Oleh:
UNIVERSITAS WARMADEWA
2023
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 SEJARAH
Jembatan merupakan struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan
seperti sungai, rel kereta apiataupun jalan raya. Jembatan dibangun untuk penyeberangan pejalan
kaki, kendaraan atau kereta api di atas halangan.Jembatan juga merupakan bagian dari infrastruktur
transportasi darat yang sangat vital dalam aliran perjalanan (traffic flows). Jembatan sering menjadi
komponen kritis dari suatu ruas jalan, karena sebagai penentu beban maksimum kendaraan yang
melewati ruas jalan tersebut.
Jembatan pertama yang dibuat dengan titian kayu untuk menyeberangi sungai. Ada juga
orang yang menggunakan dua utas tali atau rotan, yang diikat pada bebatuan di tepi sungai.
Seterusnya, batu digunakan, tetapi cuma sebagai rangka. Jembatan gerbang berbentuk melengkung
yang pertama dibuat semasa zaman Emperor Roma, dan masih banyak jembatan dan saluran air
orang Roma yang kenal hingga hari ini. Orang-orang Roma juga mempunyai pengetahuan, yang
mengurangkan perbedaan kekuatan batu yang berbeda. Jembatan bata dan mortar dibuat pada
zaman kaisar Romawi, karena sesudah zaman tersebut, teknologi pengetahuan telah hilang. Pada
Zaman Pertengahan, tiang-tiang jembatan batu biasanya lebih besar sehingga menyebabkan
kesulitan kepada kapal-kapal yang lalu-lalang di sungai tersebut.
Pada abad ke-18, mulai banyak pembaruan dalam pembuatan jembatan kayu oleh Hans
Ulrich, Johannes Grubenmann dan lain-lain. Dengan kedatangan Revolusi Industri pada abad ke-19,
sistem rangka (truss system) menggunakan besi untuk memajukan untuk pembuatan jembatan yang
lebih besar, tetapi besi tidak mempunyai kekuatan ketegangan (tensile strength) yang cukup untuk
beban yang besar. Apabila mempunyai kekuatan ketegangan yang tinggi, jembatan yang lebih besar
akan dibuat, kebanyakannya menggunakan idea Gustave Eiffel, yang pertama kali dipertunjukkan di
Menara Eiffel di Paris, Perancis. Yang sesuai digunakan untuk pembuatan jembatan yang panjang
karena ia mempunyai kekuatan kepada berat yang tinggi, tetapi konkrit pula mempunyai kos
penjagaan yang lebih murah. Jadi, selalunya "konkrit diperkuat" (reinforced concrete) digunakan -
kekuatan ketegangan konkrit yang lemah diisi oleh kabel tembaga yang ditanam di dalam konkrit itu.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Jembatan ?
2. Apa saja komponen Jembatan ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Agar mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui dan memahami apa yang dimaksud
dengan Jembatan Gantung.
2. Agar mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui apa saja komponen Jembatan Gantung.
1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah :
1. Menambah wawasan mahasiswa/mahasiswi tentang jenis – jenis jembatan.
2. Menambah wawasan mahasiswa/mahasiswi tentang jembatan gantung khususnya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu
rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain (jalan air atau jalan lalulintas
biasa). Jika jembatan itu berada di atas jalan lalulintas biasa maka biasanya dinamakan viaduct.
Menurut Ir. H.J. Struyk dan Prof. Ir. K.H.C.W. Van der Veen, jembatan dapat dibagi dalam
golongan – golongan seperti berikut :
a. Jembatan kayu, digunakan untuk lalulintas biasa pada bentangan kecil dan untuk jembatan
pembantu.
1. Jembatan yang sederhana dimana lantai kendaraannya langsung berada di atas gelagar –
gelagar. Untuk gelagar – gelagar itu dipergunakan gelagar – gelagar yang dikonstruir atau
gelagar – gelagar canai.
2. Jembatan – jembatan gelagar kembar, digunakan untuk lalulintas kereta api, dengan batang
rel diantara balok – balok.
3. Jembatan dengan pemikul lintang dan pemikul memanjang, gelagar induknya ialah gelagar
dinding penuh yang dikonstruir atau gelagar pekerjaan vak.
4. Jembatan pelengkungan.
5. Jembatan gantung
4
c. Jembatan – jembatan dari beton bertulang, dalam golongan ini termasuk juga jembatan –
jembatan yan gelagar – gelagarnya di dalam beton.
d. Jembatan batu, hampir tidak ada kecuali dipergunakan untuk lalulintas biasa.
b. Jembatan yang dapat berputar di atas poros mendatar juga termasuk poros – poros yang dapat
berpindah sejajar dan mendatar, seperti apa yang dinamakan jembatan – jembatan baskul
beroda.
c. Jembatan – jembatan yang dapat berputar di atas suatu poros tegak, atau jembatan – jembatan
putar.
1. Jembatan angkat.
2. Jembatan beroda.
Untuk jembatan – jembatan dalam golongan ini terutama digunakan konstruksi – konstruksi baja.
Dilaksanakan sebagai gelagar dinding penuh atau sebagai pekerjaan vak.
Pada umumnya jembatan dapat diklasifikasikan dalam 7 (tujuh) jenis yaitu :
5
Jembatan yang direncanakan untuk memikul beban lalu lintas kendaraan baik kendaraan
berat maupun ringan. Jembatan jalan raya ini menghubungkan antara jalan satu ke jalan
lainnya.
Jembatan yang dirancang khusus untuk dapat dilintasi kereta api. Perencanaan jembatan ini
dari jalan rel kereta api, ruang bebas jembatan, hingga beban yang diterima oleh jembatan
disesuaikan dengan kereta api yang melewati jembatan tersebut.
4. Jembatan air
6
Jembatan ini hanya digunakan untuk air dan dilintasi oleh perah maupun kapal.
5. Jembatan militer
Suatu jenis jembatan sederhana yang didesain untuk keperluan operasi militer. Jembatan ini
harus siap dalam bagian-bagian kecil agar dapat diangkut secara cepat setiap saat. Jembatan
militer harus dapat didirikan secara mudah dan cepat,dan ketika dipindahkan tidak perlu
dirakit kembali.
Jembatan yang digunakan untuk penyeberangan jalan. Fungsi dari jembatan ini yaitu untuk
memberikan ketertiban pada jalan yang dilewati jembatan penyeberangan tersebut dan
memberikan keamanan serta mengurangi faktor kecelakaan bagi penyeberang jalan.
7
2.1.4 Klasifikasi menurut bahan material yang digunakan
1. Jembatan kayu
Kayu merupakan bahan yang cukup kuat dan kaku untuk dijadikan sebagai bahan bangunan,
dan kayu juga relatif mudah dibentuk dan dipotong-potong sesuai keingginan. Namun dengan
semakin majunya teknologi dan pengetahuan tentang material, orang-orang beralih
menggunakan beton maupun baja dalam pembuatan infrastruktur khususnya jembatan
sehingga untuk saat ini sudah sulit ditemui jembatan yang terbuat dari kayu.
Berikut Kekurangan serta kelebihan Penggunaaan Kayu pada jembatan
Kelebihan :
a. Untuk membuat jembatan dengan bentang yang pendek, kayu lebih mudah dibentuk,
karena dapat dipotong-potong, sehingga pengerjaanya lebih mudah dibangdingkan dengan
pembuatan jembatan dari bahan beton atau baja.
b. Untuk beberapa jenis kayu tertentu, harga yang diperlukan untuk memperoleh kayu untuk
membuat jembatan (dengan bentang yang pendek) lebih murah daripada menggunakan
bahan beton maupun baja.
Kekurangan :
a. Karena kayu berasal dari alam kualitas bahan kayu sulit untuk dikontrol. Sering kita jumpai
cacat produk kayu gergajian baik yang disebabkan proses tumbuh maupun kesalahan akibat
olah dari produk kayu.
8
b. Dibanding dengan bahan beton dan baja, kayu memiliki kekurangan terkait dengan
ketahanan-keawetan. Kayu dapat membusuk karena jamur dan kandungan air yang
berlebihan, lapuk karena serangan hama dan lebih mudah terbakar jika tersulut api.
c. Tidak semua daerah mudah dalam memperoleh kayu dengan kualitas yang diinginkan.
2. Jembatan baja
Beberapa sifat yang dimiliki beton sehingga dapat dibandingkan dengan baja maupun kayu
sebagai material pembentuk bangunan jembatan adalah sebagai berikut.
Keamanan :
Material beton merupakan material yang aman jika dikaitkan dengan bahaya benturan/
impak, api dan angin. Hal ini berkaian dengan karakternya yang berat dan kaku, tanpa
diperlukan suatu perlakukan khusus, beton bahkan mempunyai ketahanan terhadap
temperatur yang sangat tinggi tanpa kehilangan kemampuan integritas strukturnya . Selain
itu, bangunan beton bertulang memiliki ketahanan yang cukup tinggi terhadap bahaya angin,
sebuah gedung yang dibangun dengan beton bertulang yang dicor ditempat mampu
menahan angin dengan kecepatan 200 mil /jam.
Dengan design yang baik, beton juga dapat memenuhi kriteria yang diharapkan untuk
keperluan ketahanan terhadap beban gempa misalnya untuk memenuhi faktor kekakuan dan
daktilitas.
Harga
Menurut Ed Alsamsam, (PCA’s manager of buildings and special structures) Secara umum,
harga material beton di dunia adalah relatif stabil, dimana fluktuasi harga material penyusun
9
beton tidak terlalu besar, bahkan fluktuasi harga baja tulangan untuk beton pun tidak terlalu
berpengaruh pada harga beton bertulang secara signifikan. Terutama untuk skala proyek
yang besar dan dalam jangka waktu panjang, prediksi rugi laba suatu kontrak proyek lebih
mudah diprediksi.
Fleksibilitas Design :
Mengingat sifat beton yang mudah dibentuk, berbagai tampilan sesuai selera dan seni dapat
dipenuhi. Berbagai bentuk struktur bangunan beton bisa mengakomodasi keinginan para
arsitek, sehingga banyak dijumpai sruktur gedung atau bangunan lain dengan nilai estetis
yang sangat tinggi.
Waktu pelaksaan :
Khusus untuk beton yang dicor ditempat, waktu pelaksanaan konstruksi relatif lebih panjang,
mulai dari pembuatan peracah dan acuan beton/bekisting, pemberian tulangan, pengecoran
dan perawatan beton memerlukan waktu yang cukup panjang sampai umur beton yang
cukup tercapai untuk dapat dilakukan pembongkaran perancah/steger. Beberapa bahan aditif
bisa ditambahkan untuk mempercepat proses pengeringan beton.
Beton prategang adalah beton yang diberi tegangan-tegangan internal agar dapat
mengurangi bahkan menghilangkan gaya tarik didalamnya. Beton yang digunakan pada
konstruksi ini umumnya adalah pracetak dan metode pemasangannya pun segmental,yaitu
tahap demi tahap setiap bentangnya.
Kelebihan
10
1. Terhindar dari keretakan.Tujuan menggunakan beton prategang sendiri untuk
menghindari jembatan dari keretakan pada beton maupun keseluruhan, maka dalam
beton diberikan tegangan agar dapat mengurangi daya tarik yang ada.
2. Kedap air dan kuat terhadap pergeseran. Kemampuan beton prategang ini membuatna
cocok untuk konstruksi pengairan.
3. Struktur lebih kecil. Beton prategang ini tulangannya lebih sedikit dibanding beton
konvensional,sehingga stukturnya pun lebih kecil dan langsing karena dibuat serta
dipasang secara effisien.
Kekurangan
2. Biaya lebih besar. Karena membutuhkan sumber daya manusia dan peralatan yang
khusus berarti membutuhkan biaya yang lebih besar, dan material yang digunakan
adalah material yang berkualitas tinggi sehinga berpengaruh pada biaya yang
dikeluarkan.
Masonry Bridge dan membangun jembatan bata terutama terbuat dari batu dan batu bata.
Untuk membuat sebuah jembatan konstruksi batu dan bata pada umumnya harus membuat
jembatan melengkung. Sebagai waktu pengembangan jembatan ini tidak lagi digunakan.
5. Jembatan komposit
11
kombinasi dua material atau lebih dengansifat bahan yang berbeda dan membentuk satukesa
tuan sehingga menghasilkan sifat gabungan yanglebih baik.Jembatan komposit yang umum di
gunakan adalahkombinasi antara bahan konstruksi baja denganbeton bertuang, yaitu dengan
mengkombinasikanbaja sebagai deck (gelagar)
dan beton bertulangsebagai plat lantai jembatan.
12
2.1.8 Klasifikasi menurut lokasi
1. Jembatan biasa
2. Jembatan viaduct
2. Jembatan sementara
3. Jembatan permanen
13
Bagian – bagian bangunan atas suatu jembatan terdiri dari :
1. Sandaran
Berfungsi untuk membatasi lebar dari suatu jembatan agar membuat rasa aman bagi lalu lintas
kendaraan maupun orang yang melewatinya, pada jembatan rangka baja dan jembatan beton
umumnya sandaran dibuat dari pipa galvanis.
2. Rangka Jembatan
Rangka jembatan terbuat dari baja profil seperti type WF, sehingga lebih baik dalam menerima
beban – beban yang bekerja secara lateral (beban yang bekerja tegak lurus terhadap sumbu batang).
3. Trotoar
Merupakan tempat pejalan kaki yang terbuat dari beton, bentuknya lebih tinggi dari lantai jalan atau
permukaan aspal. Lebar trotoar minimal cukup untuk dua orang berpapasan dan biasanya berkisar
antara 0,5 – 1,5 meter dan dipasang pada bagian kanan serta kiri jembatan. Pada ujung tepi trotoar
(kerb) dipasang lis dari baja siku untuk penguat trotoar dari pengaruh gesekan dengan roda
kendaraan.
4. Lantai Kendaraan
Merupakan lintasan utama yang dilalui kendaraan, lebar jalur kendaraan yang diperkirakan cukup
untuk berpapasan, supaya jalan kendaraan dapat lebih leluasa. Dimana masing – masing lajur
umumnya memiliki lebar 2,75 meter.
5. Gelagar Melintang
Berfungsi menerima beban lantai kendaraan, trotoar dan beban lainnya serta menyalurkannya ke
rangka utama.
7. Landasan / Perletakan
14
Landasan atau perletakan dibuat untuk menerima gaya – gaya dari konstruksi bangunan atas baik
secara horizontal, vertikal maupun lataeral dan menyalurkan ke bangunan di bawahnya, serta
mengatasi perubahan panjang yang diakibatkan perubahan suhu dan untuk memeriksa
kemungkinan rotasi pada perletakan yang akan menyertai lendutan dari struktur yang dibebani. Ada
dua macam perletakan yaitu sendi, rol dan elastomer.
Perletakan elastomer
Tumpuan elastomer dapat mengikuti perpindahan tempat ke arah vertikal dan horizontal dan rotasi
atau kombinasi gerakan – gerakan bangunan atas jembatan. Perletakan elastomer terbuat dari karet
alam dan pelat baja yang diikat bersatu selama vulkanisasi. Tersedia dalam bentuk sirkular dan
persegi. Perletakan persegi lebih hemat, tetapi bila perletakan memikul simpangan atau perputaran
dalam kedua arah secara bersamaan harus dipilih type sirkular. Elastomer merupakan bantalan
berlapis yang memikul beban – beban vertikal maupun horizontal dari gelagar jembatan sekaligus
berfungsi sebagai penyerap getaran.
1. Abutment
Abutment atau kepala jembatan adalah salah satu bagian konstruksi jembatan yang terdapat pada
ujung – ujung jembatan yang berfungsi sebagai pendukung bagi bangunan diatasnya dan sebagai
penahan tanah timbunan oprit. Konstruksi abutment juga dilengkapi dengan konstruksi sayap untuk
15
menahan tanah dengan arah tegak lurus dari as jalan. Bentuk umum abutment yang sering dijumpai
baik pada jembatan lama maupun jembatan baru pada prinsipnya semua sama yaitu sebagai
pendukung bangunan atas, tetapi yang paling dominan ditinjau dari kondisi lapangan seperti daya
dukung tanah dasar dan penurunan (seatlement) yang terjadi. Adapun jenis abutment ini dapat
dibuat dari bahan seperti batu atau beton bertulang dengan konstruksi seperti dinding atau tembok.
2. Pilar (Pier)
Pilar adalah suatu bangunan bawah yang terletak di tengah – tengah bentang antara dua buah
abutment yang berfungsi juga untuk memikul beban – beban bangunan atas dan bangunan lainnya
dan meneruskannya ke pondasi serta disebarkan ke tanah dasar yang keras. Beberapa hal yang
menjadi pertimbangan dalam menggunakan pilar pada suatu konstruksi jembatan antara lain
ditinjau dari :
- Bentang jembatan yang akan direncanakan.
Pada umumnya pilar jembatan dipengaruhi oleh aliran (arus) sungai, sehingga dalam perencanaan
perlu diperhatikan dari segi kekuatan dan keamanan dari bahan – bahan hanyutan dan aliran sungai
itu sendiri, maka bentuk dan penempatan pilar tidak boleh menghalangi aliran air terutama pada
saat banjir. Bentuk pilar yang paling ideal adalah elips dan dibentuk selangsing mungkin, sehingga
memungkinkan aliran sungai dapat mengalir lancar disekitar konstruksi. Beberapa macam bentuk
pilar :
3. Pondasi
Pondasi berfungsi untuk memikul beban di atas dan meneruskannya ke lapisan tanah pendukungnya
tanpa mengalami konsolidasi atau penurunan yang berlebihan. Adapun hal yang diperlukan dalam
perencanaan pondasi diantaranya :
- Daya dukung tanah terhadap konstruksi.
- Beban – beban yang bekerja pada tanah baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara umum jenis pondasi yang sering digunakan pada jembatan ada 3 (tiga) macam yaitu :
a) Pondasi langsung
16
b) Pondasi sumuran
Jenis elastomeric bearing pad ini paling cocok dipergunakan pada jembatan atau struktur yang tidak
memiliki ruang yang cukup besar untuk pemasangan elastomeric bearing pad. Selain itu elastomeric
bearing pad jenis ini memiliki kinerja yang cukup bagus untuk digunakan pada struktur jembatan
yang memiliki kelengkungan dan kemiringan serta membutuhkan kontrol arah dan rotasi yang tinggi
pula. Elastomeric bearing pad jenis ini dirancang untuk mengakomodasi beban vertical yang besar
melalui penerapan system piston dan bantalan karet yang terdapat di dalam pot bearing tersebut.
Jenis elastomeric bearing pad dengan satu atau lebih silinder / plug di tengah diberi nama sebagai
intibantalan karet yang memiliki fungsi sebagai sarana tambahan yang sangat efektif untuk meredam
saat terjadinya goncangan atau getaran yang sangat besar / ekstrim. Elastomeric bearing pad jenis
17
ini juga sangat membantu untuk mencegah terjadi kerusakan yang parah pada saat terjadi gempa
bumi dan pada saat menahan gelombang pasang maupun banjir.
18
Pin bearing is a fixed bearing that make room for rotation movement through the application of
steel pin. It has similar structure and component like rocker bearing apart from the bottom of pin
bearing which is flat and fixed to the concrete pier, as can be observed in Figure-4.
Both rocker and pin bearings are mainly employed in steel bridge structure. Rocker and pin bearing
should be considered when the bridge movement is adequately known and described, since such
bearings can make rooms for both translational and rotational movements in one direction only.
These bearings are likely to suffer deterioration and corrosion, so it is necessary to conduct regular
inspection and maintenance.
The former as shown in Figure-5 can accommodate both rotation and translation movement in
longitudinal direction and it is cheap to manufacture but its vertical load capacity is limited.
In contrary, the latter as shown in Figure-6 can make room for translation movement only and
rotation movement can be accommodated if rollers are combined with pin bearing. Multiple roller
bearings are expensive and support considerably large vertical loads.
19
Regular inspection and rehabilitation should be conducted since roller bearing are susceptible to
corrosion and damages.
2.4.1 Pembebanan
Dalam perencanaan pembebanan sebaiknya berdasarkan peraturan yang dikeluarkan Dirjen Bina
Marga Departemen Pekerjaan Umum yaitu RSNI T-02-2005 Standar Pembebanan Untuk Jembatan.
Standar ini menetapkan ketentuan pembebanan dan aksi – aksi lainnya yang akan digunakan dalam
perencanaan jembatan jalan raya termasuk jembatan pejalan kaki dan bangunan – bangunan
sekunder yang terkait dengan jembatan. Beban – beban, aksi – aksi dan metoda penerapannya
boleh dimodifikasi dalam kondisi tertentu, dengan seizin pejabat yang berwenang.
20
Butir – butir tersebut di atas harus digunakan untuk perencanaan seluruh jembatan termasuk
jembatan bentang panjang dengan bentang utama > 200 m.
a. Umum
1. Masa dari setiap bagian bangunan harus dihitung berdasarkan dimensi yang tertera dalam gambar
dan kerapatan masa rata – rata dari bahan yang digunakan.
2. Berat dari bagian – bagian bangunan tersebut adalah masa dikalikan dengan percepatan gravitasi
(g). Percepatan gravitasi yang digunakan dalam standar ini adalah 9,8 m/dt². Besarnya kerapatan
masa dan berat isi untuk berbagai macam bahan diberikan dalam tabel 2.3.
3. Pengambilan kerapatan masa yang besar mungkin aman untuk suatu keadaan batas, akan tetapi
tidak untuk keadaan yang lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut dapat digunakan faktor beban
terkurangi. Akan tetapi apabila kerapatan masa diambil dari suatu jajaran harga, dan harga yang
sebenarnya tidak bisa ditentukan dengan tepat, maka perencana harus memilih – milih harga
tersebut untuk mendapatkan keadaan yang paling kritis. Faktor beban yang digunakan sesuai
dengan yang tercantum dalam standar ini dan tidak boleh diubah.
4. Beban mati jembatan terdiri dari berat masing – masing bagian struktural dan elemen – elemen
non struktural. Masing masing berat elemen ini harus dianggap sebagai aksi yang terintegrasi pada
waktu menerapkan faktor beban biasa dan yang terkurangi. Perencana jembatan harus
menggunakan kebijaksanaannya di dalam menentukan elemen – elemen tersebut.
5. Tipe aksi, dalam hal tertentu aksi bisa meningkatkan respon total jembatan (mengurangi
keamanan) pada salah satu bagian jembatan, tetapi mengurangi respon total (menambah
keamanan) pada bagian lainnya.
- Tak dapat dipisah – pisahkan, artinya aksi tidak dapat dipisah ke dalam salah satu bagian yang
mengurangi keamanan dan bagian lain yang menambah keamanan (misalnya pembebanan “T”).
- Tersebar dimana bagian aksi yang mengurangi keamanan dapat diambil berbeda dengan bagian
aksi yang menambah keamanan (misalnya beban mati tambahan).
21
b. Berat sendiri
Tabel 2.2 Faktor beban untuk berat sendiri
Berat sendiri dari bagian bangunan adalah berat dari bagian tersebut dan elemen – elemen
struktural lain yang dipikulnya. Termasuk dalam hal ini adalah berat bahan dan bagian jembatan
yang merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen non struktural yang dianggap tetap.
Beban mati jembatan terdiri dari berat masing – masing bagian struktural dan elemen – elemen non-
struktural. Masing – masing berat elemen ini harus dianggap sebagai aksi yang terintegrasi pada
waktu menerapkan faktor beban biasa dan yang terkurangi. Perencana jembatan harus
menggunakan kebijaksanaannya didalam menentukan elemen – elemen tersebut.
22
Tabel 2.3 Berat isi untuk beban mati (KN/m³)
23
2. Ketebalan yang diizinkan untuk pelapisan kembali permukaan
Kecuali ditentukan lain oleh instansi yang berwenang, semua jembatan harus direncanakan untuk
bisa memikul beban tambahan yang berupa aspal beton setebal 50 mm untuk pelapisan kembal
dikemudian hari. Lapisan ini harus ditambahkan pada lapisan permukaan yang tercantum dalam
gambar. Pelapisan kembali yang diizinkan adalah merupakan beban nominal yang dikaitkan dengan
faktor beban untuk mendapatkan beban rencana.
BAB III
PENUTUP
24
3.1 Kesimpulan
1. Jembatan sering digunakan sebagai prasarana transportasi yang penting. Struktur
jembatan ini terdiri dari gabungan berbagai komponen struktural seperti pilar,
kabel dan dek jembatan. Dek jembatan yang diangkur pada pilar. Dengan demikian,
semua gaya-gaya gravitasi maupun lateral yang bekerja pada dek jembatan akan
ditransfer ke tanah melalui pilar.
2. Terdapat 2 Bagian konstruksi jembatan, yaitu bangunan atas (upper structure) yang
berhubungan dengan beban-beban lalu lintas yang bekerja, dan bangunan bawah
(substructure) yang berfungsi untuk menerima beban-beban bangunan atas dan
meneruskannya ke lapisan pendukung dibawahnya.
3.2 Saran
Dalam konstruksi jembatan haruslah memperhatikan setiap komponen dan faktor –
faktor teknisnya. Baik itu dari segi keamanan, kenyaman dan keekonomisannya.
Sehingga tidak hanya fokus pada kekuatannya saja.Dibutuhkan tenaga yang benar benar
ahli agar jembatan dapat berdiri secara efisien,efektif dan tahan terhadap gangguan
alam.
25