Anda di halaman 1dari 11

MAPEL KJJ

KONTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN

JENIS JENIS STRUKTUR JEMBATAN

NAMA : RAFLI PRIMA ANUGRA


KELAS : XI DPIB 2

KOMPETENSI KEAHLIAN
DESAIN PERMODELAN & INFORMASI BANGUNAN

SMK NEGERI 4 PALEMBANG


1. STRUKTUR JEMBATAN RANGKA

Jembatan merupakan sebuah struktur yang membentang secara horizontal di antara tumpuan
sebagai media penghubung dari satu tempat ke tempat lain. Dalam membangun sebuah
jembatan, penyangga harus dibuat cukup kuat agar dapat menahan struktur jembatan dan beban
yang melewati jembatan. Oleh karena itu, para insinyur harus menghitung terlebih dahulu beban
yang sekiranya akan ditampung oleh jembatan.

Secara umum struktur jembatan terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu :

Struktur atas (superstructures)

Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat
jembatan itu sendiri, beban mati, beban lalu-lintas kendaraan, angin, dan lain-lain. Komponen pada
struktur atas jembatan bervariasi tergantung dari jenis jembatan apakah beton/baja/komposit.
Biasanya komponennya terdiri dari :

1. Trotoar, jalur untuk pejalan kaki yang biasanya dibuat lebih tinggi tapi tetap sejajar dengan
jalan utama agar pejalan kaki lebih aman dan bisa dilihat jelas oleh pengendara yang
melintas.

2. Dek, dianggap sebagai jalan atau permukaan rel jembatan.

3. Girder/gelagar, untuk menyalurkan beban kendaraan pada bagian atas ke bagian bawah
atau abutment.

4. Balok diafragma, bagian penyangga dari gelagar-gelagar jembatan. Berfungsi untuk


memberikan kestabilan pada masing-masing girder dalam arah horizontal

Bearings (bantalan)

Bridge bearing dikenal dengan nama elastomer karena sifat elastis karet yang dapat meredam
getaran bagi jembatan dan sebagai media untuk menyalurkan beban dari bangunan bagian
superstruktur jembatan menuju bagian substruktur jembatan. Umumnya dipasang di bawah girder
jembatan, di atas pier head, maupun abutment. Saat ini elastomer ada berbagai jenis dengan fungsi
yang berbeda, sehingga ada parameter tertentu dalam memilih bearing seperti beban yang bekerja,
tingkat perawatan, jarak bebas yang tersedia, preferensi perancang, toleransi konstruksi, dan biaya
kriteria. Selain itu, perlu diperhatikan juga dalam menentukan standar elastomer yaitu kombinasi
beban yang diterima berbanding dengan ketebalan dan kekakuan karet bantalan yang dibutuhkan.

Struktur bawah (substructures)

Berfungsi menopang seluruh beban struktur atas dan beban lain yang ditimbulkan oleh tekanan
tanah, aliran air, tumbukan, gesekan pada tumpuan, dan sebagainya untuk kemudian disalurkan ke
pondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut disalurkan oleh pondasi ke tanah dasar. Komponen
substruktur jembatan terdiri dari :

1. Dermaga, merupakan struktur vertikal digunakan untuk menopang dek atau bantalan yang
disediakan untuk transmisi beban ke tanah bawah tanah melalui pondasi. Struktur ini
berfungsi sebagai penopang bentang jembatan pada titik-titik perantara.

2. Abutment (pangkal jembatan), struktur vertikal yang digunakan untuk menahan tanah di
belakang struktur, sehingga difokuskan pada stabilitas seluruh sistem.

3. Dinding sayap (wing wall), struktur yang dibangun sebagai perpanjangan dari abutment
untuk menahan tanah yang ada di tepian. Dinding penahan ini dibangun secara berdekatan
dengan abutment. Stabilitas dinding sayap utamanya berdasarkan pada ketahanan terhadap
tekanan tanah.

Pondasi

Pondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar. Pondasi yang
dibangun sebagai struktur jembatan dibuat cukup dalam untuk menghindari gerusan akibat
pergerakan air/untuk mengurangi kerusakan yang mungkin terjadi.

2. STRUKTUR JEMBATAN PELENGKUNG

1. Komponen Utama

A. Struktur Atas

1) Batang Lengkung (Arch)

Merupakan bagian dari struktur yang memikul seluruh beban jembatan dan bagian struktur ini
mengubah gaya-gaya yang bekerja dari beban vertikal dirubah menjadi gaya horizontal/tekan
sehingga menjadi keuntungan sendiri bagi jembatan tersebut. Dengan kelebihan utama dari
jembatan pelengkung yaitu adanya gaya tekan yang mendominasi (Chen, WaiFah, Duan, Lian. Bridge
Engineering Handbook. London. 2000).

2) Batang Tegak (Hanger)

Hanger yang berfungsi sebagai komponen penghubung dek jembatan ke lengkungan atau arch.
Harus ada dalam jembatan lengkung karena sebagai penahan tarik

3) Struktur Dek (Stiffening Girder)

Stiffening girder berfungsi tempat melintasnya beban lalu lintas. Harus ada dalam jembatan
lengkung karena sebagai menerima beban lalu lintas langsung dari jembatan

4) Pelat Lantai

Pelat lantai merupakan komponen jembatan yang memiliki fungsi utama untuk mendistribusikan
beban sepanjang potongan melintang jembatan. Pelat lantai merupakan bagian yang menyatu
dengan system struktur yang lain yang didesain untuk mendistribusikan beban-beban sepanjang
bentang jembatan.

5) Perletakan (Bearing)

Bearing berfungsi mengatur beban bagian atas jembatan ke pondasi dan mengatur deformasi
tumpuan jembatan sesuai dengan perencanaan. Bearing harus ada dalam jembatan karena sebagai
tempat berpusatnya

B. Struktur Bawah

Pada struktur terdiri dari Kepala Jembatan (Abutment). Abutment merupakan bagian struktur
jembatan bagian bawah yang berfungsi memikul reaksi beban pada ujung jembatan dan dapat juga
berfungsi sebagai dinding penahan tanah.

3. STRUKTUR JEMBATAN GANTUNG

1. Jembatan Gantung

Jembatan gantung adalah sistem struktur jembatan yang menggunakan kabel sebagai pemikul
utama beban lalu lintas di atasnya, pada sistem ini kabel utama memikul beberapa kabel
penggantung yang menghubungkan antara kabel utama dengan gelagar jembatan. Kabel utama
dihubungkan pada kedua tower jembatan dan memanjang disepanjang jembatan yang berakhir
pada pengangkeran pada kedua ujung jembatan untuk menahan pergerakan vertikal dan horizontal
akibat beban-beban yang bekerja.

Sistem jembatan ini merupakan salah satu sistem yang mampu mengakomodasi bentang
terpanjang dari semua sistem struktur jembatan yang ada. Pertimbangan pemakaian tipe jembatan
gantung adalah strukturnya dapat dibuat untuk bentang panjang tanpa menggunakan pilar
ditengahnya.
Komponen atau bagian-bagian struktur atas jembatan gantung meliputi lantai (deck)

jembatan, kabel penggantung, kabel utama, dan menara.

1.1 Menara

Menara pada sistem jembatan gantung akan menjadi tumpuan kabel utama. Beban yang dipikul
oleh kabel selanjutnya diteruskan ke menara yang kemudian disebarkan ke tanah melalui fondasi.
Dengan demikian agar dapat menyalurkan beban dengan baik perlu diketahui pula bentuk atau
macam menara yang akandigunakan.

Bentuk menara dapat berupa portal, multistory, atau diagonally branced frame seperti ditunjukan
pada Gambar dibawah. konstruksi menara tersebut dapat juga berupa konstruksi cellular, yang
terbuat dari pelat baja lembaran, baja berongga, atau beton bertulang.

Tumpuan menara baja biasanya bisa diasumsikan jepit atau sendi. Sedangkan tumpuan kabel
dibagian atas menara, sering digunakan tumpuan rol untuk mengurangi pengaruh ketidak
seimbangan menara akibat lendutan kabel.

1.2 Kabel

Kabel merupakan bahan atau material utama dalam struktur jembatan gantung. Struktur kabel
pada jembatan gantung terdiri dari kabel utama dan kabel penggantung. Kabel utama adalah kabel
yang berfungsi sebagai penahan kabel penggantung dan menyalurkan beban dari kabel penggantung
ke menara. Kabel penggantung adalah kabel vertikal/diagonal yang berfungsi sebagai penggantung
lantai dan menyalurkan beban dari lantai ke kabel utama.

Kabel dengan inti yang lunak tidak diizinkan digunakan pada jembatan gantung ini, kabel harus
memiliki tegangan leleh minimal sebesar 1500 MPa. Kabel pemikul yang digunakan berupa untaian
dibuat dari material mutu tinggi dengan kuat tarik minimum 1800 MPa. Jenis-jenis kabel ditunjukan
dalam gambar.

4. STRUKTUR JEMBATAN CABLE STAYED

1. Jembatan Cable Stayed

Jembatan cable stayed adalah salah satu dari beberapa tipe jembatan bentang panjang. Jembatan
yang mengandalkan kabel sebagai penahan beban jembatan diperuntukan bagi lintasan antar
wilayah yang biasanya terpisah oleh sungai, lembah ataupun di atas tanah datar.

Jembatan cable stayed sudah dikenal sejak lebih dari 200 tahun yang lalu (Walther, 1988) pada
awal era tersebut umumnya dibangun dengan menggunakan kabel vertikal dan miring seperti
Dryburgh Abbey Footbridge di Skotlandia yang dibangun pada tahun 1817. Pada umumnya jembatan
cable stayed menggunakan gelagar baja, rangka, beton atau beton pratekan sebagai gelagar utama
(Zarkasi dan Rosliansjah, 1995).
Struktur jembatan ini terdiri dari gabungan berbagai komponen struktural seperti pilar, kabel dan
dek jembatan.

1.2. Gelagar (Deck)

Menurut Podolny dan Scalzi, (1976), Bentuk gelagar jembatan cable stayed sangat bervariasi
namun yang paling sering digunakan ada dua jenis yaitu stiffening truss dan solid web.

Gelagar yang tersusun dari solid web yang terbuat dari baja atau beton cenderung terbagi atas dua
tipe yaitu:

1. Gelagar pelat (plate girder), dapat terdiri atas dua atau banyak gelagar,

2. Gelagar box (box girder), dapat terdiri atas satu atau susunan box yang dapat berbentuk persegi
panjang atau trapesium
1.3. Menara (Pylon)

Pylon (menara) jembatan cable stayed berfungsi untuk menahan beban mati dan hidup yang
bekerja pada struktur, tiang dapat dibuat berongga dari konstruksi baja maupun beton. Pemilihan
menara sangat dipengaruhi oleh konfigurasi kabel, estetika, dan kebutuhan perencanaan serta
pertimbangan biaya. Bentuk-bentuk menara dapat berupa rangka portal trapezoid, menara kembar,
menara A, atau menara tunggal

1.4. Kabel

1.4.1. Sistem Kabel

Sistem kabel merupakan salah satu hal mendasar dalam perencanaan jembatan cable stayed.
Kabel digunakan untuk menopang gelagar diantara dua tumpuan dan memindahkan beban tersebut
ke menara/pylon. Beberapa jenis kabel yang berbeda digunakan pada jembatan cable stayed,
bentuk dan konfigurasinya tergantung pada susunannya. Susunan kabel dari jembatan cable stayed
diklasifikasikan sebagai berikut:

1.4.1.1 Tatanan Kabel Transversal

Tatanan kabel transversal terhadap arah sumbu longitudinal dapat dibuat satu atau dua bidang
dan sebaliknya ditempatkan secara simetri. Ada juga perencana yang menggunakan tiga bidang,
tetapi sampai sekarang belum diterapkan di lapangan (Supriyadi dan Muntohar, 2007).

a. Sistem satu bidang

Sistem ini sangat menguntungkan dari segi estetika karena tidak terjadi kabel bersilangan yang
terlihat oleh pandangan sehingga penampilan struktur terlihat indah. Pada sistem satu bidang, kabel
ditempatkan di tengah-tengah dek menyebabkan torsi akibat beban lalu lintas yang tidak simetri dan
tiupan angin.

b. Sistem dua bidang

Sistem dua bidang merupakan jembatan yang mempunyai penggantung dengan dua bidang dapat
berupa bidang vertikal sejajar atau dua bidang miring yang pada sisi atas lebih sempit.

c. Sistem tiga bidang

Penggunaan penggantung tiga bidang dapat mengurangi torsi, momen lentur, dan gaya geser yang
berlebihan. Penggunaan penggantung tiga bidang sampai saat ini masih berupa inovasi dan baru
sampai pada tahap desain (Walther, 1988).

1.4.1.2. Tatanan Kabel Longitudinal


Tatanan kabel longitudinal jembatan mempunyai banyak variasi tergantung pada pengalaman
perencana menentukan perbandingan antara bentang dan tinggi. Untuk bentang yang lebih pendek
kabel tunggal mungkin sudah cukup untuk menahan beban rencana.

a. Harp Pattern

Pada pola susunan harp (kecapi), susunan kabelnya dibuat saling berdekatan dan sejajar dengan
meletakannya pada titik yang berbeda pada tiang.

b. Fan Pattern

Susunan pola ini, semua kabel dihubungkan pada satu titik di puncak tiang.

c. Semi Harp Pattern

pada susunan pola ini, kabel dihubungkan pada bagian atas tiang yang lebih tinggi dengan saling
berdekatan. Susunan pola semi harp mempunyai penampilan yang lebih baik dibandingkan fan
pattern.

d. Asymmetric pattern

Pada kasus ini akan sangat membantu jika mengadopsi tali kekang dari jembatan tipe
penggantung, dengan ciri pemusatan dari jangkar kabel. Pilihan dari landaian pada bagian belakang
tali tergantung dari kondisi geologi dan geoteknikal (Walther, 1988).

5. STRUKTUR JEMBATAN BETON

Menurut Departement Pekerjaan Umum (Pengantar Dan Prinsip – Prinsip Perencanaan Bangunan
bawah / Pondasi Jembatan, 1988 ) Suatu bangunan jembatan pada umumnya terdiri dari 6 bagian
pokok, yaitu :

Keterangan :
1. Bangunan atas
2. Landasan ( Biasanya terletak pada pilar/abdument )
3. Bangunan Bawas ( memikul beban )
4. Pondasi
5. Optrit, ( terletak di belakang abdument )
6. Bangunan pengaman
Menurut ( Siswanto, 1993 ) : Bentuk dan bagian jembatan dapat dibagi dalam 4 bagian utama, yaitu :
1. Struktur Atas
2. Struktur Bawah
3. Jalan pendekat
4. Bangunan pengaman

Struktur Atas (Superstructure)

Struktur atas jembatan adalah bagian jembatan yang menerima beban langsung baik dari lalu lintas
kendaraan, beban pejalan kaki, dan bahkan beban mati untuk selanjutnya di salurkan ke struktur
bawah jembatan. Struktur atas jembatan terdiri dari : gelagar-gelagar induk, struktur tumpuan atau
perletakan, struktur lantai jembatan dll.

Struktur atas jembatan umumnya meliputi :

Trotoar

berfungsi sebagai tempat berjalan bagi para pejalan kaki yang melewati jembatan agar tidak
mengganggu lalu lintas kendaraan. Konstruksi trotoar direncanakan sebagai pelat beton yang
diletakkan pada samping lantai jembatan yang diasumsikan sebagai pelat yang tertumpu sederhana
pada pelat jalan. Trotoar terbagi atas :

 Sandaran (Hand Rail), biasanya dari pipa besi, kayu dan beton bertulang.

 Tiang Sandaran (Rail Post), biasanya dibuat dari beton bertulang untuk jembatan girder
beton, sedangkan untuk jembatan rangka tiang sandaran menyatu dengan struktur rangka
tersebut.

 Peninggian Trotoar (Kerb)

 Slab Lantai Trotoar

Slab Lantai Kendaraan

Berfungsi sebagai lewatan dan penahan beban kendaraan ketika lalu lintas sedang berjalan.

Gelagar (Girder)

Terdiri atas gelagar induk / memanjang dan gelagar melintang. Gelagar induk atau memanjang
merupakan komponen jembatan yang letaknya melintang arah jembatan atau tegak lurus arah aliran
sungai. Sedangkan, gelagar melintang merupakan komponen jembatan yang letaknya melintang
arah jembatan.

Balok Diafragma

Memiliki fungsi utama mengakukan Girder satu dengan lainnya dari pengaruh gaya beban melintang

Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang)

Untuk mendapatkan kekakuan jembatan pada arah melintang dan menjaga torsi maka diperlukan
adanya ikatan-ikatan angin tersebut. Ikatan angin pada jembatan berfungsi untuk memberi
kekakuan pada jembatan dan meneruskan beban akibat angin kepada portal akhir

Andas
Andas bisa disebut juga sendi, yaitu sendi yang diletakkan dibawah jembatan sebagai tumpuan
beban dari bentangan jembatan.
andas ada 3 bagian yaitu andas hidup, andas mati dan rol, andas hidup adalah bagian yang bisa
bergerak dan nempel di bentangan jembatan, andas mati adalah yang tertanam di tanah dan rol
sebagai poros bearing.

Tumpuan (Bearing)

Karet jembatan yang merupakan salah satu komponen utama dalam pembuatan jembatan, yang
berfungsi sebagai alat peredam benturan antara jembatan dengan pondasi utama.

Struktur Bawah (Substructures)

Fungsi utama struktur bawah adalah memikul beban – beban pada struktur atas dan juga beban
pada struktur bawah itu sendiri untuk disalurkan ke pondasi. Yang selanjutnya beban – beban
tersebut oleh pondasi disalurkan ke tanah dasar.

Struktur bawah jembatan umumnya meliputi

Pangkal Jembatan (Abutment)

merupakan bangunan yang berfungsi untuk mendukung bangunan atas dan juga sebagai dinding
penahan tanah. Bagian – bagian abutment terdiri dari :

 Dinding belakang (Back wall)

 Dinding penahan (Breast wall)

 Dinding sayap (Wing wall

 Oprit / Plat injak (Approach slab), merupakan jalan pelengkap untuk masuk ke jembatan
dengan kondisi disesuaikan agar mampu memberikan keamanan saat peralihan dari ruas
jalan menuju jembatan.

 Konsol pendek untuk jacking (Corbel)

 Tumpuan (Bearing)

Pilar jembatan (Pier)

Terletak di tengah jembatan yang memiliki fungsi yaitu mentransfer gaya beban jembatan ke
pondasi. Sesuai dengan standar yang ada, panjang bentang rangka baja, sehingga apabila bentang
sungai melebihi panjang maksimum jembatan tersebut maka dibutuhkan pilar. Pilar terdiri dari
bagian – bagian antara lain :

 Kepala Pilar

 Kolom Pilar

 Pilecap

Drainase

Fungsi drainase adalah untuk mengalirkan air hujan secepat mungkin ke luar dari jembatan sehingga
tidak terjadi genangan air dalam waktu yang lama. Akibat terjadinya genangan air maka akan
mempercepat kerusakan struktur dari jembatan itu sendiri. Saluran drainase ditempatkan pada tepi
kanan dan kiri dari badan jembatan (saluran samping), dan gorong – gorong.
Pondasi

Pondasi berfungsi untuk meneruskan beban-beban di atasnya ke tanah dasar. Pada perencanaan
pondasi harus terlebih dahulu melihat kondisi tanahnya. Dari kondisi tanah ini dapat ditentukan jenis
pondasi yang akan dipakai. Pembebanan pada pondasi terdiri atas pembebanan vertikal maupun
lateral, dimana pondasi harusmampu menahan beban luar diatasnya maupun yang bekerja pada
arah lateralnya. Berdasarkan sistemnya tipe pondasi yang dapat digunakan untuk perencanaan
jembatan antara lain :

 Pondasi telapak (Spread footing), Pondasi telapak digunakan jika lapisan tanah keras (lapisan
tanah yang dianggap baik mendukung beban) terletak tidak jauh (dangkal) dari muka tanah.
Dalam perencanaan jembatan pada sungai yang masih aktif, pondasi telapak tidak
dianjurkan mengingat untuk menjaga kemungkinan terjadinya pergeseran akibat gerusan.

 Pondasi sumuran (Caisson), Pondasi sumuran digunakan untuk kedalaman tanah keras
antara 2-5 m. Pondasi sumuran dibuat dengan cara menggali tanah berbentuk lingkaran
berdiameter kurang dari 80 m. penggalian secara manual dan mudah dilaksanakan.
Kemudian lubang galian diisi dengan beton siklop (1pc : 2 ps : 3 kr) atau beton bertulang jika
dianggap perlu. Pada ujung pondasi sumuran dipasang pier untuk menerima dan
meneruskan beban ke pondasi secara merata.

 Pondasi Tiang (Pile Foundation)

o Tiang Pancang Kayu (Log Pile)

o Tiang Pancang Baja (Steel Pile)

o Tiang Pancang Beton (Reinforced Concrete Pile)

o Tiang Pancang Komposit (Compossite Pile)

Anda mungkin juga menyukai