Anda di halaman 1dari 39

METODE BETON PRECAST UNTUK GEDUNG

Oleh:

Putu Aryanta Yujana (1605511052)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


BAB I .......................................................................................................................2
PENDAHULUAN ...................................................................................................2
1.1 Latar Belakang .............................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................3
1.3 Maksud dan Tujuan ......................................................................................3
BAB II ......................................................................................................................4
KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................4
2.1 Pengertian Beton Pre-Cast .............................................................................4
2.2 Jenis Beton Precast .........................................................................................7
2. RC BOX CULVERT ....................................................................................8
3. PAVING BLOCK ......................................................................................10
2.3 Metode Pelaksanaan dan Pembuatan Pre-Cast Half Slab ............................14
2.4 TahapanPembuatan Beton Pre-Cast .............................................................15
2.5 Metode Pelaksanaan pemasangan beton precast. .........................................17
2.6 Sambungan Pada Balok Pre-Cast .................................................................19
2.7 Ikatan Pada Beton Precast ............................................................................23
2.8 Simpul Pada Beton Precast ..........................................................................24
2.6 Kasus Penggunaan Beton Pre-Cast ..............................................................30
BAB III ....................................................................................................................1
PENUTUP ................................................................................................................1
3.1 Kesimpulan...................................................................................................1
3.2 Saran .............................................................................................................2

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang masih cukup populer saat
ini dalam pembangunan fisik. Hal ini dikarenakan beton adalah salah satu material
yang memiliki daya tekan yang cukup kuat dan biaya yang relatif terjangkau
dibandingkan material lain seperti baja atau kayu.

Untuk mendapatkan kualitas dan ke-seragaman beton sesuai seperti yang


di-syaratkan maka pelaksanaan pembuatan beton harus dilakukan dengan baik dan
sesuai dengan prosedur, diperlukan adanya kontrol kualitas yang dapat mengetahui
kemungkinan terjadinya output yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan. Beton
pun mengalami perkembangan-perkembangan baik dari jenis campuran material
pembentuk beton, proses pembuatan hingga proses pemasangan.

Beton pracetak adalah salah satu contoh inovasi yang kini banyak
digunakan dalam proses konstruksi seperti gedung dan jembatan, hal ini karena
beton pracetak dapat mempercepat waktu pengerjaan, menghemat biaya
pengeluaran, dan meminimalisir terjadi-nya (waste) untuk pekerjaan bekisting dan
perancah. Dalam dunia konstruksi adanya sisa material konstruksi (waste) harus
dikurangi atau bahkan dihilangkan dalam setiap tahap pekerjaannya karena
merupakan kerugian. Salah satu sistem beton pra cetak yang mulai banyak
digunakan dewasa ini adalah pelat beton ringan (flyslab).Untuk itu penelitian ini di-
adakan untuk mengetahui peranan beton pracetak pada proyek konstruksi.

Maksud dari penelitian ini adalah mengevaluasi penggunaan beton pracetak


(precast) dibanding beton konvensional pada proyek konstruksi. Penelitian ini juga
ber-tujuan untuk menganalisa aspek waktu, biaya, pekerja dan dampak lingkungan
dari pemakai-an beton pracetak (precast) pada proyek gedung.

2
1.2 Rumusan Masalah

Adapun maksud dan tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Pengertian dari beton pre-cast

1.2.2 Mengetahui Jenis-Jenis dari beton pre-cast

1.2.3 Metode Pelaksanaan dan Pemasangan beton pre-cast

1.3 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Mengetahui produksi aspal dengan Asphalt Mixing Plant.


1.3.2 Memahami metode pengaspalan menggunakan Asphalt Sprayer.
1.3.3 Mengetahui metode pengaspalan menggunakan Asphalt Paver.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Beton Pre-Cast


Beton pracetak (precast) dihasilkan dari proses produksi dimana lokasi
pembuatannya berbeda dengan lokasi elemen akan digunakan. Lawan dari pracetak
adalah beton cor di tempat atau cast-in place, dimana proses produksinya
berlangsung di tempat elemen tersebut akan ditempatkan.

Precast concrete (beton pracetak) adalah suatu metode percetakan komponen secara
mekanisasi dalam pabrik atau workshop dengan memberi waktu pengerasan dan
mendapatkan kekuatan sebelum dipasang. Karena proses pengecorannya di tempat
khusus (bengkel pabrikasi), maka mutunya dapat terjaga dengan baik. Tetapi agar
dapat menghasilkan keuntungan, maka beton pracetak hanya akan diproduksi jika
jumlah bentuk typical-nya mencapai angka minimum tertentu, bentuk typical yang
dimaksud adalah bentuk-bentuk repetitif dalam jumlah besar.

Sistem struktur beton pracetak merupakan salah satu alternatif teknologi dalam
perkembangan konstruksi di Indonesia yang mendukung efisiensi waktu, efisiensi
energi, dan mendukung pelestarian lingkungan.

2.1.1 Keuntungan Beton Precast


a) Penyederhanaan pelaksanaan konstruksi.
b) Waktu pelaksanaan yang cepat.
c) Waktu pelaksanaan struktur merupakan pertimbangan utama dalam
pembangunan suatu proyek karena sangat erat kaitannya dengan biaya
proyek. Struktur elemen pracetak dapat dilaksanakan di pabrik bersamaan
dengan pelaksanaan pondasi di lapangan.
d) Penggunaan material yang optimum serta mutu bahan yang baik.
e) Salah satu alasan mengapa struktur elemen pracetak sangat ekonomis
dibandingkan dengan struktur yang dilaksanakan di tempat (cast in-situ)
adalah penggunaan cetakan beton yang tidak banyak variasi dan biasa
digunakan berulang-ulang, mutu material yang dihasilkan pada umumnya
4
sangat baik karena dilaksanakan dengan standar-standar yang baku,
pengawasan dengan sistem computer yang teliti dan ketat.
f) Penyelesaian finishing mudah.
g) Variasi untuk permukaan finishing pada struktur elemen pracetak dapat
dengan mudah dilaksanakan bersamaan dengan pembuatan elemen tersebut
di pabrik, seperti: warna dan model permukaan yang dapat dibentuk sesuai
dengan rancangan.
h) Tidak dibutuhkan lahan proyek yang luas, mengurangi kebisingan, lebih
bersih dan ramah lingkungan.
i) Dengan sistem elemen pracetak, selain cepat dalam segi pelaksanaan, juga
tidak membutuhkan lahan proyek yang terlalu luas serta lahan proyek lebih
bersih karena pelaksanaan elemen pracetaknya dapat dilakukan dipabrik.
j) Perencanaan berikut pengujian di pabrik.
k) Elemen pracetak yang dihasilkan selalu melalui pengujian laboratorium di
pabrik untuk mendapatkan struktur yang memenuhi persyaratan, baik dari
segi kekuatan maupun dari segi efisiensi.
l) Sertifikasi untuk mendapatkan pengakuan Internasional. Apabila hasil
produksi dari elemen pracetak memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan,
maka dapat diajukan untuk mendapatkan sertifikasi ISO yang diakui secara
internasional.
m) Secara garis besar mengurangi biaya karena pengurangan pemakaian alat-alat
penunjang, seperti : scaffolding dan lain-lain.
n) Kebutuhan jumlah tenaga kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan produksi

2.1.2 Keterbatasan Beton Pre-Cast


a) Tidak ekonomis bagi produksi tipe elemen yang jumlahnya sedikit.
b) Perlu ketelitian yang tinggi agar tidak terjadi deviasi yang besar antara elemen
yang satu dengan elemen yang lain, sehingga tidak menyulitkan dalam
pemasangan di lapangan.
c) Panjang dan bentuk elemen pracetak yang terbatas, sesuai dengan kapasitas
alat angkat dan alat angkut.

