Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL

PERANCANGAN JEMBATAN
ROOF TRUSS DESIGN

Seleksi Anggota Gadjah Mada Building and Bridge 2019


Disusun oleh : Kelompok 3
Data Diri Peserta
A. DATA TIM
Nama Tim : Berani Cubo

Nama Jembatan : Thatcher Truss

B. DATA PESERTA

Nama Lengkap : Elsa Dahayu Satyandani


NIM : 18/425630/SV/1477
Jurusan : D4 Teknik Sipil

Nama Lengkap : Anggieta Risma Damayanti


NIM : 19/439775/TK/48505
Jurusan : S1 Teknik Sipil

Nama Lengkap : Aina Nurarifa


NIM : 19/439569/TK/48299
Jurusan : S1 Teknik Arsitektur

Ringkasan Eksekutif
Jembatan adalah salah satu infrastruktur yang berguna untuk
menghubungkan dua lokasi yang dipisahkan oleh adanya suatu
kondisi wilayah yang lebih rendah. Fungsi dari jembatan ini sangatlah
vital, maka dari itu, jembatan harus dibuat kuat agar mampu menahan
beban yang berada di atasnya.
Dalam proposal ini akan menjelaskan proses perencanaan suatu
jembatan dengan menggunakan permodelan. Permodelan jembatan
yang akan dibuat menggunakan material berupa kayu balsa dengan
bentang 60 cm, tinggi 10 cm, dan lebar 8 cm. Salah satu kelebihan
yang dimiliki oleh rancangan jembatan yang akan dijelaskan memiliki
berat yang ringan, namun dapat menahan beban seberat 10 kg dengan
nilai kelendutan yang aman. Hal yang melatarbelakangi pembuatan
jembatan ini yaitu seberapa pentingnya jembatan bagi manusia.
Jembatan sangat penting karena mempermudah akses transportasi di
daerah tersebut. Oleh karena itu, terciptalah ide untuk merancang
sebuah jembatan yang kokoh, dan efisien.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berguna
untuk menghubungan dua lokasi yang dipisahkan oleh adanya suatu
kondisi wilayah yang lebih rendah seperti lembah, danau, jalan raya
yang tidak sama ketinggian permukaannya, dan lain lain, sehingga
keberdayaannya sangat penting sebagai salah satu sarana infrastruktur
yang dapat meningkatkan kelancaran sistem transportasi darat dalam
sebuah pembangunan.
Keberhasilan dari membangun suatu jembatan bisa dilihat dari
segi kekokohannya, yaitu kemampuan suatu jembatan dalam memikul
objek objek yang bekerja di atas jembatan tersebut. Selain kekokohan,
ada beberapa aspek lain yang juga menjadi perhatian, yaitu estetika,
kenyamanan, keamanan, keawetan, dan segi ekonomis.
Sebelum pembangunan suatu jembatan direncanakan, perlu
dibuat permodelan dari jembatan tersebut untuk memastikan
perhitungan beban yang akan di tahan, teori teori yang melandasi
pembangunan jembatan tersebut dengan jembatan yang akan dibuat.
Oleh karena itu, permodelan suatu jembatan yang tepat akan
menghasilkan perencanaan pembangunan suatu jembatan yang tepat
juga.
Model jembatan yang akan direncanakan adalah model
jembatan Through Truss, dan material yang digunakan untuk
membuat model dari jembatan tersebut adalah kayu balsa. Kemudian,
diberikan beban yang menggantung pada tengah jembatan tersebut.
Berdasarkan hal hal tersebut, model jembatan yang akan direncanakan
akan dianalisis terlebih dahulu agar mendapat model yang paling
efisien serta kokoh.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan di latar belakang,
masalah utama dalam proposal ini adalah bagaimana cara membuat
jembatan kokoh tetapi ringan, yang mampu menahan beban rencana
yang digantung di tengah jembatan.
Detail permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimana merencanakan dan menganalisis suatu jembatan
yang kokoh namun ringan, dan mampu menahan beban rencana
yang telah ditentukan?
2. Berapa kelendutan yang akan dialami oleh jembatan tersebut?
3. Berapa waktu yang diperlukan untuk membuat permodelan
jembatan tersebut?

