Anda di halaman 1dari 88

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN

BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG


PANDANG

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga penyusunan Laporan Praktikum laboratorium
Pengujian Beton ini dapat diselesaikan tepat waktu. Laporan Laboratorium Pengujian
Beton ini merupakan salah satu syarat kelulusan Semester Genap Tahun Akademik 2022-
2023 pada Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah


mendukung serta membantu selama proses praktikum dan pengerjaan laporan laboratorium
pengujian beton ini. Kami juga sangat berharap agar laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Dalam penyusunan laporan ini, dengan kerendahan hati kami memohon maaf
apabila ada ketidaksesuaian kalimat dan kesalahan serta kekurangan yang ada dalam
laporan ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik serta saran yang
membangun dari pembaca sekalian untuk mendorong dan memotivasi kami kearah yang
lebih baik lagi demi kesempurnaan Laporan ini.

Akhir kata, semoga laporan Laboratorium Pengujian Beton ini dapat memberikan
manfaat yang luas bagi dunia pendidikan khususnya jurusan Teknik Sipil, serta bagi
pembaca sekalian dan kami sendiri.

Makaasar, Juli 2023

Kelompok I

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar...........................................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

BAB II DASAR TEORI...........................................................................................................3

BAB III JOB PRAKTIKUM..................................................................................................17


JOB I Mix Desain......................................................................................................17
JOB II Pembuatan Benda Uji.....................................................................................26
JOB III Pengujian Slump...........................................................................................33
JOB IV Berat Volume................................................................................................37
JOB V Kuat Tekan Beton..........................................................................................42
JOB VI Kuat Tekan Beton Dengan Bahan Tambah..................................................50
JOB VII Kuat Tarik Lentur Beton.............................................................................61
JOB VIII Kuat Tarik Belah........................................................................................68
JOB IX Hammer Test................................................................................................74

BAB IV PENUTUP................................................................................................................84
4.1 Kesimpulan.................................................................................................................84
4.2 Saran...........................................................................................................................84

LEMBAR ASISTENSI

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pekerjaan teknik sipil dikenal 2 jenis pekerjaan konstruksi yaitu konstruksi
berat dan konstruksi ringan. Pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak lepas dari kebutuhan akan
material atau bahan-bahan tertentu. Dalam pelaksanaannya, sehingga suatu konstruksi
bangunan yang kuat dan utuh sesuai dengan yang diharapkan.

Beton adalah campuran agregat halus dan agregat kasar sebagai bahan pengisi.
Ditambah semen dan air yang digunakan sebagai bahan pengikat dan atau menggunakan
bahan tambahan. Sekarang ini penggunaan beton banyak digunakan untuk sebagai
konstruksi, misalnya jalan, gedung , jembatan, lapangan terbang, waduk, bendungan dan
lainya. Dengan melakukan analisa bahan maka dalam hal pembuatan beton harus lebih
teliti dengan berbagai macam material-material yang digunakan dalam pembuatan
tersebut, dikrenakan apabila suatu material dalam beton itu tidak bagus maka hasil dari
beton tersebut tidak akan mencapai pada hasil yang diinginkan. Sehingga dengan
diadakannya analisa bahan terhadap material yang akan digunakan untuk pembuatan
beton maka hasil dapat diperoleh dengan baik.

1.2 Maksud dan Tujuan


Praktikum pengujian bahan ini bertujuan untuk memperoleh informasi serta data-
data mengenai bahan yang diujikan dengan membandingkan material tersebut terhadap
standar mutu dan kualitas yang telah ditetapkan.

Dengan demikian akan diperoleh pengertian dan pemahaman bagi mahasiswa


tentang syarat-syarat mutu dan bahan atau material yang baik serta memenuhi standar
dalam pekerjaan konstruksi bangunan, serta dapat diterapkan pada pekerjaan dilapangan
nantinya.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
1.3 Materi Pembahasan
Materi yang akan dibahas pada praktikum ini adalah:
1. Pembuatan sampel (pengecoran)
2. Capping
3. Kuat Tekan Beton
4. Modulus Elastisitas Beton
5. Kuat Lentur Beton Normal
6. Kuat Lentur Beton Bertulang
7. Kuat Tarik Belah
8. Hammer Test

1.4 Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang akurat dari percobaan yang dilaksanaan, maka
menggunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Melalui pemahaman tujuan dan dasar teori yang diperoleh melalui beberapa
referensi sertapengarahan dari dosen.
2. Melaksanakan pengujian langsung dari laboraturium pengujian bahan dengan
memperhatikan langkah kerja dengan baik.
3. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil praktikum dengan metode yang telah
ditentukan pada masing-masing job kerja.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Beton

Beton merupakan suatu komposit atau campuran dari beberapa bahan batu-batuan
berupa agregat (halus dan kasar) dan ditambah dengan pasta semen, dapat dikatakan
bahwa semen merupakan bahan pengikat antara agregat halus dan kasar (Sagel.R., P.
Kole, dan Gideon Kusuma., 1997). Sebagai material komposit sifat beton sangat
tergantung pada sifat unsur masing-masing serta interaksi dari perencanaan yang baik,
pemilihan dan pengadaan masing-masing material yang baik, proses penanganan dan
proses produksinya. Ketiga sistem tersebut dapat pula dipandang sebagai model komposit
dengan 2 fase, yaitu fase matriks dan fase terurai. Kadang kala beton masih ditambah lagi
dengan bahan pembantu (admixture) untuk mengubah sifat-sifatnya ketika masih berupa
beton segar (fresh concrete) atau beton keras (Paul Nugraha dan Antoni, 2007).

Menurut Tri Mulyono, beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang
terdiri dari bahan semen hidrolik, agregat kasar, agregat halus, air, dan bahan tambah.
Untuk mengetahui dan mempelajari perilaku elemen gabungan (bahan - bahan penyusun
beton) memerlukan pengetahuan mengenai karakteristik masing - masing komponen.
Nawy, 1985 mendefinisikan beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi
dari material pembentuknya.Beton mempunyai kuat tekan yang besar sementara kuat
tariknya kecil. Oleh karena itu untuk struktur bangunan, beton selalu dikombinasikan
dengan tulangan baja untuk memperoleh kinerja yang tinggi.

Beton sering digunakan dalam pekerjaan teknik sipil karena memiliki banyak
kelebihan diantaranya tahan terhadap serangan api, tahan terhadap serangan korosi,
mudah dibentuk, mampu memikul beban yang berat dengan umur rencana yang lama
dibandingkan dengan perkerasan lentur, dan juga biaya pemeliharaan yang relatif kecil
(Tri Mulyono, 2005).

Beton menurut DPU – LPBM dalam SK SNI T – 15 – 1990-30:1 mendifinisikan


beton sebagai campuran antara lain semen Portland (PC) atau semen hidrolik ; agregat
halus (pasir) ; agregat kasar (koral/split) dan air dengan atau tanpa bahan tambah
membentuk massa padat.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
2.2 Keunggulan Dan Kelemahan Beton
1. Keunggulan Beton
Menurut Paul Nugraha dan Antoni, berdasarkan pemakaiannya yang begitu
luas maka dapat diduga sejak dini bahwa struktur beton mempunyai banyak
keunggulan dibanding materi struktur yang lain. Berikut ini merupakan keunggulan
dari penggunaan beton secara rinci Menurut Paul Nugraha dan Antoni:
1. Ketersediaan (availability) material dasar.
a. Biaya pembuatan relatif lebih murah karena semua bahan mudah didapat.
Bahan termahal adalah semen tetapi bisa diproduksi di Indonesia.
b. Pengangkutan / mobilisasi beton bisa dilakukan dengan mudah

2. Kemudahan untuk digunakan (versetility).


a. Pengangkutan bahan mudah, karena masing-masing bisa diangkut secara
terpisah.
b. Beton bisa dipakai untuk berbagai struktur, seperti bendungan, pondasi, jalan,
landasan bandar udara, pipa, perlindungan dari radiasi, insulator panas. Beton
ringan bisa dipakai untuk blok dan panel. Beton arsitektural bisa digunakan
untuk keperluan dekoratif.
c. Beton bertulang bisa dipakai untuk berbagai struktur yang lebih berat.

3. Kemampuan beradaptasi.
a. Beton bersifat mololit sehingga tidak memerlukan sambungan seperti baja.
b. Beton dapat dicetak dengan bentuk dan ukuran berapapun, misalnya pada
struktur cangkang (shell) maupun bentuk-bentuk kubus 3 dimensi.
c. Beton dapat diproduksi dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan situasi
sekitar.
d. Konsumsi energi minimal per kapasitas jauh lebih rendah dari baja, bahkan
lebih rendah dari proses pembuatan batu bata.

4. Kebutuhan pemeliharaan yang minimal. Secara umum ketahanan (durability)


beton cukup tinggi, lebih tahan karat, sehingga tidak perlu dicat seperti struktur
baja, dan lebih tahan terhadap bahaya kebakaran.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
2. Kelemahan Beton dan Cara Mengatasinya
Berikut ini merupakan kelemahan dari penggunaan beton dan cara untuk
mengatasi kelemahan tersebut:
Tabel 2.1 Kelemahan beton dan cara mengatasinya

2.3 Klasifikasi Berdasarkan Ketebalan, Kekuatan, Dan Kegunaan


Berikut ini merupakan klasifikasi beton berdasarkan ketebalan, kekuatan, dan kegunaan
menurut SNI T – 04 – 1990 – F, yaitu:

Tabel 2.2. Klasifikasi berdasarkan ketebalan, kekuatan dan kegunaan

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
Adapun kelas beton menurut Tri Mulyono, 2005 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 Kelas dan mutu beton

2.4 Material Pada Campuran Beton


1. Semen
Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran
serta susunan yang berbeda – beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu : semen non hidrolik dan semen hidrolik (Mulyono,2005).
Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam
pekerjaan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen Portland didefinisikan
sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri
dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk
kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan
bahan utamanya (Tri Mulyono,2005).
Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga
membentuk suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara diantara butir-
butir agregat. Walaupun komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10 %,
namun karena fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi
penting.
a. Sifat fisika semen portland
Menurut Mulyono,2005 sifat-sifat fisika semen meliputi kehalusan butir,
waktu pengikatan, kekekalan, kekuatan tekan, pengikatan semu, panas
hidrasi, dan hilang pijar.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
b. Sifat kimia semen portland
Kadar kapur yang tinggi tetapiu tidak berlebihan cenderung memperlambat
pengikatan, tetapi menghasilkan kekuatan awal yang tinggi. Kekurangan zat
kapur menghasilkan semen yang lemah, dan bilamana kurang sempurna
pembakarannya, menyebabkan ikatan yang cepat (L.J. Murdick dan K.M
Brook, 1979).
c. Syarat mutu semen portland
Semen portland yang digunakan untuk konstruksi memenuhi syarat mutu
yang telah ditetapkan. Di Indonesia, syarat mutu yang dipergunakan adalah
SII 0013-81, mutu dan cara uji semen portland. Peraturan Beton 1989
(SKBI.1.4.53.1989) dalam ulasannya dihalaman 1, membagi semen portland
menjadi lima jenis (SK.SNI T-15-1990-03-2) yaitu:
1. Tipe I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan
persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya.
2. Tipe II, semen portland yang dalampenggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
3. Tipe III, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan
terjadi.
4. Tipe IV, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas
hidrasi yang rendah.
5. Tipe V, Semen portland yang dalam penggunaaimya memerlukan
ketahanan yang tinggi terhadap sulfat.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
Tabel 2.4 Syarat mutu kimia semen portland, SII.0013-81 (ASTM. C-150)

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
Tabel 2.5 Syarat mutu fisika semen portland, SII.0013-81 (ASTM. C-150)

2. Agregat
Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi. Komposisi
agregat tesebut berkisar 60%-70% dari berat campuran beton. Walaupun fungsinya
hanya sebagai pengisi, tetapi karena komposisinya yang cukup besar, agregat inipun
menjadi penting. Karena ini perlu dipelajari karakterisitik agregat yang akan
menentukan sifat mortar atau beton yang akan dihasilkan (Tri Mulyono, 2003).
Dengan agregat yang baik, beton dapat dikerjakan (workable), kuat tahan lama
(durable), dan ekonomis (Paul Nugraha dan Antoni, 2007). Berdasarkan gradasinya
agregat terbagi menjadi dua macam yaitu agregat halus dan agregat kasar.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
a. Agregat Kasar
Yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregat yang berukuran lebih besar
dari 5 mm, sifat yang paling penting dari suatu agregat kasar adalah kekuatan
hancur dan ketahanan terhadap benturan yang dapat mempengaruhi ikatannya
dengan pasta semen, porositas dan karakteristik penyerapan air yang
mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim dingin dan
agresi kimia. Serta ketahanan terhadap penyusutan. Jenis agregat kasar secara
umum adalah sebagai berikut:
1. Batu pecah alami : bahan ini diperoleh dari cadas atau batu pecah alami
yang digali, yang berasal dari gunung merapi.
2. Kerikil alami : kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi
maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir.
3. Agregat kasar buatan : berupa slag atau shale yang biasa digunakan untuk
beton berbobot ringan. Biasanya hasil dari proses lain seperti dari blast-
furnace dan lain-lain.
4. Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat : dengan adanya tuntutan
yang spesifik pada zaman atom yang sekarang ini, juga untuk pelindung dari
radaisi nuklir sebagai akibat banyaknya pembangkit atoman stasiun tenaga
nuklir, maka perlu ada beton yang melindungi dari sinar X, sinar gamma,
dan neutron.

Tabel 2.6 Syarat agregat kasar

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
b. Agregat Halus
Agregat halus atau pasir adalah butiran – butiran mineral yang bentuknya
mendekati bulat, tajam, dan bersifat kekal dengan ukuran butir sebagian besar
terletak antara 0,07 – 5 mm (SNI 03 – 1750 – 1990). Agregat halus digunakan
sebagai bahan pengisi dalam campuran beton sehingga dapat meningkatkan
kekuatan, mengurangi penyusutan dan mengurangi peakaian bahan pengikat /
semen. Pasir adalah salah satu dari bahan campuran beton yang diklasifikasikan
sebagai agregat halus dimana agregat halus adalah butiran yang lolos saringan
no. 8 dan tertahan pada saringan no. 200.

3. Air
Air yang digunakan dapat berupa air tawar (dari sungai, danau, telaga, kolam,
situ, dan lainnya), air laut maupun air imbah, asalkan memenuhi syarat mutu yang
telah ditetapkan. Air tawar yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai
campuran beton. Air laut umumnya mengandung 3,5% larutan garam (sekitar 78%
adalah sodium klorida dan 15% adalah magnesium klorida). Garam–garaman dalam
air laut ini akan mengurangi kualitas beton hingga 20%. Air laut tidak boleh
digunakan sebagai bahan campuran beton pra tegang ataupun beton bertuang karena
resiko terhadap karat lebih besar. Air buangan industri yang mengandung asam alkali
juga tidak boleh digunakan (Tri Mulyono, 2005).

Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh
mengandung minyak, asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang dapat
merusak beton atau tulangan. Sebaiknya dipakai air tawar yang dapat diminum. Air
yang digunakan dalam pembuatan beton pratekan dan beton yang akan ditanami
logam alumunium (termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat) tidak boleh
mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan (ACI 318- 89:2-2).
Untuk perlindunganterhadap korosi, konsentrasi ion klorida maksimum yang terdapat
dalam beton yang telah mengeras pada umur 28 hari yang dihasilkan dari bahan
campuran termasuk air, agreagat, bahan bersemen, dan bahan campuran tambahan
tidak boleh melampaui nilai batas (Tri Mulyono,2005). Air juga diperlukan untuk
perawatan sesudah beton dicetak. Suatu metode perawatan selanjutnya yaitu secara
membasahi terus – menerus dan pada tahap perendaman beton.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
Air ini harus memenuhi syarat-syarat yang lebih tinggi dari pada air untuk
pembuatan beton. Misalkan air untuk perawatan selanjutnya keasaman tidak boleh
pHnya > 6, juga tidak dibolehkan terlalu sedikit mengandung kapur (R.Sagel,
P.Kole, dan Gideon Kusuma,1997).

2.5 Slump Beton


Menurut SNI 03 – 1972 – 1990 Slump beton ialah besaran kekentalan (viscocity)/
plastisitas dan kohesif dari beton segar. Workability beton segar pada umumnya
diasosiasikan dengan:
1. Homogenitas atau kerataan campuran adukan beton segar (homogenity).
2. Kelekatan adukan pasta semen (cohesiveness).
3. Kemampuan alir beton segar (flowability).
4. Kemampuan beton segar mempertahankan kerataan dan kelekatan jika dipindah
dengan alat angkut (mobility).
5. Mengindikasikan apakah beton segar masih dalam kondisi plastis (plasticity).

Slump beton segar harus dilakukan sebelum beton dituangkan dan jika terlihat
indikasi plastisitas beton segar telah menurun cukup banyak, untuk melihat apakah beton
segar masih layak dipakai atau tidak. Pengukuran slump dilakukan dengan mengacu pada
aturan yang ditetapkan dalam 2 peraturan standar yaitu PBI 1971 NI 2 (Peraturan Beton
Bertulang Indonesia) dan SNI 1972-2008 (Cara Uji Slump Beton).
1. Berdasarkan PBI 1971 N.I-2
Pengukuran slump berdasar peraturan ini dilakukan dengan alat sebagai berikut:
a. Kerucut Abrams:
a) Kerucut terpancung, dengan bagian atas dan bawah terbuka)
b) Diameter atas 10 cm.
c) Diameter bawah 20 cm.
d) Tinggi 30 cm.
b. Batang besi
penusuk:
a) Diameter 16 mm.
b) Panjang 60 cm.
c) Ujung dibulatkan
d) Alas: rata, tidak menyerap air.
KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

2. SNI 1972-2008
Pengukuran slump berdasar peraturan ini dilakukan dengan alat sebagai berikut:
a. Kerucut Abrams:
a) Kerucut terpancung, dengan bagian atas dan bawah terbuka.
b) Diameter atas 102 mm.
c) Diameter bawah 203 mm.
d) Tinggi 305 mm.
e) Tebal plat min 1,5 mm.
b. Batang besi penusuk:
a. Diameter 16 mm.
b. Panjang 60 cm.
c. Memiliki salah satu atau kedua ujung berbentuk bulat setengah
bola dengan diameter 16 mm
d. Alas: datar, dalam kondisi lembab, tidak menyerap air dan kaku.

2.6 Kuat Tekan Beton


Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan dalah
kemempuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Walaupun dalam beton
terdapat tegangan tarik yang kecil, diasumsikan bahwa semua tegangan tekan didukung
oleh beton tersebut. Penentuan kekuatan tekan dapat dilakukan dengan menggunakan alat
uji tekan dan benda uji berbentuk silinder dengan prosedur uji ASTM C-39 atau kubus
dengan prosedur BS-1881 (Tri Mulyono,2005). Kuat tekan beton merupakan parameter
utama yang harus diketahui dan dapat memberikan gambaran tentang hampir semua sifat-
sifat mekanisnya yang lain dari beton tersebut. Hal ini dikarenakan karakteristik utama
beton adalah sangat kuat dalam menahan gaya tekan, tetapi sangat lemah dalam
menerima gaya tarik.

Kuat tarik beton hanya berkisar antara 10% sampai 15% dari kuat tekan beton.
Dalam perencanaan struktur beton bertulang, beton diasumsikan hanya berperan dalam
menahan gaya tekan dan sama sekali tidak memberikan kontribusi dalam menahan gaya
tarik.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
Kuat tekan beton adalah kemampuan beton keras untuk menahan gaya tekan
dalam setiap satu satuan luas permukaan beton. Secara teoritis, kekuatan tekan beton
dipengaruhi oleh kekuatan komponen-komponennya yaitu;
1. Pasta semen,
2. Volume rongga,
3. Agregat, dan
4. Interface (hubungan antar muka) antara pasta semen dengan agregat.

Tabel 2.7 Rasio kuat tekan silinder-kubus

Tabel 2.8 Perbandingan kuat tekan antara silinder dan kubus

Berikut ini merupakan hubungan antara kuat tekan kubus dan silinder:
ƒ’ck = (ƒ’c -)..............................................................................(2.1)
ƒ’ck = (ƒ’ck -)............................................................................(2.2)
ƒ’ck = (0,76 + 0,2log)................................................................(2.3)
Dimana:
f’c adalah kuat tekan silinder (MPa), dan f’ck adalah kuat tekan kubus (MPa).

Rumus kuat tekan beton degan benda uji berbentuk kubus :


σ (f’c)= P/A.................................................................................(2.4)

Dimana:
σ adalah kuat tekan (Mpa), dan
P adalah beban maksimum (Kg) A adalah luas penampang (m2).

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

Menurut SNI:03-1974-1990 dalam pelaksanaannya di lapangan, faktor- faktor


yang mempengaruhi kekuatan beton adalah sebagai berikut:
1. Faktor air semen (FAS)
Faktor air semen (FAS) merupakan perbandingan antara jumlah air terhadap jumlah
semen dalam suatu campuran beton. Fungsi FAS, yaitu:
a. Untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan
berlangsungnya pengerasan.
b. Memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton (workability) Perbandingan air
terhadap semen merupakan faktor utama di dalam penentuan kekuatan beton.
Hampir untuk semua tujuan, beton yang mempunyai FAS minimal dan cukup
untuk memberikan workabilitas tertentu yang dibutuhkan untuk pemadatan
merupakan beton yangterbaik (Murdock & Brooks, 1979)

2. Sifat agregat
Sifat agregat yang paling berpengaruh terhadap kekuatan beton adalah kekasaran
permukaan dan gradasi butiran agregat, (agregat halus maupun agregat kasar.
Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton dapat
berfungsi sebagai satu kesatuan yang utuh, homogen, dan rapat, dimana agregat yang
berukuran kecil berfungsi sebagai pengisi celah yang ada di antara agregat yang
berukuran besar (Nawy, 1998).

3. Proporsi semen dan jenis semen yang digunakan


Berhubungan dengan perbandingan jumlah semen yang digunakan saat pembuatan
mix design dan jenis semen yang digunakan berdasarkan peruntukkan beton yang
akan dibuat. Penentuan jenis semen yang digunakan mengacu pada tempat dimana
struktur bangunan yang menggunakan material beton tersebut dibuat, serta pada
kebutuhan perencanaan apakah pada saat proses pengecoran membutuhkan kekuatan
awal yang tinggi atau normal.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
4. Bahan tambah
Bahan tambah yang digunakan adalah yang bersifat mineral (additive). Bahan
tambah additive ditambahkan pada saat pengadukan dilaksanakan. Bahan tambah
additive merupakan bahan tambah yang lebih banyak digunakan. untuk penyemenan
(cementitious), jadi bahan tambah additive lebih banyak digunakan untuk perbaikan
kinerja.

