Anda di halaman 1dari 38

RDTR KAWASAN

PERKOTAAN BENTENG
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN TATA RUANG
KEPULAUAN SELAYAR
TABEL RINGKASAN PEMENUHAN
KELENGKAPAN DOKUMEN ADMINISTRASI PERSUB RDTR
No Kelengkapan Dokumen Ya/ Tidak
1 Surat Permohonan Persub -
2 BA TKPRD -
3 Surat Rekomendasi Gubernur -
4 SK Delineasi Kawasan - (sementara proses)
5 Dokumen Perda √
6 Naskah Akademik √
7 Materi Teknis √
8 Album Peta √
9 Surat Pernyataan dengan Kepala Daerah -
10 Berita Acara Konsultasi Publik √
11 Rekomendasi BIG √
12 Dokumen KLHS √
13 Berita Acara Kesepakatan Luas Kavling Pemda dan ATR -
14 Peta Struktur Ruang dan Pola Ruang √
15 Tabel ITBX yang telah diparaf Bupati -
16 Tabel Pemeriksaan Mandiri -
• Undang-Undang No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
Undang-Undang Cipta Kerja dan PP 21 tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang bahwa Setiap rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota harus menetapkan bagian dari wilayah
kabupaten/kota yang perlu disusun RENCANA DETAIL TATA
RUANGNYA
Latar Belakang Penyusunan RDTR Kawasan
Perkotaan Benteng
• Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2012–2032 terdapat 2 (dua) kawasan
perkotaan yakni : (1) Kawasan Perkotaan Benteng di Kecamatan Benteng dan (2) Kawasan
Perkotaan Pamatata di Kecamatan Bontomatene.
• Kota Benteng yang mana sebagai salah satu Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Kabupaten Kepulauan
Selayar, tentunya memiliki peranan dan fungsi yang sangat strategis dalam cakupan wilayah
kabupaten.
• Pembangunan Kota Benteng dalam beberapa dekade terakhir telah menunjukan tingkat
perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan Kota Benteng ditunjukan dengan meluasnya
pembangunan fisik, baik untuk sarana permukiman, sarana perkantoran, perekonomian maupun
sarana sosial budaya lainnya maupun intensitas kegiatannya.
• Pembangunan Kota Benteng yang kian cepat, tentunya perlu dibarengi
dengan upaya antisipasi untuk mengendalikannya agar tidak terjadi
kesemrawutan dalam pemanfaatan lahannya. Untuk itu diperlukan suatu
perangkat pengendali atau pedoman berupa dokumen perencanaan yang
bersifat rinci agar menjadi dasar acuan dan arahan pembangunan Kota
Benteng kedepan.
Orientasi dan Delineasi Wilayah Perencanaan

Kecamatan Benteng
Bagian Wilayah
Perkotaan (BWP)
Benteng adalah
Kecamatan Benteng
yang merupakan
Ibukota Kabupaten
Kepulauan Selayar
sekaligus menjadi kota
Pusat Pemerintahan
Kabupaten Kepulauan
Selayar.
PROFIL WILAYAH PERENCANAAN
• Secara administrasi BWP Benteng berbatasan
dengan :

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Parak (Kecamatan


Bontomanai).
Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Giring-
Giring/Kelurahan Bontobangun (Kecamatan Bontoharu).
Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Flores.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Putabangun
(Kecamatan Bontoharu).
Delineasi Bagian Wilayah
Perkotaan (BWP) Benteng
yakni mencakup keseluruhan
Kecamatan Benteng yang di
dalamnya terdapat 3 wilayah
administrasi kelurahan yakni
Kelurahan Benteng, Kelurahan
Benteng Selatan, Kelurahan
Benteng Utara dan Kecamatan
Bontoharu yang mencakup
Sebagian Kelurahan
Bontobangun. Adapun luas
BWP Benteng yakni 7,47 km2.
Jumlah Penduduk Kondisi Fisik Kawasan Perencanaan
Kepadata
Pendudu
No Luas Kel/Des n
Kecamatan k
. (Km2) a (Jiwa/Km Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) Benteng memiliki
(Jiwa) 2)
karakteristik bentangan alam yang datar, bergelombang
1. Pasimarannu 195,33 8 9.281 47
dan berbukit, dengan dengan ketinggian dari permukaan
2. Pasilambena 114,88 6 7.602 61
air laut yakni 0 - 40 mdpl.
3. Pasimasunggu 131,8 7 8.392 43
4. Takabonerate 49,3 6 13.643 261
5. Pasimasunggu Timur 67,14 9 7.515 91 Kondisi Geologi Dan Jenis Tanah
6. Bontosikuyu 248,22 12 15.170 61 Kondisi geologi pada Bagian Wilayah Perkotaan (BWP)
7. Bontoharu 128,12 8 13.471 105 Benteng seperti halnya Kondisi geologi yang terdapat di
8.
Benteng 24,63 10 25 627 1.028 Kepulauan Selayar yang merupakan lanjutan dari wilayah
9. Bontomanai 136,42 3 12.768 93 geologi Sulawesi Selatan bagian Timur yang tersusun dari
10. Bontomatene 193,05 12 13 123 68
jenis batuan sedimen.
11. Buki 68,14 7 6.411 93 Sebaran jenis tanah dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga)
Jumlah/Rata-rata 1.357,03 88 124.553 92 bagian yakni tanah litosol, tanah kompleks resin regosol
dan regosol kelabu.
• Kondisi Morfologi Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS)
• Secara umum morfologi Kawasan Sungai-sungai yang melewati wilayah Bagian Wilayah
Perkotaan Benteng terbentuk karena Perkotaan (BWP) Benteng adalah sungai Appabatu, sungai
kondisi karakteristik alam Kawasan Bua-Bua, sungai Parappa dan sungai giring-giring
Perkotaan Benteng itu sendiri berfungsi sebagai wadah pengaliran air drainase kota ke laut.
memiliki bentang alam dengan Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) Benteng sebagai kawasan
unsur Perairan, Daratan dan pesisir memiliki keterbatasan ketersediaan air tanah akibat
Perbukitan, yang terbentang dengan pengaruh air laut dengan adanya intrusi air laut ke dalam
jarak yang relatif tidak terlalu luas. tanah.

Gambar 3.3 Kondisi Sungai Parappa Gambar Kondisi Sungai Appabatu


Kondisi Pola Penggunaan Lahan di BWP Benteng
Sumber : Survei Lapangan Tahun 2018

Grafik Pola Penggunaan Lahan di


No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha)
BWP Benteng
1. Perdagangan dan Jasa 10,77
500
2. Pendidikan 8,42 450
400
3. Peribadatan 2,40 350
300
250
4. Perkantoran 23,05 200
150
100
5. Permukiman 188,62 50
0
6. Pertanian Lahan Kering 452,86

7. Prasarana Transportasi 7,90

8. Rekreasi 2,82

9. RTH 9,36

10. Sarana Kesehatan 4,57

Total 710,77
TUJUAN PENATAAN BWP BERFUNGSI
1. Sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan rencana jaringan
prasarana, penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya, penyusunan
ketentuan pemanfaatan ruang, penyusunan peraturan zonasi; dan
2. Menjaga konsistensi dan keserasian pengembangan kawasan perkotaan dengan RTRW.
3. Perumusan tujuan penataan BWP didasarkan pada:
4. Arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW;
5. Isu strategis BWP, yang antara lain dapat berupa potensi, masalah, dan urgensi
penanganan; dan
6. Karakteristik BWP.
Tujuan penataan BWP dirumuskan dengan
mempertimbangkan:
• Keseimbangan dan keserasian antarbagian dari wilayah kabupaten/kota;
• Fungsi dan peran BWP;
• Potensi investasi;
• Kondisi sosial dan lingkungan BWP;
• Peran masyarakat dalam pembangunan; dan
• Prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran dari tujuan tersebut.
Dengan mencermati hal-hal tersebut di atas, maka rumusan tujuan
penataan ruang Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) Benteng adalah:

• “Mewujudkan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Benteng


sebagai pusat kegiatan pemerintahan regional,
pelayanan sosial dan ekonomi, pusat pelayanan
kepelabuhan yang berkelanjutan, sehingga mampu
meningkatkan fungsi pelayanan kegiatan dalam skala
regional, mendorong pertumbuhan ekonomi dan
pencapaian kesejahteraan masyarakat secara merata”.
• Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) Kawasan perkotaan Benteng dibagi
menjadi (Tiga) bagian meliputi Sub BWP I, Sub BWP II dan Sub BWP III:
• Sub BWP I terdiri dari Kelurahan Benteng, Kelurahan Benteng Selatan Dan
Benteng Utara, dengan luas kurang lebih 401,59 Ha.
• Sub BWP II terdiri dari Kelurahan Benteng Utara, dengan luas kurang lebih
106,84 Ha.
• Sub BWP III, terdiri dari Kelurahan Bontobangung, dengan luasan kurang
lebih 245,69 Ha.
Isu-Isu Strategis Wilayah Perencanaan
Kebijakan Spasial Kabupaten Kepulauan Selayar
(Perda Kabupaten Kepulauan Selayar No. 5 tahun 2012
tentang RTRW Kabupaten Kepulauan Selayar) :

• Kawasan yang merupakan ibu kota Kabupaten dan kawasan yang


diprioritaskan untuk industri perikanan terpadu di Benteng dan sekitarnya
(KSK) ,
• Kawasan Perkotaan Benteng sebagai pusat Kegiatan Lokal (PKL), berfungsi
melayani kegiatan pemerintahan, sosial, ekonomi, dan budaya skala
kabupaten atau beberapa Kecamatan.
Aspek Fisik

• Lahan perkotaan yang bergelombang (datar dan berbukit) berada diantara


daerah pegunungan/perbukitan dan di kelilingi oleh laut yang sangat luas
yang membentang dari utara ke selatan dan dari timur ke barat bahkan laut
flores yang merupakan satu kesatuan ekosistem wilayah;
• Kondisi jalan antar wilayah di Kabupaten Kepulauan Selayar khususnya
Pulau Selayar masih sangat terbatas baik ditinjau dari kualitas maupun
kuantitasnya;
• Perkembangan fisik kota cenderung mengikuti pola jaringan jalan;
Aspek Sosial
• Masyarakat masih kuat memegang teguh norma agama dan norma adat;
• Modal sosial masyarakat masih cukup tinggi;
• Masih cukup tingginya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang
memerlukan fasilitasi untuk menjadi sejahtera; Masyarakat berada dalam masa
transisi menuju budaya kekotaan;
Aspek Ekonomi
• Belum optimalnya kegiatan jasa sebagai pengembangan lapangan usaha baru;
• Belum optimalnya penciptaan lapangan kerja melalui pengembangan sektor
informal untuk menyerap angkatan kerja;
• Belum optimalnya penanganan dan perencanaan terhadap sektor informal
agar lebih tertib dan teratur dalam beraktivitas;
Aspek Budaya
• Masyarakat Kabupaten Kepulauan Selayar khususnya Kota Benteng
Merupakan Etnik Lokal maupun pendatang antara lain: Bugis, Bajo, dan
Etnik Tionghoa;
• Semua Etnik yang ada saat ini masih memegang teguh adat dan budaya
mereka msing-masing. Budaya yang berkembang pada etnik-etnik tersebut,
sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai religius (islam) walaupun sebagian besar
masih bersifat tradisional;
Aspek Sarana dan Prasarana
Perkotaan
• Masih banyaknya rumah tidak layak huni yang dihuni masyarakat nelayan dan pekerja di
sektor informal yang memicu tumbuhnya permukiman kumuh baru perkotaan;
• Sarana dan prasarana permukiman masih belum memadai; drainase, ruang terbuka hijau, air
limbah, dan persampahan;
• Pengembangan perumahan dan permukiman belum efektif mengindahkan kaidah penataan
bangunan dan lingkungan (PBL), sehingga terlihat semrawut dan tidak aman;
• Kurangnya pemeliharaan dan perbaikan fasilitas kota, sehingga mengurangi tingkat
kenyamanan dalam berkegiatan sehari-hari;
• Pengembangan perumahan belum terintegrasi dengan sistem tata ruang perkotaan sehingga
berpotensi menjadi kawasan perumahan yang tidak nyaman dan aman;
Penyelenggaraan Penataan Ruang
dan Penataan Tanah Perkotaan
• Belum efisiennya pemanfaatan lahan perkotaan secara intensif, sehingga
masih cukup terlihat lahan-lahan kosong terlantar di dalam pusat kota;
• Pemanfaatan ruang kota belum memperhatikan lansekap perkotaan (urban
design) dan identitas perkotaan sesuai potensi budaya lokal;
• Masih rendahnya aspek pengendalian pemanfaatan ruang terkait dengan
sempadan bangunan sesuai dengan fungsi pemanfaatan bangunan;
• Belum optimalnya pengelolaan lingkungan, mitigasi dan adaptasi bencana
serta perubahan iklim dalam pengelolaan perkotaan;
RENCANA STRUKTUR RUANG
• Rencana struktur ruang wilayah Perkotaan Benteng adalah rencana yang
mencakup sistem pelayanan perkotaan wilayah benteng dimana terdapat
Pusat pengembangan Pelayanan Perkotaan, Jaringan Transportasi dan
jaringan prasarana Lainnya yang dikembangkan untuk mengintegrasikan
wilayah Perkotaan.
RENCANA STRUKTUR RUANG
• Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan
• Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi
• Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Listrik
• Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
• Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum
• Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
• Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah
• Rencana Pengembangan Sistem Persampahan
• Rencana Jalur Evakuasi
RENCANA POLA RUANG
• Rencana pola ruang merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang merupakan peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Dalam konteks perencanaan Detail
Tata Ruang, pola ruang merupakan distribusi sub zona peruntukan yang
antara lain meliputi hutan lindung, zona yang memberikan perlindungan
terhadap zona di bawahnya, zona perlindungan setempat, perumahan,
perdagangan dan jasa, perkantoran dan RTH, ke dalam blok-blok.
RENCANA POLA RUANG
• Rencana Pembagian Sub Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) Benteng
• Rencana Pola Ruang Zona Lindung
• Rencana Pola Ruang Zona Budi Daya
KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG

• Ketentuan pemanfaatan ruang dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)


dan Peraturan Zonasi (PZ) BWP Benteng merupakan upaya perwujudan
RDTR BWP Benteng dalam bentuk program pengembangan BWP Benteng
dalam jangka waktu perencanaan 20 (dua puluh) tahun yang dibagi kedalam
tahapan 5 (lima) tahunan sampai akhir masa perencanaan.
• Ketentuan pemanfaatan ruang berfungsi sebagai:
• Dasar pemerintah dan masyarakat dalam pemrogaman investasi
pengembangan BWP Benteng;
• Arahan untuk sektor dalam penyusunan program;
• Dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan
dan penyusunan program tahunan untuk setiap jangka 5 (lima) tahun; dan
• Acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.
PERATURAN ZONASI
• Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang
dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap Blok sesuai dengan
zona peruntukannya pada rencana rinci tata ruaang berdasarkan muatan UU
no. 26 tahun 2007 dan telah direvisi kedalam Permen ATR NO. 16 Tahun
2018.
Peraturan Zonasi berfungsi sebagai :
• Kelengkapan rencana detail tata ruang;
• Perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang;
• Rujukan teknis dalam pengembangan/ pemanfaatan lahan dan penetapan
lokasi investasi oleh pemerintah, swasta dan masyarakat;
• Acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif;
• Acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang; serta
• Acuan dalam pengenaan sanksi.
• Ketentuan pemanfaatan ruang untuk setiap penggunaan lahan menunjukkan
boleh tidaknya sebuah sistem kegiatan dikembangkan dalam sebuah
klasifikasi penggunaan lahan.
SIMBOL DESKRIPSI
Pemanfaatan diizinkan, karena sesuai dengan peruntukan tanahnya, yang berarti tidak
I akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain dari pemerintah kabupaten.
Pemanfaatan diizinkan secara terbatas atau dibatasi. Pembatasan dapat dengan standar
pembangunan minimum, pembatasan pengoperasian, atau peraturan tambahan lainnya
T baik yang tercakup dalam ketentuan ini maupun ditentukan kemudian oleh pemerintah
kabupaten.
Pemanfaatan memerlukan izin penggunaan bersyarat. Izin ini diperlukan untuk
penggunaan-penggunaan yang memiliki potensi dampak penting pembangunan di
B sekitarnya pada area yang luas. Izin penggunaan bersyarat ini berupa AMDAL, RKL, dan
RPL.
X Pemanfaatan yang tidak diizinkan
• Selanjutnya ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan yang akan diatur dalam
BWP Benteng berdasarkan zona dan sub zona yang telah ditetapkan dalam
BWP Benteng yakni zona perlindungan setempat, zona RTH, zona lindung
lainnya, zona perumahan, zona perdagangan dan jasa, zona perkantoran,
zona sarana pelayanan umum, zona peruntukan campuran, dan zona
peruntukan lainnya.
• Dengan demikian, maka dapat Zoning Text RDTR kawasan perkotaan
benteng sebagaimana pada pembahasan berikut SEPERTI CONTOH
ZONA LINDUNG LAINNYA ( CAGAR BUDAYA) ;
Zona Lindung Lainnya
(Cagar Budaya) (SC)
• Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan untuk zona Lindung lainnya cagar budaya adalah :
• pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan (I) berupa kampung adat.
• Pemanfaatan bersyarat secara terbatas (T) berupa kegiatan :
• taman perkemahan, diizinkan secara terbatas dengan batasan tidak menganggu lingkungan
sekitarnya, KDB maksimal sebesar 1 % (satu persen), KLB maksimal 0,02 (nol koma nol
dua), KDH minimal 90 % (sembilan puluh persen) dari luas persil; dan
• lapangan parkir umum dan tempat parkir diizinkan secara terbatas dengan batasan tidak
menganggu lingkungan sekitarnya, KDB maksimal sebesar 70 % (tujuh puluh persen), KLB
maksimal 0,7 (nol koma tujuh), KDH minimal 10 % (sepuluh persen).
Pemanfaatan bersyarat secara
terbatas (T) berupa kegiatan :
pemanfaatan yang tidak diperbolehkan (X) berupa
kegiatan perumahan, perdagangan dan jasa,
 kioskios, warung, dan toko, diizinkan pemerintahan, industri, sarana pelayanan umum,
dengan syarat syarat melaksanakan
penyusunan UKL-UPL, ANDALALIN, RTH, dan peruntukan lainnya.
dan mendapat rekomendasi dari
BKPRD dan tidak menganggu kegiatan
cagar budaya.
 taman hiburan, taman bermain dan
rekreasi, wisata budaya, diizinkan
dengan syarat melaksanakan
penyusunanan Analisis Dampak Lalu
Lintas (ANDALALIN), mendapat
rekomendasi dari BKPRD dan tidak
menganggu kegiatan cagar budaya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai