Anda di halaman 1dari 5

NORMALISASI WADUK SUNTER SEBAGAI UPAYA MITIGASI

BENCANA BANJIR DI KECAMATAN TANJUNG PRIOK

Annisa Aulia Hasana, Annisah Alfiyanti, Seftiana Nabila Putri, Syarifah Noeraini
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Esa Unggul, Jakarta
nisa.aulia@yahoo.com, nisahalfiyanti05@gmail.com, seftiananabila@yahoo.co.id,
syarifahnoeraini_96@yahoo.co.id

Abstrak

Kecamatan Tanjung Priok termasuk dalam Kotamadya Jakarta Utara dengan kategori wilayah
sering terjadi banjir dengan ketinggian 50cm-200cm. Banjir memiliki banyak faktor penyebab, dan
faktor – faktor tersebut disebabkan oleh perbuatan manusia serta peristiwa alam yaitu perubahan
tata guna lahan (land-use), pembuangan sampah, kawasan kumuh di sepanjang sungai/drainase,
perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat, tidak berfungsinya sistem drainase lahan,
kerusakan bangunan pengendali banjir. Kemudian yang termasuk sebab – sebab alami diantaranya
adalah erosi dan sedimentasi, curah hujan, pengaruh fisiografi/geofisik sungai, kapasitas sungai
dan drainase yang tidak memadai, pengaruh air pasang, penurunan tanah dan rob, drainase lahan.
Ketiga waduk utama yang ada di Kecamatan Tanjung Priok termasuk dalam sistem drainase utama
di wilayah DKI Jakarta, yang kondisi keberadaannya berdampak pada kondisi drainase di Jakarta.
Oleh karena itu diperlukannya sebuah solusi dalam penanganan banjir berupa normalisasi sungai
dan waduk. Solusi ini juga sebgai suatu upaya mitigasi akan bencana banjir di Jakarta untuk tahun
yang mendatang. Penelitian ini menjelaskan mengenai upaya pengendalian banjir dengan contoh
normalisasi waduk.

Kata Kunci : Normalisasi, Banjir, Mitigasi

Abstract

District of Tanjung Priok in North Jakarta, including the categories of frequent flooding the area
with a height of 50cm-200cm. Flooding has many causes, and factors - these factors are caused by
human actions and natural events that changes in land use (land-use), garbage disposal, slum along
the river / drainage, planning flood control system is not right, no malfunction land drainage, flood
damage to buildings pengendai. Later that its causes - natural causes of which are erosion and
sedimentation, precipitation, the influence of the physiographic / geophysical rivers, streams and
drainage capacity is inadequate, the influence of tides, land subsidence and flooding, land drainage.
All three major reservoirs in the district of Tanjung Priok included in the main drainage system in
the area of Jakarta, which is the condition of existence impact on drainage conditions in Jakarta.
Hence the need for a solution in the form of flood management normalization of rivers and
reservoirs. This solution also sebgai a mitigation efforts will be floods in Jakarta for years to come.
This study describes the efforts of the flood control reservoir with sample normalization.

Keywords: Normalization, Flood, Mitigation

Pendahuluan banyak faktor yang disebabkan oleh perbuatan


manusia serta peristiwa alam, diantaranya saluran
Banjir setiap tahunnya sering melanda air yang buruk, daerah resapan air yang kurang,
Kecamatan Tanjung Priok dengan sungai dan waduk yang tidak terawat serta
kecenderungan meningkatnya luas daerah kesadaran masyarakat yang kurang baik.
genangannya serta kerugiannya yang diakibatkan Kecamatan Tanjung Priok mengalami
bencana ini juga ikut bertambah. Banjir memiliki
peningkatan jumlah penduduk1 tiap tahunnya sementara (23,22%). Selain itu juga terdapat tiga
karena daya tarik yang dimiliki wilayah ini apartemen dan kawasan real estate.
sehingga mendorong penduduk berpindah dari
luar Jakarta ke wilayah ini. Hal ini menyebabkan
lahan-lahan yang fungsi utamanya untuk daerah Tabel
konservasi untuk menjaga keseimbangan Ruang Waduk di Kecamatan Tanjung Priok
Terbuka Hijau (RTH), diambil alih untuk
pemukiman, pabrik-pabrik, industri,dan lainnya. No Waduk Luas
Dari aspek tata ruang, aliran sungi merupakan 1 Sunter Utara 33Ha
bagian atau unsur dari ruang yang perlu mendapat 2 Sunter Selatan 19,2Ha
tempat dan perlakuan yang layak dari masyarakat 3 Sunter Timur III 8 Ha
sebagaimana halnya dengan jaringan Sumber: Dinas Tata Air DKI Jakarta
infrastruktur lainnya seperti jalan raya, jaringan
drainase, sanitsi, dan jaringan utilitas lainnya. Peta
Perlakuan yang salah terhadap sistem tata air Tata Guna Lahan dan Titik Banjir di
dapat mengakibatkan bencana seperti munculnya Kecamatan Tanjung Priok
banjir atau bahkan kekeringan. Akibatnya luas
genangan bajir di wilayah ini semakin meluas.
Oleh karena itu diperlukannya menysusun sistem
pengendalian banjir sebagai upaya pencegahan
bencana. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode kualitatif.. Pendekatan
kualitatif ialah pendekatan yang di dalam usulan
penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan,
analisis data dan kesimpulan .
Hasil dan Pembahasan
Kecamatan Tanjung Priok mempunyai luas
wilayah 22,53km2 dan terbagi tujuh kelurahan,
yaitu Kelurahan Sunter Agung, Sunter Jaya, Sumber: Hasil observasi lapangan
Kebon Bawang, Papanggo, Warakas, Sungai
Bambu dan Tanjung Priok. Wilayah ini memiliki
tiga waduk utama dan satu sungai utama yaitu Banjir yang sering menimpa wilayah ini
waduk Sunter Utara yang berada di Kelurahan disebabkan oleh dua macam yaitu banjir akibat
Papanggo serta waduk Sunter Selatan, Sunter tindakan manusia dan akibat kejadian alam. Di
Timur III, sungai Sentiong-Sunter di Kelurahan Kecamatan Tanjung Priok terdapat beberapa titik
Sunter Jaya. Keberadaan waduk dan sungai banjir yang sering terjadi yang meliputi
tersebut sangat mempengaruhi sistem draianse Kelurahan Papanggo dan Kelurahan Sunter Jaya
tidak hanya di wilayah ini tetapi juga di DKI serta Kelurahan Sunter Agung.
Jakarta, hal ini dikarenakan waduk tersebut Peta Titik Rawan Banjir
termasuk dalam kategori sistem drainase
penunjang Ibukota. Penggunaan lahan di Berikut ini
Kecamatan ini yaitu pemukiman, perdagangan beberapa
dan jasa, sarana pelayanan umum, industri serta penyebab banjir
RTH, dengan dominasi diperuntukan untuk akibat tindakan
permukiman. Permukiman di wilayah ini manusia yaitu
dibedakan atas perumahan berupa permanen perubahan tata
(45,31%), semi permanen (31,47%) dan guna lahan
(land-use),

1
BPS Kecamatan Tanjung Priok Dalam Angka 2015
pembuangan sampah, kawasan kumuh di permukaan sungai, danau, atau kolam-
sepanjang sungai/drainase, perencanaan sistem kolam retensi.
pengendalian banjir tidak tepat, tidak Ruang Terbuka Biru (RTB) memiliki
berfungsinya sistem drainase lahan, kerusakan beberapa fungsi baik dari segi ekologis
bangunan pengendai banjir. Kemudian yang maupun arsitektural, yaitu :
termasuk sebab – sebab alami diantaranya adalah  Ekologis
erosi dan sedimentasi, curah hujan, pengaruh a) Ruang Terbuka Biru (RTB)
fisiografi/geofisik sungai, kapasitas sungai dan mampu menciptakan suatu
drainase yang tidak memadai, pengaruh air 3egati sirkulasi udara dan air
pasang, penurunan tanah dan rob, drainase lahan. dalam skala lingkungan,
Penanganan banjir merupakan suatu pekerjaan kawasan dan kota secara
yang kompleks yang tidak dapat dilakukan secara alami berlangsung 3egati
terpenggal – penggal atau bagian per bagian. (sebagai suatu ruang terbuka).
Dalam konteks tata ruang wilayah sungai (yang b) Ruang Terbuka Biru (RTB)
juga bisa mencakup kawasan perkotaan di berkontribusi dalam
dalamnya), pengendalian banjir dan pemanfaatan penyerapan air hujan (dengan
air secara garis besar dilakukan sebagai berikut: bantuan utilisasi dan jenis
 Bagian Hulu bahan penutup tanah),
Fungsinya sebagai penahan (retention) sehingga mampu ikut
air hujan supaya run off tidak langsung membantu mengatasi
mengalir ke sungai, tapi masuk permasalahan banjir dan
sebagian ke dalam tanah, untuk kekeringan
menjadi bagian air tanah.  Arsitektural
 Bagian Tengah a) Ruang Terbuka Biru (RTB)
Fungsinya sebagai penyimpanan air meningkatkan kenyamanan,
(storage). Air hujan atau air sungai memperindah lingkungan
ditahan sementara untuk menyimpan kota baik dari skala mikro:
air pada saat musim hujan, dan halaman rumah, lingkungan
dimanfaatkan pada saat musim permukimam, maupun
kemarau, dan juga sebgai pengisi air makro: lansekap kota secara
tanah. keseluruhan.
Pemanfaatan ruang: waduk, situ, b) Ruang Terbuka Biru (RTB)
empang, balong, kolam, embung, dapat menstimulasi
badan sungai, dan bantaran sungai. kreativitas dan produktivitas
 Bagian Hilir warga kota.
Fungsinya sebagai genangan dan c) Ruang Terbuka Biru (RTB)
memerlukan pembuangan air menjadi salah satu
(drainage). Genangan air hujan yang pembentuk keindahan
ada di kawasan urban dialirkan melalui arsitektural.
saluran drainase ke badan sungai dan d) Ruang Terbuka Biru (RTB)
terus ke laut. mampu menciptakan suasana
Waduk Sunter Utara dan Waduk serasi dan seimbang antara
Sunter Selatan termasuk dalam lokasi area terbangun dan tidak
yang terdapat pada pekerjaan ini. terbangun.
Waduk Sunter Utara dan Waduk
Sunter Selatan didalam Rencana Tata Dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah
Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI (RTRW) Provinsi DKI Jakarta (Peraturan Daerah
Jakarta penggunaan lahannya Provinsi DKI Jakarta No.1 Tahun 2012) yang
diperuntukan sabagai kawasan terbuka berkaitan dengan pengendali banjir
biru. Kawasan Ruang Terbuka Biru “pemanfaatan kawasan terbuka biru untuk
(RTB) adalah kawasan yang berupa berbagai kegiatan perkotaan dengan tetap
memperhatikan fungsi utama sebagai sumber kegiatan normalisasi sungai dan waduk dengan
air baku dan pengendali banjir” – ps.90 ayat metode struktural yaitu berupa pembuatan
(3f). Pengendalian banjir yang dilakukan oleh tanggul waduk dengan menggunakan sheetpile
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkaitan serta melakukan pengerukan terhadap waduk dan
dengan pekerjaan ini sebagai suatu upaya sungai. Pelaksanaan pembuatan tanggul ini
mitigasi bencana banjir. Kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk menghindari longsor dari
sebagai upaya mitigasi bencana banjir yaitu dinding yang belum ditanggul sedangkan
melakukan pengerukan dan pembuatan tanggul di pelaksanaan pengerukan terhadap waduk dan
empat lokasi yang telah ditentukan. sungai berfungsi untuk mengembalikan kapasitas
sungai dan waduk pada kapasitas awalnya.
Pekerjaan ini menuntut pendekatan yang
komprehensif karena menyangkut berbagai Kegiatan pengerukan waduk Sunter akan
aspek. Aspek fisik menyangkut karateristik mengeruk material keruk sekitar 46.990 m3 untuk
sungai, tata guna lahan. Serta tingkah laku sosial Waduk Sunter Selatan dengan area 19,2 Ha dan
ekonomi masyarakat di wilayah itu, yang 403.060 m3 dengan area 33Ha serta 49.720 m3
kesemuanya saling mempengaruhi dan untuk Waduk Sunter Timur III dengan area 8 Ha
berdampak langsung terhadap tata air. Oleh serta untuk untuk Sentiong-Sunter 140.150 m3
karena itu diperlukannya upaya pengendalian dengan area 16,1 Ha. Pengerukan ini akan
banjir dengan menggunaan metode struktur dan dilakukan dengan floating excavator. Metode non
metode non struktural. Upaya pengendalian struktural yaitu dengan memberikan penyuluhan
banjir dapat di bedakan menjadi dua jenis yaitu : kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan
Upaya berwujud fisik atau metode struktur sungai dan waduk yang memebutuhkan
(structural measures) dan upaya non-fisik atau kontribusi dari partisipasi masyarakat.
metode non-struktural (non-structural Pengendalian banjir dengan cara normalisasi
measures). Metode struktur adalah kegiatan waduk dan sungai di Kecamatan Tanjung Priok
penanggulangan banjir yang antara lain meliputi ini dapat menjadi suatu upaya mitigasi bencana
kegiatan perbaikan sungai dan pembutan tanggul banjir di wilayah ini, sehingga dapat mengurangi
banjir untuk mengurangi resiko banjir di sungai, kerugian yang disebabkan oleh banjir.
pembuatan saluran (floodway) untuk mengalirkan
sebagian atau seluruh air, serta pengaturan sistem
pengaliran untuk mengurangi debit puncak Kesimpulan
Pengendalian banjir dengan cara normalisasi
banjir, dengan bangunan seperti bendungan, dan sungai dan waduk yang menggunakan metode
kolam retensi. Metode non-struktural adalah struktural maupun non struktural tidak hanya
metode pengendalian banjir dengan tidak sebagai upaya mtigasi banjir di wilayah
menggunakan bangunan pengendali banjir. Kecamatan Tanjung Priok tetapi juga berdampak
Aktivitas penanganan tanpa bangunan antara lain pada seluruh wilayah DKI Jakarta.
berupa pengelolaan daerah aliran sungai (DAS)
untuk mengurangi limpasan air hujan, Daftar Pustaka
penanaman vegetasi untuk mengurangi laju aliran BPS Kecamatan Tanjung Priok Dalam Angka
permukaan di DAS, kontrol terhadap 2015
pengembangan di daerah genangan, misalnya Statistik Daerah Kecamatan Tanjung Priok 2015
dengan peraturan-peraturan penggunaan lahan, Dinas Tata Air Provinsi DKI Jakarta
sistem peringatan dini, larangan pembuagan
sampah di sungai, serta partisipasi masyarakat.
Penanggulangan banjir di wilayah ini berupa

Anda mungkin juga menyukai