2.7 Deviasi Standar


Apabila sejumlah benda uji diperiksa kekuatan tekannya maka hasilnya akan
menyebar sekitar suatu nilai rata-rata tertentu penyebaran ini tergantung pada tingkat
kesempurnaan dari pelaksanaannya. ukuran dari besar kecilnya penyebaran tersebut
disebut notasi standard deviation (S).
Tabel 2.9 Besar kecilnya (batasan-batasan) devisiasi standar

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
BAB III
JOB PRAKTIKUM

JOB I
MIX DESIGN

A. TUJUAN
1. Untuk menentukan campuran beton dari data-data yang diperoleh dari pengujian agregat.
2. Untuk mengetahui cara pencampuran material beton yang akan diaduk.
3. Untuk menentukan beberapa perbandingan dari bahan-bahan yang menghasilkan mutu
beton yang diinginkan.

B. DASAR TEORI
Mix design dimaksudkan untuk mendapatkan kuat tekan yang tinggi sesuai dengan
perencanaan, mudah dikerjakan, tahan lama (awet), murah dan tahan terhadap keausan.
Pada perencanaan beton, dapat digunakan beberapa cara perancangan campuran, salah
satunya yang digunakan adalah Standar Nasional Indonesia (SNI) 2003 di mana
perancangannya menggunakan tabel dan grafik.

C. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan data hasil pengujian karakteristik agregat
2. Menghitung penggabungan agregat dari data pengujian agregat untuk mencari persentase
agregat kasar dan halus yang memenuhi spesifikasi/syarat.
3. Menentukan mutu beton yang direncanakan, yaitu K-300
4. Menentukan deviasi standar
5. Menentukan nilai tambah/margin (M)
6. Menentukan kuat tekan rata-rata yang direncanakan
7. Menentukan jenis semen dan jenis agregat yang akan digunakan
8. Menentukan faktor air semen (FAS)
9. Menentukan nilai slump
10. Menentukan ukuran maksimum agregat
11. Menentukan kadar air bebas
12. Menentukan kadar semen
13. Menentukan berat jenis SSD gabungan

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
14. Menentukan berat beton basah
15. Menentukan kadar agregat gabungan
16. Menentukan kadar agregat halus
17. Menentukan kadar agregat kasar
18. Menentukan rekapitulasi rancangan beton

D. DATA PENGUJIAN
1. Data hasil pengujian karakteristik agregat
a. Agregat Halus
- Modulus Kehalusan = 2,61
- Berat Jenis SSD = 2,54
- Penyerapan = 1,75 %
- Kadar Lumpur = 3,2 %
- Kadar Organik = No.2
- Berat Volume Pasir = 1,55
b. Agregat Kasar BP 1-2
- Modulus Kehalusan = 7,16
- Berat Jenis SSD = 2,60
- Penyerapan = 2,48 %
- Penyerapan = 22,3 %
- Berat Volume = 1,48 Kg/Liter
- Kadar Lumpur = 3,3 %
2. - Mutu beton yang direncanakan ialah K-300 dengan Metode DOE
- Benda uji yang digunakan ialah benda uji kubus 15x15x15 cm
- Jumlah benda uji 15 buah

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
E. ANALISA PERHITUNGAN
1. Kekuatan beton yang direncanakan
K-300 = 300 Kg/cm2
2. Deviasi standar
 Volume pekerjaan : Kecil
 Mutu pekerjaan : Baik
 Sr : 60 kg/cm2

Tabel 3.1.1 Deviasi standar


Isi Pekerjaan Devisiasi Standar Sr (kg/cm2)
Jumlah Beton
Ukuran Baik Sekali Baik Dapat Diterima
(m3)

Kecil ≤ 1000 45 ≤ Sr ≤ 55 55 ≤ Sr ≤ 65 65 ≤ Sr ≤ 70

Sedang 1000-3000 35 ≤ Sr ≤ 45 45 ≤ Sr ≤ 55 55 ≤ Sr ≤ 65

Besar >3000 25 ≤ Sr ≤ 35 35 ≤ Sr ≤ 45 45 ≤ Sr ≤ 55

Sumber : PBI (Peraturan Beton Indonesia 1971) hal : 40

3. Nilai tambah / Margin (M)


Syarat Sr > 40
M = 2,64 x Sr – 40
= 2,64 x 60 – 40
= 118,4 kg/cm2
= 120 kg/cm2

4. Perhitungan kuat tekan rata-rata yang direncanakan :


F’cr = f’c + M
= 300 kg/cm2 + 120 kg/cm2
= 418,4 kg/cm2
= 420 kg/cm2
5. Jenis Semen = Bosowa (Type I PCC)
6. Jenis agregat halus = Alam

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
7. Jenis agregat kasar = Batu Pecah
8. Faktor air semen W/C
 Jenis semen : Bosowa (Type I PCC)
 Jenis agregat kasar : Batu Pecah
 Jenis benda uji : Kubus

Tabel 3.1.2 Perkiraan kuat tekan beton dengan faktor air semen 0.5, jenis semen, dan agregat
kasar yang biasa dipakai di Indonesia

Kekuatan Tekan (N/mm2)

Bentuk
Pada Umur (Hari) Benda
Jenis Semen Jenis Agregat Kasar Uji
3 7 28 91

Batu tidak di pecahkan 17 23 33 40


Silinder
Semen portland tipe Batu pecah 19 27 37 45
1 atau semen tahan
sulfat tipe II,V Batu tidak dipecahkan 20 28 40 48
Kubus
Batu pecah 23 32 45 54
Batu tidak di pecahkan 21 28 38 44
Silinder
Semen portland tipe Batu pecah 25 33 44 48
III Batu tidak di pecahkan 25 31 46 53
Kubus
Batu pecah 30 40 53 60

 Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa beton pada faktor air 0,5 dan
jenis agregat kasar batu pecah dengan kuat tekan pada umur 28 hari ialah 45 N/mm2
atau 450 kg/cm2
 Kuat tekan = 450 kg/cm2
 Kuat tekan rata-rata = 420 kg/cm2

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

450
420

0.53

 W/C = 0,53 (Dari grafik)

Grafik 3.1.1 Hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen untuk benda uji kubus
(150x150x150 mm)
Sumber : SK SNI T-15-1990-03

9. Slump = 60 - 80 mm
10. Ukuran maksimum agregat = 20 mm

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
11. Kadar air bebas

Tabel 3.1.3 Perkiraan kadar air bebas berdasarkan ukuran maksimum


agregat dan nilai slump

Ukuran Kadar air bebas (kg/m3 beton) pada slump (mm)


maksimum
agregat (mm) Jenis agregat 0-10 10-30 30-60 60-180

Alami 150 180 205 225


10
Batu pecah 100 205 230 250

Alami 135 160 180 195


20
Batu pecah 170 190 210 225

Alami 115 140 160 175


40
Batu pecah 155 175 190 205

Kadar air (W) = 1/3 x Wk + 2/3 x Wh


= 1/3 x 225 + 2/3 x 195
= 205 kg/m3
= 210 kg/m3
12. Kadar semen (C)
1. W/C = 0,53
C = W / 0,53
= 210 kg/m3 / 0,53
= 396,23 kg/m3
= 400 kg/m3
13. Berat jenis gabungan JPK = (% agregat halus x BJ agregat halus) +
(% agregat kasar x BJ agregat kasar)
= (36% x 2,54) + (64% x 2,60)
= 0,9144 + 1,6640
= 2,5784
= 2,58

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
14. Berat jenis beton basah = 2330 kg/m3
( pada grafik dari nilai berat jenis agregat gabungan
= 2,58 dengan nilai kadar air bebas = 210 kg/m3)

2330

2,58

Kadar air bebas kg/cm3


Grafik 2. Berat jenis beton dalam keadaan basah

15. Kadar agregat gabungan = Berat jenis beton basah – kadar air bebas
– kadar semen
= 2330 kg/m3 - 210 kg/m3- 400 kg/m3
= 1720 kg/m3
16. Kadar agregat halus = persentase agregat halus x kadar
agregat gabungan
= 36% x 1720 kg/m3
= 619,2 kg/m3 ≈ 620 kg/m3
17. Kadar agregat kasar = Persentase agregat kasar x kadar
agregat gabungan
= 64% x 1720 kg/m3
= 1100,8 kg/m3 ≈ 1100 kg/m3

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
18. Rekapitulasi perencanaan

Tabel 3.1.4 Hasil Rancangan Campuran Beton Metode DOE

No Uraian Nilai

1 Kuat tekan yang disyaratkan (K) 300 kg/cm2

2 Deviasi standar (Sr) 60 kg/cm2

3 Nilai tambah / margin (M) 120 kg/cm2

4 Kuat tekan rata-rata (fcr) 420 kg/cm2

5 Jenis semen Bosowa type 1 PCC

6 Jenis agregat kasar Batu Pecah

7 Jenis agregat halus Alam

8 Faktor air semen (WC) 0,53

9 Slump 60 – 80 mm

10 Ukuran maksimum agregat 20 mm

11 Kadar air bebas 210 kg/m3

12 Kadar semen 400 kg/m3

13 Berat jenis agregat gabungan JPK 2,58

14 Berat jenis beton basah 2330 kg/m3

15 Kadar agregat gabungan 1720 kg/m3

16 Kadar agregat halus 620 kg/m3

17 Kadar agregat kasar 1100 kg/m3

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
 Kebutuhan bahan campuran beton secara teoritis (per m3 beton) hasil rancangan
campuran beton secara teoritis / kondisi SSD (sebelum dikoreksi).

Semen = 400 kg/m3

Air = 210 kg/m3

Kadar agregat halus = 620 kg/m3

Kadar agregat kasar = 1100 kg/m3 +


Total 2330 kg/m3

Kebutuhan bahan campuran beton jika digunakan 15 buah benda uji


berupa kubus (15x15x15 cm).

Kubus =SxSxS

= 0,15 m x 0,15 m x 0,15 m

= 0,0034 m3

Volume = V. Kubus x banyaknya benda uji x faktor koreksi

= 0,0034 m3 x 15 x 1,2

= 0,0612 m3

Tabel 3.1.5 Kesimpulan hasil rancangan

Semen Agregat Agregat Berat total


Volume (m3) Air (kg/m3)
(kg/m3) halus (kg/m3) kasar (kg/m3) (kg/m3)

1 210 400 620 1100 2330

1 adukan
0,0612 13 25 38 67 143

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
JOB II
PEMBUATAN BENDA
UJI

A. TUJUAN
a. Untuk menentukan proporsi kebutuhan bahan campuran beton dari data-data yang
diperoleh dari mix design.
b. Untuk mengetahui tahapan-tahapan pembuatan benda uji.

B. DASAR TEORI
Pembuatan benda uji berdasarkan pencampuran bahan-bahan penyusun beton dilakukan
agar diperoleh suatu komposisi yang solid dari bahan-bahan penyusun berdasarkan
rancangan campuran beton. Sebelum diimplementasikan dalam pelaksanaan konstruksi di
lapangan pencampuran bahan dapat dilakukan di laboratorium, agar tetap terjaga konsistensi
rancangannya. Tahapan lebih lanjut dalam pengolahan beton perlu diperhatikan. Komposisi
dan cara pembuatan benda uji yang akan menghasilkan kuat tekan yang tinggi.
Pengujian slump beton dimaksudkan untuk mengetahui kekentalan beton segar di mana
dalam mix design telah ditentukan (60-80 mm). Campuran beton dikatakan encer apabila
penggunaan air lebih dari yang direncanakan, sebaliknya baton dikatakan kental/kaku
apabila penggunaan air kurang dari air yang direncanakan.

C. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
a. Portable concrete mixer
b. Meja getar
c. Cetakan beton silinder
d. Sendok spesi
e. Tongkat pemadat
f. Kerucut terpancung
g. Timbangan digital
h. Sekop

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
b. Benda uji
a. Semen
b. Agregat halus
c. Agregat kasar
d. Air
e. Oli atau pelumas
f. Sikamen

D. LANGKAH KERJA
1. Persiapan material
a. Mempersiapkan campuran beton pada wadah terpisah dalam kondisi agregat
SSD.
b. Timbang semua jenis material yang akan digunakan sesuai dengan berat masing
masing yang tercantum dalam mix design dengan koreksi seperlunya bila agregat
kondisi alami
c. Siapkan cetakan benda uji silinder, kemudian kencangkan sekrupnya dan olesi
pelumas pada permukaan dalamnya.
2. Pembuatan benda uji
a. Masukkan agregat kasar terlebih dahulu kedalam mesin portable concrete mixer.
Kemudian masukkan agregat halus sesuai dengan takaran yang telah ditentukan,
setelah itu masukkan material semen
b. Nyalakan mesin untuk memulai pencampuran
c. Biarkan agregat yang terdapat dalam mesin pengaduk hingga tercampur rata atau
homoogen
d. Setelah 30 detik, masukkan air kedalam mesin secara berkala dengan memperhatikan
tingkat workability campuran beton.
e. Apabila digunakan bahan tambah beton, bahan tersebut harus disesuaikan dengan
petunjuk penggunaan
f. Setelah 2 menit, matikan mesin pengaduk dan aduk secara manual campuran beton
untuk menghindari material yang tidak tercampur merata pada saat mesin pengaduk
beroprasi
g. Nyalakan kembali mesin portable concrete mixer selama 1 menit agar campuran beton
benar benar homogen

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
h. Setelah beton tercampur homogen matikan mesin dan lakukan pengujian
3. Pengujian slump
4. Pemadatan benda uji
a. Masukkan beton segar kedalam cetakan yang telah diolesi pelumas
b. Padatkan campuran pada mesin penggetar
5. Penempatan cetakan
a. Memberi nama atau tanda pengenal pada sampel
b. Tempatkan cetakan dekat dengan penyimpanan awal dimana benda uji akan disimpan
selama 24 jam pada tempat yang permukaannya rata
6. Perawatan beton
a. Membuka cetakan dan mengeluarkan benda uji setelah 24 jam dari pembuatan benda
uji
b. Merendam benda uji dalam bak perendaman yang berisi air agar proses pengikatan
campuran beton berlangsung sempurna. Perendaman ini dilakukan sesuai dengan umur
rencana penekanan beton yang diinginkan
c. Mengeluarkan beton dan dikeringkan sehari sebelum beton tersebut ditekan, setelah
umur beton sampai pada umur rencana

E. DATA DAN ANALISA PERHITUNGAN


1. Volume benda uji kubus =sxsxs
= 0,15 x 0,15 x 0,15

= 0,0034 𝑚3

2. Total volume satu kali mencampur beton pada portable concrete mixer
= volume kubus x banyaknya benda uji x faktor koreksi

= 0, 0034 𝑚3 x 15 x 1,2

= 0,0612 𝑚3

3. Jumlah bahan
a. Tidak menggunakan bahan tambah
 Semen = 400 × 0,0612
= 25 Kg

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
 Pasir = 620 × 0,0612
= 38 Kg
 Kerikil (BP 1-2) = 1100 × 0,0612
= 67 Kg
 Air = 210 × 0,0612
= 13 Kg

F. KESIMPULAN
Dalam membuat benda uji beton harus dilakukan dengan teliti dan memperhatikan
material yang akan digunakan. Proses pencampuran material dalam alat portable concrete
mixer terkadang ada material yang tidak homogen sehingga pencampuran ini perlu
mendapat perhatian yang lebih. Selain itu, dalam melakukan pengujian slump harus
dikerjakan ditempat yang rata.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
G. GAMBAR ALAT DAN BAHAN
1. Alat

Cetakan Kerucut Tongkat Timbangan


Terpacung Pemadat

Sendok Spesi Meja Getar Sekop

Cetakan Kubus Portable


Concrete Mixer

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
2. Bahan

Semen Agregat Pasir


Kasar

Oli Air Sikamen

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
H. DOKUMENTASI

Menyaring agregat Mengolesi pelumas


Menimbang material
bagian dalam silinder

Mencampur material di Menguji nilai slump


dalam mesin pengaduk
hingga homogen

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
JOB III
PENGUJIAN SLUMP

A. TUJUAN
Untuk mengatur kekentalan beton dalam keadaan segar yaitu beton yang baru di
keluarkan dari mesin pengaduk (mesin molen).

B. DASAR TEORI
Pengujian slump beton dimaksudkan untuk mengetahui kekentalan beton segar di mana
dalam mix design telah ditentukan (60-80 mm). Campuran beton dikatakan encer apabila
penggunaan air lebih dari yang direncanakan, sebaliknya baton dikatakan kental/kaku
apabila penggunaan air kurang dari air yang direncanakan.

C. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
a. Cetakan kerucut terpancung dengan ø atas 10 cm, ø bawah 20 cm, dan tinggi 30 cm
b. Tongkat pemadat dengan ø 16 mm dan panjang 60 cm.
c. Plat baja
d. Sendok spesi
e. Mistar Baja
b. Benda uji
a. Campuran beton
b. Air

D. LANGKAH KERJA
1. Kerucut terpancung dan plat dibasahi terlebih dahulu.
2. Meletakkan kerucut terpancung di atas plat.
3. Kerucut terpancung diisi dengan beton segar dalam tiga bagian. Tiap lapisan berisi kira-
kira 1/3 isi kerucut terpancung tersebut, dan dipadatkan dengan 25 kali tumbukan pada
setiap lapisan.
4. Setelah kerucut penuh dan penumbukan selesai ratakan permukaan kerucut terpancung
dan angkat kerucut terpancung secara perlahan dan ukur ketinggiannya dengan mistar
ukur yang telah disediakan.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
E. DATA HASIL PERCOBAAN
Tabel 3.3.1 Data Hasil Pengujian Slump
Slump
Campuran Rata-rata Satuan
I II
Tanpa bahan tambah 6,2 7 6,6 cm
Dengan bahan tambah 6 6 6 cm

F. KESIMPULAN
Rekomendasi nilai slump untuk pemakaian beton segar pada elemen–elemen struktur
untuk mendapatkan workability yang diperlukan adalah 6 – 8 cm. Beton ini memenuhi
syarat tersebut karena nilai slump yang didapatkan baik dengan bahan tambah = 6 cm dan
tanpa bahan tambah = 6,6 cm.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
G. GAMBAR ALAT DAN BAHAN
1. Alat

Cetakan Kerucut Tongkat Mistar Baja


Terpacung Pemadat

Sendok Spesi Plat Baja

2. Bahan

Campuran Beton

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
H. DOKUMENTASI

Membasahi alat Menuang beton segar Menumbuk dengan


pengujian slump ke dalam cetakan menggunakan
dengan air kerucut tongkat penumbuk

Mengangkat cetakan Mengukur keruntuhan beton


kerucut jika telah penuh (slump)
dan telah diratakan

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
JOB IV
BERAT VOLUME BETON

A. TUJUAN
1. Untuk menentukan proporsi kebutuhan bahan campuran beton dari data-data yang
diperoleh dari mix design.
2. Untuk mengetahui tahapan-tahapan pembuatan benda uji
3. Untuk mengetahui selisih antara berat beton basah dan berat beton kering.

B. DASAR TEORI
Berat isi/berat volume beton merupakan berat beton segar per satuan isi, pengujian ini
bertujuan untuk mendapatkan angka yang benar dari berat isi/berat volume beton dan
mengecek hasil rancangan perhitungan berat volume sesuai dengan hasil pengujian. Berat
isi/berat volume untuk beton normal adalah 2000 – 2500 kg/cm3.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Timbangan
2. Benda uji
b. Campuran beton segar

D. LANGKAH KERJA
1. Menimbang berat cetakan kosong.
2. Cetakan diisi dengan beton segar sampai penuh, namun sebelum itu cetakan di olesi oli
terlebih dahulu.
3. Cetakan berisi beton segar di padatkan di atas meja penggetar, apabila adukan beton
kurang maka ditambahkan dengan bantuan sendok spesi lalu ratakan permukaannya
dengan mistar perata.
4. Timbang berat cetakan tersebut lalu dicatat.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
E. DATA DAN ANALISA PERHITUNGAN
1. Tabel data pengujian
Tabel 3.4.1 Data Hasil Pengujian berat beton normal

No. Kode Benda Uji Berat Beton (kg)


1 BT 1 7,640
2 BT 2 7,990
3 BT 3 7,930
4 BT 4 8,000
5 BT 5 8,100
6 BT 6 7,880
7 BT 7 8,130
8 BT 8 8,080
9 BT 9 8,180
10 BT 10 8,130
11 BT 11 7,820
12 BT 12 7,980
13 BT 13 8,160
14 BT 14 8,000
15 BT 15 7,950
Jumlah 119,97
Rata-rata 8,00

Tabel 3.4.2 Data Hasil Pengujian berat beton normal

No. Kode Benda Uji Berat Beton (kg)


1 BT 1 7,640
2 BT 2 7,990
3 BT 3 7,930
4 BT 4 7,880
5 BT 5 7,650
6 BT 6 7,620
7 BT 7 8,150
8 BT 8 7,750
9 BT 9 7,590
Jumlah 70,20
Rata-rata 7,800

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
2. Analisa perhitungan
 Berat Volume Beton Normal
C = 119,97 Kg
N = 15 buah
Volume benda uji = 0,15 m × 0,15 m × 0,15 m
= 0,003375 m3

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
Berat volume beton =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖

8,00
= 0,003375
= 2370,37 Kg/ m3 ~ 2370 Kg/ m3

 Berat Volume Beton dengan Bahan


Tambah C = 70,20 Kg
N = 9 buah
Volume benda uji = 0,15 m × 0,15 m × 0,15 m
= 0,003375 m3

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
Berat volume beton =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖

7,800
= 0,003375
= 2311,11 Kg/ m3 ~ 2311 Kg/ m3
F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaaan berat volume beton, diperoleh nilai berat volume beton
normal sebesar 2370 Kg/m3 dan berat volume beton dengan bahan tambah sebesar 2311
Kg/m3. Hasil yang diperoleh pada berat beton normal lebih besar dari yang diperkirakan
pada mix design, yaitu 2330 Kg/m3, sedangkan untuk berat beton dengan bahan tambah
lebih kecil dari yang diperkirakan pada mix design, yaitu 2330 Kg/m3.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
G. GAMBAR ALAT DAN BAHAN
1. Alat

Timbangan

2. Bahan

Beton Kubus

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
H. DOKUMENTASI

Menimbang beton

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
JOB V
KUAT TEKAN BETON

A. TUJUAN
1. Untuk melakukan kuat tekan beton.
2. Untuk menentukan besarnya kuat tekan beton.
3. Untuk menentukan kuat tekan karakteristik beton dan dapat menghitung sampai
mendapatkan mutu beton.

B. DASAR TEORI
Pengujian kuat tekan beton dimaksudkan untuk mengetahui nilai kuat tekan beton
melalui mesin tekan beton. Besarnya kuat tekan beton ini menunjukkan baik tidaknya mutu
pelaksanaan beton. Apabila mutu pelaksanaan beton benar maka akan di dapat mutu beton.
Kuat tekan juga dapat di artikan sebagai beban persatuan luas yang menyebabkan beton
hancur.

Tabel 3.5.1 Faktor pengali untuk deviasi standar bila data hasil uji yang tersedia < 30
Jumlah Pengujian Faktor Pengali Deviasi Standar
Kurang dari 15 -
15 1,16
20 1,08
25 1,03
30 atau lebih 1,00

Tabel 3.5.2 Perbandingan kekuatan pada umur test


Umur (Hari) 3 7 14 21 28
Semen Portland 0,46 0,7 0,88 0,96 1

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

Rumus kuat tekan :

𝐏
𝒇𝐜 =
Di mana : 𝐀
fc = kuat tekan beton (kg/cm2)
P = beban yang bekerja (kg)
A = luas penampang benda uji (mm2)

Kemudian untuk menentukan mutu beton atau kuat tekan karakteristik beton dapat
digunakan rumus :
𝐟′ 𝐜 = 𝐟𝐜𝐫 − 𝐌
Di mana :
f’ c = Kuat tekan karakteristik beton (kg/cm2)
fcr = Kuat tekan rata-rata (kg/cm2)
M = Margin (Mpa)

Selanjutnya untuk menghitung margin (M) dapat digunakan rumus:


M = 1,64 Sr Sr < 4
M = 2,64 Sr – 4 Sr > 4
Di mana :
M = Margin (Mpa)
Sr = Nilai standar deviasi
Selanjutnya untuk nilai Kr dan Sr dapat dihitung dengan rumus:
K rata-rata = (K/koefisien umur 21 hari)
𝜮(𝒇𝒄 − 𝒇𝒄𝒓)𝟐
𝐒𝐫 = √
𝒏−𝟏

Di mana :
n = jumlah benda
uji

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Mesin uji tekan
b. Timbangan
2. Benda uji
a. Beton kubus umur 14 hari dan 28 hari

D. LANGKAH KERJA
1. Setelah mencapai umur yang diharapkan, mengeluarkan benda uji dari bak perendaman
sehari sebelum uji tekan dan didiamkan hingga kering selama 24 jam.
2. Setelah didiamkan selama 24 jam, selanjutnya menimbang benda uji.
3. Menyiapkan mesin kuat tekan beton dan meletakkan benda uji pada mesin tekan beton.
4. Menyalakan mesin uji tekan sampai benda uji mengalami batas maksimum.
5. Mengeluarkan benda uji dan melanjutkan uji tekan benda uji lainnya.
6. Menghitung kuat tekan beton.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
E. DATA DAN ANALISA PERHITUNGAN
1. Tabel data pengujian
Tabel 3.5.3 Data Hasil Pengujian

Luas Beban Max (P)


Berat
Kode Umur Faktor
No. Beton
Benda Uji Beton Umur
(kg)
cm2 kN Kg
1 S1 21 7,95 225 787 78700 0,95
2 S2 21 8,00 225 887 88700 0,95
3 S3 21 8,00 225 755 75500 0,95

2. Analisa perhitungan
 Kuat tekan kubus S 1 umur 21 hari

P 78700
𝑓c = = = 349,77 Kg/cm2
A 225

fc 349,77
fc = = = 364,34 Kg/cm2
koefisien umur 21 hari 0,96

 Kuat tekan kubus S 2 umur 21 hari

P 88700
𝑓c = = = 394,22 Kg/cm2
A 225

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
fc 394,22
𝑓c = = = 410,65 Kg/cm2
koefisien umur 21 hari
0,96

 Kuat tekan kubus S 3 umur 21 hari

P 75500
𝑓c = = = 335,55 Kg/cm2
A 225
fc 335,55
fc = = = 349,53 Kg/cm2
koefisien umur 21 hari 0,96

3. Tabel hasil analisa perhitungan


Tabel 3.5.4 Hasil Analisa Perhitungan

Kuat
Kode Berat Luas Beban Max
Umur Faktor Tekan fc-fcr (fc-fcr)2
Benda Beton (P)
Beton Umur (fc)
Uji (kg)
No.
cm2 KN Kg Kg/cm2 Kg/cm2 Kg2/cm4
7870
1 S1 21 7,95 225 787 0.96 364.34 -13.16 173.29
0
8870
2 S2 21 8,00 225 887 0.95 414.97 37.46 1,403.32
0
7550
3 S3 21 8,00 225 755 0.95 353.21 -24.30 590.35
0
∑ 1132.52 2,166.95
fcr 377.51

Σ𝑓c
fcr =
n

1124,52
=
3

= 374,84 Kg/cm2

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
𝛴(𝑓𝑐 − 𝑓𝑐𝑟)2
Sr =√
𝑛−1

2032,76
=√
3−1

= 31,88 Kg/cm2 Sr < 4 maka digunakan margin = 1,64

Margin = 1,64 Sr
= 1,64 x 31,88
= 52,28 Kg/cm2
f’c = fcr – M
= 374,84 – 52,28
= 322,56 Kg/cm2

F. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan beton normal umur 21 hari diperoleh kuat tekan beton yaitu sebesar
322,56 Kg/cm2 , kuat tekan beton tersebut lebih kecil dari yang direncanakan yaitu K-450
atau 450 Kg/cm2 sehingga nilainya belum masuk ke dalam nilai mutu yang direncanakan.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
G. GAMBAR ALAT DAN BAHAN
1. Alat

Mesin Tekan Timbangan

2. Bahan

Beton Kubus

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
H. DOKUMENTASI

Mengeluarkan benda uji Menimbang benda uji


dari bak perendaman

Melakukan uji kuat tekan


menggunakan mesin kuat
tekan

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
JOB VI
KUAT TEKAN BETON BAHAN ADMIXTURE

A. TUJUAN

Tujuan penggunaan admixture pada beton segar adalah untuk memperbaiki workability
beton, mengatur faktor air semen pada beton segar, mengatur waktu pengikatan aduk beton,
meningkatkan kekuatan beton keras, meningkatkan sifat kedap air pada beton keras, dan
meningkatkan sifat tahan lama pada beton keras termasuk terhadap zat-zat kimia dan tahan
terhadap gesekan.

B. DASAR TEORI
Bahan tambah adalah suatu bahan bubuk atau cairan, yang ditambahkan ke dalam
campuran adukan beton selama pengadukan, dengan tujuan untuk mengubah sifat adukan
atau betonnya. Bahan tambah ada 2 jenis yaitu additive dan admixture.
a. Bahan Tambah (Additive) adalah bahan tambah yang ditambahkan pada saat proses
pembuatan semen di pabrik, bahan tambah additive yang ditambahkan pada beton
untuk meningkatkan kinerja kuat tekan beton. Beton yang kekurangan butiran halus
dalam agregat menjadi tidak kohesif dan mudah bleending, untuk mengatasi kondisi
ini biasanya ditambahkan bahan tambah additive yang berbentuk butiran padat yang
halus. Penambahan additive dilakukan pada beton yang kekurangan agregat halus dan
beton dengan kadar semen biasa tetapi perlu dipompa pada jarak yang jauh. Yang
termasuk jenis additive adalah pozzzolan, fly ash, slag, dan silica fume. Adapun
keuntungan penggunaan additive adalah (Mulyono T,2003) adalah dapat memperbaiki
workability beton, mengurangi panas hidrasi beton, mengurangi biaya pekerjaan beton,
mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat, meningkatkan usia beton, dan
mengurangi penyusutan.
b. Bahan tambah (Admixture) adalah bahan atau material selain air, semen dan agregat
ditambahkan ke dalam beton selama pengadukan. Admixture digunakan untuk
memodifikasi sifat dan karakteristik beton

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
Tabel 3.6.1 Faktor pengali untuk deviasi standar bila data hasil uji yang tersedia < 30
Jumlah Pengujian Faktor Pengali Deviasi Standar
Kurang dari 15 -
15 1,16
20 1,08
25 1,03
30 atau lebih 1,00

Tabel 3.6.2 Perbandingan kekuatan pada umur test


Umur (Hari) 3 7 14 21 28
Semen Portland 0,46 0,7 0,88 0,96 1

Rumus kuat tekan :


𝐏
𝒇𝐜 =
𝐀
Di mana :
fc = kuat tekan beton (kg/cm2)
P = beban yang bekerja (kg)
A = luas penampang benda uji (mm2)

Kemudian untuk menentukan mutu beton atau kuat tekan karakteristik beton dapat
digunakan rumus :
𝐟′ 𝐜 = 𝐟𝐜𝐫 − 𝐌
Di mana :
f’ c = Kuat tekan karakteristik beton (kg/cm2)
fcr = Kuat tekan rata-rata (kg/cm2)
M = Margin (Mpa)

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
Selanjutnya untuk menghitung margin (M) dapat digunakan rumus:
M = 1,64 Sr Sr < 4
M = 2,64 Sr – 4 Sr > 4
Di mana :
M = Margin (Mpa)
Sr = Nilai standar deviasi
Selanjutnya untuk nilai Kr dan Sr dapat dihitung dengan rumus:
K rata-rata = (K/koefisien umur 21 hari)
𝜮(𝒇𝒄 − 𝒇𝒄𝒓)𝟐
𝐒𝐫 = √
𝒏−𝟏

Di mana :
n = jumlah benda
uji

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Mesin uji tekan
b. Timbangan
2. Benda uji
a. Beton kubus dengan bahan tambah umur 14 hari dan 28 hari

D. LANGKAH KERJA
1. Setelah mencapai umur yang diharapkan, mengeluarkan benda uji dari bak perendaman
sehari sebelum uji tekan dan didiamkan hingga kering selama 24 jam.
2. Setelah didiamkan selama 24 jam, selanjutnya menimbang benda uji.
3. Menyiapkan mesin kuat tekan beton dan meletakkan benda uji pada mesin tekan beton.
4. Menyalakan mesin uji tekan sampai benda uji mengalami batas maksimum.
5. Mengeluarkan benda uji dan melanjutkan uji tekan benda uji lainnya.
6. Menghitung kuat tekan beton.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
E. KEBUTUHAN BAHAN CAMPURAN
A. Kebutuhan bahan campuran beton secara teoritis (per m3 beton) hasil rancangan
campuran beton secara teoritis / kondisi SSD (sebelum dikoreksi).

