Anda di halaman 1dari 4

Perhitungan Pemakaian Bata Sebagai Bekisting

Tie Beam T6 – T7 dari Segi Biaya Material dan


Produktivitas Waktu Pada Proyek Pembangunan
Tower Kampus D Universitas Gunadarma Tahap II

Diyanti, ST., MT. Unggul Muhammad Pribadi


Jurusan Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Gunadarma Universitas Gunadarma
Jakarta, Indonesia Jakarta, Indonesia
diyanti@staff.gunadarma.ac.ic unggoelmp@gmail.com

Abstrak — Proyek pembangunan Tower Kampus D Universitas perkembangan teknologi juga mempengaruhi disiplin ilmu
Gunadarma Tahap II merupakan kelanjutan dari Tahap I teknik sipil secara linier sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa
pembangunan Kampus D Universitas Gunadarma yang terletak di praktek di lapangan merupakan hal yang penting guna
Jalan Margonda Raya No. 100, Depok. Tower ini dibangun di atas menunjang pengetahuan di bidang teknik sipil.
tanah seluas 1484,34 m2 dan terdiri dari 19 lantai. Pembangunan
Tower ini dimaksudkan guna memenuhi kebutuhan akan kegiatan Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu
akademis Universitas Gunadarma yang terdiri dari ruang kelas proyek konstruksi adalah kualitas sumber daya manusia. Oleh
pasca-sarjana, ruang sidang sarjana, research center dan karena itu, perguruan tinggi mengadakan program kerja
laboratorium. Proyek ini memiliki durasi pelaksanaan selama 557 praktek bagi mahasiswa sebagai upaya memperkenalkan
hari kalendar. Pada peninjauan manajemen proyek, terdapat mahasiswa kepada kondisi nyata langsung di lapangan. Dari
hambatan berupa keterlambatan supply material untuk pekerjaan program kerja praktek ini diharapkan mahasiswa dapat
paving block yang disebabkan oleh kesalahan komunikasi antara membandingkan teori-teori yang didapat di bangku kuliah
pihak pelaksana dan pihak supplier. Akan tetapi hambatan tersebut dengan kondisi nyata di lapangan sehingga dapat memahami
dapat diatasi dengan mengalokasikan tenaga kerja pekerjaan paving masalah-masalah khusus yang ditemui di lapangan. Serta
block ke pekerjaan lainnya. Ditinjau dari pelaksanaan konstruksi mahasiswa dapat mengamalkan secara positif ilmu yang
terdapat masalah pada metode pelaksanaan pemasangan tulangan didapat di lapangan ke dalam di dunia kerja kelak.
kolom, yaitu tulangan yang bengkok akibat benturan terhadap benda
yang massanya lebih besar dari tulangan tersebut. Masalah tersebut
dapat diatasi dengan meluruskan tulangan menggunakan manual II. TINJAUAN PUSTAKA
bar bender. Berdasarkan perhitungan dari segi biaya material
diperoleh jumlah biaya yang diperlukan untuk pemakaian bata A. Manajemen Proyek
sebagai bekisting tie beam T6 – T7, yaitu Rp 660.000,-/ 9,6 m 2. Perkembangan manajemen konstruksi tidak lepas dari
Sedangkan dari perhitungan produktivitas waktu, pemakaian
perkembangan industri jasa konstruksi. Sedangkan
material bata sebagai bekisting tie beam T6 – T7 menghasilkan
produktivitas sebesar 3,40 m2/hari/orang, sehingga dalam waktu 1 perkembangan industri jasa konstruksi berhubungan erat
hari (8 jam kerja) dapat mengerjakan luas pekerjaan tie beam dengan pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana fisik
sebesar 3,40 m2 untuk tenaga kerja perorangan. dalam bidang gedung, teknik sipil dan instalasi. Seiring
meningkatnya volume pembangunan tersebut, maka
Kata Kunci — Bekisting, Biaya Material, Produktivitas Waktu, meningkat pula cara pengelolaan pelaksanaan pembangunan
Tie Beam yang dikenal dengan manajemen proyek (manajemen
konstruksi).
I. PENDAHULUAN Pengertian manajemen proyek adalah penerapan dari
Dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian,
khususnya di bidang teknik sipil, diperlukan pengetahuan yang pelaksanaan, dan pengendalian) secara sistematis pada suatu
tidak hanya bersifat teoritis, akan tetapi perlu diimbangi proyek dengan menggunakan sumber daya yang ada secara
dengan pengetahuan yang bersifat praktis. Di samping itu, efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal.
Pada manajemen proyek dalam pengertian yang lebih luas, Pengendalian waktu pada proyek dilakukan untuk
kegiatan-kegiatan yang dilakukan beraneka ragam, mulai dari mengontrol alokasi waktu untuk masing-masing pekerjaan
perencanaan program, survei, penelitian, studi kelayakan, supaya waktu pekerjaan berjalan dengan efisien. Pengendalian
perancangan, pengadaan/ lelang sampai pada pelaksanaan, waktu dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
sehingga akan melibatkan berbagai ahli dan pihak yang lebih 1) Pengalokasian tenaga kerja sesuai dengan keahliannya
banyak (surveyor, perencana/ arsitek, ahli geologi, kontraktor, masing-masing supaya pekerjaan menjadi lebih efektif.
dan sebagainya) yang merupakan suatu tim yang saling
berhubungan satu sama lain. Oleh karena itu diperlukan 2) Pengendalian jumlah tenaga kerja sesuai dengan
pengelolaan (manajemen) yang profesional untuk kebutuhan akan besarnya volume pekerjaan.
mendapatkan hasil proyek konstruksi yang optimal. Dari Diusahakan jangan sampai terjadi penumpukan jumlah
tenaga kerja di suatu volume pekerjaan yang tidak
kebutuhan tersebut berkembanglah perusahaan-perusahaan
terlalu besar, begitu pula sebaliknya.
yang bergerak dalam bidang manajemen konstruksi
(konsultan/ MK) yang bertugas mengelola proyek-proyek 3) Pengecekan pengadaan material dan peralatan yang
sesuai dengan keinginan Pemilik (Owner) dari segi waktu, selalu siap untuk suatu pekerjaan yang akan
biaya, mutu, keamanan dan kenyamanan. berlangsung.
Progress proyek dalam bentuk laporan harian, mingguan
B. Perencanaan Proyek dan bulanan juga sangat berpengaruh dalam pengendalian
Tahap awal dalam sebuah proyek adalah tahap perencanaan waktu. Pada proyek Kampus D Universitas Gunadarma Tahap
proyek yang bertujuan membuat strategi pelaksanaan proyek II selalu dilampirkan kurva S pada laporan mingguan dan
supaya tercapai target pelaksanaan sesuai persyaratan yang bulanan sebagai time schedule pekerjaan yang telah
telah disepakati, yaitu mencakup waktu, mutu dan biaya. Tahap dilaksanakan. Sehingga dapat dilihat apabila ada keterlambatan
ini berhubungan dengan penjadwalan proyek yang meliputi pekerjaan dalam rentang waktu mingguan dan bulanan, serta
informasi mengenai jadwal rencana dan perkembangan proyek dapat lebih mudah dicarikan solusinya dengan melihat
(progress). summary dari laporan pengendalian proyek tersebut.

Metode penjadwalan yang digunakan dalam proyek


Kampus D Universitas Gunadarma Tahap II adalah Kurva S. E. Pengendalian Biaya
Kurva S adalah suatu kurva yang disusun untuk menunjukkan
hubungan antara nilai kumulatif biaya atau jam-orang (man Pengendalian biaya dilakukan untuk mengendalikan jumlah
hours) yang telah digunakan atau persentase (%) penyelesaian biaya yang dikeluarkan selama proyek berlangsung supaya
pekerjaan terhadap waktu. Dengan demikian kurva S dapat besarnya biaya yang keluar tidak berbeda jauh dari asumsi
menggambarkan kemajuan volume pekerjaan yang biaya rencana. Pihak kontraktor melakukan rekapitulasi biaya
diselesaikan selama proyek berlangsung. yang dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam laporan progress
proyek bersama bobot pekerjaan yang telah dilaksanakan.
Pada kurva S, sumbu mendatar menunjukaan waktu Sehingga dapat dilihat perbandingan antara biaya rencana
kalendar dan sumbu vertikal menunjukkan nilai kumulatif dengan biaya aktual.
biaya atau jam-orang atau persentase penyelesaian pekerjaan.
Kurva yang berbentuk “S” tersebut lebih banyak terbentuk Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelonjakan biaya
karena kelaziman dalam pelaksanaan proyek, yaitu: pengeluaran proyek antara lain:
1) Kemajuan pada awal proyek bergerak lambat. 1) Dalam pelaksanaan sering ditemui hasil pekerjaan yang
tidak sesuai dengan spesifikasi rencana, sehingga harus
2) Pada kurun waktu yang lebih lama, pelaksanaan dilakukan pengerjaan ulang atau pembongkaran.
kegiatan-kegiatan bergerak lebih cepat.
2) Selama pelaksanaan berlangsung banyak terjadi
3) Pada akhirnya kegiatan pelaksanaan menurun kembali penambahan biaya tak terduga.
dan berhenti pada suatu titik ahir.
III. DATA DAN PEMBAHASAN
C. Pengendalian Mutu
A. Data Pembebanan
Pengendalian mutu dilakukan untuk mengontrol kualitas Pada proyek pembangunan Tower Kampus D Gunadarma
mutu material dan pekerjaan dari awal hingga akhir proyek Tahap II menggunakan tie beam dengan dimensi 400 x 800
(finishing) dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk memastikan mm dan panjang menyesuaikan dengan jarak antar pile cap dan
bahwa kualitas mutu bangunan sesuai dengan spesifikasi yang pondasi tiang pancang. Berikut gambar denah tie beam Tower
telah disetujui di awal rencana, serta dapat zona T6 – TD.
dipertanggungjawabkan.

D. Pengendalian Waktu
= 0,02 m2

3) Menghitung Kebutuhan Material


Luas dua sisi tie beam
Bata =
Luas satu buah bata
2
9,6 m
= 2
Gambar 1 Denah Tie Beam Zona T6 - TD 0,02 m
= 400 buah bata
Berikut adalah spesifikasi teknis material-material untuk
pemasangan bekisting tie beam. 4) Menghitung Kebutuhan Biaya

Nama Material : Bata Bata = Kebutuhan Bata �Rp 1.650,-


Dimensi : 32 cm �15 cm �7,5 cm = 400 �Rp 1.650,-
Harga : Rp 1.650,- / buah = Rp 660.000,-

Supplier : PT. Indah Kaca Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan produktivitas


waktu yang diperlukan pihak kontraktor untuk pemakaian
material bekisting bata untuk tie beam T6 – T7 sebagai berikut:
Tabel 1 Rekapitulasi Perhitungan Produktivitas Waktu
Bekisting Tie Beam

Nama Material Bata


Kebutuhan (satuan) 400 buah
Harga Rp 660.000,-
Gambar 2 Pasangan Bata

B. Perhitungan Pemakaian Bekisting Bata dari Segi Biaya C. Perhitungan Pemakaian Bekisting Bata dari Segi
Material Produktivitas Waktu
Berikut langkah-langkah perhitungan kebutuhan material Berikut langkah-langkah perhitungan produktivitas waktu
dan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan yang diperlukan untuk pekerjaan pemasangan bekisting tie
bekisting tie beam T6 – T7. beam T6 – T7 dalam satuan m2/hari/orang.
1) Mengetahui Indeks/ Koefisien Tenaga Kerja
Indeks/ koefisien tenaga kerja pekerjaan bekisting tie
beam dengan bata dilampirkan dalam Tabel 2 berikut:
Tabel 2 Koefisien Pemasangan 1 m2 Bekisting Bata
untuk Tie Beam
Kebutuhan
Satuan Koefisien
Tenaga Kerja
Gambar 3 Denah Tie Beam T6 – T7 Pekerja OH (Orang Hari) 0,600

1) Menghitung Dimensi dan Luasan Tie Beam Tukang Batu OH (Orang Hari) 0,200
Panjang balok =6m
Lebar balok = 0,4 m Kepala Tukang OH (Orang Hari) 0,020
Tinggi balok = 0,8 m
Luas dua sisi tie beam = (6 m �0,8 m) �2 sisi Mandor OH (Orang Hari) 0,030
= 9,6 m2
Total Koefisien 1 Paket Pekerjaan 0,425
2) Menghitung Dimensi dan Luasan Bata Berdasarkan data di lapangan, didapatkan harga
Panjang = 0,32 m satuan upah tenaga kerja yang dilampirkan dalam
Lebar = 0,10 m Tabel 3 berikut:
Tebal = 0,075 m
Luas 1 (satu) buah = 0,32 m � 0,075 m Tabel 3 Harga Satuan Upah Tenaga Kerja
Pemasangan Bata
Harga Satuan 1) Pelaksanaan konstruksi di lapangan tidak berbeda
Tenaga Kerja Satuan jauh dengan teori yang didapatkan di bangku kuliah.
(Rp)
Hal ini dikarenakan referensi yang digunakan pada
Pekerja OH (Orang Hari) 70.000,- setiap pekerjaan di lapangan berdasarkan SNI
(Standar Nasional Indonesia) dan pedoman-pedoman
Tukang Batu OH (Orang Hari) 100.000,- teknis yang berlaku.
2) Pada proyek Kampus D Universitas Gunadarma
Kepala Tukang OH (Orang Hari) 120.000,-
Tahap II terjadi keterlambatan jadwal proyek yang
Mandor OH (Orang Hari) 150.000,- disebabkan oleh tidak tersedianya material. Hal ini
dikarenakan adanya kesalahan komunikasi antara
pihak supplier dengan pihak pelaksana.
2) Menghitung Dimensi dan Luasan Tie Beam 3) Pada proses pelaksanaan konstruksi, tahapan
pekerjaannya telah sesuai dengan prosedur yang ada
Panjang balok =6m dan setiap personil telah bekerja dengan baik
Lebar balok = 0,4 m sebagaimana semestinya, mulai dari pihak pelaksana
Tinggi balok = 0,8 m dan pihak pengawas.
Luas dua sisi tie beam = (6 m �0,8 m) �2 sisi Berdasarkan masalah khusus yang telah dibahas, yaitu
= 9,6 m2 perhitungan pemakaian bata sebagai bekisting tie beam T6 –
T7 dari segi biaya material dan produktivitas waktu pada
3) Menghitung Produktivitas Waktu Pemasangan proyek Kampus D Universitas Gunadarma Tahap II dapat
Bekisting Bata Tie Beam ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Perhitungan dari segi biaya material menunjukkan
Jam kerja per hari = 8 jam
bahwa biaya yang dibutuhkan untuk pemakaian
Produktivitas Waktu = Koefisien total �Jam bekisting bata sebesar Rp 660.000,- untuk
kerja per hari pemasangan pada luas pekerjaan 9,6 m2.
= 0,425 �8 2) Berdasarkan hasil perhitungan produktivitas waktu
didapatkan kesimpulan bahwa pemakaian pasangan
= 3,40 m2/hari/orang bata menghasilkan produktivitas waktu sebesar 3,40
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan produktivitas m2/hari/orang. Dengan demikian dapat disimpulkan
waktu yang diperlukan pihak kontraktor untuk pemakaian bahwa pemakaian pasangan bata sebagai bekisting tie
material bekisting bata untuk tie beam T6 – T7 sebagai berikut: beam T6 – T7 menghasilkan luas pekerjaan sebesar
3,40 m2 dalam waktu 1 hari (8 jam kerja) untuk
Tabel 4 Rekapitulasi Perhitungan Produktivitas Waktu tenaga kerja perorangan.
Bekisting Tie Beam
Nama Material Bata
DAFTAR PUSTAKA
2
Luas Pekerjaan (m ) 9,6 m2
Produktivitas Waktu (m2/hari/orang) 3,40 m2 [1] Juniar, E., Brunner, I. P. W. T., 2009, “Pengaruh Penggantian
Material Bata Merah Dengan Batako Terhadap Biaya Bangunan
Berdasarkan hasil rekapitulasi perhitungan produktivitas (Studi Kasus : Student Center Itenas, Bandung)”, Institut
Teknologi Nasional, Bandung.
waktu didapatkan produktivitas waktu pekerjaan bekisting tie
[2] Permen PU, 2007, Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan
beam T6 – T7 menggunakan pasangan bata sebesar 3,40 Gedung Negara, Kementerian Pekerjaan Umum Republik
m2/hari/orang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Indonesia, Jakarta
pemakaian pasangan bata sebagai bekisting tie beam T6 – T7 [3] Peurifoy, Ledbetter, 1988, Perencanaan, Peralatan, Dan
menghasilkan luas pekerjaan sebesar 3,40 m2 dalam waktu 1 Metode Konstruksi, Edisi Keempat. Penerbit Erlangga, Jakarta.
hari (8 jam kerja) dengan tenaga kerja perorangan. [4] SNI 6897, 2008, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan
Pekerjaan Dinding untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan
Perumahan, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
IV. KESIMPULAN
[5] Soemanto, Marchel A., 2014, “Perhitungan Harga Satuan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada seluruh Pekerjaan Dinding Bata Ringan Dengan Metode SNI & MS.
aspek konstruksi selama kegiatan kerja praktek, penulis dapat Project Pada Proyek Pembangunan Gedung Laboratorium
Enterpreneurship Terpadu Universitas Brawijaya Malang”,
menarik kesimpulan sebagai berikut: Universitas Brawijaya, Malang.
[6] Tenriajeng, Andi T., 2004, Administrasi Kontrak Dan Anggaran
Borongan, Penerbit Gunadarma, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai