A. PENDAHULUAN
Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi
teknologi ini banyak diterapkan dalam metode–metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian
pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target 3T yaitu tepat mutu/kualitas, tepat
biaya/kuantitas dan tepat waktu sebagaimana ditetapkan, dapat tercapai.
Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, adakalanya juga diperlukan suatu metode
terobosan untuk menyelesaikan pekerjaan lapangan. Khususnya pada saat menghadapi
kendala–kendala yang diakibatkan oleh kondisi lapangan yang tidak sesuai dengan dugaan
sebelumnya. Untuk itu, penerapan metode pelaksanaan konstruksi yang sesuai kondisi
lapangan, akan sangat membantu dalam penyelesaian proyek konstruksi bersangkutan.
Untuk mencapai keberhasilan dalam hal mutu, efisiensi waktu dan optimalisasi biaya
pelaksanaan, dimana Kontraktor harus dapat merealisasikan pekerjaan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan, biaya yang telah dianggarkan dan kualitas pekerjaan sesuai dengan yang
diinginkan pihak pengguna anggaran, sebagai upaya untuk terlaksananya rencana proyek
tersebut, maka berikut ini kami susun Metode Pelaksanaan.
Demi kelancaran, keamanan, mobilisasi alat, bahan serta staff dan pekerja yang akan
memasuki lahan harus mendapat ijin, sesuai peraturan yang berlaku serta berkoordinasi dengan
keamanan setempat.
Penyusunan Sumber Daya Manusia (SDM)/Organisasi Project adalah point interest dalam
pekerjaan ini menyangkut strategi eksekusi dan planning yang akan dituangkan kedalam
Schedule Lapangan dengan mengacu kepada Schedule Master, sehingga milestone dan critical
path pekerjaan sudah terencana dan bisa diminimalisir kesalahan yang akan terjadi baik dari
segi biaya ataupun jadwal/waktu pelaksanaan.
Metode pelaksanaan mengacu pada prinsip bahwa target pembangunan harus dapat
diselesaikan tepat waktu. Pekerjaan direncanakan selesai selama 165 (Seratus Enam Puluh
Lima) Hari Kalender yang meliputi pekerjaan Persiapan, Struktur, Arsitektur, Mekanikal &
Eleletrikal, Sanitasi/Plumbing, dan lain-lain. Alokasi sumber daya manusia yang didukung
penempatan peralatan serta komposisi material yang sesuai syarat teknis memungkinkan
pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu. Kami pihak penyedia jasa telah menyusun rencana
pelaksanaan yang dapat menunjang maksud diatas, sehingga peruntukan bangunan dapat
dimaksimalkan. Dengan terjabarkannya sistematika dan rencana kerja ini, kami harapkan pihak
pengguna jasa mendapatkan gambaran terinci tentang metode pelaksanaan yang rencananya
akan kami aplikasikan pada pekerjaan nantinya.
II. STRUKTUR
1. Pekerjaan Pondasi
a. Pengadaan spoon pile Ø 450 mm
b. Pemotongan kepala tiang pancang Ø 450 mm
c. Pekerjaan Pasir Urug t = 10 cm
d. Pekerjaan Lantai Kerja K 125 t = 5 cm
e. Pekerjaan Pondasi Tower Crane
f. Galian Tanah Pile Cap dan Sloof
g. Urugan Kembali
h. Timbunan Peninggian Lantai
i. Pekerjaan Pile Cap
2. Pekerjaan Struktur Lantai 1 s/d Lantai 6
a. Pekerjaan Balok
b. Pekerjaan Kolom
PEMBANGUNAN GEDUNG JABAL NUR/KANTOR PENGELOLA
UPT. ASRAMA HAJI MEDAN Page 2
METODE PELAKSANAAN
c. Pekerjaan Slab/Plat
d. Pekerjaan Tangga
e. Pekerjaan Dinding
3. Pekerjaan Struktur Atap
a. Pekerjaan Balok Lantai Atap
b. Pekerjaan Slab/Plat Lantai Atap
4. Pekerjaan Struktur Ruang Pompa
a. Pekerjaan Tie Beam Ruang Pompa
b. Pekerjaan Slab/Plat Lantai Ruang Pompa
c. Pekerjaan Kolom Ruang Pompa
d. Pekerjaan Dinding Beton Ruang Pompa
e. Pekerjaan Balok Ruang Pompa
f. Pekerjaan Slab/Plat Atap Ruang Pompa
III. ARSITEKTUR
1. Lantai 1 s/d Lantai 6
a. Pekerjaan Pasangan
b. Pekerjaan Finishing Lantai
c. Pekerjaan Plafond
d. Pekerjaan Pengecatan
e. Pekerjaan Sanitair
f. Pekerjaan Tangga
g. Pekerjaan Pintu Jendela
2. Pekerjaan Lain-lain
a. Pekerjaan Fasad
b. Pekerjaan Atap
c. Pekerjaan Sekitar Bangunan
3. Pekerjaan Ruang Pompa
a. Pekerjaan Pasangan
b. Pekerjaan Finishing Lantai
c. Pekerjaan Plafond
d. Pekerjaan Pengecatan
e. Pekerjaan Pintu Jendela
8. Air Kerja
Air kerja sangat diperlukan dalam menunjang pelaksanaan pekerjaan, dimana air kerja
berfungsi untuk pekerjaan campuran adukan atau pekerjaan lainnya. Untuk pengadaan
air kerja diperlukan satu buah mesin pompa untuk distribusi air kerja. Pemasangan
pompa air dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan pemantekan untuk mendapatkan
sumber air, kemudian dilakukan pemasangan pipa dan kran air. Air untuk keperluan kerja
ditampung dalam drum air. Air kerja dapat juga diperoleh dari sumber existing yang ada
dengan penyambungan dan membayar sejumlah biaya yang telah ditentukan.
D. TAHAPAN KONSTRUKSI
Tahap Konstruksi Dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. PEKERJAAN PONDASI
Galian tanah
Galian tanah baru boleh dilaksanakan setelah bouwplank dengan penandaan sumbu ke sumbu
selesai diperiksa dan disetujui Direksi. Bentuk galian dilaksanakan sesuai dengan ukuran yang
tertera dalam gambar. Apabila ditempat galian ditemukan pipa-pipa pembuangan, kabel listrik,
telepon atau lainnya yang masih berfungsi, maka Konsultan secepatnya memberitahukan
kepada Direksi atau kepada instansi yang berwenang untuk mendapat petunjuk seperlunya.
Timbunan
Bahan urungan yang diperlukan harus dari pasir urug atau tanah pasir yang baik, banyak
mengandung butir–butiran serta tidak banyak mengandung bahan organik seperti misalnya
akar tumbuh–tumbuhan sampah serta bahan–bahan lainnya. Sebelum diadakan pengurugan,
tanah dipemukiman sedalam lebih kurang 20 cm harus dibuang, kemudian baru diadakan
pengurugan. Pengurugan dilakukan lapis demi lapis, tanah setebal 20 cm di dapat harus
dibuang, kemudian baru diadakan pengurugan. Tanah urugan harus dibasahi dengan air pada
saat dipadatkan.
PEMBANGUNAN GEDUNG JABAL NUR/KANTOR PENGELOLA
UPT. ASRAMA HAJI MEDAN Page 7
METODE PELAKSANAAN
Urugan Pasir
Pengurugan dengan Pasir dilakukan lapis demi lapis hingga ketebalan 10 cm dibawah lantai,
ditumbuk hingga padat. Lapisan-lapisan urugan untuk ditumbuk ini dibuat maksimal 10 cm, dan
ditumbuk 5 kali tiap bidang tumbukan pada tiap-tiap lapis tersebut. Dibawah lantai diurug
dengan pasir pasangan dan dipadatkan. Pengurugan dan pemadatan ini dilakukan dengan
menyiram air hingga jenuh, kemudian ditumbuk dengan alat yang sesuai untuk pemadatan.
Hasil akhir harus mendapat persetujuan Direksi atas kesempurnaan pengurugan dan
pemadatan. Dibawah pondasi, dan dibawah air diurug dengan pasir pasangan setebal 10 cm dan
dipadatkan.
¼ bagian. Waktu pencampuran untuk mesin kapasitas ¾ m3 atau kurang selama 1,5
menit, untuk mesin lebih besar waktu ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5
m3.
A. Pondasi Tapak
Pekerjaan ini harus mendapat perhatian serius karena perletakan dan pengadukan semen yang
tidak sempurna akan mempengaruhi kekuatan beton. Akibat langsung dari kegagalan konstruksi
pada bangunan pondasi tapak akan mengakibatkan degradasi bangunan.
Pengecoran Pondasi
Setelah sesuai maka sambungan tiang dibersihkan dari lumpur yang melekat untuk
memudahkan proses pengelasan. Selanjutnya sambungan tiang pancang dilas oleh tukang las,
dengan cara pengelasan pada kepala tiang secara melingkar keseluruhan agar sambungan
kuat
Mengatur lalu lintas dan jalan akses untuk Produksi tiang pancang
mobilisasi alat pemancang
Pemancangan tiang
Penyambungan tiang
Kepala tiang
pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan agar dasar pondasi tidak terganggu oleh
penggalian diluar batas-batas yang ditunjukan oleh gambar kerja.
4. Pemacangan
Kepala tiang pancang harus dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel.
Tiang pancang diikatkan pada sling yang terdapat pada alat, lalu ditarik sehingga tiang
pancang masuk pada bagian alat.
Gambar 5: Tiang Pancang Dimasukan pada Bagian Alat Gambar 6: Tiang Pancang Diluruskan
Setelah kemiringan telah sesuai, kemudian dilakukan pemancangan dengan menjatuhkan palu
pada mesin pancang.
Bila kedalaman pemancangan lebih dalam dari pada panjang tiang pancang satu batang, maka
perlu dilakukan penyambungan dengan tiang pancang kedua, yaitu dengan pengelasan.
Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau penetrasi tertentu sesuai
dengan perencana atau Direksi Pekerjaan. Selanjutnya dilakukan pemancangan di titik
berikutnya dengan langkah yang sama.
Fungsi dari pile cap adalah untuk menerima beban dari kolom yang kemudian akan terus
disebarkan ke tiang pancang dimana masing-masing pile menerima 1/N dari beban oleh kolom
dan harus ≤ daya dukung yang diijinkan (Y ton) (N= jumlah kelompok pile). Jadi beban
maksimum yang bisa diterima oleh pile cap dari suatu kolom adalah sebesar N x (Y ton). Pile cap
merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum didirikan kolom di bagian atasnya. Pile
cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar berada dititik pusat pondasi sehingga tidak
menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan beban tambahan pada pondasi. Selain itu,
seperti halnya kepala kolom, pile cap juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari
pembebanan yang ada.
Selain itu, bentuk dari pile cap juga bervariasi dengan bentuk segitiga dan persegi panjang.
Jumlah kolom yang diikat pada tiap pile cap pun berbeda tergantung kebutuhan atas beban yang
akan diterimanya. Terdapat pile cap dengan pondasi tunggal, ada yang mengikat 2 dan 4 buah
pondasi yang diikat menjadi satu.
4) Tahap Keempat, pengecoran stage 2 dengan menggunakan concrete pump untuk pelat
basement. Pada pengecoran ini menggunakan beton yang dicampur dengan
waterproofing intergral (Conplast X421M)
Setelah proses pemancangan selesai dilanjutkan dengan pemotongan tiang pancang dan
dilanjutkan dengan pekerjaan pile cap dan Tie beam Pekerjaan ini merupakan pekerjaan awal
dari stuktur atas (upper structure) setelah pekerjaan struktur bawah (sub structure) selesai
dilaksanakan. Semua bahan yang digunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi ketentuan-
ketentuan yang berlaku. Adapun pekerjaan pile cap dan tie beam ini meliputi:
1) Penulangan pile cap dan tie beam
2) Bekisting pile cap dan tie beam
3) Pengecoran pile cap dan tie beam
4) Pembongkaran bekisting pile cap dan tie beam
Sesuai dengan sifat beton yang kuat terhadap tekan, tetapi lemah terhadap tarik. Oleh karena itu
perencanaan dan pelaksanaan pembesian harus dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis dan
gambar yang telah direncanakan oleh perencana struktur yaitu dalam hal:
a) Ukuran diameter baja tulangan.
b) Kualitas baja tulangan yang digunakan.
c) Penempatan /pemasangan baja tulangan.
Beberapa kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan pembesian penulangan pada proyek ini
antara lain:
A. Pabrikasi Besi
Proses pabrikasi besi terdiri dari pekerjaan pemotongan dan pembengkokan besi tulangan.
Pemotongan dilakukan karena panjang besi dipasaran adalah 12 meter, sedangkan panjang
tulangan elemen struktur yang digunakan terdiri dari bermacam-macam ukuran sesuai
perhitungan tulangan. Pemotongan besi digunakan dengan Bar Cutter.
Pembengkokan dilakukan untuk membentuk tulangan yang disesuaikan dengan perencanaan.
Jika terjadi kesalahan pada pembengkokan maka besi tulangan tersebut tidak boleh
dibengkokkan kembali tetapi harus dipotong, hal ini untuk menghindari timbulnya retak-retak
ditempat pembengkokan ulang tersebut karena sifat getas baja. Pembengkokan dilakukan
dengan Bar Bender dengan berbagai macam diameter ukuran.
Sebelum mengerjakan proses pabrikasi besi, bagian pembesian menyusun daftar bengkok dan
potong baja tulangan berdasarkan gambar pelaksanaan (shop drawing) yang dibuat oleh
Kontraktor Utama. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun daftar bengkok dan
potong baja tulangan adalah:
a. Sambungan antar tulangan harus ditempatkan sedemikian rupa pada daerah yang
momennya nol atau dengan menggunakan sambungan lewatan sehingga gaya dan batang
yang satu dapat disalurkan ke batang yang lain. Panjang dan bentuk baja tulangan
direncanakan secara ekonomis sehingga bagian-bagian sisi atau yang tidak terpakai
didapat seminimal mungkin.
b. Memperhitungkan teknik pemasangan tulangan sehingga tidak menyulitkan dalam
pelaksanaan di lapangan.
B. Pemasangan Tulangan
Baja tulangan dan sengkang yang telah dipotong dan dibengkokan dibawa ke lapangan untuk
dipasang pada posisi sesuai denah gambar pelaksanaan. Kegiatan yang dilakukan pada
pekerjaan pemasangan tulangan antara lain:
a. Pemeriksaan diameter, panjang, dan bentuk tulangan dilakukan sebelum baja tulangan
tersebut dipasang.
b. Jarak antar tulangan serta jumlah tulangan, baik untuk tulangan lentur maupun tulangan
geser diatur sesuai gambar.
c. Sengkang dipasang secara manual. Penyambungan sengkang pada tulangan utama dengan
menggunakan kawat bendrat.
d. Memastikan daerah-daerah dan ukuran panjang penyaluran sambungan lewatan dan
panjang penjangkaran.
e. Pemeriksaan tebal selimut beton dengan memasang beton decking sebagai acuan selimut
beton yang akan dicor.
Setelah pekerjaan lantai kerja selesai dilaksanakan, maka dilanjutkan dengan pembesian pile cap
dan tie beam.
Langkah-langkah pembesian pile cap:
1. Menentukan daftar lengkungan bengkok besi, dimana digunakan besi D 22 mm, dengan
jarak antar tulangan 150 mm sama untuk semua pile cap tetapi berbeda untuk jumlah
tulangan dan tinggi pile cap sesuai dengan gambar rencana.
2. Semua besi yang telah disediakan kemudian dibengkokkan sesuai dengan daftar diatas
kemudian dirakit diluar lokasi sesuai dengan gambar rencana. Digunakan kawat
bendrat sebagai lekatan antar tulangan.
3. Tulangan pile cap yang telah jadi kemudian diangkat dan dipasang pada lokasi pile cap
yang telah ditentukan.
4. Tulangan pile cap dilekatkan dengan tulangan luar pondasi tiang pancang yang telah
dihancurkan betonnya dengan menggunakan kawat bendrat sehingga tulangan pile cap
tampak benar-benar kuat dan kokoh.
Langkah-langkah pekerjaan pembuatan dan pemasangan bekisting untuk tie beam adalah
sebagai berikut:
1. Mengadakan marking posisi bekisting yang akan dipasang.
2. Pemotongan papan kayu dan perakitan bagian-bagian bekisting yang akan dibuat
disesuaikan dengan ukuran tie beam tersebut.
3. Sebelum bekisting dipasang, terlebih dahulu bekisting dibagian dalam diolesi dengan
menggunakan mud oil, hal ini berfungsi agar pada waktu pembongkaran bekisting tidak
mengalami kesulitan.
PEMBANGUNAN GEDUNG JABAL NUR/KANTOR PENGELOLA
UPT. ASRAMA HAJI MEDAN Page 23
METODE PELAKSANAAN
4. Pemasangan bekisting tegak lurus pada lokasi tie beam yang telah ditentukan kemudian
dikunci dengan menggunakan kayu 8/12 dan paku secukupnya sebagai penahan
goyangan.
Gambar 3.2 Pengecoran Pile Cap dan Tie beam dengan beton readymix
Gambar 3.3 Pengecoran lewat talang untuk menjangkau poer yang jauh
Pembongkaran bekisting pada proyek ini dilakukan 2-3 hari setelah pengecoran, dengan syarat
pile cap dan sloof tidak menerima beban di atasnya. Alasan lain dilakukannya pembongkaran itu
agar bekisting dapat digunakan untuk bagian yang lain.
3. PEKERJAAN STRUKTUR
a. Pekerjaan Struktur Beton
Pekerjaan struktur merupakan penopang utama kekuatan bangunan yang meliputi
kekuatan Gaya vertikal dan horizontal, struktur utama bangunan meliputi pondasi
Tapak, Kolom dan Balok. Penggunaan beton tersebut meliputi pekerjaan Pondasi Tapak,
Slof, Plat Lantai, Balok, Plat dan Kolom. Pekerjaan Pondasi tapak dapat dilaksanakan
bersamaan dengan Pasangan Pondasi Batu Gunung, sedangkan pekerjaan yang lain dapat
dilaksanakan setelah pekerjaan tanah dan pondasi tapak selesai dilaksanakan.
Pekerjaan Balok
Balok adalah bagian dari konstruksi yang berfungsi memikul beban lantai dan beban
yang bekerja diatasnya dan kemudian menyalurkan beban tersebut ke kolom-kolom.
Balok juga berfungsi membagi-bagi pelat menjadi segmen-segmen dan sebagai
pengikat kolom yang satu dengan yang lainnya.
Pekerjaan Kolom
Pekerjaan Kolom merupakan tiang yang akan menyalurkan beban atau gaya vertikal
dan lateral ke pondasi. Konstruksi kekuan kolom akan menentukan besarnya gaya
lateral yang akan dipikul oleh kolom tersebut. Adapun besar kecilnya kolom (dimensi
kolom) tergantung pada distribusi pembebanan. Dalam pekerjaan ini diperlukan alat
theodolit dan juru ukur (surveyor) yang berpengalaman agar kolom yang mau di
laksanakan sesuai dengan yang diharapkan.
Pekerjaan Slab/Plat
Slab (pelat) adalah sebuah elemen struktur horizontal yang berfungsi menyalurkan
beban mati maupun beban hidup menuju rangka pendukung vertical dari suatu
sistem struktur. Elemen-elemen horizontal tersebut dapat dibuat bekerja dalam satu
arah ataupun bekerja dua arah yang saling tegak lurus (biaksial).
Pekerjaaan Tangga
Bahan–bahan bangunan tangga dibuat dari bahan – bahan yang di gunakan pada
bangunannya dan tergantung pada tujuannya serta menurut selera dari pemilik dan
perencana. Tangga terdiri dari anak tangga yang tingginya selalu tepat sama. Atas
dasar bahan bangunannya kita dapat membedakan konstruksi tangga masif (dari batu
alam, batu buatan atau beton), konstruksi tangga dari kayu dan konstruksi tangga
dari baja.
Flowchart
Koral Beton:
0,810 m3 Pasir Beton
0,490 m3 Semen Portland
400 kg
Portland cement
Portland cement
Portland cement
Portland cement
Portland cement
Portland cement
Portland cement
Portland cement
Portland cement
Portland cement
Portland cement
Portland cement
h) Permukaan cetakan harus dibasahi dengan rata. Hal ini dilakukan untuk menhindari
terjadinya penyerapan air beton oleh permukaan cetakan yang dapat menyebabkan
menurunnya daya lekat besi dengan beton tersebut.
Penulangan
a) Baja tulangan harus memenuhi persharatan perhitungan struktur beton bertulang
disesuaikan dengan SKSNI T-15-1991-03.
b) Tulangan besi beton yang digunakan harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karat lepas
dan lain-lain yang dapat merusak beton. Untuk baja tulangan dipakai mutu baja u-24,
dengan ukuran sesuai dengan gambar bestek.
c) Pelaksanaan penyambungan/pemotongan, pembengkokan dan pemasangan harus
sesuai dengan persharatan dalam perhitungan struktur beton bertulang indonesia
disesuaikan dengan SKSNI T-15-1991-03.
d) Selimut beton harus mempunyai ketetapan sebagai berikut:
- Beton tampa cetakan, kontak lansung dengan tanah = 50 mm.
- Beton dengan cetakan, kontak lansung dengan tanah = 50 mm.
- Balok, kolom tidak kontak lansung dengan tanah = 30 mm.
- Plat, dinding tidak kontak lansung dengan tanah = 25 mm.
Semen
a) Semen kecuali tercantum lain dalam spesifikasi harus digunakan semen Portland dengan
persyaratan standar Nasional Indonesia (SNI) No. 15-2049-1994 dan ASTM C 150-84.
b) Cara pengaturan dan cara penyimpanan semen harus sedemikian rupa pada tempat-
tempat yang baik untuk memudahkan pekerjaan dan setiap saat semen terlindung dalam
kelembaban hujan.
Agregat beton
a) Agregat beton berupa batu alam yaitu hasil desintegrasi alam atau batu pecah yang
diperoleh dari mesin pemecah batu (stone crusher).
b) Agregat yang di gunakan harus sesuai dengan spesifikasi menurut PBI-1971.
c) Agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari 5 mm menurut PBI
(1971).
d) Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan pekerjaan dan
sebaiknya di atas dengan tepas agar agregat tersebut tidak tercampur dengan tanah.
Agregat kasar
a) Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar, keras tidak berpori
dan bersudut, Bila ada butir yang pipih jumlahnya lebih berat tidak boleh melebihi 20%
dari jumlah berat seluruhnya.
b) Agregat kasar tidak boeh mengalami pembubukan hingga melebihi 50% kehilangan
berat menurut test.
Agregat halus
a) Agregat halus dapat digunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin
pemecah batu.
b) Pasir halus bersih dari bahan organik, Lumpur, zat-zat alkali dan substansi tersebut lebih
dari 5% (PBI – 1971).
c) Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
d) Pasir halus terdiri dari partikel-pertikel yang tajam dan kasar.
e) Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa agar terjamin kemudahan pelaksanaan
pekerjaan dan sebaiknya dialas dengan tepas agar tidak tercampur dengan tanah.
Air
Air untuk pembuatan beton dan perawatan beton harus bersih, tidak mengandung
minyak, garam, zat-zat kimia yang dapat merusak beton dan baja (PUBI – 1982).
Peraturan
a) Persyaratan-persyaratan kontruksi beton, istilah-istilah teknik serta syarat-syarat
pelaksanaan beton secara umum menjadi suatu kesatuan dalam bagian dokumen ini.
b) Kecuali tercantum lain dalam spesifikasi ini maka semua pekerjaan beton harus sesuai
dengan standar dibawah ini:
Tata cara penghitungan struktur untuk bangunan gedung SKSNI T-15-1991-03.
Standar Nasional Indonesia yang telah disahkan.
Peraturan beton bertulang Indonesia (PBI-1971).
Persyaratan umum bahan bangunan Indonesia (PUBI-1982).
Syarat-syarat pelaksanaan
1) Persiapan pengecoran
a) Beton
Beton harus dibentuk dari campuran semen, agregat, air dalam suatu perbandingan yang
tepat sehingga didapat kekuatan tekan karakteristik σ bk =350 kg/cm2.
Seluruh pekerjaan beton bertulang pada bangunan ini memakai adukan 1Pc: 2 Ps : 3 kr.
b) Perlengkapan mengaduk
Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian
cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing bahan pembentuk
beton. perlengkapan- perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus
mendapat persetujuan dari Direksi lapangan. Bahan-bahan pembentuk beton harus
dicampur dan diadukan dalam mesin pengaduk beton yaitu “ Batch mixer atau portable
Contunious mixer (air dicampur sekaligus). Mesin pengaduk tidak boleh dibenahi
melebihi dari kapasitas yang telah ditentukan.Setiap mesin pengaduk diperlengkapi
dengan alat mekanis untuk mengukur waktu dan menghitung jumlah adukan, waktu
pengadukan ditambah bila mesin pengaduk berkapasitas lebih besar dari 1,5 m3. Direksi
lapangan berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan
cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan
dan warna yang merata seragam. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi
dari adukan keadukan, pengadukan yang berlebihan (lamanya) yang membutuhkan
penambahan air untuk mendapatkan konsistens beton yang dikehendaki tidak
dibenerkan.
2) Pengecoran beton
d) Alat-alat penuang seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu bersih dan
bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan
secera bebas dari ketinggian lebih dari 2.m selama dapat dilaksanakan sebaiknya
digunakan pipa yang berisi penuh aduk dengan pangkalnya yang terbenam dalam
adukan yang baru dituang.
e) Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami “Initial set”
atau yang telah mengeras dimana beton akan menjadi plastis karena getaran.
f) Semua pengocoran bagian dasar kontruksi beton menyentuh tanah harus diberi lantai
kerja setebal 5 cm agar menjadi duduknya tulangan dengan baik dan untuk menghidari
penyerapan air semen oleh tanah.
g) Pemadatan beton.
Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan penggetar
berfrekuensi tinggi agar dijamin pengisian beton dan pemadatan yang baik, tetapi
tidak mengenal tulangan.
Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang mengerti dan terlatih.