan untuk mendapatkan proporsi campuran untuk
menghasilkan beton ringan sesuai dengan rencana konstn.1ksi struktura~
struktural ringan dan sangat ringan; meliputi persyaratan, ketentuan
bahan. perhitungan proporsi se11a cara pengerjakan rencana campuran
beton ringan dengan agregat ringan tanpa bahan tambahan
Proporsi campuran beton harus menghas ilkan beton ringan yang
memenuhi syarat tentang kelecakan, berat isi, kekuatan, keawetan dan
bersifat ekonomis. Sedangkan campuran beton untuk pekerjaan
konstruksi atau penggunaan bahan yang berbeda, direncanakan secara
terpisah berdasarkan pada sifat bahan yang akan dipakai dalam produksi
beton ringan.
Bahan yang digunakan adalah air, semen, agregat sesuai dengan
standar yang berlaku. Pemilihan proporsi campuran beton ringan
ditentukan berdasarkan hubungan kuat tekan terhadap berat jenis, berat
jenis terhadap jumlah fraksi agregat ringan dan kuat hancur agregat tidak
boleh lebih besar dari kuat tekan adukan.
Perhitungan proporsi campuran. Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan
dihitung dari harga deviasi standar dan nilai tambah, berat isi beton
ringan, pemilihan agregat dan proporsi campuran beton ringan.
Agregat ringan dipilih menurut tujuan konstruksi sesuai tabel 14.1.
Cara pengerjaan beton ringan . Pertama tentukan (ambil) nilai kuat tekan
beton ringan fc', B pada umur 28 hari. Hi tung standar devasi, nilai
tambah, kuat tekan beton ringan rata-rata. Pilih agregat ringan kasar dan
halus, sesuai rencana kuat tekan. Tentukan kuat hancur agregat dan
hi tung jumlah fraksi agregat kasar (nf). Tentukan kuat tekan dan berat isi,
susunan campuran adukan dari laboratorium. Hitung kadar agregat kasar,
semen, air, agregat halus. Lakukan koreksi terhadap basil pengujian.

290 - Teknologi Beton


I

'
Tahcl 13.4 Batas Kek11ata11 Konstruksi Beto11 Ri11ga11

Bcton Ringan Jenis Agregat Ringan


Konstruksi I3cton Ringan Kuat 13crat isi
Tekan (kg/m3)
(MPa)
Struktural: Agregat ringan dibuat
• Minimum 17,24 1400 melalui proses
41 ,36 1860 pemanasan dari suatu
• Maksimum serpih, lempung, sabak
Struktural Ringan terak besi dan abu
6,89 800 terbang.
• Minimum 17,24 400
• Maksimum Agregat ringan lama:
skoria atau batu apung.
Struktural Sangat Ringan
- -
(sebagai isolator):
- 800
• Minimum Perlit atau vermikulit
• Maksimum

13.7 Persyaratan Agregat Ringan Struktural


Menurut ASTM C.330
(1) Agregat ringan dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu:
Dihasilkan dari pembekahan (expanding), kalsinasi (calcining)
atau hasil sintering, misalnya dapur tanur tinggi, tanah liat,
diotome, abu terbang (fly ash), lempung atau slate.
Agregat yang dihasilkan melalui pengolahan bahan alam,
misalnya skoria, batu apung (pumice) atau tuff.
(2) Berat satuan (unit weight) maksimum pada keadaan kering dan diisi
gembur adalah:
Agregat halus 1120 kg/cm3
3
Agregat Kasar 800 kg/cm
3
Agregat gabungan 1040 kg/m •

Perbedaan berat satuan dalam kondisi lapangan tidak boleh lebih


dari 10%.

Agregat Ringan - 291


(3) Kandungan bahan yang bcrpcngaruh buruk:
Kadar gumpalan tanah liat (clays lumps) dan partikel yang mudah
dirapikan maksimum 3%.
Kadar organik yang diuji dengan larutan NaOH 3% harus
menghasilkan wama yang lebih muda jika dibandingkan dengan
larutan pembandingnya.
Noda karat (stai1111i11g) yang secara visual wamanya lebih pekat
dari wama standar penguji pada n1etode uji ASTM C.641, harus
diuji secara kimia. Bila n1engandung ferroxida 1.5 mg atau lebih,
tidak boleh dipakai.
Bagian yang hilang jika dilakukan pen1ijaran tidak boleh lebih
dari 5 % berat.

13.8 Kekuatan Tekan Agregat Ringan


Kekuatan tekan basil uji beton yang n1enggunakan agregat ringan
diambil berdasarkan rata-rata tiga benda uji. Prosedur pembuatan beton
dan pengambilan contoh untuk pembuatan beton yang menggunakan
agregat ringan harus sesuai dengan syarat SNI ataupun syarat lainnya j
yang sesuai dengan ketentuan. Rata-rata kekuatan tekan minimum yang f
harus dimiliki beton yang menggunakan agregat ringan didasarkan atas
berat isi kering maksimum, seperti dalam Tabel 13.5. Jika ada nilai berat
isi yang berada pada nilai tengah tabel maka dilakukan interpolasi untuk 1
mendapatkan nilai kekuatan tekan minin1umnya.

Tabel 13.5 Berat isi dan Kuat Tekan


Rata-rata berat isi Kekuatan Tekan Minimum (Mpa)
3
kering maks (Ke:/m )
Semua agregat ringan
1760 28
1680 21
1600 17
Agresz.at rinf an menQe.unakan oasir
1840 28
1760 21
1680 17

292 - Tekn.ologi Beton


13.9 Metode Pengujian Berat lsi Beton Ringan
Struktural
Metode ini digunakan untuk menentukan isi dari beton ringan
struktural, memuat persyaratan, cara uji dan perhitungan berat untuk
tujuan perencanaan dan pelaksanaan konstruksi beton. Berat isi beton
ringan struktural adalah berat isi beton maksimum 1.900 kg/m3 untuk
penggunaan sebagai komponen struktur.
Peralatan yang digunakan adalah timbangan, batang pemadat, takaran
standar berbentuk silinder, cetakan benda uji silinder, ruangan dengan
kelembaban nisbi 50 + 5%, oven pengering 105 - l I0°C. Pengambilan
contoh uji mengiukuti prosedur pengambilan contoh uji untuk beton segar
ASTM C. l 72 atau Menurut SNI : 03-3402-1994. Prosedur pengujian
beton ringan mengikuti standar penguj ian C.567.

Pertanyaan:
13.1 Jelaskan definisi dari agregat ringan!
13.2 Bagaimana klasifikasi agregat ringan menurut standar (a). AS1M
dan (b). SNI?
13.3 Sebutkan dan jelaskan macam agregat ringan alami dan agregat
ringan buatan!
13 .4 Bagaimana korr.posisi kimia dan fisik agregat ringan yang
disyaratkan untuk pekerjaan struktural?
13 .5 Mengapa kuat tekan rencana beton yang menggunakan agregat
ringan didasarkan pada berat isi kering maksimum?

Agregat Ringa11 - 293


DAFT AR PUSTAKA
ASTM. Concrete and Aggregates. Annual Book of J\STM Standard,
Vo.04.02.1995. Philadelphia: J\STM, 1995.
British Standard Institution. Methods for Smnpli ng a nd Tcstine: of
l\1aterial Aggregates.Sands and Fillers, BS 8 12: Part 1-4 , BSI,
England: 1982
Brink. R.H and Timms, A.G., Weight, D ensity, Absorption, and
Surface l\1oisture, Sig11ifica11ce of Test and Properties of
Concrete and Concrete-Materials, A STM STP 169B
Philadelphia 1 1978, p.432 '

Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,


Pedoman Beton 1989. SKBI.1.4.53.1989. Draft Konsensus.,
Jakarta: DPU, 1989
ELE Publicity Department, Sand, Aggregates and Fillers, England:
Material Testing Division ELE International Limited, 1968. l 95-
253pp
Galloway, Jr., Joseph E, Grading, Shape, and Surface Properties,
Sig1tifica11ce of Test and Properties of Concrete and Co11crete-
Materials, ASTM STP 169C, Philadelphia, 1978, p.401-410.
Jackson, N. Civil Engineering Material. Great Britain: Unwin Brothers
Ltd.,1977.
Kliger, Paul, and Lamond, Joseph F (editor), Significance of Test and
Properties of Concrete and Concrete-Making Materials, Part
JV: Concrete Aggregates, Philadelphia: ASTM-STP 169C, 1994.
Landgren, Robert, Unit Wight, Specifik Gravity, Absorption, and
Surface Moisture, Significance of Test a11d Properties of
Concrete and Concrete-Materials, ASTM STP I69C,
Philadelphia, 1978, p.421-428.

294 - Teknologi Beton


BETON MUTU TINGGI 1
S
esuai dengan perkembangan teknologi beton yang demikian
pesat, temyata kriteria beton tinggi juga berubah sesuai dengan
perkembangan jaman dan kemajuan tingkat mutu yang berhasil
dicapai. Pada tahun 1950an, beton dikategorikan mempunyai mutu tinggi
jika kekuatan tekannya 30 MPa. Tahun 1960 - 1970an, kriterianya naik
menjadi 40 MPa. Saat ini beton dikatakan sebagai beton mutu tinggi jika
kekuatan tekannya diatas 50 MPa dan diatas 80 MPa adalah beton mutu
sangat tingg i (Supartono, 1998). Dua dekade terakhir ini orang berbicara
mengenai beton mutu tinggi dengan kekuatan tekan silinder beton (fc ') =
2
600 - 1000 k g/cm • Beton dengan kekuatan tekan 80 MPa telah banyak
digunakan untuk bangunan tinggi seperti di Chicago, Seatle dan lainnya.
(M.S. Besari, 2003). Sebenamya sudah sejak lama beton mutu tinggi
berhasil diproduksi untuk pekerjaan-pekerjaan khusus di beberapa negara
maju. Tahun 1941 , di Jepang sudah diproduksi beton dengan kekuatan 60
MPa untuk panel cangkang beton pracetak sebuah terowongan kereta api.
Tahun 1952 di Eropa, beton berkekuatan tekan 60 MPa digunakan untuk
struktur jembatan berbentang panjang. Di USA pada tahun 1960-an beton
sejenis digunakan untuk keperluan militer. Tahun 1980-an, beton mutu
tinggi banyak digunakan untuk bangunan tingkat, terutama elemen
struktur kolom. Sejak tahun 1989 di USA, beton dengan kuat tekan 100 -
140 MPa digunakan untuk jembatan bentang panjang, bangunan industri
seperti silo yang tinggi dan berdiameter besar serta bangunan beresiko
tinggi seperti bangunan pembangkit nuklir (Supartono, 1998).
Banyak parameter yang mempengaruhi kekuatan tekan beton,
diantaranya adalah kualitas bahan-bahan penyusunnya, rasio air-semen
yang rendah dan kepadatan yang tinggi pula. Beton segar yang dihasilkan
dengan memperhatikan parameter tersebut biasanya sangat kaku,
sehingga sulit dibentuk atau dikerjakan terutama pada pengerjaan
pemadatan. Dengan semakin banyaknya pabrikan yang menghasilkan
bahan admixture sebagai bahan pengencer dari beton yang berefek
mencairkan beton tanpa menambah campuran air dalam beton, maka hal
ini tidak menjadi masalah (M.S. Besari, 2003).

Beton Muhl Tinggi - 295


Kckuatan tekan akhir scbua h bcton kcras akan ditcntukan olch
konstitucn yang tcrlcmah. Konstitucn utama bcton padat tcrdiri dari
agregat kasar yang biasanya berbcntuk batu dan rnatriks scmcn-pasir.
Namm1 demikian. masih ada konstituen lain yang sccara tidak langsung
(inherent) berpengaruh pada proses pcmbuatan beton, yaitu interface
antara agregat kasar dengan matrix semen-pasir. Inte,face merupakan
suatu daerah peralihan sebesar 30 µm sekcliling agregat kasar.
Pengamatan citrn SEM (Sca1111i11g Electron Microscope) menunjukkan
bahwa terjadi pembentukan banyak kristal kalsium hidroksida yang ]ema
pada inte,face pada saat proses pengerasan beton. Penelitian Bentur et. al
menunjukan secara meyakinkan bahwa inte,face tersebut adalah
penyebab rendahnya kekuatan akhir beton. Kondisi yang meragukan ini
akan hilang jika ditambah_k~n bahan aditif CSF (condensed silica fume).
CSF merupakan bahan s1hka dalam bentuk butiran-butiran bola yang
sangat halus, sehalus asap rokok yang memiliki pennukaan spesifik 20
2
m /gram. Bahan tersebut biasanya merupakan hasil sampingan industri
silika terutama yang menggunakan pembakaran batu arang (M.S. Besari,
2003).

14.1 Faktor yang Harns Diperhatikan


Pada umumnya j ika berhubungan dengan tuntutan mutu dan
keawetan yang tinggi diinginkan, ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan dan diperhatikan dalam menghasilkan sebuah beton
yang bermutu tinggi, meliputi faktor air semen (FAS), kualitas agregat
halus, kualitas agregat kasar, dan penggunaan bahan tambah baik
admixture (kimia) maupun aditif (mineral).

14.1.1 Faktor Air Semen


Secara umum, semakin besar nilai FAS, semakin rendah mutu
kekuatan beton. Dengan demikian, untuk menghasilkan sebuah bet?~
yang bermutu tinggi FAS dalam beton haruslah rendah. Sayangn~a_hal 1.01
menyebabkan kesulitan dalam pengerjaannya. Umumnya mlat FAS
minimum untuk beton normal sekitar 0.4 dan nilai maksimumnya 0.65.
Tujuan pengurangan FAS ini adalah . untuk . mengurangi_ ~gga
seminimal mungkin porositas beton y~ng ~1buat sehmgg~ ak~n d1hastl~
beton mutu tinggi. Pada beton mutu tmgg1 atau sangat tinggt, FAS dapa

296 - Teknologi Beton


diartikan sebagai water to ce1J1e11tious ratio, yaitu rasio berat air terhadap
berat total semen clan acliti r ce1J1e11tio11s yang umumnya ditambahkan pada
campuran beton rnutu tinggi (Supartono, 1998).

