Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu- lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dll. The upper structure of the bridge is the part that receives a direct load which includes its own weight, dead load, additional dead load, vehicle traffic load, brake force, pedestrian load, etc. a. Trotoar (Sidewalk) Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan Perkerasan yang berfungsi untuk meningkatkan keselamatan pejalan kaki yang bersangkutan. Sidewalk is pedestrian paths which are generally parallel to the road and higher than the surface of Pavement which serves to improve the safety of the pedestrians concerned. 1) Sandaran dan Tiang sandaran (Backrest and backrest pole) pagar untuk menjaga jembatan sepanjang bentang jembatan, yang bersandar pada tiang tiang (Rail Post) yang terbuat dari pipa baja galvanis. fence to guard the bridge along the span of the bridge, which rests on pillars (Rail Post) made of galvanized steel pipes. 2) Peninggian trotoar (Kerb)/ Curb beton tepi atau pembatas jalan dengan trotoar dan median jalan (bagian tengah pada potongan melintang jalan). concrete edges or road dividers with sidewalks and road medians (middle section on cross sections of the road). 3) Slab Lantai Trotoar (Sidewalk Floor Slabs) lantai tepi dari plat jembatan yang berfungsi menahan beban-beban yang terjadi akibat tiang sandaran, pipa sandaran, beban trotoar dan beban pejalan kaki. floor edge of the bridge plate that serves to hold the loads that occur due to the backrest, backrest pipe, sidewalk loads and pedestrian loads. b. Slab Lantai Kendaraan (Vehicle Floor Slab) Berfungsi sebagai penghalang dan menahan muatan kendaraan saat lalu lintas sedang berjalan. Serves as a barrier and holds the vehicle's load while the traffic is running. c. Gelagar (girder) Terdiri atas gelagar induk / memanjang dan gelagar melintang. Gelagar induk atau memanjang merupakan komponen jembatan yang letaknya melintang arah jembatan atau tegak lurus arah aliran sungai. Sedangkan, gelagar melintang merupakan komponen jembatan yang letaknya melintang arah jembatan. Consisting of girder parent / elongated and transverse girder. The main or longitudinal girder is a bridge component that is located transversely towards the bridge or perpendicular to the direction of the river flow. Meanwhile, the transverse girder is a component of the bridge which is located transversely towards the bridge. d. Balok Diafragma (Diaphragm Beam) Memiliki fungsi utama mengakukan Girder satu dengan lainnya dari pengaruh gaya beban melintang Has the main function of confessing Girder with one another from the influence of transverse load forces. e. Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang) Stiffener ties (wind ties, cross ties). Untuk mendapatkan kekakuan jembatan pada arah melintang dan menjaga torsi maka diperlukan adanya ikatan-ikatan angin tersebut. Ikatan angin pada jembatan berfungsi untuk memberi kekakuan pada jembatan dan meneruskan beban akibat angin kepada portal akhir. To get the stiffness of the bridge in the transverse direction and maintain torque, the wind bonds are needed. The wind ties on the bridge serve to provide rigidity to the bridge and carry the burden caused by the wind to the final portal. f. Sendi (joints) Sendi yang ditempatkan di bawah jembatan sebagai penopang berat dari bentangan jembatan Joints are placed under the bridge as a heavy support from the bridge stretch. g. Tumpuan (Bearing) Karet jembatan yang merupakan salah satu komponen utama dalam pembuatan jembatan, yang berfungsi sebagai alat peredam benturan antara jembatan dengan pondasi utama. rubber bridge which is one of the main components in making bridges, which serves as a shock absorber between the bridge and the main foundation. 2. Struktur Bawah (Sub Structures). Fungsi utama struktur bawah adalah memikul beban – beban pada struktur atas dan juga beban pada struktur bawah itu sendiri untuk disalurkan ke pondasi. Yang selanjutnya beban – beban tersebut oleh pondasi disalurkan ke tanah dasar. a. Pangkal Jembatan (Abutment) Bagian yang memikul kedua pangkal jembatan yang terletak di ujung bentang jembatan yang berfungsi untuk meneruskan seluruh beban bangunan atas ke pondasi/tanah pendukung, bagian ini dibangun dari bahan beton bertulang atau pasangan batu kali yang dilengkapi dengan sayap Abutment (wing wall). The part that bears the two bases of the bridge which is located at the end of the span of the bridge that serves to carry all the burden of the upper building to the foundation / soil support, this section is built of reinforced concrete or stone masonry equipped with wing abutments (wing walls). 1) Oprit / Plat injak (Approach slab) merupakan jalan pelengkap untuk masuk ke jembatan dengan kondisi disesuaikan agar mampu memberikan keamanan saat peralihan dari ruas jalan menuju jembatan. complementary road to enter the bridge with the conditions adjusted to be able to provide security when the transition from the road to the bridge. 2) Parapet (backwall) Merupakan konstruksi dinding berfungsi sebagai pembatas antara gelagar dengan tanah belakang abutment. Selain itu juga, parapet berfungsi sebagai penahan gelagar aga tidak bergeser kearah belakang abutment. 3) Sayap (wing wall) Berfungsi untuk melindungi bagian belakang abutment dari tekanan tanah yang bekerja. 4) Dinding penahan (breast wall) Disebut juga dengan tembok longitudinal, yaitu konstruksi ini harus mampu menerima gaya horizontal akibat tekanan tanah aktif dan tekanan tanah pasif, gaya gempa, serta seluruh gaya vertikal yang bekerja. 5) Pelat dasar/ Tumpuan (Pile cap) Berfungsi mengikat dan menyatukan antara abutment dengan tiang pile. 3. Pilar (Pier) Terletak di tengah jembatan yang memiliki fungsi yaitu mentransfer gaya beban jembatan ke pondasi. Sesuai dengan standar yang ada, panjang bentang rangka baja, sehingga apabila bentang sungai melebihi panjang maksimum jembatan tersebut maka dibutuhkan pilar. a. Kepala Pilar b. Kolom Pilar c. Pilecap Located in the middle of the bridge which has the function of transferring the bridge's load force to the foundation. In accordance with existing standards, the length of the steel frame span, so that if the river span exceeds the maximum length of the bridge, pillars are needed. 4. Drainase (drainage) Fungsi drainase adalah untuk mengalirkan air hujan secepat mungkin ke luar dari jembatan sehingga tidak terjadi genangan air dalam waktu yang lama. Akibat terjadinya genangan air maka akan mempercepat kerusakan struktur dari jembatan itu sendiri. Saluran drainase ditempatkan pada tepi kanan dan kiri dari badan jembatan (saluran samping), dan gorong – gorong. The function of drainage is to drain rainwater as quickly as possible out of the bridge so that there is no long standing water. As a result of the occurrence of standing water it will accelerate damage to the structure of the bridge itself. Drainage canals are placed on the right and left edges of the bridge body (side channel), and culverts. 5. Pondasi (Foundation) Pondasi berfungsi menyalurkan dan meratakan beban dari abutment ke tanah pendukung. Penggunaan jenis pondasi tergantung dari kondisi tanah pendukung. Foundation is channeling and leveling the burden from the abutment to the supporting land. The use of the type of foundation depends on the supporting soil conditions. a. Pondasi telapak (Spread footing) Pondasi telapak digunakan jika lapisan tanah keras (lapisan tanah yang dianggap baik mendukung beban) terletak tidak jauh (dangkal) dari muka tanah. Dalam perencanaan jembatan pada sungai yang masih aktif, pondasi telapak tidak dianjurkan mengingat untuk menjaga kemungkinan terjadinya pergeseran akibat gerusan. Spread foundation is used if the hard soil layer (soil layer that is considered good supporting the load) is located not far (shallow) from the face of the soil. In planning bridges on active rivers, the foundation of the palm is not recommended, keeping in mind the possibility of shifting due to scouring. b. Pondasi sumuran (Caisson) Pondasi sumuran digunakan untuk kedalaman tanah keras antara 2-5 m. Pondasi sumuran dibuat dengan cara menggali tanah berbentuk lingkaran berdiameter kurang dari 80 m. penggalian secara manual dan mudah dilaksanakan. Kemudian lubang galian diisi dengan beton siklop (1pc : 2 ps : 3 kr) atau beton bertulang jika dianggap perlu. Pada ujung pondasi sumuran dipasang pier untuk menerima dan meneruskan beban ke pondasi secara merata. Caisson is used for hard soil depths between 2-5 m. The well's foundation is made by digging a circular soil less than 80 m in diameter. excavation manually and easily carried out. Then the dug hole is filled with cyclop concrete (1pc: 2 ps: 3 kr) or reinforced concrete if deemed necessary. At the end of the well the foundation is fitted with a pier to receive and carry the load evenly to the foundation. c. Pondasi Tiang (Pile Foundation) 1) Tiang Pancang Kayu (Log Pile) 2) Tiang Pancang Baja (Steel Pile) 3) Tiang Pancang Beton (Reinforced Concrete Pile) 4) Tiang Pancang Komposit (Compossite Pile)
Perhitungan Pemakaian Bata Sebagai Bekisting Tie Beam T6 - T7 Dari Segi Biaya Material Dan Produktivitas Waktu Pada Proyek Pembangunan Tower Kampus D Universitas Gunadarma Tahap II
Analisa Perbandingan Metode Erection Girder Menggunakan Launcher Girder Dan Temporary Bridge Dari Segi Biaya Dan Waktu Pada Jembatan Kali Surabaya Mojokerto