Semen = 400 kg/m3

Air = 210 kg/m3

Kadar agregat halus = 620 kg/m3

Kadar agregat kasar = 1100 kg/m3

Total 2330 kg/m3

B. Kebutuhan bahan campuran beton jika digunakan 9 buah benda uji berupa kubus (15 x 15
x 15 cm).

Kubus =SxSxS
= 0,15 m x 0,15 m x 0,15 m
= 0,0034 m3
Volume = V. Kubus x banyaknya benda uji x faktor koreksi

= 0,0034 m3 x 9 x 1,2

= 0,0367 m3

 Kebutuhan bahan pada perencanaan beton dengan bahan tambah (admixture) pada
benda uji kubus untuk uji tekan yaitu:

 Semen = 400 × 0,0367


= 14,68 kg
 Agregat Halus = 619 × 0,0367
= 22,75 kg
 Agregat Kasar = 1100 × 0,0367
(BP 1-2)
= 40,37 kg
 Air = 210 × 0,0367
= 7,71 kg
 Sikamen = 0,2% dari berat semen
= 30 gram

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
F. PEMBUATAN BENDA UJI
Langkah kerja pembuatan beton dengan bahan tambah admixture setelah ditetapkan
unsur – unsur campuran (air, semen, batu pecah, pasir) prosedur praktikum untuk
pelaksanaan campuran beton adalah sebagai berikut :
1. Rancangan beton dengan K- 300 (300 Kg/cm2)
2. Mempersiapkan bahan campuran sesuai dengan rencana berat pada wadah yang
terpisah.
3. Mempersiapkan wadah yang cukup menampung volume beton basah rencana.
4. Memasukkan agregat kasar dan halus dalam wadah.
5. Mencampurkan agregat dengan menggunakan sekop atau alat pengaduk.
6. Menambahkan semen pada agregat campuran dan mengulangi proses pencampuran
sehingga diperoleh adukan kering agregat dan semen merata.
7. Menambahkan jumlah air total ke dalam wadah, dan lakukan pencampuran sampai
terlihat konsistensi adukan merata.
8. Menambahkan kembali jumlah air ke dalam wadah dan mengulangi proses untuk
mendapatkan konsistensi adukan.
9. Melakukan pemeriksaan slump.
10. Apabila nilai slump sudah mencapai nilai rencana, lakukan pembuatan benda uji
kubus.
11. Menghitung berat jenis beton.
12. Membuat sembilan benda uji kubus sesuai petunjuk.
13. Mencatat hal – hal yang menyimpang dari perencanaan, terutama jumlah air dan nilai
slump.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
G. PENGUJIAN SLUMP
a. Tujuan
Untuk mengatur kekentalan beton dalam keadaan segar yaitu beton yang baru
dikeluarkan dari mesin pengaduk (Mesin Molen).

b. Dasar Teori
Pengujian slump beton dimaksudkan untuk mengetahui kekentalan beton segar di
mana dalam Mix Design telah ditentukan ( 60 – 80 mm ). Campuran beton dikatakan
encer apabila penggunaan air lebih dari yang direncanakan, sebaliknya beton dikatakan
kental/kaku apabila penggunaan air kurang dari air yang direncanakan.

c. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Cetakan kerucut terpancung dengan ø atas 10 cm, ø bawah 20 cm
b. Tongkat pemadat dengan ø 16 mm dan panjang 60 cm.
c. Plat baja
d. Sendok spesi
e. Alat ukur tinggi
2. Bahan
a. Campuran beton
b. Air

d. Langkah Kerja
1. Kerucut terpancung dan plat dibasahi terlebih dahulu.
2. Meletakkan kerucut terpancung di atas plat.
3. Kerucut terpancung diisi dengan beton segar dalam 3 bagian. Tiap lapisan berisi
kira – kira 1/3 isi kerucut terpancung tersebut, dan dipadatkan dengan 25 kali
tumbukan pada setiap lapisan.
4. Setelah kerucut penuh dan penumbukan selesai ratakan permukaan kerucut
terpancung dan angkat kerucut terpancung secara perlahan dan ukur ketinggiannya
dangan mistar ukur yang telah disediakan.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
e. Data Hasil Pengujian Slump
Tabel 3.6.3 Data Hasil Pengujian
Slump
Campuran Rata-rata Satuan
I II
Tanpa bahan tambah 6,2 7 6,6 cm
Dengan bahan tambah 6 6 6 cm

Beton normal = 6,6 cm


Beton bahan Admixture = 6 cm

H. DATA DAN ANALISA PERHITUNGAN


1. Kuat Tekan Beton dengan Bahan Tambah
a. Tabel data pengujian
Tabel 3.6.4 Data Hasil Pengujian

Luas Beban Max (P)


Kode Berat
Umur Faktor
No. Benda Beton
Beton cm2 KN Kg Umur
Uji (kg)

1 BT 1 14 7,690 225 485,0 48500 0,88


2 BT 2 14 7,490 225 470,3 47030 0,88
3 BT 3 14 7,460 225 502,6 50230 0,88
4 BT 4 28 7,880 225 560,7 56070 0,88
5 BT 5 28 7,650 225 518,2 51820 0,88
6 BT 6 28 7,620 225 546,5 54650 1,00
7 BT 7 28 8,150 225 553,8 55380 1,00
8 BT 8 28 7,750 225 513,6 51360 1,00
9 BT 9 28 7,590 225 535,5 53550 1,00

b. Analisa perhitungan
 Kuat tekan kubus umur 14 hari

P 48500
𝑓c = = = 215,56 Kg/cm2
A 225

fc 215,56
𝑓c = = = 244,95 Kg/cm2
koefisien umur 14 hari 0,88

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

 Kuat tekan kubus umur 28 hari

P 56070
𝑓c = = = 249,20 Kg/cm2
A 225

fc 56070
𝑓c = = = 249,20 Kg/cm2
koefisien umur 14 hari 1,00

c. Tabel hasil analisa perhitungan


Tabel 3.6.5 Hasil Analisa Perhitungan

Beban Max Kuat


Luas
Kode (P) Tekan (fc) Berat
Umur Faktor
No. Benda Beton
Beton Umur
Uji cm2 KN Kg Kg/cm2 (kg)

1 BT 1 14 225 485,0 48500 0,88 244,95 7,690


2 BT 2 14 225 470,3 47030 0,88 237,53 7,490
3 BT 3 14 225 502,6 50230 0,88 253,69 7,460
4 BT 4 28 225 560,7 56070 1,00 249,20 7,880
5 BT 5 28 225 518,2 51820 1,00 230,31 7,650
6 BT 6 28 225 546,5 54650 1,00 242,89 7,620
7 BT 7 28 225 553,8 55380 1,00 246,13 8,150
8 BT 8 28 225 513,6 51360 1,00 228,27 7,750
9 BT 9 28 225 535,5 53550 1,00 238,00 7,590
Jumlah 2170,96 70,20
rata-rata 241,22 7,800

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
 Tabel data hasil pengujian kuat tekan beton normal K-300 atau dengan tinggi slump 6,6 cm
dan berat volume 2370 kg/m3
Kuat
Luas Beban Max (P) fc-fcr (fc-fcr)2
Kode Berat Tekan (fc)
Umur Faktor
No. Benda Beton
Beton Umur
Uji (kg) cm2 KN Kg Kg/cm2 Kg/cm2 Kg2/cm4

1 BN 1 14 7,640 225 658,3 65830 0,88 332,47 5,60 31,33


2 BN 2 14 7,990 225 595,2 59520 0,88 300,61 -26,27 690,19
3 BN 3 14 7,930 225 629,1 62910 0,88 317,73 -9,15 83,73
4 BN 4 14 8,000 225 600,2 60020 0,88 303,13 -23,75 563,88
5 BN 5 14 8,100 225 620,8 62080 0,88 313,54 -13,34 178,01
6 BN 6 28 7,880 225 719,1 71910 1,00 319,60 -7,28 52,96
7 BN 7 28 8,130 225 794,2 79420 1,00 352,98 26,10 681,22
8 BN 8 28 8,080 225 729,1 72910 1,00 324,04 -2,83 8,03
9 BN 9 28 8,180 225 781,9 78190 1,00 347,51 20,63 425,74
10 BN 10 28 8,130 225 716,5 71650 1,00 318,44 -8,43 71,12
11 BN 11 28 7,820 225 736,8 73680 1,00 327,47 0,59 0,35
12 BN 12 28 7,980 225 780,0 78000 1,00 346,67 19,79 391,61
13 BN 13 28 8,160 225 750,5 75050 1,00 333,56 6,68 44,60
14 BN 14 28 8,000 225 764,4 76440 1,00 339,73 12,86 165,27
15 BN 15 28 7,950 225 732,8 73280 1,00 325,69 -1,19 1,41
∑ 4903,16 ∑ 3389,45
Rata-rata 326,88

I. KESIMPULAN
Hasil kuat tekan rata-rata yang menggunakan bahan tambah 0,2% terhadap semen
diperoleh 241,22 Kg/cm2 dibanding dengan beton normal 326,88 Kg/cm2, ternyata kuat
tekan turun 26,21 %.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
J. GAMBAR ALAT DAN BAHAN
1. Alat

Mesin Tekan Timbangan

2. Bahan

Beton Kubus

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
K. DOKUMENTASI

Mengolesi oli pada Mengisi cetakan dengan Memadatkan beton


cetakan campuran sampai terisi menggunakan mesin
penuh penggetar

Meratakan permukaan Membuka cetakan Menimbang beton


beton (topping) kubus

Merendam beton Melakukan uji kuat


tekan menggunakan
mesin kuat tekan

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
JOB VII

PENGUJIAN KUAT LENTUR BETON

A. TUJUAN
Untuk menentukan nilai kuat lentur beton sesuai standar SNI-0016-72, SNI-0233-89-A.

B. DASAR TEORI
Kuat tarik beton berkisar seperdelapan belas kuat tekannya pada umur masih muda dan
berkisar seperduapuluh pada umur sesudahnya (28 hari), (Murdock : 999).
Pengamatan kuat tarik beton khususnya pada beton bertulang sangat penting pada
penentuan kemungkinan pencegahan keretakan akibat susut dan perubahan panas.
Sedangkan untuk beton tak bertulang, hasil pengujian dimanfaatkan dalam perancangan
konstruksi jalan raya dan lapangan terbang serta beton prategang.
Dipohusodo (1999), menjelaskan bahwa suatu perkiraan kasar dapat dipakai, yaitu nilai
kuat tarik bahan beton normal hanya berkisar antara 8% - 15% dari f’c atau kuat tekan
betonnya.

Gambar 7.1 Ilustrasi Pengujian Kuat Lentur Beton

Kuat lentur beton (Modulus Of Rupture) dihitung dengan persamaan :


𝑃. 𝐿
𝐹𝑟 =
𝑏𝑑2
Persamaan diatas digunakan bila terjadi keruntuhan di daerah tengah bentang dan jika
keruntuhan terjadi pada bagian tarik di luar daerah tengah bentang digunakan persamaan:
3𝑃𝑎
𝐹𝑟 =
𝑏𝑑2

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
Dimana :
Fr = Modulus Of Rupture (MPa)
P = Beban maksimum yang terjadi (N)
L = Panjang bentang (mm)
b = Lebar spesimen (mm)
d = Tinggi spesimen (mm)
a = Jarak rata-rata dari garis keruntuhan dan titik perletakan terdekat diukur pada
bagian tarik spesimen (mm)

Pengujian kuat lentur disyaratkan dalam SNI-0016-72, SNI-0233-89-A. Pengujian


lentur menggunakan mesin uji lentur yang didapat ternyata lebih tinggi daripada tegangan
lentur secara langsung dan beban lentur setiap 10 cm. Pisau penumpu dan pelentur bergaris
tengah 30 mm dibebani pada benda uji dengan penambahan kecepatan kurang lebih 1
kg/detik sampai benda uji patah. Bidang patahnya dihitung dan dihitung rata-ratanya.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat :
a. Mistar ukur
b. Flexural Machine (Mesin uji lentur)
c. Timbangan
d. Penggaris Siku
e. Spidol
2. Bahan :
a. Balok 10 cm x 10 cm x 40 cm

D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
2. Menimbang semua sampel yang akan diuji
3. Mengukur benda sampel uji dengan menandai as terlebih dahulu menggunakan spidol,
ukur 5 cm dari as pada bagian kanan dan kiri dan kemudian tandai, ukur lagi sepanjang
10 cm dari patokan 5 cm sebelumnya. Tandai pada sekeliling benda uji.
4. Menyiapkan mesin uji lentur dan balok-balok tumpuan hingga tumpuan berada pada
posisi yang benar.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
5. Meletakkan benda uji simetris di atas kedua balok tumpuan. Benda uji ditumpu pada
tumpuan 5 cm pada tepi benda uji.
6. Meletakkan balok beban tepat ditengah-tengah antara kedua tumpuan pada posisi sejajar.

Gambar 7.2 Posisi Balok Pada Alat Flexural Machine


7. Menurunkan balok beban perlahan sampai menempel pada bidang atas benda uji dan
patah.
8. Mencatat semua perilaku pada benda uji (pola retak akibat lenturan/geser dan beban
maksimum).
9. Membersihkan lokasi pengujian dari sisa-sisa benda uji dan serahkan kembali alat dan
bahan yang digunakan pada instruktur.

E. DATA PENGUJIAN DAN ANALISA PERHITUNGAN


1. Data
Tabel 7.1 Data Pengujian Kuat Lentur Benda Uji Balok Beton Normal
Ukuran
Kode Berat P (kN)
No. sampel (kg) p (mm) L (mm) b (mm) d (mm)
1. BN A1 9,62 400 300 100 100 10,2
2. BN A2 9,87 400 300 102 102 16,8

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
2. Analisa Perhitungan
a. Kuat lentur
 Kuat lentur (Modulus Of Repture) terjadi keruntuhan di daerah 1/3 tengah
bentang BN A1, maka digunakan rumus :
𝑃. 𝐿
𝐹𝑟 =
𝑏𝑑2
10200 𝑥 300
= 100 𝑥 1002

= 3,06 MPa

 Kuat lentur (Modulus Of Repture) terjadi keruntuhan di daerah 1/3 tengah


bentang BN A2, maka digunakan rumus :
𝑃. 𝐿
𝐹𝑟 =
𝑏𝑑2
16800 𝑥 300
= 102 𝑥 1022

= 4,75 MPa

b. Berat volume
 Berat volume balok BN A1
Volume balok = 0,400 x 0,100 x 0,100 = 0,00400 m³
Berat benda uji
Berat Volume = Volume benda uji

9,62
= 0,00400

= 2.405,00 kg/m3

 Berat volume balok BN A2


Volume balok = 0,400 x 0,102 x 0,102 = 0,00416 m³
Berat benda uji
Berat Volume = Volume benda uji

9,87
= 0,00416

= 2.372,60 kg/m3

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
c. Rasio
f’c = 30,14 MPa
 Balok BN A1
Rasio = Fr
f ′c

3,06
=
30,1 x 100%
4

= 10,15 %
 Balok BN A2
Fr
Rasio =
f𝘍 c
4,75
= x 100%
30,14
= 15,76 %

Tabel 7.2 Hasil Perhitungan Pengujian Kuat Lentur Benda Uji Balok Beton Normal
Ukuran Berat
Kode P Fr Berat Volume f’ c Rasio
No. p L b d Volume
sampel (kN) (MPa) (kg) (m³) (MPa) (%)
(mm) (mm) (mm) (mm) (kg/m³)

1. BN A1 400 300 100 100 10,2 3,06 9,62 0,00400 2.405,00 10,15
30,14
2. BN A2 400 300 102 102 16,8 4,75 9,87 0,00416 2.372,60 15,76
Rata-rata 3,91 Rata-rata 2.338,80 12,96

F. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian kuat lentur pada beton normal diperoleh kuat lentur rata-rata
sebesar 3,91 MPa dan patahan terjadi pada daerah 1/3 tengah bentang. Besarnya rasio rata-
rata 12,96% yang dimana masuk kedalam perkiraan teoritis sebesar 8% - 15% dari rasio
pengujian. Berat volume rata-rata sebesar 2.338,80 kg/m³, dimana nilai ini sesuai dengan
berat volume beton normal yaitu 2200 – 2500 kg/m³.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
G. GAMBAR ALAT DAN BAHAN
1. Alat :

Mesin uji lentur Timbangan

Mistar Ukur Mistar siku Spidol

2. Bahan :

Balok ukuran 10 x 10 x 40 cm

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
H. DOKUMENTASI

Mengukur setiap sisi benda uji Memberi tanda di sekeliling benda uji

Menimbang benda uji Memasukkan benda uji ke dalam


Flexural Machine

Sampel BN A1 sebelum diuji Sampel BN A1 sesudah diuji

Sampel BN A2 sebelum diuji Sampel BN A2 sesudah diuji

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
JOB VIII

PENGUJIAN KUAT TARIK BELAH BETON

A. TUJUAN
1. Dapat melakukan pengujian kuat tarik
2. Dapat menggunakan alat
3. Dapat mengelola dan menghitung data tegangan tarik pada beton secra langsung

B. DASAR TEORI
Uji kuat tarik dilakukan dengan memberikan tegangan tarik pada beton secara tidak
langsung. Specimen silinder direbahkan dan ditekan sehingga terjadi tegangan tarik pada
beton, alat ini disebut juga splitting test atau brazillian test karena metode ini diciptakan di
Brazil.
Cara lain untuk menguji tegangan tarik langsung pada specimen silinder maupun prisma
dilakukan dengan menempelkan benda uji pada suatu pelat besi dengan lem epoxy, tepi
benda uji harus digerinda intan untuk menghilangkan pengaruh pengecoran atau vibrasi.
Beban pada kecepatan 0,05 MPa/detik sampai runtuh. Nilai kuat tarik belah beton normal

berkisar (0,4- 0,6) √𝑓′𝑐.


Kuat tarik belah beton (Modulus Of Rupture) dihitung dengan persamaan :
2𝑃
Fct =
𝑙𝑑
Keterangan : Fct = kuat tarik belah beton (MPa)
P = beban hancur (N)
l = panjang specimen (mm)
d = diameter specimen (mm)

Gambar 8.1 Ilustrasi Uji Kuat Tarik Beton

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Alat uji tarik belah (spilitting test)
b. Tang
2. Bahan
a. Beton silinder ukuran Ø15 cm x 30 cm
b. Plywood

D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pengujian
2. Menimbang berat, mengukur tinggi dan diameter dari benda uji.
3. Meletakkan strip atau batang plywood pada bagian dasar alat splitting test, yang
sebelumnya telah diatur agar batang plywood tepat berada pada bagian tengah alat.
4. Meletakkan benda uji diatas batang plywood yang telah diatur sebelumnya dan
mengaturnya sehingga plywood tepat berada ditengah-tengah benda uji.
5. Memasang besi penahan yang terdapat pada alat sehingga benda uji tetap pada
posisinya dan memudahkan pada saat mengangkat alat beserta benda uji ke mesin
penekan.
6. Menempatkan batang plywood yang kedua diatas benda uji sehingga kedua strip kayu
lapis menjepit dan sejajar dengan benda uji
7. Menempatkan besi diatas batang plywood yang kedua
8. Meletakkan batangan besi pada mesin penekan sehingga menjadi alas untuk alat
splitting test pada saat waktu penekanan berlangsung.
9. Meletakkan alat splitting test pada mesin penekan
10. Melakukan pembebanan secara terus menerus sampai keruntuhan terjadi
11. Mencatat beban maksimum yang terjadi.

E. DATA DAN ANALISA PERHITUNGAN


1. Data
 Tanggal pengujian: 9 Mei 2023
 Mutu beton (f’c) : 30,14 MPa
 Jumlah sampel 3
 Ukuran benda uji : Silinder Ø15 cm x 30 cm

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
Tabel 8.1 Data Pengujian Tarik Belah Benda Uji Silinder Beton Normal
Ukuran Volume
No. Kode sampel Berat (kg) P (kN)
L (mm) D (mm) (m³)

1. BN 1 12,18 300 149 0,00523 120


2. BN 2 12,50 302 150 0,00534 145
3. BN 3 12,27 300 149 0,00532 150

2. Analisa Perhitungan
a. Perhitungan uji tarik secara experimental (uji
laboratorium) Rumus yang digunakan :
2𝑃
Fct =
𝑙𝑑
 BN 1
2𝑃 2 𝑥 120000
Fct = = 240000 = 1,709 MPa
𝑙𝑑  𝑥 300 𝑥 = 140429,19
149

 BN 2
2𝑃 2 𝑥 145000
Fct = = 290000 = 2,038 MPa
𝑙𝑑  𝑥 302 𝑥 = 142314,15
150

 BN 3
2𝑃 2 𝑥 150000
Fct = = 300000 = 2,136 MPa
𝑙𝑑  𝑥 300 𝑥 = 140429,19
149

 𝐹𝑐𝑡 𝐵𝑁 1 + 𝐹𝑐𝑡 𝐵𝑁 2 + 𝐹𝑐𝑡 𝐵𝑁 3


Fct rata-rata = 3
1,709 + 2,038 + 2,136
=
3

= 1,961 MPa

b. Analisa perhitungan dengan cara teoritis


Fct = 0,4 x √𝑓′𝑐 Fct = 0,6 x √𝑓′𝑐
= 0,4 x √30,14 = 0,6 x √30,14
KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
= 2,196 MPa = 3,294 MPa

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
c. Perhitungan berat volume
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖
 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑁 1 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖

12,18
= 0,00523

= 2328,43 𝑘𝑔/𝑚3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖
 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑁 2 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖

12,50
= 0,00534

= 2342,24 𝑘𝑔/𝑚3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖
 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑁 3 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖

12,27
= 0,00532

= 2345,64 𝑘𝑔/𝑚3

d. Penyebaran Agregat
 Persentase Agregat BN 1
82
 Atas =
(82+90) × 100% = 47,67%
90
 Bawah =
(82+90) × 100% = 52,33%
 Selisih = 52,33% - 47,67% = 4,66%
 Persentase Agregat BN 2
92
 Atas =
(92+75) × 100% = 55,09%
75
 Bawah =
(92+75) × 100% = 44,91%
 Selisih = 55,09% - 44,91% = 10,18%
 Persentase Agregat BN 3
92
 Atas =
(92+68) × 100% = 57,50%
68
 Bawah =
(92+68) × 100% = 42,50%
 Selisih = 57,50% - 42,50% = 15,00%

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
Tabel 8.2 Penyebaran agregat

Jumlah Agregat Kasar Persentase % Selisih


No Kode Sampel
Atas Bawah Atas Bawah (%)

1 BN 1 82 90 47,67 52,33 4,66

2 BN 2 92 75 55,09 44,91 10,18

3 BN 3 92 68 57,50 42,50 15,00

Rata-rata 9,95

Tabel 8.3 Data Hasil Analisa Perhitungan Pengujian Kuat Tarik Belah Benda Uji Silinder

Berat P Max Berat volume Kuat Tarik Belah Fct teoritis


No Kode sampel
(kg) (N) (kg/m3) (MPa) (MPa)
1 BN 1 12,18 120000 2328,43 1,709 2,196 – 3,294
2 BN 2 12,50 145000 2342,24 2,038 2,196 – 3,294
3 BN 3 12,27 150000 2345,64 2,136 2,196 – 3,294
Rata-rata 2338,77 1,961

F. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian kuat tarik belah diperoleh hasil kuat tarik belah rata-rata sebesar
1,961 MPa dengan perbandingan dengan hasil perhitugan kuat tekan (teoritis) diperoleh
hasil kuat tarik belah antara 2,196 – 3,294 MPa. Besar selisih rata-rata penyebaran
agregat adalah 9,95% yang dimana benda uji tersebut memiliki penyebaran agregat yang
baik, karena selisih penyebaran agregatnya < 20%. Berat volume rata-rata sebesar
2338,77 kg/m³, dimana nilai ini sesuai dengan berat volume beton normal yaitu 2200 –
2500 kg/m³.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
G. DOKUMENTASI ALAT DAN BAHAN
1. Alat 2. Bahan

Alat uji tarik belah (spilitting test) Beton silinder ukuran Ø15 cm x 30 cm

H. DOKUMENTASI

Memasukkan beton kedalam Menyalakan mesin uji tarik belah


strip plywood dengan menekan tombol on

Melonggarkan pengunci strip kemudian mengeluarkan beton


plywood
KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
Beton yang telah diuji

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
JOB IX
HAMMER TEST

A. TUJUAN
Untuk mengetahui kekuatan/mutu beton keras di lapangan apabila sebelumnya tidak
ada pengujian kuat tekan sebelumnya, diragukan kekuatannya, atau bangunan tersebut akan
ditingkatkan namun kita membutuhkan kekuatan sisa pada beton/struktur yang ada.