14.1.2 Kualitas Agregat Halus (Pasir)


Bentuk agregat halus akan mempengaruhi kualitas mutu beton yang
dibuat. Agregat berbentuk bulat mempunyai rongga udara minimum 33%
lebih kecil dari rongga udara yang dipunyai oleh agregat berbentuk
lainnya. Dengan semakin berkurangnya rongga udara yang terbentuk,
beton yang dihasilkan akan mempunyai rongga udara yang lebih sedikit.
Tekstur permukaan agregat halus yang bertekstur halus akan lebih
sedikit membutuhkan air dibandingkan dengan agregat dengan
permukaan kasar. Agregat ini terbentuk akibat pengikisan oleh air atau
akibat patahnya batuan (rocks) berbutir halus atau batuan yang berlapis-
lapis. Dengan semakin sedikitnya air yang dibutuhkan, kemungkinan
menghasilkan beton yang bermutu tinggi lebih besar jika menggunakan
agregat kasar.
Modulus halus butir (finnes modulus) atau yang biasa disingkat MHB
ialah suatu indek yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau kekasaran
butir-butir agregat. MHB didefinisikan sebagai jumlah persen kumulatif
dari butir agregat yang tertinggal (retained) di atas satu set ayakan (38,
19, 9.6, 4.8, 2.4, 1.2, 0.6, 0.3 dan 0.15 mm), kernudian nilai tersebut
dibagi 100 (Abrams, 1918). Semakin besar nilai MHB suatu agregat,
semakin besar butiran agregatnya. Umumnya agregat halus mempunyai
MHB sekitar 1.50 - 3.8. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai MHB
2,5 < MHB < 3 .0 umumnya menghasilkan beton mutu tinggi dengan FAS
yang rendah dan mempunyai kekuatan tekan dan kelecakan yang optimal
(Larrard, 1990).
Gradasi yang baik dan teratur (continous) dari agregat halus besar
kemungkinan akan menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan tinggi
dibandingkan dengan agregat yang bergradasi gap atau seragam. Gradas~
yang baik adalah gradasi yang memenuhi syarat zona tertentu dan agregat
halus tidak boleh mengandung bagian yang lolos pada satu set ayakan
lebih besar dari 45% dan tertahan pada ayakan berikutnya.

Beto11 Mutu Tinggi - 291


---

Kcbcrsihan agrcgat j uga aktin sangat mcmpcn garuh t c.lari mutu bcton
yang ak:m dibuat tcrutama dnri zat-zat yang dnpat mcrusak baik pada saat
beton muda maupu bcton sudah mcngcras.

14.1.3 Kualitas Agregat Kasar


Kekuatan agregat bervariasi dalam batas yang besar. Butir-butir
agregat dapat bersifat kurang kuat karena dua hal. Pe1iama, karena terdiri
dari bahan yang Iemah atau terdiri dari partikel yang kuat tetapi tidak
baik dalam ha! pengikatan (interlocking). Granite misalnya, terdiri dari
bahan yang kuat dan keras yaitu kristal quarts danfeldspar, tetapi bersifat
kurang k.'Uat dan modulus elastisitasnya lebih rendah daripada gabbros
dan diabeses karena butir-butir granite tidak: terik:at dengan baik:. Kedua,
porositas yang besar yang akan rnernpengaruhi keuletan atau ketahanan
terhadap beban kejut. Dalam hal pemilihan agregat kasar, porositas yang
rendah mempakan faktor yang sangat menentukan untuk menghasilkan
suatu adukan beton yang seragam, dalam artian mempunyai keteraturan
dan keseragaman yang baik pada mutu maupun parameter lain yang
dibutuhkan. Akan sangat baik j ika akan digunakan untuk membentuk
beton mutu tinggi daya serap air sebesar tidak lebih dari satu persen.
Karena hal ini akan sangat berhubungan dengan pengendalian kandungan
air pada campuran beton, yang dapat mengakibatkan ketidak aturan atau
deviasi yang sangat besar pada mutu yang akan dihasilkan.
Kekerasan atal.l kekuatan dari butir-butir agregat bergantung pada
bahannya dan tidak dipengaruhi oleh lekatan antara butir satu dengan
lainnya. Agregat yang lebih kuat biasanya mempunyai modulus elastisitas
(sifat dalam pengujian beban uniaxial) yang lebih tinggi. Butir-butir yang
lemah (lebih rendah dari pasta semen) tidak dapat menghasilkan kekuatan
beton yang dapat diandalkan. Untuk yang sedang/cukup mungkin
malahan dapat lebih menguntungkan, karena dapat mengurangi konsen-
trasi tegangan yang te1jadi, atau pembasahan dan pengeringan, ata~
pemanasan dan pendinginan, dengan demikian membantu mengurangi
bahaya terhadap retakan dalam beton. Jadi, dalam membentuk suatu I

beton yang akan mempunyai mutu yang tinggi kualitas kekuatan


tekannya perlu menjadi perhatian, dalam hal ini ditentukan dengan suatu
pengujian kuat tekan dan ketahanan akan abrasinya.
I
Bentuk fisik dari agregat kasar yang bersudut. Agregat mi mem-
punyai sudut-sudut yang tampak jelas yang terbentuk di tempat-tempat

298 - Teknologi Beton


perpotongan bidang-bidang dengan permukaan kasar. Rongga udara pada
agregat ini bcrkisar antara 38% - 40%, dengan demikian membutuhkan
lebih banyak lagi pasta semen agar mudah di kerjakan untuk mengurangi
rongga ini dikombinasikan dengan butiran agregat halus yang berbentuk
bulat. B eton yang dihasilkan dengan menggunakan agregat ini cocok
untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu
tinggi karena ikatan antar agregat baik dan kuat.
Ukuran butir maksimum agregat juga akan mempengaruhi mutu
beton yan g akan dibuat. B asil penelitian Larrard (1990) menyebutkan
bahwa butiran maksimum yang memberikan arti nyata untuk membuat
beton mutu tinggi tidak boleh lebih dari 15 mm. Namun demikian
pemakaian butiran agregat sampai dengan 25 mm masih memungkinkan
diperolehnya beton mutu tinggi dalam proses produksinya.
Gradasi yang baik dan teratur (continous) dari agregat kasar besar
kemungkinan akan menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan tinggi
dibandingkan den gan agregat yang bergradasi gap atau seragam. Gradasi
yang baik adalah gradasi yang memenuhi syarat zona tertentu dan agregat
halus tid ak b oleh mengandung bagian yang lolos pada satu set ayakan
lebih besar dari 45% dan tertahan pada ayakan berikutnya. Kebersihan
agregat j uga akan sangat mempengaruhi dari mutu beton yang akan
dibuat teruta ma dari zat-zat yang dapat merusak baik pada saat beton
muda maupun b eton sudah mengeras.

14.1.4 Bahan Tambah


Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat
dibedakan menj adi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi
(chemical admixture) dan bahan tambah yang bersifat mineral (additive).
Bahan tambah admixture ditambahkan saat pengadukan dan atau saat
pelaksanaan pengecoran (placing), sedangkan bahan tambah additive
ditambahkan saat pengadukan dilaksanakan. Bahan tambah tambah
additive merupakan bahan tambah yang lebih banyak bersifat
penyemenan jadi bahan tambah additive lebih banyak digunakan untuk
perbaikari kinerja kekuatannya.
Bahan tambah kimia yang banyak digunakan untuk memperbaiki
kinerja beton mutu tinggi umumnya yang bersifat memperbaiki
kelecakan. Bahan tambah ini dikelompokan kedalam High Range Water

Beton Mutu Tinggi - 299


Reducit1~ Adm frtures. Water reducing admixtures adalah bahan tambah
yang m; ngurangi air pcncampur yang dipcrlukan untuk Jllcnghasi lkan
beton dcngan konsistensi tertcntu. Water-Reducing Admixture digunakan
antara lain untuk dengan tidak mcngurangi kadar semen dan nilai' slump
untuk memproduksi beton dengan nilai pcrbandingan atau faktor air
semen (WC'R) yang rendah. Dengan tidak merubah kadar semen yang
digunakan dengan fak.1or air semen yang tetap rnaka nilai slump yang
dihasilkan dapat lebih tinggi. Pada kasus pertama, pengurangan faktor air
semen secara tidak langsung akan meningkatkan kekuatan tekannya
karena dalam banyak kasus dengan faktor air semen yan g rendah akan
meningkatkan kekuatan tekan beton. Pada kasus kedua, tingginya nilai
slump yang dida~a~kan akan memudahkan penuangan adukan (placing)
atau dengan hal mt waktu penuangan adukan dapat d iperlambat. Kasus
ketiga dimaksudkan untuk mengurangi biaya karena penggunaan semen
yang lebih kecil (Mather, Bryant., 1994:494-495).
Pengurangan kadar air dalam pembuatan beton mutu tinggi menjadi
perhatian penting. Dengan bahan tambah yang dapat mengurangi air
sangat tinggi seperti superplastic izer diharapkan kekuatan beton yang
dihasilkan lebih tinggi dengan air yang sedikit, tetapi tingkat kemudahan
pekerj aan juga lebih tinggi . Penggunaannya disesuaikan dengan standar
ASTM C.494 Tipe F.
Penggunaan bahan tambah mineral (additive) untuk membentuk
beton rnutu tinggi pada saat ini sudah merupakan bagian yang rnutlak.
Bahan tambah yang umumnya digunakan dan populer adalah abu terbang
yang merupakan hasil residu pembangkit listrik tenaga uap yang
menggunakan batu bara jenis antrasit atau bitumen. Karena sifatnya yang
mengandung pozzolan maka bahan ini sangat baik jika digunakan untuk
membentuk beton mutu tinggi. Pozzolan adalan bahan yang mempunyai
kandungan utama silika dan alumina dan didapat dari surnber alam
maupun buatan. Seperti dijelaskan diatas, bagian interface merupakan
bagian yang terlemah dari beton. Penambahan abu terbang yang
mengandung CSH maka akan mernberikan beberapa keuntungan ya1tu:
(I) Mengurangi keberadaan unsur kalsium-hidroksida di dala~ beton,
yang merupakan bagian yang lemah beton, serta meng~antikannya
setelah bereaks·i dengan Si02 menjadi kalsium-silikat-h1drat (CSH
gel) yang selanjutnya akan memberikan peningkatan kekuatan beton.

300 - Teknologi Beton


(2) Pozzolan yang bcrbutir halus akan meng1s1 pori-pori sehingga
porositasnya mcnjadi rendah .
(3) Pengurangan kalsium-hidroksida oleh SiO2 akan mengurangi
sensitivitas terhadap kctahanan sulfat, yang juga didukung oleh
meningkatnya kerapatan beton yang pada akhimya akan meningkatan
kekedapan terhadap air.
Pozzofiane atau super fly ash dapat pula digunakan sebagai bahan
tambah altematif selain abu terbang. Secara garis besar, pozzofume sama
dengan abu terbang akan, tetapi ada beberapa perbedaan yang meliputi
ukuran partikel dan besamya prosentase kandungan silika dan alumina,
dimana umumnya pozzofume memiliki partikel yang lebih kecil dari abu
terbang biasa dan kandungan silikanya yang lebih dari 70%.
Mikrosilika atau silica fume merupakan produk sampingan industri
silikon (silicon metal). Kandungan silikanya lebih dari 90%, dengan
butiran yang sangat halus (sekitar 1/1 00 ukuran butir partikel semen).

14.1.5 Kontrol Kualitas


Selain hal diatas, untuk dapat menghasilkan beton yang bermutu
tinggi faktor kontrol terhadap kualitas proses produksi beton pada saat
pengambilan sampel, pengujian maupun proses penakaran sampai
perawatan mutlak menjadi perhatian penting. Pengawasan dan pengen-
dalian yang tepat dari keseluruhan prosedur dan rnutu pelaksanaan yang
didukung oleh koordinasi operasional yang optimal akan lebih mening-
katkan kualitas mutu beton yang dihasilkan.

14.2 Kendala dan Permasalahan yang Sering


Dihadapi
Pelaksanaan untuk membentuk beton yang bennutu tinggi di
Indonesia saat ini masih menunjukan banyak kendala dan permasalahan,
terutama yang berhubungan dengan kekuatan tekannya. Berdasarkan
pengamatan di lapangan, permasalahan tersebut pada urnurnnya dapat
dikelompokan dalam beberapa aspek yaitu (Supartono, 1998): (a).
Kegagalan mutu beton mencapai target kuat tekan sebagaimana yang
disyaratkan, terutama untuk beton cor ditempat dengan kuat tekan lebih

Beton Mutu Tinggi -301


dari 60 MPa. (b). Kcscragaman dan kctidaktcraturan n1utu clan kclccakan
beton yang dihasilkan untuk suat1..1 clcmcn yang di h asi lkan masih sangat
keci l. (c). Kchilangan nilai slump antara saat pcn gadukan sampa1
pcnuangan bcton.
Beton dengan kuat tckan lebi h besar dari 60 MPa, bahkan 100 MPa
s udah dapat dihasilkan di laboratorium. Akan tetapi, saat diimplemen-
tasikan di lapangan dan nilai efesiensi dianggap 0 .85, kekuatan tekan
yang dihasilkan belum mencapai 85% dari kekuatan tekan yang dihasil-
kan di laboratorium. Permasalahannya terutama terletak pada
permasalahan pengendalian mutu proses produksi beton, yang semestinya
d ila ksanakan secara menyeluruh dan sangat ketat, mulai dari saat
pengendalian dan kontrol pengadaan dan pengujian material sampai saat
penuangan dan pekerjaan akhir.
K eseragamanan mutu beton yan g dihasilkan amat penting dicapai
dalam petnbuatan beton mutu tinggi. Dalan1 hal i-.,. i, ACI Committee
Report 363R-92, memberikan batas kontrol kualitas kesergaman . beton
dalam deviasi standar sebesar 3.5 - 5 MPa. Hasil pengujian beton mutu
tinggi yang diproduksi untuk proyek-proy ek di Jakarta menunjukkan
bahwa syarat kesergamanan ini masih sulit dicapai. Standar deviasi yang
dihasilkan masih berada diatas 5 MPa. Penggunaan additive dan
admixture dalam memproduksi beton mutu tinggi juga mempengaruh
keseragan1a beton yang dihasilkan (Supartono, 1998).
Kehilangan nilai slump dalam suatu produksi beton akan menyebab-
kan n1asalah dalam beton segar yaitu; kelecakan beton akan menurun,
pengecoran beton yang tidak sempuma, pemadatan yang tidak optimal,
kemungkinan akan terjadi segregasi, kesulitan p-emompaan untuk
produksi yang besar dan bertingkat tinggi. Sedangkan permasalahan ~ada
beton yang sudah mengeras adalah kuat tekan yang disyaratkan ttdak
tercapai, mutu pengerjaan akan turun, kepadatan akan berkurang,
mengurangi keawetan dan ketahanan beton terhadap pengaruh lu~r )'.'ang
agresif, kekedapan beton berkurang, terjadinya keropos, dan teIJadmya
keretakan akibat proses penyusutan.

302 - Teknologi Beton


14.3 Pe ranca ngan Campuran Beton Mutu
Tinggi
Rumus untuk mempcrkirakan kuat tckan mortar dan beton mutu
tinggi secara cmpiris tclah dibuat olch Rene Feret. Rumusan beton mutu
tinggi yang dibuat menggunakan silica fume dan semen portland adalah
sebagai berikut (De Larrard, 1990).

f 'c = Kg. Re )
I 3. lw/c ]-
[ + l .4 - 0 .4 exp(- l ls/c)

dan f c = K g x Be dengan

Be= [ Re ]2
3.lw/ c
1
+ l.4 - 0.4exp(- lls / c)

dimana
fc kuat tekan silinder beton pada umur 28 hari (dalam MPa).
Re = kuat tekan mortar semen umur 28 hari (dalam MPa) berdasarkan
material lokal yang dibuat dengan campuran 1 Portland Cement :
3 pasir : 0.5 bagian air dalam berat.
w/c = rasio air semen dalam berat.
sic - rasio kadar rnicrosilika (silica fume) terhadap berat semen.
Be - Besar dasar kuat tekan beton
Kg - Konstanta dasar campuran beton yang besamya tergantung dari
tipe agregat yang digunakan dan kondisi lokal lainnya. Untuk
Jakarta nilai Kg ditetapkan sebesar 4.64 (Supartono, 1998).
Secara empiris rumusan Feret digunakan untuk membuat campuran
beton dengan kekuatan antara 90 - l 00 MPa. Secara teori, komposisi
campuran untuk menghasilkan beton mutu tinggi menurut rumusan Feret
tercantum dalam Tabel 14.1, untuk setiap bahan dalam kg/m3 . Akan
tetapi, pada saat dilakukan pencampuran akan terjadi penambahan kadar
air akibat • sumbangan dari material lainnya, sehingga perlu dilakukan
koreksi komposisi teoritis ini. Hasil empiris pelaksanaan di lapangan

Beto11 Mutu Tinggi - 303


di saj ikan pada Tabcl 14.2, dcngan pcngujian s lun1p yan g dilakukan
memberikan nilai 200 mm dan ke kuatan tckan p ad a u n1ur 28 h ari adalah
101 MPa yang diuji dengan silinder beton dia m e ter 16 0 mm d a n tinggi
320 mm (De Lan·ard, 1990).

