PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Bila lebar jembatan kurang lebar untuk menampung jumlah jalur yang
diperlukan oleh lalu lintas, jembatan akan menghambat laju lalu lintas. Dalam hal ini
jembatan akan menjadi pengontrol volume dan berata lalu lintas yang dapat dilayani
oleh sistem transportasi. Oleh karena itu, jembatan dapat dikatakan mempunyai
fungsi keseimbangan (balancing) dari sistem transportasi.
1
Pengetahuan akan teknik jembatan dan pengalaman praktis di lapangan juga
memiliki nilai masukan yang sangat berarti. Oleh sebab itu tinjauan terhadap
perspektif sejarah merupakan aspek yang tidak boleh diabaikan.
2
b) 1,4 m sampai dengan 1,8 m untuk kendaraan yang ditarik hewan dan
kendaraan bermotor ringan dengan maksimum roda tiga (jembatan pejalan kaki
kelas I).
Pada umumnya jembatan cable stayed menggunakan gelagar baja, rangka, beton,
atau beton pra tekan sebagai gelagar utama (Zarkasi dan Rosliansjah, 1995).
Pemilihan bahan gelagar tergantung pada ketersediaan bahan, metode pelaksanaan dan
3
harga konstruksi. Penilaian parameter tersebut tidak hanya tergantung pada
perhitungan semata melainkan masalah ekonomi dan estetika lebih dominan.
Kecenderungan sekarang adalah menggunakan gelagar beton pre cast
(prefabricated). Tipe jembatan ini mampu digunakan pada bentang 250 – 1000 m.
4
BAB VII
JEMBATAN GANTUNG
A. Konsep Jembatan
Banyak jenis jembatan, tapi yang cocok untuk masyarakat perdesaan yang mudah
dikerjakan dan sesuai fungsinya adalah :
1. Jembatan gantung
5. Jembatan pelengkung
5
Jambatan gelagar kayu lantai kayu
Gambar 1.2 Bentuk umum jembatan gantung tipe side span free
6
Gambar 1.3 Bentuk umum jembatan gantung tipe side span suspended
Jembatan gantung dengan pengaku mempunyai dua dasar bentuk umum, yaitu:
1. Tipe rangka batang kaku (stiffening truss)
Pada tipe ini jembatan mempunyai bagian yang kaku atau diperkaku yaitu pada
bagian lurus pendukung lantai jembatan atau dek yang dengan hanger dihubungkan
dengan kabel utama.
2. Tipe rantai kaku (braced chain)
Pada tipe ini bagian yang kaku atau diperkaku adalah bagian yang berfungsi
sebagai kabel utama.
7
Gambar 1.4 Tipe jembatan gantung dengan pengaku
2. Jenis Jembatan Cable Stayed (Kabel Tarik)
Ada dua jenis jembatan cable stayed berdasarkan bentangnya yaitu jembatan
bentang dua dengan angker tanah dan Jembatan bentang tiga dengan pendukung
antara di sisi bentang. Berlawanan dengan jembatan gantung, jembatan kabel tarik
merupakan sistem struktur tertutup, dengan kata lain lebih ke arah sistem self-
anchored. Karena jembatan kabel tarik dapat dibangun tanpa blok angker yang
besar dan penyangga temporer, akan sangat menguntungkan diterapkan pada
daerah di mana kondisi lahan tidak terlalu baik. Jika dibandingkan dengan jembatan
gantung, jembatan kabel tarik lebih kaku karena kabel lurus hingga mendekati batas
panjang bentang yang mungkin lebih panjang dari sebelumnya. Meskipun struktur
bentang tiga paling umum digunakan, tetapi struktur dengan bentang dua bisa
diterapkan dalam jembatan kabel tarik. Apabila sisi bentang sangat pendek, semua
atau beberapa kabel tarik diangkerkan ke tanah. Angker tanah jembatan kabel
menyebabkan seluruh struktur menjadi kaku dan lebih menguntungkan
perencanaan jembatan kabel tarik yang sangat panjang(Ariestadi,2008).
Gambar 1.5 a. Jembatan bentang dua dengan angker tanah b. Jembatan bentang tiga
dengan pendukung antara di sisi bentang
8
4) Batang penggantung berfungsi sebagai pemikul gelagar utama serta melimpahkan
beban-beban dan gaya-gaya yang bekerja ke kabel utama.
5) Kabel utama berfungsi sebagai pemikul beban dan gaya-gaya yang bekerja pada
batang penggantung serta melimpahkan beban dan gaya-gaya tersebut ke menara
pemikul dan blok angkur.
6) Pagar pengaman berfungsi untuk mengamankan pejalan kaki.
7) Kabel ikatan angin berfungsi untuk memikul gaya angin yang bekerja pada bangunan
atas.
8) Menara berfungsi sebagai penumpu kabel utama dan gelagar utama, serta
menyalurkan beban dan gaya-gaya bekerja melalui struktur pilar ke fondasi.
1. Sistem kabel
2. Menara ( Tower/Pylon)
Menara pada sistem jembatan gantung akan menjadi tumpuan kabel utama.
Beban yang dipikul oleh kabel selanjutnya diteruskan ke menara yang kemudian
disebarkan ke tanah melalui pondasi. Dengan demikian agar dapat menyalurkan beban
dengan baik, perlu diketahui pula bentuk atau macam menara yang digunakan.
Bentuk menara dapat berupa portal, multistory, atau diagonally braced
frameIsen sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar di bawah. Konstruksi menara
tersebut dapat juga berupa konstruksi cellular, yang terbuat dari pelat baja lembaran,
baja berongga, atau beton bertulang.
Tumpuan menara baja biasanya dapat diamsumsikan jepit atau sendi.
Sedangkan tumpuan kabel diatas menara sering digunakan tumpuan rol untuk
mengurangi pengaruh ketidak seimbangan menara akibat lendutan kabel.
Pada dasarnya komponen utama jembatan cable stayed terdiri atas gelagar,
sistem kabel, dan menara atau pylon.
10
1. Sistem Kabel
Sistem kabel merupakan salah satu hal mendasar dalam perencanaan jembatan
cable stayed. Kabel digunakan untuk menopang gelagar di antara dua tumpuan dan
memindahkan beban tersebut ke menara. Secara umum system kabel dapat dlihat
sebagai tatanan kabel transversal dan tatanan kabel longitudinal. Pemilihan tatanan
tersebut didasarkan atas berbagai hal karena akan memberikan pengaruh berlainan
terhadap perilaku struktur terutama pada bentuk menara dan tampang gelagar. Selain itu
akan berpengaruh pula pada metode pelaksanaan, biaya dan arsitektur jembatan.
Walther (1988) menyatakan sebagian besar struktur yang sudah dibangun terdiri
atas dua bidang kabel dan diangkerkan pada sisi – sisi gelagar. Namun ada beberapa
yang hanya menggunakan satu bidang. Penggunaan tiga bidang atau lebih mungkin
dapat dipikirka untuk jembatan yang sangat lebar agar dimensi balok melintang dapat
lebih kecil.
Ada beberapa macam tatanan kabel antara lain:
a) Tatanan kabel Transversal
1. Sistem satu bidang
Sistem ini sangat menguntungkan dari segi estetika karena tidak terjadi kabel
bersilangan yang terlihat oleh pandangan sehingga terlihat penampilan struktur yang
indah. Kabel ditempatkan ditengah – tengah dek menyebabkan torsi pada dek menjadi
besar akibat beban lalu lintas yang tidak simetri dan tiupan angin. Kelemahan tersebut
diatasi dengan dek kaku berupa gelagar kotak (box girder) yang mempunyai kekakuan
torsi yang sangat besar. Penempatan menara yang mengikuti bidang kabel di tengah dek
mengurangi lebar lantai kendaraan sehingga perlu dilakukakan penambahan lebar
sampai batas minimum yang dibutuhkan. Untuk jembatan bentang panjang biasanya
memerlukan menara yang tinggi menyebabkan lebar menara di bawah dek sangat besar.
Penyebaran kaki ke sisi-sisi dek dapat mengatasi hal tersebut dengan tidak mengurangi
lebar kendaraan yang dibutuhkan. Secara umum jembatan yang sangat panjang atau
sangat lebar tidak cocok dengan penggantung kabel dengan satu bidang.
Gambar 2.0 Tatanan kabel transversal, dua bidang dan satu bidang (Podolny dan
Scalzy,1976)
b) Tatanan Kabel Longitudinal
Tatanan kabel longitudinal juga memiliki banyak variasi yang berbeda. Untuk
bentang yang lebih pendekkabel tunggal mungkin sudah cukup untuk menahan beban
rencana. Untuk bentang utama yang panjang dan bentang yang tidak isometric yang
menggunakan angker, variasi tatanan kabel tidak cukup dengan kebutuhan secara teknis
tetapi harus menghasilkan konfigurasi dasar tatanan kabel longitudinal yaitu radiating,
harp, fan, dan star (Podolny dan Scalzi,1976).
Gambar 2.1 Tatanan kabel longitudinal (a) radiating (b) harp (c) fan (d) star
(Troitsky,1977)
1. Tipe radiating
Merupakan sebuah susunan dimana kabel dipusatkan pada ujung atas menara dan
disebar sepanjang bentang pada gelagar. Kelebihan tipe ini adalah kemiringan rata-rata
kabel cukup besar sehingga komponen gaya horizontal tidak terlalu besar kabel yang
12
terkumpul diatas kepala menara menyulitkan dalam perencanaan dan pendetailan
sambungan.
2. Tipe Harp
Terdiri atas kabel-kabel penggantung yang dipasang sejajar dan disambungkan ke
menara dengan ketinggian yang berbeda-beda satu terhadap yang lainnya. Susunan
kabel yang sejajar memberikan efek estetika yang sangat indah namun terjadi lentur
yang besar pada menara.
3. Tipe Fan
Merupakan solusi tengah antara tipe radiating dan tipe harp. Kabel disebar pada
bagian atas menara dan pada dek sepanjang bentang, menghasilkan kabel tidak sejajar.
Penyebaran kabel pada menara akan memudahkan pendetailan tulangan.
4. Tipe Star
Memiliki bentuk yang berlawanan dengan tipe radiating dimana kabel terpusat pada
gelagar. Bentuk ini memberikan efek estetika yang baik namun menyulitkan pendetailan
sambungan pada gelagar. Dukungan antara dua tumpuan tetap jembatan hanya ada pada
pertemuan kabel sehingga momen lentur yang akan terjadi menjadi lebih besar.
2. Menara
Pemilihan bentuk menara sangat dipengaruhi oleh konfigurasi kabel, estetika, dan
kebutuhan perencanaan serta pertimbangan biaya, Bentuk-bentuk menara dapat berupa
rangka portal trapezoidal, menara kembar, menara A, atau menara tunggal. Selain
bentuk menara yang telah disebutkan, masih banyak bentuk menara lain namun jarang
digunakan seperti menara Y, menara V, dan lain sebagainya.
Menurut Podolny (1976), tinggi menara ditentukan dari beberapa hal seperti tipe
sistem kabel, jumlah kabel dan perbandingan estetika dalam tinggi menara dan panjang
bentang. Untuk itu direkomendasikan perbandingan antara bentang terpanjang dan
tinggi menara antara 0,19-0,25.
3. Gelagar
Bentuk gelagar jembatan cable stayed sangat beragam namun yang paling sering
digunakan ada dua yaitu stiffening truss dan solid web (Podolny dan Scalzi, 1976).
Stiffening truss digunakan untuk struktur baja dan solid web digunakan untuk struktur
baja atau beton baik beton bertulang maupun beton prategang.
Pada awal perkembangan jembatan cable stayed modern, stiffening truss banyak
digunakan tetapi sekarang sudah mulai ditinggalkan dan jarang digunakan dalam desain,
karena mempunyai banyak kekuranagan. Kekurangannya adalah membutuhkan
fabrikasi yang besar, perawatan yang relatif sulit, dan kurang menarik dari segi estetika.
Meskipun demikian dapat digunakan sebagai gelagar dengan alasan memiliki sifat
aerodinamik yang baik. Dalam keadaan jembatan jalan raya disatukan dengan jembatan
jalan rel dan biasanya menggunakan dek ganda yang bertingkat, truss dapat
dipertimbangkan sebagai elemen utama dek.
13
Gelagar yang tersusun dari solid web yang terbuat dari baja atau beton cenderung
terbagi atas dua tipe yaitu:
a. Gelagar plat (plat girder), dapat terdiri atas dua atau banyak gelagar.
b. Gelagar box (box girder) dapat terdiri atas satu atau susunan box yang dapat
berbentuk persegi panjang atau trapezium.
Susunan dek yang tersusun dari gelagar plat tidak memiliki kekakuan torsi yang
besar sehingga tidak dapat digunakan untuk jembatan yang bentangnya panjang dan
lebar atau jembatan yang direncanakan hanya menggunakan satu bidang kabel
penggantung. Dek jembatan yang menggunakan satu atau susunan box akan memiliki
kekakuan torsi yang sangat besar sehingga cocok untuk jembatan yang memiliki
kekauan torsi yang sangat besar.
Solid web yang terbuat dari beton precast mempunyai banyak keuntungan
(Zarkasia dan Roliansjah,1995) antara lain:
a. Struktur dek cenderung untuk tidak bergetar dan dapat berbentuk aerodinamis yang
menguntungkan.
b. Komponen gaya horizontal pada kabel akan mengaktifkan gaya tekan pada system
dek dimana beton sangat cocok untuk menahan gaya desak.
c. Beton mempunyai berat yang sangat besar sehingga perbandingan beban hidup dan
beban mati menjadi kecil, sehingga perbandingan lendutan akibat beban hidup dan
beban mati tidak besar.
d. Pemasangan bangunan atas dan kabel yang realtif mudah dengan teknik
prestressing masa kini, prefabrikasi, segmental,dan mempunyai kandungan local
yang tinggi.
e. Pemeliharaan yang lebih mudah karena beton tidak berkarat seperti pada baja.
14
BAB III
PERKEMBANGAN JEMBATAN DI INDONESIA
dinyatakan bahwa jalan (termasuk jembatan) sebagai bagian dari sistem transportasi
nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi,
sosial dan budaya serta lingkungan yang dikembangkan melalui pendekatan
pengembangan wilayah agar tercapai seimbangan dan pemerataan pembangunan antar
daerah.
Produk konstruksi jembatan yang aman & berkualitas (adanya jaminan mutu
konstruksi)
Mudah & siap dipasang di segala tempat dengan resiko yang minimal
o PC-girders
Saat ini lebih dari 29.000 buah jembatan (500 km) telah terbangun ±16.500 buah
jembatan (316.2 km) jembatan pada ruas jalan nasional.
1. Bentang
20-30 9% 45 km
30-60 9% 45 km
60-100 2% 10 km
> 100 2% 10 km
Wir’s comments : Membaca data di atas maka jumlah jembatan yang berbentang
pendek ternyata mendominasi. Itu menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya tidak
memerlukan teknologi maupun sumber daya manusia yang berkualifikasi khusus.
Meskipun demikian, adalah fakta bahwa ada pembangunan jembatan berbentang
pendek yang mengalami kegagalan di kota Surabaya, kota besar yang dianggap
mempunyai sumber daya manusia dan teknologi yang mencukupi, kalau tidak mau
dikatakan melimpah. Maka tentu dapat dibayangkan bagaimana dengan pelaksanaan
jembatan di daerah terpencil, yang terbatas sdm maupun ketersediaan teknologinya.
Bisa saja kegagalan seperti itu banyak terjadi, hanya saja mungkin lepas dari liputan
media massa .
2. Kondisi
0 46% 230 km
17
1 22% 110 km
2 15% 75 km
3 8% 40 km
4 6% 30 km
5 3% 15 km
Jembatan km % Buah %
Wir’s comments : Jembatan gelagar adalah tipe jembatan balok, ini adalah tipe
jembatan yang tempo hari di Surabaya mengalami kegagalan. Ini adalah tipe jembatan
yang paling sederhana, biasanya terletak di bawah jalan sehingga yang melewatinya
kadang-kadang bahkan tidak merasakan bahwa mereka telah melewati suatu jembatan.
km % Buah %
18
2 1970-1980 54.9 17 3.910 24
Wir’s comments : Jika dianggap bahwa sebelum tahun 2000 adalah masih berlakunya
kebijakan era orde baru, maka akan terlihat sekali bahwa setelah era reformasi jumlah
pembangunan jembatan relatif kecil, atau hanya 2% dari total pembangunan yang ada.
Perhatikan setiap dekade sebelumnya rata-rata telah dibangun 10 x lipat pembangunan
jembatan di era reformasi. Itu mungkin dapat dimaklumi, mengingat negara kita dalam
kondisi krisis, sekaligus fokus pembiayaan demokrasi jelas lebih besar dari
sebelumnya. Pernyataan ini tentu saja patut diperdebatkan, tetapi kalau melihat jumlah
partai, dan juga umbul-umbul yang terlihat di lapangan, hal tersebut ditengarai benar.
5. Jenis Material
Others 18% 90 km
Wir’s comments : Ternyata penggunaan baja sebagai material jembatan masih cukup
banyak. Hal itu perlu diperhatikan karena jembatan dari baja perlu dilakukan inspeksi,
apalagi jika tahanan terhadap korosinya hanya berupa cat.
6. Beton
Beton Persentase
19
Pelat Beton Bertulang 38,4 %
Lain-lain 0,1 %
Box Culvert,
Jembatan Flat Slab,
Gelagar Beton T,
Gelagar Pratekan I,
o Australia,
o Austria,
o Canada,
o Spanyol dan
o dari fabrikator local selain juga jembatan Gantung dan Cable Stayed dengan
populasi yang tidak banyak.
20
Bangunan jembatan yang ada didominasi oleh jembatan standar. Itu wajar karena
memang menjadi salah satu strategi dari PU dalam mengembangkan infrastruktur jalan
sebagaimana telah diungkapkan di depan.
21
Model Jembatan balok Gelagar Beton Bertulang (20m)
Bentang Jembatan standar mengunakan type konstruksi dan batasan bentang jembatan
T-BEAM (6 – 25 m)
COMPOSITE (20 – 30 m)
PRESTRESSED (16 – 40 m)
VOIDED SLAB (5 – 16 m)
22
Lokasi salah satu prabrik beton pracetak
Produksi berupa :
1. Balok K400-K500 dg
o type I : 13m, 16m, 19m; H=90cm
Brikut ini jenis jembatan yang telah dilakukan oleh team PU dibeberpa tempat
diindonesia
1 Box Beton
Menerus
23
Rantau Riau 121 200 1972 – 1974
Berangin
2 Gelagar
Baja
Menerus
3 Pelengkung
Beton
24
Bajulmati Jatim 60 90 2007
4 Pelengkung
Baja
5 Suspension /
Cablestayed
25
Dokumentasi jembatan-jembatan di Indonesia
26
Jawa Barat, Jembatan Box girder beton menerus Kelas-A, 1979.
Bentang utama 132 meter san sisi simetris 45meter (total 222 meter).
Jembatan P. Balang. Cabel gantung dengan 2 menara pada penopang kabel jembatan
sistem struktur lantai di topang kan pada sistem kabel gantung
Jembatan Kelok-9
Bukit tinggi, Sumatera barat, Jembatan Pelengkung Beton Kelas-A, Bentang jembatan
80 meter
27
BAB VIII
Tri Nusa Bima Sakti sendiri terdiri dari 3 jembatan besar, yaitu:
1. Suramadu Bridge
28
Mengakomodasi pertumbuhan lalu-lintas antara Pulau Jawa dengan Bali
Meningkatkan kapasitas, kualitas dan mengurangi waktu tempuh pada lalu-lintas
Selat Bali
Basic Concept:
Jembatan Gantung dengan panjang 2 km, 2 buah pilon (tinggi 335m) dan twin cell
composite box girders sebagai pengaku
65m freeboard dari MAB
Wir’s comments : menurut informasi, jembatan selat Bali tidak ditindak-lanjuti karena
ada penolakan dari masyarakat di P. Bali.
Frekuensi kapal melalui Selat Malaka lebih dari 200 kapal segala jenis per hari
sehingga ruang bebas horizontal maupun vertikal jembatan memperhitungkan
faktor perkembangan teknologi pelayaran.
Terdiri dari tiga bentang 75+150+75m dan lebar 22.3m dengan sistem lantai
prestressed.
Bentang utama adalah jembatan cable stayed dua bidang.
Jembatan Sei Tayan terletak 112 Km dari Kota Pontianak, pada ruas Jalan Poros/Lintas
Selatan Kalimantan yang menghubungkan Provinsi Kalimantan Barat dengan
Kalimantan Tengah. Poros Selatan Kalimantan merupakan jalan arteri primer dan lintas
utama perekonomian di Kalimantan. Pembangunan jembatan ini akan meningkatkan
fungsi Lintas Selatan Kalimantan secara optimal, diharapkan dapat meningkatkan
pelayanan transportasi darat yang akan mendukung pengembangan wilayah,
perkembangan perekonomian, sosial dan budaya lebih cepat.
Jembatan Sei Tayan terletak pada Kecamatan Tayan Hilir menghubungkan Kota Tayan
dengan Piasak, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Pada saat ini, lalu
lintas kendaraan dilayani oleh kapal ferry yang dioperasikan PT ASDP. Jembatan ini
melintasi Sungai Kapuas melalui Pulau Tayan yang diharapkan dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat Provinsi Kalimantan Barat khususnya di pulau tersebut.
30
7. Jembatan Tanjung Benoa
Berfungsi untuk :
Mengurangi kepadatan lalu lintas kendaraan dan menambah akses menuju Nusa
Dua
Memberikan jalan alternatif sehingga keamanan dan kenyamanan mempergunakan
prasarana lalu lintas dapat dirasakan oleh pengguna jalan
Panjang total jembatan adalah 440 m dengan 3 lajur mobil dan 1 lajur motor
Tinggi jembatan maksimal 48 m dari muka air tertinggi (dekat dengan bandara)
31
BAB IX
1. Sayap jembatan
Berfungsi menahan longsor pada tebing sungai dan melindungi pangkal jembatan
(abutment)
2. Kreib
Berfungsi mengarahkan aliran air dan menahan emosi, dibuat dari bronjong, pasangan
batu, pasangan batu kosong, atau pancang.
3. Oprit
Tembok Penahan Tanah (TPT) harus ada sulingan air, tidak boleh lebih tinggi dari
timbunan oprit.
3. Tenaga kerja
9. Pemindahan tinggi ukur MAB, MAN dan dasar sungai pada titik ukur
11. Survei harga bahan dan alatPemindahan tinggi ukur MAB, MAN dan dasar sungai
pada titik ukur
Penjelasan
1. Informasi jembatan yang akan dibangun
Lebar dan kedalaman sungai, jenis tanah dasar, jenis lalu lintas yang akan dilayani
Material yang ada disekitar lokasi jembatan : batu, pasir, kayu dan tanah urug
Situasi dan kondisi sekitar calon jembatan, guna menentukan jumlah orang dan
peralatan survei yang akan dipakai
2. Peralatan
Meteran 5 m dan 50 m
Tali plastik, untuk membantu pengukuran
Pukul besi dan paku, untuk memberi tanda letak peil jembatan dan Muka Air Banjir
(MAB)
Kompas, untuk mengukur sudut belok sungai dan trase jembatan beserta opritnya
3. Tenaga kerja
33
Satu orang yang dapat berenang untuk mengukur kedalaman dan lebar sungai
Satu orang penggali tanah untuk calon pangkal jembatan guna memperkirakan daya
dukung tanah dasar
Pangkal jembatan dipilih pada tanah keras, agar pondasi stabil dan tidak terlalu
dalam
Pada tebing sungai yang tidak terlalu terjal, sehingga pangkal dan sayap jembatan
tidak terlalu tinggi, lebih stabil terhadap gempa dan hantaman air banjir
Pada jalan yang sudah ada, agar tidak perlu memindah trase jalan dan
membebaskan tanah baru
Diukur dari lebar basah rata-rata sebagai bentang bersih jembatan, dengan
menggunakan pita ukur atau tali.
7. Ukuran tinggi Muka Air Normal (MAN) = Tinggi rata-rata air pada saat musim hujan.
8. Ukuran tinggi Muka Air Banjir (MAB) = Tinggi aliran air pada saat banjir.
9. Pemindahan tinggi ukur MAB, MAN dan dasar sungai pada titik ukur
Dasar pondasi harus diletakkan pada tanah keras, sebagai pertimbangan satu orang
hanya mampu menggali 0,5 m3 tanah keras/hari
Kedalaman pondasi minimal 1,5 m dibawah dasar sungai (kecuali pondasi
jembatan gantung)
Dihitung ketinggian jarak dasar pondasi dengan paku sebagai titik ukur.
Survey harga bahan, peralatan kerja dan tenaga kerja dilokasi pekerjaan dan jika
diperlukan mobilisasi material dan peralatan juga dipertimbangkan dalam menentukan
castflow
34
3. Tahapan Pra Desain Jembatan
3. Bangunan atas
4. Bangunan bawah
5. Pondasi jembatan
6. Bangunan pelengkap
Penjelasan
1. Batasan pokok jembatan
a. Tinggi Bebas
Konstruksi murah
Mudah dilaksanakan dan dirawat oleh masyarakat
Mutu kayu A
35
Klas kuat II, klas awet II
4. Bangunan bawah dari material baja, beton dengan bahan mutu tinggi
5. Pondasi jembatan
a. Pondasi langsung (Dibuat dari pasangan batu kali atau beton bertulang, cocok
untuk tanah sedang)
b. Pondasi tiang pancang sederhana (Dibuat dari beton atau kayu, cocok untuk
tanah lunak)
c. Pondasi sumuran (Cocok untuk tanah yang agak berpasir dan letak tanah
kerasnya agak dalam.)
6. Bangunan pelengkap, koperan kaki jembatan, koperan aliran air dibawah jwmbatan,
bangunan penahan longsor tepi pangkal jembatan
4 . Tahapan Pelaksanaan
1. Menentukan posisi dan peil jembatan berdasarkan titik ukur hasil survei dengan
cara pasang patok
2. Penggalian tanah untuk pondasi jembatan hingga mencapai tanah keras dan
minimal 1,5 m dibawah dasar sungai
4. Pengerjaan pasangan pangkal jembatan (ada sulingan air) dan pekerjaan dihentikan
jika sudah pada posisi diatas air
5. Poin 2 sampai 4 dikerjakan juga untuk pekerjaan sayap jembatan dan pilar tengah
6. Pengerjaan pangkal, sayap dan pilar tengah dikerjakan pada saat air sungai surut
pada musim kering
36
8. Pasang angkur untuk plat beton tumpuan
4. Pengawasan Pekerjaan
Setiap kegiatan konstruksi diatur dalam SOP kerja, maka perlu diawasi dalam
pelaksanaan seiap komponen :
4. Pengecoran beton terutama pada perbandingan campuran dan kualitas air untuk
campuran, diawasi dan diperiksa Fasilitator.
5. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja dari desa itu sendiri kecuali
tenaga ahli
6. Tenaga kerja yang dipergunakan harus efektif, artinya biaya yang dikeluarkan
harus sesuai dengan pekerjaan yang dihasilkan, jika terjadi penyimpangan harus
segara dicari pemecahannya
4. Pemeliharaan bagian pangkal jembatan akibat erosi tanggul dan pangkal jembatan.
Tiang pancang dapat dipancang dengan setiap jenis palu, asalkan tiang pancang
tersebut dapat menembus masuk pada ke dalaman yang telah ditentukan atau mencapai
daya dukung yang telah ditentukan, tanpa kerusakan. Tinggi jatuh palu tidak boleh
melampaui 2,5 meter atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Alat
pancang dengan jenis gravitasi, uap atau diesel yang disetujui, harus mampu memasukkan
tiang pancang tidak kurang dari 3 mm untuk setiap pukulan pada 15 cm dari akhir
pemancangan dengan daya dukung yang diinginkan sebagaimana yang ditentukan dari
rumus pemancangan yang disetujui, yang digunakan oleh Kontraktor.
38
yang berdekatan, harus dipancang kembali sampai ke dalaman atau ketahanan semula,
kecuali jika pengujian pemancangan kembali pada tiang pancang yang berdekatan
menunjukkan bahwa pemancangan ulang ini tidak diperlukan.
Banyaknya pancaran, volume dan tekanan air pada nosel semprot haruslah sekedar cukup
untuk melonggarkan bahan yang berdekatan dengan tiang pancang, bukan untuk
membongkar bahan tersebut. Tekanan air harus 5 kg/cm2 sampai 10 kg/cm2 tergantung
pada kepadatan tanah. Perlengkapan harus dibuat, jika diperlukan, untuk mengalirkan air
yang tergenang pada permukaan tanah. Sebelum penetrasi yang diperlukan tercapai, maka
pancaran harus dihentikan dan tiang pancang dipancang dengan palu sampai penetrasi
akhir. Lubang-lubang bekas pancaran di samping tiang pancang harus diisi dengan adukan
semen setelah pemancangan selesai.
2. Pengujian Tiang
Pengujian tiang dilaksanakan untuk mengetahui dengan pasti daya dukung dari jenis
pondasi pada setiap jembatan. Jumlah tiang pancang yang diuji tidak kurang dari satu atau
tidak lebih dari empat untuk setiap jembatan. Pengujian tiang dapat
dilaksanakan di dalam atau di luar keliling pondasi, dan dapat menjadi bagian dari
pekerjaan yang permanen. Beban-beban untuk pengujian pembebanan tidak boleh
diberikan sampai beton mencapai kuat tekan minimum 95 % dari kuat tekan beton berumur
28 hari, namun dapat juga menggunakan semen dengan kekuatan awal yang tinggi (high-
early-strength-cement), jenis III atau IIIA untuk beton dalam tiang pengujian pembebanan
dan untuk tiang tarik.
Test dengan beban statis merupakan metode terbaik dan juga merupakan yang termahal
untuk menentukan daya dukung suatu tiang. Pembebanan secara static yang merupakan uji
skala penuh dilakukan dengan memberikan beban yang lebih besar dari beban rencana
seperti yang telah dijelaskan diatas. Metode Static Load Test (SLT) ini memerlukan banyak
39
waktu (time consuming).
Test dengan beban dinamis atau Dynamic Load Test (DLT) adalah metode lain yang lebih
ekonomis dan efisien. Test pembebanan tiang secara dinamis ini menggunakan peralatan
FPDS (Foundation Pile Diagnostic System) berikut software PDA (Pile Driving Analyis)
tertentu misalnya PDI dari USA, TNO dari Belanda, CEBTP dari Perancis dan PID dari
Swedia).
Dengan menggunakan system ini, beban diberikan secara dinamik pada kepala tiang
dengan menggunakan hammer pemancang. Dengan memberikan blow (pukulan) dari
hammer pemancang, signal acceleration (percepatan) dan strain (regangan) dari tiang
dicatat dan direkam oleh computer. Dari dua signal tersebut dapat diperoleh signal
velocity-time dan force-time dan kemudian tahanan pemancangan dinamis (dynamic
driving resistance) dapat ditentukan.
Di Indonesia pondasi jenis ini cukup populer juga meskipun peralatan yang tersedia masih
terbatas dan umumnya terkonsentrasi di pulau jawa. Jenis pondasi ini prinsip kerjanya
hampir sama dengan pondasi tiang pancang. Perbedaannya terletak pada cara
pemasangannya, kalau tiang pancang masuk kedalam tanah dengan kekuatan tumbukan
sehingga menimbulkan suara yang keras, tetapi lain halnya dengan bored pile yang
suaranya tidak mengganggu lingkungan, sehingga jenis pondasi ini banyak digunakan di
daerah perkotaan dalam pembangunan apartemen, mall, dan gedung pencakar langit.
Contoh bahan yang digali harus disimpan untuk semua tiang bor. Pengujian penetrometer
untuk bahan di lapangan harus dilakukan selama penggalian dan pada dasar tiang bor
sesuai dengan yang diminta oleh Direksi Pekerjaan. Pengambilan contoh bahan ini harus
selalu dilakukan pada tiang bor pertama dari tiap kelompok.
40
Gambar 23- Pelaksanaan Tiang Bor
1). Pengecoran Beton Tiang Bor (Bored Pile)Pengecoran beton harus dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan. Dimanapun beton digunakan harus dicor ke dalam suatu
lubang yang kering dan bersih. Beton harus dicor melalui sebuah corong dengan
panjang pipa. Pengaliran harus diarahkan sedemikian rupa hingga beton tidak menimpa
baja tulangan atau sisi-sisi lubang. Beton harus dicor secepat mungkin setelah
pengeboran dimana kondisi tanah kemungkinan besar akan memburuk akibat
terekspos. Bilamana elevasi akhir pemotongan berada di bawah elevasi muka air tanah,
tekanan harus dipertahankan pada beton yang belum mengeras, sama dengan atau lebih
besar dari tekanan air tanah, sampai beton tersebut selesai mengeras.
41
Gambar 24- Pelaksanaan Tiang Bor
42
Viaduc de Millau merupakan jembatan jalan raya tertinggi di dunia artinya lantai jembatan
dibangun dengan topangan pilar pilar menjulang ke atas dengan sistem cabel stayed.
Jembatan Millau Viaduct (bhs Perancis : le Viaduc de Millau) adalah jembatan kabel yg
membentang di atas lembah sungai Tarn dekat Millau di Perancis Selatan. Jembatan yang
memberikan unsure estika dari linkungan yang dilalui karena membuat pelintas seakan
berjalan di atas awan ini, ternyata memiliki kesulitan yang cukup tinggi dalam
pelaksanaannya.
Karakteristik jembatan secara teknis, Memiliki panjang hampir 2,5 km dengan ketinggian
puncak tiang yang lebih tinggi dari Menara Eiffel. Dikerjakan pada ketinggian awan, tentu
merupakan tantangan yang tinggi dalam pengerjaan jembatan ini. Faktor alam dijadikan
sebagai sarana untuk mendesai teknispengerjaannya. Jembatan ini dibangun dengan
menggunakan metode pelaksanaan ILM (Incremental Launching Method). ILM adalah
suatu metode erection pada jembatan bentang panjang yang sudah diimplementasikan di
Rio Caroni Bridge di Venezuela pada tahun 1962. Metode ini ditemukan oleh Prof. Dr.
Ing. F. Leonhardt dan partnernya Willi Baur. Metode ini telah dipatentkan sejak tahun
1967, metode yang dilakukan tahun itu dalam proses foti dibawah ini
Kostruksi sistem lantai gabungan dari beton dan sistem girder baja membentuk rangka trus
direbahkan horizontal, dengan balok tepid an tengah sistem penopang girder
Syarat teknis untuk menggunakan metode erection ILM pada jembatan ini antara lain
adalah:
Requirement alinemen adalah harus berada dalam range gradient 7% dan cross fall
5%. Minimum radius in plan 350 m dan radius in elevation 2000 m
43
Bentang jembatan berkisar 30-50 m
Metode jembatan ini dibangun biasanya karena adanya syarat bahwa tidak diperbolehkan
adanya gangguan pada sisi bawah lantai jembatan. Metode ini mengharuskan tersedianya
lahan yang cukup luas di lokasi belakang abutment untuk produksi segment lantai
jembatan.
Mekanisme proses pelaksanaan erection jembatan dengan menggunakan metode ILM ini
dapat dijelaskan secara prinsip sebagai berikut:
1. sistem Lantai jembatan diproduksi di area belakang jembatan secara rutin kontinu
tiap segment. Segment tersebut dihubungkan secara monolit dengan segment sebelumnya.
Panjang segment berkisar 15 – 25 m.
2. Pada bagian Ujung depan lantai dipasang Nose yang terbuat dari struktur baja. Nose
tersebut akan berfungsi sebagai tambahan lantai sedemikian mengurangi momen yang
besar yang terjadi ketika rangkaian pelat lantai membentuk struktur Cantilever. Nose
berfungsi mengurangi besarnya momen kantilever yang terjadi. Nose didesign sedemikian
rimgan mungkin untuk mengurangi tambahan beban yang harus dipikul oleh struktur
lantai jembatan. Struktur Nose memiliki panjang sekitar 65% terhadap bentang jembatan
yang typical.
44
3. Pada saat segment yang telah diproduksi dan umur beton telah mencukupi, maka
seluruh lantai jembatan didorong dengan menggunakan metode Pulling Jack yang dipasang
di abutment.
45
4. Permukaan pilar dikondisikan memiliki tahanan geser yang kecil. Hal ini untuk
memudahkan proses mendorong rangkaian segment lantai jembatan. Dapat menggunakan
suatu alat khusus dengan permukaan teflon.
46
6. Pilar jembatan dapat ditambahkan perkuatan. Hal ini disebabkan jembatan akan
mendapat beban horizontal tambahan selama proses launching. Tambahan beban ini akan
mempengaruhi kemampuan pilar dalam menahan beban. Untuk mengatasi tambahan beban
gaya horizontal, maka pilar dipasang perkuatan kabel.
47
Keuntungan dari metode ILM adalah:
48
Waktu pelaksanaan lebih cepat
49
Jembatan Millau (le Viaduc de Millau) adalah sebuah jembatan jalan bersanggahkan kabel
yang menyeberangi lembah Sungai Tarn di pegunungan Massif Central dekat Millau di
selatan Perancis, yang pada pagi hari selalu diselimuti oleh embun pagi. Orang yang
berkendaraan melintasi awan-awan yang mengambang rendah di pegunungan dapat
dengan mudah menggapainya, sambil melihat pemandangan yang luar biasa menakjubkan
di bawahnya serta tanpa perlu khawatir gangguan angin yang kuat. Jika Anda melintasi
jembatan ini, maka Anda laksana berjalan di langit dengan menembus atau diiringi awan
yang berarak. Sungguh sensasi yang luar biasa..!
Jembatan unik ini kini bukan hanya jadi sarana transportasi tapi juga ajang wisata. Banyak
wisatawan yang ingin menjajal berkendaraan bersamaan dengan awan yang berarak di
sekelilingnya serta mengambil foto cantik jembatan ini. Menurut Chirac, pembangun
jembatan ini merupakan keajaiban dan menjadi lambang kemajuan teknik sipil Prancis.
Jembatan ini juga berfungsi sebagai simbol dari kemoderan Prancis.
50
Millau mulai dibangun pada tanggal 16 Oktober 2001 dan dibuka resmi pada 14 Desember
2004, lebih lambat dari waktu yang dijadwalkan, yakni tiga tahun. Hal ini salah satu
sebabnya adalah faktor cuaca, selain memang tingkat kesulitan yang tinggi. Maklum,
jembatan ini selain luar biasa tinggi juga dibangun di lokasi yang tidak biasa. Struktur
tanah yang tak rata, maklum wilayah pegunungan.Digunakan sistem hidrolik untuk
menyorong geladak kembatan ke dalam tempat seharusnya. Sistem ini disediakan oleh
Enerpac Hydraulic Systems – perusahaan yang juga “mengangkat” Golden Gate Bridge.
Jembatan ini diresmikan oleh Presiden Jacques Chirac (sekarang Sarkozy) dalam sebuah
upacara yang megah.
51
Dirancang oleh teknisi jembatan Perancis Michel Virlogeux dalam kerja sama dengan
arsitek Britania, Lord Foster. Millau merupakan jembatan tertinggi di dunia, dengan
tonggak puncak pada 343 meter (1.118 kaki), sedikit lebih tinggi dari Menara Eiffel dan
hanya 40 m (132 kaki) lebih pendek dari Gedung Empire State. Viaduc de Millau
memperoleh penghargaan atas konstruksi yang unggul dari Internasional Asosiasi untuk
Jembatan dan tanah Konstruksi IABSE.
52
Metode ini ditemukan oleh Prof. Dr. Ing. F. Leonhardt dan partnernya Willi Baur. Metode
ini telah dipatentkan sejak tahun 1967.
Design Jembatan
1. Viaduc de Millau memiliki total panjang 2460 m dan lebar adalah 32 m.
2. Terdiri atas 8 bentang atau spans dan 7 buah tiang jembatan / piers.
6. Total beton yang digunakan adalah 227.000 ton dan baja yang digunakan 39.700
ton.
53
54
Fakta-fakta Mengenai Jembatan Ini
1. Tiang kaki-kakinya tertinggi di dunia. Tiang P2 setinggi 244,96 meter dan P3
221,05 meter, mematahkan rekor Perancis yg sebelumnya dipegang oleh Tulle and
Verrieres Viaducts (141 meter), dan rekor dunia yg sebelumnya dipegang oleh
Kochertal Viaduct (jerman) yg berketinggian 181 meter.
2. Tiang jembatannya tertinggi di dunia. Puncaknya mencapai tinggi 343 meter
berdiri di atas tiang P2.
3. Jalan raya jembatan tertinggi di dunia. Terletak pada ketinggian 270 meter di
atas permukaan laut pada titik tertingginya. Hanya jembatan gantung Royal Gorge
Bridge (321 meter) di Colorado, Amerika, yg lebih tinggi, itupun hanya digunakan
untuk pejalan kaki.
Kesimpulan
Jembatan gantung adalah jembatan yang berfungsi sebagai pemikul langsung beban
lalu lintas yang melewati jembatan tersebut, terdiri dari lantai jembatan, gelagar pengaku,
batang penggantung, kabel pemikul dan pagar pengaman.
Jembatan cable stayed sudah dikenal sejak lebih dari 200 tahun yang lalu (Walther,
1988) yang pada awal era tersebut umumnya dibangun dengan menggunakan kabel
vertikal dan miring seperti Dryburgh Abbey Footbridge di Scotlandia yang dibangun pada
tahun 1817.
Banyak jenis jembatan, tapi yang cocok untuk masyarakat perdesaan yang mudah
dikerjakan dan sesuai fungsinya adalah :
1. Jembatan gantung
2. Jembatan beton (gelagar beton, lantai beton)
5. Jembatan pelengkung
Prioritas pada peningkatan pelayanan pada ruas jalan nasional dan provinsi
Saat ini lebih dari 29.000 buah jembatan (500 km) telah terbangun ±16.500 buah
jembatan (316.2 km) jembatan pada ruas jalan nasional.
Tahapan pelaksanaan
1. Menentukan posisi dan peil jembatan berdasarkan titik ukur hasil survei dengan
cara pasang patok
2. Penggalian tanah untuk pondasi jembatan hingga mencapai tanah keras dan
minimal 1,5 m dibawah dasar sungai
4. Pengerjaan pasangan pangkal jembatan (ada sulingan air) dan pekerjaan dihentikan
jika sudah pada posisi diatas air
5. Poin 2 sampai 4 dikerjakan juga untuk pekerjaan sayap jembatan dan pilar tengah
6. Pengerjaan pangkal, sayap dan pilar tengah dikerjakan pada saat air sungai surut
pada musim kering
57
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni I.,2008. Studi Parameter Desain Dimensi Elemen Struktur Gantung Pejalan
Kaki dengan Bentang 120 m. Jurnal Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional Bandung,
Bandung.
Ariestadi, Dian. Teknik Struktur Bangunan Jilid 2 untuk SMK. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 429 – 462.
Departemen Pekerjaan Umum, 2008. Pedoman Perencanaan dan Pelaksanaan Jembatan
Gantung Pejalan Kaki, “Pd X-XXXXXX-B,“. Departemen PU, Jakarta.
Podolny & Scalzi, 1976. Construction and Design of Cable Stayed Bridges. New York:
Wiley & Sons Inc.
Schodeck, 1991. Struktur (Alih Bahasa : Suryoatmojo).Jakarta: PT. Eresco.
Steiveman, D.B.,1953. A Practical Treatise on Suspension Bridges. New York: Wiley &
Sons Inc.
Supriyadi, B. & Muntohar, A.S.,2007. Jembatan. Yogyakarta: Beta Offset.
Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum, 2010. Pemberlakuan Pedoman Perencanaan dan
Pelaksanaan Konstruksi Jembatan Gantung untuk Pejalan Kaki. Kementerian Pekerjaan
Umum, Jakarta.
Walther, R.,1988. Cable Stayed Bridges. London: Thomas Telford.
Yuskar, L. & Andi, I.,2005. Kajian Sambungan antara Pilar dan Kabel
pada Jembatan Cable Stayed. Jurnal Teknologi, Departemen Teknik Sipil Universitas
Indonesia.
Zarkast I., & Roliansjah,S.,1995. Perkembangan Akhir Jembatan Cable Stayed. Makalah
pada Konferensi Regional Teknik Jalan (KRTJ) IV, Padang.
58
Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Direktorat Jenderal Bina Marga
Departemen Pekerjaan Umum, Desember 2005;
Panduan Pengawasan Pelaksanaan Jembatan Bridge Management System, Direktorat
Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Tahun 1993;
Kazuto Nakazawa, 2000 Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, Kazuto Nakazawa dkk, PT
Pradnya Paramita,
Braja M.Das 1990 Principles of Foundation Engineering, Braja M.Das, PWS Publishing
Company Boston, Second Edition,
59