Anda di halaman 1dari 58

PEMERIKSAAN BESAR

BENDUNGAN
KEGIATAN PEMBINAAN TEKNISUPB & PETUGAS OP BENDUNGAN
KUPANG, 07 AGUSTUS 2018

BALAI
BENDUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
TUJUAN DAN TAHAPAN PEMERIKSAAN BESAR

Pemeriksaan Besar; pada dasarnya merupakan proses evaluasi keamanan


bendungan yang harus dilakukan oleh pemilik bendungan minimal 1 x dalam 5
tahun.
Pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh terhadap aspek teknis & non teknis
dalam rangka evaluasi keamanan bendungan, dilakukan sekurang-kurangnya 1x
dalam 5 tahun.

TUJUAN PEMERIKSAAN BESAR & EVALUASI KEAMANAN BENDUNGAN


Mengidentifikasi masalah yg ada;
Mengetahui status/tingkat kemanan bendungan terkait dengan keamanan
struktural & operasional, hidrolik, dan rembesan;
Menyiapkan saran tindak lanjut untuk peningkatan keamanan bendungan, antara
lain: perbaikan, pembatasan operasi, modifikasi atau saran utk melakukan analisis
dan studi lanjutan guna pemecahan masalah dengan tepat.
SASARAN PEMERIKSAAN BESAR

Struktur bendungan di atas dan di bawah air, mencakup:


pondasi, tebing tumpuan, peralatan listrik & mekanik, air hilir, waduk
sekitarnya.
dan
Pemeriksaan dan uji peralatan listrik & mekanik dan gawar banjir.

Tinjauan terhadap sistem O & P : SDM, panduan, gambar,


dokumen penting lain, RTD, ketersediaan peralatan, dll.
Kajian/evaluasi terhadap hasil pemeriksaan, data instrumentasi yang
dikaitkan dengan informasi/data desain, pelaksanaan, operasi (riwayat
operasi & data instrumentasi)
Analisis : evaluasi keamanan bendungan ditinjau dari
struktur,
teknik hidrolik, rembesan dan operasi.
aspek
Kesimpulan dan saran tindak lanjut
GARIS BESAR LANGKAH PEMERIKSAAN BESAR
1. Identifikasi Potensi Masalah : teknis & non-teknis
- Kaji desain : laporan investigasi, beban yang diperhitungkan,
pedoman/kreteria desain yang digunakan, laporan investigasi, dll.
- Kaji pelaksanaan konstruksi: adanya masalah muncul yg tidak diantisipasi saat
desain.
- Periksa instrumen bendungan dan evaluasi datanya.
- Kaji riwayat OP termasuk sistem OP dan RTD.
- Pemeriksaan lapangan dan uji operasi.
2. Analisis teknis : berdasar beban, kondisi riil lapangan, NSPM :
- Analisis hidrolis : debit banjir (data hidrologi terkini), tinggi jagaan, kapasitas
pelimpah (routing berdasar volume waduk terkini), dll.
- Analisis struktural: stabilitas, deformasi (c,φ,Ɣ, μ, geometri,  riil) pada potongan
kritis (pot terdalam, tekanan pori yang membesar, daerah basah, geometri lereng
yang berubah).
- Analisis rembesan
3. Buat kesimpulan dan saran
4. Presentasi laporan di depan KKB, didahului Inspeksi oleh BB&KKB
LINGKUP KEGIATAN PEMERIKSAAN BESAR
1. Pengumpulan dan telaah/kaji laporan desain, pelaksanaan konstruksi dan riwayat
O&P termasuk catatan data instrumentasi, laporan pemeriksaan dan inspeksi
sebelumnya, laporan-laporan studi selama masa OP, kejadian-kejadian luar biasa,
kejadian khusus, panduan OP, RTD, data hidrologi, dll.
2. Pemeriksaan lapangan terhadap bangunan teknik sipil, waduk,
instrumentasi,
peralatan hidromekanik dan listrik serta uji operasi terhadap peralatan yang terkait
dengan keamanan bendungan;
3. Evaluasi terhadap semua data dan temuan, untuk mengidentifikasi potensi masalah
yang ada;
4. Melakukan analisis struktural, operasional, hidrolis dan rembesan;
5. Evaluasi keamanan bendungan secara menyeluruh, untuk memeriksa
sudahkan
konsepsi keamanan bendungan dan kaidah-kaidah keamanan bendungan terpenuhi;
6. Perumusan kesimpulan dan saran;
7. Pemutakhiran buku/lembar informasi bendungan;
8. Pembuatan laporan;
9. Pendampingan KKB dan Balai Bendungan dalam inspeksi lapangan;
10. Pemaparan laporan pemeriksaan besar dalam Sidang KKB;
11. Perbaikan laporan dan penyusunan laporan final.
IDENTIFIKASI DAN PENCATATAN MASALAH

 Semua informasi, laporan dan catatan yang berkaitan dengan masalah


yang timbul harus dikumpulkan dan dipelajari, dan lakukan pemeriksaan
lapangan.
 Bendungan perlu diperiksa (berdasar laporan & pemeriksaan lapangan) atas:
− Unjuk kerja/performance yang tidak sesuai dengan yang direncanakan;
− Terjadinya kerusakan konstruksi;
− Penyimpangan yang terkait dengan deformasi, tekanan air pori,
rembesan;
− Timbulnya bahaya dari kondisi geologi;
− Tidak berfungsinya peralatan: hidromekanik-elektrik, instrumentasi,
gawar banjir;
− Indikasi terjadinya kemerosotan mutu, melemahnya bangunan dan
atau
pondasi;
− dan hal lain sebagainya yang dampaknya berpotensi menggangu
TIPIKAL BENDUNGAN URUGAN DAN MASALAH YANG SERING DIJUMPAI
JENIS-JENIS DAN PENYEBAB KEGAGALAN Yang Perlu Diidentifikasi
Saat Pemeriksaan Besar (1)

Jenis Kegagalan
Penyebab
Kemerosotan mutu pondasi  Terhanyutnya butiran tanah dan material
yang mudah larut;
 Bergesernya batuan;
 Terpotongnya/tergalinya bagian bawah pondasi.

Ketidakstabilan pondasi  Pondasi luluh/likuifaksi;


 Longsoran;
 Penurunan pondasi;
 Pergerakan patahan/sesar.

Kerusakan bangunan pelimpah  Terdapat penghalang aliran;


 Tembok pecah;
 Aliran di luar kapasitas;
 Kesalahan pintu dan alat angkat

Kerusakan pengeluaran  Terdapat penghambat aliran;


 Penumpukan endapan;
 Kerusakan pintu dan alat angkat;
 Posisi dan letak pintu yang tidak tepat
JENIS-JENIS DAN PENYEBAB KEGAGALAN Yang Perlu Diidentifikasi
Saat Pemeriksaan Besar (2)

Jenis Kegagalan
Penyebab  Reaksi alkali pada agregat;
Kemerosotan mutu beton
 Material terlarut terbawa air.

Kerusakan bendungan beton  Gaya angkat yang tidak diantisipasi;


 Tidak diantisipasinya distribusi gaya angkat;
 Perbedaan pergeseran dan defleksi;
 Tegangan yang berlebihan.

Kerusakan bendungan urugan  Potensi likuifaksi;


 Ketidakstabilan lereng;
 Bocoran terlalu besar;
 Terhanyutnya tanah dan material yang
butiran
 Erosi
mudah larut;
permukaan lereng.
Kerusakan tepian waduk  Tingginya tingkat permeabilitas;
 Ketidakstabilan lereng;
 Kelemahan batas-batas alami;
 Penurunan muka air yang berlebihan
TIPE KERUSAKAN STRUKTUR
TIPE KERUSAKAN PENGARUH HIDRAULIK DAN HIDROLOGI
TIPE KERUSAKAN PENGARUH REMBESAN AIR
LANGKAH KEGIATAN PEMERIKSAAN BESAR (1)

1. Pengumpulan dan telaah/kaji semua data yang ada yang terkait dengan desain,
konstruksi, OP bendungan dan bangunan pelengkapnya, sehingga Tim Pemeriksaan
benar-benar memahami bendungan beserta riwayat operasi dan
pemeliharaannya, termasuk kreteria desain yang digunakan, beban yang
diperhitungkan, potensi masalah yang ada, geologi dan perbaikan fondasi, perilaku
dan unjuk kerja bendungan, dll.

2. Pemeriksaan lapangan :
- Pemeriksaan visual pada obyek pemeriksaan yang berada di atas permukaan tanah
dan air.
- Pemeriksaan bawah air.
Bagian dan Aspek yang Diperiksa Saat Pemeriksaan Besar (1)

 Tubuh Bendungan Urugan


Permukaan luar dari bendungan urugan sering memberikan pertanda
perilaku di dalam tubuh bendungan. Oleh karenanya, harus dilakukan
akan
pemeriksaan teliti atas permukaan-permukaan yang nampak.
memungkinkan, pemeriksaan lapangan Bila keadaan
dan bendungan menerima beban maksimum. dalam waduk
dilakukan
penuh
Pemeriksaan pada tubuh bendungan dilakukan secara teliti, apakah terdapat
tanda-tanda terjadinya :
- Pergerakan - Mata air - Liang binatang
- Retakan - Bagian yang basah - Tumbuhan;
- Lubang benam - Gerakan permukaan - Dll.

Periksa : puncak, lereng hulu-hilir, daerah hilir kaki


Bagian dan Aspek yang Diperiksa Saat Pemeriksaan Besar (2)

 Bukit Tumpuan dan Pondasi


Periksa kualitas dan kuantitas rembesan, sifat pelapukan, dll  lihat lereng galian
jalan, bagian di dalam gallery (bila ada);
 Waduk
Periksa adanya penurunan, sink hole, erosi permukaan dan stabilitas tebing,
pengendapan yg berlebihan, bocoran pada bukit yang tipis, dll.

 Tanah Longsoran/Potensi (skala besar),


yang dapat berpengaruh pada bendungan, bangunan pelengkap dan waduk.

 Bangunan Pelengkap
Saluran masuk & keluar; hambatan aliran, bangunan beton; peralatan
hidromekanik.
Tata cara pemeriksaan visual

Pola zig-zag biasa digunakan


untuk lereng yang tidak terlalu curam,
Pola sejajar puncak untuk lereng yang
curam

Jangkauan pandang dan lintasan jalan Pemeriksaan kelurusan


pemeriksaan pada lereng hilir secara sejajar puncak bendungan dan
dan zig zag berm
Retakan pada puncak bendungan

Retakan memanjang pada puncak bendungan

Pergeseran
pada puncak
bendungan

Retakan melintang pada puncak bendungan


Aliran buluh/piping dan didih pasir
Piping di pori batuan pondasi
Lubang benam/sink hole
Erosi internal
Erosi internal di sepanjang konduit
Longsoran pada lereng hulu bendungan tanah homogen
setelah kondisi surut cepat
Bagian dan Aspek yang Diperiksa Saat Pemeriksaan Besar (3)

 Pemeriksaan Bawah Air


Pemeriksaan terhadap obyek yang berada di bawah air yang dilakukan
dengan
cara :
 Pemeruman (sounding/gema)
 Penyelaman, dan atau dengan
 Kamera televise bawah air/ROV (remote operated vehicle)

Objek yang diperiksa antara lain :


 Permukaan lereng hulu bendungan (lubang benam/sink hole,
longsoran, kemerosotan mutu lapis lindung)
 Kolam peredam energi dan kolam loncat air (erosi, gerusan)
 Muka hulu bendungan beton (retakan, kemerosotan mutu, bukaan sambungan)
Peralatan ROV
LANGKAH KEGIATAN PEMERIKSAAN BESAR (2)
3. Uji Operasi terhadap peralatan yang terkait dengan keamanan bendungan :
Harus dilakukan terhadap peralatan yang terkait dengan keamanan bendungan seperti:
peralatan hidromekanik, tenaga listrik utama dan cadangan untuk operasi pintu dan katup,
sistem dan prosedur peringatan banjir termasuk kehandalan peralatan yang digunakan,
telemetri, dll.
4. Pemeriksaan instrumentasi dan datanya :
- Periksa kondisi dan fungsi instrumentasi dengan melakukan pembacaan secara langsung
dan/atau lakukan kajian/evaluasi terhadap seri data pemantauan yang ada.
- Periksa rekaman data instrumentasi untuk mengetahui gejala perilaku bendungan.
- Periksa dan pastikan alat-alat hidrologi, sistem pemantau jarak jauh serta
komunikasinya semua berfungsi
peralatan
5. Lakukan identifikasi semua potensi
masalah
- Yang : dampaknya merugikan terhadap keamanan bendungan termasuk daerah hulu dan
hilir bendungan;
- Periksa unjuk kerja kecukupan bendungan dan bangunan pelengkapnya untuk
memenuhi fungsinya, dengan didukung : data yang relevan, pertimbangan dan analisis
teknis diantaranya dengan membandingkan perilaku bendungan dengan perilaku yang
direncanakan dalam desain.
LANGKAH KEGIATAN PEMERIKSAAN BESAR (3)

6. Analisis teknik :
Lakukan analisis teknik untuk menilai status/tingkat keamanan bendungan ditinjau dari :
- Aspek struktural & operasional : periksa stabilitas tubuh bendungan termasuk
stabilitas terhadap gempa pada kondisi normal dan luar biasa, minimal pada
potongan : bagian tertinggi, bagian yang perilakunya menyimpang dan bagian yang
geometrinya berubah cukup besar dan bagian kritis lainnya.
- Aspek hidrolik : periksa banjir desain berdasarkan data hidrologi
kecukupan kapasitas
mutakhir,
pelimpah, tinggi jagaan, erosi eksternal, dll.
- Aspek rembesan (erosi internal, piping, boiling, uplift, peralutan material bendungan
dan pondasi, dll), berdasarkan data-data yang tersedia, kemudian
membuat kesimpulan dan saran.
7. Evaluasi sistem OP dan kesiapsiagaan tindak darurat : meliputi antara lain:
kecukupan organisasi, SDM, panduan OP, RTD, pemahaman SDM terhadap panduan
OP dan RTD, pelaksanan OP, pendanaan, sistem pelaporan, dokumentasi, dll.
LANGKAH KEGIATAN PEMERIKSAAN BESAR (4)

8. Evaluasi keamanan bendungan secara menyeluruh : untuk memeriksa sudahkah


konsepsi keamanan bendungan dan kaidah-kaidah keamanan bendungan terpenuhi.
9. Perumusan kesimpulan dan saran
10. Pemutakhiran buku/lembar informasi bendungan (sesuai format baku)
11. Pembuatan laporan
12. Pendampingan inspeksi lapangan oleh Komisi Keamanan Bendungan dan Balai
Bendungan
13. Pemaparan laporan pemeriksaan besar Sidang Komisi
dalam Keamanan
Bendungan
14. Perbaikan laporan dan penyusunan laporan final
TELAAH INFORMASI DESAIN, KONSTRUKSI & PERILAKU BENDUNGAN (1)

Telaah Desain  Pelajari peta geologi regional, peta geologi lokasi bendungan, hasil
investigasi dan perbaikan fondasi, adakah potensi kondisi geologi
yang berpotensi membahayakan bendungan.
 Sudahkah semua kondisi dan kombinasi beban diterapkan sesuai
SNI, demikian pula kreteria desain-nya termasuk untuk desain
modifikasi.
 Pelajari pengaruh perubahan parameter desain (pola banjir &
besaran gempa berdasar studi terbaru, kemerosotan mutu material)
terhadap bangunan.
 Bandingkan perilaku aktual dengan perilaku yg direncanakan.
 Pelajari apakah bdgn dan bang pelengkapnya mampu
melaksanakan fungsinya (struktur, hidrolik, rembesan, operasi)
sesuai rencana; standar desain yang digunakan sesuai dengan
standar yang berlaku.
TELAAH INFORMASI DESAIN, KONSTRUKSI & PERILAKU BENDUNGAN (2)

Telaah Laporan  Pelajari catatan pelaksanaan dan data teknik selama


konstruksi, periksa apakah bangunan dilaksanakan sesuai
Pelaksanaan desain atau
dimodifikasi karenatelah
kondisi yang tidak diantisipasi sebelumnya.
Konstruksi
Dalam hal perubahan desain bagaimana dengan kriteria
desain
yang digunakan, bagaimana perilaku bangunan hasil modifikasi, dll.
 Kondisi pondasi yang tidak diharapkan seperti adanya rembesan,
grout take yang besar, menandakan pondasi yang tidak baik, dan
metode pelaksanaan yang tidak baik dapat mengakibatkan kondisi
laten tidak aman.
TELAAH INFORMASI DESAIN, KONSTRUKSI & PERILAKU BENDUNGAN (3)

Sistem OP  Pelajari : rekaman data instrumentasi, laporan pemantauan, laporan


dan RTD pelaksanaan operasi, laporan pemeliharaan, laporan
inspeksi/pemeriksaan, laporan kejadian luar biasa/khusus, dll.
 Sistem OP : periksa ketersediaan panduan OP di lapangan; waktu
penyusunan; kecukupan instruksi/petunjuk dalam panduan;
ketersediaan dokumen penting, gambar-gambar, grafik, format
laporan, dipahamikah panduan oleh petugas, kecukupan tenaga
dari aspek jumlah dan kemampuan, perlukah penyempurnaan, dll.
 RTD kesiapannya : periksa keandalan sistem
dan
prosedur operasi,
komunikasi,
tenaga listrik cadangan, sistem gawar
banjir, dipahamikah RTD oleh petugas, perlukah penyempurnaan,
dll.
Penilaian Perilaku  Dilakukan berdasarkan : catatan perilaku dan laporan/riwayat OP
Bendungan (pengamatan, interpretasi instrumen, dokumen perubahan kreteria
Aktual
operasi, laporan pemeliharaan, catatan historis lain, dll.
PEMANTAUAN INSTRUMENTASI

Periksa kondisi dan fungsi instrumentasi : Jadwal pemantauan instrumentasi


 Sistem instrumentasi paling tidak harus
mencakup peralatan pemantau : tekanan
pori tubuh dan pondasi bendungan;
kuantitas dan kualitas air rembesan; jenis
dan laju deformasi.
 Periksa, evaluasi dan pastikan sistem
instrumentasi berfungsi dengan baik.
 Pastikan dilaksanakan
pemantauan dengan dan frekuensi
pemantauan).
benar (metode
IDENTIFIKASI SAAT PEMERIKSAAN (1)
Apabila dalam pemeriksaan lapangan dijumpai adanya defisiensi (masalah, potensi
masalah, kelemahan), lakukan tindakan yang terangkum dalam akronim SIMPLE, yang
merupakan kepanjangan dari kata sbb :

Sketch Buat gambar sket apabila dari hasil foto kurang memberi gambaran
yang jelas mengenai masalah/potensi masalah yang ada;
Investigate Lakukan investigasi seberapa parah masalah/potensi masalahnya;
Measure Ukur dan catat dimensi masalah/potensi masalahnya;
Photograph Lakukan pemotretan dan buat catatan gambaran karakteristik
masalah/potensi masalahnya;
Locate Tandai catatan lokasi masalah/potensi masalah dan kaitkan dengan
patok referensi permanen;
Engage Ikut sertakan ahli terkait untuk mendiskusikannya.
IDENTIFIKASI SAAT PEMERIKSAAN (2)

Semua temuan potensi masalah dan kerusakan yang ditemui selama pemeriksaan
lapangan dan kajian terhadap data, informasi dan laporan yang ada, harus dicatat, tanpa
harus diingat-ingat. Dalam laporan pemeriksaan visual, catatan setiap masalah/potensi
yang ditemui, harus dilengkapi dengan penjelasan mengenai:
 Apa potensi masalahnya (What);
 Lokasi (Where); misal: pada lereng hilir bendungan, Sta. 100,0m; elevasi + 175 m,
berjarak sekitar 60 m dari puncak bendungan
 Kapan mulai terjadinya (When);
 Seberapa parah potensi masalahnya (Extent); untuk itu lebih dulu perlu dilakukan
penelitian atau observasi terhadap potensi masalah yang ditemui;
 Ukuran potensi masalah/kerusakan yang ditemui (panjang, lebar, luas,
kedalaman, debit dalam lt/dtk, dll); dan
 Diskripsi yang dianggap penting, seperti tingkat kekeruhan aliran
lain
rembesan/kandungan sedimen, pola retakan, laju kemerosotan mutu yang terlalu cepat,
perubahan kondisi, kecukupan lapis lindung, sistem drainase permukaan, dll.
Dan dilengkapi dengan dengan foto dokumentasi, dan apabila foto tidak
mampu menggambarkan secara jelas, lengkapi dengan gambar sket.
TIM PEMERIKSA DAN TATA CARA PEMERIKSAAN (1)

1. Tim Pemeriksaan
Minimal 1 ahli bendungan “generalist” dibantu 1 ahli geoteknik, 1 ahli geologi, 1 ahli hidrologi, 1 ahli
hidromekanik, dll (lazimnya dikerjakan oleh Konsultan).
2. Jadwal dan Komponen yang diperiksa
Jadwal : Selaraskan dengan jadwal pemeliharaan besar agar dapat memfasilitasi
pemeriksaan peralatan hidromekanik dan pengeringan.
Komponen yang dilakukan pemeriksaan : komponen-komponen bendungan, pondasi, tumpuan,
peralatan hidromekanik dan elektrik, tailwater, waduk, dll.
3. Pengumpulan Data
Sebelum pelaksanaan pemeriksaan, tim pemeriksa harus melakukan pengumpulan data, yang
mencakup antara lain:
 Data hidrologi terbaru;
 Dokumen desain;
 Dokumen pelaksanaan konstruksi;
 Dokumen OP termasuk data pemantauan, laporan pemeriksaan sebelumnya, sistem OP, RTD, dll.
Dokumen atau data desain dan konstruksi yang ada di proyek kemungkinan sangat terbatas, dalam
kondisi demikian konsultan harus mengumpulkan data dari berbagai sumber lain yang dapat
dipercaya.
TIM PEMERIKSA DAN TATA CARA PEMERIKSAAN (2)
4. Kajian Data
Setiap pemeriksaan harus didahului dengan mempelajari data yang ada, antara lain laporan
pemeriksaan dan kajian sebelumnya. Bila belum pernah dilakukan pemeriksaan, pelajari
dokumen desain, konstruksi dan riwayat OP.
Dengan melakukan kajian data, laporan dan pemeriksaan lapangan, diharapkan
tim pemeriksaan memahami benar bendungan yang akan diperiksa.
5. Daftar Simak Pemeriksaan :
Harus disiapkan secara rinci sesuai bendungan yang dilakukan pemeriksaan dan harus
dipahami setiap anggota tim.
Pada laporan pemeriksaan, daftar simak harus dilampirkan.
6. Perlengkapan Pemeriksaan
Harus dibawa saat pemeriksaan antara lain :
 Ringkasan data bendungan;
 Ringkasan laporan pemeriksaan dan kajian sebelumnya;
 Gambar-gambar, daftar simak, kamera;
 Alat bantu pemeriksaan seperti : pita ukur, teropong, lampu senter, waterpas
kecil, palu geologi, kompas, alat baca instrumen, topi, dll.
TIM PEMERIKSA DAN TATA CARA PEMERIKSAAN (3)

7. Laporan Pemeriksaan Serta Kajian BB & KKB


Laporan hasil pemeriksaan harus disiapkan segera setelah pemeriksaan, berisikan :
 Dokumen/laporan yang ada;
 Hasil telaan/kaji ulang laporan desain, laporan pelaksanaan konstruksi, dan riwayat
OP;
 Laporan pemeriksaan lapangan;
 Analisis teknik;
 Evaluasi sistem OP dan kesiapsiagaan tindak darurat;
 Kesimpulan evaluasi keamanan bendungan dan saran;
 Lampiran-lampiran.

8. Kajian Balai Bendungan dan KKB


Laporan hasil pemeriksaan harus dikirim ke KKB dan Balai Bendungan untuk
dikaji
oleh Balai Bendungan, kemudian dipresentasikan dan dibahas dalam Sidang KKB.
KATEGORI TINGKAT KEAMANAN BENDUNGAN (1)

Kategori Keterangan/Tindakan
Indikator
Klasifikasi Diperlukan

 Tidak terdapat kekurangan • Dapat beroperasi


1 Baik
saat
pada ini maupun yang berpotensi seperti biasa
terjadi pada kondisi beban normal
maupun kondisi luar biasa

2 Cukup  Tidak ada indikasi kurang  Diperlukan analisis teknik


aman pada beban normal; untuk memastikan kondisi
 Kemungkingan kurang aman keamanan bendungan.
Catatan: pada
Aman : dari kegagalan struktur,
hidrolik, rembesan banjir desain dan gempa desain.
Beban luar biasa: gempa
bumi, banjir PMF
KATEGORI TINGKAT KEAMANAN BENDUNGAN (2)

Kategori Keterangan/Tindakan
Indikator
Klasifikasi Diperlukan

 Pada kondisi beban tidak biasa, keamanan • Diperlukan studi dan


3 Kurang struktural bendungan disangsikan; investigasi lebih lanjut untuk
 Nampak terjadi kemerosotan mutu bahan; memastikan
 Perilaku struktural mengkhawatirkan; parameter desain, peralatan,
 Adanya hasil pemantauan yang melebihi dan perilaku bendungan;
parameter-parameter dalam desain yang • Dapat beroperasi, namun
berpotensi gangguan terhadap keamanan kewaspadaan ditingkatkan.
bendungan
 Bendungan tidak aman pada  Diperlukan tindakan
4 Buruk beban untuk
segera
Catatan:
normal mengamankan bendungan;
Aman : dari kegagalan struktur,  Penghentian sementara
hidrolik, rembesan atau
Beban luar biasa: gempa
bumi, banjir PMF
pembatasan operasi waduk;
JENIS-JENIS LAPORAN PEMERIKSAAN BESAR (1)

1. Laporan Ringkas (Summary Report)


2. Laporan Utama (Main Report) : termasuk dokumen yang tersedia dan hasil telaah
3. Laporan Penunjang (Supporting Report) : terdiri atas :
a) Laporan survai sedimentasi waduk (kalau ada) : berisikan berisi antara lain
tentang penjelasan pelaksanaan survai, peta genangan waduk, deskripsi patok-
patok survai utama, penampang melintang dan memanjang yang disuperposisikan
dengan penampang asli dan penampang hasil survai sedimen sebelumnya,
kapasitas tampung waduk, kurva hubungan antara elevasi dan volume serta
elevasi dan luas genangan, dan lain-lain
b) Laporan pemeriksaan lapangan : berisi antara lain tentang pemeriksaan tubuh
bendungan di atas dan di bawah air, bangunan pelengkap, bukit tumpuan, waduk
dan sekitarnya serta pemeriksaan dan uji operasi peralatan hidromekanik, listrik
dan sistem peringatan dini, dan lain-lain
JENIS-JENIS LAPORAN PEMERIKSAAN BESAR (2)

c) Laporan evaluasi debit banjir (analisis hidrologi) : berisikan antara lain tentang
perhitungan banjir desain berdasar data hidrologi terkini, dan lain-lain.
d) Laporan evaluasi dan analisis instrumentasi : berisikan antara lain tentang
kondisi peralatan instrumen, evaluasi terhadap data instrumentasi, dsb.
e) Laporan evaluasi sistem OP dan kesiapan tindak darurat (RTD) : berisikan
antara lain tentang kecukupan SDM, ketersediaan manual/panduan, pelaksanaan,
sarana OP, RTD, dll.
f) Laporan evaluasi keamanan bendungan : berisikan antara lain tentang tinjauan
keamanan bendungan dilihat dari aspek struktur (stabilitas), hidrolika (kapasitas
pelimpah, tinggi jagaan, erosi eksternal), rembesan (piping, boiling, erosi internal),
operasi, dll.
g) Kerangka acuan kerja untuk kegiatan SID perbaikan/rehabilitasi
PENGEBORAN PADA BENDUNGAN EKSISTING

Pengeboran pada tubuh bendungan eksisting harus dilakukan mengikuti prosedur


yang telah ditentukan, untuk mencegah terjadinya rekah hidraulis (hydraulic fracturing)
yang dapat memicu terjadinya piping, baik pada tubuh maupun pondasi bendungan.