5
d) Jarak maksimum transportasi yang ekonomis dengan menggunakan truk
adalah antara 150 sampai 350 km, tetapi ini juga tergantung dari tipe
produknya. Sedangkan untuk angkutan laut, jarak maksimum transportasi
dapat sampai di atas 1000 km.
e) Hanya dapat dilaksanakan didaerah yang sudah tersedia peralatan untuk
handling dan erection.
f) Di Indonesia yang kondisi alamnya sering timbul gempa dengan kekuatan
besar, konstruksi beton pracetak cukup berbahaya terutama pada daerah
sambungannya, sehingga masalah sambungan merupakan persoalan yang
utama yang dihadapi pada perencanaan beton pracetak.
g) Diperlukan ruang yang cukup untuk pekerja dalam mengerjakan sambungan
pada beton pracetak.
h) Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi dan penimbunan (stock yard).

2.1.3 Perbedaan Analisa Beton Pracetak dengan Beton Konvensional


Pada dasarnya mendesain konvensional ataupun pracetak adalah sama, beban-
beban yang diperhitungkan juga sama, faktor-faktor koefisien yang digunakan
untuk perencanaan juga sama, hanya mungkin yang membedakan adalah:

a) Desain pracetak memperhitungkan kondisi pengangkatan beton saat umur


beton belum mencapai 24 jam. Apakah dengan kondisi beton yang sangat
muda saat diangkat akan terjadi retak (crack) atau tidak. Di sini dibutuhkan
analisa desain tersendiri, dan tentunya tidak pernah diperhitungkan kalo kita
menganalisa beton secara konvensional.
b) Desain pracetak memperhitungkan metode pengangkatan, penyimpanan
beton pracetak di stock yard, pengiriman beton pracetak, dan pemasangan
beton pracetak di proyek. Kebanyakan beton pracetak dibuat di pabrik.
c) Pada desain pracetak menambahkan desain sambungan. Desain sambungan
di sini, didesain lebih kuat dari yang disambung.

6
2.2 Jenis Beton Precast

Beton precast atau pracetak adalah beton bertulang yang dihasilkan melalui
pencetakan dengan berbagai macam bentuk, pencetakan beton precast berdasarkan
standarisasi yang telah ditentukan. Produksi beton precast biasa dipabrik-pabrik
khusus. Segala jenis produk beton yang terkandung didalamnya konstruksi
penulangan didalamnya yang dibentuk atau dicetak secara khusus, sudah dipastikan
itu disebut beton precast atau istilah lainnya reinforced concrete.

Jenis beton precast dan fungsinya salah satunya yang sering dijumpai adalah U
ditch yang biasa diperuntukan untuk pembuatan saluran air, berikut ini lebih
lengkap kami kupas tentang jenis-jenis beton precast beserta fungsinya

Adapun jenis-jenis beton pracetak diantaranya yaitu:

1. Beton U Ditch
2. RC Box Culvert
3. Paving Block
4. Kanstin
5. Pagar Panel dan Kolom Beton
6. Road Barrier Beton

1. RC U DITCH

Beton precast yang satu ini secara spesifik memang pada umumnya berbentuk
fisik menyerupai huruf U, akan tetapi pada kepentingan lain ada pula yang
berbentuk lain, selama itu kepentingannya untuk yang berhubungan dengan
galian atau parit untuk kepentingan pengairan.

7
U Ditch adalah beton bertulang atau beton precast yang sengaja diproduksi
secara umum berbentuk menyerupai huruf U, Ditch sendiri artinya yaitu parit,
fungsi U Ditch biasanya untuk kebutuhan saluran pengairan, got, drainase dan
lain-lain, umumnya diberi penutup yang disebut dengan Cover U Ditch. Pada
kepentingan lain untuk kebutuhan yang berhubungan dengan galian parit .

Pada contoh kasus penggunaan lain dari precast U Ditch ini yang sering
digunakan yaitu pada daerah-daerah yang secara struktur pengairannya kurang
baik, seperti wilayah rawan banjir, irigasi untuk pesawahan dan lain sebagainya,
walau bukan merupakan solusi yang pasti tetapi setidaknya dapat meminimalisir.

2. RC BOX CULVERT

RC Box Culvert atau reinforced concrete, beton precast box culvert ini berbentuk
kotak atau, bila diterjemahkan artinya gorong-gorong berbentuk box. Mutu
beton untuk reinforced concrete box culvet ini menggunakan beton dengan
berkebutuhan jenis beton pratekan, yaitu minimal menggunakan beton K350. RC
Box Culvert adalah jenis beton precast dengan menggunakan struktur pembesian
secara sistematis, terukur dan terencana secara matang, ukuran box culvert dari
mulai 40 x 40 x 100 cm sampai 4 meter.

8
Box Culvert secara spesial dibuat untuk kepentingan penopang jembatan,
gorong-gorong bersekala besar, pembuatan box culvert ini dilakukan di pabrik
beton precast secara khusus.

Dalam pembuatan box culvert pada dasarnya dapat dilakukan di lokasi proyek
akan tetapi hanya untuk proyek-proyek bersekala besar, seperti pada proyek
pembuatan jalan tol untuk pembutan trowongan.

9
3. PAVING BLOCK

Paving block adalah material konstruksi yang dibuat darai komposisi semen portland
maupun material perekat hidrolis lainnya, agregat dengan atau tanpa bahan campuran
lainnya juga air, pencampuran tersebut tidak mengurangi mutu dari jenis beton dan
hampir mendekati karakteristik mortar.

Paving block atau juga istilah lain conblcok ini menggunakan mutu beton minimial
dengan mutu K50 dan K100 dan itu pun bila diproduksi dengan cara manual, ada
pula yang menggunakan mutu kelas C-B (K 150-250) dengan menggunakan mesin
press jenis vibrasi Bentuk paving block secara umum berbentuk persegi panjang
dengan ukuran antara 21 x 10,5 cm dengan ketebalan 6 cm, 8 cm & 10 cm, dan bentuk
lainnya ada yang berbentuk hexagon, trihex, ubin dan lain sebagainya.