B. DASAR TEORI
Pengujian kekuatan beton merupakan suatu cara untuk mengetahui kekuatannya, beton
yang merupakan bahan yang kaku dan keras. Kekuatan tekan ini dinyatakan sebagai tahanan
beton yang bersangkutan terhadap besarnya beban yang dapat dipukul sampai beton yang
bersangkutan hancur yang kemudian dinyatakan dalam tegangan tekan. Uji Hammer
Test dilakukan apabila mutu beton dari lapangan (site) tidak memenuhi kuat tekan yang
disyaratkan.
Menurut ASTM C 125 metode uji ini dapat juga dilakukan untuk memperkirakan
kekuatan beton, untuk itu dibutuhkan korelasi antara kekuatan beton dan angka pantul.
Hubungan ini harus ditetapkan dari campuran beton dan alat yang telah ditetapkan.
Hubungan beton dan angka pantul dibuat dari kekuatan beton yang biasa digunakan.
Untuk memperkirakan kekuatan pada saat pembangunan, tetapkan hubungan dengan
menampilkan angka pantul pada benda uji yang dicetak dan mengukur kekuatan dari benda
uji yang sama atau serupa. Untuk memperkirakan kekuatan pada struktur yang ada, tetapkan
hubungan antara angka pantul yang diukur pada struktur dengan kekuatan inti beton yang
diambil dari lokasi yang bersangkutan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

a. Lapisan permukaan yang sudah dilapisi plester harus dikupas dan permukaan
beton belum dihaluskan.
b. Permukaan beton harus kering
c. Bagian beton yang diuji harus kaku (tidak bergetar)

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
Uji hammer ini sangat peka terhadap keadaan lokal permukaan beton, misalnya
adanya butiran besar kerikil di bawah permukaan akan memperbesar nilai pantulan.
Sebaliknya, adanya pori udara di bawah permukaan tersebut akan menurunkan nilai
pantulan. Pemukulan pada tempat yang sama akan memperbesar nilai pantulan juga karena
permukaan menjadi padat. Oleh karena itu, diperlukan pengambilan beberapa kali
pengukuran disekitar setiap lokasi pengukuran, yang hasilnya kemudian dirata-ratakan.
British Standards (BS) mengisyaratkan pengambilan antara 9 sampai 25 kali pengukuran
untuk setiap daerah pengujian seluas maksimum 300 mm²
Catatan:
 Sebelum alat digunakan, sebaiknya alat dikalibrasi dahulu
 Lalu hitung angka kalibrasinya (AK)

Gambar 9.1 Ilustrasi Hammer Test

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

Grafik 9.1 Hubungan empiric dari nilai hammer rebound dengan kuat tekan

Pada grafik diatas terlihat beberapa hubungan korelasi antara nilai hammer rebound,
yang tergantung dari arah beban impact ke struktur beton A, B, atau C

Gambar 9.2 Arah Impact Hammer ke Beton

Adapun rumus perhitungan yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
𝑁
∑𝑖
𝑅̅ = 𝑁

AK = 75
𝑅̅

Dimana: 𝑅̅ = Angka rebound rata-


rata R =Nilai rebound
N = Jumlah Pukulan
AK = Angka kalibrasi
75 = Standar kalibrasi
KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Hammer test
b. Anvil
c. Penggaris baja
d. Kapur
2. Bahan
a. Elemen struktur beton yang akan diuji di lapangan (Misalnya: kolom, balok)

D. LANGKAH KERJA
1. Menentukan koefisien kalibrasi hammer test
a. Menyiapkan alat yang akan digunakan berupa Hammer Test dan Anvil Test
b. Melakukan pengujian kalibrasi pada hammer test sebanyak 20 kali tumbukan
c. Menghitung koefisien kalibrasi hammer test dari rata-rata hasil pembacaan
tumbukan.

2. Pelaksanaan
a. Menyiapkan alat yang akan digunakan berupa Hammer Test
b. Menentukan titik elemen struktur yang akan digunakan sebagai bidang uji.
c. Membersihkan area bidang yang akan diuji.
d. Menggambar beberapa titik pada bidang uji dengan luas 20 cm x 20 cm, dengan
jarak antar titik tidak kurang dari 2,5 cm, sehingga pada setiap bidang uji dapat
dilakukan pemukulan sekitar 15 – 20 pukulan.
e. Menyentuhkan ujung peluncur hammer test pada permukaan beton
f. Menekan hammer test secara perlahan dengan arah tegak lurus dengan bidang uji
hingga terjadi pukulan pada titik uji.
Dengan arah posisi pengujian yang digunakan pada pengujian ini adalah:
 Horizontal  = 00
 Vertikal keatas  = +900
g. Melakukan pembacaan alat hammer test.
h. Melakukan hingga 16 kali pukulan pada satu lokasi bidang uji.
i. Melakukan analisa data pengujian.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
E. DATA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN
1. Kalibrasi alat hammer test (Anvil test)
Laboratorium : Pengujian Beton Politeknik Negeri Ujung
Pandang Laporan : Hasil Uji Palu Beton (Hammer Test)
Tanggal Uji : 4 April 2023
Jumlah Pukulan 20

Tabel 9.1 Data Dan Hasil Analisa Kalibrasi Alat Hammer Test (Anvil Test)
No. Nilai Rebound (R)
1 47
2 51
3 48
4 46
5 48
6 50
7 51
8 50
9 52
10 48
11 49
12 46
13 48
14 52
15 48
16 52
17 48
18 48
19 46
20 46
Rata-rata 48,7

Pada alat anvil test tertulis 75 dan rata-rata rebound Number (R) yang diperoleh
berdasarkan pengujian anvil test di laboratorium adalah 48,7, maka pembacaan angka-
angka skala pada alat hammer test perlu dikalibrasi nilai tengah adalah :
75
Koef kalibrasi hammer test =
48,7 = 1,54

Dengan demikian setiap rata-rata pengujian dikalikan dengan angka kalibrasi alat, yaitu
1,54

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
2. Palu Beton (Hammer test Beton)
Laboratorium : Pengujian Beton Politeknik Negeri Ujung
Pandang Laporan : Hasil Uji Palu Beton (Hammer Test)
Tanggal Uji : 4 April 2023
Jumlah Area Bidang : 2 (Kolom)

Tabel 9.2 Data dan Hasil Analisa Hammer Test Pada Kolom
Elemen Struktur Kolom
Sudut Bidang Pukulan a = 0°
Kode Bidang Uji No. K1 K2
1 40 39
2 41 44
3 40 39
4 44 45
5 39 45
6 41 42
7 41 39
8 42 42
Nilai Pantulan Palu Beton (R) 9 40 40
10 40 45
11 41 40
12 39 42
13 43 44
14 39 45
15 44 42
16 44 44
R maks 44 45
R min 39 39
R̅ 41,13 42,31
41,72
Koefisien Kalibrasi 1,54
R̅ x Koefisien Kalibrasi 64,25

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
3. Palu Beton (Hammer Test Beton)
Laboratorium : Pengujian Beton Politeknik Negeri Ujung
Pandang Laporan : Hasil Uji Palu Beton (Hammer Test)
Tanggal Uji : 4 April 2023
Jumlah Area Bidang : 2 (Balok)

Tabel 9.3 Data Dan Hasil Analisa Hammer Test Pada Balok
Elemen Struktur Balok
Sudut Bidang Pukulan a = 0° a = 90°
Kode Bidang Uji No. B1 B2
1 47 49
2 47 46
3 48 50
4 44 46
5 49 51
6 46 46
7 45 47
8 45 46
Nilai Pantulan Palu Beton (R) 9 48 46
10 45 50
11 50 46
12 47 46
13 46 48
14 45 46
15 49 46
16 45 49
R maks 50 51
R min 44 46
R̅ 46,63 47,27
Koefisien Kalibrasi 1,54
R̅ x Koefisien Kalibrasi 71,80 72,79

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

102

86

Grafik 9.2 Hammer Test Pada Kolom Dan Balok

Dari grafik diatas, didapatkan bahwa perkiraan rata-rata kuat tekan beton adalah sebagai
berikut :
: Kolom = 86 N/mm² atau 860 kg/cm2
: Balok 0° = 100 N/mm² atau 1000 kg/cm2
: Balok 90° = 102 N/mm² atau 1020 kg/cm2

F. KESIMPULAN
Dari grafik di atas didapatkan nilai kuat tekan pada kolom adalah 86 N/mm² atau 876
kg/cm², percobaan pada balok secara horizontal didapatkan nilai 100 N/mm² atau 1020
kg/cm², dan percobaan pada balok secara vertikal didapatkan nilai 102 N/mm² atau 1040
kg/cm². Dari hasil pengujian hammer test dapat disimpulkan bahwa kekuatan/mutu beton
yang diuji sangat tinggi. Hasil pengujian ini bisa saja salah/tidak sesuai karena faktor alat
yang kurang bagus/sudah rusak, hal ini dapat diketahui dari nilai koefisien kalibrasinya
sebesar 1,54, dimana nilai koefisien kalibrasi yang baik adalah 1.

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
G. GAMBAR ALAT DAN BAHAN
1. Alat

Hammer Test Anvil Test

Penggaris Baja Kapur

2. Bahan

Elemen struktur beton


(bidang uji)

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
H. DOKUMENTASI

Kalibrasi alat hammer test Marking area pada kolom

Hammer test pada kolom Hammer test pada balok

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN
BETON POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Dengan melaksanakan 8 pengujian yang dilaksanakan dalam praktikum beton,


maka didapatkan kesimpulan bahwa:

1. Pengujian beton dilakukan untuk mengetahui mutu dari beton sebagai acuan
dalam pemilihan material untuk sebuah konstruksi bangunan.
2. Pengambilan data harus penuh ketelitian untuk mendapatkan data yang akurat.
3. Banyak hasil pengujian tidak mencapai nilai yang direncakan. Hal ini disebabkan
oleh:
a. Agregat kasar yang tersedia dilapangan telah bercampur dengan lumpur dan
pasir hitam.
b. Kurang teliti dalam melakukan mix desain sehingga berpengaruh terhadap
komposisi dari beton.
c. Banyak hal yang hanya diasumsikan tanpa melakukan pengujian terlebih
dahulu.
4. Pemahaman langkah kerja dan fungsi alat dan mesin akan sangat memabntu
dalam melaksanakan praktikum.

4.2 Saran
a. Setiap sampel pengujian yang hasil pengujiannya saling berkaitan sebaiknya
dilakukan pemberian nama (label) yang lengkap dan rinci agar dalam pengolahan
data mendapat hasil yang akurat.
b. Berkonsultasi dengan pembimbing apabila menemui kesulitan atau keraguan
dalam menjalankan praktikum maupun pada saat mengolah data.
c. Berhati-hati dan selalu fokus ketika melakukan praktikum

KELOMPOK 4
3B D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Anda mungkin juga menyukai