Lokasi dan kondisi lapangan yang berpotensi untuk memicu terjadinya rekah hidraulis
adalah :
1) Zona inti dengan kemiringan lereng lebih curam dari 0,5H : 1V, dengan
cutoff trenches dan miring ke lereng hulu (upstream inclined).
2) Dekat tumpuan lebih curam dari 0,5H : 1V, dimana terjadi perubahan kemiringan
lereng mendadak atau di atas batas pondasi yang memisahkan daerah yang
berbeda kompresibilitasnya.
3) Dekat pertemuan struktur yang kaku dengan timbunan.
4) Zona kedap air yang terdiri dari lanau serta campuran lanau dan pasir halus.
5) Dan lain-lain lokasi yang berpotensi retak.
PENGEBORAN PADA BENDUNGAN EKSISTING

 Salah satu alasan dilakukannya pengeboran pada bendungan eksisting adalah


untuk memperoleh contoh-contoh tanah guna melakukan evaluasi kreteria filter dari
zona transisi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pengeboran
dangkal, sebaiknya dilakukan di atas garis freatik dan kadang-kadang dilakukan
pada sudut tertentu untuk mencapai target zona transisi.
 Pengeboran dapat dilakukan dari puncak bendungan atau di bagian lereng hilir
untuk memperoleh contoh-contoh tanah guna pengujian di laboratorium.
Pengeboran harus dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan bahwa drainase
internal tidak rusak atau terkontaminasi.
 Bila harus dilakukan pada bendungan yang mengalami masalah
pengeboran
rembesan dan piping, maka pemantauan terhadap aliran rembesan harus dilakukan
secara terus-menerus selama proses pengeboran. Hal penting yang dipantau
selama proses pengeboran adalah memantau tekanan air yang digunakan selama
pengeboran.
Personil

Personil-personil yang terlibat dalam proses pengeboran adalah merupakan salah


satu komponen kritis. Hal yang perlu diperhatikan :

 Kompetensi dan pengalaman : pengeboran harus dilakukan oleh juru bor


(sebagai ketua regu pengeboran), mempunyai pengalaman minimal 5 tahun dari
10 tahun terakhir melakukan pengeboran di bendungan.
 Familier dengan peralatan bor yang digunakan : juru bor yang dimaksud juga
harus familier dengan peralatan bor yang digunakan.
 Familier dengan pedoman/manual;
 Supervisi : pelaksanaan pengeboran di lapangan harus disupervisi oleh tenaga
ahli, mulai dari memberikan persetujuan program pengeboran, metode
pengeboran dan alat yang digunakan, tekanan air yang akan digunakan dan hal-
hal lain yang berkaitan dengan resiko kerusakan struktural dari bendungan.
Metode Pengeboran

 Semua metode pengeboran yang menggunakan media udara atau air mempunyai
potensi terhadap kerusakan akibat rekah hidraulis. Penggunaan tekanan air atau
udara yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya rekah hidraulis.

 Pengeboran auger adalah merupakan metoda yang dipilih untuk


dengan
melakukan pengeboran di timbunan karena tidak menggunakan tekanan air dan
tidak berpotensi memicu terjadinya rekah hidraulis.

 Rekah hidraulis dapat terjadi, bila tegangan horisontal dan kekuatan tarik di
tempat pada material timbunan yang ditinjau lebih kecil dari tekanan fluida atau
udara yang digunakan.
Secara praktis tekanan sirkulasi media yang diizinkan adalah sebesar
1-2
kPa/meter kedalaman pengeboran.
Metode Pengeboran
Metode Pengeboran
Penyelesain akhir lubang bor (1)

Lubang-lubang bor harus ditutup/disumbat setelah pengeboran selesai. Penyumbatan


dan pengisian menggunakan kotoran pengeboran (cutting) tidak diperbolehkan. Ada
beberapa metode untuk menutup kembali lubang-lubang bor pada bendungan urugan.
Beberapa material pengisi lubang bor diuraikan sebagai berikut :

1) High solid betonite grout : material berupa campuran yang menghasilkan 20-30 %
berbentuk adonan bentonite yang dimasukkan ke dalam lubang bor menggunakan
pipa tremi.
2) Neat cement grout : untuk mencapai hasil yang memuaskan, campuran terdiri dari 5-
7 galon air dan 1 zak semen, 94 lbs dari tipe I atau II PC. Penggunaan air yang
berlebih dapat mengakibatkan penyusutan dan retakan. Penambahan bubuk
bentonite sebanyak 3% terhadap berat kering dapat membuat pemompaan lebih
mudah serta mengurangi susutan dan retakan setelah masa perawatan.
3) Bentonite pellets atau chips : pengisian lubang bor juga dapat menggunakan jenis
material ini. Namun pada kondisi tertentu pengisian disyaratkan menggunakan pipa
tremi grouting.
Penyelesain akhir lubang bor (2)

 Pada lubang bor tersebut juga dapat dipasang instrumen. Pemasangan


instrumen memerlukan penyelesaian khusus. Untuk pisometer, mata
pisometer harus dilindungi dengan pasir saring untuk mencegah terjadinya
kontaminasi material di atasnya. Penyumbat bentonite biasanya berupa
pellets.

