Anda di halaman 1dari 21

TUGAS BESAR DRAINASE PERKOTAAN (TKS3606)

PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL UNISKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Drainase Perkotaan


Drainase yang berasal dari kata kerja “to drain” yang berarti
mengeringkan atau mengalirkan air, adalah terminologi yang digunakan untuk
menyatakan sistim-sistim yang berkaitan dengan penanganan masalah
kelebihan air, baik diatas maupun dibawah permukaan tanah.
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah
tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia.
Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan
tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase berperan penting untuk
mengatur suplai air demi pencegahan banjir. Pengertian drainase perkotaan
tidak terbatas pada teknik pembuangan air yang berlebihan namun lebih luas
lagi menyangkut keterkaitannya dengan aspek kehidupan yang berada di
dalam kawasan perkotaan.
Pemahaman secara umum mengenai drainase perkotaan adalah suatu
ilmu dari drainase yang mengkhususkan pengkajian pada suatu kawasan
perkotaan, yaitu merupakan suatu sistem pengeringan serta pengaliran air
genangan (banjir) akibat adanya hujan lokal (hanya terjadi di kota tersebut)
dari wilayah perkotaan yang meliputi pemukiman, kawasan industri dan
perdagangan, sekolah, serta tempat-tempat lainnya yang merupakan bagian
dari sarana kota, untuk kemudian dialirkan ke laut/saluran pengendali banjir,
termasuk penanganan genangan yang terjadi pada daerah perkotaan yang
mempunyai ketinggian muka tanah di bawah muka air laut maupun muka air
banjir pada saluran/sungai pengendali banjir.

2.2 Jenis Drainase


A. Menurut Sejarah Terbentuknya
1) Drainase Alamiah (Natural Drainase)
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-
bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton,

NOER RISYAD FARISI


NPM. 16.64.0126 3
TUGAS BESAR DRAINASE PERKOTAAN (TKS3606)
PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL UNISKA

gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air


yang bergerak karena grafitasi yang lambat laun membentuk jalan air
yang permanen seperti sungai.
2) Drainase Buatan (Arficial Drainage)
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga
memerlukan bangunan – bangunan khusus seperti selokan pasangan
batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya.
B. Menurut Letak Bangunan
1) Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)
Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi
mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan
analisa open chanel flow.
2) Drainase Bawah Permukaan Tanah (Subsurface Drainage)
Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan
melalui media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan
alasan-alasan tertentu. Alasan itu antara lain Tuntutan artistik, tuntutan
fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di
permukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman
dan lain-lain.
C. Menurut Fungsi
1) Single Purpose
Saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan, misalnya
air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya seperti limbah
domestik, air limbah industri dan lain – lain.
2) Multi Purpose
Saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan baik
secara bercampur maupun bergantian.
D. Menurut Konstruksi
1) Saluran Terbuka
Saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di
daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase

NOER RISYAD FARISI


NPM. 16.64.0126 4
TUGAS BESAR DRAINASE PERKOTAAN (TKS3606)
PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL UNISKA

air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/ mengganggu


lingkungan.
2) Saluran Tertutup
Saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran kotor (air
yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk saluran yang
terletak di kota/permukiman.

2.3 Pola Jaringan Drainase


A. Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari
pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada
di tengah kota.

Gambar 2.1 Pola Jaringan Drainase Siku

B. Pararel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran
cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi
perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.

Gambar 2.2 Pola Jaringan Drainase Pararel

NOER RISYAD FARISI


NPM. 16.64.0126 5
TUGAS BESAR DRAINASE PERKOTAAN (TKS3606)
PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL UNISKA

C. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluran-
saluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.

Gambar 2.3 Pola Jaringan Drainase Grid Iron

D. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar.

Gambar 2.4 Pola Jaringan Drainase Alamiah

E. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.

Gambar 2.5 Pola Jaringan Drainase Radial

NOER RISYAD FARISI


NPM. 16.64.0126 6
TUGAS BESAR DRAINASE PERKOTAAN (TKS3606)
PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL UNISKA

2.4 Aspek Hidrologi


2.4.1 Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi memiliki makna yang sama dengan siklus air karena
kata hidrologi artinya sama dengan air, hanya perbedaan kosakata saja.
Siklus air adalah suatu siklus yang terjadi di lingkungan perairan dan hal ini
tidak akan berhenti atau terus berjalan. Siklus hidrologi diartikan sebagai
proses air dari atmosfer ke bumi, lalu air akan kembali lagi ke atmosfer dan
begitu seterusnya.

Gambar 2.6 Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi tak hanya ada dengan tujuan untuk mempertahankan


ketersediaan air, namun siklus ini juga menjaga intensitas hujan. Tak hanya
itu saja, siklus air juga menjaga suhu dan cuaca yang ada di bumi agar
semuanya tetap teratur. Siklus air juga akan membantu keseimbangan
ekosistem yang ada di bumi sehingga semua lingkup kehidupan akan
berjalan tanpa hambatan.
Sesuai dengan namanya, siklus hidrologi tentunya memiliki proses yang
panjang agar dapat terus berlangsung tanpa terhenti. Siklus hidrologi
mempunyai sembilan tahapan yaitu evaporasi sebagai tahap pertama lalu
diikuti oleh transpirasi, evapotranspirasi dan sublimasi serta kondensasi.
Tahap selanjutnya ialah tahap adveksi, tahap presipitasi dan tahap run off
serta yang terakhir tahap infiltrasi. Siklus hidrologi terdiri dari :

NOER RISYAD FARISI


NPM. 16.64.0126 7
TUGAS BESAR DRAINASE PERKOTAAN (TKS3606)
PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL UNISKA

A. Siklus Pendek (Kecil)


Siklus pendek adalah proses peredaran atau daur ulang air dengan urutan
sebagai berikut.
1) Penguapan air laut karena pemanasan matahari di permukaan laut.
2) Air laut mengalami perubahan bentuk menjadi gas.
3) Terjadi kondensasi.
4) Pembentukan awan.
5) Turun hujan.
6) Hujan jatuh di permukaan air laut.
Siklus pendek menghasilkan hujan di atas permukaan air laut.
B. Siklus Sedang
Siklus sedang adalah proses peredaran atau daur ulang air dengan urutan
sebagai berikut.
1) Penguapan air laut.
2) Kondensasi.
3) Angin menggerakkan uap air menuju daratan.
4) Pembentukan awan.
5) Turun hujan di daerah daratan.
6) Air hujan akan mengalir kembali ke laut melalui sungai.
C. Siklus Panjang (Besar)
Siklus panjang adalah proses peredaran atau daur ulang air dengan
urutan sebagai berikut.
1) Penguapan.
2) Sublimasi.
3) Terbentuk awan yang mengandung kristal es.
4) Angin menggerakan kristal es ke daratan.
5) Turun hujan es ( hujan salju).
6) Pembentukan gletser.
7) Gletser yang mencair membentuk aliran sungai.
8) Air sungai mengalir menuju laut.

NOER RISYAD FARISI


NPM. 16.64.0126 8
TUGAS BESAR DRAINASE PERKOTAAN (TKS3606)
PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL UNISKA

2.4.2 Karakteristik Hujan


Hujan umumnya berupa jatuhan butir – butir air hasil dari proses
kondensasi dari udara di lapisan atmosfer ke permukaan bumi yang
merupakan salah satu planet di tata surya. Beberapa karakteristik hujan yang
menjadi aspek hidrologi, antara lain :
A. Durasi
Durasi hujan adalah lama kejadian hujan (menitan, jam-jaman, harian)
diperoleh terutama dari hasil pencatatan alat pengukur hujan otomatis.
Dalam perencanaan drainase durasi hujan ini sering dikaitkan dengan
waktu konsentrasi, khususnya pada drainase perkotaan diperlukan durasi
yang relatif pendek, mengingat akan lamanya genangan.
B. Intensitas
Intensitas adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau
volume hujan tiap satuan waktu. Besarnya intensitas hujan berbeda-beda,
tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya.
Intensitas hujan diperoleh dengan cara melakukan analisis data hujan
baik secara statistik maupun secara empiris.
C. Lengkung Intensitas
Lengkung intensitas hujan adalah grafik yang menyatakan hubungan
antara intensitas hujan dengan durasi hujan, hubungan tersebut
dinyatakan dalam bentuk lengkung intensitas hujan dengan kala ulang
hujan tertentu. Lengkung intensitas biasa disebut juga Kurva IDF
(Intensitas-Durasi-Frekuensi).
D. Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air
dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang
ditentukan di bagian hilir suatu saluran.

NOER RISYAD FARISI


NPM. 16.64.0126 9
TUGAS BESAR DRAINASE PERKOTAAN (TKS3606)
PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL UNISKA

Gambar 2.7 Waktu Konsentrasi


Pada prinsipnya waktu konsentrasi dapat dibagi menjadi :
1) Inlet time (to) : waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
atas permukaan tanah menuju saluran drainase.
2) Conduit time (td) : waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
sepanjang saluran sampai titik kontrol yang ditentukan di bagian
hilir.
Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus :
tc = to + td
Lama waktu mengalir di dalam saluran (td) ditentukan dengan rumus
sesuai dengan kondisi salurannya. Untuk saluran alami, sifat-sifat
hidroliknya sukar ditentukan, maka td dapat ditentukan dengan
menggunakan perkiraan kecepatan air seperti tabel di bawah.

Tabel 2.1 Kecepatan untuk Saluran Alami

Waktu konsentrasi besarnya sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh


faktor-faktor sebagai berikut.
1) Luas daerah pengaliran.

NOER RISYAD FARISI


NPM. 16.64.0126 10
TUGAS BESAR DRAINASE PERKOTAAN (TKS3606)
PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL UNISKA

2) Panjang saluran drainase.


3) Kemiringan dasar saluran.
4) Debit dan kecepatan aliran.

2.4.3 Hujan Kawasan


Penentuan hujan kawasan pada suatu Daerah Aliran Sungai
menggunakan data curah hujan. Data tersebut bersumber dari stasiun
pengamatan dan pengukuran curah hujan harian pada suaru kawasan.
Stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman (tinggi) hujan di titik
di mana stasiun tersebut berada, sehingga hujan pada suatu luasan harus
diperkirakan dari titik pengukuran tersebut. Apabila pada suatu daerah
terdapat lebih dari satu stasiun pengukuran yang ditempatkan secara
terpencar, hujan yang tercatat di masing-masing stasiun dapat tidak sama.
Dalam analisis hidrologi sering diperlukan untuk menentukan hujan rerata
pada daerah tersebut. Terdapat 3 metode, antara lain :
1. Metode Aritmatik (Aljabar)
Metode ini adalah metode yang paling sederhana. Pengukuran dengan
metode ini dilakukan dengan merata-ratakan hujan di seluruh DAS.
Stasiun hujan yang digunakan untuk menghitung dengan metode ini
adalah yang berada di dalam DAS, akan tetapi stasiun yang berada di
luar DAS dan jaraknya cukup berdekatan masih bisa diperhitungkan.
Metode aljabar ini memberikan hasil yang tidak teliti, metode ini
memberikan hasil yang cukup baik jika penyebaran hujan merata, serta
hujan tidak terlalu bervariasi. Hujan DAS dengan cara ini dapat
diperoleh dengan persamaan :
1
R= ( R1 + R2 + R3 + … + Rn)……….(1)
𝑛
Dimana :
R = Curah hujan daerah (mm)
n = Jumlah titik-titik pengamatan
Rn = Curah hujan di tiap titik pengamatan (mm)

NOER RISYAD FARISI


NPM. 16.64.0126 11
TUGAS BESAR DRAINASE PERKOTAAN (TKS3606)
PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL UNISKA

2. Metode Poligon Thiessen


Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang
mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS
dianggap bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun
yang terdekat, sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun mewakili
luasan tersebut. Metode ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan
di daerah yang ditinjau tidak merata, pada metode ini stasium hujan
minimal yang digunakan untuk perhitungan adalah tiga stasiun hujan.
Hitungan curah hujan rata-rata dilakukan dengan memperhitungkan
daerah pengaruh dari tiap stasiun. Metode poligon Thiessen banyak
digunakan untuk menghitung hujan rata-rata kawasan. Poligon Thiessen
adalah tetap untuk suatu jaringan stasiun hujan tertentu. Apabila terdapat
perubahan jaringan stasiun hujan seperti pemindahan atau penambahan
stasiun, maka harus dibuat lagi poligon yang baru. (Triatmodjo, 2008).

A1 P1  A2 P2  ....  An Pn
P
A1  A2  .....  An ……….(2)
Dimana :
P = Rata rata curah hujan wilayah (mm)
P1,P2,...Pn = curah hujan masing masing stasiun (mm)
A1,A2,...An = luas pengaruh masing masing stasiun (km2)
3. Metode Isohiet
Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman
hujan yang sama. Pada metode Isohyet, dianggap bahwa hujan pada
suatu daerah di antara dua garis Isohyet adalah merata dan sama dengan
nilai rata-rata dari kedua garis Isohyet tersebut. Metode Isohyet
merupakan cara paling teliti untuk menghitung kedalaman hujan rata-
rata di suatu daerah, pada metode ini stasiun hujan harus banyak dan
tersebar merata, metode Isohyet membutuhkan pekerjaan dan perhatian
yang lebih banyak dibanding dua metode lainnya. (Triatmodjo, 2008).
𝐴 𝑃 𝑃 𝑃 𝑃2 𝑃𝑛+ 𝑃
1(1+ 2 )+ 𝐴2 ( 1+ )+ ………..+ 𝐴𝑛 ( 𝑛+1 )
2 2 2
𝑃= ............ (3)
𝐴1 + 𝐴2 + ……+ 𝐴𝑛

NOER RISYAD FARISI


NPM. 16.64.0126 12
TUGAS BESAR DRAINASE PERKOTAAN (TKS3606)
PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL UNISKA

Dengan :
P = Rata rata curah hujan wilayah (mm)
P1,P2,...Pn = Curah hujan masing masing isohyet (mm)
A1,A2,...An = Luas wilayah antara 2 isohiet (km2)

2.4.4 Curah Hujan Rencana


Curah Hujan Rencana adalah hujan harian maksimum yang akan
digunakan untuk menghitung intensitas hujan. Curah Hujan Rencana
dihitung berdasarkan distribusi curah hujan harian maksimum selama
(minimal) 10 tahun berturut –turut.
Frekuensi hujan adalah besaran kemungkinan suatu besaran hujan
disamai atau dilampaui. Sebaliknya, periode ulang adalah waktu hipotetik
dimana hujan dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui.
Analisa frekuensi curah hujan dapat dilakukan dengan cara, antara lain:
1. Menghitung Simpangan Baku (Standar Deviasi)
Standar deviasi adalah besar perbedaan dari nilai sampel terhadap nilai
rata-rata. Rumus untuk menghitung standar deviasi adalah sebagai
berikut.

……….(4)
Dimana :
S = Standar deviasi
Xi = Nilai varian ke i
𝑋 = Nilai rata-rata varian
n = jumlah data
2. Menghitung Koefesien Kemencengan / Skewness (CS)
Kemencengan (skewness) adalah suatu nilai yang menunjukkan derajat
ketidak simestrisan dari suatubentuk distribusi. Rumus untuk
menghitung skewness adalah sebagai berikut.

……….(5)

NOER RISYAD FARISI


NPM. 16.64.0126 13
TUGAS BESAR DRAINASE PERKOTAAN (TKS3606)
PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL UNISKA

Dimana :
CS = Koefisien skewness
S = Standar Deviasi
Xi = Nilai varian ke i
𝑋 = Nilai rata-rata varian
n = jumlah data
3. Menghitung Koefisien Kurtosis (CK)
Pengukuran kurtosis dimaksud untuk mengukur keruncingan dari bentuk
kurva distribusi, yang umumnya dibandingkan dengan distribusi normal.
Rumus untuk menghitung kurtosis adalah sebagai berikut.

……….(6)
Dimana :
CK = Koefisien kurtosis
S = Standar Deviasi
Xi = Nilai varian ke i
𝑋 = Nilai rata-rata varian
n = jumlah data
Analisa Pengujian Kecocokan Sebaran dilakukan untuk menguji
kecocokan distribusi frekuensi sampel data terhadap fungsi distribusi
peluang yang diperkirakan dapat menggambarkan atau mewakili distribusi
frekuensi tersebut. Pengujian parameter yang sering dipakai, antara lain :
1. Chi-Kuadrat (Chi-Square)
Uji Chi-kuadrat dimaksudkan untuk menentukanapakah persamaan
distribusi yang akan dipilih dapatmewakili distribusi statistik sampel
data yang dianalisis.Analisa dapat diterima jika nilai Chi Kuadrat
terhitung < Chi-Kuadrat Kritis.

……….(7)
Dimana :
Xh2 = Parameter chi-kuadrat terhitung
G = Jumlah sub kelompok

NOER RISYAD FARISI


NPM. 16.64.0126 14
TUGAS BESAR DRAINASE PERKOTAAN (TKS3606)
PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL UNISKA

Oi = Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok i


Ei = Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok i
Penentuan Jumlah sub kelompok (G) G = 1 + 3,322 Log n
Penentuan Derajat Kebebasan (DK) DK = G – (P + 1)
Dimana nilai P untuk untuk distribusi normal dan binomial = 2
sedangkan untuk distribusi gumbel dan poisson = 1
Menghitung nilai teoritis :
𝑛
Ei = …………(8)
𝐺
Menghitung interval kelas :
𝑋𝑚𝑎𝑥−𝑋𝑚𝑖𝑛
X = ……….(9)
𝐺−1

Xawal = Xmin – 0,5X


Xakhir = Xmax + 0,5X
2. Smirnov-Kolmogorov
Uji kecocokan Smirnov Kolgomorov sering disebut juga uji
kecocokannon parametrik, karena pengujiannya tidak menggunakan
fungsi disribusi. Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
 Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan
besarnya peluang dari masing-masing data tersebut.
X1 = P(X1)X2 = P(X2)X3 = P(X3), dan seterusnya.
 Urutkan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil
penggambarandata (persamaan distribusinya).
X1 = P’(X1)X2 = P’(X2)X3 = P’(X3), dan seterusnya.
 Dari kedua nilai peluang tersebut, tentukan selisih tersebarnya
antarpeluang pengamatan dengan peluang teoritis.
D = maksimum (P(Xn) - P’(Xn))
 Berdasarkan tabel nilai kritis (Smirnove-Kolmogorov test) tentukan
harga Do.

NOER RISYAD FARISI


NPM. 16.64.0126 15
TUGAS BESAR DRAINASE PERKOTAAN (TKS3606)
PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL UNISKA

Tabel 2.2 Nilai Kritis Do


Derajat Kepercayaan, a
n 0.2 0.1 0.05 0.01
5 0.45 0.51 0.56 0.67
10 0.32 0.37 0.41 0.49
15 0.27 0.3 0.34 0.4
20 0.23 0.26 0.29 0.36
25 0.21 0.24 0.27 0.32
30 0.19 0.22 0.24 0.29
35 0.18 0.2 0.23 0.27
40 0.17 0.19 0.21 0.25
45 0.16 0.18 0.2 0.24
50 0.15 0.17 0.19 0.23
n > 50 1.07/n 1.22/n 1.36/n 1.693/n

Analisis distribusi curah hujan harian maksimum yang akan terjadi


selama periode ulang tertentu dapat diperkirakan dengan berbagai macam
metode, antara lain :
1. Metode Distribusi Normal
Rumus untuk perhitungan Distribusi Normal adalah sebagai berikut.

……….(10)
Dimana :
XT = Curah hujan rencana (mm/hari)
𝑋 = Nilai rata-rata varian
KT = Faktor frekuensi (Nilai variable reduksi Gauss)
S = Standar Deviasi
2. Metode Log Normal
Rumus untuk perhitungan Log Normal adalah sebagai berikut.
log X dari debit, kemudian dimasukkan ke persamaan:
̅ + KT.S……….(11)
YT = 𝒀
3. Metode Log Pearson Type III
Distribusi Log Pearson Tipe III digunakan untuk analisis variable
hidrologi dengan nilai varian minimum misalnya analisis frekuensi
distribusi dari debit minimum (low flows). Rumus untuk perhitungan
Log Pearson Type III adalah sebagai berikut.

..........(12)

NOER RISYAD FARISI


NPM. 16.64.0126 16
TUGAS BESAR DRAINASE PERKOTAAN (TKS3606)
PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL UNISKA

Pemilihan metoda perhitungan curah huajn maksimum dimaksudkan


untuk memilih metoda yang paling sesuai dalam memperkirakan besarnya
curah hujan harian maksimum yang terjadi dalam periode ulang hujan
tertentu.
Tabel 2.3 Nilai variable reduksi Gauss

No Periode ulang, T (tahun) Peluang KT


1 1.001 0.999 -3.05
2 1.005 0.995 -2.58
3 1.010 0.990 -2.33
4 1.050 0.950 -1.64
5 1.110 0.900 -1.28
6 1.250 0.800 -0.84
7 1.330 0.750 -0.67
8 1.430 0.700 -0.52
9 1.670 0.600 -0.25
10 2.000 0.500 0
11 2.500 0.400 0.25
12 3.300 0.300 0.52
13 4.000 0.250 0.67
14 5.000 0.200 0.84
15 10.000 0.100 1.28
16 20.000 0.050 1.64
17 50.000 0.020 2.05
18 100.000 0.010 2.33
19 200.000 0.005 2.58
20 500.000 0.002 2.88
21 1000.000 0.001 3.09

2.5 Aspek Hidrolika


2.5.1 Fluida
Fluida adalah iatilah yang digunakan untuk menyebut segala jenis zat
yang dapat mengalir. Baik itu dalam bentuk cairan ataupun gas, selama bisa
mengalir maka akan di sebut fluida. Hampir semua bentuk air dan gas
disebut fluida. Karena zat cair dan gas memiliki sifat fisik yang sama, yaitu
dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain. Contoh fluida yang
paling sederhana adalah air dan udara. Fluida dapat dibagi lagi menjadi :

NOER RISYAD FARISI


NPM. 16.64.0126 17
TUGAS BESAR DRAINASE PERKOTAAN (TKS3606)
PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL UNISKA

A. Fluida Statis
Fluida Statis adalah fluida yang berada dalam fase tidak bergerak (diam)
atau fluida dalam keadaan bergerak tetapi tak ada perbedaan kecepatan
antar partikel fluida tersebut atau bisa dikatakan bahwa partikel-partikel
fluida tersebut bergerak dengan kecepatan seragam sehingga tidak
memiliki gaya geser. Tekanan Hidrostatis adalah tekanan yang terjadi di
bawah air. Tekanan hidrostatis disebabkan oleh fluida tak bergerak.
Tekanan hidrostatis yang dialami oleh suatu titik di dalam fluida
diakibatkan oleh gaya berat fluida yang berada di atas titik tersebut.
Persamaan dari tekanan hidrostatis, yaitu :
P =  g h ……….(13)
Dimana :
P = Tekanan hidrostatis (N/m2 atau Pa)
 = massa jenis fluida (kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
h = Kedalaman titik dari permukaan fluida (m)
B. Fluida Dinamis
Fluida dinamis adalah fluida (bisa berupa zat cair, gas) yang bergerak.
Untuk memudahkan dalam mempelajari, fluida disini dianggap steady
(mempunyai kecepatan yang konstan terhadap waktu), tak termampatkan
(tidak mengalami perubahan volume), tidak kental, tidak turbulen (tidak
mengalami putaran-putaran). Besaran-besaran dalam fluida dinamis,
antara lain :
1) Debit Aliran
Jumlah volume fluida yang mengalir persatuan waktu. Persamaan
yang digunakan adalah sebagai berikut.
𝑉
Q= ………. (14)
𝑡
Dimana :
Q = debit aliran (m3/s)
V = volume (m3)
t = selang waktu (s)

NOER RISYAD FARISI


NPM. 16.64.0126 18
TUGAS BESAR DRAINASE PERKOTAAN (TKS3606)
PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL UNISKA

2) Persamaan Kontinuitas
Karena fluida tidak mampu dimampatkan (inkompresibel), maka
aliran fluida di sembarang titik sama. Jika ditinjau dari dua tempat,
maka debit aliran 1 sama dengan debit aliran 2. Persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Q1 = Q2
A1 v1 = A2 v2 ………..(15)
Dimana :
Q = Debit aliran (m3/s)
v = Kecepatan aliran fluida (m/s)
A = Luas penampang (m2)
3) Hukum Bernoulli
Hukum Bernoulli adalah hukum yang berlandaskan pada hukum
kekekalan energi yang dialami oleh aliran fluida. Hukum ini
menyatakan bahwa jumlah tekanan (p), energi kinetik per satuan
volume, dan energi potensial per satuan volume memiliki nilai yang
sama pada setiap titik sepanjang suatu garis arus. Jika dinyatakan
dalam persamaan menjadi :
P1 + 1/2v12 + gh1 = P2 + 1/2v22 + gh2 ……….(16)
Dimana :
P = Tekanan air (Pa)
 = massa jenis fluida (kg/m3)
v = Kecepatan aliran fluida (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
h = Ketinggian air (m)

2.5.2 Dasar Hidrodinamika


Mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan gerakan aliran air seperti;
debit, kecepatan, percepatan, kekasaran, gesekan, kekentalan, gravitasi
kondisi aliran, enersi aliran dan lain-lain.

NOER RISYAD FARISI


NPM. 16.64.0126 19
TUGAS BESAR DRAINASE PERKOTAAN (TKS3606)
PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL UNISKA

A. Saluran terbuka
Saluran terbuka adalah bentuk saluran yang sisi bagian atasnya terbuka
ke atmosfer. Pergerakan pada saluran terbuka disebabkan oleh gaya
gravitasi,dan umumnya mempunyai daya hidrostatis yang terdistribusi
dan selalu turbulen. Kecepatan aliran dalam saluran terbuka dalam
praktek sehari-harinya, dilakukan dengan menggunakan persamaan-
persamaan empiris hasil percobaan. Persamaan-persamaan yang penting
bagi saluran terbuka ini yaitu :
1) Persamaan Chezy
Oleh seorang insinyur Perancis Antoine Chezy pada tahun 1769
yang dikenal dengan persamaan Chezy.
v = C √𝑅 𝑆………..(17)
Dimana :
v = Kecepatan aliran (m/s)
C = Koefisien resistan Chezy
S = Kemiringan dari garis energi gradien (m/m)
Dengan catatan bahwa aliran harus seragam, S harus sama dengan
kemiringan dasar saluran.
2) Persamaan Strickler
v = k R2/3 S1/2……………(18)
Dimana :
v = Kecepatan aliran (m/s)
k = Koefisien Strickler
R = Jari-jari hidrolis (m)
S = Kemiringan dari garis energi gradien (m/m)
3) Persamaan Manning
Pada tahun 1889 seorang insinyur Irlandia, Robert Manning
mengemukakan sebuah persamaan yang sangat dikenal sebagai
persamaan Manning.
1
v= R2/3 S1/2 …………….(19)
𝑛
Dimana :
v = Kecepatan aliran (m/s)

NOER RISYAD FARISI


NPM. 16.64.0126 20
TUGAS BESAR DRAINASE PERKOTAAN (TKS3606)
PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL UNISKA

n = Harga kekasaran Manning


R = Jari-jari hidrolis (m)
S = Kemiringan dari garis energi gradien (m/m)
B. Saluran tertutup
Saluran tertutup adalah yang adalah saluran yang seluruh sisinya ditutup
tidak ada kontak angsung dengan tekanan atmosfer tetapi hanya dengan
tekanan hidrolis. Persamaan aliran dalam saluran tertutup menggunakan
persamaan Hazen William (dipergunakan untuk pipa  mm ≥ 50 mm).
Q = 0,27853 C-0,38 D2,63 h0,54 L-0,54 …………..(20)
Dimana :
Q = debit atau aliran ( m3/det)
D = diameter pipa (m)
C = koefisien kecepatan
h = kehilangan tekanan
L = panjang pipa (m)

2.5.3 Saluran Paling Ekonomis


Menurut asalnya saluran dapat digolongkan atas saluran alam dan
saluran buatan. Saluran alam meliputi semua saluran air yang terdapat secara
alamiah di bumi. Sedangkan saluran buatan dibentuk oleh manusia.
Penampang saluran buatan biasanya direncanakan berdasarkan bentuk dari
geometris yang umum.
1. Saluran Trapesium
Penampang saluran dikatakan ekonomis apabila pada debit aliran
tertentu luas penampang saluran minimum dengan R maksimum atau P
minimum. Untuk saluran trapesium, penampang ekonomis dapat
dihitung sebagai berikut :

Gambar 2.8 Saluran Trapesium

NOER RISYAD FARISI


NPM. 16.64.0126 21
TUGAS BESAR DRAINASE PERKOTAAN (TKS3606)
PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL UNISKA

Luas Penampang :
A = y (B + my) …………(21)
Keliling Basah :
P = B + 2y √1 + 𝑚2 …………(22)
Jari-jari Hidrolis :
A
R= ………..(23)
P
2. Saluran Segiempat
Perencanaan saluran dengan model segiempat banyak dipilih untuk
drainase di daerah perkotaan besar. Hal ini dikarenakan saluran dengan
model segiempat ini mempunyai dua kelebihan yaitu memiliki nilai
estetika dan cocok untuk lahan yang terbatas. Untuk saluran segiempat
dapat dihitung sebagai berikut :

Gambar 2.9 Saluran Segiempat


Luas Penampang :
A = By ……….(24)
Keliling Basah :
P = B + 2y ………(25)
Jari-jari Hidrolis :
A
R= ……….(26)
P
Untuk saluran segiempat ekonomis didapat :
Luas Penampang :
A = 2y2 ………….(27)
Keliling Basah :
P = 4y ………..(28)
Jari-jari Hidrolis :
A
R= ………(29)
P

NOER RISYAD FARISI


NPM. 16.64.0126 22
TUGAS BESAR DRAINASE PERKOTAAN (TKS3606)
PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL UNISKA

3. Saluran Setengah Lingkaran


Bentuk atau model saluran model setengah lingkaran merupakan
perencanaan saluran terbaik ketiga setelah penampang segiempat dan
trapesium. Model ini mampu menampung debit air yang banyak dan
juga dindingnya kuat. Kapasitas penampung debit airnya hampir sama
dengan penampang segiempat dan trapesium. Model ini dapat dipilih
jika lahan yang tersedia sempit dan anggaran juga sedikit. Jika dilihat
dari kemampuannya dalam menampung air, model setengah lingkatran
ini lebih banyak jika dibandingkan dengan segiempat dan trapesium.
Namun dalam prakteknya, model ini sangat sulit untuk dibuat. Oleh
karena itu model trapesiumlah yang menjadi pilihan yang bayak
digunakan dalam pembuatan saluran. Untuk saluran setengah lingkaran
dapat dihitung sebagai berikut :

Gambar 2.10 Saluran Setengah Lingkaran


Luas Penampang :
A = ½ r2 …………..(30)
Keliling Basah :
P = r……….(31)
Jari-jari Hidrolis :
A
R = …….. (32)
P

NOER RISYAD FARISI


NPM. 16.64.0126 23

Anda mungkin juga menyukai