Anda di halaman 1dari 16

BAGIAN-BAGIAN DETAIL JEMBATAN

DISUSUN SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH


KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 1

Disusun Oleh :

Dinda Mega Puspita

(1801411002)

2 PJJ

PROGRAM STUDI PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2019

Bagian-bagian Detail Jembatan

Menurut Departement Pekerjaan Umum (Pengantar Dan Prinsip – Prinsip


Perencanaan Bangunan bawah / Pondasi Jembatan, 1988) Suatu bangunan jembatan pada
umumnya terdiri dari 6 bagian pokok, yaitu :

1. Bangunan atas
2. Landasan
3. Bangunan bawah
4. Pondasi
5. Oprit
6. Bangunan pengaman jembatan

Menurut (Siswanto,1993), secara umun bentuk dan bagian-bagian suatu struktur


jembatan dapat dibagi dalam empat bagian utama, yaitu :

1. Struktur bawah
2. Struktur atas
3. Jalan pendekat
4. Bangunan pengaman.
Penjelasan Bagian-bagian Detail Jembatan

1. Struktur Atas (superstructures)


Menurut (Pranowo dkk, 2007) struktur atas jembatan adalah bagian dari struktur
jembatan yang secara langsung menahan beban lalu lintas untuk selanjutnya disalurkan
ke bangunan bawah jembatan; bagian-bagian pada struktur bangunan atas jembatan
terdiri atas struktur utama, sistem lantai, system perletakan, sambungan siar muai dan
perlengkapan lainnya; struktur utama bangunan atas jembatan dapat berbentuk pelat,
gelagar, sistem rangka, gantung, jembatan kabel (cable stayed) atau pelengkung.

Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang
meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu lintas kendaraan,
gaya rem, beban pejalan kaki, dll.
Struktur atas jembatan umumnya meliputi :
a) Trotoar
Trotoar merupakan jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan
dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan
pejalan kaki yang bersangkutan. Bagian dari trotoar meliputi:
 Sandaran Trotoar (Hand Rail), biasanya dari pipa besi, kayu, atau beton
bertulang. Beban yang bekerja pada sandaran adalah beban sebesar 100
kg yang bekerja dalam arah horizontal setinggi 0,9 meter.
 Tiang sandaran (Rail Post), biasanya dibuat dari beton bertulang untuk
jembatan girder beton. Sedangkan untuk jembatan rangka tiang
sandarannya menyatu dengan struktur rangka tersebut.

b) Slab lantai kendaraan, berfungsi sebagai lewatan dan penahan beban kendaraan
ketika lalu lintas sedang berjalan.
c) Gelagar (girder)
Gelagar terdiri dari gelagar induk (memanjang) dan gelagar melintang.
Gelagar jembatan akan mendukung semua beban yang bekerja pada jembatan.
Bahan gelagar berupa bahan kayu dan atau profil baja berupa kanal, profil H
atau I. Penggunaan bahan baja akan memberikan kekuatan struktur yang lebih
baik dibandingkan bahan kayu. Akan tetapi, bila kondisi tidak memungkinkan
dapat digunakan bahan kayu, yang berupa balok tunggal atau balok susun
tergantung perencanaannya.
Untuk kontrol, lendutan ijin jembatan tidak boleh dilampaui. Untuk
mengurangi atau memperkecil lendutan dapat dilakukan dengan menambahkan
balok melintang sebagai perkuatan sekaligus untuk meratakan beban. Pada
bentang jembatan lebih dari 8 m, perlu ditambahkan pertambatan angin untuk
menahan gaya akibat tekanan angina guna memperkaku konstruksinya. Letak
pertambatan angin biasanya di bagian bawah gelagar dan dibuat bersilangan.

