Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MAKALAH JENIS JEMBATAN

Disusun Oleh :

Ahmad Badiuzzamani (135060107111041)

Dosen : R. Martin Simatupang, S.T.,M.T.,M.Sc.

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
JENIS-JENIS JEMBATAN

Pengertian Jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah
yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang
tidak sebidang dan lain-lain.
Jembatan dapat dibedakan berdasarkan berbagai jenis, bisa karena fungsinya, lokasinya,
bahan untuk membangun, maupun jenis struktur yang digunakan oleh jembatan. Pada tugas ini saya
akan membahas Jembatan berdasarkan struktur yang digunakan oleh jembatan, contohnya adalah
Truss Bridge, Girder Bridge, Arch Bridge, Suspension Bridge. Untuk pembahasan mengenai contoh
dari jenis Jembatan berdasarkan strukturnya adalah sebagai berikut:

1. Jembatan Rangka Batang (Truss Bridge)


Jembatan rangka batang biasa menggunakan material dari kayu dan baja, Keuntungan
jembatan rangka bermaterial Baja Sebagai Material Jembatan adalah sebagai berikut:
 Baja mempunyai kekuatan yang tinggi,
 Rendahnya biaya pemasangan.
 Ramah lingkungan, dapat menggantikan posisi kayu sebagai bahan konstruksi.
 Jadwal konstruksi yang lebih cepat, dan sebagainya
Rangka batang (truss) adalah struktur yang terdiri dari gabungan batang-batang yang
membentuk struktur berbentuk segitiga dan terhubung satu sama lain. Jembatan Rangka Batang
(Truss Bridge) terdiri dari dua rangka bidang utama yang diikat bersama dengan balok-balok
melintang dan pengaku lateral. Truss Bridge biasanya dipakai sebagai struktur pengaku untuk
jembatan gantung konvensional, karena memiliki kemampuan untuk dilalui angin (aerodinamis)
yang baik. Beratnya yang relatif ringan merupakan keuntungan dalam pembangunannya, dimana
jembatan bisa dirakit bagian demi bagian.

Gambar 1. Jembatan Rangka Batang Pelengkung


(Sumber: Google.com)
Kelebihan Jembatan Rangka Batang
 Gaya batang utama merupakan gaya aksial
 Dengan sistem badan terbuka (open web) pada rangka batang dimungkinkan menggunakan
tinggi maksimal dibandingkan dengan jembatan balok tanpa rongga.

Kelemahan Jembatan Rangka batang


 Efisiensi rangka batang tergantung dari panjang bentangnya, artinya jika jembatan rangka
batang dibuat semakin panjang, maka ukuran dari rangka batang itu sendiri juga harus
diperbesar atau dibuat lebih tinggi dengan sudut yang lebih besar untuk menjaga kekakuannya
(Sumber: Civil in Action, 26 April 2009)

2. Girder Bridge
Girder Bridge adalah jenis jembatan beton prategang, beton prategang adalah perpaduan
antara beton bermutu tinggi dan baja bermutu tinggi yang dicoba dipadukan dengan bantuan wire
strand agar beton dan baja dapat bekerja sama. Beton mampu menahan beban tekan sedangkan
untuk baja digunakan untuk menahan tarik, jadi untuk menyatukan beton dan baja yang bekerja
sendiri-sendiri maka dicobalah wire strand untuk memadukan kekuatan beton dan baja. Contoh
betuk dari girder untuk jembatan adalah sebagai berikut:
 Prestressed Concrete Box Girder (Gejayan Fly Over, Yogyakarta).
 Concrete I – Girder (Jembatan Ngawen, Gunung Kidul).
 Concrete T – Girder (Jembatan Brantan, Kulon Progo).
 Compossite Girder (Jembatan Bonjok, Kebumen, Jateng)

Sebagai contoh pembahasan digunakan Box Girder. Jembatan box girder adalah sebuah
jembatan dimana struktur atas jembatan terdiri dari balok-balok penopang utama yang berbentuk
kotak berongga. Bentuk penampang dari box girder umumnya adalah persegi atau trapesium dan
dapat direncanakan terdiri atas 1 sel atau banyak sel.

Gambar 2. Macam Bentuk Box Girder


(Sumber: Fadly Fauzie)

Keuntungan dari jembatan box girder yaitu ketahanan torsi yang lebih baik, bermanfaat untuk
aplikasi jembatan yang melengkung.
Jembatan box girder beton umumnya dipadukan dengan sistem prategang. Konsep prategang
adalah memberikan gaya tarik awal pada tendon sebagai tulangan tariknya serta memberikan
momen perlawanan dari eksentrisitas yang ada sehingga selalu tercipta tegangan total negatif baik
serat atas maupun bawah yang besarnya selalu dibawah kapasitas tekan beton.
Metode pelaksanaan jembatan box girder juga kompleks dan bervariatif tergantung dari
keadaan tanahnya, jenis tendon pratekannya apakah internal prestressing atau external
prestressing, tergantung juga lekatan kabel dengan beton apakah bonded ataukah unbounded,
pengaturan bentangan jembatan apakah menerus atau bentang sederhana, tinggi elemen box girder
apakah bervariasi atau constant serta proses pelaksanaan di lapangan apakah cor ditempat atau
pracetak.
Metode pelaksanaan yang umum digunakan adalah metode konvensional dengan perancah,
balance cantilever, atau kombinasinya, dan incremental launching.
(Fadly Fauzie, 2 Desember 2012)

Gambar 3. Contoh Jembatan Box Girder


(Sumber: Google.com)

3. Arch Bridge
Jembatan lengkung adalah struktur setengah lingkaran dengan abutmen di kedua sisinya. Desain
lengkung (setengah lingkaran) secara alami akan mengalihkan beban yang diterima lantai
kendaraan jembatan menuju ke abutmen yang menjaga kedua sisi jembatan agar tidak bergerak
kesamping.
Arch Bridge dibangun dengan batu sebelum jembatan besi dan baja diperkenalkan. Sebuah
contoh Bangsa Romawi menggunakan jembatan lengkung di seluruh Eropa dan banyak dari mereka
yang masih berdiri hari ini karena mereka sangat kuat.
Walaupun lengkung tidak mengalami gaya tarik yang membuat lengkung lebih efisien dari
jembatan balok. Bentuk melengkung dari struktur memungkinkan berat sendiri struktur disalurkan
ke pondasi sebagai gaya normal tekan tanpa lenturan. Hal ini sangat penting untuk material
pasangan batu dan beton yang memiliki kuat tekan relatif sangat tinggi, bahan tersebut juga
memiliki kekakuan yang sangat besar sehingga faktor tekukan akibat gaya aksial tekan tidak
menjadi masalah utama.
Kelebihan Jembatan Lengkung
 Tanpa gaya tarik yang diterima oleh lengkung memungkinkan jembatan lengkung bisa dibuat
lebih panjang dari jembatan balok.
 Nilai estetika tinggi namun memiliki struktur yang sangat kuat yang terbukti jembatan
lengkung Romawi kuno masih berdiri sampai sekarang.

Kekurangan Jembatan Lengkung


 Konstruksi jembatan lengkung lebih sulit, jembatan ini memerlukan metode pelaksanaan yang
cukup rumit karena struktur belum dikatakan selesai sebelum kedua bentang bertemu di tengah
bentang. Salah satu tekniknya dengan membuat "scaffolding" dibawah bentang untuk
menopang struktur sampai bertemu dipuncak.

Gambar 4. Contoh Arch Bridge


(Sumber: Google.com)

4. Suspension Bridge
Jembatan suspense memiliki gelagar utama yang terdiri dari kabel penggantung sebagai
pemikul beban yang di rentangkan melalui dua menara (pylon) dan juga merupakan jembatan
bentang panjang (long span bridge). Kabel yang merentangi jembatan ini perlu ditambah dengan
kuat di kedua belah ujung jembatan, karena sebagian besar beban di atas jembatan akan dipikul oleh
tegangan di dalam kabel utama ini. Jembatan seperti ini juga selalu menjadi suatu pemandangan
yang bagus. jembatan ini tidak sesuai untuk digunakan oleh kereta api karena akan melentur
disebabkan oleh beban kereta. (s)
Jenis jembatan ini pada awalnya digunakan dalam medan pegunungan. Daerah yang pertama
kali membangun jembatan jenis ini adalah di sekitar Tibet dan Bhutan. (Angga Putra, 12 Mei 2012)
jembatan Suspensi ini juga dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
a) Jembatan Suspensi Sederhana (Simple Suspension Bridge)
b) Underspanned Suspension Bridge
c) Stressed Ribbon Bridge
d) Suspended Deck Suspension Bridge
e) Self Anchored Suspension Bridge
A C

E
D

Gambar 5. Contoh Suspension Bridge


(Sumber: Google.com)

Anda mungkin juga menyukai