Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI

AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

RENCANA KAWASAN
BAB
IV PERTANIAN KABUPATEN
PINRANG

Rencana Kawasan Pertanian Kabupaten Pinrang, yang meliputi Kawasan Tanaman Pangan,
Kawasan Hortikultura, Kawasan Perkebunan, dan Kawasan Peternakan, disusun dengan
mempertimbangkan :
1. Potensi dan perkembangan komoditas pertanian di Kabupaten Pinrang;
2. Alokasi Kawasan Pertanian Nasional untuk Kabupaten Pinrang berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian No. 472/Kpts/RC.040/6/2018 tentang Lokasi Kawasan Pertanian Nasional; dan
3. Peraturan Menteri Pertanian No. 18/Permentan/RC.040/4/2018 tentang Pedoman Pengembangan
Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani.

4.1. RENCANA KAWASAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN


Komoditas tanaman pangan yang diproduksi di Kabupaten Pinrang antara lain adalah padi, jagung,
kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Namun demikian, berdasarkan data
statistik komoditas tanaman pangan yang banyak diusahakan dan diproduksi di Kabupaten Pinrang
adalah padi dan jagung (Tabel 4.1.1). Pada table tersebut terlihat bahwa selama kurun waktu Tahun
2013-2017, luas panen padi mengalami peningkatan yang besar dari 96.827 Ha pada Tahun 2013
menjadi 105.839 Ha pada Tahun 2017 dengan produksi padi yang juga meningkat dari 604.975 Ton
pada Tahun 2013 menjadi 653.979 Ton pada Tahun 2017. Bagitu juga untuk komoditas jagung, luas
panen jagung mengalami peningkatan yang besar dari 15.564 Ha pada Tahun 2013 menjadi 19.422
Ha pada Tahun 2017 dengan produksi jagung yang juga meningkat dari 94.942 Ton pada Tahun 2013
menjadi 158.232 Ton pada Tahun 2017.

Tabel 4.1.1. Luas Panen dan Volume Produksi Jagung di Kabupaten Pinrang Menurut
Kecamatan, Tahun 2013-2017
Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)
No. Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
1. Padi 96.827 96.588 104.105 106.210 105.839 604.975 605.316 662.420 625.312 653.979
2. Jagung 15.564 14.069 12.479 20.794 19.422 94.942 94.966 93.031 138.010 158.232
3. Kedelai 110 59 398 95 50 220 118 947 240 56
4. Kacang Tanah 142 94 64 40 26 305 201 138 79 293
5. Kacang Hijau 56 44 43 29 9 66 52 51 38 11
6. Ubi Kayu 426 311 363 260 236 7.242 5.287 8.311 5.737 5.671
7. Ubi Jalar 74 76 90 93 70 598 613 727 1.498 1.139

Sumber : Statistik Tanaman Pangan Kabupaten Pinrang 2018 (dikompilasi)

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 1


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Pertanian No. 18/Permentan/RC.040/4/2018 tentang


Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani, bahwa Kawasan Tanaman
Pangan dapat berupa kawasan eksisting atau calon lokasi baru yang lokasinya dapat berupa satu
hamparan atau hamparan parsial yang terhubung dengan aksesibilitas jaringan infrastruktur dan
kelembagaan secara memadai. Kriteria khusus Kawasan Tanaman Pangan ditentukan oleh total luas
agregat kawasan untuk masing-masing komoditas unggulan tanaman pangan. Di samping aspek luas
agregat, kriteria khusus Kawasan Tanaman Pangan juga mencakup berbagai aspek teknis lainnya
yang bersifat spesifik komoditas. Kriteria khusus untuk kawasan komoditas padi, jagung, kedelai, dan
ubi kayu, yaitu:
1. Memperhatikan Atlas Peta Potensi Pengembangan Kawasan Padi, Jagung, Kedelai dan Ubi Kayu
Nasional Skala 1:250.000 dan/atau Atlas Peta Potensi Pengembangan Kawasan Padi, Jagung,
Kedelai, dan Ubi Kayu Kabupaten Skala 1:50.000;
2. Memprioritaskan lahan yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan
3. Memperhatikan luasan untuk mencapai skala ekonomi di 1 (satu) kawasan kabupaten/kota, yaitu:
untuk padi, jagung dan ubi kayu minimal 5.000 ha, dan untuk kedelai minimal 2.000 ha.
Menurut Lampiran Kepmentan No. 472/Kpts/RC.040/6/2018 tentang Lokasi Kawasan Pertanian
Nasional, dimana untuk lokasi Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Nasional yang dialokasikan
untuk Kabupaten Pinrang adalah Kawasan Padi bersama dengan Kabupaten Sidrap.
Berdasarkan potensi dan perkembangan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Pinrang tersebut,
serta persyaratan pembentukan Kawasan Tanaman Pangan dan lokasi Kawasan Pertanian Nasional
dimana Kabupaten Pinrang dialokasikan sebagai lokasi Kawasan Tanaman Pangan Nasional untuk
komoditas padi bersama dengan Kabupaten Sidrap, maka disusun Kawasan Tanaman Pangan
Kabupaten Pinrang untuk dua komoditas, yaitu : (1) Kawasan Padi; dan (2) Kawasan Jagung.

4.1.1. Kawasan Tanaman Pangan Padi


Pertimbangan penyusunan Kawasan Padi di Kabupaten Pinrang adalah sebagai berikut.
1. Potensi Padi dan Perkembangannya
Potensi pengembangan padi di Kabupaten Pinrang sangat besar dilihat dari luas sawah, baik
sawah beririgasi maupun non irigasi atau tadah hujan. Berdasarkan data BPS Kabupaten
Pinrang (Tabel 4.1.2), luas lahan sawah di Kabupaten Pinrang pada Tahun 2017 mencapai
55.111 Ha, terdiri dari sawah beririgasi seluas 47.139 Ha (85,5%) dan sawah tadah hujan seluas
7.972 Ha (14,5%). Luas sawah tersebut mengalami peningkatan yang cukup luas dibandingkan
data Tahun 2014, dimana luasnya baru mencapai 51.018 Ha atau meningkat seluas 4.093 Ha
selama empat tahun, yang terdiri dari sawah beririgasi seluas 44.065 Ha dan sawah tadah hujan
seluas 6.953 Ha.
Tabel 4.1.2. Luas Lahan Sawah di Kabupaten Pinrang Menurut Jenis Pengairan dan
Kecamatan, Tahun 2017
Luas Lahan Sawah
No. Kecamatan Irigasi Tadah Hujan Jumlah
Ha (%) Ha (%) Ha (%)
1. Suppa 1.007 2,14 481 6,03 1.488 2,70
2. Mattiro Sompe 5.132 10,89 0 0,00 5.132 9,31
3. Lanriseng 4.129 8,76 15 0,19 4.144 7,52
4. Mattiro Bulu 4.798 10,18 1.121 14,06 5.919 10,74
5. Watang Sawitto 4.641 9,85 0 0,00 4.641 8,42
6. Paleteang 2.532 5,37 0 0,00 2.532 4,59
7. Tiroang 5.683 12,06 0 0,00 5.683 10,31
8. Patampanua 4.383 9,30 2.389 29,97 6.772 12,29

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 2


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Luas Lahan Sawah


No. Kecamatan Irigasi Tadah Hujan Jumlah
Ha (%) Ha (%) Ha (%)
9. Cempa 5.600 11,88 0 0,00 5.600 10,16
10. Duampanua 6.606 14,01 1.058 13,27 7.664 13,91
11. Batulappa 788 1,67 1.038 13,02 1.826 3,31
12. Lembang 1.840 3,90 1.870 23,46 3.710 6,73
2017 47.139 100,00 7.972 100,00 55.111 100,00
Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2018 (diolah)

Keberadaan sawah beririgasi seluas seluas 47.139 Ha atau mencapai 85,5% dari keseluruhan
luas sawah di Kabupaten Pinrang, tidak terlepas dari keberadaan Bendungan Benteng, yang
berada di Desa Benteng, Kecamatan Patampanua, merupakan bendungan sebagai sumber air
irigasi teknis yang mengairi sawah seluas ± 42.931 Ha. Berdasarkan data tersebut, pada Tahun
2017 Kecamatan Duampanua memiliki luas sawah tertinggi yang mencapai 7.664 Ha (13,91%),
terdiri dari sawah beririgasi seluas 6.606 Ha (14,01%) dan sawah tadah hujan seluas 1.058 Ha
(13,27%). Diikuti oleh Kecamatan Patampanuan dengan luas sawah 6.722 Ha (12,29%), terdiri
dari sawah beririgasi seluas 4.383 Ha (9,30%) dan sawah tadah hujan seluas 2.389 Ha (29,97%),
Kecamatan Mattiro Bulu dengan luas sawah 5.919 Ha (10,74%), terdiri dari sawah beririgasi
seluas 4.798 Ha (10,18%) dan sawah tadah hujan seluas 1.121 Ha (14,06%), Kecamatan Tiroang
dengan luas sawah 5.683 Ha (10,31%) dan semuanya sawah beririgasi, Kecamatan Cempa
dengan luas sawah 5.600 Ha dan semuanya sawah beririgasi, Kecamatan Mattiro Sompe dengan
luas sawah 5.132 Ha (9,31%) dan semuanya sawah beririgasi. Keenam kecamatan tersebut
memiliki luas sawah di atas 5.000 Ha. Enam kecamatan lainnya juga memiliki luas sawah yang
cukup luas, dan yang terkecil adalah Kecamatan Suppa dengan luas sawah 1.488 Ha (2,70%)
terdiri dari sawah beririgasi seluas 1.007 Ha (2,30%) dan sawah tadah hujan seluas 481 Ha
(6,03%).

Berdasarkan data perkembangan luas panen, volume produksi dan produktivitas padi di
Kabupaten Pinrang selama periode Tahun 2013-2017 (Tabel 4.1.3), terlihat bahwa selama
periode tersebut terjadi peningkatan luas panen padi seluas 9.012 Ha (9,3%), dari 96.827 Ha
pada Tahun 2013 menjadi 105.839 Ha pada Tahun 2017, volume produksi meningkat sebanyak
49.004 Ton (8,1%),dari 604.975 Ton pada Tahun 2013 menjadi 653.979 Ton pada Tahun 2017.
Namun demikian, peningkatan luas panen tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan
peningkatan volume produksi, yang disebabkan oleh penurunan produktivitas yang cukup besar
pada Tahun 2016 dari 6,36 Ton/Ha menjadi 5,89 Ton/Ha, walaupun kemudian meningkat
menjadi 6,18 Ton/Ha pada Tahun 2017. Grafik perkembangan luas panen dan volume produksi
padi di Kabupaten Pinrang selama periode Tahun 2013-2017 dapat dilihat pada Gambar 4.1.1
dan Gambar 4.1.2.
Tabel 4.1.3. Perkembangan Luas Panen, Volume Produksi dan Produktivitas Padi di
Kabupaten Pinrang Menurut Kecamatan, Tahun 2013-2017
Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
No. Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
1. Suppa 2.364 1.979 2.337 2.022 1.528 14.770 12.402 14.870 11.906 9.442 6,25 6,27 6,36 5,89 6,18
2. Mattiro Sompe 9.449 9.185 9.665 9.646 9.598 59.037 57.562 61.498 56.796 59.306 6,25 6,27 6,36 5,89 6,18
3. Lanriseng 8.125 7.553 8.784 8.547 8.158 50.765 47.335 55.893 50.325 50.408 6,25 6,27 6,36 5,89 6,18
4. Mattiro Bulu 10.743 10.766 11.462 11.979 11.697 67.122 67.471 72.933 70.532 72.276 6,25 6,27 6,36 5,89 6,18
5. Watang Sawitto 8.578 8.574 9.165 10.523 9.282 53.595 53.733 58.317 61.959 57.353 6,25 6,27 6,36 5,89 6,18
6. Paleteang 4.676 4.676 5.277 5.070 4.768 29.216 29.304 33.578 29.852 29.461 6,25 6,27 6,36 5,89 6,18
7. Tiroang 10.220 10.220 12.880 11.271 11.366 63.855 64.049 81.955 66.364 70.231 6,25 6,27 6,36 5,89 6,18
8. Patampanua 11.858 12.057 12.144 13.062 13.384 74.089 75.561 77.272 76.909 82.700 6,25 6,27 6,36 5,89 6,18
9. Cempa 9.635 9.634 9.752 10.654 11.081 60.199 60.376 62.058 62.731 68.469 6,25 6,27 6,36 5,89 6,18

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 3


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)


No. Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
10. Duampanua 13.580 13.698 14.243 14.599 15.328 84.848 85.845 90.628 85.959 94.712 6,25 6,27 6,36 5,89 6,18
11. Batulappa 2.367 2.909 3.178 3.276 3.609 14.789 18.231 20.222 19.289 22.300 6,25 6,27 6,36 5,89 6,18
12. Lembang 5.232 5.337 5.217 5.552 6.040 32.690 33.447 33.196 32.690 37.321 6,25 6,27 6,36 5,89 6,18
Kabupaten
96.827 96.588 104.105 106.210 105.839 604.975 605.316 662.420 625.312 653.979 6,25 6,27 6,36 5,89 6,18
Pinrang

Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2014, 2015, 2016, 2017, dan 2018 (dikompilasi)

120,000
Perkembangan Luas Panen Padi, 2013-2017
100,000
2013 2014 2015 2016 2017

80,000
Ha

60,000

40,000

20,000

Gambar 4.1.1. Grafik Perkembangan Luas Panen Padi di Kabupaten Pinrang Menurut
Kecamatan, Tahun 2013-2017
Kecamatan Duampanua memiliki luas panen padi tertinggi yang mencapai 15.382 Ha pada
Tahun 2017. Diikuti oleh Kecamatan Patampanuan dengan luas panen 13.384 Ha, Kecamatan
Mattiro Bulu dengan luas panen 11.697 Ha, Kecamatan Tiroang dengan luas panen 11.366 Ha,
Kecamatan Patampanuan dengan luas panen 13.384 Ha, Kecamatan Cempa dengan luas panen
11.081 Ha, Kecamatan Mattiro Sompe dengan luas panen 9.598 Ha, Kecamatan Watang Sawitto
dengan luas panen 9.282 Ha, dan Kecamatan Lanriseng dengan luas panen 8.158 Ha.
Volume produksi padi di Kabupaten Pinrang pada Tahun 2017 mencapai 653.979 Ton. Terjadi
peningkatan volume produksi padi dari Tahun 2016 sebesar 4,58% atau setara dengan 28.667
Ton. Peningkatan produksi padi diikuti dengan peningkatan produktivitas, dimana terjadi
peningkatan produktivitas padi dari 5,89 Ton/Ha pada Tahun 2016 menjadi 6,18 Ton/Ha pada
Tahun 2017. Terdapat delapan kecamatan dengan penyumbang produksi padi yang besar di
Kabupaten Pinrang pada Tahun 2017. Penyumbang terbesar yaitu Kecamatan Duampanua
sebanyak 94.712 Ton (14,48%). Diikuti Kecamatan Kecamatan Patampanua sebanyak 82.700
Ton (12,6%), Kecamatan Mattitro Bulu sebanyak 72.276 Ton (11,05%), Kecamatan Tiroang
sebanyak 70.231 Ton (10,74%), Kecamatan Cempa sebanyak 68.469 Ton (10,47%), Kecamatan
Mattiro Sompe sebanyak 59.306 Ton (9,07%), Kecamatan Watang Sawitto sebanyak 57.353 Ton
(8,77%), dan Kecamatan Lanriseng sebanyak 50.408 Ton (7,71%).

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 4


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Perkembangan produktivitas padi di setiap kecamatan sama dengan perkembangan produktivitas


Kabupaten Pinrang, walaupun sebetulnya di setiap kecamatan kemungkinan berbeda-beda
sesuai dengan status irigasi lahan sawah (beririgasi dan tadah hujan) dan penerapan teknologi
budidaya, seperti teknologi jarak tanam, dll.

700,000

Perkembangan Produksi Padi, 2013-2017


600,000

2013 2014 2015 2016 2017


500,000

400,000
Ton

300,000

200,000

100,000

Gambar 4.1.2. Grafik Perkembangan Volume Produksi Padi di Kabupaten Pinrang Menurut
Kecamatan, Tahun 2013-2017

2. Persyaratan Penetapan Kawasan Padi


Apabila memperhatikan luasan untuk mencapai skala ekonomi di 1 (satu) kawasan
kabupaten/kota untuk padi minimal 5.000 Ha, dengan luas sawah di Kabupaten Pinrang yang
mencapai 55.111 Ha atau 11 kali luas minimal tersebut, maka sangat layak dibentuk beberapa
Kawasan Tanaman Pangan Padi. Bahkan terdapat enam kecamatan yang memiliki luas lahan
minimal untuk pembentukan Kawasan Tanaman Pangan Padi, yaitu :
a. Kecamatan Duampanua memiliki luas sawah tertinggi yang mencapai 7.664 Ha (13,91%),
terdiri dari sawah beririgasi seluas 6.606 Ha (14,01%) dan sawah tadah hujan seluas 1.058
Ha (13,27%);
b. Kecamatan Patampanuan dengan luas sawah 6.722 Ha (12,29%), terdiri dari sawah beririgasi
seluas 4.383 Ha (9,30%) dan sawah tadah hujan seluas 2.389 Ha (29,97%);
c. Kecamatan Mattiro Bulu dengan luas sawah 5.919 Ha (10,74%), terdiri dari sawah beririgasi
seluas 4.798 Ha (10,18%) dan sawah tadah hujan seluas 1.121 Ha (14,06%);
d. Kecamatan Tiroang dengan luas sawah 5.683 Ha (10,31%) dan semuanya sawah beririgasi;
e. Kecamatan Cempa dengan luas sawah 5.600 Ha dan semuanya sawah beririgasi; serta
f. Kecamatan Mattiro Sompe dengan luas sawah 5.132 Ha (9,31%) dan semuanya sawah
beririgasi.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 5


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

3. Penetapan Kabupaten Pinrang sebagai Lokasi Kawasan Padi Nasional.


Berdasarkan Lampiran Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/RC.040/6/2018 tentang Lokasi
Kawasan Pertanian Nasional, dimana Kabupaten Pinrang dialolasikan sebagai Kawasan Padi
Nasional bersama dengan Kabupaten Sidrap, sebagai Kawasan keenam dari tujuh Kawasan Padi
di Provinsi Sulawesi Selatan.

Berdasarkan urian tersebut di atas, maka diusulkan sebanyak tiga Kawasan Padi di Kabupaten
Pinrang, yaitu Kawasan Padi Pinrang I, Kawasan Padi Pinrang II, dan Kawasan Padi Pinrang III,
dengan Peta Rencana Kawasan Padi Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Gambar 4.1.3,
sedangkan spesifikasi masing-masing kawasan padi dapat dilihat pada Tabel 4.1.4:

Tabel 4.1.4. Pembagian Kawasan dan Sentra Padi di Kabupaten Pinrang, serta Luas Lahan
Sawahnya
Luas Lahan Sawah
Kawasan Padi Sentra Padi Irigasi Tadah Hujan Jumlah
Ha (%) Ha (%) Ha (%)
1. Suppa 1,007 2.14 481 6.03 1,488 2.70
Kawasan Padi 2. Mattiro Sompe 5,132 10.89 0 0.00 5,132 9.31
Pinrang I 3. Lanriseng 4,129 8.76 15 0.19 4,144 7.52
(KPP I) 4. Mattiro Bulu 4,798 10.18 1,121 14.06 5,919 10.74
Total Luas KTPPP I 15,066 31.97 1,617 20.28 16,683 30.27
1. Watang Sawitto 4,641 9.85 0 0.00 4,641 8.42
2. Paleteang 2,532 5.37 0 0.00 2,532 4.59
Kawasan Padi
3. Tiroang 5,683 12.06 0 0.00 5,683 10.31
Pinrang II
4. Patampanua 4,383 9.30 2,389 29.97 6,772 12.29
(KPP II)
5. Cempa 5,600 11.88 0 0.00 5,600 10.16
Total Luas KTPPP II 22,839 48.46 2,389 29.97 25,228 45.77
1. Duampanua 6,606 14.01 1,058 13.27 7,664 13.91
Kawasan Padi
2. Batulappa 788 1.67 1,038 13.02 1,826 3.31
Pinrang III
3. Lembang 1,840 3.90 1,870 23.46 3,710 6.73
(KPP III)
Total Luas KTPPP III 9,234 19.58 3,966 49.75 13,200 23.95
Luas Kawasan Padi 47,139 100.00 7,972 100.00 55,111 100.00
Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2018 (diolah)

1. Kawasan Padi Pinrang I


Kawasan Padi Pinrang I (KPP I) memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki sawah seluas 16.683 Ha, terdiri dari sawah beririgasi seluas 15.066 Ha dan sawah
tadah hujan seluas 1.617 Ha, yang tersebar di empat Kecamatan;
b. Memiliki empat Sentra Padi, yaitu :
1) Sentra I Kecamatan Suppa yang memiliki sawah seluas 1.488 Ha, terdiri dari sawah
beririgasi seluas 1.007 Ha dan sawah tadah hujan seluas 481 Ha;
2) Sentra II Kecamatan Mattiro Sompe yang memiliki sawah seluas 5.132 Ha, terdiri dari
sawah beririgasi seluas 5.132 Ha dan sawah tadah hujan seluas 0 Ha;
3) Sentra III Kecamatan Lanriseng yang memiliki sawah seluas 4.144 Ha, terdiri dari sawah
beririgasi seluas 4.129 Ha dan sawah tadah hujan seluas 15 Ha; dan
4) Sentra IV Kecamatan Mattiro Bulu yang memiliki sawah seluas 5.919 Ha, terdiri dari
sawah beririgasi seluas 4.798 Ha dan sawah tadah hujan seluas 1.121 Ha.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 6


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Gambar 4.1.3. Peta Rencana Kawasan dan Sentra Padi Kabupaten Pinrang

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 7


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

2. Kawasan Padi Pinrang II


Kawasan Padi Pinrang II (KPP II) memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki sawah seluas 25.228 Ha, terdiri dari sawah beririgasi seluas 22.839 Ha dan sawah
tadah hujan seluas 2.389 Ha, yang tersebar di lima Kecamatan; dan
b. Memiliki lima Sentra Padi, yaitu :
1) Sentra I Kecamatan Watang Sawitto yang memiliki sawah seluas 4.641 Ha, terdiri dari
sawah beririgasi seluas 4.641 Ha dan sawah tadah hujan seluas 0 Ha;
2) Sentra II Kecamatan Paleteang yang memiliki sawah seluas 2.532 Ha, terdiri dari sawah
beririgasi seluas 2.532 Ha dan sawah tadah hujan seluas 0 Ha;
3) Sentra III Kecamatan Tiroang yang memiliki sawah seluas 5.683 Ha, terdiri dari sawah
beririgasi seluas 5.683 Ha dan sawah tadah hujan seluas 0 Ha;
4) Sentra IV Kecamatan Patampanua yang memiliki sawah seluas 6.772 Ha, terdiri dari
sawah beririgasi seluas 4.383 Ha dan sawah tadah hujan seluas 2.389 Ha; dan
5) Sentra V Kecamatan Cempa yang memiliki sawah seluas 5.600 Ha, terdiri dari sawah
beririgasi seluas 5.600 Ha dan sawah tadah hujan seluas 0 Ha.

3. Kawasan Padi Pinrang III


Kawasan Padi Pinrang III (KPP III) memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki sawah seluas 13.200 Ha, terdiri dari sawah beririgasi seluas 9.234 Ha dan sawah
tadah hujan seluas 3.966 Ha, yang tersebar di tiga Kecamatan;
b. Memiliki tiga Sentra Padi, yaitu :
1) Sentra I Kecamatan Duampanua yang memiliki sawah seluas 7.664 Ha, terdiri dari sawah
beririgasi seluas 6.606 Ha dan sawah tadah hujan seluas 1.058 Ha;
2) Sentra II Kecamatan Batulappa yang memiliki sawah seluas 1.826 Ha, terdiri dari terdiri
beririgasi seluas 788 Ha dan sawah tadah hujan seluas 1.038 Ha; dan
3) Sentra III Kecamatan Lembang yang memiliki sawah seluas 3.710 Ha, terdiri dari sawah
beririgasi seluas 1.840 Ha dan sawah tadah hujan seluas 1.870 Ha.

4.1.2. Kawasan Tanaman Pangan Jagung


Pertimbangan penyusunan Kawasan Jagung di Kabupaten Pinrang adalah sebagai berikut.
1. Potensi Jagung dan Perkembangannya
Berdasarkan data perkembangan luas panen, volume produksi dan produktivitas jagung di
Kabupaten Pinrang selama periode Tahun 2013-2017 (Tabel 4.1.5), terlihat bahwa selama
periode tersebut terjadi peningkatan luas panen jagung seluas 3.858 Ha (24,8%), dari 15.564 Ha
pada Tahun 2013 menjadi 19.422 Ha pada Tahun 2017, volume produksi meningkat sebanyak
63.290 Ton (66,7%),dari 94.942 Ton pada Tahun 2013 menjadi 158.232 Ton pada Tahun 2017.
Peningkatan luas panen tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan volume
produksi, sehingga dipastikan terjadi peningkatan produktivitas yang cukup besar, yakni dari 6,10
Ton/Ha pada Tahun 2013 dari menjadi 8,15 Ton/Ha pada Tahun 2017. Grafik perkembangan luas
panen dan volume produksi jagung di Kabupaten Pinrang selama periode Tahun 2013-2017
dapat dilihat pada Gambar 4.1.4 dan Gambar 4.1.5.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 8


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Tabel 4.1.5. Perkembangan Luas Panen, Volume Produksi dan Produktivitas Jagung di
Kabupaten Pinrang Menurut Kecamatan, Tahun 2013-2017
Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
No. Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
1. Suppa 197 430 187 585 515 1.202 2.903 1.394 3.876 4.196 6.10 6.75 7.45 6.63 8.15
2. Mattiro Sompe 205 19 11 166 18 1.251 128 82 1.102 147 6.10 6.74 7.45 6.64 8.17
3. Lanriseng 762 356 485 1.143 993 4.648 2.403 3.616 7.586 8.090 6.10 6.75 7.46 6.64 8.15
4. Mattiro Bulu 214 550 83 943 1.773 1.305 3.713 619 6.259 14.445 6.10 6.75 7.46 6.64 8.15
5. Watang Sawitto 58 8 9 46 27 354 54 67 305 220 6.10 6.75 7.44 6.63 8.15
6. Paleteang 33 48 38 173 82 201 324 283 1.148 668 6.09 6.75 7.45 6.64 8.15
7. Tiroang 258 64 39 271 44 1.574 432 291 1.799 358 6.10 6.75 7.46 6.64 8.14
8. Patampanua 475 630 1.854 1.966 2.100 2.898 4.253 13.822 13.048 17.109 6.10 6.75 7.46 6.64 8.15
9. Cempa 2.112 1.593 995 1.598 1.445 12.883 10.753 7.418 10.606 11.772 6.10 6.75 7.46 6.64 8.15
10. Duampanua 2.820 2.448 2.257 3.523 1.820 17.202 16.524 16.826 23.382 14.823 6.10 6.75 7.46 6.64 8.14
11. Batulappa 5.355 4.623 4.126 5.279 6.400 32.666 31.205 30.759 35.037 52.141 6.10 6.75 7.45 6.64 8.15
12. Lembang 3.075 3.300 2.395 5.106 4.205 18.758 22.275 17.854 33.862 34.258 6.10 6.75 7.45 6.63 8.15
Kabupaten 15.564 14.069 12.479 20.794 19.422 94.942 94.966 93.031 138.010 158.232 6.10 6.75 7.46 6.64 8.15
Pinrang
Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2014, 2015, 2016, 2017, dan 2018 (dikompilasi)

25000

Perkembangan Luas Panen Jagung, 2013-2017

20000
2013 2014 2015 2016 2017

15000
Ha

10000

5000

Gambar 4.1.4. Grafik Perkembangan Luas Panen Jagung di Kabupaten Pinrang Menurut
Kecamatan, Tahun 2013-2017

Kecamatan Batulappa memiliki luas panen jagung tertinggi yang mencapai 6.400 Ha pada Tahun
2017. Diikuti oleh Kecamatan Lembang dengan luas panen 4.250 Ha, Kecamatan Patampanua
dengan luas panen 2.100 Ha, Kecamatan Duampanua dengan luas panen 1.820 Ha, Kecamatan
Mattiro Bulu dengan luas panen 1.773 Ha, dan Kecamatan Cempa dengan luas panen 1.445 Ha.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 9


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

180,000

Perkembangan Produksi Jagung, 2013-2017


160,000

140,000
2013 2014 2015 2016 2017

120,000

100,000
Ton

80,000

60,000

40,000

20,000

Gambar 4.1.5. Grafik Perkembangan Volume Produksi Jagung di Kabupaten Pinrang Menurut
Kecamatan, Tahun 2013-2017

Volume produksi jagung di Kabupaten Pinrang pada Tahun 2017 mencapai 158.232 Ton. Terjadi
peningkatan volume produksi padi dari Tahun 2016 sebesar 14,65% atau setara dengan 20.222
Ton. Terdapat enam kecamatan dengan penyumbang produksi jagung yang besar di Kabupaten
Pinrang pada Tahun 2017. Penyumbang terbesar yaitu Kecamatan Batulappa sebanyak 52.141
Ton (32,95%). Diikuti Kecamatan Kecamatan Lembang sebanyak 34.258 Ton (21,65%),
Kecamatan Patampanua sebanyak 17.109 Ton (10,81%), Kecamatan Duampanua sebanyak
14.828 Ton (9,37%), Kecamatan Mattiro Bulu sebanyak 14.445 Ton (8,90%), dan Kecamatan
Cempa sebanyak 11.772 Ton (7,44%).
Perkembangan produktivitas jagung di setiap kecamatan hampir sama dengan perkembangan
produktivitas Kabupaten Pinrang, walaupun sebetulnya di setiap kecamatan kemungkinan
berbeda-beda sesuai dengan tingkat penerapan teknologi budidaya, seperti teknologi jarak
tanam, dll.

2. Persyaratan Penetapan Kawasan Jagung


Apabila memperhatikan luasan untuk mencapai skala ekonomi di 1 (satu) kawasan
kabupaten/kota untuk jagung minimal 5.000 Ha, dengan luas panen jagung di Kabupaten Pinrang
selama periode Tahun 2013-2017 yang mencapai luas panen tertinggi pada Tahun 2016 seluas
20.794 Ha atau 4 kali luas minimal tersebut, maka sangat layak dibentuk dua Kawasan Jagung.
Walaupun berdasarkan Lampiran Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/RC.040/6/ 2018
tentang Lokasi Kawasan Pertanian Nasional, dimana Kabupaten Pinrang tidak dialolasikan
sebagai Kawasan Jagung Nasional dari tiga Kawasan Jagung di Provinsi Sulawesi Selatan, tetapi
secara praktek Kabupaten Pinrang termasuk salah satu daerah pengembangan komoditas jagung
di Provinsi Sulawesi Selatan dan mendapat bantuan dari pemerintah (Kementerian Pertanian)
untuk pengembangan budidaya jagung, seperti bantuan bibit hibrida, dll., disamping karena
produktivitas jagung di Kabupaten Pinrang termasuk tinggi, yakni mencapai 7-8 Ton/Ha.

Berdasarkan urian tersebut di atas, maka diusulkan sebanyak dua Kawasan Jagung di Kabupaten
Pinrang, yaitu yaitu Kawasan Jagung Pinrang I, dan Kawasan Jagung Pinrang II, dengan Peta

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 10


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Rencana Kawasan Jagung Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Gambar 4.1.2, sedangkan
spesifikasi masing-masing kawasan jagung dapat dilihat pada Tabel 4.1.6:

Tabel 4.1.6. Pembagian Kawasan dan Sentra Jagung di Kabupaten Pinrang, serta Luasnya
Luas Panen (Ha) Luas Panen
Kawasan Jagung Sentra Jagung Potensial
2013 2014 2015 2016 2017
(Luas tertinggi)
1. Suppa 197 430 187 585 515 585
2. Lanriseng 762 356 485 1,143 993 1,143
Kawasan Jagung 3. Mattiro Bulu 214 550 83 943 1,773 1,773
Pinrang I 4. Patampanua 475 630 1,854 1,966 2,100 2,100
5. Cempa 2,112 1,593 995 1,598 1,445 2,112
Total Luas KJP I 3,760 3,559 3,604 6,235 6,826 7,713
1. Duampanua 2,820 2,448 2,257 3,523 1,820 2,820
Kawasan Jagung 2. Batulappa 5,355 4,623 4,126 5,279 6,400 6,400
Pinrang II 3. Lembang 3,075 3,300 2,395 5,106 4,205 5,106
Total Luas KJP II 11,250 10,371 8,778 13,908 12,425 14,326
Luas Panen Kawasan Jagung 15,010 13,930 12,382 20,143 19,251 22.039
Luas Total 15,564 14,069 12,479 20,794 19,422

Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2018 (diolah)

1. Kawasan Jagung Pinrang I


Kawasan Jagung Pinrang I (KJP I) memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki lahan penen jagung seluas 6.826 Ha pada Tahun 2017 atau luas panen potensial
yang mencapai 7.713 Ha, dengan volume produksi pada Tahun 2017 mencapai 55.612 Ton,
yang tersebar di lima Kecamatan Kecamatan;
b. Memiliki lima Sentra Jagung, yaitu :
1) Sentra I Kecamatan Suppa yang memiliki lahan panen seluas 515 Ha pada Tahun 2017
atau luas penen tertinggi yang mencapai 585 Ha, dengan volume produksi pada Tahun
2017 mencapai 4.196 Ton;
2) Sentra II Kecamatan Lanriseng yang memiliki lahan panen seluas 993 Ha pada Tahun
2017 atau luas penen tertinggi yang mencapai 1.143 Ha, dengan volume produksi pada
Tahun 2017 mencapai 8.090 Ton;
3) Sentra III Kecamatan Mattirobulu yang memiliki lahan panen seluas 1.773 Ha pada Tahun
2017 atau merupakan luas penen tertinggi, dengan volume produksi pada Tahun 2017
mencapai 14.445 Ton;
4) Sentra IV Kecamatan Patampanua yang memiliki lahan panen seluas 2.100 Ha pada
Tahun 2017 atau merupakan luas penen tertinggi, dengan volume produksi pada Tahun
2017 mencapai 17.109 Ton; dan
5) Sentra V Kecamatan Cempa yang memiliki lahan panen seluas 1.445 Ha pada Tahun
2017 atau luas penen tertinggi yang mencapai 2.112 Ha, dengan volume produksi pada
Tahun 2017 mencapai 11.772 Ton.

2. Kawasan Jagung Pinrang II


Kawasan Jagung Pinrang II (KJP II) memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki lahan penen jagung seluas 12.425 Ha pada Tahun 2017 atau luas panen potensial
yang mencapai 14.326 Ha, dengan volume produksi pada Tahun 2017 mencapai 101.222
Ton, yang tersebar di tiga Kecamatan Kecamatan;

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 11


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Gambar 4.1.6. Peta Rencana Kawasan dan Sentra Jagung Kabupaten Pinrang

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 12


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

b. Memiliki tiga Sentra Jagung, yaitu :


1) Sentra I Kecamatan Duampanua yang memiliki lahan panen seluas 1.820 Ha pada Tahun
2017 atau luas penen tertinggi yang mencapai 2.820 Ha, dengan volume produksi pada
Tahun 2017 mencapai 14.823 Ton;
2) Sentra II Kecamatan Batulappa yang memiliki lahan panen seluas 6.400 Ha pada Tahun
2017 atau merupakan luas penen tertinggi, dengan volume produksi pada Tahun 2017
mencapai 52.141 Ton; dan
3) Sentra III Kecamatan Lembang yang memiliki lahan panen seluas 4.205 Ha pada Tahun
2017 atau luas penen tertinggi yang mencapai 5.106 Ha, dengan volume produksi pada
Tahun 2017 mencapai 34.258 Ton.

4.2. RENCANA KAWASAN PERTANIAN HORTIKULTURA


Komoditas hortikultura yang diproduksi terdiri dari komoditas hortikultura semusim dan hortikultura
tahunan. Komoditas hortikultura semusim, yaitu berbagai jenis sayur-sayuran, seperti tomat, cabai
rawit, cabai besar, bawang merah, bawang daun, ketimun, terong, buncis, kacang merah, kacang
Panjang, kangkong, baam, petsai/sawi, dan labu siam, serta buah semusim, seperti melon dan
semangka. Dilain pihak, komoditas hortikultura tahunan yaitu berbagai jenis buah-buahan, seperti
alpokat, manga, rambutan, duku/langsat, jeruk siam, jeruk besar, durian, jambu air, jambu biji, sawo,
papaya, pisang, nenas, salak, Nangka, sirsak, sukun, dan belimbing.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Pinrang (Tabel 4.2.1), terlihat bahwa komoditas sayur-sayuran
yang paling luas ditanam oleh masyarakat adalah Cabai Rawit, Cabai Besar. Disusul oleh Kangkung,
Tomat, Kacang Panjang, Bayam dan Bawang Merah. Dengan demikian, komoditas hortikultura
semusim yang diproduksi dan merupakan komoditas strategis adalah cabai rawit, cabai merah, tomat
dan bawang merah, sedangkan komoditas hortikultura strategis lainnya seperti bawang putih belum
tercatat diproduksi di Kabupaten Pinrang, walaupun wilayahnya sebagian cocok untuk budidaya
bawang putih, seperti di Kecamatan Lembang, Batulappa, dan Duampanua.
Tabel 4.2.1. Luas Panen, Volume Produksi, dan Produktivitas Komoditas Sayur-Sayuran di
Kabupaten Pinrang, 2017
No. Komoditas Sayur-Sayuran Luas Panen (Ha) Produksi (KW) Produktivitas (KW/Ha)
1. Tomat 80 12.475 155,0
2. Cabai Rawit 308 22.744 73,8
3. Cabai Besar 296 34.078 115,1
4. Ketimun 35 5.009 143,1
5. Terong 40 3.882 97,1
6. Buncis 17 1.752 103,1
7. Kacang Merah 20 346 17,3
8. Kacang Panjang 63 6.896 109,5
9. Kangkung 107 12.376 115,7
10. Bayam 60 2.520 42,0
11. Bawang Merah 58 4.687 80,8
12. Bawang Daun 18 982 54,6
13. Petsai/Sawi 43 4.425 102,9
14. Labu Siam 16 983 61,4
Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2018 (dikompilasi)

Komoditas buah-buahan yang paling banyak diproduksi masyarakat di Kabupaten Pinrang adalah
Pisang, Mangga dan Pepaya. Disusul oleh Durian, Rambutan, Salak Nangka, Jambu Biji, dll. (Tabel
4.2.2).

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 13


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Tabel 4.2.2. Volume Produksi Buah-Buahan di Kabupaten Pinrang, 2015-2017


Volume Produksi (Kwintal)
No. Komoditas Buah-Buahan
2015 2016 2017
1. Alpokat 434 178 155
2. Mangga 190.432 118.660 138.206
3. Rambutan 36.013 25.698 14.623
4. Duku/Langsat 19.664 17.955 0
5. Jeruk Siam 7.236 3.778 4.984
6. Jeruk Besar 349 261 322
7. Durian 41.765 37.327 36.879
8. Jambu Air 332 138 207
9. Jambu Biji 12.713 3.644 5.647
10. Sawo 405 357 343
11. Pepaya 88.162 164.100 132.542
12. Pisang 508.914 470.631 452.842
13. Nenas 1.038 2.626 2.991
14. Salak 34.048 12.730 11.804
15. Belimbing 689 0 0
16. Melon 0 0 3.048
17. Semangka 0 3.073 4.337
18. Nangka 13.206 9.677 7.780
19. Sirsak 996 955 755
20. Sukun 721 575 241
Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2018 (dikompilasi)

Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Pertanian No. 18/Permentan/RC.040/4/2018 tentang


Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani, bahwa Lokasi Kawasan
Hortikultura dapat berupa satu hamparan dan/atau hamparan parsial dari sentra-sentra di dalam satu
kawasan yang terhubung dengan aksesibilitas infrastruktur dan jaringan kelembagaan secara
memadai. Kawasan Hortikultura dapat meliputi gabungan dari sentra-sentra yang secara historis telah
eksis (sentra utama) dan sentra yang baru berkembang atau sentra yang baru tumbuh (sentra
penyangga).
Kriteria sentra utama dan sentra penyangga, yaitu:
1. Sentra utama
a. Sentra yang secara historis telah eksis;
b. Produksinya melebihi kebutuhan lokal (surplus), sehingga dapat berperan terhadap pasokan
nasional; dan
c. Sistem agribisnis relatif sudah berkembang, baik pada aspek budidaya maupun pemasaran.
2. Sentra penyangga
a. Sentra baru yang memiliki potensi untuk dikembangkan, terutama pada saat off season;
b. Produksinya melebihi kebutuhan lokal (surplus) yang berperan terhadap pasokan dalam
provinsi/kabupaten/kota atau kebutuhan regional; dan
c. Sistem agribisnis sudah berkembang, terutama pada aspek budidaya
Kriteria khusus Kawasan Hortikultura mencakup berbagai aspek teknis yang bersifat spesifik
komoditas, baik untuk tanaman buah, sayuran, tanaman obat maupun tanaman hias. Kriteria khusus
Kawasan Hortikultura berdasarkan komoditas, yaitu sebagai berikut:
1. Kriteria Khusus Kawasan Aneka Cabai

a. Lokasi berdekatan dengan potensi sumber air (alami atau buatan);


b. Mendukung dalam pengaturan pola produksi nasional; dan
c. Memiliki infrastruktur yang mendukung aksesibilitas pasar.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 14


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

2. Kriteria Khusus Kawasan Bawang Merah/Bawang Putih

a. Lokasi berdekatan dengan potensi sumber air (alami atau buatan);


b. Mendukung dalam pengaturan pola produksi nasional;
c. Memiliki infrastruktur yang mendukung aksesibilitas pasar;
d. Memiliki wilayah dengan tanah alluvial, andosol, organik, mediteran, atau latosol; dan
e. Masyarakat petani telah terbiasa atau pernah membudidayakan.

3. Kriteria Khusus Kawasan Jeruk

a. memiliki potensi sumber air (alami atau buatan);


b. diutamakan wilayah dengan tanah grumusol/kaya kalsium dan amplitude suhu ≥ 100C;
c. memiliki potensi jaringan distribusi yang baik;
d. diutamakan lahan datar atau sedikit berbukit;
e. berpotensi membentuk hamparan hingga ≥ 25 Ha; dan
f. diutamakan bukan daerah endemis CVPD.
Menurut Lampiran Kepmentan No. 472/Kpts/RC.040/6/2018 tentang Lokasi Kawasan Pertanian
Nasional, dimana untuk lokasi Kawasan Pertanian Hortikultura Nasional yang dialokasikan untuk
Kabupaten Pinrang adalah komoditas : (1) cabai (cabai besar dan cabai rawit), (2) bawang merah
bersama dengan Kabupaten Enrekang dan Kota Palopo, serta (3) bawang putih bersama dengan
Kabupaten Enrekang dan Barru.
Berdasarkan potensi dan perkembangan pertanian hortikultura di Kabupaten Pinrang tersebut, serta
persyaratan pembentukan Kawasan Hortikultura dan lokasi Kawasan Pertanian Nasional dimana
Kabupaten Pinrang dialokasikan sebagai lokasi Kawasan Hortikultura Nasional untuk ketiga
komoditas tersebut di atas, maka disusun Kawasan Hortikultura Kabupaten Pinrang untuk ketiga
komoditas tersebut, yaitu : (1) Kawasan Cabai; (2) Kawasan Bawang Merah; dan (3) Kawasan
Bawang Putih.

