Anda di halaman 1dari 33

1.

Gempa Rencana, Faktor Keutamaan, dan Kategori Resiko Bangunan


 Gempa rencana ditetapkan lebih dari 2% selama struktur bangunan 50 tahun..
 Penentuan kategori resiko bangunan gedung dan non gedung untuk gempa.
 Penentuan faktor keutamaan gempa sesuai dengan kategori resiko bangunan

2. Kombinasi Beban Untuk Metode Ultimit dan Metode Tegangan Ijin


 Metoda Ultimit
1. 1.4D
2. 1.2D + 1.6L + 0.5(Lr atau R)
3. 1.2D + 1.6(Lr atau R) + (L atau 0.5W)
4. 1.2D + 1.0W + L + 0.5(Lr atau R)
5. 1.2D + 1.0E + L
6. 0.9D + 1.0W
7. 0.9D + 1.0E
Catatan :
 Faktor beban L untuk kombinasi 3,4,dan 5 boleh direduksi 0.5 untuk beban lebih
kecil dari 500 kg/m2 kecuali disyaratkan untuk fungsi ruang yang tidak boleh
direduksi.
 Beban air F pada struktur harus diperhitungkan dengan beban yang sama dengan
beban mati D untuk kombinasi 1 hingga 5 dan 7.
 Beban tanah H pada struktur harus diperhitungkan bila :
a. Beban H memperkuat pengaruh terhadap beban utama maka faktor beban H =
1.6
b. Beban H memberikan perlawanan terhadap beban utama dan sifatnya permanen
maka faktor beban H = 0.9 atau pada kondisi lainnya faktor beban H = 0.
 Untuk beban angin dan beban seismic tidak ditinjau secara bersamaan dan dipilih
yang paling menentukan.
 Metoda Tegangan Ijin
1. D
2. D+L
3. D + (Lr atau R)
4. D + 0.75L + 0.75(Lr atau R)
5. D + (0.6W atau 0.7E)
6. D + 0.75(0.6W atau 0.7E) + 0.75L + 0.75(Lr atau R)
7. 0.6D + 0.6W
8. 0.6D + 0.7E
Catatan :
 Beban air F pada struktur harus diperhitungkan dengan beban yang sama dengan
beban mati D untuk kombinasi 1 hingga 6 dan 8.
 Beban tanah H pada struktur harus diperhitungkan bila :
a. Beban H memperkuat pengaruh terhadap beban utama maka faktor beban H = 1.
b. Beban H memberikan perlawanan terhadap beban utama dan sifatnya permanen
maka faktor beban H = 0.6 atau pada kondisi lainnya faktor beban H = 0.
 Untuk beban angin dan beban seismic tidak ditinjau secara bersamaan dan dipilih
yang paling menentukan.

3. Penentuan Klasifikasi Situs

̅̅̅̅)
 Kecepatan rata-rata gelombang geser (𝑽𝒔
̅ ) dan tahanan penetrasi standard rata-
 Tahanan penetrasi standard rata-rata (𝑵
̅ 𝒄𝒉)
rata untuk tanah kohesif (𝑵

̅̅̅̅)
 Kuat geser rata-rata (𝑺𝒖

Catatan :

 Data tanah yang diperlukan untuk penentuan kelas situs sedalam 30m.
 Penetapan situs SA dan situs SB tidak diperkenankan bila terdapat lapisan tanah lebih
dari 3m dari dasar pondasi hingga permukaan batuan dasar.
 Jika tidak dilakukan pengukuran kecepatan gelombang geser kelas situs SB untuk
batuan yang lebih lunak maka situs diklasifikasikan kelas situs SC.
̅̅̅̅
 Pengukuran kecepatan gelombang geser boleh diekstrapolasi untuk mendapatkan 𝑽𝒔
bila kedalam batuan keras menerus sampai sedalam 30m.
4. Penentuan Parameter S1&Ss, SMs&SM1, SDS&SD1, Sa, Kategori Desain
Seismik.

 Parameter Percepatan Batuan Dasar (S1&Ss)


Penentuan parameter S1&Ss ditentukan berdasarkan masing-masing respon spektrum
percepatan 0.2 detik (untuk Ss) dan 1 detik (untuk S1) yang terdapat dalam peta gempa.
Bila S1 ≤ 0.04g dan Ss ≤ 0.15g maka diperbolehkan mendesain bangunan dalam
kategori desain seismik A.
 Parameter Percepatan Respon Spektrum (SMS&SM1)
1. Faktor amplifikasi getaran untuk periode pendek (Fa) dan periode 1 detik (Fv)
Tabel Koefisien Situs Fa

Tabel Koefisien Situs Fv

Catatan :

 Untuk nilai-nilai antara Ss dan S1 boleh dilakukan interpolasi linier.


2. Perhitungan Parameter SMS dan SM1
SMS = Fa.Ss (Parameter percepatan respon spektrum perioda pendek)
SM1 = Fv.S1 (Parameter percepatan respon spektrum perioda 1 detik)
 Parameter Percepatan Spektrum Desain (SDS&SD1)
Ditentukan melalui rumus :
2
SDS = SMS (Parameter percepatan spektrum desain perioda pendek)
3
2
SD1 = SM1 (Parameter percepatan spektrum desain perioda 1 detik)
3
 Percepatan Respon Spektrum (Sa)
Penentuan perioda fundamental struktur berdasarkan syarat berikut :
1. Tc ≤ Ta maka dipilih Ta
2. Ta ≤ Tc ≤ Cu.Ta maka dipilih Tc
3. Tc ≥ Cu.Ta maka dipilih Cu.Ta
Dimana  Ta = Ct.ℎ𝑛𝑥
Tc merupakan waktu perioda dari hasil analisis

Tabel Parameter Ct dan x

Tabel Koefisien Batas Maksimum Perioda Fundamental Struktur (Cu)

Ketentuan dalam menentukan besaran percepatan respon spektrum (Sa) :

1. Untuk T ≤ T0 maka Sa diambil sebesar


𝑇
Sa = SDS (0.4 + 0.6 )
𝑇0
2. Untuk T0 ≤ T ≤ Ts maka Sa diambil sebesar
Sa = SDS
3. Untuk T ≥ Ts maka Sa diambil sebesar
𝑆𝐷1
Sa =
𝑇
𝑆𝐷1 𝑆𝐷1
Dimana  T0 = 0.2 ; Ts =
𝑆𝐷𝑆 𝑆𝐷𝑆

Gambar Desain Respon Spektrum

 Kategori Desain Seismik


1. Untuk struktur dengan kategori resiko bangunan I,II, dan III dimana nilai S 1 ≥ 0.75
maka struktur tersebut dapat dikategorikan dalam kategori desain seismik E.
2. Untuk struktur dengan kategori resiko bangunan IV dimana nilai S1 ≥ 0.75 maka
struktur tersebut dapat dikategorikan dalam kategori desain seismik F.
3. Bila nilai S1 < 0.75 dapat menentukan kategori desain seismik sesuai tabel dibawah
ini
Tabel Kategori Desain Seismik Perioda Pendek

Tabel Kategori Desain Seismik Perioda 1 Detik


Syarat untuk tabel diatas :

a. Untuk masing-masing dua arah orthogonal  Ta < 0.8Ts


b. Untuk masing-masing dua arah orthogonal  T struktur untuk simpangan antar
lantai < Ts.
𝑆𝐷𝑆
c. Menentukan koefisien Cs  𝑅
( )
𝐼𝑒
d. Diafragma struktur kaku atau fleksibel (jarak antar elemen vertikal penahan
gaya gempa tidak melebihi 12 m.

Catatan :
Bila menggunakan alternatif penyederhanaan desain boleh menggunakan tabel di
2
atas dengan parameter SDS = 3Fa.Ss.

5. Faktor R, Cd, Ω0 Untuk Sistem Penahan Gaya Gempa


Keterangan :
TB = Tidak Dibatasi dan TI = Tidak Diijinkan
a
 Faktor modifikasi respon (R)
b
 Faktor pembesaran defleksi (Cd)
d
 Sistem penahan gaya gempa yang dibatasi sampai bangunan ketinggian 72 m atau
kurang
e
 Sistem penahan gaya gempa yang dibatasi sampai bangunan ketinggian 48 m atau kurang
f
 Rangka pemikul momen biasa boleh dipakai mengganti rangka pemikul momen
menengah untuk kategori desain seismik B atau C
g
 Harga tabel faktor kuat lebih (Ω0) boleh direduksi untuk diafragma fleksibel dan tidak
boleh kurang dari 2 kecuali kolom kantilerver
h
 Struktur desain kategori seismik D atau E
i
 Struktur desain kategori seismik F
j
 Rangka baja dengan bresing diijinkan untuk bangunan 1 lantai sampai ketinggian
bangunan 18m dan beban atap tidak melebihi 0.96 kN/m2
k
 Untuk gedung penyimpanan 1 tingkat diijinkan penambahan ketinggian sampai 13.7m
l
 Dinding geser sebagai dinding sturktural
m
 Dinding structural khusus
n
 Rangka momen khusus
o
 Efek beban gempa dengan kuat lebih Emh
p
 Rangka baja cold formed pemikul momen khusus.
Catatan :
 Rangka pemikul momen khusus untuk kategori desain seismik D sampai F yang tidak
terdapat pada tabel di atas, tidak boleh didukung dengan sistem lebih kaku (faktor R lebih
rendah).
 Rangka pemikul momen khusus untuk kategori desain seismik D sampai F yang terdapat
pada tabel di atas, rangka harus menerus sampai pondasi.