1.3. Tujuan
Perencanaan yang kita usulkan ini bertujuan untuk:
1. Merencanakan suatu desain rangka jembatan yang optimal
dari berbagai aspek dengan ketentuan yang sudah berlaku.
2. Memenuhi persyaratan seleksi tahap kedua Gadjah Mada
Building and Bridge Community.
BAB II
DESAIN MODEL JEMBATAN
A. Dasar Teori Jembatan
Jembatan adalah struktur yang berfungsi untuk menghubungkan
jalan yang terpisah oleh adanya penghalang atau rintangan, antara lain
sungai, jurang, saluran irigasi, jalan kereta api, jalan raya yang
melintang tidak sebidang, dan lain-lain. Supriyadi (2007)
menyebutkan bahwa perkembangan struktur jembatan sejalan dengan
waktu sejarah peradaban manusia, dimulai dengan jembatan sederhana
yaitu pohon yang tumbang dan melintas di atas sungai berkembang
hingga menjadi berbagai macam jenis jembatan saat ini.
Jembatan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Jembatan
merupakan suatu sistem transportasi untuk tiga hal (Supriyadi dan
Muthohar, 2007), yaitu:
a. Merupakan pengontrol kapasitas dari sistem,
b. Mempunyai biaya tertingi per mil dari sistem,
c. Jika jembatan runtuh, sistem akan lumpuh
Secara umum struktur jembatan dapat dibagi menjadi dua
bagian utama yaitu struktur atas (super structures), struktur bawah
(sub structures).
1. Struktur Atas Jembatan
Struktur atas jembatan merupakan bagian struktur dari
jembatan yang mana menerima beban langsung meliputi
berat sendiri, beban lalu lintas, beban mati tambahan dll.
Beban tersebut lalu disalurkan ke struktur bawah jembatan.
Struktur atas jembatan tersebut antara lain:
a.Trotoar
b. Pelat lantai kendaraan
c.Gelagar
d. Balok Diafragma
e.Ikatan Pengaku
2. Struktur Bawah Jembatan
Struktur bawah jembatan mepunyai fungsi untuk
menerima beban dari struktur atas dan beban lain yang dapat
ditimbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dll. Selanjutnya
beban tersebut disalurkan ke pondasi. Struktur bawah
jembatan tersebut antara lain:
a.Pangkal Jembatan (abutment)
b. Pilar Jembatan (Pier)
c.Pondasi (Foundation)

Bentuk dan Tipe Jembatan


Seiring dengan berjalannya waktu, jembatan pun mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu mengikuti dengan perkembangan
di bidang teknologi dan kemajuan peradaban manusia. Sampai pada
saat ini jembatan dapat diklasifikasikan dalam beberapa bentuk
struktur atas (Supriyadi dan Muthohar, 2007), antara lain :
1. Jembatan lengkung batu (stone arch bridge)
Jembatan pelengkung (busur) dari bahan batu telah
ditemukan pada masa lampau di masa Babylonia. Pada
perkembangannya jembatan jenis ini semakin banyak
ditinggalkan.
2. Jembatan rangka (truss bridge)
Jembatan rangka dapat terbuat dari bahan kayu atau
logam. Jembatan rangka kayu (wooden truss) termasuk tipe
klasik yang sudah banyak tertinggal mekanika bahannya.
Jembatan rangka kayu hanya terbatas mendukung beban yang
tidak terlalu besar. Pada perkembangannya setelah ditemukan
bahan baja, tipe rangka menggunakan rangka baja dengan
berbagai macam bentuk.
3. Jembatan gantung (suspension bridge)
Semakin majunya teknologi dan banyaknya tuntutan
kebutuhan transportasi, manusia mengembangkan tipe
jembatan gantung menggunakan kabel baja.
4. Jembatan beton (concrete bridge)
Beton telah banyak digunakan dalam dunia konstruksi.
Dewasa ini dengan kemajuan teknologi beton dimungkinkan
untuk memperoleh bentuk penampang beton yang seragam.
Bahkan dalam massa kini jembatan beton ini tidak hanya
beton bertulang konvensional saja tetapi telah dikembangkan
berupa jembatan prategang.
5. Jembatan haubans (cable stayed)
Jembatan tipe ini sangat baik digunkan untuk jembatan
bentang panjang. Kombinasi penggunaan kabel dan dek beton
prategang merupakan keunggulan jembatan ini.
Jenis jembatan dapat dibagi berdasarkan fungsi, lokasi dan bahan
konstruksi (Nasution, 2012), yaitu:
1. Berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan sebagai
berikut :
a. Jembatan jalan raya (highway bridge)
b. Jembatan jalan kereta api (railway bridge)
c. Jembatan pejalan kaki atau penyebrangan (pedestrian
bridge)
2. Berdasarkan lokasi, jembatan dapat dibedakan sebagai
berikut :
a. Jembatan diatas sungai atau danau
b. Jembatan diatas lembah
c. Jembatan diatas jalan yang ada (fly over)
d. Jembatan diatas saluran irigasi / drainase (culvert)
e. Jembatan di dermaga (jetty)
3. Berdasarkan bahan konstruksi, jembatan dapat dibedakan
sebagai berikut :
a. Jembatan kayu (log bridge)
b. Jembatan beton (concrete bridge)
c. Jembatan beton prategang (prestressed bridge)
d. Jembatan baja (steel bridge)
e. Jembatan komposit (composite bridge)
Jembatan Rangka
Menurut Suhendro (2000), struktur rangka umumnya berbentuk
elemen-elemen batang lurus yang terangkai dengan sambungan antar
ujung-ujung batang diasumsikan sebagai sendi sempurna. Bentuk
dasar dari rangkaian batang tersebut adalah segitiga berdasarkan
pertimbangan stabilitas struktur. Beban luar yang bekerja pada
struktur tersebut harus berada pada titik-titik buhul dan searah dengan
bidang strukturnya. Posisi tumpuan juga harus terdapat pada titik
buhul. Dengan demikian gaya-gaya batang yang terjadi hanya berupa
gaya-gaya aksial, baik tarik maupun tekan.
Jembatan rangka batang memiliki beberapa tipe struktur. Setiap
tipe yang dikembangkan para ahli memiliki karakteristik
masing-masing. Beberapa tipe yang banyak digunakan antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Tipe Warren
Jembatan rangka tipe warren dipatenkan oleh James
Warren dan Willoughby Theobald Monzani pada tahun 1848
di Britania Raya. Rangka jembatan Warren tersusun dari
segitiga sama kaki atau segitiga sama sisi dan tidak memiliki
batang vertikal. Struktur rangkanya terdiri dari batang
horizontal atas, batang horizontal bawah, dan batang diagonal.
Batang horizontal atas mengalami gaya tekan, batang
horizontal bawah mengalami gaya tarik sedangkan batang
diagonalnya sebagian mengalami gaya tekan dan sebagian
lainnya mengalami gaya tarik.
2. Tipe Pratt
Tipe jembatan rangka batang ini ditemukan oleh Thomas
dan Caleb Pratt pada tahun 1844. Jembatan rangka batang tipe
Pratt ini memiliki elemen diagonal yang mengarah ke bawah
dan bertemu pada titik tengah batang jembatan bagian bawah.
Elemen-elemen diagonal dari jembatan tipe Pratt menerima
tegangan tarik.
3. Tipe Howe
Tipe jembatan rangka batang Howe memiliki elemen
diagonal mengarah ke atas. Tipe ini merupakan kebalikan dari
tipe Pratt, dipatenkan oleh William Howe di Massachussetts,
Amerika Serikat pada tahun 1840.
4. Tipe K
Ide dari jembatan tipe K ini adalah memecah elemen
vertikal tipe Pratt menjadi bagian yang lebih kecil karena
batang vertikal tersebut mengalami tekan. Jembatan dengan
tipe K memiliki panjang elemen tekan lebih pendek sehingga
tahan terhadap buckling akibat gaya tekan. Yang menarik dari
struktur rangka tipe K ini adalah perubahan gaya tarik
menjadi tekan pada satu elemen yang sama yaitu pada batang
veritikal, hal ini membuat perancangan sambungan elemen
tersebut menjadi kompleks. (Boon, 2011).

B. Analisa Struktur
Desain jembatan kami menggunakan desain jembatan rangka
bertipe Warren. Pemodelan jembatan berupa jembatan rangka kayu.
Gambaran desain dapat dilihat pada Lampiran. Sketsa model rangka
jembatan ini dianalisis menggunakan bantuan software analisis
struktur SAP2000 dengan inputan data sebagai berikut :
a. Berat jenis material = 150 kg/m3
b. E (moludus elastisitas) = 3000 MPa
c. Beban = 10 kg
Desain jembatan yang dihasilkan pada perencanaan ini memiliki
beberapa kelebihan sebagai berikut :
1. Desain rangka jembatan ini sangat sederhana, dengan diberinya
beberapa
modifikasi agar mampu menahan beban yang bekerja maka
dengan
menggunakan desain ini tidak hanya kokoh dan stabil pada
struktur akan
tetapi juga mudah pelaksanaannya.
2. Meminimalisir batang ganda yang artinya mengefesiensikan
penggunaan
batang serta meminimalisir penggunaan sambungan yang
berlebih akibat
banyaknya batang yang bertumpuk
Massa Jembatan
1. 1 x 60 cm x 0.6 cm x 0.6 cm x 0.15 gram/cm3 = 3,24gram
2. 1 x 47 cm x 0.6 cm x 0.6 cm x 0.15 gram/cm3 = 2,5 gram
3. 7 x 10 cm x 0.6 cm x 0.6 cm x 0.15 gram/cm3 = 3,78 gram
4. 2 x 11,9 cm x 0.6 cm x 0.6 cm x 0.15 gram/cm3 = 1,2 gram
5. 1 x 60 cm x 0.6 cm x 0.6 cm x 0.15 gram/cm3 = 3,24gram
6. 1 x 47 cm x 0.6 cm x 0.6 cm x 0.15 gram/cm3 = 2,5 gram
7. 7 x 10 cm x 0.6 cm x 0.6 cm x 0.15 gram/cm3 = 3,78 gram
8. 2 x 11,9 cm x 0.6 cm x 0.6 cm x 0.15 gram/cm3 = 1,2 gram
9. 8 x 10 cm x 0.4 cm x 0.4 cm x 0.15 gram/cm3 = 1,9 gram
10. 9 x 8 cm x 0.4 cm x 0.4 cm x 0.15 gram/cm3 = 1,7 gram
11.4 x 8 cm x 0.4 cm x 0.4 cm x 0.15 gram/cm3 = 1,7 gram
12.4 x 8 cm x 0.4 cm x 0.4 cm x 0.15 gram/cm3 = 1,7 gram
13. 2 x 12 cm x 0.4 cm x 0.4 cm x 0.15 gram/cm3 = 0,5 gram
Total = 28,94 gram

Lendutan
Nilai lendutan = 0,157833 mm
Letak Lendutan = pada 70 mm
Kontrol lendutan = L/300 = 600/300
= 2 mm
Status = AMAN
BAB III
METODE PERAKITAN JEMBATAN

Langkah langkah membuat permodelan jembatan:


1. Menentukan ukuran dan material kayu yang akan digunakan
(kayu balsa) yang akan digunakan dalam membuat permodelan
jembatan. (+- 20 menit)
2. Buat desain jembatan pada AutoCad dengan skala yang sama
persis dengan yang akan kita buat. (+- 50menit)
3. Cetak hasil desain jembatan yang dibuat di AutoCad
(+- 10 menit)
4. Potong kayu balsa mengikuti ukuran model jembatan yang
sudah di cetak. (+- 60 menit)
5. Rakit kayu balsa yang sudah dipotong mengikuti hasil print
model jembatan yang sudah di cetak sebelumnya. (+- 50 menit)
6. Tunggu hingga lem mengering. (+- 60 menit)

Estimasi waktu : +- 250 menit


BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan proses perancangan dan analisis desain yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan hasil analisis, seluruh batang yang mengalami
gaya desak ataupun tarik dapat menahan gaya batang yang
bekerja.
2. Dari perencanaan dan analisis, model jembatan mampu
menahan beban yang disyaratkan.
3. Kelendutan yang dialami oleh jembatan termasuk dalam
status aman.
Demikian proposal ini kami ajukan. Besar harapan kami agar
dapat bergabung dengan Gadjah Mada Building and Bridge
Community.
Atas berbagai kesalahan yang masih terdapat pada
kelompok kami,kami mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya
dan berjanji agar selalu mengkoreksi pengetahuan dan skill kami
sehingga kami bisa terus belajar dan mengembangkan diri di
dalam Gadjah Mada Building and Bridge serta agar dapat
membawa nama baik Universitas Gadjah Mada di berbagai ajang
kompetisi.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai