DISUSUN OLEH:
NAMA KELOMPOK:
1. IQBAL KRISNANTO : 16.11.1001.7311.095
2. DIMAS ABIMANYU : 16.11.1001.7311.115
3. SURYA SAPUTRO : 16.11.1001.7311.093
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TUJUH BELAS AGUSTUS 1945
2016
A. PENGERTIAN JEMBATAN
Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti
lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang
melintang tidak sebidang dan lain-lain.
Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe struktur sekarang ini
telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan kemajuan jaman dan teknologi, mulai
dari yang sederhana sampai pada konstruksi yang mutakhir.
Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara
lain :
1) Jembatan Rangka (Truss Brigde),
2) Jembatan kabel (cable stayed bridge),
3) Jembatan pelengkung (arch bridge),
4) Jembatan plat (slab bridge),
5) Jembatan gelagar (girder bridge),
6) Jembatan plat berongga (voided slab bridge),
7) Jembatan cantilever (cantilever bridge).
B. STRUKTUR JEMBATAN
Secara umum struktur jembatan dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu struktur atas dan
struktur bawah.
1) Struktur Atas (Superstructures)
Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat
sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban
pejalan kaki, dll.
Struktur atas jembatan umumnya meliputi :
a) Trotoar :
Sandaran dan tiang sandaran,
Peninggian trotoar (Kerb),
Slab lantai trotoar.
b) Slab lantai kendaraan,
c) Gelagar (Girder),
d) Balok diafragma,
e) Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang),
f) Tumpuan (Bearing).
Dalam perencanaan teknis jembatan perlu dilakukan survei dan investigasi yang
meliputi :
1) Survei tata guna lahan,
2) Survei lalu-lintas,
3) Survei topografi,
4) Survei hidrologi,
5) Penyelidikan tanah,
6) Penyelidikan geologi,
7) Survei bahan dan tenaga kerja setempat.
Hasil survei dan investigasi digunakan sebagai dasar untuk membuat rancangan teknis
yang menyangkut beberapa hal antara lain :
1) Kondisi tata guna lahan, baik yang ada pada jalan pendukung maupun lokasi
jembatan berkaitan dengan ketersediaan lahan yang ada.
2) Ketersediaan material, anggaran dan sumberdaya manusia.
3) Kelas jembatan yang disesuaikan dengan kelas jalan dan volume lalu lintas.
4) Pemilihan jenis konstruksi jembatan yang sesuai dengan kondisi topografi, struktur
tanah, geologi, hidrologi serta kondisi sungai dan perilakunya.
2.Analisis Data
Sebelum membuat rancangan teknis jembatan perlu dilakukan analisis data hasil
survei dan investigasi yang meliputi, antara lain :
1) Analisis data lalu-lintas.
Analisis data lalu-lintas digunakan untuk menentukan klas jembatan yang erat
hubungannya dengan penentuan lebar jembatan dan beban lalu-lintas yang
direncanakan.
2) Analisis data hidrologi.
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya debit banjir rancangan,
kecepatan aliran, dan gerusan (scouring) pada sungai dimana jembatan akan
dibangun.
3) Analisis data tanah.
Data hasil pengujian tanah di laboratorium maupun di lapangan yang berupa
pengujian sondir, SPT, boring, dsb. digunakan untuk mengetahui parameter tanah
dasar hubungannya dengan pemilihan jenis konstruksi fondasi jembatan.
4) Analisis geometri.
Analisis ini dimaksudkan untuk menentukan elevasi jembatan yang erat hubungannya
dengan alinemen vertikal dan panjang jalan pendekat (oprit).
Dasar utama penempatan jembatan sedapat mungkin tegak lurus terhadap sumbu
rintangan yang dilalui, sependek, sepraktis dan sebaik mungkin untuk dibangun di
atas jalur rintangan.
Beberapa ketentuan dalam pemilihan lokasi jembatan dengan memperhatikan kondisi
setempat dan ketersediaan lahan adalah sebagai berikut :
1) Lokasi jembatan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak menghasilkan
kebutuhan lahan yang besar sekali.
2) Lahan yang dibutuhkan harus sesedikit mungkin mengenai rumah penduduk
sekitarnya, dan diusahakan mengikuti as jalan existing.
3) Pemilihan lokasi jembatan selain harus mempertimbangkan masalah teknis yang
menyangkut kondisi tanah dan karakter sungai yang bersangkutan, juga harus
mempertimbangkan masalah ekonomis serta keamanan bagi konstruksi dan pemakai
jalan.
4.Bahan Konstruksi Jembatan
Efisiensi rangka batang tergantung dari panjang bentangnya, artinya jika jembatan
rangka batang dibuat semakin panjang, maka ukuran dari rangka batang itu sendiri
juga harus diperbesar atau dibuat lebih tinggi dengan sudut yang lebih besar untuk
menjaga kekakuannya, sampai rangka batang itu mencapai titik dimana berat sendiri
jembatan terlalu besar sehingga rangka batang tidak mampu lagi mendukung beban
tersebut.
1. Kayu relatif ringan, biaya transportasi dan konstruksi relatif murah, dan dapat
dikerjakan dengan alat yang sederhana
2. Pekerjaan-pekerjaan detail dapat dikerjakan tanpa memerlukan peralatan khusus
dan tenaga ahli yang tinggi
3. Jembatan kayu lebih populer menggunakan dek dari kayu sehingga
menguntungkan untuk lokasi yang terpencil dan jauh dari lokasi pembuatan beton
siap pakai (ready mix concrete). Dek kayu dapat dipasang tanpa bekisting dan
tulangan sehingga menghemat biaya
4. Kayu tidak mudah korosi seperti baja atau beton
Kuat tekan beton bertulang relatif lebih tinggi dari bahan lain konstruksi lain.
Memiliki ketahanan yang tinggi terhadap api dan air. Tidak berkarat karena air dan
pada kasus kebakaran dengan intensitas rata-rata, struktur dengan ketebalan penutup
beton tertentu hanya mengalami kerusakan pada permukaannya saja.
Struktur beton bertulang sangat kokoh.
Biaya pemeliharaan beton bertulang hampir sangat rendah
Kuat tarik yang sangat rendah karenanya diperlukan penggunaan tulangan tarik.
Waktu pengerjaan beton bertulang lebih lama.
Kualitas beton bertulang variatif bergantung pada kualifikasi para pembuatnya
6. Fly over
flyovers atau Jalan layang adalah jalan yang dibangun tidak sebidang melayang untuk
menghindari daerah/kawasan yang selalu menghadapi permasalahan kemacetan lalu
lintas, melewati persilangan kereta api untuk meningkatkan keselamatan lalu
lintas dan efisiensi, mengatasi hambatan karena konflik dipersimpangan, melalui
kawasan kumuh yang sulit ataupun melalui kawasan rawa-rawa.