Tipe-tipe bangunan atas struktur jembatan yang menggunakan beton


bertulang.
Tipe-tipe bangunan atas struktur jembatan yang menggunakan beton Pratekan
d) Balok diafragma, memiliki fungsi utama mengakukan Girder satu dengan
lainnya dari pengaruh gaya beban melintang
e) Ikatan pengaku (Ikatan Angin, Ikatan Melintang)
Ikatan angin berfungsi untuk menahan atau melawan gaya yang diakibatkan
oleh angin, baik pada bagian atas maupun bagian bawah jembatan agar
jembatan dalam keadaan stabil. Sedangkan ikatan rem berfungsi untuk menahan
saat terjadi gaya rem akibat pengereman kendaraan yang melintas di atasnya.
f) Perletakan
Landasan atau perletakan dibuat untuk menerima gaya – gaya dari konstruksi
bangunan atas baik secara horizontal, vertikal maupun lataeral dan menyalurkan
ke bangunan di bawahnya, serta mengatasi perubahan panjang yang diakibatkan
perubahan suhu dan untuk memeriksa kemungkinan rotasi pada perletakan yang
akan menyertai lendutan dari struktur yang dibebani. Ada dua macam
perletakan yaitu sendi, rol dan elastomer. Perletakan elastomer dapat mengikuti
perpindahan tempat ke arah vertikal dan horizontal dan rotasi atau kombinasi
gerakan – gerakan bangunan atas jembatan. Perletakan elastomer terbuat dari
karet alam dan pelat baja yang diikat bersatu selama vulkanisasi. Tersedia dalam
bentuk sirkular dan persegi. Perletakan persegi lebih hemat, tetapi bila
perletakan memikul simpangan atau perputaran dalam kedua arah secara
bersamaan harus dipilih type sirkular. Elastomer merupakan bantalan berlapis
yang memikul beban – beban vertikal maupun horizontal dari gelagar jembatan
sekaligus berfungsi sebagai penyerap getaran.
g) Tumpuan (Bearing), merupakan karet jembatan yang merupakan salah satu
komponen utama dalam pembuatan jembatanm yang berfungsi sebagai alat
peredam benturan antara jembatan dengan pondasi utama.

2. Struktur Bawah (substructures)


Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan
beban lain yang ditimbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, gesekan pada
tumpuan Dsb. Untuk kemudian disalurkan ke pondasi. Selanjutnya beban beban
tersebut disalurkan oleh pondasi ke tanah dasar.
Struktur bawah jembatan meliputi :
a) Pangkal jembatan (abutment)
Abutment atau kepala jembatan adalah salah satu bagian konstruksi
jembatan yang terdapat pada ujung – ujung jembatan yang berfungsi sebagai
pendukung bagi bangunan diatasnya dan sebagai penahan tanah timbunan oprit.
Konstruksi abutment juga dilengkapi dengan konstruksi sayap untuk menahan
tanah dengan arah tegak lurus dari as jalan.

Bentuk umum abutment yang sering dijumpai baik pada jembatan lama
maupun jembatan baru pada prinsipnya semua sama yaitu sebagai pendukung
bangunan atas, tetapi yang paling dominan ditinjau dari kondisi lapangan seperti
daya dukung tanah dasar dan penurunan (seatlement) yang terjadi. Adapun jenis
abutment ini dapat dibuat dari bahan seperti batu atau beton bertulang dengan
konstruksi seperti dinding atau tembok.
Bagian-bagian dari abutment:
 Dinding belakang (back wall)
 Dinding penahan (breast wall)
 Dinding sayap (wing wall)
 Oprit, Plat injak (approach slab)
 Konsol pendek untuk jacking ( corbel)
 Tumpuan bearing
b) Pilar jembatan
Pilar atau pier merupakan struktur pendukung bangunan atas.pilar biasa
digunakan pada jembatan bentang panjang, posisi pilar berada diantara kedua
abutment.

Bagian-bagian dari pilar:


 Kepala pilar (pier head)
 Pilar(pier) yang berupa dinding, kolom, atau portal
 Konsol pendek untuk jacking (corbel)
 Tumpuan bearing

