Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui
rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( Jalan air/Jalan
lalu lintas biasa ). ( Struyk dan Veen, 1994 )

Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan menyilang


sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak sama tinggi
permukaannya. Secara umum suatu jembatan berfungsi untuk melayani arus lalu lintas
dengan baik. Dalam perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya
mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan estetika-
arsitektural yang meliputi : Aspek lalu lintas, Aspek teknis, Aspek estetika. (Supriyadi
dan Muntohar, 2007).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa saja komponen pembentuk struktur pada jembatan?
2. Apa saja bagian-bagian dari struktur jembatan?

1.3 MANFAAT DAN TUJUAN


1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa saja komponen pembentuk struktur pada
jembatan.
2. Agar mahasiswa mengetahui bagian-bagian dari struktur jembatan.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa saja komponen pembentuk struktur pada
jembatan secara langsung dilapangan .
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui
rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( Jalan air/Jalan lalu
lintas biasa ). ( Struyk dan Veen, 1994 )

Gambar 1 - Jembatan Rangka Baja Ampenan ,


Jembatan Beton Pejeruk

Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan menyilang


sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak sama tinggi
permukaannya. Secara umum suatu jembatan berfungsi untuk melayani arus lalu lintas
dengan baik. Dalam perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya
mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan estetika-
arsitektural yang meliputi : Aspek lalu lintas, Aspek teknis, Aspek estetika. (Supriyadi dan
Muntohar, 2007)
Pada zaman ini jembatan belum diakui sebagai hasil karya konstruksi karena pada zaman ini
manusia purba menggunakan batang kayu tumbang untuk menyebrang sungai. Manusia
zaman purba melintasi sungai dengan memasang pilar-pilar batu, kayu gelondongan, atau
pohon yang tumbang dengan bentang yang sangat pendek. Selain itu, mereka juga
manfaatkan akar-akar atau ranting-ranting pohon sebagai jembatan gantung untuk
bergelantungan melompati pohon satu ke pohon yang lain.

Jenis jembatan yang digunakan pada zaman purba biasanya berbentuk jembatan balok
sederhana, dan digunakan hanya untuk bentangan yang pendek. Seperti yang dibangun
diatas Sungai Euprat dan Sungai Tigris di Babylonia kira-kira 2000 SM.

2. Periode Romawi Kuno


Zaman Romawi Kuno dimulai dari tahun 300 SM dan berlangsung kurang lebih selama
600 tahun yang lalu. Pada zaman ini teknologi jembatan sudah mulai berkembang. Pada
zaman ini jembatan yang dibangun telah menggunakan kayu, batu, dan beton. Namun, untuk
jembatan batu dan beton, bentuknya sama seperti pada periode jembatan purba yaitu
berbentuk lengkung (arch). Akan tetapi, pada zaman ini manusia telah mampu mengatasi
permasalahan yang lebih rumit. Pada zaman ini mereka membuat konstruksi jembatan yang
dibangun di atas pilar yang berada di bawah air dan melindunginya dari bahaya banjir.
3. Periode Zaman Pertengahan
Zaman pertengahan di Eropa berlangsung dari abad ke-11 sampai dengan abad ke-16
sesudah runtuhnya Romawi. Secara fsik konstruksi jembatan pada periode ini tidak jauh
berbeda dengan periode romawi kuno. Bentuk jembatan lengkung dan pilar-pilar batu masih
sering digunakan pada jembatan periode ini. Beberapa ahli mengatakan bahwa Jembatan
Rialto yang dibangun pada abad ke-16 di atas Grand Canal, Venice adalah jembatan terbaik
di zaman pertengahan dalam segi pengembangan teknik jembatan dan estétika. Pada
jembatan ini, jalan raya menghubungkan dua ruas kawasan perdagangan yang mempunyai
jalan masuk menuju jalur pejalan kaki (footwalks) yang dibangun di bagian tepi dalam satu
kesatuan konstruksi.

4. Teknologi Jembatan Zaman Besi dan Baja


Periode ini dilatarbelakangi adanya revolusi industri. Pada periode ini jembatan besi
dibangun dengan menggunakan prinsip-prinsip bentuk lengkung, terutama untuk jembatan
jalan raya. Pada era ini sudah menggunakan kantilever pada konstruksinya. Pembuatan
jembatan pada era ini menggunakan berbagai macam komponen dan sistem struktur baja
deck, girder, rangka batang, pelengkung, penahan dan penggantung kabel. Jembatan besi
pertama adalah jembatan Coalbrookdale yang melintasi Sungai Savern, Inggris.

