Anda di halaman 1dari 38

Laporan Kesesuaian lahan

Kata Pengantar
Berdasarkan Kontrak antara Kepala Satuan Non Vertikal Tertentu Irigasi dan
Rawa

Provinsi Sulawesi Barat dengan Direktur PT. Genta Prima Pertiwi,

No.28.KU-4/IRSB/VI/2006 Tanggal 16 Juni 2006, untuk Pekerjaan Studi


Recognaisance Rencana Pengembangan Irigasi Kalukku Propinsi
Sulawesi Barat, dengan ini kami sampaikan

LAPORAN HIDROLOGI
Laporan ini berisi ruang lingkup pekerjaan, kondisi tanah dan sumber daya
lahan.
Terima kasih kepada pihak pengendali kegiatan yang telah memberikan
kepercayaan kepada kami untuk melaksanakan pekerjaan ini, dan kepada
semua pihak yang telah membantu kami, mulai dari kegiatan persiapan,
pengumpulan data sekunder. Bantuan dan dukungan semua pihak,
senantiasa kami harapkan agar pada pelaksanaan kegiatan selanjutnya
dapat dilaksanakan dengan baik.

Makassar,

November 2006

PT. Genta Prima Pertiwi,

Ir. Saukani Abubakar


Direktur Utama

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

Laporan Kesesuaian lahan

DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................

DAFTAR ISI.............................................................

ii

DAFTAR GAMBAR...................................................

iv

DAFTAR TABEL.......................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................. I-1


1.1 Latar Belakang...................................................................................

I-1

1.2 Maksud dan Tujuan.............................................................................

I-2

1.3 Nama Pekerjaan.................................................................................

I-3

1.4 Ruang Lingkup Pekerjaan...................................................................

I-3

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI............... II-1


2.1 Lokasi Pekerjaan.................................................................................

II-1

2.2 Topograf............................................................................................

II-3

2.3 Kondisi Iklim.......................................................................................

II-3

2.4 Tata Guna Lahan................................................................................

II-4

BAB III TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN................ III1


3.1 Pembentukan dan Klasifkasi Tanah.................................................... III-1
3.1.1 Aluvial...................................................................................... III-2
3.1.2 Gleisol...................................................................................... III-3
3.1.3 Regosol.................................................................................... III-3
3.2 Kesuburan Tanah................................................................................ III-4
3.2.1 Parameter Kesuburan TanaH.................................................... III-5
3.2.2 Penilaian Status Kesuburan Tanah............................................ III-9
3.3 Fisika Tanah........................................................................................ III-10
3.3.1 Berat Isi (Bulk Density)............................................................ III-11
3.3.2 Ruang Pori Tanah...................................................................... III-11
3.3.3 Permeabilitas........................................................................... III-12
3.4 Kesesuaian Lahan.............................................................................. III-13
3.4.1 Kelas Kesesuaian Lahan........................................................... III-14
3.4.2 Parameter yang dinilai............................................................. III-14
Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah
Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

ii

Laporan Kesesuaian lahan

BAB IV HASIL PENILAIAN........................................ IV1


4.1 Hasil Penilaian.................................................................................... IV-1
4.1.1 Lahan untuk tanaman padi sawah beririgasi........................... IV-1
4.1.2 Lahan untuk tanaman jagung.................................................. IV-2
4.1.3 Lahan untuk tanaman kedelai.................................................. IV-2
4.1.4 Lahan untuk tanaman kacang tanah........................................ IV-3
4.2 Pengelolaan kelas Kesesuain Lahan................................................... IV-4
4.2.1 Tanaman Padi Sawah Beririgasi................................................ IV-4
4.2.2 Tanamna Palawija..................................................................... IV-5

DAFTAR PUSTAKA...................................................
LAMPIRAN..............................................................

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

iii

Laporan Kesesuaian lahan

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Lokasi Pekerjaan ....................................... II-2

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

iv

Laporan Kesesuaian lahan

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 ...................................Tataguna lahan kabupaten Mamuju
.............................................................................................. II-4
Tabel 3.1 Padanan nama tanah menurut ketiga sistim klasifkasi tanah
Sistim Klasifkasi........................................................................
III-2
Tabel 3.2 Hasil Penilaian Status Kesuburan Tanah Beberapa Macam
Tanah.........................................................................................
III-10
Tabel 3.3 Keadaan BD, Ruang Pori Total, Kadar Air dan Air Tersedia
Macam Tanah pada kedalaman 0-20 dan kedalam 20-40 cm.....
III-12
Tabel 3.4 Contoh Jenis-Jenis Parameter (Kualitas dan Karakteristik
Lahan) yang dinilai.....................................................................
III-15
Tabel 4.1 Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah. .
IV-1
Tabel 4.2 Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jagung.........
IV-2
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kedelai.........
IV-3
Tabel 4.4 Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang
Tanah.........................................................................................
IV-3
Tabel 4.5 Pengelolaan Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Menjadi Kelas
Kesesuaian Lahan Potensial Dengan Adanya Usaha Perbaikan
Untuk Tanaman Padi Sawah.......................................................
IV-5
Tabel 4.6 Pengelolaan Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Menjadi Kelas
Kesesuaian Lahan Potensial Dengan Adanya Usaha Perbaikan
Untuk Tanaman Jagung, Kedelai dan Kacang Tanah...................
IV-6
Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah
Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

Laporan Kesesuaian lahan

BAB - I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai propinsi baru yang memiliki potensi pertanian yang besar,
Propinsi Sulawesi Barat selayaknya mampu memenuhi kebutuhan akan
pangannya, khususnya beras. Ketika masih menjadi bagian dari Propinsi
Sulawesi

Selatan,

pengembangan

pertanian

berdasarkan

kebijakan

wilayah komoditas, wilayah Sulawesi Barat terutama diarahkan sebagai


daerah pengembangan komoditi perkebunan (bukan padi). Akibatnya,
perkembangan persawahan tidak menjadi program wilayah yang saat ini
menjadi Sulawesi Barat, meskipun di wilayah ini terdapat lahan yang
sangat luas untuk pengembangan komoditi padi.
Disadari bahwa saat ini kemampuan menyediakan pangan secara
mandiri, khususnya padi, tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan
kapasitas untuk produksi komoditi perkebunan. Berdasarkan data statistic
Mamuju dalam angka menunjukkan bahwa sejak 4 tahun terakhir produksi
tanaman pangan khususnya padi di kabupaten Mamuju mengalami
peningkatan berkisar 36,97 %. Bilamana potensi lahan yang ada dapat
dikembangkan secara optimal, maka diharapkan dimasa akan datang
wilayah Sulawesi Barat secara keseluruhan menjadi wilayah swasembada
pangan nasional.
Atas dasar potensi tersebut, dan sesuai dengan program Pemerintah
Provinsi Sulawesi Barat dalam rangka pengembangan komoditi pangan,
maka Pengembangan dan Peningkatan Manajemen Air Daerah Irigasi
Kalukku

sangatlah

relevan.

Hal

ini

juga

sejalan

dengan

program

Pemerintah Indonesia mengenai ketahanan pangan Bangsa Indonesia.

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

I-1

Laporan Kesesuaian lahan

Oleh karena itu masyarakat tani sangat mengharapkan peningkatan


jaringan

irigasi

Kalukku

meliputi

Pembangunan

bendung,

dan

Pembangunan jaringan irigasi pada sungai Tasiu secara teknis.


Pendekatan dan konsep dasar dari studi adalah (i) Mengkaji dan
merencanakan areal potensial secara maksimal dengan menyiapkan
sarana dan prasarana (ii) Melakukan pembangunan yang seimbang antara
fsik dan non fsik untuk mempertahankan manfaat pembangunan irigasi,
(iii)

Pemilihan

prioritas

areal

berdasarkan

konfrmasi

petani

untuk

berpartisipasi atau konstribusi kepada proyek, dan (iv) Air yang tersedia
dimanfaatkan secara optimal untuk seluruh areal irigasi.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud pekerjaan adalah memberikan informasi, gambaran teknis dan
analisis sosial ekonomi tentang potensi pengembangan irigasi di lokasi Kalukku
Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat, dan sebagai studi awal sebelum
dilaksanakan detail desain teknis.
Tujuan pekerjaan adalah untuk memaparkan konsep pengembangan,
kriteria perencanaan, sampai penentuan pada titik bendung sebagai dasar
dalam penyusunan detail desain bendung, yang meliputi:
Identifkasi sungai Tasiu dan sungai-sungai lainnya yang berada di
sekitarnya
Pemeliharaan potensi lahan yang dapat dikembangkan sebagai daerah
irigasi, termasuk hubungannya dengan ketersediaan air
Program jangka menengah dan jangka panjang berupa usulan-usulan
pekerjaan

detail

desain

bagian-bagian

proyek

yang

diusulkan

berdasarkan urutan prioritas.

1.3 Nama Pekerjaan


Pekerjaan

ini

bernama

Studi

Recognaisance

Rencana

Pengembangan Daerah Irigasi Kalukku Kabupaten Mamuju Propinsi


Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah
Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

I-2

Laporan Kesesuaian lahan

Sulawesi Barat.

Pekerjaan berada di bawah pengaturan dan pengawasan

Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Irigasi dan Rawa Provinsi Sulawesi Barat.

1.4 Ruang Lingkup Pekerjaan


Ruang lingkup kegiatan kesesuaian lahan dalam pekerjaan
Recognaisance

Rencana

Pengembangan

Daerah

Irigasi

Studi

Kalukku

Kabupaten Mamuju Propinsi Sulawesi Barat meliputi :


1. Pembentukan dan klasifkasi tanah.
2. Mengidentifkasi kesuburan tanah.
3. Pengolahan data laboratorium untuk mengidentifkasi sifat-sifat fsik
tanah.
4. Pengumpulan data penggunaan lahan.
5. Menginventarisasi lahan sawah yang ada.
6. Menyusun pola tata tanam yang sesuai dengan kondisi setempat.

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

I-3

Laporan Kesesuaian lahan

BAB - II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
STUDI
2.1 Lokasi Pekerjaan
Lokasi wilayah kerja pada kegiatan ini adalah Daerah Tasiu, yang mana
secara administratif wilayah Tasiu berada di Kecamatan Kalukku, Kabupaten
Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat.
Daerah Pengaliran Sungai Tasiu/Kalukku ini berada pada 2 30 28 - 2
51 49 LS 119o239BT - 119o 73 BT; adalah merupakan daerah tangkapan
hujan dari beberapa anak sungai dengan Sungai Kalukku sebagai Sungai
Utama. Dengan panjang sekitar 59.23 Km dan luas DAS sekitar 255.92 km2
,sungai tersebut memiliki sub DAS yang bertemu di sungai utama yang
memberikan kontribusi debit relative besar secara kontinyu.
Selanjutnya lokasi kegiatan tersebut dapat dicapai dengan melalui jalur
transportasi dari Ibukota Propoinsi Sulawesi Barat Kota Mamuju dengan
menempuh jarak kurang lebih 26 km ke arah Utara.
Adapun Batas Daerah Pengaliran Sungai Kalukku ini meliputi :
1. Sebelah Utara

: Kecamatan Topoyo

2. Sebelah Selatan : Kabupaten Mamuju


3. Sebelah Timur

: Kabupaten Mamasa

4. Sebelah Barat

: Selat Makassar

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

II - 1

Laporan Kesesuaian lahan

S u ru m a n a
P asangkayu
B a ra s

K a ro s s a

To po yo
B a ra k a n g

B a t u is i

K a lu m p a n g
B onehau
K a lu k k u
M A M U JU
Km . 444

Lokasi Pekerjaan

M am asa
M a la b o

PO LE W A LI

M A JEN E

Tabone

Proyek

Km . 251

Km . 302

Gambar 2.1. Lokasi Pekerjaan

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

II - 2

Laporan Kesesuaian Lahan

2.2 Topograf
Keadaan topograf wilayah studi berupa pegunungan dan dataran
rendah. Sepanjang saluran Sungai Kalukku dari hulu melewati daerah yang
bergunung- gunung dan melewati beberapa areal perkebunan, seperti
areal perkebunan coklat. Sedangkan daerah dataran rendahnya terdapat
banyak pemukiman penduduk dan areal pertanian dengan ketinggian
diatas permukaan laut sekitar 10-20 meter. Wilayah dataran rendah ini
termasuk bagian hilir Sungai Kalukku.
Wilayah hulu sungai yang menjadi daerah tangkapan hujan Sungai
Kalukku merupakan daerah bergelombang sedang dan curam serta
berbukit.

2.3 Kondisi Iklim


Data iklim termasuk

suhu udara,

kelembaban relatif, tekanan

barometris dan kecepatan angin didapat dari data dari stasiun klimatologi
Ranga-Ranga di Kalukku. Secara ringkas dapat disebutkan disini bahwa
kondisi iklim pada daerah studi adalah sebagai berikut :
1. Suhu udara
Suhu udara rata-rata untuk daerah studi adalah 28 0 290 celcius.
2. Curah hujan
Curah hujan rata-rata bulanan untuk daerah studi bervariasi antara
10 milimeter sampai dengan 20 milimeter.
3. Penyinaran matahari
Rata-rata bulanan banyaknya penyinaran matahari adalah 6-7
jam/hari
4. Tekanan udara
Tekanan udara rata-rata adalah sekitar 1,01 mbar
5. Kelembaban relatif
Kelembaban relatif untuk daerah studi adalah 94-95%
6. Kecepatan angin
Kecepatan angin variasi tahunan untuk daerah studi berkisar antara
10,5 - 15 m/dtk.
Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah
Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

II-3

Laporan Kesesuaian Lahan

2.4 Tata Guna Lahan


Tata guna lahan di Dataran Kalukku terbagi dalam dua bagian;
pertama yaitu daerah yang sudah dikembangkan berupa lahan-lahan
perkebunan

seperti

perkebunan

coklat

dan

kemiri,

sawah,

tegalan

perkampungan; kedua berupa semak belukar dan hutan, lahan rawa dan
tanah tandus atau tanah rusak di sekeliling area yang telah dikembangkan.
Tabel berikut menyajikan data tentang tata guna lahan Mamuju secara
umum.
Pola penggunaan lahan di DAS Kalukku terdiri atas kawasan hutan,
sawah, dan perkebunan. Pada bagian hilir dataran Kalukku sebagian lahan
telah dikembangkan menjadi kebun, umumnya kebun coklat di kiri kanan
disepanjang bantaran sungai Kalukku.
Kondisi pada bagian hulu Kalukku menunjukkan pemanfaatan lahan
hutan menjadi kebun penduduk dalam luasan kecil dan setempat
setempat. Penebangan pohon dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat akan bahan bangunan, ada yang digunakan untuk membuka
lahan baru dan juga dimanfaatkan oleh penduduk untuk mendapatkan
kayu olahan untuk dijual sebagai salah satu cara memenuhi kebutuhan
hidup masyarakat.
Tabel 2.1 Tataguna lahan kabupaten Mamuju
No.
1
2
3
4
5
6
7
8

Tata guna lahan


Wilayah
Tanaman Pangan
Perkebunan
Perikanan darat
Hutan lebat blukar
Semak/alang-alang
Rawa/danau
Tanah tandus/rusak