3. Pondasi
Pondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban kedasar tanah.
Berdasarkan sistemnya, pondasi abutment atau pier jembatan dappat di bedakan
menjadi beberapa macam jenis, antara lain :
 Pondasi telapak (spread footing)
Pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung kolom merupakan
adalah pondasi struktural yang mendukung untuk mengatasi beban
individual, yaitu beban yang langsung dialirkan dari kolom ke pondasi
telapak ini, bentuk dari pondasi ini menyerupai plat seperti lapisan beton
dengan ketebalan tertentu menyesuaikan kebutuhan.
Komposisi untuk membuat pondasi telapak diantaranya semen, pasir,
air, besi tulangan yang dirangkai, kerikil, dan kayu untuk mencetaknya,
walaupun masuk dalam pondasi dangkal namun jenis pondasi ini juga cocok
untuk bangunan dengan pondasi dalam, tentunya dengan spesifikasi yang
disesuaikan
 Pondasi sumuran ( Caisson)
Merupakan bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang,
digunakan bila tanah dasar yang kuat terletak pada kedalaman yang relatif
dalam. diameter pondasi ini antara 60 sampai 80 cm dengan kedalaman yang
beragam mulai dari 1 meter hingga ada yang mencapai 5 meter.
Pondasi ini biasanya digunakan untuk kondisi tanah yang labil seperti
tanah bekas timbunan rawa, atau kondisi tanah yang berlumpur, biasanya
pada bagian atas pondasi diberikan pembesian supaya dapat mengikat sloof
yang memiliki ukuran lebih besar daripada sloof pada umumnya.

 Pondasi tiang (pile foundation)


Digunakan bila tanah Pondasi pada kedalaman yang normal tidak
mampu mendukung bebannya, dan tanah keras terletak pada kedalaman
yang sangat dalam. Demikian pula, bila Pondasi bangunan terletak pada
tanah timbunan yang cukup tinggi, sehingga bila bangunan diletakkan pada
timbunan akan dipengaruhi oleh penurunan yang besar.
Bedanya dengan Pondasi sumuran adalah Pondasi tiang umumnya
berdiameter lebih kecil dan lebih panjang. Pondasi tiang pancang biasa
digunakan untuk tanah pada rawa atau yang memiliki struktur tanah lembek
dan memiliki kadar air yang tinggi, sengingga untuk menemukan tanah yang
keras dibutuhkan kedalaman yang lebih, bahan untuk membuat pondasi ini
antar lain kayu, besi, baja, dan beberapa campuran beton bertulang.

4. Oprit Jembatan
Oprit jembatan adalah timbunan tanah atau urugan di belakang abutment yang
dibuat sepadat mungkin untuk menghindari penurunan. oprit bisa terdiri atas timbunan
pilihan dan timbunan biasa dan untuk membuat oprit berdiri kokoh, maka dibuatlah
tembok penahan tanah yang berfungsi menjaga kestabiltas lereng oprit tersebut.
Timbunan atau urugan dibagi dalam 2 macam sesuai dengan maksud
penggunaannya yaitu :
a) Timbunan biasa, adalah timbunan atau urugan yang digunakan untuk
timbunan sampai elevasi top subgrade yang disyaratkan dalam gambar
perencanaan tanpa maksud khusus lainnya. Timbunan biasa ini juga
digunakan untuk penggantian material existing subgrade di lapangan yang
tidak memenuhi syarat. Bahan timbunan biasa harus memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagai berikut :
 Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus
terdiri dari tanah yang disetujui oleh Pengawas yang memenuhi
syarat untuk digunakan dalam pekerjaan permanen.
 Bahan yang dipilih tidak termasuk tanah yang plastisitasnya tinggi,
yang diklasifikasi sebagai A-7-6 dari persyaratan AASHTO M 145
atau sebagai CH dalam sistim klasifikasi “Unified atau Casagrande”.
Sebagai tambahan, urugan ini harus memiliki CBR yang tak kurang
dari 6 %, bila diuji dengan AASHTO T 193.
 Tanah yang pengembangannya tinggi yang memiliki nilai aktif lebih
besar dari 1,25 bila diuji dengan AASHTO T 258, tidak boleh
digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif diukur sebagai
perbandingan antara Indeks Plastisitas (PI) – (AASHTO T 90) dan
presentase ukuran lempung (AASHTO T 88).
b) Timbunan pilihan, adalah timbunan atau urugan yang digunakan untuk
timbunan sampai elevasi top subgrade yang disyaratkan dalam gambar
perencanaan dengan maksud khusus lainnya, misalnya untuk mengurangi
tebal lapisan pondasi bawah, untuk memperkecil gaya lateral tekanan tanah
dibelakang dinding penahan tanah talud jalan. Bahan timbunan pilihan harus
memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
 Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai “Timbunan Pilihan”
bila digunakan pada lokasi atau untuk maksud yang telah ditentukan
atau disetujui secara tertulis oleh Pengawas.
 Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus
terdiri dari bahan tanah berpasir (sandy clay) atau padas yang
memenuhi persyaratan dan sebagai tambahan harus memiliki sifat
tertentu tergantung dari maksud penggunaannya. Dalam segala hal,
seluruh urugan pilihan harus memiliki CBR paling sedikit 10 %, bila
diuji sesuai dengan AASHTO T 193.
Detail Jembatan Berdasarkan Jenis Jembatan
1. Jembatan Gantung

Secara umum jembatan gantung terdiri dari:


a) Bangunan atas terdiri dari:
 Lantai jembatan (dek), berfungsi untuk memikul beban lalu lintas yang
melewati jembatan serta menyalurkan beban dan gaya-gaya tersebut ke
gelagar melintang.
 Gelagar melintang berfungsi sebagai pemikul lantai dan sandaran serta
menyalurkan beban dan gaya-gaya tersebut ke gelagar memanjang.
 Gelagar memanjang berfungsi sebagai pemikul gelagar serta menyalurkan
beban dan gaya-gaya tersebut ke batang penggantung.
 Batang penggantung berfungsi sebagai pemikul gelagar utama serta
melimpahkan beban-beban dan gaya-gaya yang bekerja ke kabel utama.
 Kabel utama berfungsi sebagai pemikul beban dan gaya-gaya yang bekerja
pada batang penggantung serta melimpahkan beban dan gaya-gaya tersebut
ke menara pemikul dan blok angkur.
 Pagar pengaman berfungsi untuk mengamankan pejalan kaki.
 Kabel ikatan angin berfungsi untuk memikul gaya angin yang bekerja pada
bangunan atas.
 Menara berfungsi sebagai penumpu kabel utama dan gelagar utama, serta
menyalurkan beban dan gaya-gaya bekerja melalui struktur pilar ke fondasi.
b) Bangunan bawah terdiri dari:
 Blok angkur merupakan tipe gravitasi untuk semua jenis tanah yang
berfungsi sebagai penahan ujung-ujung kabel utama serta menyalurkan
gaya-gaya yang dipikulnya ke fondasi.
 Pondasi menara dan fondasi angkur berfungsi sebagai pemikul menara dan
blok angkur serta melimpahkan beban dan gaya-gaya yang bekerja ke
lapisan tanah pendukung.
Pada dasarnya komponen utama jembatan suspension bridge terdiri atas sistem
kabel dan menara atau tower:
 Sistem kabel
Kabel merupakan bahan atau material utama dalam struktur
jembatan gantung. Karakteristik kabel kaitannya dengan struktur
jembatan gantung antara lain:
 Mempunyai penampang yang seragam/homogen pada seluruh
bentang ,
 Tidak dapat menahan momen dan gaya desak,
 Gaya-gaya dalam yang bekerja selalu merupakan gaya tarik aksial,
 Bentuk kabel tergantung pada beban yang bekerja padanya,
 Bila kabel menderita beban terbagi merata, maka wujudnya akan
merupakan lengkung parabola,
 Pada jembatan gantung kabel menderita beberapa beban titik
sepanjang beban mendatar.
Schodek (1991) menyatakan bahwa kabel bersifat fleksibel
cenderung berubah bentuk drastis apabila pembebanan berubah. Dalam
hal pemakaiannya kabel berfungsi sebagai batang tarik.

2. Cable-Stayed Bridge

Sekilas desain jembatan Cable-stayed mirip dengan jembatan gantung


(suspension bridge) karena sama-sama memiliki jalan yang menggantung serta dua
menara. Tapi dua jembatan tersebut menopang beban jalan dengan cara yang sangat
berbeda. Perbedaannya terletak pada bagaimana kabel terhubung ke menara. Pada
jembatan suspensi, kabel naik bebas melintasi menara, transmisi beban dengan
pengangkeran di kedua ujung. Dalam jembatan Cable-stayed, kabel yang melekat pada
menara dan menanggung sendiri beban.

Cable-Stayed Bridge atau Jembatan dengan kabel tetap adalah khas dari banyak
jembatan modern saat ini. Jembatan kabel tetap adalah pilihan populer karena mereka
menawarkan semua keuntungan dari jembatan gantung tetapi dengan biaya yang lebih
rendah untuk rentang 500 sampai 2.800 kaki (853 meter). DSalam pembuatannya
membutuhkan kabel baja yang lebih sedikit, lebih cepat selesai dalam
pembangunannya.

3. Jembatan Rangka

Jembatan rangka umumnya terbuat dari baja, dengan bentuk dasar berupa
segitiga. Elemen rangka dianggap bersendi pada kedua ujungnya sehingga setiap
batang hanya menerima gaya aksial tekan atau tarik saja. Jembatan rangka merupakan
salah satu jembatan tertua dan dapat dibuat dalam beragam variasi bentuk, sebagai
gelagar sederhana, lengkung atau kantilever. Jembatan ini digunakan untuk variasi
panjang bentang 50 – 100 meter.

Komponen Struktural Jembatan Rangka Baja


 Pelat lantai
Pelat lantai adalah komponen struktural jembatan yang secara langsung
mendukung beban lalu-lintas. Pelat ini didukung oleh balok-balok gelagar.

 Gelagar
Terdapat dua macam gelagar pada struktur jembatan yaitu gelagar memanjang
dan gelagar melintang.
 Rangka
Rangka merupakan struktur utama yang mendukung seluruh beban yang
bekerja pada struktur jembatan rangka baja, baik beban eksternal maupun beban
akibat berat sendiri yang diterima batang-batang pada rangka sehingga
mengalami tarikan aksial (gaya tank) dan tekanan aksial (gaya tekan)-masing
bentang jembatan yang keduanya diikat secara lateral oleh gelagar melintang
dan ikatan angina.

 Ikatan Angin
Ikatan angin berfungsi menahan gaya arah lateral pada rangka yang
diakibatkan oleh gaya angin. Struktur ini berupa rangka batang, diletakkan
pada batang atas dan batang bawah rangka utama.

 Plat simpul(buhul)
Plat simpul atu buhul (joint) berfungsi sebagai penghubung antara elemen-
elemen pada jembatan dengan bantuan baut mutu tinggi.koneksi pada plat
simpul inilah yang menentukan ada tidaknya momen pada struktur rangka.

Bagian lainya

 Skur/Pengaku
Skur atau pengaku biasanya di gunakan untuk jembatan rangka terbuka namun
juga terdapat pada rangka tertutup tetapi berbeda ukuran.

 Perletakan
Berfungsi untuk menyalurkan seluruh gaya dari struktur menuju abutmen atau
pilar yang kemudian akan di teruskan ke pondasi.

 Railing
Berfungsi sebagai pembatas atau sandaran terutama pada pejalan kaki

 Expansion Joint
Sebagai menyambung atau penutup celah antara jembatan ke pilar atau
abutment, berfungsi untuk meredam getaran akibat adanya celah antara
komponen struktur rangka dan abutment atau pilar.

1.1 Jembatan busur atau jembatan pelengkung


Jembatan dengan suatu struktur membentuk setengah lingkaran
dan terdapat kedua ujungnya yang bertumpu pada abutment jembatan
dikenal dengan Jembatan busur atau pelengkung. Bentuk dari pelengkung
(setengah lingkaran) direncanakan dapat memindahkan beban yang
diterima oleh lantai kendaraan ke abutment yang berfungsi untuk
melindungi kedua sisi dari jembatan agar tidak bergeser.
Pada aealnya jembatan busur dibangun dengan menggunakan
batu atau batu bata tetapi pada masa kini jembatan busur dibangun dengan
menggunakan beton
bertulang atau rangka baja. Dengan adanya material yang baru ini
menjadikan jembatan busur dapat diterapkan pada bentang yang panjang
dengan jengkal lebih rendah. Pelengkung yang terdapat pada jembatan
ini direncanakan dapat memberikan reaksi horizontal hasil dari bangunan
atas yang bekerja.

a. Bagian – bagian dari jembatan busur :


a) balok lantai (balok melintang)
b) Balok memanjang (stringers)
c) Breacing lateral bawah (ikatan angin bawah)
d) Breacing pengaku (balok induk tepi)
e) Rangka portal
f) Chord atas
g) Breacing lateral atas (ikatan angin atas)
h) Penggantung (hangers)
i) Bearing (perletakan)

Anda mungkin juga menyukai