Jenis beton pracetak ini sering diaplikasikan untuk pemasangan di jalan


dikarenakan memiliki beberapa keuntungan, yaitu Pemasangan mudah, cepat, dan
tidak perlu alat berat dan mudah perawatan serta bisa dibongkar lalu dipasang
kembali.

Kelemahan dari beton precast paving blok ini sendiri ialah aplikasinya yang mudah
bergelombnag bila dasar pondasi tidak kuat. Hal ini menyebabkan kurang
nyamannya ketika berkendara melewati paving blok. Maka dari itulah, untuk
mendapatkan mutu terbaik dari paving blok, perlu adanya standar mutu yang harus
dipenuhi oleh pabrik-pabrik pembuat beton precast paving blok. Persyaratan paving
blok layak pakai ialah sebagai berikut:

1. Memiliki bentuk sempurna dengan tidak adanya retak atau cacat.


2. Bagian sudut dan rusuk harus cukup kuat hingga tidak bisa direpihkan
dengan kekuatan tangan
3. Kuat tekan paving blok tergantung kegunaan.
– perkerasan jalan : kuat tekan rata-rata 400Kg/cm2
– tempat parkir: kuat tekan rata-rata 200 Kg/cm2
– untuk pejalan kaki: kuat tekan rata-rata 150 Kg/cm2
-untuk taman kota : kuat tekan rata-rata 100 Kg/cm2
10
4. ROAD BARRIER

Road barrier adalah salah satu jenis beton precast yang biasa dipesan dalam jumlah
banyak. Karena kebutuhannya untuk kepentingan publik, yakni sebagai pengaman
jalan, maka kualitas dari beton ini perlu dipertimbangkan sebagai prioritas utama.

Beton precast untuk road barrier digunakan sebagai pembatas dan pengaman jalan.
Beton ini bisa dipindahkan untuk kondisi jalan tertentu, sehingga bukan merupakan
pembatas permanen dijalan, meksipun pemindahannya harus menggunakan alat
khusus karena cukup berat jika diangkat dengan tenaga manusia saja.

Dengan fungsinya tersebut, beton untuk road barrier harus memiliki kuat beton
yang bagus dengan pemilihan material berupa semen dan agregat terbaik. Saking
kuatnya beton precast ini, maka beton road barrier yang bermutu tidak akan mudah
retak meskipun terkena atau tertabrak kendaraan berat sekalipun.

5. KANSTIN

Seperti halnya road barrier, kanstin merupakan jenis beton precast yangjuga biasa
digunakan sebagai pembatas jalan danjuga bingkai jalan.

Penggunannya juga bisa pada berbagai tempat public, seperti pinggiran taman dan
pinggiran trotoar. Fungsinya ialah sebagai pembatas dan mengunci ruang untuk
menghindari pergeseran ruang.

11
Dengan peletakan kanstin yang kokoh di area trotoar, memungkinkan untuk
mengunci area dan mencegah pengendara bermotor melintas pada area khusus
pejalan kaki tersebut.

Pembatas dengan kanstin ini sangat kuat dan kokoh sehingga tidak mudah dipindah
bahkan digeser. Beton precast khusus untuk produk ini ialah yang berkualitas K-
225 yang sangat kuat. Untuk mendapatkan kaulitas terbaikk, metode pembuatan
yang diterapkan bisa berupa wet cast mixing, disebut juga dengan cor berair.

Pada beberapa lokasi pembatas jalan, kita bisanya menemukan kanstin dengan
ukuran dan juga bentuk yang kanstin berbeda. Pengadaan tampilan fiisknya ini
disesuaikan dengan kebutuhan dan pemesanan.

Ada kanstin dengan panjang 40 hingga 60 cm dengan tinggi yang juga bervariasi.
Tentu, ukuran dan juga dimensi ini juga mempengaruhi harga kanstin precast.
Semakin besar dan kuat maka akan semakin mahal harganya.

6. PAGAR PANEL DAN KOLOM

Beton pracetak atau beton precast adalah salah satu inovasi yang mendukung kerja
konstruksi sehingga menjadikan pengerjaan lebih cepat dan lebih ekonomis. Salah
satu produk beton precast ini ialah pagar panel dan kolom. Dengan adanya beton
precast ini, maka pengerjaan konstruksi untuk pagar dan kolom khususnya, jadi
lebih mudah dan cepat. Beton precast kegunaan pagar panel ini berbentuk
balok kolom untuk aplikasinya yang mudah dan lebih praktis. Bahkan bisa pula
digunakna untuk plat jembatan.
12
Dari segi harga, beton pracetak untuk panel dan kolom juga lebih murah hingga
pembangunan perumahan yang layak pun bisa terealisasi dengan adanya beton
precast ini. Bukan hanya rumah, aplikasinya bisa digunakan untuk asrama, ruko,
bahkan gedung perkantoran. Selain dari sisi ekonomis dan juga pemsangan yang
mudah, pemilihan precast untuk pagar panel dan kolom didasari atas beberapa
pertimbangan, antara lain:

 Pengontrolan mutu bisa lebih baik karena komponen berupa frame telah
dibuat terlebih dahulu untuk menjamin kualitas beton tetap konsisten.
 Mengurangi penggunaan bahan cetakan dari bahan kayu serta mengurangi
penggunaan perancah pada struktur.
 Tenaga kerja lebih bisa dikurangi
 Mengurangi pencemaran udara dilokasi konstruksi pagar panel dan kolom.

Metode pembuatan untuk beton precast dinding panel dan kolom sendiri tidak jauh
berbeda dari jenis beton precast pada umumnya. Beton dibuat di pabrik dengan
cetakan tertentu untuk membentuk beton berupa balok, kolom, maupun plat yang
diinginakn sesuai kebutuhan konstruksi.

Setelah beton cukup umur dan matang sempurna, barulah dipasang pada konstruksi.
Untuk pemasangan yang sempurna, maka sambungan aantar komponen di
grout dengan beton kualitas tinggi.

7. PAGAR PANEL DAN KOLOM

13
Pagar panel adalah pagar beton yang sudah barang tentu dilengkapi dengan kolom
betonnya, beton precast ini cocok untuk kebutuhan pemagaran lokasi-lokasi
bersekala besar maupun kecil, seperti pemagaran sekeliling pabrik.

Harga pagar panel ini sangat bervariasi tergantung dari mutu beton yang diperlukan,
diantaranya mutu pagar panel k 200 dan k 300, dan tergantung berapa susun yang
diperlukan, biasanya antara 4 – 8 susun.

Dalam order produk pagar panel ini biasanya sudah termasuk dengan pemasangan,
hal ini dikembalikan ke konsumennya, apakah akan order produk saja atau berikut
pemasangannya.