Tabel 14.1 Komposisi Teoritis un tuk Meng hasilkan B eton Mutu Tinggi
Batu pecah (nrn1) Pasir Sem en S ilica Supe,pla s ti Air
Sungai Po rtla nd Fum e cizer
( nrn1)
20 12.5 5 5
855 41 2 326 326 428 4 2 .3 8.5 108
S umbe r : D e Larrard, 1990, p.5 1.

Tabel 14.l Komposisi Aktual untuk Meng hasilka n B e ton Mutu Tinggi
Batu pecah (mm) Pasir Sungai Semen Silica Superplasti Air
(mm) Portland Fume c izer
20 12.5 5 5
854 411 326 326 421 42. 1 7 .59 112
Sumbe r: D e Larrard, 1990, p .51.

Berdasarkan rumusan Feret (De Larrard, 1990), komposisi campuran


dan kekuatan tekan beton mutu tinggi pada umur 28 dengan kekuatan
tekan mortar sebesar 55 MPa, dan konstnta, Kg= 4 .91, disajikan dalarn
Tabel 14.3.
Tabel 14.3 Perkiraan Komposisi Campuran Beton Mutu Tinggi dengan Total
Volume 257.6 Liter
S e men Silica Super- Air w /c sic Kekuatan
Portland Fume plasticizer (liter) Tekan Rata-
(kg) (k2) (kg) rata (MPa)

444 21.6 7.6 103 0.25 0.02 95

428 42.3 8.5 97 0.25 0.1 102

411 61.5 9 .1 93 0.25 0.15 106

304 - Teknolog i B eton


PERTANYAAN
14.1 Faktor apa yang berpcngaruh secara signifikan dalam pembuatan
beton yang mempunyai kuat tckan yang tinggi dan berkualitas baik?
14.2 Kendala apa yang sering dihadapi dalam pembuatan beton mutu
tin ggi? Bagaimana cara menanggulanginya?
14.3 A p a kriteria perancangan beton mutu tinggi dengan bahan tambah
silica fum e?

DAFTAR PUSTAKA
De Larrard., Francois, A Method for Proportioning High-Strength
Concrete Mixtures, Cement, Concrete and Aggregates, CCAGDP,
Vol. 12 No. 2 , Summer 1990, pp. 47 - 52.
F.X Supartono, Beton Berkinerja Tinggi, Keunggulan dan
Permasalahannya, Jakarta: Seminar HAKI Tanggal 25 Agustus
1998.
M.S Besari, Refleksi Masa Lalu, Prosiding Seminar Sehari: 70 Tahun
M. Sahari Besari, Bandung: Departemen Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Sipil clan Perencanaan, lnstitut Teknologi Bandung. 2003,
h. 1-21.
Mather, Bryant., Chemical Admixture, Significance of Test And
Properties of Concrete and Concrete-Making Material-STP 169 C,
Philadelphia, ASTM, 1994., pp.491-500.

Beton Mutu Tinggi - 305


II
I

II

306 - Teknologi Beton

d,
JENIS BETON LAINNYA
eton dapat dibedakan menjadi tiga berdasarkan beratnya yaitu

8 beton berat, beton sedang dan beton ringan. Beton dapat pula
dibedakan berdasarkan material pernbentuknya dan kegunaan
strukturnya. Beton jenis lain pada prinsipnya sama dengan beton normal
yang telah dibicarakan diawal, yang membedakan adalah material
tambahan yang digunakan.
Berdasarkan berat volumenya beton dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu ringan, berat dan normal. Umumnya beton dibuat dengan meng-
gunakan bahan agregat yang mempunyai kepadatan seperti yang diingin-
kan. Agregat ringan akan membentuk beton dengan berat-volume ringan.
Terminologi ASTM C.125 mendefinisikan bahwa agregat ringan
adalah agregat yang digunakan untuk menghasilkan beton ringan,
meliputi batu apung (pumice), scoria, vulkanik cinder, tuff, diatomite,
expanded atau basil pembakaran lernpung, shale, slte, diatomaceous
shele, perlite, vermiculite, atau slag atau batubara dan hasil residu
pembakarannya. Agregat berat didefinisikan sebagai agregat yang
mampu menghasilkan beton dengan kepadatan tinggi seperti barite,
magnetite, limonite, besi atau biji besi. Agregat normal adalah agregat
yang mampu menghasilkan beton normal.

15.1 Beton Ringan


Agregat yang digunakan untuk memproduksi beton ringan merupa-
kan agregat ringan juga. Agregat yang digunakan umumnya merupakan
hasil pembakaran shale, lempung, slates, residu slag, residu batu-bara,
dan banyak lagi basil pembakaran vulkanik (Holm, 1994: 522). Berat
jenis agregat ringan sekira 1900 kg/rn3 atau berdasarkan kepentingan
penggunaan struktumya berkisar antara 1440 - 1850 kg/m3, dengan
kekuatan tekan umur 28 hari lebih besar dari. 17.2 Mpa (ACI-318). SNI
memberikan batasan kreteria beton ringan sebesar 1900 kg/m3 •
Spesifikasi beton ringan telah dibahas pada bah terdahulu.

Jenis Beton - 307


15.2 S eton Berat
Beton berat adalah beton yang dihasi lkan dari agregat yang
mempunyai berat isi lebih besar dari beton normal atau lebih dari 2400
3
kg/m • Beton yang mempunyai berat yan g tinggi ini biasanya digunakan
untuk kepentingan tertentu seperti n1enahan radiasi , menahan benturan
dan lainnya. ASTM C.638 memberikan suatu deskripsi mengenai pertim-
bangan penggunaan agregat untuk kepentingan beton yang menahan
radiasi.
Beton berat ini digunakan jika masalah ruang tidak menjadi
hambatan. Untuk menghasilkan beton berat digunakan agregat yang
mempunyai berat jenis yang besar, biasanya lebih dari 4 .0 dibandingkan
dengan agregat biasa dengan berat jenis 2.6. Agregat yang mempunyai
berat jenis yang besar seperti barium sulfat yaitu 4. 1 atau agregat alarn
dengan bahan lainnya seperti biji besi, magnetit, limonite, hematite,
ihnenite (FeTiO3) sebagai agergat halus dan goethite Beton yang
dihasilkan menggunakan biji besi dapat mencapai 3000 - 3900 Kg/m3
(Neville, 198 1).

15.3 Beton Massa (mass concrete)


Dinamakan beton massa karena digunakan untuk pekerjaan beton
yan g besar dan masif misalnya untuk bendungan, . kanal, pondasi
jembatan, dll. Batuan yang digunakan dapat lebih besar dari yang
disyaratkan sampai 150 mm,dengan slump rendah yang akan mengurangi
jumlah semen. Pengalaman menunjukan semen yang dipakai 5
zak/kubikya. Pelaksanaan membutuhkan alat getar dan manpower yang
banyak. Karena rendahnya nilai slump maka panas hidrasi menjadi
penting (the heat of hydration) diperhatikan, agar tidak retak-retak. Untuk
menanggulangi retak penuangan lapis demi lapis yang tipis selama
beberapa hari dapat membantu, termasuk j uga pemberian pipa untuk
pengaliran air dingin sebagai perawatan.

15.4 Ferro-cement
Adalah bahan gabungan yang diperoleh dari campuran beton dengan
tulangan kawat ayam/kawat yang dianyam. Beton jenis ini akan mem-
punyai kekuatan tarik yang tinggi dan daktail, serta lebih waterproofing.

308 - Teknologi Beton


Kcte ba la nnya biasanya antara I 0-60 mm dengan volume tulangan
6%-8°/o satu lapis atau dua lapis. Karena kerapatannya yang tinggi dari
tulangan m aka volume agregat halus sekitar 60-75% volume mortamya.
Kebaikan fen-o-cement: (I) Struktur ti pis dan ringan di mana reduksi
berat sendiri sampa i dengan 30% dan rebar sekitar 15%. (2) Memung-
kinkan untuk dipabrikasi, (3) Kemudahan pengerjaan, dan (4) Peng-
hemata n bahan cetakan.

15.5 Beton serat (fibre concrete)


Merupakan c ampuran beton ditambah serat, umumnya berupa
batang-batang dengan ukuran 5-500µm, dengan panjang sekitar 25 mm.
Bahan serat dapat berupa serat asbestos, serat plastik (poly-propylene),
atau potongan kawat baja. Kelemahannya sulit dikerjakan, namun lebih
banyak kelebihannya antara lain kemungkinan terjadi segregasi kecil,
daktail, dan tahan benturan.
K ebutuhan akan b ahan serat dalam pembuatan serat semen selama ini
dipenuhi d en gan m enggunakan bahan serat asbes, sehingga di.kenal
dengan lembaran ashes semen rata. Sampai saat ini bahan serat asbes ini
masih diimport, sehingga harga jual produknya menjadi mahal. Jenis
penutup langit-langit lain yang terrnasuk murah dan mudah pem-
buatanny a serta sudah lama dikenal masyarakat secara luas adalah serat
semen atau yang lazimnya dikenal dengan nama etemit. Bahan serat yang
digunakan dalam pembuatannya adalah serat sisa benang. Serat ini lebih
ekonomis walaupun secara kualitas masih di bawah serat ashes. Untuk
daerah pulau Jawa di mana industri pertekstilan telah berkembang dengan
pesat, pemanfaatan sisa benang ini menjadi sangat berguna. Tetapi untuk
daerah di luar pulau Jawa perlu dijajagi penggunaan serat alam lain yang
mudah dan banyak diperoleh. Serat alam ini antara lain adalah serat sabut
kelapa dan ijuk yang mempunyai kuat tarik setara dengan serat
polyprophelene dan keawetannya sangat baik. Selain itu, penggunaan
kedua serat tersebut karena kelapa nierupakan tanaman tropis yang
lahannya banyak terdapat di Indonesia, sedangkan ijuk merupakan basil
sampingan dari pohon aren yangjuga banyak tersebar di Indonesia.
Sabut kelapa dan ijuk merupakan serat yang dapat menyerap air
sehingga dapat digunakan sebagai bahan campuran dengan semen. Sabut
kelapa banyak digunakan sebagai bahan pembuat tali tambang dan

Jenis Beto11 - 309


d1kenal mcmpunyai keman1puan kuat tarik yang baik. Ijuk n1empunya1
ken1a1npuan mcnyerap air. sehingga banyak digunakan sebagai bahan
untuk pcresapan a ir sepcrti scptictank. Dengan den1ikian penggunaan
carnpuran scrat alami ini diharapkan dapat n1cn1berikan kelebihan dan
n1as1ng-masing bahan. sehingga 111.enghasilkan serat sen1en yang memi liki
n1utu baik.

15.5.1 Serat Semen


Lernbaran serat semen (non asbes) atau lebih dikenal dengan sebutan
etemit ialah suatu campuran serat tumbuh-tumbuhan dan semen portland
atau semen sejenis ditambah air, tanpa atau dengan bahan tambahan
lainnya, dengan bobot isi lebih dari 1,2 gram/cm dan dipergunakan pada
bangunan menurut SU 0016-72-SNI.0233 -89-A Lembaran serat semen
mempunyai ukuran yang ber-variasi, tidak disyaratkan ukurannya. Pada
umumnya, yang ada di pasaran berukuran panjang dan lebar 100 cm x
100 cm , 100 cm x 50 cm, 100 cm x 25 cm, dengan penyimpangan
maksimum 1%. Tebal minimum adalah 4 mm dengan penyimpangan
maksimum 10%. Syarat mutu yang harus dipenuhi oleh serat semen
adalah;
1) Lembaran serat semen harus mempunyai tepi potongan yang lurus,
rata dan tidak mengkerut, sama tebalnya, bersuara nyaring jika
disentuh dengan benda keras yang menunjukkan bahwa lembaran
tidak pecah atau retak;
2) Permukaan lembaran harus tidak menunjukkan retak-retak, kerutan-
kerutan atau cacat lain yang dapat mempengaruhi sifat pemakaian-
nya. Permukaan lembaran yang dengan sengaja dibuat tidak rata,
tidak diperbolehkan;
3) Bidang potong lembaran hmus menunjukkan campuran yang merata,
tidak berlobang-lobang, atau tidak belah-belah;
4) Lembaran harus mudah dipotong, digergaji, digerek, dan dipaku
tanpa terjadinya cacat atau keretakan.
Selain syarat mutu di atas, serat semen juga harus memenuhi
kemampuan untuk dipaku. Kemampuan dipaku merupa~n salah sa~
persyaratan yang disyaratkan dalam SNI. Serat semen d1yatakan ba1k

310 - Teknologi Beton


kcmampuan dipaku apabila dari sckian banyak jumlah penguj ian dipaku
tidak lcbih dari 20'1/o pcmakuan yang mcnimbulkan cacat/rusak.