Jumlah
luas (ha)
801.406
18.036
10.500
6.780
542.427
14.701
7.244
559

Sumber data : Kabupaten Mamuju dalam angka 2004

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

II-4

Laporan Kesesuaian Lahan

BAB - III
TANAH DAN SUMBER DAYA
LAHAN

3.1 Pembentukan dan Klasifkasi Tanah


Pembentukan tanah di area penelitian merupakan hasil proses
hancuran iklim dari bahan induk sedimen kuarter, merupakan endapan
sungai dan pantai. Disamping itu tanah-tanah pada dataran pantai
berkembang dari endapan pasir laut yang banyak mengandung pasir
berkapur. Sedangkan di daerah lembah dan daerah-daerah dataran pada
jalur aliran sungai yang sering tergenang air, tanahnya berkembang dari
bahan aluvio-kolovium dan bahan organik.
Peranan bahan induk terhadap proses pembentukan tanah di area
penelitian sangat besar sekali disamping faktor-faktor pembentukan tanah
lainnya yaitu
keseimbangan,

topograf,

vegetasi,

tanah-tanah

di

iklim dan
area

waktu.

penelitian

Dalam keadan

berkembang

dan

menunjukkan sifat dan corak yang khas. Pengaruh iklim tropika basah
dengan suhu tinggi dan curah hujan yang cukup dan didukung oleh faktor
topograf dan vegetasi di area penelitian, maka akan sangat mempercepat
proses hancuran iklim, pencucian hara, dekomposisi bahan organik dan
proses-proses lainnya.
Keadaan tata letak di satuan topograf dan kekedapan lapisan bawah
tanah dapat mengakibatkan keadaan drainase terhambat dan selanjutnya
menimbulkan gejala gleisasi, karatan dan lebih lanjut lagi pembentukan
plintit pada tanah lapisan bawah. Di area penelitian gejala plintit ini tidak
ditemukan.
Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah
Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

III-1

Laporan Kesesuaian Lahan

Tanah-tanah di dataran pantai yang terdapat di sepanjang tepi pantai


area penelitian berkembang dari endapan pasir laut, membentuk tanahtanah bertektur kasar sebagai Regosol Eutrik. Di jalur aliran dan teras
sungai

dengan

bentuk

wilayah

datar

sampai

agak

datar,

tanah

berkembang dari bahan-bahan aluvio-koluvium yang banyak mengandung


bahan-bahan liat dan debu, membentuk tanah-tanah Aluvial Eutrik dan
Gleisol Eutrik.Di area tersebut sebagian tanah-tanah ini mempunyai
drainase agak buruk sampai buruk sehingga tanah-tanah yang terbentuk
memberikan sifat-sifat hidromorfk atau gleik, dan tanah belum atau sedikit
mengalami perkembangan profl.
Selanjut tanah-tanah di area penelitian diklasifkasikan menurut TOR A
(Pusat

Penelitian

Tanah,

1980),

pada

tingkat

Macam

Tanah

dan

dikorelasikan dengan sistim Taksonomi Tanah (USDA, 1991) pada kategori


Sub Group dan FAO/UNESCO (1974) pada tingkat ke 2. Padanan nama
tanah menurut ketiga sistim klasifkasi tersebut disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel

3.1

Padanan

nama

tanah

menurut

ketiga

sistim

klasifkasi tanah
Sistim Klasifkasi
PPT (1980)
Aluvial Eutrik
Aluvial Eutrik
Regosol Eutrik

Soil Taxonomy USDA


(1991)
Typic Tropofluvents
Typic Hydraquents
Typic Troposamments

FAO/UNESCO (1974)
Eutrik Fluvisols
Humic Gleysols
Eutric Regosols

3.1.1 Aluvial
Di area penelitian tanah ini berkembang dari bahan aluvium, tidak
mempunyai horison diagnostik dengan kandungan liat dan debu kurang
dari 50 persen (Tabel Hasil Analisis

Sampel 4, 5, 6, 9 dan 12), pada

kedalaman 0 hingga 40 cm. Drainase sedang, bertekstur agak kasar, reaksi


tanah agak masam hingga netral. Kandungan C-organik rendah hingga
sedang, nitrogen total (N-total) rendah, P 2O5 tersedia dan K2O total rendah
hingga sedang. Basa umumnya rendah hingga sedang, kejenuhan basa
Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah
Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

III-2

Laporan Kesesuaian Lahan

sedang dan kapasitas tukar kation sedang. Bentuk wilayah datar sampai
agak datar.
Dari jenis tanah ini di area penelitian didapatkan satu macam tanah
yang

diklasifkasikan

sebagai

Aluvial

Eutrik,

setara

dengan

Typic

Tropofluvents (USDA, 1991) atau Eutric Fluvisols (FAO-UNESCO, 1974).

3.1.2 Gleisol
Tanah ini berkembang dari bahan aluvio-koluvium endapan liat dan
pasir. Drainase terhambat, tanah jenuh air dengan memperlihatkan ciri-ciri
hidromorfk pada kedalaman 50 cm dari permukaan serta tidak mempunyai
horison diagnostik.
Sifat fsik tanah agak jelek, tetapi mempunyai sifat kimia tanah agak
baik. Tekstur tanah umumnya agak halus (Tabel Hasil Analisis Sampel 3, 7
dan 11), pada kedalaman 0 hingga 40 cm, bereaksi agak masan,
kandungan C-organik dan N-total rendah, P2O5 tersedia sedang dan K2O
total rendah. Basa dapat tukar rendah hingga sedang, kejenuhan basa dan
kapasitas tukar kation rendah sampai sedang. Bentuk wilayah datar.
Dari jenis tanah ini di area penelitian didapat satu macam tanah yang
diklasifkasikan sebagai Gleisol Humik, setara dengan Hydraquents (USDA,
1991), atau Humic Gleysols (FAO-UNESCO, 1974).

3.1.3 Regosol
Tanah ini berkembang dari endapan pasir laut dan sekitarnya, tidak
mempunyai horison diagnostik, bertekstur kasar dengan kandungan pasir
lebih besar dari 80 persen (Tabel Hasil analisis Sampel 1, 2, 8 dan 10) pada
kedalaman 0 hingga 40 cm.. Drainase tanah agak terhambat sampai
terhambat dan reaksi tanah agak masam hingga netral. Kandungan Corganik dan N-total rendah, P2O5 tersedia sedang dan K2O total rendah
hingga sedang. Basa umumnya rendah hingga sedang, kejenuhan basa
Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah
Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

III-3

Laporan Kesesuaian Lahan

sedang dan kapasitas tukar kation rendah. Bentuk wilayah datar sampai
agak datar.
Dari jenis tanah ini di area penelitian didapatkan satu macam tanah
yang

diklasifkasikan

sebagai

Regosol

Eutrik,

setara

dengan

Typic

Troposamments (USDA, 1991) atau Eutric Regosols (FAO-UNESCO, 1974).

3.2 Kesuburan Tanah


Ditinjau dari sudut pertanian, tanah adalah sebagai faktor produksi
yang dapat menghasilkan berbagai produksi pertanian, peranan tersebut
diantaranya: sebagai media tempat berdirinya tanaman, sebagai gudang
tempat unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman, tempat persediaan air
bagi tanaman, dan tanah dengan tata udara yang baik merupakan
lingkungan yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Informasi kesuburan tanah sangat diperlukan dan erat kaitannya
untuk pengembangan bidang pertanian sehingga diketahui potensi serta
kendala-kendala
alternatif

untuk

kesuburan
mengatasi

yang

dihadapi

kendala

sehingga

tersebut

bisa

serta

diketahui

usaha-usaha

perbaikannya.
Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk mensuplai air dan
unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang seimbang
sehingga dicapai pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimum. Hal
ini tergantung sifat-sifat fsika, kimia dan biologi tanah. Adapun sifat-sifat
kimia tanah tersebut adalah reaksi tanah (pH), salinitas, kandungan bahan
organik, N, P, K, Ca dan Mg serta unsur-unsur mikro tanah, tingkat
dekomposisi bahan organik (C/N), kapasitas tukar kation (KTK) dan
kejenuhan basa (KB) dapat mencerminkan tingkat kesuburan tanah.
Apabila sifat-sifat tersebut menguntungkan tanaman, maka tanah tersebut
mempunyai tingka kesuburan yang tinggi.

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

III-4

Laporan Kesesuaian Lahan

Bertitik tolak dari pemikiran tersebut di atas telah diambil contoh


tanah komposit untuk dipelajari sifat-sifat kimia tanah dan dievaluasi status
kesuburan serta kendalanya berdasarkan hasil analisis tanah.

3.2.1 Parameter Kesuburan TanaH


a. Reaksi Tanah (pH)
Kemasaman tanah dinyatakan sebagai minus logaritma konsentrasi
ion H+ dalam larutan tanah. Penetapan pH tanah dapat dilakukan dengan
pelarut H2O. Untuk mengukur ion H+ bebas dalam larutan tanah digunakan
pelarut air bebas ion (H 2O). Kemasaman tanah dapat menimbulkan
kekurangan unsur hara makro, menyebabkan toksitas unsur mikro, dan
menghambat kegiatan mikroba tanah (Soepardi, 1983).
Dari hasil analisis tanah lapisan atas area penelitian 0-20 cm dan 2040 cm, pH H2O tanah berkisar 6,25 7,07 termasuk kriteria agak masam
sampai netral pada jenis tanah Aluvial Eutrik, pH tanah berkisar 6,52 6,78
termasuk kriteria netral pada jenis tanah Gleisol Humik, dan pH tanah
berkisar 5,44 7,45 termasuk masam sampai netral pada jenis tanah
Regosol Eutrik. Reaksi tanah masam hanya terdapat pada No. 10 (Kayu
Mate 8).
Pada

keadaan

pH

tanah

masam

tidak

menguntungkan

bagi

pertumbuhan tanaman, karena disamping kelarutan Al dan Fe tinggi yang


dapat meracuni tanaman (palawija), juga fosfat tidak tersedia bagi
tanaman karena fksasi dan bentuk Al-P dan Fe-P. Untuk menekan pengaruh
negatif Al dan Fe maka pH tanah perlu ditingkat hingga 5,5, sehingga kadar
Al dalam larutan tanah serendah-rendahnya dan tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman.
b. Bahan Organik
Bahan organik merupakan sumber ion nitrogen dalam tanah yang
sebagian terikat dalam bentuk organik dan sebagian kecil dalam bentuk
Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah
Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

III-5

Laporan Kesesuaian Lahan

anorganik tanah. Nitrogen (N) merupakan unsur hara makro utama yang
penting bagi pertumbuhan tanaman, dan sebagian tanaman umumnya
menyerap N dari tanah dalam bentuk NH4+ dan NO3+ . Nilai C/N ratio dalam
tanah menunjukkan tingkat pelapukan bahan organik dalam tanah. Makin
besar nilai C/N ratio, menggambarkan tingkat pelapukan belum lanjut.
Sebaliknya C/N ratio rendah berarti pelapukan bahan organik sudah
berlanjut sehingga N dapat tersedia bagi tanaman. Nitrogen sangat penting
dalam pertumbuhan tanaman diantaranya sebagai penyusun protein,
komponen

pigmen

klorofl

yang

penting

dalam

proses

fotosintesis

tanaman.
Hasil analisis tanah lapisan atas area penelitian menunjukkan, pada
umumnya kadar C-organik pada lapisan atas rata-rata berkisar antara 1,28
2,49 termasuk kriteria rendah sampai sedang terdapat pada jenis tanah
Aluvial Eutrik, kriteria rendah 1,24 - 1,58 terdapat pada jenis tanah Gleisol
Humik dan kriteria rendah 1,14 - 1,30 terdapat pada jenis tanah Regosol
Eutrik. Sedangka C/N ratio berkisar antara 9,90 sampai 14,36 rendah
sampai sedang.
c. P-tersedia
Fosfor (P) mempunyai peranan penting dalam metabolisme tanaman
selama pertum- buhannya. Fosfor diperlukan dalam pembentuka ATP dan
banyak lagi senyawa berfosfat. Kekurangan unsur ini dapat menyebabkan
gangguan hebat pada metabolisme dan pertumbuhan tanaman. Peranan P
untuk pertumbuhan tanaman diantaranya: 1) sebagai penyusun metabolik
dan senyawa komplek, 2) sebagai aktivator, kovaktor dan penyusun
emzim, dan 3) berperan dalam proses fsiologis.
Hasil analisis tanah lapisan atas area penelitian menunjukkan, Ptersedia (Bray 1) berkisar antara 14,65 20,50 termasuk kriteria rendah
sampai sedang terdapat pada jenis tanah Aluvial Eutrik, kriteria sedang
16,25 19,80 terdapat pada jenis tanah Gleisol Humik dan kriteria sedang
19,50 21,04 terdapat pada jenis tanah Regosol Eutrik.

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

III-6

Laporan Kesesuaian Lahan

Umumnya pada tanah masam, P yang diberikan (pupuk) ke dalam


tanah sebagian akan diikat tanah sehingga tidak tersedia bagi tanaman.
Gambaran sederhana keseimbangan hara P di dalam tanah:
P-larut ======= P-labil ======= P-meta stabil ======= Pstabil
Pada pH masam kelarutan Al dan Fe tinggi sehingga akan mengikat P
menjadi Al-P dan Fe-P sehingga menjadi tidak larut dalam tanah. Menurut
Wild dalam Moersidi (1988), beberapa senyawa Fe yang dapat memfksasi
P terdapat dalam bentuk antara lain ferrioksida, goethit, limonit, hemati
dan larutan Fe.
d. Kalium Cadangan (K2O)
Kalium (K) merupakan satu-satunya kation monovalen yang esensial
bagi tanaman. Peran utama dari kalium dalam tanah ialah sebagai
aktivator berbagai enzim. Selanjutnya ia membuat tanaman lebih tahan
terhadap berbagai penyakit dan merangsang pertumbuhan akar tanaman,
disamping itu juga kalium cendrung meniadakan pengaruh buruk nitrogen
(Soepardi, 1983).
K-tidak tersedia ======= K-lambat tersedia ======= K-dalam
larutan
Hasil analisis tanah area penelitian menunjukkan, kadar K-cadangan
bervariasi antara 11,20 21,52 mg/100 g tanah termasuk kriteria rendah
sampai sedang. Kadar K-cadangan rendah 13,84 20,34 mg/100 g tanah
terdapat pada jenis tanah Aluvial Eutrik, kadar K-cadangan rendah 16,25
19,80 mg/100 g tanah terdapat pada jenis tanah Gleisol Humik dan Kcadangan rendah sampai sedang 19,50 21,04 mg/100 g tanah terdapat
pada jenis tanah Regosol Eutrik.
e. Basa-basa dapat tukar Ca, Mg, K dan Na

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

III-7

Laporan Kesesuaian Lahan

Kandungan Ca, Mg, K dan Na tukar menggambarkan kation-kation


yang tersedia bagi tanaman. Kation Ca, Mg dan K merupakan unsur hara
yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang cukup besar, kecuali Na.
Akan tetapi kedua unsur tersebut mudah mengalami pencucian dan
terangkut melalui hasil tanaman.
Hasil analsis tanah area penelitian menunjukkan, umumnya tanah di
area penelitian didominasi oleh Mg dan Ca sedangkan kadar K dan Na
umumnya rendah. Kadar Ca bervariasi akan tetapi umumnya sedang
berkisar antara 4,58 6,84 cmol/kg tanah termasuk kriteria rendah sampai
sedang. Terendah pada jenis tanah Regosol Eutrik (dekat Test Pit 2)
berkadar 4,58 cmol/kg tanah dan tertinggi 6,58 cmol/kg tanah pada jenis
tanah Aluvial Eutrik. Kadar K umumnya rendah kadar bervariasi termasuk
kriteria rendah berkisar antara 0,124 0,324 cmol/kg tanah. Kadar K
tertinggi 0,324 cmol/kg tanah terdapat pada jenis tanah Gleisol Humik dan
terendah kadar K 0,124 cmol/kg tanah pada jenis tanah Regosol Eutrik.
Kadar Mg tinggi berkisar antara 2,68 5,66 cmol/kg tanah termasuk
kriteria tinggi untuk semua jenis tanah. Kadar Na di area penelitian
umumnya rendah berkisar antara 0,227 0,624 cmol/kg tanah. Kadar Na
terendah 0,227 cmol/kg tanah termasuk kriteria rendah pada jenis tanah
Aluvial Eutrik, sedangkan tertinggi 0,624 cmol/kg tanah termasuk kriteria
sedang pada jenis tanah Regosol Eutrik.
Rendahnya kadar rata-rata kation-kation dapat tukar di area penelitian
diduga oleh bahan induk yang miskin akan hara tersebut, disamping itu
oleh kebiasaan petani yang salah dalam pengelolaan tanah sehingga
vegetasi tanah terbuka yang menyebabkan unsur hara akan tercuci melalui
aliran permukaan. Tanah-tanah tropis dengan curah hujan tinggi akan
mengalami pencucian intensif yang mengakibatkan jumlah kation basa
yang dapat dipertukarkan berkurang.

f. Kapasitas Tukar Kation dan Kejenuhan Basa

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

III-8

Laporan Kesesuaian Lahan

Kapasitas

tukar

mempertahankan

dan

kation

adalah

mengikat

kation

kemampuan
dapat

tukar

tanah
pada

untuk
komplek

pertukaran. Besarnya nilai KTK sangat ditentukan oleh humus, jumlah dan
macam mineral dan macam mineral liat (Soepardi, 1983). Sedangkan
kejenuhan

basa

menggambarkan

persentase

kation-kation

yang

menduduki komplek pertukaran.


Hasil analisis tanah lapisan atas di area penelitian menunjukkan, nilai
KTK bervariasi berkisar antara 11,20 21,50 cmol/kg tanah termasuk
kriteria sangat rendah hingga rendah. Kapasitas tukar kation yang
terendah pada jenis tanah Regosol Eutrik sebesar 11,20 cmol/kg tanah dan
tertinggi pada jenis tanah Gleisol Humik sebesar 21,50 cmol/kg tanah,
sedangkan pada tanah Aluvial Eutrik KTK berkisar anatar 13,84 sampai
20,34 cmol/kg tanah.
Kejenuhan basa (KB) bervariasi antara 8,65 21,13 % termasuk
kriteria sangat rendah sampai rendah. Kejenuhan basa terendah (8,65 %)
terdapat pada macam tanah Regosol Eutrik (contoh tanah No. 1)
sedangkan tertinggi kejenuhan basa tertinggi (21,13 %) pada macam
tanah Gleisol Humik (contoh tanah BM 11).

3.2.2 Penilaian Status Kesuburan Tanah


Penilaian tingkat kesuburan tanah di area penelitian dan faktor
kendalanya, dilakukan dengan mengikuti petunjuk TOR No. 59/1983
(Puslitanak, 1983). Penilaian dilakukan berdasarkan hasil analisis sifat kimia
contoh tanah komposit yang terdiri dari KTK (kapasitas tukar kation), P 2O5
tersedia, K2O ekstrak HCl 25 % dan C-organik. Sifat kimia yang ditetapkan
dan hasil penilaiannya disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Hasil Penilaian Status Kesuburan Tanah Beberapa Macam


Tanah
Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah
Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

III-9

Laporan Kesesuaian Lahan

No.

Jenis Tanah

Tekstur

Parameter Penilai Status Kesuburan Tanah

1.

Aluvial Eutrik

Lempung berpasir

KTK
18,30 s

2.

Aluvial Eutrik

Lempung berpasir

17,50 s

3.

Aluvial Eutrik

Lempung berpasir

16,50 s

4.

Aluvial Eutrik

Lempung berpasir

19,60 s

5.

Aluvial Eutrik

Lempung berpasir

18,20 s

6.

Gleisol
Humik
Gleisol Humik

Liat berpasir

19,50 s

7.
8.
9.
10.
11.
12.

Gleisol
Humik
Regosol
Eutrik
Regosol
Eutrik
Regosol
Eutrik
Regosol
Eutrik

Lempung liat berpasir 20,80 s


Lempung

21,50 s

Pasir

11,20 r

Pasir berlempung

12,30 r

Pasir

12,20 r

Pasir berlempung

15,30 r

P2O5
16,00
s
18,60
s
14,65
r
20,50
s
18,20
s
18,50
s
20,80
s
19,80
s
19,50
s
20,10
s
19,60
s
21,04
s

K2O
18,64
r
20,34
r
14,64
r
20,34
r
13,84
r
15,64
r
16,24
r
20,14
r
19,64
r
10,28
r
15,84
r
21,52
r

C-organik
1,48 r
1,50 r
1,28 r
1,28 r
2,49 s
1,34 r
1,24 r
1,58 r
1,25 r
1,14 r
1,30 r
1,20 r

KB
15,63
r
13,08
r
12,14
r
16,52
s
17,08
s
18,23
s
20,03s

Status
Kesuburan
Tanah
Sedang

21,13
s
8,65 r

macam tanah Regosol Eutrik, sedangkan pada macam tanah Aluvial Eutrik
dan Gleisol Eutrik umumnya status kesuburan tanahnya termasuk kriteria
sedang.

3.3 Fisika Tanah


peranan

yang

penting

dalam

hubungannya dengan perkembangan tanaman dan tata air (hidrologi) yaitu


terjadinya erosi dan banjir. Erosi mengakibatkan pendangkalan sungai
sehingga terjadi banjir pada musim penghujan dan kekeringan pada musim
kemarau.
Pupuk merupakan salah satu faktor utama untuk meningkatkan
produksi hasil pertanian. Ketersediaan unsur hara bagi tanaman ditentukan
oleh keadaan sifat fsik tanah, yaitu air dan udara di dalam tanah seperti
Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah
Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

Sedang
Sedang
Sedang
Rendah

Rendah

3.2), terlihat bahwa status kesuburan tanah lapisan atas rendah pada

mempunyai

Sedang

11,32
r

area penelitian yang didasarkan kombinasi sifat-sifat kimia tanah (Tabel

tanah

Sedang

Rendah

Dari hasil penilaian terhadap parameter sifat kimia kesuburan tanah di

fsik

Rendah

12,45
r
9,12 r

Sumber: Hasil Analisis dan Perhitungan Jurusan Ilmu Tanah UNHAS, 2006
r : rendah, s : sedang

Sifat

Sedang

III-10

Rendah

Laporan Kesesuaian Lahan

berat isi, ruang porit total, pori air tersedia, pori drainase cepat dan lambat
serta permeabilitas, tetapi keadaan sifat fsik tanah tersebut di area
penelitian ditentukan oleh jenis tanah.

3.3.1 Berat Isi (Bulk Density)


Berat isi tanah adalah berat tanah kering tetap suatu volume tanah
utuh yang dinyatakan dalam satuan gram/cm 3. Berat isi tanah dipengaruhi
oleh tekstur, struktur dan kandungan bahan organik di dalam tanah. Tanah
dengan tekstur berlempung, struktur remah atau kandungan bahan
organik tinggi mempunyai berat isi lebih ringan atau sebaliknya Tabel 3.3.
Berat isi tanah-tanah di area penelitian antara 1,02 1,15 gram/cm 3
untuk lapisan atas (0-20 cm) dan lapisan bawah antara 1,13 1,28 gram
/cm3 pada kedalaman (20-40 cm). Secara teoritis rendahnya berat isi dapat
disebabkan oleh tingginya ruang pori total dan/atau tingginya kandungan
bahan organik. Makin padat tanah, makin tinggi nilai berat isinya.
Pada

umumnya

berat

isi

tanah

lapisan

bawah

lebih

tinggi

dibandingkan tanah lapisan atas. Hal ini menunjukkan bahwa tanah lapisan
bawah lebih kompak (padat) dibandingkan tanah lapisan atas, disebabkan
oleh pengendapan liat pada saat proses pencucian berlangsung, seperti
yang terdapat di area penelitian.

3.3.2 Ruang Pori Tanah


Pori-pori tanah merupakan ruangan-ruangan di antara partikel. Pori
tersebut bisa terisi udara maupun air tergantung dari ukuran pori
tersebut.Untuk mendukung pertumbuhan tanaman lahan kering (palawija)
yang baik, jumlah pori-pori yang terisi udara dan air tersebut harus
memiliki proporsi yang sesuai dengan jenis tanaman.
Jumlah pori aerasi yang tergolong agak rendah umumnya dijumpai
pada tanah lapisan bagian bawah yang diduga karena pemadatan oleh
sedimen selama proses pencucian. Sebaliknya untuk tanah lapisan atas,
Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah
Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

III-11

Laporan Kesesuaian Lahan

sebagian besar mempunyai pori aerasi dan pori air tersedia yang tergolong
sedang sampai tinggi. Hal ini sangat menunjang pertumbuhan tanaman
lahan kering karena pernafasan akar dapat berlangsung dengan baik dan
kebutuhan air akan tercukupi dengan mudah, kecuali pada hari-hari tanpa
hujan yang cukup lama. Untuk meningkatkan kemampuan tanah menahan
air, penggunaan bahan organik sangat dianjurkan.
Pori air tersedia di area penelitian berkisar antara 8,1 sampai 20
persen untuk tanah lapisan atas dan antara 8,7 sampai 31,2 persen untuk
lapisan bawah. Namun sebagian besar tanah lapisan atas mempunyai pori
air tersedia tergolong sedang sampai tinggi. Curah hujan umumnya cukup
tinggi sangat menunjang kondisi tanah dan menguntungkan untuk
tanaman lahan kering (palawija). Namun pada hari-hari tanpa hujan cukup
lama tanaman palawija atan tanaman berperakaran dangkal dapat
mengalami

kekeringan,

karena

daya

sangganya

kecil.

Karena

itu

pemberian bahan organik dan mulsa akan sangat membantu dalam


mempertahankan kelembaban tanah, sebaliknya untuk tanaman keras
dan/atau sawah beririgasi tidak menjadi masalah (Tabel 3.3).
Tabel 3.3 Keadaan BD, Ruang Pori Total, Kadar Air dan Air Tersedia
Macam Tanah pada kedalaman 0-20 dan kedalam 20-40 cm
Ruang pori
Kadar Air %
Air tersedia %
total % Vol.
Vol.
Volume
A
B
A
B
A
B
A
B
1.
Aluvial Eutrik
1,02
1,21
54,25 51,32
39,15
25,25
12,35
8,63
2.
Aluvial Eutrik
1,03
1,11
55,07 53,19
40,02
29,82
14,32
9,13
3.
Aluvial Eutrik
1,11
1,21
56,12 54,63
39,14
30,12
11,31
10,21
4.
Aluvial Eutrik
1,03
1,12
53,42 51,52
35,32
28,17
9,54
7,85
5.
Aluvial Eutrik
1,02
1,23
51,24 49,97
31,12
27,76
8,96
7,54
6.
Gleisol Humik
1,15
1,25
55,12 53,32
37,42
33,56
12,31
9,12
7.
Gleisol Humik
1,13
1,20
56,31 54,29
35,82
32,12
10,05
8,91
8.
Gleisol Humik
1,10
1,19
55,43 53,35
32,41
30,45
10,02
7,89
9.
Regosol Eutrik
1,23
1,40
53,21 51,42
19,05
15,85
8,12
6,75
10.
Regosol Eutrik
1,20
1,35
49,52 47,21
18,25
13,54
6,11
4,67
11.
Regosol Eutrik
1,22
1,34
48,78 46,86
16,35
14,07
5,24
3,35
12.
Regosol Eutrik
1,19
1,27
49,25 47,52
14,65
12,54
5,01
3,65
Sumber: Hasil Analisis dan Perhitungan Jurusan Tanah UNHAS, 2006
A : Lapisan 0-20 cm dan B : Lapisan 20-40 cm
No.

Jenis Tanah

BD g/cm3

3.3.3 Permeabilitas

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

III-12

Laporan Kesesuaian Lahan

Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah melalukan air yang


dinyatakan dalam kecepatan bergeraknya air di dalam suatu masa tanah.
Sifat fsik tanah ini penting, terutama untuk mengetahui kondisi hidrologi
tanah dalam hubungannya dengan pengelolaan tanah dan air. Suatu
contoh didalam merancang sistem drainase dan irigasi di suatu areal
pengelolaan.
Untuk mengatasi kendala lambatnya permeabilitas tanah dapat
dilakukan pengolahan tanah, pemberian bahan organik pada tanah-tanah
dengan kandungan bahan organik yang rendah dan/atau pemberian bahan
amelioran tanah untuk memperbaiki stabilitas agregat dan stabilitas pori
tanah. Pemberian pupuk kandang selain memperbaiki kualitas kimia tanah,
dapat juga memperbaiki kondisi fsik tanah.
Tergantung pada rencana pemanfaatan lahannya, cepat lambatnya
permeabilitas tanah mempunyai nilai positif dan negatifnya. Suatu contoh
untuk

lahan-lahan

permeabilitas

yang

yang

akan

lambat

di

manfaatkan

sangat

untuk

menguntungkan.

sawah

irigasi,

Makin

lambat

permeabilitas tanah, makin efsien penggunaan air irigasinya. Sebaliknya


untuk lahan-lahan yang akan direncanakan untuk areal perkebunan,
drainase sangat diperlukan. Oleh karena itu tanah-tanah yang memiliki
permeabilitas yang lambat proses drainase akan berjalan sangat lambat,
yang

dapat

mengganggu

pertumbuhan

tanaman

tahunan

dan/atau

palawija yang dibudidayakan.

3.4 Kesesuaian Lahan


Kesesuaian lahan merupakan hasil atau produk dari proses evaluasi
sebidang lahan pada tingkat pengelolaan tertentu, terhadap tanah, iklim,
hidrologi, relief, tanaman/ penggunaan lahan dan aspek lain yang berkaitan
dengan persyaratan penggunaan lahan dan umumnya dikaitkan dengan
tingkat kemampuan atau

klasifkasi

lahan agar berproduksi

secara

berkelangsungan.

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

III-13

Laporan Kesesuaian Lahan

Data yang diperlukan dalam proses evaluasi lahan adalah data iklim,
data tanah dan tanaman. Data iklim berupa data curah hujan, suhu,
kelembaban (rata-rata bulanan dan tahunan). Data tanah yang digunakan
dalam laporan ini berupa Peta Tanah Tinjau. Dalam peta tanah tersebut
terdiri atas macam tanah, bentuk wilayah, relief, lereng dan bahan induk.
Yang dievaluasi tingkat kesesuaian lahannya adalah sifat-sifat macam
tanah berikut fasenya serta faktor lingkungannya. Penilaian kesesuaian
lahan dilakukan untuk tanaman padi sawah, jagung, kedelai dan kacang
tanah.

3.4.1 Kelas Kesesuaian Lahan


Klasifkasi Kesesuaian Lahan yang digunakan dalam laporan ini
berpedoman kepada Buku Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pertanian dan
Kehutanan (Djaenuddin; dkk, 1993). Klasifkasi tersebut pada dasarnya
mengacu kepada Framework of Land Evaluation (FAO, 1974). Dalam
klasifkasi tersebut dikenal 4 kategori yaitu; ordo, kelas, sub kelas dan unit.
Dalam penilaian ini klasifkasi yang digunakan hanya sampai tingkat sub
kelas.
Ordo

: Menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk


penggunaan tertentu.Dalam hal ini dibedakan kedalam dua ordo
yaitu:

Ordo S : Sesuai digunakan untuk penggunaan tertentu dalam jangka


waktu yang tidak terbatas.
Ordo N : Tidak sesuai digunakan untuk penggunaan tertentu.
Kelas

: Menunjukkan tingkat kesesuaian dari masing-masing ordo. Ada 3


kelas dari ordo tanah yang sesuia dan 2 kelas untuk ordo yang
tidak sesuai.

Kelas S1 : Sangat sesuai


Kelas S2 : Cukup sesuai
Kelas S3 : Sesuai marjinal
Kelas N1 : Tidak sesuai saat ini
Kelas N2 : Tidak sesuai permanen.

3.4.2 Parameter yang dinilai


Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah
Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

III-14

Laporan Kesesuaian Lahan

Jenis dan jumlah parameter yang dinilai ditentukan sesuai dengan


jenis pemetaan tanahnya. Parameter yang dinilai dalam evaluasi lahan
yang dicerminkan oleh karakteristik lahan yang nyata berpengaruh
terhadap pertumbuhan

tanaman. Contoh

dan jenis parameter yang

digunakan dalam evaluasi lahan tingkat semi detail disajikan dalam Tabel
3.4 berikut ini:
Tabel 3.4 Contoh Jenis-Jenis Parameter
(Kualitas dan Karakteristik Lahan) yang dinilai
No.

Kualitas Lahan

A.
1.

Persyaratan Tumbuh Tanaman/Ekologi


Rejim radiasi
- panjang/lama penyinaran
- suhu rata-rata tahunan
- suhu rata-rata bulanan
Rejim suhu
- suhu rata-rata
maksimum/minimum
bulanan

2.

Karakteristik Lahan

3.
4.

Kelembaban udara
Ketersediaan air

- kelembaban nisbi
- curah hujan tahunan
- curah hujan bulanan
- bulan kering (< 60 mm)
-LGP (lamanya periode
pertumbuhan)

5.

Media perakaran

- drainase
- tekstur
- kedalaman efektif

6.

Retensi hara

- kapasitas tukar kation (KTK)


- reaksi tanah (pH)
- C-organil

7.

Ketersediaan hara

- N-total
- K2O tersedia
- P2O5 tersedia

8.

Bahaya banjir

9.
10.

Kegaraman
Toksitas

- periode
- frekuensi
- daya hantar listrik
- kejenuhan Al
- bahan sulfdik

B.
11.

Persyaratan Pengelolaan
Kemudahan pengelolaan

12.

Potensi mekanisasi

C.
13.

Persyaratan Konservasi
Bahaya erosi

- tekstur tanah/bahan kasar


- kelas kemudahan pengelolaan
- kemiringan lahan
- batu dipermukaan
- singkapan batuan
- indeks bahaya erosi
- tingkat bahaya erosi

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

III-15

Laporan Kesesuaian Lahan

BAB - IV
HASIL PENILAIAN
4.1 Hasil Penilaian
Hasil penilaian kesesuaian lahan untuk beberapa tanaman disajikan
dalam Tabel 4.1 sampai dengan Tabel 4.4. Sedangkan hasil penilaian
untuk masing-masing

tanaman

tiap macam tanah. Perlu dikemukakan

bahwa penilaian kesesuaian lahan ini adalah kesesuaian lahan aktual


artinya kesesuaian lahan berdasarkan keadaan pada waktu dilakukan
survei. Selain itu kesesuaian lahan ini dimaksudkan apabila tanaman
tersebut ditanaman secara monokultur.

4.1.1 Lahan untuk tanaman padi sawah beririgasi


Lahan untuk tanaman padi sawah beririgasi di area penelitian
termasuk sesuai kelas S3 (sesuai marjinal) dengan faktor pembatas media
perakaran (r), retensi hara (f) dan ketersediaan hara. Kelas S2 dengan
faktor pembatas retensi hara (f) dan ketersediaan hara (n). Kelas
kesesuaian lahan atau kombinasinya disajikan dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi
Sawah

Kelompok

Sub

Macam Tanah

No.

Contoh

Tanah

yang

Kelas
dianalisis
Lahan Termasuk Kelas Cukup Sesuai (S2)
S2nf

Aluvial Eutrik

Gleisol Humik
Lahan Termasuk Kelas Sesuai Marjinal (S3)
S3rfn
Regosol Eutrik

4, 5, 6, 9, dan12
3, 7, dan 11
1, 2, 8, dan 10

4.1.2 Lahan untuk tanaman jagung


Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah
Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

IV-1

Laporan Kesesuaian Lahan

Lahan untuk tanaman jagung di area penelitian termasuk kelas tidak


sesuai saat ini (N1) dengan faktor pembatas media perakaran (r) yang
jelek terutama keadaan drainase dan tekstur tanah, retensi hara (f) dan
ketersediaan hara (n). Kelas S3 (sesuai marjinal) mempunyai faktor
pembatas retensi hara (f), media perakaran (r), dan ketersediaan hara (n).
Kelas kesesuaian lahan atau kombinasinya disajikan dalam Tabel 3.6.
Tabel 4.2 Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jagung
Kelompok Sub Kelas

Macam Tanah

No. Contoh Tanah yang


dianalisis

Lahan Termasuk Kelas Sesuai Marjinal (S3)


S3nf
Aluvial Eutrik
4, 5, 6, 9, dan 12
Lahan Termasuk Kelas Sesuai Marjinal (S3)
S3rfn
Gleisol Eutrik
3, 7, dan 11
Lahan Termasuk Kelas Tidak Sesuai Saat Ini (N1)
N1rfn
Regosol Eutrik
1, 2, 8, dan 10

4.1.3 Lahan untuk tanaman kedelai


Lahan untuk tanaman kedelai di area penelitian, termasuk kelas tidak
sesuai saat ini (N1) dengan faktor pembatas media perakaran (r) yang
jelek terutama keadaan drainase dan tektur tanah, retensi hara (f) dan
ketersediaan hara (n). Kelas S3 (sesuai marjinal) dengan faktor pembatas
media perakaran (r), retensi hara (f) dan ketersediaan hara (n). Kelas
kesesuaian lahan atau kombinasinya disajikan dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kedelai


Kelompok Sub Kelas

Macam Tanah

Lahan Termasuk Kelas Sesuai Marjinal (S3)


S3nf
Aluvial Eutrik
Lahan Termasuk Kelas Sesuai Marjinal (S3)
S3rfn
Gleisol Eutrik

No. Contoh Tanah yang


dianalisis
4, 5, 6, 9, dan 12
3, 7, dan 11

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

IV-2

Laporan Kesesuaian Lahan

Lahan Termasuk Kelas Tidak Sesuai Saat Ini (N1)


N1rfn
Regosol Eutrik
1, 2, 8, dan 10

4.1.4 Lahan untuk tanaman kacang tanah


Lahan untuk tanaman kacang tanah di area penelitian, termasuk kelas
tidak sesuai saat ini (N1) dengan faktor pembatas media perakaran (r)
yang jelek terutama keadaan
drainase dan tektur tanah, retensi hara dan ketersediaan hara (n). Kelas S3
(sesuai marjinal) dengan faktor pembatas media perakaran (r), retensi hara
(f) dan ketersediaan hara (n). Kelas kesesuaian lahan atau kombinasinya
disajikan dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang
Tanah

Kelompok

Sub

Macam Tanah

No. Contoh Tanah yang

Kelas
dianalisis
Lahan Termasuk Kelas Sesuai Marjinal (S3)
S3nf
Aluvial Eutrik
4, 5, 6, 9, dan 12
Lahan Termasuk Kelas Sesuai Marjinal (S3)
S3rfn
Gleisol Eutrik
3, 7, dan 11
Lahan Termasuk Kelas Tidak Sesuai Saat Ini (N1)
N1rfn
Regosol
1, 2, 8, dan 10
Eutrik

4.2 Pengelolaan Kelas Kesesuaian Lahan


4.2.1 Tanaman Padi Sawah Beririgasi
Hasil penilaian kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah
contoh tanah 3, 4, 5, 6, 7, 9, 11 dan 12 dinilai cukup sesuai (S2) dengan
faktor pembatas retensi hara dan ketersedian hara. Pembatas retensi hara
dan ketersedian hara dapat diperbaiki dengan pemberian bahan organik

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

IV-3

Laporan Kesesuaian Lahan

dan

pemupukan

berimbang,

sehingga

kelas

kesesuaian

lahannya

meningkat menjadi S1 (sangat sesuai).


Pada contoh tanah 1, 2, 8 dan 10 dinilai sesuai marjinal (S3) dengan
faktor pembatas media perakaran, banjir, retensi hara dan ketersediaan
hara, hal ini dapat diperbaiki dengan perbaikan drainase, pembererian
bahan organik dan pemupukan berimbang sehingga kelasnya meningkat
menjadi S2 (cukup sesuai).
Bila dilakukan perbaikan maka semua faktor yang menjadi pembatas
dieliminasi sehingga kelas kesesuaian lahannya meningkat dari S2 menjadi
S1, dan S3 menjadi S2, apabila tingkat pengelolaannya rendah dan dapat
naik dua tingkat (Djaenuddin; dkk, 1993). Hasil pengelolaan kelas
kesesuaian lahan aktual menjadi kelas kesesuaian lahan potensial untuk
tanaman padi sawah disajikan dalam Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Pengelolaan

Kelas

Kesesuaian Lahan Aktual

Menjadi Kelas
Kesesuaian Lahan Potensial Dengan Adanya Usaha
Perbaikan
Untuk Tanaman Padi Sawah

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

IV-4

Laporan Kesesuaian Lahan

Kelas
Kesesuaian
Lahan yang
aktual

Usaha Perbaikan
Kesesuaian

Kelas S2 (Cukup Sesuaian)


S2fn
Pemberian bahan organik
dan pemupukan
berimbang
Kelas S3 (Sesuai Marjinal)
S3rfn
Perbaikan drainase dan
media perakaran,
pemberian bahan organik
dan pemupukan
berimbang

Kelas Lahan
Potensial

No. Contoh Tanah


dianalisis

S1

4, 5, 6, 9, 12,
3, 7 dan
11

S2

1, 2, 8 dan 10

4.2.2 Tanaman Palawija


Hasil penilaian kelas kesesuaian lahan untuk tanaman palawija
(jagung, kedelai dan kacang tanah) contoh tanah 4, 5, 6, 9 dan 12 dinilai
sesuai marjinal (S3) dengan faktor pembatas retensi hara dan ketersediaan
hara dapat diperbaiki dengan pemberian bahan organit dan pemupukan
berimbang, sehingga kelas kesesuaian lahannya meningkat menjadi S2
(cukup sesuai).
Pada contoh tanah 3, 7 dan 11 dinilai sesuai marjinal (S3) dengan
faktor pembatas media perakaran dan drainase, retensi hara dan
ketersediaan hara dapat diperbaiki dengan perbaikan drainase, pemberian
bahan organik dan pemupukan berimbang, sehingga kelas kesuaian lahan
meningkat menjadi S2 (cukup sesuai).
Contoh tanah 1, 2, 8 dan 10 dinilai tidak sesuai saat ini (N1) dengan
faktor pembatas media perakaran, drainase dan banjir, retensi hara dan
ketersediaan hara dapat diperbaiki dengan perbaikan media tumbuh dan
drainase, pemberian bahan organik dan pemupukan berimbang.
Bila dilakukan perbaikan maka semua faktor yang menjadi pembatas
dieliminasi sehingga kelas kesesuaian lahannya meningkat dari S3 menjadi
S2, dan N1 menjadi S3, apabila tingkat pengelolaannya rendah dan dapat
naik dua tingkat (Djaenuddin; dkk, 1993). Hasil pengelolaan kelas
Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah
Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

IV-5

Laporan Kesesuaian Lahan

kesesuaian lahan aktual menjadi kelas kesesuaian lahan potensial untuk


tanaman jagung, kedelai dan kacang tanah disajikan dalam Tabel 3.10.
Tabel 4.6Pengelolaan Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Menjadi
Kelas
Kesesuaian Lahan Potensial Dengan Adanya Usaha
Perbaikan
Untuk Tanaman Jagung, Kedelai dan Kacang
Tanah
Kelas
Kesesuaian
Lahan
Yang Aktual

Usaha Perbaikan

Kelas
Kesesuaian
Lahan
Potensial

Kelas S3 (Cukup Sesuaian)


S3fn
Pemberian bahan organik
dan pemupukan berimbang
Kelas S3 (Cukup Sesuai)
S3rfn
Perbaikan
drainase
dan
media
perakaran,
pemberian
bahan
organik,
pemupukan
berimbang
Kelas N1 (Tidak Sesuai Saat Ini)
N1rfn
Perbaikan
drainase
dan
media
perakaran, pemberian bahan
organik, pemupukan
berimbang

No.Contoh
Tanah
dianalisis

S2

4, 5, 6, 9
dan 12

S2

3, 7 dan 11

S3

1, 2, 8 dan
10

Berdasarkan Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 lahan di area penelitian dapat
dikembangkan menjadi sawah beririgasi dan tanaman palawija yang lebih
produktif dengan beberapa usaha perbaikan yaitu perbaikan drainase dan
media perakaran,

pemberian

bahan

organik

dan

pemupukan

yang

berimbang.

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

IV-6

Laporan Kesesuaian Lahan

DAFTAR PUSTAKA
Djaenuddin, D., S. Basuni. S, S. Hardjowigeno, H. Subagyo, M. Sukardi,
Ismangun,
Marsudi, N. Suharta, L. Hakim, Widagdo, J. Dai, V. Suwandi, S.
Bachari dan
E.R. Jordens. 1993. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Pertanian dan
Kehutanan.
Centre for Soil and Agroclimate Research.
F.A.O. 1974. Framwork for Land Evaluation. F.A.O. Soil Bull. 32. Rome.
Pusat Penelitian Tanah. 1983. Terms of Reference. Survei Kapabilitas Tanah.
Proyek
Penelitian Pertanian Menunjang Transmigrasi, Pusat Penelitian
Tanah, Badan
Litbang Pertanian
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Juurusan Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas
Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Soil Survey Staff. 1991. Soil Taxonomy. Agr. Handbook. No. 436, USDA.
Washington.

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

Laporan Kesesuaian Lahan

Gambar 1. Contoh tanah dikering udarakan

Gambar 2. Contoh tanah kering udara ditimbang,dimasukan ke dalam


tabung rol flm

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

Laporan Kesesuaian Lahan

Gambar 3. Contoh tanah + aquades dikocok untuk pembuatan ekstrak

Gambar 4. Larutan tanah kemudian disaring ekstraknya ditampung

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

Laporan Kesesuaian Lahan

Gambar 5. Pengukuran pH tanah, salinitas, dan tekstur tanah

Gambar 6. Penentuan tekstur tanah

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

Laporan Kesesuaian Lahan

Gambar 7. Pengukuran Ca, Mg, K, Na, KTK dan KB

Gambar 8. Titrasi penentuan N-total, P2O5-tersedia, K2O-total, dll.

Studi Recognaisance Rencana Pengembangan Daerah


Irigasi Kalukku Kab. Mamuju Propinsi Sulawesi Barat

Anda mungkin juga menyukai