Anda di halaman 1dari 9

Investigasi Geoteknik ( Penyelidikan tanah/batuan ) Awal Perencanaan yang memadai

menuju Efisiensi Pembangunan Bendungan Visium 2030

Studi kasus : Pelaksanaan Konstruksi Terowongan Pengelak Pembangunan Bendungan Leuwikeris


Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis Jawa Barat Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy.

Makalah

Seminar Nasional Bendungan Besar 2019

( Sub Tema 5 Penerapan Inovasi Tekonologi )

Oleh :

Budi Prasetyo
PPK Bendungan Leuwikeris BBWS Citanduy

Heru Utomo
PT.Virama Karya ( Persero ) – PT.Caturbina Guna Persada ( KSO )
Ketua Tim Supervisi Pembangunan Bendungan Leuwikeris
( HP : 081.221.50330 / email : heruutomocpgrd9@ymail.com )

April 2019
Ringkasan

Pelaksanaan pembuatan terowongan pengelak dan kelengkapannya adalah menempati posisi


yang sangat strategis/vital/kritis untuk lancar/suksesnya pelaksanaan pekerjaan bendungan.
Tidak ada pekerjaan pekerjaan di badan sungai ( River bed ) yang bisa dilakukan sempurna,
sepanjang terowongan pengelak belum selesai dikerjakan.
Desain hidrolik terowongan pengelak beserta main cofferdam selama masa konstruksi harus
mampu memfasilitasi banjir rencana periode ulang tertentu. Bertambah lamanya masa
konstruksi, probabilitas terjadinya banjir periode tertentu akan semakin besar.
Ketelitian/keakuratan pada saaat melakukan investigasi geoteknik sangat dibutuhkan pada saat
melakukan perencanaan ( sebelum tahap konstruksi dilaksanakan ).
Terdapat 3 kegiatan utama dalam pelaksanaan pekerjaan pembuatan terowongan pengelak yaitu
penggalian menuju muka awal terowongan, penggalian terowongan dan pemasangan beton
lining saluran pengelak.
Investigasi geoteknik harus mencerminkan kondisi geologi batuan yang sebenarnya disepanjang
rencana jalur terowongan, sehingga bisa ditentukan metode pelaksanaan penggalian, peta
geologis batuan yang bisa memberikan informasi perkuatan sementara ( Besi penyangga/steel
support, shotcrete, wiremesh, rock bolt ), klasifikasi pelapukan, RQD ( Rock Quality
designation), pengaruh permeabilitas dan air tanah.
Ketidakakuratan/ketidak telitian pada saat melakukan investigasi geoteknik akan berakibat fatal
terutama pada saat pelaksanaan konstruksi diantaranya kurang lancarnya pelaksanaan pekerjaan,
waktu pelaksaan menjadi lebih panjang, sehingga hal ini tidak menutup kemungkinan terjadinya
penambahan biaya pelaksanaan.
Perencanaan investigasi geoteknik yang tepat serta ditunjang pengawasan yang baik, serta
inovasi dalam pemilihan metode dan penggunaaan peralatan yang tepat pelaksanakan pekerjaaan
investigasi geoteknik akan memberikan data informasi kondisi geologi batuan yang sebenarnya (
aktual ).
PENDAHULUAN

Geologi Pada Pondasi Terowongan Pengelak

Berdasarkan data pemboran inti di lokasi bendungan, Pondasi terowongan pengelak diperkirakan
terletak diatas batuan breksi Volkanik (SW) dan Breksi Volkanik (MW-SW).

Breksi Volkanik (MW-HW), berwarna abu-abu muda, fragmen andesit f 1 - 4 cm, menyudut
tanggung, masa dasar pasir sedang, kemas terbuka, kurang kompak, kekerasan kurang-sedang,
lapuk sedang-kuat, terisi oksida besi. Breksi Volkanik (SW), berwarna abu-abu, fragmen andesit
f 5 - 10 cm, menyudut tanggung, masa dasar pasir sedang, kemas terbuka, kurang kompak, keras,
lapuk ringan, terisi oksida besi. Sejauh ini belum dilakukan penyelidikan geologi teknik dilokasi
rencana terowongan pengelak. Untuk mengetahui kondisi geologi dan sifat teknis batuan
disepanjang rencana terowongan maka harus diadakan pekerjaan pemboran inti, uji permeabilitas
dan uji laboratorium terhadap sampel batu inti bor. Hasilnya dipakai untuk analisis stabilitas
terowongan.

Gambar Perencanaan

Gambar Aktual
Pelaksanaan Pekerjaan

Pelaksanaan pekerjaan dimulai dengan melaksanakan uitset dilapangan dengan memakai patok
Bench mark ( BM2 dan BM5 ) sebagai acuan pengukuran selanjutnya dimana patok-patok ini
nilai koordinat sebagai berikut BM 2 X = 212457.265 Y = 9185271.504 Z = 175.6007, untuk
BM 5 9185231.383 Y= 212188.428 Z = 188.673, karena patok BM 2 berada pada lokasi yang
memiliki resiko tergali saat pelaksnaan maka patok BM 5 disiapkan bilamana patok BM2 hilang.

Hasil pengukuran ulang ini selanjutnya dipakai acuan dalam pembutan Gambar Kerja ( Shop
Darwing )

Dari gambar kerja yang telah disetujui Bersama tiga pihak ( PPK, kontraktor, Supervisi ),
terowongan yang akan dilaksakan adalah dua buah dengan ukuran diameter luar sama yaitu 7,25
m dengan masing-masing panjang 1030,47 meter dan 1016,64 meter, sesuai dengan rencana
pekerjaan penggalian direncanakan selama 9 bulan sejak bulan Maret sampai dengan Bulan
Nopember 2017 Pekerjaan penggalian terowongan metode pelaksanaannya adalah dengan cara
peledakan sehingga secara simultan dilakukan pekerjaan perizinan peledakan dengan instansi
yang berwenang ( POLRI )

Pekerjaan Penggalian Terowongan Pengelak dilaksanakan dengan menggali bersamaan dari dua
arah penggalian yaitu dari arah inlet maupun outlet dengan rencana kemampuan perhari
pengalian dari dua arah 2 meter perhari target tembus ( breaktrough ) adalah sekitar bulan
Nopember 2017.

Subbagian pekerjaan penggalian terowongan pengelak terdiri dari :

- Penggalian terbuka menuju face tunnel dari inlet dan outlet ( muka awal penggalian
terowongan )
- Penggalian terowongan
- Pekerjaan supporting system ( Pekerjaan pengamanan/perkuatan pada saat penggalian
terowongan agar tidak terjadi keruntuhan pada lobang penggalian.
Didalam kontrak lokasi penggalian ini lapisan seluruhnya merupakan lapisan tanah, namun
setelah dikliring serta digali sampai kedalaman kuang lebih 10 meter ternyata ditemui lapisan
batuan, tentunya ini menjadikan kecepatan pekerjaan menjadi terganggu dan biaya pekerjaan
menjadi bertambah, akibatnya awal penggalian terowongan mengalami keterlambatan, yang
awalnya penggalian terowongan dimulai sekitar bulan Mei 2017 menjadi sekitar bulan Juli 2017
dari mulut outlet dan Sepetember 2017 dari mulut inlet.

Metoda penggalian adalah dengan cara menggali dari dua arah ( dari mulut inlet maupun outlet ),
sehingga group pekerja maupun fleet alat tersedia dari empat group.

Dikarenakan kondisi dan jenis geologi batuan yang berbeda antara perencanaan dan aktual
dilapangan,hal ini menyebabkan waktu tembus ( breaktrogh ) diantara dua buah terowongan
menjadi berbeda pula, untuk terowongan pengelak 2 ( TP2 ) penggalian tembus pada tanggal 17
Agustus 2018, sedangkan untuk terowongan pengelak 1 ( TP1 ) penggalian tembus pada tanggal
26 oktober 2018.Setelah kedua terowongan pengelak tergali tembus ( breaktrough ) kegiatan
selanjutnya adalah menyempurnakan pemasangan supporting system ( Shotcrete, wiremesh, rock
bolt, besi penyangga )
Penggalian terowongan pengelak seperti yang disampaikan diatas ternyata dalam
pelaksanaannnya juga tidak berjalan lancar sesuai rencana karena ternyata kondisi lapisan
batuannya tidak sama saat perencanaan ( kontrak ) dengan saat pelaksanaan ( aktual dilapangan
). Dimana dalam kontrak jenis geologi batuannya adalah seluruhnya merupakan jenis batuan
vulkanik breksia tergolong dalam klasifikasi batuan yang bagus dan metode penggaliannya
adalah dengan peledakan. Namun aktual dilapangan ternyata ditemui cukup banyak lapisan yang
tergolong jenis batuan yang tidak tepat kalua digali dengan cara diledakkan, apabila
dilaksanakan dengan peledakan pada segmen-segmen yang diledakkan terowongan tersebut
mengalami keruntuhan.

Akibat kondisi geologis batuan aktual dilapangan ini juga menyebabkan adanya penambahan
material untuk supporting sytem.Dalam kontrak supporting sytem yang digunakan adalah besi
penyangga, wire mesh, shotecrete dan rock bolt akibat kondisi geologis mengalami penambahan
pada volume-volume kontrak diantaranya besi penyangga semula 332.760 kg menjadi 813.926
kg, Rock bolt semula 8.995 meter menjadi 21.983 meter, Shotcrete semula 41.350,43 m2
menjadi 84.586 m2, Wiremesh 100 x 100 x 5 mm semula 19.358 m2 menjadi 74.660 m2.

Pembahasan permasalahan.
Terjadinya keterlambatan waktu penyelesaian pekerjaan dan penambahan biaya pelaksanaan
penggalian terowongan pengelak pada pembangunan bendungan leuwikeris, hal ini terjadi
disebabkan oleh adanya perbedaan data yang sangat signifikan pada saat perencanaan dan saat
pelaksanaan konstruksi.

Dimana dalam kontrak jenis geologi batuannya adalah seluruhnya merupakan jenis batuan
vulkanik breksia tergolong dalam klasifikasi batuan yang bagus dan metode penggaliannya
adalah dengan peledakan. Namun aktual dilapangan ternyata ditemui cukup banyak lapisan yang
tergolong jenis batuan yang tidak tepat kalau digali dengan cara diledakkan, apabila
dilaksanakan dengan peledakan pada segmen-segmen yang diledakkan terowongan tersebut
mengalami keruntuhan.

Terjadinya perbedaan data yang sangat sigifikan tersebut dikarenakan pada rasio jumlah lokasi
pemboran inti untuk keperluan investigasi yang dilaksanakan pada saat perencanaan dengan
rencana panjang penggalian terowongan sangat rendah sekali.Dengan dua buah terowongan
dengan masing-masing memiliki panjang hampir lebih 1000 meter pada saat perencanaan lokasi
pemboran inti hanya berjumlah 2 buah, bahkan ada lokasi pemboran yang kurang tepat baik itu
lokasinya maupun kedalaman pemboran inti.

Dikarenakan belum ada aturan yang mengatur rasio jumlah pemboran inti dengan panjang
terowongan yang akan dibuat, maka untuk dapat memberikan keakuratan/ketelitian pada saat
tahapan sebelum pelaksanaan konstruksi/prakonnstruksi dari pengalaman selama ini bahwa
setiap 100 meter panjang terowongan yang akan dibuat minimal ada 2 buah titik pemboran inti
dan kedalaman pemboran melebihi satu diameter dari rencana lantai terowongan.

Dengan rasio seperti diatas tersebut diharapkan data yang didapatkan mendekati yang
sebenarnya, disepanjang rencana jalur terowongan, sehingga bisa ditentukan metode pelaksanaan
penggalian, peta geologis batuan yang bisa memberikan informasi perkuatan sementara ( Besi
penyangga/steel support, shotcrete, wiremesh, rock bolt ), klasifikasi pelapukan, RQD ( Rock
Quality designation), pengaruh permeabilitas dan air tanah.
Akibat ketidaktelitian pada saat investigasi geoteknik di awal perencanaan, hal ini telah
menegakibatkan pekerjaan konstruksi terlambat, juga mengakibatkan biaya konstruksi
membengkak ( inefisiensi )

Dari data-data yang didapatkan ketidaktelitian investigasi geoteknik awal ini terjadi disebabkan :

1. Pendidikan yang masih rendah di level juru bor dan pengawas, sering dijumpainya tenaga
juru bor yang berpendidikan hanya smp.
2. Kesadaran mutu yang masih rendah di level bor dan pengawas.
3. Harga penyelidikan yang relatif rendah di level owner.
4. Kurang / Tidak adanya pengawasan pada level diatasnya.
Kesimpulan.

1. Ketidakakuratan/ketidak telitian pada saat melakukan investigasi geoteknik akan berakibat


fatal terutama pada saat pelaksanaan konstruksi diantaranya kurang lancarnya pelaksanaan
pekerjaan, waktu pelaksaan menjadi lebih panjang, sehingga hal ini tidak menutup
kemungkinan terjadinya penambahan biaya pelaksanaan.
2. Perencanaan investigasi geoteknik yang tepat serta ditunjang pengawasan yang baik, serta
inovasi dalam pemilihan metode dan penggunaaan peralatan yang tepat pelaksanakan
pekerjaaan investigasi geoteknik akan memberikan data informasi kondisi geologi batuan
yang sebenarnya ( aktual ), waktu dan biaya pelaksaaan lebih terkendali.
3. Investigasi geoteknik di awal perencanaan yang memadai akan berpengaruh kepada
kelancaran pekerjaan pada masa konstruksi, sehingga mutu,waktu dan biaya pelaksanaan bisa
dikendalikan ( inefisiensi tidak terjadi )
4. Untuk menghindari ketidaktelitian pada saat investigasi geoteknik diawal perencanaan maka
kemampuaan dan keterampilan pekerja di level-level juru bor, pengawas harus lebih
ditingkatkan, pengawasan pada saat pelaksanaan investigasi geotektik lebih ditingkatkan
serta biaya investigasi geoteknik disesuaikan sesuai kebutuhan.


Daftar pustaka.

- Sosrodarsono, Suyono, Ir, Bendungan Type Urugan, PT.Pradnya Paramita, Jakarta, 1981
- Buletin KNI-BB Edisi Januari 2013.
- Diklat Teknis Perencanaan Bendungan.
- Kriswanto,Adi & Ardianyah,S,Reza
Analisis Stabilitas Terowongan dengan Metode Elemen hingga 2D dan 3D, studi kasus
Terowongan Irigasi Panti Rao, Bandung, Institut Teknologi Bandung
- Proceding 21st Annual National Conference on Geotechnical Engineering, Pengantar
Rancangan Standard Nasional Indonesia 3 ( RSNI 3 ) tentang Penyelidikan Tanah,
YP.Candra

Anda mungkin juga menyukai