2.3 Metode Pelaksanaan dan Pembuatan Pre-Cast Half Slab


Kali ini kita jelaskan tentang cara membuat beton precast half slab untuk struktur
lantai gedung dimulai dari proses perencanaan. produksi. transportasi sampai
dengan pemasangan di area lokasi proyek. sebelumnya kita tahu bahwa half slab
adalah sistem pengerjaan struktur plat lantai beton bertulang dengan cara separuh
lantai bagian bawah dibuat precast. sedangkan lantai atasnya di cor secara manual
ditempat. hal ini dimaksudkan untuk mempercepat waktu proses pelaksanaan serta
menghemat biaya pekerjaan bekisting.

1. membuat gambar denah plat lantai yang mau dipasang precast half slab,
tidak semua posisi plat bisa di pasang atau tertalu rumit jika memakai half

14
slab. misalnya pada struktur tepi kantilever gedung. sedangkan bagian yang
bisa dipasang misalnya pada sisi tengah gedung yang berbentuk persegi.

2. menghitung struktur half slab, Setelah diketahui bentuk dan ukuranya


panjang. lebar dan tebalnya maka sudah bisa dihitung berapa dimensi serta
jumlah besi yang diperlukan. ditentukan juga tipe beton K berapa. hal ini
menyesuaikan beban yang akan ditanggung oleh struktur plat lantai.

3. menentukan titik angkat half slab selanjutnya yaitu menghitung dimana


posisi titik teraman untuk mengangkatnya dengan alat berat seperti mobile
crane. atau tower crane.

4. membuat cetakan bekisting half slab setelah direncanakan dengan balk


maka bisa dilanjut ke proses produksi yaitu pembuatan bekisting. cetakanya
bisa dibuat dari plat besi agar dapat dipakai berulang-ulang tanpa
mengalami kerusakan. atau jika hanya sedikit half slab yang dibuat maka
bisa memakai polyvvood sebagai cetakan.

5. pemasangan pembesian pada half slab

2.4 TahapanPembuatan Beton Pre-Cast


Proses produksi/pabrikasi beton pracetak dapat dibagi menjadi tiga tahapan
berurutan yaitu:

1. Tahap Design
Proses perencanaan suatu produk secara umum merupakan kombinasi dari
ketajaman melihat peluang, kemampuan teknis, kemampuan pemasaran.
Persyaratan utama adalah struktur harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan
dan kestabilan pada masa layannya.
2. Tahap Produksi
Beberapa item pekerjaan yang harus dimonitor pada tahap produksi adalah
kelengkapan dari perintah kerja dan gambar produk, mutu dari bahan
baku, mutu dari cetakan, mutu atau kekuatan beton, penempatan dan
pemadatan beton, ukuran produk, posisi pemasangan, perawatan
15
beton, pemindahan, penyimpanan dan transportasi produk, serta pencatatan
(record keeping).
Tahap produksi terdiri dari proses-proses berikut:

Langkah 1 : Pembuatan Cetakan Cetakan berfungsi untuk membentuk beton


dengan spesifikasi yang sesuai perencanaan. Bahan baku untuk membuat
cetakan beton yaitu papan kayu. Papan-papan kayu tersebut lantas dibentuk
kotak dan ditahan menggunakan paku secukupnya. Penentuan ukuran dari
cetakan harus benar-benar diperhatikan karena akan memengaruhi hasil jadi
beton pracetak. Beton yang baik seyogyanya bisa dipakai lagi hingga sebanyak
50 kali.

Langkah 2 : Pembuatan Adukan Beton Secara prinsip, pembuatan adukan


beton dilakukan dengan mencampurkan bahan pengisi dan bahan pengikat
menjadi satu. Bahan-bahan yang dimaksud antara lain pasir, kerikil, semen,
dan air dengan perbandingan komposisi sesuai kualitas yang diharapkan.
Untuk mengubah sifat alami dari beton, Anda bisa menambahkan zat aditif
tertentu ke dalam adukan tersebut.

Langkah 3 : Penuangan Adukan Beton Adukan beton yang sudah terbentuk


kemudian dituangkan ke dalam cetakan. Pastikan dalam penuangannya,
adukan ini disebarkan secara merata dan memenuhi setiap bagian cetakan.
Penuangan adukan yang salah akan menyebabkan mutu beton menurun.
Bahkan kekuatan beton pun dapat berkurang drastis apabila penampangnya
tidak tercetak sempurna. Adukan beton sebaiknya dituangkan setengahnya
dahulu, kemudian dilakukan pemasangan tulangan baja di tengah cetakan, dan
diteruskan lagi dengan penuangan adukan sampai penuh.

Langkah 4 : Pemasangan Tulangan Baja Kebanyakan beton pracetak


dipakai untuk menahan beban dari bangunan. Tidak hanya pelat lantai, beton
ini juga kerap digunakan sebagai pembentuk struktur balok dan kolom
bangunan. Oleh karena itu, beton harus mampu menahan gaya beban dan gaya
tarik dengan baik. Solusinya Anda bisa memasang beberapa tulangan baja ke

16
dalam adukan beton di dalam cetakan tadi sehingga nantinya akan terbentuk
beton bertulang. Pemasangan tulangan dilakukan ketika kondisi adukan masih
basah.

Langkah 5 : Pengeringan Beton (curing) Adukan beton sebaiknya


dikeringkan secara alami dengan cara mengangin-anginkannya. Penjemuran
adukan beton di bawah terik sinar matahari langsung justru dapat
mengakibatkan beton mengalami keretakan sehingga tak layak pakai. Selama
proses pengeringan berlangsung, beton juga perlu disiram dengan air secara
berkala untuk menghindari beton mengering secara mendadak. Perawatan
terhadap beton dilakukan sampai berumur 7 hari, sedangkan beton akan
mengering sempurna dan boleh digunakan setelah usianya mencapai 30 hari.
Pada elemen-elemen beton yang besar steam curing diberikan kedalam beton
dengan cara diselubungi Suhu 60-700C selama 2-

2.5 Metode Pelaksanaan pemasangan beton precast.


2.5.1 Cara pemasangan balok pracetak pada kolom :
1. Cara pengangkatan balok pracetak hampir sama dengan plat pracetak, tapi
balok pracetak untuk titik pengangkatan hanya terdiri dua titik angkat.
2. Untuk pemasangan balok pracetak juga diangkat oleh alat bantu yaitu tower
crane.
3. Untuk menempatkan posisi balok pracetak hampir sama dengan plat pracetak
yaitu pada waktu balok masih diangkat oleh tower crain maka dengan
menggunakan tenaga manusia untuk menempatkan balok pracetak sesuai
dengan posisinya.
4. Fungsi dari tulangan yang menonjol pada bagian tepi balok pracetak adalah
untuk meneruskan gaya – gaya yang bekerja pada balok untuk disalurka ke
kolom.
5. Setelah pemasangan balok pracetak selesai, pada bagian hubungan balok
pracetak dan kolom di rencanakan untuk tulangan pengekang yang berfungsi
untuk memperkuat penulangan antara balok dan kolom.