4.2.1. Kawasan Cabai


Pertimbangan penyusunan Kawasan Cabai di Kabupaten Pinrang adalah sebagai berikut.
1. Potensi Cabai dan Perkembangannya
Berdasarkan data perkembangan luas panen, volume produksi dan produktivitas cabai besar di
Kabupaten Pinrang selama periode Tahun 2013-2017 (Tabel 4.2.3), terlihat bahwa selama
periode tersebut terjadi peningkatan luas panen cabai besar seluas 167 Ha (129,46%), dari 129
Ha pada Tahun 2013 menjadi 296 Ha pada Tahun 2017, volume produksi meningkat sebanyak
2.515,5 Ton (281,9%),dari 892,3 Ton pada Tahun 2013 menjadi 3.407,8 Ton pada Tahun 2017.
Peningkatan luas panen tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan volume
produksi, sehingga dipastikan terjadi peningkatan produktivitas yang cukup besar, yakni dari 6,92
Ton/Ha pada Tahun 2013 dari menjadi 11,51 Ton/Ha pada Tahun 2017. Grafik perkembangan
luas panen dan volume produksi jagung di Kabupaten Pinrang selama periode Tahun 2013-2017
dapat dilihat pada Gambar 4.2.1 dan Gambar 4.2.2.
Tabel 4.2.3. Perkembangan Luas Panen, Volume Produksi dan Produktivitas Cabai Besar di
Kabupaten Pinrang Menurut Kecamatan, Tahun 2013-2017
Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
No. Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
1. Suppa 11 5 6 5 5 70,0 41,1 60,9 54,4 39,3 6.36 8.22 10.15 10.88 7.86
2. Mattiro Sompe - - - - 1 - - - - - - - - - -
3. Lanriseng 1 9 14 30 23 7,8 63,9 138,7 332,7 220,0 7.80 7.10 9.91 11.09 9.57
4. Mattiro Bulu 3 5 12 27 32 19,8 42,5 177,1 211,6 371,0 6.60 8.50 14.76 7.84 11.59
5. Watang Sawitto 2 - - - 3 11,0 - - - 36,2 5.50 - - - 12.07

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 15


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)


No. Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
6. Paleteang 3 2 1 3 1 23,2 17,0 15,8 39,5 7,6 7.73 8.50 15.80 13.17 7.60
7. Tiroang 11 8 10 40 66 70,2 59,6 149,6 174,8 736,0 6.38 7.45 14.96 4.37 11.15
8. Patampanua 69 108 87 86 87 507,6 895,2 1849,3 838,7 1090,7 7.36 8.29 21.26 9.75 12.54
9. Cempa 8 4 3 3 4 38,9 32,5 47,1 28,0 54,7 4.86 8.13 15.70 9.33 13.68
10. Duampanua 4 11 7 16 17 21,0 78,7 48,2 217,8 190,2 5.25 7.15 6.89 13.61 11.19
11. Batulappa 5 - 1 - 8 27,5 - 15,0 - 34,3 5.50 - 15.00 - 4.29
12. Lembang 12 14 15 23 54 95,3 113,5 318,6 238,8 624,3 7.94 8.11 21.24 10.38 11.56
Kabupaten 129 166 156 233 296 892,3 1344,0 2823,0 2136,3 3407,8 6.92 8.10 18.10 9.17 11.51
Pinrang
Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2014, 2015, 2016, 2017, dan 2018 (dikompilasi)

350
Perkembangan Luas Panen Cabai Besar, 2013-2017
300
2013 2014 2015 2016 2017
250

200

150
Ha

100

50

Gambar 4.2.1. Grafik Perkembangan Luas Panen Cabai Besar di Kabupaten Pinrang Menurut
Kecamatan, Tahun 2013-2017
4000
Perkembangan Produksi Cabai Besar, 2013-2017
3500

2013 2014 2015 2016 2017


3000

2500

2000
Ton

1500

1000

500

Gambar 4.2.2. Grafik Perkembangan Volume Produksi Cabai Besar di Kabupaten Pinrang
Menurut Kecamatan, Tahun 2013-2017

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 16


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Luas panen cabai besar di Kabupaten Pinrang pada Tahun 2017 mencapai 296 Ha dengan
volume produksi cabai besar mencapai 3.407,8 Ton. Kecamatan Patampanua memiliki luas
panen cabai besar tertinggi yang mencapai 87 Ha dengan volume produksi mencapai 1.091 Ton.
Diikuti oleh Kecamatan Tiroang dengan luas panen 55 Ha dengan volume produksi mencapai 735
Ton, Kecamatan Lembang dengan luas panen 54 Ha dengan volume produksi mencapai 624
Ton, Kecamatan Mattirobulu dengan luas panen 32 Ha dengan volume produksi mencapai 371
Ton, Kecamatan Lanriseng dengan luas panen 23 Ha dengan volume produksi mencapai 220
Ton, dan Kecamatan Duampanua dengan luas panen 17 Ha dengan volume produksi mencapai
190 Ton. Perkembangan produktivitas cabai besar di setiap kecamatan sangat bervariasi dan
cenderung berflutuasi selama periode Tahun 2013-2017. Kemungkinan perbedaan tersebut
sesuai dengan tingkat penerapan teknologi budidaya, dll.
Di lain pihak, berdasarkan data perkembangan luas panen, volume produksi dan produktivitas
cabai rawit di Kabupaten Pinrang selama periode Tahun 2013-2017 (Tabel 4.2.4), terlihat bahwa
selama periode tersebut terjadi peningkatan luas panen cabai rawit seluas 229 Ha (289,87%), dari
79 Ha pada Tahun 2013 menjadi 308 Ha pada Tahun 2017, volume produksi meningkat sebanyak
1.797,7 Ton (377,11%), dari 476,7 Ton pada Tahun 2013 menjadi 2.274,4 Ton pada Tahun 2017.
Peningkatan luas panen tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan volume
produksi, sehingga dipastikan terjadi peningkatan produktivitas yang cukup besar, yakni dari 6,03
Ton/Ha pada Tahun 2013 dari menjadi 7,38 Ton/Ha pada Tahun 2017. Grafik perkembangan luas
panen dan volume produksi jagung di Kabupaten Pinrang selama periode Tahun 2013-2017
dapat dilihat pada Gambar 4.2.3 dan Gambar 4.2.4.
Tabel 4.2.4. Perkembangan Luas Panen, Volume Produksi dan Produktivitas Cabai Rawit di
Kabupaten Pinrang Menurut Kecamatan, Tahun 2013-2017
Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
No. Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
1. Suppa 13 5 4 4 5 79,6 39,5 56,3 40,9 32,8 6.12 7.90 14.08 10.23 6.56
2. Mattiro Sompe - - - - 2 - - - - 16,4 - - - - 8.20
3. Lanriseng 3 10 9 58 61 18,0 102,2 104,1 568,4 550,2 6.00 10.22 11.57 9.80 9.02
4. Mattiro Bulu 2 3 8 9 38 16,5 33,0 111,3 87,6 16,4 8.25 11.00 13.91 9.73 0.43
5. Watang Sawitto 4 4 3 5 5 25,3 30,5 44,8 66,0 34,1 6.33 7.63 14.93 13.20 6.82
6. Paleteang 2 2 1 - 1 9,9 23,2 7,5 - 1,7 4.95 11.60 7.50 - 1.70
7. Tiroang 6 2 3 8 27 38,7 23,0 29,5 95,2 192,7 6.45 11.50 9.83 11.90 7.14
8. Patampanua 29 15 9 84 101 175,2 109,1 151,8 728,1 892,2 6.04 7.27 16.87 8.67 8.83
9. Cempa 6 3 4 2 6 25,2 22,5 67,5 25,0 53,8 4.20 7.50 16.88 12.50 8.97
10. Duampanua 2 6 1 8 10 14,0 22,5 7,0 74,1 69,1 7.00 3.75 7.00 9.26 6.91
11. Batulappa 1 2 1 - 2 6,3 6,5 6,5 - 16,6 6.30 3.25 6.50 - 8.30
12. Lembang 11 7 10 18 50 68,0 76,9 205,0 150,7 398,4 6.18 10.99 20.50 8.37 7.97
Kabupaten 79 59 53 196 308 476,7 489,9 791,3 1836,8 2274,4 6.03 8.30 14.93 9.37 7.38
Pinrang

Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2014, 2015, 2016, 2017, dan 2018 (dikompilasi)

Luas panen cabai rawit di Kabupaten Pinrang pada Tahun 2017 mencapai 308 Ha dengan
volume produksi cabai rawit mencapai 2.474,4 Ton. Kecamatan Patampanua memiliki luas panen
cabai besar tertinggi yang mencapai 101 Ha dengan volume produksi mencapai 892,2 Ton.
Diikuti oleh Kecamatan Lanriseng dengan luas panen 61 Ha dengan volume produksi mencapai
550,2 Ton, Kecamatan Lembang dengan luas panen 50 Ha dengan volume produksi mencapai
398,4 Ton, Kecamatan Mattirobulu dengan luas panen 38 Ha dengan volume produksi mencapai
264 Ton, Kecamatan Tiroang dengan luas panen 27 Ha dengan volume produksi mencapai 192,7
Ton, dan Kecamatan Duampanua dengan luas panen 10 Ha dengan volume produksi mencapai
69,1 Ton. Perkembangan produktivitas cabai rawit di setiap kecamatan juga sangat bervariasi
dan cenderung berflutuasi selama periode Tahun 2013-2017. Kemungkinan perbedaan tersebut
sesuai dengan tingkat penerapan teknologi budidaya, dll.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 17


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

350
Perkembangan Luas Panen Cabai Rawit, 2013-2017
300

2013 2014 2015 2016 2017


250

200
Ha

150

100

50

Gambar 4.2.3. Grafik Perkembangan Luas Panen Cabai Rawit di Kabupaten Pinrang Menurut
Kecamatan, Tahun 2013-2017

2500

Perkembangan Produksi Cabai Rawit, 2013-2017


2000
2013 2014 2015 2016 2017

1500
Ton

1000

500

Gambar 4.2.4. Grafik Perkembangan Volume Produksi Cabai Rawit di Kabupaten Pinrang
Menurut Kecamatan, Tahun 2013-2017

2. Persyaratan Penetapan Kawasan Cabai


Persyaratan teknis untuk penetapan Kawasan Cabai, yang meliputi : (1) Lokasi berdekatan
dengan potensi sumber air (alami atau buatan); (2) Mendukung dalam pengaturan pola produksi
nasional; dan (3) Memiliki infrastruktur yang mendukung aksesibilitas pasar, secara umum dapat
terpenuhi di semua Kecamatan yang ada di Kabupaten Pinrang. Namun demikian, untuk

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 18


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

penetapan sentra utama dan sentra penyangga yang merupakan komponen kawasan
sebagaimana kriteria yang dipaparkan di atas, akan dipilih berdasarkan luas panen dan volume
produksi di masing-masing kecamatan.
3. Penetapan Kabupaten Pinrang sebagai Lokasi Kawasan Cabai Nasional.
Berdasarkan Lampiran Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/RC.040/6/2018 tentang Lokasi
Kawasan Pertanian Nasional, dimana Kabupaten Pinrang dialolasikan sebagai Kawasan Cabai
Nasional, sebagai Kawasan pertama dari lima Kawasan Cabai di Provinsi Sulawesi Selatan.
Berdasarkan urian tersebut di atas, maka diusulkan sebanyak satu Kawasan Cabai di Kabupaten
Pinrang, yaitu Kawasan Cabai Pinrang, dengan Peta Rencana Kawasan Cabai Kabupaten Pinrang
dapat dilihat pada Gambar 4.2.5, sedangkan spesifikasi kawasan cabai dapat dilihat pada Tabel
4.2.5:

Tabel 4.2.5. Pembagian Kawasan dan Sentra Cabai di Kabupaten Pinrang, serta Luasnya
Cabai Merah Cabai Rawit
Kawasan
Sentra Cabai Luas Panen Produksi Luas Panen Produksi
Cabai
(Ha) (KW) (Ha) (KW)
Patampanua 87 10,907 101 8,922
Tiroang 66 7,360 27 1,927
Sentra Utama
Lembang 54 6,243 50 3,984
Kawasan Total Sentra Utama 207 24,510 178 14,833
Cabai Lanriseng 23 2,200 61 5,502
Pinrang Sentra Mattiro Bulu 32 3,710 38 2.164
Penyangga Duampanua 17 1,902 10 691
Total Sentra Penyangga 72 7,812 109 8,357
Total Kawasan Cabai 279 32,322 287 23,190
Total Kabupaten Pinrang 296 34,078 308 24,744
Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2018 (diolah)

Kawasan Cabai Pinrang terdiri dari Sentra Utama Cabai yang terdiri dari tiga kecamatan, yaitu
Kecamatan Patampanua, Tiroang dan Lembang; dan Sentra Penyangga Cabai yang juga terdiri dari
tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Lanriseng, Mattirobulu dan Duampanua. Kawasan Cabai Pinrang
memiliki lahan penen cabai besar seluas 279 Ha pada Tahun 2017 dengan volume produksi
mencapai 3.232,2 Ton, dan lahan panen cabai rawit seluas 287 Ha dengan volume produksi
mencapai 2.319,0 Ton.
1. Sentra Utama Cabai
Sentra Utama Cabai Pinrang memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki lahan penen cabai besar seluas 207 Ha pada Tahun 2017 dengan volume produksi
mencapai 2.451,0 Ton, dan lahan panen cabai rawit seluas 178 Ha dengan volume produksi
mencapai 1.483,3 Ton yang tersebar di tiga Kecamatan;
b. Memiliki tiga Sentra Utama Cabai, yaitu :
1) Sentra Utama I Kecamatan Patampanua yang memiliki lahan panen cabai besar seluas
87 Ha pada Tahun 2017 dengan volume produksi mencapai 1.090,7 Ton, dan lahan
panen cabai rawit seluas 101 Ha dengan volume produksi mencapai 892,2 Ton;
2) Sentra Utama II Kecamatan Tiroang yang memiliki lahan panen cabai besar seluas 55 Ha
pada Tahun 2017 dengan volume produksi mencapai 735,0 Ton, dan lahan panen cabai
rawit seluas 27 Ha dengan volume produksi mencapai 192,7 Ton; dan
3) Sentra Utama III Kecamatan Lembang yang memiliki lahan panen cabai besar seluas 54
Ha pada Tahun 2017 dengan volume produksi mencapai 624,3 Ton, dan lahan panen
cabai rawit seluas 50 Ha dengan volume produksi mencapai 398,4 Ton.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 19


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Gambar 4.2.5. Peta Rencana Kawasan dan Sentra Cabai Kabupaten Pinrang

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 20


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

2. Sentra Penyangga Cabai


Sentra Penyangga Cabai Pinrang memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki lahan penen cabai besar seluas 72 Ha pada Tahun 2017 dengan volume produksi
mencapai 781,2 Ton, dan lahan panen cabai rawit seluas 109 Ha dengan volume produksi
mencapai 835,7 Ton yang tersebar di tiga Kecamatan;
b. Memiliki tiga Sentra Penyangga Cabai, yaitu :
1) Sentra Penyangga Cabai I Kecamatan Lanriseng yang memiliki lahan panen cabai besar
seluas 23 Ha pada Tahun 2017 dengan volume produksi mencapai 220,0 Ton, dan lahan
panen cabai rawit seluas 61 Ha dengan volume produksi mencapai 550,2 Ton;
2) Sentra Penyangga Cabai II Kecamatan Mattirobulu yang memiliki lahan panen cabai
besar seluas 32 Ha pada Tahun 2017 dengan volume produksi mencapai 371,0 Ton, dan
lahan panen cabai rawit seluas 38 Ha dengan volume produksi mencapai 216,4 Ton; dan
3) Sentra Penyangga Cabai III Kecamatan Duampanua yang memiliki lahan panen cabai
besar seluas 17 Ha pada Tahun 2017 dengan volume produksi mencapai 190,2 Ton, dan
lahan panen cabai rawit seluas 10 Ha dengan volume produksi mencapai 69,1 Ton.

4.2.2. Kawasan Bawang Merah


Pertimbangan penyusunan Kawasan Bawang Merah di Kabupaten Pinrang adalah sebagai berikut.
1. Potensi Bawang Merah dan Perkembangannya
Berdasarkan data perkembangan luas panen, volume produksi dan produktivitas bawang merah
di Kabupaten Pinrang selama periode Tahun 2013-2017 (Tabel 4.2.6), terlihat bahwa selama
periode tersebut terjadi peningkatan luas panen bawang merah seluas 97 Ha (373,1%), dari 26
Ha pada Tahun 2013 menjadi 123 Ha pada Tahun 2017, volume produksi meningkat sebanyak
700,1 Ton (276,72%), dari 256 Ton pada Tahun 2013 menjadi 953,1 Ton pada Tahun 2017.
Peningkatan luas panen tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan volume
produksi, sehingga dipastikan terjadi penurunan produktivitas yang cukup besar, yakni dari 9,73
Ton/Ha pada Tahun 2013 dari menjadi 7,75 Ton/Ha pada Tahun 2017. Grafik perkembangan luas
panen dan volume produksi bawang merah di Kabupaten Pinrang selama periode Tahun 2013-
2017 dapat dilihat pada Gambar 4.2.6 dan Gambar 4.2.7.

Tabel 4.2.6. Luas Panen, Volume Produksi dan Produktivitas Bawang Merah Menurut
Kecamatan di Kabupaten Pinrang, 2013-2017
Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
No. Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
1. Suppa - - - - - - - - - - - - - - -
2. Mattiro Sompe - - - - - - - - - - - - - - -
3. Lanriseng - - - - 1 - - - - 7,0 - - - - 7.00
4. Mattiro Bulu - - - - 5 - - - - 17,5 - - - - 3.50
5. Watang Sawitto - - - - - - - - - - - - - - -
6. Paleteang 1 - - - - 10 - - - - 10.00 - - - -
7. Tiroang - - - - 1 - - - - 6,0 - - - - 6.00
8. Patampanua - - 7 46 53 - - 52,5 315,1 418,6 - - 7.50 6.85 7.90
9. Cempa - - - - 2 - - - - 14,0 - - - - 7.00
10. Duampanua - - - - 3 - - - - 21,3 - - - - 7.10
11. Batulappa - - - - - - - - - - - - - - -
12. Lembang 25 30 28 63 58 243 491 216,3 448,9 468,7 9.72 16.37 7.73 7.13 8.08
Kabupaten 26 30 35 109 123 253 491 268,8 764 953,1 9.73 16.37 7.68 7.01 7.75
Pinrang

Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2014, 2015, 2016, 2017, dan 2018 (dikompilasi)

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 21


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

140
Perkembangan Luas Panen Bawang Merah, 2013-2017
120

2013 2014 2015 2016 2017


100

80

60
Ha

40

20

Gambar 4.2.6. Grafik Perkembangan Luas Panen Bawang Merah di Kabupaten Pinrang
Menurut Kecamatan, Tahun 2013-2017

1200

Perkembangan Produksi Bawang Merah, 2013-2017


1000

2013 2014 2015 2016 2017


800
Ton

600

400

200

Gambar 4.2.7. Grafik Perkembangan Volume Produksi Bawang Merah di Kabupaten Pinrang
Menurut Kecamatan, Tahun 2013-201
Luas panen bawang merah di Kabupaten Pinrang pada Tahun 2017 mencapai 123 Ha dengan
volume produksi bawang merah mencapai 953,1 Ton. Kecamatan Lembang memiliki luas panen
bawang merah tertinggi yang mencapai 58 Ha dengan volume produksi mencapai 468,7 Ton.
Diikuti oleh Kecamatan Patampanua dengan luas panen 53 Ha dengan volume produksi
mencapai 418,6 Ton, Kecamatan Mattirobulu dengan luas panen 5 Ha dengan volume produksi
mencapai 17,5 Ton, Kecamatan Duampanua dengan luas panen 3 Ha dengan volume produksi

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 22


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

mencapai 21,3 Ton, Kecamatan Cempa dengan luas panen 2 Ha dengan volume produksi
mencapai 14,0 Ton, serta Kecamatan Lanriseng dengan luas panen masing-masing 1 Ha dengan
volume produksi masing-masing mencapai 7 Ton dan 6 Ton.
Perkembangan produktivitas bawang merah di setiap kecamatan bervariasi antar kecamatan dan
atar waktu di Kabupaten Pinrang. Variasi tersebut sesuai dengan tingkat penerapan teknologi
budidaya bawang merah yang diterapkan.
2. Persyaratan Penetapan Kawasan Bawang Merah
Persyaratan teknis untuk penetapan Kawasan Bawang Merah, yang meliputi : (1) Lokasi
berdekatan dengan potensi sumber air (alami atau buatan); (2) Mendukung dalam pengaturan
pola produksi nasional; (3) Memiliki infrastruktur yang mendukung aksesibilitas pasar, (4) Memiliki
wilayah dengan tanah alluvial, andosol, organik, mediteran, atau latosol; dan (5) Masyarakat
petani telah terbiasa atau pernah membudidayakan bawang merah. Persyaratan teknis tersebut
secara umum dapat terpenuhi di tujuh Kecamatan dari 12 Kecamatan yang ada di Kabupaten
Pinrang. Namun demikian, untuk penetapan sentra utama dan sentra penyangga bawang merah
yang merupakan komponen kawasan sebagaimana kriteria yang dipaparkan di atas, akan dipilih
berdasarkan luas panen dan volume produksi di masing-masing kecamatan.
3. Penetapan Kabupaten Pinrang sebagai Lokasi Kawasan Bawang Merah Nasional.
Berdasarkan Lampiran Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/RC.040/6/2018 tentang Lokasi
Kawasan Pertanian Nasional, dimana Kabupaten Pinrang dialolasikan sebagai Kawasan Bawang
Merah Nasional bersama Kabupaten Enrekang dan Kota Palopo, sebagai Kawasan pertama dari
dua Kawasan Bawang Merah di Provinsi Sulawesi Selatan.

Berdasarkan urian tersebut di atas, maka diusulkan sebanyak satu Kawasan Bawang Merah di
Kabupaten Pinrang, yaitu Kawasan Bawang Merah Pinrang, dengan Peta Rencana Kawasan Bawang
Merah Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Gambar 4.2.8, sedangkan spesifikasi Kawasan Bawang
Merah dapat dilihat pada Tabel 4.2.7:
Kawasan Bawang Merah Pinrang terdiri dari Sentra Utama Bawang Merah yang terdiri dari dua
kecamatan, yaitu Kecamatan Patampanua, dan Lembang; dan Sentra Penyangga Bawang Merah
yang terdiri dari lima kecamatan, yaitu Kecamatan Lanriseng, Mattirobulu, Tiroang, Cempa dan
Duampanua. Kawasan Bawang Merah Pinrang memiliki lahan penen bawang merah seluas 123 Ha
pada Tahun 2017 dengan volume produksi mencapai 953,1 Ton.

Tabel 4.2.7. Pembagian Kawasan dan Sentra Bawang Merah di Kabupaten Pinrang, serta
Luasnya
Bawang Merah
Kawasan Bawang
Sentra Bawang Merah Luas Panen
Merah Produksi (KW)
(Ha)
1. Patampanua 53 4,186
Sentra Utama 2. Lembang 58 4,687
Total Sentra Utama 111 8,873
1. Lanriseng 1 70
Kawasan Bawang 2. Mattiro Bulu 5 175
Merah Pinrang Sentra 3. Tiroang 1 60
Penyangga 4. Cempa 2 140
5. Duampanua 3 213
Total Sentra Penyangga 12 658
Total Kawasan Bawang Merah 123 9,531
Total Kabupaten Pinrang 123 9,531
Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2018 (diolah)

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 23


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Gambar 4.2.8. Peta Rencana Kawasan dan Sentra Bawang Merah Kabupaten Pinrang

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 24


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

1. Sentra Utama Bawang Merah


Sentra Utama Bawang Merah Pinrang memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki lahan penen bawang merah seluas 111 Ha pada Tahun 2017 dengan volume
produksi mencapai 887,3 Ton, yang tersebar di dua Kecamatan;
b. Memiliki dua Sentra Utama Bawang Merah, yaitu :
1) Sentra Utama Bawang Merah I Kecamatan Patampanua yang memiliki lahan panen
bawang merah seluas 53 Ha pada Tahun 2017 dengan volume produksi mencapai 418,6
Ton; dan
2) Sentra Utama Bawang Merah II Kecamatan Lembang yang memiliki lahan panen bawang
merah seluas 58 Ha pada Tahun 2017 dengan volume produksi mencapai 468,7 Ton.
2. Sentra Penyanggah Bawang Merah
Sentra Penyanggah Bawang Merah Pinrang memiliki spesifikasi sebagai berikut.
c. Memiliki lahan penen bawang merah seluas 12 Ha pada Tahun 2017 dengan volume
produksi mencapai 65,8 Ton, yang tersebar di lima Kecamatan;
d. Memiliki lima Sentra Penyanggah Bawang Merah, yaitu :
1) Sentra Penyanggah Bawang Merah I Kecamatan Lanriseng yang memiliki lahan panen
bawang merah seluas 1 Ha pada Tahun 2017 dengan volume produksi mencapai 7,0
Ton;
2) Sentra Penyanggah Bawang Merah II Kecamatan Mattirobulu yang memiliki lahan panen
bawang merah seluas 5 Ha pada Tahun 2017 dengan volume produksi mencapai 17,5
Ton;
3) Sentra Penyanggah Bawang Merah III Kecamatan Tiroang yang memiliki lahan panen
bawang merah seluas 1 Ha pada Tahun 2017 dengan volume produksi mencapai 6,0
Ton;
4) Sentra Penyanggah Bawang Merah IV Kecamatan Cempa yang memiliki lahan panen
bawang merah seluas 2 Ha pada Tahun 2017 dengan volume produksi mencapai 14,0
Ton; dan
5) Sentra Penyanggah Bawang Merah V Kecamatan Duampanua yang memiliki lahan
panen bawang merah seluas 3 Ha pada Tahun 2017 dengan volume produksi mencapai
21,3 Ton.

4.2.3. Kawasan Bawang Putih


Pertimbangan penyusunan Kawasan Bawang Putih di Kabupaten Pinrang adalah sebagai berikut.
1. Potensi Bawang Putih dan Perkembangannya
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Hortikultura (Tabel 4.2.8), luas tanam bawang putih di
Kabupaten Pinrang pada Tahun 2019 mencapai 10 Ha, yang baru mulai ditanam di Desa Letta,
Kecamatan Lembang, yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Batulappa, dan Kecamatan
Duampanua.
Tabel 4.2.8. Luas Panen dan Volume Produksi Bawang Putih Menurut Kecamatan di
Kabupaten Pinrang, 2019
Bawang Putih
No. Kecamatan
Luas Panen (Ha) Produksi (KW)
1. Suppa - -
2. Mattiro Sompe - -
3. Lanriseng - -
4. Mattiro Bulu - -

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 25


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Bawang Putih
No. Kecamatan
Luas Panen (Ha) Produksi (KW)
5. Watang Sawitto - -
6. Paleteang - -
7. Tiroang - -
8. Patampanua - -
9. Cempa - -
10. Duampanua - -
11. Batulappa - -
12. Lembang 10 -
Kabupaten Pinrang 10 -
Sumber : Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Pinrang, 2019

2. Persyaratan Penetapan Kawasan Bawang Putih


Persyaratan teknis untuk penetapan Kawasan Bawang Putih, yang meliputi : (1) Lokasi
berdekatan dengan potensi sumber air (alami atau buatan); (2) Mendukung dalam pengaturan
pola produksi nasional; (3) Memiliki infrastruktur yang mendukung aksesibilitas pasar, (4) Memiliki
wilayah dengan tanah alluvial, andosol, organik, mediteran, atau latosol; dan (5) Masyarakat
petani telah terbiasa atau pernah membudidayakan bawang putih. Persyaratan teknis tersebut
secara umum dapat terpenuhi di tiga Kecamatan dari 12 Kecamatan yang ada di Kabupaten
Pinrang. Namun demikian, untuk penetapan sentra utama dan sentra penyangga bawang putih
yang merupakan komponen kawasan sebagaimana kriteria yang dipaparkan di atas, akan dipilih
berdasarkan penamanan yang sedang dilakukan di Desa Letta Kecamatan Lembang sebagai
sentra utama, dan kedua kecamatan yang berbatasan langsung dengan lokasi penanaman
tersebut sebagai sentra penyangga.
4. Penetapan Kabupaten Pinrang sebagai Lokasi Kawasan Bawang Putih Nasional.
Berdasarkan Lampiran Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/RC.040/6/2018 tentang Lokasi
Kawasan Pertanian Nasional, dimana Kabupaten Pinrang dialolasikan sebagai Kawasan Bawang
Putih Nasional bersama Kabupaten Enrekang dan Barru, sebagai Kawasan pertama dari dua
Kawasan Bawang Putih Nasional di Provinsi Sulawesi Selatan.
Berdasarkan urian tersebut di atas, maka diusulkan sebanyak satu Kawasan Bawang Putih di
Kabupaten Pinrang, yaitu Kawasan Bawang Putih Pinrang, dengan Peta Rencana Kawasan Bawang
Putih Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Gambar 4.2.9, sedangkan spesifikasi Kawasan Bawang
Putih dapat dilihat pada Tabel 4.2.9:

Tabel 4.2.9. Pembagian Kawasan dan Sentra Bawang Putih di Kabupaten Pinrang, serta
Luasnya
Bawang Putih
Sentra Bawang Putih
Luas Tanam (Ha) Produksi (KW)
1. Lembang 10 -
Sentra Utama
Kawasan Bawang Total Sentra Utama 10 -
Putih 1. Batulappa - -
Sentra Penyangga 2. Duampanua - -
Total Sentra Penyangga - -
Total Kawasan Bawang Putih 10 -
Total Kabupaten Pinrang 10 -
Sumber : Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Pinrang, 2019

Kawasan Bawang Putih Pinrang terdiri dari Sentra Utama Bawang Putih yang terdiri dari satu
kecamatan, yaitu Kecamatan Lembang; dan Sentra Penyangga Bawang Putih yang terdiri dari dua
kecamatan, yaitu Kecamatan Batulappa dan Duampanua. Kawasan Bawang Putih Pinrang memiliki
lahan tanam bawang putih seluas 10 Ha pada Tahun 2019 sebagai proyek percontohan di Desa
Letta, Kecamatan Lembang.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 26


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Gambar 4.2.9. Peta Rencana Kawasan dan Sentra Bawang Putih Kabupaten Pinrang

1. Sentra Utama Bawang Putih


Sentra Utama Bawang Putih Pinrang memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki lahan tanam bawang putih seluas 10 Ha pada Tahun 2019 sebagai proyek
percontohan di Desa Letta, Kecamatan Lembang;
b. Memiliki dua Sentra Utama Bawang Putih, yaitu : Kecamatan Lembang

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 27


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

2. Sentra Penyanggah Bawang Putih


Sentra Penyanggah Bawang Putih Pinrang memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki lahan yang berbatasan langsung dengan lokasi penanaman bawang putih di Sentra
Utama, yang tersebar di dua Kecamatan;
b. Memiliki dua Sentra Penyanggah Bawang Merah, yaitu :
1) Sentra Penyanggah Bawang Putih I Kecamatan Batulappa yang memiliki lahan
berbatasan langsung dengan Sentra Utama Bawang Putih Desa Letta, Kecamatan
Lembang dengan karakteristik lahan yang mirip dengan Desa Letta, Kecamatan
Lembang; dan
2) Sentra Penyanggah Bawang Putih II Kecamatan Duampanua yang memiliki lahan
berbatasan langsung dengan Sentra Utama Bawang Putih Desa Letta, Kecamatan
Lembang dengan karakteristik lahan yang mirip dengan Desa Letta, Kecamatan
Lembang.

4.3. RENCANA KAWASAN PERKEBUNAN


Komoditas perkebunan yang diproduksi di Kabupaten Pinrang, antara lain kelapa, kakao, kopi, jambu
mete, kemiri, cengkeh, kapuk, lada, vanili, aren, pinang, pala, kelapa sawit, dan nilam. Berdasarkan
data BPS Kabupaten Pinrang, komoditas perkebunan yang banyak diproduksi oleh masyarakat
adalah kelapa, kopi, kakao, jambu mete, kemiri, cengkeh, dll. Luas Areal Tanam, Volume Produksi,
Jumlah Pekebun dan Produktivitas Komoditas Perkebunan di Kabupaten Pinrang pada Tahun 2017
dapat dilihat pada Tabel 4.3.1.

Tabel 4.3.1. Luas Areal Tanam, Volume Produksi, Jumlah Pekebun dan Produktivitas
Komoditas Perkebunan di Kabupaten Pinrang, 2017
Komoditas Areal Tanam (Ha) Produksi Petani Produktivit
No.
Perkebunan TBM TM TT/TR Jumlah (Ton) (KK) as (Kg/Ha)
1. Kelapa 356,60 4.629,50 5.051,4 10.018,50 3.569,21 11.581 1.528,67
Kelapa Dalam 356,60 4.234,50 4.090,90 8.683,00 3.270,46 9.127 772,34
Kelapa Hibrida 0 395,00 960,50 1.335,50 298,75 2.454 756,33
2. Kakao 1.257,00 12.740,00 5.624,00 19.585,00 11.067,00 21.200 871,17
3. Kopi 233.00 3.259,00 775,00 4.237,00 2.795,47 5.835,00 1.583,46
Kopi Robusta 120,00 2.931,00 723,00 3.744,00 2.562,90 5.335 874,41
Kopi Arabika 113,00 328,00 52,00 493,00 232,57 500 709,05
4. Jambu Mete 0 441,50 851,00 1.292,50 251,91 1.980 570,58
5. Kemiri 20,00 609,00 247,00 876,00 476,40 1.482 782,27
6. Cengkeh 428,00 77,00 125,00 630,00 31,30 862 406,49
7. Kapuk 1,00 32,00 177,50 210,50 14,30 196 446,88
8. Lada 32,10 40,00 33,00 105,10 6,60 198 165,00
9. Vanili 16,00 0 41,00 57,00 0 89 0
10. Aren 17,00 313,00 67,00 397,00 150,86 364 481,98
11. Pinang 0 35,00 25,00 60,00 12,00 72 342,86
12. Pala 99,83 0 0 99,83 0 372 0
13. Kelapa Sawit 317,70 448,30 0 766,0 0 675 7.152,35
14. Nilam 0 2,00 0 2 0 5 0
Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2018 (dikompilasi)
Berdasarkan data pada table tersebut, terdapat empat komoditas perkebunan yang memiliki luas
areal tanam lebih dari seribu hektar dan memiliki volume produksi yang besar di Kabupaten Pinrang,
yakni kelapa, kakao, kopi dan jambu mete. Kakao, kopi dan jambu mete merupakan komoditas
komersial, sedangkan kelapa sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Berikut

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 28


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

diuraikan potensi dan perkembangan komoditas-komoditas tersebut secara berurutan berdasarkan


luas areal tanam dari areal tanam terluas.
1. Kakao memiliki areal tanam seluas 19.585,0 Ha, terdiri dari TBM seluas 1.257,0 Ha, TM seluas
12.740,0 Ha, dan TT/TR seluas 5.624,0 Ha, dengan volume produksi mencapai 11.067,00 Ton,
dan melibatkan 21.200 KK sebagai pekebun;
2. Kelapa, terdiri dari kelapa dalam dan kelapa hibrida, memiliki areal tanam seluas 10.018,5 Ha,
terdiri dari TBM seluas 356,6 Ha, TM seluas 4.629,5 Ha, dan TT/TR seluas 5.051,4 Ha, dengan
volume produksi mencapai 3.569,21 Ton, dan melibatkan 11.581 KK sebagai pekebun;
3. Kopi, terdiri dari kopi robusta dan kopi arabika, memiliki areal tanam seluas 4.237,0 Ha, terdiri dari
TBM seluas 233,0 Ha, TM seluas 3.259,0 Ha, dan TT/TR seluas 775,0 Ha, dengan volume
produksi mencapai 2.795,47 Ton, dan melibatkan 5.835 KK sebagai pekebun; dan
4. Jambu mete memiliki areal tanam seluas 1.292,5 Ha, terdiri dari TBM seluas 0,0 Ha, TM seluas
441,5 Ha, dan TT/TR seluas 851,0 Ha, dengan volume produksi mencapai 251,91 Ton, dan
melibatkan 1.980 KK sebagai pekebun.
Menurut Permentan No. 18/Permentan/RC.040/4/2018 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan
Pertanian Berbasis Korporasi Petani bahwa Lokasi Kawasan Perkebunan dapat berupa kawasan
yang secara historis telah eksis maupun lokasi baru yang sesuai tipologi agroekosistem dan
persyaratan budidaya bagi masing-masing jenis komoditas. Kriteria khusus Kawasan Perkebunan
mencakup berbagai aspek teknis yang bersifat spesifik komoditas, baik untuk tanaman tahunan,
tanaman semusim, serta tanaman rempah dan penyegar.
Kriteria khusus Kawasan Perkebunan, yaitu sebagai berikut:
1. Pengusahaan perkebunan dilakukan dalam bentuk usaha perkebunan rakyat dan/atau usaha
perkebunan besar dengan pendekatan skala ekonomi;
2. Pengusahaan perkebunan besar dilakukan melalui kerjasama kemitraan dengan usaha
perkebunan rakyat secara berkelanjutan, baik melalui pola perusahaan inti–plasma, kerja sama
kemitraan perkebunan rakyat-perusahaan mitra, kerjasama pengolahan hasil dan/atau bentuk-
bentuk kerjasama lainnya;
3. Arah pengembangan usaha perkebunan dilaksanakan dalam bingkai prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, diantaranya: kelapa sawit dengan penerapan sistem Indonesian
Sustainable Palm Oil (ISPO), kakao dengan penerapan sustainable cocoa dan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan lainnya.
Menurut Lampiran Kepmentan No. 472/Kpts/RC.040/6/2018 tentang Lokasi Kawasan Pertanian
Nasional, dimana untuk lokasi Kawasan Perkebunan Nasional tidak dialokasikan untuk Kabupaten
Pinrang, walaupun beberapa komoditas perkebunan cukup luas diusahakan oleh petani/pekebun dan
melibatkan ribuan keluarga petani/pekebun..
Berdasarkan potensi dan perkembangan perkebunan di Kabupaten Pinrang tersebut, serta
persyaratan pembentukan Kawasan Perkebunan dan lokasi Kawasan Pertanian Nasional dimana
Kabupaten Pinrang, maka disusun Kawasan Perkebunan Kabupaten Pinrang untuk tiga komoditas
perkebunan, yaitu : (1) Kawasan Kakao; (2) Kawasan Kopi; dan (3) Kawasan Jambu Mete.

4.3.1. Kawasan Kakao


Pertimbangan penyusunan Kawasan Kakao di Kabupaten Pinrang adalah sebagai berikut.
1. Potensi Kakao dan Perkembangannya
Berdasarkan data perkembangan luas tanam, volume produksi dan produktivitas kakao di
Kabupaten Pinrang selama periode Tahun 2013-2017 (Tabel 4.3.2), terlihat bahwa selama

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 29


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

periode tersebut terjadi penurunan lahan tanam kakao seluas 2.052 Ha (9,48%), dari 21.637 Ha
pada Tahun 2013 menjadi 19.585 Ha pada Tahun 2017, volume produksi menurun sebanyak
3.042,4 Ton (21,56%),dari 14.109,4 Ton pada Tahun 2013 menjadi 11.067 Ton pada Tahun 2017.
Penurunan luas tanam kakao tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan penurunan volume
produksi, sehingga dipastikan terjadi penurunan produktivitas yang cukup besar, yakni dari 652
Kg/Ha pada Tahun 2013 dari menjadi 565 Kg/Ha pada Tahun 2017. Grafik perkembangan luas
tanam dan volume produksi kakao di Kabupaten Pinrang selama periode Tahun 2013-2017 dapat
dilihat pada Gambar 4.3.1 dan Gambar 4.3.2.
Tabel 4.3.2. Luas Panen, Volume Produksi dan Produktivitas Kakao Menurut Kecamatan di
Kabupaten Pinrang, 2013-2017
Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
No. Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
1. Suppa 208,0 122,0 112 107,0 106,0 59,9 21,1 14,9 16,4 15,0 288 173 133 153 142
2. Mattiro Sompe 286,0 286,0 286 192,0 190,0 200,7 137,8 64,5 21,9 21,0 702 482 226 114 111
3. Lanriseng 620,0 546,0 546 545,0 540,0 460,4 248,6 210,8 99,0 80,0 743 455 386 182 148
4. Mattiro Bulu 909,5 904,5 756 723,3 715,0 9,5 31,2 32,7 46,1 32,0 10 34 43 64 45
5. Watang Sawitto 195,0 135,0 120 108,0 89,0 150,0 2,0 2,7 6,7 6,0 769 15 23 62 67
6. Paleteang 1.408,0 1.201,0 1.189 1.066,2 1.056,0 1.023,0 305,0 183,5 167,9 161,0 727 254 154 157 152
7. Tiroang 1.406,0 1.406,0 1.406 1.136,0 1.117,0 1.066,0 1.168,6 969,5 350,0 340,0 758 831 690 308 304
8. Patampanua 2.588,0 2.058,0 2.065 2.064,7 2.057,0 2.023,0 993,0 137,4 594,0 480,0 782 483 67 288 233
9. Cempa 413,0 413,0 408 377,0 371,0 148,0 184,0 137,4 66,6 72,0 358 446 337 177 194
10. Duampanua 2.254,0 2.123,0 2.063 1.740,0 1.734,0 516,4 335,8 192,8 139,0 131,0 229 158 93 80 76
11. Batulappa 4.093,0 4.093,0 4.093 3.840,0 3.822,0 2.535,0 2.560,0 2.550,0 3.273,0 2.469,0 619 625 623 852 646
12. Lembang 7.256,5 7.263,5 7.294 7.797,0 7.788,0 5.917,5 5.994,5 5.583,5 7.500,0 7.260,0 815 825 765 962 932
Kabupaten 21.637 20.551 20.337 19.696,2 19.585 14.109,4 12.017,6 10.935,3 12.280,5 11.067 652 585 538 623 565
Pinrang

Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2014, 2015, 2016, 2017, dan 2018 (dikompilasi)

25000
Perkembangan Luas Tanam Kakao, 2013-2017

20000

2013 2014 2015 2016 2017


15000
Ha

10000

5000

Gambar 4.3.1. Grafik Perkembangan Luas Tanam Kakao di Kabupaten Pinrang Menurut
Kecamatan, Tahun 2013-2017

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 30


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

16000

Perkembangan Produksi Kakao, 2013-2017


14000

12000

2013 2014 2015 2016 2017


10000
Ton

8000

6000

4000

2000

Gambar 4.3.2. Grafik Perkembangan Volume Produksi Kakao di Kabupaten Pinrang Menurut
Kecamatan, Tahun 2013-2017

Kecamatan Lembang memiliki luas tanam kakao tertinggi yang mencapai 7.788 Ha pada Tahun
2017. Diikuti oleh Kecamatan Batulappa dengan luas panen 3.822 Ha, Kecamatan Patampanua
dengan luas panen 2.023 Ha, Kecamatan Duampanua dengan luas panen 1.734 Ha, Kecamatan
Tiroang dengan luas panen 1.117 Ha, dan Kecamatan Paleteang dengan luas panen 1.056 Ha.
Volume produksi kakao di Kabupaten Pinrang pada Tahun 2017 mencapai 11.067 Ton. Terjadi
penurunan volume produksi kakao dari Tahun 2016 sebesar 9,88% atau setara dengan 1.213,5
Ton. Terdapat enam kecamatan dengan penyumbang produksi kakao yang besar di Kabupaten
Pinrang pada Tahun 2017. Penyumbang terbesar yaitu Kecamatan Lembang sebanyak 7.260 Ton
(65,60%). Diikuti Kecamatan Batulappa sebanyak 2.469 Ton (22,31%), Kecamatan Patampanua
sebanyak 480 Ton (4,34%), Kecamatan Tiroang sebanyak 340 Ton (3,07%), Kecamatan
Paleteang sebanyak 167 Ton (1,45%), dan Kecamatan Duampanua sebanyak 131 Ton (1,18%).
Perkembangan produktivitas kakao di setiap kecamatan dan antar waktu sangat bervariasi di
Kabupaten Pinrang, sesuai dengan status Tanaman Kakao (Tanaman Belum Menghasilkan,
Tanaman Menghasilkan, dan Tanaman Rusak/Tua).

2. Persyaratan Penetapan Kawasan Kakao


Persyaratan teknis dan kriteria khusus untuk pembentukan Kawasan Perkebunan sebagaimana
telah dipaparkan di atas secara umum dapat terpenuhi untuk komoditas kakao di 12 Kecamatan
yang ada di Kabupaten Pinrang. Namun demikian, untuk penetapan sentra utama, sentra
penyangga dan sentra pengembangan yang merupakan komponen kawasan, akan dipilih
berdasarkan luas tanam dan volume produksi di masing-masing kecamatan. Di lain pihak, untuk
Sentra Pendukung, yang meliputi unit pengolahan, sumber pembiayaan, dan gerbang pemasaran
ditetapkan berdasarkan atas keberadaan komponen pendukung tersebut.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 31


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Berdasarkan urian tersebut di atas, maka diusulkan sebanyak satu Kawasan Kakao di Kabupaten
Pinrang, yaitu Kawasan Kakao Pinrang, dengan Peta Rencana Kawasan Kakao Kabupaten Pinrang
dapat dilihat pada Gambar 4.3.3, sedangkan spesifikasi Kawasan Kakao dapat dilihat pada Tabel
4.3.3:
Tabel 4.3.3. Pembagian Kawasan dan Sentra Kakao di Kabupaten Pinrang
Luas Panen Produksi
Sentra Kakao
(Ha) (Ton)
Lembang 7.788 7.260
Sentra Utama
Total Sentra Utama 7.788 7.260
Batulappa 3.822 2.469
Sentra Penyangga
Total Sentra Penyangga 3.822 2.469
Kawasan Kakao Lanriseng 540 80
Pinrang Mattiro Bulu 715 32
Paleteang 1,056 161
Sentra Pengembangan Tiroang 1,117 340
Patampanua 2,057 480
Duampanua 1,734 131
Total Sentra Pengembangan 7,219 1,224
Total Kawasan Kakao 18,829 10,953
Total Kabupaten Pinrang 19,585 11,067

Sentra Pendukung Kecamatan Kapasitas Ket.


Unit Pengolahan
Kawasan Kakao
Sumber pembiayaan
Pinrang
Gerbang Pemasaran
Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2018 (diolah) dan Hasil Survei

Kawasan Kakao Pinrang memiliki lahan tanam kakao seluas 18.829 Ha pada Tahun 2017 dengan
volume produksi mencapai 10.953 Ton. Kawasan Kakao Pinrang terdiri dari Sentra Utama Kakao
adalah Kecamatan Lembang; Sentra Penyangga Kakao Kecamatan Batulappa; dan Sentra
Pengembangan Kakao meliputi enam Kecamatan, yaitu Kecamatan Lanriseng, Mattirobulu,
Paleteang, Tiroang, Patampanua dan Duampanua. Dilain pihak, Sentra Pendukung meliputi :
Kecamatan dimana Unit Pengolahan Kakao, Sumber Pembiayaan, dan Gerbang Pemasaran Kakao
berada.

1. Sentra Utama Kakao


Sentra Utama Kakao Pinrang memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki lahan tanam kakao seluas 7.788 Ha (TBM 238 Ha, TM 7.032 Ha, dan TT/R 568 Ha)
pada Tahun 2017 dengan volume produksi mencapai 7.260 Ton;
b. Memiliki satu Sentra Utama Kakao, yaitu : Sentra Utama Kakao Kecamatan Lembang; dan

2. Sentra Penyanggah Kakao


Sentra Penyanggah Kakao Pinrang memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki lahan tanam kakao seluas 3.822 Ha (TBM 281 Ha, TM 2.594 Ha, dan TT/R 947 Ha)
pada Tahun 2017 dengan volume produksi mencapai 2.469 Ton;
b. Memiliki lima Sentra Penyanggah Kakao, yaitu : Sentra Penyanggah Kakao Kecamatan
Batulappa

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 32


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Gambar 4.3.3. Peta Rencana Kawasan dan Sentra Kakao Kabupaten Pinrang

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 33


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

3. Sentra Pengembangan Kakao


Sentra Pengembangan Kakao Pinrang memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki lahan tanam kakao seluas 7.219 Ha pada Tahun 2017 dengan volume produksi
mencapai 1.224 Ton;
b. Memiliki enam Sentra Pengembangan Kakao, yaitu :
1) Sentra Pengembangan Kakao I Kecamatan Lanriseng yang memiliki lahan tanam kakao
seluas 540 Ha (TBM 2 Ha, TM 218 Ha, dan TT/R 320 Ha) pada Tahun 2017 dengan
volume produksi mencapai 80 Ton;
2) Sentra Pengembangan Kakao II Kecamatan Mattirobulu yang memiliki lahan tanam kakao
seluas 715 Ha (TBM 53 Ha, TM 99 Ha, dan TT/R 563 Ha) pada Tahun 2017 dengan
volume produksi mencapai 32 Ton;
3) Sentra Pengembangan Kakao III Kecamatan Paleteang yang memiliki lahan tanam kakao
seluas 1.058 Ha (TBM 39 Ha, TM 337 Ha, dan TT/R 680 Ha) pada Tahun 2017 dengan
volume produksi mencapai 161 Ton;
4) Sentra Pengembangan Kakao IV Kecamatan Tiroang yang memiliki lahan tanam kakao
seluas 1.117 Ha (TBM 101 Ha, TM 925 Ha, dan TT/R 91 Ha) pada Tahun 2017 dengan
volume produksi mencapai 340 Ton;
5) Sentra Pengembangan Kakao V Kecamatan Patampanua yang memiliki lahan tanam
kakao seluas 2.057 Ha (TBM 154 Ha, TM 903 Ha, dan TT/R 1.000 Ha) pada Tahun 2017
dengan volume produksi mencapai 480 Ton; dan
6) Sentra Pengembangan Kakao VI Kecamatan Duampanua yang memiliki lahan tanam
kakao seluas 1.734 Ha (TBM 251 Ha, TM 262 Ha, dan TT/R 1.221 Ha) pada Tahun 2017
dengan volume produksi mencapai 131 Ton.

4. Sentra Pendukung Kakao


Sentra Pendukung Kawasan Kakao Pinrang meliputi :
a. Unit Pengolahan : -
b. Sumber Pembiayaan : -
c. Gerbang Pemasaran : Dipasarkan di WatangSawitto, dan selanjutnya dijual ke Makassar

4.3.2. Kawasan Kopi


Pertimbangan penyusunan Kawasan Kopi di Kabupaten Pinrang adalah sebagai berikut.
1. Potensi Kopi dan Perkembangannya
Berdasarkan data perkembangan luas tanam, volume produksi dan produktivitas kopi, baik
robusta maupun arabika, di Kabupaten Pinrang selama periode Tahun 2013-2017 (Tabel 4.3.4),
terlihat bahwa selama periode tersebut terjadi peningkatan lahan tanam kopi seluas 118 Ha
(2,84%), dari 4.149 Ha pada Tahun 2013 menjadi 4.267 Ha pada Tahun 2017, volume produksi
meningkat sebanyak 212,67 Ton (8,23%),dari 2.582,8 Ton pada Tahun 2013 menjadi 2.795,47
Ton pada Tahun 2017. Peningkatan luas tanam kopi tersebut jauh lebih rendah dibandingkan
dengan peningkatan volume produksi, sehingga dipastikan terjadi peningkatan produktivitas yang
cukup besar, yakni dari 623 Kg/Ha pada Tahun 2013 dari menjadi 665 Kg/Ha pada Tahun 2017.
Grafik perkembangan luas tanam dan volume produksi kopi di Kabupaten Pinrang selama periode
Tahun 2013-2017 dapat dilihat pada Gambar 4.3.4 dan Gambar 4.3.5.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 34


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Tabel 4.3.4. Luas Panen, Volume Produksi dan Produktivitas Kopi Menurut Kecamatan di
Kabupaten Pinrang, 2013-2017
Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
No. Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
1. Suppa
2. Mattiro Sompe
3. Lanriseng
4. Mattiro Bulu
5. Watang Sawitto
6. Paleteang
7. Tiroang
8. Patampanua 34 34 34 34 34 10.8 11.5 12.5 12.9 12.9 318 338 368 379 379
9. Cempa 63 63 73 51 51 15 15 15 15 15 238 238 205 294 294
10. Duampanua 4052 4057 4057 4222 4182 2557 2557 2557 2773.87 2767.57 631 630 630 657 662
11. Batulappa 3654 3659 3659 3729 3689 2329 2329 2329 2531 2535 637 637 637 679 687
12. Lembang 398 398 398 493 493 228 228 228 242.87 232.57 573 573 573 493 472
Kabupaten 4149 4154 2164 4307 4267 2582.8 2583.5 2584.5 2801.77 2795.47 623 622 1,194 651 655
Pinrang
Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2014, 2015, 2016, 2017, dan 2018 (dikompilasi)

5000

Perkembangan Luas Areal Tanam Kopi, 2013-2017


4500

4000

3500
2013 2014 2015 2016 2017

3000

2500
Ha

2000

1500

1000

500

Gambar 4.3.4. Grafik Perkembangan Luas Tanam Kopi di Kabupaten Pinrang Menurut
Kecamatan, Tahun 2013-2017

Kecamatan Lembang memiliki luas tanam kopi tertinggi yang mencapai 4.182 Ha pada Tahun
2017, terdiri dari kopi robusta seluas 3.689 Ha dan kopi arabika seluas 493 Ha, dan mengalami
peningkatan 130 Ha selama 5 tahun. Diikuti oleh Kecamatan Batulappa dengan luas tanam 51
Ha kopi robusta dan mengalami penuruan 12 Ha selama 5 tahun, dan Kecamatan Duampanua
dengan luas tanam 34 Ha kopi robusta dan tidak mengalami perubahan selama 5 tahun.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 35


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

3000

Perkembangan Produksi Kopi, 2013-2017


2500

2013 2014 2015 2016 2017

2000
Ton

1500

1000

500

Gambar 4.3.5. Grafik Perkembangan Volume Produksi Kopi di Kabupaten Pinrang Menurut
Kecamatan, Tahun 2013-2017

Volume produksi kopi di Kabupaten Pinrang pada Tahun 2017 mencapai 2.759,47 Ton. Terjadi
penurunan volume produksi kopi dari Tahun 2016 sebesar 0,22% atau setara dengan 6,3 Ton.
Terdapat tiga kecamatan dari 12 kecamatan di Kabupaten Pinrang yang penyumbang produksi
kopi pada Tahun 2017. Penyumbang terbesar yaitu Kecamatan Lembang sebanyak 2.767 Ton
(99,00%). Dua kecamatan lainnya hanya menyumbang 1,0%, yaitu Kecamatan Batulappa
sebanyak 15 Ton, dan Kecamatan Duampanua sebanyak 12,9 Ton.
Perkembangan produktivitas kopi di tiga kecamatan sangat bervariasi antar kecamatan dan antar
waktu di Kabupaten Pinrang, sesuai dengan status Tanaman kopi (Tanaman Belum
Menghasilkan, Tanaman Menghasilkan, dan Tanaman Rusak/Tua).
2. Persyaratan Penetapan Kawasan Kopi
Persyaratan teknis dan kriteria khusus untuk pembentukan Kawasan Perkebunan sebagaimana
telah dipaparkan di atas secara umum dapat terpenuhi untuk komoditas kopi di tiga Kecamatan
yang ada di Kabupaten Pinrang tersebut. Namun demikian, untuk penetapan sentra utama, sentra
penyangga dan sentra pengembangan yang merupakan komponen kawasan, akan dipilih
berdasarkan luas tanam dan volume produksi di masing-masing kecamatan. Di lain pihak, untuk
Sentra Pendukung, yang meliputi unit pengolahan, sumber pembiayaan, dan gerbang pemasaran
ditetapkan berdasarkan atas keberadaan komponen pendukung tersebut.

Berdasarkan urian tersebut di atas, maka diusulkan sebanyak satu Kawasan Kopi di Kabupaten
Pinrang, yaitu Kawasan Kopi Pinrang, dengan Peta Rencana Kawasan Kopi Kabupaten Pinrang
dapat dilihat pada Gambar 4.3.6, sedangkan spesifikasi Kawasan Kopi dapat dilihat pada Tabel
4.3.5:

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 36


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Tabel 4.3.5. Pembagian Kawasan dan Sentra Kopi di Kabupaten Pinrang


Kopi Arabika Kopi Rubusta
Sentra Bawang Merah Luas Tanam Produksi Luas Tanam Produksi
(Ha) (KW) (Ha) (KW)
Lembang 3,689 2,535.0 493 232.6
Sentra Utama
Total Sentra Utama
Kawasan
Batulappa 51 15.0
Kopi
Sentra Penyangga Total Sentra
Pinrang 51 15.0
Penyangga
Duampanua 34 12.90
Sentra
Total Sentra
Pengembangan 34 12.90
Pengembangan
Total Kawasan Kopi 3,774 2,562.9 493 232.6
Total Kabupaten Pinrang 3.774 2.562,9 493 232,6

Sentra
Kecamatan Kapasitas Keterangan
Pendukung
Unit Pengolahan
Kawasan Sumber
Kopi pembiayaan
Pinrang Gerbang
Pemasaran
Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2018 (diolah) dan Hasil Survei

Kawasan Kopi Pinrang memiliki lahan tanam kopi seluas 4.267 Ha pada Tahun 2017 dengan volume
produksi mencapai 2.795,47 Ton. Kawasan Kopi Pinrang terdiri dari Sentra Utama Kopi adalah
Kecamatan Lembang; Sentra Penyangga Kopi Kecamatan Batulappa; dan Sentra Pengembangan
Kopi Kecamatan Duampanua. Dilain pihak, Sentra Pendukung meliputi : Kecamatan dimana Unit
Pengolahan Kopi, Sumber Pembiayaan, dan Gerbang Pemasaran Kopi berada.

1. Sentra Utama Kopi


Sentra Utama Kopi Pinrang memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki lahan tanam kopi seluas 4.267 Ha dengan volume produksi .795,47 Ton, terdiri dari :
1) Kopi Robusta seluas 3.689 Ha (TBM 100 Ha, TM 2.883 Ha, dan TT/R 706 Ha) pada
Tahun 2017 dengan volume produksi mencapai 2.535 Ton; dan
2) Kopi Arabika seluas 493 Ha (TBM 113 Ha, TM 328 Ha, dan TT/R 52 Ha) pada Tahun
2017 dengan volume produksi mencapai 232,57 Ton.
b. Memiliki satu Sentra Utama Kopi, yaitu : Sentra Utama Kopi Kecamatan Lembang.

2. Sentra Penyanggah Kopi


Sentra Penyanggah Kopi Pinrang memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki lahan tanam kopi robusta seluas 51 Ha (TBM 20 Ha, TM 29 Ha, dan TT/R 2 Ha)
pada Tahun 2017 dengan volume produksi mencapai 15 Ton; dan
b. Memiliki satu Sentra Penyanggah Kopi, yaitu : Sentra Penyanggah Kopi Kecamatan
Batulappa.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 37


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Gambar 4.3.6. Peta Rencana Kawasan dan Sentra Kopi Kabupaten Pinrang

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 38


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

3. Sentra Pengembangan Kopi


Sentra Pengembangan Kopi Pinrang memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki lahan tanam kopi robusta seluas 34 Ha (TBM 0 Ha, TM 19 Ha, dan TT/R 15 Ha)
pada Tahun 2017 dengan volume produksi mencapai 12,9 Ton; dan
b. Memiliki satu Sentra Pengembangan Kopi, yaitu : Sentra Pengembangan Kopi Kecamatan
Duampanua.

4. Sentra Pendukung Kopi


Sentra Pendukung Kawasan Kopi Pinrang meliputi :
a. Unit Pengolahan : -
b. Sumber Pembiayaan : -
c. Gerbang Pemasaran : Dipasarkan di WatangSawitto, dan selanjutnya dijual ke Makassar

4.3.3. Kawasan Jambu Mete


Pertimbangan penyusunan Kawasan Jambu Mete di Kabupaten Pinrang adalah sebagai berikut.
1. Potensi Jambu Mete dan Perkembangannya
Berdasarkan data perkembangan luas tanam, volume produksi dan produktivitas jambu mete di
Kabupaten Pinrang selama periode Tahun 2013-2017 (Tabel 4.3.6), terlihat bahwa selama
periode tersebut terjadi penurunan lahan tanam jambu mete seluas 290,5 Ha (18,35%), dari 1.583
Ha pada Tahun 2013 menjadi 1.292,5 Ha pada Tahun 2017, volume produksi meningkat
sebanyak 42,92 Ton (20,54%), dari 208,99 Ton pada Tahun 2013 menjadi 251,99 Ton pada
Tahun 2017. Penurunan luas tanam jambu mete yang cukup besar tersebut berbanding terbalik
dengan kondisi volume produksi yang mengalami peningkatan, sehingga dipastikan terjadi
peningkatan produktivitas yang cukup besar, yakni dari 132 Kg/Ha pada Tahun 2013 dari menjadi
195 Kg/Ha pada Tahun 2017. Grafik perkembangan luas tanam dan volume produksi jambu mete
di Kabupaten Pinrang selama periode Tahun 2013-2017 dapat dilihat pada Gambar 4.3.7 dan
Gambar 4.3.8.
Tabel 4.3.6. Luas Panen, Volume Produksi dan Produktivitas Jambu Mete Menurut Kecamatan
di Kabupaten Pinrang, 2013-2017
Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
No. Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
1. Suppa 223 214 214 214 214 20.19 17.93 16.83 16.83 16.83 91 84 79 79 79
2. Mattiro Sompe
3. Lanriseng
4. Mattiro Bulu 183 183 123 123 123 0 2.67 7.0 7.0 7.0 - 15 57 57 57
5. Watang Sawitto
6. Paleteang 8 1.5 1.5 1.5 1.5 0 0.3 0.5 0.5 0.5 - 200 333 333 333
7. Tiroang 55 55 25 25 25 6.3 6.3 4.3 4.3 4.3 115 115 172 172 172
8. Patampanua 79 37 37 37 37 24.0 9.5 11.5 11.5 11.5 304 257 311 311 311
9. Cempa
10. Duampanua 156 100 33 33 33 1.5 1.65 1.54 1.54 1.28 10 17 47 47 39
11. Batulappa 111 111 94 94 94 14.0 14.0 33.0 33.0 30.0 126 126 351 351 319
12. Lembang 768 768 768 768 765 143.0 143.0 184.5 184.5 180.5 186 186 240 240 236
Kabupaten 1583 1469.5 1295.5 1295.5 1292.5 208.99 195.35 259.17 259.17 251.91 132 133 200 200 195
Pinrang

Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2014, 2015, 2016, 2017, dan 2018 (dikompilasi)

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 39


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

1800
Perkembangan Luas Tanam Jambu Mete, 2013-2017
1600

2013 2014 2015 2016 2017


1400

1200

1000

800
Ha

600

400

200

Gambar 4.3.7. Grafik Perkembangan Luas Tanam Jambu Mete di Kabupaten Pinrang Menurut
Kecamatan, Tahun 2013-2017

300

Perkembangan Produksi Jambu Mete, 2013-2017


250

2013 2014 2015 2016 2017

200
Ton

150

100

50

Gambar 4.3.8. Grafik Perkembangan Volume Produksi Jambu Mete di Kabupaten Pinrang
Menurut Kecamatan, Tahun 2013-2017

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 40


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Kecamatan Lembang memiliki luas tanam jambu mete tertinggi yang mencapai 765 Ha pada
Tahun 2017. Diikuti oleh Kecamatan Suppa dengan luas tanam 214 Ha, Kecamatan Mattirobulu
dengan luas tanam 123 Ha, Kecamatan Batulappa dengan luas tanam 94 Ha, Kecamatan
Patampanua dengan luas tanam 37 Ha, Kecamatan Duampanua dengan luas tanam 33 Ha,
Kecamatan Tiroang dengan luas tanam 25 Ha dan Kecamatan Paleteang dengan luas panen 1,5
Ha. Di lain pihak, volume produksi jambu mete di Kabupaten Pinrang pada Tahun 2017
mencapai 259,17 Ton. Terjadi penurunan volume produksi jambu mete dari Tahun 2016 sebesar
2,8% atau setara dengan 7,26 Ton. Terdapat delapan kecamatan yang menyumbang produksi
jambu mete di Kabupaten Pinrang pada Tahun 2017. Penyumbang terbesar yaitu Kecamatan
Lembang sebanyak 180,5 Ton (71,65%). Diikuti Kecamatan Batulappa sebanyak 30,0 Ton
(11,91%), Kecamatan Suppa sebanyak 16,83 Ton (6,68%), Kecamatan Patampanua sebanyak
11,5 Ton (4,57%), Kecamatan Mattirobulu sebanyak 7 Ton (2,78%), Kecamatan Tiroang
sebanyak 4,3 Ton (1,71%), Kecamatan Duampanua sebanyak 1,28 Ton (0,51%), dan Kecamatan
Paleteang sebanyak 0,51 Ton (0,20%).
Perkembangan produktivitas jambu mete di setiap kecamatan dan antar waktu sangat bervariasi
di Kabupaten Pinrang, sesuai dengan status Tanaman jambu mete (Tanaman Belum
Menghasilkan, Tanaman Menghasilkan, dan Tanaman Rusak/Tua).
2. Persyaratan Penetapan Kawasan Jambu Mete
Persyaratan teknis dan kriteria khusus untuk pembentukan Kawasan Perkebunan sebagaimana
telah dipaparkan di atas secara umum dapat terpenuhi untuk komoditas jambu mete di 8
Kecamatan yang ada di Kabupaten Pinrang. Namun demikian, untuk penetapan sentra utama,
sentra penyangga dan sentra pengembangan yang merupakan komponen kawasan, akan dipilih
berdasarkan luas tanam dan volume produksi di masing-masing kecamatan. Di lain pihak, untuk
Sentra Pendukung, yang meliputi unit pengolahan, sumber pembiayaan, dan gerbang pemasaran
ditetapkan berdasarkan atas keberadaan komponen pendukung tersebut.

Berdasarkan urian tersebut di atas, maka diusulkan sebanyak satu Kawasan Jambu Mete di
Kabupaten Pinrang, yaitu Kawasan Jambu Mete Pinrang, dengan Peta Rencana Kawasan Jambu
Mete Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Gambar 4.3.9, sedangkan spesifikasi Kawasan Jambu
Mete dapat dilihat pada Tabel 4.3.7:
Tabel 4.3.7. Pembagian Kawasan dan Sentra Jambu Mete di Kabupaten Pinrang
Mete
Sentra Jambu Mete
Luas Panen (Ha) Produksi (KW)
Lembang 765 180.5
Sentra Utama
Total Sentra Utama
Sentra Suppa 214 16.83
Penyangga Total Sentra Penyangga
Kawasan Jambu Mete Mattiro Bulu 123 7.0
Pinrang Paleteang 1.5 0.5
Tiroang 25 4.3
Sentra
Pengembangan
Patampanua 37 11.5
Duampanua 33 1.28
Batulappa 94 30
Total Sentra Pengembangan 313.5 54.58
Total Kawasan Mete 1,292,5 251,91
Total Kabupaten Pinrang 1,292.5 251.91

Sentra Pendukung Kecamatan Kapasitas Keterangan


Unit Pengolahan
Kawasan Jambu Mete
Sumber pembiayaan
Pinrang
Gerbang Pemasaran
Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2018 (diolah) dan Hasil Survei

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 41


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Gambar 4.3.9. Peta Rencana Kawasan dan Sentra Jambu Mete Kabupaten Pinrang

Kawasan Jambu Mete Pinrang memiliki lahan tanam jambu mete seluas 1.292,5 Ha pada Tahun 2017
dengan volume produksi mencapai 251,91 Ton. Kawasan jambu mete Pinrang terdiri dari Sentra
Utama Jambu Mete adalah Kecamatan Lembang; Sentra Penyangga Jambu Mete Kecamatan Suppa;
dan Sentra Pengembangan Jambu Mete meliputi enam Kecamatan, yaitu Kecamatan Mattirobulu,

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 42


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Paleteang, Tiroang, Patampanua, Duampanua dan Batulappa. Dilain pihak, Sentra Pendukung
meliputi : Kecamatan dimana Unit Pengolahan Kakao, Sumber Pembiayaan, dan Gerbang
Pemasaran Jambu Mete berada.

1. Sentra Utama Jambu Mete


Sentra Utama Jambu Mete Pinrang memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki lahan tanam jambu mete seluas 765 Ha (TBM 0 Ha, TM 254 Ha, dan TT/R 511 Ha)
pada Tahun 2017 dengan volume produksi mencapai 180,5 Ton;
b. Memiliki satu Sentra Utama Jambu Mete, yaitu : Sentra Utama Jambu Mete Kecamatan
Lembang.
2. Sentra Penyanggah Jambu Mete
Sentra Penyanggah Jambu Mete Pinrang memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki lahan tanam jambu mete seluas 214 Ha (TBM 0 Ha, TM 66 Ha, dan TT/R 148 Ha)
pada Tahun 2017 dengan volume produksi mencapai 16,83 Ton;
b. Memiliki satu Sentra Penyanggah Jambu Mete, yaitu : Sentra Penyanggah Jambu Mete
Kecamatan Suppa.
3. Sentra Pengembangan Jambu Mete
Sentra Pengembangan Jambu Mete Pinrang memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki lahan tanam jambu mete seluas 313,5 Ha pada Tahun 2017 dengan volume
produksi mencapai 54,58 Ton;
b. Memiliki enam Sentra Pengembangan Jambu Mete, yaitu :
1) Sentra Pengembangan Jambu Mete I Kecamatan Mattirobulu yang memiliki lahan tanam
Jambu Mete seluas 123 Ha (TBM 0 Ha, TM 13 Ha, dan TT/R 110 Ha) pada Tahun 2017
dengan volume produksi mencapai 7,0 Ton;
2) Sentra Pengembangan Jambu Mete II Kecamatan Paleteang yang memiliki lahan tanam
Jambu Mete seluas 1,5 Ha (TBM 0 Ha, TM 1,5 Ha, dan TT/R 0 Ha) pada Tahun 2017
dengan volume produksi mencapai 0,5 Ton;
3) Sentra Pengembangan Jambu Mete III Kecamatan Tiroang yang memiliki lahan tanam
Jambu Mete seluas 25 Ha (TBM 0 Ha, TM 11 Ha, dan TT/R 14 Ha) pada Tahun 2017
dengan volume produksi mencapai 4,3 Ton;
4) Sentra Pengembangan Jambu Mete IV Kecamatan Patampanua yang memiliki lahan
tanam Jambu Mete seluas 37 Ha (TBM 0 Ha, TM 19 Ha, dan TT/R 18 Ha) pada Tahun
2017 dengan volume produksi mencapai 11,5 Ton;
5) Sentra Pengembangan Jambu Mete V Kecamatan Duampanua yang memiliki lahan
tanam Jambu Mete seluas 33 Ha (TBM 0 Ha, TM 5 Ha, dan TT/R 28 Ha) pada Tahun
2017 dengan volume produksi mencapai 1,28 Ton; dan
6) Sentra Pengembangan Jambu Mete VI Kecamatan Batulappa yang memiliki lahan tanam
Jambu Mete seluas 94 Ha (TBM 0 Ha, TM 72 Ha, dan TT/R 22 Ha) pada Tahun 2017
dengan volume produksi mencapai 30 Ton.
4. Sentra Pendukung Kawasan Jambu Mete
Sentra Pendukung Jambu Kawasan Mete Pinrang meliputi :
d. Unit Pengolahan : -
e. Sumber Pembiayaan : -
f. Gerbang Pemasaran : Dipasarkan di WatangSawitto, dan selanjutnya dijual ke Makassar

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 43


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

4.4. RENCANA KAWASAN PETERNAKAN


Komoditas peternakan yang dibudidayakan di Kabupaten Pinrang terdiri dari komoditas ternak besar,
yang meliputi sapi perah, sapi potong, kerbau, kuda, kambing/domba, dan babi, serta ternak unggas,
yang meliputi ayam kampong (Kampung), ayam pedagig, ayam petelur, dan itik/manila. Kabupaten
Pinrang merupakan salah satu penghasil sapi potong, kerbau dan kambing yang cukup besar, dimana
pada Tahun 2017 terdapat 26.593 ekor sapi potong, 3.397 ekor kerbau dan 35.916 kambing yang
dipelihara oleh masyarakat (Tabel 4.4.1). Terdapat enam kecamatan yang terdapat populasi sapi
potong yang besar, yaitu : Kecamatan Lembang sebanyak 7.500 ekor, Kecamatan Mattiro Bulu
sebanyak 4.600 ekor, Kecamatan Suppa sebanyak 4.300 ekor, Kecamatan Duampanua sebanyak
3.200 ekor, Kecamatan Batulappa sebanyak 2.600 ekor, dan Kecamatan Patampanua sebanyak
2.081 ekor. Kerbau banyak diternak di Kecamatan Lembang (1.500 ekor) dan Mattirobulu (1.300
ekor). Kambing banyak dipelihara oleh masyarakat, terutama di enam Kecamatan, yaitu : Kecamatan
Lembang sebanyak 7.750 ekor, Kecamatan Mattiro Sompe sebanyak 6.053 ekor, Kecamatan Suppa
sebanyak 6.035 ekor, Kecamatan Lanriseng sebanyak 4.450 ekor, Kecamatan Duampanua
sebanyak 3.000 ekor, dan Kecamatan Mattirobulu sebanyak 2.800 ekor. Babi dipelihara di
Kecamatan Lembang sebanyak 5.773 ekor, dan Kecamatan Patampanua sebanyak 380 ekor. Di lain
pihak, pada Tahun 2017, populasi ayam kampong di Kabupaten Pinrang mencapai 1.746.790 ekor,
itik/manila sebanyak 1.086.562 ekor, ayam petelur sebanyak 781.300 ekor dan ayam pedaging
sebanyak 251.535 ekor (Tabel 4.4.2).

Tabel 4.4.1. Populasi Ternak Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak di Kabupaten Pinrang,
2017
Populasi Ternak (Ekor)
No. Kecamatan
Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kuda Kambing Babi
1. Suppa 4.300 37 6.035
2. Mattiro Sompe 698 15 11 6.053
3. Lanriseng 700 10 30 4.450
4. Mattiro Bulu 4.600 1.300 5 2.800
5. Watang Sawitto 150 5 100 988
6. Paleteang 264 15 12 250
7. Tiroang 250 20 50 990
8. Patampanua 32 2.081 237 39 450 380
9. Cempa 250 1.300
10. Duampanua 3.200 160 37 3.000
11. Batulappa 2.600 135 15 1.850
12. Lembang 3 7.500 1.500 700 7.750 5.773
Kabupaten Pinrang 35 26.593 3.397 1.036 35.916 6.153
Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2018

Tabel 4.4.2. Populasi Unggas Menurut Kecamatan dan Jenis Unggas di Kabupaten Pinrang,
2017
Populasi Unggas
No. Kecamatan
Ayam Kampung Ayam Petelur Ayam Pedaging Itik/Manila
1. Suppa 104.400 178.000 71.800 81.115
2. Mattiro Sompe 135.045 4.755 12.500 185.900
3. Lanriseng 210.000 42.310 21.950 84.300
4. Mattiro Bulu 197.500 190.145 35.600 255.300
5. Watang Sawitto 14.300 30.000 14.400 80.655
6. Paleteang 160.000 45.000 20.500 52.000

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 44


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Populasi Unggas
No. Kecamatan
Ayam Kampung Ayam Petelur Ayam Pedaging Itik/Manila
7. Tiroang 173.100 133.400 23.600 80.954
8. Patampanua 56.005 85.500 3.935 25.038
9. Cempa 42.100 23.690 20.950 54.400
10. Duampanua 220.340 40.000 16.700 136.650
11. Batulappa 48.900 2.500 0 26.800
12. Lembang 385.100 6.000 9.600 23.450
Kabupaten Pinrang 1.746.790 781.300 251.535 1.086.562
Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2018

Menurut Permentan No. 18/Permentan/RC.040/4/2018 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan


Pertanian Berbasis Korporasi Petani bahwa Lokasi Kawasan Peternakan dapat berupa satu
hamparan dan atau hamparan parsial yang terhubung secara fungsional melalui aksesibilitas jaringan
infrastruktur dan kelembagaan. Kawasan peternakan harus didukung dengan ketersediaan lahan
pengembalaan dan/atau ketersediaan hijaun pakan ternak, serta dapat dikembangkan dengan pola
integrase ternak-perkebunan, ternak-tanaman pangan, dan atau ternak-hortikultura.
Menurut Lampiran Kepmentan No. 472/Kpts/RC.040/6/2018 tentang Lokasi Kawasan Pertanian
Nasional, dimana untuk lokasi Kawasan Peternakan Nasional yang dialokasikan untuk Kabupaten
Pinrang adalah Kawasan Sapi Potong.
Berdasarkan potensi dan perkembangan peternakan di Kabupaten Pinrang, serta persyaratan
pembentukan Kawasan Peternakan dan lokasi Kawasan Pertanian Nasional dimana Kabupaten
Pinrang dialokasikan untuk Kawasan Sapi Potong, maka disusun Kawasan Peternakan Kabupaten
Pinrang untuk enam komoditas peternakan, yaitu : (1) Kawasan Sapi Potong; (2) Kawasan Kerbau;
(3) Kawasan Kambing/Domba; (4) Kawasan Babi; (5) Kawasan Ayam Kampung; dan (6) Kawasan Itik
Manila.

4.4.1. Kawasan Sapi Potong


Pertimbangan penyusunan Kawasan Sapi Potong di Kabupaten Pinrang adalah sebagai berikut.
1. Potensi Sapi Potong dan Perkembangannya
Berdasarkan data perkembangan populasi sapi potong dan distribusinya menurut kecamatan di
Kabupaten Pinrang selama periode Tahun 2013-2017 (Tabel 4.4.3), terlihat bahwa selama
periode tersebut terjadi peningkatan populasi sapi potong di Kabupaten Pinrang sebanyak 3.293
ekor (14,13%), dari 23.300 ekor pada Tahun 2013 menjadi 26.593 ekor pada Tahun 2017.
a. Kecamatan Lembang memiliki populasi sapi potong pada Tahun 2017 sebanyak 7.500 ekor
(28,20%), terjadi penurunan populasi sebanyak 1.517 ekor (16,82%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 9.017 ekor;
b. Kecamatan Mattiro Bulu memiliki populasi sapi potong pada Tahun 2017 sebanyak 4.600
ekor (17,30%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 1.471 ekor (47,01%) dari tahun 2013
yang populasinya mencapai 3.129 ekor;
c. Kecamatan Suppa memiliki populasi sapi potong pada Tahun 2017 sebanyak 4.300 ekor
(16,17%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 1.399 ekor (48,22%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 2.901 ekor;
d. Kecamatan Duampanua memiliki populasi sapi potong pada Tahun 2017 sebanyak 3.200
ekor (12,03%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 1.270 ekor (65,80%) dari tahun 2013
yang populasinya mencapai 1.930 ekor;
e. Kecamatan Batulappa memiliki populasi sapi potong pada Tahun 2017 sebanyak 2.600 ekor
(9,78%), terjadi penurunan populasi sebanyak 432 ekor (14,25%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 3.032 ekor;

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 45


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

f. Kecamatan Patampanua memiliki populasi sapi potong pada Tahun 2017 sebanyak 2.081
ekor (7,83%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 751 ekor (56,47%) dari tahun 2013
yang populasinya mencapai 1.330 ekor;
g. Kecamatan Lanriseng memiliki populasi sapi potong pada Tahun 2017 sebanyak 700 ekor
(2,63%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 95 ekor (15,70%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 605 ekor; dan
h. Kecamatan Mattiro Sompe memiliki populasi sapi potong pada Tahun 2017 sebanyak 698
ekor (2,62%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 89 ekor (14,61%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 609 ekor.
Grafik perkembangan populasi sapi potong di Kabupaten Pinrang menurut kecamatan selama
periode Tahun 2013-2017 dapat dilihat pada Gambar 4.4.1.

Tabel 4.4.3. Populasi dan Distribusi Sapi Potong Menurut Kecamatan di Kabupaten Pinrang,
2013-2017
Perubahan Distribusi Perubahan
Populasi Ternak (Ekor)
No. Kecamatan Pupopulasi Ternak (%) Distribusi
2013 2014 2015 2016 2017 Ekor % 2013 2017 %
1. Suppa 2901 2981 3085 3693 4300 1399 48,22 12,45 16,17 3,72
2. Mattiro Sompe 609 623 658 678 698 89 14,61 2,61 2,62 0,01
3. Lanriseng 605 628 663 682 700 95 15,70 2,60 2,63 0,04
4. Mattiro Bulu 3129 3219 3340 3970 4600 1471 47,01 13,43 17,30 3,87
5. Watang Sawitto 131 130 138 144 150 19 14,50 0,56 0,56 0,00
6. Paleteang 204 208 225 245 264 60 29,41 0,88 0,99 0,12
7. Tiroang 214 208 225 238 250 36 16,82 0,92 0,94 0,02
8. Patampanua 1330 1360 1455 1768 2081 751 56,47 5,71 7,83 2,12
9. Cempa 198 197 706 478 250 52 26,26 0,85 0,94 0,09
10. Duampanua 1930 2000 2087 2644 3200 1270 65,80 8,28 12,03 3,75
11. Batulappa 3032 3148 3260 2930 2600 -432 (14,25) 13,01 9,78 (3,24)
12. Lembang 9017 9346 9585 8543 7500 -1517 (16,82) 38,70 28,20 (10,50)
Kab. Pinrang 23.300 24048 25427 26013 26593 3293 14,13 100,00 100,00 -
Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2014, 2015, 2016, 2017 dan 2018 (dikompilasi dan diolah)

2. Persyaratan Penetapan Kawasan Sapi Potong


Kawasan Sapi Potong harus didukung dengan ketersediaan :
a. Lahan pengembalaan dan/atau ketersediaan hijaun pakan ternak;
b. Dapat dikembangkan dengan pola integrase ternak-perkebunan, ternak-tanaman pangan,
dan atau ternak-hortikultura;
c. Terdiri dari dua atau/lebih Gabungan Kelompok Peternak (Gapoknak) dan/atau Koperasi
Peternak (Kopnak).
1) Tiap Gapoknak terdiri dari dua atau/lebih Kelompok Peternak (Poknak);
2) Tiap Gapoknak minimal 300 ekor, dan tiap peternak minimal 3 ekor sapi potong.
Secara umum persyaratan pembentukan Kawasan Peternakan Sapi Potong tersebut dapat
dipenuhi oleh kedelapan kecamatan yang memiliki populasi ternak sapi potong yang besar.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 46


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

30000
Perkembangan Populasi Sapi Potong, 2013-2017
25000

2013 2014 2015 2016 2017


20000

15000
Ekor

10000

5000

Gambar 4.4.1. Grafik Perkembangan Populasi Sapi Potong di Kabupaten Pinrang Menurut
Kecamatan, Tahun 2013-2017

3. Penetapan Kabupaten Pinrang sebagai Lokasi Kawasan Sapi Potong Nasional

Berdasarkan Lampiran Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/RC.040/6/2018 tentang Lokasi


Kawasan Pertanian Nasional, dimana Kabupaten Pinrang dialolasikan sebagai Kawasan Sapi
Potong Nasional, sebagai Kawasan keenam dari tujuh Kawasan Sapi Potong Nasional di Provinsi
Sulawesi Selatan.
Berdasarkan urian tersebut di atas, maka diusulkan sebanyak tiga Kawasan Sapi Potong di
Kabupaten Pinrang, yaitu Kawasan Sapi Potong Pinrang I, Kawasan Sapi Potong Pinrang II, dan
Kawasan Sapi Potong Pinrang III, dengan Peta Rencana Kawasan Sapi Potong Kabupaten Pinrang
dapat dilihat pada Gambar 4.4.2, sedangkan spesifikasi Kawasan Sapi Potong dapat dilihat pada
Tabel 4.4.4:
Tabel 4.4.4. Pembagian Kawasan dan Klaster Sapi Potong di Kabupaten Pinrang, serta
Populasinya
Kawasan Sapi Jumlah Maksimum Pupopulasi Sapi Jumlah
Kecamatan Keterangan
Potong Klaster/Gapoknak Potong (Ekor) Desa/Kel.
Tiap desa/kel. dapat
10 Gapoknak Suppa 4,300 10
dibuat Gapoknak
Kawasan Sapi 2 Gapoknak Mattiro Sompe 698 9
Potong Pinrang I 2 Gapoknak Lanriseng 700 7
Tiap desa/kel. dapat
9 Gapoknak Mattiro Bulu 4,600 9
dibuat Gapoknak
Jumlah KSPP I 23 Gapoknak 10,298
6 Gapoknak Patampanua 2,081 11
Kawasan Sapi 10 Gapoknak Duampanua 3,200 15
Potong Pinrang II Tiap desa/kel. dapat
5 Gapoknak Batulappa 2,600 5
dibuat Gapoknak
Jumlah KSPP II 21 Gapoknak 7,881
Kawasan Sapi Tiap desa/kel. dapat
16 Gapoknak Lembang 7,500 16
Potong Pinrang III dibuat Gapoknak
Jumlah KSPP III 16 Gapoknak 7,500
Jumlah KSPP 60 Gapoknak 25,679
Kabupaten Pinrang 26.593

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 47


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Gambar 4.4.2. Peta Rencana Kawasan Sapi Potong Kabupaten Pinrang

1. Kawasan Sapi Potong Pinrang I


Kawasan Sapi Potong Pinrang I memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki jumlah populasi sapi potong pada Tahun 2017 sebanyak 10.298 ekor;

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 48


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

b. Terdiri dari empat kecamatan, yaitu : Kecamatan Suppa, Mattiro Sompe, Lanriseng dan
Mattirobulu;
c. Memiliki jumlah maksimal Gapoknak yang dapat dibentuk sebanyak 23 Gapoknak, yaitu :
1) Kecamatan Suppa terdiri dari 10 Desa, memiliki populasi sapi potong sebanyak 4.300
ekor, dan dapat dibentuk maksimal 10 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu
Gapoknak;
2) Kecamatan Mattiro Sompe terdiri dari 9 Desa, memiliki populasi sapi potong sebanyak
698 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 2 Gapoknak;
3) Kecamatan Lanriseng terdiri dari 7 Desa, memiliki populasi sapi potong sebanyak 700
ekor, dan dapat dibentuk maksimal 2 Gapoknak; dan
4) Kecamatan Mattirobulu terdiri dari 9 Desa, memiliki populasi sapi potong sebanyak 4.600
ekor, dan dapat dibentuk maksimal 9 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu
Gapoknak.

2. Kawasan Sapi Potong Pinrang II


Kawasan Sapi Potong Pinrang II memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki jumlah populasi sapi potong pada Tahun 2017 sebanyak 7.881 ekor;
b. Terdiri dari tiga kecamatan, yaitu : Kecamatan Patampanua, Duampanua, dan Batulappa;
c. Memiliki jumlah maksimal Gapoknak yang dapat dibentuk sebanyak 21 Gapoknak, yaitu :
1) Kecamatan Patampanua terdiri dari 11 Desa, memiliki populasi sapi potong sebanyak
2.081 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 6 Gapoknak;
2) Kecamatan Duampanua terdiri dari 15 Desa, memiliki populasi sapi potong sebanyak
3.200 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 10 Gapoknak; dan
3) Kecamatan Batulappa terdiri dari 5 Desa, memiliki populasi sapi potong sebanyak 2.600
ekor, dan dapat dibentuk maksimal 5 Gapoknak.

3. Kawasan Sapi Potong Pinrang III


Kawasan Sapi Potong Pinrang III memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki jumlah populasi sapi potong pada Tahun 2017 sebanyak 7.500 ekor;
b. Terdiri dari satu kecamatan, yaitu : Kecamatan Lembang;
c. Memiliki jumlah maksimal Gapoknak yang dapat dibentuk sebanyak 16 Gapoknak, yaitu di :
Kecamatan Lembang terdiri dari 16 Desa, memiliki populasi sapi potong sebanyak 7.500
ekor, dan dapat dibentuk maksimal 16 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu Gapoknak.

4.4.2. Kawasan Kerbau


Pertimbangan penyusunan Kawasan Kerbau di Kabupaten Pinrang adalah sebagai berikut.
1. Potensi Kerbau dan Perkembangannya
Berdasarkan data perkembangan populasi kerbau dan distribusinya menurut kecamatan di
Kabupaten Pinrang selama periode Tahun 2013-2017 (Tabel 4.4.5), terlihat bahwa selama
periode tersebut terjadi peningkatan populasi kerbau di Kabupaten Pinrang sebanyak 720 ekor
(26,90%), dari 2.677 ekor pada Tahun 2013 menjadi 3.397 ekor pada Tahun 2017.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 49


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

a. Kecamatan Lembang memiliki populasi kerbau pada Tahun 2017 sebanyak 1.500 ekor
(44,16%), terjadi penurunan populasi sebanyak 2 ekor (0,13%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 1.502 ekor;
b. Kecamatan Mattiro Bulu memiliki populasi kerbau pada Tahun 2017 sebanyak 1.300 ekor
(38,27%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 558 ekor (75,20%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 742 ekor;
c. Kecamatan Patampanua memiliki populasi kerbau pada Tahun 2017 sebanyak 237 ekor
(6,98%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 105 ekor (79,55%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 132 ekor;
d. Kecamatan Duampanua memiliki kerbau potong pada Tahun 2017 sebanyak 160 ekor
(4,71%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 31 ekor (24,03%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 129 ekor; dan
e. Kecamatan Batulappa memiliki populasi kerbau pada Tahun 2017 sebanyak 135 ekor
(3,97%), terjadi penurunan populasi sebanyak 11 ekor (8,87%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 124 ekor.
Grafik perkembangan populasi kerbau di Kabupaten Pinrang menurut kecamatan selama periode
Tahun 2013-2017 dapat dilihat pada Gambar 4.4.3.

Tabel 4.4.5. Populasi dan Distribusi Kerbau Menurut Kecamatan di Kabupaten Pinrang,
2013-2017
Perubahan Distribusi Ternak Perubahan
Populasi Ternak (Ekor)
No. Kecamatan Pupopulasi (%) Distribusi
2013 2014 2015 2016 2017 Ekor % 2013 2017 %
1. Suppa 0 0 0 0 0 - - - - -
2. Mattiro Sompe 40 10 16 16 15 -25 (62.50) 1.49 0.44 (1.05)
3. Lanriseng 6 7 13 12 10 4 66.67 0.22 0.29 0.07
4. Mattiro Bulu 742 816 904 1102 1300 558 75.20 27.72 38.27 10.55
5. Watang Sawitto 1 1 4 5 5 4 400.00 0.04 0.15 0.11
6. Paleteang 1 1 4 10 15 14 1,400.00 0.04 0.44 0.40
7. Tiroang 0 0 0 10 20 20 - - 0.59 0.59
8. Patampanua 132 143 173 205 237 105 79.55 4.93 6.98 2.05
9. Cempa 0 0 0 0 0 - - - - -
10. Duampanua 129 143 157 159 160 31 24.03 4.82 4.71 (0.11)
11. Batulappa 124 135 147 141 135 11 8.87 4.63 3.97 (0.66)
12. Lembang 1502 1683 1829 1665 1500 -2 (0.13) 56.11 44.16 (11.95)
Kab. Pinrang 2677 2939 3247 3322 3397 720 26.90 100.00 100.00 -
Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2014, 2015, 2016, 2017 dan 2018 (dikompilasi dan diolah)

2. Persyaratan Penetapan Kawasan Kerbau


Kawasan Kerbau harus didukung dengan ketersediaan :
a. Lahan pengembalaan dan/atau ketersediaan hijaun pakan ternak;
b. Dapat dikembangkan dengan pola integrase ternak-perkebunan, ternak-tanaman pangan,
dan atau ternak-hortikultura;
c. Terdiri dari dua atau/lebih Gabungan Kelompok Peternak (Gapoknak) dan/atau Koperasi
Peternak (Kopnak).
1) Tiap Gapoknak terdiri dari dua atau/lebih Kelompok Peternak (Poknak);
2) Tiap Gapoknak minimal 300 ekor, dan tiap peternak minimal 2 ekor kerbau.
Secara umum persyaratan pembentukan Kawasan Kerbau tersebut dapat dipenuhi oleh dua
kecamatan yang memiliki populasi kerbau yang besar.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 50


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

4000

Perkembangan Populasi Kerbau, 2013-2017


3500

3000
2013 2014 2015 2016 2017
2500
Ekor

2000

1500

1000

500

Gambar 4.4.3. Grafik Perkembangan Populasi Kerbau di Kabupaten Pinrang Menurut


Kecamatan, Tahun 2013-2017

Berdasarkan urian tersebut di atas, maka diusulkan sebanyak satu Kawasan Kerbau di Kabupaten
Pinrang, yaitu Kawasan Kerbau Pinrang, dengan Peta Rencana Kawasan Kerbau Kabupaten Pinrang
dapat dilihat pada Gambar 4.4.4, sedangkan spesifikasi Kawasan Sapi Potong dapat dilihat pada
Tabel 4.4.6:

Tabel 4.4.6. Pembagian Kawasan dan Klaster Kerbau di Kabupaten Pinrang, serta
Populasinya
Klaster/ Pupopulasi Jumlah
Kawasan Kerbau Kecamatan Keterangan
Gapoknak Kerbau (Ekor) Desa/Kel.
Kawasan Kerbau Pinrang II 4 Gapoknak Mattiro Bulu 1,300

Kawasan Kerbau Pinrang II 5 Gapoknak Lembang 1,500 16

Jumlah KKP 9 Gapoknak 2,800

Kabupaten Pinrang 3.397

Tiap Klaster/Gapoknak minimal 300 ekor, dan tiap peternak minimal 2 ekor.

1. Kawasan Kerbau Pinrang


Kawasan Kerbau Pinrang memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki jumlah populasi kerbau pada Tahun 2017 sebanyak 2.800 ekor;
b. Terdiri dari dua kecamatan, yaitu : Kecamatan Lembang, dan Mattirobulu;
c. Memiliki jumlah maksimal Gapoknak yang dapat dibentuk sebanyak 9 Gapoknak, yaitu :
1) Kecamatan Lembang terdiri dari 16 Desa, memiliki populasi kerbau sebanyak 1.500 ekor,
dan dapat dibentuk maksimal 5 Gapoknak; dan
2) Kecamatan Mattirobulu terdiri dari 9 Desa, memiliki populasi kerbau sebanyak 1.300 ekor,
dan dapat dibentuk maksimal 4 Gapoknak.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 51


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Gambar 4.4.4. Peta Rencana Kawasan Kerbau Kabupaten Pinrang

4.4.3. Kawasan Kambing/Domba


Pertimbangan penyusunan Kawasan Kambing/Domba di Kabupaten Pinrang adalah sebagai berikut.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 52


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

1. Potensi Kambing/Domba dan Perkembangannya


Berdasarkan data perkembangan populasi kambing/domba dan distribusinya menurut kecamatan
di Kabupaten Pinrang selama periode Tahun 2013-2017 (Tabel 4.4.7), terlihat bahwa selama
periode tersebut terjadi peningkatan populasi kambing/domba di Kabupaten Pinrang sebanyak
11.180 ekor (45,20%), dari 24.736 ekor pada Tahun 2013 menjadi 35.916 ekor pada Tahun 2017.
a. Kecamatan Lembang memiliki populasi kambing/domba pada Tahun 2017 sebanyak 7.750
ekor (21,58%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 2.406 ekor (45,02%) dari tahun 2013
yang populasinya mencapai 5.344 ekor;
b. Kecamatan Mattiro Sompe memiliki populasi kambing/domba pada Tahun 2017 sebanyak
6.053 ekor (16,85%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 1.015 ekor (20,15%) dari tahun
2013 yang populasinya mencapai 5.038 ekor;
c. Kecamatan Suppa memiliki populasi kambing/domba pada Tahun 2017 sebanyak 6.035 ekor
(16,80%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 2.486 ekor (70,05%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 3.549 ekor;
d. Kecamatan Lanriseng memiliki populasi kambing/domba pada Tahun 2017 sebanyak 4.450
ekor (12,39%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 2.148 ekor (93,31%) dari tahun 2013
yang populasinya mencapai 2.302 ekor;
e. Kecamatan Duampanua memiliki populasi kambing/domba pada Tahun 2017 sebanyak 3.000
ekor (8,35%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 1.065 ekor (55,04%) dari tahun 2013
yang populasinya mencapai 1.935 ekor;
f. Kecamatan Mattiro Bulu memiliki populasi kambing/domba pada Tahun 2017 sebanyak 2.800
ekor (7,80%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 943 ekor (50,78%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 1.857 ekor;
g. Kecamatan Batulappa memiliki populasi kambing/domba pada Tahun 2017 sebanyak 1.850
ekor (5,15%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 790 ekor (74,53%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 1.060 ekor;
h. Kecamatan Cempa memiliki populasi kambing/domba pada Tahun 2017 sebanyak 1.300 ekor
(3,62%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 566 ekor (77,11%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 734 ekor;
i. Kecamatan Tiroang memiliki populasi kambing/domba pada Tahun 2017 sebanyak 990 ekor
(2,76%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 427 ekor (75,85%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 563 ekor;
j. Kecamatan Watang Sawitto memiliki populasi kambing/domba pada Tahun 2017 sebanyak
988 ekor (2,75%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 379 ekor (62,23%) dari tahun 2013
yang populasinya mencapai 609 ekor; dan
k. Kecamatan Patampanua memiliki populasi kambing/domba pada Tahun 2017 sebanyak 450
ekor (1,25%), terjadi penurunan populasi sebanyak 717 ekor (61,44%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 1.167 ekor.
Grafik perkembangan populasi kambing/domba di Kabupaten Pinrang menurut kecamatan
selama periode Tahun 2013-2017 dapat dilihat pada Gambar 4.4.5.

Tabel 4.4.7. Populasi dan Distribusi Kambing/Domba Menurut Kecamatan di Kabupaten


Pinrang, 2013-2017
Perubahan Distribusi Ternak Perubahan
Populasi Ternak (Ekor)
No. Kecamatan Pupopulasi (%) Distribusi
2013 2014 2015 2016 2017 Ekor % 2013 2017 %
1. Suppa 3549 4368 4699 5367 6035 2486 70,05 14,35 16,80 2,46
2. Mattiro Sompe 5038 6224 6655 6354 6053 1015 20,15 20,37 16,85 (3,51)
3. Lanriseng 2302 2879 3137 3794 4450 2148 93,31 9,31 12,39 3,08

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 53


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Perubahan Distribusi Ternak Perubahan


Populasi Ternak (Ekor)
No. Kecamatan Pupopulasi (%) Distribusi
2013 2014 2015 2016 2017 Ekor % 2013 2017 %
4. Mattiro Bulu 1857 2184 2482 2641 2800 943 50,78 7,51 7,80 0,29
5. Watang Sawitto 609 665 831 910 988 379 62,23 2,46 2,75 0,29
6. Paleteang 578 655 822 536 250 -328 (56,75) 2,34 0,70 (1,64)
7. Tiroang 563 655 822 906 990 427 75,84 2,28 2,76 0,48
8. Patampanua 1167 1453 1685 1068 450 -717 (61,44) 4,72 1,25 (3,46)
9. Cempa 734 874 1073 1187 1300 566 77,11 2,97 3,62 0,65
10. Duampanua 1935 2402 2699 2850 3000 1065 55,04 7,82 8,35 0,53
11. Batulappa 1060 1267 1499 1675 1850 790 74,53 4,29 5,15 0,87
12. Lembang 5344 6551 7048 7399 7750 2406 45,02 21,60 21,58 (0,03)
Kab. Pinrang 24736 30177 33452 34687 35916 11180 45,20 100,00 100,00 -

Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2014, 2015, 2016, 2017 dan 2018 (dikompilasi dan diolah)

40000

Perkembangan Populasi Kambing/Doma, 2013-2017


35000

2013 2014 2015 2016 2017


30000

25000

20000
Ekor

15000

10000

5000

Gambar 4.4.5. Grafik Perkembangan Populasi Kambing/Domba di Kabupaten Pinrang Menurut


Kecamatan, Tahun 2013-2017

2. Persyaratan Penetapan Kawasan Kambing/Domba


Kawasan Kambing/Domba harus didukung dengan ketersediaan :
a. Lahan pengembalaan dan/atau ketersediaan hijaun pakan ternak;
b. Dapat dikembangkan dengan pola integrase ternak-perkebunan, ternak-tanaman pangan,
dan atau ternak-hortikultura;
c. Terdiri dari dua atau/lebih Gabungan Kelompok Peternak (Gapoknak) dan/atau Koperasi
Peternak (Kopnak).
1) Tiap Gapoknak terdiri dari dua atau/lebih Kelompok Peternak (Poknak);
2) Tiap Gapoknak minimal 300 ekor, dan tiap peternak minimal 6 ekor Kambing/Domba.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 54


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Secara umum persyaratan pembentukan Kawasan Kambing/Domba tersebut dapat dipenuhi oleh
ke-11 kecamatan yang memiliki populasi ternak sapi pot kambing/domba yang besar.
Berdasarkan urian tersebut di atas, maka diusulkan sebanyak dua Kawasan Kambing/Domba di
Kabupaten Pinrang, yaitu Kawasan Kambing/Domba Pinrang I, dan Kawasan Kambing/Domba II,
dengan Peta Rencana Kawasan Kambing/Domba Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Gambar
4.4.6, sedangkan spesifikasi Kawasan Kambing/Domba dapat dilihat pada Tabel 4.4.8:

Tabel 4.4.8. Pembagian Kawasan dan Klaster Kambing Domba di Kabupaten Pinrang, serta
Populasinya
Pupopulasi
Kawasan Sapi Jumlah
Klaster/ Gapoknak Kecamatan Kambing- Keterangan
Potong Desa/Kel.
Domba (Ekor)
10 Gapoknak Suppa 6,035 10 Tiap desa/kel.
9 Gapoknak Mattiro Sompe 6,053 9 Dapat dibuat
Kawasan Kambing 7 Gapoknak Lanriseng 4,450 7 Gapoknak
Domba Pinrang I 9 Gapoknak Mattiro Bulu 2,800 9
3 Gapoknak Watang Sawitto 988 8
3 Gapoknak Tiroang 990 5
Jumlah KKDP I 42 Gapoknak 21,316
1 Gapoknak Patampanua 450 11
4 Gapoknak Cempa 1,300 7
Kawasan Kambing
10 Gapoknak Duampanua 3,000 15
Domba Pinrang II
5 Gapoknak Batulappa 1,850 5
16 Gapoknak Lembang 7,750 16
Jumlah KKDP II 36 Gapoknak 14,350
Jumlah KKDP 78 Gapoknak 35,666
Kabupaten Pinrang 35.916

1. Kawasan Kambing/Domba Pinrang I


Kawasan Kambing/Domba Pinrang I memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki jumlah populasi Kambing/Domba pada Tahun 2017 sebanyak 21.316 ekor;
b. Terdiri dari enam kecamatan, yaitu : Kecamatan Suppa, Mattiro Sompe, Lanriseng
Mattirobulu, Watang Sawitto, dan Tiroang;
c. Memiliki jumlah maksimal Gapoknak yang dapat dibentuk sebanyak 42 Gapoknak, yaitu di:
1) Kecamatan Suppa terdiri dari 10 Desa, memiliki populasi Kambing/Domba sebanyak
6.035 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 10 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu
Gapoknak;
2) Kecamatan Mattiro Sompe terdiri dari 9 Desa, memiliki populasi Kambing/Domba
sebanyak 6.053 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 9 Gapoknak, tiap desa dapat
dibentuk satu Gapoknak;
3) Kecamatan Lanriseng terdiri dari 7 Desa, memiliki populasi Kambing/Domba sebanyak
4.450 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 7 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu
Gapoknak;
4) Kecamatan Mattirobulu terdiri dari 9 Desa, memiliki populasi Kambing/Domba sebanyak
2.800 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 9 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu
Gapoknak;
5) Kecamatan Watang Sawitto terdiri dari 8 Kelurahan/Desa, memiliki populasi
Kambing/Domba sebanyak 988 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 3 Gapoknak; dan
6) Kecamatan Tiroang terdiri dari 5 Desa, memiliki populasi Kambing/Domba sebanyak 990
ekor, dan dapat dibentuk maksimal 3 Gapoknak.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 55


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Gambar 4.4.6. Peta Rencana Kawasan Kambing/Domba Kabupaten Pinrang

2. Kawasan Kambing/Domba Pinrang II


Kawasan Kambing/Domba Pinrang II memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki jumlah populasi Kambing/Domba pada Tahun 2017 sebanyak 14.350 ekor;
b. Terdiri dari lima kecamatan, yaitu : Kecamatan Patampanua, Cempa, Duampanua Batulappa,
dan Lembang;

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 56


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

c. Memiliki jumlah maksimal Gapoknak yang dapat dibentuk sebanyak 36 Gapoknak, yaitu di:
1) Kecamatan Patampanua terdiri dari 11 Desa, memiliki populasi Kambing/Domba
sebanyak 450 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 1 Gapoknak;
2) Kecamatan Cempa terdiri dari 7 Desa, memiliki populasi Kambing/Domba sebanyak 1.300
ekor, dan dapat dibentuk maksimal 4 Gapoknak;
3) Kecamatan Duampanua terdiri dari 15 Desa, memiliki populasi Kambing/Domba sebanyak
3.000 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 10 Gapoknak;
4) Kecamatan Batulappa terdiri dari 5 Desa, memiliki populasi Kambing/Domba sebanyak
1.850 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 5 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu
Gapoknak;
5) Kecamatan Lembang terdiri dari 16 Desa, memiliki populasi Kambing/Domba sebanyak
7.750 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 16 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu
Gapoknak.

4.4.4. Kawasan Babi


Pertimbangan penyusunan Kawasan Babi di Kabupaten Pinrang adalah sebagai berikut.
1. Potensi Babi dan Perkembangannya
Berdasarkan data perkembangan populasi babi dan distribusinya menurut kecamatan di
Kabupaten Pinrang selama periode Tahun 2013-2017 (Tabel 4.4.9), terlihat bahwa selama
periode tersebut terjadi peningkatan populasi babi di Kabupaten Pinrang sebanyak 402 ekor
(6,99%), dari 5.751 ekor pada Tahun 2013 menjadi 6.153 ekor pada Tahun 2017.
a. Kecamatan Lembang memiliki populasi babi pada Tahun 2017 sebanyak 5.773 ekor
(93,82%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 494 ekor (9,36%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 5.279 ekor; dan
b. Kecamatan Patampanua memiliki populasi babi pada Tahun 2017 sebanyak 380 ekor
(6,18%), terjadi penurunan populasi sebanyak 92 ekor (19,49%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 472 ekor.
Grafik perkembangan populasi babi di Kabupaten Pinrang menurut kecamatan selama periode
Tahun 2013-2017 dapat dilihat pada Gambar 4.4.7.

Tabel 4.4.9. Populasi dan Distribusi Babi Menurut Kecamatan di Kabupaten Pinrang, 2013-2017
Perubahan Distribusi Perubahan
Populasi Ternak (Ekor)
No. Kecamatan Pupopulasi Ternak (%) Distribusi
2013 2014 2015 2016 2017 Ekor % 2013 2017 %
1. Suppa - - - - - 0 - - - -
2. Mattiro Sompe - - - - - 0 - - - -
3. Lanriseng - - - - - 0 - - - -
4. Mattiro Bulu - - - - - 0 - - - -
5. Watang Sawitto - - - - - 0 - - - -
6. Paleteang - - - - - 0 - - - -
7. Tiroang - - - - - 0 - - - -
8. Patampanua 472 491 649 515 380 -92 (19.49) 8.21 6.18 (2.03)
9. Cempa - - - - - 0 - - - -
10. Duampanua - - - - - 0 - - - -
11. Batulappa - - - - - 0 - - - -
12. Lembang 5279 5677 5914 5844 5773 494 9.36 91.79 93.82 2.03
Kab. Pinrang 5751 6168 6563 6358 6153 402 6.99 100.00 100.00 -

Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2014, 2015, 2016, 2017 dan 2018 (dikompilasi dan diolah)

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 57


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

2. Persyaratan Penetapan Kawasan Babi


Kawasan Babi harus didukung dengan ketersediaan :
a. Lahan pengembalaan dan/atau ketersediaan hijaun pakan ternak;
b. Dapat dikembangkan dengan pola integrase ternak-perkebunan, ternak-tanaman pangan,
dan atau ternak-hortikultura;
c. Terdiri dari dua atau/lebih Gabungan Kelompok Peternak (Gapoknak) dan/atau Koperasi
Peternak (Kopnak).
3) Tiap Gapoknak terdiri dari dua atau/lebih Kelompok Peternak (Poknak);
4) Tiap Gapoknak minimal 300 ekor, dan tiap peternak minimal 3 ekor babi.
Secara umum persyaratan pembentukan Kawasan Babi tersebut dapat dipenuhi oleh kedua
kecamatan yang memiliki populasi ternak babi.

Berdasarkan urian tersebut di atas, maka diusulkan sebanyak satu Kawasan Babi di Kabupaten
Pinrang, yaitu Kawasan Babi Pinrang, dengan Peta Rencana Kawasan Babi Kabupaten Pinrang
dapat dilihat pada Gambar 4.4.8, sedangkan spesifikasi Kawasan Babi dapat dilihat pada Tabel
4.4.10.
Tabel 4.1.10. Pembagian Kawasan dan Klaster Babi di Kabupaten Pinrang, serta Populasinya
Klaster/ Pupopulasi Babi Jumlah
Kawasan Babi Kecamatan Keterangan
Gapoknak (Ekor) Desa/Kel.
Kawasan Babi 16 Gapoknak Lembang 5,773 16
Pinrang 1 Gapoknak Patampanua 380 11

Jumlah KBP 17 Gapoknak 6,152

Kabupaten Pinrang 6.153

7000

Perkembangan Populasi Babi, 2013-2017


6000

2013 2014 2015 2016 2017


5000

4000
Ekor

3000

2000

1000

Gambar 4.4.7. Grafik Perkembangan Populasi Babi di Kabupaten Pinrang Menurut Kecamatan,
Tahun 2013-2017

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 58


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Gambar 4.4.8. Peta Rencana Kawasan Babi Kabupaten PinrangKawasan Babi Pinrang
Kawasan Babi Pinrang memiliki spesifikasi sebagai berikut.

a. Memiliki jumlah populasi babi pada Tahun 2017 sebanyak 6.153 ekor;
b. Terdiri dari dua kecamatan, yaitu : Kecamatan Lembang dan Patampanua;
c. Memiliki jumlah maksimal Gapoknak yang dapat dibentuk sebanyak 17 Gapoknak, yaitu :

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 59


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

1) Kecamatan Lembang terdiri dari 16 Desa, memiliki populasi babi sebanyak 5.773 ekor,
dan dapat dibentuk maksimal 16 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu Gapoknak;
dan
2) Kecamatan Patampanua terdiri dari 11 Desa, memiliki populasi babi sebanyak 380 ekor,
dan dapat dibentuk maksimal 1 Gapoknak.

4.4.5. Kawasan Ayam Kampung


Pertimbangan penyusunan Kawasan Ayam Kampung di Kabupaten Pinrang adalah sebagai berikut.
1. Potensi Ayam Kampung dan Perkembangannya
Berdasarkan data perkembangan populasi ayam kampung dan distribusinya menurut kecamatan
di Kabupaten Pinrang selama periode Tahun 2013-2017 (Tabel 4.4.11), terlihat bahwa selama
periode tersebut terjadi peningkatan populasi ayam kampung di Kabupaten Pinrang sebanyak
294.939 ekor (20,31%), dari 1.451.851 ekor pada Tahun 2013 menjadi 1.746.790 ekor pada
Tahun 2017.
a. Kecamatan Lembang memiliki populasi ayam kampung pada Tahun 2017 sebanyak 385.100
ekor (22,05%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 64.097 ekor (19,97%) dari tahun 2013
yang populasinya mencapai 321.003 ekor;
b. Kecamatan Duampanua memiliki populasi ayam kampung pada Tahun 2017 sebanyak
220.340 ekor (12,61%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 40.144 ekor (22,28%) dari
tahun 2013 yang populasinya mencapai 180.196 ekor;
c. Kecamatan Lanriseng memiliki populasi ayam kampung pada Tahun 2017 sebanyak 210.000
ekor (12,02%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 46.025 ekor (28,07%) dari tahun 2013
yang populasinya mencapai 163.975 ekor;
d. Kecamatan Mattirobulu memiliki populasi ayam kampung pada Tahun 2017 sebanyak
197.500 ekor (11,31%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 54.780 ekor (38,38%) dari
tahun 2013 yang populasinya mencapai 142.720 ekor;

Tabel 4.4.11. Populasi dan Distribusi Ayam Kampung Menurut Kecamatan di Kabupaten
Pinrang, 2013-2017
Perubahan Distribusi Perubahan
Populasi Ternak (Ekor)
No. Kecamatan Pupopulasi Ternak (%) Distribusi
2013 2014 2015 2016 2017 Ekor % 2013 2017 %
1. Suppa 82630 96068 100056 104064 104400 21770 26.35 5.69 5.98 0.29
2. Mattiro Sompe 110609 126684 129874 133085 135045 24436 22.09 7.62 7.73 0.11
3. Lanriseng 163975 190025 195207 200409 210000 46025 28.07 11.29 12.02 0.73
4. Mattiro Bulu 142720 158354 161943 165567 197500 54780 38.38 9.83 11.31 1.48
5. Watang Sawitto 10983 12668 13067 13476 14300 3317 30.20 0.76 0.82 0.06
6. Paleteang 132837 147797 151785 155783 160000 27163 20.45 9.15 9.16 0.01
7. Tiroang 150978 168911 170905 172929 173100 22122 14.65 10.40 9.91 (0.49)
8. Patampanua 80731 93957 96748 99569 56005 -24726 (30.63) 5.56 3.21 (2.35)
9. Cempa 34778 40116 40913 41731 42100 7322 21.05 2.40 2.41 0.01
10. Duampanua 180196 211139 215525 219933 220340 40144 22.28 12.41 12.61 0.20
11. Batulappa 40411 46451 47647 48855 48900 8489 21.01 2.78 2.80 0.02
12. Lembang 321003 369494 376672 383867 385100 64097 19.97 22.11 22.05 (0.06)
Kab. Pinrang 1451851 1661664 1700342 1739268 1746790 294939 20.31 100.00 100.00 -

Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2014, 2015, 2016, 2017 dan 2018 (dikompilasi dan diolah)

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 60


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

e. Kecamatan Tiroang memiliki populasi ayam kampung pada Tahun 2017 sebanyak 173.100
ekor (9,91%), terjadi pengkatan populasi sebanyak 22.122 ekor (14,65%) dari tahun 2013
yang populasinya mencapai 150.978 ekor;
f. Kecamatan Paleteang memiliki populasi ayam kampung pada Tahun 2017 sebanyak 160.000
ekor (9,16%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 27.163 ekor (20,45%) dari tahun 2013
yang populasinya mencapai 132.837 ekor;
g. Kecamatan Mattiro Sompe memiliki populasi ayam kampung pada Tahun 2017 sebanyak
135.045 ekor (7,73%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 24.436 ekor (22,09%) dari
tahun 2013 yang populasinya mencapai 110.609 ekor;
h. Kecamatan Suppa memiliki populasi ayam kampung pada Tahun 2017 sebanyak 104.400
ekor (5,98%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 21.770 ekor (26,35%) dari tahun 2013
yang populasinya mencapai 82.630 ekor;
i. Kecamatan Patampanua memiliki populasi ayam kampung pada Tahun 2017 sebanyak
56.005 ekor (3,21%), terjadi penurunan populasi sebanyak 24.726 ekor (30,63%) dari tahun
2013 yang populasinya mencapai 80.731 ekor;
j. Kecamatan Batulappa memiliki populasi ayam kampung pada Tahun 2017 sebanyak 48.900
ekor (2,80%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 8.489 ekor (21,01%) dari tahun 2013
yang populasinya mencapai 82.630 ekor;
k. Kecamatan Cempa memiliki populasi ayam kampung pada Tahun 2017 sebanyak 42.100
ekor (2,41%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 7.322 ekor (21,05%) dari tahun 2013
yang populasinya mencapai 34.778 ekor; dan
l. Kecamatan Watang Sawitto memiliki populasi ayam kampung pada Tahun 2017 sebanyak
14.300 ekor (0,82%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 3.317 ekor (30,20%) dari tahun
2013 yang populasinya mencapai 10.983 ekor.
Grafik perkembangan populasi ayam kampung di Kabupaten Pinrang menurut kecamatan selama
periode Tahun 2013-2017 dapat dilihat pada Gambar 4.4.9.

2000000

1800000 Perkembangan Populasi Ayam Kampung, 2013-2017


1600000

1400000 2013 2014 2015 2016 2017

1200000

1000000
Ekor

800000

600000

400000

200000

Gambar 4.4.9. Grafik Perkembangan Populasi Ayam Kampung di Kabupaten Pinrang Menurut
Kecamatan, Tahun 2013-2017

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 61


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

2. Persyaratan Penetapan Kawasan Ayam Kampung


Kawasan Ayam Kampung harus didukung dengan ketersediaan :
a. Lahan pengembalaan dan/atau ketersediaan hijaun pakan ternak;
b. Dapat dikembangkan dengan pola integrasi ternak-perkebunan, ternak-tanaman pangan, dan
atau ternak-hortikultura;
c. Terdiri dari dua atau/lebih Gabungan Kelompok Peternak (Gapoknak) dan/atau Koperasi
Peternak (Kopnak).
1) Tiap Gapoknak terdiri dari dua atau/lebih Kelompok Peternak (Poknak);
2) Tiap Gapoknak minimal 10.000 ekor, dan tiap peternak minimal 30 ekor ayam kampung.
Secara umum persyaratan pembentukan Kawasan Ayam Kampung tersebut dapat dipenuhi oleh
ke-12 kecamatan yang memiliki populasi ternak ayam kampung.
Berdasarkan urian tersebut di atas, maka diusulkan sebanyak dua Kawasan Ayam Kampung di
Kabupaten Pinrang, yaitu Kawasan Ayam Kampung Pinrang I, dan Kawasan Ayam Kampung Pinrang
II, dengan Peta Rencana Kawasan Ayam Kampung Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Gambar
4.4.10, sedangkan spesifikasi Kawasan Ayam Kampung dapat dilihat pada Tabel 4.4.12:

Tabel 4.4.12. Pembagian Kawasan dan Klaster Ayam Kampung di Kabupaten Pinrang, serta
Populasinya
Pupopulasi
Kawasan Ayam Klaster/ Jumlah
Kecamatan Ayam Kampung Keterangan
Kampung Gapoknak Desa/Kel.
(Ekor)
10 Gapoknak Suppa 104,400 10
9 Gapoknak Mattiro Sompe 135,045 9
Tiap desa/kel.
7 Gapoknak Lanriseng 210,000 7
Kawasan Ayam Dapat dibuat
9 Gapoknak Mattiro Bulu 197,500 9
Kampung Pinrang I Gapoknak
6 Gapoknak Peleteang 160,000 6
5 Gapoknak Tiroang 173,100 5
1 Gapoknak Watang Sawitto 14,300 8
Jumlah KAKP I 47 Gapoknak 994,345
5 Gapoknak Patampanua 56,005 11
Kawasan Ayam 4 Gapoknak Cempa 42,100 7
Kampung Pinrang 15 Gapoknak Duampanua 220,340 15 Tiap desa/kel.
II 5 Gapoknak Batulappa 48,900 5 Dapat dibuat
16 Gapoknak Lembang 385,100 16 Gapoknak

Jumlah KKDP II 54 Gapoknak 752,445


Jumlah KKDP 101 Gapoknak
Kabupaten Pinrang 1.746.790

1. Kawasan Ayam Kampung Pinrang I


Kawasan Ayam Kampung Pinrang I memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki jumlah populasi ayam kampung pada Tahun 2017 sebanyak 994.345 ekor;
b. Terdiri dari tujuh kecamatan, yaitu : Kecamatan Suppa, Mattiro Sompe, Lanriseng,
Mattirobulu, Paleteang, Tiroang dan Watang Sawitto;

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 62


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Gambar 4.4.10. Peta Rencana Kawasan Ayam Kampung Kabupaten Pinrang

c. Memiliki jumlah maksimal Gapoknak yang dapat dibentuk sebanyak 47 Gapoknak, yaitu di :
1) Kecamatan Suppa terdiri dari 10 Desa, memiliki populasi ayam kampung sebanyak
104.400 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 10 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu
Gapoknak;
2) Kecamatan Mattiro Sompe terdiri dari 9 Desa, memiliki populasi ayam kampung sebanyak
135.045 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 9 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu
Gapoknak;

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 63


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

3) Kecamatan Lanriseng terdiri dari 7 Desa, memiliki populasi ayam kampung sebanyak
210.000 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 7 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu
Gapoknak;
4) Kecamatan Mattirobulu terdiri dari 9 Desa, memiliki populasi ayam kampung sebanyak
197.500 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 9 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu
Gapoknak;
5) Kecamatan Paleteang terdiri dari 6 Desa, memiliki populasi ayam kampung sebanyak
160.000 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 6 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu
Gapoknak;
6) Kecamatan Tiroang terdiri dari 5 Desa, memiliki populasi ayam kampung sebanyak
173.100 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 5 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu
Gapoknak; dan
7) Kecamatan Watang Sawitto terdiri dari 8 Keluarahan/Desa, memiliki populasi ayam
kampung sebanyak 14.300 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 1 Gapoknak.

2. Kawasan Ayam Kampung Pinrang II


Kawasan Ayam Kampung Pinrang II memiliki spesifikasi sebagai berikut.
d. Memiliki jumlah populasi ayam kampung pada Tahun 2017 sebanyak 752.445 ekor;
e. Terdiri dari lima kecamatan, yaitu : Kecamatan Patampanua, Cempa Duampanua, Batulappa
dan Lembang;
f. Memiliki jumlah maksimal Gapoknak yang dapat dibentuk sebanyak 54 Gapoknak, yaitu di :
1) Kecamatan Patampanua terdiri dari 11 Desa, memiliki populasi ayam kampung sebanyak
56.005 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 5 Gapoknak;
2) Kecamatan Cempa terdiri dari 7 Desa, memiliki populasi ayam kampung sebanyak
42.100 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 4 Gapoknak;
3) Kecamatan Duampanua terdiri dari 15 Desa, memiliki populasi ayam kampung sebanyak
220.340 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 15 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu
Gapoknak;
4) Kecamatan Batulappa terdiri dari 5 Desa, memiliki populasi ayam kampung sebanyak
48.900 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 5 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu
Gapoknak; dan
5) Kecamatan Lembang terdiri dari 16 Desa, memiliki populasi ayam kampung sebanyak
385.100 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 16 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu
Gapoknak.

4.4.6. Kawasan Itik/Manila


Pertimbangan penyusunan Kawasan Itik/Manila di Kabupaten Pinrang adalah sebagai berikut.
1. Potensi Itik/Manila dan Perkembangannya
Berdasarkan data perkembangan populasi itik/manila dan distribusinya menurut kecamatan di
Kabupaten Pinrang selama periode Tahun 2013-2017 (Tabel 4.4.13), terlihat bahwa selama
periode tersebut terjadi peningkatan populasi itik/manila di Kabupaten Pinrang sebanyak 197.162
ekor (22,17%), dari 889.400 ekor pada Tahun 2013 menjadi 1.086.562 ekor pada Tahun 2017.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 64


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Tabel 4.4.13. Populasi dan Distribusi Itik/Manila Menurut Kecamatan di Kabupaten Pinrang,
2013-2017
Perubahan Distribusi Perubahan
Populasi Ternak (Ekor)
No. Kecamatan Pupopulasi Ternak (%) Distribusi
2013 2014 2015 2016 2017 Ekor % 2013 2017 %
1. Suppa 67675 76553 78302 80111 81115 13440 19,86 7,61 7,47 (0,14)
2. Mattiro Sompe 141526 159398 165345 171397 185900 44374 31,35 15,91 17,11 1,20
3. Lanriseng 67080 75504 77253 79052 84300 17220 25,67 7,54 7,76 0,22
4. Mattiro Bulu 199886 225464 233860 242299 255300 55414 27,72 22,47 23,50 1,02
5. Watang Sawitto 48658 54531 55930 57354 80655 31997 65,76 5,47 7,42 1,95
6. Paleteang 43293 48239 49638 51097 52000 8707 20,11 4,87 4,79 (0,08)
7. Tiroang 67608 75504 77603 79784 80954 13346 19,74 7,60 7,45 (0,15)
8. Patampanua 81490 91234 94023 96873 25038 -56452 (69,27) 9,16 2,30 (6,86)
9. Cempa 32578 36703 38452 40250 54400 21822 66,98 3,66 5,01 1,34
10. Duampanua 98883 111159 117806 124543 136650 37767 38,19 11,12 12,58 1,46
11. Batulappa 22753 25311 26011 26721 26800 4047 17,79 2,56 2,47 (0,09)
12. Lembang 17970 19925 20275 20645 23450 5480 30,50 2,02 2,16 0,14
Kab. Pinrang 889400 999525 1034498 1070126 1086562 197162 22,17 100,00 100,00 -
Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2014, 2015, 2016, 2017 dan 2018 (dikompilasi dan diolah)

a. Kecamatan Mattirobulu memiliki populasi itik/manila pada Tahun 2017 sebanyak 255.300
ekor (23,50%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 55.414 ekor (27,72%) dari tahun 2013
yang populasinya mencapai 199.886 ekor;
b. Kecamatan Mattiro Sompe memiliki populasi itik/manila pada Tahun 2017 sebanyak 185.900
ekor (17,11%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 44.374 ekor (31,35%) dari tahun 2013
yang populasinya mencapai 141.526 ekor;
c. Kecamatan Duampanua memiliki populasi itik/manila pada Tahun 2017 sebanyak 136.650
ekor (12,58%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 37.767 ekor (38,19%) dari tahun 2013
yang populasinya mencapai 98.883 ekor;
d. Kecamatan Lanriseng memiliki populasi itik/manila pada Tahun 2017 sebanyak 84.300 ekor
(7,76%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 17.220 ekor (25,67%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 67.080 ekor;
e. Kecamatan Suppa memiliki populasi itik/manila pada Tahun 2017 sebanyak 81.115 ekor
(7,47%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 13.440 ekor (19,86%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 67.675 ekor;
f. Kecamatan Tiroang memiliki populasi itik/manila pada Tahun 2017 sebanyak 80.954 ekor
(7,45%), terjadi pengkatan populasi sebanyak 13.346 ekor (19,74%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 67.608 ekor;
g. Kecamatan Watang Sawitto memiliki populasi itik/manila pada Tahun 2017 sebanyak 80.655
ekor (7,42%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 31.997 ekor (65,76%) dari tahun 2013
yang populasinya mencapai 48.658 ekor;
h. Kecamatan Cempa memiliki populasi itik/manila pada Tahun 2017 sebanyak 54.400 ekor
(5,01%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 21.822 ekor (66,98%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 32.578 ekor.
i. Kecamatan Paleteang memiliki populasi itik/manila pada Tahun 2017 sebanyak 52.000 ekor
(4,79%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 8.707 ekor (20,11%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 43.293 ekor;

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 65


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

j. Kecamatan Batulappa memiliki populasi itik/manila pada Tahun 2017 sebanyak 26.800 ekor
(2,47%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 4.047 ekor (17,79%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 22.753 ekor;
k. Kecamatan Patampanua memiliki populasi itik/manila pada Tahun 2017 sebanyak 25.038
ekor (2,30%), terjadi penurunan populasi sebanyak 56.452 ekor (69,27%) dari tahun 2013
yang populasinya mencapai 81.490 ekor; dan
l. Kecamatan Lembang memiliki populasi itik/manila pada Tahun 2017 sebanyak 23.450 ekor
(2,16%), terjadi peningkatan populasi sebanyak 5.480 ekor (30,50%) dari tahun 2013 yang
populasinya mencapai 17.970 ekor;
Grafik perkembangan populasi Itik/Manila di Kabupaten Pinrang menurut kecamatan selama
periode Tahun 2013-2017 dapat dilihat pada Gambar 4.4.11.

1200000

Perkembangan Populasi Itik/Manila, 2013-2017


1000000

2013 2014 2015 2016 2017

800000
Ekor

600000

400000

200000

Gambar 4.4.11. Grafik Perkembangan Populasi Itik/Manila di Kabupaten Pinrang Menurut


Kecamatan, Tahun 2013-2017

3. Persyaratan Penetapan Kawasan Itik/Manila


Kawasan Itik/Manila harus didukung dengan ketersediaan :
d. Lahan pengembalaan dan/atau ketersediaan hijaun pakan ternak;
e. Dapat dikembangkan dengan pola integrasi ternak-perkebunan, ternak-tanaman pangan, dan
atau ternak-hortikultura;
f. Terdiri dari dua atau/lebih Gabungan Kelompok Peternak (Gapoknak) dan/atau Koperasi
Peternak (Kopnak).
3) Tiap Gapoknak terdiri dari dua atau/lebih Kelompok Peternak (Poknak);
4) Tiap Gapoknak minimal 5.000 ekor, dan tiap peternak minimal 15 ekor itik/manila.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 66


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

Secara umum persyaratan pembentukan Kawasan Itik/Manila tersebut dapat dipenuhi oleh ke-12
kecamatan yang memiliki populasi ternak itik/manila.

Berdasarkan urian tersebut di atas, maka diusulkan sebanyak dua Kawasan Itik/Manila di Kabupaten
Pinrang, yaitu Kawasan Itik/Manila Pinrang I, dan Kawasan Itik/Manila Pinrang II, dengan Peta
Rencana Kawasan Itik/Manila Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Gambar 4.4.12, sedangkan
spesifikasi Kawasan Itik/Manila dapat dilihat pada Tabel 4.4.14:

Gambar 4.4.12. Peta Rencana Kawasan Itik/Manila Kabupaten Pinrang

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 67


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

1. Kawasan Itik/Manila Pinrang I


Kawasan Itik/Manila Pinrang I memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki jumlah populasi ayam kampung pada Tahun 2017 sebanyak 820.224 ekor;
b. Terdiri dari tujuh kecamatan, yaitu : Kecamatan Suppa, Mattiro Sompe, Lanriseng,
Mattirobulu, Paleteang, Tiroang dan Watang Sawitto;
c. Memiliki jumlah maksimal Gapoknak yang dapat dibentuk sebanyak 54 Gapoknak, yaitu di :
1) Kecamatan Suppa terdiri dari 10 Desa, memiliki populasi itik/manila sebanyak 81.115
ekor, dan dapat dibentuk maksimal 10 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu
Gapoknak;
2) Kecamatan Mattiro Sompe terdiri dari 9 Desa, memiliki populasi itik/manila sebanyak
185.900 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 9 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu
Gapoknak;
Tabel 4.4.14. Pembagian Kawasan dan Klaster Itik/Manila di Kabupaten Pinrang, serta
Populasinya
Kawasan Itik Pupopulasi Itik Jumlah
Klaster/ Gapoknak Kecamatan Keterangan
Manila Manila (Ekor) Desa/Kel.
9 Gapoknak Mattiro Sompe 185,900 9
7 Gapoknak Lanriseng 84,300 7
9 Gapoknak Mattiro Bulu 255,300 9
Kawasan Itik Manila Tiap desa/kel. Dapat
6 Gapoknak Peleteang 80,655 6
Pinrang I dibuat Gapoknak
5 Gapoknak Tiroang 52,000 5
8 Gapoknak Watang Sawitto 80,954 8
10 Gapoknak Suppa 81,115 10
Jumlah KIMP I 54 Gapoknak 820,224
5 Gapoknak Patampanua 25,038 11
7 Gapoknak Cempa 54,400 7
Kawasan Ayam Tiap desa/kel. Dapat
15 Gapoknak Duampanua 136,650 15
Kampung Pinrang II dibuat Gapoknak
5 Gapoknak Batulappa 26,800 5
4 Gapoknak Lembang 23,450 16
Jumlah KIMP II 42 Gapoknak 266,338
Jumlah KIMP 96 Gapoknak 1,086,562
Kabupaten Pinrang 1.086.562

1) Kecamatan Lanriseng terdiri dari 7 Desa, memiliki populasi itik/manila sebanyak


84.300 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 7 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk
satu Gapoknak;
2) Kecamatan Mattirobulu terdiri dari 9 Desa, memiliki populasi itik/manila sebanyak
255.300 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 9 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk
satu Gapoknak;
3) Kecamatan Paleteang terdiri dari 6 Desa, memiliki populasi itik/manila sebanyak
80.655 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 6 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk
satu Gapoknak;
4) Kecamatan Tiroang terdiri dari 5 Desa, memiliki populasi itik/manila sebanyak 52.000
ekor, dan dapat dibentuk maksimal 5 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu
Gapoknak; dan
5) Kecamatan Watang Sawitto terdiri dari 8 Keluarahan/Desa, memiliki populasi
itik/manila sebanyak 80.954 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 8 Gapoknak.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 68


LAPORAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI
AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN DAN GIZI KABUPATEN PINRANG

2. Kawasan Itik/Manila Pinrang II


Kawasan Itik/Manila Pinrang II memiliki spesifikasi sebagai berikut.
a. Memiliki jumlah populasi itik/manila pada Tahun 2017 sebanyak 752.445 ekor;
b. Terdiri dari lima kecamatan, yaitu : Kecamatan Patampanua, Cempa Duampanua, Batulappa
dan Lembang;
c. Memiliki jumlah maksimal Gapoknak yang dapat dibentuk sebanyak 54 Gapoknak, yaitu di :
1) Kecamatan Patampanua terdiri dari 11 Desa, memiliki populasi itik/manila sebanyak
25.005 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 5 Gapoknak;
2) Kecamatan Cempa terdiri dari 7 Desa, memiliki populasi itik/manila sebanyak 54.400
ekor, dan dapat dibentuk maksimal 7 Gapoknak;
3) Kecamatan Duampanua terdiri dari 15 Desa, memiliki populasi itik/manila sebanyak
136.650 ekor, dan dapat dibentuk maksimal 15 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu
Gapoknak;
4) Kecamatan Batulappa terdiri dari 5 Desa, memiliki populasi itik/manila sebanyak 26.800
ekor, dan dapat dibentuk maksimal 5 Gapoknak, tiap desa dapat dibentuk satu
Gapoknak; dan
5) Kecamatan Lembang terdiri dari 16 Desa, memiliki populasi itik/manila sebanyak 23.450
ekor, dan dapat dibentuk maksimal 4 Gapoknak.

BAPPEDA KABUPATEN PINRANG, 2019 BAB IV | 69

Anda mungkin juga menyukai