$6$1
(.6(.87,)
%HQGXQJDQ+DHNULW
63(&,$/678'<%(1'81*$1',38/$87,025
%HQGXQJDQ7LORQJGL.DE.XSDQJ
%HQGXQJDQ+DHNULWGDQ%HQGXQJDQ+DOLZHQGL.DE%HOX
.RQWUDN1R+.6$7.(5236'$17,,236'$,9,
37,1'5$.$5<$ 3(56(52
37,1'5$.$5<$3(56(52 ',9,6,(1*,1((5,1*, ',9,6,(1*,1((5,1*,
-/685$%$<$1$0$/$1*7(/3)$;
(1*,1((5,1*352&85(0(17 $1'5($/7<
75867 .12:/('*(
,1.,1'27-70
.DQWRU'(,
-DODQ6XUDED\D$0DODQJ7HOS)D[(
PDLOZLLOD\DK#LQGUDNDU\DFRLG
KATA
PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan di dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK)
dan Surat Perjanjian No. HK 02 03 SATKER OP SDA NT II/OP SDA I03 VI 2018, tanggal
7 Juni 2018, antara Pejabat Pembuat Komitmen Operasi dan Pemeliharaan Sumber
Daya Air (OP SDA I) Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air Nusa
Tenggara II, dengan PT. (Persero) Indra Karya Divisi Engineering I untuk pekerjaan
“Spesial Study Bendungan di Pulau Timor”, maka disusun Laporan Ringkas.
Laporan ini merupakan ringkasan dari laporan utama yang berisi hasil evaluasi dan
analisis kondisi bendungan dan bangunan pelengkapnya berdasarkan kondisi saat ini
serta saran dan rekomendasi untuk pekerjaan basic desain yang akan dilakukan
dilengkapi dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Angka Kebutuhan Nyata Operasi
dan Pemeliharaan (AKNOP).
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu sangat
diharapkan saran dan kritik yang membangun guna perbaikan dalam penyusunan
laporan-laporan yang selanjutnya sehingga diharapkan laporan yang dihasilkan dari
kegiatan ini dapat digunakan untuk kajian dan studi terkait dengan Bendungan Haekrit.
Sebagai penyedia jasa, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak pemberi kerja yang
telah mempercayakan kami untuk melaksanakan pekerjaan ini.
Malang, Januari 2019
PT. (Persero) Indra Karya Divisi Engineering I
(Ir. R.E Wiryantini)
Team Leader
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ I – 1
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................................. I – 1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN ...................................................................................... I – 2
1.2.1 Maksud ....................................................................................................... I – 2
1.2.2 Tujuan ......................................................................................................... I – 3
1.2.3 Sasaran ....................................................................................................... I – 3
1.3 LOKASI KEGIATAN .............................................................................................. I – 4
1.4 DATA TEKNIS ........................................................................................................ I – 4
BAB II KAJIAN KEAMANAN BENDUNGAN ........................................................... II – 1
2.1 KAJIAN KEAMANAN BENDUNGAN TERDAHULU ................................. II – 1
2.2 INSPEKSI LAPANGAN BENDUNGAN HAEKRIT TAHUN 2018 ........ II – 2
2.2.1 Pemeriksaan Visual .............................................................................. II – 3
2.2.2 Saran dan Kesimpulan ........................................................................ II – 5
DAFTAR TABEL
Tabel III.1-1 Tabel Pengamatan Kondisi Material Rip-Rap ......................................... III – 3
Tabel III.2-1 Data Curah Hujan Bendungan Haekrit ....................................................... III – 6
Tabel III.2-2 Curah Hujan Maksimum DAS Bendungan Haekrit ............................... III – 7
Tabel III.2-3 Rekapitulasi Curah Hujan Rancangan dan Uji Kesesuaian
Distribusi .................................................................................................................. III – 8
Tabel III.2-4 Curah Hujan Efektif ............................................................................................. III – 9
Tabel III.2-5 Rekapitulasi Hidrograf Banjir Rancangan DAS Haekrit..................... III – 9
Tabel III.2-6 Rekapitulasi Koefisien Creager (C) – Bendungan Haekrit ................ III – 10
Tabel III.2-7 Kapasitas Tampungan Bendungan Haekrit Berdasarkan
Hasil Pengukuran Bathymetri Tahun 2018 ............................................. III – 10
Tabel III.2-8 Penelusuran Banjir QPMF - Bendungan Haekrit ................................... III – 12
Tabel III.2-9 Komparasi Hasil Penelusuran Banjir .......................................................... III – 13
Tabel III.2-10 Komparasi Volume Tampungan Waduk Haekrit .................................. III – 14
Tabel IV.1-1 Klasifikasi Kelas Resiko Bendungan Haekrit ............................................. IV – 1
Tabel IV.2-1 Rekapitulasi Perhitngan Stabilitas Pelimpah ............................................ IV – 10
Tabel IV.3-1 Jumlah Instrumentasi Bendungan dan Parameter yang Dipantau.. IV – 11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.3.1 Peta Lokasi Kegiatan Spesial Study Bendungan di Pulau Timor ... I – 4
Gambar 2.2.1 Retakan Memanjang pada Puncak Bendungan ...................................... II – 3
Gambar 2.2.2 Tumbuhan Peredu dan Berkayu pada Lereng Hulu dan Hilir ........ II – 4
Gambar 3.2.1 Kurva Volume dan Luas Tampungan Bendungan Haekrit ............... III – 11
Gambar 3.2.2 Grafik Penelusuran Banjir QPMF – Bendungan Haekrit.................... III – 13
Gambar 3.2.3 Komparasi Lengkung Waduk Haekrit Tahun 2009 dan 2018 ........ III – 15
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Secara umum bendungan dibangun untuk menampung air di dalam waduk
yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai keperluan antara lain
kebutuhan irigasi, air baku, air minum, pembangkit tenaga listrik, pengendali
banjir, objek pariwisata dan lain sebagainya.
Selain manfaat seperti tersebut di atas, bendungan menyimpan potensi bahaya
bila tidak dikelola dengan baik, sehingga apabila terjadi keruntuhan
(kerusakan) dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar. Untuk
menghindari hal tersebut, perlu dilakukan Operasi & Pemeliharaan bendungan
sesuai dengan syarat teknik, atau pedoman OP bendungan tersebut.
Secara historis keberadaan Bendungan Haekrit merupakan perubahaan status
dari embung menjadi bendungan sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 27 Tahun 2015 tentang bendungan dimana mensyaratkan kategori
bendungan yang ditinjau berdasarkan ketinggian di atas 15 meter, ketinggian
10 sampai dengan 15 meter yang memiliki resiko kegagalan akibat panjang
puncak bendungan paling sedikit mencapai 500 meter atau memiliki kapasitas
tampungan paling sedikit 500.000 meter kubik atau debit banjir maksimal
yang diperhitungkan minimal 1.000 m3/detik dan bendungan yang
mempunyai kesulitan khusus pada bagian pondasi sehingga membutuhkan
teknologi baru. Dengan demikian maka perubahaan status dari embung
menjadi bendungan pun akan diikuti penyesuaian terhadap standart atau
kaidah keamanan bendungan mengingat pembangunan bendungan
mempunyai risiko tinggi berupa kemungkinan terjadinya kegagalan
bendungan yaitu keruntuhan sebagian atau seluruh bendungan atau bangunan
pelengkapnya.
Selain itu, pembangunan bendungan juga mempunyai potensi bahaya yang
besar yang dapat mengancam keselamatan masyarakat pada kawasan hilir
bendungan. Keruntuhan bendungan dapat disebabkan oleh kegagalan struktur
antara lain terjadi longsoran, kegagalan hidraulik yang mengakibatkan
terjadinya peluapan air, kegagalan operasi dan terjadinya rembesan yang
dapat mengganggu kestabilan bendungan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR No. 27 Tahun 2015 tentang
Bendungan, pemilik atau pengelola bendungan wajib melaksanakan operasi
dan pemeliharaan bendungan dengan aman. Bendungan yang tidak dilakukan
Operasi dan Pemeliharaan dengan baik akan mengalami kemerosotan mutu
yang akhirnya rusak sehingga fungsi dan keamanan bendungan terganggu.
Standar dan peraturan tersebut telah mengatur mengenai pelaksanaan
inspeksi dan pemeriksaan bendungan yang harus dilakukan oleh beberapa
pihak yang berkepentingan dengan keamanan bendungan, yaitu Komisi
Keamanan Bendungan, Balai Bendungan, serta pemilik/pengelola bendungan.
Bendungan Haliwen
Bendungan Haikirit
Bendungan Tilong
Gambar 1.3.1. Peta Lokasi Kegiatan Spesial Study Bendungan di Pulau Timor
1.4. DATA TEKNIS
Data teknis Bendungan Haekrit di Kabupaten Belu, berdasarkan Laporan
Kajian Pelaksanaan Kontruksi Bendungan Haekrit, Balai Keamanan
Bendungan (2010) adalah sebagai berikut:
1. Waduk
Luas DPS (Daerah Pengaliran Sungai) : 29,40 km2
Hujan tahunan rata-rata : 1.942 mm
Hujan maksimum boleh jadi (PMP) : 927 mm
Debit banjir maks. Boleh jadi (PMF) : 1.204,10 m3/det
KAJIAN KEAMANAN
BENDUNGAN
BAB II
KAJIAN KEAMANAN BENDUNGAN
2.1. KAJIAN KEAMANAN BENDUNGAN TERDAHULU
Laporan Kajian keamanan bendungan yang pernah dilakukan oleh Balai
Bendungan / Komisi Keamanan Bendungan pada Bendungan Haekrit adalah
sebagai berikut:
• Laporan Kajian Desain oleh Balai Keamanan Bendungan (Ijin Pelaksanaan
konstruksi)è 2006
• Laporan Kajian Pelaksanaan Konstruksi oleh Balai Keamanan Bendungan
(Ijin Pengisian Awal)è 2010
Beberapa kesimpulan dan saran dari kajian tersebut antara lain:
1. Kondisi permukaan mercu ambang pelimpah tidak rata (sedikit
bergelombang).