Sambungan Balok Pracetak dan Plat Pracetak


17
Pada sambungan balok pracetak dan plat pracetak, plat menumpu pada balok
pracetak yang diperlihatkan pada gambar 3.

2.5.2 Cara pemasangan balok pracetak pada plat lantai adalah :


1. Plat pracetak dipasang setelah balok – balok pracetak sudah dipasang pada
kolom.
2. Untuk pemasangan plat pracetak diangkat menggunakan alat bantu yaitu
tower crain sebagai alat untuk pengangkatan plat pracetak, plat pracetak
diangkat pada titik angkat yang terdiri 4 titik angkat.

Gambar 3. Sambungan balok pracetak dan plat pracetak

Sambungan Balok Anak dan Balok Induk

Sambungan balok anak dengan balok induk dapat dilihat pada gambar 4.

18
Gambar 4. Sambungan balok anak dan balok induk

2.6 Sambungan Pada Balok Pre-Cast


Bentuk dan jenis sambungan merupakan bagian penting pada konstruksi beton
precast. Pada sambungan basah, penyambungan dilakukan dengan cara grouting
atau pengecoran di tempat. Penyambungan ini bertujuan mendapatkan kekuatan
sambungan balok-balok beton pracetak dengan pembebanan statis dan kemampuan
struktur yang disambung untuk meredam gaya luar yang bekerja dari pengujian
dinamis. Metode penyambungan elemen beton pracetak menggunakan bahan beton
polimer dengan kecepatan pengeringan 15 menit. Dengan metode ini kecepatan
kostruksi struktur pracetak akan lebih cepat dibanding dengan cor di tempat. Selain
itu mutu material elemen struktur menggunakan beton pracetak akan lebih baik.

Sambungan Balok Pracetak dan Kolom

Pertemuan balok kolom merupakan daerah terjadinya interaksi tegangan yang


sangat tinggi. Karena adanya beban gempa daerah pertemuan ini merupakan daerah
potensial untuk terjadinya keruntuhan yang diakibatkan oleh gaya geser diagonal
yang terjadi akibat gempa. Sehingga pertemuan balok kolom harus direncanakan
sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan SNI. Untuk penyambungan balok
pracetak dan kolom dalam kasus ini menggunakan sambungan seperti pada gambar
2.

19
Gambar 2. Sambungan balok pracetak dan kolom

ACI Committe 355 (1997, h.R-4 dan 5) mengusulkan beberapa macam


pengangkuran pada beton, yang dapat dilihat pada gambar 1. Beban yang mungkin
bekerja pada angkur adalah gaya tarik, gaya geser, kombinasi gaya tarik dan geser,
serta momen lentur (ACI Committe 355, 1997, h.R-10) yang dapat dilihat pada
gambar 2.

Gambar 1. Jenis pengangkuran pada beton

Gambar 2. Beban yang bekerja pada angkur

20
Gambar 2 menunjukan contoh sambungan mekanik yang digunakan untuk
menyambung baja tulangan pada beton pracetak (ACI, 1988, h.3-2).

Gambar 3. Contoh sambungan mekanik

Beberapa tipe sambungan antara dua batang kolom beton pracetak (ACI, 1988, h.5-
11) dan dua batang balok dari beton pracetak (ACI, 1988, h.5-24) dapat dilihat pada
gambar 4.

Gambar 4. Sambungan antara dua batang kolom dan balok beton pracetak

21
Tinjauan pustaka menunjukan bahwa hubungan antar komponen beton pracetak
dapat menggunakan tulangan yang diangkurkan ke dalam beton yang kemudian
baja tulangan di sambung dengan beberapa cara. Lekatan antara beton dengan
angkur sangat menentukan kekuatan sambungan, sehingga panjang lekatan
minimum harus dicari agar tidak terjadi keruntuhan karena lolosnya angkur.
Berdasarkan sambungan-sambungan yang telah ada maka pada penelitian ini
digunakan dua macam alat sambung, yaitu :

1. sambungan memakai siku lubang

2. sambungan memakai angkur dan plat hubung

Sambungan Memakai Siku Lubang

Siku lubang-sebagaimana tampak pada gambar 6 banyak dipakai untuk rangka rak,
dan pada penelitian ini ditelaah apakah dapat dipakai sebagai alat sambung antar
komponen beton pracetak. Siku lubang yang dipakai mempunyai ukuran
penampang melintang : lebar 37,0 mm dan 36,4 mm, tebal 1,2 mm, serta diameter
lubang 10 mm, dengan panjang 3 m per batangnya. Luas penampang melintang
netto dari siku lubang An adalah 0,6408 cm2.

Gambar 5. Siku lubang

Sambungan Memakai Angkur Dan Plat Hubung

22
Angkur diameter 10 mm yang terbuat dari besi beton polos dengan panjang
pengangkuran untuk lekatan beton minimum 30 cm, sebagaimana tampak pada
gambar 13, digunakan untuk menyambung antar komponen beton pracetak. Pada
bagian ujung angkur dibuat ulir guna pemasangan baut 3/8 inchi.

Gambar 6. Sepasang angkur dari besi beton polos diameter 10 mm

Hubungan antar angkur memakai plat hubung yang terbuat dari besi plat dan siku.
Pada penelitian ini diuji kemampuan dari lima macam ukuran plat dan empat
macam ukuran siku masif. Masing-masing ukuran dibuat tiga macam jarak antar
lubang, yaitu 2,0 cm, 2,5 cm dan 3,0 cm, dan tiap-tiap jarak antar lubang dibuat tiga
buah benda uji.

2.7 Ikatan Pada Beton Precast


Cara mengikatkan atau melekatkan suatu komponen terhadap bagian komponen
konstuksi yang lain secara prinsip dibedakan sebagai berikut :

A. Ikatan Cor ( In Situ Concrete Joint )


Penyaluran gaya dilakukan lewat beton yang dicorkan
 Diperlukan penunjang / pendukung pembantu selama pemasangan sampai
beton cor mengeras
 Penyetelan berlangsung dengan bantuan adanya penunjang / pendukung
pembantu. Toleransi penyusutan ‘ diserap ‘ oleh Coran Beton.
23
B. Ikatan Terapan
 Cara menghubungkan komponen satu dengan yang lain secara “lego”
(permainan balok susun anak-anak) disebut Iaktan Terapan.
 Dimulai dengan cara hubungan “ PELETAKAN “, kemudian berkembang
menjadi “ Saling Menggigit “.
 Proses pemasangan dimungkinkan tanpa adanya pendukung / penunjang
pembantu.
C. Ikatan Baja
Bahan pengikat yang dipakai : Plat baja dan Angkur. Sistem ikatan ini dapat
dibedakan sebagai berikut :
 Menyambung dengan cara di las ( Welded Steel )
 Menyambung dengan Baut / Mur / Ulir ( Corbel Steel )

Catatan :

- Harga dari profil baja sebagai pengikat tinggi


- Mungkin dilaksanakan tanpa pendukung / penunjang
- Harus dilindungi dari : korosi, api dan bahan kimia. Dengan Mortar / In Situ
concrete Joint sebagai pelindung / Finishing ikatan.
D. Ikatan Tegangan
Merupakan perkembangan lebih jauh dari ikatan baja dengan memasukan unsure
Post Tensioning dalam system koneksi.
 Memerlukan penunjang / pendukung Bantu selama pemasangan
 Perlu tempat / ruang yang relatuf besar untuk Post Tensioning
 Angker cukup mahal

2.8 Simpul Pada Beton Precast


Merupakan kunci dalam struktur yang memakai komponen pra – cetak dan
merupakan tempat pertemuan antara 2 atau lebih komponen struktur

Secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Simpul Primer

24
b. Pertemuan yang menghubungkan kolom dengan balok dan juga terhadap plat
lantai. Disisni beban dari plat akan diteruskan ke pendukung-pendukung
vertical.
c. Simpul Pertemuan Kolom

d. Pertemuan dimana beban-beban vertical dan sesewaktu momen-momen juga


disalurkan.
e. Simpul Penyalur Sekunder-Primer ( Pelat Balok )

f. Untuk menyalurkan beban vertical


g. Simpul Pendukung sesama Plat / dengan Balok dan Kolom

h. Untuk menyalurkan beban horizontal dalam bentuk tegangan tekan – tarik dan
geser
i. Simpul yang Mampu Menahan Momen
j. Yang secara statis bisa membentuk komponen pendukung tapi oleh alasan
tertentu.

Misal : Transportasi dibuat terdiri dari 2 atau lebih bagian

2.9 Pelaksanaan Sistem Beton Precast


Produsen beton pracetak pada umumnya tidak hanya bertanggung jawab dalam
masalah produksi saja tetapi juga bertanggung jawab pada masalah transportasi atau
bahkan masalah pemasangan dari komponen beton pracetak. Pada umumnya
produsen mempunyai modal transportasi sendiri untuk mentransportasikan
produknya ke lokasi pekerjaan, atau mensubkontrakkan masalah transportasi
kepada perusahaan transportasi. Pengiriman komponen biasanya digunakan truk,
dengan konsekuensi bahwa jalur transportasi harus sudah disurvey untuk
memastikan bahwa jalur tersebut dapat dilewati truk dengan muatannya.

pengangkutan yang dapat dilakukan dalam mentransportasikan komponen beton


pracetak dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu secara horizontal dan secara vertikal
(Lewicki B.,1966). Pada tahap produksi meliputi pemilihan material penyusun
elemen beton pracetak serta proses pembuatan mix desain dan pengecoran elemen
pracetak serta penyimpanan elemen pracetak yang sudah jadi. Pada setiap tahapan
produksi sudah dilakukan kontrol kualitas (QC), hal ini untuk mengurangi resiko
25
kegagalan produksi. Setelah elemen beton pracetak diproduksi, maka diperlukan
pengangkutan/transportasi ke lokasi pemasangan. Idealnya komponen pracetak
dapat dikirim dan tiba di lokasi proyek tepat waktu saat diperlukan (akan dipasang)
baik dalam jumlah maupun tipenya. Namun umumnya di proyek menyediakan stok
untuk kegiatan 2-3 hari, hal ini disebabkan untuk berjaga-jaga seandainya ada
hambatan pada saat pengangkutan.

Tahap pasca produksi terdiri dari tahap penanganan ( handling ), penyimpanan (


storage ), penumpukan ( stacking ), pengiriman ( transport dan tahap pemasangan
di lapangan ( site erection ). Dalam tahap transportasi ini harus mempertimbangkan
faktor-faktor utama berikut ini:

1. Jadwal kegiatan pengangkutan sangat diperlukan oleh kecepatan


pemasangan di lapangan. Semakin cepat tingkat pemasangan di proyek
maka dibutuhkan pengangkutan yang cepat pula.
2. Kondisi lahan stockyard di site proyek. Jika lahan stockyard semakin besar
maka pelaksanaan pengangkutan dapat dipercepat dengan menyetok di
lokasi proyek.
3. Ijin pengangkutan/penggunaan jalan, ijin ini sangat tergantung pada:
a. Jenis dan ukuran alat angkut, semakin besar kapasitas alat angkut maka
jalan yang dapat dilalui juga semakin terbatas sebab hanya jalan-jalan
kelas tertentu yang dapat diperbolehkan dilewati.
b. Waktu pengangkutan, sangat tergantung pada keadaan lalu lintas antara
pabrik dengan lokasi proyek. Jika kondisi lalu lintas yang akan dilewati
relatif sepi maka elemen beton pracetak kapan saja bisa diangkut, namun
jika kondisi lalu lintasnya sangat padat maka perlu mengangkut jadwal
pengangkutan agar tidak menggangu lalu lintas yang ada.
4. Alat angkut (crane) di pabrik. Dalam menentukan pilihan alat angkut (crane)
sangat tergantung dari jenis kebutuhan angkutan dan sistem penyimpangan
di pabrik tersebut.

26
Dalam pengangkutan beton pracetak harus mempertimbangkan perilaku beton
tersebut akibat beban sendiri saat diangkat. Oleh karena itu pada saat mendesain
produksi hendaknya sudah memasukkan pertimbangan ini dengan jalan:

1. Memberikan tempat yang tepat untuk sling pengankutan.


2. Jika secara mekanika pengangkutan dapat menimbulkan kerusakan, maka
pada saat desain harus memberikan perkuatan tambahan.

Pada tahap pemasangan, untuk memudahkan pelaksanaan pemasangan elemen


beton pracetak di proyek maka harus mengatur faktor-faktor berikut ini:

1. Site Plan

Site plan untuk pekerjaan dengan menggunakan elemen sistem pracetak.


Dalam mengatur site plan membutuhkan keahlian khusus untuk mengatur lahan
proyek menjadi sedemikian rupa agar dapat diperoleh kenyamanan dalam
melakukan koordinasi semua kegiatan proyek. Untuk itu harus mengatur:

a. Posisi tower crane yang paling sesuai sehingga setiap sudut bangunan
dapat dijangkau oleh tower crane tersebut sesuai dengan kebutuhan.
b. Stockyard untuk komponen pracetak agar masih dapat dijangkau oleh
tower crane baik berat maupun radiusnya.
c. Unloading area, terutama untuk material pareto dan elemen beton
pracetak sehingga tidak mengganggu aktivitas pekerjaan di proyek
tersebut.
d. Jalan kerja yang paling baik agar tidak mengganggu kegiatan pekerjaan
dan memberikan kemanan (safety).
e. Lokasi penunjang lainnya, seperti kantor kontraktor/pemilik/pengawas,
gudang, bengkel alat berat, akses keluar-masuk proyek, pos petugas
keamanan, barak pekerja, fasilitas umum lainnya dan lain-lain.
2. Peralatan

Dalam mengatur tipe peralatan yang diperlukan harus mempertimbangkan


hal-hal sebagai berikut:

27
a. Luas area dan ketinggian gedung.
b. Berat material terbesar yang akan diangkat dan radius yang dikehendaki.
c. Bentuk material yang akan diangkat apakah berbentuk curah/padat/cair
dan lainlain. Bentuk material akan sangat mempengaruhi bucket alat
angkut bahkan bisa mempengaruhi jenis alat angkut yang dipakai.
d. Model pengangkutan yang dominan terjadi di lokasi proyek apakah
vertikal atau horisontal.
e. Cara pelaksanaan pemasangan elemen struktur, apakah perlu
menggunakan temporary equipment (peralatan sementara) atau cukup
dengan menggunakan permanent equipment (peralatan permanen) yang
akan dipasang di gedung tersebut terutama untuk item pekerjaan
finishing. Misalnya cukup dengan menggunakan gondola permanen di
atas gedung atau masih tetap membutuhkan peralatan dari luar.

Dari pertimbangan di atas maka dapat ditentukan tipe dan kapasitas serta
jumlah perlaatan yang diperlukan.

3. Siklus pemasangan

Dalam pemasangan elemen-elemen pracetak harus direncanakan


siklus/urutan pemasangan serta dianalisa perilaku beban-beban yang terjadi
selama erection. Seringkali terjadi kerusakan/failure akibat tidak
diperhitungkannya perilaku struktur selama proses pelaksanaan/erection.

Secara umum proses erection elemen-elemen pracetak pada pelaksanaan


pembangunan gedung tingkat tinggi merupakan suatu perulangan/repetitif dari
proses erection tiap lantai. Adapun proses erection dapat dilihat pada gambar 2.

28
Gambar 2. Siklus Proses Erection Elemen Pracetak pada Struktur Gedung
Tingkat Tinggi

Dari pengalaman menunjukkan bahwa perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk


erection dalam satu siklus per lantai dengan ukuran 40 m x 40 m (1.600 m2) sebesar
± 6-9 hari per lantai. Pemasangan elemen-elemen pracetak gedung tingkat tinggi
membutuhkan peralatan tower crane atau mobile crane untuk memasang sesuai
dengan posisinya.

Hal-hal yang harus mendapat perhatian secara serius dalam pelaksanaan sistem
pracetak adalah sistem sambungan dan batas toleransi yang diijinkan dalam
pelaksanaan. Salah satu faktor teknis yang sangat penting dalam pelaksanaan sistem
pracetak adalah desain sambungan (connection design). Dalam sistem pracetak
sambungan dilakukan di lokasi proyek sehingga akan terjadi perbedaan kekuatan
dan mutu material. Dengan demikian akan mengakibatkan adanya perlemahan di
daerah sambungan antar elemen pracetak. Kegunaan dari sambungan adalah untuk
meneruskan beban yang bekerja pada struktur dengan memberikan stabilitas yang
memadai. Suatu sambungan seringkali harus meneruskan berbagai macam beban
29
yang bekerja secara simultan. Sambungan yang baik harus dapat
mengkombinasikan antara kepentingan praktis dan ekonomis. Untuk itu perlu
mempertimbangkan faktor-faktor berikut yaitu: kekuatan (strength), pelayanan
(service ability), produksi (production), pemasangan (erection), dan ekonomis.

Jika ditinjau dari segi teknis sambungan pracetak harus memenuhi kreteria
teknis sebagai berikut: kekuatan (strength), duktilitas (ductility), ketahanan
(durability), tahan kebakaran (fire resistance), stabil dan seimbang (stability and
equilibrium). Dengan adanya keterbatasan dalam pelaksanaan di lapangan tidak
mungkin bisa dilaksanakan suatu desain secara tepat. Oleh karena itu diperlukan
batas toleransi yang diijinkan dalam pamasangan. Adapun batas tolerensi yang
diijinkan harus memenuhi kreteria yang disyaratkan dalam peraturan.

2.9 Kasus Penggunaan Beton Pre-Cast

2.9.1 Identifikasi Proyek 1


 Nama Proyek : Garaha Cempaka Mas
 Pemilik Proyek : PT. Duta Pertiwi
 Konsultan Perencanaan :
 Arsitektur : PT. Paraga Arga Mida
 Struktur : PT. Paraga Arga Mida
 M/E : PT. Policipta Multi Desain
 Konsultan Pengawas : PT. Lend Lease Graha Indonesia

30
 Waktu Pelaksanaan :
 Shop houses : 01 Oktober 1994 s/d 03 Januari 1996
 Appartement : s/d 2 Juni 1996
 Scope pekerjaan : Struktur bawah (kecuali tiang pancang) Struktur atas,
finishing, M/E (Mechanical/Electrical), eksternal/halaman.
 Luas Bangunan : 184.000 m2
 Jumlah Lantai : Basement + 24 Lantai + Atap

Pada penelitian ini akan dievaluasi dan direncanakan ulang dengan menggunakan
metode pelaksanaan pracetak. Namun sehubungan dengan keterbatasan data,
maka pembahasan perencanaan pelaksanaan proyek ini hanya berdasarkan item
pekerjaan yang mempunyai pengaruh dominan jika metode pelaksanaan dirubah.

Site plan proyek direncanakan tidak mengalami perubahan, namun yang harus
mendapat perhatian khusus adalah area untuk unloading truck yang mengangkut
elemen struktur pracetak. Sedangkan bentuk gedung merupakan typical dari 24
lantai dengan 1 basement dan 1 lantai roof.

Data yang diperoleh diolah dengan metode teknik analisa deskriptif yaitu
mendeskripsikan pelaksanaan pembangunan gedung tingkat tinggi dengan
menggunakan metode konvensional dan sistem pracetak untuk mengukur tingkat
efisiensi biaya dan waktu pelaksanaan.

2.9.3 Hasil Rencana Anggaran Belanja Proyek


Pada pekerjaan struktur pengurangan biaya paling besar adalah pada pengadaan
material untuk bekisting dan upah pekerja pemasangan dan pembongkaran
bekisting. Sementara sistem elemen pracetak produksinya dilaksanakan di pabrik.
Sehingga kebutuhan bekisting sangat sedikit yaitu hanya dipakai untuk
pelaksanaan pengecoran sambungan antar elemen saja.

Pada pekerjaan finishing khususnya pekerjaan dinding terjadi perubahan dari


pasangan bata menjadi elemen dinding pracetak. Sehingga diperoleh
penghematan biaya dan waktu penyelesaian yang cukup banyak. Sedangkan pada

31
pekerjaan finishing lantai dan atap diperoleh dari efisiensi biaya defect list yang
terjadi selama pekerjaan berlangsung. Adapun rekapitulasi rencana anggaran
biaya proyek dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya Proyek

2.9.4 Total Biaya Berdasarkan Kelompok Biaya Proyek


Untuk mengetahui perincian efisiensi berdasarkan kelompok pembiayaan, maka
perlu disusun rencana pembiayaan berdasarkan kelompok biaya. Adapun hasil
pengelompokkan biaya antara metode konvensional dan sistem pracetak dapat
dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan Rekapitulasi Biaya Berdasarkan Kelompok Biaya Proyek

32
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa item prosentase biaya yang paling
banyak berkurang adalah biaya tak langsung (40.42%). Hal ini disebabkan karena
biaya tak langsung ini sangat berkaitan dengan waktu pelaksanaan sehingga dengan
menggunakan sistem pracetak yang mampu menekan waktu pelaksanaan secara
otomatis mampu menekan biaya yang cukup besar pula. Sedangkan berdasarkan
nilai uang yang paling besar adalah dari kelompok biaya bahan/material hal ini
disebabkan karena hampir 25% saja bekisting yang dipakai untuk mengecor
sambungan antar elemen pracetak.

2.9.5 Jumlah dan biaya peralatan yang dipakai


Perbedaan yang paling dominan pada perubahan metode pelaksanaan dari
konvensional ke sistem pracetak adalah penggunaan peralatan untuk membantu
penyelesaian proyek. Oleh karena itu maka perlu dibahas jumlah dan biaya
peralatan yang dipakai dengan menggunakan 2 metode konstruksi tersebut. Adapun
jumlah dan biaya peralatan yang dipakai pada metode konvensional dan sistem
pracetak dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Perbandingan Jumlah dan Biaya Peralatan yang Dipakai

2.9.6 Time schedule dan Kurva “S” Proyek


Untuk mengukur kinerja waktu peleksanaan proyek antara 2 metode yaitu
metode konvensional dan sistem pracetak adalah menggunakan time schedule dan
kurva “S” proyek. Hal ini dapat diukur secara mudah total selisih waktu
penyelesaian. Adapun time schedule dan kurva “S” proyek dapat dilihat pada
gambar 3.
33
Dari kurva “S” dan time schedule di bawah dapat dilihat bahwa dengan sistem
pracetak ternyata mampu mereduksi waktu penyelesaian dari 21 bulan menjadi 15
bulan atau terjadi. efisiensi waktu sebesar 28.57%. Hal ini dikarenakan bahwa
siklus per lantai untuk pekerjaan sistem pracetak mampu dikerjakan selama 6-9 hari
untuk pekerjaan struktur. Sehingga total waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan
struktur dengan sistem pracetak sebesar 7.8 bulan. Sedangkan pelaksanaan dengan
sistem konvensional membutuhkan waktu 14 bulan.

34
Gambar 3. Perbandingan Time Schedule dan Kurva “S” Proyek

35
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

AMP (Asphalt Mixing Plant) berjeniskan alat pencampur dengan penakaran


(batch plant). AMP terdiri atas Cold bin merupakan bagian dari AMP yang
berfungsi sebagai tempat disimpannya material, conveyer merupakan tempat
penyalur material yang keluar dari pintu cold bin ke drayer, Drayer berfungsi untuk
memanaskan agregat, dengan suhu maximum 1600C, Setelah agregat dari drayer
selanjutnya agregat masuk kedalam elevator, yang mana fungsi elevator adalah
menyalurkan agergat dari drayer ke screen, setelah dari elevator, agregat
selanjutnya masuk ke screen untuk dipisahkan kembali sesuai ukuran masing-
masing agregat yaitu 3/4’’, 3/8’’, pasir dan abu batu. Setelah terkumpul sesuai
ukuran masing-masing agregat di screen selanjutnya agregat tersebut ke Hot Bin
yang berfungsi menampung agregat sementara kemudian agregat ke penimbangan.
Selanjutnya agregat ke mixer untuk dicampur dengan aspal. Setelah tercampurnya
aspal, filler dan agregat maka selanjutnya campuran aspal tersebut ke pugmill.
Pugmill itu sendiri berfungsi sebagai tempat pembuangan aspal ke dump truck.

Pengaspalan menggunakan Asphalt Sprayer adalah penyemprotan lapis


resap pengikat, penyemprotan lapis resap. Bila bahan Lapis Resap Pengikat (Prime
Coat) menggunakan aspal emulsi tanpa campuran harus memenuhi ketentuan
spesifikasi AASHTO M140 atau spesifikasi Pd S-01-1995-03 (AASHTO M208).
Bila bahan Lapis Perekat (Take Coat) menggunakan aspal emulsi tanpa campuran
harus menggunakan jenis Aspal Emulsi Rapid Setting dan memenuhi ketentuan
spesifikasi AASHTO M140 atau Pd S-01-1995-03 (AASHTO M208). Pengaspalan
menggunakan Asphalt Paver adalah peralatan bermesin untuk menghamparkan
campuran aspal panas di atas permukaan badan jalan sesuai dengan lebar dan tinggi
ketebalan hamparan yang direncanakan. Biasanya yang digunakan adalah Laston

1
Lapis Aus Perata (AC-WC(L)) dan Laston Lapis Antara Perata (AC-BC (L)).
Metode pemadatan dan finishing antara asphalt paver dan sprayer hampir sama.

3.2 Saran

Para pembaca disarankan agar menambah bacaan lewat media-media lainnya


agar lebih memperdalam definisi serta hal-hal umum lain. Selain menambah
wawasan dengan bacaan, pembaca juga disarankan menambah wawasan lewat
wawancara dengan pihak-pihak yang telah berpengalaman dalam bidang
perkerasan jalan dan pada akhirnya mendapat informasi yang lebih jelas melalui
contoh-contoh realistis.

2
DAFTAR PUSTAKA

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM, Peralatan Penghampar Campuran Aspal


(Asphalt Finisher) Buku 3 Pengoperasian dan Perawatan. Diakses melalui:
http://www.nspm-bintek.net/dpdf/?file=6c%20Pemeriksaan%20Peralatan%
20Penghampar%20buku%203.pdf.

http://www.ilmutekniksipilindonesia.com/2015/12/alat-berat-untuk-pengolahan-
aspal-asphalt-paver.html. Diakses tanggal 21 Oktober 2018.

http://www.globalindoteknikmandiri.co.id/aspal-sprayer.html. Diakses tanggal 21


Oktober 2018.

http://blogspotmining.blogspot.com/2016/07/peralatan-pengaspalan.html. Diakses
tanggal 21 Oktober 2018.

http://strong-indonesia.com/artikel/teknik-pelaksanaan-pembangunan-jalan/.
Diakses tanggal 21 Oktober 2018.

https://civiltekno.blogspot.com/2017/12/metode-pek-jalan-prime-coat.html.
Diakses tanggal 21 Oktober 2018.

http://jharwinata.blogspot.com/2016/04/amp-asphalt-mixing-plant.html. Diakses
tanggal 21 Oktober 2018.

Anda mungkin juga menyukai