6. Gaya Lateral Ekivalen


 Koefisien Respon Seismik (CS)
𝑆𝐷𝑆
Cs = 𝑅
𝐼𝑒
𝑆𝐷𝑆
Cs maksimum = 𝑅
𝑇( )
𝐼𝑒
CS minimum = 0.044 SDS.Ie ≥ 0.01
Bila S1 ≥ 0.6g maka,
0.5𝑆1
Cs minimum = 𝑅
𝐼𝑒
Dimana : SDS = parameter percepatan respon spektrum desain perioda pendek
R = faktor modifikasi respons
Ie = faktor keutamaan gempa
T = perioda fundamental struktur (detik)
SD1 = parameter percepatan respon spektrum desain perioda 1 detik
S1 = parameter percepatan respon spektrum maksimum dipetakan
 Geser Dasar Seismik (V)
V = Cs.W
Dimana : Cs = koefisien respons seismik
W = berat seismik efektif
Catatan :
 Berat seismik efektif struktur (W) harus menyertakan seluruh beban mati dan
beban berikut :
a. Untuk ruang penyimpanan  minimum 25% beban hidup lantai (ruang parkir)
serta beban penyimpanan ≤ 5% dari beban seismik efektif tidak perlu
diperhitungkan.
b. Bila parrtisi disyaratkan dalam desain, ambil terbesar antara berat partisi aktual
dan berat daerah lantai minimum 0.48 kN/m2.
c. Berat perlatan permanen dari operasional.
d. Berat pada taman atap dan luasan sejenis lainnya.
 Distribusi Vertikal Gaya Gempa
𝑊𝑥. ℎ𝑥𝑘
Cvx = ∑𝑛 𝑘
𝑖=1 𝑊𝑖 .ℎ𝑖

Fx = Cvx.V
Keterangan:
Cvx = faktor distribusi vertikal
V = gaya lateral desain total (kN)
Wi & Wx = berat seismik efektif struktur pada tingkat i atau x
hi & hx = tinggi lantai dasar sampai tingkat i atau x
k  Bila T ≤ 0.5 detik maka k = 1
T ≥ 2.5 detik maka k = 2
0.5 < T < 2.5 detik maka ditentukan secara interpolasi linier
 Distribusi Horizontal Gaya Gempa
Vx = ∑𝑛𝑖=𝑥 𝐹𝑖

Keterangan:

Fi = bagian geser dasar seismik (V) yang timbul di tingkat i (kN)


7. Struktur Gedung Beraturan dan Ketidakberaturan
 Ketidakberaturan Horizontal
 Ketidakberaturan Vertikal
Catatan:

 Struktur bangunan gedung yang mempunyai satu atau lebih jenis ketidakberaturan
di atas baik horizontal atau vertikal dikategorikan ketidakberaturan struktur.
 Struktur dirancang untuk kategori desain seismik E atau F dan memiliki
ketidakberaturan horizontal tipe 1b atau ketidakberaturan vertikal tipe 1b, 5a, atau
5b tidak boleh digunakan.
 Struktur dirancang untuk kategori desain seismik D dan memiliki ketidakberaturan
vertikal tipe 5b tidak boleh digunakan.
 Struktur dengan ketidakberaturan vertikal tipe 5b disyaratkan tidak boleh melebihi
dua tingkat atau ketinggian 9m.(kecuali tingkat lemah tersebut mampu menahan
gaya gempa total yang besarnya sama dengan Ω0 kali gaya desain V)
 Kolom, balok, pelat dan rangka batang yang mendukung dinding atau elemen
rangka tidak menerus yang memiliki ketidakberaturan horizontal dan vertikal tipe 4
harus direncanakan menahan efek gaya gempa faktor kuat lebih.
 Struktur dirancang untuk kategori desain seismik D,E,F dan mempunyai
ketidakberaturan struktur horizontal tipe 1a, 1b, 2, 3, atau 4 atau ketidakberaturan
struktur vertikal tipe 4, gaya desain diafragma harus ditingkatkan sebesar 25%
untuk elemen sistem penahan gaya gempa seperti sambungan antara diafragma dan
elemen vertikal serta elemen kolektor.(kecuali desain gaya gempa dengan faktor
kuat lebih sehingga tidak perlu diperbesar).
 Ketidakberaturan vertikal tipe 1a, 1b, atau 2 tidak berlaku bila rasio simpangan
antar lantai akibat gaya gempa desain lebih besar dari 130% rasio simpangan antar
lantai tingkat diatasnya. Pengaruh torsi untuk perhitungan simpangan antar lantai
tidak perlu ditinjau. Rasio simpangan antar lantai tingkat pada 2 tingkat teratas
tidak perlu dievaluasi.
 Ketidakberaturan vertikal tipe 1a, 1b, dan 2 untuk bangunan 1 tingkat tidak perlu
ditinjau untuk semua kategori desain seismik atau bangunan 2 tingkat yang
dirancang untuk kategori desain seismik B, C, atau D.
8. Redudansi
 Kondisi ρ = 1 bila struktur dirancang untuk kategori desain seismik B atau C
 Kondisi ρ = 1.3 bila struktur dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F
Tetapi boleh diambil ρ = 1 bila salah satu syarat dipenuhi :
a. Masing-masing tingkat menahan lebih dari 35% gaya geser dalam arah yang
ditinjau sesuai dengan tabel dibawah ini

Tabel Persyaratan tingkat menahan lebih dari 35 persen gaya geser dasar

b. Struktur dengan beraturan disemua tingkat dengan sistem penahan gaya gempa
terdiri paling sedikit dua bentang penahan gaya gempa disekeliling pada masing-
masing sisi struktur dalam masing-masing arah orthogonal di setiap tingkat yang
menahan lebih dari 35% gaya geser dasar.

9. Kombinasi dan Pengaruh Beban Gempa


Pengaruh beban gempa E ditentukan sebagai berikut :

 Untuk Kombinasi beban 5 (metoda ultimate) dan kombinasi beban 5 dan 6 (metoda
tegangan ijin) , E menggunakan persamaan sebagai berikut :
E = Eh + Ev
 Untuk kombinasi beban 7 (metoda ultimate) dan kombinasi beban 8 (metoda tegangan
ijin), E menggunakan persamaan sabagai berikut :

E = Eh - Ev  Dimana : Eh = pengaruh beban gempa horizontal


Ev = pengaruh beban gempa vertikal
 Pengaruh Beban Gempa Horizontal
Eh = ρ.Qe
Keterangan:
Qe = pengaruh gaya gempa horizontal dari V atau Fp.
ρ = faktor redudansi
 Pengaruh Beban Gempa Vertikal
Ev = 0.2.SDS.D
Keterangan:
SDS = parameter percepatan spektrum respons pada perioda pendek
D = beban mati
 Kombinasi Beban Gempa
a. Kombinasi dasar untuk desain kekuatan
5. (1.2 + 0.2SDS)D + ρQe + L
7. (0.9 – 0.2SDS)D + ρQe + 1.6H
b. Kombinasi dasar untuk desain tegangan ijin
5. (1.0 + 0.14SDS)D + H + F + 0.7 ρQe
6. (1.0 + 0.10 SDS)D + H + F + 0.525 ρQe + 0.75L + 0.75(Lr atau R)
8. (0.6 – 0.14SDS)D + 0.7 ρQe + H
Catatan:

 Jika disyaratkan secara spesifik pada gambar dibawah ini, kondisi yang
mensyaratkan penerapan faktor kuat lebih (Ω0) harus diperhitungkan
10. Arah Pembebanan

Arah penerapan beban gempa yang digunakan dalam desain harus merupakan arah yang
memberikan pengaruh beban paling kritis.

 Kategori desain seismik B


Gaya gempa desain diijinkan dianalisa secara terpisah dalam masing-masing arah dari
dua arah orthogonal dan pengaruh interakti orthogonal diijinkan untuk diabaikan.
 Kategori desain seismik C
Pembebanan yang diterapkan pada struktur bangunan yang dirancang untuk kategori
desain seismik C harus minimum sesuai dengan persyaratan untuk kategori desain
seismik B. Struktur yang mempunyai ketidakberaturan struktur horizontal tipe 5 harus
menggunakan prosedur kombinasi orthogonal.
Prosedur kombinasi orthogonal. Struktur harus dianalisa menggunakan analisis
gaya lateral ekivalen, prosedur analisis respon spektrum ragam dalam pembebanan
yang diterapkan secara terpisah dalam semua dua arah orthogonal. Pengaruh beban
kristis akibat arah penerapan gaya gempa pada sturktur dianggap berhasil bila dapat
memikul kombinasi berikut : 100% gaya untuk satu arah yang ditinjau + 30% gaya
untuk arah tegak lurus.
 Kategori desain seismik D, E, dan F
Struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F harus minimum
memenuhi syarat kategori desian seismik C. Tambahannya, semua kolom atau dinding
yang membentuk bagian dari dua atau lebih sistem penahan gaya gempa yang
berpotongan dan dikenai beban aksial akibat gaya gempa disepanjang sumbu utama
atau melebihi 20% desain aksial kolom atau dinding harus didesain terhadap pengaruh
beban paling kritis akibat penerapan gaya gempa dalam semua arah.

11. Torsi
 Torsi bawaan (Mt)
Memperhitungkan torsi bawaan (Mt) yang dihasilkan dari eksentrisitas antara lokasi
pusat massa dan pusat kekakuan untuk distribusi gaya lateral dimana diafragma
bersifat tidak fleksibel. Untuk diafragma fleksibel, distribusi gaya elemen vertikal
memperhitungkan posisi dan distribusi massa yang didukungnya.
 Torsi tak terduga (Mta)
Jika diafragma tidak fleksibel, desain harus menyertakan momen torsi bawaan (Mt)
sekaligus momen torsi tak terduga (Mta) yang diakibatkan perpindahan pusat massa
dari lokasi aktualnya yang diasumsikan masing-masing arah dengan jarak sama
dengan 5% dimensi struktur tegak lurus terhadap arah gaya yang diterapkan. Jika gaya
gempa secara simultan dalam dua arah orthogonal maka perpindahan pusat massa 5%
diterapkan dalam arah yang memberikan pengaruh yang lebih besar.
 Pembesaran Momen Torsi Tak Terduga
Untuk kategori desain seismik C, D, E, atau F yang memiliki ketidakberaturan
horizontal tipe 1a atau 1b harus memperhitungkan pengaruh Mta pada masing-
masing tingkat dengan faktor pembesaran torsi (Ax) dengan persamaan:
𝛿𝑚𝑎𝑥
Ax = ( )2
1.2𝛿𝑎𝑣𝑔

Keterangan:
δmax = perpindahan maksimum tingkat x (mm) dengan asumsi Ax = 1 (mm)
δavg = rata-rata perpindahan titik terjauh struktur tingkat x, asumsi Ax = 1 (mm)

12. Simpangan Antar Lantai


 Defleksi pusat massa
𝐶𝑑.𝛿𝑥𝑒
δx =
𝐼𝑒
Keterangan:
Cd = faktor amplifikasi
δxe = defleksi lateral yang ditentukan dengan analisis elastis
Ie = faktor keutamaan gempa

 Batasan simpangan antar lantai tingkat


Syarat simpangan antar lantai tingkat desain (∆) ≤ simpangan antar lantai tingkat ijin
(∆a).

Catatan:
 Sistem penahan gaya gempa yang terdiri hanya rangka momen struktur yang
dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F  ∆ ≤ ∆a/ρ.
 Pengaruh P-delta
P-delta diperhitungkan bila koefisien stabilitas (θ) < 0.10
𝑃𝑥 ∆ 𝐼𝑒 0.5
θ= θmax = ≤ 0.25
𝑉𝑥 ℎ𝑠𝑥 𝐶𝑑 𝛽 𝐶𝑑

Keterangan:
Px = beban desain vertikal total pada dan di atas tingkat x dimana faktor beban
individu diambil sebesar 1,0 (kN).
∆ = simpangan antar lantai tingkat desain (mm).
Ie = faktor keutamaan gempa
Vx = gaya geser seismik yang bekerja antara tingkat x dan x-1 (kN)
hsx = tinggi tingkat di bawah tingkat x (mm).
Cd = faktor pembesaran defleksi.
β = rasio kebutuhan geser terhadap kapasitas geser untuk tingkat antara x dan x-1
(diijinkan secara konservatif diambil 1).

Bila 0.10 < θ < θmax maka faktor peningkatan terkait dengan pengaruh P-delta pada
perpindahan dan gaya komponen struktur harus ditentukan dengan analisis rasional.
Alternatif, mengalikan perpindahan dan gaya komponen struktur dengan 1/(1- θ). Bila
θ > θmax maka struktur berpotensi tidak stabil dan didesain ulang.
Jika pengaruh P-delta disertakan dalam analisis otomatis, maka nilai θ hasil analisis
diijinkan dibagi dengan (1+ θ) baru diperiksa terhadap θmax.
 Pemisahan Struktur
Jika dipisahkan secara structural dengan jarak yang cukup memadai untuk
menghindari benturan yang merusak. Pemisahan harus dapat mengakomodasi
terjadinya perpindahan respons inelastik maksimum (δM) dengan mempertimbangkan
perpindahan translasi maupun rotasi pada struktur dengan menggunakan persamaan
berikut:

𝐶𝑑.𝛿𝑚𝑎𝑥
δM =  δM = perpindahan elastik maksimum pada lokasi kritis
𝐼𝑒

Struktur bangunan bersebelahan dipisahkan minimal sebesar δMT dengan

persamaan:

δMT = √(𝛿𝑀1) 2 + (𝛿𝑀2) 2  δM1 & δM2 = perpindahan respon inelastic


maksimum pada struktur bangunan bersebelahan.
13. Analisis Spektrum Respons Ragam
 Jumlah ragam
Analisis harus menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan partisipasi
massa ragam terkombinasi paling sedikit 90% dari massa aktual dalam masing-masing
arah horizontal orthogonal dari respons yang ditinjau oleh model.
 Parameter respons ragam
Nilai untuk masing-masing parameter desain terkait gaya yang ditinjau, termasuk
simpangan antar lantai tingkat, gaya dukung, dan gaya elemen struktur individu untuk
masing-masing ragam respons harus dihitung menggunakan properti masing-masing
𝑅
ragam dan spektrum respons desain dibagi dengan kuantitas (𝐼𝑒). Nilai untuk
𝐶𝑑
perpindahan dan kuantitas simpangan antar lantai dikalikan dengan kuantitas ( 𝐼𝑒 ).

 Parameter respons terkombinasi


Nilai untuk masing-masing parameter yang ditinjau, yang dihitung untuk berbagai
ragam, harus dikombinasikan menggunakan metoda akar kuadrat jumlah kuadrat
(SRSS) atau metoda kombinasi kuadrat lengkap (CQC). Metoda CQC harus digunakan
untuk masing-masing nilai ragam di mana ragam berjarak dekat mempunyai korelasi
silang yang signifikan di antara respons translasi dan torsi.
 Skala gaya
Bila T ≥ Cu.Ta maka Cu.Ta digunakan sebagai pengganti T dalam arah itu.
𝑉
Bila Vt < 0.85V maka gaya harus dikalikan dengan 0.85𝑉𝑡

Keterangan:
V = geser dasar dari gaya lateral ekivalen
Vt = geser dasar dari kombinasi ragam
 Skala simpangan antar lantai
Jika Vt < 0.85 Cs.W, dimana Cs diperoleh dari persamaan 25, maka simpangan antar
𝐶𝑠.𝑊
lantai harus dikalikan dengan 0.85 𝑉𝑡
14. Desain Fondasi
Persyaratan desain untuk struktur kategori desain seismik D sampai F.
 Struktur tipe tiang
Jika konstruksi menggunakan tiang sebagai kolom yang dibenamkan dalam tanah atau
dibenamkan dalam pondasi telapak beton dalam tanah digunakan untuk menahan
beban lateral, kedalaman pembenaman yang disyaratkan untuk tiang untuk menahan
gaya gempa harus ditentukan melalui kriteria desain yang disusun dalam laporan
investigasi pondasi.

 Pengikat Fondasi
Pur (pile-cap) tiang individu, pier bor, atau kaison harus dihubungkan satu sama lain
dengan pengikat. Semua pengikat harus mempunyai kuat tarik atau tekan desain
paling sedikit sama dengan gaya yang sama dengan 10% 64 kali beban mati terfaktor
ditambah beban hidup terfaktor pur tiang atau kolom yang lebih besar kecuali jika
ditunjukkan bahwa kekangan ekivalen akan disediakan oleh balok beton bertulang
dalam pelat di atas tanah atau pelat beton bertulang di atas tanah atau pengekangan
oleh batu yang memenuhi syarat, tanah kohesif keras, tanah berbutir sangat padat,
atau cara lainnya yang disetujui.
 Persyaratan pengangkuran tiang
Desain pengangkuran tiang ke dalam pur (pile-cap) tiang harus memperhitungkan
pengaruh gaya aksial terkombinasi akibat gaya ke atas dan momen lentur akibat
penjepitan pada pur (pile-cap) tiang. Untuk tiang yang disyaratkan untuk menahan
gaya ke atas atau menyediakan kekangan rotasi, pengangkuran ke dalam pur (pile-
cap) tiang harus memenuhi hal berikut ini:
 Dalam kasus gaya ke atas, pengangkuran harus mampu mengembangkan kekuatan
sebesar yang terkecil di antara kuat tarik nominal tulangan longitudinal dalam tiang
beton, atau kuat tarik nominal tiang baja, atau 1,3 kali tahanan cabut tiang, atau
gaya tarik aksial yang dihasilkan dari pengaruh beban gempa termasuk faktor kuat-
lebih Tahanan cabut tiang harus diambil sebagai gaya friksi atau lekatan ultimat
yang dapat disalurkan antara tanah dan tiang ditambah dengan berat tiang dan pur.
 Dalam kasus kekangan rotasi, pengangkuran harus didesain untuk menahan gaya
aksial dan geser dan momen yang dihasilkan dari pengaruh beban gempa termasuk
faktor kuat lebih dari pasal 7.4.3, atau harus mampu mengembangkan kuat nominal
aksial, lentur, dan geser penuh dari tiang.
 Persyaratan umum desain tiang
Tiang harus didesain dan dibangun untuk menahan deformasi dari pengerakan tanah
akibat gempa dan respons struktur. Deformasi harus menyertakan baik regangan tanah
lahan bebas (tanpa struktur) dan deformasi yang ditimbulkan oleh tahanan tiang
lateral terhadap gaya gempa struktur, semua seperti yang dimodifikasi oleh interaksi
tanah-tiang.
 Tiang miring
Tiang miring dan sambungannya harus mampu menahan gaya dan momen dari
kombinasi beban dengan faktor kuat-lebih dari pasal 7.4.3.2. Jika tiang vertikal dan
miring bekerja sama untuk menahan gaya pondasi sebagai kelompok, gaya ini harus
didistribusikan pada tiang individu sesuai dengan kekakuan horisontal dan vertikal
relatifnya dan distribusi geometri tiang dalam kelompok.
 Sambungan lewatan bagian tiang
Sambungan lewatan pada tiang pondasi harus mampu mengembangkan kuat nominal
penampang tiang.(kecuali Sambungan lewatan harus didesain untuk menahan gaya-
gaya aksial dan geser serta momen lentur dari pengaruh beban gempa, termasuk
faktor kuat-lebih berdasarkan pasal 7.4.3.)
 Interaksi tiang tanah
Momen, geser dan defleksi lateral tiang yang digunakan untuk desain harus
ditentukan dengan meninjau interaksi tiang dan tanah. Jika rasio kedalaman
pembenaman tiang terhadap diameter atau lebar tiang kurang dari atau sama dengan 6
(enam), tiang diijinkan untuk diasumsikan kaku secara lentur terhadap tanahnya.
 Pengaruh kelompok tiang
Pengaruh kelompok tiang dari tanah pada kuat nominal tiang lateral harus disertakan
bila jarak antar pusat-ke-pusat tiang dalam arah gaya lateral kurang dari delapan
diameter atau lebar tiang. Pengaruh kelompok tiang terhadap kuat nominal vertikal
harus disertakan bila jarak antar pusat-ke-pusat tiang kurang dari tiga kali diameter
atau lebar tiang.

15. Persyaratan perancangan dan pendetailan bahan pondasi


Persyaratan pendetailan tambahan untuk tiang baja dalam kategori desain seismik
D sampai F.

Sebagai tambahan pada persyaratan pondasi yang ditetapkan di awal dalam pasal 7.1.5
dan 7.13, perancangan dan pendetailan tiang H harus memenuhi persyaratan yang
berlaku, dan sambungan antara penutup tiang dan tiang baja atau tiang pipa baja tak
berisi dalam struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F harus
dirancang untuk gaya tarik tidak kurang dari 10 persen kapasitas tekan tiang.(kecuali
kapasitas tarik sambungan tidak perlu melebihi kuat yang diperlukan untuk menahan
pengaruh beban gempa termasuk faktor kuat lebih pasal 7.4.3.2 atau pasal 8.2.2.2.
Sambungan tidak perlu disediakan jika pondasi atau struktur pendukung tidak
tergantung pada kapasitas tarik pile untuk stabilitas di bawah gaya gempa desain.)

 Persyaratan pendetailan tambahan untuk tiang beton


 Persyaratan tiang beton untuk kategori desain seismik C
 Pengangkuran tiang
Semua tiang beton dan tiang pipa terisi beton harus dihubungkan dengan
penutup tiang dengan menanam tulangan pipa dalam penutup tiang dengan
jarak sama dengan panjang penyaluran seperti ditetapkan dalam pasal 7.14.2.2
tata cara ini atau oleh penggunaan pasak yang dipasang di lapangan yang
diangkur dalam tiang beton. Untuk batang tulangan ulir, panjang penyaluran
adalah panjang penyaluran penuh untuk tekan atau tarik, dalam kasus gaya
angkat, tanpa reduksi panjang untuk daerah yang terpengaruh. Sengkang atau
spiral dan pengikat harus dihentikan dengan kait gempa seperti didefinisikan
dalam ketentuan umum peraturan konstruksi beton. Bila panjang minimum
untuk tulangan atau penerusan tulangan pengekangan berspasi rapat
disyaratkan di ujung atas tiang, harus dibuat ketentuan agar panjang yang
ditetapkan atau penerusan tersebut dipertahankan setelah pemotongan tiang.
 Tulangan untuk tiang beton tanpa pembungkus
Tulangan harus disediakan bila disyaratkan oleh analisis. Untuk tiang beton
bor cor setempat tanpa pembungkus, minimum empat batang tulangan
longitudinal, dengan rasio tulangan longitudinal minimum sebesar 0,0025, dan
tulangan transversal, seperti didefinisikan di bawah, harus disediakan
sepanjang panjang minimum tiang yang ditulangi seperti didefinisikan di
bawah mulai dari ujung atas tiang. Tulangan longitudinal harus menerus
melewati panjang minimum tiang yang ditulangi dengan panjang penyaluran
tarik. Tulangan transversal harus mengandung pengikat tertutup (atau spiral
ekivalen) dengan diameter minimum 9 mm. Spasi penulangan transversal
harus tidak melebihi 150 mm atau 8 diameter batang tulangan longitudinal
dalam jarak tiga kali diameter tiang dari ujung bawah penutup tiang. Spasi
penulangan transversal harus tidak melebihi 16 diameter batang tulangan
longitudinal sepanjang sisa panjang minimum yang ditulangi. Panjang tiang
minimum yang ditulangi harus diambil sebagai yang lebih besar dari:
1. Sepertiga panjang tiang.
2. Jarak sebesar 3 m.
3. Tiga kali diameter tiang.
4. Panjang lentur tiang, yang harus diambil sama dengan panjang dari ujung
bawah pur tiang sampai suatu titik di mana momen retak penampang beton
dikalikan dengan faktor tahanan 0,4 melebihi momen terfaktor perlu di titik
tersebut.
 Tulangan untuk tiang beton dengan pembungkus logam
Persyaratan tulangan adalah sama seperti untuk tiang beton tanpa
pembungkus. (kecuali pembungkus logam yang dilas spiral dengan ketebalan
tidak kurang dari diameter No. 14 dapat dipertimbangkan sebagai tersedianya
pengekangan beton ekivalen dengan pengikat tertutup atau spiral ekivalen
yang disyaratkan pada tiang beton tanpa pembungkus, asalkan pembungkus
logam cukup dilindungi terhadap aksi yang mungkin merusak akibat bahan
penyusun tanah, perubahan permukaan air, atau faktor lainnya yang
ditunjukkan dengan catatan pengeboran dari kondisi lapangan.)
 Tulangan untuk tiang pipa terisi beton
Tulangan minimum 0,01 kali luasan penampang tiang beton harus disediakan
pada ujung atas tiang dengan panjang sama dengan dua kali angkur
penanaman penutup yang disyaratkan ke dalam penutup tiang.
 Tulangan untuk tiang beton nonprategang pracetak
Rasio tulangan baja longitudinal minimum sebesar 0,01 harus disediakan
untuk tiang beton nonprategang pracetak. Penulangan longitudinal harus
dikekang dengan pengikat tertutup atau spiral ekivalen diameter minimum 10
mm. Penulangan pengekangan transversal harus disediakan dengan spasi
maksimum delapan kali diameter batang tulangan longitudinal terkecil, tetapi
tidak melebihi 152 mm, dalam tiga kali diameter tiang dari sisi bawah penutup
tiang. Sisi luar daerah pengekangan, pengikat tertutup atau spiral ekivalen
harus disediakan dengan spasi maksimum 16 kali diameter batang tulangan
