Anda di halaman 1dari 6

TYIAE

APAINAEE HEPKOTAAN





OAEH :
AMOPIN EOPIANO MENEZEE
0606010003





0YPYEAN TEKNIK EIHIA
uAKYATAE EAINE AAN TEKNIK
YNIEPEITAE NYEA XENAANA
KYHANI
DRAINASE PERKOTAAN AMORIN SORIANO MENEZES - 0606010003
Halaman | 1

2009
DRAINASE PERKOTAAN AMORIN SORIANO MENEZES - 0606010003
Halaman | 2

DRAINASE PERKOTAAN DAN PERMASALAHAN
YANG DIALAMINYA



Kota merupakan pusat segala aktifitas kehidupan. Oleh karenanya, kota harus menyediakan
fasilitas-fasilitas yang mendukung keberlangsungan aktifitas kehidupan tersebut, seperti
prasarana perumahan, industri, perkantoran, pasar, jalan/terminal/stasiun untuk transportasi
dan sebagainya. Kondisi demikian memerlukan lahan yang cukup dan sarana prasarana
pendukung yang memadai, termasuk didalamnya penyediaan air bersih, sistem drainase, dan
saluran pembuangan limbah. Ketiga hal ini menjadi satu kesatuan yang harus terintegrasi dalam
sistem pengelolaan air di kota.
Dari ketiga system pengelolaan air di kota tersebut system drainase merupakan system
yang paling banyak menemui masalah, karena system ini kadang diabaikan dalam perencanaan
kota, padahal system ini juga mempunyai peranan yang tidak kala pentingnya dengan kedua
system yang lain.
Ditinjau dari asal katanya, drainase berasal dari bahasa Inggris drainage yang
mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, sistem
drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi
dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat
difungsikan secara optimal.
Sistem drainase perkotaan merupakan suatu sistem jaringan drainase yang berkelanjutan
untuk menampung limpasan air hujan dan mengalirkannya ke saluran drainase primer (sungai),
dimana saluran drainase harus tersambung (tidak ada yang putus) dan mampu menampung debit
limpasan yang ada.
Bangunan sistem drainase terdiri dari: saluran penerima (interceptor drain), saluran
pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain), dan
badan air penerima (receiving waters). Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya
seperti gorong-gorong, siphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air, bangunan
terjun, kolam tando, dan stasiun pompa.
Tujuan dibangunnya prasarana saluran drainase perkotaan antara lain untuk menjamin
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat; melindungi alam dan lingkungan seperti tanah, kualitas
udara dan kualitas air; menghidari bahaya, kerusakan materil, kerugian dan beban-beban lain
yang disebabkan oleh amukan limpasan banjir; memperbaiki kualitas lingkungan; dan juga untuk
konservasi sumber daya air.
Sedangkan fungsi dari drainase perkotaan sendiri antara lain untuk mengeringkan daerah
yang tergenang dari genangan air; mengendalikan akumulasi limpasan air hujan yang berlebihan;
mengendalikan erosi, kerusakan jalan dan bangunan-bangunan.

Penyebab Timbulnya Permasalahan Drainase Perkotaan.
Drainase kota yang buruk selama ini sering dijadikan penyebab terjadinya banjir
oleh air hujan di kota. Permasalah drainase perkotaan bukanlah masalah yang sepele. Banyak
faktor yang mempengaruhinya. Beberapa penyebab masalah dalam drainase perkotaan, antara
lain : (1). Manajemen sampah yang kurang baik yang memberi kontribusi percepatan
pendangkalan /penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi
berkurang, sehingga tidak mampu menampung debit yang terjadi, sehingga air meluap dan
terjadilah genangan. (2). Meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat, akibat
dari pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkatan jumlah penduduk selalu diikuti oleh
DRAINASE PERKOTAAN AMORIN SORIANO MENEZES - 0606010003
Halaman | 3

penambahan infrastruktur perkotaan, disamping itu peningkatan penduduk juga selalu diikuti
oleh peningkatan limbah, baik limbah cair maupun sampah. (3). Penurunan tanah yang
disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan, yang mengakibatkan beberapa bagian
kota berada dibawah muka air laut pasang sehingga menyebabkan intrusi air laut. (4).
Perkembangan kota-kota besar yang menyebabkan peningkatan beban air yang harus dikeringkan
dari wilayah sekitarnya dan hal ini juga ditambah dengan penutupan lahan yang berlebihan
sehingga konsentrasi air hujan yang masuk kedalam tanah berkurang drastis. (5). Peningkatnya
aktifitas ekonomi yang terkonsentrasi di pusat kota, mengakibatkan padatnya bangunan dan
memperkecil lahan kosong sebagai peresapan air hujan dan menjadi penyebab utama terjadinya
banjir/genangan. Hal itu juga menjadi penyebab berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH)
sebagai kawasan tangkapan dan resapan air serta semakin banyaknya kawasan parkir air yang
hilang berupa situ, danau, dan rawa. (6). Tata ruang yang menetapkan pembagian wilayah
kawasan seperti permukiman, industri, pelabuhan, perkantoran, perkotaan dan pasar, sepertinya
hanya di atas kertas karena kenyataan di lapangan sering terjadi beralih fungsi yang akhirnya
akan merusak ekosistem lingkungan. (7). Pada kota-kota yang dikelilingi sungai, perubahan-
perubahan penampang sungai yang diakibatkan oleh penembokan tepian sungai untuk berbagai
kepentingan dan pembuangan sampah yang merubah kualitas air di sungai menyebabkan sungai
tidak mampu lagi menjalankan perannya sebagai sistem drainase alamiah untuk pengentasan
banjir/genangan. Selain itu banyak juga sungai-sungai yang beralih fungsi menjadi tempat
pembuangan sampah, sehingga sungai-sungai yang seharusnya menjadi sistem drainase alamiah
kota menjadi kehilangan fungsinya. (8). Pemukiman bantaran sungai juga merupakan salah satu
pemicu rusaknya sistem drainase perkotaan, karena pertumbuhan pemukiman bantaran sungai
yang semakin tua dan semakin semrawut, disebabkan oleh kurang jelasnya orientasi tata ruang
kota dan minimnya rasa tanggungjawab pemerintah terhadap pentingnya bantaran sungai untuk
menunjang sistem pengendalian banjir/genangan. (9). Rusaknya atau tidak berfungsinya
bangunan-bangunan drainase buatan, dengan tertutupnya pintu kontrol drainase oleh jalan semen
menuju halaman rumah atau ruko. Limbah makanan yang dibuang di saluran drainase
mengendap yang menyebabkan saluran drainase menjadi dangkal, yang sulit dikontrol karena
pada umumnya bagian atas drainase ditutup dengan semen sebagai akses jembatan/jalan.
Padahal, penutupan drainase seperti itu menyalahi aturan bangunan dan memanfaatkan lahan
pemerintah untuk kepentingan pribadi. Selain itu, meninggikan tanah untuk
bangunan/pemukiman yang akan mengubah topografi sehingga banyak air yang terperangkap
tidak dapat mengalir ke saluran/sungai. (10). Tidak adanya koordinasi yang baik antar semua
pihak sebagai pelaku pembangunan sehingga terjadi sistem tambal sulam pelaksanaan
pembangunan sarana dan prasarana yang ada, misalnya sering dijumpai pembongkaran jalan
yang diakibatkan pemasangan pipa-pipa air bersih, telpon dan lain-lain yang menyebabkan
struktur jalan berubah dan menyebabkan aspal jalan rapuh dan terbawa ke dalam saluran dan
mengendap di saluran menjadi sedimentasi. Hal ini menyebabkan saluran menjadi dangkal dan
kehilangan fungsinya. Hal ini juga bisa menyebabkan air dari jalan tidak bisa masuk kedalam
saluran yang diakibatkan karena perbedaan posisi saluran dan jalan.


Solusi Penanganan Masalah Drainase Perkotaan
Banjir yang terus terjadi hampir setiap tahun di daerah daerah perkotaan menuntut agar
penyebab timbulnya masalah drainase perkotaan untuk segera diselesaikan. Penanganan masalah
drainase perkotaan dapat ditempuh dengan beberapa cara berikut : (1). Diadakan penyuluhan
akan pentingnya kesadaran membuang sampah pada tempatnya dan tidak membuang sampah
pada saluran drainase, sebab hal itu dapat mengakibatkan saluran drainase tersumbat dan tidak
dapat bekerja sebagaimana mestinya (2). Dibuat bak pengontrol serta saringan, agar sampah yang
masuk ke saluaran drainase dapat dibuang dengan cepat agar tidak mengendap dan
DRAINASE PERKOTAAN AMORIN SORIANO MENEZES - 0606010003
Halaman | 4

mengakibatkan penyumbatan yang lebih parah. (3). Pembuatan aturan tentang larangan
membuang sampah sembarangan terutama tentang larangan membuang sampah ke saluran
saluran drainase, dan mulai memberikan sanksi-sanksi bagi masyarakat yang membuang sampah
maupun limbah rumah tangga ke saluran drainase atau membuang sampah tidak pada tempatnya
agar masyarakat mengetahui pentingnya menjaga saluran saluran drainase. Keberadaan
peraturan daerah harus diiringi dengan penerapan sanksi yang tegas. (4). Peningkatan daya guna
air, sehingga dapat meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi lingkungan. (5).
Mengelolah limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan,
menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan. (6). Merubah pola hidup dan pola
pikir dari masyarakat maupun pihak-pihak yang berwenang dalam pembangunan kota bahwa
perlu adanya kerjasama dalam merencanakan pembangunan sistem tata kota dari semua pihak
yang terkait. (8). Perlunya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan saluran-saluran drainase
yang ada dengan tidak membuang sampah dan limbah rumah tangga ke dalam saluran drainase
dan sungai, serta menjaga keasrian lingkungannya sekitarnya dengan pemahaman bahwa wilayah
sekitar sebagai bagian dari dalam diri masing-masing. Selain itu dari pihak perwenang juga perlu
peningkatan pemantauan dan evaluasi dari saluran-saluran drainase kota dan sungai-sungai yang
ada. (9). Yang perlu diperhatikan selain penanganan secara teknis, perlu juga disatukan
pemikiran yang terintegritas dari setiap pihak yang terkait. Salah satu kerjasama adalah dalam
penyusunan tata ruang dan rencana wilayah yang melibatkan semua instansi, misalnya dalam
pembangunan jalan maka perlu dipersiapkan sarana dan prasarana untuk membangunan pipa-
pipa PDAM atau kabel-kabel PLN dan lain sebagainya, dengan memikirkan secara bersama dan
terintegritas maka sistem tambal sulam kepentingan dapat dihindari. (10). Penanganan sistem
drainase perkotaan tidak hanya dipandang bias (makro), tetapi terbagi-bagi dalam beberapa
wilayah mikro. Saluran-saluran yang telah ada memerlukan penanganan perawatan dan evaluasi
untuk mengembalikan dan meningkatkan fungsi saluran-saluran drainase tersebut.

Sistem Drainase Perkotaan dan Upaya Pelestarian Air Tanah
Sebagian besar kota-kota di Indonesia saat ini hampir pasti mengalami
permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air. Pada musim kemarau
terjadi pengurangan pasokan air bersih, baik yang berasal dari air tanah maupun dari
jaringan air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM/PAM). Bila musim hujan datang,
permasalahan yang sering muncul di perkotaan adalah banjir dan tanah longsor terutama pada
kota-kota yang berbukit dan rawan tanah longsor, serta ketersediaan air bersih, terutama bagi
masyarakat yang masih menggunakan sumur terbuka di daerah banjir.
Berkurangnya cadangan air tanah ini salah satu penyebabnya karena adanya eksploitasi
air tanah yang berlebihan, khususnya oleh industri-industri. Pemanfaatan air tanah ini seringkali
tak terkendali karena memang sangat sulit untuk mengendalikannya. Sedangkan pasokan air dari
PDAM/PAM juga terbatas oleh debit sumber-sumber air yang digunakan baik sumber air tanah
maupun air sungai/waduk yang telah diolah. Air sungai/waduk sering kali mengalami penurunan
debit yang cukup drastis pada musim kemarau, apalagi kebutuhan air bersih diperkotaan yang
meningkat cukup pesat seiring bertambahnya jumlah penduduk.
Penggundulan hutan dan menyempitnya daerah tangkapan air pada daerah aliran sungai
(DAS) juga merupakan salah satu penyebab berkurangnya cadangan air. Masalah limbah-limbah
industri yang mencemari air sungai/waduk, memaksa, untuk mendapatkan air bersih masih
diperlukan pengolahan lanjutan.
Oleh karena itu, permasalahan-permasalahan dalam pengelolaan sumber daya air di
perkotaan ini memerlukan perhatian yang serius bagi pengambil kebijakan pembangunan
perkotaan, dan diharapkan tidak dilakukan secara parsial atau terpisah-pisah. Dibutuhkan suatu
program yang pengelolaan yang menyeluruh, sehingga keberlangsungan pasokan air di
perkotaan dapat terpenuhi sepanjang tahun. Konsep pengelolaan air perkotaan paling tidak
DRAINASE PERKOTAAN AMORIN SORIANO MENEZES - 0606010003
Halaman | 5

















harus mengacu pada konsep pembangunan yang telah digagas oleh United Nation
Enviromental Program (UNEP) yakni pembangunan berkelanjutan. Pembangunan
berkelanjutan mendasarkan pada konsep memadukan pembangunan dengan konservasi, dimana
pembangunan yang tetap menghormati, peduli dan memelihara komunitas dalam kehidupan
lingkungan, serta tetap berusaha memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup.
Pembangunan berkelanjutan dalam perkotaan menghendaki kebijakan pengelolaan
yang terintegrasi antar beberapa bagian yang mendukung pembangunan di perkotaan. Upaya
penanggulangan masalah banjir dan ketersediaan air bersih di perkotaan harus tetap
memperhatikan upaya-upaya konservasi bagi penyediaan cadangan air.
Drainase kota yang buruk selama ini sering dijadikan penyebab terjadinya banjir oleh air
hujan di kota, sehingga terkadang secara parsial, penanggulangan masalah banjir hanya
tertumpu pada upaya memperbanyak saluran-saluran drainase. Padahal perencanaan drainase
kota saat ini tidak boleh hanya menganut konsep pematusan atau pengaliran air saja, tetapi
juga harus menganut konsep konservasi air perkotaan.
Sejalan dengan kecenderungan masyarakat akan kelestarian lingkungan yang semakin
menguat, sehingga dalam pengelolaan drainase pada daerah perkotaan telah timbul pemikiran
dan usaha untuk merubah konsep dan prinsip-prinsip penanganan drainase perkotaan cara lama
yaitu mengalirkan air secepatnya keluar dari daerah pengaliran, harus diubah dengan cara baru,
salah satunya yaitu yang dengan menerapkan prinsip sistem drainase resapan.
Prinsip sistem dalam drainase resapan adalah mengendalikan kelebihan air permukaan
sedemikian rupa sehingga air permukaan dapat mengalir secara terkendali dan lebih banyak
mendapat kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Dengan debit pengaliran yang terkendali
dan semakin bertambahnya air hujan yang dapat meresap ke dalam tanah, maka kondisi air tanah
akan semakin baik dan dimensi struktur bangunan/prasarana drainase perkotaan yang dibuat
dapat lebih efisien. Kondisi air tanah yang semakin baik dapat memberikan banyak manfaat
kepada penduduk daerah perkotaan. Sedangkan konsep lama dalam penanganan drainase di
daerah perkotaan adalah mengusahakan agar air secepatnya dapat dialirkan kebagian hilir dari
daerah tergenang dan akhirnya dibuang ke sungai, waduk atau laut. Konsekuensi dari penerapan
konsep tersebut adalah biaya konstruksi menjadi mahal, penggunaan lahan lebih luas dan
pemubaziran sumber daya air yang berharga.

Anda mungkin juga menyukai