Anda di halaman 1dari 17

SI-3212 Struktur Baja

McCormac and Csernak, “Structural Steel Design”, 5th Ed, Pearson, 2012
Chapter 3 – Analysis of Tension Member

3.1. Introduction
Batang tarik biasanya ditemukan pada rangka jembatan dan atap, menara, bracing, dan
situasi yang menggunakan tie rod.
3.2. Nominal Strengths of Tension Members
Batang tarik memiliki penampang dapat menahan beban yang dapat menyebabkan
kemungkinan kegagalan berupa leleh atau fraktur. Kuat leleh dan fraktur penampang
batang Tarik dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.
𝜙𝑡 𝑃𝑛 = 𝜙𝑡 𝐹𝑦 𝐴𝑔 (leleh)
𝜙𝑡 𝑃𝑛 = 𝜙𝑡 𝐹𝑢 𝐴𝑒 (fraktur)
Keterangan :
φt = faktor reduksi (LRFD : leleh = 0.9, fraktur = 0.75)
Pn = kuat penampang
Fy = kuat leleh
Ag = luas penampang kotor
Fu = kuat ultimit
Ae = luas penampang efektif
3.3. Net Areas
Apabila batang tarik memiliki lubang, misalnya untuk membuat sambungan baut, luas
penampang akan mengecil tarikan yang diterima oleh penampang akan semakin besar
karena gaya yang diberikan terdistribusi ke luas penampang lain yang tidak memiliki
lubang. Oleh karena itu, untuk menentukan kuat penampang, diperlukanlah luas
penampang yang telah dikurang lubang yang terdapat pada penampang, yaitu luas net.
Selain lubang, kecacatan lain juga harus dipertimbangkan. Misal hanya terdapat lubang
pada penampang, luas net penampang dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.
𝐴𝑛 = 𝐴𝑔 − 𝐴ℎ𝑜𝑙𝑒
1
𝐴ℎ𝑜𝑙𝑒 = 𝑛(𝑑𝑏𝑜𝑙𝑡 + 𝑖𝑛)𝑡
8
Keterangan :
An = luas penampang net
Ag = luas penampang kotor
Ahole = luas lubang
n = jumlah lubang
dbolt = diameter baut
t = ketebalan penampang
3.4. Effect of Staggered Holes
Apabila lubang yang terdapat pada penampang tidak segaris, akan terjadi berbagai macam
kemungkinan jalur kegagalan. Oleh karena itu, akan dicari kemungkinan yang menghasilkan
luas penampang net terkecil. Pada umumnya, kegagalan akan terjadi pada jalur yang
melewati lubang terbanyak. Berikut contoh mekanisme kegagalan pada penampang
dengan lubang yang tidak segaris (gambar (c)).
1
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja

Dari gambar tersebut, kemungkinan kegagalan akan terjadi pada jalur ABCD karena jalur
tersebut akan memiliki luas penampang net terkecil. Akan tetapi, luas penampang tidak
dapat lagi dihitung menggunakan persamaan pada sub bab 3.3. Luas penampang net yang
memiliki lubang tidak segaris dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut.

𝑠2
𝐴𝑛 = 𝐴𝑔 − 𝐴ℎ𝑜𝑙𝑒 +
4𝑔

Apabila lubang terdapat pada profil yang memiliki bengkokan seperti baja profil C, hal yang
dapat dilakukan untuk menghitung luas penampang net adalah meluruskan bengkokan
tersebut lalu dihitung luas penampang netnya menggunakan persamaan di atas.

3.5. Effective Net Areas


Umumnya, beban tarik yang diberikan akan tersebar secara merata di seluruh penampang.
Jika beban tarik tidak tersebar secara merata, akan ada daerah transisi di sepanjang
penampang. Di daerah transisi tersebut akan ada beban geser yang tertinggal. Fenomena
ini disebut shear lag. Fenomena ini membuat penampang tidak 100% efektif menerima
beban sehingga harus dikalikan dengan faktor reduksi U untuk mendapatkan luas
penampang efektifnya.
𝐴𝑒 = 𝐴𝑛 𝑈
𝑥̅
𝑈=1−
𝐿
Keterangan :
Ae = luas penampang efektif
𝑥̅ = jarak dari titik sambungan ke titik berat
L = jarak sambungan dari ujung ke ujung
Selain menggunakan persamaan tersebut, nilai faktor koreksi U juga dapat ditentukan
berdasarkan kondisi sambungan menggunakan panduan pada Tabel 3.2 Pustaka Utama
yang digunakan. Apabila dilakukan perhitungan dan menggunakan panduan pada tabel,
digunakan nilai faktor koreksi yang lebih besar.
3.6. Connecting Elements for Tension Members
Apabila pelat digunakan sebagai elemen penghubung dengan beban tarik statis, kuat
penampangnya dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut.
𝑅𝑛 = 𝐹𝑦 𝐴𝑔 (𝑙𝑒𝑙𝑒ℎ)
𝜙 = 0.9 (𝐿𝑅𝐹𝐷)
𝑅𝑛 = 𝐹𝑢 𝐴𝑒 (𝑓𝑟𝑎𝑘𝑡𝑢𝑟)
𝜙 = 0.75 (𝐿𝑅𝐹𝐷 )
Penelitian menunjukkan bahwa jarang sekali nilai An lebih besar dari 0.85Ag.
3.7. Block Shear
Selain mekanisme kegagalan berupa leleh dan fraktur, terdapat juga mekanisme kegagalan
block shear. Biasanya, kegagalaan block shear dibarengi dengan kegagalan akibat tarik juga,
2
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja

baik itu leleh maupun fraktur. Kuat penampang untuk menahan beban agar mengalami
kegagalan block shear dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut.
𝑅𝑛 = 0.6𝐹𝑢 𝐴𝑛𝑣 + 𝑈𝑏𝑠 𝐹𝑢 𝐴𝑛𝑡 ≤ 0.6𝐹𝑦 𝐴𝑔𝑣 + 𝑈𝑏𝑠 𝐹𝑢 𝐴𝑛𝑡
𝜙 = 0.75
Keterangan :
Agv = luas penampang kotor yang mengalami geser
Anv = luas penampang net yang mengalami geser
Ant = luas penampang net yang mengalami Tarik

Nilai Ubs dapat ditentukan menggunakan panduan berikut.

Chapter 4 – Design of Tension Member

4.1. Selection of Sections


Bila desain dilakukan menggunakan acuan LRFD, dilakukan perhitungan untuk menentukan
luas penampang yang dibutuhkan menggunakan persamaan berikut.
𝑃𝑢
min 𝐴𝑔(1) =
𝜙𝐹𝑦
𝑃𝑢
min 𝐴𝑛 =
𝜙𝐹𝑢 𝑈
𝑃𝑢
min 𝐴𝑔(2) = + 𝑒𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔
𝜙𝐹𝑢 𝑈
Pu adalah beban ultimit yang direncanakan. Besarnya dapat ditentukan dengan mengambil
nilai terbesar di antara kombinasi pembebanan sebagai berikut.
𝑃𝑢 (1) = 1.4𝐷𝐿
𝑃𝑢 (2) = 1.2𝐷𝐿 + 1.6𝐷𝐿
Setelah didapat luas penampang yang dibutuhkan, akan ditentukan baja profil apa yang
akan digunakan. Baja profil yang digunakan juga harus memenuhi syarat kelangsingan
sebagai berikut agar batang tarik berfungsi semestinya tanpa terjadi lendutan yang
membuat berkurangnya fungsi batang tarik tersebut.
𝐿
min 𝑟 =
300
4.2. Built-up Tension Members
Dimensi batang tarik yang akan disambung, misal dengan pelat, diatur dalam AISC Section
D4 dan J3.5. Misalnya, pada elemen yang mengalami kontak langsung seperti dua pelat,

3
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja

jarak longitudinal penghubungnya tidak boleh melebihi 24 kali ketebalan pelat yang lebih
tipis, syarat kelangsingan yaitu L/300, dan lain-lain.
4.3. Rods and Bars
Apabila baja tulangan digunakan sebagai batang tarik, sambungan dapat dilakukan dengan
las di kedua ujungnya. Dalam AISC, kuat tariknya dapat ditentukan menggunakan
persamaan berikut.
𝑅𝑁 = 𝐹𝑛𝑡 𝐴𝐷 = 0.75𝐹𝑢 𝐴𝐷
Sehingga,
𝑃𝑢
𝐴𝐷 ≥
𝜙0.75𝐹𝑢
4.4. Pin-connected Members
Pin-connected members banyak digunakan pada awal abad ke-20 di suatu struktur
jembatan di Amerika Serikat. Akan tetapi, sekarang pin-connected members sudah jarang
digunakan karena digantikan oleh sambungan baut dan las. Penggunaannya sudah jarang
karena lubang yang digunakan bisa menyebabkan kelonggaran.
4.5. Design for Fatigue Loads
Pembebanan yang berubah-ubah bisa membuat struktur mengalami kelelahan (fatigue),
terutama jika pembebanan dilakukan secara berulang. Desain untuk mengatasi fatigue
terdapat pada Appendix 3 AISC. Desain dilakukan dengan memperhatikan jenis beban
beserta besar rentangnya dan banyaknya siklus pembebanan. Besar rentang beban yang
diperbolehkan dalam desain untuk beban berulang dapat ditentukan menggunakan
persamaan berikut.
𝐶𝑓 0.333
𝐹𝑆𝑅 = ( ) ≥ 𝐹𝑇𝐻
𝑛𝑆𝑅

Keterangan :
FSR = besar rentang beban yang diperbolehkan
Cf = konstanta pada Tabel A-3.1 Appendix A AISC
nSR = banyaknya kenaikan dan penurunan besar rentang beban
FTH = batas besar rentang beban yang diperbolehkan

Chapter 5 – Introduction to Axially Loaded Compression Members


5.1. General
Terdapat beberapa komponen struktur yang merupakan batang tekan, misalnya kolom,
bracing, dan lain-lain. Batang tekan dapat mengalami 4 jenis kegagalan, yaitu leleh, tekuk
global (Euler buckling), tekuk lokal, dan tekuk global dengan torsi. Mekanisme kegagalan
batang tekan biasanya tergantung panjangnya yang akan mempengaruhi kelangsingan.
Batang tekan yang panjang cenderung mengalami kegagalan tekuk, sementara batang
tekan yang pendek cenderung mengalami kegagalan leleh. Selain panjangnya, kegagalan
dapat dipengaruhi oleh jenis sambungan, ketidaksempurnaan material, eksentrisitas
beban, dan tegangan sisa.
5.2. Residual Stresses
4
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja

Tegangan sisa biasa terjadi pada baja yang dibentuk melalui proses pemanasan. Misal baja
W, bagian ujung sayap dan bagian tengah badannya akan dingin lebih cepat dibandingkan
dengan titik pertemuan badan dan sayap. Bagian yang dingin lebih cepat biasanya akan
mengalami tegangan sisa. Bagian yang mengalami tegangan sisa akan berkurang
kekuatannya dan lebih cepat mencapai kondisi non-linear. Selain pembentukan profil baja,
tegangan sisa dapat disebabkan juga oleh pengelasan, dan proses cambering.
5.3. Sections Used for Columns
Terdapat banyak profil yang dapat digunakan sebagai batang tekan, misalnya siku, baja T,
C, W, Hollow, built-up, dan beberapa profil lainnya, selengkapnya terdapat pada Gambar
5.2 Pustaka Utama.
5.4. Development of Column Formulas
Kekuatan kolom pertama kali dihitung menggunakan persamaan yang diestimasikan oleh
Pieter van Musschenbroek pada tahun 1729. Akan tetapi, terdapat matematikawan yang
mengajukan teori tentang tekuk kolom, yaitu Leonhard Euler yang kini dikenal sebagai “The
Euler Formula”. Teori tersebut berkaitan dengan kelangsingan kolom, di mana kegagalan
kolom akan dibagi menjadi 3, yaitu kelelehan, tekuk, dan area intermediate.
5.5. The Euler Formula
The Euler Formula membahas tentang kuat tekuk kolom yang dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut.
𝜋 2𝐸
𝐹𝑒 =
𝐿 2
(𝑟 )
Keterangan :
Fe = Kuat tekuk kolom
E = modulus elastisitas
L = panjang kolom
r = jari-jari girasi
Persamaan ini tidak tergantung pada kekuatan penampang baja yang digunakan. Untuk
menggunakan persamaan ini, kelangsingan kolom harus berada pada zona intermediate
atau potensi terdapat kegagalan tekuk.
5.6. End Restraint and Effective Lengths of Columns
Kolom dengan tumpuan yang dapat menahan beban translasi dan rotasi akan dapat
menahan beban lebih besar. Tumpuan tersebut juga akan mempengaruhi panjang efektif
kolom. Oleh karena itu, panjang kolom akan dikalikan dengan faktor K untuk mengetahui
panjang efektifnya yang besarnya tergantung tumpuan pada ujung kolom. Nilai faktor K
yang digunakan dapat mengikuti panduan pada Tabel 5.1 Pustaka Utama. Tabel tersebut
dapat digunakan sebagai acuan awal untuk preliminary design.
5.7. Stiffened and Unstiffened Elements
Tekuk lokal dapat terjadi pada penampang, misal pada sayap baja W. Hal tersebut bisa
disebabkan oleh kekakuan pada sayap yang lebih kecil dibandingkan badannya karena
hanya dikekang di satu titik, sementara badan dikekang di dua titik. Oleh karena itu, bagian
penampang dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu stiffened dan unstiffened. Kedua elemen
tersebut dapat dihitung rasio lebar terhadap tebalnya, lalu tergantung besarnya
5
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja

diklasifikasikan lagi menjadi elemen compact, non-compact, dan slender. Utamanya,


diharapkan suatu profil termasuk kategori non-slender (compact atau non-compact) karena
perhitungannya dapat mengacu pada kuat tekuk, sedangkan untuk elemen slender juga
harus memperhitungkan torsi. Perhitungan batas rasio lebar terhadap tebal elemen dapat
mengikuti panduan pada Tabel 5.2 Pustaka Utama.
5.8. Long, Short, and Intermediate Columns
Mekanisme kegagalan kolom akan tergantung pada panjang efektif kolom tersebut.
Berdasarkan panjang efektifnya, kolom terbagi menjadi 3, yaitu kolom panjang, pendek,
dan intermediate. Kolom panjang biasanya akan mengalami kegagalan tekuk (mengikuti
The Euler Formula), kolom leleh mengalami kegagalan leleh, dan kolom intermediate bisa
mengalami keduanya. Umumnya, kolom yang digunakan termasuk kolom intermediate.
5.9. Column Formulas
Persamaan yang digunakan untuk menentukan kuat tekan yaitu sebagai berikut.
𝜙𝑃𝑛 = 𝐹𝑐𝑟 𝐴𝑔
𝜙 = 0.9 (𝐿𝑅𝐹𝐷)
Keterangan :
Pn = kuat tekan penampang
Fcr = kuat kritis kolom
Ag = luas kotor penampang
Kuat kritis ditentukan berdasarkan jenis kolom, yaitu kuat leleh untuk kolom pendek dan
kuat tekuk untuk kolom panjang. Untuk kolom intermediate, kuat kritis dapat ditentukan
menggunakan persamaan berikut.
𝐹𝑦
𝐾𝐿 𝐸
([0.658 𝐹𝑒 ] 𝐹𝑦 ) , ≤ 4.71√
𝑟 𝐹𝑦
𝐹𝑐𝑟
𝐾𝐿 𝐸
(0.877𝐹𝑒 ), > 4.71√
{ 𝑟 𝐹𝑦
5.10. Maximum Slenderness Ratios
AISC tidak lagi menyediakan syarat rasio kelangsingan maksimum. Akan tetapi, disarankan
rasio kelangsingan KL/r tidak melebihi 200.

Chapter 6 – Design of Axially Loaded Compression Members


6.1. Introduction
Desain batang tekan dilakukan dengan mengasumsikan bahwa batang tekan tersebut
dikategorikan sebagai kolom intermediate dengan rasio kelangsingan KL/r bernilai 50.
Setelah itu, dihitung kuat tekan penampang terfaktornya, dan dipilih profil yang memenuhi
syarat tersebut.
6.2. AISC Design Tables
Untuk memilih profil yang memenuhi syarat kuat tekan penampang minimum yang
dibutuhkan, dilakukan trial and error dengan cara menghitung luas penampang minimum
yang dibutuhkan, memilih profil yang memenuhi syarat luas minimum tersebut, dan

6
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja

menghitung kembali kuat tekan penampang profil yang ditentukan. Selain itu, dapat
digunakan juga AISC Design Tables yang telah menyediakan kuat tekan penampang setiap
profil sehingga pemilihan profil tidak perlu melalui proses trial and error.
6.3. Column Splices
Baja profil umumnya disediakan sepanjang 12 meter. Oleh karena itu, untuk membangun
gedung dengan tinggi lebih dari 12 meter dengan struktur baja, diperlukanlah suatu
sambungan menggunakan pelat. Biasanya sambungan tersebut berada pada setengah
tinggi lantai yang dilakukan sambungan. Tidak seperti pada batang tarik, pelat sambungan
pada batang tekan biasanya tidak menerima gaya.
6.4. Built-Up Columns
Profil yang digunakan sebagai batang tekan dapat berupa built-up section, yaitu profil yang
dibentuk dengan menyambung dua atau lebih profil. Misal baja T dan baja kanal yang dapat
dibentuk dari 2 baja siku.
6.5. Built-Up Columns with Components in Contact with Each Other
Apabila terdapat dua buah profil identik yang tidak disambung diberi gaya, kedua profil
tersebut akan menerima gaya yang sama besar yaitu setengahnya sehingga deformasinya
pun sama. Akan tetapi, jika keduanya disambung sepanjang batangnya, deformasinya akan
berbeda.
6.6. Connection Requirements for Built-Up Columns Whose Components are in Contact with
Each Other
Terdapat syarat sambungan untuk elemen batang tekan yang merupakan elemen built-up.
Berikut contoh syarat sambungan yang ditetapkan.

7
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja

6.7. Built-Up Columns with Components Not in Contact with Each Other

Selain disambung kedua profilnya, dua profil juga dapat disambung dengan pelat yang telah
disesuaikan sehingga keduanya tidak saling kontak, misalnya baja profil MC. Hal tersebut
bertujuan agar tegangan terdistribusi ke berbagai komponen.

6.8. Single-Angle Compression Members


Baja siku sudah lama menjadi hal yang diperhatikan karena masalah terkait beban
konsentris karena biasanya hanya disambung di satu sisi lengan, sementara lengan lainnya
bebas. Oleh karena itu, diasumsikan lengan yang tidak disambung merupakan sumbu
lemah dan mengalami lentur sehingga diperhitungkan rasio kelangsingannya di arah
tersebut menggunakan persamaan berikut.
3𝐿 𝐿
(72 + ) , ≤ 80
𝐾𝐿 4𝑟𝑥 𝑟𝑥
𝑟 5𝐿 𝐿
(32 + ) , 80 < ≤ 200
{ 4𝑟𝑥 𝑟𝑥
6.9. Sections Containing Slender Elements
Apabila terdapat elemen slender pada penampang, kuat leleh harus dikalikan faktor Q
dalam perhitungan kuat tekan kolom. Faktor Q dapat ditentukan menggunakan persamaan
berikut.
𝐴𝑒
𝑄=
𝐴𝑔
𝐴𝑒 = 𝐴𝑔 − 𝐴𝑢𝑛𝑢𝑠𝑒𝑑
Keterangan :
Ae = Luas efektif
Aunused = Luas akibat panjang yang tidak dapat digunakan

Panjang yang tidak dapat digunakan dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut.
𝑏 𝑜𝑟 ℎ𝑢𝑛𝑢𝑠𝑒𝑑 = 𝑏′ 𝑜𝑟 ℎ′ − 𝑏 𝑜𝑟 ℎ𝑒
𝑏′𝑜𝑟 ℎ′ = 𝑏 𝑜𝑟 ℎ − 3𝑡
𝐸 0.38 𝐸
𝑏 𝑜𝑟 ℎ𝑒 = 1.92𝑡√ [1 − √( )]
𝐹𝑦 𝑏 𝑜𝑟 ℎ
( 𝑡 ) 𝐹𝑦
6.10. Flexural-Torsional Buckling of Compression Members
Torsi biasanya tidak akan terjadi pada profil yang simetris jika beban lateral tersalurkan
melalui titik tengah gesernya. Walaupun tidak akan terjadi, kuat torsi tetap dapat dihitung.
Torsi biasanya sangat dihindari karena sangat kompleks. Oleh karena itu, kolom biasa
diberikan penahan gaya lateral.

Chapter 7 – Design of Axially Loaded Compression Members (Continued) and Column


Base Plates
7.1. Introduction

8
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja

Pada bab 6, dipelajari pendekatan nilai panjang efektif kolom menggunakan Direct Analysis
Method. Terdapat metode lain yaitu Effective Length Method yang akan dipelajari pada bab
7.
7.2. Further Discussion of Effective Lengths
Nilai K yang telah ditentukan sebelumnya disarankan untuk beberapa jenis perletakan. Nilai
tersebut juga biasanya digunakan dengan asumsi kolom tidak bergoyang karena tertahan.
Selain itu, nilai K tersebut juga diasumsikan hanya terdapat 1 kolom, sementara nilai K
seharusnya ditentukan dari keseluruhan struktur. Oleh karena itu, penentuan nilai K
biasanya dilakukan menggunakan alignment chart pada Gambar 7.2 Pustaka Utama
dengan bantuan persamaan berikut.
4𝐸𝐼

𝐺= 𝐿 𝑓𝑜𝑟 𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛𝑠
4𝐸𝐼

𝐿 𝑓𝑜𝑟 𝑔𝑖𝑟𝑑𝑒𝑟
Catatan tambahan : nilai G untuk joint sendi = 10
7.3. Frames Meeting Alignment Chart Assumptions
Terdpat beberapa asumsi yang digunakan dalam alignment chart tersebut, misalnya
elemen yang elastis, dihubungkan sendi yang kaku, kolom tekuk bersamaan, dan lain-lain
(selengkapnya pada Section 7.2 Appendix 7 AISC). Biasanya, nilai K x dan Ky dihitung masing-
masing.
7.4. Frames not Meeting Alignment Chart Assumptions as to Joint Rotations
Dari asumsi-asumsi yang telah disebutkan sebelumnya, apabila terdapat kolom yang tidak
memenuhi asumsi tersebut, terutama jika kolom bergoyang dan mengalami rotasi,
dibutuhkan faktor koreksi yang harus dikalikan dengan I/L. Faktor koreksi tersebut dapat
ditentukan menggunakan panduan pada Tabel 7.1 Pustaka Utama.
7.5. Stiffness-Reduction Factors
Selain asumsi kolom bergoyang dan mengalami rotasi, terdapat juga asumsi kolom elastis.
Apabila terdapat kolom yang tidak elastis, alignment chart dapat digunakan dengan
mengalikan nilai G dengan faktor reduksi yang terdapat pada Tabel 7.2 Pustaka Utama.
Catatan tambahan : Joint sendi memiliki nilai G = 10 dan joint jepit memiliki nilai G = 1.
7.6. Columns Leaning on Each Other for In-Plane Design
Alignment chart menggunakan asumsi bahwa seluruh kolom pada satu lantai akan tekuk
akibat bergoyang pada saat yang bersamaan. Jika asumsi itu benar, diketahui bahwa kolom
yang lain yang dihubungkan dengan balok tidak dapat menjadi penahan bagi satu sama
lainnya. Akan tetapi, dalam beberapa situasi, misal terdapat banyak kolom berjajar dan
kolom terluar belum mencapai kuat tekuk sementara kolom yang di dalam sudah, kolom
terluar dapat menjadi penahan bagi kolom yang di dalam sehingga tidak terjadi tekuk.
7.7. Base Plates for Concentrically Loaded Columns
Misal suatu kolom ditumpu oleh pondasi, beban yang diterima kolom harus disebar merata
agar titik pertemuan kolom dan pondasi tidak menerima beban berlebih. Biasanya akan
digunakan suatu pelat yang menghubungkan kolom dengan pondasi. Pelat yang digunakan
juga telah disesuaikan dimensi serta kekuatannya. Selain pelat, pondasi yang digunakan
juga harus disesuaikan kekuatannya sehingga mampu menahan beban dari pelat. Berikut
syarat dimensi pelat terutama tebal pelat yang digunakan.
9
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja

Chapter 8 – Introduction to Beams


8.1. Type of Beams
Balok adalah elemen yang diposisikan secara horizontal dan dapat menahan beban
transversal, biasanya beban vertikal dan beban gravitasi, tetapi ada pengecualian seperti
kuda-kuda atap.
8.2. Sections Used as Beams
Profil yang paling sering digunakan sebagai balok dan telah dibuktikan sebagai profil balok
paling ekonomis adalah W-shapes yang telah menggantikan penggunaan profil kanal dan
S-sections.
8.3. Bending Stresses
Sebagai pengenalan, balok diasumsikan telah diberi pengekang dan tidak mengalami tekuk
lateral dan hanya mengalami kegagalan leleh akibat beban momen lentur. Kuat leleh ketika
penampang mengalami leleh pertama kali dapat ditentukan menggunakan persamaan
berikut.
𝑀𝑦 𝑐 𝑀𝑦
𝑓𝑏 = =
𝐼 𝑆
Persamaan tersebut digunakan berdasarkan asumsi bahwa profil termasuk elemen elastis
dan kegagalan terjadi secara linear terhadap beban yang ddiberikan. Akan tetapi, balok
dianggap gagal apaibla seluruh penampang telah mengalami leleh hingga membentuk
sendi plastis (plastis sempurna). Kuat plastis penampang dapat ditentukan menggunakan
persamaan berikut.
𝑀𝑝 𝑐 𝑀𝑝
𝑓𝑏 = =
𝐼 𝑍
Perbandingan kuat plastis terhadap kuat leleh disebut shape factor. Shape factor untuk W-
shapes pada umumnya berkisar 1.15.
8.4. Plastic Hinges
Penampang yang mengalami plastis sempurna hingga membentuk sendi plastis biasanya
merupakan profil yang kompak (profil yang bisa leleh terlebih dahulu tanpa tekuk). Karena
bagian terluar penampang akan leleh terlebih dahulu lalu menerus ke bagian tengah
penampang, ketika beban terus bertambah, luasan penampang di bagian terluar yang
mengalami leleh akan lebih luas dibandingkan bagian tengah penampang.

8.5. Elastic Design


Sampai sekarang, seluruh balok dengan material baja didesain berdasarkan teori elastis,
yaitu beban maksimum yang menyebabkan kegagalan plastis sempurna diasumsikan
sejajar dengan beban leleh material. Profil selalu didesain sehingga beban maksimum tidak
melebihi kuat leleh dibagi dengan faktor keamanan.
8.6. The Plastic Modulus
Seperti telah disebutkan pada persamaan kuat plastis sebelumnya, kuat plastis merupakan
momen plastis dibagi sesuatu, yaitu modulus plastis (Z). Modulus plastis (I/c) dapat
10
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja

diperoleh nilainya dengan membagi dua luasan profil di mana beban tarik besarnya sama
dengan beban tekan. Nilai c merupakan jarak dari garis yang membagi luasan menjadi dua
tersebut ke titik pusat luasan tekan atau tarik. Hal ini hampir serupa dengan nilai c pada
kuat leleh. Hanya saja, nilai c pada kuat leleh merupakan jarak titik pusat penampang ke
titik pusat luasan tarik dan tekan. Untuk beberapa profil, titik pusat profil dan garis yang
membagi profil menjadi dua luasan bisa jadi sama sehingga nilai modulus plastis (Z) dan
modulus penampangnya (S) sama.
8.7. Theory of Plastic Analysis
Teori analisis plastis biasa mengacu pada kurva tegangan-regangan. Ketika beban telah
diberikan hingga mencapai leleh, apabila beban terus ditambah, beban akan ditransfer ke
bagian penampang yang lain hingga bagian penampang yang lain tersebut mengalami
leleh. Akan tetapi, beban tersebut akan dibatasi hingga momen plastis yang telah
disebutkan sebelumnya.
8.8. The Collapse Mechanism
Struktur statis tertentu biasanya mengalami kegagalan apabila telah terbentuk satu sendi
plastis, sedangakan struktur statis tak tentu biasanya mengalami kegagalan apabila telah
terbentuk sendi plastis sebanyak derajat statis tak tentunya ditambah satu.
8.9. The Virtual-Work Method
Kekuatan penampang (Mn) yang telah mengalami sendi plastis dapat ditentukan
menggunakan Virtual-Work Method.

𝑀𝑛 ∑ 𝜃𝑝𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑐 ℎ𝑖𝑛𝑔𝑒 = ∑(𝑉(𝜃𝑥 ))


Apabila terdapat beberapa kemungkinan lokasi sendi plastis, perhitungan dilakukan untuk
seluruh kemungkinan lalu diambil nilai yang paling kecil.
8.10. Location of Plastic Hinge for Uniform Loadings
Untuk beban yang menyebabkan lokasi sendi plastisnya susah untuk diketahui, Virtual-
Work Method tetap dapat digunakan dengan nilai jarak (x) menggunakan variabel lalu
diselesaikan secara aljabar.
8.11. Continuous Beams
Virtual-Work Method tetap dapat digunakan untuk balok menerus dengan asumsi apabila
telah terdapat satu bentang balok yang gagal, seluruh struktur telah mengalami kegagalan.
8.12. Building Frames
Virtual-Work Method juga dapat digunakan untuk struktur portal sederhana. Dalam
struktur portal, diasumsikan profil yang sama digunakan pada balok dan kolom. Mekanisme
kegagalan harus dipertimbangkan pada kolom dan balok. Akan tetapi, konsep superposisi
tidak dapat digunakan dalam analisis ini.

11
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja

Chapter 9 – Design of Beams for Moments


9.1. Introduction
Apabila balok dikenai beban, balok akan melentur ke bawah dan bagian atasnya mengalami
tekan. Oleh karena itu, balok juga dapat mengalami tekuk. Akan tetapi, balok tidak akan
mengalami tekuk jika dikekang. Tergantung lokasi pengekangnya, kegagalan balok dapat
dibagi menjadi tiga zona, yaitu kegagalan plastis (dikekang di sepanjang balok), kegagalan
tekuk inelastis (dikekang di setiap interval pendek), dan kegagalan tekuk elastis (dikekang
di setiap interval panjang). Kegagalan plastis telah dibahas pada bab sebelumnya.
Kegagalan tekuk inelastis terjadi jika sudah ada penampang yang leleh tetapi telah
mengalami tekuk terlebih dahulu sebelum mengalami plastis sempurna. Kegagalan tekuk
elastis terjadi jika penampang mengalami tekuk terlebih dahulu tanpa mengalami leleh.
9.2. Yielding Behavior – Full Plastic Moment, Zone 1
Kuat penampang untuk zona 1 (panjang tidak terkekang (Lb) tidak melebihi Lp (analisis
elastis) atau Lpd (analisis plastis)) dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut.
𝜙𝑀𝑛 = 𝜙𝑀𝑝 = 0.9𝐹𝑦 𝑍
Dengan Lp dan Lpd bernilai sebagai berikut
𝐸
𝐿𝑝 = 1.76𝑟𝑚𝑖𝑛 √
𝐹𝑦
𝑀1 𝐸
𝐿𝑝𝑑 = [0.12 − 0.076 ( )] ( ) 𝑟𝑚𝑖𝑛
𝑀2 𝐹𝑦
M1 dan M2 adalah momen-momen di kedua ujung bagian balok tidak terkekang dengan M2
lebih besar daripada M1.
9.3. Design of Beams, Zone 1
Pada zona 1, balok didesain untuk menahan momen lentur, geser, lendutan, serta didesain
juga pengekangnya agar tidak mengalami tekuk. Balok perlu didesain agar ekonomis
sehingga harus dipilih profil paling ringan yang memenuhi. Hal ini juga diperlukan karena
beban mati balok juga diperhitungkan. Selain itu, lubang juga dihindari pada balok agar
tidak mengurangi kekuatannya akibat berkurangnya luas kotor. Selain itu, jika terdapat
lubang, kekuatannya juga harus dikalikan dengan faktor reduksi lubang sesuai dengan
perbandingan kuat leleh dan tarik ultimitnya.
9.4. Lateral Support of Beams
Sangat banyak balok terbuat dari baja dikekang pada sayapnya (W-shapes) yang mengalami
tekan agar mengalami mekanisme kegagalan plastis sempurna.
9.5. Introduction to Inelastic Buckling, Zone 2
Tekuk inelastis terjadi apabila panjang tidak dikekang (Lb) melebihi Lp, tetapi tidak lebih dari
Lr. Balok yang mengalami tekuk akan menggunakan faktor modifikasi tekuk (Cb) dalam
perhitungannya dengan nilai Cb dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut.
12.5𝑀𝑚𝑎𝑥
𝐶𝑏 =
2.5𝑀𝑚𝑎𝑥 + 3𝑀𝐴 + 4𝑀𝐵 + 3𝑀𝐶
Dengan Mmax adalah momen maksimum di sekitar panjang yang tidak dikekang, dan M A,
MB, MC beruturut-turut adalah momen di titik 1/4, 1/2, dan 3/4 panjang tidak dikekang.
9.6. Moment Capacities, Zone 2
12
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja

Kuat penampang maksimum (ketika Fy – Fr = 0.7Fy) untuk zona 2 dapat ditentukan


menggunakan persamaan berikut.
𝐿𝑏 − 𝐿𝑝
𝑀𝑛 = 𝐶𝑏 [𝑀𝑝 − (𝑀𝑝 − 0.7𝐹𝑦 𝑆𝑥 ) ( )] ≤ 𝑀𝑝
𝐿𝑟 − 𝐿 𝑝
Dengan nilai Lr dapat ditentukan menggunakan persamaan pada AISC (F1) atau
menggunakan panduan AISC Manual Table 3-2.
9.7. Elastic Buckling, Zone 3
Tekuk elastis terjadi jika panjang tidak dikekang (Lb) melebihi Lr. Balok akan menekuk pada
sumbu lemahnya. Kuat penampang untuk zona 3 dapat ditentukan menggunakan
persamaan berikut (asumsi .
𝑀𝑛 = 𝐹𝑐𝑟 𝑆𝑥 ≤ 𝑀𝑝

𝐶𝑏 𝜋 2 𝐸 𝐽𝑐 𝐿𝑏 2
𝐹𝑐𝑟 = √1 + 0.078 ( )
𝐿𝑏 2 𝑆𝑥 ℎ𝑜 𝑟𝑡𝑠
(𝑟 )
𝑡𝑠
Keterangan :
rts = jari-jari girasi efektif (AISC Tabel 1-1)
J = konstanta torsional (AISC Tabel 1-1)
c = 1 for doubly symmetric I-shapes
ho = jarak antar centroid sayap (AISC Tabel 1-1)
9.8. Design Charts
Untuk mempermudah perhitungan kapasitas balok dengan tegangan leleh (F y) dan faktor
modifikasi tekuk (Cb) berturut-turut bernilai 50 ksi dan 1, AISC telah membuat grafik
hubungan antara panjang tidak dikekang dan kuat penampangnya. Grafik dapat dilihat
pada Figure 9.13 Pustaka Utama.
9.9. Noncompact Sections
Elemen kompak merupakan elemen yang tidak mengalami tekuk lokal (untuk W-shapes,
𝐸
unstiffened element b/t nya tidak melebihi 0.38√𝐹 dan stiffened element h/t nya tidak
𝑦

𝐸
melebihi 3.76√𝐹 ). Elemen yang melewati batas tersebut termasuk elemen non-kompak.
𝑦

𝐸
Untuk desain elemen tersebut, batas berubah menjadi 1.0√ untuk unstiffened element
𝐹𝑦

𝐸
dan 5.7√ untuk stiffened element. Syarat batas lainnya terdapat pada Tabel 9.1 Pustaka
𝐹𝑦

Utama. Kuat penampang untuk elemen non-kompak dapat ditentukan menggunakan


persamaan berikut.
𝜆 − 𝜆𝑝𝑓
𝑀𝑛 = [𝑀𝑝 − (𝑀𝑝 − 0.7𝐹𝑦 𝑆𝑥 ) ( )]
𝜆𝑟𝑓 − 𝜆𝑝𝑓
Sementara itu untuk built-up section :
0.9𝐸𝑘𝑐 𝑆𝑥
𝑀𝑛 =
𝜆2

Dengan 0.35 ≤ 𝑘𝑐 = 4⁄√𝑡 ≤ 0.76.
𝑤

13
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja

Chapter 10 – Design of Beams (Miscellaneous Topics : Shear, Deflection, etc.)


10.1. Design of Continuous Beams
Dalam desain balok menerus, Virtual-Work Method hanya dapat digunakan pada material
baja dengan tegangan leleh kurang dari 65 ksi. Jika desain dilakukan menggunakan analisis
elastis, digunakan rule of thumb oleh AISC. Untuk elemen kompak, desain dilakukan
menggunakan dasar 0.9 momen negatif maksimum. Faktor tersebut juga bisa digunakan
untuk kolom dengan gaya aksial tidak melebihi 0.15𝜙𝑐 𝐹𝑦 𝐴𝑔 .
10.2. Shear
Geser biasa diperhatikan untuk balok dengan bentang yang pendek. Geser biasa ditahan
oleh badan penampang. Kuat geser penampang dapat ditentukan menggunakan
persamaan berikut.
𝑉𝑛 = 0.6𝐹𝑦 𝐴𝑤 𝐶𝑣
Dengan Cv bernilai sebagai berikut.
ℎ 𝑘𝑣 𝐸
≤ 1.1√ ,𝐶 = 1
𝑡𝑤 𝐹𝑦 𝑣

𝑘 𝐸
1.1√ 𝐹𝑣
𝑦
𝐶𝑣 1.1√𝑘𝑣 𝐸 < ℎ ≤ 1.37√𝑘𝑣 𝐸 , 𝐶 =
𝐹𝑦 𝑡𝑤 𝐹𝑦 𝑣 ℎ
𝑡𝑤
ℎ 𝑘𝑣 𝐸 1.51𝑘𝑣 𝐸
> 1.37√ , 𝐶𝑣 =
𝑡𝑤 𝐹𝑦 ℎ 2
(𝑡 ) 𝐹𝑦
{ 𝑤
10.3. Deflections
Defleksi yang dialami oleh balok tidak boleh melebihi batas pada Tabel 10.1 Pustaka Utama
sebagai berikut.

10.4. Webs and Flanges with Concentrated Loads


Elemen yang dikenai beban terpusat tegak lurus sayap dan sejajar badan harus dapat
menahan beban tersebut agar tidak terjadi tekuk pada sayap, leleh pada badan, dan tekuk.
Oleh karena itu, apabila sayap dan badan tidak memenuhi syarat tersebut, sangat
direkomendasikan untuk menggunakan pengaku pada sayap dan badan yang dirancang
akan dikenai beban terpusat tersebut. Syarat penampang terdapat pada AISC Specification
Section J.10.
14
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja

10.5. Unsymmetrical Bending


Balok ditujukan untuk menerima beban tegak lurus. Akan tetapi, ada jenis balok yang tidak
demikian, misalnya pada atap. Untuk memastikan balok tersebut kuat sehingga tidak
mengalami lentur tak simetris, balok harus memenuhi persamaan berikut.
𝑃𝑢 𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
+( + )≤1
2𝑃𝑛 𝑀𝑛𝑥 𝑀𝑛𝑦
10.6. Design of Purlins
Seperti telah disebutkan sebelumnya, atap dapat mengalami lentur tak simetris. Oleh
karena itu, dalam desain atap, purlin lebih baik diletakkan pada sambungan rangka atap.
10.7. The Shear Center
Titik pusat geser adalah titik di mana resultan gaya transversal yang dihitung hanya lentur
murni dan geser. Untuk balok yang memiliki dua sumbu simetri, titik pusat geser akan
berada di perpotongan kedua sumbu, yaitu di centroid. Untuk balok yang hanya memiliki
satu sumbu simetri, titik pusat geser berada di satu titik di sepanjang sumbu tersebut.
Lokasi titik pusat geser ini penting terutama untuk balok komposit.
10.8. Beam-Bearing Plates
Ketika ujung balok ditumpu oleh beton atau konstruksi batu lainnya, sangat penting untuk
menambahkan pelat penahan balok karena pelat tersebut akan menerima seluruh momen
lentur lalu diasumsikan beban akan disebarkan secara merata.
10.9. Lateral Bracing at Member Ends Supported on Base Plates
Ujung balok yang ditumpu oleh base plate harus ditahan terhadap rotasi terhadap sumbu
sejajarnya. Hal ini disebutkan dalam AISC Specification Section F1 (2).
Chapter 11 – Bending and Axial Force
11.1. Occurrence
Elemen struktur yang mengalami kombinasi aksial-lentur sangat umum dijumpai, misalnya
pada balok-kolom. Rangka batang pun yang didesain hanya untuk menerima gaya aksial
bisa mengalami lentur apabila beban tidak tepat diberikan pada saambungan. Tergantung
gaya aksial yang diberikan, hubungan aksial-lentur bisa membuat defleksi menjadi lebih
besar maupun lebih kecil.
11.2. Members Subject to Bending and Axial Tension
Elemen yang dikenai hubungan aksial tarik-lentur harus memenuhi persamaan berikut.
𝑃𝑢 8 𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
≥ 0.2 → + ( + )≤1
𝑃𝑢 𝑃𝑛 9 𝑀𝑛𝑥 𝑀𝑛𝑦
𝑃𝑛 𝑃𝑢 𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
<2→ +( + )≤1
{ 2𝑃𝑛 𝑀𝑛𝑥 𝑀𝑛𝑦
11.3. First-Order and Second-Order Moments for Members Subject to Axial Compression and
Bending
Berbeda dengan hubungan aksial tarik-lentur, apabila balok telah melentur lalu ditambah
dengan gaya tekan, defleksi akan bertambah besar. Oleh karena itu, selain melakukan
analisis tingkat satu (lentur akibat momen), perlu juga dilakukan analisis tingkat dua (akibat
aksial tekan). Analisis aksial tekan-lentur dapat menggunakan beberapa metode, misalnya

15
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja

Direct Analysis Method (DAM), Effective Length Method (ELM), dan Approximate Second-
Order Analysis.
11.4. Direct Analysis Method (DAM)
Metode ini dapat digunakan untuk semua jenis struktur. Dalam metode ini, faktor panjang
efektif (K) bernilai 1. Terdapat juga faktor magnifikasi B 1 dan B2 akibat adanya analisis
tingkat 2. Selain itu, kekakuan juga dikurangi menjadi 0.8 semula. Nilai B2 untuk Direct
Analysis Method dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut.
∆𝑠𝑒𝑐𝑜𝑛𝑑 𝑜𝑟𝑑𝑒𝑟
𝐵2 = ≤ 1.7
∆𝑓𝑖𝑟𝑠𝑡 𝑜𝑟𝑑𝑒𝑟
11.5. Effective Length Method (ELM)
Berbeda dengan Direct Analysis Method, nilai B2 dalam metode ini harus lebih kecil sama
dengan 1.5, sedangkan untuk struktur yang diberi pengekang harus lebih kecil sama dengan
1.1. Perbandingan Effective Length Method and Direct Analysis Method dapat dilihat pada
Tabel 11.1 Pustaka Utama.
11.6. Approximate Second-Order Analysis
Momen dan aksial tekan akibat gaya eksternal dapat ditentukan menggunakan
menggunakan persamaan berikut.
𝑀𝑢 = 𝐵1 𝑀𝑛𝑡 + 𝐵2 𝑀𝑙𝑡
𝑃𝑢 = 𝐵1 𝑃𝑛𝑡 + 𝐵2 𝑃𝑙𝑡
Nilai B1 dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut.
𝐶𝑚
𝐵1 = ≥1
𝑃𝑢
1−𝑃
𝑒1
Nilai Pe1, Pu, dan Cm untuk mendapatkan nilai B1 dapat ditentukan menggunakan
persamaan berikut.
0.8𝐸𝐼
𝑃𝑒1 =
(𝐾1 𝐿)2
𝑃𝑢 = 𝑃𝑛𝑡 + 𝑃𝑙𝑡
𝑀1
𝐶𝑚 = 0.6 − 0.4
𝑀2
Untuk struktur yang bergoyang, B2 dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut.
1
𝐵2 =
𝑃𝑠𝑡𝑜𝑟𝑦
1−𝑃
𝑒 𝑠𝑡𝑜𝑟𝑦
𝜋 2 𝐸𝐼
𝑃𝑒 𝑠𝑡𝑜𝑟𝑦 = ∑
(𝐾2 𝐿)2
11.7. Beam-Columns in Braced Frames
Untuk menganalisis balok-kolom yang mengalami aksial-lentur, perlu dilakukan analisis
tingkat satu dan tingkat dua. Untuk momen akibat gaya lateral, jika gaya dan strukturnya
simetris, nilai momennya akan sama dengan 0. Hal yang sama juga terjadi pada struktur
yang diberi pengekang.
11.8. Beam-Columns in Unbraced Frames
Momen maksimum pada portal tanpa kekangan selalu berada pada ujung kolom. Terdapat
contoh perhitungan pada Examples 11-9 dan 11-10 menggunakan kedua metode DAM dan
16
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja

ELM. Di kedua contoh, analisis tingkat dua menggunakan metode analisis aproksimasi.
Faktor magnifikasi ditentukan untuk setiap balok-kolom untuk setiap arah translasi lateral.
Beban aksial tingkat dua dan momennya disubstitusi menjadi persamaan yang sesuai untuk
menentukan profil yang memenuhi.
11.9. Design of Beam-Columns-Braced or Unbraced
Desain balok-kolom dilakukan melalui proses trial-and-error. Terlebih dahulu dilakukan
perhitungan apakah suatu profil tidak memenuhi, dipilih profil lain yang memenuhi.
Metode yang umum digunakan untuk memilih profil yang tepat yaitu equivalent axial load
atau effective axial load method. Dalam metode ini, beban aksial dan momen diganti
menjadi beban konsentris fiktif yang ekuivalen dengan beban aslinya. Beban tersebut
diestimasi menggunakan persamaan berikut.
𝑃𝑢𝑒𝑞 = 𝑃𝑢 + 𝑀𝑢𝑥 𝑚 + 𝑀𝑢𝑦 𝑚𝑢

17
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha

Anda mungkin juga menyukai