15.5.1.1 Bahan Baku Serat Semen


Bahan baku yang dipakai untuk pembuatan serat semen adalah
campuran serat tumbuh-tumbuhan, semen portland atau dengan bahan
tambahan lainnya. Bahan-bahan tersebut harus memenuhi syarat
pengujuan mutu bahan untuk beton. Serat yang digunakan untuk pem-
buatan serat semen adalah serat yang dapat menyerap air. Kemampuan
serat menyerap air ini akan menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi dari
serat yang kurang dapat menyerap air menurut Petunjuk Teknis Proses
Pembuatan Serat Semen dari dinas perindustrian DKI Jakarta. Serat yang
digunakan dapat juga berasal dari tumbuh-tumbuhan, karena dapat
menyerap air sedangkan serat sintesis atau serat buatan tidak dapat
digunakan karena tidak dapat menyerap air. Bahan pengikat yang lazim
digunakan adalah semen dari jenis semen portland. Semen jenis I. Waktu
pengikatan semen relatif lebih cepat dibandingkan dengan bahan pengikat
lain dan memiliki daya ikat tinggi sehingga merupakan bahan yang baik
dalam pembuatan beton. Semua air yang layak untuk diminum, dapat
digunakan sebagai bahan campuran beton. Air tersebut tidak mengandung
minyak, asam, alkali, garam, bahan organik atau bahan organik lain yang
dapat merusak beton atau baja tulangan. Air digunakan sebagai bahan
campuran antara bahan pengikat dengan agregat. Dalam pembuatan serat
dapat digunakan bahan pengisi Mild.
Mild adalah tepung batu yang berasal dari basil penggilingan batu
yang mempunyai kekerasan cukup tinggi, kemudian melewati suatu
saringan dan diayak pada kehalusan tertentu. Mild yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari batu kapur (line stone) berasal dari
pengunungan kapur, kulit-kulit kerang, dan karang. Penggunaan mild
berfungsi sebagai bahan pengisi.
Sabut kelapa dan ijuk merupakan serat yang dapat menyerap air.
Sabut kelapa dan ijuk dapat digunakan sebagai bahan campuran dengan
semen. Sabut kelapa mempunyai kemampuan kuat tarik yang baik, se-
dangkan ijuk mempunyai kemampuan menyerap air, sehingga peng-
gunaan bahan campuran sabut kelapa dan ijuk diharapkan dapat mem-
berikan kelebihan dari masing-masing bahan, sehingga menghasilkan
serat semen yang memiliki mutu baik. Adanya interaksi antara unsur-

Jenis Beton - 311


unsur pembentuk yaitu semen portland, campuran sabut kelapa dan ijuk.
tepung batu kapur (mild), dan air akan membentuk serta sen1en dcngan
kekuatan lentur yang baik. Pembentukan ini juga dipengaruhi oleh faktor
bahan dasar, proses pengolahan, dan proses perawatan.
Sabut kelapa dan ijuk sa1na-sama mempunyai sifat ulet, dapat
rnenyerap air, dan mempunyai tingkat keawetan yang baik jika tidak
berhubungan langsung dengan cuaca sehingga bahan tersebut sangat baik
digunakan sebagai bahan campuran pembuatan serat semen. Apabila serat
semen mengalami beban pada saat pemakaian, maka lembaran serat
semen tidak akan terlalu pegas dan akan mempunyai kelenturan serta
tidak akan berjatuhan.
Sabut kelapa (Sofyan, Asnawi., 1977) adalah bahan berserat dengan
ketebalan sekitar 5 cm. Sabut kelapa merupakan bagian terluar dari buah
kelapa. Buah kelapa itu sendiri terdiri atas sabut 35%, tempurung 12%,
daging 28%, dan air buah 25%. Adapun sabut kelapa terdiri atas 78%
dinding sel dan 22,2% rongga . Cara mendapatkan serat dari sabut kelapa
(Suhardiyono, L. 1989).digunakan cara ekstrasi mengunakan mesin. Serat
yang dapat diekstrasi diperoleh 40% serat berbulu dan 60% serat matras.
Dari 100 gr serabut yang diabtrasikan diperoleh sekam 70 bagian, serat
matras 18 bagian, dan serat berbulu 12 bagian. Dari segi teknis (Rembey,
1993) sabut kelapa memiliki sifat-sifat yang menguntungkan antara lain
mempunyai panjang 15-30 cm, tahan terhadap serangan milcroorganisme,
pelapukan dan pekerjaan mekanis (gosokan atau pukulan). Sabut kelapa
lebih ringan dibandingkan dengan serat alam lainnya.
Ijuk merupakan basil sampingan dari pohon aren yang diambil dari
anata pelepah daun. ijuk merupakan helaian benang-benang atau serta
yang berwama hitam berdiameter < 0,5 mm, bersifat kaku dan ulet (tidak
mudah putus). ljuk bersifat lentur, tidak mudah rapuh, tahan dalarn
genangan air yang asam termasuk air laut yang mengandung garam.
Kelemahan ij uk tidak tahan terhadap api sehingga sangat mudah terbakar
(Sunanto, Hatta. 1992).

15.5.1.2 Daya Serap Air dan Berat Isi


Hasil pengujian dan penelitian (Gina, 2002) daya serap air pada serat
sabut kelapa dan serat ijuk yang digunakan untuk membuat serat semen
dengan komposisi serat 2.5% - 15% berat semen menunjukan adanya
kecenderungan semakin banyak serat maka semakin tinggi air yang

312 - Teknologi Beton


tcrserap, scpcrti dalam gambar 13.1 , menunjukan bahwa setiap penam-
bahan serat ijuk dan scrat kelapa 1% dalam campuran serat semen akan
mcnyebabkan kenaikan pcnyerapannya sebesar 0.22%.
Bobot isi dari keenam variasi campuran serat yang berbeda
menunjukan perbedaan yang kecil, namun semakin banyak serat yang
digunakan maka bobot isi akan semakin ringan walaupun penurunan
bobot isinya sangat kecil (gambar 13.2) sebesar -0.013 gr/cm3 setiap
kenaikan 1% serat.

15.00
14.00 -
_ 13.00
y = 0.2216x + 8.6027
~
... 12 .00
·co 1 1.00
a. t
~ 10.00 t
Cl)
u, 9.00
ca
i;' 8 .00
C
7 .00
6 .00
5.00 ;-----,-- , - - - , - - . ---,-- . --.---r--,-~---,,-.-.---.--.--
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Prosentase Serat ljuk + Sabut terhadap berat Semen (o/o)

Gambar 15.1 Penyerapan Air Serat Semen menggunakan ljuk dan Sabut Kelapa

Jenis Belon - 313


- - - - --
2.50
2.40

-E
M

u
.:::
CJ)
2.30
2.20
2.10
::: 2.00
. .. y = -0.0133x + 2 .156

• • •
-
~

~
1.90 •
cc 1.80
Cl)

1.70
1.60
1.50
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Prosentase Serat ljuk + Sabut terhadap berat Semen(%)

Gambar 15.2 Berat Jsi Serat Semen menggunakan Ijuk dan Sabut Kelapa

15.5.1.3 Kuat Lentur


Kuat lentur lembaran serat semen atau etemit adalah kemampuan
batas yang din1iliki d.alam menerima beban mak-simum. Pengujian kuat
lentur disyaratkan dalam Sil 0016-72-SNI. 0233-89-A. Pengujian lentur
menggunakan mesin uji lentur dengan jarak tumpu 20 cm dan beban
lentur pada bagian tengahnya. Pisau penumpu dan pelentur bergaris
tengah 30 mm dibebani pada benda uji dengan penambahan kecepatan
kurang lebih 1 kg per detik sampai benda uji patah. Bidang patahnya
diukur tebalnya dan dihitung tebal rata-ratanya. Kuat lentur dari hasil
tiap-tiap ben~a uji dihitung rata-ratanya. Kuat Ientur rata-rata rninimu1!1
yang disyaratkan dalam Sil 0016-72-SNI.0233-89-A adalah 100 kg/cm-.
Hasil pengujian serat semen gambar 15.3.

314 - Teknologi Beton

1
120
115
N' 110
E
0

-
i::
O>
105 -

-
'-
::,
C:
100
~

~
-
n,
::,
95

90
85

80
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Prosentase Serat ljuk + Sabut terhadap berat Semen (%)

Gambar 15.3 Kuat l entur Serat Semen menggunakan Jjuk dan Sabut Kelapa

15.5.1.4 Hasil Penelitian Serat ljuk dan Sabut Kelapa


Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian (Gina dan Tri, 2002)
menurut ruang lingkup prosedur pada SII.0016-72-SNI. 0233-89-A
mengenai serat semen meliputi syarat lulus uji sebagai bahan penutup
atap. Serat semen yang menggunakan bahan campuran sabut kelapa dan
ijuk yang berbeda antara 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, 12,5% dan 10% secara
signifikasikan berbeda dalam ha] nilai kuat lentur rata-ratanya. Namun
dapat dijelaskan adanya peningkatan nilai kuat lentur dengan persentase
jumlah serat lebih besar. Komposisi bahan yang digunakan seperti Tabel
15.1. Kemampuan dipaku dan digergaji serat semen yang menggunakan
campuran sabut kelapa dan ijuk dengan perlakuaan 2,5%, 5%, 7,5% 10%,
12,5% dan 15% baik, sehingga dapat digunakan sebagai bahan penutup
atap. Kemampuan serat semen yang menggunakan campuran sabut
kelapa dan ijuk dalam menyerap air denga variasi campuran yang ber-
beda menunjukan perbedaan yang kecil, berdasarkan ·aambar 15.1 dapat
disimpulkan bahwa semakin banyak penggunaan serat maka penyerapan
air akan bertambah. Hal ini disebabkan dari sifat serat yang digunakan
dapat menyerap air. Bobot isi dari keenam variasi campuran serat yang
berbeda menunjukan perbedaan yang kecil, namun semakin banyak serat
yang digunakan maka bobot isi akan semakin ringan walaupun penurunan
bobot isinya sangat kecil (gambar 15.2)

Jenis Beton -315


Kcrapatan air serat se men :-,•,m g mcnggunakan camp11ran sabut kclap3
dan i_1uk menunJukkan hasil yang baik, hal ini mcnunjukan bahwa pad,a
dasarnya carnpuran sabut kclapa dan ijuk dapat digun~kan scbaga1 bahzn
pcmbuatan scrat semen. Nilai~ kuat lcntur rata-rata yang optin1um tcmyata
d1 atas standar ( 100 kg/ cm- ), hal ini mcnunjukan bah wa pcnggunaa:i
semen sangat bc:-pcngaruh pada ni la i k ua t le n tur yang dihasilkan
(Gambar 15 .2).

Tabcl 15.l . Kehutuhan Bahm1 dala 111 Pe m buatan Ser at Semen


No. Kompos isi B e rnt Campuran (g r)
Serat
Seme n Kapur K e but Serat Sabut S erat
(mild) S e rat Ij uk
1. 2,5 1000 3000 25 1 1,5 13,5
2. 5,0 1000 3000 50 23,0 27,0
3. 7,5 1000 3000 75 34,5 40,5
4. 10,0 1000 3000 100 46,0 54,0
5. 12,5 1000 3000 125 57,5 67,5
6. 15,0 1000 3000 150 69,0 8 1,0

15.5.2 Serat Nylon


Beton n1empunyai kuat desak yang tinggi, tetapi kuat tarik yang
rendah, kuat ta1;k beton adalah seper sepuluh dari kuat desak beton
Supaya beton juga dapat dipakai sebagai bagian struktur yan g mampu
menahan gaya tarik, maka dipasan g sejumlah tulangan menerus pada
bagian b eton yang n1engalami gaya tarik dan diharapkan dapat bekerja
monolit dengan beton. Para peneliti dari negara-negara maju seperti
Amerika Serikat dan Inggris telah berusaha memperbaiki sifat-sifat
kuran g baik dari beton tersebut dengan cara menambah fiber pada adukan
beton yang pada akhimya sering disebut dengan beton serat. Pemikiran
dasamya adalah mengulang i beton dengan fiber yang disebarkan secara
merata ke dalam adukan beton dengan orientasi yang random, sehingga
dapat n1encegah terjadinya retakan-retakan beton terlalu dini, baik akibat

316 - Teknologi Beton

a ...
panas hidras i maupun akibat pcmbcbanan. Dcngan tcrcegahnya retakan-
rctakan yang tcrlalu dini , kcmampuan bahan untuk mcndukung tegangan-
tcgangan dalam scpcrti aksial, lentur, dan gcser yang terjadi akan
mcningkat. Hasil-hasil pcnclitian yang dilakukan oleh Batson et.al
( 1972), Paul dan Sinnamon ( 1975), Criswel l ( 1976), Williamson ( 1978),
Balomo ( 198( ), Craig ( 1983), Sharma ( 1984) mengidentifikasi bahwa
fi ber mampu meningkatkan kapasi tas geser (tarik diagonal) pada
suatu balok beton/ mortar. Beberapa jenis bahan fiber yang dapat
dipakai untuk memperbaiki sifat-sifat beton telah dilaporkan oleh ACI
Committee 544 -1 984). Bahan fiber tersebut adalah baja, plastik, kaca,
karbon, asbes, nylon, rayon, dan yang lainnya. Serat tersebut dicampur di
dalam adukan beton dengan persentase pe:rnmbahan serat bervariasi,
sesuai dengan jenis serat yang digunakan. Penelitian yang menggunakan
fiber atau serat nylon sebagai bahan tambahan diharapkan dapat
memberikan perbaikan terhadap kinerja kekuatan geser serta sifat-sifat lain
yang menguntungkan.

15.5.2.1 Komposisi Serat Nylon


Beberapa macam bahan serat (fiber) yang dapat di !"31<ai untuk
memperbaiki sifat-sifat beton telah di laporkan oleh AC! Committee 544 (1984).
Pada dasar-nya serat dibagi atas serat baja, plastik, kaca dan serat alami.
Untuk serat plastik terdiri dari nylon,polypropylene,polyethylene, polyester, clan
rayon. Masing-masing serat (fiber) tersebut memiliki sifat clan kekuatan
yang berbeda-beda, seperti yang disajikan dalam tabel 15.2. Terminologi
serat (fiber) menurut ASTM adalah material yang tipis dan panjang
dalam bentuk mengumpul (bundles), jaringan, atau strand yang
merupakan bahan alam atau hasil fabrikasi dan dicampurkan dalam
campuran beton segar. Serat nylon (poliamida) adalah serat yang dibuat
dari polimer sintetik berantai panjang yang mempunyai gugus-gugus
amida.

Jenis Beton - 317


Tabcl 15.2 . Karakter;.,•r;s Serat l\~v/011
J enis ser·a t Kuat tarik l\1cxlu1us Batas UJur(¾ ) Bcrnt.knis
(Ksi) Yornig (10 k"il)
Acrylic 30-60 0,3 25-45 I. I
Asbes (Asbestos) 80-140 12-20 ~0 .6 3.2
Cotton 60-100 0.7 3-10 1.5
Kaea (G lass) 150-55 0 10 1.5-3.5 2.5
Nylon (hig h te nacity) 110-120 0.6 16-20 I.I
P o lyester (high tenacity) 105-125 1.2 11-1 3 1.4
Polyethylene ~ 100 0.02-0.06 ~ 10 0.95
Polypropylene 80-100 0.5 ~25 0.90
..,;, ,
Rayon (high tenacity) 60-90 1.0 10-25 1.5
Rock Wool 70-1 10 10-17 ~ 0.6 2.7
(Scandinavian)
Baja (Steel) 40-400 29 0.5-35 7.8
1 ks1 = 6.9 Mpa (Source: ACI Committee 544, 1984)
Berat molekul nylon sekitar 12.000 - 20.000; semakin berat meleJ-...'111
nylon semakin bagus. Bahan M-Creso/ digunakan untuk menentukan
berat molekul nylon. Berat mole-kul yang lebih besar dari 10.000 akan
menghasilkan serat yang bagus sekali (Moncrief.,R.W , 1983).

15.5.2.2 Kuat Geser Beton


Kuat geser adalah kekuatan suatu komponen struktur atas penam-
pang yang berfungsi untuk meningkatkan kekakuan struktur dan
menahan gaya-gaya lateral. Geser dalam beton selalu diikuti oleh desak
dan tarik oleh lenturan. Dalam pengujian, tidak mungkin menghilang-
kan elemen lentur (L.J Murdock dan K.M Brook, 1981 ). Pengaruh-
p engaruh geser yang timbul merupakan akibat dari torsi dan kombinasi
torsi dengan· lentur (Chu-kia Wang dan Charles G.Salmon. 1983). Kondisi
kritis geser akibat lentur ditunjukkan dengan timbulnya tegangan-regangan
tru;k tambahan di tempat-tempat tertentu pada komponen struktur ter-
lentur. Hal .ini terjadi karena kekuatan tarik beton jauh lebih kecil

318 - Tekno/o,<'i B elon


dibandingkan dcngan kckuatan tckannya, sehingga drsain terhadap
gcser merupakan hal yang sangat penting dalam struktur beton (Nawy,
1990).

15.5.2.3 Pengadukan
Pengadukan beton harus mengikuti SK. SNI.T-28- 1991-03 atau
AST M C.684. Pengadukan dalam pembuatan campuran beton dengan
bahan tambah serat nylon mengikuti tahapan tertentu. Mula-mula air
dimasukan ke dalam semen dan diaduk sampai merata. Kemudian kerikil,
pasir d an yang terakhir serat nylon dimasukkan. Setelah bahan tercampur
semua, aduk ke mb ali selama minimal 1.5 menit.

15.5.2.4 Perawatan dan Pengujian


Sete lah campuran b eton terbentuk, benda uji berbentuk Double-L
(20x20x7 .5 cm) dapat dibuat. Benda uji yang telah tercetak selanjutnya
dirawat sela1na 28 hari dengan cara peredaman. Pengujian benda uji
menggunakan a lat tekan standar dengan kombinasi LVDT (Linear
Variable Deformation Tranducer) yang dilaksanakan di laboratorium uji
bahan dan beton. Selain pengujian menggunakan alat LVDT, pengujian
geser beton juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat tekan. Benda
uji untuk pengujian ini berbentuk prisma ganda (double prism), JSCE-
SF6 yang esensinya sama dengan benda uji berbentuk balok dan sesuai
dengan standar Jepang (JSCE-SF4) untuk menentukan kuat geser sebagai
akibat beban terpusat pada arah melintang. Menurut ASTM.C.1018 ada
tiga parameter dalam menentukan kuat geser dari b_enda uji yaitu;
bentuk, rasio tebal dengan panjang, dan konfigurasi pembebanan.

15.5.2.5 Hasil Penelitian


Hasil pengujian nilai kuat geser beton yang menggunakan bahan
tambahan serat nylon sebesar 0.2% dari berat volume semen dan nilai
kuat geser beton biasa yang tidak menggunakan bahan tambahan serat
nylon, untuk kuat tekan rencana 225 kg/cm2 memberikan rata-rata 46.649
kg/cm2 dan 39.83 kg/cm2 • Benda uji yang digunakan masing-masing 15
buah.

Jenis Belon - 319


----,

. •• •• •• •• •• • ___.
55
l

• • • •• • • ••
50 -l

~
N
45
.-- ~
~
E
u 40 • ■
.....,
Q)
35
30
ir----
Q)
(!) 25 "."
16
::, 20
::ii::
15
-+- Dengan Serat 0 .2% Berat-Volume
- Tanpa Serat (Beton normal)
10
5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
No. Urut Benda Uji

Gambar 15.4 Has il pengujian kuat geser beton menggunakan serat nylon

Kinerja geser beton dibandingkan dengan kekuatan tekannya jika


menggunakan serat nylon adalah 20.7%, sedangkan yang tidak meng-
gunakan adalah 17.7%. Hal tersebut menunjukan bahwa bahan tambah
memberikan perbaikan dalam kuat geser beton. Perbedaan kinerja kuat
geser disebabkan oleh adanya perbedaan rekatan yang terjadi di dalam
adukan beton yang terjadi akibat ikatan yang bekerja monolit antara
campuran bahan pengisi beton dengan serat nylon. Dapat disimpulkan
bahwa: ( 1). Penambahan serat nylon pada beton akan meningkatkan
kinerja kekuatan dan keawetan beton dengan mencegah terjadinya
pemisahan bahan-bahan beton. (2). Penyebaran serat nylon di dalam
adukan beton mampu memberi ikatan yang baik pada saat beton dalam
proses pengerasan sehingga secara tidak langsung akan memperbaiki
kinerja gesernya. (3). Serat 11ylon yang mempunyai kuat tarik dan
modulus elastisitas yang tinggi mampu mengeleminir beban yang dipikul
oleh beton dan mampu mencegah keretakan dini serta dapat mendeteksi
keretakan pada beton akibat pembebanan (4). Pada beton yang tidak
menggunakan bahan tambahan serat nylon, kinerja kekuatan beton seperti
geser hanya ditentukan oleh komposisi/proporsi bahan-bahan penyusun
beton. Apabila terjadi keretakan yang diakibatkan penyusutan dari pasta semen
sehingga mortal pasir dan kerikil kekurangan ikatan maka kekuatan geser
beton akan menurun. (5). Penambahan serat nylon sebesar 0.20% sebenar-
nya masih menjadi pertanyaan karena jika dilihat dari Gambar 15.4 :3d~
kecenderungan peningkatan dengan menambahkan serat nylon Jadi

320 - Teknologi Beton


bcrapa sebenamya scrat nylon yang optimal yang perlu ditambahkan pada
campuran beton.

15.6 Beton Siklop


Beto n jenis ini menggunakan agregat yang besar-besar, sampai
dengan 20 cm, batasanya tidak lebih dari 20%. Digunakan untuk
pekerjaan beton massa. (mass concrete).

15.7 Beton Hampa (Vacuum Concrete)


Beton vakum adalah beton yang air sisa dari proses hidrasinya
(sekitar 50%), disedot keluar setelah beton mengeras. Penyedotan mt
dinamakan vacuum method.

PERTANYAAN
15.1 Jelaskan yang dimaksud dengan beton berat, beton massa,
ferrosemen d an beton serat!
15 .2 U ntuk tujuan seperti apa beton-betonjenis lain dibuat?
15 .3 Sebutkan dan diskusikan beton jenis lain sesuai dengan
perkembangan saat ini?

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, State of the Art Report 011 Fiber Rei11forced Concrete
(Michigan : Report ACI 544.IR-81.1982)
ASTM, Standard Spesificatio11 for Fiber-Reinforced Concrete and
Shotcrete-ASTM.C.1116, Annual Books of ASTM Standard
1995: Concretes and Aggregates, Vol. 04.02 Construction,
Philadelphia-USA: ASTM, 1995,pp.582-589.
ASTM, Sta11dard Test Method for Making, Accelerated Curi11g,
a11d Testing Co11crete Compressio11 Test Specimen -
ASTM.C.684, Annual Books of ASTM Standard 1995:

Jenis Beton - 321


Concretes and Aggregates, Vol.04 .02 Construction,
Philadelphia-USA: ASTM, 1995, p.346-352 .
ASTM. Standard Test Afeth ods fo r F l exural Toug h n ess and First-
Crack Strength of F iber-Re info r ced Con c r e t e ASTM. C .J 1 16,
Annual Books of ASTM Standard 1995: Con cretes &
Aggregates, Vol. 04.02 Constr uction , P h ila d elphia- USA:
ASTM. l 995,pp.509-516.
Balai Penelitian Bahan. Petunj u k T e knis P roses P e mbuatan Serat
Sem e n . Jakarta: Dinas Perindustraian DKI J akarta.Holm., Thomas
A,. Lig htweig h t Concrete and Aggr egates, Con c r e te and
Concrete-Making Material STP J 6 9C, Philadelphia: ASTM, 1994.
Pp.520-532.
DPU, Pedom an Beton 1989. SKBI.-1.4.53 . 1989 (Draft Konsensus),
Jakarta : DPU-Badan Pene litian dan Pengembangan PU, 1989 .
Dwi A di a nto ., Yohanes Lin1, Studi Penggunaan S erat
Poly propyle ne dan Nylon untuk memperbaiki Kinerja B eto n
N ormal dan Beton Kinerja Tinggi. B a n dung : Tek:nik S ipil
UNPAR, 1997.
Departemen Perindustrian . Mutu dan Cara Uji Lembaran Serat Semen
(S11.0016-72-SNI. 0233-89- A). Jakarta : Depar-te men P U
JSCE, R ecomme11datio11 for D esg11 and Co11structio11 of Steel F iber
R einforced Concrete, Concrete L ibrary Int, Japan S o ciety of Civil
En g ineering , No. 3, 1984 , pp.41 -69.
Johnston, C .D ., M ethods of Evaluating the Perfor1na11ce of Fiber
R einforced Co11crete, Sympos ium Proceedings , V ol.2 11,M aterial
Research Society, Pittsburgh , 199 1,pp. l 5-24.
Moncrief.,R.W, Struktur dan Sifat Serat-serat. Jakarta: Djambatan,
1983.
M ulyono, T ., 2002. Kinerja Kuat Geser Beton dengan Bahan Tambah
Serat Nylon, Jumal Rekayasa dan Teknologi, Reviu T eknik. Vol.
1. N o . 1. Jakarta April, 2002. Pp. 24-31 .
Mulyono, T dan G in a, B., 2002. Penggunaan Sabut Kelapa dan Ijuk
Sebagai Campuran Pembuatan Serat Semen, Jumal Rekayasa

322 - Telawlogi Beton

-------
dan Tckno logi, Rc viu Teknik. Vol. I. No. I. Jakarta April, 2002 .
Pp. 1- 10.
Neville, A .M , Properties of Concrete, 3rJ Edition, Loradon: Pitman
Books Ltd, 198 I
Rus1ie., Gunawan Pumomo, Pcngaruh Pcmakaian Serat Polypropylene pada
Kapas itas Regangan tarik Elastis dan lnelastik, Penyerapan
Energi, Kuat geser serta Sifat Mckanik lainnya pada Beton .
Jakarta : FT UI, 1995.
Re m bey, J outje. P emanfaatan Serat Kelapa sebagai Bahan Bangunan.
Mana do: Balitbang Sulawesi Utara: 1993.
Soroush ian P . & Bayasi Z. Concept of Fiber Reinforced Co11crete.
Michigan : M SU, 1987.

Jeni's Beton - 323


-- ..

324 - Teknologi Beton

-
LAMPIRAN
ST AN DAR NASIONAL INDONESIA
BIDANG KONSTRUKSI DAN BANGUNAN

Standar Konstruksi dan Bangunan Standar Nasional Indonesia (SNI)


bidang Konstruksi dan Bangunan adalah standar yang disusun dan
dirumus kan oleh Departemen Permu~iman dan Prasarana Wilayah
(Departemen Kimpraswil) bersama instansi dan ahli terkait yang
ditetapkan oleh Badan Standar Nasional (BSN) dan berlaku di Indonesia.
SNI disusun berdasarkan kebutuhan masyarakat dan disesuaikan
dengan perke111bangan ilmu pengetahuan bidang konstruksi dan
bangunan. Standar ini dirumuskan melalui konsensus, dengan melibatkan
para ahli di bidangnya, instansi pemerintah pusat dan daerah, pelaksana
pembangunan dan masyarakat luas (LSM, asosiasi profesi dan lain-lain).
Manfaat SN1 adalah ( 1). Sebagai acuan dalam seluruh tahapan proses
pernbangunan kontruksi dan bangunan, baik oleh perorangan, swasta
maupun pemerintah (2). Memberikan jaminan keamanan, kenyarnanan,
kesehatan dan kelestarian lingkungan. (3) Mewujudkan efisiensi nasional
dalam penyelenggaraan pembangunan bidang konstruksi clan bangunan
dan membentuk pelaku pembangunan yang mampu bersaing dalam era
globalisasi.
Jenis standar yang te1masuk dalam kelompok Standar Konstruksi dan
Bangunan adalah:

• Bahan Bangunan
• Perlengkapan Bangunan
• Bangunan Gedung
• Jalan dan Jembatan
• Bangunan Air
• Mesin Kerja dan Peralatan
• Metode Pengujian dan Analisis.
•.
Sampai Agustus 2001, telah dihasilkan Standar, Pedoman dan
Petunjuk T<?knis bidang Konstruksi dan Bangunan sebanyak 815 buah;
569 ditetapkan menjadi SNI, 147 ditetapkan menjadi Pedoman Teknis

Sta11dar Nasional Indonesia - A. 325

J
dan 99 dalam hcntuk Pctunjuk T c k n is. Rinci annya dapa t d ilihat pada
tahcl produk standardisas1 atau pada webs ite Kipras wil

SEMEN
No. Jud u l Sta ndar No. SNI / SK SNI Ruang Lingkup
Metode Pengujian Metode ini d igunakan untuk menen-
1 Kehalusan Semen SNI 15-2530-1991 tukan kehalusan semen portland
Portland dengan cara penya ringan.
Metode Pengujian Berat Metode ini digunakan untuk
2. SNI 15-2531- 1991
Jenis Semen Portland m enentukan bera t isi semen
po rtland.
M elode Pengujian M etode ini digun akan untuk menen-
Kekuatan Tekan Mortar tukan nilai kekuatan tekan mortar
3 SN I 03-682 5-2002
Sem en Portland untuk pada um ur tertentu yang digunakc!n
Pekerjaan Sipil untuk menentukan m utu s emen
po rtla nd .
Metode Pengujian Metode ini d igunakan untuk
Konsiste-nsi Normal menentukan nilai k onsistensi
4 Semen Portland dengan SNI 03-6826-2002 normal semen portland yang
Alat Vicat untuk digunakan untuk mencantumkan
Pekerjaan Sipil mutu semen portland.
M etode Pengujian
Waktu ikat Aw ai Semen Metode ini digunakan untuk menen-
5 Portand dengan tukan nilai waktu ikat awal sem en
Menggunakan Alat SNI 03-6827-2002
Portland yang digunakan untuk
V icat untuk Pekerjaan menen-tukan mutu semen Portland.
Sioil

Air
No. Judul Standar No. SNI Ruang Lingkup
1. Metode Pengambilan Metode ini digunakan sebagai
Conteh Uji Kualitas pegangan dalam pengambilan__
Air. SNI 06 - 2412 - 1991
contoh air di lapangan untuk UJJ
kualitas air.
2. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
SNI 06 - 2413 - 1991
Kualitas Fisika Air. mengetahui sifat fisika air.
3. Metode Pengujian Metode ini digunakan dalam
Kelindian dalam Air menentukan kadar kelindian dalam
SNI 06 - 2420 - 1991 air dengan cara titrasi asam basa
dengan Titrimetrik.
dengan alat buret.
4. Metode Pengujian Metode ini digunakan dalam
Kelindian dalam Air menentukan besamya kadar
dengan SNI 06-2421-1991 kelindian dalam air dengan metode
Potensiometrik. potensiometrik dengan alat pH
meter.
5. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Keasaman dalam Air menentukan besamya kadar
dengan Titrimetrik. SNI 06 - 2422 - 1991 keasaman dalam air dengan cara
titrasi asam basa derigan alat buret
atau alat titrasi lain.

A - 326 Lampiran
6 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Keasaman dalam Air menentukan besamya kadar
SNI 06 - 2423 - 1991
dengan keasaman dalam air dengan
Potensiomelrik Potensiometrik.
7. Me tode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Oksigen Terlarut menentukan besamya kadar
SNI 06 - 2424 - 1991
dalam Air dengan Oksigen dalam air den!':,an
Tilrimetrik . Titrimetrik.
8. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Oksigen Terlarut menentukan besamya kadar
SNI 06 - 2425 - 1991
dalam Air dengan Oksigen dalam air dengan
Elektrokimia. Elektrometrik.
9. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Sulfat dalam Air memperoleh besamya kadar sulfat
SNI 06 - 2426 - 1991
dengan Alat dalam air dengan Spektrofotometer.
Spektrofotometer.
10. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuK
Kalium dalam Air memperoleh besamya kadar
dengan Alat SNI 06 - 2427 - 1991 Kalium dalam air dengan a1at
Spektrofotometer Spektrofotometer.
Serapan Atom .
11 . Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Natrium d alam Air memperoleh besamya kadar
dengan Alat SNI 06 - 2428 -1991 Natrium dalam air dengan alat
Spektrofotometer Spektrofotometer.
Serapan Atom
12. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kalsium dalam Air memperoleh besamya kadar
SNI 06 - 2429 - 1991
dengan Titrimetrik Kalsium dalam air dengan
EDTA. Titrimetrik EDTA.
13. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Magne-sium dalam Air memperoleh besamya kadar
SNI 06 - 2430 - 1991
dengan Titrimetrik Magnesium dalam air dengan
EDTA. Titrimetrik EDTA.
14. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Klorida dalam Air memperoleh besamya kadar
SNI 06 - 2431 - 1991
dengan Argento-metrik Klorida dalam air dengan Alat
Mohr. Argentometrik Mohr.
15. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Merkuri dalam mengetahui besamya kadar kadar
Air Atomisasi Dingin SNI 06 - 2462 -1991 merkuri terlarut dan Merkuri total
Alat Spektrofotometer dalam air.
Serapan Atom
16. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Arsen dalam Air mengetahui besamya kadar Arsen
dengan Alat dalam air dengan metode Perak
SNI 06 - 2463 - 1991
Spektrofotometer .Dietil Ditio Karbamat (PDDK) dalam
Secara PDDK Dalam piridin dengan alat spektrofotometer
Piridin.
17. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Kadmium dalam mengetahui besamya kadar
Air dengan Alat Kadmium dalam air dengan metode
SNI 06 - 2464 -1991
Spektrofotometer atomisasi dengan tungku karbon
Serapan Atom Secara alat spektrofotometer serapan
Tungku Karbon. atom.

Standar Nasional Indonesia -A. 327


18 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Kad mium dalam mengetahui besamya kadar
Air dengan Alat Kadmium dalam air dengan metode
Spektrofotometer SNI 06 - 2465 - 1991
ekstraksi dengan alat
Serapan Atom Secara spektrofotometer serapan atom
Ektraksi.
19 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Kadmium dalam mengetahui besamya kadar
Air dengan Alat Kadmium dalam air dengan alat
Spektrofotometer SNI 06 - 2466 - 1991
spektrofo tmeter serapan atom
Serapan Atom Secara secara langsung.
Langsung.
20. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Barium dalam mengetahui besamya kadar barium
Air dengan Alat dalam air dengan alat
Spektrofotometer SNI 06 - 2467 - 1991
spektrofotometer serapan atom
Serapan Atom Secara secara langsung.
Langsung.
21. Metode Pengujian Me tode ini digunakan untuk
Kadar Barium dalam mengetahui besamya kadar Barium
Air dengan Alat dalam air dengan cara atomisasi
Spektrofotometer SNI 06 - 2468 - 1991
tungku karbon dengan alat
Serapan Atom Secara spektrofotometer serapan atom
Tungku Karbon.
22. Metode Pengujian Metode ini d igunakan untuk
Kadar Fencl dalam Air mengetahui besamya kadar Fenol
dengan Alat SNI 06 - 2469 - 1991 dalam a ir denga n metode
Spektrofotometer Amino antipirin de ngan a lat
Secara Aminoantipirin. spektrofotometer.
23. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Sulfida da lam mengetahui besamya kadar Sulflda
Air dengan Alat Ion SNI 06 - 2470 - 1991
dalam a ir dengan metode e lektroda
Selektif Meter. dengan alat ion selektif
24. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kada r Kobal dalam Air mengetahui besamya kadar Kobal
dengan Alat SNI 06 - 24 7 1 - 1991 dalam air dengan alat
Spektrofotometer s pektrofotometer serapan atom
Secara Langsung. secara langsung.
25 Metode Pengujian Metode ini d igu,:iakan untuk
Kadar Kobal dalam Air mengetahui besamya kadar Koba!
de ngan Alat dalam air dengan cara atomisasi
Spektrofotometer SNI 06 - 2472 - 1991
de nga n tungku karbon alat
Serapan Atom Secara Spektrofotometer serapan atom.
Tungku Karbon.
26 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Kobal dalam Air mengetahui besamya kadar K~I
dengan Alat dalam a ir dengan cara ek straks,
Spektrofotometer SNI 06 - 2473 - 1991 dengan alat spektrofotometer
Serapan Atom Secara serapan atom.
Ekstraksi.
27 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Sianida dalam mengetahui besamya kadar
Air dengan Alat Ion SNI 06 - 2474 - 1991 Sianida dalam air dengan
Selektif Meter. menggunakan metode e lektroda
dengan a lat ion selektifmeter.

A - 328 Lampiran
28. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Selenium dalam mengetahui besamya kadar
Air dengan Alat Selenium dalam air dengan
SNI 06 - 2475 - 1991 menggunakan metode atomisasi
Spektrofotometer
Serapan Atom Secara tungku karbon dengan ala!
Tungku Karbon . spektrofotometer serapan atom.
29. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Detergen dalam mengetahui besarnya kadar
Air dengan Alat SNI 06 - 2476 - 1991 detergen dalam air secara biru
Spektrofotometer metilena dengan alat
Secara Biru Metilena. spektrofotometer
30. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Silika dalam Air mengeta-hui besarnya kadar Silika
dengan Alat SNI 06 - 2477 - 1991 dalam air secara molibdat silikat
Spektrofotometer dengan alat spektrofotometer pada
Secara Molibdatsilikat. panjang gelom-bang 410 nm.
31. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Nitrogen mengetahui besarnya kadar
Organik dalam Air Nitrogen - organik dalam air secara
dengan Alat SNI 06 - 2478 - 1991 makro Kjeldahl dengan alat
Spektrofoto-meter spektrofotometer pada kisaran
Secara Makro panjang gelombang 400-500 nm.
Kjeldahl.
32. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Amonium dalam mengetahui besamya kadar
Air dengan Alat SNI 06 - 2479 - 1991 amonium dalam air secara Nessler
Spektrofotometer dengan alat spektrofotometer.
Secara Nessler.
33. Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Nitrat dalam Air mengetahui besamya kadar Nitrat
dengan Alat SNI 06 - 2480 - 1991 dalam air secara Brusin dengan
Spektrofotometer alat spektrofotometer pada panjang
Secara Brusin Sulfat. gelombang 410 nm.
34 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Boron dalam Air mengetahui besamya kadar Boron
dengan Alat SNI 06 • 2481 - 1991 dalam air secara Kurkumin dengan
Spektrofotometer alat spektrofotometer pada panjang
Secara Kurkumin. gelombang 540 nm.
35 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Fluorida dalam mengetahui besamya kadar
Air dengan Alat SNI 06 • 2482 • 1991 Fluorida dalam air secara Alizarin
Spektrofotometer merah dengan alat
Secara Alizarin Merah. spektrofotometer
36 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Ortofosfat dan mengetahui besamya kadar
Fosfat Total dalam Air Ortofosfat terlarut dan Fosfat total
dengan Alat SNI 06 • 2483 • 1991 dalam air secara asam Askorbat
Spektrofotometer dengan alat spektrofotometer pada
Secara Asam panjang gelombang 880 nm.
Askorbat.
37 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Nitrit dalam Air mengetahul besamya kadar Nitrit
dengan Alat dalam air secara asam Sulfanllat
Spektrofotometer
SNI 06 • 2484 • 1991
dengan alat spektrofotometer pada
Secara Asam panjang gelombang 543 nm.
Sulfanilat.

Standar Nasional Indonesia - A. 329


38 Metode Penguj,an Metode ini digunakan untuk
Kadar Mangan dalam mengetahui besarnya kadar
Air dengan Alat Mangan dalam air dengan alat
Spektrofotometer SNI 06 - 2497 - 1991
spektrofotorneter serapan atom
Serapan Atom Secara secara langsung.
Langsung.
39 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Mangan dalam mengetahui besarnya kadar
Air dengan Alat Mangan dalam air secara ekstraksi
Spektrofotometer SNI 06 - 2498 - 1991
dengan alat spektrofotometer
Serapan Atom Secara serapan atom.
Ekstraksi.
40 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Mangan dalam mengetahui besarnya kadar
Air dengan Alat Mangan dalam air secara atomisasi
Tungku Karban SNI 06 - 2499 - 1991
dengan tungku karbon alal
Spektro-fotometer spektrofotometer serapan atom.
Serapan Atom.
41 Metode Pengujian M e tode ini digunakan untuk
Kadar Seng dalam Air mengetahui besarnya kadar Seng
dengan A lat dalam air secara ekstraksi dengan
Spektrofotometer SN I 06 - 2500 - 1991
a lat spektrofotometer serapan
Serapan Atom Secara atom.
Ekstraksi.
42 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Sen g dalam Air mengetahui besarnya kadar Seng
dengan Alat dalam air secara atomisasi tungku
Spektrofotometer SNI 06 - 2501 - 1991
karbon dengan alat
Serapan Atom Secara spektrofotometer serapan atom.
Tungku Karban.
43 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Minyak dan mengetahui besarnya kadar minyak
Lemak dalam Air SNI 06 - 2502 - 1991 dan lemak dalam air secara
Secara Gravimetri. gravimetri dengan alat neraca
analitik.
44 Metode Pengujian Metode ini digunakan menentukan
Kadar Kebutuhan besarnya kadar Kebutuhan Oksigen
Oksigen Bioki-miawi Biokimiawi (KOS) dalam air
dalam Air. SNI 06 - 2503 - 1991
berdasar-kan selislh Oksigen
terlarut sebelum dan sesudah
pemeraman.
45 Metode Pengujian. Metode ini digunakan untuk
Kadar Kebutuhan menentukan besamya kadar
Oksigen Kimiawi SNI 06 - 2504 - 1991 Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK)
dalam Air dengan Alat dalam air dengan metode refluks
Refluks Tertutup. tertutup dan cara titrimetrik
46 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Karban Organik mengetahui besamya kadar Kart>on
Total dalam Air SNI 06 - 2505 - 1991 Organik Total (KOT) dalam air
dengan Alat KOT- dengan pembakaran dan analisis
Meter lnframerah. inframerah.
47 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Nilai Permanganat mengetahui besamya nilai
dalam Air Secara SNI 06 - 2506 - 1991 Permanganat dalam air dengan
Asam. metode oksidasi dalam suasana
asam.

A - 330 Lampiran
48 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Seng dalam Air mengetahui besarnya kadar Seng
dengan Alat dalam air secara langsung dengan
SNI 06 - 2507 - 1991
Spektrofotometer alat spektrofotometer serapan
Serapan Atom Secara atom.
Langsung.
49 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Pestisida Klar menentukan besamya kadar
Organik dalam Air pestisida Klororganik (BHC. PCB's,
dengan Alat SNI 06 - 2508 - 1991 Oikloran, aldrin, Heptaklor, Epoksid
Kromatograf Gas. Oieldrin. DDT. Endrin, Endosulfan.
Methoksklor) dalam air secara
kromatografi gas.
50 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Pestisida menentukan besamya kadar
Karbamat dalam Air pestisida Karbamat (Sevin) dalam
dengan Alat SNI 06 - 2509 - 1991 air secara kromatografi gas dengan
Kromatograf Gas. alat kromatograf gas yang
dilengkapi dengan Detektor Alkali
lonisasi Nyala (DAIN)
51 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Pestisida Fosfat menentukan besamya kadar
Organik dalam Air pestisida fosfat-organik (Oiazinon,
dengan Alat Dimethoate. Fosfamidon dan
Kromatograf Gas. SNI 06 - 2510 - 1991 Fenintrotion) dalam air secara
kromatografi gas dengan alat
kromatograf gas yang dileng- kapi
dengan detektor fotometrik nyala
(DFN) pada filter optik 526 nm
52 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Krom dalam Air menentukan besamya kadar Krom
dengan Alat dalam air secara langsung dengan
SNI 06 - 2511 - 1991
Spektrofotometer alat spektrofoto-meter serapan
Serapan Atom Secara atom (SSA) pada panjang
Langsung. gelombang 357,9 nm
53 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Krom dalam Air mengetahui besamya kadar Krom
dengan Alat dalam air secara ekstraksi dengan
SNI 06 - 2512-1991
Spektrofotometer alat Spektrofotometer Serapan
Serapan Atom Secara Atom (SSA) pada panjang
Ekstraksi gelombang 357 ,9 nm.
54 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Krom dalam Air mengetahui besamya kadar Krom
dengan Alat dalam air secara atomisasi tungku
SNI 06 - 2513 -1991
Spektrofotometer karbon dengan alat
Serapan Atom Secara Spektrofotometer Serapan Atom
Tungku Karban. pada panjang gelombang 357,9 nm
55 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Tembaga dalam mengetahui besamya kadar
Air dengan Alat Tembaga dalam air secara
Spektrofotometer SNI 06 - 2514 - 1991 langsung dengan alat
Serapan Atom Secara Spektrofotometer Serapan Atom
Langsung. (SSA) pada panjang gelombang
324,7 nm
56 Metode Pengujian Metode lni digunakan untuk
Kadar Tembaga dalam mengetahui besamya kadar
Air dengan Alat SNI 06 - 2515 - 1991 Tembaga dalam air secara
Spektrofotometer ekstraksi dengan slat
Serapan Atom Secara Spektrofotometer Serapan Atom

Standar Nasional Indonesia -A. 33 1


Ekstraksi
(SSA) pada panjang gelomoang
324,7 nm.

57 Metode Pengujian
Metode ini digunakan untuk
Kadar Tembaga dalam
Air dengan Alat menentukan besamya kadar
Spektrofotometer Tembaga dalam air secara
S NI 06 - 2516 - 1991 atomisasi tungku karbon dengan
Serapan Atom Secara
Tungku Karbon . alat Spektrofotometer Serapan
Atom pada panjang gelombang
58 324,7 nm
Metode Pengujian
Kadar Timbal dalam Metode ini digunakan untuk
Air dengan Alat menentukan besamya kadar Tll"llbal
Spektrofotometer SNI 06 - 2517 - 1991 dalam air secara langsung dengan
Serapan Atom Secara alat Spektrofotometer Serapan
La ngsung. Atom (SSA) pada panjang
59 gelombang 283,3 nm.
Metode Pengujian
Kadar Timbal dalam Metode ini digunakan untuk
Air dengan Alat menentukan be-samya kadar
Spektrofotometer SNI 06 - 2518 - 1991 Timbal dalam air secara ekstraksi
Serapan Atom Secara dengan alat Spektrofotometer
Ekstraksi. Serapan A tom (SSA) pada panjang
60 gelombang 283,3 nm.
Metode Pengujian
Metode pengujian ini untuk
Kadar Timbal dalam
menentukan besamya kadar Tunbal
Air dengan Alat
SNI 06 - 2519 - 1991 (Pb) dalam air dengan
Spektrofotometer
menggunakan alat Spektro-
Serapan Atom Secara
fotometer Serapan Atom Tungku
Tungku Karbon.
61 Karbon
Metode Pengujian
Metode inl digunakan untuk
Kadar N ikel dalam Air
menentukan besar-nya kadar Nike!
dengan Alat
SNI 06 - 2520 - 1991 dalam air secara langsung dengan
Spektrofotometer alat Spektrofotometer Serapan
Serapan Atom Secara Atom (SSA) pada panjang
Langsung.
62 gelombang 232,0 nm.
Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Nikel dalam Air menentukan besamya kadar Nikel
dengan Alat dalam air secara ekstraksi dengan
Spektrofotorneter SNI 06 - 2521 - 1991
alat Spektrofotorneter Serapan
Serapan Atom Secara Atom (SSA) pada panjang
Ekstraksi. gelombang 232,0 nm
63 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Nike! dalam Air menentukan besamya kadar Nike!
dengan Alat dalam air secara atomi-sasi tungku
Spektrofotometer SNI 06 - 2522 - 1991
karbon dengan alat
Serapan Atom Tungku Spektrofotometer Serapan Atom
Karbon. pada panjang gelombang 232,0 rvn
64 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk .
Kadar Besi dalam Air menentukan besamya kadar Besi
dengan Alat dalam air secara langsung '.dengan
Spektrofotometer SNI 06 - 2523 - 1991
a lat Spektrofotometer Serapan
Serapan Atom Secara Atom (SSA) pada panjang
Langsung. gelombang 248,3 nm.
65 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk .
Kadar Besi dalam Air menentukan besamya kadar Besi
dengan Alat SNI 06 - 2524 - 1991 dalam air secara Ekstraksi dengan
Spektrofotometer alat Spektrofotometer Serapan
Serapan Atom Secara Atom (SSA) oada oanlaoo

A - 332 Lampiran

-- .
Ekstraksl. gelombang 248,3 nm.

66 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk


Kadar Besi dalam Air menentukan besamya kadar Besi
dengan Alat dalam air secara atomisasi tungku
SNI 06 - 2525 - 1991
Spektrofotometer karbon dengan alat
Serapan Atom Secara spektrofotometer serapan atom
Tungku Karban. pada panjang gelombang 248,3 nm
67 Metode Pe ng ujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Arsen dalam Air menentukan besamya kadar Arsen
dengan Alai dalam air dengan alat
SNI 06 - 2909 • 1992
Spektrofotometer Spektrofotometer Serapan Atom
Sera pan Atom Tungku Tungku Karbon.
Karbon.
68 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Magnesium menentukan besamya kadar
dalam Air dengan Alat SNI 06 - 2910-1992 Magnesium dalam air dengan alat
Spektrofoto-meter Spektrofotometer Serapan Atom.
Serapan Atom.
69 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Kalsium dalam menentukan besamya kadar
Air dengan Alat SNI 06 • 2911-1992 Kalsium dalam air dengan alat
Spektrofotometer Spektrofotometer Serapan Atom.
Serapan Atom.
70 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Merkuri dalam menentukan besamya kadar
Air dengan Alat SNI 06 - 2912-1992. Merkuri dalam air dengan alat
Merkurimeter Merkurimeter.

71 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk


Kadar Arsen dalam Air menentukan besamya kadar Arsen
dengan Alat dalam air dengan alat
Spektrofotometer SNI 06 • 2913 -1992
Spektrofotometer Serapan Atom
Serapan Atom Secara Secara Natrium Borohidrida.
Natrium Borohidrida
72 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Jenis dan Jumlah memperoleh jenis dan jumlah
Hewan Bentos. SNI 03-3401-1994 individu hewan Bentos pada suatu
perairan.

73 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk


Kadar Sulfit Dalam Air menentukan kadar sulfit (SO3)
Dengan Titrimetrik. SNI 06-3415-1994 dalam air dengan Titrimetrik.

74 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk


Jumlah Bakteri Koli mengetahui besamya jumlah
Tinja Dalam Air SNI 06-3956-1995 bakteri koli tinja dalam air dengan
Dengan Saringan Saringan membran.
Membran.
75 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Jumlah Bakteri Kali mengetahui jumlah bakteri koli tinja
,:inja Dalam Air SNI 06-3957-1 995 dalam air dengan Tabung
Dengan Tabung Fermentasi
Fermentasi.

Standar Nasional Indonesia - A. 333


76 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Jenis Dan Jumlah memperoleh komposisi jenis dan
Plankton Dalam Air SNI 06-3963-1995 jumlah individu plankton dalam air

77 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk


Kadar Sulfit Dalam Air menentukan kadar sulfit (SO3)
Dengan Alat SNI 06-3971-1995 dalam air dengan alal
Spektrofotometer Spektrofol ometer.

78 Metode Pengujian Metode ini digunakan unluk


Besi Terlarut Dalam mengetahui besamya kadar besi
Air Dengan Alal (Fe) terlarut dalam air.
SNI 06-4138-1 996
Spektrofotometer
Menggunakan
Fenanlrolin.
79 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Karbon mengetahui besarnya kadar Karbon
Dioksida Agresif $NI 06 -41 39-1996 Dioksida Agresif dalam air.
Dalam Air Secara
Titrimetrik.
80 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Produkti-vitas Primer mengetahui besarnya nilai
Dalam Air Dengan SNI 06-4140-1996 produktivitas primer pada sumber
Pengukuran Oksigen air permukaan.
Terlarut
81 Melode pengujian Metode ini untuk memperoleh kadar
kadar khlorofil a khlorofil a fitoplankton dalam air
filoplakton dalam air yang berguna bagi semua pihak
SNI 06-4157-1996
dengan yang lingkup tugasnya meliputi
spektrofotometer. penelitian dan pengukuran kualitas
air.
82 Metode pengujian Metode ini adalah untuk menguji
jumlah total bakteri jumlah total bakteri golongan koli
golongan koli dalam dalam air yang berguna bagi semua
SNI 06-4158-1996
air dengan tabung pihak yang lingkup tugasnya
fennentasi. meliputi penelitian dan pengukuran
kualitas air.
83 Metode pengujian Metode ini adalah untuk
kadar karbon memperoleh kadar karbon klorofom
kloroform ekstrak ekstrak dalam air yang berguna
SNI 06-4159-1996
dalam air secara bagi semua pihak yang lingkup
gravimetri. tugasnya meliputi penelitian dan
pengukuran kualitas air.
84 Metode pengujian Metode ini adalah untuk menguji
kadar aluminium kadar aluminium terlarut dalam air
ter1arut dalam air yang berguna bagi semua pihak
dengan alat SNI 06-4160-1996 yang lingkup tugasnya meliputi
spektrofotometer penelitian dan pengukuran kualitas
secara eriokromsianin- air.
R.
85 Metode pengujian Metode ini adalah untuk
kadarkesadahan memperoleh kesadahan total yang
tootal dalam air SNI 06-4161-1996 berguna bagi semua pihak yang
dengan titrimetrik lingkup tugasnya meliputi penelitian
EDTA. dan pengukuran kualitas air.

A - 334 lampiran
S6 Metode pengujian Metode ini adalah untuk
kadar perak dalam air memperoleh kadar perak da_lam air
dengan ala! yang berguna bagi semua p1h~k
SNI 06-4162-1996 yang lingkup tugasnya meflpu!I .
spektrofotometer
serapan atom secara penelitian dan pengukuran kuahtas
tungku karbo n . air.
1a1 Metode pengujia n Metode ini adalah untuk
kadar aluminium memperoleh kadar aluminium
dalam air dengan alat dalam air yang berguna bagi semua
SNI 06-4163-1 996
spektrofoto meter pihak yang lingkup tugasnya
secara tungku karbon. meliputi penelitian dan pengukuran
kualitas air.
88 Metode Perhitungan Metode ini digunakan untuk
! Natrium Karbonat
Residu Dalam Air. SNI 03-6852-2002
mengetahui besarnya kadar
Natrium Karbonat Residu (NKR)
dalam air.

89 Metode Perhitungan Metode ini digunakan untuk


Perban-dingan mengetahui besarnya angka
Adsorpsi Natrium SNI 03-6853-2002 perbandingan Adsorpsi Natrium
Dalam A ir. (PAN) dalam air.

90 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk


Kadar Besi (Fe) Dalam menentukan besamya kadar besi
Air Secara Kolori-metri SNI 03-6854-200 2 (Fe) dalam air
Dengan Thiocyanat

91 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk


Kadar Mangan (Mn) menentukan besamya kadar
Dalam Air Secara SNI 03-6855-2002 Mangan (Mn) dalam air
Kolorimetri Dengan
Persulfat
92 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Nitrat Dalam Air menentukan besamya kadar Nitrat
Secara Kolori-metri SNI 03-6856-2002 dalam air
Dengan Pereaksi
Nessler
93 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Nitrit Dalam Air SNI 03-6857-2002 menentukan besamya kadar Nitrit
Secara Kolorimetri dalam air
Dengan Pereaksi
Gries Romeyer
94 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Kadar Bakteri Kali mengetahui jumlah bakteri koli total
Total Dalam Air SNI 03-6858-2002 dalam air
Dengan Saringan
Membran
95 Metode Pengujian Metode lni digunakan untuk
Kadar Mangan Dalam menentukan kadar Mangan (0,042-
Air Denga11 SNI 0~-4822-1998 15) mg/L Mn dalam air baku dan air
$pektrofotometer limbah spektrofotometer pada

I~ Secara Persulfat
Metode pengujian
kadar timah dalam air
dengan alat SNI 06-4823-1998
panjang gelombang 525 nm.
Metode ini digunakan untuk
menentukan kadar timah pada
daerah konsentrasi (20-300) m g/L
spektrofotometer atom • Sn spektrofotometer serapan atom
I secara tunaku karbon
j
dengan tunoku karbon 224,6 nm.

Standar Nasional Indonesia - A. 335


97 Metode pengu11an Metode ini digunakan untuk
klorin bebas dalam air menentukan kadar Klorin (0.011-
dengan 4 .0) mg/L Mn dalam air minum
Spektrofotometer sinar SNI 06-4824-1998 dengan menggunakan sinar tampak
tampak secara dietil pada panjang gelombang 515 nm.
fenilindiamin (DFO)

98 Metode Pengujian Metode ini membahas pengertian.


Angka Rasa Oalam Air ketentuan-ketentuan, cara uji dan
laporan uji, dapat digunakan untuk
menguji angka rasa dalam benda
SNI 03-6859-2002 uji air yang memenuhi ketentuan
yang di isyaratkan dalam pengujian
ini dan tidak berlaku untuk benda uji
air lirnbah.
99 Metode Pengujian Metode Pengujian ini dapat
Angka Bau Oalam Air digunakan untuk menganalisa
SNI 03 -6860-2002 angka bau dalam air alami sampai
air timbah

100 Cara uji kadar sulfida


dalam air dengan
iodometri SNI 06-6875-2002
.
101 Cara uji kadar amoniak
dalarn air dengan
elektrode selektif ion SNI 03-6876-2002

- --

AGKBGAT
No. Judul S tandar No. SNI / SK SN I Ruang L ingkup
Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk menen-
Tentang Ana-lisis tukan pembagian butir (gradasi)
1 SNI 03-1968-1990
Saringan Agregat agregat halus dan agregat kasar
Halus dan Kasar dengan meng-gunakan saringan.
Metode ini digunakan untuk
Metode Pengujian menentukan berat jenis curah,
Berat Jenis dan berat jenis kering permukaan jenuh,
2 SNI 03-1969-1990
Penyerapan A ir berat jenis semu dari agregat halus
Agregat Kasar serta angka penyerapan dari
agregat kasar.
Metode ini digunakan untuk menen-
Metode Pengujian tukan berat jenis curah, beratjenis
Berat Jenis dan SNI 03-1970-1990 kering permukaan jenuh, berat jenis
3
Penyerapan Air semu, dan angka penyerapan dari
Agregat Halus pada agregat halus.
Metode ini digu nakan untuk
Metode Pengujian SNI 03-1971-1990 menentu-kan besamya kadar
4 Kadar Air Agregat agregat.
Metode int digunakan untuk menge-
Metode Pengujian tahui angka keausan yang
Keausan Agregat SNI 03-2417-1991 dinyatakan dengan perbandingan
5 dengan Mesin Abrasi antara berat bahan aus lolos
Los Angeles . sarinaan No.12 terhadao berat

A - 336 Lampiran
- semula (% ).

Metode ini digunakan untuk


Metode Penguj ian menentukan mutu agregat yang
6 Agregat unluk Belon SNI 03-2457-1991
akan digunakan untuk beton
Penahan Radiasi
penahan radiasi
I Tujuan spesifikasi ini adalah untuk
Spesifikasi Agregal mendapatkan mutu agregal ringan
1 Ringan Unl uk Belon SNI 03-2461 -1 99 1 yang memenuhi persyaralan
Slruklur kekuatan unluk beton ringan
struktural.
Spesifikasi ir.i bertujuan untuk
Spesifikasi Agregat menentukan klasifikasi dan
8 Unluk Bel on Penahan SNI 03-2494-1991 persyaratan teknis agregal yang
Radiasi digunakan unluk keperluan beton
penahan radiasi.
Metode Pengujian
Kotoran Organik Metode ini digunakan dalam
9 Dalam Pasir Unluk SNl-03-2816-1992 pekerjaan pengendalian mutu
Campura n Mortar Dan agregat.
Belon.
Melode pengujian
Sifat Kekekalan
Benluk Agregat Melode ini digunakan unluk
10 SNI 03-3407-1994 memperoleh indek kekekalan
Terhadap Larutan
Natrium Sulfat Dan agregat.
Magnesium Sulfat.
Metode Pengujian Metode ini untuk menentukan
11 Partikel Ringan Dalam SNI 03-3416-1994 besarnya kadar partikel ringan
Agregat dalam agregat.
Spesifikasi Agregat Spesifikasi ini digunakan sebagai
12 Ringan Untuk Beton SNI 03- 3984- 1995 acuan dan pegangan dalam menilai
lsolasi mutu agregat ringan untuk
membuat beton isolasi
Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
13 Tebal dan Panjang SNI 03- 4137-1996 memperoleh bentuk agregat yang
Rata-rata Agregat seragam
Metode Pengujian ~etode ini digunakan untuk meng-
Gumpalan Lempung h1tung besarnya persentasi jumlah
14 SNI 03-4141-1996
dan Butir - butir Mudah gumpalan lempung dan butir-butir
Pecah Dalam Agregat. mudah pecah dalam agregat halus
maupun kasar.
Metode Pengujian
Jumlah Bahan Dalam Metode ini digunakan untuk
15 Agregat Yang Lolos SNI 03-4142-1996 menghi-tung besamya persentase
Saringan No. 200 jumlah bahan dalam agregat yang
(0,075 MM); lolos saringan No. 200 (0,075 mm).
Spesifikasi Agregat
Halus Untuk Spesifikasi ini digunakan untuk
16 SNI 03-6819-2002
Campuran Perkerasan memperoleh susunan gradasi
Beraspal agregat halus.
Spesifikasi Agregat Standar ini mencakup spesffikasi
Halus Untuk d~ri agregat halus yang akan
17 Pekerjaan Adukan dan SNI 03-6820-2002 d1gunakan untuk pekerjaan adukan
Plesteran Dengan dan plesteran dengan bahan dasar
Bahan Dasar Semen semen

Standar Nasional Indonesia - A. 337


Metode ini digunakan untuk
Metode Pengujian m emperoleh besaran atau angka
18 Ketahanan Agregat ke tal1anan agregat terhadap
$NI 03-4426-1997
Dengan Alat Tumbuk be nturan a tau tumbukan. sehingga
b erguna bagi perencana dalam
m emilih bahan yang bermutu
Metode ini digunakan untuk
Metode Pengujian menyera-gamkan cara pengujian
Agregat Halus Atau pasir atau agregat h alus yang
19 Pasir Yang p lastis dengan cara seta ra pasir
Mengandung Bahan SNI 03-4428-1997
yang bertujuan untuk mengetahui
Plastis Dengan Cara kualitas pasir atau agregat halus
Setara Pasir yang lolos sari ngan nornor 4 (4 ,76
mm).
Metode Pengujian Metode in i digunakan dalam
20 Bobot lsi Dan Rongga SNI 03-4804 - 1998 menghitung bobot isi dan rongga
udara Dalam Agregat udara dalam agregat
Spesifikasi ini mencakup ketentuan
Spesifikasi Agregat mengenai agregat ringan yang
21 Ringan Untuk Batu digunakan dalam pembu atan batu
Cetak Belon SNI 03-6821 -2002 cetak beton ringan untuk untuk
Pasangan Dinding . pasangan dinding dan persyaratan
yang m eliputi kom posisi kimia dan
sifa t-sifat fisis a gregat ringan.
M e tode Pengujian ini m encakup
Metode Pengujian
prosedur untuk penentuan distribusi
22 Analisis Saringan u kuran butir agregat halus dan
Agregat Hasil SNI 03-6822-202
kasar d ari hasil ekstraksi campuran
Ekstraksi
beraspal, dengan menggunakan
saringan dengan lubang persegi.
Metode ini digunakan untuk
Metode Pengujian penentuan pengaruh semen portland
Susut Kering Mortar pada susut kering mortar dengan
23 SNI 03-6823-200 2
yang Mengandung menggunakan pasir yang bergradasi
Semen Portland standar, yang diakibatkan oleh
kondisi suhu, kelembaban relatif, dan
laju penguapan lingkungannya
Metode pengujian ini meliputi
prosedur untuk menentukan kadar
semen berdasarkan netralisasi
menerus suatu larutan dari benda uji
dalam air berupa agregat yang telah
Metode Pengujian bercampur semen untuk jangka
Penentuan Kadar waktu tertentu . Netralisasi ini
24 Semen dalam Agregat SNI 03-6824-2002 dilakukan dengan jalan
Bersemen Secara menambahkan larutan asam
Titrasi secukupnya untuk menetralkan OH
yang secara menerus akan
terbebaskan selama berlangsungnya
proses hidrasi dari semen. Jumlah
asam yang digunakan berbanding
lurus dengan kadar semen dalam
contoh yang diuji.
Tata Cara Penyiapan
25 Benda Uji dari Conteh SNI 13-6717-2002
Agregat

A - 338 Lampiran
Metode Pengujian
Kadar Rongga Agregat
;5 Halus yang Tidak
SNI 03-6877-2002
Dipadatkan

Tata Cara Pengambilan


27 Contoh Agregat S N I C3-6889-2002
I
BAHAN LAIN
No. Judul Standar No. SNI / SK SNI Ruang Lingkup
Tata cara in,i merupakan petunjuk
tekn is cara pengecatan logam yang
1
Tata Cara Pengecatan
Logam SNI 03-2408-1991 baik dan benar serta cara
penanggulangannya bila terjadi
kegagalan dalam pengecatan
Tujuan spesifikasi ini adalah untuk
Spesifikasi Abu SNI 03-2460-1 991 mem-berikan persyaratan mutu abu
Terbang Sebagai terbang sebagai bahan tambahan
2
Bahan Tambahan dalam campuran beton sehingga
Untuk Campuran Belon didapatkan sii"at-sifat khusu s dari
beton
Spesifikasi ini memuat persyaratan
mutu bahan tambahan yang
Spesifikasi Bahan digunakan sebagai bahan
3 Tambahan Untuk SNI 03-2495-1991 tambahan campuran beton,
Seton sehingga didapatkan sifat-sifat
khusus dari beton yaitu kemudahan
pengerjaan. pengerasan,
kekedapan dan keawetan
Spesifikasi ini memuat persyaratan
Spesifikasi Bahan bahan tambahan pembentuk
SNI 03-2496-1991 gelembung udara, yang digunakan
4 Tambahan Pembentuk
Gelembung Udara sebagai bahan tambahan dalam
Untuk Belon campuran beton sehingga
didapatkan sifat-sifat khusus dari
beton
Metode ini digunakan untuk
5 Metode Pengujian Kuat menentukan besarnya nilai kuat
Tarik Baja Beton SNI 07-2529-1991 tarik baja beton dan parameter
lainnya yang dapat digunakan
dalam pengendalian mutu baja.
Spesifikasi ini dimaksudkan untuk
Spesifikasi Bahan mem-berikan persyaratan mutu
Elastis Perapat Celah bahan yang di-gunakan sebagai
6. Sambungan perapat celah sambungan antara
SNI 03-3456-1994
komponen maupun pada elemen
bangunan untuk penanggulangan
kebocoran pada bangunan rumah
dan gedung
Metode Pengujian Metode pengujian ini adalah untuk
7 Hilang Pijar Bahan mem-peroleh nilai hilang pljar guna
SNI 03-4168-1996 menentukan pemenuhan mutu
Belerang Untuk Kaping
bahan belerang untuk kaping guna
meratakan bidang tekan benda uji
8 ~pe~ifikasi Kalsium SNI 06-4170-1996 Spesifikasi ini adalah untuk

Standar Nasional Indonesia - A. 339


Klorida Untuk memberikan persyaratan teknis
Mempercepat Pengera- kalsium kholorida sebagai bahan
san Belon pencampur untuk mempercepat
pengerasan beton.
Spesifikasi ini digunakan sebagai
pegangan bagi perencana,
Spesifikasi Bahan pelaksana, pengawas lapangan
9 Bangunan Bagian A ( dan yang berkepentingan dalam hal
Bahan Bangunan SNI 03-6861-2002
memilih. memakai dan menilai mutu
Bukan Logam) bahan ban gunan bukan logam yang
akan digunakan dalam perkerjaan
konstruksi
Spesifikasi ini d igunakan sebagai
peganga n bagi p e rencana,
Spesifikasi Bahan pela ksana. pengawas la pangan
10 Bangunan Bagian B dan y ang berkepentingan dalam hal
(Bahan Bangunan Dari SNI 03-6861.2-2002
Besi/Baja) memilih. m e makai dan menilai mutu
baha n bangunan dari besi/baja
yang akan digunakan dalam
perkerjaan konstruksi
Spesifikasi in i digunakan sebagai
pegangan bagi perencana,
Spesifikasi Bahan
Bangunan Bagian C pe laksana , pengaw as lapangan
11 dan yan g berkepentingan dalam hal
(Bahan Bangunan Dari SNI 03-6861 .3-2002
Logam Bul<an Besi) memilih , m e m akai d a n menilai mutu
ba han b a ng una n dari loga m bukan
besi yang akan digunakan dalam
perkerja a n ko nstruksi
Spesifikasi Peralatan Sta nda r ini m e ncakup s pesifikasi
12 Pemasangan Dinding pe ralatan yang d iperlukan dalam
SNI 03-6862-2002
Bata Dan Plesteran. pekerj aan pemasa ngan d inding
bata.
Metode ini mencakup prosedur
Metode Pengambilan pengambilan contoh d an pengujian
Conteh Dan Penguj ian abu terbang dan p ozo/an a/am atau
Abu Terbang Atau p ozo/an buatan yang d igunakan
13 Pozolan A lam Sebagai SNI 03-6863-2002 sebagai mineral pencampur dalam
M ineral Pencampur beton semen portland. Prosedur
Dalam Beto n Seme n tersebut rnengikuti urutan sebagai
Portland berikut: analisis kirnia dan
pengujian fisik serta pengambilan
contoh
Spesifikasi ini rneliputi persyaratan
14 Spesifikasi Kapur untuk dan kekuatan kapur yang akan
Campuran Beraspal SNI 03 -6864-2002 digunakan untuk mengurangl
pengaruh air yang terdapat dalam
campur an aspal.
Tata Cara Pelaksanaan
Prag-ram Uji antar Tata Cara ini mencakup
15 Labora-to rium untuk rnerencanakan, melaksanakan, dan
Pe nentuan Presisi SNI 03-6865-2002
menganalisis hasil-hasil studi metode
Metode Uji Ba han uji antar laboratorium
Konstruksi
Spesifikasi ini m eliputi saringan yang
Spesifikasi Sarlngan terbuat dari anyaman kawat yang
16 A nyaman Kawat untuk SNI 03-6866-2002 dipasang pada suatu bingkai untuk
Keperluan Pengujian pengujian yang teliti dalam
pengkla-sifikasian material sesuai
denQan ukuran butiran nominal

A - 340 Lampiran

------•~
Spesifikasi ini meliputi panel atau
papan g ipsum. penggunaannya
Spesifikasi Panel a tau dirancang untuk dinding. langit-langit
17 S NI 03-6867-2002 atau dinding penyekat dan
Papan Gypsum
mempunyai permukaan yang dapat
didekorasi
Tata cara ini meliputi penentuan
lokasi a tau waktu yang tepat secara
acak, dimana pengambilan contoh
rTata Cara Pengambilan bahan untuk konstruksi dapat
18 icontoh Uji Secara Acak SNI 03-6868-2002 dilakukan. Prosedur yang tepat untuk
untuk Bahan Konstruksi mengamankan contoh uji seperti
diskripsi alat pengambilan contoh uji,
harus merujuk pada metode standar
yang sesuai.
Metode Pengambilan Metode ini digunakan untuk
19 Conteh Uji, Bentuk, menentukan sifat-sifat ukuran dan
S NI 03-6869-2002
Ukuran dan Klasifikasi bentuk agregat termasuk tanah
lemoung, lanau dan debu

BATUAN
No. Judul Standar No. SNI / SK SNI Ruang Lingkup
Tata cara ini digunakan dalam
pelaksanaan injeksi semen pada
Tata Cara Pelaksanaan SNI 03-2393-1991 batu yang bertujuan untuk
1 lnjeksi Semen Pada memperl<ecil kelulusan air dan
Batuan meningkatkan kekuatan batu
sebagai upaya dalam perbaikan
batu pondasi suatu bangunan.
Metode ini digunakan untuk
mengetahui sifat-sifat fisika contoh
Metode Pengujian batu, antara lain yaitu kepadatan
Labora-torium untuk asli, kadar air asli, kepadatan jenuh,
2 Menentukan Parameter SNI 03 - 2437 - 1991 penyerapan kepadatan kering,
Sifat Fisika Pada . derajat kejenuhan, porositas, berat
Conteh Batu. jenis semu, berat jenis sebenamya
dan angka pori berdasarkan hasil
pengkajian dan perhitungan
laboratorium.
Metode Pengujian
Laborato-rium Cepat Metode ini digunakan untuk
3 Rambat Ultrasonik dan SNI 06 - 2485 - 1991 memperoleh parameter cepat
Konstanta Elastis rambat gelombang ultrasonik serta
Benda Uji Batu. menentukan konstanta elastis batu.
Metode Pengujian
Metode ini digunakan untuk
Laborato-rium Kuat
4 mendapalkan parameter kuat tarik
Tarik Benda Uji Batu SNI 06 - 2486 - 1991 dari hasil pengukuran di
dengan Cara Tidak
laboratorium secara cepat dan
Langsung. mudah
Metod~ ini _diguna~n dalam uji
Metode Pengujian konsohd~s1 satu d1mensi pada
5 lndek Kekuatan Batu SNI 03-2814-1992 benda UJI tanah, yang bertujuan
dengan Beban Titik. untuk mendapalkan parameter
kompressibilitas dan kecepatan
konsolidasi tanah.
6 Metode Pengujian Metode ini digunakan untuk
Geser Lanasuna Batu. SNI 03-2824-1992
memoeroleh parameter kuat geser

Standar Nasional Indonesia - A. 341


b a lu

M elo de ini digunakan unluk


memperoleh besamya kuat lekan
Metode Pengujian Kuat uniaxial suatu c ontoh batu dan
7 S NI 03-2825- 1992
Tekan U niaxial Batu
untuk mengetahui nilai kuat tekan
benda uji batu .
Me to de ini digu nakan dalam
Metode Pengujian
pengujian modulus elastis benda uj,
M odulus Elastisitas
8 SNI 0 3-2826-1992 pada te k ana n su mbu tungga l dan
Batu pada Tekanan
untuk m e ngeta hui h arg a modulus
Sumbu Tunggal
elastisitas benda uji s ta tik .
T a ta cara ini digunakan d alam
pembuatan benda uji untuk
p engujian laboratorium mek anika
Tata Cara Pembuatan
SNI 03-2848-1992 batuan dan untuk mendapatkan
Benda Uji Untuk
benda uji dengan bentuk dan ·
9 Pengujian Labora-
dimensi yang benar. sesuai dengan
toriu m Mekanika
persyaratan dan ketentuan tiap
Batuan
jenis pengujian laborato-rium
meka~kaba~anyangakan
dilakukan.
Metode ini digunakan untuk
Metode Pengujian S ifat
10 SNI 03- 3406-1994 memperoleh indek tahan lekang
Tahan Lekang Batu.
batu .
Tata Cara Pemantauan Tata Cara ini digunakan sebagai
Gerakan Horizontal pegangan penghitungan dan
11 Batuan dan Bangunan SNI 03- 3431 -1 994 pembuatan peta kemiringan lereng
Dengan Alat pada permukaan tanah atau batuan
Inklinometer. menaaunakan rumus Horton.

A - 342 Lampiran

<•
• • 4 •

.,
T

-~~),.."<-A K'l.J~,,

-¥:
I
~

.., - - - - -!..' . .
Perpustakaan Fakultas Teknik Unw,ku

PERPUSTAKAA
UNIVERSITAS
T KODE BUKU
ISBN : 9 KLASIFIKASI
LETAK BUKU

II
PENGARANG
Penerbit ANDI JUDUL BUKU
JI Oro 18-40 ldp.r0274J 56l1ilil I a, f/lT.1, ..1~ 2~2
r -mail prnrr:birno D and1publ1.~hlr:cr -
\\lb)llt hnp 11 ""·1tnd1puhlhla·r1 " 1r 789 3 0 5 46
6 7 8 9 IO

Anda mungkin juga menyukai