Hal ini akan mempengaruhi aliran air bila air sudah melimpah dan akan
timbul gelembung-gelembung udara yang dapat merusak (mengelupaskan)
permukannya. Permukaan ambang pelimpah sudah diperbaiki
2. Bidang pertemuan antara kemiringan lereng hilir mercu pelimpah (glacis)
dan transisi tidak membusur, hal ini dapat menimbulkan terganggunya aliran
yang dapat menyebabkan gerusan pada bagian tersebut. Pada bagian ini perlu
mendapat perhatian lebih lanjut pada pengoperasian nantinya
3. Batu pelindung lereng hulu dan hilir, terutama lereng hulu dekat tumpuan
kiri masih belum rapi banyak rongga-rongga yang harus diisi dengan batu
pengunci. Batu-batu pelindung tersebuh sudah diperbaiki sehingga saling
mengisi dan mengunci
4. Sebagian besar hasil pengujian material zona 1 (inti kedap air), yakni
kepadatan dan koefisien permeabilitas telah memenuhi spektek dan hanya
sebagian kecil (0,76%) yang dilaporkan tidak memenuhi. Meskipun demikian,
untuk memastikan bahwa parameter lain, yakni kuat geser dan konsolidasi
juga telah memenuhi parameter desain, sebaiknya diambil beberapa contoh
dan dilakukan pengujian kuat geser (Triaksial Cu) dan konsolidasinya
5. Hasil pengujian material zona 3 (random) yang ditempatkan di daerah hilir
dari chimney drain juga menunjukkan hasil yang memenuhi spektek,
meskipun kadar air lapangan masih ada yang lebih kering dari – 3% OMC.
Koefisien permeabilitas material zona 3 juga hampir sama dengan material
zona 1. Sama dengan material zona 1, untuk memastikan bahwa parameter
kuat geser dan konsolidasi juga telah memenuhi parameter desain, sebaiknya
diambil beberapa contoh dan dilakukan pengujian kuat geser (Triaksial CU)
dan konsolidasinya
6. Hasil pengujian kepadatan material zona 3 (filter) dilaporkan juga telah
memenuhi spektek, yakni lebih besar dari 70% dengan koefisien
permeabilitas lebih besar dari 1 x 103cm/s. Hasil pengujian lapangan
tersebut biasanya dibandingkan dengan hasil kepadatan relatif yang
dilakukan di laboratorium dengan menggunakan meja getar. Namun, sesuai
adanya masukan atau saran dari tim Balai Bendungan terkait kajian keamanan
bendungan Haekrit. Hasil inspeksi lapangan tersebut sebagai berikut:
2.2.1. Pemeriksaan Visual
a. Pada saat inspeksi lapangan, elevasi muka air waduk berada pada elevasi ±
10 cm di atas mercu pelimpah.
b. Data teknis Bendungan Haekrit hanya terdiri dari Bendungan dan Waduk,
sedangkan data Pelimpah, Intake tidak disebutkan. Agar dilengkapi.
c. Pemeriksaan Visual
1) Sebagian besar puncak Bendungan Haekrit mengalami retakan
memanjang, dan permukaan puncak bendungan tidak merata. Hal
tersebut terindikasi karena dibeberapa lokasi puncak bendungan
bergerak ke arah hulu dan hilir. Diinformasikan oleh konsultan bahwa
hal tersebut pernah dilakukan test pit, yang menunjukkan bahwa retakan
tersebut hanya pada permukaan perkerasan.
Hendaknya dilakukan pemantauan secara intersive terkait indikasi
pergerakan ke arah hulu dan hilir bendungan.
2) Pada lereng hulu dan hilir bendungan dipenuhi dengan tanaman peredu
sampai berkayu. Hendaknya tanaman yang tumbuh pada lereng tubuh
bendungan dilakukan pembersihan secara teratur dan berkala, karena:
a) Dapat memudahkan dalam pemeriksaan visual.
b) Tumbuhan pada area bendungan dapat terindikasi adanya daerah
basahan
c) Dapat mempercepat pelapukan pada batuan,
d) Perakarannya dapat masuk ke dalam tubuh bendungan yang dapat
berpotensi timbulnya piping.
Gambar 2.2.1. Retakan Memanjang pada Puncak bendungan
Gambar 2.2.2.Tumbuhan peredu dan berkayu pada lereng hulu dan
lereng hilir bendungan
d. Instrumentasi
1) Bendungan Haekrit dilengkapi dengan sebuah v-notch. Diinformasikan
oleh Pengelola dan konsultan bahwa v-notch selalu kering, tetapi pada
area tumpuan kanan sisi hilir ditemuka adanya area basahan /
genangan disepanjang tahun. (lihat gambar 14)
a) Berdasarkan denah tata letak bendungan, area basahan merupakan
lokasi sungai eksisting, sedangkan lokasi v-notch tidak berada pada
lembah sungai terdalam.
b) Hendaknya dilakukan studi terkait arah rembesan yang berasal dari
tubuh bendungan maupun fondasi bendungan, minimal satu siklus,
guna memastikan sumber genangan dan arah rembesan tersebut.
2) Konsultan telah melakukan pengukuran instrumentasi (pisometer dan
OW) pada saat elevasi muka air rendah, dan hal tersebut digunakan
sebagai dasar dalam mealkukan analisis rembesan.
Hendaknya dilakukan pengukuran kembali, mengingat bahwa kondisi
saat ini, elevasi muka air waduk berada di elvasi muka air normal.
3) Pisometer
a) Pisometer tipasang pada puncak bendungan sisi hulu dan hilir
bendungan, tetapi tidak dalam satu cross section.
Untuk mengetahui elevasi garis freatinya, hendaknya dilakukan
korelasi hasil pembacaan antara pisometer di hulu dan di hilir
bendungan yang saling berdekatan.
b) Dalam satu lubang pisometer, terdapat 2 buah pismeter.
Berdasarkan hasil pengecekan gambar terbangun, pisometer
tersebut mempunyai kedalaman yang sama. Agar dicari informasi
terkait perihal tersebut.
BAB III
EVALUASI GEOLOGI DAN HIDROLOGI
d. Lereng Genangan
Kondisi lereng genangan relatif stabil dengan lereng relatif landai seperti yang
ditunjukkan pada Foto 8.
e. Hasil Inspeksi Tubuh Bendungan
Hasil inspeksi tubuh bendungan menunjukkan timbunan bendungan
merupakan timbunan tanah homogen dan random bagian hilir, dan lereng hulu
dan hilir ditutupi oleh rip-rap. Hasil inspeksi/pemeriksaan fisik tubuh
bendungan yang berhubungan dengan kondisi material ditunjukkan pada Foto
10 sampai Foto 12.
3.1.3 Penyelidikan Geologi Teknik/Geo-teknik Material Tanah (inti kedap)
a. Hasil Pengujian Laboratorium
Pengujian laboratorium dilakukan pada contoh material timbunan tanah pada
puncak bendungan (inti kedap air) 1 (satu) contoh tak terganggu (undisturbed
sampling) dan 1 (satu) contoh tanah (undisturbed) di daerah genangan.
Pengambilan 1 contoh tak terganggu material timbunan tanah (inti kedap air)
dilakukan pada puncak bendungan dengan menggali sedalam 1 m, Sedangkan
pengambilan contoh di daerah genangan adalah contoh yang berdekatan
dengan daerah longsoran.
3.1.4 Material Rip-Rap
a. Pengamatan Visual
Pengamatan kondisi rip-rap di lereng hulu bendungan dilakukan dengan
membuat 5 tempat pengamatan dengan ukuran kotak 6x6 meter. Lokasi
pengamatan ditunjukkan pada Gambar 5.1. Pengamatan pada 5 tempat tersebut
terdiri dari RR-1, RR-2, RR-3 RR-4 dan RR-5.
Hasil pengamatan masing-masing tempat dapat dilihat pada lampiran, secara
ringkas hasilnya adalah sebagai berikut:
• RR-1
Material yang terdapat, dari ukuran 10 cm sampai ukuran 100 cm. Jumlah
material segar 97%, jumlah material agak segar 2% dan jumlah material
lapuk 1%.
• RR-2
Material yang terdapat, dari ukuran 10 cm sampai ukuran 90 cm. Jumlah
material segar 97%, jumlah material agak segar 2% dan jumlah material
lapuk 1%.
• RR-3
Material yang terdapat, dari ukuran 10 cm sampai ukuran 100 cm. Jumlah
material segar 97%, jumlah material agak segar 2% dan jumlah material
lapuk 1%.
• RR-4
Material yang terdapat, dari ukuran 10 cm sampai ukuran 100 cm. Jumlah
material segar 97%, jumlah material agak segar 2% dan jumlah material
lapuk 1%.
• RR-5
Material yang terdapat, dari ukuran 10 cm sampai ukuran 90 cm. Jumlah
material segar 97%, jumlah material agak segar 2% dan jumlah material
lapuk 1%.
b. Evaluasi
Hasil pengamatan kualitas material rip-rap yang dilakukan pada 5 tempat
secara ringkas ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Tabel III.1-1 Tabel Pengamatan Kondisi Material Rip-Rap
Lokasi Pengamatan Posisi Material Material agak Material
Elevasi Segar segar Lapuk
Lokasi
RR-1 Lereng hulu 97% 2% 1%
RR-2 Lereng hulu 97% 2% 1%
RR-3 Lereng hulu 97% 2% 1%
RR-4 Lereng hulu 97% 2% 1%
RR-5 Lereng hulu 97% 2% 1%
Rata-rata 97% 2% 1%
Dari hasil perhitungan material segar, material agak segar dan material lapuk
menunjukkan bahwa material lapuk adalah 1% dari jumlah material yang
dihitung.
Dari kondisi tersebut dapat dikatakan secara umum material rip-rap berupa
yang berupa batuan terseleksi masih baik dimana material segar adalah rata-
rata% 97%, material agak segar 2% dan material lapuk 1%.
3.1.5 Evaluasi dan Analisis
Evaluasi dan analisis hasil kajian laporan terdahulu dan hasil inspeksi lapangan,
investigasi geologi teknik meliputi lokasi:
1. Daerah Bendungan.
2. Material Tubuh bendungan.
3. Daerah pelimpah dan outlet saluran pembawa air.
4. Daerah Genangan.
3.2.1 Umum
Analisis dan review hidrologi Bendungan Haekrit ini merupakan bagian dari
pekerjaan “Spesial Study di Pulau Timor” untuk melakukan kajian ulang
terhadap aspek hidrologi. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui apakah
bendungan masih dapat berfungsi sebagaimana direncanakan sebelumnya,
terutama kapasitas desain pelimpah samping terhadap pembaharuan analisis
hidrologi sehingga tidak terjadi over-topping pada kondisi debit banjir PMF.
Kondisi perubahan alam yang ekstrem dapat menyebabkan kemampuan
bendungan menurun. Jumlah curah hujan yang tinggi dapat berdampak pada
meningkatnya volume waduk sehingga dikhawatirkan dapat melimpas
melewati puncak bendungan/ over-topping, dan kondisi ini tidak diijinkan
terjadi pada Bendungan Haekrit.
Dari data tersebut diatas, selanjutnya curah hujan maksimum regional DAS
Bendungan Haekrit ditentukan dengan mengambil curah hujan rerata antara
Stasiun Atambua dan Stasiun MRG Haliwen, seperti ditanpilkan pada Tabel
III.2-2.
Besarnya curah hujan rancangan yang didapatkan dari data hujan harian
dihitung dengan analisis probabilitas frekuensi curah hujan. Beberapa metoda
tersedia yang akan disesuaikan dengan distribusi datanya, antara lain: a).
Metoda E.J. Gumbel, b) Metoda Log Pearson III dan c) Metoda Iwai-Kadoya.
Hasil analisa menyimpulkan bahwa untuk uji kesesuaian distribusi horisontal
pada semua metode distribusi frekuensi memiliki nilai lebih kecil dari besarnya
penyimpangan yang disyaratkan.
Berikut ini ditampilkan rekapitulasi hujan rencana hasil perhitungan metode
Log Pearson type III dan Iwai-Kadoya beserta hasil uji kesesuaiannya.
No T P CH Rancangan
Log
PearsonType
(tahun) (%) III IWAI-KADOYA
1 1 99 25 23
2 2 50 105 105
3 5 20 161 159
4 10 10 197 195
5 20 5 227 230
6 25 4 243 242
7 50 2 276 276
8 100 1 307 311
9 200 0.5 338 347
10 1000 0.1 410 454
1.57 5.04
Uji Chi-Square
Diterima Diterima
9.90 21.58
Uji Smirnov
Diterima Diterima
Berdasarkan hasil uji kesesuaian distribusi, kedua memenuhi uji kesesuaian
distribusi, sehingga untuk analisa selanjutnya digunakan hasil analisis hujan
rancangan yang memberikan nilai paling besar metode Iwai-Kadoya.
Dari data curah hujan rancangan yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan
menerapkan beberapa faktor penyesuaian berdasarkan luas DAS, distribusi
curah hujan jam-jaman serta penyesuaian terhadap waktu pengamatan hujan,
selanjutnya untuk mendapatkan curah hujan efektif, maka curah hujan
rancangan tersebut harus dikalikan dengan faktor kehilangan.
Dengan mengimplementasikan faktor-faktor penyesuaian dan koefisien
pengaliran diatas maka didapatkan hujan efektif untuk durasi hujan 6 jam
masing-masing kala ulang adalah sebagai berikut:
Tabel III.2-4 Curah Hujan Efektif
Kala Ulang CH Efektif - CH Efektif – Iwai-
Isohyet Kadoya
(Tahun) (mm) (mm)
100 68 176
1000 118 262
PMP 351 431
Untuk mempertinggi tingkat ketelitian hasil dari metode yang dipilih, maka
hasil hitungan dibandingkan dengan metode unit hidrograf yang lain dan diuji
dengan persamaan Creager. Dimana rentang angka koefisien Creager (C) yang
diijinkan untuk banjir desain PMF di Indonesia yaitu antara 80 – 125, seperti
yang tertera pada pedoman perencanaan banjir desain untuk bendungan di
Indonesia.
Hasil analisis koefisien Creager untuk masing-masing kala ulang dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Dari hasil analis diatas, semua banjir rancangan PMF dengan kedua metode dan
sumber data memiliki koefisien Creager dalam kisaran yang disarankan.
Sebagai catatan, bahwa debit banjir rencana Bendungan Haekrit adalah 1.2 x
Q100th. Sehingga untuk penelusuran banjir akan dipergunakan banjir
rancangan tertinggi yaitu Metode HSS Nakayasu dengan curah hujan rancangan
Metode Iwai-Kadoya.
Gambar 3.2.1. Kurva Volume dan Luas Tampungan Bendungan Haekrit
Gambar 3.2.2. Grafik Penelusuran Banjir Q PMF - Bendungan Haekrit
Pengecekan juga dilakukan terhadap debit banjir Q PMF dengan hasil, bahwa
debit banjir melampaui puncak bendungan ± 1.03 m dengan elevasi muka air
banjir mencapai ± 103.53 dengan debit outflow sebesar 764.58 m3/dtk.
Dalam hal ini direkomendasikan bendungan ditinggikan dengan menggunakan
parapet di sekeliling bendungan atau dengan menambah emergency spillway.
Sedangkan berdasarkan penelusuran banjir untuk Q1000 dapat diketahui
bahwa muka air banjir berada pada elevasi + 102.16 dengan debit outflow
sebesar 469.64 m3/dtk.
Dari hasil penelusuran banjir tersebut dapat diketahui elevasi muka air banjir
berada diatas elevasi muka air maksimum desain (FWL) + 101.00, namun masih
berada dibawah elevasi puncak bendungan + 102.50, sehingga tinggi jagaan
untuk bendungan adalah sebesar 0.34 m. Hal ini menunjukkan tidak terjadi
overtopping pada Bendungan Haekrit untuk debit banjir Q1000.
Perbandingan hasil penelusuran banjir terhadap studi terdahulu dapat dilihat
pada Tabel III.2-9.
Tabel III.2-9 Komparasi Hasil Penelusuran Banjir
Spesial Study - 2018 Studi Terdahulu – 2004
Kala Q banjir Outflow Elevasi Q banjir Outflow Elevasi
Ulang m.a
m.a
(Tahun) (m3/dtk) (m3/dtk) (m3/dtk) (m3/dtk)
1.2 Q100 591 368 + 101.66 336 - -
1000 728 470 + 102.16 328 - -
PMF 1173 765 + 103.53 1204 - -
Gambar 3.2.3. Komparasi Lengkung Waduk Haekrit Tahun 2009 dan 2018
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terjadi penurunan volume tampungan
waduk sebesar ± 0.345 juta m3. Penurunan volume tampungan ini
mengindikasikan volume sedimen yang mengendap di dalam waduk.
Laju sedimentasi waduk dapat diketahui dengan membandingan volume
tampungan Bendungan Haekrit pada pengamatan kapasitas waduk tahun 2009
dan 2018. Penurunan volume tampungan ± 0.345 juta m3 mengindikasikan
volume sedimen yang mengendap dalam waduk dalam kurun ± 9 tahun,
sehingga dapat diketahui laju sedimentasi di DAS Bendungan Haekrit adalah
sebesar 1.23 mm/tahun.
BAB IV
EVALUASI BENDUNGAN &
BANGUNAN PELENGKAP
Tabel perhitungan percepatan gempa desain untuk periode ulang 100 tahun
(Gempa OBE) dan 5.000 tahun (Gempa MDE) adalah sebagai berikut:
Periode kv
Ulang
0.25 0.5
0.75 1
OBE 0.100 0.084
0.076 0.069
½ OBE 0.050 0.042
0.038 0.034
MDE 0.288 0.240
0.219 0.198
½ MDE 0.144 0.120
0.109 0.099
4.1.3 Hasil Analisis Stabilitas Bendungan
Angka
FK Keterangan
No. Kondisi y/H k kv Keamanan (FK)
syarat
Hulu Hilir Hulu Hilir
1. Aliran langgeng (steady
flow) muka air normal
1.50 - - 2,465 1,793 Aman Aman
MAN El. 98,50 m, tidak
ada gempa
2. Aliran langgeng (steady 0.25 0,200 -0,100 1,763 1,763 Aman Aman
flow) muka air normal
0.50 0,167 -0,084 1,458 1,351 Aman Aman
MANEl. 98,50 m, ada 1,20
gempa OBE 0.75 0,153 -0,076 1,567 1,395 Aman Aman
1.00 0,138 -0,069 1,568 1,443 Aman Aman
3. Pengoperasian waduk
surut cepat dari muka air 1,30 - - 1,953 1,787 Aman Aman
normal MANEl. 98,50 m
ke muka air
rendah,MAREl. 92,50 m,
tidak ada gempa
4. Pengoperasian waduk 0,25 0,200 -0,100 1,803 1,757 Aman Aman
surut cepat dari muka air
0,50 0,167 -0,084 1,269 1,349 Aman Aman
normal MANEl. 98,50 m
1,10
ke muka air minimum, 0,75 0,153 -0,076 1,264 1,390 Aman Aman
MAREl.92,50 m, ada
gempa OBE 1,00 0,138 -0,069 1,166 1,441 Aman Aman
5. Pengoperasian waduk
muka air tinggi (MAT) El. 1,30 - - 3,160 1,787 Aman Aman
101.0m, tidak ada gempa
6. Kondisi darurat, muka air
surut cepat dari muka air
tinggi. MATEl. 101,10 m
ke muka air terendah
1,20 - - 1,882 1,789 Aman Aman
pada bangunan
pengeluaran/intake, El.
92,50 m ,tidak ada
gempa.
FK Angka
Keterangan
No. Kondisi syara y/H k kv Keamanan (FK)
t Hulu Hilir Hulu Hilir
1. Aliran langgeng (steady Tidak Tidak
0.25 0,576 -0,288 0,822 0,865
flow) muka air normal Aman Aman
NHWL El. 98,50 m, ada
Tidak Tidak
gempaMDE 0.50 0,480 -0,240 0,656 0,744
Aman Aman
1,00
Tidak Tidak
0.75 0,438 -0,219 0,670 0,766
Aman Aman
Tidak Tidak
1.00 0,396 -0,198 0,698 0,802
Aman Aman
2. Pengoperasian waduk Tidak Tidak
0,25 0,576 -0,288 0,828 0,840
surut cepat dari muka air Aman Aman
normal MANEl. 98,50 m
Tidak Tidak
ke muka air rendah, 0,50 0,480 -0,240 0,273 0,743
Aman Aman
MAREl.92,50 m, ada 1,00
gempaMDE Tidak Tidak
0,75 0,438 -0,219 0,519 0,719
Aman Aman
Tidak Tidak
1,00 0,396 -0,198 0,506 0,787
Aman Aman
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada kondisi terjadi beban gempa
MDE, Bendungan Haekrit tidak memenuhi persyaratan angka keamanan, hal
ini dapat dipahami, karena Bendungan tidak didesain sampai dengan gempa
0,565 g. Selanjutnya diperlukan analisis alihan tetap, dimana alihan tetap yang
terjadi < 0,5 tinggi jagaan.
Pore Water Pressure Kondisi NWL, El. MAW +98,50 m
Pore Water Pressure Kondisi NWL, El. MAW +337,50 m
Analisis Stabilitas Bendungan Kondisi Muka Air Normal (NWL), Tanpa gempa
Analisis Stabilitas Bendungan Kondisi Muka Air Normal (NWL), Gempa OBE y/h=1
Analisis Stabilitas Bendungan Kondisi Muka Air Normal (NWL), Gempa MDE y/h=1
4.1.4 Perhitungan Deformasi Timbunan Bendungan Disebabkan oleh Gempa
Besarnya penurunan (settlement) puncak bendungan urugan dihitung dengan
Metode Swaisgood:
% STTLMT = Δ / (DH + AT) x 100
Dimana:
% STTLMT =Persentase(%) penurunan puncak bendungan terhadap tinggi
bendungan
Δ =penurunan (settlement) puncak bendungan
DH = Tinggi bendungan
AT= Tebal pondasi alluvium di bawah bendungan
Besarnya persentasi penurunan puncak bendungan dihitung dengan rumus:
% Settlement = e(6.07 PGA + 0.57 M - 8.00)
Dimana:
PGA = Percepatan puncak bendungan di permukaan tanah
M = Besaryna maknitude gempa
Perhitungan penurunan puncak bendungan Haekrit akibat gempa MDE
(gempa periode 5000 tahun):
PGA 5000 th = 0.565 gal
DH = 24.5 m (tinggi bendungan)
AT = 0 m (tebal pondasi alluvium, diperkirakan = 0 m)
El. Puncak = 102.50 m
El. HWL = 98.50 m
F.B. = 4.00 m (freeboard)
½ F.B. = 2.00 m
M= M= M= M= M=
5 6 7 8 9
% Settlmt 0.179 0.316 0.560 0.990 1.750
Δ (m) 0.044 0.078 0.137 0.242 0.429
< 1/2 F.B. < 1/2 F.B. < 1/2 F.B. < 1/2 F.B. < 1/2 F.B.
Chek
Aman Aman Aman Aman Aman
Dari peta gempa Indonesia, Bendungan Haekrit termasuk pada Maknitude 7,5.
Sehingga untuk :
M = 7.5
Δ = 0.190 m< ½ F.B = 1.25 m …. “Aman”
4.2. ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PELIMPAH
4.2.1 Umum
Bangunan pelimpah pada Bendungan Haekrit bertipe pelimpah terbuka bentuk
mercu Ogee melengkung tanpa pintu. Air yang melimpas melalui mercu
pelimpah kemudian mengalir pada saluran transisi menuju saluran peluncur.
Pada ujung saluran pelimpah terdapat bangunan peredam energi dengan
bentuk USBR tipe III.
Rekapitulasi hasil perhitungan stabilitas bangunan pelimpah seperti pada tabel
di bawah ini:
Safety Factor
Guling Geser Eksentrisitas Daya Dukung Pondasi
No Kondisi FS = SMv/SMh FS =(c.A+f.V)/SH e =[{(SMv-SMh)/V}-B/2]
Fs > 1.5, normal Fs > 1.5, normal < B / 6 , normal s 1.2 = Syarat sall (t/m2)
Fs > 1.2, gempa Fs > 1.2, gempa < B / 3 , gempa < qa
1 Ambang Pelimpah
MAN, Normal 2.94 OK 3.17 OK 1.80 1.95 OK 6.44 269.98 OK
0.25 269.98 OK
MAN, Gempa 2.37 OK 1.45 OK 0.94 3.90 OK 4.45 337.48 OK
1.56 337.48 OK
MAB, Normal 3.06 OK 7.68 OK 0.93 1.95 OK 7.94 269.98 OK
2.82 269.98 OK
Jalan Surabaya 3 A Malang 65115. Telp.: (0341) 551311, 552773. Fax : (0341) 551463
6 Dinding Saluran Peluncur 3.98 OK 2.27 OK 0.20 0.83 OK 9.03 56.04 OK
5.52 56.04 OK
7 Dinding Saluran Peredam Energi 2.75 OK 2.75 OK 0.55 1.05 OK 15.84 64.28 OK
5.00 64.28 OK
Spesial Study Bendungan di Pulau Timor – Bendungan Haekrit
IV - 10
RINGKASAN/ EKSEKUTIF
RINGKASAN/ EKSEKUTIF
Spesial Study Bendungan di Pulau Timor – Bendungan Haekrit
BAB V
RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN AKNOP
JUMLAH I Rp 52.318.400,00
II PEKERJAAN REHABILITASI BENDUNGAN
2
1 Pembongkaran jalan lama M 3.835,53 Rp 231.300,00
2
2 Perkerasan di puncak bendungan M 3.835,33 Rp 336.120,00 Rp 1.289.131.119,60
JUMLAH II Rp 1.289.131.119,60
III PEKERJAAN REHABILITASI INSTRUMENTASI
1 Peralatan baca OW dan standpipe piezometer (dip meter) Set 1,00 Rp 10.177.500,00 Rp 10.177.500,00
2 Pemberian tutup OW dan OP (piezometer) Set 15,00 Rp 576.910,00 Rp 8.653.650,00
3 Pemasangan Automatic Water Level Recoder (AWLR) Set 1,00 Rp 115.225.480,00 Rp 115.225.480,00
JUMLAH IV Rp 103.293.385,00
V PEKERJAAN REHABILITASI PERALATAN HIDROMEKANIKAL
1 Perbaikan/penggantian karet seal (gland packing) pada jet gate buah 1,00 Rp 639.290,00 Rp 639.290,00
2 Perakitan/penggantian rubber seal pada katup emergency outlet (jet gate) buah 1,00 Rp 639.290,00 Rp 639.290,00
3 Ganti oli di dalam hidraulik power point Ls 1,00 Rp 88.000,00 Rp 88.000,00
4 Pengecatan katup pengatur irigasi (jet gate) M2 2,00 Rp 50.660,00 Rp 101.320,00
JUMLAH V Rp 1.467.900,00
VI PEKERJAAN ARSITEKTUR DAN LANDSCAPING
1 Landscaping Ls 1,00 Rp 8.042.680.050,00 Rp 8.042.680.050,00
JUMLAH VI Rp 8.042.680.050,00
VII PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Pemasangan Rambu-rambu K3 Buah 3,00 Rp 1.261.580,00 Rp 3.784.740,00
2 Pemasangan portal Buah 1,00 Rp 1.257.130,00 Rp 1.257.130,00
3 Penerangan puncak bendungan Set 64,00 Rp 20.455.410,00
1 2 3 4 5 6 7
JOBSITE 13,600,000
− Golongan IV 16.00 OH 220,000 3,520,000
− Golongan III 16.00 OH 215,000 3,440,000
− Golongan II 16.00 OH 210,000 3,360,000
− Golongan I 16.00 OH 205,000 3,280,000
Biaya OP 20 Tahunan -
− PENGERUKAN SEDIMEN/DREDGING - m3 - -
− SPECIAL STUDY - LS - -
− PERBAIKAN RIP RAP -
Lereng Hulu - m2 - -
LerengHilir - m2 - -
− PERBAIKAN HIDROMEKANIKAL -
Overhaul HM Intake - Unit - -
Overhaul HM Outlet - Unit - -
Overhaul Pintu Spillway - Unit - -
Overhaul Pintu Emergency Spillway - Unit - -
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Bendungan Hekrit telah dilakukan pengisian pada Tahun 2010, atau kurang
lebih telah beroperasi sekitar 8 (delapan) tahun.
Untuk menentukan klasifikasi kondisi keamanan bendungan Haekrit
berdasarkan pada “Pedoman Inspeksi dan Evaluasi Keamanan Bendungan”
menurut keputusan Direktur Jenderal Sumber Daya Air / Ketua Komisi
Keamanan Bendungan No. 05/KPTS/2003, maka ditentukan dari Tinjauan
Keamanan terhadap kondisi sebagai berikut :
6.2. SARAN
a. Aspek Teknis
- Instrumentasi
i. Agar dilakukan pengukuran/pembacaan instrumentasi secara
rutin/berkala.
ii. Modifikasi desain pada v-notch
iii. Pelatihan kepada petugas pembaca intrumentasi bendungan
iv. Evaluasi/interpretasi semua bacaan instrumentasi bendungan, yang
dilakukan berdasarkan data histori pemantauan instrument sejak awal
dipasang hingga dilakukan pelaporan oleh UPB BWS NT II, yang disusun
setiap tahunnya dan disampaikan pada stakeholders terkait.
v. Pengarsipan data pembacaan instrumentasi bendungan secara baik, baik
berupa file (soft copy) maupun hard copy
- Bendungan, bangunan pelengkap dan fasilitas penunjang
Ø Bendungan
- Lereng hulu dan lereng hilir bendungan serta daerah sekitarnya
hendaknya dilakukan pembersihan secara berkala
- Hendaknya dilakukan penetapan area terbatas untuk kawasan
bendungan dan sekitarnya (pembatasan masyarakat yang boleh
memasuki kawasan bendungan dan sekitarnya) agar tidak terjadi
pengerusakan/vandalism terhadap bendungan dan fasilitasnya, misalnya
: pengerusakan instrument pisometer,dll
- Pengelola bendungan agar memasang rambu-rambu peringatan K3 di
area bendungan dan sekitarnya.
b. Aspek Non Teknis
i. Bendungan Haekrit berada di Kabupaten Atambua, dimana
pemilik/pengelola bendungan adalah BWS Nusa Tenggara II, yang
dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi dibawah
Pemerintah Daerah setempat, hendaknya dilakukan pengaturan
kelembagaan dan kewenangan sehingga, kegiatan yang dilakukan pada
area Bendungan Haekrit dapat selaras antara pemanfaat dan upaya
menjaga keamanan bendungan.
ii. Hal yang terpenting dalam pelaksanaan kegiatan OP bendungan adalah
pemahaman dan penerapan setiap prosedur operasi dan pemeliharaan