 Kesalahan yang sering terjadi dalam proses penyelesaian akhir lubang bor
antara lain yaitu tidak memberikan kesempatan kepada bentonit untuk
terhidrasi (menjadi bubur/adonan). Pellets harus dibiarkan selama 1-2 jam
supaya terhidrasi.
Selain itu, dengan membuat lubang bor berdiameter 10 cm (4”), dapat
dipasang 2 pipa pisometer (diameter ¾-1”) pada 1 lubang, kesulitan yang
timbul biasanya pada penutupan/penyumbatan ruangan antara pipa
pisometer dengan dinding lubang bor.
PENDUGAAN GEOLISTRIK

 Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang bertujuan mengetahui


sifat-sifat kelistrikan lapisan batuan di bawah permukaan tanah, dengan cara
menginjeksikan arus listrik ke dalam tanah.
 Metode geolistrik berdasarkan pada prinsip bahwa tahanan listrik tergantung
pada sifat-sifat batuan, jumlah pori dan kelembapannya.

Keunggulan metode geolistrik, antara lain :


 Bila kondisinya memungkinkan, tahanan listrik dapat diukur sampai kedalaman
200 m dan kondisi geologi pada kedalaman tersebut dapat diperkirakan.
 Metode geolistrik ini biasanya jauh lebih murah dibandingkan dengan
survei
seismik dan pemboran.
 Pada investigasi geologi untuk pembangunan bendungan, metode ini efektif
untuk memperkirakan ketebalan aluvial pada dasar sungai, endapan permukaan
dan ketebalan zona pelapukan pada lokasi pengambilan bahan timbunan tanah
PENDUGAAN GEOLISTRIK

 Metode ini akan efektif bila persyaratan berikut terpenuhi :


1. Terdapat perbedaan relatif mengenai harga tahanan listrik antara
lapisan-
lapisan yang akan diuji.
2. Topografi di sepanjang garis pendugaan adalah datar.
3. Batas dari lapisan-lapisan merupakan bidang yang tegas. perlapisannya
4. Struktur geologinya sederhana dan jumlah bidang-bidang
terbatas.
5. Stratigrafi
Apabila batuan di
kondisi-kondisi di daerah sekitarnya
atas tidak diketahui
dipenuhi, analisisdengan baik. sulit sehingga
data menjadi
kesalahan interpretasi cenderung meningkat.
PENDUGAAN GEORADAR

 Georadar atau dikenal dengan ground penetrating radar (GPR) merupakan metode geofisika
yang menggunakan sinyal gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik akan
dipancarkan ke dalam bumi dan direkam oleh antena pada saat gelombang telah mencapai
permukaan.
 Metode ini dapat menghasilkan gambaran bawah permukaan dengan resolusi tinggi, karena
gelombang yang dipancarkan oleh GPR memiliki frekuensi sekitar 10-1000 Mhz. Kedalaman
penetrasi dari metoda georadar sangat tergantung kepada sifat kelistrikan media yang diselidiki,
misalnya konduktivitas listrik dan konstanta dielektrik.
 Pengukuran dengan GPR merupakan metode yang sangat tepat untuk
menggunakan
mendeteksi bawah permukaan dengan kedalaman 0-10 m. Pada kebanyakan pekerjaan
geoteknik, biasanya kedalaman pendugaan GPR sekitar 0,1 – 5 m tergantung konduktivitas
media/tanahnya.
 Penggunaan metoda Georadar bersifat untuk memperoleh hasil yang
seharusnya
interpretasi, diikat dengan data pemboran. akurat
 Alat GPR sangat sensitif terhadap benda-benda yang memiliki komponen atau muatan listrik
dan magnet yang besar. Benda-benda tersebut dapat dikatakan sebagai sumber noise.
Pengaruh noise ini akan mempengaruhi pada hasil yang dikeluarkan, oleh karena itu diperlukan
pengolahan data untuk memfilter noise tersebut.
FORMAT DAFTAR
SIMAK PEMERIKSAAN

Sumber :
 Pedoman Operasi, Pemeliharaan,
dan Pengamatan Bendungan
Bagian I – Umum. Maret 2003
 Manual Inspeksi Visual
Bendungan
2004 Urugan. November
FORMAT DAFTAR
SIMAK PEMERIKSAAN

Sumber :
 Pedoman Operasi, Pemeliharaan,
dan Pengamatan Bendungan
Bagian I – Umum. Maret 2003
 Manual Inspeksi Visual
Bendungan
2004 Urugan. November
FORMAT DAFTAR
SIMAK PEMERIKSAAN

Sumber :
 Pedoman Operasi, Pemeliharaan,
dan Pengamatan Bendungan
Bagian I – Umum. Maret 2003
 Manual Inspeksi Visual
Bendungan
2004 Urugan. November
FORMAT DAFTAR
SIMAK PEMERIKSAAN

Sumber :
 Pedoman Operasi, Pemeliharaan,
dan Pengamatan Bendungan
Bagian I – Umum. Maret 2003
 Manual Inspeksi Visual
Bendungan
2004 Urugan. November
FORMAT DAFTAR
SIMAK PEMERIKSAAN

Sumber :
 Pedoman Operasi, Pemeliharaan,
dan Pengamatan Bendungan
Bagian I – Umum. Maret 2003
 Manual Inspeksi Visual
Bendungan
2004 Urugan. November
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai