Anda di halaman 1dari 3

Jembatan Layang (Fly Over)

Jembatan layang adalah jalan yang dibangun tidak sebidang melayang menghindari
daerah/kawasan yang selalu menghadapi permasalahan kemacetan lalu lintas, melewati
persilangan kereta api untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas dan efisiensi. Jalan layang
merupakan perlengkapan jalan bebas hambatan untuk mengatasi hambatan karena konflik
dipersimpangan, melalui kawasan kumuh yang sulit ataupun melalui kawasan rawa-rawa. Jalan
layang terbagi menjadi dua bagian struktur yaitu struktur bagian bawah yang berfungsi memikul
seluruh beban struktur bagian atas dan beban lain yang ditimbulkan oleh tekanan tanah, aliran air
dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan, dll, untuk kemudian disalurkan ke pondasi, dan
struktur bagian atas Struktur bagian atas jembatan layang (flyover) adalah semua komponen
yang berada di atas perletakan jembatan layang (flyover). Bagian ini merupakan bagian yang
menerima beban langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban
lalu-lintas kendaraan, gaya rem, dan lain-lain. Beban-beban yang telah disebutkan tersebut akan
ditransfer ke elemen struktur bawah atau ke perletakan. Struktur bagian atas ini umumnya
meliputi pelat lantai dan gelagar (girder).

Girder adalah sebuah balok diantara dua penyangga dapat berupa pier ataupun abutment
pada suatu jembatan atau fly over. Umumnya girder merupakan balok baja dengan profil I,
namun girder juga dapat berbentuk box (box girder), atau bentuk lainnya. Menurut material
penyusunnya girder dapat terdiri dari girder beton dan girder baja. Sedangkan menurut sistem
perancangannya, girder terdiri dari girder precast yaitu girder beton yang telah di cetak di pabrik
tempat memproduksi beton kemudian beton tersebut di bawa ke tempat pembangunan jembatan
atau fly over dan pada saat pemasangan dapat menggunakan girder crane. Selain girder precast,
juga dikenal istilah on-site girder, yaitu girder yang di cor di tempat pelaksanaan pembangunan
jembatan, girder ini dirancang sesuai dengan perancangan beton pada umumnya yaitu dengan
menggunakan bekisting sebagai cetakannya.

Sehingga yang disebut jembatan sistem girder adalah sebuah struktur bangunan jembatan yang
komponen utamanya (balok) berbentuk girder. Girder ini dapat terbuat dari beton bertulang,
beton prategang, baja atau kayu. Panjang bentang jembatan girder beton bertulang ini dapat
sampai 25 m, dan untuk jenis girder yang menggunakan beton prategang umumnya memiliki
panjang bentang di atas 20 m sampai 40 m. Contoh jembatan girder yang paling umum kita
jumpai adalah jembatan sungai.

 Metode Konstruksi Untuk Erection PC-I Girder

Untuk melakukan pemasangan PC-I girder memliki beberapa pilihan yakni :

1. Sistem Perancah (Flasework)

Pada sistem ini,balok jembatan dicor atau dipasang (precast), diatas landasan yang didukung
sepenuhnya oleh sistem perancah, kemudian setelah selesai perancah dibongkar.

2. Sistem Kantilever (Balance Cantilever)

Pada sistem ini. balok jembatan dicor atau dipasang (precast), segmen demi segmen sebagai
kantilever dikedua sisi agar saling mengimbangi (balance) atau satu sisi dengan pengimbang
balok beton yang sudah dilaksanakan lebih dahulu.

3. Sistem Peluncur (Launching)

Metode ini menggunakan alat launching gantry, salah satu dari berbagai jenis girder launchers.
Pelaksanaan erection girder dilaksanakan diatas jembatan. Girder diluncurkan dari span satu
menuju span yang dituju menggunakan trolley yang bergerak diatas rel longitudinal, setelah
girder sampai pada posisi launching gantry, lalu launching gantry yang membawa balok girder
tersebut bergerak secara transversal menuju bearing pad dimana balok tersebut akan diletakkan,
setelah pekerjaan erection girder pada satu span tersebut selesai lalu gantry bergerak maju

 Tahapan-tahapan pelaksanaan konstruksi beton pracetak melalui beberapa tahap, yaitu :

1. Produksi beton pracetak

Proses produksi beton pracetak dapat dilakukan diluar dari lokasi proyek (pabrik) atau dilokasi
proyek tetapi tidak pada tempat kedudukannya, sehingga tahapan ini tidak mempengaruhi waktu
dari proyek, karena beton pracetak dibuat sebelum permintaan dari proyek.

2. Transportasi komponen

Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah jauh dekatnya jarak antara pabrik pembuat beton
pracetak dengan lokasi proyek, sehingga dapat tiba dilokasi proyek tepat pada waktunya. Cara
pengangkutan juga mempengaruhi kekuatan dari struktur pracetak.

3. Erection

Tepat tidaknya penggunaan beton pracetak juga ditentukan dari tersedianya alat pengangkat. Ini
akan mempengaruhi biaya daipada proyek tersebut. Pemilihan alat pengangkat dipengaruhi dari
berbagai faktor, antara lain berat dari pracetak, tinggi bangunan, dan kondisi lapangan.

4. Pemasangan

Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah ketepatan dalam pemasangan elemen pracetak da
pemilihan sambungan-sambungan antar elemen pracetak.

Anda mungkin juga menyukai