5. Zaman Jembatan Gantung


Periode ini dimulai pada abad ke-18. Pada tahun 1825 dibangun jembatan gantung Menai
Straits, Inggris. Konstruksi jembatan menggunakan menara batu sebagai pilarnya. Di tahun
1851 mengalami kemajuan dengan dibangunnya jembatan gantung Niagara, Amerika Serikat.
6. Zaman Jembatan Cable Stayed
Di Eropa jembatan cable stayed berkembang dengan baik selama 3 dekade. Jembatan ini
memiliki keunggulan yang lebih baik dibandingkan dengan jembatan gantung.

7. Zaman Jembatan Beton


Jembatan beton mulai terkenal sejak tahun 1865 dengan bentang terpanjang yang pernah
dicapai 78 meter. Konstruksi jembatan ini menggunakan gelagar beton bertulang. Jembatan
Lengkung Sydney merupakan jembatan beton lengkung terpanjang yang pernah dibuat.

Jenis-jenis jembatan tergantung lebih atau kurang dalam sudut pandang yang diadopsi.
Berdasarkan bahan sendiri bangunan jembatan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Lengkungan jembatan (jembatan lengkung)
Kelengkungan merupakan bentuk struktur non-linear yang memiliki respon yang sangat
tinggi momen lentur. Yang membedakan bentuk busur untuk membentuk - bentuk yang
kedua ujungnya berbentuk posisi sendi sehingga posisi tidak memungkinkan gerakan ke arah
horisontal. Jembatan lengkungan bentuk hanya dapat digunakan jika lapangan dukungan
yang kuat dan stabil. Jembatan yang lebih efisien bentang panjang jembatan dengan 100
sampai 300 meter Arco jenis penggunaan.

2. Dek jembatan (bridge balok)


Jembatan balok berbentuk terdiri lebih dari satu balok beton, baja atau beton pracetak. Jenis
jembatan dengan menggunakan diafragma, dan umumnya kaku menyatu dengan plat lantai,
yang merupakan lalu lintas. Jembatan ini digunakan untuk mencakup variasi panjang 5-40
meter.

3. Jembatan kabel
Kabel-stayed jembatan dengan kabel sebagai pembawa elemen lantai lalu lintas. Ditumpu
tinggal kabel di menara langsung. Jembatan kabel merupakan balok menerus dengan satu
atau lebih menara dipasang pada pilar - pilar bagian dari setengah jembatan. Jembatan kabel
memiliki titik pusat yang relatif rendah massa sehingga jembatan jenis ini sangat baik untuk
digunakan di daerah beresiko dari gempa bumi dan digunakan untuk rentang variasi panjang
100-600 meter.

Jembatan Plat (slab bridge) : Elemen struktur horizontal yang berfungsi untuk menyalurkan
beban mati ataupun beban hidup menuju rangka pendukung vertical dari suatu sistem
struktur.

Jembatan Plat Berongga (voided slab bridge) : plat beton prategang yang biasa digunakan
untuk bentangan yang lebih panjang pada jembatan.

Jembatan Gelagar (girder bridge) : terdiri dari I girder, box girder dan U/V Girder.

Jembatan Rangka (truss bridge) : menyusun tiang-tiang jembatan yang berupa rangka
membentuk segitig. Setiap sturktur truss yang terhubung harus ditekankan terhadap beban
statis dan beban dinamis yang diterima oleh jembatan.

Jembatan Pelengkung (Arch Bridge) : Sebuah jembatan yang terdapat struktur berbentuk
setengah lingkaran dengan abutmen pada kedua sisinya.
Jembatan Gantung (Suspension Bridge) : Berfungsi sebagai pemikul langsung beban lalu
lintas yang melewati jembatan tersebut. Seluruh beban yang lewat di atasnya ditahan oleh
sepasang kabel penahan yang bertumpu di atas 2 pasang menara dan 2 pasang blok angkur.

Jembatan Kabel ( Cable Stayed Bridge) : menggunakan kable baja yang kuat dan kokoh untuk
menahan setiap beban yang melewati jembatan.

Jembatan Cantilever (Cantilever Bridge) : Pada system ini balok jembatan dicor (cast insitu)
atau dipasang (precast), segmen demi segmen sebagai kantilever di kedua sisi agar saling
mengimbangi (balance) atau satu sisi dengan pengimbang balok beton yang sudah
dilaksanakan lebih dahulu.

Dilihat dari struktur, sistem jembatan dapat dibagi menjadi sebagai berikut2:

1. Jembatan kayu
Jembatan kayu sederhana adalah jembatan yang memiliki panjang yang relatif singkat beban
relatif ringan diterima. Meskipun penggunaan bahan baku kayu, struktur dalam perencanaan
atau persiapan harus memperhatikan dan mempertimbangkan ilmu (mekanik) gaya.

2. Jembatan Pasangan Bata


Masonry Bridge dan membangun jembatan bata terutama terbuat dari batu dan batu bata.
Untuk membuat sebuah jembatan konstruksi batu dan bata pada umumnya harus membuat
jembatan melengkung. Sebagai waktu pengembangan jembatan ini tidak lagi digunakan.

3. Jembatan beton bertulang beton pratekan (jembatan beton pratekan)


Jembatan beton umumnya digunakan untuk pendek rentang jembatan. Untuk umur panjang
dengan waktu ia menemukan beton pratekan. Pratekan jembatan beton dengan lampu besar
dapat dengan mudah dilakukan.

4. Steel Bridge
Baja jembatan umumnya digunakan untuk menjembatani umur panjang dengan beban yang
diterima cukup besar. Juga pratekan jembatan beton menggunakan baja banyak digunakan
dan bentuknya bervariasi karena biaya bentang panjang jembatan baja lebih murah.

5. Jembatan komposit
Jembatan komposit adalah kombinasi dari dua yang sama atau berbeda dengan
memanfaatkan sifat menguntungkan dari setiap bahan - masing-masing bahan tersebut,
sehingga kombinasi akan menghasilkan satu set yang lebih efisien dari elemen struktur.

Dilihat oleh fungsinya, maka jembatan dapat dibedakan:

a. Jembatan jalan (jembatan jalan)


Jembatan ini diharapkan beban lalu lintas kendaraan, baik ringan dan kendaraan berat.
Jembatan jalan raya yang menghubungkan jalan ke jalan lain.
b. Jembatan penyeberangan (jembatan penyeberangan)
Jembatan yang digunakan untuk menyeberang jalan. Fungsi jembatan ini adalah untuk
memberikan perintah ke jalan-jalan di mana jembatan pejalan kaki dan memberikan
keamanan dan pengurangan faktor kecelakaan pejalan kaki.

c. Jembatan Kereta Api (Bridge Railway)


Jembatan secara khusus dirancang untuk dilintasi kereta api. Perencanaan jembatan kereta
api, jembatan clearance, kereta api sampai beban diterima oleh jembatan ditetapkan untuk
melatih di jembatan.

d. Jembatan Darurat
Jembatan darurat adalah jembatan yang direncanakan dan dibuat untuk kepentingan darurat
dan biasanya dilakukan hanya bersifat sementara. Secara umum, jembatan darurat yang
dibuat selama pelaksanaan jembatan baru di mana jembatan pembongkaran tua untuk
dilakukan, dan jembatan darurat dapat dibongkar setelah jembatan baru untuk bekerja.

2.2 Bagian-bagian jembatan


Menurut Departement Pekerjaan Umum (Pengantar Dan Prinsip – Prinsip
Perencanaan Bangunan bawah / Pondasi Jembatan, 1988 ) Suatu bangunan jembatan
pada umumnya terdiri dari 6 bagian pokok, yaitu :

Keterangan :
1. Bangunan atas
2. Landasan ( Biasanya terletak pada pilar/abdument )
3. Bangunan Bawas ( memikul beban )
4. Pondasi
5. Optrit, ( terletak di belakang abdument )
6. Bangunan pengaman
Menurut ( Siswanto, 1993 ) : Bentuk dan bagian jembatan dapat dibagi dalam 4 bagian
utama, yaitu :

1. Struktur Atas
2. Struktur Bawah
3. Jalan pendekat
4. Bangunan pengaman

1) Struktur Atas (Superstructures)

Menurut ( Pranowo dkk, 2007 ) struktur


atasjembatanadalahbagiandaristrukturjembatanyang secara langsung menahan beban
lalu lintasuntuk selanjutnya disalurkankebangunanbawah jembatan ;bagian-
bagianpadastruktur bangunan atasjembatanterdiriatasstrukturutama, system lantai,
system perletakan,sambungansiarmuai dan perlengkapan lainnya;strukturutama
bangunan atas jembatan dapat berbentuk pelat, gelagar, system rangka, gantung,
jembatan kabel (cable stayed) atau pelengkung.

Gambar 2 - Gelajar jembatan Baja

Menurut (Siswanto,1993 ), struktur atas jembatan adalah bagian-bagian jembatan


yang memindahkan beban-beban lantai jembatan kearah perletakan Struktur atas
terdiri dari : gelagar-gelagar induk, struktur tumpuan atau perletakan, struktur lantai
jembatan/kendaraan, pertambahan arah melintang dan memanjang.

Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang
meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan,
gaya rem, beban pejalan kaki, dll.

Struktur atas jembatan umumnya meliputi :

a. Trotoar, berfungsi sebagai tempat berjalan bagi para pejalan kaki yang melewati
jembatan agar tidak terganggu lalu lintas kendaraan. Konstruksi trotoar
direncanakan sebagai pelat beton yang diletakkan pada lantai jembatan bagian
samping yang diasumsikan sebagai pelat yang tertumpu sederhana pada pelat
jalan. Trotoar terbagi atas :
Gambar 3 - Trotoar

 Sandaran (Hand Raill), biasanya dari pipa besi, kayu dan beton bertulang.
Beban yang bekerja pada sandaran adalah beban sebesar 100 kg yang bekerja
dalam arah horisontal setinggi 0,9 meter.

Gambar 4 - Sandaran ( Hand Rail )

 Tiang sandaran (Raill Post) , biasanya dibuat dari beton bertulang untuk
jembatan girder beton, sedangkan untuk jembatan rangka tiang sandaran
menyatu dengan struktur rangka tersebut.
o Peninggian trotoar (Kerb),
o Slab lantai trotoar.
Gambar 5 - Tiang sandaran ( Rail Post )

b. Slab lantai kendaraan, berfungsi sebagai penahan lapisan perkerasan yang


menahan beban langsung lalu lintas yang melewati jembatan itu.
c. Gelagar (Girder), terdiri atas gelagar induk / memanjang dan gelagar melintang.
Gelagar induk atau memanjang merupakan komponen jembatan yang letaknya
melintang arah jembatan atau tegak lurus arah aliran sungai. Sedangkan, gelagar
melintang merupakan komponen jembatan yang letaknya melintang arah
jembatan.

Gambar 6 - Gelagar Baja

d. Balok diafragma, berfungsi mengakukan PCI girder dari pengaruh gaya melintang.
e. Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang),
f. Andas / perletakan, merupakan perletakan dari jembatan yang berfungsi untuk
menahan beban berat baik yang vertikal maupun horisontal. Disamping itu juga
untuk meredam getaran sehingga abutment tidak mengalami kerusakan.
g. Tumpuan (Bearing), karet jembatan yang merupakan salah satu komponen utama
dalam pembuatan jembatan, yang berfungsi sebagai alat peredam benturan antara
jembatan dengan pondasi utama.

2) Struktur Bawah (Substructures)

Menurut Departemen Pekerjaan Umum ( modul Pengantar Dan Prinsip – Prinsip


Perencanaan Bangunana Bawah / Pondasi Jembatan, 1988 ), fungsi utama bangunan
bawah adalah memikul beban – beban pada bangunan atas dan pada bangunan
bawahnya sendiri untuk disalurkan ke pondasi. Yang selanjutnya beban – beban
tersebut oleh pondasi disalurkan ke tanah.

Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban
lain yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan
pada tumpuan dsb. untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban
tersebut disalurkan oleh fondasi ke tanah dasar.

Struktur bawah jembatan umumnya meliuputi :

a. Pangkal jembatan (Abutment), merupakan bangunan yang berfungsi untuk


mendukung bangunan atas dan juga sebagai dinding penahan tanah. Bentuk
abutment dapat berupa abutment tipe T terbalik yang dibuat dari beton bertulang.
o Dinding belakang (Back wall),
o Dinding penahan (Breast wall),
o Dinding sayap (Wing wall), berfungsi untuk menahan tanah dalam arah tegak
lurus as jembatan ( penahan tanah ke samping ).
o Oprit, plat injak (Approach slab), merupakan jalan pelengkap untuk masuk ke
jembatan dengan kondisi disesuaikan agar mampu memberikan keamanan saat
peralihan dari ruas jalan menuju jembatan.
o Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
o Tumpuan (Bearing).
Gambar 7 - Abutment ( Pangkal Jembatan )

b. Pilar jembatan (Pier), terletak di tengah jembatan (di tengah sungai) yang memiliki
kesamaan fungsi dengan kepala jembatan yaitu mentransfer gaya jembatan rangka
ke tanah. Sesuai dengan standar yang ada, panjang bentang rangka baja, sehingga
apabila bentang sungai melebihi panjang maksimum jembatan tersebut maka
dibutuhkan pilar. Pilar terdiri dari bagian - bagian antara lain :
o Kepala pilar ( pierhead )
o Kolom pilar
o Pilecap

Gambar 8 - Pilar jembatan ( Pier )

c. Drainase, fungsi drainase adalah untuk membuat air hujan secepat mungkin
dialirkan ke luar dari jembatan sehingga tidak terjadi genangan air dalam waktu
yang lama. Akibat terjadinya genangan air maka akan mempercepat kerusakan
struktur dari jembatan itu sendiri. Saluran drainase ditempatkan pada tepi kanan
kiri dari badan jembatan ( saluran samping ), dan gorong - gorong.

Gambar 9 - Saluran Drainase

3) Fondasi

Macam – macam pondasi secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 10 - Macam-macam pondasi secara umum

Pondasi berfungsi untuk meneruskan beban-beban di atasnya ke tanah dasar. Pada


perencanaan pondasi harus terlebih dahulu melihat kondisi tanahnya. Dari kondisi
tanah ini dapat ditentukan jenis pondasi yang akan dipakai. Pembebanan pada
pondasi terdiri atas pembebanan vertikal maupun lateral, dimana pondasi harus
mampu menahan beban luar diatasnya maupun yang bekerja pada arah lateralnya.
Dalam pemilihan tipe pondasi secara garis besar ditentukan oleh kedalaman
tanah keras, karena untuk mendukung daya dukung tamah terhadap struktur
bangunan jembatan yang akan direncanakan. Alternatif tipe pondasi yang dapat
digunakan untuk perencanaan jembatan antara lain :

a. Fondasi telapak (spread footing), Pondasi telapak digunakan jika lapisan tanah
keras ( lapisan tanah yang dianggap baik mendukung beban ) terletak tidak jauh
(dangkal)dari muka tanah. Dalam perencanaan jembatan pada sungai yang masih
aktif, pondasi telapak tidak dianjurkan mengingat untuk menjaga
kemungkinan terjadinya pergeseran akibat gerusan.

Gambar 11 - Pondasi langsung pada abutment

b. Fondasi sumuran (caisson), Pondasi sumuran digunakan untuk kedalaman tanah


keras antara 2-5 m. Pondasi sumuran dibuat dengan cara menggali tanah
berbentuk lingkaran berdiameter > 80 m. penggalian secara manual dan mudah
dilaksanakan. Kemudian lubnag galian diisi dengan beton siklop (1pc : 2 ps : 3 kr)
atau beton bertulang jika dianggap perlu. Pada ujung pondasi sumuran
dipasang poer untuk menerima dan meneruskan beban ke pondasi secara merata.

o Open Caissons
Open caissons sering juga dinamakan wellfoundation. Dimaksudkan pondasi
sumuran dimana tidak ada penutup atas maupun bawah selama dalam
pelaksanaan. Gambar 12. Menunkukkan salah satu contoh well foundation yang
sering dilaksanakan untuk pondasi – pondasi di Indonesia.
Gambar 12 - Well Fondation

o Pneumatic Caissons
Pneumatic caisson adalah caisson dimana diperlengkapi dengan konstruksi
penutup didekat dasar caisson yang dapat diatur sedemikian rupa sehingga
pekerja – pekerja dapat melaksanakan penggalian tanah di dasar sumuran di
bawah konstruksi penutup tersebut. Pondasi ini kebanyakan dilaksanakan pada
jembatan dimana kondisi air sungainya sangat tinggi sehingga tidak mungkin
bias dibuat pembendung air (kistdam) secara tersendiri.

Gambar 13 - Pneumatic Fondation


Bentuk dan material fondasi sumuran :

Gambar 14 - Bentuk Fondasi Sumuran

c. Fondasi tiang (pile foundation)


o Tiang pancang kayu (Log Pile),

Gambar 15 - Tiang pancang kayu

o Tiang pancang baja (Steel Pile),


o Tiang pancang beton (Reinforced Concrete Pile),

Gambar 16 - Tiang pancang beton


o Tiang pancang beton prategang pracetak (Precast Prestressed Concrete Pile),
spun
o pile,
o Tiang beton cetak di tempat (Concrete Cast in Place), borepile, franky pile,
o Tiang pancang komposit (Compossite Pile).

4) Bangunan Pengaman / Pelengkap

Menurut(Siswanto, 1993),merupakan bangunan yang diperlukan untuk


pengamanan jembatan terhadap lalu lintas darat, lalu lintas air, penggerusan dan lain-
lain.

Bangunan pelengkap pada jembatan adalah bangunan yang merupakan pelengkap


dari konstruksi jembatan yang fungsinya untuk pengamanan terhadap struktur
jembatan secara keseluruhan dan keamanan terhadap pemakai jalan. Macam-macam
bangunan pelengkap:

a. Saluran Drainase
Terletak dikanan-kiri abutment dan di sisi kanan-kiri perkerasan jembatan.
Saluran drainase berfungsi untuk saluran pembuangan air hujan diatas jembatan,(
Lihat Gambar 9 )

b. Jalan Pendekat ( Optrit )


Menurut Pranowodkk(2007), jalan pendekat adalah struktur jalan yang
menghubungkan antara suatu ruas jalan dengan struktur jembatan; bagian jalan
pendekat ini dapat terbuat dari tanah timbunan,danmemerlukan pemadatan yang
khusus, karenaletak dan posisinya yang cukup sulit untuk dikerjakan, atau dapat
juga berbentuk struktur kaki seribu ( pile slab ), yang berbentuk pelat yang
disangga oleh balok kepala di atas tiang-tiang Permasalahan utama pada timbunan
jalan pendekat yaitu sering terjadinya penurunan atau deformasi pada ujung
pertemuan antara struktur perkerasan jalan terhadap ujung kepala jembatan. Hal
ini disebabkan karena (Admin,2009 ) :
Gambar 17 - Optrit
c. Talut

Talud mempunyai fungsi utama sebagai pelindung abutment dari aliran air
sehingga sering disebut talud pelindung terletak sejajar dengan arah arus sungai.

Gambar 18 – Talu
d. Guide Post / Patok penuntun
Patok Penuntun berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi kendaraan yang akan
melewati jembatan, biasanya diletakkan sepanjang panjang oprit jembatan.

Gambar 19 - Guide Post / Patok Penuntun


e. Lampu penerangan

Menurut Departement Pekerjaan Umum (1992) tentang spesifikasi lampu


penerangan jalan perkotaan, Lampu penerangan jalan adalah bagian dari bangunan
pelengkap jalan yang dapat diletakkan/dipasang di kiri/kanan jalan dan atau di
tengah ( di bagian median jalan ) yang digunakan untuk menerangi jalan maupun
lingkungan disekitar jalan yang diperlukan termasuk persimpangan jalan
(intersection), jalan laying (interchange, overpass, fly over), jembatan dan jalan di
bawah tanah (underpass, terowongan).

Gambar 20 - Lampu penerangan


f. Trotoar
Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan
lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan
kaki yang bersangkutan. Para pejalan kaki berada pada posisi yang lemah jika
mereka bercampur dengan kendaraan, maka mereka akan memperlambat aru lalu
lintas. Oleh karena itu, salah satu tujuan utama dari manajemen lalu lintas adalah
berusaha untuk memisahkan pejalan kaki dari arus kendaraan bermotor tanpa
menimbulkan gangguan-gangguan yang besar terhadap aksesibilitas dengan
pembangunan trotoar (Lihat gambar 3).
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMULAN

a. Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan


menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak
sama tinggi permukaannya. Secara umum suatu jembatan berfungsi untuk
melayani arus lalu lintas dengan baik. Dalam perencanaan dan perancangan
jembatan sebaiknya mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi,
persyaratan teknis dan estetika-arsitektural yang meliputi : Aspek lalu
lintas, Aspek teknis, Aspek estetika. (Supriyadi dan Muntohar, 2007).
b. Bagian-bagian jembatan:
Menurut Departement Pekerjaan Umum (Pengantar Dan Prinsip –
Prinsip Perencanaan Bangunan bawah / Pondasi Jembatan, 1988 ) Suatu
bangunan jembatan pada umumnya terdiri dari 6 bagian pokok, yaitu :
Keterangan :
1. Bangunan atas
2. Landasan ( Biasanya terletak pada pilar/abdument )
3. Bangunan Bawas ( memikul beban )
4. Pondasi
5. Optrit, ( terletak di belakang abdument )
6. Bangunan pengaman

Menurut ( Siswanto, 1993 ) : Bentuk dan bagian jembatan dapat dibagi


dalam 4 bagian utama, yaitu :

1. Struktur Atas
2. Struktur Bawah
3. Jalan pendekat
4. Bangunan pengaman

3.2 SARAN

Anda mungkin juga menyukai