longitudinal, tetapi tidak lebih besar dari 200 mm. Tulangan harus sepanjang
tiang.
 Persyaratan tiang beton untuk kategori desain seismik D sampai F
Tiang beton pada struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau
F harus memenuhi persyaratan pasal ini. Bila tiang beton digunakan dalam kelas
situs SE atau SF, tiang tersebut harus mempunyai tulangan transversal sesuai
dengan tata cara yang berlaku dalam tujuh kali diameter tiang dari penutup tiang
dan dari permukaan kontak antara lapisan yang keras atau teguh dan lapisan yang
berpotensi likuifaksi atau berupa lapisan lempung lunak atau lempung setengah
teguh.
 Tulangan untuk tiang beton tanpa pembungkus
Tulangan harus disediakan bila disyaratkan oleh analisis. Untuk tiang beton bor
cor setempat tanpa pembungkus, minimum empat batang tulangan longitudinal
dengan rasio tulangan longitudinal minimum 0,005 dan tulangan pengekangan
tranversal sesuai dengan tata cara yang berlaku harus disediakan sepanjang
panjang tiang bertulangan minimum seperti didefinisikan di bawah mulai dari
ujung atas tiang. Tulangan longitudinal harus menerus melewati panjang tiang
bertulangan minimum dengan panjang penyaluran tarik. Panjang tiang
bertulangan minimum harus diambil yang lebih besar dari:
1. Setengah panjang tiang.
2. Sejarak 3 m.
3. Tiga kali diameter tiang
4. Panjang lentur tiang, di mana harus diambil sebagai panjang dari sisi bawah
penutup tiang sampai suatu titik di mana momen retak penampang beton
dikalikan dengan faktor tahanan 0,4 melebihi momen terfaktor perlu di titik
tersebut.
Sebagai tambahan, untuk tiang yang berlokasi dalam kelas situs SE atau SF,
tulangan longitudinal dan tulangan pengekangan tranversal, seperti dijelaskan di
atas, harus menerus sepanjang tiang.
Bila tulangan tranversal disyaratkan, pengikat tulangan tranversal harus
minimum batang tulangan ulir D10 untuk tiang sampai dengan diameter 500
mm dan batang tulangan ulir D13 untuk tiang dengan diameter lebih besar.
Dalam kelas situs SA sampai SD, tulangan longitudinal dan tulangan
pengekangan tranversal, seperti didefiniskan di atas, juga harus menerus dengan
minimum tujuh kali diameter tiang di atas dan di bawah permukaan kontak
lapisan lempung teguh,lunak sampai setengah teguh atau lapisan yang dapat
mencair (liquefiable) kecuali tulangan tranversal tidak ditempatkan dalam
panjang bertulangan minimum harus diijinkan untuk menggunakan rasio
tulangan spiral transversal dengan tidak kurang dari setengah yang disyaratkan
dalam tata cara yang berlaku. Spasi penulangan tranversal yang tidak
ditempatkan dalam panjang bertulangan minimum diijinkan untuk ditingkatkan,
tetapi harus tidak melebihi dari yang terkecil dari berikut ini:
1. 12 diameter batang tulangan longitudinal.
2. Setengah diameter tiang.
3. 300 mm.
 Tulangan untuk tiang beton dengan pembungkus logam.
Persyaratan tulangan adalah sama seperti untuk tiang beton tanpa pembungkus
logam. (kecuali Pipa baja las spiral dengan tebal tidak kurang dari 2 mm dapat
dianggap sebagai adanya pengekangan beton yang ekivalen dengan pengikat
tertutup atau spiral ekivalen yang disyaratkan dalam tiang beton tanpa
pembungkus, asalkan pembungkus logam cukup dilindungi tehadap
kemungkinan aksi yang merusak akibat bahan penyusun tanah, perubahan
permukaan air, atau faktor lainnya yang ditunjukkan oleh catatan kondisi lokasi
pengeboran.)
 Tulangan untuk tiang beton pracetak
Tulangan pengekangan tranversal terdiri dari pengikat tertutup atau spiral
ekivalen harus disediakan sesuai dengan tata cara yang berlaku untuk panjang
penuh tiang. (kecuali selain dari kelas situs SE atau SF, tulangan pengekangan
tranversal yang ditetapkan harus disediakan dalam tiga kali diameter tiang di
bawah sisi bawah penutup tiang, tetapi diijinkan untuk menggunakan rasio
penulangan tranversal tidak kurang dari setengah yang disyaratkan sepanjang
sisa panjang tiang.)
Mengapa mode 1,2 harus translasi dan mode 3 baru boleh rotasi?

 Beban gravitasi yang paling dominan yang bekerja pada struktur dan tidak
mempertimbangkan analisis beban getaran dinamis. (analisis linier static).
 Analisa beban gempa hanya menggunakan prosedur statik ekivalen yang tidak
menyebabkan rotasi karena tidak memperhitungkan frekuensi dan amplitude yang
terjadi pada bangunan.
 Kekakuan bangunan terhadap translasi jauh lebih besar dari rotasi sehingga dominan
terjadi pada mode 1 dan 2 baru mode 3 rotasi.
 Apabila analisis dengan menggunakan respons spectrum (analisis dinamik)
memungkinkan saja rotasi dapat terjadi pada mode 1,2 diperbolehkan.

Anda mungkin juga menyukai